Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS AKHIR
KAJIAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI
DAUR ULANG SAMPAH NAGARI PARAMBAHAN
TANAH DATAR
Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
IGA TRI AYU NINGRUM
1510024428007
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
2019
TUGAS AKHIR
KAJIAN TIMBULAN, KOMPOSISI, DAN POTENSI DAUR
ULANG SAMPAH NAGARI PARAMBAHAN
Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Disusun Oleh :
IGA TRI AYU NINGRUM
1510024428007
Disetujui,
Dosen Pembimbing Yaumal Arbi, MT Nofriya, ST., M.Si
NIDN : 1007058407 NIDN : 1022118701
Ketua Program Studi Ketua STTIND Padang
Yaumal Arbi, MT H. Riko Ervil, MT
NIDN : 1007058407 NIDN : 1014057501
Surat Pernyataan
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Iga Tri Ayu Ningrum
NPM : 151002448007
Program Studi : Teknik Lingkungan
Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya susun dengan judul :
“Kajian Timbulan, Komposisi, dan Potensi Daur Ulang Sampah Nagari
Parambahan Tanah Datar”
Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat skripsi
orang lain. Apabila kemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan
gelar kesarjanaannya).
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
Padang, September 2019
Pembuat Pernyataan
(Iga Tri Ayu Ningrum)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“Kajian Timbulan, Komposisi, dan Potensi Daur Ulang Nagari Parambahan
Tanah Datar”. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan
dalam menyelesaikan jenjang perkuliahan Strata I Teknik Lingkungan Sekolah
Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
Rasa cinta dan bangga penulis persembahkan kepada Ayahanda, Ibunda, serta
saudara tercinta atas do’a dan semangat yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Riko Ervil, MT selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang;
2. Bapak Yaumal Arbi, MT selaku Dosen Pebimbing 1 sekaligus Ketua
Program Studi Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang yang telah meluangkan banyak waktu dalam
memberikan bantuan moral, spiritual dan material sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan tugas akhir ini;
3. Bapak Nofriya, ST,.M.Si selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah
meluangkan banyak waktu dalam memberikan bantuan moral, spiritual dan
material sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini;
4. Dosen dan staff karyawan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND)
Padang;
5. Orang tua dari penulis yang telah memberikan bantuan yang tidak dapat
penulis katakana, baik dari segi moril ataupun materil dalam mendukung
penyelesaian tugas akhir ini;
6. Teman-teman mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan STTIND Padang
yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan dengan pahala
yang berlipat ganda. Penulis sadar bahwa tugas akhir ini masih jauh dari
ii
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi peningkatan di
masa depan. Semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kemajuan
ilmu pengetahuan dan masyarakat luas pada umumnya.
Padang, September 2019
Penulis
i
ABSTRACT
Nagari Parambahan is a nagari located in Tanah Datar District of West Sumatra.
Nagari with a population of 2420 people has not implemented a good waste
management system, because they only collect garbage in front of the house and
then transport it once a week by officers. Then it is necessary to do a study to find
out the composition, characteristics, handling, and potential for recycling of
waste produced by the nagari. To find out solid waste generation and
composition, refer to SNI 19-3964-1994. From the results of data collection, the
number of solid waste generated in Nagari Parmbahan is 2.02 l/o/h domestic
waste, 1.58 l/o/h shop waste, 0.74 l/o/h office waste, and 1.57 school waste l/o/h
with the criteria for planning for 20 years a population projection is carried out.
In 2039 the population projection result using the least square method was 3156
inhabitants. For the projected solid waste generation in 2039, a solid waste
generation will be 3.37 l/o/h. The average amount of waste based on the
percentage of composition is 10% paper waste, 14% plastic, 60% food scraps,
cans or metals 4%, yard waste 10%, other waste 2%. Then the generation of wet
waste in the village of Parambah 6.78 m3, dry waste 3.07 m3, and other waste
0.74 m3. Potential for recycling waste is 4.34 m3 which can be composted, and
plastic waste that can be recycled is 0.89 m3. Fertilizers made using semi-
anaerobic composter can be used by farmers to reduce the use of chemical
fertilizers.
Keywords: Solid Waste, Composition, Characteristics and Potential Of Recycling
i
ABSTRAK
Nagari Parambahan adalah sebuah nagari yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar
Sumatera Barat. Nagari dengan penduduk 2420 jiwa ini belum menerapkan sistem
pengelolaan sampah yang baik, karena mereka hanya mengumpulkan sampah di
depan rumah lalu diangkut sekali seminggu oleh petugas. Maka perlu dilakukan
kajian untuk mengetahui komposisi, karakteristik, penanganan, dan potensi daur
ulang sampah yang dihasilkan nagari tersebut. Untuk mengetahui timbulan
sampah dan komposisi sampah merujuk pada SNI 19- 3964-1994. Dari hasil
pengambilan data didapatkan jumlah timbulan sampah di Nagari Parmbahan yaitu
sampah domestik 2,02 l/o/h, sampah toko 1,58 l/o/h, sampah kantor 0,74 /o/h, dan
sampah sekolah 1,57 l/o/h dengan kriteria perencanaan selama 20 tahun maka
dilakukan proyeksi jumlah penduduk. Pada tahun 2039 penduduk hasil proyeksi
dengan menggunakan metoda least square sebanyak 3156 jiwa. Untuk proyeksi
timbulan sampah tahun 2039 didapatkan timbulan sampah 3,37 l/o/h. Rata-rata
jumlah sampah berdasarkan persentase komposisinya yaitu sampah kertas 10%,
plastik 14%, sisa makanan 60%, kaleng atau logam 4%, sampah halaman 10%,
sampah lainnya 2%. Maka timbulan sampah basah di nagari Parambahan 6,78 m3,
sampah kering 3,07 m3, dan sampah lainnya 0,74 m3. Potensi daur ulang sampah
sebesar 4,34 m3 yang dapat dijadikan kompos, dan sampah plastik yang dapat
didaur ulang 0,89 m3. Pupuk yang dibuat menggunakan komposter semi anaerob
bisa digunakan oleh para petani agar mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Kata Kunci : Persampahan, Timbulan, komposisi, karateristik dan potensi daur
ulang
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
DAFTAR NOTASI .................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah ...................................................................... 2
1.4 Rumusan Masalah ................................................................... 3
1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................... 3
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ......................................................................... 4
2.1.1 Umum ........................................................................... 4
2.1.2 Sumber Sampah ............................................................ 5
2.1.3 Klasifikasi Sampah ....................................................... 6
2.1.4 Proyeksi Penduduk ....................................................... 6
2.1.5 Komposisi Sampah ...................................................... 8
2.1.6 Timbulan Sampah ........................................................ 8
2.1.7 Daerah Pelayanan ........................................................ 10
2.1.8 Tingkat Pelayanan ....................................................... 11
2.1.9 Pengelolaan Sampah .................................................... 12
2.1.10 TPS 3R Berbasis Masyarakat ....................................... 13
2.1.11 Potensi daur Ulang Sampah ......................................... 16
2.1.12 Pengomposan ................................................................ 17
2.1.13 Aspek Pengaturan/Legalitas ......................................... 18
2.1.14 Aspek Pembiayaan ....................................................... 18
iv
2.1.15 Aspek Institusi/Kelembagaan ....................................... 20
2.1.16 Aspek Peran Serta Masyarakat ..................................... 21
2.2 Kerangka Konseptual .............................................................. 22
2.2.1 Input ............................................................................... 23
2.2.2 Proses ............................................................................. 23
2.2.3 Output ............................................................................. 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ......................................................................... 24
3.2 Lokasi dan waktu Penelitian .................................................... 24
3.2.1 Lokasi Penelitian ........................................................... 24
3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................ 24
3.3 Variabel Penelitian ................................................................... 24
3.4 Data dan Sumber Data.............................................................. 24
3.4.1 Data Primer ..................................................................... 24
3.4.2 Data Sekunder ................................................................ 25
3.4.3 Sumber Data ................................................................... 25
3.5 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 25
3.5.1 Studi Literatur ................................................................ 25
3.5.2 Studi Lapangan .............................................................. 25
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ............................. 26
3.6.1 Teknik Pengolahan Data ................................................ 26
3.6.2 Analisa Data ................................................................... 26
3.7 Kerangka Metodologi ............................................................... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Proyeksi Penduduk ................................................................... 28
4.1.1 Metode Aritmatik ............................................................ 29
4.1.2 Metode Geometri ........................................................... 31
4.1.3 Metode Least Square ...................................................... 32
4.1.4 Perbandingan 3 Metode .................................................. 33
4.2 Hasil Pengambilan dan Pengukuran Sampling ........................ 36
4.3 Proyeksi Timbulan Sampah .................................................... 37
v
4.4 Komposisi Sampah .................................................................. 44
4.5 Pengolahan ............................................................................... 45
4.6 Potensi Daur Ulang .................................................................. 49
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 54
5.2 Saran ......................................................................................... 54
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tipikal Komposisi Sampah Pemukiman ................................. 8
Tabel 2.2 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi
Kota .......................................................................................... 10
Tabel 2.3 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Sumber ................... 10
Tabel 4.1 Data Penduduk Tahun 2014-2019 ............................................ 28
Tabel 4.2 Perhitungan Metode Aritmatik ................................................. 29
Table 4.3 Perhitungan Metode Geometri ................................................. 31
Table 4.4 Perhitungan Metode Least Square............................................ 32
Tabel 4.5 Perbandingan Nilai r dan sd ..................................................... 31
Table 4.6 Perbandingan 3 Metode ............................................................ 34
Table 4.7 Proyeksi Penduduk ................................................................... 35
Table 4.8 Data Timbulan Sampah Nagari Parambahan ........................... 37
Table 4.9 Timbulan Sampah Domestik Nagari Parambahan ................... 38
Table 4.10 Timbulan Sampah Toko Nagari Parambahan .......................... 38
Table 4.11 Timbulan Sampah Kantor Nagari Parambahan ........................ 39
Table 4.12 Timbulan Sampah Sekolah Nagari Parambahan ...................... 39
Table 4.13 Jumlah Timbulan Sampah ........................................................ 40
Tabel 4.14 Proyeksi Timbulan Sampah Tahap I ........................................ 40
Table 4.15 Proyeksi Timbulan Sampah Tahap II ....................................... 41
Table 4.16 Proyeksi Timbulan Sampah Tahap III ..................................... 42
Table 4.17 Proyeksi Timbulan Sampah Tahap IV ..................................... 43
Table 4.18 Komposisi Sampah Nagari Parambahan .................................. 45
Table 4.19 Jumlah Sampah Berdasarkan Komposisi ................................. 45
Table 4.20 Persentase Sampah Nagari Parambahan Tahap I ..................... 46
Tabel 4.21 Pengomposan dan Daur Ulang Tahap I.................................... 46
Table 4.22 Persentase Sampah Nagari Parambahan Tahap II .................... 47
Tabel 4.23 Pengomposan dan Daur Ulang Tahap II .................................. 47
Table 4.24 Persentase Sampah Nagari Parambahan Tahap III .................. 48
vii
Tabel 4.25 Pengomposan dan Daur Ulang Tahap III ................................. 48
Table 4.26 Persentase Sampah Nagari Parambahan Tahap IV .................. 48
Tabel 4.27 Pengomposan dan Daur Ulang Tahap IV ................................. 49
Tabel 4.28 Total Potensi Daur Ulang Sampah ........................................... 50
Tabel 3.29 Alat dan Bahan ......................................................................... 51
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Paradigma Pengelolaan Sampah ......................................... 13
Gambar 2.2 Proses Daur Ulang ............................................................... 15
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual .......................................................... 22
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ...................................................... 27
Gambar 4.1 Grafik Data Awal Pertumbuhan Penduduk ........................ 28
Gambar 4.2 Grafik Proyeksi Penduduk ................................................... 35
Gambar 4.3 Pengambilan dan Pengukuran Sampling ............................. 36
Gambar 4.4 Grafik Timbulan Sampah Tahap I ....................................... 41
Gambar 4.5 Grafik Timbulan Sampah Tahap II ...................................... 42
Gambar 4.6 Grafik Timbulan Sampah Tahap III .................................... 43
Gambar 4.7 Grafik Timbulan Sampah Tahap IV .................................... 44
Gambar 4.8 Detail Komposter Semi Anaerob ......................................... 50
ix
DAFTAR NOTASI
Pt = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
Po = Jumlah penduduk pada awal tahun
t = interval waktu tahun data (n-1)
Pn = Jumlah penduduk n pada tahun mendatang
Tn = tahun perkiraan jumlah penduduk yang diinginkan
T0 = Tahun terakhir pencatatan data
Yn = Jumlah penduduk pada n tahun yang mendatang
n = Jumlah tahun proyeksi
r = ratio kenaikan penduduk rata-rata pertahun
a,b = Konstanta
X = Pertambahan tahun
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tingkat pertumbuhan penduduk berpengaruh pada volume sampah yang berasal
dari hasil konsumsi penduduk. Semakin meningkatnya pertumbuhan jumlah
penduduk, pembangunan dan kegiatan industri maka sampah juga akan semakin
meningkat. Permasalahan sampah ini tidak dikelola dengan baik, maka akan
menyebabkan dampak negative bagi lingkungan, seperti pencemaran tanah, udara,
air, dan berkembangnya bakteri penyakit serta keindahan dan kebersihan
lingkungan akan rusak (Zahra and Damanhuri, 2011).
Permasalahan sampah harus diatasi dengan dibentuknya sistem pengelolaan
sampah dengan paradigma yang baru (Enri and Padmi, 2016). Sesuai dengan
Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan
sampah sejenis rumah tangga terdiri dari pengurangan dan penanganan sampah.
Undang-undang ini mengatur mengenai perubahan paradigma lama yang sistem
pengelolaan sampahnya yaitu kumpul, angkut lalu buang, sekarang akan merubah
paradigma baru dengan melakukan pengelolaan di sumber atau tempat
pengelolaan sampah berupa TPS (Tempah Pengolahan Sampah) menggunakan
metode 3R (Reduce, Reuse, Recycle) (Raharjo, Ihsan and Ruslinda, 2014).
Permasalahan pengelolaan sampah juga merupakan masalah yang sering
dikeluhkan oleh Walinagari Parambahan, Kabupaten Tanah Datar. Nagari dengan
jumlah penduduk 2420 orang (RPJM 2019 Nagari Parambahan). Jumlah
penduduk yang tinggi dan padat karena luas wilayah 499 Ha terpusat pada suatu
daerah, dan untuk satu wilayah nagari menimbulkan dampak bagi lingkungan
terutama masalah persampahan. Nagari Parambahan memiliki TPS dengan 1
kontainer kapasitas 6 m3, jadwal pengangkutan ke tempat pemrosesan akhir
(TPA) hanya 1 kali dalam satu minggu. Setiap hari TPS tersebut mendapat
kiriman sampah dari rumah-rumah penduduk di Parambahan dan sekitarnya
melebihi dari kapasitas kontainer yang tersedia. Sampah yang tidak terangkut
2
menumpuk di TPS karena pada hari ke 4 sampah di kontainer sudah penuh,
sebagian sampah dibakar dan tumpukan sampah yang belum dibakar
menimbulkan bau busuk di sekitar TPS tersebut.
