kajian jkn 2014

Embed Size (px)

Citation preview

  • JAMINAN KESEHATAN NASIONAL 2014

    SUDAH SIAPKAH BANGSAKU?!

    Apa itu Jaminan Kesehatan Nasional?

    Jaminan kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial

    Nasional (SJSN) yang akan mulai digalakkan pemerintah tahun 2014 nanti. Adapun latar

    belakang pemberlakuan sistem ini adalah menjamin seluruh rakyat Indonesia, dari golongan

    mampu ataupun tidak mampu memperoleh fasilitas jaminan sosial yang diatur oleh Negara. Hal

    ini sejalan dengan sila kelima pancasila dan pasal 28H & 34 UUD45. Pemerintah kemudian

    menyusun UU 40 tahun 2004 tentang SJSN, yang diikuti oleh peraturan-peraturan lain yang akan

    mengatur pelaksanaan SJSN athun 2014. Secara khusus, jaminan kesehatan nasional diatur pada

    perpres 12 tahun 2013.

    Sebelum pelaksanaan JKN, pemerintah telah menerapkan ASKES (Asuransi Kesehatan)

    dan JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat) sebagai program jaminan sosial kesehatan

    di negara kita. Berdasarkan survei tahun 2000, besarnya iuran sosial untuk jaminan kesehatan

    dari upah total untuk PNS adalah 2,5% dan untuk pegawai swasta 3-6%. Jumlah ini sangat

    rendah dibanding negara maju, seperti Jerman dan Amerika yang iurannya lebih dari 10% upah

    pekerja. Bahkan, kita juga kalah dengan negara tetangga kita, Singapura yang iurannya

    mencapai 6,8%. ASKES dan JAMKESMAS hanya diberikan kepada pegawai/penerima upah

    dan itupun hanya menjamin rawat inap. Sistem ini tentunya tidak adil, karena tidak memberi

    jaminan bagi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin yang bukan merupakan pekerja.

    Permasalahan sistem ini juga dikelola oleh BUMN yang mengejar keuntungan, sehingga profit

    asuransi masuk ke kas negara dengan jumlah triliunan setaiap tahunnya. Padahal, banyak

    masyarakat Indonesia yang bingung dan pasrah ketika sakit parah karena tidak mempunyai biaya

    untuk memperoleh fasilitas kesehatan yang layak. Penyakit tertentu, seperti kanker, jantung dan

    gagal ginjal juga tidak dijamin oleh sistem yang telah lama berlaku ini. Pensiunan swasta juga

    harus gigit jarii karena tidak ada jaminan kesehatan bagi mereka. Semua ini menunjukkan bahwa

    sistem yang lama ini harus diubah.

    Setelah tujuh tahun reformasi, pemerintah kita akhirnya menyadari hal ini dan membuat

    sistem baru, yaitu SJSN. ASKES, JAMSOSTEK, Taspen dan ASABRI berubah menjadi BPJS.

    BPJS merupakan badan penyelenggara jaminan soasial yang dibentuk pemerintah dengan sistem

    pengelolaan non-profit. Iuran penduduk tidak mampu dibiayai pemerintah dengan prinsip gotong

    royong. Gotong royong disini maksudnya penduudk golongan mampu akan membayar iuran

    dengan jumlah tertentu kepada pemerintah, kemudian pemerintah akan mengelola dana tersebut

    untuk digunakan sebagian bagi masyarakat tidak mampu. Risiko yang didanai meliputi sakit,

    kecelakaan kerja, pensiun, dan kematian. Dengan demikian, seharusnya dengan sistem ini 100%

  • rakyat Indonesia mulai dari masyarakat kota besar hingga desa terpencil akan menikmati fasilitas

    kesehatan yang sama.

