Upload
78858799
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 jurnal_rekayasa_1389182661
1/7
70
MODEL PARAMETER MESIN EDM
UNTUK MENGETAHUI KEKASARAN PERMUKAAN
MENGGUNAKAN METODE RESPONSE SURFACE
Pranowo Sidi1)
, Rini Indarti2)
1)Jurusan Teknik Permesinan Kapal, 2)Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal,
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya-ITS
Jl. Teknik Kimia, Kampus ITS, Keputih, Sukolilo, Surabaya 60111Telp: (62) (31) 594 7186 ext , Fax: (62) (31) 592 5524
Abstrak
Dalam penelitian ini metodologi response surface digunakan untuk mencari hubungan dan interaksi
parameter antara tiga variabel terkendali pada kekasaran permukaan (Ra) proses EDM. Percobaan
dilakukan pada baja karbon rendah St. 42 dan elektrodenya dibuat dari tembaga. Sebagai variabel
terkendali (variabel proses) ada tiga yakni: pulse current (I p), on-time (T on) dan off-time (T off ). Untuk
mempelajari model orde polinomial kekasaran permukaan, kami menggunakan desain eksperimen
composite central design (CCD) guna estimasi koefisien model dari tiga variabel proses yang diyakinimempengaruhi kekasaran permukaan dalam proses EDM. Berdasarkan hasil eksperimen kemudian hasil
kekasaran permukaan di modelkan. Koefisien yang signifikan diperoleh dengan melakukan analisis
varians (ANOVA) pada tingkat signifikan 5%. Diperoleh bahwa pulse current (I p), on-time (T on) dan off-
time (T off ) berpengaruh secara signifikan terhadap kekasaran (Ra). Metodologi ini sangat efektif karena,
hanya membutuhkan 20 kali percobaan dengan 3 kali replikasi untuk menilai kondisi, dan kecukupan
model yang sangat memuaskan. Kekasaran permukaan dari hasil model adalah sebesar 3.80 µm dan
hasil dari eksperimen konfirmasi nilai Ra = 0.57 µm.
Kata Kunci: “response surface”, “EDM”, “kekasaran permukaan”, “CCD”, “ANOVA”
1. Pendahuluan
Electric Disrcharge Machine adalah
merupakan proses pemesinan non-
konvensional dengan komputer sebagai
pengendali utama. EDM merupakan proses
pemesinan di mana pahat yang berupa
elektrode akan meng-erosi/mengikis benda
kerja sesuai dengan bentuk pahatnya. Proses
EDM didasarkan pada sejumlah loncatan
bunga api listrik (spark ) yang terjadi di
antara benda kerja dan elektrode, loncatan
bunga api tidak terjadi secara terus-menerus
tetapi terjadi secara periodik terhadap waktu.Berbagai jenis produk, seperti dies and
punch, cetakan plastik dan alat potong bisa
dihasilkan/dikerjakan oleh EDM yang
menuntut kualitas kekasaran permukaan
(Ra) kehalusan tinggi. Beberapa keunggulan
EDM, sehingga banyak digunakan dalam
dunia industri manufaktur diantaranya:
mampu mengerjakan bentuk-bentuk yang
rumit, dapat mengerjakan benda kerja yang
keras atau telah dikeraskan, mempunyai
tingkat kebisingan yang rendah. Pada prosesEDM terjadi pengikisan akibat adanya
loncatan bunga api antara benda kerja dan
elektroda, bagian yang terkikis ini akan
membentuk profil tertentu pada benda kerjasesuai dengan bentuk pahat (elektrode).
Namun proses pengikisin terhadap benda
kerja atau material removal rate (MRR) pada
EDM, lebih lambat dibanding dengan proses
pemesinan lain. Tetapi pengikisan tidak
hanya terjadi pada benda kerja saja namun
juga terjadi pada elektrode, hal ini disebut
keausan elektrode (pahat). Dalam
pengerjaan dengan menggunakan EDM
perlu diperhatikan parameter-parameter
yang berpengaruh kekasaran permukaan dankecepatan keauasan elektroda
Beberapa orang telah melakukan penelitian
yang berhubungan dengan EDM antara lain,
yakni, Kiyak dan O. Cakir (2007) tentang
“ Examination of machining parameters on
surface roughness in EDM of tool steel”,
dengan hasil bahwa kombinasi pengaturan
parameter yang diberikan tetap sulit untuk
dapat menghasilkan kualitas permukaan
yang optimum. Suhardjono (2010), menelititentang pengaruh Arc On dan Arc Off Time
8/18/2019 jurnal_rekayasa_1389182661
2/7
71
terhadap kekasaran permukaan dan laju
pembuangan geram, hasilnya adalah bahwa
on time naik maka nilai kekasaran
permukaan semakin membesar dan nilai
MRR semakin baik. Patna Partono (2008)
dkk, dalam kesimpulan hasil penelitiannyamenyatakan bahwa naiknya arus maka laju
pemakanan material juga bertambah. Salem,
S. Ben, dkk, 2011, menunjukkan bahwa
faktor intensitas memiliki pengaruh yang
paling penting pada kekasaran permukaan.