Komposisi sampah yang dihasilkan perlu diketahui agar permasalah persampahan
yang ada di Nagari Parambahan dapat diatasi. Data tentang komposisi sampah
sangat penting untuk pemilihan alternatif manajemen sampah seperti daur ulang
(E.S Sanneh et al, 2011). Daur ulang memegang perananan penting dalam
mengurangi jumlah sampah, memanfaatkan kembali material terbuang,
mengurangi beban lingkungan, dan meminimalisasi biaya pengelolaan sampah
kota (Dian Kasih et al, 2018) daur ulang juga dapat memberikan keuntungan
secara ekonomi bagi masyarakat (Dewilda and Darnas, 2013). Untuk mengetahui
potensi daur ulang sampah Nagari Parambahan dilakukanlah kajian mengenai
timbulan dan komposisi sampah untuk mengetahui potensi daur ulang di Nagari
parambahan
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Nagari Parambahan belum melakukan penanganan untuk mengolah
sampah;
2. Frekuensi pengangkutan belum optimal karena masih banyaknya tumpukan
sampah di Nagari Parambahan sebelum dilakukan pengangkutan ke TPA.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan di Nagari Parambahan;
2. Mengkaji timbulan dan komposisi sampah untuk mengetahui potensi daur
ulang sampah di Nagari Parambahan.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Berapa timbulan sampah yang ada di Nagari Parambahan?
2. Berapa komposisi sampah yang ada di Nagari Parambahan?
3. Bagaimana cara menentukan potensi untuk daur ulang sampah di Nagari
Parambahan.
3
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menghitung timbulan sampah Nagari Parambahan
2. Mengkaji komposisi sampah Nagari Parambahan
3. Mengolah sampah domsetik dan non domestik untuk mendapatkan potensi
daur ulang sampah dengan periode desain 20 tahun.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Bagi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan
bagi publik untuk mengolah kembali sampah yang mereka hasilkan di Nagari
Parambahan.
2. Bagi Praktis
Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan
kedalam bentuk penelitian, meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
menganalisa dan memecahkan suatu permasalahan, menambah wawasan dan
pengetahuan.
3. Bagi Akademis
Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi
mahasiswa yang membacanya. Dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk
pembuatan jurnal dan pedoman bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian
dibidang yang sama dengan yang peneliti lakukan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Umum
Menurut Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Selanjutnya yang dimaksud dengan sampah spesifik adalah
sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan
pengelolaan khusus.
Sampah merupakan buangan padat atau setengah padat terdiri dari zat organik
dan zat anorganik yang kehadirannya tidak diinginkan atau tidak berguna
oleh masyarakat. Setiap aktivitas manusia menghasilkan sampah, dengan
bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan sampah yang dihasilkan
semakin besar. Hal ini menyebabkan masalah sampah mulai mengganggu
baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan yang
menyebabkan tercemarnya tanah, air dan udara. Oleh sebab itu sampah
tersebut perlu pengelolaan khusus agar tidak membahayakan kesehatan
manusia, lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Pengelolaan
persampahan dapat diartikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang
mengontrol jumlah timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, transfer dan
transport, daur ulang, serta pembuangan sampah dengan memperhatikan
faktor kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, konservasi lingkungan,
estetika, dan pertimbangan lingkungan lainnya (Tchobanoglous, 1993).
Sampah menurut SNI 19-2452 tahun 2002 tentang Tata Cara Pengelolaan
Teknik Sampah Perkotaan didefinisikan sebagai limbah yang bersifat padat
terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang tidak berguna lagi dan harus
dikelola agar tidak mengganggu lingkungan dan melindungi investasi
pembangunan. Sampah umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah
5
dapur), daun-daunan, ranting, karton/kertas, plastik, kain bekas, kaleng-
kaleng, debu sisa penyapuan dan sebagainya.
Definisi sampah cukup bervariasi apabila didasarkan pada tidak adanya lagi
kegunaan atau nilai dari material yang ada pada sampah tersebut. Sampah
adalah produk samping dari aktivitas manusia. Secara fisik sampah
mengandung material atau bahan-bahan yang sama dengan produk yang
digunakan sebelumnya, yang membedakannya hanya kegunaan dan nilainya.
Penurunan nilai pada banyak kasus, tergantung pada tercampurnya material-
material tersebut dan seringkali karena ketidaktahuan untuk memanfaatkan
kembali material itu. Upaya pemilahan umumnya dapat menaikkan kembali
nilai dari sampah. Dengan adanya pemilahan, maka akan ada upaya
pemanfaatan kembali material daur ulang yang ada di dalam sampah.
2.1.2 Sumber Sampah
Secara praktis sumber sampah dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
(Damanhuri dan Padmi, 2016):
1. Sampah dari permukiman, atau sampah rumah tangga
2. Sampah dari non-permukiman yang sejenis sampah rumah tangga, seperti
dari pasar, daerah komersial, dsb.
Sampah dari kedua jenis sumber ini dikenal sebagai sampah domestik.
Sedangkan sampah non-domestik adalah sampah atau limbah yang bukan
sejenis sampah rumah tangga, misalnya limbah dari proses industri.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dalam pengelolaan sampah kota di
indonesia, sumber sampah kota dibagi berdasarkan :
1. Permukiman atau rumah tangga dan sejenisnya;
2. Pasar;
3. Kegiatan komersial seperti pertokoan;
4. Kegiatan perkantoran;
5. Hotel dan restoran;
6. Kegiatan dari institusi seperti industri, rumah sakit, untuk sampah yang
sejenis sampah permukiman;
7. Penyapuan jalan;
6
8. Taman-taman.
2.1.3 Klasifikasi Sampah
Klasifikasi sampah menurut Permen PU Nomor 03/PRT/M/2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dibagi
menjadi 5 (lima) jenis sampah yang terdiri atas :
1. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah
bahan berbahaya dan beracun, antara lain kemasan obat serangga,
kemasan oli, kemasan obat-obatan, obat-obatan kadarluarsa, peralatan
listrik dan peralatan elektronik rumah tangga;
2. Sampah yang mudah terurai, antara lain sampah yang berasal dari
tumbuhan, hewan, dan/atau bagian-bagiannya yang dapat terurai oleh
makhluk hidup lainnya dan/atau mikroorganisme seperti sampah
makanan dan serasah;
3. Sampah yang dapat digunakan kembali merupakan sampah yang dapat
dimanfaatkan kembali tanpa melalui proses pengolahan antara lain kertas
kardus, botol minuman dan kaleng;
4. Sampah yang dapat didaur ulang merupakan sampah yang dapat
dimanfaatkan kembali setelah melalui proses pengolahan antara lain sisa
kain, plastik, kertas dan kaca;
5. Sampah lainnya merupakan residu.
2.1.4 Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk bisa dilakukan dengan 3 metode, yaitu metode aritmatik,
metode geometri, dan metode least square.
1. Perhitungan Metode Aritmatik
Rumus untuk mengetahui nilai Ka dan Pn
Ka =Pt−P0
𝑇 .................................................................................... (2.1)
Pn = Pt + Ka (Tn-To) ..................................................................... (2.2)
Keterangan Rumus:
Pt = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
P0 = Jumlah penduduk pada awal tahun
7
t = interval waktu tahun data (n-1)
Pn = Jumlah penduduk n pada tahun mendatang
Tn = tahun perkiraan jumlah penduduk yang diinginkan
T0 = Tahun terakhir pencatatan data
2. Perhitungan Metode Geometri
Rumus yang digunakan:
Yn = 𝑃𝑡(1𝑟)𝑋𝑖 .............................................................................. (2.3)
r = (𝑃𝑡
𝑃0)
1
𝑡− 1 ............................................................................. (2.4)
Keterangan:
Yn = Jumlah penduduk pada n tahun yang mendatang
P0 = Jumlah penduduk pada awal tahun data
Pt = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
n = Jumlah tahun proyeksi
r = ratio kenaikan penduduk rata-rata pertahun
t = Interval waktu tahun data (n-1)
3. Perhitungan Metode Least Square
Rumus yang digunakan:
𝑌𝑛 = 𝑎 + 𝑏 × 𝑋 ............................................................................ (2.5)
𝑎 =(∑ 𝑌×∑ 𝑋2)−(∑ 𝑋×𝑋𝑌)
(𝑛×∑ 𝑋2)−(∑ 𝑋)2 ................................................................. (2.6)
𝑏 =(𝑛×∑ 𝑋𝑌)−(∑ 𝑋×∑ 𝑌)
(𝑛×∑ 𝑋2)−(∑ 𝑋)2 ................................................................... (2.7)
Keterangan:
Yn = Jumlah penduduk pada waktu n tahun mendatang
a,b = Konstanta
X = Pertambahan tahun
n = Jumlah data
8
2.1.5 Komposisi Sampah
Dengan mengetahui komposisi sampah, dapat ditentukan cara pengolahan
yang tepat dan efisien sehingga dapat diterapkan proses pengolahannya.
Tipikal komposisi sampah didasarkan atas tingkat pendapatan. Berikut cara
menentukan komposisi sampah :
Komposisi sampah = berat komponen sampah
berat total×100% ................................ (2.8)
Tabel 2.1
Tipikal Komposisi Sampah Pemukiman (% Berat Basah)
Komposis Pemukiman
Low Income
Pemukiman
Midle Income
Pemukiman
High Income
Kertas 1-10 15-40 15-40
Kaca, keramik 1-10 1-10 4-10
Logam 1-5 1-5 3-13
Plastik 1-5 2-6 2-10
Kulit, karet 1-5 - -
Kayu 1-5 - -
Tekstil 1-5 2-10 2-10
Sisa Makanan 40-85 20-65 20-50
Lain-lain 1-40 1-30 1-20
Sumber : Damanhuri dan Padmi,2010
Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi sampah antara lain :
1. Cuaca;
2. Frekuensi pengumpulan;
3. Musim;
4. Tingkat sosial ekonomi;
5. Pendapatan perkapita;
6. Kemasan produk.
2.1.6 Timbulan Sampah
9
Timbulan sampah menurut SNI 19-2454 tahun 2002 adalah banyaknya
sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume maupun berat
per kapita per hari, atau perluas bangunan atau perpanjang jalan.
Timbulan sampah yaitu jumlah atau banyaknya sampah yang dihasilkan
setiap orang per hari di suatu daerah. Jumlah timbulan sampah biasanya
berhubungan dengan (Damanhuri dan Padmi, 2010):
1. Pemilihan peralatan, misalnya: alat pengumpulan, pengangkutan;
2. Perencanaan rute pengangkutan;
3. Fasilitas unit daur ulang;
4. Luas dan jenis TPA.
Prakiraan rata-rata timbulan sampah merupakan langkah awal yang
dilakukan dalam pengelolaan sampah. Satuan timbulan sampah biasanya
dinyatakan dalam satuan skala kuantitas per orang atau per unit bangunan dan
lain sebagainya. Pada kota di negara berkembang, dalam memperhitungkan
besaran timbulan sampah, baiknya perlu diperhitungkan adanya faktor
pendauran ulang sampah mulai dari sumber sampah hingga sampai di TPA.
Timbulan sampah dinyatakan dalam :
1. Satuan berat : kilogram per orang per hari (Kg/o/h) atau kilogram per
meter persegi bangunan per hari (Kg/m2/h) atau kilogram per tempat
tidur per hari (Kg/tt/h).
2. Satuan volume : liter/orang/hari (L/o/h) atau liter per meter persegi
bangunan per hari (L/m2/h).
Berdasarkan pengambilan sampel yang dilakukan di Nagari Parambahan,
didapat hasil perhitungan berat jenis sampah, timbulan sampah dan komposisi
sampah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Faktor Koreksi = (Senin 1 +Senin 2)
2
Senin 1 ...................................................... (2.9)
Timbulan sampah per tahun = Qt/P ..................................................... (2.10)
Besaran timbulan sampah menurut SNI 19-3983-1995 tentang Spesifikasi
Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia
10
berdasarkan klasifikasi kota dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan timbulan
sampah berdasarkan sumber dapat dilihat pada Tabel 2.3
Tabel 2.2
Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota
No Klasifikasi
Kota
Satuan
Volume
(L/o/h)
Berat
(Kg/o/h)
1 Kota sedang 2,75 – 3,25 0,70 – 0,80
2 Kota kecil 2,5 -2,75 0,625 – 0,70
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 1995
Tabel 2.3
Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Sumber
No Komponen Sumber
Sampah
Satuan Volume (L) Berat (Kg)
1 Rumah permanen Per o/h 2,25 – 2,50 0,35 – 0,40
2 Rumah semi permanen Per o/h 2,00 – 2,25 0,30 – 0,35
3 Rumah non permanen Per o/h 1,75 – 2,00 0,25 – 0,35
4 Kantor Per pegawai/h 0,50 – 0,75 0,025 – 0,10
5 Toko/Ruko Per petugas/h 2,50 – 3,00 0,15 – 0,35
6 Sekolah Per murid/h 0,10 – 0,15 0,01 -0,02
7 Jalan Arteri Per m/h 0,10 – 0,15 0,02 – 0,10
8 Jalan Kolektor Per m/h 0,10 – 0,15 0,01 – 0,05
9 Jalan Lokal Per m/h 0,10 – 1,50 0,005 – 0,025
10 Pasar Per m2/h 0,10 – 0,60 0,10 – 0,30
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 1995
2.1.7 Daerah Pelayanan
Daerah pelayanan merupakan daerah yang berada dalam tanggung jawab
pengelola sebuah kota, yang dilayani pengolahan sampahnya, paling tidak
sampah didaerah tersebut diangkut menuju pengolahan atau pemrosesan
akhir. Daerah yang tidak dilayani diharapkan menangani sampahnya
11
secara tuntas baik secara individu, maupun secara komunal. Beberapa
pertimbangan yang biasa digunakan di Indonesia adalah :
1. Daerah dengan kepadatan rendah, dianggap masih memiliki daya dukung
lingkungan yang tinggi;
2. Daerah dengan tingkat kepadatan diatas 50 jiwa/ha perlu mendapatkan
pelayanan persampahan karena penerapan pola penanganan sampah
setempatkan berpotensi menimbulkan gangguan lingkungan;
3. Prioritas daerah pelayanan dimulai dari daerah pusat kota, daerah
komersial, pemukiman dengan kepadatan tinggi, daerah pemukiman
baru, kawasan strategis atau kawasan andalas;
4. Pengembangan daerah pelayanan diarahkan dengan menerapkan model
“rumah tumbuhan” yaitu pengembangan ke wilayah yang berdekatan
atau berbatasan langsung dengan daerah wilayah yang telah mendapat
pelayanan.
Berdasarkan penentuan skala kepentingan daerah pelayanan, frekuensi
pelayanan dapat dibagi dalam beberapa kondisi sebagai berikut
(Damanhuri dan Padmi, 2010) :
1. Kondisi 1: wilayah dengan pelayanan intensif, adalah daerah dijalan
protokol, pusat kota, kawasan pemukiman tidak teratur, dan daerah
komersial;
2. Kondisi 2: wilayah dengan pelayanan menengah adalah kawasan
pemukiman teratur;
3. Kondisi 3: wilayah dengan pelayanan rendah adalah daerah pinggiran
kota;
4. Kondisi 4: wilayah tanpa pelayanan, misalnya karena lokasinya
terlalu jauh, dan belum terjangkau oleh truk pengangkut sampah.
