24
1 Parallel Session IIID : Trade III (Growth & FDI) 13 Desember 2007, Jam 09.00-11.30 Wisma Makara, Kampus UI – Depok KAJIAN HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI, PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN FOREIGN DIRECT INVESTMENT Josef Krisharianto Departemen Perdagangan Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi - FEUI Djoni Hartono Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Paper ini bertujuan untuk melihat pola hubungan antara pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional dan foreign direct investment (FDI) di Indonesia. Pola hubungan antara ketiganya menjadi penting, mengingat bahwa Indonesia setelah keterpurukan ekonominya berusaha bangkit untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal. Dengan diketahuinya pola hubungan tersebut maka akan didapatkan masukan bagi penentuan strategi kebijakan yang akan di ambil untuk pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Di dalam konteks perekonomian yang terbuka, perdagangan internasional, dalam hal ini adalah ekspor dan impor, dan aliran dana antar negara menjadi sesuatu yang tidak dapat dinafikan perannya dalam pemberian kontribusi bagi pertumbuhan. Bagi Indonesia, strategi export promotion telah dipilih dan dimulai pada awal tahun 1980-an, sedangkan untuk investasi, yang dalam tesis ini lebih ditekankan pada foreign direct investment, pada beberapa tahun terakhir ini menjadi prioritas penting. Hal ini dapat dilihat dengan adanya berbagai kebijakan mengenai investasi dan telah disahkannya undang-undang tentang penanaman modal. Teknik analisa yang digunakan dalam tesis ini adalah dengan menggunakan ekonometrika. Secara lebih terinci, teknik yang digunakan adalah dengan Vector autoregression (VAR) dan atau Vector Error Correction Model (VECM) dan Granger Causality. Dengan teknik atau metode ini, akan dapat dilihat bagaimana pola hubungan antara variabel pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional dan FDI. Bentuk pola hubungan ini akan bersifat kausalitas dengan pola satu arah, dua arah atau tidak ada kausalitas. Pola hubungan yang dimaksud adalah, pertama apakah hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor bersifat export led growth (ELG) atau growth driven export (GDE); kedua, apakah pertumbuhan ekonomi menyebabkan impor atau sebaliknya; ketiga, bagaimana pola hubungan antara FDI dengan perdagangan internasional; keempat, apakah FDI menyebabkan pertumbuhan. Selain itu juga akan dilihat bagaimana respon dan kemampuan suatu variabel memberikan penjelasan terhadap variabel lainnya. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi adalah bi-directional causation yaitu growth driven export dan export led growth; antara FDI dan perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi adalah bahwa pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional menyebabkan atau mempengaruhi FDI, hal ini menunjukkan bahwa dari sisi ekonomi peningkatan FDI ke Indonesia sangat dimungkinkan; untuk impor dan pertumbuhan ekonomi hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi menyebabkan impor.

Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

1

Parallel Session IIID : Trade III (Growth & FDI) 13 Desember 2007, Jam 09.00-11.30 Wisma Makara, Kampus UI – Depok

KAJIAN HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI, PERDAGANGAN INTERNASIONAL

DAN FOREIGN DIRECT INVESTMENT

Josef Krisharianto Departemen Perdagangan

Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi - FEUI

Djoni Hartono Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Paper ini bertujuan untuk melihat pola hubungan antara pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional dan foreign direct investment (FDI) di Indonesia. Pola hubungan antara ketiganya menjadi penting, mengingat bahwa Indonesia setelah keterpurukan ekonominya berusaha bangkit untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal. Dengan diketahuinya pola hubungan tersebut maka akan didapatkan masukan bagi penentuan strategi kebijakan yang akan di ambil untuk pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.

Di dalam konteks perekonomian yang terbuka, perdagangan internasional, dalam hal ini adalah ekspor dan impor, dan aliran dana antar negara menjadi sesuatu yang tidak dapat dinafikan perannya dalam pemberian kontribusi bagi pertumbuhan. Bagi Indonesia, strategi export promotion telah dipilih dan dimulai pada awal tahun 1980-an, sedangkan untuk investasi, yang dalam tesis ini lebih ditekankan pada foreign direct investment, pada beberapa tahun terakhir ini menjadi prioritas penting. Hal ini dapat dilihat dengan adanya berbagai kebijakan mengenai investasi dan telah disahkannya undang-undang tentang penanaman modal.

Teknik analisa yang digunakan dalam tesis ini adalah dengan menggunakan ekonometrika. Secara lebih terinci, teknik yang digunakan adalah dengan Vector autoregression (VAR) dan atau Vector Error Correction Model (VECM) dan Granger Causality. Dengan teknik atau metode ini, akan dapat dilihat bagaimana pola hubungan antara variabel pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional dan FDI. Bentuk pola hubungan ini akan bersifat kausalitas dengan pola satu arah, dua arah atau tidak ada kausalitas. Pola hubungan yang dimaksud adalah, pertama apakah hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor bersifat export led growth (ELG) atau growth driven export (GDE); kedua, apakah pertumbuhan ekonomi menyebabkan impor atau sebaliknya; ketiga, bagaimana pola hubungan antara FDI dengan perdagangan internasional; keempat, apakah FDI menyebabkan pertumbuhan. Selain itu juga akan dilihat bagaimana respon dan kemampuan suatu variabel memberikan penjelasan terhadap variabel lainnya.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi adalah bi-directional causation yaitu growth driven export dan export led growth; antara FDI dan perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi adalah bahwa pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional menyebabkan atau mempengaruhi FDI, hal ini menunjukkan bahwa dari sisi ekonomi peningkatan FDI ke Indonesia sangat dimungkinkan; untuk impor dan pertumbuhan ekonomi hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi menyebabkan impor.

Page 2: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

2

Klasifikasi JEL : F17, F29, F43 Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional, FDI, Granger Causality,

VAR / VECM I . PENDAHULUAN

Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada juga wacana lain mengenai pengangguran, inflasi atau kenaikan harga barang-barang secara bersamaan, kemiskinan, pemerataan pendapatan dan lain sebagainya. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau pencapaian perekonomian bangsa tersebut, meskipun tidak bisa dinafikan ukuran-ukuran yang lain. Wijono (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan pembangunan.

Bagi sebuah bangsa atau negara, pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi seperti yang direncanakan atau diperkirakan, keberhasilan mengurangi angka pengangguran dan menciptakan stabilisasi inflasi merupakan suatu ukuran keberhasilan kebijakan dalam perekonomian negara tersebut. Oleh karena hal tersebut, maka negara-negara berusaha untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal dengan cara melakukan berbagai kebijakan dalam perekonomian. Dalam rangka pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang diinginkan tentunya akan ada sektor-sektor yang akan menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi.

Ada beberapa hal atau komponen pembentuk Gross Domestic Product (GDP) yang dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi atau peningkatan GDP. Oleh karena itu kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah suatu negara tentunya diupayakan untuk menciptakan situasi dan kondisi yang mampu membuat beberapa hal atau komponen, yang diyakini dapat menjadi motor penggerak bagi peningkatan GDP, mencapai kondisi optimal sehingga pertumbuhan ekonomi yang diinginkan dapat dicapai.

Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah perdagangan internasional. Salvatore menyatakan bahwa perdagangan dapat menjadi mesin bagi pertumbuhan ( trade as engine of growth, Salvatore, 2004). Jika aktifitas perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan. Tambunan (2005) menyatakan pada awal tahun 1980-an Indonesia menetapkan kebijakan yang berupa export promotion. Dengan demikian, kebijakan tersebut menjadikan ekspor sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan.

Ketika perdagangan internasional menjadi pokok bahasan, tentunya perpindahan modal antar negara menjadi bagian yang penting juga untuk dipelajari. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Vernon, perpindahan modal khususnya untuk investasi langsung, diawali dengan adanya perdagangan internasional (Appleyard, 2004). Ketika terjadi perdagangan internasional yang berupa ekspor dan impor, akan memunculkan kemungkinan untuk memindahkan tempat produksi. Peningkatan ukuran pasar yang semakin besar yang ditandai dengan peningkatan impor suatu jenis barang pada suatu negara, akan memunculkan kemungkinan untuk memproduksi barang tersebut di negara importir. Kemungkinan itu didasarkan dengan melihat perbandingan antara biaya produksi di negara eksportir ditambah dengan biaya transportasi dengan biaya yang muncul jika barang tersebut diproduksi di negara importir. Jika biaya produksi di negara eksportir ditambah biaya transportasi lebih besar dari biaya produksi di negara importir, maka investor akan memindahkan lokasi produksinya di negara importir (Appleyard, 2004). Perpindahan lokasi produksi ini akan berkaitan dengan foreign direct investment yang terjadi di negara importir.

