62
KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA MEDIA LIMBAH CAIR INDUSTRI KARET REMAH YANG DIATUR SALINITASNYA (SKRIPSI) Oleh RIKI SATRIA RAINAUDI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

  • Upload
    habao

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp.

PADA MEDIA LIMBAH CAIR INDUSTRI KARET REMAH

YANG DIATUR SALINITASNYA

(SKRIPSI)

Oleh

RIKI SATRIA RAINAUDI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

ABSTRACT

MICROALGAE GROWTH STUDY OF SPIRULINA SP. IN THE LIQUID

WASTE MEDIA OF CRUMB RUBBER INDUSTRY WITH SALINITY

SET

by

RIKI SATRIA RAINAUDI

Spirulina sp. is one of the potential microalgae as a source of protein because it

contains 100% vegetable protein. This research aim was to determine the optimal

salinity of crumb rubber wastewater as a medium for growth and production of

Spirulina sp. This study was conducted by preparing 5 kinds of growth media

Spirulina sp. with each salinity condition that is 0 ppt, 10 ppt, 20 ppt, 30 ppt, and

40 ppt which were cultivated in an open pond reactor with a volume of 5 L for 7

days in rubber wastewater media (75% v / v). The parameters in this research

were daily cell density, COD, Dissolved Oxygen (DO), P-PO4, N-total, Salinity,

pH, Biomass and proximate level. The results of this study indicate that the most

optimal was 20 ppt. The yield was dry biomass up to 0.579 g / L and cell density

level reaching 11,330 cells / mL and able to reduce N-total content by 69.3% and

P-PO4 by 50%. The biomass had protein content of 42.72%, fat content of 5.05%,

ash content of 36.79%, water content of 11% and carbohydrate content of 4.42%.

Keyword : Microalga, Salinity, Spirulina sp.,Wastewater,

Page 3: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

ABSTRAK

KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA Spirulina sp. PADA MEDIA

LIMBAH CAIR INDUSTRI KARET REMAH YANG DIATUR

SALINITASNYA

Oleh

RIKI SATRIA RAINAUDI

Spirulina sp. merupakan salah satu mikroalga yang berpotensi sebagai sumber

protein karena mengandung protein nabati 100%. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui salinitas optimal pada media limbah cair industri karet remah sebagai

media pertumbuhan dan produksi biomassa Spirulina sp. Penelitian ini dilakukan

dengan menyiapkan 5 macam media pertumbuhan Spirulina sp. dengan kondisi

salinitas yaitu 0 ppt, 10 ppt, 20 ppt, 30 ppt, dan 40 ppt yang di kultivasi dalam

reaktor open pond dengan volume 5 L selama 7 hari pada media limbah cair karet

(75% v/v). Pengamatan yang dilakukan yaitu pengamatan kepadatan sel setiap

hari, COD, Dissolved Oxygen (DO), P-PO4, N-total, Salinitas, pH, biomassa

kering dan kadar proksimat. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa media

limbah cair industri karet remah dengan salinitas 20 ppt paling optimal untuk

meningkatkan produksi biomassa Spirulina sp dengan perolehan biomassa kering

mencapai 0,579 g/L dan tingkat kepadatan sel mencapai 11.330 sel/mL serta

mampu menurunkan kandungan N-total sebesar 69,3% dan P-PO4 sebesar 50 %.

Biomassa yang dihasilkan mempunyai kadar protein sebesar 42,72%, kadar lemak

Page 4: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA SP.

PADA MEDIA LIMBAH CAIR INDUSTRI KARET REMAH

YANG DIATUR SALINITASNYA

Oleh

RIKI SATRIA RAINAUDI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang
Page 6: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang
Page 7: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang
Page 8: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 25 Juli 1996 sebagai anak

ketiga dari tiga bersaudara, pasangan dari Bapak Denny Sudrajat dan Ibu Dinie

Sugiarti. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Dharma

Wanita Bandar Lampung pada tahun 2002, Sekolah Dasar di SD Al-Kautsar

Bandar Lampung pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama di SMP Al-

Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas di SMA

Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2014. Penulis diterima sebagai

mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lampung melalui jalur undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

(SNMPTN) tahun 2014. Bulan Juli-Agustus 2017 penulis melaksanakan Praktik

Umum (PU) di PT. TIRTA RATNA Unit Merdeka Bandung Jawa Barat dan

bulan Januari-Maret 2018 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di

Desa Garut Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus.

Penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yaitu menjadi anggota Kegiatan

Mahasiswa English Society Universitas Lampung pada tahun 2014/2015, serta

pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Lampung sebagai anggota Bidang Seminar dan Diskusi

pada periode 2015/2016 dan 2016/2017.

Page 9: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

SANWACANA

Bismillaahhirrahmaanirrahiim,

Alhamdulillahirabbil ’alamin, Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya serta kelancaran yang telah diberikan

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini yang

berjudul “Kajian Pertumbuhan Mikroalga Spirulina sp. pada Media Limbah

Cair Industri Karet Remah yang diatur Salinitasnya”. Penyusunan skripsi ini

tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si, selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Susilawati, M.Si., selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3. Ibu Ir. Otik Nawansih, M.P. selaku Pembimbing Pertama skripsi, terimakasih

atas pengarahan, nasihat, saran, bantuan, motivasi, serta kesabaran selama

proses penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dr. Sri Hidayati, S.T.P., M.P. selaku selaku Pembimbing Kedua skripsi,

terimakasih atas segala bantuan, pengarahan, nasihat, dan saran selama

penyusunan skripsi ini.

Page 10: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

5. Bapak Dr. Ir. Tanto Pratondo. Utomo, M.Si. selaku Pembahas terimakasih atas

segala masukan dan saran selama penyusunan skripsi ini.

6. Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung yang telah

memberikan tempat penelitian dan bibit mikroalga.

7. PTPN VII Way Berulu yang telah memberikan limbah cair karet remah.

8. Bapak dan Ibu dosen serta staf administrasi dan laboratorium di Jurusan

Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung yang

telah memberikan ilmu dan wawasan kepada Penulis selama menjadi

mahasiswa di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung.

9. Kedua orang tuaku, kedua kakakku Ludi Satria dan Raka Satria serta Nadya

Putri, terima kasih atas doa, motivasi, kasih dan sayang yang tak pernah putus

yang telah diberikan, semangat, dukungan, pengertian dan bantuan baik materi

maupun non materi yang tak mungkin dapat terbalaskan.

10. Keluarga angkatan 2014 yang telah memberikan pengalaman yang luar biasa.

dalam dunia kampus.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dan semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 11 Oktober 2018

Penulis

Riki Satria Rainaudi

Page 11: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Tujuan ............. .............................................................................................. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 6

2.1 Limbah Cair Industri Karet Remah .............................................................. 6

2.2 Mikroalga ........ ........................................................................................... 8

2.3 Potensi Mikroalga ....................................................................................... 11

2.4 Faktor-Faktor Pertumbuhan Mikroalga ...................................................... 14

2.5 Spirulina sp ..... ............................................................................................ 20

2.6 Teknik Kultivasi Mikroalga ........................................................................ 23

2.7 Salinitas ........................................................................................................ 26

III. BAHAN DAN METODE ..........................................................................28

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................28

3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................28

3.3 Metode Penelitian ........................................................................................29

3.3 Pelaksanaan Penelitian ................................................................................30

3.3.1 Persiapan Inokulum ...........................................................................30

3.3.2 Pengkondisian Media .........................................................................31

3.3.3 Kultivasi ............................................................................................31

3.3.4 Pemanenan ........................................................................................32

3.4 Pengamatan ..................................................................................................32

3.4.1 Dissolved Oxygen (DO) ....................................................................32

3.4.2 Salinitas ..............................................................................................33

3.4.3 Derajat Keasaman (pH) .....................................................................33

3.4.4 Analisis P-PO4 ...................................................................................33

3.4.5 Biomassa ...........................................................................................34

Page 12: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

3.4.6 Analisis COD .....................................................................................34

3.4.7 Kepadatan Sel ...................................................................................35

3.4.8 Analisis Protein ..................................................................................46

3.4.8 Analisis N-total ..................................................................................37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................38

4.1 Kepadatan Sel .......................................................................................38

4.2 Biomassa ...............................................................................................41

4.3 Derajat Keasaman (pH) ........................................................................42

4.4 Nitrogen Total .......................................................................................44

4.5 Analisis P-PO4 ......................................................................................46

4.6 Salinitas .................................................................................................48

4.7 Dissolved Oxygen (DO) ........................................................................50

4.8 Analisis Proksimat ...............................................................................52

4.9 Chemical Oxygen Demand (COD) .......................................................55

V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................59

5.1 Kesimpulan ...........................................................................................59

5.2 Saran .....................................................................................................59

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................60

LAMPIRAN .......................................................................................................69

Page 13: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jenis mikroalga yang berpotensi untuk pangan. ............................................... 9

2. Manfaat Spirulina untuk beberapa jenis hewan peliharaan ............................. 13

3. Data proksimat Spirulina sp. pada perlakuan salinitas 20 ........................... 53

4. Kepadatan Sel Spirulina sp ............................................................................ 70

5. Perhitungan Perolehan berat yield kering pada kain plankton net ....................... 71

6. Biomassa Spirulina sp ................................................................................... 72

7. Hasil pH limbah cair karet ............................................................................. 73

8. Salinitas Limbah Cair .................................................................................... 74

9. Kandungan N-total limbah cair karet ............................................................. 75

10. Kandungan Ortophospat ................................................................................ 75

11. Kandungan DO limbah cair karet ................................................................... 76

Page 14: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Spirulina Sp .................................................................................................. 21

2. Teknik budidaya mikroalga open raceway ponds ........................................... 25

3. Teknik budidaya mikroalga photobioreactor ................................................. 26

4. Diagram alir perolehan biomassa (Wulan, 2015) dimodifikasi ....................... 34

5. Kepadatan Sel Spirulina sp. selama 7 hari kultivasi pada media

lImbah cair karet remah dengan kondisi 0, 10, 20, 30, dan 40 ppt .............. 38

6. Perolehan Biomassa Spirulina sp.yang tumbuh pada berbagai kondisi

media limbah cair indutri karet remah. ........................................................ 41

7. pH pada berbagai kondisi pada media limbah cair karet remah dengan

salinitas 0, 10, 20, 30, dan 40 ppt sebelum kultivasi dan sesudah

Kultivasi ....................................................................................................... 43

8. Kandungan N-total pada berbagai kondisi salinitas media limbah cair

industri karet remah .....................................................................................45

9. Kandungan P-PO4 pada berbagai kondisi media limbah cair industri

karet remah sebelum dan setelah kultivasi ................................................... 47

10. Salinitas pada berbagai kondisi media limbah cair industri karet remah

sebelum kultivasi dan setelah kultivasi ........................................................ 49

11. Kandungan DO pada berbagai kondisi media limbah cair industri karet

remah pada saat sebelum dan setelah kultivasi ............................................ 50

12. Reaksi fotosintesis alga dan respirasi bakteri............................................... 52

13. Kadar COD pada media limbah cair industri karet remah dengan

salinitas 20 ppt ............................................................................................. 56

14. Gambar filtrat setelah pemanenan dengan menggunakan mikroskop.......... 58

Page 15: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

ix

15. Pembiakan kultur Spirulina sp. di volume 1 L .......................................... 77

16. Pembiakan kultur Spirulina sp. di volume 6 L .......................................... 77

17. Perhitungan kepadatan sel mikroalga........................................................... 77

18. Proses kultivasi spirulina sp ........................................................................ 78

19. Foto mikroskopis kepadatan sel spirulina sp ............................................... 78

20. Perolehan biomassa kering ........................................................................... 78

21. Analisis P-PO4 .............................................................................................. 79

22. Proses pengambilan limbah cair karet.......................................................... 79

Page 16: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Industri pengolahan karet, industri tersebut menggunakan bahan-bahan

kimia sebagai bahan koagulan lateks dan air dalam jumlah yang cukup besar

untuk pencucian tangki-tangki tempat lateks serta untuk proses penggilingan.

