54
7/21/2019 kakao_informasikewilayahan http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 1/54  VII - 1 I I I N N NF F O O OR R RM M MA AS S S I K K KE E E W W WI I I L L L A A AY Y YA A AH H HA A AN N T T T E E E R R R K K K A A A I I I T T  W W W I I I L L L A A A Y Y Y A A A H H  P P P O O O T T T E E E N N N S S S I I I  P P P E E E N N N G G G E E E M M M B B B A A A N N N G G G A A A N N N  K K KO O OM M MO O OD D DI I I T T T I I K K KA A AK K KA A AO O Kakao merupakan salah satu komoditi unggulan Indonesia yang telah memberikan sumbangan devisa bagi negara karena telah lama menjadi komoditi ekspor Indonesia. Dalam kancah pasar dunia, keberadaan Indonesia sebagai produsen kakao utama di dunia menunjukkan bahwa kakao Indonesia cukup diperhitungkan dan berpeluang untuk menguasai pasar global. Dengan demikian, seiring terus meningkatnya permintaan pasar terhadap kakao maka perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan ekspor dengan lebih meningkatkan lagi produksi nasional. Kondisi peluang pasar ini merupakan peluang yang besar pula bagi Indonesia untuk terus meningkatkan produksinya. Tanaman kakao relatif mudah tumbuh di Indonesia dan ini dapat dijadikan salah satu pendorong bagi pemilik modal untuk mulai menerjuni usaha budidaya kakao.  Wilayah potensi yang dimaksud dalam buku ini adalah wilayah yang sesuai untuk pengembangan budidaya kakao yang penggunaan eksistingnya saat ini (pada saat buku ini disusun tahun 2005) belum dimanfaatkan untuk budidaya kakao. Wilayah potensi yang didetailkan informasi kewilayahannya dalam Bab ini adalah wilayah-wilayah potensi pengembangan yang besar pada setiap provinsi. Ukuran besarnya wilayah potensi ditentukan dari luas wilayah potensinya dengan batasan minimal 800 ha.

kakao_informasikewilayahan

  • Upload
    dirga

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 1/54

 VII - 1

IIINNNFFFOOORRRMMMAAASSSIII 

KKKEEEWWWIIILLLAAAYYYAAAHHHAAANNN 

TTTEEERRRKKKAAAIIITTT WWWIIILLLAAAYYYAAAHHH 

PPPOOOTTTEEENNNSSSIII 

PPPEEENNNGGGEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN 

KKKOOOMMMOOODDDIIITTTIII KKKAAAKKKAAAOOO 

Kakao merupakan salah satu komoditi unggulan Indonesia yang telah memberikan sumbangan devisa

bagi negara karena telah lama menjadi komoditi ekspor Indonesia. Dalam kancah pasar dunia,

keberadaan Indonesia sebagai produsen kakao utama di dunia menunjukkan bahwa kakao Indonesia

cukup diperhitungkan dan berpeluang untuk menguasai pasar global. Dengan demikian, seiring terus

meningkatnya permintaan pasar terhadap kakao maka perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan

ekspor dengan lebih meningkatkan lagi produksi nasional.

Kondisi peluang pasar ini merupakan peluang yang besar pula bagi Indonesia untuk terus

meningkatkan produksinya. Tanaman kakao relatif mudah tumbuh di Indonesia dan ini dapat dijadikan

salah satu pendorong bagi pemilik modal untuk mulai menerjuni usaha budidaya kakao.

 Wilayah potensi yang dimaksud dalam buku ini adalah wilayah yang sesuai untuk pengembangan

budidaya kakao yang penggunaan eksistingnya saat ini (pada saat buku ini disusun tahun 2005) belum

dimanfaatkan untuk budidaya kakao. Wilayah potensi yang didetailkan informasi kewilayahannya dalam

Bab ini adalah wilayah-wilayah potensi pengembangan yang besar pada setiap provinsi. Ukuran

besarnya wilayah potensi ditentukan dari luas wilayah potensinya dengan batasan minimal 800 ha.

Page 2: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 2/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 2

Informasi kewilayahan dari masing-masing wilayah potensi pengembangan kakao adalah seperti uraian

di bawah ini. 

7.1  Provinsi Sumatera Barat

7.1.1  Wilayah Potensi Kabupaten Padang Pariaman

Berdasarkan hasil survei, lokasi potensi kakao terdapat di Desa Malai Tangah, Kecamatan

Batang Gasan, Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Gambaran letak lokasi

potensi dapat dilihat pada Gambar 7.1.

Gambar 7.1 Letak Lokasi Potensi Pengembangan Kakao di KabupatenPadang Pariaman Provinsi Sumatera Barat

 A.  Luas Potensi Pengembangan dan Kemungkinan Perluasannya

Secara umum, lokasi berupa lahan yang telah ditanami pohon kelapa. Dengan demikian,

lahan yang berpotensi untuk penanaman kakao adalah seluruh luas perkebunan kelapa.

Namun yang disurvei adalah lahan dengan luas lebih dari 800 hektar.

B.  Status Lahan

Pada umumnya status lahan di Sumatera Barat adalah tanah ulayat, begitu pula dengan lahan

pengengembangan kakao ini. Tanah ulayat tidak untuk dijual, tapi ditawarkan pengembangan

Lokasi PotensiPengembangankakao di Kab.Padang Pariaman

Page 3: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 3/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 3

dengan sistem PIR (bapak angkat-anak angkat), atau berubah dengan kesepakatan

berikutnya.

C.   Arahan Alokasi Ruang (Menurut RTRW)

Menurut arahan alokasi ruang yang terdapat dalam RTRW, daerah tersebut merupakan

kawasan budidaya tanaman tahunan perkebunan. Dengan demikian, pengembangan

perkebunan kakao di daerah tersebut tidak akan menyalahi peraturan daerah setempat.

D.  Ketersediaan Fasilitas dan Prasarana Pendukung

Di lokasi pengembangan terdapat dengan hamparan yang telah ditanami pohon kelapa.

Usaha budidaya cokelat yang dapat dilakukan adalah berupa tumpang sari dengan kelapa.

Lokasi terhampar di kiri kanan jalan dengan panjang jalan sekitar 8 km. Lokasi dapat

dijangkau karena sudah terdapat akses jalan dari jalan utama menuju lokasi berupa jalan aspal

yang dapat dilalui kendaraan, seperti motor sampai truk. Jarak lokasi dari Kota Pariaman

adalah sekitar 35 km.

Prasarana penunjang lainnya, seperti listrik telah tersedia, air tersedia yang bersumber dari

sumur dan sungai. Sedangkan untuk telepon belum tersedia jaringan namun telah terjakau

oleh sinyal telepon seluler, khususnya Telkomsel.

E.  Kondisi Geografis dan Klimatologi Wilayah

Posisi astronomis Kabupaten Padang Pariaman terletak antara 0o11’ - 0o49’ Lintang Selatan

dan 98o36’ - 100028’ Bujur Timur, dengan luas wilayah sekitar 1.328,79 km2  dan panjang

garis pantai 60,5 km. Luas daratan daerah ini setara dengan 3.15 persen dari luas daratan

 wilayah provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Padang Pariaman berada pada ketinggian rata-

rata 1-12 m di atas permukaan laut (dpl). Sementara itu, Kecamatan Batang Gasan sendiri

terletak pada ketinggian 2 m dpl.

Selama 2003, jumlah curah hujan yang tercatat pada seluruh tempat pengukuran mengalami

peningkatan dibanding keadaan tahun 2002. pada tahun 2003, jumlah curah hujan tercatat

rata-rata 352,72 mm/bulan, sedangkan pada tahun 2002 hanya mencapai rata-rata 334,74

mm/bulan.

Berdasarkan kondisi ketinggian tempat, lokasi sangat sesuai untuk ditanami kakao atau

termasuk golongan kesesuaian S1. Sementara berdasarkan rata-rata curah hujan lokasi

tergolong S3 (lihat Tabel 5.1 pada Bab V).

Page 4: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 4/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 4

F.   Jenis dan Karakteristik Tanah di Wilayah Pengembangan

Lahan potensi dinilai cocok untuk perkebunan kakao. Menurut Dinas Perkebunan

Kabupaten Padang Pariaman, telah pernah dilakukan uji kesesuai tanah oleh Universitas

 Andalas dan dinyatakan sesuai penanaman kakao.

G.  Ketersediaan Tenagakerja/SDM

 Jumlah penduduk Kabupaten Padang Pariaman pada tahun 2003 adalah 370.489 jiwa, yang

terdiri dari laki-laki 180.762 jiwa dan perempuan 189.727 jiwa. Dari total penduduk terdapat

angkatan kerja (usia > 15 tahun) sebanyak 240.433 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyah

113.035 jiwa dan perempuan 127.398 jiwa.

H.  Rencana Strategis Daerah pada Pengembangan Fasilitas dan Prasarana di Sekitar

Lokasi Wilayah Pengembangan Komoditi

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Transisi Provinsi Sumatera

Barat Tahun 2006. Kebijakan pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana di

Provinsi Sumatera Barat adalah sebagai berikut :

•  Meningkatkan dan memelihara sarana dan prasarana jalan dan angkutan jalan raya

•  Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana pendukung Minangkabau

International Airport (MIA)

•  Meningkatkan sarana dan prasarana perhubungan laut

I. 

Rencana Strategis Daerah Terkait Pengembangan Komoditi di Wilayah

Berdasarkan RPJM Transisi Provinsi Sumatera Barat Tahun 2006, salah satu kebijakan

permbangunan daerah adalah mengembangkan ekonomi kerakyatan yang maju dan

berorientasi pasar. Dalam hal ini dirinci kebijakan sebagai berikut :

•  Meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam secara berkelanjutan

•  Mengembangkan kemitraan usaha

•  Mengembangkan iklim usaha yang lebih kondusif

•  Meningkatkan ekspor daerah

•  Meningkatkan kualitas dan daya saing produk unggulan daerah

•  Meningkatkan jaringan informasi dan promosi usaha

 J.  Perusahaan Pengembangan Komoditi Sejenis di Sekitar/Terdekat

Beberapa perusahaan Perkebunan Kakao yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat adalah

seperti pada Tabel 7.1.

Page 5: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 5/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 5

Tabel 7.1 Perusahaan Perkebunan Pengembangan Kakao di Provinsi Sumatera Barat

Kabupaten Nama Perusahaan Alamat

 Agam PT. Multi Tama Mulya Desa/Kel. Rimbo Kumayan Kec. LubukBasung

PT. Bangun Agam

Permai

Gg. Melati No. 4 Kampung 21 Pintu Kabun

Dea/Kel. Tapian Kandis Kec. PalembayanPT. Inang Sari Desa/Kel. Padang Mardani Kec. Lubuk

Basung Kab. Agam 26451

Pasaman PT. Pasaman Permai Desa/Kel. Batang Biyu Kec. Pasaman

Sumber :.Direktori Perusahaan Perkebunan, BPS 2003.

7.2  Provinsi Bali

7.2.1  Wilayah Potensi Kabupaten Jembrana

Lokasi potensi untuk budidaya kakao terdapat di Kabupaten Jembrana, meliputi Kecamatan

Melaya, Kecamatan Mendaya, dan Kecamatan Negara. Gambaran letak lokasi potensi dapat

dilihat pada Gambar 7.2.

Gambar 7.2 Letak Lokasi Potensi Pengembangan Kakao di KabupatenKabupaten Jembrana Provinsi Bali

 A.  Luas Potensi Pengembangan dan Kemungkinan Perluasannya

Lahan yang berpotensi untuk penanaman kakao di Kabupaten Jembrana adalah seluas 1.172

ha.

Lokasi PotensiPengembangan kakaodi Kab. Jembrana

Page 6: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 6/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 6

B.  Status Lahan

Pada umumnya status lahan di Bali adalah tanah milik rakyat, begitu pula dengan lahan

pengengembangan kakao ini. Namun, tanah ini masih ada kemungkinan untuk dikuasai

dengan pembelian.

C.   Arahan Alokasi Ruang (Menurut RTRW)

Menurut arahan alokasi ruang yang terdapat dalam RTRW, daerah tersebut merupakan

kawasan budidaya tanaman perkebunan/tanaman keras. Dengan demikian, pengembangan

perkebunan kakao di daerah tersebut tidak akan menyalahi peraturan daerah setempat.

D.  Ketersediaan Fasilitas dan Prasarana Pendukung

Dilihat dari status penanganannya, jaringan jalan yang ada di Kabupaten Jembrana terdiri

dari jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kabupaten. Panjang jalan nasional di Kabupaten

 Jembrana adalah 76,06 km (9,22%), jalan provinsi 19,31 km (2,34%), dan jalan kabupaten

729,89 km (88,44%). Data mengenai struktur, fungsi, dan kondisi jalan di Kabupaten

 Jembrana tahun 1998 dapat dilihat pada Tabel 7.2.

Tabel 7.2  Struktur, Fungsi, dan Kondisi Jalan di Kabupaten Jembrana Tahun 1998

Kondisi Umum (km)No.Ruas

Nama Ruas Status FungsiBaik Sedang Rusak

Panjang(km)

001 Cekik-Gilimanuk Nasional Arteri 3,5 - - 3,5002 Negara-Cekik Nasional Arteri 15,57 14,7 - 30,27

002K Jl. Darmawangsa, Rama,

Srikandi Negara

Nasional Arteri 0,5 0,2 - 0,78

003 Pekutatan-Negara Nasional Arteri 24,24 0,76 - 25003K Jl. Ngurah Rai (Negara) Nasional Arteri 1,01 1,00 - 2,01

004 Antosari-Pekutatan Nasional Arteri 12,59 - - 12,59027 Seririt-Cekik Nasional Kolektor 1 - 1,91 - 1,91029 Pupuan-Pekutatan Provinsi Kolektor 3 11,69 0,90 - 12,59065 Negara-Pengambengan Provinsi Kolektor 5 5,62 1,1 - 6,72- Kabupaten - 100,83 128,26 500,80 729,89

 Jumlah - - 175,63 148,83 500,8 825,26Persentase (%) - - 21,28 18,03 60,69 100

Sumber : Dinas PU Provinsi Bali 1998 dalam RTRW Fakta dan Analisis Provinsi Bali, 2000.

E.  Kondisi Geografis dan Klimatologi Wilayah

Kabupaten Jembrana merupakan wilayah pembangunan Bali Barat dengan letak geografis

antara 114o25  ’53’’ - 150o5’28’’ Bujur Timur dan 08o09’02’’ Lintang Selatan, dengan batas-

batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kabupaten Buleleng

- Sebelah Timur : Kabupaten Tabanan

- Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

- Sebelah Barat : Selat Bali

Page 7: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 7/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 7

Dengan luas wilayah sekitar 84.180 ha (841,8 km2 ) dan atau 14,94% dari luas Pulau Bali,

yang terdiri dari empat kecamatan dengan rincian luas masing-masing :

- Kecamatan Melaya : 197,19 km2 (23,43%)

- Kecamatan Negara : 220,47 km2 (26,19%)

- Kecamatan Mendoyo : 294,49 km2 (34,98%)

- Kecamtan Pekutatan : 129,65 km2 (15,40%)

Iklim dan topografi Kabupaten Jembrana mempunyai pengaruh yang erat terhadap sektor

pertanian maupun industri, baik secara langsung maupun tidak langsung. Rata-rata curah

hujan selama lima tahun terakhir (tahun 2000 – 2004) yaitu 1.842,1 mm/tahun dan hari

hujan 112 hari per tahun, termasuk tipe iklim C sampai D (Schmidt dan Ferguson).