Page 3: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

3

Untuk Indonesia, terdapat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional dan foreign direct investment (FDI). Jika mempelajari mengenai ketiga hal tersebut maka permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan GDP, perdagangan internasional dan FDI juga harus dipelajari. Dengan demikian diharapkan ada solusi yang konkrit untuk mengatasi permasalahan yang ada.

Permasalahan yang berkaitan dengan GDP Indonesia dapat diawali dengan mencermati pembentukan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia dari tahun ke tahun. Dari pencermatan yang dilakukan dapat dilihat bagaimana peran ekspor yang dijadikan sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan mengalami peningkatan dalam kontribusinya pada pertumbuhan. Pada tahun 2005, peran kontribusi ekspor pada pembentukan GDP mencapai persentase sebesar 42,24 %. Tetapi nilai ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan porsi konsumsi rumah tangga pada pembentukan GDP. Konsumsi rumah tangga yang menempati urutan pertama dalam pembentukan GDP pada tahun 2005, mempunyai persentase sebesar 59,66%. Dengan demikian, ekspor menempati urutan kedua pada pembentukan GDP Indonesia, khususnya untuk tahun 2005.

ADB (2005) menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2002 sampai dengan 2004 sebesar 3-4%. Di mana pertumbuhan ini sebagian besar didorong oleh kenaikan permintaan dan tidak menciptakan lapangan kerja yang baru. Tingkat pertumbuhan yang rendah ini juga tidak dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi angka kemiskinan. Jika Indonesia mencanangkan tingkat pertumbuhan sebesar 7%, maka Indonesia akan menghadapi tantangan yang berat. Salah satu kunci untuk mencapai tingkat pertumbuhan tersebut dengan memperbaiki iklim investasi.

Bank Indonesia juga menyatakan bahwa daya saing dunia usaha Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara di Asia (BI, 2006). Dampak dari daya saing yang rendah ini berupa tidak kondusifnya iklim investasi di Indonesia. Dengan demikian minat penanaman modal di Indonesia menjadi berkurang. Penanaman modal, oleh Indonesia diharapkan dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja, karena dapat menciptakan lapangan kerja baru.

Bank Indonesia (2006) mencatat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan iklim investasi di Indonesia. Meskipun beberapa permasalahan bersifat non-ekonomi, tetapi dapat berdampak pada tingkat efisiensi usaha. Permasalahan tersebut antara lain pertama, efisiensi birokrasi. Survey yang dilakukan Bank Indonesia (BI) mengindikasikan bahwa efisiensi birokrasi dalam mendukung peningkatan investasi di Indonesia masih relatif rendah. Hal ini terkait dengan pungutan tak resmi, kegiatan memulai usaha, dan perijinan yang banyak mengakibatkan terjadinya biaya tinggi. Kedua, regulasi ketenagakerjaan dan kepailitan. Dari sisi regulasi ketenagakerjaan, kendala banyak berkaitan dengan tingginya risiko pemutusan hubungan kerja. Risiko pemutusan hubungan kerja ini juga mencakup risiko konflik yang terjadi antara pengusaha dan buruh yang dapat meningkatkan biaya penanaman modal. Ketiga, permasalahan perpajakan. Permasalahan perpajakan yang ada di Indonesia berpotensi meningkatkan biaya produksi. permasalahan ini lebih terkait dengan aktifitas perdagangan internasional, yaitu berupa permasalahan tarif dan non tarif dan hal ini secara dominan akan mempengaruhi ekspansi produksi. Keempat, adalah kesiapan infrastruktur. Bank Indonesia menyatakan bahwa kesiapan infrastruktur belum cukup mengimbangi ekspansi perekonomian yang sedang terjadi.

Dari sisi ekspor, dapat dilihat bahwa ekspor Indonesia mengalami peningkatan yang cukup mengesankan. Peningkatan ekspor ini ternyata merupakan peningkatan dari sisi nilai. Nilai ekspor Indonesia mengalami peningkatan tetapi tidak dengan volumenya (BI, 2005). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kapasitas produksi dari barang dan jasa untuk ekspor tidak mengalami peningkatan yang cukup berarti. Hal yang seharusnya mendapatkan perhatian adalah peningkatan

Page 4: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

4

ekspor, baik barang atau jasa, dari sisi peningkatan volumenya. Dengan peningkatan volume ekspor diharapkan dapat memberikan dampak yang lebih baik bagi kondisi perekonomian Indonesia.

Permasalahan lain yang muncul pada ekspor Indonesia adalah penurunan term of trade (TOT). Bank Indonesia menyatakan bahwa TOT barang ekspor Indonesia mengalami penurunan (BI, 2006). Penurunan TOT ini terjadi pada barang-barang ekspor non migas Indonesia. Sementara itu, United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD, 2002) menyatakan bahwa TOT Indonesia mengalami penurunan sebesar 46% pada tahun 2000 jika dibandingkan dengan TOT Indonesia pada tahun 1980. Jika TOT Indonesia pada tahun 2000 dibandingkan dengan TOT Indonesia pada tahun 1997, maka terjadi penurunan sebesar 5%.

TOT merupakan salah satu indikator dari daya saing barang ekspor (BI, 2006). Dengan terjadinya penurunan TOT terutama untuk barang ekspor non migas, menunjukkan bahwa daya saing barang-barang ekspor Indonesia mengalami penurunan. Penurunan daya saing ini pada akhirnya akan berdampak pada ekspor Indonesia.

Sementara itu, permasalahan yang muncul dari sisi impor Indonesia ada pada struktur impor Indonesia. Struktur impor Indonesia menunjukkan bahwa impor Indonesia didominasi oleh impor bahan baku dan penolong. Struktur impor seperti ini menunjukkan bahwa industri pendukung di Indonesia belum berkembang (Tambunan, 2006). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa industri di Indonesia masih sangat tergantung pada industri luar negeri, utamanya untuk penyediaan bahan baku dan penolong bagi industri di Indonesia.

Melihat dan mencermati berbagai permasalahan yang ada menunjukkan bahwa ada persoalan-persoalan yang harus diselesaikan untuk dapat memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia. Oleh karena pemahaman yang baik mengenai hubungan antar faktor-faktor yang diduga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi sendiri menjadi sangat penting.

Dalam upayanya memperbaiki kinerja perekonomian, Indonesia sebagai sebuah negara yang berdaulat, baik dalam konteks politik maupun ekonomi memerlukan jawaban mengenai pola hubungan antara pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional dan foreign direct investment. Jawaban dari pertanyaan ini menjadi penting mengingat bahwa setelah didera krisis yang cukup parah pada tahun 1997-1998, Indonesia berusaha bangkit untuk memulihkan kondisi perekonomian Indonesia. Pilihan kebijakan yang tepat akan memberikan akselerasi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Sumber: BI

Gambar 1 Term Of Trade

Page 5: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

5

Paper ini diupayakan untuk mencari jawab atas pertanyaan di atas. Dengan melakukan penelitian atau mencermati perilaku-perilaku dari pertumbuhan ekonomi dan faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada pertumbuhan ekonomi, diharapkan dapat dilihat bagaimana pola hubungan tersebut. Dengan dapat didefinisikannya pola hubungan itu, maka diharapkan akan ada kebijakan yang tepat yang dapat memberikan kondisi cukup bagi pencapaian tingkat pertumbuhan yang diinginkan.

II. STUDI LITERATUR

Pola hubungan antara pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional dan foreign direct investment ternyata merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Berbagai penelitian mengenai hal ini telah dilakukan di berbagai negara dan oleh banyak peneliti. Bagian ini akan memberikan gambaran hasil mengenai penelitian yang sudah dilakukan mengenai pola hubungan tersebut. Penelitian tersebut dilakukan oleh (i) Borenztein, Gregorio, Lee (1995), (ii) Henriques dan Sadorsky (1996), (iii) Khrisna, Ataman dan Swanson (1998), (iv) Konya (2000), (v) Carlin dan Mayer (2002), (vi) Effendi dan Sumantri (2003) dan (vii) Abou-Stait (2005). Secara ringkas, metode, variabel dan hasil dari penelitian tersebut sebagai berikut :

Pertama, Borenzstein, Gregorio, Lee pada tahun 1995 mengadakan penelitian dengan menggunakan model panel data tentang bagaimana FDI dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Dengan menggunakan variabel seperti FDI yang diukur sebagai proporsi dari GDP, GDP, pengeluaran pemerintah, human capital stock, mereka mendapatkan hasil bahwa FDI mempunyai dampak yang positif pada pertumbuhan ekonomi meskipun dampak tersebut tergantung pada human capital stock yang terdapat pada negara tujuan investasi.