Proses tersebut menimbulkan limbah dalam bentuk cair atau biasa disebut limbah

cair. Limbah cair pabrik karet mengandung komponen karet (protein, lipid,

karotenoid, dan garam anorganik), lateks yang tidak terkoagulasi dan bahan kimia

yang ditambahkan selama pengolahan (Suwardin, 1989). Pengolahan limbah cair

industri karet remah yang umum dilakukan adalah menggunakan pengolahan

secara biologi yaitu dengan sistem kolam anaerob dan aerob dan secara fisika

yaitu dengan penyaringan dan pengendapan (Wulan, 2015).

Kolam anaerobik merupakan salah satu bagian terpenting dalam rangkaian kolam

pada unit pengolahan limbah cair pabrik karet karena pada kolam ini senyawa

organik yang potensial sebagai pencemar didegradasi oleh bakteri anaerob. Pada

tahap anaerobik terjadi penguraian senyawa organik yang menghasilkan biogas

yaitu gas metana (CH4), ammonia, sulfida, dan karbon dioksida (CO2). Proses

penguraian senyawa organik dilanjutkan pada kolam fakultatif, yaitu penguraian

Page 17: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

2

lebih lanjut dari senyawa karbon yang belum terurai pada kolam anaerobik. Pada

kolam aerobik terjadi penyisihan senyawa karbon yang tersisa menjadi CO2 dan

nitrogen ammonia dikonversi menjadi nitrogen nitrat yang selanjutnya diubah

menjadi nitrogen bebas pada tahap anoksik (Utomo, 2012).

Industri karet remah yang mengolah lateks menjadi karet olahan seperti crumb

rubber menghasilkan limbah cair hasil produksi yang mengandung ammonia,

BOD5, COD, Nitrat, Phospat serta total padatan dalam konsentrasi tinggi. Hal

tersebut dikarenakan pada limbah cair karet masih mengandung bahan organik

yang berasal dari serum dan partikel karet yang belum terkoagulasi. Limbah cair

industri karet remah mengandung senyawa nitrogen sebesar 100-300 mg/L N-

NH3 dan senyawa fosfor sebesar 20-40 mg/L P-PO4 (Utomo et al, 2012).

Karakteristik limbah cair industri karet remah mengandung bahan organik dan

nutrien yang tinggi, dengan nilai COD 3.752 mg/l (Komalasari, 2015).

Senyawa-senyawa organik berupa nitrogen dan fosfor dalam limbah cair industri

karet remah dapat digunakan mikroalga sebagai sumber hara. Berdasarkan

penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang paling optimum

sebagai media pertumbuhan mikroalga Nannochloropsis sp. adalah limbah cair

karet remah yang berasal dari kolam Fakultatif II Selain itu dapat menurunkan

kandungan bahan organik limbah cair karet remah berupa N-NH3 mencapai 98%,

P-PO4 89%, N-total 92%, dan perolehan yield kering sebesar 0,87 g/L. Hal ini

dikarenakan kandungan N dan P pada kolam fakultatif II terbilang tinggi dan

Page 18: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

3

dapat memenuhi kebutuhan nutrisi mikroalga Nannochloropsis sp. untuk

dijadikan sebagai media tumbuh. Oleh karena itu, limbah cair karet yang

digunakan sebagai media kultivasi mikroalga tidak perlu lagi ditambahkan pupuk

atau penambahan nutrien dari luar. Hal ini menunjukkan bahwa limbah cair karet

berpotensi untuk dijadikan sebagai media pertumbuhan mikroalga.

Mikroalga merupakan salah satu agen biologi akuatik yang dapat tumbuh dalam

kondisi pertumbuhan alternatif dengan kondisi daya adaptasi yang kuat sehingga

diduga dapat berperan dalam mendegradasi polutan dalam limbah cair karet.

Selain itu, limbah cair karet juga mengandung bahan organik dan nutrien yang

tinggi untuk pertumbuhan alga (Richmond, 1986). Beberapa hasil penelitian

menyatakan bahwa mikroalga mampu dikultivasikan pada limbah cair. Mikroalga

yang dapat tumbuh pada limbah cair karet selain menghasilkan hasil samping

berupa biomassa juga memiliki peran yang penting dalam proses dekomposisi

limbah cair karet sehingga dapat menurunkan beban cemaran.

Salah satu jenis mikroalga yang memiliki rentang hidup yang luas di media

tumbuhnya adalah Spirulina platensis (Khoirunisa et al.,2012). Spirulina dapat

tumbuh dengan baik di danau, air tawar, air laut, dan media tanah. Mikroalga

jenis ini termasuk mikroalga yang mudah untuk dibudidayakan, karena

budidayanya dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruangan. Spirulina memiliki

banyak manfaat dan juga keistimewaan. Keistimewaan yang dimiliki Spirulina

diantaranya adalah sebagai sumber protein nabati 100% bersifat alkali, dengan

Page 19: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

4

dinding sel yang lunak sehingga sangat mudah dicerna dan diserap oleh tubuh.

Protein Spirulina 90% dapat dicerna karena mengandung enzim yang membantu

dalam proses pencernaan (Riyono, 2008).

Kandungan nutrisi Spirulina sp. yang lengkap terutama protein yang tinggi

menyebabkan Spirulina sp. memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan

sebagai sumber protein. Pemenuhan kebutuhan nutrien untuk Spirulina sp. sangat

bergantung pada ketersediaannya dalam medium kultur. Komposisi nutrien yang

lengkap dan konsentrasi nutrien yang tepat menentukan produksi biomassa dan

kandungan gizi mikroalga. Dalam penelitian Yarti et al (2014) menyatakan

bahwa, kandungan protein total meningkat dengan bertambahnya jumlah

Nannochloropsis sp. Selain itu, Pemberian perubahan lingkungan yang meliputi

salinitas, suhu, fotoperiode, intensitas cahaya, dan nutrient dapat mempengaruhi

biokimia mikroalga (Widianingsih et al., 2011).

Salinitas merupakan parameter oseanografi yang penting dalam pertumbuhan

mikroalga khususnya mikroalga laut. Faktor salinitas sangat penting karena,

berpengaruh terhadap tekanan osmotik tubuh. Produktivitas dan daya adaptasi

berbagai jenis mikroalga diduga berkaitan erat dengan tingkat salinitas

lingkungannya (Rudiyanti, 2011). Salinitas limbah cair industri karet remah dari

outlet kolam Fakultatif II berkisar 0 ppt sedangkan syarat salinitas untuk Spirulina

Platensis dapat tumbuh baik pada salinitas 20-25 ppt (Christi, 2007). Salinitas

merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan mikroalga terutama

mikroalga laut dan luasnya kisaran salinitas menyebabkan titik optimum salinitas

Page 20: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

5

belum diketahui. Dengan demikian perlu dilakukan pengaturan salinitas pada

limbah cair industri karet remah untuk mengetahui titik optimum salinitas dari

Spirulina sp dan dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi biomassa

Spirulina sp . Pada penelitian Harimurti et al. (2013), pengkondisian salinitas

limbah PT. SIER sebagai media kultivasi Chlorella vulgaris dan Botryococcus

braunii dilakukan dengan penambahan garam NaCl.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektifitas pengaturan salinitas pada

media limbah cair industri karet remah dalam pertumbuhan dan produksi

biomassa Spirulina sp.

Page 21: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Limbah Cair Industri Karet Remah

Industri pengolahan karet alam merupakan industri yang mengolah lateks (getah)

karet menjadi karet setengah jadi, bentuk karet tersebut dapat berupa sit, krep dan

karet remah. Dalam pengolahan, industri tersebut menggunakan bahan-bahan

kimia sebagai bahan koagulan lateks dan air dalam jumlah yang cukup besar

untuk pencucian tangki-tangki tempat lateks serta untuk proses penggilingan.

Proses tersebut menghasilkan limbah dalam bentuk cair atau biasa disebut limbah

cair. Limbah cair pabrik karet mengandung komponen karet (protein, lipid,

karotenoid, dan garam anorganik), lateks yang tidak terkoagulasi dan bahan kimia

yang ditambahkan selama pengolahan (Suwardin, 1989).

Agroindustri karet remah (crumb rubber) menggunakan air dalam jumlah yang

cukup banyak yaitu 25-40 m3/ton karet kering ( Maspanger dan Honggokusumo,

2004) sehingga volume limbah cair yang dihasilkan cukup tinggi yaitu 25 m3/ton

karct kering, dengan kandungan bahan organik yang cukup tinggi terutama

karbon, nitrogen, dan fosfor. Limbah cair industri karet remah berwarna putih

keruh, mengandung padatan tersuspensi, terlarut maupun mengendap. Limbah cair

ini bersifat asam dengan nilai pH berkisar 4,2-6,3 dikarenakan penggunaan asam

formiat pada proses koagulasi lateks (Wulan, 2015). Menurut Utomo (2012), air

Page 22: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

7

limbah pabrik karet berbahan baku lateks kebun mengandung senyawa nitrogen

sebesar 100-300 mg/L N-NH3 dan fosfor sebesar 20 mg/L P-PO4.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2016) di salah satu industri

karet di Riau, kandungan organik dalam limbah cair masih tinggi yaitu dengan

nilai BOD 215 mg/l, COD 648 mg/l, Amonia 33 mg/l dan TSS 630 mg/l. Dengan

tingginya kandugan organik dalam limbah cair karet, maka diperlukan

penanganan maupun pengolahan yang tepat agar tidak menimbulkan dampak

negatif bagi lingkungan. Metode pengolahan limbah cair yang umum diterapkan

oleh industri karet adalah sistem kolam. Cara tersebut cukup efektif menurunkan

bahan organik, namun karena limbah cair industri karet kaya akan N dan P maka

ada peluang efluen masih mengandung N dan P yang melebihi baku mutu

sehingga berpotensi menyebabkan eutrofikasi. Selain menurunkan cemaran

organik, sistem tersebut tidak menghasilkan manfaat lain. ). Koagulasi dan

flokulasi merupakan metode yang paling memungkinkan untuk diterapkan pada

pengolahan limbah cair karet karena sederhana, ekonomis dan efektif (Tzoupanos,

2008).

Beberapa jenis mikroalga yang sudah berhasil dikultivasi pada limbah cair

industri karet remah adalah Chlorella (Sriharti, 2014), Chlorella pyrenoidosa (

Zulfarina et al., 2013), Botryococcus braunii, Spirulina sp., Tetraselmis sp. Dan

Nannochloropsis sp. (Nawansih et al, 2015). Menurut Hasil penelitian Zulfarina et

al. (2013) dan Sriharti (2004) menunjukkan bahwa jenis mikroalga Chlorella

pyrenoidosa dan Chlorella sp. dapat menurunkan kadar pencemar (COD) 52,6 dan

96,7 % pada limbah cair karet setelah dikultivasi selama 15 hari. Chlorella

Page 23: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

8

vulgaris yang dikultivasi pada media limbah cair karet selama 7 hari pada

bioreaktor closed pond dengan penambahan pupuk NPK dapat menurunkan beban

Berdasarkan penelitian Nawansih et al., 2015 jenis mikroalga yang paling

berpotensi dalam menghasilkan biomassa sebagai sumber protein pada media

limbah cair karet remah serta dapat menurunkan cemaran adalah Spirulina sp.

Kepadatan sel setelah 7 hari kultivasi mencapai 3878 x 104 sel/mL, menghasilkan

biomassa sebesar 1,7282 g/L bk dengan kadar protein 12,13 %, serta mampu

menurunkan beban cemaran N-NH3 sebesar 94% dan P-PO4 sebesar 71%.

