15
1 PERANCANGAN JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME (FTTH) MENGGUNAKAN TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) DI PERUMAHAN SETRADUTA BANDUNG “DESIGN OF ACCESS NETWORK FIBER TO THE HOME (FTTH) USING GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) TECHNOLOGY IN SETRADUTA BANDUNG” Muhamad Ramadhan M S [1] Akhmad Hambali, Ir., MT. [2] Bambang Uripno, Ir. [3] 1,2,3 Fakultas Elektro dan Komunikasi Institut Teknologi Telkom Jln. Telekomunikasi Dayeuhkolot Bandung 40257 Indonesia 1 [email protected] 2 [email protected] 3 [email protected] ABSTRAK Perumahan Setraduta yang terletak di bagian Bandung barat berbatasan dengan kota cimahi merupakan perumahan mewah dan modern. Jaringan akses yang digunakan masih menggunakan kabel tembaga, yang dinilai kurang memadai layanan triple play. PT. Telkom yang ingin meningkatkan kualitas layanannya, telah memiliki wacana bahwa pada tahun 2013 seluruh Bandung dengan merombak jaringan akses tembaga yang ada dengan Fiber Optic To The Home (FTTH). GPON (Gigabit Passive Optical Network) merupakan teknologi yang dipilih PT.Telkom Dalam tugas akhir ini, dilakukan peramalan demand untuk mengetahui jumlah pelanggan pemakai internet dan bandwidth beberapa tahun mendatang. Lalu dirancang jaringan akses FTTH menggunakan teknologi GPON dengan membuat jalur awal lalu penentuan perangkat, spesifikasi, tata letak dan volume yang digunakan. Kemudian untuk kelayakan sistem di analis dengan parameter Power Link Budget, Rise Time Budget, dan Redaman total. Hasil dari peramalan demand, didapatkan bahwa kapasitas jaringan sekarang sebesar 960 pengguna, yang diperkirakan penggunaan internet tahun 2017 mencapai 1245, sehingga tidak mencukupi untuk melayani keseluruhan jumlah pelanggan. Lalu dari hasil peramalan demand kebutuhan bandwidth 10 tahun mendatang, yaitu pada tahun 2021 paket 384Kbps sebesar 478,080 Mbps, kebutuhan bandwidth paket 512 Kbps sebesar 297,545 Mbps, kebutuhan bandwidth paket 1 Mbps sebesar 204,343 Mbps dan kebutuhan bandwidth paket 2 Mbps sebesar 111,1 Mbps. Semua paket menggunakan model kuadratik, karena memiliki nilai MAPE terkecil. Total bandwidth mencapai 1091,068 Mbps. Hasil perancangan menunjukkan bahwa perancangan untuk perumahan Setraduta Bandung menggunakan 5 buah ODC dan 190 buah ODP dengan jumlah pelanggan sekitar 1245 ONT. Hasil perhitungan Link Power Budget yaitu total redaman yang dihasilkan pada uplink sebesar 24.336 dB, dan total redaman pada downlink sebesar 23.951 dB , kedua redaman ini masih berada di bawah standar GPON sesuai ITU-T G.984 sebesar 28 dB maupun standar yang dikeluarkan pihak Telkom sebesar 28 dB. Nilai Margin daya yang diperoleh 4.049 dBm dari hasil perhitungan downlink dan 3.664 dBm yang diperoleh dari hasil perhitungan uplink, keduanya menghasilkan nilai yang masih berada diatas 0 (nol) dB. Hal ini mengindikasikan bahwa link memenuhi kelayakan link power budget. Hasil uji Rise Time Budget yaitu untuk arah downlink pada pelanggan terjauh menghasilkan total waktu sebesar = 0.2583 ns. Waktu tersebut masih berada dibawah nilai waktu sistem NRZ sebesar 0.2917 ns. Untuk arah uplink pada pelanggan terjauh menghasilkan waktu total sebesar = 0.2505 ns. Waktu tersebut masih berada dibawah nilai waktu sistem NRZ sebesar 0.5833 ns. Kata Kunci : Triple play, FTTH, GPON, Power Link Budget, Rise Time Budget. ABSTRACT Setraduta residential located at west Bandung is border with cimahi city, it is luxurious and modern housing. Access networks that are used are still using copper cable, it was considered inadequate triple play services. PT. Telkom want to improve the quality of services has had a plan that in 2013 around Bandung by migration the existing copper access network with Fiber Optic To The Home (FTTH). GPON (Gigabit Passive Optical Network) technology is selected PT.Telko. In this final project, made forecasting demand to know the number of internet users and bandwidth customers for the next few years. Then design access network FTTH using GPON technology with make initial path then determination of the device, specifications, layout and volume are used. Then to feasibility system of the analyst with parameter Power Link Budget, Rise Time Budget, and the total attenuation. Results from forecasting demand, it is found that the capacity of current network of 960 users, it is estimated use the Internet in 2017 to reach 1245, is insufficient to serve the overall number of customers. Then from the results of forecasting demand bandwidth requirement for next 10 years, in 2021 at 531.456 Mbps for package of 384 Kbps, bandwidth requirements package 512Kbps of 297.545 Mbps, bandwidth requirements for packet 1 Mbps of 204.343 Mbps and bandwidth requirements package 2 Mbps of 111.1 Mbps. All the packages using quadratic models, because it has the smallest MAPE. Total bandwidth reach 1091,068 Mbps. The results that design of Setraduta residential using 5 pieces ODC and 190 pieces ODP and 1245 ONT. Link Power Budget calculation results are generated on the total attenuation of 24.336 dB for uplink and for downlink total attenuation of 23.951 dB, the attenuation is still below the standard GPON according ITU-T G.984 at 28 dB and the standards PT.Telkom at 28 dB. Power margin value is 4.049 dBm for downlink and 3.664 dBm for uplink, both produce value more than 0(zero) dB. This is indicates that the link meet the eligibility link power budget. The test results Rise Time Budget is for the downlink at the farthest customers resulted in a total time of = 0.2583 ns. The time is below the value of the NRZ system of 0.2917 ns. For the uplink direction the farthest customers result total time = 0.2505 ns. The time is below the value the NRZ system of 0.5833 ns. Key word : Triple play, FTTH, GPON, Power Link Budget, Rise Time Budget.

Jurnaltaramadhanftth

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jurnaltaramadhanftth

1

PERANCANGAN JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME (FTTH) MENGGUNAKAN

TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) DI PERUMAHAN

SETRADUTA BANDUNG

“DESIGN OF ACCESS NETWORK FIBER TO THE HOME (FTTH) USING GIGABIT PASSIVE

OPTICAL NETWORK (GPON) TECHNOLOGY IN SETRADUTA BANDUNG”

Muhamad Ramadhan M S[1]

Akhmad Hambali, Ir., MT.[2]

Bambang Uripno, Ir.[3]

1,2,3Fakultas Elektro dan Komunikasi – Institut Teknologi Telkom

Jln. Telekomunikasi Dayeuhkolot Bandung 40257 Indonesia [email protected]

[email protected]

[email protected]

ABSTRAK Perumahan Setraduta yang terletak di bagian Bandung barat berbatasan dengan kota cimahi merupakan perumahan

mewah dan modern. Jaringan akses yang digunakan masih menggunakan kabel tembaga, yang dinilai kurang memadai layanan

triple play. PT. Telkom yang ingin meningkatkan kualitas layanannya, telah memiliki wacana bahwa pada tahun 2013 seluruh

Bandung dengan merombak jaringan akses tembaga yang ada dengan Fiber Optic To The Home (FTTH). GPON (Gigabit

Passive Optical Network) merupakan teknologi yang dipilih PT.Telkom

Dalam tugas akhir ini, dilakukan peramalan demand untuk mengetahui jumlah pelanggan pemakai internet dan

bandwidth beberapa tahun mendatang. Lalu dirancang jaringan akses FTTH menggunakan teknologi GPON dengan membuat

jalur awal lalu penentuan perangkat, spesifikasi, tata letak dan volume yang digunakan. Kemudian untuk kelayakan sistem di

analis dengan parameter Power Link Budget, Rise Time Budget, dan Redaman total.

Hasil dari peramalan demand, didapatkan bahwa kapasitas jaringan sekarang sebesar 960 pengguna, yang

diperkirakan penggunaan internet tahun 2017 mencapai 1245, sehingga tidak mencukupi untuk melayani keseluruhan jumlah

pelanggan. Lalu dari hasil peramalan demand kebutuhan bandwidth 10 tahun mendatang, yaitu pada tahun 2021 paket

384Kbps sebesar 478,080 Mbps, kebutuhan bandwidth paket 512 Kbps sebesar 297,545 Mbps, kebutuhan bandwidth paket 1

Mbps sebesar 204,343 Mbps dan kebutuhan bandwidth paket 2 Mbps sebesar 111,1 Mbps. Semua paket menggunakan model

kuadratik, karena memiliki nilai MAPE terkecil. Total bandwidth mencapai 1091,068 Mbps. Hasil perancangan menunjukkan

bahwa perancangan untuk perumahan Setraduta Bandung menggunakan 5 buah ODC dan 190 buah ODP dengan jumlah

pelanggan sekitar 1245 ONT. Hasil perhitungan Link Power Budget yaitu total redaman yang dihasilkan pada uplink sebesar

24.336 dB, dan total redaman pada downlink sebesar 23.951 dB , kedua redaman ini masih berada di bawah standar GPON

sesuai ITU-T G.984 sebesar 28 dB maupun standar yang dikeluarkan pihak Telkom sebesar 28 dB. Nilai Margin daya yang

diperoleh 4.049 dBm dari hasil perhitungan downlink dan 3.664 dBm yang diperoleh dari hasil perhitungan uplink, keduanya

menghasilkan nilai yang masih berada diatas 0 (nol) dB. Hal ini mengindikasikan bahwa link memenuhi kelayakan link power

budget. Hasil uji Rise Time Budget yaitu untuk arah downlink pada pelanggan terjauh menghasilkan total waktu sebesar =

0.2583 ns. Waktu tersebut masih berada dibawah nilai waktu sistem NRZ sebesar 0.2917 ns. Untuk arah uplink pada

pelanggan terjauh menghasilkan waktu total sebesar = 0.2505 ns. Waktu tersebut masih berada dibawah nilai waktu sistem

NRZ sebesar 0.5833 ns.