2.1.8 Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan merupakan tinjauan kemampuan terhadap pengelola kota
untuk menyediakan pelayanan kebersihan kepada masyarakat, baik secara
kuantitas maupun kualitas. Dalam pengelolaan sampah skala kota, guna
12
menentukan tingkat pelayanan pengelolaan sampah di kota tersebut,
digunakan dua indikator utama, yaitu :
1. Persentase jumlah penduduk kota dan sarana lain yang memperoleh
pelayanan dari sistem;
2. Persentase timbulan sampah yang dapat dikelola oleh pengelola
sampah tingkat kota.
Menurut Damanhuri dan Padmi (2010) dalam merancang sistem
pengelolaan sampah, maka persentase pelayanan setiap sumber sampah perlu
ditentukan, yang didasarkan atas kondisi saat ini serta kemampuan sistem itu
sendiri, misalnya:
1. Pelayanan bagi lingkungan permukiman saat ini baru mencapai
40%. Maka dalam 5 tahun ke depan diproyeksikan menjadi 50%, dan 10
tahun ke depan diproyeksikan menjadi 75%
2. Pelayanan di daerah jalan protokol, pasar, rumah sakit, hotel, taman
kota, perkantoran, dan fasilitas umum mendapat prioritas utama
misalnya ditargetkan menjadi 100%.
2.1.9 Pengelolaan Sampah
Menurut Damanhuri dan Padmi (2010) Pengelolaan persampahan
mempunyai beberapa tujuan mendasar, meliputi :
1. Meningkatkan kesehatan lingkungan dan masyarakat;
2. Menyelamatkan berbagai sumber daya alam, terutama air dari kerusakan
dan penurunan kualitasnya;
3. Menyelamatkan/ melindungi investasi pembangunan prasarana dan
sarana sosial ekonomi.
Menurut Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
terdapat dua kelompok utama pengelolaan sampah, yaitu :
1. Pengurangan sampah (waste minimization), yang terdiri dari pembatasan
terjadinya sampah (R1), guna ulang (R2), dan daur ulang (R3);
2. Penanganan sampah (waste handling), yang terdiri dari :
a. Pemilahan : dalam bentuk pengelompokkan dan pemisahan sampah
sesuai dengan jenis, jumlah dan/atau sifat sampah;
13
b. Pengumpulan : dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah
dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu;
c. Pengangkutan : dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau
dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat
pengolahan sampah terpadu;
d. Pengolahan : dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi dan
jumlah sampah.
Pengelolaan sampah mengalami perubahan, paradigma, dari orientasi
kumpul, angkut dan buuang menjadi lebih berorientasi kepada pengurangan
sampah semaksimal mungkin di sumber sebelum di angkut ke TPA. Sehingga
rangkaian pengelolaan tidak hanya bertumpu pada proses di TPA tetapi
banyak menekankan pengelolaan dari sumber sampah. Dengan harapan telah
terjadi pemilahan sampah dari awal, kemudian dilanjutkan dengan proses
daur ulang menjadi barang yang bermanfaat, dan akhirnya hanya residu dan
sisa sampah saja yang diangkut ke TPA. Paradigma pengelolaan sampah
dapat dilihat pada Gambar 2.1 (Kemen PU,2015)
Gambar 2.1
Paradigma Pengelolaan Sampah
Sumber : Kemen PU,2015
PARADIGMA LAMA PARADIGMA BARU
SAMPAH
Kumpul
Angkut
Buang
Reduce
SAMPAH
RESIDU
Angkut
Pengolahan atau Pemrosesan Akhir Sampah (TPA/Landfill)
Reuse Recycle
14
2.1.10 Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat
Menurut Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya
tahun 2014 tentang Tata Cara Penyelenggaran Umum Tempat Pengolahan
Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Pemukiman,
Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat
merupakan pola pendekatan dalam pengelolaan sampah yang berorientasi
pada penanganan sampah sejak dari sumbernya dengan upaya pengurangan
timbulan sampah dengan mendorong penggunaan barang-barang yang dapat
digunakan kembali dan dapat didekomposisi secara biologi (biodegradable)
serta penerapan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.
Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat
tidak hanya menyangkut masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan
sikap dan pola pikir masyarakat akan pengelolaan sampah yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan tetapi juga menyangkut pengaturan
(manajemen) yang tepat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah.
Pada prinsipnya, penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R
Berbasis Masyarakat diarahkan pada konsep Reduce (mengurangi), Reuse
(menggunakan kembali) dan Recycle (daur ulang), dimana dilakukan upaya
untuk mengurangi sampah sejak dari sumbernya dengan pemanfaatan
sampah organik sebagai bahan baku kompos dan komponen non organik
sebagai bahan sekunder kegiatan industri seperti plastik, kertas, logam, gelas
dan lain-lain.
1. Reduce
Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi
timbulan sampah dilingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan
sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan
upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola hidup konsumtif,
yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak
sampah menjadi hemat/efisien dan sedikit sampah.
2. Reuse
15
Reuse berarti mengunakan kembali bahan atau material agar tidak
menjadi sampah tanpa melalui proses pengelolaan. Upaya reuse lebih
dekat pada upaya mengurangi jumlah sampah.
3. Recycle
Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna
(sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengelolaan.
Tahapan upaya recycle dapat dilihat pada gambar 2.2
Gambar 2.2 Proses Daur Ulang
Sumber : Francheti,Mathew J,2009
Kriteria Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R (Kemen PU, 2014):
1. Lokasi
a. Luas TPS 3R bervariasi. Untuk kawasan perumahan baru (cakupan
pelayanan 2000 rumah) diperlukan TPS 3R dengan luas 1000 m2.
Sedangkan untuk cakupan pelayanan skala RW (200 rumah),
diperlukan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R dengan luas 200 -
500 m2;
b. TPS 3R dengan luas 1000 m2 dapat menampung sampah dengan atau
tanpa proses pemilahan sampah di sumber;
PEWADAHAN PENGUMPULAN
PEMILAHAN
Material daur ulang
dipisahkan dari aliran
sampah
PEMBUANGAN
Sampah non daur ulang
masuk kembali ke aliran
sampah kota
PEMASARAN
Barang bermanfaat yang
berbahan baku material daur
ulangdijual kembali kepasar
PEMROSESAN
Material daur ulang diproses
menjadi bahan baku selan-
jutnya diproses kembali
menjadi barang bermanfaat
16
c. TPS 3R dengan luas < 500 m2 hanya dapat menampung sampah
dalam keadaan terpilah (50%) dan sampah campur 50 %;
d. TPS 3R dengan luas < 200 m2 sebaiknya hanya menampung
sampah tercampur 20 %, sedangkan sampah yang sudah terpilah 80
%.
2. Fasilitas Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R
Fasilitas TPS 3R meliputi wadah komunal, areal pemilahan, areal
composting (kompos dan kompos cair), dan dilengkapi dengan
fasilitas penunjang lain seperti saluran drainase, air bersih, listrik,
barrier (pagar tanaman hidup) dan gudang penyimpan bahan daur
ulang maupun produk kompos serta biodigester (opsional).
3. Daur Ulang
Daur Ulang Sampah yang didaur ulang minimal adalah kertas,
plastik dan logam yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan untuk
mendapatkan kualitas bahan daur ulang yang baik, pemilahan
sebaiknya dilakukan sejak di sumber. Pemasaran produk daur ulang
dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pihak penampung atau
langsung dengan industri pemakai. Daur ulang sampah B3 rumah
tangga (terutama batu baterai dan lampu neon bekas) dikumpulkan
untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan perundangan
yang berlaku (PP 101/2014 tentang pengelolaan sampah B3). Daur ulang
kemasan plastik (air mineral, minuman dalam kemasan, mie instan
dan lain-lain) sebaiknya dimanfaatkan untuk barang-barang kerajinan
atau bahan baku lain.
4. Pembuatan Kompos
Sampah yang digunakan sebagai bahan baku kompos adalah sampah
dapur (terseleksi) dan daun potongan tanaman. Metode pembuatan
kompos dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan
open windrow dan caspary. Perlu dilakukan analisa kualitas terhadap
produk kompos secara acak dengan parameter warna, C/N rasio, kadar
NPK dan logam berat. Dalam pengecekan analisa kualitas produk
17
kompos, bisa bekerja sama dengan laboratorium tanah yang ada di
universitas atau milik instansi pemerintah setempat. Pemasaran
produk kompos dapat bekerja sama dengan pihak koperasi dan dinas
(Kebersihan, Pertamanan, Pertanian dan lain-lain).
2.1.11 Potensi Daur Ulang Sampah
Potensi daur ulang adalah kemampuan yang ada dalam komponen sampah
yang dapat dikembangkan untuk proses pengolahan sampah yang
menghasilkan produk baru. Macam-macam sampah yang dapat didaur ulang
adalah kertas, plastik, kaca, logam non ferrous, logam ferrous, sampah kayu,
sampah halaman, sisa makanan, sampah konstruksi dan pemugaran, oli bekas,
ban bekas, baterai aki, dan baterai rumah tangga. Sedangkan sampah karet,
tekstil, dan sampah lain-lain termasuk sampah yang tidak berpotensi daur
ulang. Pengolahan sampah untuk sampah basah adalah pengomposan
sedangkan sampah kering berupa daur ulang. Sampah yang tidak bisa didaur
ulang dengan cara pengomposan atau proses daur ulang maka akan diolah di
TPA dengan cara penimbunan (landfilling). Penentuan potensi daur ulang
sampah dengan melakukan pemilahan sampah-sampah yang dapat didaur
ulang dari sampah yang telah dipisahkan menurut komposisinya dan
ditimbang beratnya (Raharjo dan Geovani, 2015).
2.1.12 Pengomposan
Secara sederhana pengertian pengomposan adalah proses penguraian materi
organic yang kompleks secara biologis oleh konsorsium mikroorganisme
dengan menghasilkan materi organik yang sederhana dan relatif stabil
menyerupai humus dalam kondisi yang terkendali. Teknologi pengomposan
sudah begitu berkembang, mulai dari sistem terbuka hingga sistem tertutup
dengan menggunakan injeksi udara. Reaktor yang digunakan untuk proses
pengomposan juga beragam, seperti reaktor menara tegak, reaktor horizontal,
dan lain-lain, namun prinsip-prinsip dasarnya adalah sama. Hasil kajian
BPPT terhadap teknologi pengomposan yang paling tepat untuk Indonesia
berdasarkan kondisi iklim, ekonomi dan sosial budaya, adalah sistem terbuka
(open window) atau modifikasinya (Sahwan, 2010). Pengomposan adalah
18
penguraian bahan organik secara biologis, khususnya oleh mikroorganisme
yang memanfaatkan bahan organik tersebut sebagai sumber energi. Prinsip
dasar dalam membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses
alamiah agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi
membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup,
mengatur aerasi dan penambahan aktivator pengomposan. Fungsi utama
kompos adalah membantu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah,
yaitu (Kemen PU, 2014):
1. Sifat fisik kompos antara lain dapat menggemburkan tanah, penggunaan
kompos pada tanah akan meningkatkan jumlah rongga sehingga tanah
menjadi gembur.
2. Sifat kimia tanah yang mampu dibenahi dengan menggunakan kompos
adalah meningkatkan Kapasitas tukar Kation pada tanah dan dapat
meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air.
3. Sifat biologi tanah, kompos dapat meningkatkan populasi
mikroorganisme dalam tanah
2.1.13 Aspek Pengaturan/ Legalitas
Aspek pengaturan didasarkan atas kenyataan bahwa negara Indonesia adalah
negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum yang
berlaku. Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatan
dan dasar hukum, seperti dalam pembentukan organisasi, pemungutan
restribusi, keterlibatan masyarakat, dan sebagainya (Damanhuri dan Padmi,
2010). Peraturan yang diperlukan dalam penyelengaraan sistem pengelolaan
sampah di perkotaan antara lain adalah mengatur tentang (Damanhuri dan
Padmi, 2010):
1. Ketertiban umum yang terkait dengan penanganan persampahan;
2. Rencana induk pengelolaan sampah kota;
3. Bentuk lembaga dan organisasi pengelola;
4. Tata cara penyelengaraan pengelolaan;
5. Tarif jasa pelayanan atau retribusi;
19
6. Kerjasama dengan berbagai pihak terkait, diantaranya kerjasama antar
daerah atau kerjasama dengan pihak swasta.
2.1.14 Aspek Pembiayaan
Aspek pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar roda sistem
pengelolaan persampahan di kota tersebut dapat bergerak dengan lancar.
Diharapkan bahwa sistem pengelolaan persampahan di Indonesia akan
menuju pada 'pembiayaan sendiri, termasuk disini dengan pembentukan
perusahaan daerah. Sektor pembiayaan ini menyangkut beberapa aspek,
seperti (Damanhuri dan Padmi, 2010):
1. Proporsi APBN/APBD pengelolaan sampah, antara retribusi dan biaya
pengelolaan sampah;
2. Proporsi komponen biaya tersebut untuk gaji, transportasi, pemeliharaan,
pendidikan dan pengembangan serta administrasi;
3. Proporsi antara retribusi dengan pendapatan masyarakat;
4. Struktur dan penarikan retribusi yang berlaku.
Retribusi persampahan merupakan bentuk konkrit partisipasi masyarakat
dalam membiayai program pengelolaan persampahan. Bentuk penarikan
retribusi dibenarkan bila pelaksananya adalah badan formal yang diberi
kewenangan oleh pemerintah (Damanhuri dan Padmi, 2010). Besar retribusi
persampahan didasarkan pada besarnya biaya operasional pengelolaan
persampahan. Di Indonesia besar retribusi yang dapat ditarik dari masyarakat
setiap rumah tangga besarnya ± 0,5% dan maksimal 1% dari penghasilan per
rumah tangga per bulannya (Kemen PU, 2014). Pembiayaan dalam
pengelolaan persampahan meliputi (Kemen PU, 2014):
1. Sumber dana yang dipergunakan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan
persampahan kota;
2. Besarnya anggaran yang diterima dan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan untuk pengelolaan sampah (biaya operasional dan
pemeliharaan);
3. Sumber dana pengelolaan persampahan kota berasal dari :
a. APBN;
20
b. APBD I dan II;
c. Pembayaran Retribusi pelayanan kebersihan;
d. Usaha Daur Ulang dan Pengkomposan ( UDPK ).
Masalah-masalah umum yang dihadapi dalam pembiayaan persampahan
adalah antara lain (Kemen PU, 2014):
1. Retribusi yang terkumpul pada umumnya belum sebanding dengan biaya
operasional dan pemeliharaan juga investasi yang ditanamkan pada
sektor ini;
2. Anggaran pembangunan di daerah sering terbentur pada skala prioritas,
karena kadangkala pembangunan di sektor persampahan kuarang
mendapat prioritas, hal ini disebabkan karena kurang dipahaminya
masalah limbah padat/sampah dalam kaitannya dengan kesehatan
lingkungan dan kebersihan lingkungan;
3. Institusi pengelola kebersihan tidak berhak mengelola dana sendiri,
karena adanya faktor kewenangan dan struktur organisasi yang ada pada
saat ini;
4. Penyusunan tarif retribusi seringkali tidak didasarkan pada metode yang
benar.