2.2. Mikroalga

Mikroalga adalah kelompok tumbuhan berukuran renik yang termasuk dalam

kelas alga, diameternya antara 3-30 μm, baik sel tunggal maupun koloni yang

hidup di seluruh wilayah perairan tawar maupun laut, yang lazim disebut

fitoplankton. Morfologi mikroalga berbentuk uniseluler atau multiseluler tetapi

belum ada pembagian tugas yang jelas pada sel-sel komponennya. Hal itulah yang

membedakan mikroalga dari tumbuhantingkat tinggi (Romimohtarto, 2004).

Budidaya mikroalga sangat menarik karena tingkat pertumbuhannya yang tinggi,

mampu menyesuaikan pada kondisi lingkungan yang bervariasi. Mikroalga

merupakan tumbuhan thalus yang berklorofil dan mempunyai pigmen tumbuhan

yang dapat menyerap cahaya matahari melalui proses fotosintesis. Kandungan

alami mikroalga terdiri dari zat gizi dan beberapa senyawa aktif seperti β-karoten,

provitamin, mineral, pigmen dan asam lemak. Mikroalga memiliki kandungan

protein yang sangat tinggi, sehingga mikroalga juga dikenal sebagai single cell

Page 24: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

9

protein. Jenis mikroalga yang berpotensi untuk pangan terdapat pada tabel

dibawah ini yaitu sebagai berikut :

Tabel 1. Jenis mikroalga yang berpotensi untuk pangan.

Mikroalga Protein karbohidrat Lipid

Anabaena cylindria

Aphanizomenon

flos-aquae

Chlamydomonas

rheinhardii

Chlorella

pyrenoidosa

Chlorella vulgaris

Dunaliella salina

Euglena gracilis

Spirulina platensis

Spirulina maxima

Nannochloropsis sp.

Synechococcus sp.

43-56

62

48

57

51-58

57

39- 61

46-63

60-71

52

63

25-30

23

17

26

12-17

32

14-18

8- 14

13-16

27

15

4-7

3

21

2

14-22

6

14-20

4-9

6-7

31-68

11

Sumber (Becker, 2007).

Mikroalga bisa termasuk mikroorganisme prokariot atau eukariot. Mikroalga

prokariot terdiri dari sianobakter atau alga biru-hijau dan mirip dengan bakteri.

Sel prokariot mikroalga tidak mempunyai organel terikat membran seperti plastid,

nukleus atau mitokondria jadi melakukan fotosintesa di dalam sitoplasma bukan

dalam organel-organel. Sel eukariot memiliki organel-organel untuk proses

fotosintesa. Sebagian besar mikroalga memiliki inti yang membantu fungsi sel

untuk melakukan metabolisme, bertahan dan reproduksi (Adetola, 2011).

Mikroalga dapat bersifat autotrof, heterotrof atau miksotrof. Mikroalga utotrof

menggunakan cahaya dalam proses fotosintesa sebagai sumber energi. Mikroalga

heterotrof menggunakan karbon organik dari luar sebagai sumber energi seperti

glukosa, asetat dan tidak memerlukan cahaya matahari untuk pertumbuhannya.

Beberapa spesies mikroalga merupakan miksotrof yang mampu berfotosintesa dan

Page 25: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

10

menggunakan nutrisi dari luar untuk energi. Autotrof atau heterotrof tergantung

pada sumber apa yang tersedia.

Pertumbuhan mikroalga terdiri dari empat fase yaitu antara lain :

1) Fase lag

Fase lag adalah fase adaptasi terhadap kondisi lingkungan (media tumbuh).

Pada fase ini sel tetap hidup tetapi tidak berkembang biak. Lamanya fase

tergantung pada inokulan yang dimasukkan. Kultur yang diinokulasikan pada

fase logaritmik akan mengalami fase lag yang singkat. Sebaliknya kultur yang

diinokulasikan berasal dari fase tua akan mengalami fase lag yang lebih lama

karena membutuhkan waktu untuk menyusun enzim-enzim yang tidak aktif

lagi.

2) Fase logaritmik/eksponensial

Ditandai dengan naiknya laju pertumbuhan hingga kepadatan populasi

meningkat beberapa kali lipat. Pada fase ini, sel yang sedang aktif berkembang

biak.

3) Fase stasioner

Ditandai dengan seimbangnya laju pertumbuhan dengan laju kematian. Jumlah

sel cenderung tetap diakibatkan sel telah mencapai titik jenuh. Pertumbuhan sel

baru dihambat oleh keberadaan sel yang telah mati dan faktor pembatas

lainnya.

4) Fase kematian

Ditandai dengan berkurangnya kepadatan sel karena laju kematian lebih

tinggi dari laju pertumbuhan.

Page 26: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

11

Dalam siklus makanan diperairan, mikroalga berperan sebagai produsen utama.

Diperkirakan bahwa 40% fotosintesis secara global dilakukan oleh mikroalga

(Aung et al., 2013). Mikroalga dapat menjadi alternatif sumber produk alami yang

kontinyu dan terpercaya, karena mikroalga dapat dikultivasi dalam bioreaktor

dalam skala besar (Chen, 1996). Selain itu kondisi sel mikroalga dapat dikontrol,

dengan menggunakan media yang bersih dalam pertumbuhannya, sehingga

mereka tidak terkontaminasi herbisida, pestisida dan substansi toksik lainnya

(Lubian et al., 2000). Mikroalga telah dikenal sebagai sumber berbagai pigmen

berharga yaitu chlorophyl a, zeaxanthin, canthaxanthin and astaxanthin (Rocha et

al., 2003).

2.3. Potensi Mikroalga

Harun et al, (2010) memaparkan beberapa produk yang dapat dihasilkan dari

mikroalga, diantaranya:

1. Produk Energi

Mikroalga berpotensi sebagai sumber energi terbarukan karena memiliki

kandungan yang dapat diolah menjadi beberapa jenis senyawa seperti

biodiesel, bioethanol, dan methana.

2. Produk Pangan dan Organik

Mikroalga dapat digunakan dalam aplikasi yang lebih luas. Selain sebagai

produk pangan, mikroalga juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan,

biopolimer penghasil plastik, sebagai suplement, obat-obatan, dan keperluan

medis lainnya.

Page 27: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

12

a. Omega 3

Mikroalga secara alami memiliki kandungan asam lemak omega-3 sehingga

dapat dimanfaatkan untuk suplement bernilai tinggi (Handayani, et al 2011).

Sumber omega-3 dapat ditemui dalam bentuk eicosapentanoic acid (EPA)

dan decosahexaenoic acid (DHA). EPA secara umum digunakan untuk

farmasi seperti obat migrain, jantung, asma, dan beberapa penyakit

berbahaya lainnya. Jenis mikroalga penghasil EPA sebagai contoh adalah

Pavlova vidiris, Nannochloropsis sp. Sama halnya dengan EPA, DHA juga

berperan penting dalam bidang medis. Berdasarkan laporan paramedis,

DHA dapat digunakan untuk melawan kangker, AIDS, serangan jantung,

menurunkan kolesterol, meningkatkan sistim imun, dan detoksifikasi

(mengeluarkan racun) dari tubuh. Mikroalga yang tumbuh di air laut

lebih dominan menghasilkan DHA. Schizochytrium mangrove, mikroalga

air laut, dapat menghasilkan DHA 33-39% dari total asam lemak.

b. Klorofil

Klorofil secara medis berfungsi sebagai penawar pada organ hati,

memperbaiki sel, dan meningkatkan haemoglobin dalam darah. Chlorofil

juga dapatdigunakan sebagai sumber pigmen pada kosmetik dan pangan.

Salah satu mikroalga penghasil chlorofil tertinggi adalah Chlorella

sp.Mirkoalga jenis Spirulina platensis dikenal luas sebagai suplement yang

mengandung kadar protein tinggi hingga mencapai 68% dan kandungan

vitamin lain. Kandungan protein ini lebih tinggi dari daging, kedelai, ikan,

dan telur. Beberapa mikroalga lain yang mengandung protein tinggi seperti

Page 28: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

13

Chlorella sp juga dapat digunakan sebagai pakan alami untuk beberapa jenis

udang tertentu. Selain itu mikroalga penghasil protein dapat digunakan

untuk suplement pakan ternak yang berfungsi menurunkan lemak dan

menambah kadar protein pada daging.

c. Karotenoid

Karotenoid dihasilkan dari beberapa jenis mikroalga seperti algae hijau biru.

3. Mikroalga sebagai sumber Pakan Alami

Mikroalga merupakan sumber pakan alami yang populer bagi peternak unggas,

pembudidaya ikan, dan sapi. Beberapa jenis mikroalga dapat dimanfaatkan

sebagai suplemen yang dicampurkan pada pelet atau makanan ternak lainnya.

Kulpys, et al. (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh penambahan

Spirulina platensis terhadap produktivitas dan kandungan susu sapi. Selama 90

hari dilakukan uji coba penambahan Spirulina dengan dosis 200 gram diperoleh

hasil sapi menjadi lebih gemuk 8.5-11%, dengan produktivitas susu 29

kg/ hari tanpa penambahan alga, menjadi 36 lt/hari. Selain itu Mikroalga juga

dapat digunakan sebagai suplemen bagi hewan pelihataan. Seperti yang

diinformasikan dalam situs Spirulinasource.com, Spirulina platensis dapat

digunakan untuk beberapa hewan peliharaan seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Manfaat Spirulina untuk beberapa jenis hewan peliharaan

Hewan Peliharaan Manfaat

Burung

Kucing

Meningkatkan kualitas bulu, warna

bulu,fertilitas, meningkatkan sistem

imunitas

Menyehatkan kulit, mencegah

penyakit kanker dan infeksi viral

Page 29: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

14

Anjing

Unggas

Menyehatkan kulit, mencegah

penyakit

dermatitis, meningkatkan daya tubuh

Menurunkan risiko kematian

4. Mikroalga untuk Pengolahan Limbah

Mikroalga dapat digunakan untuk pengolahan limbah organik. Secara teknis,

mikroalga menyerap kandungan senyawa organik dan nutrien yang masih tersisa

dalam limbah, dan menghasilkan oksigen yang dapat menurunkan kadar COD dan

BOD dalam limbah lewat bantuan bakteri pengurai zat organic (Hadiyanto et al,

2012a). Selain itu mikroalga dapat menyerapa beberapa senyawa berbahaya yang

terdapat dalam limbah. Berdasarkan laporan Harun et al (2010a), mikroalga jenis

Ascophyllum nodosum secara efektif dapat memindahkan metal cadmium, nikel,

dan seng dari limbah. Fucus vesiculosus dapat menyerap metal chromium (III),

dan sebagainya.

2.4. Faktor-Faktor Pertumbuhan Mikroalga

Secara umum pertumbuhan fitoplankton dipengaruhi oleh kondisi perairan yang

meliputi:

a.) Salinitas

Kisaran salinitas yang berubah-ubah dapat mempengaruhi pertumbuhan

mikroalga. Beberapa mikroalga dapat tumbuh dalam kisaran salinitas yang

tinggi tetapi ada juga yang dapat tumbuh dalam kisaran salinitas yang rendah.

Namun, hampir semua jenis mikroalga dapat tumbuh optimal pada salinitas

sedikit dibawah habitat asal. Pengaturan salinitas pada media yang diperkaya

Page 30: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

15

dapat dilakukan dengan pengenceran menggunakan air tawar. Kisaran

salinitas yang paling optimum untuk pertumbuhan mikroalga adalah 25-35

ppt (Sylvester et al., 2002).

b.) Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan

mikroalga. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses kimia, biologi dan

fisika, peningkatan suhu dapat menurunkan kelarutan bahan dan dapat

menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi mikroalga di

perairan. Secara umum suhu optimal dalam kultur mikroalga berkisar antara

20-24 oC. Suhu dalam kultur diatur sedemikian rupa bergantung pada media

yang digunakan. Suhu di bawah 16 oC dapat menyebabkan kecepatan

pertumbuhan turun, sedangkan suhu diatas 36 oC dapat menyebabkan

kematian. Beberapa fitoplankton tidak tahan terhadap suhu yang tinggi.