    Jika ditelusuri defenisinya, JKN merupakan jaminan berupa perlindungan kesehtana agar

    peserta memperoleh manfaat perlindungan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

    kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang terlah membayar iuran/

    iurannya dibayar pemerintah. Kepesertaannnya bersifat wajib bagi seluruh penduduk,

    pengelolaannya bersifat non-profit dan manfaat yang diperoleh bersifat komprehensif, bukan

    sesuai dengan premi yang dibayarkan. Manfaat kesehatan yang diberikan meliputi usaha

    pencegahan (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), penyembuhan (kuratif), maupun

    pemulihan setelah sakit (rehabilitatif). Adapun prinsip penyelenggaran JKN adalah gotong

    royong, keterbukaan, peseta wajib, dana amanat, potabilitas (tetap berlaku walaupun peserta

    berpindah tempat tinggal), pengelolaan dan auntuk kepentingan peserta, akuntabilitas, nirlaba,

    dan kehati-hatian. Adapun sistem yang berlangsung adalah sebagia berikut:

    BPJS

    (Pengelola

    JKN)

    Penyedia fasilitas

    Kesehatan I

    (puskesmas dan

    dokter umum)

    Penyedia Fasilitas

    Kesehatan II (Rumah

    Sakit & dokter

    spesialis)

    Peserta JKN

    (seluruh rakyat

    Indonesia)

    Penyedia fasilitas

    kesehatan lain (Industri

    farmasi, apotek, dll)

    Dewan Jaminan Sosial

    Nasional (DJSN) Pemerintah (APBN/APBD)

    Menjamin tersedianya fasilitas kesehatan

    membiayai

    membiayai

    membiayai m

    e

    n

    g

    a

    w

    a

    s

    i

    Memberi

    pelayanan

    kesehatan

    membayar iuran

    rujukan

  • Lalu, bagaimana dengan anak dibawah umur atau kita sebagai mahasiswa yang belum

    bekerja? Tidak perlu cemas, biaya kesehatan kita juga dijamin oleh sistem ini. Jika ada anggota

    keluarga kita yang bekerja (ayah atau ibu) maka mereka berhak mendaftarkan seluruh anggota

    keluarganya (maksimal 5 orang) sebagai peserta. Jika kita sudah yatim piatu atau orangtua kita

    tidak bekerja, maka kita digolongkan sebagai PBI (penerima bantuan iuran) dimana iuran kita

    dibayar oleh pemerintah. Namun, ada syaratnya, yaitu kita tidak atau belum pernah menikah atau

    tidak mempunyai penghasilan sendiri dan masih berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun

    yang masih melanjutkan pendidikan formal. Dengan demikian, jika kita lulus sarjana pada usia

    diatas 21 tahun dan masih mencari pekerjaan (pengangguran) maka kita digolongakan sebagai

    penerima bantuan iuran.

    Hak dan kewajiban peserta antara lain:

    Hak Peserta Kewajiban Peserta

    Memperoleh identitas peserta Membayar iuran

    Memperoleh manfaat pelayanan kesehatan di

    berbagai fasilitas kesehatan yg bekerjasama

    dengan BPJS

    Melaporkan data kepesertaannya kepada BPJS

    Kesehatan dengan menunjukkan identitas

    pesertapada saat pindah domisili/pindah kerja

    Pemerintah membagi program ini menjadi dua tahap, yaitu tahap I 2014-2019, dimana

    masyarakat dan tenaga kesehatan akan melakukan adaptasi terhadpap sistem ini, dan pendaftaran

    peserta dimulai. Tahap II setelah tahun 2019, ditargetkan seluruh rakyat Indonesia telah terdaftar

    sebagai peserta.

    Apa dampak dari penerapan sistem ini?

    Jaminan sosial nasional berupa penjaminan kesehatan universal memaksa setiap warga

    untuk membayar premi asuransi, namun menjamin bahwa pelayanan kesehatan dasar akan

    terjamin tanpa perlu bayaran lagi. Dengan demikian seharusnya pelayanan kesehatan menjadi

    merata bagi setiap warga negara Indonesia. Hal itu disebabkan karena penyamarataan hak setiap

    warga negara dalam menerima layanan kesehatan. Sistem yang akan sangat berubah antara lain

    kewajiban akan keikutsertaan dalam program asuransi yang secara umum disebut universal

    health coverage atau penjaminan kesehatan universal.

    Sistem yang akan diberlakukan antara lain adalah mewajibkan premi bagi setiap warga

    negara yang perlu dibayarkan setiap bulannya, agar setiap warga negara diperbolehkan untuk

    berobat tanpa dikenakan biaya lebih lanjut. Warga yang tidak mampu untuk menanggung

    pembayaran premi, maka preminya akan ditanggung oleh pemerintah. Namun apabila layanan

    dasar tersebut dirasa kurang, misal kelas kamar opname di rumah sakit, maka untuk memperoleh

    layanan yang lebih baik tetap dapat dilakukan dengan membayar lebih.