Kedua, Henriques dan Sadorsky mengadakan penelitian pada tahun 1996 dengan menggunakan Vector Autoregression (VAR) sebagai alat analisa untuk melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara ekspor riil Canada, GDP riil Canada dan term of trade riil Canada. Dan sebagai hasilnya ekspor riil, GDP riil dan term of trade riil terkointegrasi dalam jangka panjang. Kedua, untuk kasus Canada, GDP causes export. Ketiga, Khrisna, Ataman dan Swanson melakukan penelitian pada tahun 1998, mengadakan penelitian mengenai kausalitas antara income, ekspor, impor dan investasi di 25 negara berkembang. Dengan menggunakan panel-VAR, penelitian tersebut menghasilkan bahwa sekitar 70% dari negara yang diteliti mempunyai hubungan kausalitas yang bersifat uni-directional causality.

Keempat, Konya, Laszlo melakukan penelitian pada tahun 2000 pada negara-negara anggota OECD untuk melihat hubungan antara ekspor riil dan GDP riil. Dengan menggunakan Granger causalities sebagai alat analisa didapatkan berbagai bentuk kausalitas. Pertama adalah apa yang disebut no causalities antara ekspor riil dan GDP riil yang terdapat pada negara-negara seperti Belanda, Perancis dan Yunani. Kedua, terdapat juga hasil bahwa export causes growth, yang terdapat pada negara-negara seperti Belgia, Australia, Denmark, Irlandia, Spanyol dan Swiss. Ketiga, growth causes export yang terdapat pada negara-negara seperti Canada, Jepang, Finlandia dan Korea. Bentuk kausalitas yang terakhir adalah two way causalities untuk negara-negara seperti Swedia dan Luxemburg. Kelima, Carlin dan Mayer, tahun 2002, mengadakan penelitian mengenai hubungan antara struktur kelembagaan di beberapa negara anggota OECD dengan pertumbuhan dan investasi dari 27 jenis industri di berbagai negara tersebut selama tahun 1970 sampai dengan 1995. hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah bahwa struktur sistem keuangan, karakteristik industri serta investasi mempunyai hubungan yang kuat dan saling mempengaruhi.

Page 6: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

6

Keenam, Effendi dan Sumantri pada tahun 2003 mengadakan penelitian dengan menggunakan panel data mengadakan penelitian mengenai hubungan antara foreign direct investment dan pertumbuhan ekonomi regional. Data yang digunakan adalah data dari propinsi-propinsi yang ada di Indonesia dan sebagai hasilnya didapatkan bahwa secara umum, FDI mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan dalam jangka pendek tetapi tidak dalam jangka panjang.. Ketujuh, Abou-Stait, Fouad, pada tahun 2005 mengadakan penelitian mengenai paradigma export led growth (ELG) untuk Mesir. Variabel yang digunakan Abou-Stait dalam penelitiannya adalah real gross domestic product, real GDP without export, net export, real export, real import, real gross capital formation. Metodologi yang digunakan adalah dengan menggunakan Granger causality dan vector auto regression (VAR). Dari penelitiannya Abou-Stait menyimpulkan bahwa ekspor Mesir Granger cause pertumbuhan GDP Mesir dan tidak terdapat kausalitas Granger antara ekspor dan capital formation. Hasil yang diperoleh dari impulse res[onse functions (IRF) menunjukkan bahwa GDP memberikan respon positif pada perubahan ekspor.

Tabel berikut akan memberikan ringkasan mengenai studi terdahulu yang berkaitan dengan topik bahasan dalam tesis.

Page 7: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

7

Tabel 1 Ringkasan Studi Terdahulu NO PENELITI TAHUN VARIABEL TUJUAN PENELITIAN METODE HASIL

1 Borenzstein, Gregorio, Lee

1995 FDI, GDP, Human Capital Stock, Pengeluaran Pemerintah

Mengetahui efek dari FDI pada pertumbuhan ekonomi pada 69 negara berkembang

Panel data FDI merupakan kendaraan penting untuk transfer teknologi; kontribusi FDI pada pertumbuhan ekonomi lebih besar dari pada investasi domestik; efek positif dari FDI tergantung pada Human Capital Stocks

2 Henriques, Sadorsky

1996 Ekspor riil, term of trade, GDP Canada

Membuktikan Export Led Growth di Canada

VAR Growth driven export

3 Khrisna, Ataman, Swanson

1998 Ekspor, impor, investasi, income

Meneliti kausalitas di 25 negara berkembang

Panel, VAR, Granger Causalities

16 dari 25 negara bersifat unidirectional; 9 negara bersifat bidirectional a.l Bolivia, Chile, Ghana dll

4 Carlin dan Mayer

2002 Struktur kelembagaan, pertumbuhan, investasi

mempelajari hubungan antara struktur kelembagaan, pertumbuhan dan investasi

Panel struktur sistem keuangan, karakteristik industri dan investasi mempunyai hubungan yang kuat dan saling mempengaruhi

5 Konya 2000 ekspor, GDP melihat kausalitas antara GDP dan ekspor di negara anggota OECD

Granger causalities

NC pada negara Belanda, Perancis, Yunani; ELG pada negara Belgia, Australia, Denmark, dll; GDE pada negara Canada, Jepang, Finlandia; bidirectional pada negara Swedia dan Luxemburg

6 Effendi, Sumantri

2003 GDP regional, FDI, Human Capital

melihat hubungan antara pertumbuhan regional dan FDI

Panel data Secara umum, FDI mempunyai pengaruh positif dan signifikan dalam jangka pendek tetapi tidak menunjukkan hasil yang sama dalam jangka panjang

Page 8: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

8

7 Abou-Stait 2005 real gross domestic product, real GDP without export, net export, real export, real import, real gross capital formation

Membuktikan Export Led Growth di Mesir

Granger causalities, VAR

ekspor Mesir Granger cause pertumbuhan GDP Mesir dan tidak terdapat kausalitas Granger antara ekspor dan capital formation. Hasil yang diperoleh dari impulse response functions (IRF) menunjukkan bahwa GDP memberikan respon positif pada perubahan ekspor.

Page 9: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

9

Dalam paper ini yang akan dipelajari adalah pola hubungan antara GDP Indonesia, ekspor, impor dan FDI. Pada beberapa penelitian sebelumnya, variabel yang menggambarkan investasi, selain investasi itu sendiri juga gross capital formation dan lain sebagainya. Hal yang berbeda dalam kaitannya dengan investasi, dalam paper ini lebih memfokuskan pada variabel FDI yang masuk ke Indonesia. Dasar pemikirannya, sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, FDI dapat terjadi sebagai dampak dari adanya perdagangan internasional.

III. METODOLOGI

Model yang digunakan untuk menganalisa pola hubungan antara variabel-variabel dalam

paper ini mengacu pada model yang digunakan oleh Khrisna, Ataman dan Swanson dalam meneliti pola hubungan kausalitas dari income, export, import dan investasi pada 25 negara berkembang (Khrisna.et.al, 1998). Untuk penulisan paper ini, maka variabel yang digunakan adalah GDP Indonesia, ekspor Indonesia, impor Indonesia, foreign direct investment (FDI) ke Indonesia, dan sebagai proksi dari kondisi perekonomian global digunakan variabel GDP Amerika Serikat. Sehingga model yang akan dipergunakan mempunyai bentuk sebagai berikut: :

tntnt eXX ++= −ββ 0 ( 1) Di mana Xt adalah elemen vektor dari ( GDP Indonesia, Ekspor Indonesia, Impor

Indonesia, FDI Indonesia, GDP Amerika Serikat), adalah vektor konstanta n x 1. n adalah koefisien dari Xt dan n adalah panjang lag. Sedangkan et adalah vektor dari shock masing-masing variabel.

Penelitian yang dilakukan akan menggunakan dua metode, yaitu Granger Causality dan Vector Autoregressions (VAR) atau Vector Error Correction Model (VECM). Metode yang pertama dipergunakan untuk melihat kausalitas hubungan antar variabel yang diteliti, dan metode yang kedua dipergunakan untuk melihat respon dan kemampuan memberikan penjelasan dari suatu variabel pada variabel lainnya.

Penggunaan metode VAR ini didasari bahwa sebuah variabel bukan saja dapat berlaku sebagai variabel endogen tetapi juga dapat berlaku sebagai variabel eksogen. Hal ini dapat terjadi karena dengan menggunakan pendekatan struktural atas pemodelan persamaan simultan biasanya menerapkan teori ekonomi di dalam usahanya untuk mendeskripsikan hubungan antar variabel yang ingin diuji, akan tetapi sering ditemukan bahwa teori ekonomi saja ternyata tidak cukup kaya di dalam menyediakan spesifikasi yang ketat dan tepat atas hubungan dinamis antar variabel. Terkadang proses estimasi dan inferensi bahkan menjadi lebih rumit karena keberadaan variabel endogen di kedua sisi persamaan (endogenitas variabel di sisi dependen dan independen). Metode VAR yang pertama kali dikemukakan oleh Sims (1980) yang kemudian muncul sebagai jalan keluar atas permasalahan ini melalui pendekatan non-struktural.