Pengaturan suhu dalam kultur fitoplankton dapat dilakukan dengan

mengalirkan air dingin ke botol kultur atau dengan menggunakan alat

pengatur suhu udara (Taw, 1990).

c.) Derajat Keasaman (pH)

Variasi pH dalam media kultur dapat mempengaruhi metabolisme dan

pertumbuhan kultur mikroalga antara lain mengubah keseimbangan karbon

anorganik, mengubah ketersediaan nutrien dan mempengaruhi fisiologi sel.

Kisaran pH untuk kultur alga antara 7-9, kisaran optimum untuk alga laut

berkisar antara 7,8-8,5. Secara umum kisaran pH yang optimum untuk kultur

mikroalga adalah antara 7–9, kisaran optimum untuk alga laut berkisar antara

Page 31: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

16

7,8-8,5. Semakin tinggi kerapatan sel pada medium kultur menyebabkan

kondisi medium kultur meningkat tingkat kebasaannya (pH semakin tinggi)

dan hal itu menyebabkan peningkatan CO2 terlarut dalam medium kultur

(Wijanarko et al, 2007). Aktifitas fotosintesis akan turun maksimum 33%

ketika ph turun pada 5,0 (Colman dan Gehl, 1983).

d.) Karbondioksida

Karbondioksida (CO2) merupakan faktor penting yang mempengaruhi

pertumbuhan dan metabolisme mikroalga (Hoshida, et al., 2005).

Karbondioksida diperlukan oleh mikroalga untuk membantu proses

fotosintesis. Karbondioksida dengan kadar 1-2% biasanya sudah cukup

digunakan dalam kultur mikroalga dengan intensitas cahaya yang rendah.

Kadar karbondioksida yang berlebih dapat menyebabkan pH kurang dari

batas optimum sehingga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroalga

(Taw, 1990).

Mikroalga dapat menyerap CO2 pada kisaran pH dan konsentrasi gas CO2

yang berbeda. Efisiensi dari penyerapan CO2 oleh mikroalga tergantung dari

pH kultivasi dan dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi gas CO2. Semakin

tinggi konsentrasi gas CO2 maka semakin besar pula pembentukan biomassa

yang terjadi. Gas CO2 diserap oleh mikroalga dan digunakan untuk proses

biofiksasi menghasilkan biomassa (Olaizola, et al., 2004). Penggunaan

karbondioksida pada kultivasi mikroalga memiliki beberapa keuntungan,

seperti mikroalga tumbuh di air, lebih mudah diamati pertumbuhannya

daripada tumbuhan tingkat tinggi, mikroalga dapat tumbuh sangat cepat dan

Page 32: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

17

mikroalga tidak membutuhkan tempat atau lahan yang sangat luas untuk

tumbuh (Benemann, 1997).

e.) Nutrien

Mikroalga memperoleh nutrien dari air laut yang sudah mengandung nutrien

yang cukup lengkap. Namun pertumbuhan mikroalga dalam kultur dapat

mencapai optimum dengan menambahkan nutrien yang tidak terkandung

dalam air laut tersebut. Nutrisi yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga

terdiri dari makro dan mikro nutrient. Untuk makro nutrient terdiri dari C, H,

N, P, K, S, Mg dan Ca, sedangkan untuk mikro nutrient antara lain Fe, Cu,

Mn, Zn, Co, Mo, Bo, Vn dan Si. Faktor pembatas untuk mikroalga adalah N

dan P (Dallaire et al,. 2007). Nutrien di dalam media kultur merupakan

faktor yang tidak kalah penting dalam mempengaruhi pertumbuhan dan

kandungan nutrisi mikroalga. Beberapa komponen yang memiliki peranan

penting diantaranya: Mangan (Mn) sebagai komponen struktural membran

kloroplas (Laura dan Paolo, 2006) dan merupakan aktivator enzim pada

reaksi terang fotosintesis (Prihatini, 2007). Magnesium (Mg) berperan

sebagai kofaktor dalam pembentukan asam amino dan klorofil, Besi (Fe)

berperan dalam sintesis klorofil dan sintesis protein-protein penyusun

kloroplas, Seng (Zn) diperlukan dalam proses pembentukan klorofil dan

mencegah kerusakan molekul klorofil (Bidwell, 1979). Secara umum

defisiensi nutrien pada mikroalga mengakibatkan penurunan protein, pigmen

fotosintesis, serta kandungan produk karbohidrat dan lemak (Healey, 1973).

Page 33: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

18

f.) Aerasi

Aerasi dalam kultivasi mikroalga digunakan dalam proses pengadukan media

kultur. Pengadukan sangat penting dilakukan bertujuan untuk mencegah

terjadinya pengendapan sel, nutrien tersebar dengan baik sehingga mikroalga

dalam kultur mendapatkan nutrien yang sama, mencegah sratifikasi suhu, dan

meningkatkan pertukaran gas dari udara ke media (Taw, 1990). Komposisi

udara normal terdiri atas gas nitrogen 78,09 %, oksigen 20,95 %, dan

karbondioksida 0,93%, sementara selebihnya berupa gas argon, neon, kripton,

xenon dan helium sekitar 0,03% (BLH Prop.Sumut, 2010).

g.) Cahaya

Cahaya merupakan sumber energi dalam proses fotosintesis yang berguna

untuk pembentukan senyawa karbon organik. Intensitas cahaya sangat

menentukan pertumbuhan mikroalga yaitu dilihat dari lama penyinaran dan

panjang gelombang yang digunakan untuk fotosintesis. Cahaya berperan

penting dalam pertumbuhan mikroalga, tetapi kebutuhannya bervariasi yang

disesuaikan dengan kedalaman kultur dan kepadatannya. Kedalaman dan

kepadatan kultur yang lebih tinggi menyebabkan intensitas cahaya yang

dibutuhkan tinggi. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

fotoinhibisi dan pemanasan. Penggunaan lampu dalam kultur mikroalga

minimal dinyalakan 18 jam per hari, hal tersebut dilakukan sampai mikroalga

dapat tumbuh dengan konstan dan normal (Coutteau, 1996).

Pada kondisi gelap, mikroalga tidak melakukan proses sintesa biomassa

melainkan mempertahankan hidupnya dengan cara melakukan respirasi sel

Page 34: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

19

sehingga medium kultur menjadi jenuh oleh senyawa karbonat yang tidak

dimanfaatkan mikroalga. Hal ini menyebabkan pengurangan proses transfer gas

CO2 ke dalam medium kultur (Wijanarko et al, 2007). Namun pada akhirnya

antara kondisi terang maupun gelap menghasilkan produksi biomassa yang

konstan karena CTR (Carbon Transfer Rate) pada umumnya memiliki nilai yang

tinggi pada awal masa pertumbuhan dimana konsentrasi gas CO2 di dalam

medium kultur masih di bawah ambang kejenuhan, sehingga gas CO2 lebih mudah

larut dalam medium kultur. Selain itu, kenaikan jumlah sel yang sangat besar

mempertinggi penyerapan gas yang terlarut dalam bentuk HCO3- oleh mikroalga.

CTR kemudian akan cenderung menurun seiring dengan waktu karena terjadinya

ketidaksetimbangan antara peningkatan jumlah sel dengan besarnya biofiksasi

CO2 yang mengakibatkan produksi biomassa menjadi konstan kemudian menurun.

Adanya pertumbuhan dalam kultur mikroalga ditandai dengan bertambahnya

jumlah sel mikroalga dan bertambah besarnya ukuran sel (Isnansetyo dan

Kurniastuty, 1995). Faktor pertumbuhan mikroalga mempengaruhi hasil

biomassa, maupun jenis produk yang diinginkan. Terkadang biomassa yang

sedikit menghasilkan produk yang diinginkan dalam jumlah banyak, untuk itu

diperukan optimasi komposisi yang seimbang antara banyaknya biomassa dan

banyaknya produk dalam biomassa mikroalga. Beberapa faktor penting bagi

produksi mikroalga skala massal di antaranya (1) intensitas cahaya, (2) suhu, (3)

media pertumbuhan (4) pH, dan (5) salinitasi (Hadiyanto dan Azim, 2012).

Kandungan nutrien dalam setiap jenis mikrolaga berbeda-beda. Biomassa

mikroalga kaya nutrien antara lain asam lemak omega 3 dan 6, asam amino

esensial (leusin, isoleusin, valin, dan lain-lain), dan karoten. Beberapa jenis

Page 35: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

20

mikroalga juga memiliki kandungan protein yang tinggi. Asam amino pada

mikroalga lebih baik jika dibandingkan dengan sumber protein makanan yang lain

(Hasanah, 2011). Selain itu jika dibandingkan dengan sumber lain seperti yeast

maupun fungi, mikroalga memiliki keunggulan di aspek keamanannya. Jika di

bandingkan dengan protein bersel tunggal yang bersumber dari mamalia,

mikroalga lebih unggul di bidang efisiensi dan kemudahan dalam produksinya

(Nur, 2014).

2.5. Spirulina sp.

Salah satu jenis mikroalga yang memiliki rentang hidup yang luas di media

tumbuhnya adalah Spirulina platensis (Khoirunisa et al.,2012). Spirulina sp.

merupakan mikroalga bersifat multiseluler yang termasuk dalam golongan

cyanobacterium mikroskopik berfilamen, memiliki lebar spiral antara 26-36 μm

dan panjang spiralnya antara 43-57 μm (Yudiati et al., 2011). Spirulina sp. adalah

makhluk hidup autotroph berwarna kehijauan, kebiruan, dengan sel berkolom

membentuk filament terpilin menyerupai spiral (helix) sehingga disebut juga

dengan alga biru hijau berfilamen (cyanobacteria) (Riche Hariyati, 2008).

Spirulina memiliki dinding sel yang tipis dengan garis tengah sel berkisar 1-12

mikron.

Spirulina bergerak dengan cara menggelinding sepanjang garis tengah selnya.

Spirulina merupakan mikroorganisme yang berkembang biak dengan cara

membelah diri. Spirulina merupakan salah satu jenis mikroalga yang sangat

berpotensi sebagai sumber pangan karena 1 are (0,4646 hektar) Spirulina dapat

Page 36: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

21

menghasilkan protein 20 kali lebih baik dari 1 are kedelai atau jagung dan 200

kali lebih baik daripada daging sapi (Kozlenko dan Henson, 1998; Tietze, 2004;

Spolaore et al., 2006). Spirulina dapat tumbuh dengan baik di danau, air tawar, air

laut, dan media tanah. Mikroalga jenis ini termasuk mikroalga yang mudah untuk

dibudidayakan, karena budidayanya dapat dilakukan di dalam maupun di luar

ruangan.

Klasifikasi Spirulina sp menurut Bold dan Wynne (1985) adalah sebagai berikut:

Divisi : Cyanophyta

Kelas : Cyanophyceae

Famili : Oscillatoriaceae

Genus : Spirulina

Spesies : Spirulina sp.

Gambar 1. Spirulina sp. (Sciento, 2008)

Keunggulan dari Spirulina sp adalah kandungan nutrisi yang baik antara lain 60–

70% protein, 13,5% karbohidrat, 4-7% lemak dan asam lemak (linolenic acid dan

γ-linolenic acid), asam amino esensial (leusin, isoleusin, valine), pigmen (klorofil,

fikosianin dan karotenoid) dan juga mengandung vitamin seperti provitamin A,

Page 37: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

22

vitamin B12 serta β-caroten (Koru, 2012). Menurut Riyono (2008) menyatakan

bahwa Spirulina memiliki banyak manfaat dan juga keistimewaan. Keistimewaan

yang dimiliki Spirulina diantaranya adalah sebagai sumber protein nabati 100%

bersifat alkali, dengan dinding sel yang lunak sehingga sangat mudah dicerna dan

diserap oleh tubuh. Protein Spirulina 90% dapat dicerna karena mengandung enzim

yang membantu dalam proses pencernaan.