Kata Kunci : Triple play, FTTH, GPON, Power Link Budget, Rise Time Budget.

ABSTRACT Setraduta residential located at west Bandung is border with cimahi city, it is luxurious and modern housing. Access networks that

are used are still using copper cable, it was considered inadequate triple play services. PT. Telkom want to improve the quality of services

has had a plan that in 2013 around Bandung by migration the existing copper access network with Fiber Optic To The Home (FTTH). GPON

(Gigabit Passive Optical Network) technology is selected PT.Telko.

In this final project, made forecasting demand to know the number of internet users and bandwidth customers for the next few

years. Then design access network FTTH using GPON technology with make initial path then determination of the device, specifications,

layout and volume are used. Then to feasibility system of the analyst with parameter Power Link Budget, Rise Time Budget, and the total

attenuation.

Results from forecasting demand, it is found that the capacity of current network of 960 users, it is estimated use the Internet in

2017 to reach 1245, is insufficient to serve the overall number of customers. Then from the results of forecasting demand bandwidth

requirement for next 10 years, in 2021 at 531.456 Mbps for package of 384 Kbps, bandwidth requirements package 512Kbps of 297.545

Mbps, bandwidth requirements for packet 1 Mbps of 204.343 Mbps and bandwidth requirements package 2 Mbps of 111.1 Mbps. All the

packages using quadratic models, because it has the smallest MAPE. Total bandwidth reach 1091,068 Mbps. The results that design of

Setraduta residential using 5 pieces ODC and 190 pieces ODP and 1245 ONT. Link Power Budget calculation results are generated on the

total attenuation of 24.336 dB for uplink and for downlink total attenuation of 23.951 dB, the attenuation is still below the standard GPON

according ITU-T G.984 at 28 dB and the standards PT.Telkom at 28 dB. Power margin value is 4.049 dBm for downlink and 3.664 dBm for

uplink, both produce value more than 0(zero) dB. This is indicates that the link meet the eligibility link power budget. The test results Rise

Time Budget is for the downlink at the farthest customers resulted in a total time of = 0.2583 ns. The time is below the value of the NRZ

system of 0.2917 ns. For the uplink direction the farthest customers result total time = 0.2505 ns. The time is below the value the NRZ

system of 0.5833 ns.

Key word : Triple play, FTTH, GPON, Power Link Budget, Rise Time Budget.

Page 2: Jurnaltaramadhanftth

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan teknologi dengan pesat,

terutama teknologi informasi dan komunikasi, memicu

masyarat modern mendapatkan layanan yang praktis,

mudah, dan efisien. Kebutuhan layanan masyarakat

modern terus meningkat sehingga dibutuhkanlah sarana

komunikasi yang mampu melayani semua layanan.

Kebutuhan layanan pada masa kini tidak hanya suara,

melainkan data dan video. Maka diperlukan jaringan

handal yang mampu memberikan performansi yang baik.

Keterbatasan jaringan akses tembaga yang di nilai

belum cukup dan belum dapat menampung kapasitas

bandwidth yang besar serta kecepatan tinggi, maka PT.

Telkom sendiri sesuai visi misi nya meningkatan kualitas

layanan untuk membuat infrastruktur menggunnakan fiber

optik sebagai media transmisi nya. PT. Telkom untuk kota

bandung sudah menargetkan tahun 2013 akan merombak

jaringan akses tembaga menjadi jaringan akses fiber optik

sampai ke rumah-rumah yang di sebut Fiber optic to the

home (FTTH). Dalam pelaksanaan FTTH tersebut,

PT.Telkom merekomendasikan dan menggunakan

teknologi GPON untuk jaringan FTTH. Gigabit Passive

Optical Network (GPON) adalah adalah salah satu

teknologi dari beberapa teknologi sistem komunikasi serat

optik. GPON bermula dari passive optical network (PON)

yang kemudian berevolusi dan berkembang hingga sampai

tahap sekarang.

PT.Telkom yang kini menggelar layanan IP TV yang

bernama Grovia TV menargetkan perumahan mewah dan

modern yang ada di Indonesia. Daerah yang diambil

adalah di perumahan Setra Duta Bandung yang

diperkirakan membutuhkan layanan multimedia yang

memiliki kualitas layanan bagus. Dalam tugas akhir ini

akan dilakukan penelitian untuk merencanakan jaringan

akses FTTH menggunakan teknologi GPON di perumahan

Setra Duta. Kemudian untuk menentukan kebutuhan

bandwitdh dan kapasitas yang akan datang dilakukan

dengan peramalan demand. Untuk peramalan dilakukan

pencarian data yang dibutuhkan dari developer perumahan

Setra duta dan PT.Telkom. Kemudian dilakukan

perancangan jaringan akses dengan penentuan jalur dan

penentuan perangkat yang akan digunakan. Lalu dianalisis

kelayakan sistem menggunakan teori perhitungan yaitu

parameter rise time budget dan power link budget. 1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam tugas akhir ini adalah memperoleh

perancangan jaringan akses Fiber optic To The Home

(FTTH) di perumahan Setra duta Bandung menggunakan

teknologi GPON dengan migrasi dari jaringan akses kabel

tembaga yang sudah ada yang memenuhi kelayakan

sistem.

1.3 Rumusan Masalah

2 Penentuan daerah yang dirancang.

3 Peramalan kapasitas dan bandwidth akan kebutuhan

mendatang.

4 Perancangan jaringan awal dari sentral sampai rumah

pelanggan.

5 Penentuan pemakaian dan penempatan perangkat

yang akan digunakan.

6 Penentuan link power budget dan rise time budget

sebagai parameter yang akan digunakan.

1.4 Batasan Masalah

1. Area perancangan hanya dibatasi untuk

daerah Sentral Gegerkalong dan perumahan

Setra duta.

2. Pemilihan pelanggan berdasarkan data dari

developer perumahan Setra duta dan PT.

Telkom.

3. Perancangan tidak menghitung QOS.

4. Perancangan tidak membahas tentang

jaringan optik lainnya seperti DLC, HFC dan

OAN.

5. Perancangan merupakan migrasi dari

jaringan akses tembaga sekarang menuju

jaringan akses fiber optic menggunakan

teknologi GPON.

6. Jenis fiber optic yang digunakan G.652 dan

G.657.

1.5 Langkah penyelesaian masalah

1. Studi literatur, dengan mempelajari referensi

bacaan yang mendukung dari internet, buku,

ataupun artikel lainnya.

2. Diskusi dengan dosen pembimbing dan pihak

PT.Telkom yang menangani teknologi

jaringan akses fiber optic serta pengukuran

dan pengambilan data di lapangan.

3. Analisa pembuatan konfigurasi perancangan

jaringan optik.

4. Dibuat kesimpulan.

1.6 Sistematika pembahasan

Bab 1 Pendahuluan

Memaparkan latar belakang masalah, tujuan

penyusunan tugas akhir, perumusan masalah,

pembatasan masalah, metode penyelesaian dan

sistematika penulisan tugas akhir.

Bab2 Landasan teori

Pada bab ini membahas tentang teori-teori

yang mendukung jaringan akses fiber optic

meliputi karakteristik transimisi fiber optic,

arsitektur jaringan optik secara umum,

perkembangan PON, teknologi GPON serta

komponen yang dibutuhkan, peramalan demand,

parameter yang digunakan power link budget dan

rise time budget.

BAB 3 Peramalan demand dan perancangan

jaringan

Pada bab ini membahas tentang jaringan

eksiting Sentral Gegerkalong dan perumahan

Setra duta yaitu kondisi jumlah perangkat

eksiting, peramalan permintaan, perhitungan

kebutuhan bandwidth, perancangan awal jaringan

GPON, dan perancangan GPON ( perangkat,

spesifikasi, volume).

Bab 4 Analisa kelayakan perancangan jaringan

Pada bab ini membahas tentang analisis

hasil perhitungan power link budget dan rise time

budget.

Bab 5 Penutup

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari

hasil penelitian tugas akhir serta saran untuk

pengembangan lebih lanjut

Page 3: Jurnaltaramadhanftth

3

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Serat Optik[14]

Serat optik adalah saluran transmisi atau sejenis

kabel yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat

halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat

digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari

suatu tempat ke tempat lain. Sumber cahaya yang

digunakan biasanya adalah laser atau LED. Kabel ini

berdiameter lebih kurang 120 mikrometer. Cahaya yang

ada di dalam serat optik tidak keluar karena indeks bias

dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara,

karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit.

Kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi sehingga

sangat bagus digunakan sebagai saluran komunikasi.

2.2 Arsitektur Jaringan Fiber Optik Secara Umum[3]

Sistem jarlokaf paling sedikit memiliki 2 (dua) buah

perangkat optoelektronik yaitu 1 (satu) perangkata opto-

elektronik di sisi sentral dan satu lagi (satu) lagi

perangkat yang berada di sisi pelanggan yang disebut

Titik Konversi Optik (TKO). Perbedaan letak TKO

menimbulkan modus arsitektur jarlokaf berbeda pula

yaitu :

2.2.1 Fiber To The Zone (FTTZ)

TKO terletak disuatu tempat di luar

bangunan, baik didalam kabinet dengan kapasitas

besar. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO

melalui kabel tembaga hingga beberapa kilometer.

FTTZ umumnya diterapkan pada daerah peruahan

yang letaknya jauh dari sentral atau infrastruktur duct

pada arah yang bersangkutan, sudah tidak memenuhi

lagi untuk ditambahkan dengan kabel tembaga.

