jurnal_rekayasa_1389182661

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 jurnal_rekayasa_1389182661

    1/7

      70

    MODEL PARAMETER MESIN EDM

    UNTUK MENGETAHUI KEKASARAN PERMUKAAN

    MENGGUNAKAN METODE RESPONSE SURFACE 

    Pranowo Sidi1)

    , Rini Indarti2)

     

    1)Jurusan Teknik Permesinan Kapal, 2)Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal,

    Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya-ITS

    Jl. Teknik Kimia, Kampus ITS, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60111Telp: (62) (31) 594 7186 ext , Fax: (62) (31) 592 5524

    [email protected] 

    Abstrak

     Dalam penelitian ini metodologi response surface digunakan untuk mencari hubungan dan interaksi

     parameter antara tiga variabel terkendali pada kekasaran permukaan (Ra) proses EDM. Percobaan

    dilakukan pada baja karbon rendah St. 42 dan elektrodenya dibuat dari tembaga. Sebagai variabel

    terkendali (variabel proses) ada tiga yakni: pulse current (I  p), on-time (T on) dan off-time (T off ). Untuk

    mempelajari model orde polinomial kekasaran permukaan, kami menggunakan desain eksperimen

    composite central design (CCD) guna estimasi koefisien model dari tiga variabel proses yang diyakinimempengaruhi kekasaran permukaan dalam proses EDM. Berdasarkan hasil eksperimen kemudian hasil

    kekasaran permukaan di modelkan. Koefisien yang signifikan diperoleh dengan melakukan analisis

    varians (ANOVA) pada tingkat signifikan 5%. Diperoleh bahwa pulse current (I  p), on-time (T on) dan off-

    time (T off ) berpengaruh secara signifikan terhadap kekasaran (Ra). Metodologi ini sangat efektif karena,

    hanya membutuhkan 20 kali percobaan dengan 3 kali replikasi untuk menilai kondisi, dan kecukupan

    model yang sangat memuaskan. Kekasaran permukaan dari hasil model adalah sebesar 3.80 µm dan

    hasil dari eksperimen konfirmasi nilai Ra = 0.57 µm.

    Kata Kunci: “response surface”, “EDM”, “kekasaran permukaan”, “CCD”, “ANOVA”

    1.  Pendahuluan

     Electric Disrcharge Machine  adalah

    merupakan proses pemesinan non-

    konvensional dengan komputer sebagai

    pengendali utama. EDM merupakan proses

    pemesinan di mana pahat yang berupa

    elektrode akan meng-erosi/mengikis benda

    kerja sesuai dengan bentuk pahatnya. Proses

    EDM didasarkan pada sejumlah loncatan

    bunga api listrik (spark ) yang terjadi di

    antara benda kerja dan elektrode, loncatan

    bunga api tidak terjadi secara terus-menerus

    tetapi terjadi secara periodik terhadap waktu.Berbagai jenis produk, seperti dies and

     punch, cetakan plastik dan alat potong bisa

    dihasilkan/dikerjakan oleh EDM yang

    menuntut kualitas kekasaran permukaan

    (Ra) kehalusan tinggi. Beberapa keunggulan

    EDM, sehingga banyak digunakan dalam

    dunia industri manufaktur diantaranya:

    mampu mengerjakan bentuk-bentuk yang

    rumit, dapat mengerjakan benda kerja yang

    keras atau telah dikeraskan, mempunyai

    tingkat kebisingan yang rendah. Pada prosesEDM terjadi pengikisan akibat adanya

    loncatan bunga api antara benda kerja dan

    elektroda, bagian yang terkikis ini akan

    membentuk profil tertentu pada benda kerjasesuai dengan bentuk pahat (elektrode).