Dilapangan para operator EDM dalam
memilih parameter proses pemesinan hanya
berdasarkan pengalaman atau hanya
melakukan coba-coba (trial and error ),
dalam hal ini pemilihan pulse current (A),arc on time (ton), arc off time (toff ). Dari
uraian di atas maka peneliti melakukan
penelitian tentang pengaruh parameter
proses pemesinan EDM terhadap kekasaran
permukaan (Ra). Mesin EDM yang
digunakan adalah ARISTECH ZNC E.D.M.
LS. 550.
Gambar 1. Mesin EDM
1.1. Prinsip Kerja EDM
Pahat (Elektrode) didekatkan ke benda kerja
yang keduanya dicelupkan dalam suatucairan dinamakan dielektrik (tidak
menghantarkan listrik), sehingga pada jarak
tertentu terjadi loncatan bunga api listrik
yang ber-frekuensi tinggi, dan mempunyai
kecepatan tertentu. Karena adanya loncatan
bunga api tersebut terjadilah suatu zona
plasma yang menyebabkan temperatur
menjadi tinggi dan mengakibatkan
terjadinya proses pencairan/pengikisan
terhadap sebagian material pada permukaan
benda kerja dan elektroda, proses tersebutterjadi didalam suatu cairan dielektrik. Pada
saat terjadinya proses pengikisan material
benda kerja, sebagian permukaan elektroda
juga terkikis oleh panas akibat dari loncatan
bunga api, walaupun hanya sedikit
pengurangan yang terjadi pada permukaan
elektroda, namun juga akan berpengaruhterhadap kepresisian produk yang
dihasilkan. Alat pemotong EDM diarahkan
sepanjang jalur yang diinginkan dan sangat
dekat dengan tempat pemotongan, namun
tidak sampai menyentuh lembaran yang
akan dipotong. Percikan listrik yang
berurutan memproduksi serangkaian ledakan
yang sangat kecil (microcraters) pada
lembaran logam yang diproses dan
memindahkan materi sepanjang jalur
pemotongan dengan cara pelelehan danpenguapan. Partikel-partikel akan tersapu
dan terbuang oleh cairan yang mengandung
aliran listrik.
Gambar 2. Prinsip Kerjan EDM
(Sumber, Kuldeep Ohja, dkk , 2010)
1.2. Kekasaran permukaan (Ra)
Topografi permukaan diperoleh EDM
langsung hasil dari proses pengikisan logam.
Ionisasi dan pembentukan bunga api di
daerah lokal dan dalam waktu singkat terjadi
peningkatan tinggi suhu (3.500-10.000 °C)
dan fluks termal yang tinggi. Fluks inimenyebabkan penguapan sesaat pada
elektrode dan mencairnya sebagian dari
benda kerja di bawah titik penguapan.
Dengan proses ini menyebabkan terjadinya
kawah permukaan dengan beberapa bentuk
dan dimensi diciptakan, dan bola partikel
logam meleleh. Karakteristik suatu
permukaan merupakan parameter penting
pada hasil proses EDM. Salah satu metode
untuk menentukan besar-kecilnya tingkat
kekasaran permukaan (Ra) yang seringdipakai industri adalah dengan parameter
8/18/2019 jurnal_rekayasa_1389182661
3/7
72
kekasaran rata-rata aritmatik Ra (µm) yaitu
harga rata-rata aritmatik dari harga absolut
jarak antara profil terukur dengan profil
tengah
Gambar 3. Parameter dalam profil
permukaan
(Sumber: Rochim, 1993)
Rt = kekasaran total, yaitu jarak antara profil
referensi ke profil dasar
Ra = kekasaran rata-rata aritmatik, yaitu
jarak rata-rata absolut profil tengah
antara profil terukur dengan profil
tengah.