2.2.2 Fiber To The Curb (FTTC)

TKO terletak di suatu tempat di luar bangunan,

didalam kabinet dan diatas tiang dengan kapasitas

lebih kecil. Terminal pelanggan dihubungkan dengan

TKO memalui kabel tembaga hingga beberapa ratus

meter. FTTCdapat diterapkan bagi pelanggan bisnis

yang letaknya berkumpul di suatu area terbatas namun

tidak berbentuk gedung-gedung bertingkat atau bagi

pelanggan perumahan yang pada waktu dekat akan

menjadi pelanggan jasa hiburan.

2.2.3 Fiber To The Building (FTTB)

TKO terletak di dalam gedung dan biasanya

terletak pada ruang telekomunikasi di basement namun

juga dimungkinkan diletakkan pada beberapa lantai di

gedung tersebut. Terminal pelanggan dihubungkan

dengan TKO melalui kabel tembaga indoor. FTTB

dalam diterapkan bagi pelanggan bisnis di gedung-

gedung bertingkat atau bagi pelanggan perumahan di

apartement.

2.2.4 Fiber To The Home (FTTH)

Fiber to the Home (disingkat FTTH) merupakan

suatu format penghantaran isyarat optik dari pusat

penyedia (provider) ke kawasan pengguna dengan

menggunakan serat optik sebagai medium

penghantaran. Perkembangan teknologi ini tidak

terlepas dari kemajuan perkembangan teknologi serat

optik yang dapat mengantikan penggunaan kabel

konvensional. Dan juga didorong oleh keinginan untuk

mendapatkan layanan yang dikenal dengan istilah

Triple Play Services yaitu layanan akan akses internet

yang cepat, suara (jaringan telepon, PSTN) dan video

(TV Kabel) dalam satu infrastruktur pada unit

pelanggan.

Gambar 2.1 Arsitektur FTTx[14]

2.3 Perkembangan PON [3]

GPON merupakan evolusi dari teknologi

PON. Ada pun tahapan-tahapan evolusinya adalah

sebagai berikut :

1. ITU-T G.983

ITU-T G.983 merupakan teknologi PON berbasis

ATM, mendukung suara dan data, efesiensi 70%

dab memiliki bandwidth 622Mbps, diadopsi dari

standar ITU tahun 1999. Terdiri dari APON dan

BPON (ATM Passive Optical Network)

merupakan standar PON (Passive Optical

Network) yang pertama yang digunakan

terutaman untuk aplikasi bisnis dan menggunakan

teknologi ATM. BPON (Broadband Passive

Optical Network) merupakan perkembangan dari

APON, teknologi ini mendukung WDM dan

alokasi bandwidth upstream yang besar.

2. ITU-T G.984

ITU-T G.984 merupakan standar yang

dikeluarkan oleh ITU-T untuk teknologi GPON

(Gigabit Passive optical network). GPON

merupakan evolusi dari standar BPON.

Teknologi ini mendukung kecepatan yang besar,

peningkatan dalam pengamanan dan pilihan 2

layer protokol (ATM,GEM,Ethernet). Tetapi

pada kenyataannya ATM tidak

diimplementasikan. Teknologi ini memiliki

bandwidth 2,5 Gbps dengan efisiensi 93% GEM

(GPON Encapsulate Method) menggunakan

frame segnmentation untuk QoS (Quality of

service) yang lebih besar. Standar teknologi ini

memperbolehkan beberapa pemilihan kecepatan,

tetapi untuk industri seragam 2,488 Mbps untuk

downstream dan 1,244 untuk upstream.

3. IEEE 802.3ah

IEEE 802.3ah adalah suatu standar yang

dikeluarkan IEEE untuk EPON atau GEPON

(Ethernet PON) yang merupakan PON berbasis

ethernet, standar IEEE/EFM pada penggunaan

ethernet untuk paket data. Teknologi ini

mendukung suara dan data, efisiensi 49%,

bandwidth 1Gbps untuk upstream dan

downstream. Standar ini dibuat tahun 2004

Page 4: Jurnaltaramadhanftth

4

4. IEEE 8022.3av

IEEE 8022.3av merupakan standar yang

dikeluarkan oleh IEEE sebagai pengembangan

dari GEPON. Teknologi ini biasa dikenal dengan

10GEPON (10 Gigabit Ethernet PON).

10GEPON ini menggunakan standar teknologi

WDM.

2.4 Prinsip Dasar GPON[4]

Prisip kerja dari GPON yaitu ketika data atau sinyal

dikirimkan dari OLT, maka ada bagian yang bernama

splitter yang berfungsi untuk memungkinkan serat optik

tunggal dapat mengirim ke berbagai ONT. Untuk ONT

sendiri akan memberikan data – data dan sinyal yang

diinginkan oleh user. Pada prinsipnya, Passive Optical

Network adalah sistem point-to-multipoint, dari fiber ke

arsitektur premise network dimana unpowered optikal

splitter (splitter fiber) serat optik tunggal. Arsitektur

sistem GPON berdasarkan pada TDM (Time Division

Multiplexing) sehingga mendukung layanan T1, E1, dan

DS3. ONT mempunyai kemampuan untuk

mentransmisikan data di 3 mode power. Pada mode 1,

ONT akan mentransmisikan pada kisaran daya output

yang normal. Pada mode 2 dan 3 ONT akan

mentransmisikan 3 – 6 dB lebih rendah daripada mode 1

yang mengizinkan OLT untuk memerintahkan ONT

menurunkan dayanya apabila OLT mendeteksi sinyal dari

ONT terlalu kuat atau sebaliknya, OLT akan memberi

perintah ONT untuk menaikkan daya jika terdeteksi sinyal

dari ONT terlalu lemah.

Tabel 2.1 Standar dari Teknologi GPON[4]

Karakteristik GPON

Standardization ITU-T G.984

Frame ATM / GEM

Speed Upstream 1.2 G / 2.4 G

Speed Downstream 1.2 G / 2.4 G

Service Data, Voice, Video

Transmission Distance 10 km / 20 km

Number of Branches 64

Wavelength Up 1310 nm

Wavelength Down 1490 nm

Splitter Passive

2.5 Standar Umum Perangkat[3]

Persyaratan teknik perangkat yaitu mampu

menyalurkan atau membawa multilayanan (voice, data,

video) dalam satu platform teknologi berbasis Passive

Optical Network (PON) pada lingkungan jaringan masa

depan (NGN).

Persyaratan system GPON yaitu :

a. Beroperasi dengan line rates pada 2.488 Gbps

downstream dan 1.244 Gbps upstream dengan

menggunakan single fiber, sistem G-PON harus

sesuai dengan ITU-T G.984.x series

(G.984.1/2/3/4).

b. Modul GPON dapat diekspansi, yang

memungkinkan terbentuknya sistem

perangkat yang fleksible.

c. Sistem arsitektur GPON harus dalam

satu rak yang terintegrasi untuk semua

layanan. Semua layanan dikontrol oleh

sebuah NMS

d. Arsitektur internal backplane perangkat

GPON harus berbasis arsitektur IP.

Kemampuan switching bersifat non-

blocked matrix.

Perangkat GPON terdiri dari :

a. Optical Line Termination (OLT)

dipasang di Central Office

Persyaratan umum untuk OLT yaitu :

Backplane OLT menyediakan

sistem backup (redudansi) dan

koneksi independent 10 Gigabit

Ethernet full duplex untuk masing-

masing servis slot.

Kemampuan switching fabric OLT

mempunyai arsitektur non-blocking

150 Gbps full duplex per shelf.

OLT memiliki universal service slot

Untuk PON card

b. Sejumlah Optical Network Terminal

(ONT) atau Optical Network Unit

(ONT) diletakkan di beberapa lokasi

dalam jaringan akses broadband point-

to-multipoint antara central office dan

customer premises.

Persyaratan umum untuk ONT yaitu :

Aplikasi di perumahan, kantor, atau

pada building (HRB) dan curbs.

Dapat dikontrol secara lokal dan

remote melalui OMCI sesuai

dengan G.984.4

Menggunakan fiber optik single

mode bidirectional untuk 1310 nm

(upstream) dan 1490 nm

(downstream)

Dapat mendukung λ 1550 nm untuk

RF video.

c ODN terdiri dari fiber optik dan

passive splitters/couplers serta

aksesoris lain seperti konektor yang

menjadikan elemen-elemen ODN

terkoneksi.

Spesifikasi untuk ODN

(Optical Distribution Network)

yaitu :

Beroperasi menggunakan

transmisi single optik.

Physical Reach ODN

Jarak maksimum dari OLT ke

ONT/ONU sebesar 20 Km dengan

cascading splitter 2 stage dan

minimum 32 port ONT/ONU.

- Power link budget

Power link budget dari

OLT ke ONU/ONT minimum

28 dB.

- Rise time budget

Rise time budget dari OLT ke

ONT/ONU maksimal 0.2917

untuk pengkodean NRZ dan

0.1458 untuk pengkodean RZ

- Fiber Optik

Perangkat dapat beroperasi

menggunakan single fiber optic

mengacu standard single mode

fiber (ITU-T G.652).

Page 5: Jurnaltaramadhanftth

5

2.6 Komponen GPON[3]

Komponen-komponen pada teknologi GPON antara

lain yaitu :

1. Sumber cahaya

Sumber cahaya yang digunakan untuk memancarkan

cahaya yang membawa informasi merupakan hasil

pengubahan sinyal listrik menjadi sinyal optik. Sumber

cahaya yang digunakan dalam teknologi GPON adalah

Injection Laser Diode (ILD). Jenis ILD yang digunakan

pada sistem GPON antara lain Fabry Perot Laser dan

Distributed Feddback Laser (DFB), dengan lebar

spektrum masing – masing 3nm dan 1nm.

2. Serat optik yang digunakan

Jenis serat optik yang digunakan dalam GPON yang

diaplikasikan untuk komunikasi jarak jauh harus memiliki

kemampuan untuk membawa banyak sinyal dengan laju

bit yang tinggi. Dari dua jenis serat optik yang ada yaitu

single mode dan multimode, yang digunakan sebagai

media transmisi teknologi GPON adalah jenis single

mode, hal ini dikarenakan daerah kerja panjang gelombang

single mode lebih tinggi daripada daerah kerja panjang

gelombang multimode. Sehingga serat optik jenis ini lebih

sesuai digunakan pada transmisi jarak jauh yang

memerlukan transmisi kecepatan tinggi dan rugi – rugi

yang kecil.