2.1.15 Aspek Institusi/ Kelembagaan
Aspek organisasi dan manajemen merupakan suatu kegiatan yang multi
disiplin yang bertumpu pada prinsip teknik dan manajemen yang menyangkut
aspek-aspek ekonomi, sosial, budaya, dan kondisi fisik wilayah kota, dan
memperhatikan pihak yang dilayani yaitu masyarakat kota. Perancangan dan
pemilihan bentuk organisasi disesuaikan dengan (Damanhuri dan Padmi,
2010):
1. Peraturan pemerintah yang membinanya;
2. Pola sistem operasional yang diterapkan;
3. Kapasitas kerja sistem;
4. Lingkup pekerjaan dan tugas yang harus ditangani.
Kebijakan yang diterapkan di Indonesia dalam mengelola sampah kota secara
formal adalah seperti yang diarahkan oleh Departemen Permukiman dan
21
Prasarana Wilayah sebagai departemen teknis yang membina pengelola
persampahan perkotaan di Indonesia. Bentuk institusi pengelolaan
persampahan kota yang dianut di Indonesia (Damanhuri dan Padmi, 2010):
1. Seksi Kebersihan di bawah satu dinas, misalnya Dinas Pekerjaan Umum
(PU) terutama apabila masalah kebersihan kota masih bisa ditanggulangi
oleh suatu seksi dibawah dinas tersebut;
2. Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) di bawah suatu dinas, Dinas PU
terutama apabila dalam struktur organisasi belum ada seksi khusus
dibawah dinas yang mengelola;
3. Dinas Kebersihan akan memberikan percepatan dan pelayanan pada
masyarakat dan bersifat laba. Dinas ini perlu dibentuk karena aktivitas
dan volume pekerjaan yang sudah meningkat;
4. Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan, merupakan organisasi pengelola
yang dibentuk bila permasalahan di kota tersebut sudah cukup luas dan
kompleks. Pada prinsipnya perusahaan daerah ini tidak lagi disubsidi
oleh pemerintah daerah (Pemda), sehingga efektivitas penarikan
restribusi akan lebih menentukan. Bentuk ini sesuai untuk kota
metropolitan.
2.1.16 Aspek Peran Serta Masyarakat
Tanpa adanya partisipasi masyarakat penghasil sampah, semua program
pengelolaan sampah yang direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan
kepada masyarakat untuk dapat membantu program pemerintah dalam
kebersihan adalah bagaimana membiasakan masyarakat kepada tingkah laku
yang sesuai dengan tujuan program itu. Hal ini antara lain menyangkut
(Damanhuri dan Padmi, 2010):
1. Bagaimana merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah
yang tertib dan teratur;
2. Faktor-faktor sosial, struktur, dan budaya setempat;
3. Kebiasaan dalam pengelolaan sampah selama ini.
22
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pengelolaan Sampah, bentuk peran masyarakat dalam pengelolaan
sampah meliputi :
1. Menjaga kebersihan lingkungan;
Peningkatan peran masyarakat dilaksanakan dengan cara sosialisasi,
mobilisasi, kegiatan gotong royong dan pemberian insentif.
2. Aktif dalam kegiatan pengurangan, pengumpulan, pemilahan,
pengangkutan dan pengolahan sampah;
Peningkatan peran masyarakat dilaksanakan dengan cara
mengembangkan informasi peluang usaha di bidang persampahan dan/
atau pemberian insentif.
3. Pemberian saran, usul, pengaduan, pertimbangan dan pendapat dalam
upaya peningkatan pengelolaan sampah di wilayahnya.
Peningkatan peran masyarakat dilaksanakan dengan cara penyediaan
media komunikasi, aktif dan secara cepat memberi tanggapan serta
melakukan jaring pendapat aspirasi masyarakat.
Permasalahan yang terjadi berkaitan dengan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan persampahan, yaitu antaranya (Damanhuri dan Padmi, 2010):
1. Tingkat penyebaran penduduk yang tidak merata;
2. Belum melembagakan keinginan dalam masyarakat untuk menjaga
lingkungan;
23
2.2 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual ini terdiri dari input, proses dan output yang merupakan
data-data kebutuhan penelitian dan proses pengumpulan data lapangan yang
dilakukan pada saat penelitian serta hasil analisis data.
Input Proses Output
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual
2.2.1 Input
Input terdiri dari data-data yang dibutuhkan pada penelitian ini, berikut data
yang dibutuhkan :
1. Data Primer
a. Menghitung proyeksi penduduk 20 tahun mendatang
b. Menghitung timbulan dan komposisi sampah
2. Data sekunder
a. Data kondisi sistem pengelolaan sampah
b. Data jumlah penduduk di Nagari Parambahan
2.2.2 Proses
Pada bagian proses ini melakukan survey lapangan dan mengamati
bagaimana sistem yang diterapkan saat ini di Nagari Parambahan, serta
Data primer
a. Menghitung
proyeksi
penduduk
b. Menghitung
timbulan dan
komposisi sampah
Data sekunder
a. Data kondisi
sistem
pengelolaan
sampah
b. Data jumlah
penduduk di
Nagari
Parambahan
Melakukan survey
lapangan dan
mengamati
bagaimana sistem
yang diterapkan
saat ini di Nagari
Parambahan,
menghitung
timbulan sampah,
dan komposisi
sampah untuk
mengetahui
potensi daur ulang
sampah Nagari
Parambahan
Mengkaji
timbulan, dan
komposisi
sampah, untuk
mendapatkan
potensi daur
ulang sampah
dengan kriteria
desain 20 tahun
24
menghitung timbulan sampah untuk mengetahui potensi daur ulang sampah
di Nagari Parambahan.
2.2.3 Output
Output adalah hasil yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu Mengkaji
komposisi, karakteristik, penanganan sampah untuk mendapatkan potensi
daur ulang sampah dengan kriteria desain 20 tahun
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positive digunakan untuk penelitian pada populasi atau sampel tertentu (Sugiyono,
2012).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Nagari Parambahan, Kecamatan Lima Kaum,
Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2019 sampai dengan Bulan
Agustus 2019.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
seorang peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi mengenai hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Maka variabel dari
penelitian ini adalah mengkaji komposisi dan karakteristik sampah Nagari
Parambahan untuk mendapatkan potensi daur ulang sampah dengan periode
desain 20 tahun.
3.4 Data dan Sumber Data
3.4.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang paling utama. Pada penelitian ini data
primer yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
c. Menghitung proyeksi penduduk 20 tahun mendatang
d. Menghitung timbulan dan komposisi sampah di Nagari Parambahan
26
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung. Pada penelitian ini data sekunder
yang diperlukan adalah sebagai berikut :
c. Data kondisi sistem pengelolaan sampah
d. Data jumlah penduduk tahun 2019 di Nagari Parambahan
3.4.3 Sumber Data
Sumber data ini didapatkan dengan menimbang dan memisahkan secara
langsung sampah sesuai dengan karakteristiknya di Nagari Parambahan untuk
mendapatkan proyeksi timbulan sampah 20 tahun kriteria desain, dan
didapatkan dari studi literatur, hasil survei lapangan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan berbagai tahap sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data jumlah penduduk Nagari Parambahan
2. Mengumpulkan sampah domestik berupa sampah rumah tangga dan
sampah halaman, serta sampah non domestik berupa sampah toko,
kantor, dan sekolah.
3.5.1 Studi Literatur
Studi literatur bertujuan untuk mengumpulkan serta mempelajari teori
yang mendukung untuk merencanakan sistem pengelolaan sampah yang
bersumber dari jurnal dan buku serta peraturan yang berlaku dan terkait
dengan ketentuan umum dan teknis rancangan pengembangan sistem
pengelolaan sampah.
3.5.2 Studi Lapangan
Studi lapangan ini adalah data yang didapatkan langsung di lapangan dengan
dengan hasil pengamatan, dan perhitungan timbulan serta komposisi sampah
sendiri di Nagari Parambahan.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
3.6.1 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data ini bertujuan untuk mengetahui cara dalam
pemecahan masalah yang dihadapi terkait judul, dengan periode pelaksanaan
dan perencanaan sistem pengolahan sampah di Nagari Parambahan dirancang
27
untuk kriteria desain 20 tahun dalam 4 tahap. Perhitungan jumlah timbulan
sampah akan dihitung berdasarkan proyeksi penduduk yang terpilih dan
jumlah satuan timbulan yang diketahui.
3.6.2 Analisis Data
Data yang akan di analisis pada penelitian ini antara lain :
1. Memproyeksikan jumlah penduduk Nagari Parambahan dalam 4 tahap,
yaitu tahap I (2020-2024), tahap II (2025-2029), tahap III (2030-2034),
dan tahap IV (2035-2039).
2. Memproyeksikan jumlah timbulan sampah dalam 4 tahap. Perhitungan
jumlah timbulan sampah per tahap akan dihitung berdasarkan proyeksi
penduduk yang terpilih dan jumlah satuan timbulan yang diketahui.
3. Data timbulan sampah dan komposisi sampah diambil dengan mengacu
pada SNI 19- 3964-1994. Perhitungan timbulan sampah dan komposisi
sampah dilakukan selama delapan hari berturut-turut. Perhitungan
timbulan menggunakan rumus :
Timbulan sampah = laju timbulan sampah x jiwa
Komposisi (%) = (Berat komponen/berat total sampah) x 100%
Potensi daur ulang (%) = (berat komponen daur ulang/berat total sampah)
x 100%
4. Potensi daur ulang direncanakan dengan mendesain komposter semi
anaerob. Volume sampah yang akan dijadikan kompos berasal dari
sampah mudah terurai, sedangkan untuk sampah daur ulang berasal dari
jenis sampah daur ulang, yaitu sampah kertas, logam dan plastik.
28
3.7 Kerangka Metodologi
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
Pengumpulan Data
Data Primer
c. Menghitung proyeksi penduduk 20 tahun
mendatang
d. Menghitung timbulan dan komposisi
sampah
Data Sekunder:
c. Gambaran umum dari Nagari
parambahan
d. Data kondisi sistem pengelolaan
sampah
Studi Literatur Survey Lapangan
Identifikasi Masalah
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Pengolahan data
Analisis Data
Hasil Analisis Data
Kesimpulan dan Saran
Mulai
Selesai
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk Nagari Parambahan dilakukan dengan membandingkan
metode aritmatika, metode geometri, dan metode least square. Metode terpilih
yaitu dengan nilai “r” yang mendekati 1 dan “s” paling kecil. Berikut merupakan
data awal penduduk tahun 2014-2019.
Tabel 4.1
Data Penduduk Tahun 2014-2019
No Tahun Penduduk
1 2014 2250
2 2015 2258
3 2016 2266
4 2017 2274
5 2018 2409
6 2019 2420
Sumber : Nagari Dalam Angka BPS
Gambar 4.1
Grafik Data Awal Pertumbuhan Penduduk
2150
2200
2250
2300
2350
2400
2450
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Ju
mla
h P
end
ud
uk
Tahun
Data Awal Penduduk
Penduduk
29
4.1.1 Metode Aritmatik
Tabel 4.2 Perhitungan Metode Aritmatik
No Tahun Jumlah Penduduk (Yi) Xi Xi.Yi Xi2 Yi2 Yn (Yi-Yn)2 ka r sd
1 2014 2250 -5 -11250 25 5062500 2250 0
34 0,88 49,98
2 2015 2258 -4 -9032 16 5098564 2284 676
3 2016 2266 -3 -6798 9 5134756 2318 2704
4 2017 2274 -2 -4548 4 5171076 2352 6084
5 2018 2409 -1 -2409 1 5803281 2386 529
6 2019 2420 0 0 0 5856400 2420 0
Jumlah 13877 -15 -34037 55 32126577 14010 9993
Sumber : Perhitungan Tugas Akhir
1. Menentukan nilai Ka
𝐾𝑎 =(𝑃𝑡 − 𝑃0)
𝑡
𝐾𝑎 =(𝑃2019 − 𝑃2014)
(6 − 1)
𝐾𝑎 =(2420 − 2250)
5
Ka = 34 Jiwa/tahun
30
2. Menentukan nilai Xi
Xi 2014 = T 2014 – T 2019
= 1 – 6
= -5
3. Menentukan nilai Yn
Yn2014 = 𝑃𝑡 + 𝐾𝑎 × 𝑋𝑖
Yn2014 = 2420 + (34 × (-15))
= 2250
4. Menentukan nilai r
𝑟 =[𝑛 × (∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)] − [(∑ 𝑋𝑖) × (∑ 𝑌𝑖)]
√[𝑛 × (∑ 𝑋𝑖2) − (∑ 𝑋𝑖)2] × [𝑛 × (∑ 𝑌𝑖2) − (∑ 𝑌𝑖)2]
= 0,88
5. Menentukan nilai sd
Sd =√∑(𝑌𝑖−𝑌𝑛)2
𝑛−2
= 49,98
31
4.1.2 Metode Geometri
Tabel 4.3 Perhitungan Metode Geometri
No Tahun Jumlah
Penduduk Yi Xi Xi2 In Yi Xi.InYi (InYi)2 Ratio Yn (Yi-Yn) (Yi-Yn)2 r sd
1 2014 2250 -5 25 7,718 -38,59 59,56752
0,014
2250 0 0
0,166 49,01
2 2015 2258 -4 16 7,722 -30,888 59,62928 2283 -25 625,8351
3 2016 2266 -3 9 7,726 -23,178 59,69108 2317 -50,5179 2552,057
4 2017 2274 -2 4 7,729 -15,458 59,73744 2351 -76,5107 5853,883
5 2018 2409 -1 1 7,787 -7,787 60,63737 2385 23,99773 575,8911
6 2019 2420 0 0 7,792 0 60,71526 2420 0 0
jumlah 13877 -15 55 46,474 -115,901 359,978 14005,05 -128,05 9607,67
Sumber : Perhitungan Tugas Akhir
1. Menentukan nilai ratio
R= (𝑃𝑡
𝑃0)
1
𝑡− 1
= 0,014
2. Menentukan nilai Yn
Yn2014 = 𝑃𝑡(1 + 𝑟)𝑋𝑖
= 2250
32
3. Menentukan nilai r (Korelasi)
r =[𝑛×(∑ 𝑋𝑖.𝐼𝑛 𝑌𝑖)]−[(∑ 𝑋𝑖)×(∑ 𝐼𝑛 𝑌𝑖)]
√[𝑛×(∑ 𝑋𝑖2)−(∑ 𝑋𝑖)2]×[𝑛×(∑ 𝐼𝑛 𝑌𝑖2)−(∑ 𝐼𝑛 𝑌𝑖)2]
= 0,166
4. Menentukan nilai Sd
Sd = √∑(𝑌𝑖−𝑌𝑛)2
𝑛−2
= 49,01
4.1.3 Metode Least Square
Tabel 4.4 Perhitungan Metode Least Square
No Tahun Jumlah Penduduk
Yi Xi Xi.Yi Xi2 Yi2 Yn (Yi-Yn) (Yi-Yn)2 r sd
1 2014 2250 -5 -11250 25 5062500 2219 31 949
0,884 41,34
2 2015 2258 -3 -6774 9 5098564 2257 1 2
3 2016 2266 -1 -2266 1 5134756 2294 -28 790
4 2017 2274 1 2274 1 5171076 2332 -58 3313
5 2018 2409 3 7227 9 5803281 2369 40 1598
6 2019 2420 5 12100 25 5856400 2406 14 183
jumlah 13877 0 1311 70 32126577 13877 0 6836
Sumber : Perhitungan Tugas Akhir
33
1. Menentukan nilai a
a =(∑ 𝑌×∑ 𝑋2)−(∑ 𝑋×𝑋𝑌)
(𝑛×∑ 𝑋2)−(∑ 𝑋)2
= 2406,47
2. Menentukan nilai b
b =(𝑛×∑ 𝑋𝑌)−(∑ 𝑋×∑ 𝑌)
(𝑛×∑ 𝑋2)−(∑ 𝑋)2
= -37,46
3. Menentukan nilai Yn
Yn2014 = 𝑎 + 𝑏 × 𝑋
= 2219
4. Menentukan nilai r
R =[𝑛×(∑ 𝑋𝑌)]−[(∑ 𝑋)×(∑ 𝐼𝑛 𝑌𝑖)]
√[𝑛×(∑ 𝑋𝑖2)−(∑ 𝑋𝑖)2]×[𝑛×(∑ 𝑌2)−(∑ 𝑌)2]
= 0,884
5. Menentukan nilai Sd
Sd = √∑(𝑌𝑖−𝑌𝑛)2
𝑛−2
= 41,34
4.1.4 Perbandingan 3 Metode
Setelah ditentukan nilai r dan sd tiap-tiap metode, maka didapatkan
perbandingan nilai r dan sd. Metode aritmatik didapatkan nilai r 0,88 dan sd
49,98, untuk metode geometri didapatkan nilai r 0,166 dan nilai sd 49,019,
serta metode least square didapatkan nilai r 0,88 dan nilai sd 41,34.