Rp = kekasaran perataan, yaitu jarak rata-rata
antara profil referensi dengan profil
terukur.
Rq = kekasaran rata-rata kuadratik (root
mean square height ), yaitu akar bagi jarak kuadrat rata-rata antara profil
terukur dengan profil tengah
Rz = kekasaran total, yaitu jarak rata-rata
profil alas ke profil terukur pada lima
puncak tertinggi dikurangi jarak rata-
rata profil alas ke profil terukur pada
lima lembah rendah.
Penelitian ini menjelaskan tentang proses
pemesinan EDM pada baja St. 42, dengan
pemodelan menggunakan metodologi
response surface. Dalam tulisan inipendekatan response surface dengan Central
Composite Design (CCD) digunakan untuk
pengembangan model dan analisis kekasaran
permukaan (Ra), dengan pulse current , on
time dan off time sebagai parameter
percobaan (faktor). Kondisi parameter
percobaan digambarkan dalam Tabel 1.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat,
setiap kombinasi percobaan (20 kali) diulang
tiga kali (dibuat replikasi tiga kali).
2. Rancangan Percobaan
Metode response surface adalah suatu
kumpulan dari teknik-teknik statistika dan
matematika yang berguna untuk
menganalisa permasalahan tentang beberapa
variabel bebas yang mempengaruhi variabeltak bebas atau respon, serta bertujuan
mengoptimumkan respon tersebut.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
jika melakukan teknik analisa response
surface. Hal pertama yang perlu dilihat
adalah bentuk persamaannya apakah
merupakan fungsi berorde satu atau fungsi
berorde dua. Untuk fungsi yang berorde
satu, rancangan percobaannya menggunakan
3
k
faktorial dimana setiap perlakuanmemiliki tiga level perlakuan. Jika
dibandingkan dengan rancangan response
surface yang berorde dua, maka rancangan
response surface berorde satu membutuhkan
lebih banyak unit percobaan, yaitu sebanyak
3k unit percobaan dimana k menyatakan
banyaknya faktor perlakuan.
Untuk percobaan response surface yang
berorde dua, dalam penelitian ini digunakan
rancangan percobaan Central Composite
Design (CCD) yang memerlukan jumlahunit percobaan minimal 20 kali percobaan,
jumlah ini lebih sedikit daripada rancangan
3k faktorial (response surface berorde satu).
Bahan benda kerja yang dipilih adalah baja
St. 42, baja karbon rendah (low carbon).
Baja St.42 dipilih karena sering digunakan
untuk latihan para mahasiswa. Bahan
elektrode untuk percobaan ini adalah
tembaga.
Percobaan dilakukan pada mesin Electric
Discharge Machine (EDM) tipe ARISTECHZNC E.D.M. LS.550. Sebuah tembaga segi
empat dengan dimensi 10x10x200 mm
kemudian dibuat untk membuat percobaan
bagian depannya dengan dimensi 8x8x10
mm (lihat Gambar 4).5010
1 0
8
10
Gambar 4. Dimensi electrode
8/18/2019 jurnal_rekayasa_1389182661
4/7
73
3. Metodologi
Metodologi Response Surface (RSM) adalah
suatu kumpulan matematika dan statistik
yang berguna untuk pemodelan dan analisis
dimana luaran atau respon dipengaruhi oleh
beberapa variabel parameter dan tujuannyauntuk mencari hubungan antara respon dan
variabel. Hal ini dapat digunakan untuk
mengoptimalkan respon (Montgomery,
1990). Ini adalah teknik pemodelan secara
empiris yang dikhususkan untuk
mengevaluasi hubungan yang ada antara
kelompok yang terkontrol yakni faktor
percobaan dan hasil yang diamati dari satu
atau lebih kriteria yang dipilih. Penulis
hanya memilih tiga faktor percobaan yangmampu mempengaruhi hasil proses
penelitian, tiga faktor tersebut yakni, pulse
current (Ip), on time (Ton) dan off time (Tof ).
Model matematika ini kemudian
dikembangkan yang menggambarkan
hubungan antara variabel proses dan respon.
Perilaku sistem ini dijelaskan oleh model
empiris berikut orde kedua polinomial.