Dengan menggunakan model estimasi yang lain, dapat dilihat bahwa suatu variabel dianggap hanya sebagai variabel independen atau sebagai variabel eksogen dan atau hanya sebagai variabel endogen saja. Namun pada kenyataannya suatu variabel tersebut dapat bertindak sebagai endogen atau eksogen dari suatu variabel yang lainnya.

Untuk metode kedua, prosedur estimasi yang akan dilakukan selain untuk mendapatkan hasil akhir berupa Impulse Respons Fuction (IRF) dan Variance Decomposition, akan dilakukan juga untuk mengetahui apakah estimasi yang dilakukan akan menggunkan VAR in level atau dengan menggunakan VECM. Untuk dapat mengetahui apakah estimasi yang dilakukan akan menggunkan metode VAR atau VECM, akan dilakukan terlebih dahulu uji stasioneritas data dan selanjutnya uji kointegrasi dengan metode Johansen.

Dari hasil uji stasioneritas dan kointegrasi dapat menjadi alat untuk menentukan apakah estimasi akan dilakukan dengan VAR in level atau dengan menggunakan vector error corretion model (VECM). Jika dari hasil uji stasioneritas data dan kointegrasi menunjukkan bahwa data tidak

Page 10: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

10

stasioner tetapi terkointegrasi, maka metode yang digunakan adalah VECM. VECM merupakan bentuk VAR yang terestriksi. Restriksi tambahan ini harus diberikan

karena keberadaan bentuk data yang tidak stasioner namun terkointegrasi. VECM kemudian memanfaatkan informasi restriksi kointegrasi tersebut ke dalam spesifikasinya. Karena itulah VECM sering disebut sebagai desain VAR bagi series nonstasioner yang memiliki hubungan kointegrasi.

Spesifikasi VECM merestriksi hubungan jangka panjang variabel-variabel endogen agar konvergen ke dalam hubungan kointegrasinya, namun tetap membiarkan keberadaan dinamisasi jangka pendek. Istilah kointegrasi dikenal juga sebagai istilah error, karena deviasi terhadap ekuilibium jangka panjang dikoreksi secara bertahap melalui series parsial penyesuaian jangka pendek.

Granger mendefinisikan jika beberapa variabel yang secara individual dipengaruhi oleh permanent shocks sehingga terintegrasi tetapi mempunyai linear kombinasi sehingga terjadi mean reversion, dimana mean reversion ini dipengaruhi oleh transitory shocks, maka terjadi kointegrasi antara variabel-variabel tersebut. Granger kemudian menunjukkannya dalam Granger Representaition Theorm yang menyatakan bahwa variabel-variabel yang secara individual di pengaruhi oleh permanent shocks akan terkointegrasi jika dan hanya jika ada vector error correction dari series data-data tersebut (Hoffman et.al, 1997).

Hoffman & Rasche (1997) menyatakan ada beberapa asumsi yang diperlukan sehubungan dengan permanent shocks dan transitory shocks. Asumsi pertama adalah dari dua tipe yang berbeda dari kedua jenis shocks ini, diasumsikan bahwa keduanya tidak memiliki ketergantungan satu sama lain. Asumsi kedua adalah permanent dan transitory shocks tidak saling berkorelasi. Yang ketiga, diasumsikan bahwa permanent shocks adalah random walk.

Persamaan VECM untuk Xt adalah

∑=

−− +∆Γ++=∆k

jtjtjtt XXX

11' εαβµ (2)

di mana j adalah koefisien matrik n x n, adalah vektor konstanta n x 1 dimana di dalamnya terdapat komponen deterministik dari sistem tersebut. adalah matrik n x r dan r adalah jumlah kombinasi linear dari Xt yang dipengaruhi hanya oleh transitory shocks. 'Xt-1 adalah error correction term matrik, sedangkan adalah koefisien error correction.

IV. DATA

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari World Bank dalam World Development Indicator, Pusat Data Departemen Perdagangan dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Periode amatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1990:1-2006:4. Jadi data yang digunakan dalam bentuk time series.

Tabel 2 Sumber Data dan Pengumpulan Data

Page 11: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

11

DATA SATUAN SUMBER DATA PENGUMPULAN DATA Gross Domestic Product (GDP) Indonesia (Yind)

Juta $US World Bank Tidak Langsung

Ekspor Indonesia (Xp) Juta kg Pusdata Departemen Perdagangan

Tidak Langsung

Impor Indonesia (Mp) Juta kg Pusdata Departemen Perdagangan

Tidak Langsung

Foreign Direct Investment (FDI)

Juta $US BKPM Tidak Langsung

Gross Domestic Product Amerika Serikat (Yus)

Juta $US World Bank Tidak Langsung

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan memberikan gambaran atau jawaban atas pertanyaan penelitian

pada bagian sebelumnya sesuai dengan hasil pengolahan data. Pengolahan data dimaksud dilakukan dengan software E-Views.

V.1 Uji Kausalitas Granger

Telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa uji kausalitas Granger ini bertujuan untuk melihat bagaimana pola hubungan antar variabel. Sesuai dengan pertanyaan penelitian dalam tesis ini maka pola hubungan yang dianalisa dibatasi pada pola hubungan antara pertumbuhan ekonomi yang dinotasikan dengan GDP, perdagangan internasional, yaitu ekspor dan impor, serta foreign direct investment (FDI).

Tabel 3 berikut merangkum pola hubungan antar variabel dimaksud (hasil selengkapnya terdapat pada lampiran ). Hasil uji kausalitas Granger untuk variabel GDP dan ekspor menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya bersifat dua arah yaitu bahwa GDP Granger cause ekspor atau Growth driven export (GDE) dan ekspor Granger cause GDP atau export led growth (ELG).

Secara teori, fenomena ini dapat dijelaskan sebagai berikut: yang pertama, dari sisi produksi, ketika pertumbuhan ekonomi suatu negara mengalami peningkatan, maka kemampuan negara tersebut untuk memproduksi berbagai kombinasi jenis barang, yang direpresentasikan dengan production possibilities frontier (PPF), meningkat.

Tabel. 3

Rangkuman Hasil Uji Kausalitas Granger

Null Hypothesis: F-Statistic Probability Keterangan

Export does not Granger Cause GDP 5,66618 0,02049 H0 ditolak Hubungan 2 arah GDP does not Granger Cause Export 7,38945 0,00856 H0 ditolak Import does not Granger Cause GDP 1,76591 0,18892 H0 diterima Hubungan 1 arah

dari GDP ke Impor GDP does not Granger Cause Import 17,5414 9,40E-05 H0 ditolak

FDI does not Granger Cause GDP 0,00031 0,98594 H0 diterima Hubungan 1 arah

Page 12: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

12

GDP does not Granger Cause FDI 12,0519 0,00093 H0 ditolak dari GDP ke FDI FDI does not Granger Cause Export 0,03999 0,84218 H0 diterima Hubungan 1 arah

dari ekspor ke FDI Export does not Granger Cause FDI 18,3009 6,90E-05 H0 ditolak

FDI does not Granger Cause Import 2,71065 0,10491 H0 diterima Hubungan 1 arah

dari Impor ke FDI Import does not Granger Cause FDI 11,2112 0,00141 H0 ditolak Sumber : Lampiran

Peningkatan PPF ini menimbulkan berbagai kemungkinan kombinasi produksi yang baru. Jika kombinasi produksi, diasumsikan hanya ada dua jenis barang yaitu barang ekspor dan barang impor, maka pilihan kombinasi tersebut akan berpengaruh pada produksi kedua jenis barang tersebut. Jika pilihan kombinasinya adalah peningkatan produksi barang ekspor relatif lebih besar dibandingkan barang impor, maka ini disebut protrade production effect. Dari hasil pengujian kausalitas Granger, dimungkinkan bahwa pilihan produksi di Indonesia berorientasi ekspor dan digolongkan pada protrade production effect.

Kedua, dari sisi konsumsi, ketika pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat ditingkatkan, maka negara tersebut mempunyai pilihan untuk melakukan kombinasi konsumsi bagi barang-barang yang ada di negara tersebut. Dengan asumsi, bahwa hanya ada dua jenis barang, maka ketika pilihan konsumsinya adalah konsumsi barang impor lebih besar, secara relatif, dibandingkan dengan barang ekspor, maka efek ini disebut protrade consumption effect. Sehingga dapat dijelaskan secara teori, fenomena growth driven export untuk Indonesia dari sisi konsumsi adalah protrade consumption effect.

