Upload
truongliem
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI BENGKULU
Triwulan I Tahun 2015
Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara
triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, untuk menganalisis
perkembangan perekonomian Provinsi Bengkulu secara komprehensif. Analisis dalam buku ini
mencakup perkembangan makro, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah dan
prospek perekonomian Provinsi Bengkulu. Penerbitan buku ini bertujuan sebagai : (1) Laporan
kepada Kantor Pusat Bank Indonesia tentang kondisi perkembangan ekonomi dan keuangan di
Provinsi Bengkulu, dan (2) Informasi kepada stakeholders di daerah mengenai perkembangan
ekonomi dan keuangan terkini.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Bambang Himawan : Kepala Perwakilan
Christin R. Sidabutar : Deputi Kepala Perwakilan
Dhony Iwan Kristanto : Analis Ekonomi
Deded Tuwanda Prima : Analis Ekonomi
Muhammad Fajar A. : Analis Ekonomi
Softcopy buku ini dapat di-download dari website Bank Indonesia dengan alamat
http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/bengkulu/Default.aspx
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-
nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
Misi Bank Indonesia Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber
pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian nasional.
Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi
terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan
memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi
nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang
berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau
berperilaku yaitu Trust (kepercayaan), Integrity (integritas), Professionalism (profesionalisme),
Excellence (kesempurnaan), Public Interest (kepentingan publik), Coordination & Teamwork
(koordinasi & kerjasama)
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan
kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem
keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk
mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan
berkesinambungan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia- Kajian Ekonomi Regional Provinsi
Bengkulu Triwulan IV 2014 stakeholders
Bank Indonesia. Kajian Ekonomi Regional diterbitkan secara triwulanan oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu untuk memenuhi kebutuhan informasi
mengenai keadaan ekonomi makro, moneter, perbankan dan prospek ekonomi Provinsi
Bengkulu kedepan.
Kami sampaikan bahwa perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan I 2015
tumbuh sebesar 5,44% (yoy). Sementara itu, dari sisi harga, inflasi Provinsi Bengkulu
tercatat sebesar 7,65% (yoy). Terkait kajian dimaksud kami berharap informasi yang kami
sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi dalam pembelajaran dan/atau proses
pengambilan kebijakan beberapa pihak terkait.
Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan
dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran membangun dari pengguna/pembaca demi penyempurnaan di masa yang
akan datang.
Akhirnya, besar harapan kami semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan melindungi setiap
langkah kita.
Bengkulu, 20 Mei 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI BENGKULU
Bambang Himawan Kepala perwakilan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 1
DAFTAR TABEL ..................................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GRAFIK................................................................... Error! Bookmark not defined.
RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I 2015 ........................................................ 6
1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sisi Penggunaan ........................................... 8
1.1.1 Konsumsi ........................................................................................................... 8
1.1.2 Investasi ........................................................................................................... 10
1.1.3 Ekspor dan Impor .................................................. Error! Bookmark not defined.
1.2 PDRB Sisi Sektoral ........................................................ Error! Bookmark not defined.
1.2.1 Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. .......... Error! Bookmark not defined.
1.2.2 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan Sepeda Motor ... Error!
Bookmark not defined.
1.2.3 Sektor Konstruksi. ................................................. Error! Bookmark not defined.
1.2.4 Sektor Pertambangan dan Penggalian .................... Error! Bookmark not defined.
1.2.5 Sektor Industri Pengolahan .................................... Error! Bookmark not defined.
1.2.6 Sektor Transportasi dan Pergudangan ............................................................... 20
BOKS1 : KEDAULATAN PANGAN DI PROVINSI BENGKULU ............................................. 21
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULAN I 2015 ............ Error! Bookmark not defined.
2.1 Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa ......................... Error! Bookmark not defined.
2.2 Perkembangan Inflasi Non Fundamental ................................................................. 33
2.3 Perkembangan Inflasi Fundamental (Core/Inti) ........................................................ 35
2.4 Perbandingan Inflasi Antar Provinsi/Kota di Sumatera .............................................. 36
BOKS 2. DIVERSIFIKASI PANGAN DENGAN MENGKONSUMSI PISANG SEBAGAI BAHAN
PANGAN ALTERNATIF ........................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB III PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAERAH DAN SISTEM
PEMBAYARAN ................................................................................................................ 41
3.1 Perkembangan Bank Umum .................................................................................... 42
3.1.1 Aset Bank Umum ............................................................................................. 42
3.1.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga ..................................................................... 43
3.1.3 Perkembangan Kredit / Pembiayaan .................................................................. 45
3.1.4 Risiko Stabilitas Sistem Keuangan ........................... Error! Bookmark not defined.
3.1.5 Perkembangan Kredit Pembiayaan UMKM ............. Error! Bookmark not defined.
3.2 Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Bank Umum ........................................ 50
3.3 Bank Perkreditan/ Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ....................................... 52
3.4 Sistem Pembayaran ................................................................................................. 53
3.4.1 Sistem Pembayaran Tunai ................................................................................. 53
3.4.1.1 Pemusnahan Uang Kartal ........................................................................... 54
3.4.1.2 Penemuan Uang Palsu ................................................................................ 54
3.4.2 Sistem Pembayaran Non Tunai .......................................................................... 55
3.4.2.1 Perkembangan Kliring Lokal ....................................................................... 55
3.4.2.2 Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS) ..................................... 56
3.4.2.3 Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB) ................................................. 57
BOKS 3. PERKEMBANGAN DUNIA USAHA MELAMBAT SELAMA TRIWULAN I ............ Error!
Bookmark not defined.
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ............................................................. 61
4.1 Pendapatan Daerah ................................................................................................ 61
4.2 Anggaran Belanja APBD Pemerintah Daerah ............................................................ 63
BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH......................................... 65
5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan ............................................................................. 65
5.2 Perkembangan Kesejahteraan ...................................... Error! Bookmark not defined.
5.3 Perkembangan Kemiskinan ..................................................................................... 68
BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ................................................................... 71
6.1 Perekonomian Triwulan II 2015 ............................................................................... 71
6.2 Inflasi Triwulan II 2015 ............................................................................................ 73
Lampiran.......................................................................................................................... 75
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perekonomian
Bengkulu triwulan I
2015 melambat
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan I 2015
sebesar 5,44% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi
triwulan sebelumnya 5,66% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan
perlambatan perekonomian nasional maupun Sumatera.
Di sisi permintaan, perlambatan ekonomi bersumber dari konsumsi
rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi. Perlambatan konsumsi
rumah tangga dipicu oleh melemahnya daya beli masyarakat. Sementara
itu kendala teknis perubahan nomenklatur kementerian/lembaga dan
pengesahan APBN-P 2015 yang baru dilaksanakan pada bulan Februari
2015 mengakibatkan penyerapan belanja pemerintah tidak maksimal.
Di sisi sektoral, perlambatan bersumber Sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan, Sektor Pertambangan dan penggalian,serta
Sektor Konstruksi. Perlambatan cukup dalam terjadi di sektor konstruksi
sebagai dampak masih terbatasnya penyerapan belanja infrastruktur
Pemerintah dan turunnya kinerja investasi. Perlambatan Sektor Pertanian
bersumber dari menurunnya produksi komoditas perkebunan (karet,
sawit), sementara pada sub sektor tanaman pangan dan hortikultura
masih tumbuh cukup baik memasuki periode panen. Perlambatan Sektor
pertambangan dan penggalian, bersumber dari sub sektor penggalian
sebagai dampak menurunnya sektor konstruksi. Disisi lain, kinerja
pertambangan diperkirakan mengalami perbaikan yang dipicu depresiasi
nilai tukar terhadap harga batubara.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tekanan inflasi
Provinsi Bengkulu
melambat
Inflasi Kota Bengkulu pada triwulan I tahun 2015 sebesar 7,65% (yoy)
melambat dibandingkan triwulan IV tahun 2014 lalu sebesar 10,85%
(yoy). Perlambatan Inflasi terjadi pada kelompok Administered Prices dan
Volatile Food. Laju inflasi Bengkulu pada triwulan laporan berada diatas
inflasi nasional (5.04%) maupun inflasi rata-rata Sumatera (6.12%).
Secara umum Inflasi Non Fundamental menunjukkan perlambatan
2
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, baik disisi Inflasi Administered
Price maupun Inflasi Volatile Food. Namun Inflasi Inti pada triwulan
laporan menunjukkan kenaikan dengan tekanan yang lebih moderat
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Perbankan dan
sistem pembayaran
Provinsi Bengkulu
dalam kondisi yang
cukup baik
Memasuki tahun 2015, stabilitas sistem keuangan di Provinsi
Bengkulu menunjukkan arah perbaikan. Hal ini tercermin dari
menurunnya LDR dan NPL dibandingkan triwulan sebelumnya. LDR pada
triwulan I 2015 mencapai 140,05% dengan tingkat NPL sebesar 2,67%.
Tingkat LDR di Bengkulu masih cenderung beresiko karena rasionya > 100
yang dipicu tingginya permintaan kredit namun kurang diimbangi
kemampuan penghimpunan dana pihak ketiga.
Disisi sistem pembayaran, Pada triwulan I 2015, posisi
pengedaran uang kartal di Bank Indonesia Bengkulu mengalami net cash
inflow sejalan dengan siklus tahunan. Sementara transaksi non tunai
kliring secara nominal mengalami pertumbuhan baik, namun disisi lain
transaksi RTGS mengalami penurunan.
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Penyerapan Belanja
Daerah masih belum
optimal
Realisasi pendapatan daerah terhadap target anggaran lebih baik
dibandingkan triwulan I 2014. Sementara penyerapan belanja daerah
terhadap anggaran pada triwulan I 2015 lebih rendah. Realisasi
pendapatan Triwulan I 2015 mencapai 18,64% dari target anggaran,
lebih baik dibandingkan Triwulan I 2014 yang mencapai 18,31% dari
target anggaran. Sementara disisi belanja daerah, penyerapan sampai
dengan Triwulan I 2015 mencapai 9,13% dari target anggaran sedikit
lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar
10,32%.
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH
Tingkat
Pengangguran
Terbuka (TPT) dan
Nilai Tukar Petani
(NTP) membaik
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Bengkulu menunjukkan
perbaikan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,47% (Agustus
2014). Jumlah serapan tenaga kerja meningkat dengan porsi terbesar
pada sektor pertanian sebesar 50,6%, disusul sektor jasa kemasyarakatan
(18,1%) dan sektor PHR (17,2%).
3
Tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya petani di Provinsi
Bengkulu sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Namun tingkat kesejahteraan petani masih belum membaik,
tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) dan indeks yang masih
dibawah 100.
Persentase jumlah penduduk miskin pada September 2014 turun
dibanding posisi Maret 2014. Jumlah penduduk miskin di Provinsi
Bengkulu berjumlah 316.500 jiwa 17,09% dari total penduduk, turun
dibandingkan persentase penduduk miskin pada Maret 2014 yang
mencapai 17,48%. Penurunan penduduk miskin terutama terjadi di
daerah perkotaan, sementara di pedesaan cenderung meningkat.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
Perekonomian
Provinsi Bengkulu
triwulan II 2015
diperkirakan tumbuh
lebih baik, dengan
tekanan inflasi
meningkat
Perekonomian Triwulan II dierkirakan tumbuh sebesar 5.5 5.9 % (yoy)
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5.44%. (yoy). Disisi
permintaan pertumbuhan diperkirakan didorong oleh konsumsi rumah
tangga dan konsumsi pemerintah. Optimisme konsumsi rumah tangga
dibangun oleh perkiraan peningkatan belanja masyarakat menjelang
bulan Ramadhan, dan perayaan musim hajatan menjelang Ramadhan.
Penyerapan fiskal yang terkendala pada triwulan I 2015 diperkirakan mulai
mengalami peningkatan setelah disahkannya APBNP pada 13 Februari
2015. Selain itu kegiatan investasi dan ekspor diperkirakan mengalami
kenaikan dibandingkan triwulan I 2015.
Inflasi Triwulan II diperkirakan berada pada kisaran 9.5-10% (yoy)
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7.65%. (yoy).
Ekspektasi Inflasi diperkirakan meningkat pada triwulan II 2015 yang
didorong oleh beberapa faktor : (i) musim hajatan menjelang bulan
Ramadhan, (ii) meningkatnya konsumsi memasuki tahun ajaran baru, (iii)
penyerapan belanja daerah meningkat sehingga pendapatan masyarakat
yang terkait langsung dengan realiasasi anggaran akan berdampak.
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB I PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO
5
IINNDDIIKKAATTOORR MMAAKKRROO
PPeerrttuummbbuuhhaann EEkkoonnoommii BBeennggkkuulluu
Triwulan IV 2014 Triwulan I 2015
5.66%yoy
5.44%yoy
$13.92Juta
$2.90Juta
$49.84Juta
$41.55Juta
$652.10/mt
$625.44/mt
$1.93/mt
$1.83/mt
$56.16/mt
$53.35/mt
108.33
97.67
6
PPEERRTTUUMMBBUUHHAANN EEKKOONNOOMMII
TTRRIIWWUULLAANN II 22001155
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan I2015 sebesar 5,44% (yoy), lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya 5,66% (yoy). Perlambatan
tersebut sejalan dengan perlambatan perekonomiannasional maupun Sumatera.
Di sisi permintaan, perlambatan ekonomi bersumber dari
konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan
investasi.Pangsa konsumsi rumah tangga yang cukup besar pada
perekonomian domestik (65%) mendorong perekonomian
Bengkulu secara umum melambat. Perlambatan konsumsi
rumah tangga dipicu oleh melemahnya daya beli masyarakat
yang dipengaruhi beberapa faktor antara lain (i) tren penurunan
harga komoditas masih berlanjut meskipun sedikit diredam oleh
depresiasi rupiah, (ii) kenaikan inflasi inti yang didorong oleh
depresiasi nilai tukar dan penyesuaian harga produsen di awal
tahun, (iii) penyerapan belanja daerah terkendala sehingga
berpengaruh pada pendapatan kelompok masyarakat yang
terkait langsung proyek-proyek fisik pemerintah.
4.905.005.105.205.305.405.505.605.705.80
7,8008,0008,2008,4008,6008,8009,0009,2009,4009,600
I II III IV I II III IV I
2013 2014 2015
% y
oy
Mili
ar R
p
PDRB (skala kiri)
LPE (yoy; skala kanan)
PERTUMBUHAN EKONOMI
BENGKULU (% yoy)
TW IV 20145.66 TW I 2015 5.44
SUMATERA (% yoy)
TW IV 2014 4.18 TW I 20153.53
NASIONAL (% yoy)
TW IV 20145.14 TW I 2015 4.71
Sumber : BPS Prov Bengkulu (diolah)
Grafik 1.1 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu ADHK 2010, angka sementara (diolah)
7
Sementara itu kendala teknis perubahan nomenklatur
kementerian/lembaga dan pengesahan APBN-P 2015 yang
baru dilaksanakan pada bulan Februari 2015 mengakibatkan
penyerapan belanja pemerintah tidak maksimal dilakukan sejak
awal tahun.
Demikian halnya dengan kinerja investasi yang melambat,hal
ini didorong oleh beberapa faktor non fundamental eksternal
maupun domestik : (i) volatilitas nilai tukar yang tinggi
mendorong investor untuk mengambil posisi wait and see, (ii)
harga komoditas internasional masih dalam tren penurunan,
serta (iii) proyek infrastruktur fisik Pemerintah belum terealisasi
maksimal, karena masih dalam proses lelang/tender.
Di sisi sektoral, perlambatan bersumber Sektor
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Sektor
Pertambangan dan penggalian,serta Sektor
Konstruksi.1
Perlambatan cukup dalam terjadi di sektor konstruksi
sebagai dampak masih terbatasnya penyerapan belanja
infrastruktur Pemerintah dan turunnya kinerja investasi.
Perlambatan Sektor Pertanian bersumber dari
menurunnya produksi komoditas perkebunan (karet,
sawit), sementara pada sub sektor tanaman pangan dan
hortikultura masih tumbuh cukup baik memasuki periode
panen.
Perlambatan Sektor pertambangan dan penggalian,
bersumber dari sub sektor penggalian sebagai dampak
menurunnya sektor konstruksi. Disisi lain, kinerja
pertambangan diperkirakan mengalami perbaikan yang
dipicu depresiasi nilai tukar terhadap harga batubara.
1 Mulai Periode triwulan IV 2014, analisis Pertumbuhan Ekonomi menggunakan struktur baru berdasarkan ADHK
2010. Analisis terkait Penyesuaian Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan ADHK 2000 dan ADHK 2010 ditampilkan
dalam Boks.
PERLAMBATAN EKONOMI SISI PERMINTAAN
PERLAMBATAN EKONOMI SISI PENAWARAN
8
11..11 PPrroodduukk DDoommeessttiikk RReeggiioonnaall BBrruuttoo
SSiissii PPeenngggguunnaaaann
1.1.1. Konsumsi
Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 6% (yoy),
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
mencapai 6,46% (yoy). Kondisi tersebut didorong beberapa
faktor yaitu: (i) daya beli belum pulih seiring tren pelemahan
harga komoditas yang masih berlanjut, meskipun sedikit diredam
depresiasi rupiah, (ii) Tertundanya penyerapan belanja daerah
memberikan efek dominopendapatan sektor rumah tangga yang
mempunyai keterkaitan dengan proyek-proyek di sektor
pemerintahan, (iii) Kenaikan inflasi inti sebagai dampak
penyesuaian harga-harga barang produsen di awal tahun.
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu ADHK 2010, angka sementara, (diolah)
Berdasarkan tendensi konsumsi pada triwulan I-2015,
Perlambatan konsumsi didorong oleh 2 faktor utama yaitu
menurunnya pendapatan konsumen dan menurunnya
konsumsi barang non makanan. Indeks pendapatan rumah
tangga hanya mencapai 84.95 sementara indeks konsumsi non
makanan sebesar 97.03 dibawah ambang normal = 100.
Tekanan inflasi inti dampak depresiasi nilai tukar diperkirakan
menjadi salah satu pemicunya.
5.00
5.20
5.40
5.60
5.80
6.00
6.20
6.40
6.60
4,800
5,000
5,200
5,400
5,600
5,800
6,000
I II III IV I II III IV I
2013 2014 2015
% y
oy
Mili
ar R
p
Konsumsi RT
Kons. RT g(yoy)
3.50
4.00
4.50
5.00
5.50
6.00
6.50
7.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2013 2014 2015
Inflasi Inti
INDEKS PENDAPATAN RUMAH TANGGA
TW IV 2014100.58 TW I 2015 84.95
KONSUMSI RUMAHTANGGA BENGKULU (% yoy)
TW IV 20146.46 TW I 2015 6.00
Grafik 1.2 KONSUMSI RUMAH TANGGA DAN PERKEMBANGAN INFLASI INTI Sumber : BPS Prov. Bengkulu ADHK 2010, angka sementara (diolah)
9
Melambatnya konsumsi non
makanandikonfirmasimelambatnya pertumbuhan pembelian
kendaraan baru.Pertumbuhan kendaraan roda empat pada
triwulan laporan terkontraksi sebesar 8,09% (yoy) lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatatkan
pertumbuhan mencapai 11,09% (yoy). Sementara pertumbuhan
kendaraan roda dua mengalami kontraksi yang semakin dalam
dari 22,88% (yoy) menjadi 33,97% (yoy) pada triwulan I 2015.