( ) ∑ ∑∑∑−
= ===
+++=1
1 21
2
1
0
k
i
k
j
jiij
k
i
iii
k
i
ii X X X X Y β β β β
Langkah pertama dari RSM adalah untukmenentukan batas-batas dari domain
percobaan untuk diekplorasi. Batasan dibuat
selebar mungkin untuk mendapatkan respon
yang jelas dari model. Pulse Current (A), On
Time (B) dan Off Time (C) adalah variabel
mesin, dipilih untuk penelitian ini.
Perbedaan level parameter dalam penelitian
digambarkan pada Tabel 1.
Langkah selanjutnya adalah perancangan
percobaan dengan cara metodhologi
response surface (RSM), menggunakanCentral Composite Design (CCD) dengan
tiga variabel, 20 percobaan dan 3 replikasi.
Jumlah total percobaan yang dilakukan dan
hasil percobaan dengan kombinasi parameter
pemesinan diperlihatkan pada Tabel 2. CCD
digunakan karena memberikan prediksi yang
relatif akurat dari semua variabel rata-rata
respon yang berkaitan dengan kuantitas yang
diukur selama percobaan. CCD menawarkan
keuntungan bahwa penyesuain tingkat
tertentu yang diperbolehkan dan dapat
digunakan dalam kronologis metode
permukaan respon dua langkah.
Tabel 1. Variabel Parameter
Parameter KodeLevel
1 2 3
Pulse Curent (Ip ) dalam A A 3 6 9On Time (Ton) dalam µs B 100 125 150
Off Time (Toff ) dalam µs C 20 40 60
Tabel 2. Data hasil percobaan dengan matrik
yang telah dirancang.
No.A B C Ra
Ip on A (Ton in us) Toff in us) µm
1 6 125 40 6.682 6 125 6.364 6.58
3 6 82.955 40 7.39
4 9 150 20 8.505 9 100 60 8.62
6 3 150 60 4.59
7 6 167.045 40 5.848 9 100 20 7.39
9 6 125 40 7.72
10 6 125 40 7.64
11 3 100 60 3.29
12 11.045 125 40 9.46
13 6 125 73.636 6.7914 0.955 125 40 1.51
15 6 125 40 7.67
16 3 100 20 3.6417 6 125 40 8.12
18 6 125 40 7.04
19 9 150 60 9.0020 3 150 20 2.62
Dalam metode ini, ada kemungkinan bahwapercobaan bekerja secara perlahan dan pada
akhirnya memutuskan bahwa model prediksi
yang memuaskan. Percobaan telah dilakukan
pada mesin EDM (Gambar. 1), dan data
kemudian dikumpulkan untuk mengetahui
pengaruh parameter proses dominan pada
kekasaran permukaan (Ra). Ada 20 kali
percobaan yang dilakukan sesuai kondisi
CCD, ini diperlihatkan dalam Tabel 2.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih tepat,setiap kombinasi percobaan diulang tiga
kali.
Analisis varians (ANOVA) yang fungsinya
untuk mengetahui kecukupan model. Rasio
F dihitung untuk tingkat kepercayaan 95%.
Apabila nilai F kurang dari 0,05 maka nilai
kecukupan model dianggap signifikan dan
bila nilai F lebih besar dari 0,05 maka tidak
signifikan, dan model cukup untuk mewakili
hubungan antara respon mesin danparameter pemesinan. Pada dalam penelitian
8/18/2019 jurnal_rekayasa_1389182661
5/7
74
ini menggunakan metode non-linier ini
disebabkan polinomial linier tidak dapat
menprediksi respon secara tepat maka
digunakan second-order (orde kedua).
Untuk mengetahui pengaruh masing-masing
parameter proses terhadap respon kekasaranpermukaan, maka data pada Tabel 2 perlu
diolah. Model yang menyatakan hubungan
antara parameter proses dengan karakteristik
kualitas dibentuk oleh nilai koefisien
penduga yang dihasilkan.
Dari hasil pengolahan menggunakan
software MINITAB 14, didapatkan bahwa
beberapa faktor tidak berpengaruh terhadap
nilai kekasaran. Karena tidak berpengaruh
maka lima faktor tersebut dihilangkan kemudiandi analisa lagi, dan hasilnya terlihat pada Tabel 4.