Kabupaten Jembrana berada pada ketinggian tempat dan kemiringan lereng yang bervariasi.

Ketinggian tempat bagian Utara wilayah Jembrana antara 250 – 1.000 m dpl dan kemiringan

lereng 15 - 40% bahkan di atas 40%. Di bagian Selatan wilayah Jembrana topografinya relatif

datar hingga bergelombang. Ketinggian tempat wilayah ini berkisar antara 7 – 250 m dpl

dengan kemiringan lereng 0 – 15%.

Berdasarkan kondisi iklim dan topografi bagian Selatan Kabupaten Jembrana tergolong

sangat sesuai untuk budidaya kakao. Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan pada Tabel 5.1 

pada Bab V, lokasi berada pada tingkat kesesuaian S1, dengan kondisi curah dan ketinggian

tempat dan kemiringan lereng yang sangat sesuai.

F.   Jenis dan Karakteristik Tanah di Wilayah Pengembangan

Menurut Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Kelautan Kabupten Jembrana, jenis tanah di

Kabupaten Jembrana terdiri dari 5 jenis tanah, yaitu Lathosol coklat dan Lithosol = 78,70%,

 Alluvial coklat kelabu = 12,5%, Mediteran coklat = 5,7%, Regosol Coklat Kelabu = 2,3%,

dan Alluvial Hidromorf = 0,8%, dengan pH tanah mendekati netral yaitu 6,5 – 7,5.

G.  Ketersediaan Tenagakerja/SDM

 Jumlah penduduk Kabupaten Jembrana pada tahun 2003 adalah 251.164 jiwa, yang terdiridari laki-laki 127.369 jiwa dan perempuan 123.778 jiwa. Dari total penduduk, yang beruasia

> 10 tahun adalah sebanyak 203.774 jiwa, yang terdiri dari bekerja 121.745 jiwa,

pengangguran 14.868 jiwa, sekolah 26.076 jiwa, mengurus rumah tangga 30.526 orang, dan

lainnya sebanyak 10.559 jiwa (BPS Kabupaten Jembrana, 2003).

Page 8: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 8/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 8

H.  Rencana Strategis Daerah pada Pengembangan Fasilitas dan Prasarana di Sekitar

Lokasi Wilayah Pengembangan Komoditi

Kebijakan pembangunan daerah dan Bali berdasarkan Rencana Strategis Pemerintah

Provinsi Bali Tahun 2003 – 2008 salah satunya adalah meningkatkan/optimalisasi

pemanfaatan sumber daya dan infrastruktur, dengan program – program sebagai berikut :

•  Pengelolaan sumber-sumber air dan penyediaan air baku

•  Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi

•  Rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan

•  Peningkatan jalan dan penggantian jembatan

•  Pembangunan transportasi jalan

I.  Rencana Strategis Daerah Terkait Pengembangan Komoditi di Wilayah

Kebijakan pembangunan daerah dan Bali berdasarkan Rencana Strategis PemerintahProvinsi Bali Tahun 2003 – 2008 yang berkaitan dengan sektor pertanian adalah sebagai

berikut :

a.  mendorong, mengembangan penanganan pasca panen dan agroindustri, dengan

program-program seperti :

•  pemberdayaan industri kecil dan menengah

•  pemberdayaan perdagangan dalam negeri dan luar negeri

b. mendorong dan meningkatkan daya saing ekspor daerah, dengan program

mengembangkan pemasaran ekspor

c.  mendorong optimalisasi pemanfaatan SDA, dan peningkatan SDM dan kelembagaan

sektor pertanian

d.  mengembangkan iklim usaha yang kondusif

 J.  Perusahaan Pengembangan Komoditi Sejenis di Sekitar/Terdekat

Menurut Dinas Perkebunan Kabupaten Jembrana dan Provinsi Bali, belum terdapat

perusahaan pengembang komoditi kakao di Provinsi Bali. Di beberapa perkebunan yang ada

hanya menjadikan kakao sebagai tanaman sela, sedangkan tanaman utamanya berupa kelapa,

jambu mete, dan kopi. Perkebunan kakao yang ada di Provinsi Bali adalah berupa

perkebunan rakyat, dan hasilnya di jual melalui perusahaan eksportir, yaitu PT. Bumi

 Tangerang Coklat Utama yang berada di Tanggerang, Banten.

Page 9: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 9/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 9

7.3  Provinsi Kalimantan Timur

 Total luas lahan potensi penanaman kakao di Provinsi Kalimantan Timur adalah 42.943 ha yang

terdapat di 2 kabupaten, yaitu Kabupaten Nunukan (28.080 ha) dan Kutai Kartanegara (14.863

ha).

7.3.1  Wilayah Potensi Nunukan

Lokasi potensi untuk budidaya kakao di Kabupaten Nunukan, meliputi Kecamatan Sebatik,

Sebuku, Sembakung, Lumbis, dan Nunukan. Gambaran letak lokasi potensi dapat dilihat pada

Gambar 7.3.

Gambar 7.3 Letak Lokasi Potensi Pengembangan Kakao di KabupatenNunukan Provinsi Kalimantan Timur

 A.  Luas Potensi Pengembangan dan Kemungkinan Perluasannya

Lahan yang berpotensi untuk penanaman kakao di Kabupaten Nunukan adalah seluas

28.080 ha yang tersebar di Kecamatan Sebatik (2.423 ha), Sebuku (8.766 ha), Sembakung

(6.302 ha), Lumbis (3.576 ha), dan Nunukan (7.013 ha).

B.  Status Lahan

Status lahan untuk pengembangan kakao di Kabupaten Nunukan adalah tanah milik rakyat

dan tanah negara.

Lokasi potensipengembangan kakaodi ProvinsiKalimantan Timur

Page 10: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 10/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 10

C.   Arahan Alokasi Ruang (Menurut RTRW)

Menurut arahan alokasi ruang yang terdapat dalam RTRW, daerah tersebut merupakan

kawasan budidaya non kehutanan. Dengan demikian, pengembangan perkebunan kakao di

daerah tersebut tidak akan menyalahi peraturan daerah setempat.

D.  Ketersediaan Fasilitas dan Prasarana Pendukung

Prasarana yang tersedia di Kabupaten Nunukan sampai tahun 2003 terdiri dari 1 buah

pelabuhan laut di Kecamatan Nunukan, 8 buah bandara yang terdiri dari 2 buah bandara

perintis, yaitu Bandara Nunukan dan Bandara Long Bawan, serta lainnya berupa bandara air

strip.

Seiring dengan pesatnya pembangunan prasarana jalan di Kabupaten Nunukan pada tahun

2003, panjang jalan yang mungkin dan layak untuk dilewati mengalami perubahan yang

cukup signifikan, yaitu menjadi 352,96 km atau bertambah 79,7% dari tahun sebelumnya.

Perubahan yang cukup signifikan dengan semakin memungkinkan untuk menjangkau daerah

pedalaman, dimana jalan dengan permukaan kerikil, tanah, dan aspal masing-masing

sepanjang 137,96 km; 83,88 km; dan 123,36 km atau bertambah 217,51%; 116,46%; dan

15,82% dari tahun sebelumnya.

Penyediaan air bersih dan layak digunakan untuk keperluan sehari-hari dapat dipenuhi

dengan tersedianya PDAM yang beroperasi di Kabupaten Nunukan, berada di Kecamatan

Nunukan dan Sebatik. Produksi air minum atau air bersih yang dihasil PDAM Nunukan dan

PDAM Sebatik pada tahun 2003 mencapai 664.116,8 m3.

Produksi tenaga listrik Kabupaten Nunukan mengalami peningkatan sebesar 16,5% pada

tahun 2003. Peningkatan ini diiringi dengan melonjaknya tenaga listrik yang terpasang.

Produksi tenaga listrik pada tahun 2003 adalak sebesar 22.025 MWH, sedangkan pada tahun

2002 sebesar 18.900 MWH.

E. 

Kondisi Geografis dan Klimatologi WilayahKabupaten Nunukan merupakan daerah perbatasan Indonesia yang strategis, terletak antara

115o33’ - 118o3’ Bujur Timur dan 03o15’00’’ - 04o24’55’’ Lintang Utara, dengan batas-batas

sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Malaysia Timur - Sabah

- Sebelah Timur : Laut Sulawesi

Page 11: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 11/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 11

- Sebelah Selatan : Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau

- Sebelah Barat : Malaysia Timur - Serawak

Kabupaten yang berasal dari hasil pemekaran Kabupaten Nunukan ini memiliki lus wilayah

14.263,68 km2 atau 5,79% dari luas wilayah Kalimantan Timur.

 Topografi Kabupaten Nunukan cukup bervariasi berasarkan bentuk relief, kemiringan

lereng, dan ketinggian dari permukaan laut. Topografi Nunukan terdiri atas kawasan

perbukitan terjal di sebelah utara bagian barat, perbukitan sedang di bagian tengah, dan

daratan bergelombang landai di bagian timur memanjang hingga ke pantai sebelah timur.

Perbukitan terjal di sebelah utara merupakan jalur pegunungan dengan ketinggian 1.500 m –

3.000 m di atas permukaan laut, sedangkan perbukitan di sebelah selatan bagian tengah

ketinggiannya berkisar antara 500 m – 1.500 m di atas permukaan laut.

Kemiringan sudut di lereng perbukitan mencapai lebih dari 30%. Kemiringan untuk darah

dataran tinggi berkisar antara 8 – 15%, sedangkan untuk daerah perbukitan memiliki

kemiringan yang sangat terjal, yaitu di atas 15%. Dengan demikian, kemiringan rata-rata

berkisar antara 0 – 50%.

Suhu udara Nunukan cenderung panas sesuai dengan topografi Kecamatan Nunukan yang

dekat dan dikelilingi pantai. Sebagai daerah dengan wilayah hutan yang cukup luas,

Kabupaten Nunukan mempunyai kelembaban udara dan curah hujan yang relatif tinggi.

Pada tahun 2003, kelembaban udara cenderung tidak fluktuatif, berkisar antara 78% sampai

dengan 87%. Rata-rata curah hujan per bulan adalah 183,3 mm, yang tertinggi sebanyak

301,5 mm pada bulan Juni dan terendah 38,8 mm pada bulan Pebruari. Rata-rata kecepatan

angin cenderung stabil yaitu 0,5 knots, sedangkan persentase penyinaran matahari rata-rata

53%.

Kecamatan Sebatik, Sebuku, Sembakung, Lumbis, dan Nunukan berada pada ketinggian

tempat 0 – 400 m dpl dan curah hujan per tahun berkisar antara 1.500 – 2.500 mm, dengan

demikian menurut kriteria kesesuaian lahan ( Tabel 5.1  Bab V) tergolong sangat sesuai(S1 )untuk penanaman kakao.

Page 12: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 12/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 12

F.   Jenis dan Karakteristik Tanah di Wilayah Pengembangan

 Tanah di Kalimantan Timur tersusun atas jenis Organosol, Alluvial, Regosol, Andosol yang

mencakup area seluas 7.365.000 ha, dan jenis tanah Latosol, red yellow Podsolik, dan

Podsolik yang mencakup area seluas 9.612.000 ha.

Ordo Ultisol (termasuk di dalamnya jenis tanah Podsolik, Padsolik red yellow, Latosol, dan

Regosol) secara umum cocok untuk perkebunan, kecuali untuk jenis tanah Regosol yang

memiliki kandungan pasir lebih banyak sehingga kurang cocok untuk berbagai tanaman

pertanian.

G.  Ketersediaan Tenagakerja/SDM

 Jumlah penduduk Kabupaten Nunukan pada tahun 2003 adalah 106.323 jiwa, yang terdiri

dari laki-laki 57.627 jiwa dan perempuan 48.696 jiwa. Dari total penduduk, yang tergolong

usia kerja (15-65 tahun) adalah sebanyak 72.610 jiwa, yang terdiri dari bekerja 39.518 jiwa,

pengangguran 1.528 jiwa, dan bukan angkatan kerja sebanyak 31.564 jiwa dengan rata-rata

tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 57,46% (BPS Kabupaten Nunukan, 2003).

H.  Rencana Strategis Daerah pada Pengembangan Fasilitas dan Prasarana di Sekitar

Lokasi Wilayah Pengembangan Komoditi

Rencana Strategis Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2003 – 2008 untuk

pengembangan fasilitas sarana dan prasarana antara lain adalah sebagai berikut:

a.  meningkatkan jalan provinsi dan jalan nasional dengan kualitas aspal

b.  tersedianya prasarana jalan yang menghubungkan ke kawasan pusat-pusat pertumbuhan

baru terutama pada kawasan pedalaman dan perbatasan

c.  pengendalian banjir, pengelolaan, dan konservasi sumber daya air

d.  terealisasinya pembangunan penambahan pembangkin di sistem grid Mahakam, antara

lain PLTG Menamas 20 MW di Tanjung Batu, PLTD Kutai Kartanegara 10 MW,

PLTUB Pemprop 50 MW di Tanjung Batu, PLTGU Cita Contrak 20 MW di Tanjung

Batu

e.  pembangunan fasilitas sarana dan prasarana transportasi laut

f.  pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana pelabuhan udara

I.  Rencana Strategis Daerah Terkait Pengembangan Komoditi di Wilayah

Rencana Strategis Daerah Provinsi Kalimantan Timur tahun 2003 – 2008 untuk sektor

perkebunan adalah sebagai berikut :

• Kebijakan

Page 13: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 13/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 13

a.  mengembangkan komoditas tanaman perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis

tinggi dan berorientasi ekspor

b.  mengembangkan kualitas sumberdaya manusia petani dan tenagakerja perkebunan

dalam rangka penerapan teknologi dan pemgembangan kualitas SDM aparatur dalam

rangka peningkatan pemberian pelayanan

c.  meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya lahan dan lingkungan dengan

menerapkan teknologi ramah lingkungan

d.  mengembangkan teknologi terapan melalui pengkajian-pengkajian lokal spesifik

e.  mengembangkan wilayah-wilyah sentra produksi dengan pendekatan Kawasan Industri

Masyarakat Perkebunan (KIMBUN)

f.  meningkatkan pelayanan dan menciptakan iklim yang kondusif untuk mendorong

investasi di bidang perkebunan besar

g.  menumbuh kembangkan industri yang berbasis hasil perkebunan

h.  menumbuh kembangkan peluang pasar komoditi perkembunan yang kompetitif

•  Program strategis

a.  pemgembangan komoditas perkebunan

b.  peningkatan produksi dan pengolahan hasil perkebunan

c.  pengembangan PIR-Swadaya

d.  pelatihan dan pendidikan petani, tenagakerja perkebunan, dan aparatur perkebunan

e.  pengembangan agroindustri dan agrobisnis perkebunan

•  Sasaran

a.  terpenuhinya kebutuhan bibit unggul komoditas unggulanb.  terwujudnya peningkatan jumlah wilayah pengembangan baru yang berbasi usaha

perkebunan dari 20 unit menjadi 60 unit tersebar di Kaltim

c.  tercapainya peningkatan penanganan lahan kritis dan lahan tererosi dengan tanaman

perkebunan seluas 300 ribu ha

d.  kemudahan prosedur dan kecepatan pelayanan investasi bindang perkebunan

e.  tercapainya peningkatan pendapatan petani perkebunan sehingga mencapai rata-rata

US$ 1.000 – 1.500/KK per tahun

f.  terwujudnya jaringan pemasaran produksi perkebunan dan hasil olahannya yang berskala

regional, nasional, dan internasional.