Kredit Kepemilikan Kendaraan tercatat melambat, hanya sebesar
21,51% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 37,24% (yoy)
Sumber : LBU BI dan Dispenda Provinsi Bengkulu, diolah
Menurunnya tingkat pendapatan masyarakat secara agregat
direspon masyarakat melaluisumber pembiayaan lainnya.
Kredit konsumsi mengalami kenaikan dan terjadi perlambatan
tabungan masyarakat di perbankan. Tercatat pertumbuhan
kredit sebesar 16,78% (yoy) meningkat dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 15,49% (yoy).
Perlambatan tabungan masyarakat tercatat pada triwulan
laporan yang tumbuh 3,43% (yoy) lebih dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 4,91% (yoy)
-50
0
50
100
150
0200400600800
1,0001,200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2012 2013 2014 2015
yoy
Rp
Mili
ar
Kredit Kendaraan Bermotor
Nominal (Rp Miliar)
Pertumbuhan (yoy)-rhs
-50-40-30-20-10
01020304050
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2012 2013 2014 2015
% y
oy
Kendaraan Bermotor
Kendaraan R4
Kendaraan R2
PERTUMBUHAN KREDIT KONSUMSI
TW IV 2014 15.49 TW I 2015 16.78
INDEKS KONSUMSI NON MAKANAN
TW IV 2014114.85 TW I 2015 97.03
INFLASI INTI (% yoy)
TW IV 20145.54 TW I 2015 6.55
Grafik 1.3 KREDIT PEMILIKAN KENDARAAN DAN PERKEMBANGAN JUMLAH KENDARAAN BARU Sumber : LBU BI dan Dispenda Prov. Bengkulu, diolah
10
Konsumsi Pemerintah melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya, tercatat hanya sebesar0,92% (yoy) lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 10,46% (yoy).
Kendala teknis perubahan nomenklatur kementerian/lembaga
mendorong penyerapan belanja pemerintah tertunda. Hal ini
dikonfirmasi giro pemerintah yang ada di perbankan. Tercatat
saldo giro milik pemerintah pada triwulan I 2105 relatif cukup
tinggi sebesar 2,1 Triliun, dibandingkan triwulan lalu hanya 1,6
Triliun.
1.2. Investasi
Investasi mengalami perlambatan, Investasi yang
tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
(PMTDB) hanya tumbuh sebesar 1,83% (yoy) jauh lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,39%
(yoy). Perlambatan investasi ini didorong oleh beberapa faktor
yaitu (i) Serapan belanja modal Pemerintah masih terbatas, (ii)
Kondisi nilai tukaryang berfluktuatif mendorong investor wait
and see, khususnya pada beberapa Pabrik Kelapa Sawit yang
berencana akan dibangun di Bengkulu, (iii) Beberapa proyek
infrastruktur Pemerintah masih dalam tahapan lelang dan
pekerjaan fisik masih terbatas, (iv) kenaikan harga barang-barang
kebutuhan konstruksi impor.
-50
0
50
100
0
1,000
2,000
3,000
4,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2012 2013 2014 2015
yoyRp MiliarGiro Pemerintah
Nominal (Rp Miliar) Pertumbuhan (yoy)-rhs
0
200
400
600
800
1,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2013 2014 2015
Rp Miliar Realisasi Belanja Daerah
KONSUMSI PEMERINTAH BENGKULU (% yoy)
TW IV 2014 10.46 TW I 2015 0.92
PDRB INVESTASI BENGKULU (% yoy)
TW IV 2014 5.39 TW I 2015 1.83
Grafik 1.4 PERKEMBANGAN GIRO PEMERINTAH DAN BELANJA DAERAH Sumber : LBU BI dan Biro Keuangan Setdaprov Bengkulu (diolah)
11
Melambatnya pertumbuhan investasi dipengaruhi oleh
rendahnya realisasi anggaran pemerintah. Hingga triwulan I-
2015 anggaran belanja modal yang sudah direalisasikan sebesar
Rp95,4 Juta, angka ini jauh dibawah realisasi triwulan lalu yang
mencapai Rp147,36 Miiar. Melambatnya pertumbuhan investasi
juga dikonfirmasi dari kontraksi penjualan semen di Bengkulu.
Selama triwulan I 2015 angka penjualan semen berkontraksi
sebesar 9,28% (yoy).
Investasi Penanaman Moal Asing menurun dari US13,92 juta pada triwulan IV
2014 menjadi hanya sebesar US$ 2,90 juta pada triwulan I 2015. Melambatnya
pertumbuhan investasi pada triwulan laporan juga dapat dikonfirmasi dari hasil liasion terutama
pada perusahaan kelapa sawit. Masih rendahnya harga ekspor CPO dan fluktuasi nilai tukar
membuat perusahaan menunda rencana investasi dalam bentuk pembukaan lahan baru,
replanting, maupun pembangunan pabrik pengolahan CPO.
-20-1001020304050
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2012 2013 2014 2015
yoyRp
MiliarKredit Investasi
Nominal (Rp Miliar)
Pertumbuhan (yoy)-rhs
-40-30-20-100102030
0
50,000
100,000
150,000
200,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2012 2013 2014 2015
yoyTon Realisasi Semen
Volume (ton)
Pertumbuhan (yoy)-rhs
BELANJA MODAL (Rp)
TW IV 2014147,36M TW I 2015 95,4 Jt
PMA (US$ Juta)
TW IV 201413.92 TW I 2015 2.90
Grafik 1.5 PERKEMBANGAN KREDIT INVESTASI DAN REALISASI SEMEN Sumber : LBU BI dan Asosiasi Semen (diolah)
12
1.3. Ekspor Impor
Kinerja ekspor meningkat, terutama ditunjang ekspor
antar daerah. Ekspor tumbuh 8,68% (yoy) meningkat
dibandingkan triwulan IV-2014 yang tumbuh sebesar 1,85%
(yoy). Memasuki musim panen padi pada triwulan I 2015, ekspor
komoditas antar daerah diperkirakan meningkat. Sementara
ekspor luar negeri masih menunjukkan kontraksi meskipun
dengan tren yang membaik dari -45,72% (yoy) pada triwulan
sebelumnya menjadi hanya -32,63% (yoy) pada triwulan I 2015.
Depresiasi nilai tukar belum menunjukkan dampak yang
signifikan terhadap perbaikan ekspor, karena disisi lain harga
internasional komoditas strategis ekspor justru mengalami
penurunan. Komoditas strategis yang mengalami perbaikan
adalah ekspor Batubara. Sementara berdasarkan negara tujuan
ekspor utama Provinsi Bengkulu yang mengalami peningkatan
yang cukup signifikan adalah Jepang.
Ekspor Batubara yang sempat mengalami kontraksi dari triwulan III 2014 menunjukkan
perbaikan. Pada triwulan I 2015 kontraksi ekspor batubara Bengkulu mulai menurun 27,90%
(yoy) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang trekontraksi hingga 51,50% (yoy).
Peningkatan ekspor batubara terjadi untuk tujuan India.
(60.00) (40.00) (20.00) - 20.00 40.00 60.00 80.00
-
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2012 2013 2014 2015
Volume Ekspor Luar Negeri
Volume ekspor
g Volume Ekspor Luar Negeri (yoy) - rhs
(50.00) (40.00) (30.00) (20.00) (10.00) - 10.00 20.00
- 20.00 40.00 60.00 80.00
100.00 120.00 140.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2012 2013 2014 2015
Nilai Ekspor Luar Negeri
Nilai Ekspor
g Nilai Ekspor Luar Negeri (yoy) - rhs
EKSPOR BENGKULU (% yoy)
TW IV 2014 1.85 TW I 2015 8.68
IMPOR BENGKULU (% yoy)
TW IV 2014 5.95 TW I 2015 3.57
Grafik 1.6 PERKEMBANGAN EKSPOR LUAR NEGERI PROV. BENGKULU Sumber : PEB, Ditjen Beacukai (diolah)
13
USA Filipina India UE Malaysia RRC Jepang Lainnya
I 16.62 9.42 20.69 1.39 7.89 8.69 5.15 16.1
II 18 4.62 34.38 2.84 6.14 9 8.35 19.14
III 6.9 5.51 17.82 5.76 4.64 2.12 5.41 11.39
IV 5.8 5.79 17.28 8.96 4.9 8.33 4.49 18.26
47.33 25.33 90.17 18.96 23.56 28.14 23.4 64.89
I 5.82 8.29 13.2 18.06 2.38 4.24 2.94 9.46
II 5.79 5.71 14.46 17.66 5.11 1.9 4.19 9.59
III 4.93 9.34 14.64 15.7 4.57 0.17 3.7 9.73
IV 3.61 9.04 5.61 14.64 3.44 0.62 1.61 11.28
20.14 32.38 47.91 66.06 15.51 6.92 12.44 40.04
2015 I 3.72 8.99 4.07 5.55 3.99 0.31 3.55 11.38
PERIODE
2013
TOTAL
2014
TOTAL
Kontraksi ekspor karet Bengkulu yang terjadi sejak tahun 2012 terus berlanjut.Kontraksi
nilai ekspor karet pada triwulan I 2015 mencapai -38% terus mengalami kemunduran
dibandingkan kontraksi pada triwulan IV 2014 yang mencapai -36%. Permintaan dunia
terhadap komoditi karet alam belum menujukkan peningkatan sementara pasokan dunia
meningkat dari negara eksportir karet lainnya, seperti Thailand dan Malaysia.
Ekspor komoditas kelapa sawit menunjukkan kontraksi yang cukup dalam. Pada triwulan I
2015, ekspor kelapa sawit terkontraksi sebesar 51,48% (yoy) menurun dibandingkantriwulan
sebelumnya sebesar 9,86% (yoy). Menurunnya produksi TBS,melemahnya permintaan global
dan menurunnya harga internasional meskipun sedikit diredam oleh depresiasi nilai tukar.
(70.00) (60.00) (50.00) (40.00) (30.00) (20.00) (10.00) -
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2012 2013 2014 2015
Nilai Ekspor Karet
Nilai Ekspor Karet (Juta USD)
g Nilai Ekspor Karet (yoy) - rhs
(35.00) (30.00) (25.00) (20.00) (15.00) (10.00) (5.00) -
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2012 2013 2014 2015
Harga Internasional Karet
Rubber Price (usd/kg)
g Rubber Price (yoy) - rhs
Tabel 1.1 NEGARA TUJUAN EKSPOR Sumber : PEB, Ditjen Beacukai (diolah)
Grafik 1.7 PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM DAN HARGA INTERNASIONAL Sumber : PEB, Ditjen Beacukai dan Bloomberg (diolah)
14
Impor Bengkulu pada triwulan I 2015 melambat,tercatat sebesar 3,57% (yoy), lebih rendah
daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 5,95% (yoy).Perlambatan terutama
didorong impor antar daerah sementara impor luar negeri masih cukup baik. Perlambatan
tersebut dipicu menurunnya kinerja konsumsi Rumah Tangga selama triwulan I 2015.Disisi lain
impor luar negeri mengalami kenaikan khususnya pada komoditas semen. Nilai impor luar
negeri tumbuh 53,96% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami
kontraksi sebesar 60,89% (yoy). Kenaikan impor semen terutama untuk menambah kecukupan
stok seiring rencana peningkatan belanja infrastruktur pada triwulan II 2015.
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
-
20.00
40.00
60.00
80.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2012 2013 2014 2015
Nilai Ekspor Batubara
Nilai Ekspor Batubara (Juta USD)
g Nilai Ekspor Batubara (yoy) - rhs
(40.00)
(20.00)
-
20.00
- 20.00 40.00 60.00 80.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2012 2013 2014 2015
Harga Internasional Batubara
Coal Price (usd/mt)
g coal price (yoy) - rhs
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
-
5.00
10.00
15.00
20.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2012 2013 20142015
Nilai Ekspor CPO
Nilai Ekspor CPO (Juta USD)
g Nilai Ekspor CPO (yoy) - rhs
(40.00) (30.00) (20.00) (10.00) - 10.00 20.00
- 200.00 400.00 600.00 800.00
1,000.00 1,200.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2012 2013 20142015
Harga Internasional CPO
CPO Price g CPO Price (yoy) - rhs
Grafik 1.8 PERKEMBANGAN EKSPOR BATUBARA DAN HARGA INTERNASIONAL Sumber : PEB, Ditjen Beacukai dan Bloomberg (diolah)
Grafik 1.9 PERKEMBANGAN EKSPOR CPO DAN HARGA INTERNASIONAL Sumber : PEB, Ditjen Beacukai dan Bloomberg (diolah)
15
11..22 PPrroodduukk DDoommeessttiikk RReeggiioonnaall BBrruuttoo
SSiissii SSeekkttoorraall
Di sisi sektoral, perlambatan bersumber Sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan, Sektor Pertambangan dan
penggalian,serta Sektor Konstruksi.
Melambatnya permintaan domestik terkait kegiatan konsumsi
pemerintah dan rumah tangga memberikan dampaknegatif bagi
situasi bisnis selama triwulan laporan. Sejalan dengan itu, tren
penurunan harga internasional, stagnannya permintaan dunia
serta kenaikan biaya produksi paska kenaikan administered price
membuat pertumbuhan sektoral terbatas.
1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.
Sektor pertanian mengalami perlambatan, di triwulan I-2015 sektor pertanian
tumbuh sebesar 2,18% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 2,39%
(yoy).Perlambatan bersumber pada komoditas tanaman perkebunan (karet dan sawit) dan
tanaman pangan. Menurunnya kinerja pada sektor ini tercermin dari Nilai Tukar Petani yang
mengalami penurunan untuk beberapa sub sektor seperti Pertanian Tanaman Pangan,
Pertanian Hortikultura, dan Peternakan. Perlambatan pada sektor ini juga dikonfirmasi oleh
hasil survei kegiatan dunia usaha sektor pertanian yang menunjukkan kontraksi -0.03%.
-200
0
200
400
600
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
1 2 3 4 1
2014 2015
Nilai Impor Luar Negeri
Nilai Impor Luar Negeri (juta USD)
g Impor Luar Negeri (yoy) - rhs
-50
0
50
100
150
0.00
10.00
20.00
30.00
1 2 3 4 1
2014 2015
Volume Impor Luar Negeri
Volume Impor Luar Negari (juta USD)
g Impor Luar Negari (yoy) - rhs
INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
TW IV 2014 -14.54 TW I 2015 -20.27
Grafik 1.10 PERKEMBANGAN NILAI DAN VOLUME IMPOR LUAR NEGERI Sumber : PEB, Ditjen Beacukai
16
Berdasarkan hasil Liaison kepada beberapa perusahaan
pengolah karet menyatakan bahwa harga pasar saat ini
masih di bawah nilai ekonomisanya, sehingga petani karet
lebih memilih untuk bekerja pada sektor usaha lain.
Sementara itu pada perkebunan sawit, menurunnya produksi
Tandan Buah Segar (TBS) sawit terkendala curah hujan yang
tinggi yang mengakibatkan produksi tidak maksimal.
Penurunan produksi perkebunan dikonfirmasi oleh
volume ekspor luar negeri komoditas kelapa sawit dan
karet. Selain karena produksi TBS yang terkendala cuaca,
ekspor CPO juga terkendala harga internasional yang
menurun dan permintaan global yang stagnan. Pelaku usaha
mengkonfirmasi bahwa penurunan terjadi pada CPO dengan
grade rendah, sementara CPO bersertifikasi RSPO masih
stabil dengan tren permintaan yang meningkat.
Perlambatan sektor pertanian dikonfirmasi pula dari kualitas pembiayaan perbankan.NPL
kredit pertanian meningkat dari Rp28,25 Miliar pada triwulan IV-2014 menjadi Rp36,80 Miliar
pada triwulan lapoaran atau secara rasio NPL naik dari 1,53% pada triwulan sebelumnya
menjadi 1,84% di triwulan I 2015. Hal ini mengindikasikan peningkatan risiko kredit sektor
pertanian ditengah perlambatan pertumbuhannya.
70.00 80.00 90.00 100.00 110.00
Umum
Pangan
Horti
Kebun
Ternak
Ikan
NILAI TUKAR PETANI
TW IV 2014 TW I 2015
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2013 2014 2015
PRODUKSI CPO SIPEFProduksi Palm Oil Sipef Group
Pertumbuhan (%yoy)
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW IV 2014 2.39 TW I 2015 2.18
INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
TW IV 2014 +1.70 TW I 2015 -0.30
Grafik 1.11 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN PRODUKSI CPO SIPEF GROUP Sumber : BPS Prov. Bengkulu dan www.sipef.com
17
1.1.2. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil, Sepeda Motor
Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor mengalami peningkatan, tercatat sebesar 7,66% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar6,78% (yoy). Peningkatan sektor ini terutama
didorong oleh pertumbuhan perdagangan besar untuk tujuan ekspor antar provinsi ataupun
luar negeri. Sementara perdagangan domestik mengalami penurunan karena konsumsi rumah
tangga yang menurun.
Perdagangan besar hasil produksi pertanian tanaman
pangan tumbuh cukup baik memasuki periode masa
panen.Rencana Pemerintah untuk melakukan kenaikan HPP
menjelang panen raya mendorong pelaku usaha melakukan
pembelian gabah petani sebelum rilis harga baru
diumumkan. Hal ini dikonfirmasi oleh dinas terkait bahwa
arus keluar produk pertanian mengalami peningkatan pada
triwulan laporan menjelang revisi HPP Pemerintah.
Demikian juga dengan perdagangan ekspor luar negeri
juga mengalami kenaikan terutama untuk perdagangan
komoditas batubara yang mengalami peningkatan
permintaan di negara tujuan ekspor. Nilai ekspor
perdagangan batubara tumbuh 24.84% (yoy) dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 21.71% (yoy).
Pertumbuhan di sektor ini dikonfirmasi oleh meningkatnya pertumbuhan kredit
perdagangan dari 4,75% (yoy) di triwulan IV-2014 menjadi 13,19% (yoy) pada triwulan
laporan. Peningkatan kebutuhan pembiayaan di sektor ini distimulus pula oleh penurunan suku
bunga kredit perbankan.
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW IV 2014 6.78 TW I 2015 7.76
INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
TW IV 2014 - 3.71 TW I 2015 -7.37
18
1.1.3. Sektor Konstruksi
Sektor Konstruksi melambat, tercatat sebesar 2.57%
(yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 4.13% (yoy). Perlambatan yang terjadi di sektor ini
dipicu oleh beberapa faktor yaitu (i) masih terbatasnya
penyerapan APBD mengikuti pola siklusnya, (ii) depresiasi nilai
tukar mendorong harga-harga barang konstruksi mengalami
kenaikan cukup tinggi terutama besi/baja.
Perlambatan pada sektor konstruksi dikonfirmasi oleh
beberapa prompt indikator yaitu kontraksi penjualan semen
yang masih berlanjut, dan indeks survei kegiatan dunia usaha
sektor konstruksi yang masih menunjukkan tren penurunan.
1.1.4. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor Pertambangan dan Penggalian tumbuh
melambat, tercatat sebesar 1,43% (yoy) lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang
mencapai 2,96% (yoy). Perlambatan terutama didorong sub
sektor penggalian khususnya galian Cdampak perlambatan sektor
konstruksi. Sementara untuk sub sektor pertambangan
diperkirakan masih melanjutkan tren kontraksinya meskipun
dengan besaran yang lebih rendah.