    Namun proses pengikisin terhadap benda

    kerja atau material removal rate (MRR) pada

    EDM, lebih lambat dibanding dengan proses

    pemesinan lain. Tetapi pengikisan tidak

    hanya terjadi pada benda kerja saja namun

     juga terjadi pada elektrode, hal ini disebut

    keausan elektrode (pahat). Dalam

    pengerjaan dengan menggunakan EDM

    perlu diperhatikan parameter-parameter

    yang berpengaruh kekasaran permukaan dankecepatan keauasan elektroda

    Beberapa orang telah melakukan penelitian

    yang berhubungan dengan EDM antara lain,

    yakni, Kiyak dan O. Cakir (2007) tentang

    “ Examination of machining parameters on

    surface roughness in EDM of tool steel”,

    dengan hasil bahwa kombinasi pengaturan

    parameter yang diberikan tetap sulit untuk

    dapat menghasilkan kualitas permukaan

    yang optimum. Suhardjono (2010), menelititentang pengaruh  Arc On dan  Arc Off  Time

  • 8/18/2019 jurnal_rekayasa_1389182661

    2/7

     71

    terhadap kekasaran permukaan dan laju

    pembuangan geram, hasilnya adalah bahwa

    on time naik maka nilai kekasaran

    permukaan semakin membesar dan nilai

    MRR semakin baik. Patna Partono (2008)

    dkk, dalam kesimpulan hasil penelitiannyamenyatakan bahwa naiknya arus maka laju

    pemakanan material juga bertambah. Salem,

    S. Ben, dkk, 2011, menunjukkan bahwa

    faktor intensitas memiliki pengaruh yang

    paling penting pada kekasaran permukaan.

    Dilapangan para operator EDM dalam

    memilih parameter proses pemesinan hanya

    berdasarkan pengalaman atau hanya

    melakukan coba-coba (trial and error ),

    dalam hal ini pemilihan  pulse current   (A),arc on time  (ton), arc off time  (toff ). Dari

    uraian di atas maka peneliti melakukan

    penelitian tentang pengaruh parameter

    proses pemesinan EDM terhadap kekasaran

    permukaan (Ra). Mesin EDM yang

    digunakan adalah ARISTECH ZNC E.D.M.

    LS. 550.

    Gambar 1.  Mesin EDM

    1.1.  Prinsip Kerja EDM

    Pahat (Elektrode) didekatkan ke benda kerja

    yang keduanya dicelupkan dalam suatucairan dinamakan dielektrik (tidak

    menghantarkan listrik), sehingga pada jarak

    tertentu terjadi loncatan bunga api listrik

    yang ber-frekuensi tinggi, dan mempunyai

    kecepatan tertentu. Karena adanya loncatan

    bunga api tersebut terjadilah suatu zona

    plasma yang menyebabkan temperatur

    menjadi tinggi dan mengakibatkan

    terjadinya proses pencairan/pengikisan

    terhadap sebagian material pada permukaan

    benda kerja dan elektroda, proses tersebutterjadi didalam suatu cairan dielektrik. Pada

    saat terjadinya proses pengikisan material

    benda kerja, sebagian permukaan elektroda

     juga terkikis oleh panas akibat dari loncatan

    bunga api, walaupun hanya sedikit

    pengurangan yang terjadi pada permukaan

    elektroda, namun juga akan berpengaruhterhadap kepresisian produk yang

    dihasilkan. Alat pemotong EDM diarahkan

    sepanjang jalur yang diinginkan dan sangat

    dekat dengan tempat pemotongan, namun

    tidak sampai menyentuh lembaran yang

    akan dipotong. Percikan listrik yang

    berurutan memproduksi serangkaian ledakan

    yang sangat kecil (microcraters) pada

    lembaran logam yang diproses dan

    memindahkan materi sepanjang jalur

    pemotongan dengan cara pelelehan danpenguapan. Partikel-partikel akan tersapu

    dan terbuang oleh cairan yang mengandung

    aliran listrik.

    Gambar 2.  Prinsip Kerjan EDM

    (Sumber, Kuldeep Ohja, dkk  , 2010) 

    1.2.  Kekasaran permukaan (Ra)

    Topografi permukaan diperoleh EDM

    langsung hasil dari proses pengikisan logam.