 J.  Perusahaan Pengembangan Komoditi Sejenis di Sekitar/Terdekat

Menurut Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, terdapat perusahaan pengembang

komoditi kakao di Provinsi Kalimantan Timur, yaitu PT. Tanjung Buyu Perkasa di

Page 14: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 14/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 14

Kabupaten Berau dan PT. Hutan Bersama di Kabupaten Kutai Kartanegara. Data mengenai

realisasi lapangan masing-masing perusahaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.3.

Tabel 7.3 Realisasi Lapangan Perusahaan Perkebunan Kakao di Kalimantan Timur

Tahun 2003

Realisasi Lapangan Izin (ha)No.

NamaPerusahaan TBM TM TTM/TR

 JumlahRealisasi

(ha)Izin

LokasiHGU

1. PT. Tanjung BuyuPerkasa

1.616 - - 1.616 5.000 -

2. PT. Hutan Bersama 49,92 - - 49,92 11.000 -Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, 2004.

Keterangan : TBM = Tanaman Belum Menghasilkan, TM = Tanaman Menghasilkan, TTM = Tanaman TidakMenghasilkan, TR = Tanaman Rusak

7.3.2  Wilayah Potensi Kutai Kartanegara

 Wilayah yang berpotensi untuk pengembangan kakao di Provinsi Kalimantan Timur selain

Kabupaten Nunukan adalah Kabupaten Kutai Kartanegara.  Lokasi di Kabupaten Kutai

Kartanegara tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan Tabang, Kembang Janggut,

Muara Kaman, Muara Badak, Tanggarong, dan Loa Janan. Gambaran letak lokasi potensi

dapat dilihat pada Gambar 7.4.

Gambar 7.4 Letak Lokasi Potensi Pengembangan Kakao di KabupatenKabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur

 A.  Luas Potensi Pengembangan dan Kemungkinan Perluasannya

Provinsi Kalimantan Timur masih memiliki peluang untuk pengembangan komoditi kakao.

Hal ini terlihat dari masih tersedianya lahan kosong yang dapat dimanfaatkan untuk

Lokasi PotensiPengembangankakao di Kab.Kutai Kartanegara

Page 15: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 15/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 15

pengembangan budidaya kakao, yaitu di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan luas lahan

14.863 ha.

B.  Status Lahan

Status lahan untuk pengembangan kakao di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah tanah

milik rakyat dan tanah negara.

C.   Arahan Alokasi Ruang (Menurut RTRW)

Menurut arahan alokasi ruang yang terdapat dalam RTRW, daerah tersebut merupakan

kawasan budidaya non kehutanan. Dengan demikian, pengembangan perkebunan kakao di

daerah tersebut tidak akan menyalahi peraturan daerah setempat.

D.  Ketersediaan Fasilitas dan Prasarana Pendukung

Fasilitas dan prasarana pendukung di Kabupaten Kutai Kartanegara sudah memadai, antara

lain infrastruktur transportasi, komunikasi dan prasarana air bersih. Prasarana air bersih

ditandai, antara lain banyaknya jumlah penduduk yang telah dilayani oleh fasilitas PDAM

adalah sebanyak 110.380 jiwa. Dan untuk prasarana transportasi ditandai dengan panjang

jalan total di Kabupaten Kutai Kartanegara yang mencapai 1.036,39 km yang merupakan

jalan kabupaten dimana 29,25 km merupakan jalan beton, 349,21 km permukaan diaspal,

260,47 km permukaan kerikil, dan sisanya merupakan jalan berbatu dan tanah. Dari jumlah

panjang jalan tersebut yang masih dalam kategori baik sekitar 147,5 km; kategori sedang

296,6 km; rusak 261,87 km; dan rusak berat 184,25 km.

E.  Kondisi Geografis dan Klimatologi Wilayah

Kabupaten Kutai Kartanegara dengan luas wilayah sekitar 27.263,1 km2, terletak pada garis

bujur antara 115026’ Bujur Timur sampai 117036’ Bujur Timur serta terletak pada garis

lintang dari 1028’ Lintang Utara sampai dengan 1008’ Lintang Selatan.

 Topografi wilayah sebagian besar bergelombang sampai berbukit dengan kelerengan landai

sampai curam. Daerah dengan kemiringan datar sampai landai terdapat di beberapa bagian

yaitu wilayah pantai dan DAS Mahakam. Pada wilayah pedalaman dan perbatasan padaumumnya merupakan kawasan pegunungan dengan ketinggian 500-2000 m dpl.

Karakteristik iklim dalam wilayah Kabupaten Kutai adalam iklim hutan tropika humida

dengan perbedaan yang tidak begitu tegas antara musim kemarau dan musim hujan. Curah

Page 16: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 16/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 16

hujan berkisar antara 2000-4000 mm per tahun dengan temperatur rata-rata 26oC.

Perbedaaan temperatur siang dan malam antara 5-7 oC.

Kecamatan Tabang, Kembang Janggut, Muara Kaman, Muara Badak, Tanggarong, dan Loa

 Janan secara umum terletak pada ketinggian tempat 0 – 400 m dpl. Berdasarkan kriteria

tersebut, lokasi termasuk ke dalam golongan sangat sesuai berdasarkan Tabel 5.1 pada Bab

 V.

F.   Jenis dan Karakteristik Tanah di Wilayah Pengembangan

 Jenis-jenis tanah yang terdapat di daerah ini menurut Soil Taxonomi USDA termasuk

kedalam golongan Ultisol, Entisol, Histosol, Inceptisol dan Mollisol, sedangkan menurut

Lembaga Penelitian Tanah Bogor terdiri dari jenis tanah Podsolik, Alluvial, Andosol dan

Renzina.

G.  Ketersediaan Tenagakerja/SDM

 Jumlah penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2003 adalah 487.297 orang

yang terdiri dari laki-laki 254.626 orang dan perempuan 232.671 orang. Jumlah angkatan

kerja (usia >15 tahun) adalah 193.057 orang, yang terdiri dari 144.425 orang laki-laki dan

48.632 orang perempuan. Banyaknya pencari kerja yang terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2003 menurut tingkat pendidikan dan jenis

kelamin dapat dilihat pada Tabel 7.4.

Tabel 7.4  Banyaknya Pencari Kerja yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikandan Jenis Kelamin pada Tahun 2003

Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah Tidak Tamat SD 796 251 1.047SLTP 937 303 1.240SLTA 2.726 837 3.563Diploma I, II, III/Sarjana Muda 239 91 330Diploma IV/Sarjana 402 148 550

 Jumlah 5.100 1.630 6.730Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kutai Kartanegara, 2003.

H. 

Rencana Strategis Daerah pada Pengembangan Fasilitas dan Prasarana di SekitarLokasi Wilayah Pengembangan Komoditi

Rencana strategis Kabupaten Kutai Kartanegara terkait dengan pengembangan fasilitas dan

infrastruktur daerah adalah :

•  Pengembangan sistem transportasi penyeberangan lintas negara pada rute Nunukan –

 Tawau

Page 17: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 17/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 17

•  Pengembangan pengelolaan sistem jaringan prasarana transportasi laut (pembangunan

pelabuhan)

I.  Rencana Strategis Daerah Terkait Pengembangan Komoditi di Wilayah

Rencana strategis Provinsi Kalimantan Timur tahun2003 – 2008 untuk sektor perkebunan

adalah sebagai berikut :

• Kebijakan

a.  mengembangkan komoditas tanaman perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis

tinggi dan berorientasi ekspor

b.  mengembangkan kualitas sumberdaya manusia petani dan tenagakerja perkebunan

dalam rangka penerapan teknologi dan pemgembangan kualitas SDM aparatur dalam

rangka peningkatan pemberian pelayanan

c.  meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya lahan dan lingkungan dengan

menerapkan teknologi ramah lingkungan

d.  mengembangkan teknologi terapan melalui pengkajian-pengkajian lokal spesifik

e.  mengembangkan wilayah-wilyah sentra produksi dengan pendekatan Kawasan Industri

Masyarakat Perkebunan (KIMBUN)

f.  meningkatkan pelayanan dan menciptakan iklim yang kondusif untuk mendorong

investasi di bidang perkebunan besar

g.  menumbuh kembangkan industri yang berbasis hasil perkebunan

h.  menumbuh kembangkan peluang pasar komoditi perkembunan yang kompetitif

•  program strategis

a.  pemgembangan komoditas perkebunan

b.  peningkatan produksi dan pengolahan hasil perkebunan

c.  pengembangan PIR-Swadaya

d.  pelatihan dan pendidikan petani, tenagakerja perkebunan, dan aparatur perkebunan

e.  pengembangan agroindustri dan agrobisnis perkebunan

•  Sasaran

a.  terpenuhinya kebutuhan bibit unggul komoditas unggulan

b.  terwujudnya peningkatan jumlah wilayah pengembangan baru yang berbasi usaha

perkebunan dari 20 unit menjadi 60 unit tersebar di Kaltim

c.  tercapainya peningkatan penanganan lahan kritis dan lahan tererosi dengan tanaman

perkebunan seluas 300 ribu ha

d.  kemudahan prosedur dan kecepatan pelayanan investasi bindang perkebunan

e.  tercapainya peningkatan pendapatan petani perkebunan sehingga mencapai rata-rata

US$ 1.000 – 1.500/KK per tahun

Page 18: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 18/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 18

f.  terwujudnya jaringan pemasaran produksi perkebunan dan hasil olahannya yang berskala

regional, nasional, dan internasional.

 J.  Perusahaan Pengembangan Komoditi Sejenis di Sekitar/Terdekat

Menurut Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, terdapat perusahaan pengembang

komoditi kakao di Provinsi Kalimantan Timur, yaitu PT. Tanjung Buyu Perkasa di

Kabupaten Berau dan PT. Hutan Bersama di Kabupaten Kutai Kartanegara. Data mengenai

realisasi lapangan masing-masing perusahaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.5.

Tabel 7.5 Realisasi Lapangan Perusahaan Perkebunan Kakao di Kalimantan TimurTahun 2003

Realisasi Lapangan Izin (ha)No.

NamaPerusahaan TBM TM TTM/TR

 JumlahRealisasi

(ha)Izin

LokasiHGU

1. PT. Tanjung BuyuPerkasa

1.616 - - 1.616 5.000 -

2. PT. Hutan Bersama 49,92 - - 49,92 11.000 -Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, 2004.

Keterangan : TBM = Tanaman Belum Menghasilkan, TM = Tanaman Menghasilkan, TTM = Tanaman TidakMenghasilkan, TR = Tanaman Rusak

7.4  Provinsi Sulawesi Selatan

7.4.1  Wilayah Potensi Kabupaten Luwu Utara

 Wilayah potensi pengembangan kakao di Provinsi Sulawesi Selatan adalah di Kabupaten Luwu

Utara. Lokasi di Kabupaten Luwu Utara tersebar di beberapa kecamatan, yaitu KecamatanMasamba, Sabbang, Baebuntu, Mappadeceng, dan Bone-Bone. Gambaran letak lokasi potensi

dapat dilihat pada Gambar 7.5.

 A.  Luas Potensi Pengembangan dan Kemungkinan Perluasannya

Luas lahan potensial untuk pengembangan kakao di Kabupaten Luwu Utara adalah 69.648  

ha.

B.  Status Lahan

Status lahan untuk pengembangan kakao di Kabupaten Luwu Utara terdiri dari hutanproduksi terbatas, hutan produksi biasa, dan perkebunan rakyat.

C.   Arahan Alokasi Ruang (Menurut RTRW)

Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, 60% lahan dari lokasi

potensi berada pada kawasan pemanfaatan sebagai Kawasan hutan lindung. Sehingga, hanya

Page 19: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 19/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 19

sekitar 40% saja yang dapat digunakan sebagai lahan perkebunan kakao. Untuk ini perlu

koordinasi dengan pemerintahan setempat agar tidak terjadi masalah akibat penyalahgunaan

lahan di masa mendatang.

Gambar 7.5 Letak Lokasi Potensi Pengembangan Kakao di Kabupaten KabupatenLuwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan

D.  Ketersediaan Fasilitas dan Prasarana Pendukung

 Jaringan transportasi darat di Kabupaten Luwu Utara secara umum bisa dikatakan 80 %

dalam kondisi baik dengan tipe permukaan jalan adalah aspal dengan panjang jalan mencapai

2.554,1 km (kondisi tahun 2003). Panjang jalan yang berada di bawah wewenang Negara ada

109 km, wewenang daerah Tingkat I 146,5 km, dan sisanya di bawah wewenang Daerah

 Tingkat II sepanjang 2.298,6 km.

 Transportasi laut dan penyeberangan memegang peranan penting dalam menghidupkan

perekonomian di Kabupaten Luwu Utara. Saat ini, keluar masuk barang dan penumpang

dilayani oleh sejumlah pelabuhan rakyat di kecamtan-kecamatan yang memiliki pantai, yaitu

Kecamatan Malangke Barat sebanyak 8 pelabuhan, Kecamatan Malangke sebanyak 5

pelabuhan, dan Kecamatan Bone-Bone 2 pelabuhan.

Lokasi potensipengembangan kakao diProvinsi Sulawesi Selatan

Page 20: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 20/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 20

 Transportasi udara didukung Bandara Andi Djemma di Kecamatan Masamba yang

dikembangkan menjadi bandara yang bersifat komersil. Selain itu, terdapat 2 bandara lainnya,

yaitu bandara yang terdapat di Kecamatan Seko dan Kecamatan Rampi yang dikembangkan

menjadi bandara perintis. Untuk telekomunikasi sudah dapat dijangkau oleh telepon umum

dan sudah tersedia sebanyak 916 SIT serta dapat terjangkau dengan telepon seluler.

E.  Kondisi Geografis dan Klimatologi Wilayah

Kabupaten Luwu Utara memiliki luas wilayah 7.502,58 km2 yang terletak pada 01053’19“ –

02055’36“ Lintang Selatan dan 119047’46“ - 120037’44“ Bujur Timur. Sebelah Utara

berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten

Luwu Timur, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Luwu dan Teluk Bone, dan

batas sebelah Barat adalah Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Tana Toraja.

Secara umum, Kabupaten Luwu Utara memiliki curah hujan yang tergolong tinggi yakni

berkisar antara 2.400 – 3980 mm/tahun dengan distribusi bulanan yang cukup merata.

Dengan distribusi bulanan yang relatif merata itu, maka jumlah bulan kering (bulan dengan

curah hujan < 100 mm) rata-rata sangat rendah, maksimum hanya 2 bulan per tahun.

Dengan demikian, dari segi agroklimatologi Kabupaten Luwu Utara sangat berpotensi untuk

pengembangan berbagai jenis tanaman, terutama komoditas perkebunan seperti kelapa

sawit, kakao, dan kelapa.

Berdasarkan data BPS tahun 2003 suhu udara rata-rata di Kabupaten Luwu Utara adalah

26,90C, dan rata-rata jumlah hari hujan per bulan sebanyak 22,6 hari hujan. Selain itu,

kabupaten ini dialiri oleh 8 sungai besar. Curah hujan yang tinggi di Kabupaten Luwu Utara

menyebabkan tumbuhnya hutan yang lebat dan beraneka ragam tanaman di seluruh wilayah.

