3
Penghentian kurikulum 2013 secara mendadak dapat membahayakan sistem pendidikan karena akan menimbulkan kekacauan. Kurikulum 2013 sudah dilaksanakan tiga semester untuk sekolah percontohan, sedangkan ribuan sekolah lainnya baru menjalankan satu semester akan kebingungan dengan keputusan pemerintah yang menghentikan secara tiba-tiba. Evaluasi yang dilakukan hanya satu pekan dengan mengambil beberapa sekolah sebagai contoh tidak bisa dijadikan ukuran sebagai bahan evaluasi. Setiap kurikulum yang diterapkan memiliki kelebihan dan kekurangan seperti Kurikulum 2013 yang fokus pada perbaikan karakter siswa dan pendalaman materi dengan pelajaran secara tematik. Apabila hendak melakukan evaluasi, seharusnya memperbaiki apa yang menjadi kelemahan dan kekurangan dari kurikulum tersebut dan bukan menghentikan. Kurikulum itu sebenarnya masalah kebijakan negara dan pemerintah, bukan hanya perorangan, sehingga Kurikulum 2013 jangan dianggap sebagai kebijakan menteri. Ganti menteri ya ganti kurikulum dapat menyebabkan kekacauan di dunia pendidikan. Penghentian Kurikulum 2013 tersebut merupakan langkah yang tergesa- gesa, apalagi untuk pelaksanaan itu menghabiskan anggaran negara yang tidak sedikit. Mulai dari persiapan, kajian hingga sosialisasi Kurikulum 2013 yang digelar serentak di Indonesia tentu menghabiskan triliunan rupiah. Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan memutuskan untuk menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 di seluruh Indonesia karena sebagian besar sekolah belum siap melaksanakan kurikulum itu. Dengan keputusan itu, maka sekolah yang baru menerapkan Kurikulum 2013 selama satu semester akan kembali menggunakan Kurikulum 2006 (KTSP), sedangkan 6.221 sekolah percontohan tetap menggunakan Kurikulum 2013. Kabinet kerja sedang bekerja, kurikulum 2013 menjadi korban pertama. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, menginstruksikan untuk kembali ke kurikulum 2006. Terhadap

K13 Pro Kontra

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kurtilas

Citation preview

Penghentian kurikulum 2013 secara mendadak dapat membahayakan sistem pendidikan karena akan menimbulkan kekacauan.Kurikulum 2013 sudah dilaksanakan tiga semester untuk sekolah percontohan, sedangkan ribuan sekolah lainnya baru menjalankan satu semester akan kebingungan dengan keputusan pemerintah yang menghentikan secara tiba-tiba.

Evaluasi yang dilakukan hanya satu pekan dengan mengambil beberapa sekolah sebagai contoh tidak bisa dijadikan ukuran sebagai bahan evaluasi.

Setiap kurikulum yang diterapkan memiliki kelebihan dan kekurangan seperti Kurikulum 2013 yang fokus pada perbaikan karakter siswa dan pendalaman materi dengan pelajaran secara tematik.

Apabila hendak melakukan evaluasi, seharusnya memperbaiki apa yang menjadi kelemahan dan kekurangan dari kurikulum tersebut dan bukan menghentikan.

Kurikulum itu sebenarnya masalah kebijakan negara dan pemerintah, bukan hanya perorangan, sehingga Kurikulum 2013 jangan dianggap sebagai kebijakan menteri. Ganti menteri ya ganti kurikulum dapat menyebabkan kekacauan di dunia pendidikan.

Penghentian Kurikulum 2013 tersebut merupakan langkah yang tergesa-gesa, apalagi untuk pelaksanaan itu menghabiskan anggaran negara yang tidak sedikit. Mulai dari persiapan, kajian hingga sosialisasi Kurikulum 2013 yang digelar serentak di Indonesia tentu menghabiskan triliunan rupiah.

Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan memutuskan untuk menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 di seluruh Indonesia karena sebagian besar sekolah belum siap melaksanakan kurikulum itu.

Dengan keputusan itu, maka sekolah yang baru menerapkan Kurikulum 2013 selama satu semester akan kembali menggunakan Kurikulum 2006 (KTSP), sedangkan 6.221 sekolah percontohan tetap menggunakan Kurikulum 2013.

Kabinet kerja sedang bekerja, kurikulum 2013 menjadi korban pertama. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, menginstruksikan untuk kembali ke kurikulum 2006. Terhadap sekolah yang sudah menjalankan selama tiga semester, tetap boleh menggunakan kurikulum 2013 sembari menunggu evaluasi dari pihak berwenang.

Gebrakan Menteri Anies menuai pro dan kontra. Mereka yang pro kurikulum 2013 menyatakan bahwa anak-anak menjadi lebih kreatif. Sedangkan mereka yang kontra mengungkapkan bahwa guru belum siap, terutama dalam menilai hasil kerja siswa.

Penghentian kurikulum 2013, para kepala sekolah di daerah-daerah ikut kelimpungan. Puluhan ribu buku paket jadi mubazir akibat penghentian kurikulum 2013.

Indonesia makin unik. Disatu sisi, Menteri PAN Yuddy Chrisnandi mengajak semua pejabat di republik ini untuk berhemat. Disisi yang lain, (mudah-mudahan tidak disadari) kebijakan Menteri Anies Baswedan menimbulkan dampak kemubaziran anggaran negara (daerah) yang amat dahsyat. Istilah ganti menteri ganti kebijakan, ternyata bukan omong kosong.

Terlepas dari semua itu, secara pribadi selaku orang tua siswa, saya pro kurikulum 2013. Pertama, sekolah sudah menyediakan buku tematik terpadu kurikulum 2013. Buku yang diterbitkan oleh Kemendikbud itu dibagikan secara cuma-cuma kepada siswa. Orang tua siswa tidak direpotkan lagi membeli buku pelajaran baru diawal semester.

Kedua, akhir-akhir ini anak saya yang masih duduk di kelas 5 SD tiba-tiba lebih kreatif. Pernah suatu hari, dia menggambar denah rumah, mengukurnya dan membuat skala dalam ukuran sentimeter. Denah itu dilampirkan pada halaman buku tematik.

Ketiga, anak saya yang sebelumnya malas membaca surat kabar, tiba-tiba rajin membaca. Setelah saya selidiki, rupanya dia sedang mencari berita tentang gotong royong. Kliping berita gotong royong itu ditempel di buku tematik, kemudian isi berita itu diulas menurut versinya.

Keempat, sempat terkejut saat ditelepon anak saya yang menanyakan cara menulis artikel. Saya jelaskan secara singkat teknik menulis artikel. Rupanya, berdasarkan buku tema 5 berjudul Bangga Sebagai Bangsa Indonesia, dia harus membuat artikel tentang seni budaya. Dia memilih menulis artikel tentang didong (seni berbalas pantun di Gayo).

Seandainya pembelajaran model ini berlanjut, bukan mustahil, anak-anak usia belia sudah menjadi penulis di Indonesiana atau blog yang lain. Pasalnya, masih banyak lulusan perguruan tinggi di tanah air yang belum percaya diri (pede) menulis gagasannya. Kenapa? Sebab, mereka tidak terlatih menulis sejak dini. Sungguh sayang apabila kurikulum 2013 harus layu sebelum berkembang.