Selain kandungan protein yang cukup tinggi, Spirulina memiliki beberapa

keunggulan dibanding mikroalga jenis lain yaitu relatif cepat berproduksi serta

biomassa yang dihasilkan mudah dalam pemanenan. Hal ini disebabkan karena

ukuran biomassa Spirulina lebih besar sehingga dapat dipisahkan dari media

melalui filtrasi menggunakan filter berukuran 20 μm. Spirulina mudah dicerna

karena lapisannya berupa membran tipis bukan seperti selulosa yang sulit dicerna.

Membran tersebut merupakan gugus gula yang mudah dicerna dan diserap

(Desmorieux dan Decaen, 2006; Richmond, 1988).

Secara umum, Spirulina dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 8-11, dengan

intensitas cahaya 2000-3500 lux. Periode penyinaran yang umum digunakan

adalah 12 jam, walau beberapa peneliti menyatakan bahwa pertumbuhan terbaik

diperoleh pada periode penyinaran 16 jam dengan waktu gelap 8 jam pada

intensitas cahaya 2000 ± 200 lux, temperatur 30 ± 1°C dan pH 9.1 (Santosa dan

Limantara, 2007). Suhu terendah untuk Spirulina platensis untuk hidup adalah

15°C pertumbuhan yang optimal adalah 35- 40°C (Chritwardana, et al, 2013).

S. Platensis dapat tumbuh baik pada salinitas 20-25 ppt, sedangkan untuk

kandungan total lipid maksimum dibutuhkan salinitas 10-15 ppt (Christi, 2007).

Salinitas akan mempengaruhi tekanan osmosis antara sel dan medium serta laju

Page 38: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

23

disosiasi senyawa organik nutrien alga. Bila salinitas terlalu tinggi akan

mengakibatkan media pemeliharaan bersifat hipertonis terhadap sel dan

mengakibatkan kurang baiknya penyerapan nutrien oleh sel. Ketersediaan nutrisi

yang memadai dan sinar matahari yang cukup juga merupakan faktor penting

yang mendukung pertumbuhan mikroalga ini.

2.6. Teknik Kultivasi Mikroalga

Kultivasi merupakan suatu teknik untuk menumbuhkan mikroalga dalam

lingkungan tertentu yang terkontrol. Kultivasi bertujuan untuk menyediakan

spesies tunggal pada kultur masal mikroalga untuk tahap pemanenan.

Mikroalgadapat tumbuhdengan sangat cepat pada kondisi iklim yang tepat.

Sebagian besar mikroalga menggunakan cahayadan karbondioksida (CO2) sebagai

sumber energi dan sumber karbon (organisme photoautotrophic). Pertumbuhan

optimum mikroalga membutuhkan temperatur air berkisar 15 - 30˚C. Media

pertumbuhan juga harus mengandung elemen inorganik yang berfungsi dalam

pembentukansel, seperti nitrogen, phospor, dan besi. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan mikroalga, diantaranya faktorabiotik (cahaya

matahari, temperatur, nutrisi, O2, CO2, pH, salinitas), faktorbiotik (bakteri, jamur,

virus, dankompetisi dengan mikroalga lain), serta faktor teknik (cara pemanenan,

dan lain - lain) (Harun et al,2010).

Terdapat dua proses yang paling menentukan dalam proses bioteknologi

mikroalga yaitu kultivasi serta pemanenan mikroalga. Mikroalga biasanya

dikultivasi di sistem terbuka (open pond system) dan tertutup (closed

Page 39: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

24

photobioreactors) dengan diiluminasi baik dengan cahaya buatan ataupun cahaya

matahari dengan tempartur 27- 30oC dan pH 6,5 - 8. Open pond merupakan sistem

kultivasi mikroalga yang paling lama digunakan. Open pond dapat dikategorikan

kedalam kolam yang menggunakan air alam seperti air danau, air tambak atau air

kolam. Keuntungan dari open pond ini adalah mudah untuk dibuat, dan lebih

murah dikarenakan hanya menggunakan sinar matahari untuk sistem

fotosintesisnya dan tidak memerlukan banyak alat. Sebaliknya, kelemahan dari

sistem Open ponds ini merupakan sistemkolam terbukadimana mediadapat

mengalami evaporasi akut, penggunaankarbondioksida (CO2) menjadi tidak

efisien, mudah terkena kontaminan dan untuk sistem Open ponds dengan volume

kultur yang besar, sinar matahari tidak dapat sepenuhnyadiserap oleh mikroalga

di dasar kolam (Ugwu et al, 2007).

Sistem Open pond sini sering dioperasikan secara kontinyu dimana umpan segar

(mengandung nutrisi termasuk nitrogen, phosphor, dan garam inorganic)

ditambahkan di depan paddlew heel dan setelah bereda rmelalui loop-loop

mikroalgatersebut dapat dipanen di bagian belakang dari paddlewheel.

Paddlewheel digunakan untuk proses sirkulasi dan proses pencampuran

mikroalgadengan nutrisi.

Page 40: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

25

Gambar 2. Teknik budidaya mikroalgaopen raceway ponds (Christi, 2007).

Sistem photobioreactor d ikembangkan untuk mengatasi permasalahan

kontaminasi dan evaporasi yang sering terjadidalam sistem open pond.

Photobioreactor memiliki rasio luas permukaan dan volume yang besar.

Produktivitas mikroalga menggunakan photobioreactor dapatmencapai 13 kali

lipat total produksi dengan menggunakansistem openraceway pond (Christi,

2007). Dalam sistem photobioreactor kontaminan dan parameter pertumbuhan

seperti pH, temperatur dan karbondioksida dapat dikontrol dengan baik.

Walaupun demikian, sistem photobioreactor memerlukan biaya tinggi sehingga

pengetahuan dalam pemilihan sistem kultivasi mikroalga sangat diperlukan.

Page 41: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

26

Gambar 3. Teknik budidaya mikroalga photobioreactor (Christi, 2007).

2.7. Salinitas

Salinitas merupakan konsentrasi garam yang terlarut dalam volume air tertentu,

dan dinyatakan dalam bagian perseribu (ppt) yang setara dengan gram per liter

(Nybakken. 1992). Salinitas dan pH merupakan parameter oseanografi yang

penting dalam pertumbuhan mikroalga. Faktor salinitas sangat penting karena,

berpengaruh terhadap tekanan osmotik tubuh. Produktivitas dan daya adaptasi

berbagai jenis mikroalga diduga berkaitan erat dengan tingkat salinitas

lingkungannya (Rudiyanti, 2011). Kisaran salinitas yang paling optimum untuk

pertumbuhan mikroalga adalah 25-35 ppt (Sylvester et al., 2002). .

Kadar salinitas pada media kultur memang sangat mempengaruhi kepadatan

mikroalga. Besar kecilnya kadar salinitas berpengaruh terhadap tekanan osmose

dan mekanisme osmoregulasi yang secara langsung akan mempengaruhi proses

metabolisme, proses respirasi serta menghambat proses pembiakkan sel vegetatif

selanjutnya secara bertahap akan mempengaruhi kepadatan populasi mikroalga

(Vasquez-Duhalt dan Arredondo-Vega, 1991). Berdasarkan penelitian yang

Page 42: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

27

dilakukan oleh Mahardani 2017 bahwa kepadatan sel Dunaliella sp tertinggi

terjadi pada perlakuan salinitas 30 ppt dengan kepadatan sel mencapai 5,09×106

sel/ml. Pada media limbah cair industry karet remah dari outlet kolam Fakultatif II

+ NaCL sampai salinitasnya mencapai 30 ppt paling efektif dalam meningkatkan

produksi biomassa Tetraselmis sp. yaitu sebesar 105% dengan perolehan

biomassa kering Tetraselmis sp. sebesar 0,6250 g/L dan tingkat kepadatan sel

Tetraselmis sp. paling tinggi yatu mencapai 120 x 104 sel/mL (Nawansih et al.,

2016).

Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan alat hand refractometer.

Refractometer merupakan alat pengukur indeks pembiasan pada cairan yang

digunakan untuk mengukur kadar garam. Prinsip alat ini adalah dengan

memanfaatkan indeks pembiasan cahaya untuk mengetahui tingkat salinitas air.

Sebelum digunakan hand refractometer dikalibrasi terlebih dahulu pada salinitas

0 ppt menggunakan aquades. Selanjutnya dilakukan pengukuran salinitas sampel

meneteskan sampel pada bagian kaca prisma hand refractometer kemudian dilihat

ditempat yang bercahaya. Nilai salinitas sampel dapat dilihat pada garis batas

antara bidang berwarna biru dan putih.

Page 43: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2018 di Laboratorium

Fitoplankton dan Laboratorium Kualitas Air Balai Besar Perikanan Budidaya

Laut Lampung, Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri Jurusan

Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan

Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung.

3.2. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reaktor terbuka yang terbuat

dari fiberglass ukuran (35x14x19) cm dengan volume kerja 5 L yang dilengkapi

dengan selang aerasi dan lampu TL 40 Watt, gelas ukur, labu Erlenmeyer,

haemacytometer, cover glass, hand counter, pipet tetes, mikroskop, pengaduk,

derigen, refraktometer, spektrophotometer Nova 60, corong, pipet volum, rubber

bulb, DO meter, labu Kjeldahl, buret pyrex, statif, klem, spatula, pH meter,

desikator, cawan porselin, penjepit, neraca analitik, oven, aluminium foil, kain

plankton net, dan kertas saring.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair industri

karet remah outlet kolam Fakultatif II yang berasal dari Instalasi Pengolahan Air

Page 44: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

29

Limbah PTPN VII Unit Usaha Way Berulu, kultur murni mikroalga Spirulina sp.

yang diperoleh dari Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL), natrium

klorida (NaCl), aquades,.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan salah satu jenis mikroalga laut yaitu

Spirulina sp. yang akan dikultivasikan kedalam 4 perlakuan media limbah cair karet

fakultatif II yang telah di atur salinitasnya dengan berbagai tingkat salinitas yang

berbeda yaitu 0, 10, 20,30 dan 40 ppt selama 7 hari. Tiap media limbah cair karet

akan ditingkatkan salinitasnya dengan penambahan NaCl dengan volume kerja

masing-masing 5 L. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga

menghasilkan 15 satuan percobaan untuk tiap media mikroalga. Pengamatan yang

dilakukan setiap hari yaitu pengamatan kepadatan sel mikroalga.

Analisis terhadap limbah cair karet untuk media kultivasi dilakukan sebelum dan

sesudah kultivasi, meliputi analisis N-total, P-PO4, pH, Salinitas, dan DO.

Sedangkan pengamatan yang dilakukan terhadap biomassa mikroalga yaitu

pengamatan bobot kering dan kadar protein. Perlakuan dengan hasil biomassa

terbaik akan dilanjutkan analisis proksimat meliputi kadar protein, kadar lemak,

kadar air dan kadar abu serta dilakukan pengamatan kadar COD. Data yang

diperoleh selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang kemudian

dianalisis secara deskriptif.

Page 45: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

30

3.4. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pada penelitian ini sebagai berikut.