F.   Jenis dan Karakteristik Tanah di Wilayah Pengembangan

Berdasarkan peta jenis tanah (Bappeda Kabupaten Luwu Utara, 2000), jenis tanah yang

dominan dijumpai di Kabupaten Luwu Utara adalah Kompleks Dystropepts, Tropoudults,

dan Hapludults yang menyebar di sebelah Barat Kabupaten Luwu Utara. Jenis tanah lainnya

yang tergolong menempati areal yang luas adalah komplek tanah Tropopsamments dan

Uartzipsammemts, dengan perkiraan proporsi luas sekitar 36% dari total areal Kabupaten

Luwu Utara.

Kakao merupakan tanaman paling populer di Luwu Utara. Namun berdasarkan analisis

kesesuaian lahan menunjukkan bahwa tanaman kakao di Kabupaten Luwu Utara hanya

Page 21: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 21/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 21

tergolong Sesuai (S2) karena jumlah curah hujan tahunan yang terlalu tinggi. Padahal

tanaman kakao akan tumbuh optimal pada curah hujan 1.500 – 2.500 mm per tahun.

G.  Ketersediaan Tenagakerja/SDM

 Jumlah penduduk Kabupaten Luwu Utara pada tahun 2003 berdasarkan estimasi data

Sensus Penduduk 2000 adalah 267.779 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun

2.468 %. Jumlah penduduk tersebut terdiri dari laki-laki 136.247 orang dan perempuan

131.532 orang. Jumlah angkatan kerja (usia >15 tahun) adalah 119.023 orang, yang terdiri

dari 86.858 orang laki-laki dan 32.165 orang perempuan. Banyaknya pencari kerja baru yang

terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Luwu Utara pada tahun 2003 menurut tingkat

pendidikan dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 7.6.

Tabel 7.6  Banyaknya Pencari Kerja Baru Melalui Dinas Tenaga Kerja Menurut

Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin pada Tahun 2003

Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah Tidak Tamat SD 3 2 5SLTP 43 123 166SMU 464 1.101 1.565SMK/Kejuruan 266 599 865Diploma I, II 67 68 135Sarjana Muda/D III 43 132 175S1/S2 204 469 673

 Jumlah 1.090 2.494 3.584Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Luwu Utara, 2003.

H. 

Rencana Strategis Daerah pada Pengembangan Fasilitas dan Prasarana di SekitarLokasi Wilayah Pengembangan Komoditi

Rencana strategis daerah pada pengembangan fasilitas sarana dan prasarana, meliputi :

•  pembangunan sarana-prasarana transportasi

•  pembangunan jaringan jalan baru yang dapat dilewati kendaraan angkutan barang untuk

mengangkut hasil pertanian-perkebunan

•  peningkatan jalan Trans Sulawesi sebagai jalur transportasi antar wilayah

•  pembangunan pelabuhan yang dapat disinggahi kapal-kapal pengangkut hasil bumi

•  pengembangan energi listrik untuk mendukung kegiatan agro-industri

•  pengembangan sarana telekomunikasi untuk memperlancar arus distribusi barang hasil

olahan ke konsumen.

I.  Rencana Strategis Daerah Terkait Pengembangan Komoditi di Wilayah

Rencana strategis daerah terkait sektor perkebunan adalah :

Page 22: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 22/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 22

• Pembangunan industri hulu-hilir, yaitu pabrik pupuk, makanan ternak, pengolahan hasil

pertanian-perkebunan, termasuk didalamnya adalah industri pengolahan hasil perikanan

• Pengembangan wilayah pertanian-perkebunan sebagai pendukung utama agribisnis.

 J. 

Perusahaan Pengembangan Komoditi Sejenis di Sekitar/Terdekat

Beberapa perusahaan Perkebunan Kakao yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan adalah

seperti pada Tabel 7.7. Selain perkebunan, di Provinsi Sulawesi Selatan juga terdapat

perusahaan pengolahan kakao, yaitu PT. Effem Indonesia dan PT. Poleko Kkao Industri.

Data mengenai jenis industri, jumlah tenaga kerja, dan alamat dapat dilihat pada Tabel 7.8.

Tabel 7.7  Perusahaan Perkebunan Pengembangan Kakao di Provinsi SulawesiSelatan

Nama Perusahaan Alamat

PT. Sering Raya Jl. Raya Tajuncu No. 17 Desa/Kel. Donri-DonriKec. Lili Rilau Kab. Soppeng

PT. Hartono Indah Desa/Kel. Tanjong Kec. Bua Ponrang Kab. Luwu90993

PT. Lamungan Mandar Jl. Poros Mambu, Campalagian Polmas Desa/Kel.Mambu Kec. Campalagian Kab. Polewali Mamasa91535

Koperasi Puskopad "A" DAM VII/Wirabuana

Desa/Kel. Sarudu, Kab. Mamuju

PT. Karya Kanakan Desa/Kel. Bakka Kec. Sabbang

PT. Gerhana Candra Jl. Daeng Tompo No. 27 Desa/Kel. Maloku Kec.Ujung Pandang

Sumber :.Direktori Perusahaan Perkebunan, BPS 2003.

Tabel 7.8  Jenis Industri, Jumlah Tenagakerja, dan Alamat Perusahaan PengolahanKakao di Provinsi Sulawesi Selatan

Nama Perusahaan Jenis Industri Jumlah

Tenagakerja Alamat

PT. Effem Indonesia Cocoa Butter 151 orang Kima X Kav A/6, Jl. BiringKanaya,Ujung Pandang, Sulawesi Selatan

PT. Poleko KakaoIndustri

PengolahanKakao

50 orang Jl. Kapasa Raya No. 2 Biring Kanaya,Ujung Pandang, Sulawesi Selatan

Sumber : Direktori Industri Pengolahan, BPS 2004.

7.4.2 

Wilayah Potensi Kabupaten Luwu Timur

 Wilayah potensi pengembangan kakao di Provinsi Sulawesi Selatan selain Kabupaten Luwu

Utara adalah Kabupaten Luwu Timur. Lokasi di Kabupaten Luwu Timur sebagian besar

tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Burau, Malili, Nuha, dan Towuti. Gambaran letak lokasi

potensi dapat dilihat pada Gambar 7.6.

Page 23: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 23/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 23

Gambar 7.6 Letak Lokasi Potensi Pengembangan Kakao di KabupatenKabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan

 A.  Luas Potensi Pengembangan dan Kemungkinan Perluasannya

Luas lahan potensial untuk pengembangan kakao di Kabupaten Luwu Timur adalah 56.535 

ha.

B.  Status Lahan

Status lahan untuk pengembangan kakao di Kabupaten Luwu Timur terdiri dari hutan

produksi terbatas, hutan produksi biasa, dan perkebunan rakyat.

C.   Arahan Alokasi Ruang (Menurut RTRW)

Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, 60% lahan dari lokasi

potensi berada pada kawasan pemanfaatan sebagai Kawasan hutan lindung. Sehingga, hanya

sekitar 40% saja yang dapat digunakan sebagai lahan perkebunan kakao. Untuk ini perlukoordinasi dengan pemerintahan setempat agar tidak terjadi masalah akibat penyalahgunaan

lahan di masa mendatang.

Lokasi PotensiPengembangankakao di Kab.

Luwu Timur

Page 24: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 24/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 24

D.  Ketersediaan Fasilitas dan Prasarana Pendukung

Secara umum infrastruktur jalan dan transportasi bisa dibilang cukup memadai, meski di

beberapa desa terutama di desa-desa yang berada di seberang Danau Towuti infrastruktur

jalan dan transportasi belum tembus hingga ke sana. 

E.  Kondisi Geografis dan Klimatologi Wilayah

Kabupaten Luwu Timur dengan luas ± 6.944,88 km2  berasal dari sebagian wilayah

Kabupaten Luwu Utara yang terdiri atas Kecamatan Mangkutana, Kecamatan Nuha,

Kecamatan Towuti, Kecamatan Malili, Kecamatan Angkona, Kecamatan Wotu, Kecamatan

Burau, dan Kecamatan Tomoni.

Ibukota Kabupaten Luwu Timur adalah adalah Malili dan mempunyai batas wilayah:

a.  sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Poso dan Kabupaten Morowali Provinsi

Sulawesi Tengah;

b.  sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah;

c.  sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kendari dan Kabupaten Kolaka Provinsi

Sulawesi Tenggara serta Teluk Bone; dan

d.  sebelah barat Kecamatan Bone-Bone, Kecamatan Sukamaju, Kecamatan Masamba,

dan Kecamatan Rampi Kabupaten Luwu Utara.

F.   Jenis dan Karakteristik Tanah di Wilayah Pengembangan

 Tanah dan cuaca Luwu Timur sangat cocok untuk usaha pertanian dan perkebunan.

G.  Ketersediaan Tenagakerja/SDM

Penduduk Luwu Timur sebagian besar menggantungkan hidup dari lahan usaha pertanian.

 Jumlah tenaga kerja di sektor ini menurut Survei Penduduk tahun 2000 menjadi yang

terbesar, khususnya perkebunan mencapai 25,9 persen. Hasil Survei Tenaga Kerja Daerah

tahun 2002 menunjukkan, sektor pertanian menyerap 70,37% dari total 62.289 tenaga kerja.

Pengembangan sektor pertanian ke arah agroindustri dan agrowisata adalah hal yang

dipertimbangkan sejak sekarang.

 Apalagi melihat PDRB Luwu Timur apabila tanpa sektor pertambangan, kontribusi sektor

pertanian menjadi yang utama. Sumbangannya bisa mencapai 84 persen.

Page 25: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 25/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 25

H.  Perusahaan Pengembangan Komoditi Sejenis di Sekitar/Terdekat

Beberapa perusahaan Perkebunan Kakao yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan adalah

seperti pada Tabel 7.9.

Tabel 7.9  Perusahaan Perkebunan Pengembangan Kakao di Provinsi SulawesiSelatan

Nama Perusahaan Alamat

PT. Sering Raya Jl. Raya Tajuncu No. 17 Desa/Kel. Donri-Donri Kec. Lili Rilau Kab.Soppeng

PT. Hartono Indah Desa/Kel. Tanjong Kec. Bua Ponrang Kab. Luwu 90993

PT. Lamungan Mandar Jl. Poros Mambu, Campalagian Polmas Desa/Kel. Mambu Kec.Campalagian Kab. Polewali Mamasa 91535

Koperasi Puskopad "A"DAM VII/Wirabuana

Desa/Kel. Sarudu, Kab. Mamuju

PT. Karya Kanakan Desa/Kel. Bakka Kec. Sabbang

PT. Gerhana Candra Jl. Daeng Tompo No. 27 Desa/Kel. Maloku Kec. Ujung Pandang

Sumber :.Direktori Perusahaan Perkebunan, BPS 2003.

Selain perkebunan, di Provinsi Sulawesi Selatan juga terdapat perusahaan pengolahan kakao,

yaitu PT. Effem Indonesia dan PT. Poleko Kkao Industri. Data mengenai jenis industri,

jumlah tenaga kerja, dan alamat dapat dilihat pada Tabel 7.10.

Tabel 7.10  Jenis Industri, Jumlah Tenagakerja, dan Alamat Perusahaan PengolahanKakao di Provinsi Sulawesi Selatan

Nama Perusahaan Jenis Industri Jumlah

Tenagakerja

 Alamat

PT. Effem Indonesia Cocoa Butter 151 orang Kima X Kav A/6, Jl.BiringKanaya, Ujung Pandang

PT. Poleko KakaoIndustri

PengolahanKakao

50 orang Jl. Kapasa Raya No. 2 BiringKanaya, Ujung Pandang

Sumber : Direktori Industri Pengolahan, BPS 2004.

7.5  Provinsi Sulawesi Tenggara

7.5.1  Wilayah Potensi Kabupaten Konawe

 Wilayah potensi pengembangan kakao adalah di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah Kabupaten

Konawe. Lokasi di Kabupaten Konawe tersebar di Kecamatan Wiwirano, dan Asera.

Gambaran letak lokasi potensi dapat dilihat pada Gambar 7.7.

 A.  Luas Potensi Pengembangan dan Kemungkinan Perluasannya

Luas lahan potensial untuk pengembangan kakao di Kabupaten Konawe adalah 86.000 ha.

Page 26: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 26/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 26

Gambar 7.7 Letak Lokasi Potensi Pengembangan Kakao di KabupatenKabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara

B.  Status Lahan

Status lahan untuk pengembangan kakao di Kabupaten Konawe adalah tanah negara.

C.   Arahan Alokasi Ruang (Menurut RTRW)

Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, lokasi potensi berada

pada kawasan pemanfaatan sebagai Kawasan Budidaya non kehutanan. Dengan demikian,

pengembangan perkebunan kakao di daerah tersebut tidak akan menyalahi peraturan daerah

setempat.

D.  Ketersediaan Fasilitas dan Prasarana Pendukung

Kondisi jalan di Kabupaten Konawe sebagian besar dalam kondisi sudah diaspal dan jalan

kerikil. Berdasarkan data dari Dinas Kimpraswil Kabupaten Konawe, sampai tahun 2003total panjang jalan yang ada di Kabupaten Konawe adalah 2.035 km, di mana jalan untuk

jenis permukaan aspal sepanjang 682 km, jalan dengan permukaan kerikil 915 km, jalan

tanah sepanjang 94 km, dan tidak dirinci sepanjang 308 km. data rinci mengenai kedaan jalan

di Kabupaten Konawe dapat dilihat pada Tabel 7.11.

Lokasi potensipengembangankakao di KabupatenKonawe

Kab. Wiwirano

Kab. Asera

Page 27: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 27/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 27

Tabel 7.11  Kondisi dan Panjang Jalan di Kabupaten Konawe Tahun 2003

No. Status Jalan Jalan

Negara Jalan

Provinsi Jalan

KabupatenPanjang Jalan

I Jenis Permukaan 476,00 118,00 1.441,00 2.035,00a. Diaspal 271,00 118,00 293,00 682,00b. Kerikil 205,00 746,00 951,00c. Tanah 94,00 94,00D, Tidak dirinci 308,00 308,00

II Kondisi Jalan 476,00 118,00 1.441,00 2.035,00a. Baik 320,75 49,10 425,00 794,85b. Sedang 88,90 68,90 377,00 534,80c. Rusak Ringan 66,35 237,00 303,35d. Rusak Berat 402,00 402,00

III Kelas Jalan 476,00 118,00 1.441,00 2.035,00a. Kelas 1b. Kelas IIc. Kelas IIId. Kelas IIIA 476,00 118,00 1.441,00 2.035,00e. Kelas IIIB

f. Kelas IIICg. Tidak dirinciTotal 476,00 118,00 1.441,00

Sumber : Revisi RTRW Kabupaten Konawe.

Selain itu, di Kabupaten Konawe juga terdapat jembatan sebagai prasarana jalan. Jembatan

dengan jenis konstruksi beton berjumlah 166 buah dengan panjang 1.416 m, dan rangka dan

semi rangka sebanyak 7 buah.

Untuk pemenuhan kebutuhan air, sebagian besar masih memanfaatkan air permukaan, air

tanah dangkal dan air tanah dalam. Air permukaan yang ada di Kabupaten Konawe berasal

dari Sungai Matarombeo, Sungai Lasolo, dan Sungai Walailindu. Selain itu, Sungai

Lahumbuti dan Sungai Konaweha merupakan sungai yang berpotensi untuk dimanfaatkan

sebagai pengairan dan sumber air bersih.