Perbandingan ke 3 metode dapat dilihat pada table 4.5
Tabel 4.5
Perbandingan Nilai r dan Sd
Metode R Sd
Aritmatika 0,88 49,98
Geometri 0,166 49,010
Least Square 0,884 41,34
Sumber : Perhitungan Tugas Akhir
34
Proyeksi penduduk yang direncanakan adalah untuk periode desain 20 tahun.
Metode proyeksi yang terpilih adalah nilai r yang mendekati 1 dan sd yang
terendah yaitu metode least square dengan 0,884 dan nilai sd 41,34. Metode
terpilih dapat dilihat pada table 4.6.
Tabel 4.6
Perbandingan 3 Metode
No Tahun Aritmatika Geometri Leastquare
1 2020 2454 2456 2444
2 2021 2488 2492 2481
3 2022 2522 2528 2519
4 2023 2556 2565 2556
5 2024 2590 2603 2594
6 2025 2624 2641 2631
7 2026 2658 2680 2669
8 2027 2692 2719 2706
9 2028 2726 2759 2744
10 2029 2760 2800 2781
11 2030 2794 2841 2819
12 2031 2828 2882 2856
13 2032 2862 2925 2893
14 2033 2896 2967 2931
15 2034 2930 3011 2968
16 2035 2964 3055 3006
17 2036 2998 3100 3043
18 2037 3032 3146 3081
19 2038 3066 3192 3118
20 2039 3100 3239 3156
Sumber : Perhitungan Tugas Akhir
Setelah menentukan metode terpilih, maka didapatkanlah proyeksi penduduk
20 tahun mendatang. Dalam penelitian ini dilakukan 4 tahap periode desain,
yaitu pada tahap I (2020-2024), pada tahap II (2025-2029), pada tahap III
(2030-2034), pada tahap IV (2035-2039).
35
Yn2020 = a + (b*X)
= 2312,83 + (18,729*7)
= 2312,83 + 131,103
= 2444 jiwa
Tabel 4.7
Proyeksi Penduduk
No Tahun Jumlah Penduduk
1 2020 2444
2 2021 2481
3 2022 2519
4 2023 2556
5 2024 2594
6 2025 2631
7 2026 2669
8 2027 2706
9 2028 2744
10 2029 2781
11 2030 2819
12 2031 2856
13 2032 2893
14 2033 2931
15 2034 2968
16 2035 3006
17 2036 3043
18 2037 3081
19 2038 3118
20 2039 3156
Sumber : Perhitungan Tugas Akhir
36
Gambar 4.2
Grafik Proyeksi Penduduk
4.2 Hasil Pengambilan dan Pengukuran Sampling
Jumlah Penduduk tahun 2019 di Nagari Parambahan adalah 2420 jiwa. Koefisisen
(Cd) untuk kota kecil yaitu 0,5, dengan jumlah orang dalam satu rumah 5 orang
(SNI-19-3964-1994).
Gambar 4.3
Pengambilan dan Pengukuran Sampling
2000
2500
3000
3500
2020202220242026202820302032203420362038
Ju
mla
h P
end
ud
uk
Tahun
Proyeksi Penduduk
Jumlah Penduduk
37
1. Proyeksi penduduk ke tahun 2039
Yn = Pt (1+r)n
= 2420 (1+ 0,0147)20
= 2420 (1,0147)20
= 2420 (1,338)
= 3239
2. Jumlah jiwa yang disampling
S = Cd √Ps
= 0,5 √3239
= 0,5. 56,91
= 28 jiwa
3. Jumlah rumah yang disampling
K = S/n
= 28 jiwa / 5 jiwa/rumah
= 6 rumah
Dari perhitungan yang diatas, maka jumlah rumah yang akan disampling adalah 6
rumah. Selama 8 hari berturut-turut sampah domestik dan non domestik di ambil
dari tiap-tiap rumah untuk dilakukan pengukuran sampah tiap rumah.
4.3 Proyeksi Timbulan Sampah
Untuk mencari jumlah timbulan yang dihasilkan, dibutuhkan data Jumlah
timbulan penduduk Nagari Parambahan perhari, timbulan domestik akan
dikalikan dengan jumlah penduduk Nagari Parambahan tahun 2020 – 2039.
Setelah dilakukan pengukuran sampah 8 hari berturut-turt di Nagari Parambahan,
didapatkanlah hasil sampah domestik, sampah komersil dan sampah institusi di
Nagari Parambahan.
38
Tabel 4.8
Data Timbulan Sampah Nagari Parambahan
Sumber Hari
Senin 1 Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin 2
Domestik
Domestik 2,38 2,50 2,15 2,26 1,82 1,55 2,33 2,12
Komersil
Toko 1,80 1,61 1,70 1,50 1,55 1,35 1,88 1,70
Institusi
Kantor 1,10 1,25 1,24 1,14 1,17 0 0 1,16
Sekolah 2,28 1,80 1,96 2,05 1,50 1,86 0 2,10
1. Satuan Timbulan Sampah Domestik
Satuan timbulan sampah domestik meliputi sampah sisa makanan dan
sampah halaman. Pada data diatas maka dihitung timbulan rata-rata sampah
per orang perharinya. Pada table 4.9 didapatkan hasil dari timbulan sampah
domestik di Nagari Parambahan, dan timbulan rata-rata sampah domestik
yaitu 2,02 l/o/h.
X= 𝑠𝑒𝑛𝑖𝑛 1+𝑆𝑒𝑛𝑖𝑛 2
2=
2,38+2,12
2= 2,25
Faktor Koreksi = 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝑥)
𝑆𝑒𝑛𝑖𝑛 1=
2,25
2,38= 0,945
Tabel 4.9
Timbulan Sampah Domestik Nagari Parambahan
Faktor
Koreksi
Senin 1 Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin 2
0,945 2,38 2,50 2,15 2,26 1,82 1,82 2,33 2,12
X Fk 2,25 2,36 2,03 2,14 1,72 1,46 2,20 -
Timbulan Rata – rata = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑚𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
7=
14,16
7= 2,02 l/o/h
2. Satuan Timbulan Sampah Komersil
Untuk mencari jumlah timbulan yang dihasilkan, dibutuhkan data jumlah
jumlah toko yaitu 20 unit dengan kapasitas 25 m2/unit. Sampah komersil
39
disini yaitu sampah toko, dan didapkanlah hasil timbulan sampah rata-rata
yaitu 1,58 l/o/h.
Timbulan Sampah Toko
X= 𝑆𝑒𝑛𝑖𝑛 1+𝑆𝑒𝑛𝑖𝑛 2
2=
1,80+1,70
2= 1,75
Faktor Koreksi = 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝑥)
𝑆𝑒𝑛𝑖𝑛 1=
1,75
1,80= 0,97
Tabel 4.10
Timbulan Sampah Toko Nagari Parambahan
Faktor
Koreksi
Senin 1 Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin 2
0,97 1,80 1,61 1,70 1,50 1,55 1,35 1,88 1,70
X Fk 1,75 1,56 1,65 1,46 1,50 1,31 1,82 -
Timbulan Rata – rata = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑚𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
7=
11,05
7= 1,58 l/o/h
3. Satuan Timbulan Sampah Institusi
Satuan timbulan sampah institusi meliputi sampah kantor dan sampah
sekolah.
a. Timbulan Sampah Kantor
Untuk mencari jumlah timbulan yang dihasilkan per hari, data jumlah
kantor yaitu 1 unit dengan kapasitas 20 jiwa/unit. Timbulan sampah kantor
rata-rata yaitu 0,74 l/o/h.
X= 𝑆𝑒𝑛𝑖𝑛 1+𝑆𝑒𝑛𝑖𝑛 2
2=
1,10+1,16
2= 1,13
Faktor Koreksi = 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝑥)
𝑆𝑒𝑛𝑖𝑛 1=
1,13
1,10= 1,03
Tabel 4.11
Timbulan Sampah Kantor Nagari Parambahan
Faktor
Koreksi
Senin 1 Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin 2
1,03 1,10 1,25 1,24 1,14 1,17 0,00 0,00 1,16
X Fk 1,13 1,05 1,04 0,96 0,98 0 0 -
Timbulan Rata – rata = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑡𝑖𝑚𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
7=
5,16
7= 0,74 l/o/h
40
b. Timbulan Sampah Sekolah
Untuk mencari jumlah timbulan yang dihasilkan per hari, data jumlah
sekolah yaitu 3 unit dengan kapasitas 125 jiwa/unit. Timbuan sampah
sekolah rata rata yaitu 1,57 l/o/h.
X= 𝑆𝑒𝑛𝑖𝑛 1+𝑆𝑒𝑛𝑖𝑛 2
2=
2,28+2,10
2= 2,19
Faktor Koreksi = 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝑥)
𝑆𝑒𝑛𝑖𝑛 1=
2,19
2,28= 0,96
Tabel 4.12
Timbulan Sampah Sekolah Nagari Parambahan
Faktor
Koreksi
Senin 1 Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin 2
0,96 2,28 1,80 1,96 2,05 1,50 1,86 0 2,10
X Fk 2,19 1,73 1,88 1,97 1,44 1,79 0 -
Timbulan Rata – rata = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑚𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
7=
11
7= 1,57 l/o/h
Dari hasil perhitungan diatas, diidapatkan jumlah timbulan sampah domestik yaitu
2,02 l/o/h dengan jumlah jiwa tahun 2019 yaitu 2420 jiwa, timbulan sampah toko
1,58 l/o/h dengan 20 unit toko kapasitas 25 m2/unit, timbulan sampah kantor 0,74
l/o/h dengan 1 unit kapasitas 20 m2/unit, dan timbulan sampah sekolah 1,57 l/o/h
dengan 3 unit kapasitas 125 jiwa/unit. Pada tabel 4.10 dapat dilihat hasil
perhitungan jumlah timbulan sampah tahun 2019 yaitu 2,60 l/o/h.
Tabel 4.13
Jumlah Timbulan Sampah
Sampah Timbulan Rata- rata
(l/o/h)
Jumlah (unit) /
Jiwa
Kapasitas
(m2/unit)
Jumlah
Timbulan
Q Domestik 2,02 2420 - 4888
Q Toko 1,58 20 25 790
Q Kantor 0,74 1 20 15
Q Sekolah 1,57 3 125 589
QT 6282
qT pertahun
qT2019 =𝑄𝑇
𝑃=
6282
2420= 2,60 l/o/h
41
Dari hasil perhitungan data diatas maka bisa ditentukan jumlah timbulan sampah
untuk tahap I sampai tahap IV dengan periode desain 5 tahun.Berikut hasil
timbulan sampah periode desain 5 tahun dalam IV tahap.
1. Tahap I (2020-2024)
Pada tahap I ini didapatkan jumlah timbulan sampah pada tahun 2020
dengan jumlah penduduk 2444 jiwa yaitu 2,62 l/o/h, pada tahun 2021
jumlah penduduk 2481 jiwa yaitu 2,78 l/o/h, pada tahun 2022 jumlah
penduduk 2519 jiwa yaitu 2,81 l/o/h, pada tahun 2023 jumlah penduduk
2556 jiwa yaitu 2,85 l/o/h, dan pada tahun 2024 jumlah jiwa 2594 yaitu
2,88 l/o/h. Untuk lebih jelasnya bsa dilihat pada table 4.14
Tabel 4.14
Proyeksi Timbulan Sampah Tahap I
No Tahun Jumlah Penduduk Timbulan Sampah
(l/o/h)
1 2020 2444 2,62
2 2021 2481 2,78
3 2022 2519 2,81
4 2023 2556 2,85
5 2024 2594 2,88
Gambar 4.4
Grafik Timbulan Sampah Tahap I
2.62
2.78 2.812.85 2.88
2
2.5
3
2020 2021 2022 2023 2024
Timbulan Sampah (l/o/h)
42
2. Tahap II (2025-2029)
Pada tahap II ini didapatkan jumlah timbulan sampah pada tahun 2025
dengan jumlah penduduk 2631 jiwa yaitu 2,91 l/o/h, pada tahun 2026
dengan jumlah penduduk 2669 jiwa yaitu 2,95 l/o/h, pada tahun 2027
dengan jumlah penduduk 2706 jiwa yaitu 2,98 l/o/h, pada tahun 2028
dengan jumlah penduduk 2744 jiwa yaitu 3,01 l/o/h, dan pada tahun 2029
dengan jumlah jiwa 2781 yaitu 3,04 l/o/h. Untuk lebih jelasnya bsa dilihat
pada table 4.15
Tabel 4.15
Proyeksi Timbulan Sampah Tahap II
No Tahun Jumlah Penduduk Timbulan Sampah
(l/o/h)
1 2025 2631 2,91
2 2026 2669 2,95
3 2027 2706 2,98
4 2028 2744 3,01
5 2029 2781 3,04
Gambar 4.5
Grafik Timbulan Sampah Tahap II
2.91 2.95 2.98 3.01 3.04
2
2.2
2.4
2.6
2.8
3
3.2
3.4
2025 2026 2027 2028 2029
Timbulan Sampah (l/o/h)
43
3. Tahap III (2030-2034)
Pada tahap III ini didapatkan jumlah timbulan sampah pada tahun 2030
dengan jumlah penduduk 2819 jiwa yaitu 3,08 l/o/h, pada tahun 2031
dengan jumlah penduduk 2856 jiwa yaitu 3,11 l/o/h, pada tahun 2032
dengan jumlah penduduk 2893 jiwa yaitu 3,14 l/o/h, pada tahun 2033
dengan jumlah penduduk 2931 jiwa yaitu 3,17 l/o/h, dan pada tahun 2034
dengan jumlah jiwa 2968 yaitu 3,21 l/o/h. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat
pada table 4.16
Tabel 4.16
Proyeksi Timbulan Sampah Tahap III
No Tahun Jumlah Penduduk Timbulan Sampah
(l/o/h)
1 2030 2819 3,08
2 2031 2856 3,11
3 2032 2893 3,14
4 2033 2931 3,17
5 2034 2968 3,21
Gambar 4.6
Grafik Timbulan Sampah Tahap III
3.08
3.11
3.14
3.17
3.21
3
3.05
3.1
3.15
3.2
3.25
3.3
2030 2031 2032 2033 2034
Timbulan Sampah (l/o/h)
44
4. Tahap IV
Pada tahap IV ini didapatkan jumlah timbulan sampah pada tahun 2035
dengan jumlah penduduk 3006 jiwa yaitu 3,24 l/o/h, pada tahun 2036
dengan jumlah penduduk 3043 jiwa yaitu 3,27 l/o/h, pada tahun 2037
dengan jumlah penduduk 3081 jiwa yaitu 3,31 l/o/h, pada tahun 2038
dengan jumlah penduduk 3118 jiwa yaitu 3,34 l/o/h, dan pada tahun 2039
dengan jumlah jiwa 3156 yaitu 3,37 l/o/h. Untuk lebih jelasnya bsa dilihat
pada table 4.17
Tabel 4.17
Proyeksi Timbulan Sampah Tahap IV
No Tahun Jumlah Penduduk Timbulan Sampah
(l/o/h)
1 2035 3006 3,24
2 2036 3043 3,27
3 2037 3081 3,31
4 2038 3118 3,34
5 2039 3156 3,37
Gambar 4.7
Grafik Timbulan Sampah Tahap IV
3.243.27
3.313.34
3.37
3
3.05
3.1
3.15
3.2
3.25
3.3
3.35
3.4
2035 2036 2037 2038 2039
Timbulan Sampah (l/o/h)
45
4.4 Komposisi Sampah
Sampah organik adalah komponen sampah yang cepat membusuk, terutama yang
berasal dari sisa makanan. Sampah jenis ini mudah terdekomposisi karena
aktivitas mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya menghendaki
kecepatan, dalam pengumpulan, pemrosesan, maupun pengangkutannya (Zahra
and Damanhuri, 2011).