Indikator sub sektor pertambangan tercermin dari mulai
menurunnya kontraksi ekspor batubara pada triwulan
0
20
40
60
80
0
1,000
2,000
3,000
4,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2012 2013 2014 2015
yoyRp MiliarKredit Perdagangan
Nominal (Rp Miliar)
Pertumbuhan (yoy)-rhs
16.60
16.80
17.00
17.20
17.40
17.60
0.70
1.70
2.70
3.70
4.70
5.70
6.70
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2013 2014 2015
% SB% NPLKredit Perdagangan
NPL (%) Suku Bunga (%)
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW IV 2014 4.13 TW I 2015 2.57
INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
TW IV 2014 - 1.51 TW I 2015 - 3.03
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW IV 2014 2.96 TW I 2015 1.43
INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
TW IV 2014 +0.71 TW I 2015 -1.24
Grafik 1.12 KREDIT PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN Sumber : LBU, BI
19
laporan. Kontraksi ekspor batubara mereda baik dari sisi volume
maupun nilai. Hal ini didorong mulai tumbuhnya permintaan
ekspor ke Filipina serta dampak lanjutan depresiasi nilai tukar
yang memberikan insentif bagi pelaku usaha.
Kontraksi ekspor batubara merupakan fenomena nasional yang bersumber dari
melemahnya permintaan China sehingga mendorong harga internasional pada komoditas
tersebut terus mengalami pelemahan. Sampai dengan triwulan I-2015 harga internasional
batubara berada pada kisaran US$53/mt menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang
rata-rata berkisar US$56.15/mt. Kontraksi volume ekspor batubara pada triwulan I 2015
tercatat sebesar 31.89% (yoy) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi
51.53% (yoy).
1.1.5. Sektor Industri Pengolahan
Sektor Industri Pengolahan tumbuh stabil, tercatat
sebesar 4.02% (yoy) stagnan dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 4.08% (yoy). Stagnannya kinerja sektor
ini terutama didorong oleh stagnanya industri pengolahan CPO
domestik. Selain permintaan luar negeri yang melambat, harga
jual CPO yang cenderung menurun, ditambah lagi kenaikan
biaya produksi akibat realisasi UMP dan imported inflation
untuk mesin-mesin industri mendorong kinerja industri CPO
stagnan.
Perlambatan pada sektor industri tercermin pada industri
makanan minuman. Hal ini didorong oleh menurunnya
konsumsi rumah tangga selama triwulan laporan. Penurunan
pada industri pengolahan dikonfirmasi oleh hasil survei industri
manufaktur besar dan sedang yang mencatat bahwa
pertumbuhan pada industri makanan minuman terkontraksi
3,19% (Yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh 13.19% (yoy)
Disisi lain, optimisme pada sektor industri pengolahan tampak pada industri pengolahan
karet. Tren kontraksi yang terjadi selama beberapa periode pada industri karet rakyat mulai
menujukkan arah perbaikan. Hasil survei industri manufaktur besar dan sedang mencatat
bahwa industri karet tumbuh 19,49% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mencapai 2,27% (yoy).
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW IV 2014 4.08 TW I 2015 4.02
INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
TW IV 2014 +0.55 TW I 2015 +0.62
20
1.1.6. Sektor Transportasi dan Pergudangan.
Sektor Industri Pengolahan tumbuh melambat,
tercatat sebesar 7.22% (yoy) lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 7.55% (yoy).Sumber
perlambatan terjadi pada semua sub sektor (darat, laut, udara).
Periode awal tahun merupakan musim low season kunjungan
pariwisata dan aktifitas MICE. Selain itu tekanan terhadap daya
beli konsumen pada triwulan I 2015 mendorong penurunan
kinerja pada sektor ini.
Perlambatan sektor ini dikonfirmasi oleh kontraksi jumlah
penumpang pesawat udara maupun kapal laut selama
triwulan I 2015. Penumpang pesawat terkontraksi -8.29%
sementara penumpang kapal laut terkontraksi hingga -12.03%.
Demikian halnya dengan angkutan darat, pertumbuhan
jumlah kendaraan bermotor roda 4 maupun roda 2 mengalami
perlambatan. Melambatnya sub sektor angkutan darat
dikonfirmasi pula pembiayaan perbankan atas kredit
kepemilikan kendaraan yang tumbuh 21.51% (yoy) lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 37.24%
(yoy).
GRAFIK 1.12. PENUMPANG ANGKUTAN UDARA/LAUT dan PERTUMBUHAN KENDARAAN
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
1 2 3 4 1
2014 2015
yoy Industri Manufaktur Besar
Industri Makanan Industri Karet
-60
-40
-20
0
20
40
0
200
400
600
800
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2012 2013 2014
yoyRp Miliar
Kredit Industri
Nominal (Rp Miliar)
Pertumbuhan (yoy)-rhs
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW IV 2014 7.55 TW I 2015 7.22
INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
TW IV 2014 -9.84 TW I 2015 -4.98
Grafik 1.13 INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN KREDIT INDUSTRI Sumber : BPS Prov. Bengkulu dan LBU BI (diolah)
21
KEDAULATAN PANGAN di PROVINSI BENGKULU :
Program Pemerintah Pusat dalam mendorong swasembada pangan melalui target
produksi padi nasional sebesar 82 juta ton pada tahun 2019 diharapkan mampu menjaga
stabilitas pasokan beras. Di tingkat regional di Bengkulu, program swasembada pangan
diselaraskan melalui peningkatan target capaian produksi padi sebesar 622.351 ton pada tahun
2015 yang diharapkan terus mengalami peningkatan secara bertahap.
Mengacu data Neraca Bahan Makanan Provinsi Bengkulu Tahun
2013, Produksi padi domestik mencapai 622 ton dengan angka
produksi beras mencapai 368 ribu ton. Dengan angka konsumsi
beras mencapai 101,73 kg/kap/tahun dan jumlah penduduk
sebesar 1.814.357 maka jumlah konsumsi beras pertahun
diperkirakan sebesar 185ribu ton2. Secara matematis, dapat
disimpulkan bahwa produksi padi domestik seharusnya
mencatat surplus terhadap kebutuhan konsumsi beras,
namun dari berbagai informasi yang dihimpun di lapangan
konsumsi beras Bengkulu masih didatangkan dari daerah
lain atau tercatat defisit.
Masih tingginya ketergantungan pemenuhan konsumsi beras
domestik terhadap daerah lain juga didukung oleh hasil Survei
Bank Indonesia pada tahun 2012 yang mencatat bahwa
sebanyak 67.8% kebutuhan beras domestik dipasok oleh
pedagang dari luar daerah khususnya Lampung dan
Sumatera Barat. Inflow penjualan beras Lampung tercatat
mencapai Kota Bengkulu, Bengkulu Utara, Rejang Lebong dan
Muko-muko. Sementara inflow beras dari Sumatera Barat
tercatat mencapai Muko-muko dan Kota Bengkulu. Sementara
beras domestik produksi Kab. Lebong dan Kab. Seluma secara
umum habis dikonsumsi untuk kabupaten sendiri dan sekitar.
2 Pola Pangan Harapan Provinsi Bengkulu dan Neraca Bahan Makanan Provinsi Bengkulu; Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Bengkulu; 2014
NERACA BAHAN MAKANAN 2013
Produksi Padi : 622.831 ton
Produksi Beras : 367.944 ton
Konsumsi Beras : 184.574 ton
Sumber : NBM dan PPH,
Badan Ketahanan Pangan Prov.
Bengkulu 2014
ASAL BERAS YANG
DIPERDAGANGKAN
Luar Provinsi : 67.8%
Mukomuko : 10.1%
Bengkulu Selatan : 4,0%
Kota Bengkulu : 9,0%
Rejang Lebong : 9,0%
Sumber :
Pola Perdagangan Antar Daerah
Provinsi Bengkulu.
Bank Indonesia, 2012
BOKS
1
22
11.44%
15.98%
14.49%
8.02%13.44%
11.44%
7.88%
8.64%
5.66%3.00%
PANGSA PRODUKSI GABAH DI BENGKULU
Bengkulu SelatanRejang LebongBengkulu UtaraKaurSelumaMukomukoLebongKepahiangBengkulu TengahKota Bengkulu
Sumber Data :
Penelitian Pola Perdagangan Antar Daerah
Propinsi Bengkulu, Bank Indonesia, 2012
Penelitian dilakukan melalui metode
Purposive sampling terhadap 324 responden
pelaku usaha tani yang tersebar di Bengkulu,
serta 150 responden rumah tangga lainnya
untuk mengukur persepsi konsumen.
Purposive sampling merupakan teknik non
random sampling dimana pemilihan
responden dilakukan berdasarkan keyakinan
peneliti/surveyor sesuai dengan kebutuhan
informasi
Kondisi yang sebaliknya terjadi pada
outflow gabah domestik, berdasarkan hasil
penelitian tersebut sebagian besar gabah petani
dijual kepada pengepul lokal untuk kemudian oleh
pengepul lokal dialirkan ke luar daerah. Outflow
gabah keluar daerah ditemui pada beberapa wilayah
sampel survei yaitu Kab. Lebong dan Kab. Rejang
Lebong yang mengalir ke Sumatera Selatan; Kab.
Muko-muko yang mengalir ke Sumatera Barat; serta
Kab. Seluma, Kab. Bengkulu Selatan, dan Kab. Kaur
yang mengalir ke Provinsi Lampung.
8.20%
13.95%
15.20%
6.22%9.99%
9.30%
5.81%
7.15%
5.74%
18.44%
PANGSA KONSUMSI BERASDI BENGKULU
Bengkulu SelatanRejang LebongBengkulu UtaraKaurSelumaMukomukoLebongKepahiangBengkulu TengahKota Bengkulu
Keterangan
Jalur Distribusi Beras
Jalur Distribusi Gabah
JALUR TATANIAGA GABAH dan BERAS
23
Beberapa aspek yang mendorong outflow gabah ke luar provinsi yaitu : (i) keterbatasan
akses pasar petani sehingga petani lebih memilih menjual dalam bentuk Gabah Kering Panen
untuk mendapatkan uang tunai secara lebih cepat; (ii) Minimnya infrastruktur khususnya akses
dari sentra produksi padi menuju fasilitas pengolahan paska panen seperti fasilitas penjemuran
gabah/dryer; fasilitas RMU (Rice Milling Unit); jalan usaha tani; serta gudang penyimpanan
gabah; (iii) Produktivitas Panen masih rendah dengan penguasaan lahan yang sedikit dan hasil
terbatas sehingga biaya produksi gabah menjadi beras menjadi relatif mahal, (iv) Masih
lemahnya kelembagaan Gapoktan, sehingga penguasaan pasar oleh tengkulak masih tinggi.
Sumber : Badan Pusat Statistik
Tingginya Outflow Gabah kurang memberikan nilai tambah positif bagi perekonomian
Bengkulu : (i) Nilai tambah yang dihasilkan petani lebih rendah karena output pertanian
tanaman pangan sebagian besar berupa Gabah Kering Panen, (ii) Margin pengolahan gabah ke
beras lebih dinikmati Provinsi tetangga sehingga berdampak pula pada inflasi rata-rata beras di
Bengkulu yang menjadi tertinggi selama 4 tahun terakhir, (iii) Tingginya inflow beras dari luar
mengakibatkan harga beras domestik sangat rentan ketika terjadi kenaikan harga BBM, (iv) Hal
ini bermuara pada angka kemiskinan penduduk yang bekerja di sektor tanaman pangan,
tercatat NTP petani tanaman pangan pada bulan Maret 2015 masih di bawah 100, yaitu
sebesar 99,29.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PERBANDINGANNTP Tanaman Pangan 2014
Bengkulu Sumbar Lampung
Nilai Tukar Petani Tanaman
Pangan (NTPP) menunjukkan
perbandingan antara Nilai
Pengeluaran dan Nilai Penerimaan
Petani Tanaman Pangan
“Selama Tahun 2014 NTPP
Petani Tanaman Pangan di
Bengkulu adalah yang
terendah dibandingkan
sekitar”
NTPP = 100
Inflasi Tahunan Sub Kelompok
Padi-padian menunjukkan bahwa
laju inflasi sub kelompok padi-
padian di Provinsi Bengkulu relatif
tinggi dibandingkan provinsi di
sekitarnya (Jambi, Sumatera
Selatan dan Lampung).
“Hal ini mengindikasikan
tren kenaikan harga beras di
Bengkulu adalah yang
tertinggi”
24
Sumber : Badan Pusat Statistik
Sumber : Badan Pusat Statistik
Indikasi tingginya outflow gabah dan inflow
beras di Provinsi Bengkulu mendorong
terjadinya potensial loss bagi perekonomian yang
seharusnya dapat dinikmati oleh masyarakat.
Perkiraan potensial loss mencapai Rp 320
Miliar/tahun dengan asumsi menggunakan
perhitungan Harga Pembelian Pemerintah
Tahun 2015.
Untuk mengelimir potensial loss akibat
penjualan gabah ke luar daerah maka perlu
diambil langkah strategis :
1. Meningkatkan akses pasar petani, melalui
pengelolaan captive market lokal yang cukup
besar yaitu pemenuhan kebutuhan beras
BULOG, beras PNS dan TNI/Polri melalui
kemitraan strategis antar koperasi.
2. Memperbaiki infrastruktur jalan usaha tani ke
pusat pengolahan beras dan penjualan beras.
3. Memperbaiki sarana prasarana pengolahan
gabah ke beras
4. Memperbanyak pembangunan pasar-pasar di
Kabupaten/Kota.
Penyesuaian harga BBM
premium/solar
22 Juni 2013
18 November 2014
19 Januari 2015
1 April 2015
“Setiap koreksi harga BBM,
direspon oleh kenaikan
harga beras Bengkulu yang
tertinggi dibandingkan
sekitar”
KONSUMSI
Konsumsi Kapita = 101,73 kg/kap/th*)
Penduduk = 1.814.357 jiwa*)
Beras Impor (67.8%) = 125.141 ton
Beras Lokal (32.2%) = 59.433 ton
Konsumsi Beras = 184.574 ton
Jual Beras Lokal 59.433 ton Setara Gabah
100.590 ton
PRODUKSI
Produksi Padi = 622.831 ton
Jual Beras Lokal = 100.590 ton
Jual Gabah ke luar = 522.241 ton
Jual Gabah ke Luar 522.241 ton Setara Beras
308.561 ton
POTENSIAL LOSS
Penerimaan Jual Gabah =Rp 1.932 Miliar
Apabila dijual Beras =Rp 2.252 Miliar
Potensial Loss = Rp - 320 Miliar
ANALISA POTENSIAL LOSS TINGGINYA INFLOW BERAS
25
5. Meningkatkan penguatan peran Gapoktan
dalam membentuk koperasi.
pemenuhan beras Aparatur Sipil Negara melalui
produksi petani lokal dengan menggunakan terminologi
BERAS DAERAH. Sesuai data statistik BPS pada tahun
2012 tercatat bahwa jumlah PNS di Provinsi Bengkulu
mencapai 63.730 orang, diasumsikan keluarga PNS
berjumlah 4 orang (Ayah, Ibu dan 2 anak) potensi captive
market mencapai 260 ribu orang dengan estimasi
kebutuhan beras per tahun mencapai 25.93 ribu ton.
Dengan asumsi harga beras saat ini rata-rata sebesar Rp
10.000/kg maka terdapat potensi pasar yang belum
dimanfaatkan lebih kurang sebesar Rp 260 Miliar/tahun.
Benefit Petani Benefit Pemda Benefit PNS - Kepastian Pemasaran bagi Petani - Harga jual stabil , praktik tengkulak
dieliminir - Produktivitas lebih baik karena
mendptkan pendampingan PEMDA - Pengelolaan cash flow lebih baik - SHU Koperasi Petani meningkat - Akses lembaga keuangan lebih mudah
- Sinergi dengan program yg ada - Stabilitas harga terjaga - Pengembangan varietas lokal - Uang berputar di lokal Bengkulu
- Harga beli lebih baik karena memotong rantai distribusi
- Kualitas beras lebih baik dengan harga perolehan yang sama dengan pasar
- Keuntungan koperasi Pegawai berupa SHU Pegawai meningkat
MODEL KERJASAMA TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN AKSES PASAR PETANI MISALNYA : PROGRAM BERAS DAERAH
POTENSI KEBUTUHAN BERAS PNS BENGKULU
Jumlah PNS : 63.730 orang
PNS + Keluarga : 259.330 orang1)
Konsumsi Kapita : 101.73 kg/kap/th2)
Konsumsi Total : 25.933 ton3)
Captive market : Rp 259,33 Miliar
Sumber : NBM dan PPH,
1) Asumsi 1 keluarga 4 orang
2) Data NBM Prov. Bengkulu
OPTIMALISASI PENYERAPAN
BERAS DAERAH YANG SUDAH
BERJALAN :
Program Rasda dan Beras
PNS Pemkab Kulon Progo,
mengoptimalkan penyerapan
beras BULOG melalui produksi
lokal dengan varietas unggul
daerah. Program ini sekaligus
menyediakan beras untuk
kebutuhan PNS di lingkungan
Pemkab.
Program Raskinda Pemkot
Solo bekerjasama dengan
BULOG
Program Rasda di Kabupaten
Sergei, Kab. Magelang, Kab.
Kebumen, Brebes, Pati,
Ciamis, Karawang, dan
Dompu
BAB II
PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH
27
Indikator Makro
Inflasi Provinsi Bengkulu
Triwulan IV 2014 Triwulan I 2015
10.85
7.65
5.54
6.55
16.57
9.80
17.72
8.23
12.239
12.995
28
Grafik 2.1 PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
PERKEMBANGAN INFLASI
TRIWULAN I 2015
Inflasi Kota Bengkulu pada triwulan I tahun 2015 sebesar 7,65% (yoy) melambat dibandingkan
triwulan IV tahun 2014 lalu sebesar 10,85% (yoy). Perlambatan Inflasi terjadi pada kelompok
Administered Prices dan Volatile Food. Laju inflasi Bengkulu pada triwulan laporan berada diatas
inflasi nasional (5.04%) maupun inflasi rata-rata Sumatera (6.12%)
Sementara itu perkembangan inflasi bulanan di triwulan I 2015
diwarnai 2x deflasi berturut-turut yaitu di Bulan Januari (-0,82%
mtm) dan Februari ( -1,45% mtm). Melambatnya inflasi pada
triwulan I 2015 dipengaruhi beberapa faktor yaitu: (i) Masa panen
tanaman holtikultura sehingga supply bertambah, (ii) Penurunan
harga BBM yang dilakukan pemerintah dua kali berturut-turut di
bulan Januari (iii) Pola musiman penurunan konsumsi di awal tahun,
(iv) Realisasi fiskal pemerintah yang rendah mengikuti pola
siklikalnya.
INFLASI BULANAN (% mtm)
JAN 2015 FEB 2015 MAR 2015
-0.82 -1.45 + 0.19
7.65%
6.38%
-2.08%
-0.44%
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012 2013 2014 2015
% In
fla
si
Bengkulu (yoy) Nasional (yoy)
DISAGREGASI INFLASI Provinsi Bengkulu
INFLASI INTI (% yoy)
TW IV 2014 5.54 TW I 2015 6.55
ADMINISTERED PRICE (% yoy)
TW IV 2014 16.57 TW I 2015 9.80
VOLATILE FOOD (% yoy)
TW IV 2014 17.72 TW I 2015 8.23
Sumber : BPS Prov Bengkulu (diolah)
29
Tabel 2.1 INFLASI KELOMPOK BARANG/JASA PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
2.1 INFLASI MENURUT KELOMPOK
BARANG/JASA
Kelompok pendorong perlambatan inflasi : Bahan Makanan;
Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan.