Untuk pemenuhan kebutuhan listrik, telah tersedia sumber daya listrik yang tersebar di

 wilayah Kabupaten Konawe. Sampai 2003, di Kabupaten Konawe terdapat satu ranting

PLN. Jumlah listrik yang diproduksi atau dibangkitkan sendiri selama tahun 2003 sebanyak

11.026.425 KWH, sedangkan yang terjual mencapai 34.783.448 Kwh. Perkembangan

komunikasi juga didukung oleh pengoperasian dua provider telepon seluler (Telkomsel dan

Satelindo) yang mulai efektif beroperasi pada akhir kwartal tahun 2003.

E.  Kondisi Geografis dan Klimatologi Wilayah

Kabupaten Konawe terletak pada koordinat 2045’– 4015’ Lintang Selatan dan 121030’ -

123015’ Bujur Timur. Kabupaten Konawe memiliki luas wilayah 11.731 km 2  atau sekitar

Page 28: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 28/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 28

30% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara dan berada pada ketinggian 0 – 500 m di

atas permukaan laut. Lahan berbukit terbentang dari selatan ke utara.

Secara administratif, Kabupaten Konawe sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Luwu

 Timur Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Poso Sulawesi Tengah, Sebelah Timur

berbatasan dengan Laut Banda, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe

Selatan, dan batas sebelah Barat adalah Kabupaten Kolaka.

Kondisi iklim di Kabupaten Konawe memiliki dua musim dalam setahun yaitu musim hujan

dan musim panas. Pada bulan November hingga Maret, angin banyak mengandung uap air

yang berasal dari Benua Asia dan Benua Pasifik. Musim pancaroba terjadi sekitar bulan April

dan musim kemarau terjadi bulan Agustus sampai Oktober. Curah hujan di Kabupaten

Konawe terjadi bervariasi, yaitu:

•  Pola curah hujan tahunan antara 0 – 1.500 mm terdapat di bagian Selatan dan sedikit di

bagian tengah, meliputi Kecamatan Unaaha.

•  Pola curah hujan tahunan antara 1.500 – 1.900 mm terdapat di bagian tengah dan sedikit

di bagian Utara meliputi Kecamatan Wawonii, Lambuya, Soropia, Sampara, wawotobi,

sebagian Lasolo dan Unaaha.

Berdasarkan klasifikasi Oldeman, tipe iklim yang dapat dijumpai di Kabupaten Konawe

bervariasi dari B1 sampai dengan D3. Klasifikasi Oldeman didasarkan dari penyebaran bulan

basah dan bulan kering yang terjadi secara berturut-turut dalam setahun. Bulan basah adalahbulan dengan curah hujan lebih besar dari 200 mm, sedangkan bulan kering adalah bulan

dengan curah hujan lebih kecil dari 100 mm.

 Tipe iklim A merupakan yang paling basah, sedangkan E yang paling kering. Dengan

demikian, Kabupaten Konawe dapat dikatakan memiliki tipe iklim yang agak basah sampai

agak kering.luas penyebaran tipe iklim di Kabupaten Konawe dapat dilihat pada Tabel 7.12.

Tabel 7.12 Pola Penyebaran Iklim Menurut Klasifikasi Oldeman (Agroklimat)

No. Kelas Iklim Oldeman Luas (ha) Persentase (%)1. B1 34.901,04 3,252. B2 78.163,40 7,273. C1 339.582,87 31,604. C2 341.834,77 31,815. C3 249.926,73 23,266. D3 30.072,36 2,8

TOTAL 1.074.481,17 100Sumber : Hasil Perhitungan Peta BPN dalam Revisi RTRW Kabupaten Konawe.

Page 29: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 29/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 29

Berdasarkan kriteria ketinggian tempat dan curah hujan, lokasi termasuk golongan S1 (sangat

sesuai) menurut criteria kesesuaian lahan ( Tabel 5.1 pada Bab V)

F.   Jenis dan Karakteristik Tanah di Wilayah Pengembangan

Kondisi topografi Konawe, permukaan tanah pada umumnya bergunung dan berbukit yang

diapit dataran rendah yang sangat potensial untuk pengembangan sektor pertanian. Jenis

tanah meliputi Latosol, Organosol, Podzolik, Mediteran, Alluvial, dan Campuran.

Berdasarkan luasan penyebarannya, jenis tanah Kambisol merupakan yang paling dominan,

dengan luasan lebih dari 44% dari luas total Kabupaten Konawe. Luas penyebaran masing –

masing jenis tanah menurut klasifikasi PPT Bogor dapat dilihat pada Tabel 7.13.

Tabel 7.13  Penyebaran Jenis Tanah Menurut Klasifikasi PPT Bogor diKabupaten Konawe

No. Kelas Tanah PPT Luas (ha) Persentase (%)1. Regosol 8.899,12 0,832. Gleisol 13.025,43 1,213. Organosol 13.029,69 1,214. Aluvial 59.320,45 5,525. Podsolik 135.577,56 12,266. Litosol 158.800,40 14,787. Mediteran 203.749,21 18,968. Kambisol 482.031,96 44,869. Tidak ada data 47,49 0,00

TOTAL 1.074.481,31 100Sumber : Hasil Perhitungan Peta BPN dalam Revisi RTRW Kabupaten Konawe.

G. 

Ketersediaan Tenagakerja/SDMSecara keseluruhan, jumlah penduduk Kabupaten Konawe terus meningkat dari 226.329 jiwa

di tahun 1999 menjadi 235.925 jiwa pada tahun 2000, kemudian menjadi 243.262 jiwa pada

tahun 2001. Tahun 2002 jumlah penduduk meningkat menjadi 248.700 jiwa dan pada

256.377 pada tahun 2003. Dari total penduduk pada tahun 2003, penduduk laki-laki

sebanyak 131.339 jiwa dan perempuan 125.038 orang.

Sampai tahun 2003, jumlah penduduk yang berusia > 15 tahun adalah 169.410 jiwa yang

terdiri dari laki-laki 86.484 jiwa dan perempuan 82.926 jiwa. Sekitar 72,24% penduduk

Kabupaten Konawe yang berusia > 15 tahun bekerja di sektor pertanian. Data mengenai

penduduk usia 15 tahun keatas menurut jenis kegiatan utama dan jenis kelamin pada tahun

2003 di Kabupaten Konawe dapat dilihat pada Tabel 7.14.

Page 30: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 30/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 30

Tabel 7.14 Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Kabupaten Konawe Menurut JenisKegiatan dan Jenis Kelamin Tahun 2003

 Jenis Kegitan Laki-Laki Perempuan JumlahI. Angkatan Kerja 79.141 50.434 129.575

a. Bekerja 76.135 43.674 119.809

b. Mencari Kerja 3.006 6.760 9.766II. Bukan Angkatan Kerja 7.343 32.492 39.835

a. Sekolah 4.393 5.279 9.672b. Mengurus Rumah Tangga 195 22.029 22.224c. Lainnya 2.755 5.184 7.939

III. Penduduk Umur 15 tahun keatas 86.484 82.926 169.410IV. % Pekerja thdp Angkatan Kerja 96,2 86,6 92.46 V. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 91,51 60,82 76,49 VI Tingkat Kesempatan Kerja 88,03 52,67 70,72

Sumber Revisi RTRW Kabupaten Konawe, 2003.

H.  Rencana Strategis Daerah pada Pengembangan Fasilitas dan Prasarana di Sekitar

Lokasi Wilayah Pengembangan Komoditi

Rencana strategis daerah Kabupaten Konawe untuk pengembangan sektor fasilitas dan

prasarana adalah sebagai berikut :

•  Pengembangan pembangkit tenaga listrik

•  Pengembangan prasarana dan sarana distribusi air didasarkan pada keseimbangan antara

kebutuhan air baku untuk pemukiman dan kegiatan budidaya.

I.  Rencana Strategis Daerah Terkait Pengembangan Komoditi di Wilayah

Rencana strategis untuk pengembangan sektor pertanian dalam RTRW Kabupaten Konawe

adalah sebagai berikut :

•  Pembangunan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian dalam rangka meningkatkan

pemanfaatan lahan dan meningkatkan produktivitas

•  Meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian beserta unit pendukungnya guna

penguatan sistem ketahanan pangan dan pengembangan agrobisnis dan agroindustri

•  Rencana pemanfaatan ruang untuk pengembangan perkebunan kakao, lada, dan cengkeh

diarahkan di Kabupaten Kolaka, Kabupaten Konawe, dan Kabupaten Konawe Selatan

 J.  Perusahaan Pengembangan Komoditi Sejenis di Sekitar/Terdekat

Beberapa perusahaan Perkebunan Kakao yang terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah

seperti pada Tabel 7.15.

Page 31: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 31/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 31

Tabel 7.15 Perusahaan Perkebunan Pengembangan Kakao di Provinsi SulawesiTenggara

Nama Perusahaan Alamat

PT. Madu Malua Bukari Desa/Kel. Sawa Kab. Kendari 93352

PT. Hasfarm Niaga Nusantara Desa/Kel. Wonuambuteo Kec. Ladongi Kab. Kolaka93573

PT. Perkebunan LadongiDesa/Kel. Wanuambuteo Kec. Lambadia Kab.Kolaka 93573

Sumber :.Direktori Perusahaan Perkebunan, BPS 2003.

7.5.2  Wilayah Potensi Kabupaten Kolaka

 Wilayah potensi pengembangan kakao adalah di Provinsi Sulawesi Tenggara selain Kabupaten

Konawe adalah Kabupaten Kolaka. Lokasi di Kabupaten Konawe adalah di Kecamatan

Lasusua, Kecamatan Mowewe, dan Kabupaten Mowewe Selatan. Gambaran letak lokasi

potensi dapat dilihat pada Gambar 7.8.

Gambar 7.8 Letak Lokasi Potensi Pengembangan Kakao di KabupatenKabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara

 A.  Luas Potensi Pengembangan dan Kemungkinan Perluasannya

Luas lahan potensial untuk pengembangan kakao di Kabupaten Kolaka adalah 23.163   ha.

Lahan tersebut terdiri dari Kecamatan Lasusua seluas 15.000 ha yang penggunaan lahan saat

Lokasi potensipengembangankakao di ProvinsiSulawesi Tenggara

Page 32: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 32/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 32

ini adalah berupa hutan campuran, sedangkan lahan seluas 8.163 ha terdapat di Kecamatan

Mowewe dan Mowewe Selatan dengan penggunaan saat ini adalah berupa perkebunan.

B.  Status Lahan

Status lahan untuk pengembangan kakao di Kabupaten Kolaka adalah tanah negara dan

milik masyarakat.

C.   Arahan Alokasi Ruang (Menurut RTRW)

Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, semua lokasi potensi

berada pada kawasan pemanfaatan sebagai Kawasan Budidaya Tanaman Perkebunan.

Dengan demikian, pengembangan perkebunan kakao di daerah tersebut tidak akan

menyalahi peraturan daerah setempat.

D. 

Ketersediaan Fasilitas dan Prasarana Pendukung

Panjang jalan sampai tahun 2004 tercatat 1.334,36 km, terdiri dari jalan negara sepanjang

153,17 km, jalan provinsi sepanjang 162,73 km, dan jalan kabupaten sepanjang 1.018,46 km.

 Jika dilihat dari jenis permukaan jalan, terdiri dari yang sudah diaspal sepanjang 624,45 km,

jalan kerikil 485,91 km, dan jalan tanah 224 km.

Sarana angkutan laut memegang peranan penting dalam arus bongkar – muat barang serta

transportasi penumpang yang menghubungkan antara pelabuhan satu dan pelabuhan

lainnya. Jenis usaha pelayan yang sedang berkembang di daerah Kabupaten Kolaka dewasa

ini terdiri dari pelayaran samudera, nusantara, rakyat, dan penyeberangan. Di samping itu

diupayakan pula jenis pelayaran khusus.

 Jumlah kantor Pos pada tahun 2004 di Kabupaten Kolaka adalah sebanyak 10 buah yang

tersebar di setiap kecamatan, kecuali Kecamatan Pakue. Selain itu juga tersedia 11 Pos

Keliling Desa, 3 buah Rumah Pos, 60 buah Kotak Pos, dan 11 buah Bis Surat.

Kegiatan Perbankan dalam rangka mempermudah pelayanan kepada masyarakat dewasa ini

sudah semakin meningkat dan meluas sampai ke pelosok desa. Salah satu sisi peningkatandan pengeluaran kegiatan tersebut diukur dengan peningkatan dibangunnya sarana dan

prasana, kredit maupun tabungan dan deposito sehingga sirkulasi peredaran uang untuk

menunjang perekonomian dapat meningkat pula. Jumlah bank di Kabupaten Kolaka pada

tahun 2004 adalah sebanyak 13 buah, yang terdiri dari BNI 46 sebanyak 1 buah, BRI

Page 33: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 33/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 33

sebanyak 1 buah, BDN sebanyak 1 buah, BPD sebanyak 1 buah, PT.BDI sebanyak 1 buah,

dan BRI Unit Desa sebanyak 6 buah.

E.  Kondisi Geografis dan Klimatologi Wilayah

Kabupaten Kolaka memiliki luas wilayah daratan 6.918,38 km2 dan wilayah perairan 15.000

km2. Secara geografis, Kabupaten Kolaka terletak pada bagian barat Provinsi Sulawesi

 Tenggara memanjang dari utara ke selatan yang terletak di antara 2000’ – 5000’ Lintang

Selatan dan membentang dari Barat ke Timur di antara 120045’ - 124060’ Bujur Timur.

Batas daerah Kabupaten Kolaka di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kolaka

Utara, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe

Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten

Bombana Sulawesi Tenggara, dan batas sebelah Barat adalah Teluk Bone.

Keadaan permukaan wilayah Kabupaten Kolaka pada umumnya terdiri dari gunung dan

bukit yang memanjang dari Utara ke Selatan. Di antara gunung dan bukit terbentang

dataran-dataran yang merupakan daerah potensial untuk pengembangan sektor pertanian

dengan tingkat kemiringan sebagai berikut :

-   Antara 0 – 2% seluas 102.493 ha (9,94% dari luas daratan)

-   Antara 2 – 15% seluas 88.051 ha (8,84% dari luas daratan)

-   Antara 15 – 40% seluas 206.068 ha (19,99% dari luas daratan)

-   Antara 40% seluas 634.388 ha (61,23% dari luas daratan)

Keadaan musim di daerah ini umumnya sama seperti di daerah lainnya di Indonesia,

mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadu antara

November dan Maret di mana pada bulan tersebut angin Barat yang bertiup dari Asia dan

Samudera Pasifik mengandung banyak uap air. Musim kemarau terjadi antara bulan Mei dan

Oktober di mana antara bulan tersebut angin Timur yang bertiup dari Australia sifatnya

kering dan kurang mengandung uap air. Khusus pada bulan April arah angin tidak menentu,

demikian pula curah hujan sehingga pada bulan ini dikenal sebagai musim pancaroba.

Curah hujan di daerah ini umumnya tidak merata, hal ini menimbulkan adanya wilayah

daerah basah dan wilayah daerah kering. Wilayah daerah basah dengan curah hujan lebih dari

2.000 mm per tahun berada pada wilayah sebelah utara jalur Kolaka, meliputi Kecamatan

Kolaka, Kecamatan Wolo, dan Kecamatan Mowewe dengan bulan basah sekitar 5 – 9 bulan

dalam setahun. Wilayah daerah kering dengan curah hujan kurang dari 2.000 mm per tahun

Page 34: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 34/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 34

meliputi wilayah sebelah Selatan dan Timur, meliputi Kecamatan Watubangga, Kecamatan

Pomalaa, Kecamatan Wundulako, Kecamatan Ladongi, dan Kecamatan Tirawuta yang

memiliki bulan basah antara 3 sampai 4 bulan dalam setahun.