3. Optical Line Termination (OLT)

Optikal Line Termination (OLT) sebagai daerah pusat

dari sistem jaringan. OLT merupakan gabungan dari

CWDM, Gigabit-capable Ethernet (GbE) dan

SONET/SDH yang dipergunakan untuk mentransmisikan

suara, data dan video yang melewati Gigabit-capable

Passive Optikal Network (GPON). OLT mempunyai

fungsi untuk melakukan konversi dari sinyal elektrik

menjadi optik.

Bagian – bagian dari OLT:

Gambar 2.5 Bagian – bagian OLT

[5]

4. Optical Network Terminal (ONT)

Gambar 2.6 Optical Network Terminal[5]

Optikal Network Terminal (ONT) berada di sisi

pelanggan dari sistem jaringan. Optimate 1000NT (ONT)

mempunyai tugas utama yaitu dipergunakan untuk

mentransmisikan suara, data dan video yang melewati

jaringan Gigabit-capable Passive Optikal Network

(GPON) kepada para pelanggan dan OLT.

5. Flex Manage

Flex Manage yang adalah suatu software untuk

memonitor dari layanan GPON. Flex Manage

merupakan solusi dari management jaringan dari

FlexLight yang dirancang berdasarkan system yang

berbasiskan web. Flexmanage dioperasikan untuk

mensetting jaringan atau mengoperasikan jaringan guna

menghindari downtime (dapat untuk menanggulangi

ataupun menghindari downtime. Dari Flex Manage

dapat diketahui alarm apa yang aktif, sistem reporting,

ataupun kegagalan jaringan GPON.

6. Splitter

Splitter adalah optikal fiber coupler sederhana yang

membagi sinyal optik menjadi beberapa path (multiple

path) atau sinyal – sinyal kombinasi dalam satu path.

Selain itu, splitter juga dapat berfungsi untuk merutekan

dan mengkombinasikan berbagai sinyal optik. Splitter

terdiri dari 3 port dan bisa mencapai dari 32 port.

Berdasarkan ITU G.983.1 BPON Standart

direkomendasikan agar sinyal dapat dibagi untuk 32

pelanggan, namun ratio meningkat menjadi 64

berdasarkan ITU-T G.984 GPON standart. Splitter

mendukung beberapa pilihan ratio pembagian sinyal.

Ratio pembagian dapat menggunakan sebuah alat untuk

splitter, sebagai contoh pemakaian splitter tunggal 1:32,

atau pemakaian splitter secara pararel seperti 1:8 dan 1:4

atau 1:16 atau 1:2.

Gambar 2.7 Splitteri

[5]

7. Splicer

Alat sambung Serat Optik dikenal dengan sebutan

fusion splicer yaitu suatu alat yang digunakan untuk

menyambung core serat optik yang berbasis kaca yang

mengimplementasikan daya listrik yang sudah dirubah

menjadi sebuah media sinar berbentuk sinar laser yang

berfungsi memanasi kaca yang putus pada core sehingga

terhubung kembali secara baik. Alat sambung splicer ini

harus memiliki keakuratan tinggi sehingga pada saat

penyambungan (splicing) bisa mendekati sempurna,

karena proses terjadinya pengelasan media kaca terjadi

proses peleburan kaca yang menghasilkan suatu media

yang tersambung dengan utuh tanpa adanya celah

karena memiliki karakter media yang memiliki senyawa

yang sama. Penyambungan bisa saja tidak utuh, karena

tidak mengikuti prosedur penyambungan yang benar.

Bila hal ini terjadi maka proses penyambungan harus

diulangi lagi, hingga mendekati redaman yg sekecil-

kecilnya (dibawah 0.2 dB)

8. Konektor

Konektor terdapat pada ujung dari serat optik yang

terhubung langsung pada perangkat. Konektor pada

fiber optik terbuat dari material yang sederhana seperti

plastik, karet dan kaca sehingga lebih praktis. Konektor

memiliki beberapa jenis, antara lain :

a. FC (Fiber Connector): digunakan untuk kabel

single mode dengan akurasi yang sangat tinggi

dalam menghubungkan kabel dengan transmitter

maupun receiver. Konektor ini menggunakan

sistem drat ulir dengan posisi yang dapat diatur,

sehingga ketika dipasangkan ke perangkat lain,

akurasinya tidak akan mudah berubah.

b. SC (Subsciber Connector): digunakan untuk kabel

single mode, dengan sistem dicabut-pasang.

Konektor ini tidak terlalu mahal, simpel, dan dapat

diatur secara manual serta akurasinya baik bila

dipasangkan ke perangkat lain.

c. ST (Straight Tip): bentuknya seperti bayonet

berkunci hampir mirip dengan konektor BNC.

Page 6: Jurnaltaramadhanftth

6

Sangat umum digunakan baik untuk kabel multi

mode maupun single mode. Sangat mudah

digunakan baik dipasang maupun dicabut.

2.7 Keunggulan GPON[14]

Keunggulan GPON antara lain :

1. Mendukung aplikasi triple play (voice,data,dan

video) pada layanan FTTx.

2. Memberikan power hingga loop terakhir.

3. Alokasi bandwidth dapat diatur atau managable.

4. Passive component membutuhkan biaya maintenence

yang ringan dan.

5. Proses instalasi dan upgrade menjadi sederhana.

Program perangkat sistem GPON dikemas dalam

bentuk modul agar memudahkan proses

instalasi.Disamping itu, penambahan kapasitas

jaringan pada GPON dapat dlakukan secara mudah

dan tidak mahal.

6. Transparan terhadap laju bit dan format data. GPON

dapat secara fleksibel mentransferkan informasi

dengan laju bit dan format yang berbeda karena

setipe laju bit dan format data ditransmisikan melalui

panjang gelombang yang berbeda. Laju bit 1.244

Gbit/s untuk upstream dan 2.44 Gbit/s untuk

downstream.

7. Biaya pemasangan,pemeliharaan dan pengembangan

lebih efisien. Halini dikarenakan arsitekture jaringan

GPON lebih sederhana daripada arsitektur jaringan

serat optik konvensional.

8. Dengan adanya GPON mengurangi penggunaan

banyak serat optik dan peralatan pada kantor pusat

atau central office bila dibandingkan dengan

arsitektur point to point, Hanya satu port optik di

central office (menggantikan multiple port).

2.8 Konten Layanan[11]

Konten layanan yang dimiliki Telkom antara lain :

1. Speedy 384kbps

Memiliki kecepatan 384 kb/s downstream dan 96 kb/s

upstream. Memiliki batas pemakaian sebesar 3 GB.

2. Speedy 512kbps

Memiliki kecepatan 512 kb/s downstream dan 128

kb/ps upstream.Memiliki batas pemakaian sebesar 3

GB.

3. Speedy 1Mbps

Dengan kecepatan 1 Mb/s downstream dan 256 kb/s

upstream,paket ini ditargetkan bagi para profesional,

atau bagi penggunaan internet rumah tangga yang

dishare hingga ke 10 pengguna.

4. Speedy 2Mbps

Memiliki kecepatan 2 Mb/s downstream dan 512 kb/s

upstream, paket ini ditargetkan untuk keperluan bisnis

dan perkantoran dengan penggunaan Internet yang

dibagi hingga ke 20 pengguna.

5. Speedy 3Mbps

Memiliki kecepatan 3 Mb/s downstream dan 512 kb/s

upstream, paket ini ditargetkan untuk keperluan bisnis

dan perkantoran dengan penggunaan internet yang

dishare hingga lebih dari 30 pengguna.

6. Grovia IPTV

Layanan internet yang bisa menonton berbagai siaran

tv nasional dan international , bisa direkam , bisa di-

pause , dll. IPTV ini memiliki kualitas gambar seperti

DVD , sehingga tentunya IPTV ini menggunakan

bandwidth yang cukup besar yaitu 6Mb.

7. Speedy Home Monitoring

Layanan ini merupakan layanan dimana IP camera

yang bisa diakses melalui jaringan internet. Sehingga

Anda bisa memantau kondisi rumah, kantor, ataupun

tempat usaha selama mudik melalui komputer atau

smartphone anda.

2.9 Peramalan Demand[3]

Peramalan demand bandwidth untuk masa depan

merupakan perkiraan tentang sesuatu yang akan terjadi

pada waktu yang akan datang yang di dasarkan pada data

yang ada pada waktu sekarang dan waktu lampau

(historical data).

Banyak bentuk trend suatu data. Sebagai contoh

dalam metode peramalan, ada empat bentuk umum dari

trend data tersebut.

1. Model Linear

Trend linear adalah kecenderungan data dimana

perubahannya berdasarkan waktu adalah tetap. Yt =

β0+β1T

Gambar 2.8 Contoh Grafik Model Linear 2. Model Kuadratik

Trend kuadratik adalah kecenderungan data yang

kurvanya berpola lengkungan (curvature). Trend

kuadratik memiliki model sebagai berikut: Yt =

β0+β1T+ β2T2

Gambar 2.9 Contoh Grafik Model Kuadratik

3. Model Pertumbuhan Eksponensial

Trend pertumbuhan eksponensial adalah

kecenderungan data dimana perubahannya semakin

lama semakin bertambah secara eksponensial. Y =

β0eβ1T atau ln(Y) = lnβ0+β1T

(

2

.

9

)

Gambar 2.10 Contoh Grafik Model Pertumbuhan

Eksponensial

4. Model Kurva S

Karakteristik kurva S adalah pada awalnya

pertumbuhan lambat, kemudian meningkat pesat dan

sampai pada titik tertentu kemudian melambat lagi dan

cenderung tetap. Trend kurva S memiliki model

sebagai berikut: Yt = e (β0 + (β1/T)) atau ln(Y) = β0 +

(β1/T)

Gambar 2.11 Contoh Grafik Model Kurva S

Page 7: Jurnaltaramadhanftth

7

Peramalan demand bandwidth untuk masa

depan merupakan perkiraan tentang sesuatu yang akan

terjadi pada waktu yang akan datang yang di dasarkan

pada data yang ada pada waktu sekarang dan waktu

lampau (historical data), untuk meramalkan demand

bandwidth dibutuhkan data pelanggan pengguna

bandwidth selama 5 tahun ke belakang.