Kelompok pendorong kenaikan inflasi : Makanan Jadi, Minuman,
Rokok dan Tembakau; Kesehatan ; Perumahan, Air, Listrik, Gas dan
Bahan Bakar; Sandang; dan Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
Inflasi Kelompok Bahan Makanan mengalami
perlambatan signifikan dari 17,76% (yoy) pada triwulan IV 2014
menjadi 8,31% (yoy) pada triwulan I 2015. Penurunan bersumber
pada sub kelompok Bumbu-bumbuan; sub kelompok daging dan
hasil-hasilnya; sub kelompok Telur, susu, dan hasil-hasilnya; serta sub
kelompok Sayur-sayuran. Komoditas yang mengalami penurunan
harga cukup signifikan diantaranya: Cabai Merah, Telur Ayam, Ayam
Hidup, Buncis, kol putih, dan Kentang. Penurunan harga pada
beberapa komoditas holtikultura disebabkan melimpahnya pasokan
seiring musim panen di bulan Januari hingga Maret 2015.
Andil Andil Andil
(% yoy) (% yoy) (% yoy)Bahan makanan 125,43 7,44 1,94 138,40 17,76 4,83 129.23 8.31 2.06Makanan Jadi, Minuman,
Rokok dan Tembakau 110,11 6,55 1,06 116,96 6,64 1,02 118.47 7.14 1.16
Perumahan, Air, Listrik, Gas
dan Bahan Bakar 109,87 4,77 1,02 115,04 8,23 1,74 117.38 9.80 2.12
Sandang 115,08 4,69 0,27 109,46 3,82 0,21 110.29 4.11 0.24Kesehatan 116,03 5,27 0,21 117,49 6,53 0,25 123.42 10.90 0.44Pendidikan, Rekreasi dan Olah
Raga 124,47 5,45 0,46 116,18 5,62 0,45 117.04 6.14 0.53
Transportasi, Komunikasi dan
Jasa Keuangan125,43 7,44 1,13 136,82 13,96 2,67 127.81 5.86 1.10
Inflasi Umum 117,93 6,05 6,65 124,55 10,85 10,85 121.96 7.65 7.65
Inflasi
(% yoy)
III-2014
IHKKelompok Barang/Jasa
IV-2014 I-2015
IHKInflasi
(% yoy)IHK
Inflasi
(% yoy)
INFLASI KELOMPOK BAHAN MAKANAN
INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW IV 2014 17.76 TW I 2015 8.31
3 KOMODITAS SUMBER PERLAMBATAN
Cabai Merah
Telur Ayam
Ayam Hidup
Sumber : BPS Prov Bengkulu (diolah)
30
Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan
Jasa Keuangan mengalami perlambatan signifikan dari
13,96% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 5,86% (yoy) di
triwulan I 2015. Penurunan bersumber pada sub-kelompok
Transpor, khususnya komoditas bensin dan tarif angkutan dalam
kota. Hal ini merupakan dampak kebijakan penurunan harga
premium dan Solar dua kali berturut-turut pada bulan Januari 2015
setelah kenaikan yang cukup tinggi pada triwulan sebelumnya. Pada
awal Januari pemerintah menetapkan harga premium turun dari
Rp8.500/ liter menjadi Rp7.600/ liter yang kemudian diturunkan lagi
menjadi Rp6.600/liter pada tanggal 19 Januari 2015. Sejalan dengan
itu, tarif angkutan dalam kota yang sempat naik signifikan di
triwulan sebelumnya, kembali disesuaikan karena adanya penurunan
harga premium.
Inflasi Kelompok Makanan jadi, Minuman,
Rokok, dan Tembakau mengalami peningkatan yang
moderat dari 6,64% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi
7,14% (yoy) di triwulan I 2015. Inflasi kelompok ini bersumber dari
Sub Kelompok Makanan Jadi dan Sub Kelompok Tembakau dan
Minuman Beralkohol. Adapun komoditas yang memberikan andil
inflasi cukup besar yaitu Rokok dan Rokok Kretek Filter. Kenaikan
harga rokok didorong oleh kenaikan harga tembakau menyusul
rencana pemerintah menaikkan cukai rokok pada tahun 2015
sebesar 10%.
Inflasi Kelompok Kesehatan meningkat signifikan dari
6,53% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 10,90% (yoy) di
Triwulan I 2015. Peningkatan bersumber dari sub-kelompok Jasa
Kesehatan, serta sub-kelompok perawatan jasmani dan kosmetika.
Adapun komoditas yang memberikan andil inflasi cukup besar yaitu
Tarif Rumah Sakit, Ongkos Bidan dan Shampo.
INFLASI KELOMPOK TRANSPORTASI, KOMUNIKASI,
JASA KEUANGAN
INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW IV 2014 13.96 TW I 2015 5.86
3 KOMODITAS SUMBER PERLAMBATAN
Bensin
Solar
Tarif Angkutan
INFLASI KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN,
ROKOK, DAN TEMBAKAU
INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW IV 2014 6.64 TW I 2015 7.14
3 KOMODITAS SUMBER INFLASI
Rokok
Rokok Kretek Filter
Siomay
31
Terjadinya peningkatan harga komoditas tersebut disebabkan oleh
naiknya beban operasional dan beban produksi perusahaan.
Sebagaimana diketahui produk obat-obatan dan kosmetika memiliki
ketergantungan terhadap bahan baku impor sehingga depresiasi
nilai tukar rupiah berdampak pada peningkatan beban produksi.
Disamping itu, kelompok Sandang; Perumahan, air, Listrik, Gas,
dan Bahan bakar; serta Transportasi, Komunikasi, dan Jasa
keuangan juga mengalami peningkatan inflasi yang moderat.
Dimana peningkatan inflasi yang terjadi pada Kelompok tersebut
tidak lebih besar dari Kelompok lain yang mengalami penurunan
Inflasi yang signifikan. Sehingga secara keseluruhan membuat Inflasi
pada Triwulan I 2015 melambat dibandingkan dengan triwulan IV
2014.
-0.500
0.000
0.500
1.000
1.500
Padi-padian,Umbi-umbian…
Daging danHasil-hasilnya
Ikan Segar
Ikan Diawetkan
Telur, Susu danHasil-hasilnya
Sayur-sayuranKacang -kacangan
Buah - buahan
Bumbu -bumbuan
Lemak danMinyak
BahanMakanan…
0.00000.20000.40000.60000.80001.0000
Transpor
KomunikasiDan
Pengiriman
Sarana danPenunjangTranspor
Jasa Keuangan
0.0000.1000.2000.3000.4000.5000.600
Makanan Jadi
Minuman yangTidak
Beralkohol
Tembakau danMinumanBeralkohol
0.0000
0.0500
0.1000
0.1500
0.2000Jasa Kesehatan
Obat-obatan
Jasa PerawatanJasmani
PerawatanJasmani danKosmetika
INFLASI KELOMPOK KESEHATAN
INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW IV 2014 10.90 TW I 2015 6.53
3 KOMODITAS SUMBER INFLASI
Tarif Rumah Sakit
Ongkos Bidan
Shampo
ANDIL INFLASI BAHAN MAKANAN
ANDIL INFLASI TRANSPORTASI, KOMUNIKASI, DAN JASA KEUANGAN
ANDIL INFLASI MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK, DAN TEMBAKAU
ANDIL INFLASI KESEHATAN
32
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013 2014 2015
Grafik 2.2 POLA SEASONAL INFLASI BULANAN PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
Berdasarkan pola seasonal inflasi bulanan selama triwulan I 2015 menunjukkan
pergerakan yang menurun dibanding kondisi rata-rata tiga tahun sebelumnya. Hal ini terutama
terjadi pada bulan Januari 2015 yang mengalami deflasi diluar pola normalnya. Hal ini dipicu
kebijakan administered price Pemerintah yang mengumumkan penurunan harga BBM dua kali
berturut-turut di bulan Januari 2015 dan masa panen tanaman holtikultura yang dapat menahan
laju inflasi volatile food .
Pada bulan Januari 2015 tercatat deflasi sebesar -
0,82 % (mtm), signifikan menurun dibandingkan bulan
sebelumnya sebesar 3,03% (mtm). Deflasi ini bersumber dari
penurunan harga Cabe Merah, Cabe Rawit, dan Bensin. Penurunan
harga Cabe Merah dan Cabe Rawit disebabkan oleh melimpahnya
pasokan di musim panen, sementara penurunan harga bensin
merupakan kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM sebesar
22%.
Pada bulan Februari deflasi masih berlanjut sebesar -
1,45% (mtm). Deflasi yang terjadi pada bulan Februari lebih besar
dibandingkan bulan sebelumnya. Sumber peningkatan deflasi masih
berasal dari komoditas cabai merah dan cabai rawit Selain itu
sumber deflasi juga berasal dari tarif angkutan dalam kota yang
turun sebesar 25% sebagai dampak lanjutan dari penurunan harga
BBM di bulan sebelumnya.
INFLASI JANUARI 2015
-0.82%
KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)
- Beras 0.43 - Daging Ayam 0.20 - Telur Ayam Ras 0.10
KOMODITAS DEFLATOIR (Andil %mtm)
- Cabai Merah -1.24 - Bensun -0.70 - Angk. Udara -0.12
INFLASI FEBRUARI 2015
-1.45%
KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)
- Beras 0.52 - Angk. Udara 0.11 - Tarif Rumah Sakit 0.11
KOMODITAS DEFLATOIR (Andil %mtm)
- Cabai Merah -1.12 - Angk. Kota -0.58 - Bensi -0.30
33
Berbeda dengan dua bulan sebelumnya, pada bulan
Maret 2015 tercatat inflasi sebesar 0,19% (mtm), paska
kenaikan beberapa komoditas volatile food. Inflasi bersumber
dari kenaikan harga beras dan bawang merah. Kenaikan harga beras
terutama dipicu penetapan HPP Beras Bulog dari Rp 6.600 menjadi
Rp 7.300/kg. Selain itu pasokan beras pada beberapa daerah telah
melewati musim panen sehingga supply berkurang. Sementara
inflasi bawang merah lebih disebabkan karena turunnya produksi
pengaruh musim.
2.2 PERKEMBANGAN INFLASI NON
FUNDAMENTAL
Secara umum Inflasi Non Fundamental menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, baik disisi Inflasi Administered Price maupun Inflasi Volatile Food.
8.23
9.80
6.55
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2012 2013 2014 2015
Inflasi IHK Volatile Food Adm. Price Core
Sumber: BPS (Diolah Menggunakan Sub-Kelompok)
% (yoy)
Inflasi kelompok Administered Price (AP) melambat, pada
triwulan I 2015 tercatat sebesar 9,8% (yoy) lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
16,57% (yoy). Beberapa komoditas AP yang mendorong
perlambatan inflasi pada triwulan laporan antara lain : Bensin,
INFLASI MARET 2015
+ 0.19%
KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)
- Beras 0.21 - Bensin 0.14 - Sewa Rumah 0.09
KOMODITAS DEFLATOIR (Andil %mtm)
- Cabai Merah -0.53 - Telur Ayam -0.06 - Daging Ayam Ras -0.06
Grafik 2.3 PERKEMBANGAN DISAGREGASI INFLASI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
NON FUNDAMENTAL ADMINISTERED PRICE
INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW IV 2014 16.57 TW I 2015 9.80
KOMODITAS SUMBER PERLAMBATAN
Bensin
Angkutan Kota
34
Angkutan Dalam Kota. Perlambatan ini didorong oleh penurunan
harga Premium dan Solar pada bulan Januari 2014 sebesar 22%.
Dimana penurunan tersebut diikuti juga oleh ketetapan untuk
menurunkan tarif angkutan dalam kota sebesar 25% oleh
pemerintah.
Inflasi Volatile Foods (VF) melambat, pada triwulan laporan
tercatat sebesar 8,23% (yoy), lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai 17,72% (yoy). Penurunan
disebabkan oleh penurunan harga cabai merah dan cabai rawit di
bulan Januari hingga Maret. Penurunan harga ini didorong masa
panen holtikultura sehingga pasokan melimpah. Meskipun pada
triwulan laporan juga terjadi peningkatan harga pada komoditas
beras dan bawang merah, namun penurunan harga yang lebih
besar pada cabai merah dan cabai rawit dapat meredam laju inflasi
jauh lebih baik dari bulan sebelumnya.
Berdasarkan pola seasonalnya, inflasi VF bergerak sesuai dengan polanya sejak tiga
tahun terakhir. Mengalami penurunan dari Januari hingga Februari, kemudian meningkat pada
bulan Maret. Penyebabnya adalah dampak penurunan harga komoditas utama sebagaimana
dijelaskan di atas. Satu hal yang berbeda adalah deflasi yang terjadi pada bulan Januari, dimana
pada bulan Januari tiga tahun terakhir tidak terjadi deflasi. Sementara untuk inflasi AP masih
bergerak sesuai pola musimannya namun dengan besaran yang menurun secara signifikan. Tren
Penurunan Inflasi AP pada triwulan I 2015 merupakan penurunan tertinggi sejak tiga tahun
terakhir.
NON FUNDAMENTAL VOLATILE FOOD
INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW IV 2014 17.72 TW I 2015 8.23
KOMODITAS SUMBER PERLAMBATAN
Cabai Merah
Cabai Rawit
35
-5.00
0.00
5.00
10.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
% m
tm
Volatile Food (mtm)
2012 2013 2014 2015
-10.00
0.00
10.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12% m
tm
Administered Price (mtm)
2012 2013 2014 2015
2.3 PERKEMBANGAN INFLASI
FUNDAMENTAL
Inflasi Inti pada triwulan IV 2014 menunjukkan kenaikan dengan
tekanan yang lebih moderat. Inflasi inti (core) pada triwulan
laporan sebesar 6,55% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 5,54% (yoy). Peningkatan inflasi inti
dipengaruhi beberapa faktor yaitu: (i) kenaikan imported inflation
dampak dari pelemahan nilai tukar, (ii) Efek lanjutan dari kenaikan
biaya produksi/distribusi akibat kenaikan tarif administered price
seperti TDL, BBM dan Elpiji pada triwulan sebelumnya. Berdasarkan
seasonal-nya, inflasi inti bergerak sesuai dengan pola pada tahun
2013 dimana terjadi tren penurunan pergerakan inflasi dari bulan
Januari hingga Maret.
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu (diolah dengan pendekatan sub kelompok)
FUNDAMENTAL CORE INFLATION
INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW IV 2014 5.54 TW I 2015 6.55
FAKTOR SUMBER INFLASI
Imported Inflation
Cost Push Inflation
Grafik 2.4 PERKEMBANGAN INFLASI VOLATILE FOOD DAN ADMINISTERED PRICE Sumber : BPS Prov. Bengkulu (diolah dengan pendekatan sub-kelompok)
36
-2.00
0.00
2.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
% I
nti
Inflasi Inti (mtm)
2012 2013 2014 2015
10000
11000
12000
13000
14000
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2014 2015
Inflasi Inti Vs Nilai Tukar
Inflasi inti (yoy) Kurs Tengah BI
Berdasarkan pola seasonalnya, inflasi Inti bergerak sesuai dengan pola bulanannya sejak tiga
tahun terakhir. Meskipun demikian apabila dibandingkan pola tiga tahun sebelumnya, inflasi
bulanan Januari, Februari dan Maret lebih tinggi dibandingkan rata-rata 3 tahun sebelumnya.
Melemahnya nilai tukar diperkirakan memberikan dampak pada kenaikan harga barang-barang
impor baik barang konsumsi maupun bahan baku produksi.
Kenaikan inflasi inti diperkirakan juga sebagai dampak penyesuaian harga-harga komoditas
industri di awal tahun. Hasil liason Bank Indonesia Bengkulu mengkonfirmasi bahwa beberapa
perusahaan baru melakukan koreksi atas kenaikan biaya-biaya administered price pada triwulan
sebelumnya dengan pertimbangan daya beli masyarakat kembali pulih.
2.4 PERBANDINGAN INFLASI
ANTAR PROVINSI/KOTA DI SUMATERA
Secara agregat laju inflasi tahunan Provinsi di Sumatera pada
triwulan I 2015 sebesar 6,12% (yoy), di atas laju inflasi nasional
sebesar 5,04% (yoy). Laju inflasi triwulan I 2015 di Pulau
Sumatera lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Hampir
semua provinsi kecuali Jambi memiliki laju inflasi diatas inflasi
nasional. Adapun Provinsi Bengkulu merupakan Provinsi dengan
inflasi tertinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di
pulau Sumatera.
Grafik 2.5 POLA PERKEMBANGAN INFLASI INTI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
PERBANDINGAN INFLASI TAHUNAN
NASIONAL (% yoy)
TW IV 2014 6.38 TW I 2015 5.04
SUMATERA (% yoy)
TW IV 2014 7.23 TW I 2015 6.12
Sumber : BPS (diolah)
37
Grafik 2.6 INFLASI KOTA-KOTA DI SUMATERA Sumber : BPS (diolah)
38
pisang sebagai bahan pangan alter
Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi dengan tingkat inflasi tertinggi di
Pulau Sumatera. Berdasarkan kelompok komoditasnya, inflasi bersumber dari kelompok
bahan pangan khususnya beras. Hal ini dikarenakan ketergantungan masyarakat yang
tinggi terhadap beras sebagai sumber karbohidrat. Padahal masih banyak komoditas lain
yang dapat menggantikan beras sebagai sumber karbohidrat, diantaranya: jagung, ubi,
ganyong, dan pisang. Untuk itu, perlu disusun program diversifikasi pangan dengan
mengutamakan komoditas unggulan lokal sebagai pengganti beras guna mengurangi
tekanan inflasi yang bersumber dari beras dan juga merealisasikan program pangan
harapan di provinsi Bengkulu.
Kita menyadari bahwa kualitas konsumsi pangan akan sangat menentukan kulitas
SDM bangsa ini untuk mampu bersaing dalam komunitas global. Penganekaragaman
konsumsi pangan disamping bertujuan meningkatkan skor pola pangan harapan (PPH )
juga diharapkan dapat menyeimbangkan asupan sumber karbohidrat sebagai pangan
pokok yang saat ini didominasi oleh Beras. Di masa depan, kebutuhan pangan pokok
karbohidrat penduduk provinsi Bengkulu diharapkan tidak sepenuhnya tergantung pada
beras, tetapi dapat lebih beragam sesuai dengan potensi wilayah. Skor PPH provinsi
Bengkulu tahun 2013 baru mencapai 82,7 dengan konsumsi beras sebesar 101,7
Kg/kKap/Tahun. Ini dapat dilihat dari konsumsi beras yang masih tinggi di atas 100
Kg/kap/tahun.
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras sebagai sumber karbohidrat perlu
dicari bahan pangan lain sebagai sumber karbohidrat alternatif. Pisang sebagai salah
satu komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif karena
memiliki kandugan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi. Pisang tidak mengenal
musim dan merupakan energi instan yang cukup besar. Buah pisang bernilai ekonomi bila
dibandingkan dengan buha-buahan lain. Pada beberapa daerah di provinsi Bengkulu
terdapat varietas pisang unggulan yang produksinya berlimpah.
BOKS
2
39
Buah pisang merupakan makanan yang berenergi tinggi membuat tubuh merasa
segar sepanjang hari. Makan pisang bisa membuat tubuh lebih berenergi untuk waktu
yang lebih lama dibandingkan dengan energi instan yang diperoleh dari minuman
berenergi. Bila pisang dikonsumsi langsung dalam keadaan segar dapat menghemat energi
dan lebih menghemat tenaga dan biaya. Konsumsi buah masyarakat masih sangat rendah,
hanya mencapai 34,55 kg/kap/tahun, padahal menurut FAO standar kecukupan konsumsi
buah minimal harus mencapai 73 kg/kap/tahun, sementara penduduk di Provinsi Bengkulu
baru mencapai 53 kg/kap/tahun.