  • Namun disisi lain premi ini mungkin menjadi beban. Biaya yang harus dibayarkan

    sebagai peserta BPJS akan lebih besar dibandingkan dengan premi asuransi ASKES. Mengingat

    warga negara memiliki kewajiban keikutsertaan, berarti memiliki juga kewajiban membayar

    premi. Selain itu seolah kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini kesehatan, bukan lagi menjadi

    tanggung jawab pemerintah. Penjaminan kesehatan yang semula tanggung jawab pemerintah

    dengan ASKES, kini menjadi tanggung jawab dari suatu badan asuransi. ASKES dijalankan oleh

    bantuan pemerintah, namun BPJS dijalankan dari premi warga negara. Seolah yang terjadi warga

    menanggung sendiri jaminan kesehatan mereka.

    Apa kelebihan dari sistem ini?

    Jelas dari kebijakan ini mengandung banyak kelebihan. Pelayanan kesehatan yang saat ini

    masih terkonsentrasi di wilayah perkotaan harus menyebar ke daerah yang lebih terpencil.

    Dengan itu, maka peran puskesmas akan semakin terasa bagi masyarakat. Puskesmas adalah

    Layanan kesehatan yang dapat menjangkau ke setiap pelosok tanah air. Sistem puskesmas

    sebagai pusat pelayanan primer akan menjadi nyata dengan menjadikan rumah sakit umum

    daerah dan rumah sakit umum rujukan hanya dapat diakses setelah dirujuk dari puskesmas.

    Rumah sakit bukan lagi suatu puskesmas besar. Selain itu, tentunya kualitas kesehatan

    masyarakat Indonesia terjamin secara merata dan adil.

    Apa kelemahan dari sistem ini?

    APBN tidak mencukupi

    Diatasi dengan meningkatkan cukai rokok, tingkatkan alokasi APBN untuk kesehatan

    Rumah Sakit merasa dirugikan

    Diatasi dengan penambahan fasilitas-fasilitas oleh pemerintah seperti penambahan klinik

    dan puskesmas

    Obat yang tidak termasuk dalam daftar obat SJSN rugi

    Diatasi dengan pemilihan obat yang benar-benar sesuai kebutuhan

    Pasien Rumah Sakit sangat meningkat

    Diatasi dengan adanya penyuluhan untuk melalui jenjang pengobatan (klinik, puskesmas,

    rumah sakit)

    Ladang Korupsi

    Dibutuhkan peran serta KPK

  • Sudah siapkah?

    Keberanian pemerintah untuk menyelenggarakan sistem ini patut diacungi

    jempol. Indonesia memiliki wilayah yang luas, penduduk yang beragam latar belakang

    dengan jumlah yang besar, dan kondisi geografis yang bervariasi, maka kendala pasti

    akan selalu ada. Namun, kita sebagai masyarakat tidak perlu pesimis, melainkan

    berpartisipasi aktif mendukung keberjalanan sistem ini. Jika kita sudah mengetahuinya

    sekarang, mari kita beritahu kepada keluarga, teman atau tetangga kita. Kita bantu

    pemerintah dalam mensosialisasikan program ini sambil terus mengawasi

    keberjalanannya. Jika pemerintah sudah siap, apakah masyarakatnya juga siap tentu

    bergantung dari sikap masyarakat itu sendiri..

    Berkaca dari kasus yang terjadi di Amerika, dimana dibutuhkan anggaran yang

    cukup besar untuk penyelenggaraan Obamacare, program jaminan kesehatan masyarakat

    Amerika, maka kita perlu waspada agar hal serupa tidak terjadi. Jangan sampai terjadi

    kebobolan APBN dan APBD karena tidak mampu membiayai sistem ini. Maka dari itu,

    usaha preventif dan promotif tentunya harus lebih diutamakan dibandingkan usaha kuratif

    yang tentunya akan menghabiskan biaya lebih besar. Pembangunan fasilitas kesehatan di

    seluruh daerah terpencil juga sangat penting. Karena itu, manajemen yang baik dan tepat

    sasaran sangat penting dalam hal ini. Dan, kita harus optimis ini target ini bisa tercapai

    baik ditahun 2014 maupun 2019 mendatang. Sesuai slogan JKN 2014, Untuk Indonesia

    yang lebih sehat.

    Penulis:

    Divisi Kajian Strategis HMF Ars Praeparandi ITB 2012/2013