Komposisi sampah di Nagari Parambahan terdiri dari sampah basah berupa sisa
makanan dan sampah halaman, sampah kering terdiri dari kertas, plastik, logam
atau kaleng, dan sampah lainnya. Berdasarkan hasil pengukuran sampah, maka
dapat dilihat pada table 4.18
Tabel 4.18
Komposisi Sampah Nagari Parambahan
Komposisi Domestik % Komersil % Institusi %
Sampah Basah
Sampah Makanan 60 65 55
Sampah Halaman 10 5 8
Sampah Kering
Kertas 10 11 16
Plastik 14 15 14
Kaleng/Logam 4 2 4
Sampah Lain
Lain – Lain 2 2 3
4.5 Pengolahan
Pengolahan sampah oleh kawasan di Nagari Parambahan terbagi menjadi 2
pengolahan, yaitu dengan pengomposan dan daur ulang.
Dari data timbulan yang sudah diolah maka sebelum dilakukan pengangkutan di
TPS maka terlebih dahulu melakukan reduksi sampah untuk mengurangi
penumpukkan di kontainer. Timbulan sampah pada tahun terakhir periode desain
2039 adalah 10,6 m3/h sedangkan kontainer hanya bisa menampung sampah 6
m3/h.
Jumlah sampah berdasarkan komposisi sampah di Nagari Parambahan yaitu rata-
rata sampah kertas 0,249 l/o/h, plastik 0,281 l/o/h, sisa makanan 1,17 l/o/h,
46
kaleng/logam 0,068 l/o/h, sampah halaman 0,155 l/o/h, dan sampah lainnya 0,143
l/o/h. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada table 4.19
Tabel 4.19
Jumlah Sampah Berdasarkan Komposisi
No Jenis Sampah Domestik
(l/o/h)
Komersil
(l/o/h)
Institusi
(l/o/h)
Rata-Rata
(l/o/h)
1 Kertas 0,202 0,174 0,370 0,249
2 Plastik 0,283 0,237 0,323 0,281
3 Sisa Makanan 1,212 1,027 1,271 1,17
4 Kaleng/logam 0,081 0,032 0,092 0,068
5 Sampah Halaman 0,202 0,079 0,185 0,155
6 Lain-lain 0,040 0,032 0,070 0,143
Jumlah 2,066
Sampah basah = Total sampah basah / Total sampah x 100%
= 1,325 l/o/h × 100 %
2,066 l/o/h
= 64 %
Sampah kering = Total sampah kering / Total sampah x 100%
= 0,598 l/o/h × 100 %
2,066 l/o/h
= 29 %
47
Sampah lainnya = Total sampah basah / Total sampah x 100%
= 0,143 l/o/h × 100 %
2,066 l/o/h
= 7 %
Tahap I
Timbulan 2024 = 2,88 l/o/h
Jumlah Penduduk = 2594 orang
Debit Timbulan = 2,88 l/o/h x 2594 orang
= 7471 l/h
= 7,5 m3/h.
Dari data diatas maka dapat persentase sampah dikalikan dengan timbulan sampah
tahap I yaitu 7,5 m3/h. Jadi jumlah timbulan sampah basah yaitu 4,8 m3/h, sampah
kering 2,2 m3/h, dan sampah lainnya 0,53 m3/h. Sampah yang akan dijadikan
pupuk kompos didapat 3,07 m3/h, dan untuk sampah daur ulang 0,64 m3/h.
Tabel 4.20
Persentase Sampah Nagari Parambahan Tahap I
Sampah % Sampah Timbulan (m3) Jumlah Timbulan (m3)
Sampah Basah 64% 7,5 4,8
Sampah Kering 29% 7,5 2,2
Sampah Lain – Lain 7% 7,5 0,53
Tabel 4.21
Pengomposan dan Daur Ulang Tahap I
Sampah Timbulan (m3) Pengomposan (64%) Daur Ulang
(29%)
Sampah Basah 4,8 3,07 -
Sampah Kering 2,2 - 0,64
Tahap II
Timbulan 2029 = 3,04 l/o/h
Jumlah Penduduk = 2781 orang
Debit Timbulan = 3,04 l/o/h x 2781 orang
48
= 8454 l/h
= 8,5 m3/h.
Timbulan sampah tahap II yaitu 8,5 m3/h. Jadi jumlah timbulan sampah basah
yaitu 5,4 m3/h, sampah kering 2,5 m3/h, dan sampah lainnya 0,60 m3/h. Sampah
yang akan dijadikan pupuk kompos didapat 3,5 m3/h, dan untuk sampah daur
ulang 0,73 m3/h.
Tabel 4.22
Persentase Sampah Nagari Parambahan Tahap II
Sampah % Sampah Timbulan (m3) Jumlah Timbulan (m3)
Sampah Basah 64% 8,5 5,4
Sampah Kering 29% 8,5 2,5
Sampah Lain – Lain 7% 8,5 0,60
Tabel 4.23
Pengomposan dan Daur Ulang Tahap II
Sampah Timbulan (m3) Pengomposan (64%) Daur Ulang
(29%)
Sampah Basah 5,4 3,5 -
Sampah Kering 2,5 - 0,73
Tahap III
Timbulan 2034 = 3,21 l/o/h
Jumlah Penduduk = 2968 orang
Debit Timbulan = 3,21 l/o/h x 2968 orang
= 9527 l/h
= 9,5 m3/h
Timbulan sampah tahap III yaitu 9,5 m3/h. Jadi jumlah timbulan sampah basah
yaitu 6,1 m3/h, sampah kering 2,76 m3/h, dan sampah lainnya 0,67 m3/h. Sampah
yang akan dijadikan pupuk kompos didapat 3,9 m3/h, dan untuk sampah daur
ulang 0,80 m3/h.
49
Tabel 4.24
Persentase Sampah Nagari Parambahan Tahap III
Sampah % Sampah Timbulan (m3) Jumlah Timbulan (m3)
Sampah Basah 64% 9,5 6,1
Sampah Kering 29% 9,5 2,76
Sampah Lain – Lain 7% 9,5 0,67
Tabel 4.25
Pengomposan dan Daur Ulang Tahap III
Sampah Timbulan (m3) Pengomposan (64%) Daur Ulang
(29%)
Sampah Basah 6,1 3,9 -
Sampah Kering 2,76 - 0,80
Tahap IV
Timbulan 2039 = 3,37 l/o/h
Jumlah Penduduk = 3156 orang
Debit Timbulan = 3,37 l/o/h x 3156 orang
= 10636 l/h
= 10,6 m3/h
Timbulan sampah tahap IV yaitu 10,6 m3/h. Jadi jumlah timbulan sampah basah
yaitu 6,1 m3/h, sampah kering 2,76 m3/h, dan sampah lainnya 0,67 m3/h. Sampah
yang akan dijadikan pupuk kompos didapat 4,34 m3/h, dan untuk sampah daur
ulang 0,89 m3/h.
Tabel 4.26
Persentase Sampah Nagari Parambahan Tahap IV
Sampah % Sampah Timbulan (m3) Jumlah Timbulan (m3)
Sampah Basah 64% 10,6 6,78
Sampah Kering 29% 10,6 3,07
Sampah Lain – Lain 7% 10,6 0,74
50
Tabel 4.27
Pengomposan dan Daur Ulang Tahap IV
Sampah Timbulan (m3) Pengomposan (64%) Daur Ulang
(29%)
Sampah Basah 6,78 4,34 -
Sampah Kering 3,07 - 0,89
4.6 Potensi Daur Ulang
Daur ulang adalah penggunaan limbah itu sendiri sebagai sumber daya
(Kaburagi,2007). Kegiatan daur ulang dapat meliputi perbaikan, remanufacturing,
konversi bahan, suku cadang dan produk. Daur ulang sampah saat ini diakui
sebagai pendekatan yang berkelanjutan untuk pengelolalaan limbah padat dan
dianggap membantu ekonomi masyarakat, lingkungan, sosial, dan ekologis
(Kaseva, 2003). Sampah bukanlah benda yang harus selalu dibuang. Sampah yang
berasal dari seseorang bisa jadi merupakan benda yang dicari-cari orang lain.
Sampah yang telah masuk ke TPA bukan berarti tidak memiliki nilai guna
kembali. Beberapa jenis sampah anorganik yang masuk ke TPA masih memiliki
bahan yang dapat dimanfaatkan kembali atau masih bernilai ekonomi. Sampah
anorganik yang tergolong masih memiliki nilai jual adalah plastik, kertas, logam,
dan kaca (Zahra and Damanhuri, 2011)
Dari data diatas, total sampah yang bisa untuk media pengomposan pada tahap I
yaitu 3,07 m3, pada tahap II 3,5 m3, pada tahap III 3,9 m3, dan pada tahap IV 4,34
m3. Dan untuk pengolahan sampah plastik pada tahap I yaitu 0,64 m3, pada tahap
II 0,73 m3, pada tahap III 0,80 m3, dan pada tahap IV 0,89 m3. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.28.
Sampah plastik bisa dijadikan kerajinan tangan, seperti sampah bungkus minuman
bisa dirubah menjadi dompet, tas, dan kerajinan tangan lainnya. Sedangkan untuk
botol plastik bisa dibuat untuk hiasan dinding, vas bunga dan kerajinan tangan
lainnya.
Sampah organik disini diolah menggunakan komposter semi anaerob. Komposter
semi anaerob sangat efektif untuk menjadikan sampah organik menjadi pupuk
51
kompos, dan bisa menghasilkan pupuk cair. Komposter semi anaerob merupakan
komposter yang tidak memerlukan oksigen atau bisa disebut pengomposan
tertutup.
Tabel 4.28
Total Potensi Daur Ulang Sampah
Potensi Daur Ulang Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV
Pengomposan 3,07 m3 3,5 m3 3,9 m3
4,34 m3
Daur Ulang 0,64 m3 0,73 m3
0,80 m3 0,89 m3
Dari tabel diatas dapat dilihat banyak sampah yang akan dijadikan pupuk kompos.
Satu buah komposter dapat menampung 0,25 m3, jadi komposter yang dibutuhkan
pada tahap I adalah sebanyak 13 buah komposter, pada tahap II 14 buah
komposter, pada tahap III 16 buah komposter dan pada tahap IV dibutuhkan 17
buah komposter. Maka untuk periode desain 20 tahun pada tahun 2039 Nagari
Parambahan membutuhkan komposter sebanyak 59 buah.
Gambar 4.8
Detail Komposter Semi Anaerob
Untuk membuat komposter semi anaerob dibutuhkan beberapa alat dan bahan,
pada table 4,29 dijelaskan alat dan bahan pembuatan komposter.
52
Tabel 4.29
Alat dan Bahan
No Pembuatan Komposter Alat dan Bahan
Bahan Alat
1 Input dan output 1. Pipa 5” 50 cm
2. Dop 5” 2 buah
3. Sambungan lurus 2
buah
4. Lem PVC 1 kg
1. Bor tangan
2. Gergaji tangan
3. Gerinda tangan
4. Terpal
5. Kain lap
6. Kayu landasan
7. Parang
8. Sampah organic
9. Kotoran sapi
10. Tanah humus (cacing)
11. EM4
12. Karung
13. Ember
14. Spidol permanen
15. Meteran
16. Kabel raun
2 Lubang oksigen 1. pipa 3/4"
2. sambungan lurus ¾
20 buah
3. dop ¾ 20 buah
4. karet benen 20 buah
5. Mata bor 4 mm 1
buah
6. Mata bor 3/4” 1 buah
3 Suhu 1. Thermometer 1 buah
4 Output pupuk caik 1. T ¾” 1 buah
2. L ¾: 1 buah
3. Kran 1 buah
4. Baskom 1 buah
5. Botol aqua
6. Mata gergaji 1 buah
7. Mata gerinda 1 buah
8. Mata potong 1 buah
5
Kaki/standar
1. Besi siku 1 batang
2. Kawat las 1 kotak
Adapun langkah-langkah pembuatan komposter semi anaerob yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Percobaan
a. Drum/ kantong kapasitas 250 Kg dipilih yang pakai tutup besar
b. Tutup drum dilubangi dengan diameter 4”
53
c. Potong pipa PVC 5” sepanjang 10 cm sebanyak 2 buah
d. Pipa PVC 5” dipasangkan pada lubang 5” pada tutup drum
e. Gunakan sambungan lurus sebagai pengunci pipa 5” PVC
f. Kemudian pasangkan Dop atau penutup pipa 5”
g. Potong pipa PVC 3/4 “ dengan ukuran diameter drum ditambah 10 cm
h. Pipa ¾ yang dipotong sebanyak 10 buah dipasangkan ke drum yang
telah dilubangi dengan diameter 4 mm pada sisinya secara vertikal
i. Masing-masing ujung pipa dipasangkan penutup (dop)
j. Lubangi sisi drum bagian bawah 7 cm dari alas drum dengan diameter
5” lalu dipasangkan pipa 5” seperti pada point 4.
k. Buat lubang diameter kran ¾ pada sisi lain bagian bawah drum
dengan ukuran 7 cm dari alas drum
l. Sambungkan pipa kran dengan satu pipa pada bagian bawah dengan
sambungan L dan T seperti pada gambar
m. Buat standar drum sesuai kebutuhan
n. Pastikan semua komponen telah terpasang rapi
o. Siap untuk digunakan untuk pengomposan
2. Pembuatan Kompos
a. Siapkan sampan organik rumah tangga yang telah dipilah seperti sisa
makanan, sisa dapur, sampah daun/ranting.
b. Sampah organik yang telah disiapkan dicacah/ dihaluskan
c. Siapkan tanah humus (cacing)
d. Siapkan EM4/ MOL
e. Siapkan kotoran hewan seperti kotoran sapi/ kambing/ ayam/ dan lain-
lain.
f. Susunan pengomposan dibagi 2:
1) Dengan cara mencampur semua syarat diatas, sampah dicampur
secara merata dan dimasukan kedalam komposter.