    Ionisasi dan pembentukan bunga api di

    daerah lokal dan dalam waktu singkat terjadi

    peningkatan tinggi suhu (3.500-10.000 °C)

    dan fluks termal yang tinggi. Fluks inimenyebabkan penguapan sesaat pada

    elektrode dan mencairnya sebagian dari

    benda kerja di bawah titik penguapan.

    Dengan proses ini menyebabkan terjadinya

    kawah permukaan dengan beberapa bentuk

    dan dimensi diciptakan, dan bola partikel

    logam meleleh. Karakteristik suatu

    permukaan merupakan parameter penting

    pada hasil proses EDM. Salah satu metode

    untuk menentukan besar-kecilnya tingkat

    kekasaran permukaan (Ra) yang seringdipakai industri adalah dengan parameter

  • 8/18/2019 jurnal_rekayasa_1389182661

    3/7

      72

    kekasaran rata-rata aritmatik Ra (µm) yaitu

    harga rata-rata aritmatik dari harga absolut

     jarak antara profil terukur dengan profil

    tengah

    Gambar 3.  Parameter dalam profil

    permukaan

    (Sumber: Rochim, 1993)

    Rt = kekasaran total, yaitu jarak antara profil

    referensi ke profil dasar

    Ra = kekasaran rata-rata aritmatik, yaitu

     jarak rata-rata absolut profil tengah

    antara profil terukur dengan profil

    tengah.

    Rp = kekasaran perataan, yaitu jarak rata-rata

    antara profil referensi dengan profil

    terukur.

    Rq = kekasaran rata-rata kuadratik (root

    mean square height ), yaitu akar bagi jarak kuadrat rata-rata antara profil

    terukur dengan profil tengah

    Rz = kekasaran total, yaitu jarak rata-rata

    profil alas ke profil terukur pada lima

    puncak tertinggi dikurangi jarak rata-

    rata profil alas ke profil terukur pada

    lima lembah rendah.

    Penelitian ini menjelaskan tentang proses

    pemesinan EDM pada baja St. 42, dengan

    pemodelan menggunakan metodologi

    response surface. Dalam tulisan inipendekatan response surface dengan Central

    Composite Design (CCD) digunakan untuk

    pengembangan model dan analisis kekasaran

    permukaan (Ra), dengan  pulse current , on

    time  dan off time  sebagai parameter

    percobaan (faktor). Kondisi parameter

    percobaan digambarkan dalam Tabel 1.

    Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat,

    setiap kombinasi percobaan (20 kali) diulang

    tiga kali (dibuat replikasi tiga kali).

    2.  Rancangan Percobaan

    Metode response surface  adalah suatu

    kumpulan dari teknik-teknik statistika dan

    matematika yang berguna untuk

    menganalisa permasalahan tentang beberapa

    variabel bebas yang mempengaruhi variabeltak bebas atau respon, serta bertujuan

    mengoptimumkan respon tersebut.

    Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

     jika melakukan teknik analisa response

    surface. Hal pertama yang perlu dilihat

    adalah bentuk persamaannya apakah

    merupakan fungsi berorde satu atau fungsi

    berorde dua. Untuk fungsi yang berorde

    satu, rancangan percobaannya menggunakan

    3

      faktorial dimana setiap perlakuanmemiliki tiga level perlakuan. Jika

    dibandingkan dengan rancangan response

    surface  yang berorde dua, maka rancangan

    response surface berorde satu membutuhkan

    lebih banyak unit percobaan, yaitu sebanyak

    3k   unit percobaan dimana k menyatakan

    banyaknya faktor perlakuan.

    Untuk percobaan response surface yang

    berorde dua, dalam penelitian ini digunakan

    rancangan percobaan Central Composite

     Design  (CCD) yang memerlukan jumlahunit percobaan minimal 20 kali percobaan,

     jumlah ini lebih sedikit daripada rancangan

    3k  faktorial (response surface berorde satu).

    Bahan benda kerja yang dipilih adalah baja

    St. 42, baja karbon rendah (low carbon).

    Baja St.42 dipilih karena sering digunakan

    untuk latihan para mahasiswa. Bahan

    elektrode untuk percobaan ini adalah

    tembaga.