Fenomena export led growth dimungkinkan terjadi karena melihat kontribusi ekspor yang meningkat dari tahun ke tahun pada pembentukan GDP. Hal kedua yang mungkin bisa menjelaskan hal tersebut berkaitan dengan kebijakan export promotion. Tampaknya kebijakan ini memberikan hasil yang menunjukkan bahwa ekspor dapat dijadikan sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Uji kausalitas Granger yang kedua adalah variabel GDP dan impor Indonesia. Hasilnya adalah terjadi hubungan satu arah dari GDP ke impor atau GDP Granger cause impor. Fenomena ini dapat dijelaskan sebagai berikut, ketika terjadi kenaikan output di negara lain, akan terjadi kenaikan permintaan barang di luar negeri. Kenaikan permintaan ini akan direspon oleh produksi dalam negeri. Mekanisme transmisinya jelas yaitu : peningkatan output luar negeri menyebabkan meningkatnya ekspor barang domestik (Blanchard, 2003 ). Jika penjelasan tadi digunakan untuk Indonesia, maka Indonesia dapat dianggap sebagai negara asing, dan negara lain sebagai domestic country. Hal ini berarti, jika output Indonesia meningkat, maka permintaan barang luar negeri atau impor juga akan meningkat.

Sementara itu hubungan antara FDI dengan variabel lain seperti GDP, ekspor dan impor memberikan hasil yang sama, yaitu bahwa hubungan yang terjadi adalah hubungan satu arah dari GDP, ekspor dan impor ke FDI. Untuk fenomena bahwa GDP Indonesia Granger cause FDI dapat dijelaskan berdasarkan determinan FDI sebagaimana dinyatakan oleh Appleyard (Appleyard, et.al, 2006). Dua hal yang dikemukakan oleh Appleyard mengenai determinan FDI yang berkaitan dengan GDP adalah pertumbuhan total GDP dan GDP per kapita. Appleyard menyatakan semakin tinggi GDP per kapita mengindikasikan semakin besarnya kemampuan untuk membeli dan mengkonsumsi barang. Melihat data pertumbuhan GDP perkapita Indonesia, tercatat bahwa pada tahun 2003 GDP per kapita Indonesia sebesar Rp. 7.391.000,- dan tumbuh menjadi Rp. 7.985.000,- pada tahun 2005 (BI, 2006). Berkaitan dengan pertumbuhan GDP Indonesia, Bank Indonesia mencatat pada tahun 2003 pertumbuhan GDP sebesar 4,7% dan pada tahun 2005 sebesar 5,6% (BI, 2006). Semakin meningkatnya pertumbuhan GDP mengindikasikan semakin

Page 13: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

13

besarnya potensi pasar di masa depan, sehingga hal ini menarik minat investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Hasil dari uji kausalitas Granger yang menyatakan bahwa ekspor Indonesia menyebabkan FDI dapat dijelaskan bahwa investor asing menanamkan modalnya ke negara lain untuk menjaga pasokan kebutuhan bahan baku bagi industrinya (Salvatore, 2004). Pada tahun 2006, lima besar negara tujuan ekspor Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat, Singapore, China dan Korea Selatan ( Yayasan Lembaga Pendidikan Tata Manajemen Dagang Indonesia, 2007). Sedangkan Laporan Perekonomian Bank Indonesia 2005 mencatat bahwa pada beberapa negara tujuan ekspor yang utama didominasi oleh komoditi ekspor yang mempunyai nilai tambah rendah atau merupakan bahan baku industri (BI, 2006). Untuk negara Jepang, komoditi ekspor Indonesia yang dominan adalah bijih logam dan sisa-sisa logam; batu bara, kokas dan briket; barang-barang kayu dan gabus. Komoditi eskpor Indonesia yang dominan di Amerika Serikat adalah pakaian; alat telekomunikasi; karet mentah, sintetis dan pugaran; ikan, kerang-kerangan, moluska dan olahannya. Sedangkan untuk negara tujuan ekspor China, komoditi ekspor Indonesia yang dominan adalah minyak dan lemak nabati; mesin kantor dan pengolahan data; kertas, kertas karton dan olahannya; kopi, teh, coklat, rempah-rempah. Data dari BPS, menunjukkan lima besar komoditi ekspor Indonesia didominasi oleh komoditi yang bernilai tambah rendah, yaitu batubara tidak diaglomerasi, minyak nabati lainnya cair atau kecil, bijih tembaga dan pekatannya, getah karet alam, karet alam lainnya, kertas dan kertas karton (Yayasan Lembaga Pendidikan Tata Manajemen Dagang Indonesia, 2007).

Untuk penjelasan mengenai hubungan antara impor Indonesia dan FDI yang bersifat satu arah, yaitu impor menyebabkan FDI dapat dimulai dengan teori yang dikembangkan oleh Vernon. Teori Vernon, yaitu product cycle theory pada tahap kedua. Tahap kedua dari teori tersebut adalah maturing product stage. Ketika suatu produk diproduksi secara massal dan pasar dalam negeri sudah dapat dipenuhi akan muncul foreign demand (Appleyard et.al, 2006). Perdagangan internasional pun terjadi antara negara tersebut. Pada perkembangan berikutnya dengan semakin meningkatnya permintaan maka produsen akan mempertimbangkan untuk memproduksi di negara tujuan ekspornya. Jika biaya produksi di negara asal ditambah dengan biaya transportasi untuk pengiriman produk lebih besar jika diproduksi di negara tujuan ekspor maka produsen komoditi tersebut akan mendirikan pabrik di negara tujuan ekspornya. Maka ada aliran dana dari negara pengekspor ke negara importir. Untuk Indonesia, terlihat bahwa nilai impor Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan impor ditambah dengan peningkatan GDP Indonesia yang juga mengalami peningkatan, maka kondisi Indonesia mengindikasikan potensi pasar yang semakin besar. Appleyard juga menyatakan bahwa salah satu determinan bagi FDI untuk negara tujuan investasi adalah semakin besarnya market size (Appleyard, 2006). Potensi pasar yang semakin besar inilah yang dapat mengakibatkan impor Indonesia menyebabkan FDI. V.2 HASIL ESTIMASI VAR/VECM

Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa metode kedua yang dipergunakan dalam tesis ini adalah metode VAR. Bagian ini akan memberikan penjelasan dan pembahasan mengenai hasil yang diperoleh dari estimasi yang telah dijalankan.

V.2.1 Uji Stasioneritas Data

Dalam tesis ini dilakukan uji dengan menggunakan metode Phillip-Peron untuk uji stasioneritas data. Hasilnya dapat dilihat dari tabel 4. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa variabel FDI stasioner pada level. Sedangkan variabel yang lain dapat dinyatakan bahwa variabel-variabel tersebut mengandung unit root yang berarti bahwa data dari variabel-variabel tersebut tidak stasioner.

Tabel. 4 Ringkasan Uji Stasioneritas dengan Phillip-Peron

Page 14: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

14

Variabel Phillip – Peron test

Level First Difference PP adj. Stat Probability Keterangan PP adj. stat Probabiltiy Keterangan

LYIND -1,592386 0,4809 Tidak stasioner -3,714336 0,0060 stasioner LFDI -3,834784 0,0042 Stasioner - - - LXP -2,386159 0,1497 Tidak stasioner -11,6142 0,0000 Stasioner LMP -2,102924 0,2443 Tidak stasioner -19,91864 0,0001 Stasioner LYUS 1,041126 0,9966 Tidak stasioner -4,056858 0,0021 stasioner

Test critical values: 1% level -3.531592 5% level -2.905519 10% level -2.590262

Dari tabel ringkasan uji stasioneritas dengan Phillip – Peron, juga didapatkan hasil dari

uji yang dilakukan pada first difference. Dari tabel 4 (hasil lengkap pada lampiran) tersebut, uji pada first difference dapat dinyatakan bahwa variabel GDP Indonesia, GDP Amerika Serikat, ekspor Indonesia dan impor Indonesia stasioner.

V.2.2 Uji Kointegrasi

Setelah mengetahui karakteristik masing-masing data yang akan digunakan dalam penelitian, maka selanjutnya dilakukan uji kointegrasi untuk mengetahui hubungan jangka panjang dari variabel-variabel tersebut. Untuk mengetahui adanya kointegrasi antar variabel digunakan uji kointegrasi Johansen.