KOMODITAS ENERGI PROTEIN LEMAK KARBO KALSIUM PHOSPOR BESI Vit A Vit B Vit C
(kkal) (gr) (gr) (gr) (mg) (mg) (mg) (RE) (mg) (mg)
NASI 178 2.1 0.1 40.6 5 22 0.5 0 0.1 0
PISANG:
Ambon 99 1.2 0.2 25.8 8 28 0.5 21 0.1 3
Angle 68 1.3 0.2 17.2 10 26 0.6 11 0.1 6
Mas 127 1.4 0.2 33.6 7 25 0.8 12 0.1 2
Raja Uli 146 2 0.2 38.2 10 38 0.9 11 0.1 3
Raja 120 10.2 0.2 31.8 10 22 0.8 139 0.1 10
Raja Sere (susu) 118 1.2 0.2 31.1 7 29 0.3 16 0 4
Bila kita analisa tabel diatas menunjukkan energi yang
terdapat dalam setiap 100 gr nasi hampir sebanding dengan
energi yang terdapat dalam buah pisang. Dalam buah pisang
terdapat kandungan vitamin A dan vitamin C yang tidak dimiliki
oleh nasi. Selain itu pisang mengandung nilai gizi yang
mencukupi seperti karbohidrat dan kalori tinggi yang dapat
dijadikan sumber energi layaknya nasi sesuai kebutuhan
manusia. Tidak hanya sebagai sumber karbohidrat, namun masih
banyak zat makanan yang terkandung dalam buah pisang (tabel
1). Apabila hanya mengkonsumsi buah pisang saja, maka secara
Tabel 2.2 KANDUNGAN ZAT GIZI (PER 100 gr bahan pangan) Sumber : DKBM MWA - BKP
Energi yang terdapat pada setiap 100gr nasi hampir sebanding dengan energi yang terdapat dalam buah pisang.
Pisang mengandung
Vitamin A dan C yang tidak terdapat pada nasi.
Pisang mengandung serat
yang tinggi
40
minimal gizi yang dibutuhkan suda tercukupi. Benefit lainnya
mengkonsumsi buah pisang adalah mencegah kegemukan
karena merupakan salah satu buah yang berserat tinggi. Dengan
komposisi tersebut, pisang dapat digunakan sebagai bahan
pengan alternatif pengganti nasi khususnya di daerah Provinsi
Bengkulu yang memiliki ketergantungan yang cukup tinggi
terhadap nasi dan juga merupakan komoditas penyumbang
inflasi tertinggi di provinsi Bengkulu.
Untuk Menunjang program ini dapat dilihat produksi pisang pada masing-masing
kota/Kabupaten di Provinsi Bengkulu, sebagai berikut:
Besarnya produksi pisang dapat menunjang program pangan alternatif pisang sebagai
pengganti beras. Sebagai langkah awal, program memakan pisang sebagai sumber bahan
pangan alternatif dapat dimulai dari lingkungan keluarga. Hal ini dimaksudkan untuk
memberi edukasi di lingkungan yang paling kecil, sehingga persepsi bahwa nasi
merupakan satu-satuya sumber karbohidarat dapat berubah mulai dari usia dini. Setelah
lingkungan keluarga dapat teredukasi dengan baik maka program ini dapat disosialisasikan
pada kelompok masyarakat yang lebih luas sehingga sasaran untuk mewujudkan
ketahanan pangan dan pengendalian inflasi dapat tercapai sebagaimana mestinya.
Beberapa daerah di Provinsi
Bengkulu merupakan penghasil pisang varietas unggul (Kabupaten Rejang Lebong).
Secara garis besar seluruh
Kabupaten/kota dapat memproduksi pisang
Produksi pisang terbesar bersumber dari Bengkulu Utara dan Kepahiang
Keseluruhan Produksi pisang Prov. Bengkulu di tahun 2013: 25.975 ton.
Sumber: Bengkulu Dalam Angka 2014 (Diolah)
41
BAB III PERKEMBANGAN
STABILITAS SISTEM
KEUANGAN & SISTEM
PEMBAYARAN
41
IInnddiikkaattoorr MMaakkrroo
SSttaabbiill iittaass SSiisstteemm KKeeuuaannggaann
Triwulan IV 2014 Triwulan I 2015
Rp 14.85Triliun
Tumbuh 12.12% yoy
Rp 16.14Triliun
Tumbuh 21.94% yoy
Rp 12.61Triliun
Tumbuh 11.74% yoy
Rp 12.94Triliun
Tumbuh 13.13% yoy
Rp 8.56Triliun
Tumbuh 11.41% yoy
Rp 9.24Triliun
Tumbuh 15.55% yoy
Rp 4.80Triliun
Tumbuh 15.70% yoy
Rp 4.88Triliun
Tumbuh 13.89% yoy
147 %
140 %
2.24 %
2.67 %
42
SSTTAABBIILLIITTAASS SSIISSTTEEMM KKEEUUAANNGGAANN
TTRRIIWWUULLAANN II 22001155
Memasuki tahun 2015, stabilitas sistem keuangan di Provinsi Bengkulu menunjukkan arah
perbaikan. Hal ini tercermin dari menurunnya LDR dan NPL dibandingkan triwulan sebelumnya.
LDR pada triwulan I 2015 mencapai 140,05% dengan tingkat NPL sebesar 2,67%. Tingkat LDR
di Bengkulu masih cenderung beresiko karena rasionya > 100 yang dipicu tingginya permintaan
kredit namun kurang diimbangi kemampuan penghimpunan dana pihak ketiga.
22..6677 114400..0055 1133..1133 1155..1155
33.. 11 PPeerrkkeemmbbaannggaann BBaannkk UUmmuumm
33..11..11 AAsseett BBaannkk UUmmuumm
Aset Bank Umum tumbuh lebih baik, tercatat sebesar
sebesar 21,77% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 12,22% (yoy). Pertumbuhan bersumber
dari aset Bank Umum Pemerintah mencapai 28,90% (yoy) lebih
tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 15,81%(yoy).
Sementara pertumbuhan Aset Bank Swasta relatif stabil,
tercatat tumbuh 2,51% (yoy) dibanding triwulan lalu sebesar
2,26% (yoy).
Dari keseluruhan aset Bank Umum sebesar 16,14
Triliun, 94,40% masih didominasi oleh Bank
Konvensional dan sisanya 5,60% merupakan aset Bank
Syariah. Kemudian apabila dilihat berdasarkan kategori
Bank, 77,6% aset perbankan di Provinsi Bengkulu dikuasai
oleh BUMN/D dan sisanya 22,4% merupakan aset Bank
Swasta Nasional.
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW IV 2014 12.22 TW I 2015 21.77
PANGSA ASSET (%) TW I 2015
KONVENS 94.40 SYARIA 5.60
BUMN/D 77.60
SWASTA 22.40
43
33..11..22 PPeerrkkeemmbbaannggaann DDaannaa PPiihhaakk KKeettiiggaa
Dana Pihak Ketiga tumbuh lebih baik,
tercatat sebesar sebesar 15,55% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,41%
(yoy). Pertumbuhan bersumber dari Giro dan Deposito,
sementara Tabungan melambat. Pertumbuhan Giro
terutama terjadi pada Giro Pemerintah di Bank Umum,
yang penyerapannya tertunda karena permasalahan teknis
nomenklatur anggaran Kementerian/lembaga.
Berdasarkan pangsanya, Giro dan Deposito mengalami
kenaikan sementara Tabungan menurun. Perlambatan
penghimpunan tabungan merupakan dampak dari
menurunnya daya beli masyarakat, sehingga masyarakat
mulai memanfaatkan tabungan sebagai salah satu
pembiayaan konsumsinya. Tren penurunan suku bunga
Bank, menjadai salah satu faktor penurunan tingkat
penghimpunan tabungan di masyarakat.
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
- 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000
10,000
TWI
TWIII
TWI
TWIII
TWI
TWIII
TWI
TWIII
TWI
2011 2012 2013 2014 2015
dal
am r
ibu
Rp
DPK g DPK (yoy)
-50%
0%
50%
100%
TW I
TW II
TW II
I
TW IV
TW I
TW II
TW II
I
TW IV
TW I
TW II
TW II
I
TW IV
TW I
TW II
TW II
I
TW IV
TW I
2011 2012 2013 2014 2015
g Giro (yoy)
g Tabungan (yoy)
g Deposito Berjangka (yoy)
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW IV 2014 11.41 TW I 2015 15.55
PANGSA DPK (%) di TW I 2015
TABUNGAN 47.00 GIRO 28.90 DEPOSITO 24.20
Grafik 3.1 PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA Sumber : Bank Indonesia
44
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
TW1
2013
TW2
2013
TW3
2013
TW4
2013
TW1
2014
TW2
2014
TW3
2014
TW4
2014
TW1
2015
% y
oy
Pertumbuhan Deposito
Swasta Pemerintah
Rp 2.233 Miliar
Tumbuh 39.11% yoy
Rp 4.340 Miliar
Tumbuh 3.43 % yoy
Rp 2.666 Miliar
Tumbuh 21.51 % yoy
Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum di Provinsi
Bengkulu pada triwulan laporan masih terkonsentrasi
di bank pemerintah dengan porsi mencapai 86,74%,
sedangkan 13,26% berada di bank swasta. DPK bank
umum pemerintah tumbuh sebesar 17,24% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
12,84% (yoy). Demikian halnya, DPK bank umum swasta
tumbuh 8,62% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 6,20% (yoy).
Pada bank umum pemerintah, komponen deposito mencatatkan pertumbuhan yang
tertinggi sementara komponen tabungan mencatatkan perlambatan. Sementara di Bank
Swasta, komponen deposito justru mengalami perlambatan dan komponen tabungan justru
mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan penghimpunan dana di Giro dan Deposito pada Bank
Umum Pemerintah lebih didorong oleh rekening Pemerintah Daerah maupun Rekening
Pemerintah Pusat yang realisasinya tertahan selama triwulan I 2015.
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
% y
oy
Pertumbuhan Tabungan
Swasta Pemerintah
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
TW 12013
TW 22013
TW 32013
TW 42013
TW 12014
TW 22014
TW 32014
TW 42014
TW 12015
% y
oy
Pertumbuhan Giro
Swasta Pemerintah
KONSENTRASI DPK TW I 2015
BUMN/D 86.74 SWASTA 13.26
Grafik 3.2 PERTUMBUHAN DEPOSITO, TABUNGAN, GIRO Sumber : Bank Indonesia
45
33..11..33 PPeerrkkeemmbbaannggaann KKrreeddiitt
Kredit tumbuh lebih baik, tercatat sebesar sebesar
11,74% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 13,11% (yoy). Pertumbuhan kredit
terutama bersumber dari Kredit Konsumsi sementara kredit
modal kerja melambat. Melambatnya pertumbuhan kredit
modal kerja terdampak penurunan tendensi bisnis di
Bengkulu terutama yang terkait dengan sektor
perkebunan, perdagangan domestik dan jasa-jasa.
Sementara itu peningkatan kredit konsumsi ditengah
penurunan daya beli masyarakat diperkirakan sebagai
upaya masyarakat untuk mendapatkan alternatif
pembiayaan lainnya. Berdasarkan strukturnya, 58.70%
pembiayaan masih didominasi kredit konsumsi diikuti
kredit/pembiayaan modal kerja 29,78% dan
kredit/pembiayaan investasi 11,50%.
Rp 7.597 Miliar
Tumbuh 18.31% yoy
Rp 1.489 Miliar
Tumbuh 6.89 % yoy
Rp 3.854 Miliar
Tumbuh 6.35 % yoy
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
TW 12013
TW 22013
TW 32013
TW 42013
TW 12014
TW 22014
TW 32014
TW 42014
TW 12015
% y
oy
Pertumbuhan Kredit
Modal Kerja Investasi Konsumsi
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW IV 2014 11.74 TW I 2015 13.11
PANGSA KREDIT (%) TW I 2015
KONSUMSI 58.70 M. KERJA 29.78 INVESTASI 11.50
GRAFIK 3.3 PERTUMBUHAN KREDIT KONSUMSI, INVESTASI, DAN MODAL KERJA Sumber : BI
46
Secara sektoral, kredit/pembiayaan yang tumbuh tinggi adalah Sektor Perantara
Keuangan. Sektor ini tumbuh 70,45% (yoy) jauh meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnyayang terkontraksi -59.45% (yoy). Kemudian pada sektor Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial serta Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga, masing-masing
mencatatkan pertumbuhan sebesar 51,81% (yoy) dan 36,38% (yoy),
Sedangkan, sektor yang mengalami kontraksi pertumbuhan kredit diantaranya adalah
sektor Real Estate, sektor Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan; sektor Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial wajib; sektor Pertambangan dan Penggalian serta
sektor Jasa Pendidikan.
Jenis Kredit Growth
yoy Share
(%) Andil (yoy)
PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 21.08 7.88 1.66
PERIKANAN 14.66 0.19 0.03
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -57.61 0.22 -0.13
INDUSTRI PENGOLAHAN 6.62 2.42 0.16
LISTRIK, GAS DAN AIR -7.45 0.17 -0.01
KONSTRUKSI 22.32 1.63 0.36
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 9.07 23.84 2.16
PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM 11.77 1.06 0.12
TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 13.48 0.46 0.06
PERANTARA KEUANGAN 70.45 0.21 0.15
REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN -59.31 1.22 -0.72
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB -25.32 0.00 0.00
JASA PENDIDIKAN -17.57 0.16 -0.03
JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 51.87 0.26 0.14
JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA 19.11 1.23 0.23
JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA 36.38 0.07 0.02
BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA -90.38 0.00 0.00
KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 1523.78 0.13 2.04
PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA 18.60 58.85 10.94
Tabel 3.1 KREDIT BANK UMUM DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BI
47
33..11..44 RRiissiikkoo SSttaabbiilliittaass SSiisstteemm KKeeuuaannggaann
Resiko kredit masih terjaga pada level wajar,
tercatat Non Performing Loan mencapai 2.67% sedikit
mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 2.24%.
menurunnya kinerja dunia usaha selama triwulan laporan.
mencapai 4,93% sementara Bank Konvensional mencatat
Resiko likuiditas masih cukup tinggi, tercatat
Loan to Deposit Ratio mencapai 140.05% sedikit
mengalami penurunan dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 147.43%. Penurunan LDR ini lebih
didorong pertumbuhan kredit yang kurang diikuti
cepatnya pertumbuhan dana. Permasalahan tingginya
LDR masih memberikan tekanan resiko bagi stabilitas
sistem keuangan daerah, karena tingginya net inflow
kredit dari luar dan kurang diimbangi penghimpunan
dana domestik. Saving ratio diperkirakan menurun
seiring dengan pelemahan daya beli masyarakat dan
tekanan peningkatan inflasi inti.
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
TW 12013
TW 22013
TW 32013
TW 42013
TW 12014
TW 22014
TW 32014
TW 42014
TW 12015
NON PERFORMING LOAN
Non Performing Loan Syariah Konvensional
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
TW 12013
TW 22013
TW 32013
TW 42013
TW 12014
TW 22014
TW 32014
TW 42014
TW 12015
LDR BANK UMUM
LDR Syariah Konvensional
TW IV 2014 2.24 TW I 2015 2.67
TW IV 2014 147.43 TW I 2015 140.05
GRAFIK 3.4 RISIKO KREDIT DAN RISIKO LIKUIDITAS Sumber : BI (diolah)
48
33..11..44 PPeerrkkeemmbbaannggaann KKrreeddiitt // PPeemmbbiiaayyaaaann UUMMKKMM
Perkembangan kredit UMKM melambat, tercatat
pertumbuhannya mencapai 13.89%, lebih rendah
dibandingkan triwulan sebesar 15.70%. Pertumbuhan
kredit UMKM cukup mempengaruhi pertumbuhan kredit
secara keseluruhan mengingat share-nya yang cukup tinggi
yaitu mencapai 37,76% dari total kredit.
Perlambatan kredit UMKM terjadi pada kredit UMKM
untuk investasi dan kredit UMKM untuk modal kerja.
Hal ini seiring dengan perlambatan ekonomi riil yang
didorong melemahnya daya beli masyarakat. Kredit modal
kerja UMKM tumbuh 12,10% (yoy), melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 14,16% (yoy).
Demikian juga untuk kredit investasi UMKM yang tumbuh
20,24% (yoy), melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 21,55% (yoy).
Dari segi pangsanya, kredit UMKM didominasi oleh kredit
modal kerja UMKM yang mencapai 71,38% dari total
kredit UMKM atau senilai Rp3,48 triliun. Sedangkan kredit
investasi UMKM berkontribusi sebesar 28,61% atau senilai
Rp1.39 triliun.
Secara sektoral, kredit UMKM bank umum Provinsi Bengkulu utamanya disalurkan
kepada sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor pertanian dengan pangsa
masing-masing sebesar 60,02% dan 20,76%. Pada sektor perdagangan, penyaluran
kredit UMKM utamanya diserap oleh sub sektor perdagangan eceran. Perdagangan eceran
didominasi perdagangan makanan,minuman dan tembakau sebesar Rp601,20 miliar atau
sebesar 20,49% dari total kredit UMKM sektor perdagangan dan sub sektor perdagangan
eceran komoditi lainnya (bukan makanan, minuman, atau tembakau) sebesar Rp405,56
miliar atau 13,82% dari total kredit UMKM sektor perdagangan. Sementara itu, pada
sektor pertanian, sub sektor perkebunan kelapa sawit menyerap kredit/pembiayaan UMKM
terbesar mencapai Rp692,66 miliar atau 68,23% dari total kredit UMKM sektor pertanian,
diikuti oleh sub sektor perkebunan karet dan penghasil getah lainnya sebesar Rp238,33
miliar atau 23,47% dari total kredit UMKM sektor pertanian.
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW IV 2014 : 15.70%
TW I 2015 : 13.89%
MODAL KERJA UMKM
TW IV 2014 : 14.16%
TW I 2015 : 12.10%
INVESTASI UMKM
TW IV 2014 : 21.55%
TW I 2015 : 20.24%
49
Penyaluran kredit UMKM sektor pertanian maupun sektor perdagangan mencatatkan
perlambatan. kredit UMKM sektor pertanian tumbuh sebesar 28,34% (yoy), melambat
dibandingkan triwulan IV 2014 yang tumbuh sebesar 30,67% (yoy). Perlambatan pertumbuhan
juga terjadi pada sektor perdagangan dari 13,14 % (yoy) pada triwulan IV 2014, menjadi
11,48% (yoy) pada triwulan I 2015. Perlambatan kredit UMKM yang terjadi hampir diseluruh
sektor ditengarai terjadi karena kondisi perekonomian yang masih belum stabil, sehingga
mendorong pelaku usaha membatasi ekspansi usahanya. Beberapa sektor usaha yang masih
menunjukkan peningkatan pertumbuhan kredit/pembiayaan UMKM pada triwulan laporan
yaitu sektor konstruksi sebesar 30,15% (yoy) dari triwulan sebelumnya hanya sebesar 27,88%
(yoy) dan sektor Perantara Keuangan yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 460,98% (yoy)
dengan nilai kredit sebesar 26,86 Milyar.