Persamaan respon akhir untuk kekasaran
permukaan setelah menghilangkan faktor-faktor yangtidak berpengaruh menjadi seperti berikut:
207448.000990.0
00048.066841.177280.0
Ip xT x
T x Ip x Ra
off
on
−+
++−=
Tabel 3. Koefisien Regresi Kekasaran
Permukaan (setelah di eliminasi)
Estimated Regressiopn Coefificients for Kekasaran Permukaan
Coefisien SE Coef. T P Remaks
-0.77280 1.232 -0.!27 0.5"0 not significant
1.!!8"1 0.2"720 !.7" 0.000 most significant
0.000"8 0.007"" 0.0!" 0.50 not significant
0.000 0.0030 1.0!" 0.30" not significant
-0.07""8 0.01" -3.735 0.002 significant
S = 0.687521 R-Sq = 91.94% R-sq (!e"# = 85$5% R-Sq (a" = 89.79%
Sumber: Hasil olahan perangkat lunak MINITAB 14
Te!m
#p $ #p
Constant
#p
%on
%off
Tabel 4. ANOVA
&na'(sis of )arians for Kekasaran P ermukaan
'( S eq S S )"& S S )"& *S ( P
" 80.882 80.882 2 0.22"55 "2.7 0.000
3 7".305" 22.0!80 7.35!01 15.5! 0.000
1 !.52 !.52 !.528! 13.5 0.002
15 7.003 7.003 0."72!
10 5.7278 5.7278 5.7278 2.10 0.213
5 1.3!25 1.3!25 0.27250
1 87.885
'+!,in -ason S aisi/ = 1 .048%8
* um+er, -as i' o'aan perangkat 'unak /##%& 1"
So+!/e
%ota'
Regression
inear
R esidua' Error
ack of it
*4uare
Pure E rror
Untuk mengetahui asumsi kenormalan data dilakukan
dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang
hasilnya dapat dilihat pada gambar 5, bahwa titik pada
plot yang normal mendekati dan membentuk garis lurus.
Demikian juga dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov =
0.205, ini masih lebih kecil dari tabel yang besarnya
adalah 0.294 Ini berarti menunjukkan bahwa data
tersebut cukup normal dan tidak ada penyimpangan darikenormalan.
Gambar 5. Probabiltas Kenormalan
4. Hasil dan Pembahasan
Pengaruh parameter pemesinan (Ip, Ton dan
Toff ) pada variabel respon Ra telah
dievaluasi dengan melakukan percobaan
seperti yang dijelaskan dalam bagian 2.
Hasil datanya dimasukkan ke dalam
perangkat lunak Minitab untuk dianalisis
lebih lanjut dengan mengikuti langkah-
langkah yang diringkas telah dalam bagian
3. Model empiris polinimial orde kedua
diusulkan untuk menemukan korelasi antara
Ra dan variabel proses yang diperhitungkan.
Analisis varians (ANOVA) digunakan untuk
memeriksa kecukupan model orde kedua.
Hasil yang diperoleh dari percobaan
dibandingkan dengan nilai prediksi dihitung
dari model pada gambar 6. Hal ini dapat
dilihat bahwa model regresi cukup baik
dilengkapi dengan nilai-nilai yang diamati.
Residual, yang dihitung sebagai perbedaan
antara nilai prediksi dan diamati terletak
pada kisaran -1.19229 menjadi 1.10781.
Gambar 6. Plot residual vs Fitted Value
Gambar 7 menunjukkan nilai taksiran
response surface Ra dalam kaitannya
dengan parameter proses Ip dan Toff . Hal ini
dapat dilihat dari gambar, Ra cenderung
meningkat, secara signifikan denganpeningkatan arus puncak ( peak current )
8/18/2019 jurnal_rekayasa_1389182661
6/7
75
untuk setiap nilai Ton. Oleh karena itu nilai
maksimum Ra akan diperoleh pada saat
pulse current mencapai puncak (Ip = 9 A)
dan on time juga tinggi (Ton = 125 µs.).
Gambar 7. Effect dari Ip dan Toff terhadap
Ra
Gambar 8 menunjukkan nilai taksiranresponse surface Ra dalam kaitannyadengan parameter proses Ip dan Ton. Hal inidapat dilihat dari gambar, Ra cenderungmeningkat, secara signifikan denganpeningkatan arus puncak ( peak current )untuk setiap nilai Toff . Oleh karena itu nilaimaksimum Ra akan diperoleh pada saatpulse current mencapai puncak (Ip = 9 A)dan on time juga tinggi (Ton = 150 µs.).