Uji kointegrasi dalam model VAR merupakan hal yang penting, karena hasil dari uji ini akan menentukan apakah estimasi akan dilakukan dengan model VAR ataukah ada restriksi untuk uji estimasinya. Jika hasil dari uji kointegrasi adalah variabel-variabel tersebut tidak terkointegrasi maka yang digunakan untuk melakukan estimasi adalah model VAR in level. Jika hasilnya adalah bahwa variabel-variabel tersebut terkointegrasi maka estimasi yang digunakan adalah restricted VAR. Dengan demikian, hipotesa nol untuk variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa variabel-variabel tersebut tidak terkointegrasi. Hipotesa alternatifnya adalah bahwa variabel-variabel tersebut terkointegrasi.

Untuk menentukan apakah estimasinya menggunakan VAR in level ataukah dengan menggunakan restricted VAR dapat dilihat dari tabel 5 berikut (hasil lengkap pada lampiran ) :

Tabel. 5 Ringkasan Hasil Uji Kointegrasi Johansen

Hipotesa Eigenvalue Trace

Statistic 5 Percent

Critical Value 1 Percent

Critical Value H0 ; r H1 ; r

R = 0 R > 0 0,668224 166,6276 87,31 96,58 R < 1 R > 1 0,498012 97,11997 62,99 70,05 R < 2 R > 2 0,371235 53,70165 42,44 48,45 R < 3 R > 3 0,196756 24,4698 25,32 30,45 R < 4 R > 4 0,155755 10,66672 12,25 16,26

Dari tabel dapat dilihat bahwa untuk hipotesa pertama (H0; r = 0) menunjukkan bahwa nilai

trace statistic-nya lebih besar dari critical value-nya baik dalam level 5% ataupun 1% (166,63 >

Page 15: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

15

87,31 dan 96,58), dengan demikian H0 ditolak. Untuk hipotesa kedua (H0; r < 1), uji kointegrasi menyatakan bahwa H0 ditolak, karena trace statistic-nya lebih besar dari critical value baik untuk level 5% maupun 1%. Pada uji hipotesa ketiga (H0; r < 1) memperlihatkan bahwa pada level 5% dan 1% nilai trace statistic-nya lebih besar dari critical value-nya. Jadi pada hipotesa ketiga ini H0 ditolak pada level 5% level 1%. Hipotesa selanjutnya, H0; r < 2, memperlihatkan hasil bahwa nilai trace statistic-nya lebih besar dari critical valuenya, baik untuk level 5% dan 1%, sehingga H0 ditolak. Untuk hipotesa selanjutnya (hipotesa ke empat dan seterusnya) tabel di atas memperlihatkan bahwa nilai trace statistic-nya lebih kecil dari nilai critical value-nya baik pada level 5% maupun 1%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil uji kointegrasi dengan menggunakan metode Johansen didapatkan hasil sebagai berikut: pada uji dengan level 5% terdapat 3 persamaan kointegrasi, sedangkan untuk uji dengan level 1% didapatkan hasil adanya 3 persamaan kointegrasi.

Melihat hasil dari uji kointegrasi di atas maka estimasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah estimasi dengan restricted VAR, dalam hal ini penulis akan menggunakan model Vector Error Correction Model (VECM). V.2.3 Hasil Estimasi dengan Metode VECM

Bagian ini akan memberikan penjelasan mengenai hasil dan pembahasan yang berkaitan dengan estimasi menggunakan metode VECM. Sebagaimana telah diketahui dari hasil uji stasioneritas data dan kointegrasi menunjukkan bahwa data tidak stasioner tetapi terkointegrasi. Dengan demikian metode yang digunakan adalah VECM.

Tabel berikut akan memberikan gambaran secara ringkas prosedur yang telah dilakukan untuk estimasi dengan menggunakan metode VECM. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 6. Ringkasan Uji Metode VECM

Page 16: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

16

17

tidak terdapatheteroscedasticity

dengan alpha 1%, nilai probabilitas kurang dari alpha; H0 diterima

heteroscedasticityb.

tidak terdapat serial correlation

dengan alpha 1%, nilai probabilitas kurang dari alpha; H0 diterima

serial correlationa.

Asumsi - asumsi Klasik4.

urutan variabel tidakmenjadi masalah

nilai korelasi residual antar variabel secara mayoritaskurang dari 0,2

Urutan Variabel3.

model stabilInverse akar karakteristik berada dalam unit circleStabilitas model2.

Lag optimal 5 pada kriteria LR

Lag optimal 1 pada kriteria SC

Yang digunakan kriteriaSCLag optimal 2 pada kriteria FPE, AIC, HQPenentuan Panjang Lag

1,

KETERANGANHASILUJI

HASIL ESTIMASI VECM

V.2.3.3 Impulse Response Function (IRF)

Impulse response function ini digunakan untuk melihat pengaruh perubahan dari satu variabel pada variabel itu sendiri atau variabel lainnya. Estimasi yang dilakukan untuk IRF ini dititikberatkan pada respon suatu variabel pada perubahan satu standard deviasi dari variabel itu sendiri maupun dari variabel lainnya yang terdapat dalam model. Untuk analisa IRF, yang akan dianalisa ditekankan pada hubungan variabel sebagaimana hasil dari uji kausalitas Granger. Hasil dari estimasi IRF dengan menggunakan E-Views dapat dilihat pada grafik di bawah.

V.2.3.1.1 Respon variabel LYIND (GDP) pada perubahan variabel lain

Pada gambar 2 berikut memperlihatkan respon yang diberikan oleh variabel LYIND atau GDP Indonesia pada perubahan satu standar deviasi dari variabel lainnya. Respon yang diberikan oleh variabel GDP Indonesia pada perubahan satu standar deviasi variabel itu sendiri bernilai positif. Pada periode 1, respon yang diberikan oleh GDP Indonesia sebesar 1,19%. Pada periode selanjutnya nilainya semakin bertambah besar. Respon terbesar tercatat pada periode ke 4 dan 5 sebesar 2,23%. Periode selanjutnya responya stabil di kisaran 1,9% sampai dengan 2%.

Page 17: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

17

Gambar 2 Respon Variabel LGDP

Dari gambar 2 dapat dilihat respon dari GDP pada perubahan satu standar deviasi dari

variabel LXP atau ekspor Indonesia adalah sebagai berikut, pada periode satu sampai dengan periode 4, respon dari GDP Indonesia dapat dikatakan tidak memberikan respon, karena nilai responnya hanya sebesar 0% sampai - 0,08%. Pada periode berikutnya GDP memberikan respon yang positif, dengan nilai tertinggi pada periode ke 12, yaitu sebesar 1,46%. Setelah itu respon berkisar pada nilai 1,4% pada setiap perubahan satu standar deviasi. Respon dari GDP pada perubahan satu standar deviasi dari variabel ekspor Indonesia sesuai dengan hasil yang diberikan oleh uji kausalitas Granger.

Respon yang diberikan oleh GDP atas perubahan satu standard deviasi dari impor Indonesia menunjukkan bahwa sampai dengan periode ke tujuh bernilai positif dan setelah periode ke tujuh bernilai negatif. Nilai positif tertinggi tercatat pada periode ke tiga sebesar 0,19% sedangkan respon negatif terendah tercatat pada periode ke enam belas sebesar -0,19%.

Respon yang hampir sama ditunjukkan oleh GDP atas perubahan satu standar deviasi FDI Indonesia. Sampai dengan periode ke tujuh, respon GDP bernilai positif dan kemudian bernilai negatif pada periode berikutnya. V.2.3.1.2 Respon variabel LXP (ekspor) pada perubahan variabel lain

Sesuai dengan hasil dari uji kausalitas Granger maka yang akan dibahas adalah respon dari ekspor Indonesia pada perubahan satu standar deviasi dari variabel itu sendiri dan juga variabel GDP dan variabel lainnya. Respon yang diberikan oleh ekspor Indonesia pada perubahan satu standar deviasi dari variabel itu sendiri menunjukkan bahwa pada jangka pendek responnya mengalami penurunan sampai dengan periode 5. Pada periode 1, respon yang diberikan sebesar 11% dan terus menurun sampai dengan sebesar 6,7%. Setelah itu respon yang diberikan meningkat seiring dengan bertambahnya periode. Pada jangka panjang responya berkisar di angka 8,4%.

Page 18: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

18

Gambar 3 Respon Variabel LXP

Sedangkan respon yang berikan oleh ekspor Indonesia pada perubahan satu standar deviasi dari GDP Indonesia menunjukkan nilai yang positif periode kedua dan seterusnya serta menunjukkan ada peningkatan dari satu periode ke periode berikutnya. Nilai tertinggi yang tercatat adalah sebesar 3,75% pada periode ke 6. Pada periode selanjutnya nilai responnya berada di kisaran 2,8% sampai dengan 2,9%.