2.10 Parameter Untuk Kelayakan Hasil Perancangan

Link Power Budget[10]

Link power budget dihitung sebagai syarat agar

link yang kita rancang dayanya melebihi batas ambang

dari daya yang dibutuhkan. Untuk menghitung Link

power budget dapat dihitung dengan rumus:

Bentuk persamaan untuk perhitungan margin daya adalah :

M = ( Pt – Pr ) - α total - SM (2.8.2)

Keterangan :

Pt = Daya keluaran sumber optik ( dBm)

Pr = Sensitivitas daya maksimum detektor ( dBm)

SM = Safety margin, berkisar 6-8 dB

α tot = Redaman Total sistem (dB)

L = Panjang serat optik ( Km)

α c = Redaman Konektor (dB/buah)

α s = Redaman sambungan ( dB/sambungan)

α serat = Redaman serat optik ( dB/ Km)

Ns = Jumlah sambungan

Nc = Jumlah konektor

Sp = Redaman Splitter (dB)

Margin daya disyaratkan harus memiliki nilai

lebih dari 0 (nol), margin daya adalah daya yang

masih tersisa dari power transmit setelah dikurangi

dari loss selama proses pentransmisian,

pengurangan dengan nilai safety margin dan

pengurangan dengan nilai sensitifitas receiver.

Rise Time Budget[1]

Rise time budget merupakan metode untuk

menentukan batasan dispersi suatu link serat optik.

Metode ini sangat berguna untuk menganalisa

sistem transmisi digital. Tujuan dari metode ini

adalah untuk menganalisa apakah unjuk kerja

jaringan secara keseluruhan telah tercapai dan

mampu memenuhi kapasitas kanal yang diinginkan.

Umumnya degradasi total waktu transisi dari link

digital tidak melebihi 70 persen dari satu periode bit

NRZ (Non-retum-to-zero) atau 35 persen dari satu

periode bit untuk data RZ (return-to-zero). Satu

periode bit didefinisikan sebagai resiprokal dari

data rate. Untuk menghitung Rise Time budget

dapat dihitung dengan rumus :

ttotal = (ttx² + tintramodal² + tintermodal²+ trx²)½

(2.3)

Keterangan :

ttx = Rise time transmitter (ns)

trx = Rise time receiver (ns) tintermodal = bernilai nol (untuk serat optik single mode) tintramodal = tmaterial + twaveguide tmaterial = ∆σ x L x Dm twaveguide = tw= L[n2+n2∆(vb)] C dv ∆σ = Lebar Spektral (nm) L = Panjang serat optik (Km) Dm = Dispersi Material (ps/nm.Km) N2 = Indeks bias selubung c = kecepatan rambat cahaya 3x108

v = 2π x a x n1 x (2 x ∆s)1/2

λ a = Jari-jari inti n1 = indeks bias inti n2 = Indeks bias selubung

BAB III

ANALISIS JARINGAN FTTH DENGAN

TEKNOLOGI GPON DI BUAH BATU REGENSI

3.1 Diagram Alir Penelitian

Proses penelitian dimulai dengan penentuan

lokasi kemudian dilakukan perumusan masalah,

dilanjutkan dengan studi litelatur bersamaan

pencarian data. Setelah pencarian data dilanjutkan

dengan peramalan demand kemudian dilakukan

perancangan awal yaitu pembuatan jalur dan

pembagian wilayah pada perumahan setra duta

bandung. Kemudian dilakukan perancangan teknologi

GPON dengan menentukan perangkat, spesifikasi,

dan volume. Setelah dilakukan perancangan GPON,

kemudian dilakukan analisis kelayakan hasil

perancangan jaringan yang menggunakan parameter

power link budget dan rise time budget. Dan akan

didapatkan kesimpulan dari hasil penelitian.

Gambar 3.2 Jaringan Eksisting Setra duta

Perumahan Setra Duta terletak didaerah

Bandung barat, berbatasan dengan kota cimahi.

Perumahan setra duta termasuk kawasan STO

Gegerkalong, yang berada di jalan gegerkalong hilir.

Jaringan akses yang masih digunakan sekarang

menggunakan 2 MSAN yang menggunakan serat

optik dari STO ke MSAN dan satu 1 RK yang masih

menggunakan kabel tembaga. Dalam RK RAG

tersebut mempunyai DP (Distribution point)

sebanyak 43 buah, dan kapasitas sebanyak 480 user.

MSAN MRB dan MSAN MRD masing-masing

mempunyai jumlah DP sebanyak 15 buah, dan

Sps

α Ns.c

Nc.αserat

L.αtot

α

Page 8: Jurnaltaramadhanftth

8

kapasitas 1 MSAN sebanyak 240 user. Dengan

kondisi jaringan sekarang untuk perumahan

Setraduta kapasitas yang bisa dilayani sebanyak 960

user.

Pada perumahan Setraduta terdapat sekitar 1245

kavling rumah dan pada tahun 2011 sekitar 702 rumah

telah terjual atau sekitar 56,54% dari keseluruhan total

kavling yang ada di Setra duta. Dari tahun 2006 sampai

tahun 2011 ada 309 rumah yang memakai layanan internet

dan pada tahun pertengahan 2012 kini mencapai 317 yang

memakai layanan internet. Masih banyaknya kavling yang

belum terisi tentu akan menjadi permasalahan dari segi

kapasitas dan permintaan bandwidth yang tidak terpenuhi.

Dari segi operator perlu ada peningkatan dalam hal operasi

dan perbaikan. Dari segi pelanggan akan mendapat

layanan dengan nyaman dan kualitas hasil yang lebih baik

Oleh karena itu divisi akses PT.Telkom

menyepakati adanya perubahan dari tembaga menjadi

jaringan akses yang memakai kabel optik sampai ke

rumah-rumah sebagai media transmisinya. Perkembangan

teknologi serat optik yang diambil oleh PT. Telkom adalah

teknologi GPON (Gigabit Passive Optical Network).

GPON merupakan teknologi terbaru dari perkembangan

PON yang bersifat passive dan menggunakan splitter.

Dilihat dari PT.Telkom sebagai penyedia layanan dapat

meningkatkan performansi dan akan menjadi lebih efisien,

karena bersifat pasif jadi tidak perlu catuan daya, serta

akan meringankan perawatan.

Pembahasan tugas akhir ini adalah peramalan

kebutuhan bandwidth dan membangun jaringan akses

Fiber To The Home ( FTTH) menggunakan teknologi

GPON di perumahan Setra duta. Daftar pengguna internet

di setra duta dapat dilihat di Lampiran A. Untuk daftar

pertumbuhan pelanggan internet bisa dilihat d tabel 3.1.

Tabel 3.1 Daftar pertumbuhan pelanggan internet di

perumahan Setra duta

3.3 Peramalan Demand

Perhitungan peramalan bandwidth berdasarkan

jumlah pelanggan perpaket. Dari peramalan jumlah

perpaket dikali dengan paket yang digunakan.

Kemudian dilakukan peralaman migrasi dari paket

ke paket lainnya. Jumlah peramalan pelanggan

didapatkan dengan menggunakan software

MINITAB versi 14. Dari tiap grafik nantinya akan

muncul nilai MAPE (Mean Absolute Percentage

Error), MAD (Mean Absolute Deviation) dan MSD

(Mean Square Deviation). Nilai MAPE merupakan

rata-rata dari keseluruhan persentase kesalahan

(selisih) antara data aktual dengan data hasil

peramalan. Ukuran akurasi dicocokkan dengan data

time series, dan ditunjukkan dalam persentase. MAD

merupakan rata-rata dari nilai absolute simpangan.

MSD merupakan rata-rata dari nilai kuadrat

simpangan data. Kemudian nilai MAPE dari

keempat model tersebut dibandingkan, yang

digunakan sebagai peramalan adalah yang memiliki

nilai MAPE terkecil.