 Wilayah daratan Kabupaten Kolaka mempunyai ketinggian umumnya di bawah 1.000 meter

dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah khatulistiwa, maka daerah ini beriklim

tropis. Suhu udara minimum sekitar 100C dan maksimum 310C atau rata-rata antara 240C –

280C. Berdasarkan kondisi curah hujan dan ketinggian tempat, menurut kriteria kesesuaian

lahan ( Tabel 5.1 pada Bab V) kemungkinan lokasi berada pada golongan S2 - S3. 

F.   Jenis dan Karakteristik Tanah di Wilayah Pengembangan

Dari seluruh luas wilayah Kabupaten Kolaka, menurut jenis tanah terdiri dari 7 (tujuh) jenis

tanah, yaitu tanah Podzolik Merah Kuning seluas 274.150 ha (26,59%) dari luas wilayah

daratan. Kemudian tanah Podzolik Coklat Kelabu seluas 201.193 ha (19,51%), Lithosol

seluas 194.350 ha (18,85%), dan selebihnya terdiri dari tanah Regosol, Aluvial, Rezina, dan

Mediteran Merah Kuning.

G.  Ketersediaan Tenagakerja/SDM

 Jumlah penduduk Kabupaten Kolaka pada tahun 2004 adalah 263.677 jiwa dengan laju

pertumbuhan penduduk per tahun 3,67 %. Jumlah penduduk tersebut terdiri dari laki-laki

135.028 orang dan perempuan 128.649 orang. Jumlah angkatan kerja (usia >15 tahun)

adalah 169.531 orang, yang terdiri dari 86.553 orang laki-laki dan 82.978 orang perempuan.  

Sekitar 75% penduduk Kabupaten Kolaka yang berusia > 15 tahun bekerja di sektor

pertanian. Data mengenai penduduk usia 15 tahun keatas menurut jenis kegiatan utama dan

jenis kelamin pada tahun 2004 di Kabupaten Kolaka dapat dilihat pada Tabel 7.16.

Tabel 7.16  Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Kabupaten Kolaka Menurut JenisKegiatan dan Jenis Kelamin Tahun 2004

 Jenis Kegitan Laki-Laki Perempuan JumlahI. Angkatan Kerja 76.966 49.787 126.753

a. Bekerja 74.806 47.986 122.792b. Mencari Kerja 2.160 1.801 3.961

II. Bukan Angkatan Kerja 9.587 33.191 42.778a. Sekolah 5.131 5.403 10.534b. Lainnya 4.456 27.788 32.244

III. Penduduk Umur 15 tahun keatas 86.553 82.978 169.531IV. % Pekerja thdp Angkatan Kerja 97,19 96,38 96,88 V. % Angkatan Kerja thdp Penduduk

15 tahun keatas (TPAK)88,92 60 74,77

Sumber : BPS Kabupaten Kolaka, 2004.

Page 35: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 35/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 35

H.  Perusahaan Pengembangan Komoditi Sejenis di Sekitar/Terdekat

Beberapa perusahaan Perkebunan Kakao yang terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah

seperti pada Tabel 7.17.

Tabel 7.17  Perusahaan Perkebunan Pengembangan Kakao di Provinsi SulawesiTenggara

Nama Perusahaan Alamat

PT. Madu Malua Bukari Desa/Kel. Sawa Kab. Kendari 93352

PT. Hasfarm Niaga NusantaraDesa/Kel. Wonuambuteo Kec. Ladongi Kab. Kolaka93573

PT. Perkebunan LadongiDesa/Kel. Wanuambuteo Kec. Lambadia Kab. Kolaka93573

Sumber :.Direktori Perusahaan Perkebunan, BPS 2003.

7.5.3  Wilayah Potensi Kabupaten Buton

 Wilayah potensi pengembangan kakao adalah di Provinsi Sulawesi Tenggara selain Kabupaten

Konawe dan Kolaka adalah Kabupaten Buton. Lokasi di Kabupaten Buton adalah di

Kecamatan Bombana. Gambaran letak lokasi potensi dapat dilihat pada Gambar 7.9. 

Gambar 7.9 Letak Lokasi Potensi Pengembangan Kakao di KabupatenKabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara

Lokasi potensipengembangankakao di ProvinsiSulawesi Tenggara

Page 36: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 36/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 36

 A.  Luas Potensi Pengembangan dan Kemungkinan Perluasannya

Luas lahan potensial untuk pengembangan kakao di Kabupaten Buton adalah 32.000  ha.

Lahan tersebut diperuntukan sebagai kebun plasma seluas 9.000 ha dan kebun investor

seluas 23.000 ha.

B.  Status Lahan

Status lahan untuk pengembangan kakao di Kabupaten Buton adalah kawasan hutan.

C.   Arahan Alokasi Ruang (Menurut RTRW)

Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, semua lokasi potensi

berada pada kawasan pemanfaatan sebagai Kawasan Budidaya Hutan Produksi.

D.  Ketersediaan Fasilitas dan Prasarana Pendukung

Panjang jalan di Kabupaten Buton (masih tergabung dengan Kota Bau-Bau) mencapai

1.184,86 km. dari panjang jalan tersebut yang berada di bawah wewenang provinsi adalah

187,76 km dan 997,1 km berada di bawah wewenang Kabupaten. Pada tahun 2002 panjang

jalan di bawah wewenang provinsi seluruhnya telah diaspal. Namun yang masih dalam

 wewenang Kabupaten yang teraspal sebesar 44%, selebihnya masih berupa tanah dan kerikil.

Data selengkapnya mengenai keadaan jalan di Kabupaten Buton dapat dilihat pada Tabel

7.18.

Tabel 7.18 Panjang Jalan Menurut Pemerintah Berwenang, Permukaan, Kondisi, danKelas Jalan Tahun 2002 (km) 

Uraian Negara Provinsi Kabupaten JumlahI. Jenis Permukaan - 187,76 997,10 1.184,86a. Diaspal - 187,76 338,30 526,06b. Kerikil - - 422,40 422,40c. Tanah - - 236,40 236,40d. Tidak Terinci - - - -II. Kondisi Jalan - 187,76 997,10 1.184,86a. Baik - 187,6 381,90 569,66b. Sedang - - 206,90 206,90c. Rusak - - 171,90 171,90d. Rusak Berat - - 236,40 236,40e. Tidak Terinci - - - -III. Kelas Jalan - 187,76 997,10 1.184,86a. Kelas I - - - -

b. Kelas II - - - -c. Kelas III - 187,76 - 187,76d. Kelas IIIA - - 338,30 338,30e. Kelas IIIB - - 422,40 422,40f. Kelas IIIC - - 236,40 236,40g. Tidak Terinci - - - -

Sumber : Kantor Dinas PU Dati II Buton dalam Kabupaten Buton dalam Angka, 2002.

Keterangan : Data yang tersaji dalam kondisi masih bergabung dengan Kota Bau-Bau.

Page 37: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 37/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 37

Di Kabupaten Buton hingga tahun 2002 terdapat 10 buah pelabuhan yang dapat

dipergunakan untuk berbagai jenis pelayaran, di antaranya Pelabuhan Wanci yang sejak

tahun 2001 sudah dipergunakan untuk pelayaran nasional. Sementara itu, pelabuhan lainnya

dipergunakan untuk pelayaran rakyat, perintis, dan khusus.

Selain jalan dan pelabuhan, prasarana lain yang penting dan memegang andi besar adalah

telekomunikasi. Perangkat telekomunikasi yang sudah banyak peranannya di Kabupaten

Buton adalah telepon, telegram, dan sarana pos dan giro.

E.  Kondisi Geografis dan Klimatologi Wilayah

Kabupaten Buton secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang

dari utara ke selatan di antara 4,000 – 6,050 Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke

 Timur di antara 120,030  - 1250 Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Buton meliputi sebagian

Pulau Muna, Buton, dan sebagian wilayahnya berada di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi.

Batas daerah Kabupaten Buton di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Muna dan

Kolaka, Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda, di sebelah Selatan berbatasan dengan

Daerah Kota Bau-Bau dan Laut Flores, dan batas sebelah Barat adalah Teluk Bone.

Kabupaten Buton mencakup daratan Pulau Sulawesi, Pulau Muna dan Buton yang memiliki

 wilayah daratan seluas sekitar 6.511,11 km2  atau 651.111 ha dan wilayah perairan

diperkirakan seluas 47.727 km2. Kabupaten Buton saat ini telah terpisah dengan Kota Bau-

Bau, hingga terlihat bahwa jumlah kecamatan yang ada di Kabupaten Buton berjumlah 25

buah.

Keadaan musim di daerah ini umumnya sama seperti di daerah lainnya di Indonesia,

mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi antara

bulan Maret dan April di mana pada bulan tersebut angin Barat yang bertiup dari Benua Asia

dan Samudera Pasifik mengandung banyak uap air. Musim kemarau terjadi antara bulan Juli

dan September di mana antara bulan tersebut angin Timur yang bertiup dari Australia

sifatnya kering dan kurang mengandung uap air. Khusus pada bulan April dan Mei diKabupaten Buton arah angin tidak menentu, demikian pula curah hujan sehingga pada bulan

ini dikenal sebagai musim pancaroba.

 Tinggi rendahnya suhu udara pada suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh posisi dan

ketinggian tempat tersebut dari permukaan air laut. Makin tinggi posisi suatu tempat dari

Page 38: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 38/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 38

permukaan laut akan semakin rendah suhu udara, dan sebaliknya. Wilayah daratan

Kabupaten Buton mempunyai ketinggian umumnya di bawah 1.000 meter dari permukaan

laut dan berada di sekitar daerah Khatulistiwa, sehingga daerah ini beriklim tropis.

Suhu udara maksimum dan minimum di Kota Bau-Bau selama tahun 2002 secara berurutan

adalah 32,160C dan 23,580C. Kelembaban udara rata-rata adalah 79% dan lama penyinaran

matahari adalah 73%.

F.   Jenis dan Karakteristik Tanah di Wilayah Pengembangan

Kondisi topografi daerah Kabupaten Buton pada umumnya memiliki permukaan yang

bergunung, bergelombang, dan berbukit-bukit. Di antara gunung dan bukit-bukit terbentang

daratan yang merupakan daerah-daerah potensial untuk pengembangan pertanian.

Permukaan tanah pegunungan yang relatif rendah ada juga yang bisa digunakan untuk usaha

yang sebagian besar berada pada ketinggian 100 – 500 meter di atas permukaan laut, dan

kemiringan tanahnya mencapai 40%.

Dengan demikian di wilayah Buton terdapat lokasi yang cocok untuk penanaman kakao dan

tergolong S1 – S3 menurut criteria kesesuaian lahan ( Tabel 5.1 pada Bab V).

G.  Ketersediaan Tenagakerja/SDM

 Jumlah penduduk Kabupaten Buton pada tahun 2002 menurut registrasi penduduk adalah

sebanyak 448.101 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 221.008 jiwa dan perempuan

sebanyak 227.013 jiwa. Rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Buton per tahun

adalah 2,43%, di mana pertumbuhan penduduk Kabupaten Buton dipengaruhi oleh

pertumbuhan alamiah serta jumlah eksodus asal Provinsi Maluku, dan lain-lain.

 Jumlah angkatan kerja berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2000 adalah 232.452 orang,

yang terdiri dari 128.054 orang laki-laki dan 104.398 orang perempuan. Sebagian besar

penduduk Kabupaten Buton yang berusia > 15 tahun bekerja di sektor pertanian. Data

mengenai penduduk usia 15 tahun keatas menurut jenis kegiatan utama dan jenis kelaminpada tahun 2004 di Kabupaten Buton dapat dilihat pada Tabel 7.19.

Page 39: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 39/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 39

Tabel 7.19  Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Kabupaten Buton Menurut JenisKegiatan dan Jenis Kelamin Tahun 2004

 Jenis Kegitan Laki-Laki Perempuan JumlahI. Angkatan Kerja 128.054 104.398 232.452

a. Bekerja 120.399 98.057 218.546

b. Mencari Kerja 7.655 6.341 13.996II. Bukan Angkatan Kerja 25.895 63.032 88.927

a. Sekolah 14.658 14.097 28.755b. Lainnya 11.237 48.935 60.172

III. Jumlah (I + II) 153.949 167.430 321.379IV. % Pekerja thdp Angkatan Kerja 94,02 93,93 93,98 V. % Angkatan Kerja thdp Penduduk 15

tahun keatas (TPAK)83,18 62,35 72,33

Sumber : BPS Kabupaten Buton, 2002.

H.  Perusahaan Pengembangan Komoditi Sejenis di Sekitar/Terdekat

Beberapa perusahaan Perkebunan Kakao yang terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah

seperti pada Tabel 7.20.

Tabel 7.20  Perusahaan Perkebunan Pengembangan Kakao di Provinsi SulawesiTenggara

Nama Perusahaan Alamat

PT. Madu Malua Bukari Desa/Kel. Sawa Kab. Kendari 93352

PT. Hasfarm Niaga NusantaraDesa/Kel. Wonuambuteo Kec. Ladongi Kab.Kolaka 93573

PT. Perkebunan LadongiDesa/Kel. Wanuambuteo Kec. Lambadia Kab.Kolaka 93573

Sumber :.Direktori Perusahaan Perkebunan, BPS 2003.

7.6  Provinsi Maluku Utara

7.6.1  Wilayah Potensi Kabupaten Halmahera Barat

 Wilayah potensi pengembangan kakao di Provinsi Maluku Utara adalah di Kabupaten

Halmahera Barat. Lokasi di Kabupaten Halmahera Barat tersebar di di Kecamatan Sahu dan

Kecamtan Ibu. Gambaran letak lokasi potensi dapat dilihat pada Gambar 7.10.

 A.  Luas Potensi Pengembangan dan Kemungkinan Perluasannya

Luas lahan potensial untuk pengembangan kakao di Kabupaten Halmahera Barat adalah10.000 ha, meliputi Kecamatan Sahu 5.000 ha dan Kecamatan Ibu 5.000 ha.

B.  Status Lahan

Status lahan untuk pengembangan kakao di Kabupaten Halmahera Barat terdiri dari tanah

negara dan tanah masyarakat.

Page 40: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 40/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 40

Gambar 7.10 Letak Lokasi Potensi Pengembangan Kakao diKabupaten Halmahera Barat Provinsi MalukuUtara

C.   Arahan Alokasi Ruang (Menurut RTRW)

Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku Utara, lokasi potensi berada pada

kawasan pemanfaatan sebagai Kawasan Budidaya Tanaman Perkebunan. Dengan demikian,

pengembangan perkebunan kakao di daerah tersebut tidak akan menyalahi peraturan daerah

setempat.

D.  Ketersediaan Fasilitas dan Prasarana Pendukung

Kondisi jalan di wilayah Kabupaten Halmahera Barat baik itu jalan provinsi maupun jalan

kabupaten belum semuanya dalam kondisi baik, sebagian masih berupa jalan tanah. Jalan

dengan kualitas hotmix baru di sebagian ruas jalan Sidangoli – Jailolo dan jalan dengan

kualitas aspal lapen terdapat di ruas jalan Sidangoli – Jailolo – Goal – Ibu – Goin. Sedangkan

kondisi jalan yang masih berupa tanah terdapat pada ruas jalan yang menghubungkan Goin –

Kedi serta ruas – ruas yang menghubungkan desa – desa yang berada di pedalaman pulau.Sebagian besar kondisi jalan tersebut rusak berat karena belum mendapat peningkatan jalan

atau rendahnya tingkat pemeliharaan jalan dan untuk kondisi jalan tanah yang

menghubungkan Kedi – Goin sebagian besar masih berupa jalan setapak yang hanya dapat

dilewati oleh pejalan kaki, sepeda motor, serta gerobak terutama pada musim kering.