Atas perubahan satu standard deviasi dari impor Indonesia, ekspor Indonesia memberikan respon negatif pada periode ke dua dan selanjutnya menunjukkan respon positif. Ekspor Indonesia memberikan respon yang negatif pada periode ke dua dan selanjutnya bernilai positif atas perubahan yang terjadi pada FDI Indonesia meskipun nilai respon yang positif berfluktuasi. V.2.3.1.3 Respon Variabel LMP (Impor) pada perubahan Variabel Lain

Hasil uji kausalitas Granger menunjukkan bahwa GDP Indonesia menyebabkan impor Indonesia. Hasil dari IRF menunjukkan bahwa respon yang diberikan oleh impor Indonesia pada perubahan satu standar deviasi pada variabel GDP Indonesia menunjukkan nilai yang positif. Pada periode ke 2, respon yang terjadi menunjukkan peningkatan yang tinggi dibanding periode sebelumnya, yaitu sebesar 5,1%, tetapi pada periode berikutnya respon yang diberikan terlihat mengalami penurunan. Respon yang stabil ditunjukkan pada periode 8 dan seterusnya yang berada pada level sekitar 1%.

Untuk respon yang diberikan oleh impor Indonesia atas perubahan satu standar deviasi dari perubahan itu sendiri hanya terjadi pada jangka pendek, yaitu pada periode 1. Respon pada periode 1 sebesar 9% dan pada periode berikutnya hanya sebesar 0,45% dan semakin kecil .

Dari gambar 4, respon dari impor Indonesia atas perubahan ekspor Indonesia dan FDI menunjukkan pola yang sama yaitu responnya bernilai positif meskipun dengan besaran yang berbeda.

Page 19: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

19

Page 20: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

20

Gambar 5 Respon dari FDI Untuk hasil dari IRF variabel FDI pada perubahan satu standar deviasi variabel itu sendiri

menunjukkn nilai yang positif. Pada periode 1, respon yang diberikan tercatat sampai dengan 53,88% tetapi pada periode berikutnya menurun tajam dan hanya sebesar 0,27%. Setelah itu respon yang diberikan berfluktuasi dan akhirnya stabil pada kisaran sekitar 7%. V. 2.3.2 Variance Decomposition

Variance decomposition ini bertujuan untuk mengukur perkiraan varians error suatu variabel, yaitu seberapa besar perbedaan antara sebelum dan sesudah shocks, baik yang berasal dari variabel itu sendiri maupun dari variabel lain. Adapun hasil dari pengolahan data dengan menggunakan E-Views adalah sebagai berikut: V.2.3.2.1 Variance Decomposition dari GDP Indonesia

Dalam kerangka hasil uji kausalitas Granger, hubungan antara GDP Indonesia dan ekspor Indonesia bersifat bi-directional atau dua arah dimana terjadi hubungan growth driven export dan export led growth. Hasil dari variance decomposition untuk growth driven export menunjukkan bahwa GDP bersifat inertia dimana penjelas terbesar dari variabel adalah variabel itu sendiri. Dari tabel, dapat dilihat bahwa dalam periode 1 sebesar 100% dan selanjutnya pengaruhnya menurun pada jangka panjang.

Pada jangka pendek variabel LXP atau ekspor Indonesia mempunyai pengaruh pada perkiraan error variance dari LYIND atau GDP Indonesia sebesar 0,11% pada periode 1. Nilai pengaruh tersebut meningkat secara lambat sampai periode ke 4, sebesar 0,58%. Pada periode yang lebih panjang, kemampuan variabel LXP untuk menjelaskan variabilitas dari LYIND semakin meningkat, pada periode 20 besarnya mencapai 12,09%.

Tabel. 7

Variance Decomposition of LYIND: Period S.E. LYIND LXP LMP LFDI

Page 21: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

21

1 0,0119 99,7591 0,1129 0,0000 0,1280 2 0,0218 97,3838 0,6095 0,1945 0,5980 3 0,0309 94,1562 0,3487 0,3346 1,6811 4 0,0391 91,0853 0,3662 0,3383 1,9666 5 0,0468 86,5675 0,9922 0,2969 2,0561 6 0,0542 80,9564 2,2212 0,2372 1,9587 8 0,0689 68,6349 5,5230 0,1486 1,5132

10 0,0837 58,1160 8,4332 0,1178 1,0850 12 0,0980 50,7490 10,2985 0,1154 0,7964 14 0,1113 46,0442 11,3026 0,1187 0,6179 16 0,1235 43,1366 11,7852 0,1200 0,5039 18 0,1345 41,3255 11,9994 0,1191 0,4259 20 0,1447 40,1463 12,0926 0,1169 0,3691

Untuk kemampuan impor Indonesia memberikan penjelasan hanya mampu memberikan

penjelasan pada variabilitas GDP Indonesia sebesar 0,33% pada periode ke empat dan pada periode selanjutnya nilainya semakin turun. Kemampuan FDI dalam memberikan penjelasan pada variabilitas mempunyai nilai yang lebih baik dibandingkan dengan impor Indonesia. Nilai terbesar tercatat pada periode ke lima sebesar 2,0%.

V.2.3.2.2 Variance Decomposition dari Ekspor Indonesia

Berdasarkan hasil uji kausalitas Granger, menunjukkan bahwa penjelas dari variabel ekspor Indonesia adalah variabel GDP Indonesia. Selain dijelaskan oleh GDP Indonesia, ekspor Indonesia bersifat inertia. Tabel 8 menunjukkan bahwa pada jangka pendek nilainya mendekati 100% dan selanjutnya pengaruh perubahan variabel ekspor Indonesia pada dirinya sendiri semakin turun pada jangka panjang. Penurunnya dapat digolongkan lambat karena pada periode ke 20, pengaruhnya masih sebesar 68,14%.

Kemampuan perubahan dari variabel LYIND atau GDP Indonesia untuk memberikan penjelasan pada variabilitas variabel LXP atau ekspor Indonesia mempunyai nilai yang semakin tinggi sampai dengan periode ke 10 sebesar 13,16%, dengan semakin panjangnya periode pengaruhnya terlihat mengalami penurunan. Untuk periode 20 tercatat kemampuan variabel LYIND untuk memberikan pengaruh pada error variance dari variabel LXP atau ekspor sebesar 11,84%.

Kemampuan impor Indonesia memberikan penjelasan pada variabilitas ekspor Indonesia sangat kecil, yaitu hanya sebesar 1,8% pada periode ke dua. Hal yang lebih baik diberikan oleh FDI dalam menjelaskan variabilitas ekspor Indonesia, nilai tertinggi tercatat sebesar 18,24% pada periode ke dua belas.

Tabel. 8

Variance Decomposition of LXP: Period S.E. LYIND LXP LMP LFDI

1 0,1101 0,0000 96,1485 0,0000 3,8515 2 0,1348 2,1114 93,1719 1,8708 2,6000 3 0,1565 3,0852 85,8171 1,3920 8,6815 4 0,1740 5,8681 81,8947 1,1297 10,2780 5 0,1908 8,3580 77,3876 0,9833 12,5797 6 0,2073 10,4523 73,6328 0,8625 14,4666 8 0,2393 12,6837 69,2518 0,6925 16,9167

10 0,2699 13,1696 67,7330 0,5617 18,0196 12 0,2994 12,9228 67,5426 0,4610 18,2493

Page 22: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

22

14 0,3273 12,5164 67,7459 0,3863 18,0697 16 0,3535 12,1782 67,9619 0,3312 17,7744 18 0,3779 11,9582 68,0919 0,2898 17,4979 20 0,4007 11,8358 68,1419 0,2578 17,2805

V.2.3.2.3 Variance Decomposition dari Impor Indonesia Hasil uji kausalitas Granger untuk hubungan antara impor Indonesia dengan dengan

variabel lain menghasilkan kausalitas hanya dengan GDP Indonesia. Hubungan kedua variabel tersebut menunjukkan hubungan satu arah di mana GDP menyebabkan impor Indonesia. Seperti variabel lain dalam tesis ini, variabel impor Indonesia juga bersifat inertia. Pada jangka pendek nilai pengaruh perubahan impor Indonesia pada dirinya sendiri mendekati 100% dan nilai pengaruh tersebut semakin menurun dengan semakin panjangnya periode.

Untuk variabilitas dari variabel LMP atau impor Indonesia, penjelasan yang diberikan oleh inovasi yang terjadi pada variabel LYIND atau GDP Indonesia cukup besar dan berfluktuasi. Pada periode ke 1 pengaruh yang diberikan oleh GDP Indonesia hanya sebesar 0,03%, tetapi pada periode ke 2, pengaruhnya melonjak menjadi sebesar 21,5%.