Gambar 7. Diagram alir perolehan biomassa (Wulan, 2015) dimodifikasi

3.4.1. Persiapan Inokulum

Pembiakan kultur dilakukan secara bertahap dari volume kecil ke volume yang

lebih besar (Amini dan Susilowati, 2010). Kultur awal dikultivasikan secara

Kultivasi 1/3 bibit mikroalga di media air

laut volume 1000 mL

Kultivasi 1/3 bibit mikroalga di media air

Laut dan LCKR 50% volume 6000 mL

Kultivasi 1/3 bibit mikroalga di media air laut

dan LCKR 25% volume 2000 mL

Kultivasi pada limbah cair karet fakultatif II 3750 mL dengan

penambahan 1250 mL (25%) alga v/v selama 7 hari

Analisis:

DO

pH

P-PO4

N-total

Salinitas

COD

Bibit Spirulina

sp.

Pupuk

Conwy

1 mL/L

Persiapan media

limbah cair karet

remah yang diatur

salinitasnya

(0,10,20,30, dan 40

ppt)

Pengamatan:

Kepadatan sel

Salinitas

Analisis:

DO

pH

P-PO4

N-total

Salinitas

COD

Biomassa Filtrat Pengamatan:

Berat kering

Protein/

proksimat

Pemanenan mikroalga Spirulina sp. menggunakan plankton net

Penambahan limbah

cair karet sampai

3,45 L selama

kultivasi untuk

menjaga volume

semua media tetap

5 L.

Page 46: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

31

indoor pada media kultur dengan penambahan pupuk Conwy sebanyak 1 mL/1 L

air laut steril. Pembiakan indoor dilakukan dengan memasukkan 1/3 bagian bibit

mikroalga kedalam erlenmeyer dengan volume media kultur 100–300 mL .

Selanjutnya apabila kepadatan mikroalga telah mencapai maksimal, kultur dapat

dipindahkan dalam media dengan volume lebih besar (500–1000 mL). Setelah satu

minggu kultur dapat dipindahkan ke volume yang lebih besar lagi (6000 mL).

3.4.2. Pengkondisian Media

Media yang digunakan untuk kultivasi Spirulina sp. adalah limbah cair industri

karet remah dari outlet kolam Fakultatif II (F2) yang berasal dari PTPN VII Unit

Usaha Way Berulu. Sebelum digunakan sebagai media kultivasi, limbah cair karet

dari outlet kolam Fakultatif II (F2) diatur salinitasnya dengan penambahan NaCl

sampai 0,10,20,30 dan 40 ppt serta diberikan pencahayaan selama 24 jam dengan

menggunakan bantuan sinar matahari dan sinar lampu. Setelah itu media kultivasi

dianalisis untuk mengetahui nilai awal dari Dissolved Oxygen (DO), pH, P-PO4,

dan N-total.

3.4.3. Kultivasi

Kultivasi Spirulina sp. dilakukan pada sistem kolam terbuka (open pond) dengan

dimasukkan kedalam reaktor berkapasitas 5 Liter. Reaktor dilengkapi dengan aerasi

untuk memenuhi kebutuhan CO2 Spirulina sp. dan sekaligus berfungsi sebagai

sirkulasi air media pertumbuhan. Sebelum dikultivasi, dilakukan pengukuran

kepadatan sel untuk mengetahui kepadatan awal bibit Mikroalga. Konsentrasi

Page 47: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

32

kultur mikroalga yang dibiakkan sebanyak 25% v/v (1250 mL) pada 3750 mL

limbah cair industri karet remah dari outlet Fakultatif II + NaCl sampai 0,10,20,30

dan 40 ppt. Kultivasi berlangsung selama 7 hari. Setiap hari, kepadatan sel

mikroalga selalu diukur untuk memantau laju perkembangan selnya (Kawaroe et

al, 2012). Selama proses kultivasi, volume media akan selalu diukur dan dijaga

volumenya agar selalu tetap 5000 mL.

3.4.4. Pemanenan

Pemanenan Spirulina sp. dilakukan dengan menggunakan plankton net. Setelah

semua yeild tertampung pada plankton net, yeild dikeringkan menggunakan oven

pada suhu 105oC hingga berat konstan, selanjutnya akan dianalisis lebih lanjut

meliputi penimbangan biomassa kering (Kawaroe et al, 2012).

3.5 Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan terbagi menjadi beberapa waktu. Pengamatan yang

dilakukan pada media kultur sebelum dilakukan kultivasi adalah Dissolved

Oxygen (DO), salinitas, pH, P-PO4, dan N-total. Pengamatan yang dilakukan

setiap harinya adalah kepadatan sel dan salinitas media Pengamatan yang

dilakukan setelah kultivasi adalah analisa adalah Dissolved Oxygen (DO),

salinitas, pH, P-PO4, N-NH3, N-total, dan perolehan biomassa kering.

3.5.1. Dissolved Oxygen (DO) ( SNI 06-6989.14-2004)

Pengukuran oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia mengacu pada SNI

(2004), yaitu cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO

Page 48: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

33

meter. Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari

katoda dan anoda yang direndam dalam larutan elektrolit. Pengukuran DO

dilakukan dengan mencelupkan alat DO meter tersebut ke dalam sampel air yang

diukur dan melihat skala yang terlihat.

3.5.2. Salinitas

Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan alat hand refractometer.

Sebelum digunakan hand refractometer dikalibrasi terlebih dahulu pada salinitas

0 ppt menggunakan aquades. Selanjutnya dilakukan pengukuran salinitas sampel

meneteskan sampel pada bagian kaca prisma hand refractometer kemudian dilihat

ditempat yang bercahaya. Nilai salinitas sampel dapat dilihat pada garis batas

antara bidang berwarna biru dan putih.

3.5.3. Derajat Keasaman (pH) (SNI 06-6989.11-2004)

Analisis pH mengacu pada SNI (2004), Analisis pH dilakukan di tahap awal

sebelum kultivasi dan di tahap akhir setelah kultivasi. Alat yang digunakan adalah

pH meter. pH meter dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan, setelah itu

elektroda dimasukkan ke dalam limbah cair untuk diukur. Setelah angka pada pH

meter tersebut stabil, catat hasil pengukuran pH.

3.5.4. Analisis P-PO4(SNI 06-6989. 31-2005)

Analisis P-PO4 menggunakan metode photometric menggunakan teskit berupa

reagen cair PO4-1. Sampel yang telah disaring dengan kertas Whatman no 42

sebanyak 5 mL dimasukkan ke dalam beaker glass. Ditambahkan 1,2 mL reagen

Page 49: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

34

cair PO4-1, dikocok, dan didiamkan selama 5 menit. Kemudian absorbansi sampel

dapat diukur pada spektrophotometer Nova 60 setelah barecode P-PO4

dimasukan.

3.5.5 Biomassa

Analisis biomassa dilakukan setelah mikroalga dipanen dengan menghitung berat

basah dan berat kering dari mikroalga. Berat basah mikroalga diukur dengan

menimbang berat masing-masing setelah dilakukan filtrasi. Berat kering

mikroalga diukur dengan metode gravimetri. Cawan porselen ditimbang terlebih

dahulu untuk mengetahui berat dari cawan porselen sebelum ditambah mikroalga.

Setelah itu cawan porselen dimasukan mikroalga kemudian ditimbang kembali.

Cawan porselen yang berisi mikroalga dimasukkan ke dalam oven dengan suhu

105oC selama lebih kurang dua jam. Setelah dua jam, alga dimasukkan ke dalam

desikator selama 15 menit. Setelah dari desikator, alga pada cawan porselen

ditimbang hingga diperoleh berat konstan.

3.5.6. Analisis COD (APHA 5220 D-1989)

Analisis COD yang dilakukan yaitu dengan metode closed reflux titrimetric.

Botol refluks disiapkan dan kedalamnya dimasukkan batu didih dan 1 gr HgSO4

kemudian ditambahkan 5,0 ml H2SO4 dan diaduk hingga HgSO4 larut. Botol

refluks ditempatkan pada ruang es sambil diaduk perlahan, kedalamnya

ditambahkan 25,0 ml 0,25 N K2Cr2O7 dan reagen H2SO4-AgSO4. Sambil tetap

berada dalam ruang es, sebanyak 50 ml sampel dipipet dan ditambahkan

kedalamnya, kemudian kondensor dinyalakan dan direfluks selama dua jam.

Page 50: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

35

Sampel yang telah direfluks kemudian didinginkan dan ditambahakan 8-10 tetes

indikator ferroin kemudian dititrasi dengan larutan ferrous ammonium sulfat

{Fe(NH4)2(SO4)2} sampai terjadi perunahan warna dari hijau terang menjadi

kemerahan tajam. Dilakukan juga penentuan titrasi blanko dari akuades yang

direfluks dan dititrasi dengan Fe(NH4)2(SO4)2. Volume Fe(NH4)2(SO4)2 yang

digunakan untuk titrasi pada blanko maupun sampel dihitung.

Nilai COD dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝐶𝑂𝐷 (𝑚𝑔

𝐿) =

(𝐵 − 𝑆)𝑥 𝑁 𝑋 8000

𝑉

Keterangan :

B: Volume (ml) titrasi blanko

S: Volume (ml) titrasi sampel

N: Normalitas Fe(NH4)2(SO4)2

V: Volume sampel yang digunakan

3.5.7. Kepadatan Sel Mikroalga (Amini dan Susilowati, 2010)

Pengamatan kepadatan sel mikroalga dilakukan setiap hari pada saat kultivasi

dengan metode numerik untuk menghitung jumlah sel mikroalga. Alat yang

digunakan untuk menghitung kepadatan sel adalah Mikroskop, sedgwick rafter

dan hand counter. Kepadatan sel Spirulina sp. dihitung menggunakan sedgwick

rafter dengan cara mengambil 1 mL sampel, kemudian ditutup dengan gelas

penutup. Penghitungan dilakukan dengan menghitung jumlah unit yang terdapat

dalam sedgwick rafter dibawah mikroskop dengan bantuan hand counter. Pada

setiap penghitungan dilakukan dua kali penghitungan dan jumlah tertinggi yang

Page 51: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

36

dijadikan data jumlah sel terhitung. Kepadatan Spirulina sp. dihitung dengan

rumus: Jumlah sel × 103 unit/mL.

3.5.8. Kadar Protein (AOAC 960.52-1995)

Sampel ditimbang 1 g, dimasukkan dalam labu Kjeldahl. Kemudian ditambahkan

7,5 g kalium sulfat dan 0,35 g raksa (II) oksida dan 15 ml asam sulfat pekat.

Dipanaskan semua bahan dalam labu Kjeldahl dalam lemari asam sampai berhenti

berasap dan pemanasan dilanjutkan sampai mendidih dan cairan sudah menjadi

jernih. Dilakukan pemanasan kurang lebih 30 menit, pemanas dimatikan dan

dibiarkan sampai dingin. Selanjutnya ditambahkan 100 ml aquadest dalam labu

Kjeldahl yang didinginkan dalam air es dan beberapa lempeng Zn, ditambahkan

15 ml larutan kalium sulfat 4% (dalam air) dan ditambahkan perlahan-lahan

larutan natrium hidroksida 50% sebanyak 50 ml yang telah didinginkan dalam

lemari es.

Labu Kjeldahl dipasang dengan segera pada alat destilasi. Labu Kjeldahl

dipanaskan perlahan-lahan sampai dua lapis cairan tercampur, kemudian

dipanaskan dengan cepat sampai mendidih. Destilat ditampung dalam erlenmeyer

yang telah diisi dengan larutan baku asam klorida 0,1N sebanyak 50 ml dan

indikator merah metil 0,1% b/v (dalam etanol 95%) sebanyak 5 tetes, ujung pipa

kaca destilator dipastikan masuk ke dalam larutan asam klorida 0,1N. Proses

destilasi selesai jika destilat yang ditampung lebih kurang 75 ml. Sisa larutan

asam klorida 0,1N yang tidak bereaksi dengan destilat dititrasi dengan larutan

baku natrium hidroksida 0,1 N. Titik akhir titrasi tercapai jika terjadi perubahan

warna larutan dari merah menjadi kuning. Kemudian dilakukan titrasi blanko.