3.3.1 Peramalan Jumlah Pelanggan Pemakai

Internet

Tabel 3.2 hasil peramalan jumlah pelanggan

Tahun Linier kuadratik eksponensial kurva S

2012 347,6 431,6 833 306,66

2013 409,343 565,34 1642 348,468

2014 471,086 717,09 3235 366,892

2015 532,829 886,83 6373 374,178

2016 594,571 1074,57 12558 376,935

2017 656,314 1280,31 24744 377,961

2018 718,057 1504,06 48754 378,34

2019 779,8 1745,8 96064 378,48

2020 841,543 2005,54 189281 378,532

2021 903,286 2283,29 372951 378,551

MAPE 70,68 9,0455 23,32 50,63

Grafik 3.1 Prediksi kurva peramalan terhadap

kapasitas total perumahan

3.3.2 Peramalan Paket 384 Kbps

Tabel 3.3 peramalan paket 384 k

Tahun Linier kuadratik eksponensial kurva S

2012 184,533 239,2 486 165,679

2013 218,019 319,54 1019 189,393

2014 251,505 411,6 2135 199,277

2015 284,99 515,37 4475 202,947

2016 318,476 630,86 9378 204,25

2017 351,962 758,06 19656 204,706

2018 385,448 896,97 41198 204,864

2019 418,933 1047,6 86346 204,919

2020 452,419 1209,94 180974 204,938

2021 485,905 1384 379302 204,945

MAPE 105,463 8,3893 24,148 53,2

0

500

1000

1500Jumlah pelanggan

Jumlah …

TAHUN

JUMLAH

PELANGGAN 384K 512K 1M 2M

2006 10 4 6 0 0

2007 33 14 17 2 0

2008 66 31 28 6 1

2009 141 67 54 18 2

2010 230 121 79 26 4

2011 309 167 100 36 6

Page 9: Jurnaltaramadhanftth

9

Grafik 3.2 Prediksi kurva peramalan paket 384K

terhadap kapasitas total perumahan

3.3.3 Peramalan Paket 512 Kbps

Tabel 3.4 peramalan paket 512 k

Tahun Linier kuadratik eksponensial kurva S

2012 115,533 133,2 225,9 100,964

2013 135,019 167,829 392,4 115,193

2014 154,505 206,243 681,8 122,613

2015 173,99 248,443 1184,6 126,1

2016 193,476 294,429 2058 127,659

2017 212,962 344,2 3575,4 128,341

2018 232,448 397,757 6211,8 128,635

2019 251,933 455,1 10792 128,762

2020 271,419 516,229 18749,4 128,817

2021 290,905 581,143 32574,1 128,84

MAPE 29,4169 7,61625 19,987 44,511

3.3.4 Peramalan Paket 1 Mbps

Tabel 3.5 peramalan paket 1 M

3.3.5 Peramalan Paket 2 Mbps

Tabel 3.5 peramalan paket 2 M

Tahun Linier kuadratik eksponensial kurva S

2012 7,5 8,75 12 6

2013 9,2 11,95 22,02 7,2

2014 10,9 15,65 40,39 7,71429

2015 12,6 19,85 74,1 7,90244

2016 14,3 24,55 135,95 7,96721

2017 16 29,75 249,42 7,98904

2018 17,7 35,45 457,58 7,99634

2019 19,4 41,65 839,5 7,99878

2020 21,1 48,35 1540,17 7,99959

2021 22,8 55,55 2825,64 7,99986

MAPE 13,9583 4,27083 7,16048 53,6905

3.3.5 Peramalan Jumlah Migrasi Paket

Tabel 3.6 nilai peramalan jumlah migrasi paket

Tahun Linier kuadratik eksponensial kurva S

2013 30,5 28 92 23

2014 37,7 32,2 247 29,56

2015 44,9 35,4 663 34,5599

2016 52,1 37,6 1781 37,8034

2017 59,3 38,8 4781 39,693

2018 66,5 39 12836 40,7255

2019 73,7 38,2 34464 41,2701

2020 80,9 36,4 92534 41,552

2021 88,1 33,6 248445 41,6964

MAPE 20,7323 7,65489 49,6803 80,8148

Tabel.3.7 Keseluruhan kebutuhan bandwidth

Paket Layanan Pelanggan Total bandwidth

384 0,384 1245 478,080 Mbps

512 0,512 581,1 297,545 Mbps

1 1 204,3 204,343 Mbps

2 2 55,55 111,1 Mbps

Total 1091,068 Mbps

Dari keseluruhan kebutuhan bandwidth, jika

dijumlahkan maka total bandwidth yang

dibutuhkan mampu mencapai 1091,068 Mbps.

Jika dari PT.Telkom kapasitas bandwidth yang

diinginkan 10 Mbps dari tiap rumah, dan

kapasitas kavling perumahan setra duta hanya

1245 kavling. Untuk itu PT. Telkom perlu

membuat total kapasitas bandwidth mencapai

1245 x 10 Mbps = 12450 Mbps, jaringan akses

eksisting belum memenuhi kapasitas serta

kebutuhan bandwidth yang dibutuhkan, maka

perlu dirancang Fiber to the home (FTTH)

menggunakan teknologi GPON di perumahan

Setra duta.

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Paket 384 K

Paket 384 K

Tahun Linier kuadratik eksponensial kurva S

2012 44 48 101,2 36

2013 52,8 60,8 209 47,3924

2014 61,6 74,743 431,3 59,0769

2015 70,4 89,829 890,4 69,8385

2016 79,2 106,057 1837,8 78,8113

2017 88 123,429 3793,5 85,6924

2018 96,8 141,943 7830,3 90,6384

2019 105,6 161,6 16162,7 94,0305

2020 114,4 182,4 33361,8 96,2826

2021 123,2 204,343 68863,1 97,7457

MAPE 30,5299 18,0366 24,6082 55,4662

Page 10: Jurnaltaramadhanftth

10

3.4 Perancangan Awal Jaringan

Teknologi GPON telah dipilih untuk dapat

memenuhi kebutuhan demand yang telah diramalkan

karena dapat melayani bandwidth yang besar dan

GPON juga dapat melayani 3 layanan: suara, video,

dan data. Jumlah pelanggan yang banyak sangat

cocok diterapkan untuk jaringan point to multipoint

dengan teknologi FTTH. STO Gegerkalong berada

sekitar ±3,1 Km pada perumahan Setra duta, jarak ini

memungkinkan untuk pembangunan kabel fiber optik

tanpa menggunakan repeater, perumahan setra duta

yang luas nya bisa mencapai 100 hektar berdasarkan

tata letaknya dibagi menjadi 5 daerah untuk

pembuatan jaringan, daerah A,B,C,D dan E. Lalu

untuk penarikan kabel dibagi 2 bagian untuk

perumahan Setra duta, untuk daerah A,C dijadikan

satu group daerah selatan dan daerah B,D,E dijadikan

daerah utara. Untuk penarikan kabel fiber optik dari

STO gegerkalong ke ODC dibagi 2 pemisahan jalur

pada persimpangan jalan sarimanah dan jalan sari

asih, jalur pertama masuk ke daerah A kemudian C,

dan 1 jalur kabel lg menuju B kemudian D lalu ke

daerah E.

3.5 Penentuan Perangkat Dan Spesifikasi

Pada bagian ini juga akan dijelaskan tentang

perangkat yang digunakan dalam perancangan

jaringan beserta spesifikasi, tata letak dan volumenya.

3.5.1 OLT (Optical Line Termination)

Optical Line Termination yang digunakan dalam

perancangan ini sesuai dengan standard ITU-T G.984

dan yang di rekomendasikan oleh PT.Telkom.

Pemilihan perangkat Optical Line Termination ini

dengan melihat nilai optical transmit power (Ptx)

yang sebaiknya bernilai besar karena akan

berpengaruh terhadap link power budget dan juga

memperhitungkan nilai lebar spektral (Δσ), rise time

dan fall time yang sebaiknya bernilai relative kecil

karena akan berpengaruh terhadap nilai rise time

budget. Spesifikasi OLT yang digunakan dapat dilihat

di tabel 3.8.

Tabel 3.8 Spesifikasi Perangkat OLT[3]

3.5.2 Fiber Optik

Fiber optik yang digunakan adalah fiber optik

yang sesuai dengan standar ITU-T G.652 dan drop

fiber G.657. Fiber optik yang digunakan pada

perancangan ini adalah perangkat dengan spesifikasi

yang dapat dilihat di tabel 3.9. Dari ODP sampai ke

pelanggan menggunakan fiber optik ITU-T G.657

yang memiliki spesifikasi seperti pada tabel 3.10.

Tabel 3.9 Spesifikasi Fiber Optik G.657[9]

Tabel 310 Spesifikasi Fiber Optik G.652[8]

3.5.3 Konektor

Konektor yang digunakan adalah konekor SC.

Konektor SC digunakan pada bagian OLT,ODC,ODP

dan ONT. Spesifikasi konektor seperti pada tabel 3.11.

3.5.4 Splitter

Splitter yang akan digunakan ada 2 tipe yaitu

splitter 1:4 dan splitter 1:8. Splitter 1:4 diletakan di

ODC, sedangkan splitter 1:8 diletakan di ODP.

Spesifikasi splitter dapat dilihat di tabel 3.12.

Tabel 3.1 Spesifikasi Konektor[7]

Tabel 3.12 Spesifikasi Splitter[3]

Parameter Spesifikasi Unit

Optical Transmit Power 5 dBm

Downlink Wavelength 1490 nm

Uplink Wavelength 1310 nm

Video Wavelength 1550 nm

Spectrum Width 1 nm

Downstream Rate 2.4 Gbps

Upstream Rate 1.2 Gbps

Optical Rise Time 150 ps

Optical Fall Time 150 ps

Max.Work

Temperature 45 ̊̊ C

Min.Work Temperature -5 ̊̊ C

Power Supply (DC) -48 V

Parameter Spesifikasi Unit

Attenuation

(1310 nm)

≤ 0.35 dB/Km

Attenuation

(1383 nm)

≤ 0.31 dB/Km

Attenuation

(1550 nm)

≤ 0.21 dB/Km

Attenuation

(1625 nm)

≤ 0.23 dB/Km

Parameter Spesifikasi Unit

Attenuation at

1310 nm

≤ 0.35 dB/Km

Attenuation at

1550 nm

≤ 0.21 dB/Km

Attenuation at

1490 nm

≤ 0.28 dB/Km

Chromatic

Dispersion

(1285nm-

1330nm)

≤ 3.5 ps/(nm.km)

Chromatic

Dispersion

(1550nm)

≤ 18 ps/(nm.km)

Parameter Spesifikasi Unit

Fiber Type SM 10/125 -

Insertion Loss 0.2 dB

Parameter Spesifikasi Unit

Insertion Loss 1:4 6 - 7.8 dB

Insertion Loss 1:8 9 - 11 dB

Page 11: Jurnaltaramadhanftth

11

3.5.5 ONT (Optical Network Terminal)

Optical Network Terminal yang digunakan pada

perancangan ini adalah perangkat dengan spesifikasi

seperti pada tabel 3.13.

Tabel 3.13 Spesifikasi perangkat ONT[3]

3.6 Penentuan Letak Perangkat Dan Volume

Perancangan dilakukan mulai dari STO

Gegerkalog sampai ke tiap rumah pelanggan di

perumahan Setra Duta. Fiber optik G. 652 ditarik dari

STO Gegerkalong sampai ke ODC yang berbeda letak,

bagian utara dan bagian selatan perumahan. Dari STO

Gegerkalong ditarik 60 core untuk perumahan Setra duta.

Dan terjadi pemisahan kabel pada persimpangan jalan

sarimanah dan sari asih menuju bagian utara perumahan

ditarik kabel sebanyak 36 core lalu menuju daerah selatan

perumahan sebanyak 24 core. Kemudian dari ODC akan

terdistribusi ke ODP dengan menggunakan G.652.