Setelah itu mengalami peningkatan sampai dengan periode ke 4 menjadi sebesar 29,64%. Kemudian pengaruhnya menurun seiring dengan semakin panjangnya periode dan pada periode ke 20, pengaruhnya berkurang menjadi 19,23%.

Tabel. 9

Variance Decomposition of LMP: Period S.E. LYIND LXP LMP LFDI

1 0,0944 0,0304 4,9549 91,4648 3,5500 2 0,1088 21,5032 3,7378 68,7981 5,9018 3 0,1171 27,9826 4,4060 59,4566 8,0763 4 0,1224 29,6470 6,4908 54,4952 9,2820 5 0,1274 29,5256 9,2928 50,3610 10,7071 6 0,1322 28,7298 12,7658 46,7560 11,5410 8 0,1418 26,3102 20,0002 40,6167 12,3304

10 0,1511 24,0420 26,1800 35,7678 12,5077 12 0,1597 22,3483 30,8819 32,0497 12,5416 14 0,1674 21,1769 34,3925 29,1684 12,6100 16 0,1744 20,3587 37,0935 26,8568 12,7432 18 0,1810 19,7441 39,2759 24,9314 12,9194 20 0,1873 19,2375 41,1248 23,2803 13,1092

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa variabel ekspor Indonesia memberikan penjelasan yang

lebih baik dibandingkan dengan GDP Indonesia dan FDI. Jika FDI hanya mampu memberikan penjelasan sebesar 13,1%, maka variabel ekspor mampu memberikan penjelasan sebesar 41,23%.

V.2.3.2.4 Variance Decomposition dari FDI

Tabel berikut menunjukkan berbagai pengaruh dari berbagai variabel dalam sistem terhadap perkiraan error variance dari variabel LFDI atau FDI. Sifat inertia juga diperlihatkan oleh variabel FDI. Perubahan pada variabel FDI memberikan penjelasan yang sangat besar pada dirinya sendiri. Sebagaimana variabel lain dalam tesis ini, pengaruh yang diberikan dalam jangka pendek mendekati nilai 100%. Seperti juga variabel yang lain, maka pengaruhnya semakin menurun sejalan dengan bertambah panjangnya periode.

Page 23: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

23

Pengaruh terhadap perkiraan error variance pada variabel LFDI atau FDI yang diberikan oleh variabel LYIND atau GDP Indonesia menunjukkan bahwa pengaruh terbesar yang diberikan oleh variabel ini adalah 1,25% pada periode ke 10 dan kemudian pengaruhnya semakin menurun. Nilai pada periode ke 20 hanya sebesar 1,14%. Untuk variabel LXP atau ekspor Indonesia, variabel ini mampu memberikan penjelasan yang sangat baik terhadap variabilitas variabel LFDI. Nilainya semakin membaik seiring dengan semakin panjangnya periode. Pada periode ke 20 tercatat nilainya sebesar 43,11%.

Tabel. 10

Variance Decomposition of LFDI: Period S.E. LYIND LXP LMP LFDI

1 0,5558 0,0000 0,0000 0,0000 100,0000 2 0,6440 0,3417 6,8477 0,5567 74,9678 3 0,6909 0,3820 9,9583 0,9866 71,1395 4 0,7351 0,3943 14,5998 0,8719 66,8442 5 0,7747 0,5778 19,5086 0,7880 62,4726 6 0,8117 0,8227 23,7577 0,7189 59,0162 8 0,8760 1,1405 30,4759 0,6173 53,6422

10 0,9295 1,2462 34,9251 0,5485 50,1097 12 0,9762 1,2338 37,8087 0,4997 47,7133 14 1,0196 1,1820 39,7240 0,4641 45,9518 16 1,0614 1,1251 41,0930 0,4369 44,5458 18 1,1021 1,0752 42,1776 0,4143 43,3557 20 1,1419 1,0354 43,1145 0,3946 42,3146

Pada variabel yang lain, yaitu variabel LMP atau impor Indonesia, kemampuannya untuk

menjelaskan variabilitas dari variabel LFDI hanya sebesar 0,98% pada periode 3. kemampuan variabel ini untuk memberikan penjelasan semakin menurun ketika periodenya bertambah panjang.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI. 1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : a. Berdasarkan hasil Granger Causality, menunjukkan bahwa pola hubungan antara

pertumbuhan ekonomi dan ekspor adalah bahwa pertumbuhan ekonomi menyebabkan ekspor atau growth driven export (GDE) dan ekspor Indonesia menyebabkan GDP atau export led growth. Pola hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan impor menunjukkan hasil bahwa pertumbuhan ekonomi menyebabkan impor. Untuk pola hubungan antara FDI dan variabel lainnya menunjukkan bahwa GDP Indonesia, ekspor Indonesia dan impor Indonesia menyebabkan FDI.

b. Kesimpulan dari impulse respon function adalah sebagai berikut: respon dari pertumbuhan ekonomi pada perubahan satu standard deviasi dari ekspor bernilai positif, respon pertumbuhan ekonomi pada perubahan ekspor bernilai negatif sampai periode kedua dan selanjutnya positif; sedangkan untuk perubahan impor dan FDI, respon pertumbuhan ekonomi positif sampai periode ke tujuh dan selanjutnya negatif. Untuk respon ekspor

Page 24: Kajian Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment(2)

24

Indonesia atas berbagai perubahan variabel bernilai positif tetapi respon pada perubahan impor dan FDI bernilai negatif pada periode ketiga dan selanjutnya positif. Respon yang positif ditunjukkan oleh variabel impor pada perubahan variabel lainnya. Sedangkan respon dari FDI terhadap perubahan satu standar deviasi pada variabel GDP Indonesia, ekspor Indonesia dan impor Indonesia terlihat bervariasi. Respon FDI pada perubahan ekspor dan impor Indonesia menunjukkan hasil yang positif, sedangkan respon FDI pada perubahan GDP Indonesia pada jangka pendek bernilai positif dan kemudian menjadi negatif pada periode yang lebih panjang.

c. Berdasarkan variance decomposition, ekspor mampu memberikan penjelasan terhadap perumbuhan ekonomi, sebesar 12,09%, sedangkan impor Indonesia sebesar 0,33% dan FDI sebesar 2,05%. Pengaruh yang besar diberikan oleh pertumbuhan ekonomi pada ekspor sebesar 13,16% setelah itu pengaruhnya menurun. Sedangkan impor Indonesia sebesar 1,87% dan FDI sebesar 18,25%. Pertumbuhan ekonomi memberikan pengaruh yang besar terhadap variabilitas impor Indonesia sebesar 29,64% dan pada periode berikutnya mengalami penurunan, sedangkan ekspor Indonesia sebesar 41,12% dan FDI sebesar 13,1%. Variabilitas FDI mampu dijelaskan oleh ekspor sebesar 43,11%, sedangkan pertumbuhan ekonomi dan impor hanya mampu menjelaskan dengan prosentase sebesar 1,25% dan 0,98%.

VI.2 Saran

Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang dibuat, dapat diberikan saran sebagai berikut : 1. Berkaitan dengan pola hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

yang mencerminkan export led growth dan growth driven export, menunjukkan bahwa ekspor Indonesia mampu menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan. Oleh karena itu perlu diupayakan peningkatan peran ekspor dalam pembentukan GDP, karena sampai dengan tahun 2005 ekspor hanya menempati urutan kedua dalam pembentukan GDP dan masih di bawah konsumsi rumah tangga. Dalam peningkatan ekspor perlu diupayakan juga peningkatan kemampuan daya saing produk ekspor Indonesia. Hal ini penting karena adanya kecenderungan penurunan term of trade komoditi ekspor non migas Indonesia.

2. Melihat hubungan antara GDP, ekspor dan impor Indonesia yang memberikan pengaruh pada FDI yang masuk ke Indonesia, menunjukkan bahwa dari sisi perkonomian ada potensi bagi Indonesia sebagai negara tujuan investasi. Agar potensi ini dapat menjadi kenyataan harus didukung juga dengan perbaikan pada sektor non ekonomi seperti perbaikan infrastruktur, penurunan tingkat korupsi dan lainnya.

3. Mencermati struktur impor Indonesia yang didominasi pada impor bahan baku dan penolong serta impor barang modal, merefleksikan bahwa struktur industri di Indonesia sangat tergantung pada impor tersebut. Untuk itu perlu diupayakan penciptaan sektor industri yang mampu memberikan pasokan untuk bahan baku dan penolong. Berkaitan juga dengan pola hubungan antara impor Indonesia dengan FDI, maka FDI Indonesia selain diarahkan untuk peningkatan ekspor Indonesia juga perlu diarahkan pada sektor middlestream industry.