TABEL 3.1 5 LIMA BESAR KREDIT UMKM DI PROVINSI BENGKULU
Jenis Kredit Growth
yoy Share
(%) Andil yoy
1. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 11.48 60.02 6.89
2. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 28.34 20.77 5.89
3. PERANTARA KEUANGAN 460.98 0.55 2.53
4. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN 36.97 3.20 1.18
5. KONSTRUKSI 30.15 3.87 1.17
Kualitas penyaluran kredit UMKM pada triwulan I
2015 menunjukkan penurunan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Kondisi ini terlihat dari rasio NPLs
kredit UMKM pada triwulan laporan sebesar 5,62%,
meningkat dari triwulan sebelumnya yang hanya
4,60%. Kenaikan NPLs didorong oleh kondisi bisnis
yang menurun khususnya sektor pertambangan, sektor
Real Estate, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Penurunan
sektor pertambangan lebih didorong oleh menurunnya
permintaan mitra dagang sementara penurunan sektor
real estate, persewaan dan jasa perusahaan didorong
oleh menurunnya permintaan domestik terdorong
pelemahan daya beli.
TW IV 2014 : 4.60%
TW I 2015 : 5.62%
SEKTOR PENDORONG NPL
Pertambangan Real Estate
Tabel 3.2 LIMA BESAR KREDIT UMKM DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BI
50
33..22 BBaannkk UUmmuumm SSyyaarriiaahh ddaann UUnniitt UUssaahhaa SSyyaarriiaahh
Perkembangan Bank Syariah secara umum melambat, perlambatan terjadi pada
Asset dan Pembiayaan sementara penghimpunan dana masih stabil. Pada triwulan Laporan
pertumbuhan aset yang dikelola oleh Bank Syariah di Provinsi Bengkulu mencatatkan
pertumbuhan sebesar 4,97% (yoy) atau menjadi Rp903,41 triliun. Angka ini lebih kecil dari
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,39% (yoy).
GGrroowwtthh
((yyooyy))
QQ44 22001144 88..3399 88..8811 77..6666 117722 33..6666
QQ11 22001155 44..9977 99..6677 44..2266 118800 44..9933
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada Triwulan I
2015 tumbuh 9,67% (yoy), lebih baik dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 8,81%. Hal ini
bersumber dari pertumbuhan tabungan dan deposito,
sementara pertumbuhan giro melambat. Giro
perbankan syariah terkontraksi hingga 12,59% (yoy),
dimana pada triwulan sebelumnya tumbuh 1,37% (yoy).
Kontraksi giro di perbankan syariah berlangsung sejak
bulan Januari hingga berlanjut sampai dengan Maret
dengan besaran yang meningkat.
GGrroowwtthh
((yyooyy))
QQ44 22001144 88..1111 1133..7788 11..3377
QQ11 22001155 1100..0088 1122..8800 -- 1122..5599
Tabungan66%
Giro5%
Deposito29%
KomposisiDana Pihak Ketiga
51
Pembiayaan perbankan syariah pada triwulan Laporan
tumbuh melambat sebesar 4,26% (yoy) lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,66% (yoy).
Perlambatan bersumber pada kontraksi pembiayaan
modal kerja sebesar -25,96% (yoy). Sementara
pembiayaan investasi dan konsumsi meningkat,
pembiayaan investasi tumbuh 17,87% (yoy), lebih tinggi
daripada triwulan sebelumnya yang terkontraksi -13,19%
(yoy). Sementara pembiayaan konsumsi tumbuh sebesar
29,79% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 26,65% (yoy). Struktur pembiayaan
perbankan syariah didominasi oleh pembiayaan konsumsi
dengan porsi sebesar 44,96%, sementara pembiayaan
modal kerja dan investasi masing-masing mengambil
porsi sebesar 29,01% dan 26,09%.
GGrroowwtthh
((yyooyy))
QQ44 22001144 88..4466 55..8822 1144..8811
QQ11 22001155 66..3355 66..8899 1188..3311
Sementara itu resiko kredit terjaga, namun resiko likuiditas berada diatas ambang wajar .
Non Performing Financing (NPF) yang mengalami peningkatan dari 3,66% di triwulan
sebelumnya menjadi 4,93% pada triwulan I 2015. Tingkat NPF pada Triwulan I 2015
merupakan yang tertinggi dalam 5 (lima) tahun terakhir. Sementara Finance to Deposit Ratio
menunjukkan peningkatan dari 172% pada triwulan IV 2014 menjadi 180% pada triwulan I
2015. Meskipun tingkat FDR berada diatas batas wajar, namun resiko perbankan syariah relatif
terjaga karena pembiayaan kantor pusat perbankan.
Modal Kerja
29.01%
Investasi26.03%
Konsumsi44.96%
KomposisiPembiayaan
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
1.50
1.60
1.70
1.80
1.90
2.00
TW 1
201
3
TW 2
201
3
TW 3
201
3
TW 4
201
3
TW 1
201
4
TW 2
201
4
TW 3
201
4
TW 4
201
4
TW 1
201
5
NP
F
FDR
FDR & NPF
FDR NPF
52
33..33 BBaannkk PPeerrkkrreeddiittaann// BBaannkk PPeemmbbiiaayyaaaann RRaakkyyaatt SSyyaarriiaahh ((BBPPRRSS))
Kinerja BPR/BPRS di Bengkulu pada triwulan I 2015 meningkat. Pada
periode laporan, aset BPR/BPRS Provinsi Bengkulu tumbuh sebesar 7,71% (yoy), lebih tinggi dari
laju pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,51% (yoy). Sementara DPK
BPR/BPRS mencatatkan pertumbuhan negatif sebesar -0,73% (yoy). Pertumbuhan DPK ini
terutama didorong oleh penurunan pertumbuhan tabungan yang mencapai -23,95 % (qtq),
sementara jumlah deposito berjangka hanya tumbuh sebesar 4,10% (qtq). Sejalan dengan itu,
penyaluran kredit/pembiayaan juga mengalami pertumbuhan. Kredit/pembiayaan BPR/BPRS
tercatat tumbuh sebesar 4,32% (yoy), sementara triwulan sebelumnya justru turun 2,39%
(yoy).
GGrroowwtthh
((yyooyy))
QQ44 22001144 44..5511 88..8811 22..3399 111166..5511
QQ11 22001155 77..7711 --00..7733 44..3322 112255..2233
Disamping itu, Intermediasi BPR/BPRS di Provinsi Bengkulu cukup ekspansif dengan rasio
LDR/FDR sebesar 125,23%. Dengan demikian, rasio LDR/FDR pada periode ini lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatatkan rasio L/FDR 116,51%.
Peningkatan yang tidak terlalu tinggi ini didorong oleh pertumbuhan dana pihak ketiga yang
lebih cepat daripada pertumbuhan penyaluran kredit / pembiayaan.
53
33..44 SSiisstteemm PPeemmbbaayyaarraann
33..44..11 SSiisstteemm PPeemmbbaayyaarraann TTuunnaaii
Pada triwulan I 2015, posisi pengedaran uang kartal di Bank Indonesia
Bengkulu mengalami net cash inflow. Net cash inflow mencapai Rp201,06 miliar,
berbanding terbalik dengan triwulan sebelumnya yang mengalami net cash outflow sebesar
Rp393,45 miliar. Bila melihat pergerakan tahunannya, kondisi net cash inflow pada
triwulan I 2015 ini sejalan dengan siklus tahunan. Pada awal tahun pada umumnya
penarikan anggaran kas dalam rangka proyek-proyek pemerintah masih kecil jumlahnya, selain
itu dapat disebabkan pula karena menurunnya konsumsi masyarakat secara umum.
Apabila dicermati, data Aliran uang kartal di
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Bengkulu selalu mencatatkan net cash
outflow. Hal ini merupakan indikasi bahwa
ekonomi di Provinsi Bengkulu mengalami
pertumbuhan, sehingga dibutuhkan lebih
banyak likuiditas di masyarakat untuk
melakukan berbagai aktivitas ekonomi.
Namun pada triwulan I 2015 terjadi net
cash inflow karena tertundanya realisasi
anggaran Pemerintah Daerah di awal tahun.
Keterangan
2013 2014 2015 QtQ %
I IV I IV I I 2013 I 2014
Inflow 653,052 188,814 626,476 262,852 605,386 -4.1% -3.4%
Outflow 404,585 1,023,700 553,951 656,309 404,319 36.9% -27.0%
Netflow 248,467 834,886 72,524 393,457 201,066 -70.8% 177.2%
-8,000
-6,000
-4,000
-2,000
0
2,000
4,000
6,000
8,000
1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1
2012 2013 2014 2015
dal
am M
iliar
Rp
.
Pembayaran Tunai
Netflow Inflow Outflow
Grafik 3.5 INFLOW-OUTFLOW UANG KARTAL Sumber : BI
Tabel 3.3 NETFLOW UANG KARTAL Sumber : BI
54
33..44..11..11 PPeemmuussnnaahhaann UUaanngg KKaarrttaall
Dalam rangka menjaga kualitas uang yang beredar di masyarakat (clean money
policy), maka Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu melakukan kegiatan
pemusnahan Uang yang Tidak Layak Edar (UTLE) dengan menggunakan Mesin Racik Uang
Kertas (MERUK). Rasio jumlah pemusnahan uang kartal terhadap inflow pada triwulan laporan
sebesar 44,55%. Rasio ini meningkat dibandingkan triwulan IV 2014 yang mencatatkan rasio
sebesar 50,67%. Meningkatnya rasio pemusnahan terhadap inflow ini disebabkan oleh
meningkatnya jumlah inflow pada periode laporan sekitar 130,31% (qtq) menjadi sebesar
Rp605,38 miliar. Namun, tidak diimbangi oleh penurunan jumlah uang lusuh yang diterima.
Dimana pada periode laporan, uang lusuh yang diterima hanya mencatatkan peningkatan
sebesar 102,05% (qtq) menjadi Rp269,72 Miliar.
33..44..11..22 PPeenneemmuuaann UUaanngg PPaallssuu
Jumlah uang palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia Bengkulu pada triwulan I
2015 meningkat, baik dari jumlah lembar maupun secara nominal. Bank Indonesia
Bengkulu menerima pelaporan uang palsu sebanyak 67 lembar. Jenis pecahan uang palsu yang
ditemukan dan dilaporkan selama periode laporan adalah pecahan Rp100.000.00 sejumlah 16
lembar, pecahan Rp50.000.00 sejumlah 11 lembar, pecahan Rp20.000.00 sejumlah 3 lembar,
dan pecahan Rp5.000,00 sejumlah 37 lembar. Persentase jumlah uang palsu terhadap jumlah
cash inflow pada triwulan laporan sangat kecil yaitu hanya sebesar 0.001022%.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
dal
am J
uta
Rp
PTTB Inflow Rasio PPTB/Inflow
Grafik 3.6 PERKEMBANGAN RASIO PEMUSNAHAN UANG TERHADAP INFLOW PROVINSI BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu
55
33..44..22 SSiisstteemm PPeemmbbaayyaarraann NNoonn TTuunnaaii
33..44..22..11 PPeerrkkeemmbbaannggaann KKlliirriinngg LLookkaall
Pada triwulan I 2015, transaksi kliring secara nominal mengalami pertumbuhan,
yaitu dari Rp738,62 miliar di triwulan sebelumnya menjadi Rp829,96 miliar atau
meningkat 12,37% (qtq). Kondisi ini memiliki pergerakan searah dengan triwulan yang sama
pada sebelumnya yang mencatatkan kenaikan jumlah nominal transaksi kliring 7,13% (qtq).
Sejalan dengan turunnya nominal kliring, jumlah warkat kliring turun sebesar 34,60% (qtq).
Arah yang serupa juga terlihat dari rata-rata kliring per hari, dimana nominal kliring mengalami
kenaikan 20,56 (qtq) atau menjadi senilai Rp13,49 miliar per hari.
Keterangan
2014 2015 Pertumbuhan
QtQ I II III IV I
Bank Peserta Kliring 19 20 20 20 20
Perputaran Kliring
Nominal (juta Rp.) 944.066 836.741 755.008 738,621 829,960 12.37%
Warkat (lembar) 33.182 31.174 29.129 26,189 35,250 34.60%
Rata-Rata Perputaran Kliring per Hari
Nominal (juta Rp.) 15.734 13.717 12,178 11,191 13,492 20.56%
Warkat (lembar) 553 511 470 397 570 43.48%
% Penolakan Cek dan Bilyet Giro
Nominal 3.50% 2.96% 2.84% 4.56% 2.09%
Warkat 1.87% 2.21% 2.36% 3.07% 2.11%
23
5 6
37 28
4 6 13 9
18 23
112
56
24 38 36
67
-
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014 2015
Grafik 3.7 PPENEMUAN JUMLAH LEMBAR UANG PALSU DI PROVINSI BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu
Tabel 3.4 PERKEMBANGAN KLIRING DAN PENOLAKAN CEK/BILYET PROV. BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu
56
Persentase jumlah penolakan warkat cek dan bilyet giro mengalami penurunan
yang cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik secara nominal maupun
jumlah warkat. Pada triwulan laporan, jumlah warkat cek dan bilyet giro yang tertolak
sebanyak 2,11% dari total warkat yang ditransaksikan. Sementara itu bila dilihat dari nominal,
penolakan cek dan bilyet giro mencapai 2,09% dari total transaksi kliring. Penolakan transaksi
kliring dapat terjadi antara lain karena tidak dipenuhinya syarat-syarat administrasi bank
penerima pada fisik warkat, rekening tutup, dan saldo tidak cukup.
33..44..22..22 PPeerrkkeemmbbaannggaann RReeaall TTiimmee GGrroossss SSeettttlleemmeenntt ((RRTTGGSS))
Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) mencatatkan penurunan. Penurunan terjadi
pada nominal transaksi masuk daerah Bengkulu, dan transaksi antar nasabah di daerah
Bengkulu. Sementara kenaikan terjadi pada transaksi keluar daerah Bengkulu.
Sejalan dengan penurunan jumlah nominal, pertumbuhan transaksi RTGS berdsarkan jumlah
warkat juga mengalami penurunan. Transaksi masuk daerah Bengkulu mengalami koreksi
sebesar 42,8% menjadi 3.920 warkat dari sebelumnya sebanyak 6.858 lembar warkat.
Sementara transaksi antar nasabah di daerah Bengkulu mengalami koreksi sebesar dan 56,5%
menjadi 1.133 warkat dari sebelumnya sebanyak 2.603 warkat. Berkurangnya jumlah warkat
ini merupakan akibat dari diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia (SE-BI No.16/18/DPSP) yang
mengharuskan transfer dengan nominal transaksi di bawah Rp100 Juta untuk menggunakan
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
Keterangan
2013 2014 2015 Pertumb.
QtQ I IV I IV I
Transaksi Keluar Daerah (from)
Nominal (miliar Rp.) 7,876 12,846 11,893 12,961 15,628 20.6%
Warkat (lembar) 8,492 11,058 8,931 11,256 4,003 -64.4%
Transaksi Masuk Bengkulu (to)
Nominal (miliar Rp.) 15,063 24,806 20,868 46,514 41,235 -11.3%
Warkat (lembar) 6,466 7,797 6,878 6,858 3,920 -42.8%
Transaksi Antar Nasabah di Dalam Bengkulu (from-to)
Nominal (miliar Rp.) 1,127 2,839 2,276 2,503 944 -62.3%
Warkat (lembar) 1,988 2,746 2,670 2,603 1,133 -56.5%
Tabel 3.5 PERKEMBANGAN RANSAKSI RTGS Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu
57
3.4.2.3 Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)
Jumlah transaksi TUKAB pada triwulan laporan menunjukkan penurunan. Transaksi uang
kartal antar bank pada triwulan laporan mencapai Rp520,40 Miliar, lebih tinggi 58,53% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar Rp1,08 Triliun. Penurunan
transaksi TUKAB yang signifikan terjadi pada bulan Desember 2014-Januari 2015. Menurunnya
volume TUKAB dapat mencerminkan kebutuhan uang kartal dimasyarakat. Kondisi ini searah
dengan pergerakan inflow-outflow uang kartal di Bank Indonesia yang telah dipaparkan pada
bagian sebelumnya. Jika volume TUKAB rendah dan pada waktu yang sama perbankan
mengurangi penarikan uang kartal dari Bank Indonesia (outflow), maka mengindikasikan
kebutuhan uang tunai pada periode tersebut sedang rendah.
juta rupiah
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2012 2013 2014 2015
TUKAB g (yoy)
Grafik 3.8 PERKEMBANGAN TUKAB DI PROVINSI BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu
58
PERKEMBANGAN DUNIA USAHA
MELAMBAT SELAMA TRIWULAN I
2015
Berdasarkan hasil survei kegiatan dunia usaha dan liaison kepada pelaku usaha di Prov.
Bengkulu menunjukkan bahwa perkembangan usaha melambat selama triwulan I 2015.
Indeks Kegiatan Dunia Usaha pada triwulan I 2015 terkontraksi 20.27% lebih rendah
dibandingkan kontraksi yang terjadi pada triwulan sebelumnya sebesar -14.54%. Beberapa
indikator perlambatan antara lain :
Analisis
Produksi dan
Penjualan
Realisasi penjualan domestik mengalami penurunan. Hal ini
dikonfirmasi pelaku usaha di sektor perkebunan, sektor jasa keuangan
dan sektor jasa swasta. Pelaku usaha menilai bahwa angka penjualan
pada awal tahun 2015 menurun signifikan dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Pangkal permasalahan adalah daya beli
masyarakat yang lemah, karena tren penurunan harga komoditas
(karet, sawit, batubara) belum mereda. Beberapa pelaku usaha karet
rakyat mulai mengganti komoditas tanamannya dengan pertimbangan
biaya produksi yang merugi dibandingkan penjualannya.
Untuk sektor pertanian di Bengkulu, mencatat bahwa selama tahun
2014 NTP Bengkulu termasuk yang terendah dibandingkan provinsi
lainnya di Sumatera.
Investasi Kegiatan investasi pelaku usaha selama triwulan laporan melambat.
Pengusaha melihat bahwa resiko investasi meningkat, hal ini ditunjang
oleh beberapa ekspektasi pelaku usaha yaitu : (i) harga barang-barang
konstruksi dan permesinan yang berasal dari impor meningkat karena
nilai tukar terdepresiasi, (ii) perusahaan perkebunan masih bersikap
hati-hati dalam melakukan investasi/ replanting secara masif mengingat
tren harga komoditas yang belum membaik selama 2 tahun terakhir,
(iii) Pelaku usaha mengkhawatirkan daya beli masyarakat melemah.
Kapasitas Utilisasi Kapasitas Utilisasi rendah karena kegiatan produksi menurun.
BOKS
3
59
Beberapa pelaku usaha industri pengolahan menyatakan bahwa
pasokan bahan baku produk perkebunan tidak maksimal. Hal ini
didorong permintaan produksi yang rendah serta harga beli produsen
yang kurang kompetitif dibandingkan biaya produksi yang dikeluarkan.
Ini terjadi pada perkebunan karet dan batubara.
Biaya dan Harga Biaya Produksi cenderung meningkat sementara harga jual produk
cenderung menurun. Peningkatan biaya produksi didorong oleh
peningkatan beberapa komponen yaitu : Upah Minimum, Biaya Bahan
Bakar saat ini mempunyai volatilitas yang tinggi, biaya pembelian
sparepart permesinan mengalami kenaikan karena pelemahan Rupiah.
Sementara pelaku usaha mengeluhkan harga jual produk yang tidak
mudah dinaikkan. Kenaikan harga jual akan berpengaruh pada omzet
mengingat daya beli masyarakat tidak cukup kuat.