Page 52: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

37

Kadar protein dihitung dengan persamaan berikut :

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑃𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛

=𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻𝑥 14, 008𝑥 100%𝑥𝐹𝑘

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)

Keterangan :

Fk : faktor koreksi

Fk N : 16

3.5.9. N-Total ( SNI 19-7030-2004)

Analisis N-total limbah cair industri karet remah dilakukan dengan menggunakan

metode Gunning yaitu dengan cara memasukan 0,5 – 1 g sampel ke dalam labu

Kjeldahl kemudian ditambahkan Na2SO4 dan K2S dengan perbandingan (7:1)

sebanyak 1 g. Setelah itu ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 10 mL dan

didestruksi pada suhu 100oC sampai larutan berwarna bening kemudian

didinginkan pada suhu ruang. Selanjutnya ditambahkan aquades sebanyak 100

mL dan NaOH 40% sebanyak 30-40 mL. Destilat ditampung dengan HCl 0,1 N

sebanyak 25 mL, proses destilasi dihentikan apabila volume destilat sudah

mencapai 150 mL. Setelah itu ditambahkan indikator phenolphthalein sebanyak 3

tetes dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai berwarna merah muda.

Selanjutnya dibuat larutan blanko dengan mengganti sampel dengan aquades.

Kandungan N-total dihitung dalam % N kemudian % N dikonversi dalam satuan

ppm. Perhitungan % N menggunakan rumus berikut:

% 𝑁 =𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 − 𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻𝑥 14, 008

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)𝑥10

Page 53: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Salinitas pada media limbah cair industri karet remah dengan salinitas 20 ppt

paling optimal untuk meningkatkan produksi biomassa Spirulina sp. dengan

perolehan biomassa kering mencapai 0,579 g/L dan tingkat kepadatan sel

mencapai 11.330 sel/mL serta mampu menurunkan kandungan N-total sebesar

69,3% dan P-PO4 sebesar 50 %. Biomassa yang dihasilkan mempunyai kadar

protein sebesar 42,72%, kadar lemak sebesar 5,05%, kadar Abu sebesar 36,79%

dan kadar air sebesar 11 %.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk menggunakan bibit mikroalga

yang steril tanpa adanya kontaminan seperti protozoa agar produksi biomassa

lebih optimal.

Page 54: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

DAFTAR PUSTAKA

Adetola, T.G. 2011. Effect of nitrogen, iron and temperature on yield and

composition of microalgae [thesis]. Stillwater:Oklahoma state University.

Amini, S. dan Susilowati, R. 2010. Produksi biodiesel dari mikroalga

Botryococcus braunii. Squalen Vol. 5 (1): 23-30.

Amanatin, D.R. 2013. Produksi Protein SEL Tunggal (PST) Spirulina sp. Sebagai

super Food Dalam Upaya Penanggulangan Gizi Buruk dan Kerawanan

Pangan Di Indonesia. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Angka, S.L. dan Suhartono, T.S. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Pusat Kajian

Sumber Daya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Hlm 49-56.

Anggraini, S. 2016. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Dan Tekanan Pemompaan

Pada Kombinasi Proses Koagulasi Dan Membrane Ultrafiltrasi Dalam

Penglahan Limbah Cair Industri Karet. Jurnal Teknik Kimia. Universitas

Riau. Riau.

Anggriary, R. D. 2012. Perbandingan Kerapatan Sel dan Kandungan

KlorSynechococcus sp. Rdb001 yang ditumbuhkan Pada Suhu 30±5 °c

dan50±5°c. (Skripsi). Universitas Indonesia. Depok.

Aung,W.L. Kyaw, N. dan Nway, N.H. 2013. Biosorption of Lead (Pb2+) by using

Chlorella vulgaris. International Journal of Chemical, Environmental &

BiologicalSciences, (2), 2320–4087.

Becker, E.W. 1994. Oil production. In: Baddiley, et al., editors. Microalgaee:

biotechnology and microbiology. Cambridge University Press.

Benemann, G. 1997. Characterization of Marine Microalga for

BiofuelProduction. Journal of Biotechnology. Hlm 1367-1372.

Bidwell, R.G.S. 1979. Plant Physiology 2nd Ed. Macmillan Publishing Co., Inc.

New York. pp. 255-263.

Biondi and Tredici. 2011. Algae and Aquatic Biomass for a Sustainable

Production of 2nd Generation Biofuels. UNIFI. 148-150.

Page 55: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

61

Borowitzka, M.A. 1988. Algal Growth Media And Sources Of Algal Cultures. In

Borowitzka, M.A & L.J Borowitza (Eds) Microalga Biotechnology.

Cambridge University Press: Cambridge. pp. 456-465.

Brennan, L. and Owende, P. 2009. Biofuels from microalgae- a review of

technologies for production, processing and extractions of biofuels and co-

products. Renewable Sustain Energy Reviews. RSER-805: 21.

Butcher, R. W. 1959. An Introductory Account of the Smaller Algae of

BritishCoastalWaters, Part 1 Introduction and Chlorophyceae.

FisheryInvestigation Series IV. HMSO. London.

Chapman, D. 2000. Water quality assessment- A guide to use of biota, sediments

and water in environmental monitoring second edition. Cambridge

University Press. Inggris.

Chen. 1996. High cell density culture of microalgae in heterotrophic growth.

Trends in Biotechnology, 14,421–426. Ciulei, J. (1984

Christi, J. 2007. Biodiesel from microalgae”, Biotechnology Advances, 25, hal

294–306

Cifferi, O. 1983. Spirulina, The Edible Microorganism, Microbiological Reviews.

47 (4):558-570

Cohen, Z. 1997. The Chemical of Spirulina. Di dalam Vonshak, A. (editor).

Spirulina Platensis (Arthospira): Physiology, Cell Biology and

Biotechnology. Taylor & Francis Ltd., Bristol, USA. Hlm. 175-204.

Colman, B. and Gehl, K.A. 1983. Effect of External pH on The Internal pH of

Chlorella saccharophila. J Plant Phsiol 77 (4) : 917 – 921.

Cotteau, P. 1996. Microalgae. In Manual on Production and Use of Live Food for

Aquaculture. FAO Fisheries Technical Paper Sorgeloos Edition. Roma.

Dallaire, B. Bernet, N. dan Bernard, O. 2007. Anaerobic Digestion of Microalgae

as a Necessary Step to Make Microalgae Biodiesel Sustainable. Journal of

Biotechnology Advances, 27, pp. 409-416.

Dedi, F. Hendra, H. Maliana, Y. Ningsih, R.L. dan Hadi, R.P. 2010, Pemanfaatan

Limbah Cair Karet sebagai Media Alternatif Budidaya Chlorella

sp.,Ilmiah Mahasiswa Universitas Tanjungpura vol.1, no.1., hal. 81-90

Desmorieux, H. and Decaen, N. 2006. Convective drying of Spirulina in thin

layer, J Food Eng, 77, pp. 64-70.

Page 56: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

62

Erlania. 2010. Penyimpanan rotifera instan (Branchionus rotundiformis) pada

suhu yang berbeda dengan pemberian pakan mikroalga konsentrat. J. Ris.

Akuakultur 5: 287-297

Fogg, G. E. 1975. Algae Culture and Phytoplankton Ecology. 2nd Ed. University

of Winconsin Press, Maddison.

Fogg, G. E. dan Thake, B. 1987. Algal Cultures and Phytoplankton Ecology,

3rded. The University of Wisconsin Press. Wisconsin.

Gapkindo. 1992. Rencana Pengendalian Pencemaran Limbah Crumb Rubber.

Gapkindo, Jakarta.

Goldman, C. R., and J. Horne. 1983. Limnology. McGraw-Hill, New York.

Guiry, M.D. and Guiry, G.M. 2012. AlgaeBase. World-wide electronic

publication, National University of Ireland, Galway. 3 hlm.

http://www.algaebase.org,07 November 2017.

Hadiyanto. 2010. Produksi Mikroalga Berbiomassa Tinggi dalam Bioreaktor

Open Pond. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan.

Hadiyanto dan Azim, M., 2012, Mikroalga Sumber Pangan dan Energi Masa

Depan, Edisi Pertama. UPT Undip Press. Semarang.

Hadiyanto, M.M.A. Nur and Hartanto, G.D. 2012 a. Cultivation of Chlorella sp.

as Biofuel Sources in Palm Oil Mill Effluent (POME). Int. Journal of

Renewable Energy Development 1 (2) 2012: 45-49

Handayani, Abyor, N dan Ariyanti, D. 2012. Potensi Mikroalga Sebagai Sumber

Biomasa dan Pengembangan Produk Turunannya.Universitas Diponegoro.

Semarang Vol. 33 No.2 Tahun 2012, ISSN 0852-1697

Harun, R., Danquah, M.K., dan Forde, G.M. 2010. Microbial biomass as a

fermentation feedstock for bioethanol production. J Chem Technol

Biotechnol 85:199–203

Harun, R., Singh, M., Forde, G.M., dan Danquah, M.K. 2010. Bioprocess

engineering of microalgae to produce a variety of consumer products,

Renewable and Sustainable Energy Reviews, 14. pp. 1037–1047.

Harun, R., Singh, M., Forde, G.M., Danquah, MK., 2010. Bioprocess engineering

of microalgaee to produce a variety of consumer products. Renew. Sust.

Energ. Rev. 14. 1037-1047.

Healey, F. P. 1973. Inorganic nutrient uptake and deficiency in algae. CRC

Critical Review in Microbiology, 69-113.

Page 57: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

63

Hidayati, S., Nawansih, O. dan Febiana, V. 2015. Teknik Pemanenan Mikroalga

Nannochloropsis sp. yang dikultivasi Dalam Media Limbah Cair Industri

Karet Remah Dengan Flokulan Alumunium Sulfat. Jurusan Teknologi

Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Lampung.

Hoshida, H., Ohira, T., Minematsu, A., Akada, R., dan Nishizawa, Y. 2005.

Accumulation of Eicosapentaenoic Acid in Nannochloropsis sp. In

Response to Elevated CO2 Concentrations. Applied Phycology, 17,

pp.29-34.

Hu Q. 2004. Environmental Effect on Cell Composition. Didalam Richmond AE,

editor. Handbook of Microalgal Culture, Biotechtology And Applied

Phycology. Blackwell Publishing Ltd., Iowa, USA. hlm : 84.

Isnansetyo, A dan Kurniastuti. 1995. Tehnik Kultur Fitoplankton dan

Zooplankton. Pakan Alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanisius.

Yogyakarta.

James, W. N. 1992. BIOLOGI LAUT, Suatu pendekatan ekologis. PT Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

John, R.P., Anisha, G.S., Nampoothiri, K.M., dan Pandey, A. 2011. Micro and

macroalgal biomass: A renewable source for bioethanol.

BioresourceTechnology, 102, hal. 186–193.

John, R.P., Anisha, G.S., Nampoothiri, K.M., dan Pandey, A. 2011. “Micro and

macroalgal biomass: A renewable source for bioethanol”,Bioresource

Technology, 102, hal. 186–193.

Jones-Lee, A. dan Lee, G.F. 2005. Eutrophication (Excessive Fertilization). Water

Encyclopedia: Surface and Agricultural Water. Wiley, Hoboken. 107-114

p.

Kabede, E. 1996. Optimum Growth Conditions And Light Utilization Efficiency

Of Spirulina Platensis (Arthospira) Fusiformis) From Lake Chitu,

Ethiopia. Hydrobiol., 332: 99-109.

Kawaroe, M. T. Prartono, A. Sunuddin, D.W. Sari, dan Augustine, D. 2010.