    Percobaan dilakukan pada mesin  Electric

     Discharge Machine (EDM) tipe ARISTECHZNC E.D.M. LS.550. Sebuah tembaga segi

    empat dengan dimensi 10x10x200 mm

    kemudian dibuat untk membuat percobaan

    bagian depannya dengan dimensi 8x8x10

    mm (lihat Gambar 4).5010

            1        0

    8

    10

     Gambar 4.  Dimensi electrode 

  • 8/18/2019 jurnal_rekayasa_1389182661

    4/7

     73

    3.  Metodologi

    Metodologi Response Surface (RSM) adalah

    suatu kumpulan matematika dan statistik

    yang berguna untuk pemodelan dan analisis

    dimana luaran atau respon dipengaruhi oleh

    beberapa variabel parameter dan tujuannyauntuk mencari hubungan antara respon dan

    variabel. Hal ini dapat digunakan untuk

    mengoptimalkan respon (Montgomery,

    1990). Ini adalah teknik pemodelan secara

    empiris yang dikhususkan untuk

    mengevaluasi hubungan yang ada antara

    kelompok yang terkontrol yakni faktor

    percobaan dan hasil yang diamati dari satu

    atau lebih kriteria yang dipilih. Penulis

    hanya memilih tiga faktor percobaan yangmampu mempengaruhi hasil proses

    penelitian, tiga faktor tersebut yakni,  pulse

    current  (Ip), on time (Ton) dan off time (Tof ).

    Model matematika ini kemudian

    dikembangkan yang menggambarkan

    hubungan antara variabel proses dan respon.

    Perilaku sistem ini dijelaskan oleh model

    empiris berikut orde kedua polinomial.

    ( )   ∑ ∑∑∑−

    = ===

    +++=1

    1 21

    2

    1

    0

    i

     j

     jiij

    i

    iii

    i

    ii  X  X  X  X Y    β  β  β  β 

    Langkah pertama dari RSM adalah untukmenentukan batas-batas dari domain

    percobaan untuk diekplorasi. Batasan dibuat

    selebar mungkin untuk mendapatkan respon

    yang jelas dari model. Pulse Current (A), On

    Time (B) dan Off Time (C) adalah variabel

    mesin, dipilih untuk penelitian ini.

    Perbedaan level parameter dalam penelitian

    digambarkan pada Tabel 1.

    Langkah selanjutnya adalah perancangan

    percobaan dengan cara metodhologi

    response surface  (RSM), menggunakanCentral Composite Design  (CCD) dengan

    tiga variabel, 20 percobaan dan 3 replikasi.

    Jumlah total percobaan yang dilakukan dan

    hasil percobaan dengan kombinasi parameter

    pemesinan diperlihatkan pada Tabel 2. CCD

    digunakan karena memberikan prediksi yang

    relatif akurat dari semua variabel rata-rata

    respon yang berkaitan dengan kuantitas yang

    diukur selama percobaan. CCD menawarkan

    keuntungan bahwa penyesuain tingkat

    tertentu yang diperbolehkan dan dapat

    digunakan dalam kronologis metode

    permukaan respon dua langkah.

    Tabel 1. Variabel Parameter

    Parameter KodeLevel

    1 2 3

    Pulse Curent (Ip ) dalam A A 3 6 9On Time (Ton) dalam µs B 100 125 150

    Off Time (Toff ) dalam µs C 20 40 60

    Tabel 2. Data hasil percobaan dengan matrik

    yang telah dirancang.