Mensikapi hal tersebut beberapa pelaku usaha melakukan tindakan
penghematan energi dan biaya-biaya produksi meskipun langkah
pengurangan tenaga kerja belum banyak dilakukan. Namun hal ini
tidak menutup kemungkinan dilakukan apabila dalam 6 bulan kedepan
kondisi permintaan belum mengalami perbaikan.
Sumber : Liaison Bank Indonesia
BAB IV PERKEMBANGAN
KEUANGAN DAERAH
61
KKIINNEERRJJAA KKEEUUAANNGGAANN DDAAEERRAAHH
TRIWULAN I 2015
Realisasi pendapatan daerah terhadap target anggaran lebih baik dibandingkan triwulan I 2014.
Sementara penyerapan belanja daerah terhadap anggaran pada triwulan I 2015 lebih rendah.
Realisasi pendapatan Triwulan I 2015 mencapai 18,64% dari target anggaran, lebih baik
dibandingkan Triwulan I 2014 yang mencapai 18,31% dari target anggaran. Sementara disisi
belanja daerah, penyerapan sampai dengan Triwulan I 2015 mencapai 9,13% dari target
anggaran sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar 10,32%.
1.1 Pendapatan Daerah
Realisasi pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu pada Triwulan I 2015 lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014. Total pendapatan mencapai
Rp410,81 miliar atau 18,64% dari pagu APBD sebesar Rp2.204,19 miliar. Berdasarkan
strukturnya, porsi Dana Perimbangan/Transfer mendominasi penerimaan APBD sebesar
55,60%, diikuti Pendapatan Asli Daerah (31,53%) dan Lain-lain Pendapatan (0,12%).
Peningkatan tersebut bersumber dari realisasi Pendapatan
Pajak Daerah sebesar 15,41% dari pagu APBD dengan
nominal mencapai Rp76,58 miliar. Realisasi Pendapatan Pajak
Daerah ini lebih tinggi dibandingkan posisi Triwulan I tahun 2014
dimana pada tahun tersebut realisasi mencapai 0,16% dengan
nominal sebesar Rp0,66 miliar. Meningkatnya realisasi
Pendapatan Pajak Daerah Triwulan I 2015 terutama didorong
peningkatan pendapatan daerah dari Pajak Kendaraan Bermotor
dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat mencapai
21,34% terhadap pagu, sedikit lebih rendah dibandingkan
tahun sebelumnya yang mencapai 25,11%. Secara nominal
pendapatan transfer Triwulan I 2015 sebesar Rp 1.225 miliar
dengan realisasi sebesar Rp.261,52 miliar. Penurunan realisasi
tersebut terutama bersumber dari komponen Dana Alokasi
Umum (DAU). Porsi pendapatan transfer saat ini mencapai
55,60% terhadap postur APBD yang menunjukkan bahwa
ketergantungan Pemerintah Provinsi terhadap pembiayaan pusat
masih sangat besar.
Anggaran Pendapatan APBD
Triwulan I 2015
PAD Rp 695 M
Transfer Pusat Rp 1.225 M
Lain-lain Rp 283 M
Total Rp 2.204 M
Realisasi Pendapatan APBD Triwulan I 2015
PAD Rp 82.43 M
Transfer Pusat Rp 261.52 M
Lain-lain Rp 66.86 M
Total Rp 410.81 M
62
Persentase realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) sampai dengan Triwulan I 2015
terhadap pagu mencapai 11,86%, pencapaian ini jauh lebih baik dibandingkan tahun
sebelumnya yang hanya mencapai 2,22%. Secara nominal realisasi Pendapatan Asli Daerah
(PAD) mencapai Rp82,43 miliar, jauh diatas realisasi tahun lalu yang hanya Rp11,84 miliar.
Perbaikan realisasi tersebut terutama bersumber pada Pendapatan Pajak Daerah dengan
realisasi mencapai 15,41% terhadap pagu, sementara realisasi Retribusi Daerah dan
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan cenderung stabil dibandingkan
tahun lalu. Sementara nilai realisasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah sedikit lebih rendah dari
tahun sebelumnya, sebesar 3,04% dengan nominal Rp5,38 miliar.
Uraian
APBD Realisasi % Realisasi
I-2014 I-2015 I-2014 I-2015 I-2014 I-2015
Pendapatan Asli Daerah 532,94 695,03 11,84 82,43 2,22% 11.86%
Pendapatan Pajak Daerah 400,99 496,99 0,66 76,58 0,16% 15.41%
Pendapatan Retribusi Daerah 11,33 4,19 0,40 0,46 3,51% 10.98%
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yg dipisahkan 13,98 16,65 0,22 0 1,59% 0.00%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 106,64 177,19 10,56 5,38 9,91% 3.04%
Pendapatan Perimbangan/Transfer 1.268,25 1.225,69 318,41 261,52 25,11% 21.34%
Dana Bagi Hasil Pajak 54,02 52,28 0 0 0,00% 0.00%
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya
Alam) 11,54 63,43 0 0 0,00% 0.00%
Dana Alokasi Umum 955,10 1.046,08 318,37 261,52 33,33% 25.00%
Dana Alokasi Khusus 53,93 63,89 0 0 0,00% 0.00%
Dana Penyesuaian 193,68 269,00 0,04 66,71 0,02% 24.80%
Lain-lain Pendapatan yang Sah 4,33 283,46 0,36 66,86 8,28% 23.59%
Total Pendapatan 1.805,52 2.204,19 330,60 410,81 18,31% 18.64%
Pendapatan Pajak Daerah memiliki porsi sebesar 71,50% dari total pagu PAD 2015,
kemudian diikuti oleh Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah dengan porsi 25,49%
dari pagu PAD. Pendapatan Pajak Daerah salah satunya bersumber dari Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor dan Pajak Kendaraan Bermotor. Berdasarkan data jumlah kendaraan
bermotor sepanjang 2015 terjadi tren penurunan pembelian kendaraan bermotor roda dua di
Provinsi Bengkulu. Terlihat pada triwulan I 2015 terjadi penurunan yang signifikan terhadap
jumlah kendaraan bermotor roda dua. Namun demikian, jumlah kendaraan roda
empat/truk/bus terlihat mengalami peningkatan, sehingga realisasi Pendapatan Pajak Daerah
masih dapat lebih tinggi dibandingkan Triwulan I 2014. Selain dari pajak kendaraan,
pemerintah daerah masih dapat memperoleh pemasukan dari pajak lainnya dan retribusi.
TABEL 4.1 REALISASI PENERIMAAN APBD 2014-2015 PEMPROV BENGKULU
Sumber : Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu
63
4.2.2 Anggaran Belanja APBD Pemerintah Provinsi Bengkulu
Persentase Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi
Bengkulu pada Triwulan I tahun 2015 terhadap anggaran
cenderung stabil dibandingkan tahun sebelumnya. Secara
nominal penyerapan belanja daerah mencapai Rp206,22 miliar
atau 9,13% terhadap pagu sebesar Rp 2.258,69 miliar. Realisasi
tertinggi tercatat pada belanja operasi yaitu sebesar 13,16%
dengan nilai Rp206,12 miliar. Kemudian, diikuti oleh belanja
modal sebesar 0,20% dengan nilai Rp0,95 miliar. Berdasarkan
strukturnya belanja operasi memiliki porsi sebesar 69,32% dari
total anggaran, sementara belanja modal memiliki porsi sebesar
20,60% dan sisanya merupakan belanja tidak terduga
Penyerapan belanja rutin sampai dengan Triwulan I 2015
persentase realisasinya lebih tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya. Secara nominal penyerapan Belanja rutin mencapai
Rp206,12 miliar, lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2014
yang mencapai Rp195,09 miliar. Menurunnya persentase
penyerapan anggaran terutama bersumber pada penyerapan
belanja barang/jasa serta penyerapan belanja barang, sementara
penyerapan belanja hibah dan pegawai relatif stabil. Porsi belanja
operasional saat ini masih mendominasi postur belanja APBD
Provinsi Bengkulu namun dibandingkan tahun sebelumnya
persentasenya menunjukkan penurunan. Pada tahun 2015 porsi
Belanja Rutin mencapai 69,32% menurun dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar 72,55%.
-50.0%
0.0%
50.0%
100.0%
150.0%
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
I III I III I III I III I III I
2010 2011 2012 2013 20142015
Roda 2
Kendaraan Baru g (yoy)
-50.0%
0.0%
50.0%
100.0%
150.0%
0
500
1000
1500
2000
2500
I III I III I III I III I III I
2010 2011 2012 2013 20142015
Roda 4
Kendaraan Baru (kiri) g (yoy)
GRAFIK 4.1 PERKEMBANGAN KENDARAAN BERMOTOR DI PROVINSI BENGKULU
Sumber : Dispenda Provinsi Bengkulu
Anggaran Pendapatan APBD
Triwulan I 2015
Belanja Operasi Rp 1.565 M
Belanja Modal Rp 465 M
Tidak Terduga Rp 9 M
Transfer Rp 218 M
Total Rp 2.258 M
Realisasi Pendapatan APBD Triwulan I 2015
Belanja Operasi Rp 206.12 M
Belanja Modal Rp 0.95 M
Tidak Terduga Rp 0 M
Transfer Rp 0 M
Total Rp 206.2 M
64
Persentase penyerapan belanja modal terhadap anggaran pada Triwulan I tahun 2015
relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya. Secara nominal penyerapan belanja modal
sebesar Rp0,95 miliar atau 0,20% terhadap anggaran sebesar Rp465 miliar. Peningkatan
penyerapan terutama bersumber pada Belanja Jalan, Irigasi, Jaringan, Gedung, Bangunan serta
Belanja Aset Tetap Lainnya. Porsi belanja modal yang masih rendah dibandingkan belanja rutin
mendorong pembangunan infrastruktur terkendala. Namun dibandingkan tahun 2014 struktur
belanja modal terhadap APBD belanja daerah meningkat dari 16,33% menjadi 20,60%. Hal ini
menunjukkan pada tahun 2015 Pemerintah Daerah memberikan perhatian lebih kepada
pembangunan infrastruktur daerah dibandingkan tahun sebelumnya.
Uraian
APBD Realisasi % Realisasi
I-2014 I-2015 I-2014 I-2015 I-2014 I-2015
Belanja Operasi 1,442.40 1,565.81 195.09 206.12 13.53% 13.16%
1. Belanja Pegawai 570.47 640.87 118.9 130.11 20.84% 20.30%
2. Belanja Barang 631.51 646.98 24.93 10.29 3.95% 1.59%
3. Belanja Bunga - - - - - -
4. Belanja Subsidi - - - - - -
5. Belanja Hibah 219.54 273.56 51.26 65.72 23.35% 24.02%
6. Belanja Bantuan Sosial - - - - - -
7. Belanja Bantuan Keuangan 20.88 4.40 0 0 0.00% 0.00%
Belanja Modal 294.25 465.40 0.6 0.95 0.20% 0.20%
1. Belanja Tanah 6.3 12.71 0 0 0.00% 0.00%
2. Belanja Peralatan dan Mesin 37.72 67.77 0.6 0.95 1.60% 1.40%
3. Belanja Gedung dan Bangunan 39.29 63.28 0 0 0.00% 0.00%
4. Belanja Jalan, Irigasi dan
Jaringan 208.96 305.31 0 0 0.00% 0.00%
5. Belanja Aset Tetap Lainnya - 3.25 - 0 - 0.00%
6. Belanja Aset Lainnya 1.99 - 0 - 0.00% -
Belanja Tidak Terduga 10.91 9.00 0 0 0.00% 0.00%
Transfer 149.07 218.15 0 0 0.00% 0.00%
Total Belanja 1,896.63 2,258.69 195.69 206.22 10.32% 9.13%
TABEL 4.2 REALISASI BELANJA APBD 2014-2015 PEMPROV BENGKULU
Sumber : Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu
BAB V KETENAGAKERJAAN
DAN KESEJAHTERAAN
DAERAH
65
KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
PROVINSI BENGKULU
5.1 Ketenagakerjaan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Provinsi Bengkulu menunjukkan perbaikan,
tercatat jumlah pengangguran di Provinsi Bengkulu
menurun. Hal tersebut tercermin dari Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2014
sebesar 3,47%, lebih rendah dibandingkan Agustus
2013 yang mencapai 4,61%.
Sementara itu, jumlah angkatan kerja tercatat sebesar 900 ribu orang atau meningkat sebesar
3,21% (yoy). Dari total angkatan kerja tersebut, sebanyak 869 ribu telah bekerja, sedangkan
belum bekerja 31 ribu orang. Penurunan TPT yang di dukung dengan peningkatan jumlah
angkatan kerja serta jumlah penduduk bekerja mengindikasikan adanya serapan tenaga kerja
di Provinsi Bengkulu sepanjang Agustus 2013-Agustus 2014. Hal ini juga sebagai indikasi
bertambahnya kesempatan kerja di sektor-sektor perekonomian.
Pengangguran
2012 2013 2014
Agt Agt Agt
Jumlah Angkatan Kerja (orang)
Bekerja (orang) 859,900 832,000 868,800
Pengangguran (orang) 31,800 40,200 31,300
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Persentase TPAK (%) 70.27 67.59 68.29
Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka
Jumlah (orang) 31,800 40,200 31,300
TPT (%) 3.56 4.61 3.47
Berdasarkan struktur lapangan pekerjaan, sektor pertanian menyerap tenaga kerja
terbesar mencapai 50,6%, diikuti sektor jasa kemasyarakatan sebesar 18,1% dan sektor
perdagangan, rumah makan, dan akomodasi sebesar 17,2% (Tabel 5.2). Hampir seluruh
sektor ekonomi mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja, kecuali sektor keuangan
Agust 2013 4.61
Agust 2014 3.47
TABEL 5.1 PERKEMBANGAN JUMLAH PENGANGGURAN DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu
66
yang mengalami penurunan sebesar 3.600 orang tenaga kerja. Meningkatnya pertumbuhan
ekonomi Provinsi Bengkulu mendorong pelaku usaha melakukan penambahan kapasitas usaha
sehingga berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja.
Pengangguran
Agt 2013 Agt 2014
Ribu Orang %
Porsi Ribu Orang % Porsi
1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan &
Perikanan 436.5 52.5 439.8 50.6
2. Pertambangan dan Penggalian 9.9 1.2 9.9 1.1
3. Industri 25.6 3.1 27 3.1
4. Listrik, Gas & Air Minum 1.4 0.2 3.2 0.4
5. Konstruksi 38.4 4.6 41.6 4.8
6. Perdagangan, Rumah makan & Akomodasi 142.7 17.2 149.3 17.2
7. Transportasi, pergudangan & komunikasi 21.6 2.6 27.8 3.2
8. Keuangan 16.8 2 13.2 1.5
9. Jasa Kemasyarakatan 139.3 16.8 157.1 18.1
T O T A L 832 100 868.8 100
Sebagian besar (65,8%) tenaga kerja di Provinsi Bengkulu bekerja di sektor
informal, sedangkan 34,2% bekerja di sektor formal. Sektor informal antara lain buruh tidak
tetap dan pekerja keluarga/tidak dibayar, sementara sektor formal antara lain buruh/karyawan
dan berusaha dengan dibantu buruh tetap. Sepanjang Agustus 2013-Agustus 2014, pekerja
sektor informal tumbuh 2,4% (yoy) atau naik 13,2 ribu orang. Sementara itu, pekerja sektor
formal naik lebih tinggi 8,62% (yoy) atau 23,6 ribu orang. Dari sisi pendidikan, tingkat
pengangguran terbuka (TPT) lulusan SMA/SMK/Universitas cukup tinggi diatas 4,5%,
sedangkan TPT lulusan SD/SMP lebih rendah sebesar dari 3%. Kondisi ini menunjukkan masih
rendahnya lapangan pekerjaan untuk pekerja dengan pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu,
ketersediaan lapangan pekerjaan tidak merata dan terkonsentrasi di Kota Bengkulu sebagai
pusat perekonomian. Pemerintah daerah perlu mendorong percepatan pemerataan
pembangunan, sehingga tercipta lapangan kerja baru di seluruh kabupaten di Provinsi
bengkulu.
TABEL 5.2 ANGKATAN KERJA YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA Sumber : BPS Prov. Bengkulu
67
5.2 Perkembangan Kesejahteraan
Nilai Tukar Petani triwulan I 2015 secara
umum masih mengalami tekanan meskipun
sedikit mereda. tercermin Nilai Tukar Petani (NTP)
masih dibawah 100, terutama terjadi pada sub sektor
perkebunan. NTP dibawah 100 merupakan indikasi petani
belum sejahtera sebab harga hasil produksi pertanian yang
diterima petani lebih rendah dibandingkan dengan indeks
harga yang dibayar petani, terutama terjadi pada sub sektor
tanaman pangan, perikanan, dan tanaman perkebunan.
Tekanan harga CPO dan karet di pasar global turut
mendorong pelemahan harga tandan buah segar (TBS)
sawit dan getah karet di tingkat lokal. Di sisi lain, biaya
yang harus dikeluarkan oleh petani terus mengalami
peningkatan karena inflasi.
Sementara itu NTP kelompok holtikultura dan
peternakan menunjukkan perbaikan. Peningkatan
permintaan pada komoditas holtikultura dan peternakan
diperkirakan menjadi salah satu faktor membaiknya
pendapatan masyarakat petani di sektor tersebut.
Sementara itu, NTP
0.60%
-2.0%
-1.5%
-1.0%
-0.5%
0.0%
0.5%
1.0%
1.5%
2.0%
90
92
94
96
98
100
102
104
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 910 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2012 2013 2014 2015
% m
tm
Ind
eks
NILAI TUKAR PETANINTP g (mtm)
NILAI TUKAR PETANI
TW IV 2014 94.37
TW I 2015 96.24
NILAI TUKAR
USAHA PETANI (NTUP)
TW IV 2014 101.8
TW I 2015 101.9
GRAFIK 5.1 NILAI TUKAR PETANI
Sumber : BPS Prov. Bengkulu
68
Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) pada triwulan laporan tercatat sebesar 101.94, lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 101,88. Indeks NTUP menggambarkan
keuntungan yang diperoleh petani dari selisih antara indeks harga pengeluaran yang terkait
dengan keperluan produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) dengan indeks harga
yang diterimanya (NTUP>100). Nilai tukar usaha pertanian tertinggi dicatatkan oleh usaha
Peternakan sebesar 112,05 yang kemudian diikuti oleh Holtikultura (106,76); Perikanan
(106,39); dan Tanaman Pangan (105,71). Sedangkan, Usaha Tanaman Perkebunan Rakyat
masih mencatatkan nilai NTUP < 100, yaitu sebesar 95,60. Hal ini diduga merupakan akibat dari
masih melemahnya harga komoditas di pasar global, terutama karet dan sawit yang menjadi
komoditas utama perkebunan di Provinsi Bengkulu.
5.3 Perkembangan Kemiskinan
Jika dibandingkan dengan posisi Maret 2014, jumlah
penduduk miskin turun terutama di daerah perkotaan,
sedangkan di pedesaan cenderung naik. Jumlah
penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2014
sebanyak 104,54 ribu jiwa atau 18,22% dari total
penduduk perkotaan, turun menjadi 17,19% atau 99,59
ribu jiwa pada September 2014. Sementara itu, jumlah
penduduk miskin di daerah pedesaan pada September
2014 meningkat, yaitu dari 216,41 ribu jiwa pada Maret
2014 menjadi 216,91 ribu jiwa atau menjadi 17,04% dari
total penduduk pedesaan. Dampak inflasi pada bahan
makanan diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong
perubahan perkembangan kemiskinan di perkotaan dan
pedesaan.