Ditinjau dari kondisi dan kelas jalan sebagian besar masih ditingkat kelas jalan III. Untuk itu

Page 41: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 41/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 41

mengingat pentingnya peranan jalan dalam kegiatan ekonomi dan pergerakan arus barang

dan penumpang, maka perlu dilakukan upaya pembangunan dan peningkatan jalan aspal

yang ada di wilayah Kabupaten Halmahera Barat, khususnya jalan yang menghubungkan

antara pusat-pusat kecamatan seperti ruas Kedi – Goin atau kota/wilayah lain yang potensial

akan memberi percepatan pengembangan daerah yang dilalui. Data selengkapnya mengenai

kondisi jalan provinsi di Kabupaten Halmahera Barat dapat dilihat pada Tabel 7.21.

 Transportasi laut merupakan tulang punggung perhubungan bagi Kabupaten Halmahera

Barat, seperti halnya di kepulauan di Maluku Utara karena wilayahnya yang berbentuk

kepulauan dan kota-kota kecamatan yang ada terdapat di pesisir barat – utara Pulau

Halmahera. Sarana transportasi laut yang melayani kepulauan Maluku Utara terdiri dari kapal

nusantara, perintis, dan kapal pelayaran rakyat (Pelra), yang dikelola oleh pemerintah,

perusahaan swasta maupun perseorangan. Pelayaran dari PELNI sendiri sendiri belum

menjangkau ke wilayah Halmahera Barat. Kelengkapan prasarana transportasi laut antara lain

berupa sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP – mercusuar) baik milik pemeristah maupun

swasta, pelabuhan nasional dan pelabuhan lokal/rakyat.

Page 42: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 42/54

 

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 42

Tabel 7.21 Panjang Ruas dan Status Jalan Provinsi di Kabupaten Halmahera Barat

 Jenis Perkerasan Kondisi Jalan

No. Nama RuasPanjang

(Km) AspalHotmix

(km)

 AspalLapen(km)

Sirtu(km)

Tanah(km)

Baik(km)

Sedang(km)

RusakRingan(km)

RusaBera(km

1 Sidangoli – Jailolo 32,00 21,50 10,50 18,00 3,50 0,52 Jailolo - Goal 21,19 21,19 3 Goal – Ibu 42,20 42,20 30,00 12,24 Ibu - Toliwang 73,70 73,70 73,75 Ibu – Kedi 26,00 26,00 26,0

6 Kedi - Darume 40,007 Pasalulu - Togorebatua

7,50 7,50 7,50

8 Togorebatua - Kao 40,00 40,00 40,09 Kedi – Lapter

(Galela)21,00 21,00 21,0

Sumber : - RTRW Kabupaten Halmahera Barat, 2004.

Keterangan : I = 15,00 ton

IIA = 10,00 ton

IIB = 7,50 ton

IIC = 5,00 ton

III = 3,50 ton

Page 43: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 43/54

Penyusunan Peta Komodit

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang

VII - 43

Page 44: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 44/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 44

Saat ini, rute pelayaran yang sudah dilayani berua pelayaran lokal dengan menggunakan

kapal-kapal motor dan juga motor tempel dan speed boat. Beberapa rute perintis yang

sedang disiapkan antara lain pengembangan rute perintis R29A dan R29B untuk memenuhi

pelayanan transportasi perintis daerah-daerah yang belum terlayani rute pelayaran. Beberapa

Pelabuhan Laut yang terdapat di Kabupaten Halmahera Barat, yaitu :

•  Pelabuhan Jailolo

Pelabuhan Jailolo merupakan pelabuhan utama di Kabupaten Halmahera Barat.

Berdasarkan klasifikasinya pelabuhan ini merupakan pelabuhan orde IV di bawah

pelabuhan A. Yani Ternate. Pelabuhan ini mempunyai panjang dermaga sekitar 60 m

dengan konstruksi beton, tempat bongkar muat berupa areal pergudangan seluas 113 m2 

dan lokasi penumpukan sekitar 1.040 m2 namun belum memiliki forlift.

•  Pelabuhan Sidangoli

Pelabuhan Sidangoli merupakan kantor pelabuhan yang terdapat di Kecamatan Jailolo

Selatan, merupakan simpul penghubung bagian dari sistem transportasi darat yang

menghubungkan Halmahera Utara, barat, dan tengah. Konstruksi dermaga masih

berupa konstruksi kayu. Pelabuhan ini melayani rute utama ke Ternate dengan

menggunakan kapal motor atau speed boat.

•  Pelabuhan Kedi

Pelabuhan Kedi berada di Kecamatan Loloda. Kondisi pelabuhan ini masih pelabuhan

alami, yang melayni rute Ternate – Loloda PP. Faktor kondisi jaln yang menghubungkan

Kota Ibu – Kedi yang masih berupa jalan tanah memberi peranan kepada Pelabuhan

Kedi yang lebih besar untuk pergerakan dari dan menuju Kedi.

•  Pelabuhan Susupu dan Pelabuhan Ibu

Pelabuhan Susupu terdapat di pusat Kecamatan Sahu dan Pelabuhan Ibu terletak di

pusat Kecamtan Ibu. Kedua pelabuhan ini merupakan pealbuhan tingkat kecamatan,

namun konstruksinya masih berupa pelabuhan alami untuk kegiatan lokal.

Kabupaten Halmahera Barat memiliki sebuah pelabuhan udara yaitu Bandara Kuripasai yang

terdapat di daerah Akidre Pasai Kecamatan Jailolo. Bandara Kuripasaiadalah milik TNI-AU,

sehingga pengoperasiannya dilakukan berdasarkan kepentingan TNI-AU. Pada awalnya

bandara ini melayani penerbangan perintis, namun saat ini tidak dipergunakan secara optimal

terutama karena ditutupnya penerbangan perintis yang melayani rute Jailolo – Ternate atau

rute lainnya. Mengingat semakin pentingnya fungsi bandara bagi aksesibilitas wilayah

Kabupaten Halmahera Barat dan agar pemanfaatannya lebih optimal, maka pengelolaan

Bandara Kuripasi perlu dilaksanakan secara publik, yang tadinya dikelola oleh TNI-AU

diserahkan sepenuhnya kepada Pemda Kabupaten Halmahera Barat.

Page 45: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 45/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 45

Pemenuhan kebutuhan air bersih di Kabupaten Halmahera Barat berasal dari sumber-

sumber air bersih, seperti sumur galian, mata air, dan sungai. Selain itu, kebutuhan air bersih

juga dilayani oleh pemerintah daerah melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Kebutuhan energi listrik di Kabupaten Halmahera Barat dilayani oleh PT. Perusahaan Listrik

Negara (PLN) melalui unit-unit Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang terdapat di

Kecamatan Jailolo, Ibu, dan Loloda. Jumlah kapasitas terpasang sampai tahun 2002 adalah

3.810 KW, produksi 3.175.498 KWH, dan daya sambung 2.308.450 KVA.

Untuk telekomunikasi dalam hal ini telepon, daerah Kabupaten Halmahera Barat belum

semua terjangkau oleh jaringan telepon. Pelayanan yang diberikan oleh PT. Telkom di

 wilayah Kabupaten Halmahera Barat baru melewati Ibukota Jailolo dengan kapasitas sentral

sampai 2002 adalah 292 SST dan kapasitas jaringan 440 SST.

E.  Kondisi Geografis dan Klimatologi Wilayah

Kabupaten Halmahera Barat merupakan kabupaten yang dibentuk setelah dikeluarkannya

UU No. 1 tahun 2003 Tanggal 25 Februari 2003 tentang Pembentukan Kabupaten

Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula, Kabupaten

Halmahera Timur, dan Kota Tidore Kepulauan di Provinsi Maluku Utara. Wilayah

Kabupaten Halmahera Barat berasal dari Wilayah Kabupaten Maluku Utara yang

dimekarkan menjadi 3 kabupaten baru.

Secara geografis Kabupaten Halmahera Barat yang memiliki luas wilayah 223.467 ha dengan

Ibukota Kabupaten Jailolo ini, berada antara 10  sampai 30 Lintang Utara dan 1250 sampai

1280 Bujur Timur. Adapun batasan wilayah administrasinya, sebagai berikut:

•  Sebelah Utara berbatasan dengan Samudera Pasifik dan Kabupaten Halmahera Utara

•  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Tidore Kepulauan

•  Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Maluku

•  Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Utara

Karakteristik iklim Wilayah Kabupaten Halmahera Barat dipengaruhi oleh iklim laut tropis

dengan curah hujan antara 1.500 – 3.500 mm/tahun. Klasifikasi wilayah berdasarkan curah

hujan adalah sebagai berikut :

•   Wilayah Kecamatan Jailolo dan Jailolo Selatan memiliki curah hujan rata-rata sebesar

1.500 – 2.000 mm

Page 46: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 46/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 46

•   Wilayah Kecamatan Sahu, pada dataran rendah mulai dari pesisir pantai memiliki curah

hujan rata – rata 2.501 – 3.000 mm, sedangkan pada bagian timur wilayah kecamatan

curah hujan rata – rata sebesar 1.501 – 2.000 mm.

•   Wilayah Kecamatan Ibu memiliki curah hujan rata – rata 2.501 – 3.000 mm.

•   Wlayah Kecamatan Loloda bagian selatan memiliki curah hujan 2.501 – 3.000 mm,

sedangkan bagian utara memiliki curah hujan 3.001 – 3.500 mm.

Sedangkan berdasarkan iklim musimnya, wilayah Kabupaten Halmahera Barat memiliki dua

musim, yaitu:

•  Musim Utara pada Bulan Oktober – Maret, dan ,usim pancaroba pada bulan April.

•  Musim Selatan pa Bulan April – September yang diselingi angin timur dan

pancaroba pada Bulan September.

Suhu udara rata-rata di Kabupaten Halmahera Barat adalah 27,260C, kelembaban relatif

87,52%, kecepatan angin 12,02 km/jam, dan rata-rata jumlah hari hujan per bulan sebanyak

16,33 hari hujan. Wilayah Kabupaten Halmahera Barat terletak pada ketinggian antara 0 –

2.000 meter di atas permukaan laut (dpl). Berdasarkan ketinggiannya, wilayah Kabupaten

Halmahera Barat dikelompokkan menjadi dua, yaitu daerah dengan ketinggian di bawah 750

m dpl dan daerah dengan ketinggian di antara 750 – 2.000 m dpl. Secara rinci ketinggian

 wilayah Kabupaten Halmahera Barat dapat dilihat pada Tabel 7.22.

Tabel 7.22 Luas Wilayah Menurut Ketinggian di Kabupaten Halmahera Barat (ha)Ketinggian (m dpl)

No. Kecamatan< 750 750 – 2.000

1 Jailolo 25.120,6 72 Jailolo Selatan 31.332,8 2.039,53 Sahu 54.336,4 1.238,54 Ibu 49.314,8 4.316,65 Loloda 55.409 351,5

 TOTAL 215.513,6 7.953,1Sumber : Analisis Peta Zona Agroekologi dan Komoditas Utama dalam RTRW Kabupaten Halmahera Barat.

Dilihat dari kelerengannya, sebagian besar wilayah Kabupaten Halmahera Barat adalah

daerah dengan kemiringan > 40%, yaitu seluas 138.499,5 ha atau 61,98% dari luas wilayah.

Daerah tersebut sebagian besar tersebar di Kecamatan Loloda dan Ibu dengan fisiografi

berupa perbukitan dan pegunungan yang memiliki lereng terjal. Sedangkan, daerah dengan

kemiringan 15 – 40% (26,21% dari luas wilayah) lebih banyak tersebar di Kecamatan Sahu

dan Ibu.

Page 47: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 47/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 47

Berdasarkan kriteria ketinggian tempat, curah hujan, dan kemiringan lereng lokasi dapat

digolongkan cocok untuk budidaya kakao dan termasuk pada golongan S2  – S3  menurut

Tabel 5.1 pada Bab V.

F. 

 Jenis dan Karakteristik Tanah di Wilayah Pengembangan

Menurut jenis media dan proses geologi yang mempengaruhi, jenis tanah pada Kabupaten

Halmahera Barat terdiri dari jenis tanah aluvial, latosol, regosol, dan podsolik merah kuning.

 Adapun sebaran dari masing-masing jenis tanah di daerah Kabupaten Halmahera Barat,

antara lain :

•   Jenis tanah alluvial terdapat pada Kecamatan Jailolo Selatan

•   Jenis tanah latosol terdapat pada Kecamatan Jailolo Selatan, Jailolo, dan Loloda

•   Jenis tanah regosol terdapat pada Kecamatan Jailolo, Sahu, Ibu, dan Loloda

•  Jenis tanah podsolik merah kuning terdapat pada Kecamatan Loloda

G.  Ketersediaan Tenagakerja/SDM

 Jumlah penduduk Kabupaten Halmahera Barat pada tahun 2003 sebanyak 94.550 jiwa,

terdiri dari laki-laki 46.903 jiwa dan perempuan 47.647 jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten

Halmahera Barat dari kurun waktu tahun 2000 sampai 2003 menunjukkan adanya

pertumbuhan, sedangkan pada tahun 1999 – 2000 terjadi penurunan sekitar 44%. Hal ini

karena pada tahu 1999 terjadi konflik sosial di wilayah Maluku Utara sehingga meningkatkan

angka kematian dan juga migrasi ke luar. Besarnya pertumbuhan penduduk rata-rata dari

kurun waktu tahun 1996 – 2003 adalah sebesar 2,196%.

Dilihat dari komposisi penduduk menurut kelompok umur, maka sebagian besar penduduk

merupakan golongan usia kerja (15 – 59 tahun) yaitu sebanyak 56,81% dari total penduduk

(data masih berdasarkan pada data Kabupaten Maluku Utara sebelum pemekaran). Jumlah

angkatan kerja adalah 280.257 orang, yang terdiri dari 175.136 orang laki-laki dan 137.236

orang perempuan. Data selengkapnya mengenai jumlah angkatan kerja dan bukan angkatan

kerja dapat dilihat pada Tabel 7.23.

Page 48: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 48/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 48

Tabel 7.23  Jumlah Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Penduduk KabupatenMaluku Utara*)

Kegiatan Laki-Laki Perempuan JumlahI. Angkatan Kerja

-Bekerja 156.991 126.890 259.766

- Mencari Kerja 18.145 10.346 20.491 Jumlah Angkatan Kerja 175.136 137.236 280.257II. Bukan Angkatan Kerja

- Sekolah 68.307 69.845 138.152- Mengurus Rumah Tangga 4.513 27.901 32.414- Lainnya 11.860 14.571 26.431

 Jumlah Bukan Angkatan Kerja 84.680 112.317 196.997 Jumlah Angkatan Kerja + Bukan 260.780 249.547 510.327

Sumber : Survey Ekonomi Nasional 2002 dalam RTRW Kab. Halmahera Barat.