Mikroalga : Potensi dan Pemanfaatannya untuk Produksi Bio Bahan

Bakar. Penerbit Institut Pertanian Bogor Press. Bogor

Kepmen LH. 2004. Baku Mutu Air Laut. No.51

Khoirunisa, E., Mutiah, E., dan Abdullah. 2012. Proses Kultivasi Spirulina

platensis MenggunakanPOME (Palm Oil Mill Effluent) Sebagai Media

Kultur dalam Raceway Open Pond Bioreactor. Jurnal Teknologi Kimia

dan Indsutri 1(1): 264-269.

Page 58: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

64

Komalasari, A. 2015. Studi Kemampuan Pertumbuhan Mikroalga Pada Media

Limbah Cair Karet Remah dengan Open Ponds System. (Skripsi). Jurusan

Teknologi Hasil Pertanian,Universitas Lampung. Lampung.

Koru, E. 2012. Food Additive in Earth Food Spirulina (Arthrospira): Production

and Quality Standarts, 191-202. INTECH

Kozlenko, R. dan Henson, R.H. 1998. Latest scientific research on Spirulina:

Effects on the AIDS virus, cancer and the immune

system.http://www.spirulinasource.com/earthfoodch2b.html (Diakses pada

07 November 2017).

Kulpys, J., Paulauskas, E., Pilipaviclus, V., and Stankevicius, R. 2009. Influence

ofcyanobacteria Arthospira (Spirulina) platensis biomass additives towards

the body condition of lactation cows and biochemial milk indexes.

Agronomy Research .7 (2),823-835.

Lapu, P. 1994. Analisis beberapa kualitas sumber air tambak di Maranak,

Kabupaten Maros,Sulawesi Selatan. Universitas Hasanudin. Sulawesi.

Laura, B and Paolo G. 2006. Algae: Anatomy, Biochemistry, and Biotechnology.

CRC Press, Boca Raton, New York.

Lubian, L.M., Montero, O., Moreno-Garido, I.,Huertas, E., Sobrino, C., Valle,

G.,M., and Pares, G. 2000. Nannochloropsis (eustigmatopyceae) as source

of commercially valuable pigment. Journal of Applied Pycology., 2(3-5),

249–255.

Maspanger D dan Honggokusumo S. 2004. Dampak Penerapan Produksi Bersih

Industri Crumb Rubber pada peningkatan Pasar Global. Disajikan pada

Seminar/ temu Usah Sosialisasi Produksi Bersih Industri Crumb Rubber.

Pekanbaru: Direktorat Industri Kimia Hasil Pertanian dan Perkebunan,

Direktorat Jendral Industri Kimia, Agro, dan hasil Hutan. 56 hlm.

Metcalf and Eddy. 2003. Wastewater Engineering Treatment and Reuse 4th

Edition. New York : McGraw Hill.

Milledge, J.J., Heaven, S. 2013. A review of the harvesting of micro-algae for

biofuel production. Rev Environ SciBiotechnol 12: 165-178.

Miller, R.S., Wingard, C.E., and Castenholz, R.W. 1998. Effects of visible light

and UV radiation on photosynthesis in a population of a hot spring

cyanobacterium, a Synechococcus sp., subjected to high-temperature

stress. Applied and Environmental Microbiology 64(10): 3893--3899.

Page 59: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

65

Muliono. 2004. Pengaruh Suhu dan Lama Penyinaran terhadap Kondisi Sel

Nannochloropsis sp. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nawansih, O., Utomo, T.P., dan Wulan, R.R. 2015. “Kemampuan Mikroalga yang

Dikultivasi pada Limbah Cair Industri Karet Remah dalam Menghasilkan

Biomassa dan Menurunkan Cemaran”. Proseeding Semnas Sain dan

Teknologi VI LPPM Universitas Lampung 03-11-201

Nawansih, O, Utomo, T.P., dan Adriyanus, .I.P. 2016. Kajian Produksi Biomassa

Tetraselmis sp. Pada Media Limbah Cair Industri Karet Remah yang

Diperkaya Sebagai Bahan Baku Potensial Biodiesel. Inovasi dan

Pembangunan. Vol.4 No.1 Tahun 2016, ISSN 2354-5704.

Nur, M.M.A. 2014. Potensi Mikroalga sebagai Sumber Pangan Fungsional di

Indonesia. Eksergi, 11(2), hlm 01-06.

Olaizola, M, Bridges, T., Flores, S., Griswold, L., Morency, J., and Nakamura, T.

2004. Microalga Removal of CO2 from Flue Gases : CO2 Capture from a

Coal Combuster, Biotech. Bioproc. Eng., 8, pp. 360- 367. pemekatan

mikroalga. Di dalam Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia. ITB.

Bandung. Hal 1-5

Pratama, I. 2011. Pengaruh metode pemanenan mikroalga terhadap biomassa dan

kandungan esensial Chlorella vulgaris. (Skripsi). Universitas Indonesia.

Depok. 63 hlm.

Prabowo, D.A. 2009. Optimasi Pengembangan media untuk pertumbuhan

Chlorella sp. pada skala laboratorium. (Skripsi). Institut Petanian Bogor.

Bogor. 95 hlm.

Pujiono, A.E. 2013. Pertumbuhan Tetraselmis chuii pada Medium Air Laut dengan

Intensitas Cahaya, Lama Penyinaran dan Jumlah Inokulan yang Berbeda

pada Skala Laboratorium. (Skripsi). Universitas Jember. Jember. 41 hlm.

Rafiqul, I.M, Jalal, K.C.A., and Alam, M.Z. 2005. Environmental Factors for

Optimisation of Spirulina Biomass in Laboratory Culture. Asian Network

for Scientific Information, Biotechnology 4(1): 19-22.

Richmond, A.E. 1986. Microalgae Culture in The CRC Review in Biotechnology.

Vol. 4 (6). CRC Press Inc., Florida.

Richmond, A. 1988. Spirulina. In: Borowitzka, M A. and Borowitzka, L J.( Eds),

Micro-agal Biotechnology, Cambridge:Cambridge University Press.

Riyono, S.H. 2008. Ekstrak klorofil. Jurnal Oseanografi 2(24): 8-12.

Page 60: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

66

Rocha, G.J.M.S., Garcia, J.E.C., and Henriques, M.H.F. 2003. Growth aspects of

the marine microalga Nannochloropsis. Biomolecular Engineering. 20,

237–242.

Romimohtarto, K. 2004. Meroplankton Laut : Larva Hewan Laut yang Menjadi

Plankton. Djambatan.Jakarta.

Rostini, I. 2007. “Kultur Fitoplankton (Chlorella sp. dan Tetraselmis chuii) Pada

skala Laboratorium”. Karya Ilmiah. Universitas Padjajaran Fakultas

Perikanan dan Ilmu kelautan. Jatinagor

Rudiyanti, S. 2011. Pertumbuhan Skeletonema costatum Pada Berbagai Tingkat

salinitas Media. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 6 No. 2(2011): 69 -76

Ru’yatin, I.S. Rohyani,dan L. Ali. 2015. Pertumbuhan Tetraselmis dan

Nannochloropsis pada skala laboratorium. Prosiding Seminar Nasional.1

(2): 296-299.

Sawyer, C.N., P.L. McCarty, and G.F. Parkin. 1994. Chemisttry for

Environmental Engineering Fourth Edition. McGraw-Hill Inc. Singapore.

685 pp.

Setyaningsih, I., SAputra, A.T. 2011. Komposisi Kimia dan Kandungan Pigmen

Spirulina fusiformis Pada Umur Panen yang Berbeda Dalam Media Pupuk.

Departemen Teknologi Hasil Perairan IPB. Bogor.

Siregar, B.I.T dan J. Hermana. 2012. Identifikasi dominasi genus alga pada air

Boezem Morokembrangan sebagai sistem High Rate Algae Pond

(HRAP).(paper). Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS. 34 hlm.

Spolaore, P., Cassan, C.J., Duran, C. dan Isamabert, A. 2006. Commercial

application of microalgae, Journal of Bioscience and Bioengineering,

101(2), pp. 87-96.

Sriharti. 2004. Pengaruh species Clorella dalam menetralisir limbah cair karet.

Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses 2004. ISSN :

1411 – 4216.

Suantika, G., Hendrawandi, D. 2009. Efektivitas Teknik Kultur menggunakan

Sistem Kultur Statis, Semi-kontinyu, dan Kontinyu terhadap Produktivitas

dan Kualitas Kultur Spirulina sp. Jurnal Matematika dan Sains. 14(2): 41-

50.

Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisa untuk Bahan

Makanan dan Pertanian Edisi Ketiga. Liberty. Yogyakarta. 138 hlm.

Page 61: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

67

Sudarmadji, S. 2007. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Press.

Yogyakarta.

Suharyanto, Tri, P., Permatasari, S., dan Syamsu, K. 2014. Produksi Spirulina

platensis dalam fotobioreaktor kontinyu menggunakan media limbah cair

pabrik kelapa sawit Menara Perkebunan 2014 82(1), 1-9, Bogor.

Suriawiria, U. 2003. Mikrobiologi Air Dan dasar-Dasar Pengolahan Buangan

Secara Biologis. PT. Alumni, Bandung. 329 hlm.

Suwardin, D. 1989. Tehnik pengendalian limbah pabrik karet. Lateks 4 (2): 25-32.

Tietze, H.W. 2004. Spirulina Micro Food Macro Blessing. , Australia: Haralz W

Tietze Publishing.

Tzoupanos, N. D., dan Zouboulis, A. I. 2008. Coagulation-Flocculation Processes

In Water/Wastewater Treatment: The Application Of New Generation Of

Chemical Reagents. Paper presented at the 6th IASME/WSEAS

International Conference Greece.

Uduman, N., Qi, Y., Danquah, K. 2010. Dewatering of microalgal cultures: A

major bottolneck to algae-based fuels., Journal of Renewable Energy 2,

012701: 1-15

Utomo, T.P. Hasanudin, U, dan Suroso, E. 2012. Agroindustri Karet Indonesia:

Petani Karet dan Kelembagaan, Proses Pengolahan dan Kinerjanya,

Selayang Pandang Karet Sintetis. PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Bandung. 228 hlm.

Utomo, T.P., Nawansih, O., dan Komalasari, A. 2015. Studi Kemampuan

Pertumbuhan Mikroalga Pada Media Limbah Cair Karet Remah dengan

Open Ponds System. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian.

Universitas Lampung. Vol 20 No 2(2015): 109-120.

Vonshak A. 1997. Spirulina: Growth, Physiology and Biochemistry, Bristol, USA.

hlm. 46-47.

Widianingsih, R. Hartati, H. Endrawati, E. Yudiarti, Subagiyo. 2010. Kandungan

Fatty acid pada Mikroalga Laut. FPIK UniversitasDiponegoro, Semarang.

Winarti. 2003. Pertumbuhan Spirulina platensis Yang Dikultur Dengan Pupuk

Komersil (Urea, TSP, dan ZA) dan Kotoran Ayam. (Skripsi). Jurusan

Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Page 62: KAJIAN PERTUMBUHAN MIKROALGA SPIRULINA sp. PADA …digilib.unila.ac.id/54528/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · penelitian Utomo dkk., 2015, media limbah cair karet remah yang

68

Wulan, R.R. 2015. Kemampuan mikroalga yang dikultivasi pada limbah cair

industri karet remah dalam menghasilkan biomassa dan menurunkan

cemaran. (Skripsi). Universitas Lampung. Lampung. 60 hlm.

Yarti, N., Muhaemin, M., dan Hudaidah, S. 2014. Pengaruh Salinitas dan

Nitrogen Terhadap Kandungan Protein Total Nannochloropsis sp. e-Jurnal

Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. Universitas Lampung. Vol 2

No 2(2014): 273-278.

Zulfarina, Sayuti, I., dan Putri, H.T. 2013. Potential utilization of algae Chlorella

pyrenoidosa for rubber waste management. Prosiding Semirata FMIPA.

Universitas Riau. Riau. 511-520.