KEMISKINAN (%)
MAR 2014 17.48
SEPT 2014 17.09
KEDALAMAN KEMISKINAN
MAR 2014 2.78
SEPT 2014 2.85
KEPARAHAN KEMISKINAN
MAR 2014 0.70
SEPT 2014 0.75
69
Garis Kemiskinan naik sebesar 5,82% dari Rp336.930/kapita/bulan pada bulan Maret
2014 menjadi Rp356.554/kapita/bulan pada bulan September 2014. Garis Kemiskinan
terutama bersumber dari pengeluaran makanan yang terlihat dari besaran nilai Garis
Kemiskinan Makanan (GKM) yang berkontribusi sebesar 77,83%. Sedangkan pengeluaran
bukan makanan yang diindikasikan oleh Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM)
berkontribusi sebesar 22,17%. Jika dibandingkan dengan posisi September 2013, porsi Garis
Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) meningkat, baik di perkotaan maupun pedesaan. Hal ini
terkait peningkatan konsumsi masyarakat terhadap perumahan, pendidikan, dan transportasi.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada
September 2014 mengalami peningkatan dibandingkan dengan Maret 2014. P1 naik dari
2,78 pada Maret 2014 menjadi 2,85 pada September 2014. Sementara P2 naik dari 0,70 pada
Maret 2014 menjadi 0,75 pada September 2014. Peningkatan nilai indeks P1 mengindikasikan
bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi Garis Kemiskinan,
sementara peningkatan nilai indeks P2 menunjukkan ketimpangan pengeluaran di antara
penduduk miskin semakin melebar.
Daerah
2013 2014
Mar Sep Mar Sep
P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2
Perkotaan 2,29 0,51 3,11 0,82 2,90 0,73 2.69 0.75
Pedesaan 3,32 0,84 3,30 0,92 2,72 0,68 2.92 0.75
Perkotaan+Pedesaan 3,00 0,74 3,24 0,89 2,78 0,70 2.85 0.75
Kemiskinan
2012 2013 2014
Mar Sep Mar Sep Mar Sep
Jumlah Penduduk Miskin
Jumlah (000) 311.66 310.47 327.35 320.41 320.95 316.5
%* 17,70 17,51 18,34 17,75 17.48 17.09
TABEL 5.3 KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu
TABEL 5.4 TINGKAT KEDALAMAN DAN KEPARAHAN KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU
Sumber : BPS Prov. Bengkulu
BAB VI PROSPEK
PEREKONOMIAN
DAERAH
71
5.58
5.16
5.575.66
5.44
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2*
2014 2015P
OUTLOOK PEREKONOMIAN
TRIWULAN II 2015
Perekonomian Triwulan II diperkirakan tumbuh sebesar 5.5
5.9 % (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 5.44%. (yoy).
Disisi permintaan pertumbuhan diperkirakan didorong oleh
konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Optimisme
konsumsi rumah tangga dibangun oleh perkiraan peningkatan
belanja masyarakat menjelang bulan Ramadhan, dan perayaan
musim hajatan menjelang Ramadhan. Penyerapan fiskal yang
terkendala pada triwulan I 2015 diperkirakan mulai mengalami
peningkatan setelah disahkannya APBNP pada 13 Februari 2015.
Selain itu kegiatan investasi dan ekspor diperkirakan mengalami
kenaikan dibandingkan triwulan I 2015.
Indikator peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II
2015 tampak dari hasil survei konsumen Bank Indonesia dan
Indeks Tendensi Konsumsi BPS. Konsumen memperkirakan
bahwa tingkat pendapatan akan mengalami peningkatan. Hal ini
dibangun oleh ekspektasi realisasi gaji ke-13 yang akan
dibayarkan Pemerintah, pemberian tunjangan hari raya serta
peningkatan pendapatan petani komoditas ekspor dampak
pelemahan nilai tukar. Selain itu kegiatan investasi khususnya dari
proyek Pemerintah diperkirakan mulai memasuki tahapan fisik.
PEREKONOMIAN TRIWULAN II 2015
Indikator Perekonomian Sisi Permintaan
Indeks Ekspektasi Kosumsi1)
TW I 2015 97.67 TW II 2015113.00
Indeks Tendensi Konsumen2)
TW I 201596.54 TW II 2015103.95
Pendapatan Konsumen2)
TW I 201584.95 TW II 2015117.79
Sumber :
1. Survei Konsumen BI 2. BPS Prov Bengkulu
2014 2015
5.5
5.9 Grafik 6.1 PERTUMBUHAN EKONOMI
PROVINSI BENGKULU Sumber : BI (diolah)
72
Disisi Penawaran pertumbuhan ekonomi diperkirakan didorong
oleh Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; dan Sektor
Industri Pengolahan.
Indikator peningkatan pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh
ekspektasi dunia usaha keseluruhan tumbuh 20% dibandingkan
triwulan sebelumnya.
Meningkatnya Sektor pertanian didukung oleh insentif
pelemahan nilai tukar untuk komoditas pertanian ekspor (Karet,
CPO, Kopi). Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia
mencatat bahwa ekspektasi dunia usaha sektor pertanian
tumbuh12.5% dibandingkan triwulan sebelumnya. Kebijakan
HPP Baru Gabah diharapkan memberikan dorongan bagi petani
untuk meningkatkan kegiatan usahanya.
Sementara itu sektor industri pengolahan diperkirakan
mengalami peningkatan pada triwulan II 2015. Industri
makanan minuman diperkirakan mengalami kenaikan permintaan
menjelang Ramadhan. Industri pengolahan kelapa sawit
diperkirakan tumbuh mengikuti kenaikan ekspor.Hal ini
dikonfirmasi oleh pembangunan 5 pabrik kelapa sawit baru. Hasil
liaison mengkonfirmasi bahwa permintaan luar negeri masih
stabil terutama pada produk sawit yang bersertifikat RSPO
(Roundtable Sustainable Palm Oil).
Sektor Perdagangan diperkirakan tumbuh pada triwulan II
2015. Keyakinan dibangun oleh kenaikan konsumsi masyarakat
menjelang puasa dan tahun ajaran baru.Selain itu juga
meningkatnya penyerapan belanja daerah khususnya untuk
Indikator Perekonomian Sisi Penawaran
SKDU Sektor Pertanian
TW I 2015- 0.03 TW II 2015+ 0.12
SKDU Sektor Industri
TW I 2015- 0.20 TW II 2015+ 0.19
SKDU Sektor Perdagangan
TW I 2015- 0.07 TW II 2015+ 0.04
Sumber : Bank Indonesia
2014 2015
Grafik 6.2 SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
PROVINSI BENGKULU Sumber : BI (diolah)
Sertifikat RSPO adalah sertifikat yang
dikeluarkan asosiasi yang terdiri dari
berbagai organisasi dari berbagai
sektor industri kelapa sawit
(perkebunan, pemrosesan,
distributor, industri manufaktur,
investor, akademisi, dan LSM bidang
lingkungan) yang bertujuan
mengembangkan dan
mengimplementasikan standar global
untuk produksi minyak sawit
berkelanjutan.
73
belanja barang/jasa. Indeks ekspektasi dunia usaha untuk sektor
perdagangan dikonfirmasi tumbuh 4.4% dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Inflasi Triwulan II diperkirakan berada pada kisaran 9.5-10%
(yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
7.65%. (yoy).
Ekspektasi Inflasi diperkirakan meningkat pada triwulan II
2015 yang didorong oleh beberapa faktor : (i) musim hajatan
menjelang bulan Ramadhan, (ii) meningkatnya konsumsi
memasuki tahun ajaran baru, (iii) penyerapan belanja daerah
meningkat sehingga pendapatan masyarakat yang terkait
langsung dengan realiasasi anggaran akan berdampak.
Inflasi Administered Price diperkirakan mengalami kenaikan,
sampai dengan awal Mei 2015, tren kenaikan harga minyak
dunia sudah terjadi. Rata-rata harga Minyak Dunia periode April-
Mei 2015 diperdagangkan pada kisaran US$58/barel meningkat
dibandingkan periode Januari-Maret 2015 sebesar US$50/barel.
Inflasi Volatile Food mengalami kenaikan, hal ini didorong 2 hal yaitu (i) kenaikan
permintaan dan keterbatasan supply, (ii) revisi HPP gabah dan beras. Permintaan bahan
makanan akan mengalami kenaikan menjelang puasa disisi lain periode panen raya telah
terlewati. Penyesuaian HPP Pemerintah untuk Gabah dan Beras pada akhir Maret 2015
dampaknya akan dirasakan pada kenaikan harga beras di triwulan lI 2015.
Inflasi Inti diperkirakan tertahan, didorong oleh masih tertekannya daya beli masyarakat.
Survei tendensi konsumsi mencatat bahwa indeks ekspektasi pembelian barang-barang tahan
lama pada triwulan II 2015 sebesar 90.17 dibawah triwulan I 2015 sebesar 101.98.
8.35
5.79 6.05
10.85
7.65
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2014 2015
5.5
10
INFLASI TRIWULAN II 2015
Grafik 6.3 INFLASI
PROVINSI BENGKULU Sumber : BI (diolah)
Indikator Ekspektasi Inflasi
Perkiraan Pendapatan
TW I 2015 107.48 TW II 2015 111.79
Pembelian Barang Tahan Lama
TW I 2015 101.98 TW II 2015 90.17
Sumber : BPS Prov. Bengkulu
74
Lampiran Data Perekonomian dan
Perbankan Provinsi
Bengkulu
75
A. PERTUMBUHAN EKONOMI (% yoy)
No SISI PENAWARAN 2014 2015
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.64 2.22 2.89 2.39 2.18
B Pertambangan dan Penggalian 5.96 7.15 8.98 2.96 1.43
C Industri Pengolahan 9.12 7.62 4.98 4.08 4.02
D Pengadaan Listrik, Gas 4.55 7.27 8.77 13.96 0.23
E Pengadaan Air 2.99 0.97 1.88 4.51 4.80
F Konstruksi 6.33 7.82 7.18 4.13 2.57
G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
7.57 5.99 6.62 6.78 7.66
H Transportasi dan Pergudangan 5.81 6.29 5.69 7.57 7.22
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8.10 8.54 9.42 10.73 9.09
J Informasi dan Komunikasi 7.55 7.87 8.19 7.24 6.92
K Jasa Keuangan 2.65 1.77 6.75 13.40 12.84
L Real Estate 6.60 6.29 6.80 5.59 4.79
M,N Jasa Perusahaan 6.18 5.40 6.00 7.79 7.49
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
5.77 5.33 6.16 8.15 8.79
P Jasa Pendidikan 9.17 8.39 7.65 9.40 8.23
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9.85 9.07 8.60 10.37 10.22
R,S,T,U Jasa lainnya 7.97 9.47 8.73 9.24 9.08
PDRB TOTAL 5.58 5.16 5.57 5.66 5.44
NO SISI PERMINTAAN 2014 2015
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4P Q.1
1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5.50 5.92 6.24 6.46 6.00
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 17.81 17.36 16.46 9.29 -4.47
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 12.49 10.81 8.75 10.46 0.92
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 12.29 8.39 6.60 5.39 1.83
5 Perubahan Inventori 21.00 35.04 22.89 10.37 10.95
6 Ekspor Barang dan Jasa -9.57 -14.33 6.19 1.85 8.68
7 Impor Barang dan Jasa 3.63 -1.08 9.12 5.95 3.57
PDRB TOTAL 5.58 5.16 5.57 5.66 5.44
76
B. PERKEMBANGAN INFLASI (% yoy)
KOMPONEN 2014 2015
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1
U M U M / T O T A L 8.35 5.79 6.05 10.85 7.65
Kelompok Barang
BAHAN MAKANAN 11.25 4.55 7.44 17.76 8.31
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 5.86 6.23 6.55 6.64 7.14
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 4.38 3.08 4.76 8.24 9.80
SANDANG 4.18 6.71 4.69 3.82 4.11
KESEHATAN 8.69 5.49 5.27 6.53 10.90
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.88 4.37 5.45 5.62 6.14
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 15.46 11.02 6.15 13.97 5.86
Disagregasi
VOLATILE FOOD 10.93 4.25 7.34 17.72 8.23
ADMINISTERED PRICE 15.40 11.52 8.65 16.57 9.80
CORE 4.72 4.35 4.47 5.54 6.55
C. PERKEMBANGAN PERBANKAN (% yoy)
ASET & DANA 2014 2015
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1
Aset Bank 12.42 17.11 14.51 12.22 21.94
Syariah 25.37 22.12 18.36 8.39 7.29
Konvensional 11.64 16.81 14.27 12.49 22.94
Swasta 13.50 10.75 6.61 2.51 2.80
Pemerintah 12.03 19.36 17.36 15.82 28.87
DPK Bank 5.65 10.76 10.46 11.41 15.55
Tabungan 13.84 11.93 8.77 4.91 3.43
Giro -3.79 11.57 7.43 6.01 21.51
Deposito 0.23 6.95 19.68 38.01 39.11
Syariah 20.31 15.00 15.41 8.81 9.68
Tabungan 26.93 21.81 21.88 8.11 10.08
Giro 7.25 11.96 -16.97 1.37 -12.59
Deposito 9.71 2.63 8.91 12.80 13.78
Konvensional 4.94 10.55 10.21 11.57 15.88
Tabungan 13.01 11.31 7.94 4.69 2.96
Giro -3.91 11.56 7.75 6.12 21.93
Deposito -0.44 7.27 20.46 40.11 41.09
Swasta 14.56 12.87 11.33 6.20 8.62
Tabungan 18.59 14.35 14.68 -1.00 1.25
Giro -19.30 -4.40 -23.29 -5.16 23.83
Deposito 19.63 16.71 19.30 35.77 22.86
Pemerintah 3.69 10.30 10.26 12.84 17.24
77
Tabungan 12.37 11.16 7.01 6.74 4.14
Giro -2.66 12.66 9.92 7.58 21.37
Deposito -4.92 4.58 19.80 38.71 44.54
2014 2015
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1
Kredit Sektor Ekonomi 17.35 13.67 11.29 11.74 13.13
PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 46.36 27.19 19.13 14.92 21.08
PERIKANAN 62.06 1.98 7.20 4.33 14.66
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -44.31 -41.00 -43.14 -61.38 -57.61
INDUSTRI PENGOLAHAN 3.91 -4.07 -2.67 1.64 6.62
LISTRIK, GAS DAN AIR 5.27 -7.13 -8.64 -7.76 -7.45
KONSTRUKSI 39.61 13.92 9.39 9.45 22.32
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 19.70 6.88 3.00 2.24 9.07
PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM 49.15 19.37 1.36 -0.07 11.77
TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI -4.58 2.22 -3.69 6.56 13.48
PERANTARA KEUANGAN 104.57 -71.18 -66.95 -59.45 70.45
REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 17.07 -62.99 -63.97 -60.30 -59.31
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
123.13 11.51 114.46 3.93 -25.32
JASA PENDIDIKAN 2.94 -30.50 -33.59 -54.30 -17.57
JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 2.33 5.49 2.77 16.14 51.87
JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA
43.56 9.36 2.53 0.98 19.11
JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA 468.73 64.86 47.48 44.75 36.38
BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA
-62.19 -44.08 -54.32 -68.86 -90.38
KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA -99.33 12.54 -59.47 -83.30 1523.78
PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA 17.39 22.65 21.04 22.22 18.60
2014 2015
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1
Kredit Penggunaan 17.35 13.67 11.29 11.74 13.13
Modal Kerja 10.55 11.69 8.91 8.46 6.35
Investasi 39.43 14.56 9.14 5.82 6.89
Konsumsi 17.39 14.64 13.07 14.81 18.31
78
LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH
Administered price
Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif
dasar listrik.
Aktiva Produktif
Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan
penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan dana antar bank,
penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.
Andil inflasi
Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat
inflasi secara keseluruhan.
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah
yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh
pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Bank Pemerintah
Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero)
yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI. Dalam buku ini bank pemerintah daerah (Bank
Bengkulu) juga dikelompokkan dalam bank pemerintah.
BI Rate
Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap
bulannya.
BI-RTGS
Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban
bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi
transfer dana.
Bobot inflasi
Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara
keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap
komoditas tersebut.
Cash inflows
Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dan
penukaran uang masyarakat dalam periode tertentu.
79
Cash Outflows
Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dan penukaran uang
masyarakat dalam periode tertentu.
Clean Money Policy
Merupakan kebijakan untuk menyediakan uang layak edar.
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan
kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Ekspor
Keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun
bukan komersil.
Financing to deposit ratio (FDR) atau loan to deposit ratio (LDR)
Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam
rupiah dan valas. Terminologi FDR untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank
konvensional.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan
ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100.
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang
dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunujukkan level keyakinan konsumen terhadap
kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap
ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.
Indeks Pembangunan Manusia
Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas
hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli.
80
Inflasi
Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persisten).
Inflasi IHK
Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks
harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi
oleh masyarakat luas.
Inflasi Inti
Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered price.
Impor
Keseluruhan barang yang masuk dari suatu wilayah /daerah baik yang bersifat komersil maupun
bukan komersil.
Investasi
Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.
Kliring
Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar kliring baik atas nama peserta
maupun atas nama nasabah.
Kredit
Adalah penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk :
1. Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA)
2. Pengembalian tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.
Kualitas Kredit
Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran
bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam Perhatian Khusus
(DPK), kurang lancar, diragukan dan macet.
Liaison Bank Indonesia
Salah satu kegiatan rutin untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi aktual
sektor riil/usaha beserta prospeknya melalui wawancara langsung antara Bank Indonesia
dengan pelaku usaha/sumber data.
m-t-m
Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
81
Net Cashflows
Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari
Netcash Outflows bila terjadi cash outlows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash
Inflows bila terjadi sebaliknya.
Non Performing Loans (NPL)
Kredit/pembiayaan yang bermasalah atau non-lancar yang terdiri dari kredit dengan klasifikasi
kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas
aktiva produktif.
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Kegiatan pemusnahan uang bagi uang yang sudah tidak layak edar.
Pertumbuhan ekonomi
Perubahan nilai PDRB atas harga konstan dalam suatu periode tertentu (triwulanan atau
tahunan).
Porsi Ekonomi
Konstribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu
wilayah.
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku
Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga di periode tersebut sebagai dasar
perhitungan.
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan
Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga pada satu waktu tertentu sebagai
dasar perhitungan.
Produk Domestik Regional Bruto satu tahun
Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu
wilayah dalam satu tahun.
Produk Domestik Regional Bruto triwulanan
Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu
wilayah dalam satu triwulan tertentu.
82
qtq
Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.
Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)
Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini
juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi
bank ybs. Terminologi NPL untuk bank konvensional, sedangkan NPF untuk bank syariah.
Rasio Non Performing Loans (NPLs) NET
Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit.
Sektor Ekonomi Dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan
pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Surat berharga atas unjuk yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai
pengakuan utang.
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)
Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan
mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah
pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)
Sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian
akhirnya dilakukan secara nasional.
Uang giral
Uang terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah
jatuh waktu, yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam rupiah dan sistem
moneter.
Uang kartal
Uang yang terdiri atas uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas
pada KPKN dan bank umum.
Volatile foods
Komponen inflasi IHK yang mencakup beberapa bahan makanan yang harganya sangat
fluktuatif.
yoy
Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.