Gambar 8. Effect dari Ip dan Ton terhadap
Ra
Dimana nilai maksimum Ra diperoleh pada
puncak tertinggi pada saat Ip (6 A), Ton
tertinggi (125 µs) dan Toff = 40 µs. Hal ini
disebabkan dominasi kontrol mereka atas
yaitu energi input dengan peningkatan arus
pulsa menghasilkan percikan yang kuat yangmenciptakan suhu yang lebih tinggi
menyebabkan lebih banyak bahan mencair
dan mengikis dari benda kerja.
Gambar 9. Effect dari Ton dan Toff terhadap Ra
5. Kesimpulan
Penelitian ini mengembangkan model Ra
dengan tiga parameter proses yaitu: Pulse
current (Ip), On time (Ton) dan Off time (Toff )
untuk proses EDM pada baja St. 42
menggunakan metodologi response surface.Model orde kedua telah dilakukan kemudian
divalidasi menggunakan analysis of Varian
(ANOVA). Dari hasil pengolahan ditemukan
bahwa semua parameter proses dan beberapa
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Ra. Model parameter untuk Ra adalah:
207448.000990.0
00048.066841.177280.0
Ip xT x
T x Ip x Ra
off
on
−+
++−=
Dengan menggunakan software LINGO,
didapatkan hasil kekasaran permukaan 3.80µm, pada kombinasi parameter Ip = 3 A,
Ton = 100 µs dan Toff = 20 µs.
Usaha untuk mendapatkan optimasi yang
menghasilkan Ra terbaik sesuai dengan
batasan eksperimental. Kombinasi parameter
proses yang optimal untuk Ra, juga diuji
melalui eksperimen konfirmasi yang
menunjukkan hasil = 3.57 µm yang tidak
jauh berbeda dengan prediksi metode
surface response.
6. Daftar Pustaka
• Bisono, Rahayu Mekar, 2012, “Optimasi
Parameter Pemesinan untuk
Kekasaran Permukaan dan
Kepresisian pada Proses EDM
(Electrical Discharge Machining)
menggunakan Metode Response
Surface”, Tugas akhir yang tidak
dipublikasikan, PPNS.
•
Boothroyd,Geoffrey, 1975, Fundamentalof Metal Machining and Machine
Tools, Scripta Book Company,
Washington D.C.
• Khan, Dilshad Ahmad, dan Mohammed
Hameedullah, 2011, “ Effect of Tool
Polarity on the Machining
Charactheristic in EDM of Silver
Steel and Statistical Modelling of the
Process” International Journal of
Engineering
8/18/2019 jurnal_rekayasa_1389182661
7/7
76
• Kuldeep Ojha, dkk, 2010, “ MRR
Improvement in Sinking Electrical
Discharge Machining: A Review”,
Journal of Minerals & Materials
Characterization & Engineering,
Vol. 9, No.8, pp.709-739.
• Kiyak, M., O. Cakir, (2007), Eaminationof machining parameters on surface
roughness in EDM of Tool Steel,
Journal of Materials rocessing
Technology, hal 141 – 144
• Montgomery, D.C., 1997, Design And
Analysis Of Experiment , Jhon
Willey and Sons Inc., New York.
• Partono, Patna, dkk, 2008, “Studi Proses
Electrical Discharge Machining
dengan Elektrode Tembaga”,
Media Mesin, Vol 9, No.1, Januari
2008, Hal. 13 – 19, ISSN 1411-
4348.
• Pradhan, Mohan Kumar dan ChandannKumar Biswas, 2008, “ Modelling of
Machining Parameters for MRR in
Electrical Discharge Machining
using Response Surface
Methodology”, Proceedings of
NCMSTA’08 Conference,
November 13-14, National Institute
of Technology, Hamirpu.
• Rochim, Taufiq, 1993, Teori & Teknologi
Proses Pemesinan, Laboratorium
Teknik Produksi, Jurusan Teknik
Mesin, FTI–ITB, Bandung.
• Salem, S. Ben, 2011, Prediction of
surface roughness by experimental
design methodology in Electrical
Discharge Machining (EDM),
Journal of Achievements in
Materials and Manufacturing
Engineering, Volume 49, Issue 2,December 2011
• Suhardjono, dkk, 2010, “Studi
Eksperimen Pengaruh variasi
Tegangan Terhadap Spark Gap
Pada Proses EDM Shinking”,
Seminar Nasional Tahunan Teknik
Mesin (SNTTM) ke 9, 2010, ISBN:
978-602-97742-0-7.