Setelah dari ODP kemudian dengan menggunakan G.657

akan terdistribusi lagi ke ONT yang terletak di rumah

pelanggan.Tiap ODC maksimal dapat terdistribusi ke 12

splitter 1:4 yang terdistribusi lagi ke splitter 1:8.

Pembagian pelanggan didasarkan pada letak rumah

pelanggan.

3.6.1 Lokasi ODC, ODP dan ONT

Penentuan lokasi penempatan ODC dan ODP

didasarkan pada efisiensi jaringan, kebutuhan layanan

akan pelanggan, dan batas minimum redaman yang

diperbolehkan untuk teknologi yang digunakan. Pada

ODC dan ODP didalamnya terdapat passive splitter

mempunyai redaman yang cukup besar dan dapat

mempengaruhi kelayakan perancangan jaringan.

Penempatan ODC dilakukan dengan melihat

pembagian tata letak perumahan. Untuk efisiensi

kabel ODC ditempatkan di pintu gerbang perumahan

Setraduta, sehingga kabel terus di tanamkan sampai

ke ujung rumah pelanggan tanpa ada perbalikan arah

yang menuju ODC kembali. Dari gambar 3.4 terlihat

bahwa perancangan jaringan FTTH dengan teknologi

GPON di perumahan Setra duta menggunakan 2 jenis

passive splitter yaitu 1:4 dan 1:8. Passive splitter 1:4

yang terletak di ODC akan membagi daya dari kabel

feeder yang masuk ke ODC ke 4 ODP. Fiber optik

yang keluar dari ODC akan masuk ke ODP yang di

dalamnya terdapat passive splitter 1:8. Selanjutnya

fiber optik tersebut akan menghasilkan disalurkan ke

rumah-rumah pelanggan (ONT) yang berjumlah

maksimal 8 pelanggan. Jadi 1 ODP diperhitungkan

untuk 8 lokasi rumah. Perancangan jaringan di

perumahan Setra duta menggunakan teknologi FTTH

(Fiber To The Home) sehingga peletakan perangkat

ONT (Optical Network Terminal) berada di dalam

rumah pelanggan. Fiber optik yang berasal dari ODP

akan masuk ke rumah pelanggan dan menuju

perangkat OTP. Dari perangkat OTP, fiber optik

tersebut akan masuk ke perangkat roset. Setelah

keluar dari perangkat roset maka fiber optik tersebut

akan masuk ke perangkat ONT. Lokasi penempatan

tata letak dapat dilihat di Lampiran B. Setelah

dilakukan penempatan letak perangkat, kemudian

diukur jarak nya bisa dilihat di Lampiran C. Karena

kontour perumahan setra duta yang berbukit-bukti,

maka untuk penghitungan jarak dari STO ke ODC,

ODC ke ODP, dan ODP ke ONT ditambah 10 meter,

kecuali letak ONT yang sangat dekat dengan ODP.

Untuk jumlah ODP, Splitter 1:4, dan jarak STO ke ke

ODC serta jumlah kabel dapat dilihat di tabel 3.14.

Tabel 3.14 Jumlah ODP, splitter dan kabel Feeder dan

jarak STO ke ODC

3.6.2 Daftar Perangkat Yang Dibutuhkan

Setelah dilakukan perancangan maka dibuatlah

daftar perangkat yang dibutuhkan dalam perancangan.

Daftar perangkat berupa spesifikasi perangkat dan

jumlah yang dibutuhkan. Perangkat disesuaikan

dengan rekomendasi dari PT. Telkom. Daftar

perangakat yang dibutuhkan dalam perancangan

jaringan FTTH dapat dilihat di tabel 3.15 .

3.7 Konfigurasi Jaringan Akses FTTH

Pada bagian ini kita dapat melihat Konfigurasi

jaringan FTTH menggunakan teknologi GPON dari

STO Gegerkalong sampe rumah pelanggan. Ditarik

kabel berjumlah 96 core lalu dibagi ke 5 ODC, dari

ODC beberapa kabel digunakan untuk menyalurkan

ke masing-masing ODP. Sisa dari kabel ODC yang

murni tidak terpakai disimpan sebagai cadangan. Lalu

dari ODP disalurkan lagi ke rumah-rumah pelanggan.

Parameter Spesifikasi Unit

Downstream Rate 2.4 Gbps

Upstream Rate 1.2 Gbps

Downlink Wavelength 1490 nm

Uplink Wavelength 1310 nm

Video Wavelength 1550 nm

Max.Transmission

Distance 20 Km

Power Consumption ≤ 16 Watt

Sensitivity -29 dBm

Optical Rise Time 200 ps

Optical Fall Time 200 ps

Max.Work Temperature 45 ̊̊ C

Min.Work Temperature -5 ̊̊ C

ODC JARAK STO ke

ODC JUMLAH

ODP

Spliter 1:4

KABEL

A 3130,13 27 7 12 core

B 2663,88 36 9 12 core

C 3993,35 45 12 24 core

D 3135,06 40 10 24 core

E 3375,1 42 11 24 core

Page 12: Jurnaltaramadhanftth

12

Tabel 3.15 Daftar perangkat yang dibutuhkan

No. Perangkat Jumlah

1 OLT

1 unit

2 Feeder Cable 5 buah ± (16.29752Km)

3 ODC 5 buah

4

Passive

Splitter 1:4 49 buah

5

Distribution

Cable

190 buah ±

(89,33788Km)

6 ODP 190 buah

7

Passive

Splitter 1:8 190 buah

8 Drop Cable

1245 buah

(139,16472Km)

9 ONT 1245 buah

10 Konektor SC 2962buah

11

Sambungan

Splice 203 buah

Gambar 3.4 Konfigurasi Jaringan FTTH menggunakan

Teknologi GPON.

BAB IV

ANALISIS KELAYAKAN PERANCANGAN

JARINGAN

4.1 Analisis Hasil Perancangan Setelah dilakukan perancangan jaringan

akses FTTH menggunakan GPON, untuk

mengetahui kelayakan sistem maka akan di

analisis menggunakan parameter power link

budget dan rise time budget.

4.1.1 Link Power Budget Perhitungan power link budget untuk

mengetahui batasan redaman total yang diijinkan

antara daya keluaran pemancar dan sensitivitas

penerima. Perhitungan link power budget

dilakukan berdasarkan standarisasi ITU-T G.984

dan juga peraturan yang diterapkan oleh PT.

TELKOM yaitu jarak tidak lebih dari 20 km dan

redaman total tidak lebih dari 28 dB.

Bentuk persamaan untuk perhitungan

redaman total pada link power budget yaitu :

Sps

α Ns.c

Nc.αserat

L.αtot

α + Red

Instalasi (5.1)

Bentuk persamaan untuk perhitungan

margin daya adalah :

M = ( Pt – Pr ) - α total - SM

(5.2)

Keterangan :

Pt = Daya keluaran sumber optik

( dBm)

Pr = Sensitivitas daya maksimum

detektor ( dBm)

SM = Safety margin, berkisar 6-8

dB

α tot = Redaman Total sistem (dB)

L = Panjang serat optik ( Km)

α c = Redaman Konektor

(dB/buah)

α s = Redaman sambungan (

dB/sambungan)

α serat = Redaman serat optik ( dB/

Km)

Ns = Jumlah sambungan

Nc = Jumlah konektor

Sp = Redaman Splitter (dB)

Margin daya disyaratkan harus

memiliki nilai lebih dari 0 (nol), margin daya

adalah daya yang masih tersisa dari power

transmit setelah dikurangi dari loss selama

proses pentransmisian, pengurangan dengan

nilai safety margin dan pengurangan dengan

nilai sensitifitas receiver [14]

.

Data-data yang digunakan pada

perhitungan antara lain :

Daya keluaran sumber optik (OLT/ONU)

: 5 dBm

Sensitivitas detektor (OLT/ONU)

: -29 dBm

Redaman Serat optik G.652 (1310/1490)

: (0.35, 0.28) dB/Km

Redaman Serat optik G.657 (1310/1490)

: (0.35, 0.28) dB/Km

Redaman Splice

: 0.05 dB/splice

Konektor

: 0.2 dB

Jenis PS 1:8 , 1:4

: 11 dB , 7.8 dB

Jumlah Sambungan

: 4 buah

Jumlah Konektor

: 4 buah

Page 13: Jurnaltaramadhanftth

13

Sps

α Ns.c

Nc.αserat

L.αtot

α

sα Ns.

cNc.α

seratL.α

totα

Perhitungan link power budget pada

GPON akan dibagi menjadi dua bagian dan

akan menghitung jarak dari STO ke ONT

yang letaknya paling terjauh, dikarenakan

teknologi GPON memiliki panjang

gelombang asimetrik dalam

pentransmisiannya. Sehingga jika untuk ONT

terjauh memenuhi kelayakan, maka untuk

jarak yang lebih dekat pun akan memenuhi

kelayakan.Panjang gelombang untuk uplink

sekitar 1310 nm sedangkan untuk downlink

sekitar 1490 nm.

Perhitungannya dapat diuraikan sebagai

berikut :

Perhitungan Link Power Budget dengan jarak

terjauh yaitu 4.77495 Km (3.99335 Km STO

ke ODC, 0.72714 Km ODC ke ODP, 0.05446

Km ODP ke ONT) dengan jalur dari STO

Gegerkalong ke ODC C lalu ke ODP C41

sampai pada ONT

Downlink

+Redaman Instalasi α tot =

(3.99335x0.28)+(0.72714x0.28)+(0.05446x0.28)

+(4x0.2)+(4x0.05)+(11+7.8)+2.86497

α tot = 23.951 dB

Sehingga untuk perhitungan margin daya

adalah sebagai berikut :

Pr = Pt - α tot - 6

Pr = 5 – 23.951– 6

Pr = – 24.951 dBm

M = ( Pt – Pr(Sensitivitas)) – α total – SM

M = ( 5 + 29 ) – 23.951– 6

M = 4.049 dBm

Nilai M yang diperoleh dari hasil

perhitungan downlink ternyata menghasilkan

nilai yang masih berada diatas 0 (nol) dB. Hal

ini mengindikasikan bahwa link diatas

memenuhi kelayakan link power budget.