2) Dengan cara menyusun secara berlapis, mulai dari bawah tanah
humus, sampah, tanah humus, EM4/ MOL.
54
g. Setelah sampah (adonan) dimasukan lalu ditutup, dibiarkan selama 1
minggu dan diamati.
h. Kompos akan matang dalam 2 minggu
i. Kompos yang telah matang dapat dikeluarkan dari komposter
j. Kompos dikering anginkan
k. Kompos diayak
l. Kompos yang telah diayak dikemas dapat dijual
m. Kompos yang kasar dilakukan pengomposan lagi seperti semula
n. Selama pengomposan kran dibuka dan disiapkan dengan wadah
penampungan pupuk cair
o. Pupuk cair yang telah diperoleh dapat dikemas dan dipasarkan atau
digunakan.
p. Untuk memperoleh pupuk kompos yang berkualitas dapat dilakukan
pengujian di laboratorium.
55
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data di Nagari Parambahan dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut :
1. Jumlah timbulan sampah di Nagari Parambahan yaitu sampah domestik
2,02 l/o/h, sampah toko 1,58 l/o/h, sampah kantor 0,74 /o/h, dan sampah
sekolah 1,57 l/o/h. Untuk proyeksi timbulan sampah tahun 2024
didapatlah timbulan sampah 2,88 l/o/h, tahun 2029 timbulan sampah 3,04
l/o/h, tahun 2034 timbulan sampah 3,21 l/o/h, dan pada tahun 2039
timbulan sampah 3,37 l/o/h.
2. Rata-rata jumlah sampah berdasarkan komposisinya yaitu sampah kertas
0,249 l/o/h, plastik 0,281 l/o/h, sisa makanan 1,17 l/o/h, kaleng atau
logam 0,068 l/o/h, sampah halaman 0,155 l/o/h, sampah lainnya 0,143
l/o/h.
3. Sampah untuk dijadikan kompos pada tahap I yaitu 3,07 m3, dan sampah
untuk didaur ulang 0,64 m3, pada tahap II dijadikan kompos 3,5 m3 dan
di daur ulang 0,73 m3, pada tahap III dijadikan kompos yaitu 3,9 m3, dan
sampah untuk didaur ulang 0,80 m3, pada tahap IV dijadikan kompos
4,34 m3 dan di daur ulang 0,89 m3. Jadi komposter yang dibutuhkan
Nagari Parambahan sebanyak 60 buah. Tiap tahunnya Nagari
Parambahan bisa menambah 3 buah komposter.
5.2 Saran
Sebagai bahan pertimbangan dan perhatian bagi seluruh penduduk Nagari
Parambahan serta untuk peneliti selanjutnya, maka dapat diperhatikan beberapa
hal sebagai berikut :
1. Dalam perencanaan suatu sistem pengelolaan persampahan untuk suatu
wilayah selain faktor ekonomi atau biaya, juga perlu dipertimbangkan
faktor wilayah, estetika dan faktor lingkungan terutama untuk bagian
pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan.
56
2. Agar terwujudnya pelaksanaan sistem pengelolaan persampahan yang
baik di suatu wilayah, diperlukan kerja sama dan peran serta antara
masyarakat dengan pihak-pihak yang terkait dalam masalah ini, seperti
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional.SNI19-2454-2002.“Tata Cara Teknik Operasional
Pengelolaan Sampah Perkotaan”. 2002
Damanhuri dan Padmi. “Pengelolaan Sampah”. Bandung: Program Studi Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi
Bandung.2010
Dewilda, Y. and Darnas, Y. (2013) “Studi Timbulan, Komposisi, Dan Potensi
Daur Ulang Sampah Kawasan Pt Semen Padang”. Jurnal Dampak,
10(2), p. 111. doi: 10.25077/dampak.10.2.111-118.2013.
Dian Kasih, Ivan Indrawan, Lies Setyowati, Munir Tanjung, I. S. (2018). “Studi
Perancangan Dan Pemanfaatan TPS 3R Untuk Sampah TPS
(Tempat Pengolahan Sampah Rumah Tangga”, Jurnal Dampak,
15(1), pp. 16–22. doi: 10.25077/dampak.15.1.16-22.2018.
Enri, D. and Padmi, T. (2016). “Pengelolaan Sampah Terpadu”. Bandung: ITB.
Fatah, Abdul, dkk. "Konsep Pengelolaan Sampah Berbasis Teologi"..Jurnal
Ilmu Lingkungan11.1 (2013): 84-91.
Kaburagi, Y. (2007). “National 3R Workshop in Dhaka, Bangladesh, International
Experice in 3R”. United Nations Center for Regional Development
(UNCRD).
Kaseva, Mengiseny E. Mbuligwe, Stephen E. “Appraisal of solid waste collection
following private sector involvement in Dar es Salaam city, Tanzania”.
Habitat International 29(2005) 252-366.
Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya.“Panduan Praktis
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan”. 2015
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Cipta
Karya, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman.
“Buku Petunjuk Teknis TPS 3R”.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012. Pedoman
Pelaksanaan Reduce, Reuse, Recycle Melalui Bank Sampah
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013.
“Tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan
Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga”
Raharjo, S., Ihsan, T. and Ruslinda, Y. (2014) ‘Perencanaan Sistem Reduce,
Reuse Dan Recycle Pengelolaan Sampah Di Kampus Universitas
Andalas Limau Manis Padang’, Jurnal Dampak, 11(2), p. 79. doi:
10.25077/dampak.11.2.79-87.2014.
Sanneh, E.S., Hu, Allen H., Chang, Y.M., Sanyang, Edrisa(2011). “Introduction
of a recycling system for sustainable municipal solid waste
management : a case study on the greater Banjul area of the
Gambia”. Environment, Development, and Sustainability, Gambia.
SNI 19-3964-1994. Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan
dan komposisi Sampah Perkotaan. Departemen Pekerjaan Umum :
Bandung.
Tchnobanoglous. “Integrated Solid Waste Management”. New York: Mc Graw
Hill Inc. 1993.
Undang-Undang No 18 Tahun 2008. “Tentang Pengelolaan Sampah”. 2008
Zahra, F. and Damanhuri, T. P. (2011) ‘Kajian Komposisi, Karakteristik, Dan
Potensi Daur Ulang Sampah Di Tpa Cipayung, DEPOK’, Jurnal
Teknik Lingkungan ITB, 17(April), pp. 59–69.
Lampiran 1
SNI 19-3964-1994
SNI
Standar Nasional Indonesia
Metode pengambilan dan pengukuran
contoh timbulan dan komposisi sampah
perkotaan
ICS Badan Standarisasi Nasional BSN
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi
BAB I DESKRIPSI
1.1 Maksud dan Tujuan
1.2 Ruang Lingkup
1.3 Pengertian
BAB II
PERSYARATAN-
PERSYARATAN
BAB III
KETENTUAN-
KETENTUAN
3.1 Pelaksanaan 3.2 Pengambilan Contoh
3.3 Kriteria
3.4 Frekwensi
3.5 Pengukuran dan Perhitungan
3.6
Peralatan dan
Perlengkapan
BAB IV CARA PENGERJAAN
4.1 Cara Pengambilan dan Pengukuran Contoh dari Lokasi Perumahan
4.2
Cara Pengerjaan Pengambilan dan Pengukuran Contoh dari Lokasi
non-Perumahan
BAB V LAPORAN PENGAMBILAN CONTOH
5.1. Catatan Lapangan 5.2. Formulir Data
LAMPIRAN
A :Lain-lain
BAB I
DESKRIPSI
1.1 Maksud dan Tujuan
1.1.1 Maksud
Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi penyelenggara pembangunan dalam melakukan pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah untuk suatu kota.
1.1.2 Tujuan
Tujuan dari metode ini adalah untuk mendapatkan besaran timbulan sampah yang digunakan dalam perencanaan dan pengelolaan sampah.
1.2 Ruang Lingkup
Metode ini berisi pengertian, poersyaratan, ketentuan, cara pelaksanaan pengambilan dan pengukuran comtoh timbulan dan komposisi sampah untuk suatu kota.
1.3 Pengertian
Yang dimaksud dengan:
1) contoh timbulan sampah adalah sampah yang diambil dari lokasi pengambilan terpilih, untuk diukur volumenya dan ditimbang beratnya dan diukur komposisinya;
2) Komponen komposisi sampah adalah komponen fisik sampah seperti sisa-sisa makanan, kertas-karton, kayu, kain-tekstil, karet-kulit, plastik, logam besi-non besi, kaca dan lain-lain (misalnya tanah, pasir, batu, keramik);
BAB II
PERSYARATAN-PERSYARATAN
Persyaratan pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi
sampah meliputi:
1) peraturan-peraturan dan petunjuk di bidang persampahan yang berlaku di
daerah;
2) lokasi dan waktu pengambilan yang dipilih harus dapat mewakili suatu
kota;
3) alat pengambil dan pengukur contoh yaitu: (1) terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh (tidak
terbuat dari logam); (2) mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya.
BAB III
KETENTUAN-KETENTUAN
3.1 Pelaksanaan
Langkah-langkah pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah dapat dilihat pada Gambar 1.
Pengambil
an Rerata timbulan dan
contoh di komposisi sampah
perumahan rumah tangga
Besaran
timbulan dan
komposisi
sampah
perkotaan
Pengambil
an
Rerata timbulan dan contoh di
non
komposisi sampah non
perumahan
rumah tangga
GAMBAR 1
LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN SAMPAH
3.2 Pengambilan Contoh
3.2.1 Lokasi
Lokasi pengambilan contoh timbulan sampah dibagi menjadi 2 kelompok utama, yaitu:
1) perumahan yang terdiri dari:
(1) permanen pendapatan tinggi;
(2) semi permanen pendapatan sedang;
(3) non permanen pendapatan rendah
2) non perumahan yang terdiri dari:
(1) toko;
(2) kantor;
(3) sekolah;
(4) pasar;
(5) jalan;
(6) hotel;
(7) restoran, rumah makan; (8) fasilitas umum lainnya.
3.2.2 Cara Pengambilan
Pengambilan contoh sampah dilakukan di sumber masing-masing perumahan dan
non-perumahan.
3.2.3 Jumlah Contoh
Pelaksanaan pengambilan contoh timbulan sampah dilakukan secara acak strata dengan jumlah sebagai berikut:
1) jumlah contoh jiwa dan kepala keluarga (KK) dapat dilihat pada tabel 1 yang
dihitung berdasarkan rumus dan 2 di bawah ini.
S = Cd Ps
...............................................................................
............1)
dimana:
S = Jumlah contoh (jiwa)
Cd = Koefisien perumahan
Cd = Kota besar / metropolitan
Cd = Kota sedang / kecil / IKK Ps = Populasi (jiwa)
K = S
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
.. 2)
N
dimana:
K = Jumlah contoh (KK) N=Jumlah jiwa per keluarga = 5
2) jumlah contoh timbulan sampah dari perumahan adalah sebagai berikut:
(1) contoh dari perumahan permanen = (S1 ´ K ) keluarga (2) contoh dari perumahan semi permanen = (S 2 ´ K ) keluarga (3) contoh dari perumahan non permanen = (S3 ´ K ) keluarga
dimana:
S1 =
Proporsi jumlah KK perumahan permanen
dalam (%)
S2 = Proporsi jumlah KK perumahan semi permanen dalam (%)
S3 = Proporsi jumlah KK perumahan non permanen dalam (%)
S = Jumlah contoh jiwa N = Jumlah jiwa per keluarga
S
K =
= jumlah KK
N
TABEL 1
JUMLAH CONTOH JIWA
DAN KK
KLASIFIKASI JUMLAH
JUMLAH JUMLAH
NO. CONTOH KK
KOTA
PENDUDUK
JIWA (S) (K)
1.
Metropolita
n 1.000.000 – 2.500.000 1.000 – 1.500 200 – 300
2. Besar 500.000 – 1.000.000 700 – 1.000 140 – 200
3.
Sedang, Kecil,
IKK 3.000 – 500.000 150 - 350 30 -70
contoh perhitungan cara penentuan jumlah contoh jiwa dari perumahan dapat dilihat pada Lampiran A.
contoh perhitungan jumlah contoh timbulan sampah yang diambil dari perumahan dapat dilihat pada Lampiran A.
3) jumlah contoh timbulan sampah dari non perumahan dapat dilihat pada Tabel 2 yang dihitung berdasarkan rumus di bawah ini.
S = Cd Ts ...........................................................................................3)
dimana:
S =
Jumlah contoh masing-masing jenis bangunan non
perumahan
Cd = Koefisien bangunan non perumahan = 1 Ts = Jumlah bangunan non perumahan
3.3 Kriteria
3.3.1 Kriteria Perumahan
Kategori perumahan yang ditentukan berdasarkan:
1) keadaan fisik rumah dan atau;
2) pendapatan rata-rata kepala keluarga dan atau;
3) fasilitas rumah tangga yang ada.
3.3.2 Kriteria Non Perumahan
Kriteria non perumahan berdasarkan:
1) fungsi jalan yaitu:
(1) jalan arteri sekunder;
(2) jalan kolektor sekunder;
(3) jalan lokal; (4) untuk kota yang tidak melakukan penyapuan jalan minimal 500 meter
panjang jalan arteri sekunder di pusat kota;
2) kriteria untuk pasar : berdasarkan fungsi pasar;
3) kriteria untuk hotel : berdasarkan jumlah fasilitas yang tersedia;
4) kriteria ntuk rumah makan dan restoran : berdasarkan jenis kegiatan; 5) kriteria untuk fasilitas umum : berdasarkan fungsinya.
TABEL 2
JUMLAH CONTOH TIMBULAN SAMPAH
DARI NON PERUMAHAN
KLASIFIKASI
KOTA
LOKASI
KOTA
NO.
PENGAMBIL
AN KOTA KOTA
1 KK
SEDANG &
CONTOH
METROPOLITA
N BESAR
KECIL
(CONTOH) (CONTOH)
(CONTOH)
1. Toko 3–30 10 – 13 5–10 3 – 5
2. Sekolah 13–30 10 – 13 5–10 3 – 5
3. Kantor 13–30 10 – 13 5–10 3 – 5
4. Pasar 6–15 3 – 6 1 – 3 1
5. Jalan 6–15 3 – 6 1 – 3 1
contoh perhitungan jumlah contoh timbulan sampah dari non perumahan dapat dilihat pada Lampiran A.
Jumlah contoh timbulan sampah dari non perumahan untuk yang tidak tercantum pada Tabel 2; yaitu hotel, rumah makan/restoran, fasilitas umum lainnya diambil 10% dari jumlah keseluruhan, sekurang-kurangnya 1.
