jurnalDHF

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ihi

Citation preview

Abstrak. Meskipun tidak ada alasan yang jelas dalam penggunaannya, kortikosteroid secara luas tetap digunakan dalam pengobatan dengue shock syndrome. Sebelumnya percobaan terapeutik komparatif telah menghasilkan hasil yang bertentangan. kontroversi dalam penerapan terapi ini telah dicoba dengan menggunakan evaluasi secara double-blind terhadap pengaruh pemberian steroid pada dengue shock syndrome. Plasebo atau dosis tunggal hidrokortison hemisuccinate, 50 mg / kg berat badan, diberikan secara acak pada 97 pasien yang terdiagnosis dengue shock syndrome. Tingkat keparahan penyakit pada pasien yang masuk rumah sakit dan efektivitas pengobatan diukur oleh system skoring dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Respon terhadap terapi diukur berdasarkan angka kematian, durasi shock, dan jumlah cairan pengganti diperlukan, hasil yang didaptkan hampir identik pada 47 anak yang diobati steroid 50 anak yang tidak diobati dengan steroid. kelompok pembanding yang ada terdiri dari anak-anak yang sama usia, jenis kelamin, dan tingkat keparahan penyakitnya. Dapat disimpulkan bahwa hidrokortison tidak terlalu berpengaruh dalam pengobatan dengue shock syndrome.Infeksi virus dengue pada manusia dapat menghasilkan berbagai spektrum manifestasi klinis, mulai dari gejala ringan, demam berdarah dengue (DBD) berbeda dengan demam berdarah dengue dengan syok (DSS). Patofisiologi utama yang membedakan DHF / DSS dari demam ialah adanya peningkatan permeabilitas pembuluh darah, penurunan volume plasma, hipotensi (dalam DSS), trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Meskipun ada laporan yang telah menunjukkan bahwa pasien DSS cepat dalam menanggapi terapi penggantian fisiologis tanpa bantuan steroid,namun steroid masih banyak digunakan dalam praktek pediatric di seluruh negara di Asia Tenggara , di mana DBD merupakan penyakit endemik . belum jelas mengapa dokter terus meresepkansteroid pada DBD / DSS. Keputusan tersebut mungkin dipengaruhi oleh studi Myo Mm et AL5 yang mengamati bahwa angka kematian lebih rendah pada 48 pasien dengan DSS yang dirawat dengan steroid dibandingkan dengan 50 subyek kontrol yang tidak. untuk mengevaluasi efek pemberian steroid pada kasus dengue shock syndrome kepada 97 pasien yang ada, masing-masing menerima pengobatan fisiologis secara intensif. Secara acak pasien masing-masing menerima hidrokortison atau plasebo yang dikemas dalam vial. hidrokortisonhemisuccinate diberikan intravena dalam satu dosis 50 mg / kg berat badan, dan tidak berpengaruh pada durasi syok, tingkat gangguan fisiologis,kematian, atau durasi rawat inap.BAHAN DAN METODESemua pasien yang diduga menderita DSS yang dikembangkan, diperiksa dan dirawat di Departemen Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusu, Jakarta, meraka dilibatkan selama periode Februari 1978 sampai Mei 1979 dalam penelitian ini. Kriteria untuk mendiagnosis DSS mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan oleh WHO.

KlinisDemam dalam onset akut, tinggi, berkelanjutan, dan berlangsung selama dua sampai tujuh hari. manifestasi perdarahan termasuk setidaknya tes tourniquet positif dan salah satu dari berikut: petechiae, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan / atau melena. Pembesaran hati diamati padabeberapa tahap penyakit. Shock, manifestasi cepat dan nadi lemah dengan penyempitan selisih tekanan nadi (20 mm Hg) atau hipotensi, disertai dengankulit dingin, lembab dan dingin, serta gelisah.LaboratoriumTrombositopenia adalah