Uplink

+ Sp +Redaman Instalasi

α tot = (3.99335x0.35)+(0.072714x0.35)+(

0.05446x0.35)+(4x0.2)+(4x0.05)+(11+7.8)+ 2.86497

α tot = 24.336 dB

Sehingga untuk perhitungan margin daya

adalah sebagai berikut :

Pr = Pt - α tot - 6

Pr = 5 – 24.336- 6

Pr = - 25.336 dBm

M = ( Pt – Pr(Sessitivitas)) - α total - SM

M = ( 5 + 29 ) – 24.336 – 6

M = 3.664 dBm

Nilai M yang diperoleh dari hasil

perhitungan uplink ternyata menghasilkan

nilai yang masih berada diatas 0 (nol) dB.

Hal ini mengindikasikan bahwa link

diatas memenuhi kelayakan link power

budget.

4.1.2 Rise Time Budget Rise time budget merupakan metode

untuk menentukan batasan dispersi suatu link

serat optik. Metode ini sangat berguna untuk

menganalisis sistem transmisi digital. Tujuan

dari metode ini adalah untuk menganalisis

apakah unjuk kerja jaringan secara

keseluruhan telah tercapai dan mampu

memenuhi kapasitas kanal yang diinginkan.

Umumnya degradasi total waktu transisi dari

link digital tidak melebihi 70 persen dari satu

periode bit NRZ (Non-Retum-to-Zero) atau 35

persen dari satu periode bit untuk data RZ

(Return-to-Zero). Satu periode bit

didefinisikan sebagai resiprokal dari data rate.

Spesifikasi alat untuk perhitungan rise

time budget adalah :

Panjang Gelombang

: 1310 nm dan 1490 nm

Lebar Spektral (Δσ) (OLT/ONU)

: 1 nm / 1 nm

Rise time sumber cahaya ( ttx)

(OLT/ONU) : (150x10-3

/ 200 x10-

3)ns

Dispersi material (Dm) (1310/1490)

: (3,56/13,64) ps/nm.Km

Rise time receiver (trx) (OLT/ONU) : (150x10-3

/200x10-3

)ns

Pengkodean NRZ

Menggunakan Single Mode

Indeks bias inti (n1)

: 1,465

Indeks bias selubung (n2)

: 1,46

Jari-jari inti (a)

: 4,5μm

Perhitungannya dapat diuraikan sebagai

berikut :

Perhitungan Rise Time Budget dengan jarak

terjauh yaitu 4.77495 Km (3.99335 Km STO

ke ODC, 0.72714 Km ODC ke ODP, 0.05446

Km ODP ke ONT) dengan jalur dari STO

Gegerkalong ke ODC C lalu ke ODP C41

sampai pada ONT

Downlink

Bit Rate downlink (Br) = 2.4 Gbps dengan

format NRZ, sehingga :

tr = nsxBr

2917.0104.2

7.07.09

Menentukan t intramodal/ t material

Tmaterial = ∆σ x L x Dm

= 1 nm x 4,77495 Km x

0.01364 ns/nm.Km = 0.0651 ns

∆s = n1-n2

n1

∆s = 3.412x10-3

Page 14: Jurnaltaramadhanftth

14

V = 2π x a x n1 x (2 x ∆s)1/2

λ

V =2 x 3.14 x 4,5 μm x1,465 (2x3.412x10-3

)1/2

1,49 μm

= 2,295

twaveguide= L[n2+n2∆(vb)]

C dv

twaveguide= 4774,95 [1,46+1,46x3.412x10-3

x1,2]

3x108

= 2.333x10-5

ns

tintramodal= tmaterial + twaveguide

Sehingga besarnya untuk serat optik

singlemode:

ttotal = (ttx² + tintramodal² + tintermodal²+ trx²)½

= [(0.15)² +(2.333x10-5

)2+(0.0651)² +

(0)2 + (0.2)²]

1/2

= 0.2583 ns

Dari hasil perhitungan rise time total sebesar

0.2583 ns masih di bawah maksimum rise

time dari bit rate sinyal NRZ sebesar 0.2917

ns. Berarti dapat disimpulkan bahwa sistem

memenuhi rise time budget.

Uplink

Bit Rate uplink (Br) = 1.2 Gbps dengan

format NRZ, sehingga :

tr = nsxBr

5833.0102.1

7.07.09

Menentukan t intramodal

Tmaterial = ∆σ x L x Dm

= 1 nm x 4.77495 Km x 0.00356

ns/nm.Km = 0.0169 ns

∆s = 3.412x10-3

V =2 x 3.14 x 4,5 μm x1,465 (2x3.412x10-3

)1/2

1,31 μm

= 2,610

twaveguide= 4774,95 [1,46+1,46x3.412x10-3

x1,25]

3x108

= 2.333x10-5

ns

Sehingga besarnya untuk serat optik

singlemode:

ttotal = (ttx² + tintramodal² + tintermodal²+ trx²)½

= [(0.2)² +(2.333x10-5

)2+(0.0169)² +

(0)2 + (0.15)²]

1/2

= 0.2505 ns

Dari hasil perhitungan rise time total sebesar

0.2505 ns masih dibawah maksimum rise

time dari bit rate sinyal NRZ sebesar 0.5833

ns. Berarti dapat disimpulkan bahwa sistem

memenuhi rise time budget.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Jaringan eksisting sekarang perlu diadakan

tambahan kapasitas jaringan dan migrasi dari kabel

tembaga menjadi jaringan akses FTTH

menggunakan teknologi GPON di perumahan Setra

duta. Berdasarkan hasil perancangan untuk

perhitungan kelayakan sistem untuk link Power

Budget didapatkan redaman total pada jarak terjauh

sebesar 23.951 dB untuk downlink dan 24.336 dB

untuk uplink. Hal ini masih berada dalam toleransi

yang ditetapkan ITU-T G.984 sebesar 28 dB maupun

standar yang dikeluarkan pihak Telkom sebesar 28

dB. Nilai Margin daya yang diperoleh 4.049 dBm

dari hasil perhitungan downlink dan 3.664 dBm yang

diperoleh dari hasil perhitungan uplink ternyata

menghasilkan nilai yang masih berada diatas 0 (nol)

dB. Hal ini mengindikasikan bahwa link memenuhi

kelayakan link power budget. Berdasarkan

perhitungan kelayakan sistem untuk rise time budget

didapatkan rise time total untuk arah downlink

dengan bitrate sebesar 2,4 Gbps, pelanggan terjauh

menghasilkan Ttotal sebesar = 0.2583 ns. Ttotal masih

berada di bawah nilai Tsistem sebesar 0,2917 ns. Dan

uplink dengan bitrate sebesar 1.2 Gbps, pelanggan

terjauh menghasilkan Ttotal sebesar = 0.2505 ns. Ttotal

masih berada di bawah nilai Tsistem sebesar 0.5833 ns

dengan demikian sistem tersebut masih memenuhi

rise time budget dengan pengkodean NRZ.

5.2 Saran Untuk tugas akhir kedepannya bisa memasukan

faktor ekonomi berupa biaya perancangan. Dan

perancangan serat optik untuk di gedung-gedung.

DAFTAR PUSTAKA

1. Annas, Awaludin. (2010), Perancangan Sistem

Informasi Geografis Sebagai Alat Bantu

Perancangan Jaringan Optik Layanan Triple

Play (Studi Kasus: Wilayah Bandung Turangga).

Tugas Akhir Institut Teknologi Telkom.

2. B. Amar,” PERANCANGAN JARINGAN OPTIK

UNTUK LAYANAN INTERNET DENGAN

MENGGUNAKAN TEKNOLOGI GPONSTUDI

KASUS GEDUNG WISMA LIPPO BANDUNG”,

Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Bandung,

2008.

3. Dwi Safitri.Rinna,” EVALUASI PERANCANGAN

JARINGAN FTTH (Fiber To TheHome)

DENGAN TEKNOLOGI GPON (Gigabit Passive

Optical Network) (Studi Kasus Plaza 1 Pondok

Indah Jakarta Selatan)”, Institut Teknologi

Telkom, Bandung, 2011.

4. Fitriani,”ANALISIS PERFORMANSI

TEKNOLOGI GPON UNTUK LAYANAN

BROADBAND STUDI KASUS TELKOM RDC

BANDUNG”, IT TELKOM,Bandung, 2008

5. “FTTH Fiber To The Home.”

http://www.opfibrecorp.com/info/articles/fttb.htm

l (diakses tanggal 19 juni 2012).

6. Hertianan.S.N. “Diktat Rekayasa Trafik :

Peramalan Trafik Untuk Peramalan jaringan “,

STT Telkom.

7. “Huinghong Technologies Limited.”

http://HuinghongFiber.com (diakses tanggal 24

Februari 2012)

8. ITU-T Recommendation G.652 (2009),

Characteristics of single-mode optical fibre and

cable.

9. ITU-T Recommendation G.657 (2009),

Characteristics of a bending-loss insensitive

Page 15: Jurnaltaramadhanftth

15

single-mode optical fibre and cable for the access

network.

10. ITU-T Recommendation G.984.2 (2003) ,

Gigabit – Capable Passive Optical Network (G-

PON) : Physical Media Dependent (PMD) Layer

Spesefication.

11. “Produk dan layanan”

http://www.telkom.co.id/produk-layanan/

(diakses tanggal 30 juni 2012).

12. Rosanti rahayu “PERANCANGAN JARINGAN

FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN

TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL

NETWORK (GPON) (STUDI KASUS DI

BUAH BATU REGENSI BANDUNG)”, Intitut

teknologi telkom, Bandung, 2012.

13. Telkom Risti, “Pedoman Perancangan

Jarlokaf’,1996

14. Wahyu amalia, “Jaringan dan Analisis dan

perancangan optik menggunakan teknologi

GPON studi kasus telkom RDC, Institut

Telkom,Bandung, 2010.

15. Waluyo “Analisis Sistem Komunikasi Fiber

Optik Single Mode”, Politeknik negeri Malang,

2009.