    No.A B C Ra

    Ip on A (Ton in us) Toff  in us) µm

    1 6 125 40 6.682 6 125 6.364 6.58

    3 6 82.955 40 7.39

    4 9 150 20 8.505 9 100 60 8.62

    6 3 150 60 4.59

    7 6 167.045 40 5.848 9 100 20 7.39

    9 6 125 40 7.72

    10 6 125 40 7.64

    11 3 100 60 3.29

    12 11.045 125 40 9.46

    13 6 125 73.636 6.7914 0.955 125 40 1.51

    15 6 125 40 7.67

    16 3 100 20 3.6417 6 125 40 8.12

    18 6 125 40 7.04

    19 9 150 60 9.0020 3 150 20 2.62

    Dalam metode ini, ada kemungkinan bahwapercobaan bekerja secara perlahan dan pada

    akhirnya memutuskan bahwa model prediksi

    yang memuaskan. Percobaan telah dilakukan

    pada mesin EDM (Gambar. 1), dan data

    kemudian dikumpulkan untuk mengetahui

    pengaruh parameter proses dominan pada

    kekasaran permukaan (Ra). Ada 20 kali

    percobaan yang dilakukan sesuai kondisi

    CCD, ini diperlihatkan dalam Tabel 2.

    Untuk mendapatkan hasil yang lebih tepat,setiap kombinasi percobaan diulang tiga

    kali.

    Analisis varians (ANOVA) yang fungsinya

    untuk mengetahui kecukupan model. Rasio

    F dihitung untuk tingkat kepercayaan 95%.

    Apabila nilai F kurang dari 0,05 maka nilai

    kecukupan model dianggap signifikan dan

    bila nilai F lebih besar dari 0,05 maka tidak

    signifikan, dan model cukup untuk mewakili

    hubungan antara respon mesin danparameter pemesinan. Pada dalam penelitian

  • 8/18/2019 jurnal_rekayasa_1389182661

    5/7

      74

    ini menggunakan metode non-linier ini

    disebabkan polinomial linier tidak dapat

    menprediksi respon secara tepat maka

    digunakan second-order (orde kedua). 

    Untuk mengetahui pengaruh masing-masing

    parameter proses terhadap respon kekasaranpermukaan, maka data pada Tabel 2 perlu

    diolah.  Model yang menyatakan hubungan

    antara parameter proses dengan karakteristik

    kualitas dibentuk oleh nilai koefisien

    penduga yang dihasilkan.

    Dari hasil pengolahan menggunakan

    software MINITAB 14, didapatkan bahwa

    beberapa faktor tidak berpengaruh terhadap

    nilai kekasaran. Karena tidak berpengaruh

    maka lima faktor tersebut dihilangkan kemudiandi analisa lagi, dan hasilnya terlihat pada Tabel 4.

    Persamaan respon akhir untuk kekasaran

    permukaan setelah menghilangkan faktor-faktor yangtidak berpengaruh menjadi seperti berikut:

    207448.000990.0

    00048.066841.177280.0

     Ip xT  x

    T  x Ip x Ra

    off 

    on

    −+

    ++−=

     

    Tabel 3. Koefisien Regresi Kekasaran

    Permukaan (setelah di eliminasi)

    Estimated Regressiopn Coefificients for Kekasaran Permukaan

    Coefisien SE Coef. T P Remaks

    -0.77280 1.232 -0.!27 0.5"0 not significant

    1.!!8"1 0.2"720 !.7" 0.000 most significant

    0.000"8 0.007"" 0.0!" 0.50 not significant

    0.000 0.0030 1.0!" 0.30" not significant

    -0.07""8 0.01" -3.735 0.002 significant

    S = 0.687521 R-Sq = 91.94% R-sq (!e"# = 85$5% R-Sq (a" = 89.79%

    Sumber: Hasil olahan perangkat lunak MINITAB 14

    Te!m

    #p $ #p

     Constant

    #p

    %on

    %off 

     

    Tabel 4. ANOVA

    &na'(sis of )arians for Kekasaran P ermukaan

    '( S eq S S )"& S S )"& *S ( P

    " 80.882 80.882 2 0.22"55 "2.7 0.000

    3 7".305" 22.0!80 7.35!01 15.5! 0.000

    1 !.52 !.52 !.528! 13.5 0.002

    15 7.003 7.003 0."72!