3.4 Frekwensi
Pengambilan contoh dapat dilakukan dengan frekwensi sebagai berikut:
1) pengambilan contoh dilakukan dalam 8 hari berturut-turut pada lokasi yang sama, dan dilaksanakan dalam 2 pertengahan musim tahun pengambilan contoh;
2) butir 1 dilakukan paling lama 5 tahun sekali.
3.5 Pengukuran dan Perhitungan
Pengukuran dan perhitungan contoh timbulan sampah harus mengikuti ketentuan
sebagai berikut:
1) satuan yang digunakan dalam pengukuran timbulan sampah adalah:
(1) volume basah (asal) : liter/unit/hari
(2) berat basah (asal) : kilogram/unit/hari
2) satuan yang digunakan dalam pengukuran komposisi sampah adalah dalam %
berat basah/asal;
3) jumlah unit masing-masing lokasi pengambilan contoh timbulan sampah (u),
yaitu:
(1) perumahan
: jumlah jiwa dalam
keluarga;
(2) toko : jumlah petugas atau luas areal;
(3) sekolah : jumlah murid dan guru;
(4) pasar
: luas pasar atau jumlah
pedagang;
(5) kantor : jumlah pegawai;
(6) jalan : panjang jalan dalam meter;
(7) hotel : jumlah tempat tidur;
(8) restoran : jumlah kursi atau luas areal;
(9)
fasilitas umum
lainnya : luas areal.
4) metode pengukuran contoh timbulan sampah, yaitu:
(1) sampah terkumpul diukur volume dengan wadah pengukur 40 liter dan ditimbang beratnya; dan atau
(2) sampah terkumpul diukur dalam bak pengukur besar 500 liter dan ditimbang beratnya; kemudian dipisahkan berdasarkan komponen komposisi sampah dan ditimbang beratnya.
contoh perhitungan % berat basah per komponen komposisi sampah dapat dilihat pada Lampiran A.
5) perhitungan besaran timbulan sampah perkotaan berdasarkan:
(1) rata-rata timbulan sampah perumahan;
(2) perbandingan total sampah perumahan dan non perumahan.
contoh perhitungan besaran timbulan sampah perkotaan dapat dilihat pada
Lampiran A.
3.6 Peralatan dan Perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan terdiri dari:
1) alat pengambil contoh berupa kantong plastik dengan volume 40 liter; 2) alat pengukur volume contoh berupa kotak berukuran 20 cm x 20 cm x 100
cm, yang dilengkapi dengan skala tinggi;
3) timbangan (0 – 5) kg dan (0 – 100) kg; 4) alat pengukur, volume contoh berupa bak berukuran (1,0 m x 0,5 m x 1,0 m)
yang dilengkapi dengan skala tinggi; 5) perlengkapan berupa alat pemindah (seperti sekop) dan sarung tangan.
BAB IV
CARA PENGERJAAN
4.1 Cara Pengambilan dan Pengukuran Contoh dari Lokasi Perumahan adalah sebagai
berikut:
1) tentukan lokasi pengambilan contoh;
2) tentukan jumlah tenaga pelaksana;
3) siapkan peralatan;
4) lakukan pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah
sebagai berikut: (1) bagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda kepada sumber sampah
1 hari sebelum dikumpulkan; (2) catat jumlah unit masing-masing penghasil sampah;
(3) kumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah;
(4) angkut seluruh kantong plastik ke tempat pengukuran;
(5) timbang kotak pengukur;
(6) tuang secara bergiliran contoh tersebut ke kotak pengukur 40 l; (7) hentak 3 kali kotak contoh dengan mengangkat kotak setinggi 20 cm.
Lalu jatuhkan ke tanah; (8) ukur dan catat volume sampah (Vs); (9) timbang dan catat berat sampah (Bs); (10) timbang bak pengukur 500 l;
(11) campur seluruh contoh dari setiap lokasi pengambilan dalam bak
pengukur 500 l;
(12) ukur dan catat berat sampah; (13) timbang dan catat berat sampah;
(14) pilah contoh berdasarkan komponen komposisi sampah;
(15) timbang dan catat berat sampah;
(16) hitunglah komponen komposisi sampah seperti contoh dalam Lampiran
A;
Bila akan dibawa ke laboratorium uji (pengujian karakteristik sampah) lakukan sub butir berikut ini: (17) ambil dari tiap komponen contoh seberat (lihat contoh perhitungan pada
Lampiran A); (18) aduk merata contoh-contoh tersebut dan dimasukkan dalam kantong
plastik ditutup rapat dan diangkut ke laboratorium.
4.2 Cara Pengerjaan Pengambilan dan Pengukuran Contoh dari Lokasi non Perumahan
4.2.1 Lokasi Toko, Sekolah dan Kantor
Cara pengerjaan pengambilan dan pengukuran contoh adalah sebagai berikut:
1) tentukan lokasi pengambilan contoh;
2) tentukan jumlah tenaga pelaksana;
3) siapkan peralatan;
4) laksanakan pengambilan dan pengukuran contoh timbulan sampah sebagai
berikut:
(1) bagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda kepada sumber sampah 1 hari sebelum dikumpulkan;
(2) catat jumlah unit masing-masing penghasil sampah;
(3) kumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah;
(4) angkut seluruh kantong plastik ke tempat pengukuran;
(5) timbang kotak pengukur;
(6) tuang secara bergiliran contoh tersebut ke kotak pengukur 40 l; (7) hentak 3 kali kotak contoh dengan mengangkat kotak setinggi 20 cm.
Lalu jatuhkan ke tanah; (8) ukur dan catat volume sampah (Vs); (9) timbang dan catat berat sampah (Bs); (10) timbang bak pengukur 500 l; (11) campur seluruh contoh dari setiap lokasi pengambilan dalam bak
pengukur 500 l;
(12) ukur dan catat berat sampah;
(13) timbang dan catat berat sampah;
(14) pilah contoh berdasarkan komponen komposisi sampah; (15) timbang dan catat berat sampah;
(16) hitunglah komponen komposisi sampah seperti contoh dalam Lampiran
A;
Bila akan dibawa ke laboratorium uji (pengujian karakteristik sampah) lakukan sub butir berikut ini:
(17) ambil dari tiap komponen contoh seberat (lihat contoh perhitungan pada
Lampiran A); (18) aduk merata contoh-contoh tersebut dan dimasukkan dalam kantong
plastik ditutup rapat dan diangkut ke laboratorium.
4.2.2 Lokasi Pasar, Jalan, Hotel, Restoran dan Fasilitas Umum Lainnya
Cara pengerjaan pengambilan dan pengukuran contoh adalah sebagai berikut:
1) tentukan lokasi pengambilan contoh;
2) tentukan jumlah tenaga pelaksana;
3) siapkan peralatan;
4) laksanakan pengambilan dan pengukuran contoh timbulan sampah sebagai
berikut:
(1) catat jumlah unit masing-masing penghasil sampah; (2) timbang bak pengukur (500 liter); (3) ambil sampah dari tempat pengumpulan sampah dan masukkan ke
masing-masing bak pengukur 500 liter; (4) hentak 3 kali bak contoh dengan mengangkat bak setinggi 20 cm, lalu
jatuhkan ke tanah; (5) ukur dan catat volume sampah (Vs); (6) timbang dan catat berat sampah (Bs); (7) pilah contoh berdasarkan komponen komposisi sampah;
(8) timbang dan catat berat sampah;
Bila akan dibawa ke laboratorium uji (pengujian karakteristik sampah) lakukan sub butir berikut ini: (9) ambil dari tiap komponen contoh seberat (lihat contoh perhitungan pada
Lampiran A); (10) aduk merata contoh-contoh tersebut dan dimasukkan dalam kantong
plastik ditutup rapat dan diangkut ke laboratorium.
BAB V
LAPORAN PENGAMBILAN CONTOH
5.1 Catatan Lapangan
Hasil pemeriksaan dilaporkan dalam catatan lapangan (lihat Lampiran) dengan mencantumkan isi sebagai berikut:
1) umum berisi nama daerah, nama lokasi, kriteria lokasi, tanggal dan waktu,
keadaan cuaca dan nama pelaksana; 2) hasil pemeriksaan.
5.2 Formulir Data
Data dari catatan lapangan dipindahkan ke formulir data.
LAMPIRAN A
LAIN-LAIN
1) Contoh formulir pengambilan dan
pengukuran contoh Laporan pengambilan
dan pengukuran contoh
I. Umum
Daera
h
: Kelurahan
Turangga
Tanggal : 3-7-
1989
Lokasi
: Perumahan pengambilan
Kriteri
a
Lokasi : Rumah permanen Pelaksana : NBS
25
%
II. Hasil
pemeriksaan
-
jumlah contoh
jiwa :1.000 jiwa
1.000
- jumlah KK
:
6
-
jumlah
contoh
:
25
´
1.000 = 42
rumah
100 6
V
s
- volume sampah
rata-rata
u
V s
1
+
V s
2
+ ................ +
V s
42
u
U
u
=
kg / jiwa / hr
42
B
s
- berat sampah
rata-rata
u
B s
1
+
B s
2
+ ................ +
B s
42
=
u u u
kg / jiwa / hr
42
- % berat sampah per komponen * sisa makanan dan daun-daunan (Or)
= Borganik1 + Borganik 2 + ................ + Borganik 42 x100% BBS
* kertas (Kr)
= Bkr1 + Bkr 2 + ................ + Bkr 42 x100%
BBS * kayu (Ky) * kain/tekstil
(Kn)
* karet, kulit
(Kr)
* plastik (Kr)
* logam (Kr)
* gelas/kaca
(Kr)
= s.d.a = s.d.a
= s.d.a
= s.d.a
= s.d.a
= s.d.a
* dan lain-lain = s.d.a
- Berat sampah yang dikirim ke laboratorium = 2,0 kg
2) Contoh perhitungan jumlah jiwa
- jumlah contoh jiwa yang dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:
S = Cd Ps
dimana:
Ps < 1 juta jiwa
S = Jumlah contoh (jiwa)
Ps = Populasi (jiwa)
Cd = Koefisien perumahan
Cd Kota metropolitan dan besar = 1
Cd Kota sedang dan kecil = 0,5
Misal : Kota besar dengan jumlah penduduk = 1.000.000
Maka jumlah contoh jiwa (S) = 1 1.000.000 = 100
3) Contoh perhitungan jumlah contoh timbulan sampah yang diambil
dari perumahan. Misal :
- jumlah contoh jiwa (S) = 1.000
- jumlah jiwa per KK (n) = 5 - proporsi jumlah KK rumah permanen/pendapatan tinggi (S1) = 25% - proporsi jumlah KK rumah semi permanen/pendapatan sedang (S2) = 30% - proporsi jumlah KK rumah non permanen/pendapatan rendah (S3) = 45%
Maka :
-
jumlah keluarga yang disampling
(K) =
S
=
1.000
= 200
n
5 - jumlah contoh timbulan sampah dari perumahan:
1) Permanen
=
S1
x K = 25% x 200 = 50 rumah
2)
semi
permanen
=
S2
x K = 30% x 200 = 60
rumah
3) non permanen
=
S3
x K = 45% x 200 = 90
rumah
4) Contoh cara perhitungan jumlah contoh timbulan sampah dari
non perumahan. Jumlah contoh toko dihitung menggunakan
persamaan sebagai berikut:
dimana:
T = Cd TS
T = Jumlah contoh toko Cd = 1
TS = jumlah toko per 6.000 penduduk
Misal untuk kota besar dengan jumlah penduduk = 500.000 maka jumlah contoh toko
yang diambil = 500.000 =
9,2 6.000
diambil 10 contoh
5) Contoh perhitungan volume dan berat sampah dari lokasi pengambilan yaitu:
- volume sampah yang diukur (Vs) = 10 liter - berat sampah yang diukur (Bs) = 1,5 kg - jumlah unit penghasil sampah (u) = 5 jiwa
Jadi:
Vs = 10 =
- volume contoh timbulan sampah = 2 liter/jiwa u 5
Bs = 1,5 = - berat contoh timbulan sampah = 0,5 kg/jiwa
u 5
6) Contoh cara perhitungan % berat basah komposisi sampah yaitu:
- berat sampah yang diukur dalam bak 500 liter (BBS) = 100 kg
- berat per komponen komposisi sampah untuk sisa makanan + daunan (organik) = 70%
Jadi % berat conotoh sampah sisa makanan dan daun-daunan 70 x100% = 70% 100
7) Contoh cara perhitungan besaran timbulan sampah perkotaan yaitu:
- rerata volume sampah yang diukur untuk rumah permanen = 2,25 ltr/or/hr
- rerata volume sampah yang diukur untuk rumah semi permanen = 2,00 ltr/or/hr
- rerata volume sampah yang diukur untuk rumah non permanen = 1,75 ltr/or/hr
- perbandingan % total sampah perumahan dan non perumahan = 75 % dan 25 % Jadi besaran timbulan sampah perkotaan = 100 x (2,25 + 2,00 +1,75) ltr/or/hr
75 3 = 2,75 ltr/or/hr
8) Contoh perhitungan berat sampah per komponen yang diambil untk dikirim ke
laboratorium, yaitu: Hasil penimbangan:
1. Sisa-sisa makanan + daun-daunan (organik) = 70 kg
2. Kertas (Kr) = 6 kg
3. Kayu (Ky) = 2 kg 4. Kain/tekstil (Kn) = 1 kg 5. Karet/kulit (Kt) = 1 kg
6. Plastik (Pl) = 10 kg
7. Logam (Ln) = 2 kg
8. Gelas/kaca (Kc) = 3 kg
9. Dan lain-lain = 5 kg
Jumlah .........................................................
= 100 kg
Jadi berat sampah untuk sisa-sisa makanan dan daun-daunan (Or) yang dikirim ke laboratorium dihitung dengan rumus:
= (Organik )x2 Or (Organik ) + ( Kr ) + ( Ky) + ( Kn) + ( Kt ) + ( Pl )
Selanjutnya sama dengan komponen sampah yang lainnya.
Jadi:
Organik
=
70
x2 kg = 1,56 kg
90
Kr =
6
x2 kg =
0,13
kg
90
Ky =
2
x2 kg =
0,04
kg
90
Kn =
1
x2 kg =
0,02
kg
90
Kt =
1
x2 kg =
0,02
kg
90
Pl =
10
x2 kg =
0,23
kg
90
Jumlah =
2,00
kg
LAMPIRAN 2
Dokumentasi penimbangan dan pemilahan sampah
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG Jl. Prof. DR. Hamka No. 121 Telp. (0751) 7054350 Padang
BIODATA WISUDAWATI
No. Urut :
Nama : Iga Tri Ayu Ningrum
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl Lahir : Padang, 13 Mei 1997
Nomor Pokok
Mahasiswa
:
1510024428007
Program Studi : Teknik Lingkungan
Tanggal Lulus : 15 Juli 2019
IPK : 3,51
Predikat Lulus : Sangat Memuaskan
Judul Skripsi : Kajian Timbulan, Komposisi, Karakteristik, dan
Potensi Daur Ulang Sampah di Nagari Parambahan
Tanah Datar
Dosen Pembimbing : 1. Yaumal Arbi, M.T
2. Nofriya, ST,.M.Si
Asal SMTA : SMAN 16 Padang
Nama Orang Tua : 1. Butasir
2. Minarni
Alamat /Telp/Hp : Jalan Jeruk II No 118 Perumnas Belimbing
08126684528