*) Data Kabupaten Maluku Utara sebelum dimekarkan

H.  Rencana Strategis Daerah pada Pengembangan Fasilitas dan Prasarana di Sekitar

Lokasi Wilayah Pengembangan KomoditiBerdasarkan RTRW Provinsi Maluku Utara, arahan kebijakan pengembangan kawasan

Halmahera Barat untuk fasilitas dan prasarana, adalah sebagai berikut :

•  Pemgembangan kawasan Sidangoli sebagai pintu keluar – masuk yang menghubungkan

dari/ke daratan pulau Halmahera

•  Pengembangan prasarana utama untuk kegiatan industri, seperti listrik, air bersih, dan

telekomunikasi

•  Pengembangan dan peningkatan prasarana penunjang lainnya, seperti jalan raya dan

penyebrangan, pelabuhan .laut, dan pelabuhan udara

I.  Rencana Strategis Daerah Terkait Pengembangan Komoditi di Wilayah

Berdasarkan RTRW Provinsi Maluku Utara, arahan kebijakan pengembangan kawasan

Halmahera Barat untuk sektor pertanian dan perkebunan, adalah sebagai berikut :

•  Peningkatan produksi dan produktivitas pertanian dan perkebunan dan melakukan

peremajaan tanaman perkebunan serta diversifikasi tanaman perkebunan

•  Pemgembangan prasarana dan sarana teknologi pasca panen 

 J. 

Perusahaan Pengembangan Komoditi Sejenis di Sekitar/TerdekatDari data yang diperoleh, belum terdapat perusahaan pengembang komoditi kakao di

Kabupaten Halmahera Barat maupun di Provinsi Maluku Utara. Perusahaan perkebunan

kakao terdekat adalah terdapat di Provinsi Maluku, yaitu PT. Perkebunan Nusantara XIV.

Perkebunan ini beralamat di Kelurahan Awaya Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku

 Tengah.

Page 49: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 49/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 49

7.7  Provinsi Papua dan Irian Jaya Barat

7.7.1  Wilayah Potensi Kabupaten Sorong Selatan, Paniai, Waropen, Keerom,

dan Jayapura

 Wilayah potensi pengembangan kakao di Provinsi Papua dan Irian Jaya Barat adalah diKabupaten Sorong Selatan, Paniai, Waropen, Keerom, dan Jayapura. Gambaran letak lokasi

potensi dapat dilihat pada Gambar 7.11.

Gambar 7.11 Letak Lokasi Potensi Pengembangan Kakao di Kabupaten ProvinsiPapua dan Irian Jaya Barat

 A.  Luas Potensi Pengembangan dan Kemungkinan Perluasannya

Luas lahan potensial untuk pengembangan kakao di Provinsi Papua dan Irian Jaya Barat

adalah 210.000 ha, dengan rincian seperti pada Tabel 7.24.

B.  Status Lahan

Status lahan untuk pengembangan kakao di Provinsi Papua dan Irian Jaya Barat terdiri dari

tanah negara dan tanah masyarakat.

Lokasi pengembangankakao di Provinsi Papuadan Irian Jaya Barat

Page 50: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 50/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 50

Tabel 7.24 Rincian Lahan Potensi Pengembangan Kakao di Provinsi Papua danIrian Jaya Barat 

Kabupaten Kecamatan Luas (Ha)

 Waropen  Waren 80.000Keerom

Senggi 50.000 Jayapura Navere 30.000Sorong Selatan  Ayamaru 20.000Paniai Biandogu 30.000

 Jumlah 21.000Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Papua dan Irian Jaya Barat, 2004

C.   Arahan Alokasi Ruang (Menurut RTRW)

Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua dan Irian Jaya Barat, lokasi potensi

berada pada kawasan pemanfaatan sebagai Kawasan Budidaya Tanaman Perkebunan.

Dengan demikian, pengembangan perkebunan kakao di daerah tersebut tidak akan

menyalahi peraturan daerah setempat.

D.  Ketersediaan Fasilitas dan Prasarana Pendukung

Pembangunan jalan dilakukan di 11 kabupaten/kota, yaitu Kota Jayapura, Kabupaten

 Jayapura, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Merauke, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten

 Yapen Waropen, Kabupaten Manokwari, Kabupaten Fak-Fak, Kabupaten Mimika,

Kabupaten Nabire, dan Kabupaten Sorong. Jaringan jalan lintas ini merupakan satu sistem

jaringan yang akan menghubungkan dengan kabupaten baru, seperti Bintuni, Sorong Timur,

Sarmi, Boven Digul, Mappi, dan Tolikara.

Selain itu tersedia pula fasilitas-fasilitas pelabuhan laut dan terus dilakukan peningkatan

fasilitasnya, yaitu Pelabuhan Laut Pomako, Pelabuhan Laut Kaimana, Pelabuhan Laut Sarmi,

dan Pelabuhan Laut Waren. Selain itu juga sedang dilakukan pembangunan dermaga

penyeberangan baru Samabusa tahap III Nabire.

 Air bersih khususnya air minum menurut data tahun 2003 belum tersedia di semua

kabupaten di Provinsi Papua. Hanya 7 kabupaten yang mendapatkan pelayanan dari

perusahaan air minum Provinsi Papua, sedangkan 12 kabupaten lainnya belum mendapatkan

pelayanan air minum. Kabupaten yang memdapatkan pelayanan perusahaan air minum

papua tersebut yaitu, Merauke, Jayawijaya, Jayapura, Nabire, Yapen Waropen, Biak Numfor,

dan Jayapura.

Dari data Papua dalam Angka tahun 2003 diketahui bahwa saat ini hanya 9 kabupaten yang

terlayani aliran listrik dan 10 kabupaten yang belum memiliki aliran listrik. Daerah yang

Page 51: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 51/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 51

mendapatkan aliran listrik, yaitu Merauke, Jayawijaya, Jayapura, Paniai, Nabire, Mimika,

 Yapen Waropen, Biak Numfor, dan Jayapura.

E.  Kondisi Geografis dan Klimatologi Wilayah

Provinsi Papua memiliki luas wilayah 324.850 km2, terletak antara 2025’ Lintang Utara

sampai 9000’ Lintang Selatan dan 1300  Bujur Timur sampai 1410  Bujur Timur. Secara

administratif, batas-batas wilayah adalah sebagai berikut:

  Utara : Samudra Pasifik

  Selatan : Laut Arafura

  Barat : Laut Seram, Laut Banda, Provinsi Maluku

   Timur : Negara Papua New Guinea

Keadaan topografi di Provinsi Papua dapat dilihat pada Tabel 7.25 berikut:

Kondisi iklim di Provinsi Papua cukup bervariasi dari daerah yang beriklim kering di Pantai

Selatan akibat pengaruh angin kering yang bertiup dari dataran Australia sampai dengan

beriklim basah dengan curah hujan tinggi di Pantai Utara dan Pegunungan Tengah Papua.

Letak secara geografis Papua yang terletak di daerah khatulistiwa menyebabkan daerah ini

beriklim tropis dan akibat letak Papua di antara Benua Asia dan Australia maka iklimnya

dipengruhi oleh angin Muson yang bertiup secara bergantian setiap enam bulan sekali.

Tabel 7.25  Keadaan Topografi Berdasarkan Kelas Ketinggian di Atas PermukaanLaut (2004) 

Luas Areal Berdasarkan Ketinggian (ha)No.

Kabupaten/Kotamadya 0 – 100 m

> 100 –500 m

> 100 –1.000 m

>1.000 m Jumlah

1. Merauke 11.460.273 284.269 230.021 337 11.974.0002. Jayawijaya 358.650 336.400 1.632.600 2.963.950 5.291.6003. Jayapura 3.133.806 2.140.205 731.108 144.181 6.149.3004. Nabire 43.625 25.400 59.215 896.460 1.024.7005. Y. Waropen 1.088.650 357.000 87.250 341.700 1.874.6006. Biak Numfor 75.005 183.930 51.565 2.500 313.0007. Puncak Jaya 754.974 2.000 8.750 687.476 1.453.2008. Paniai 574.615 31.553 57.966 892.166 1.556.3009. Mimika 1.603.103 298.121 271.872 610.304 2.753.40010. Kodya Jayapura 37.600 30.591 25.809 - 94.000

 Jumlah 19.130.301 3.689.469 3.126.156 6.539.074 32.485.400

Sumber: Dinas Perkebunan Papua, 2005. 

Parameter iklim yang terjadi di beberapa daerah Meteorologi di Provinsi Papua dapat dilihat

pada Tabel 7.26. berikut:

Page 52: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 52/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 52

Tabel 7.26  Keadaan Iklim di Papua Tahun 2004 

No. LokasiTemperatur

Rata-rata( 0 C)

KelembabanRata-rata

(%)

LamanyaPenyinaranMatahari

(%)

CurahHujan

TahunanRata-rata

1 Merauke 26,7 80 70 1.1572 Wamena 19,5 84 65 1.8953 Sentani 27,3 84 71 1.9874 Nabire 27,6 82 69 3.7455 Kaimana 27 84 70 2.1516 Sorong 28,1 83 62 2.0317 Manokwari 27,4 83 67 2.4028 Biak 28,1 84 65 2.156

Sumber: Dinas Perkebunan Papua, 2005.

F.   Jenis dan Karakteristik Tanah di Wilayah Pengembangan

Di Provinsi Papua terdapat enam jenis tanah, yaitu:

 Podsolik merah kuning, struktur tanahnya gumpal dan pejal di lapisan bawah akibatnyaadanya proses penumpukan liat pada lapisan bawah menyebabkan drainase buruk dan

aliran permukaan mudah sekali terjadi pada tanah yang letaknya pada lereng miring, pH

tanah 4 – 5 dengan sifat masam. Luas penyebaran podsolik merah kuning sekitar

8.000.000 ha dengan daerah utama di Kabupaten Merauke ex Kabupaten Fak-Fak, Sorong

dan Manokwari

 Organosol, sering juga disebut tanah gambut yang bercirikan dengan ketebalan bahan

organik lebih dari 40 cm, pH tanah sangat masam antara 3 – 4, peka terhadap erosi. Luas

penyebaran sekitar 3.000.000 ha dengan daerah sekitar Merauke, Agats, Jayapura (sekitar

Membrano) ex sepanjang Pantai Selatan Sorong (Inanwatan), Manokwari (Babo, Bintuni)

  Alluvial, berasal dari bermacam asal timbunan dan akibat endapan air dan angin. Tanah

berwarna kelabu hingga coklat dengan tekstur halus dan strukturnya pejal. Luas

penyebaran sekitar 7.000.000 ha di Pantai Utara Jayapura sampai Nabire, sepanjang Pantai

Selatan dari Mimika Timur sampai Merauke

 Latosol, dicirikan dengan solum tebal sekitar 1,5 – 10 m, berwarna merah sampai uning.

 Tekstur tanah liat dan struktur remah hingga bergumpal/gembur, pH tanah antara 4 – 6

dengan kadar bahan organik rendah. Luas penyebaran sekitar 300.000 ha di sekitar

 Jayapura dan ex sebelah Barat Manokwari

 Renzina, terbentuk pada iklim dengan curah hujan tahunan rata-rata lebih 1.500 mm,

mempunyai solum dangkal, warna kelabu dan hitam, pH tanah bagian atas masam dan

lapisan bawah alkalis antara 6 – 8, luas penyebaran sekitar 300.000 ha di sekitar Pulau Biak,

Pantai Selatan Yapen, sepanjang Pulau Waigeo, serta sekitar kepulauan Raja Ampat

 Mediteran, terbentuk pada iklim dengan hujan 800 – 2.500 mm per tahun dengan

ketinggian 0 – 400 mdpl, solum tanah tebal 1 – 2 m berwarna kuning hingga merah, pH

Page 53: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 53/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

VII - 53

tanah netral 6 – 7,7. Luas penyebaran sekitar 200.000 ha di kawasan Pulau Numfor,

Manokwari, dan Jayapura daerah perbukitan.

G.  Ketersediaan Tenagakerja/SDM

 Jumlah penduduk Provinsi Papua pada tahun 2003 adalah sebanyak 2.469.785 jiwa, terdiri

dari laki-laki 1.295.941 jiwa dan perempuan 1.174.744 jiwa. Besarnya pertumbuhan

penduduk rata-rata dari kurun waktu tahun 1990 – 2003 adalah sebesar 3,18%.

H.  Rencana Strategis Daerah pada Pengembangan Fasilitas dan Prasarana di Sekitar

Lokasi Wilayah Pengembangan Komoditi

Rencana strategis Provinsi dalam pengembangan fasilitas sarana dan prasarana adalah

sebagai berikut :

•  pengembangan infrastruktur, terutama pada jaringan strategis lintas wilayah

Kabupaten/kota

•  pembangunan bandar udara dan dermaga untuk mendukung pelayanan sosial pada

pusat-pusat permukiman untuk mendukung pertumbuhan ekonomi rakyat dan

pembangunan sektor strategis

•  pengembangan jaringan jaringan irigasi untuk mendukung pengembangan kawasan

sentra produksi untuk mendukung produksi pertanian

•  penanggulangan banjir pada Kabupaten/Kota yang rawan banjir

•  penanganan abrasi pantai pada Kabupaten/Kota yang rawan abrasi pantai

•  pembangunan jaringan jalan lokal strategis yang menghubungakan jaringan utama, untuk

mendukung kegiatan ekonomi dan pelayanan sosial masyarakat

•  pembangunan jaringan jalan 11 (sebelas) ruas jalan strategis lintas Kabupaten/Kota

yakni Mimika – Pomako, Nabire – Wagete – Enarotali, Sorong – Klamono – Ayameru –

Kebar – Manokwari, Manokwari – Bintuni, Jayapura – Wamena, Mulia, Merauke –

 Waropko, Jayapura – Sarmi, Serui – Menawi – Saubeba Fakfak – Kokas – Bomberai,

Sorong – Makbon – Mega – Sausapor – Manokwari dan ruas jalan Jayapura – Hamadi –

Holtekang – Perbatasan Papua New Guinea

•  penyediaan prasarana dan sarana listrik pedesaan

•  pembangunan pelabuhan peti kemas berskala besar di muara Sungai Digul dan

pembangunan dermaga Sungai Bian untuk keperluan mobilitas sarana pendukung dan

keperluan ekspor.

Page 54: kakao_informasikewilayahan

7/21/2019 kakao_informasikewilayahan

http://slidepdf.com/reader/full/kakaoinformasikewilayahan 54/54

Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia 

I.  Rencana Strategis Daerah Terkait Pengembangan Komoditi di Wilayah

Rencana Strategis Provinsi Papua dan Irian Jaya Barat terkait pengembangan komoditi

perkebunan adalah sebagai berikut :

•  terjadinya pembangunan yang berkelanjutan sejak proses on farm sampai dengan off

farm

•  pendekatan potensi dan aksebilitas sumber daya alam, serta sosio kultural masyarakat

•  menghindari adanya sistem pembukaan lahan dengan pembakaran

•  pembangunan kebun dalam hamparan dan luasan skala ekonomi yang dapat mengakses

pasar

•  meningkatkan produktivitas dan efisiensi masyarakat pada kegiatan hulu dan hilir

•  peningkatan produktivitas dan kualitas perkebunan

 J. 

Perusahaan Pengembangan Komoditi Sejenis di Sekitar/TerdekatDari data yang diperoleh, terdapat satu perusahaan pengembang komoditi kakao di Proponsi

Papua. Perusahaan perkebunan kakao tersebut yaitu PT. Coklat Ransiki yang terdapat di

Kabupaten Manokwari jalan Nazimi Warsui Desa Abresso Kecamatan Ransiki.