    10 5.7278 5.7278 5.7278 2.10 0.213

    5 1.3!25 1.3!25 0.27250

    1 87.885

    '+!,in -ason S aisi/ = 1 .048%8

    * um+er, -as i' o'aan perangkat 'unak /##%& 1"

    So+!/e

    %ota'

      Regression

      inear

     R esidua' Error

      ack of it

      *4uare

      Pure E rror

     Untuk mengetahui asumsi kenormalan data dilakukan

    dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang

    hasilnya dapat dilihat pada gambar 5, bahwa titik pada

    plot yang normal mendekati dan membentuk garis lurus.

    Demikian juga dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov =

    0.205, ini masih lebih kecil dari tabel yang besarnya

    adalah 0.294 Ini berarti menunjukkan bahwa data

    tersebut cukup normal dan tidak ada penyimpangan darikenormalan.

    Gambar 5.  Probabiltas Kenormalan 

    4.  Hasil dan Pembahasan

    Pengaruh parameter pemesinan (Ip, Ton  dan

    Toff ) pada variabel respon Ra telah

    dievaluasi dengan melakukan percobaan

    seperti yang dijelaskan dalam bagian 2.

    Hasil datanya dimasukkan ke dalam

    perangkat lunak Minitab untuk dianalisis

    lebih lanjut dengan mengikuti langkah-

    langkah yang diringkas telah dalam bagian

    3. Model empiris polinimial orde kedua

    diusulkan untuk menemukan korelasi antara

    Ra dan variabel proses yang diperhitungkan.

    Analisis varians (ANOVA) digunakan untuk

    memeriksa kecukupan model orde kedua.

    Hasil yang diperoleh dari percobaan

    dibandingkan dengan nilai prediksi dihitung

    dari model pada gambar 6. Hal ini dapat

    dilihat bahwa model regresi cukup baik

    dilengkapi dengan nilai-nilai yang diamati.

    Residual, yang dihitung sebagai perbedaan

    antara nilai prediksi dan diamati terletak

    pada kisaran -1.19229 menjadi 1.10781.

    Gambar 6.  Plot residual vs Fitted Value 

    Gambar 7 menunjukkan nilai taksiran

    response surface  Ra dalam kaitannya

    dengan parameter proses Ip dan Toff . Hal ini

    dapat dilihat dari gambar, Ra cenderung

    meningkat, secara signifikan denganpeningkatan arus puncak ( peak current )

  • 8/18/2019 jurnal_rekayasa_1389182661

    6/7

     75

    untuk setiap nilai Ton. Oleh karena itu nilai

    maksimum Ra akan diperoleh pada saat

    pulse current mencapai puncak (Ip  = 9 A)

    dan on time juga tinggi (Ton = 125 µs.).

    Gambar 7.  Effect dari Ip  dan Toff   terhadap

    Ra 

    Gambar 8 menunjukkan nilai taksiranresponse surface  Ra dalam kaitannyadengan parameter proses Ip dan Ton. Hal inidapat dilihat dari gambar, Ra cenderungmeningkat, secara signifikan denganpeningkatan arus puncak ( peak current )untuk setiap nilai Toff . Oleh karena itu nilaimaksimum Ra akan diperoleh pada saatpulse current mencapai puncak (Ip  = 9 A)dan on time juga tinggi (Ton = 150 µs.).

    Gambar 8.  Effect dari Ip  dan Ton  terhadap

    Ra 

    Dimana nilai maksimum Ra diperoleh pada

    puncak tertinggi pada saat Ip (6 A), Ton 

    tertinggi (125 µs) dan Toff  = 40 µs. Hal ini

    disebabkan dominasi kontrol mereka atas

    yaitu energi input dengan peningkatan arus

    pulsa menghasilkan percikan yang kuat yangmenciptakan suhu yang lebih tinggi

    menyebabkan lebih banyak bahan mencair

    dan mengikis dari benda kerja.

    Gambar 9.  Effect dari Ton dan Toff  terhadap Ra 

    5.  Kesimpulan

    Penelitian ini mengembangkan model Ra

    dengan tiga parameter proses yaitu: Pulse

    current  (Ip), On time (Ton) dan Off time (Toff )

    untuk proses EDM pada baja St. 42

    menggunakan metodologi response surface.Model orde kedua telah dilakukan kemudian

    divalidasi menggunakan analysis of Varian

    (ANOVA). Dari hasil pengolahan ditemukan

    bahwa semua parameter proses dan beberapa

    memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

    Ra. Model parameter untuk Ra adalah:

    207448.000990.0

    00048.066841.177280.0

     Ip xT  x

    T  x Ip x Ra

    off 

    on

    −+

    ++−=

    Dengan menggunakan software LINGO,

    didapatkan hasil kekasaran permukaan 3.80µm, pada kombinasi parameter Ip = 3 A,

    Ton = 100 µs dan Toff = 20 µs.

    Usaha untuk mendapatkan optimasi yang

    menghasilkan Ra terbaik sesuai dengan

    batasan eksperimental. Kombinasi parameter

    proses yang optimal untuk Ra, juga diuji

    melalui eksperimen konfirmasi yang

    menunjukkan hasil = 3.57 µm yang tidak

     jauh berbeda dengan prediksi metode

    surface response.

    6. Daftar Pustaka

    •  Bisono, Rahayu Mekar, 2012, “Optimasi

    Parameter Pemesinan untuk

    Kekasaran Permukaan dan

    Kepresisian pada Proses EDM

    (Electrical Discharge Machining)

    menggunakan Metode Response

    Surface”, Tugas akhir yang tidak

    dipublikasikan, PPNS.

    • 

    Boothroyd,Geoffrey, 1975, Fundamentalof Metal Machining and Machine

    Tools, Scripta Book Company,

    Washington D.C.

    •  Khan, Dilshad Ahmad, dan Mohammed

    Hameedullah, 2011, “ Effect of Tool

    Polarity on the Machining

    Charactheristic in EDM of Silver

    Steel and Statistical Modelling of the

    Process” International Journal of

    Engineering

  • 8/18/2019 jurnal_rekayasa_1389182661

    7/7

      76

    •  Kuldeep Ojha, dkk, 2010, “ MRR

     Improvement in Sinking Electrical

     Discharge Machining: A Review”,

    Journal of Minerals & Materials

    Characterization & Engineering,

    Vol. 9, No.8, pp.709-739.

    •  Kiyak, M., O. Cakir, (2007), Eaminationof machining parameters on surface

    roughness in EDM of Tool Steel,

    Journal of Materials rocessing

    Technology, hal 141 – 144

    •  Montgomery, D.C., 1997,  Design And

     Analysis Of Experiment , Jhon

    Willey and Sons Inc., New York.

    •  Partono, Patna, dkk, 2008, “Studi Proses

     Electrical Discharge Machining

    dengan Elektrode Tembaga”,

    Media Mesin, Vol 9, No.1, Januari

    2008, Hal. 13 – 19, ISSN 1411-

    4348.

    •  Pradhan, Mohan Kumar dan ChandannKumar Biswas, 2008, “ Modelling of

     Machining Parameters for MRR in

     Electrical Discharge Machining

    using Response Surface

     Methodology”, Proceedings of

    NCMSTA’08 Conference,

    November 13-14, National Institute

    of Technology, Hamirpu. 

    •  Rochim, Taufiq, 1993, Teori & Teknologi

    Proses Pemesinan, Laboratorium

    Teknik Produksi, Jurusan Teknik

    Mesin, FTI–ITB, Bandung.

    •  Salem, S. Ben, 2011, Prediction of

    surface roughness by experimental

    design methodology in Electrical

     Discharge Machining (EDM),

    Journal of Achievements in

    Materials and Manufacturing

    Engineering, Volume 49, Issue 2,December 2011

    •  Suhardjono, dkk, 2010, “Studi

     Eksperimen Pengaruh variasi

    Tegangan Terhadap Spark Gap

    Pada Proses EDM Shinking”,

    Seminar Nasional Tahunan Teknik

    Mesin (SNTTM) ke 9, 2010, ISBN:

    978-602-97742-0-7.