Jurnal_deteksi Schooling Ikan Pelagis Dengan

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/24/2019 Jurnal_deteksi Schooling Ikan Pelagis Dengan

    1/5

    DETEKSI SCHOOLING IKAN PELAGIS DENGAN

    METODE HIDROAKUSTIK DI PERAIRAN TELUK PALU

    DETECTION of PELAGIC F ISH with HYDROACOUSTIC METHOD at

    PALU BAY

    Andi Achmadi1), Totok Hestirianoto2)dan Henry M. Manik3).Program Studi Teknologi Kelautan Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Institut Pertanian

    Bogor, Bogor-16680. IndonesiaEmail:[email protected]

    ABSTRAKData potensi dan hasil tangkapan yang bersumber dari data statistik

    perikanan ataupun perikanan komersial sebagian besar belum lengkap dan akurat.

    Oleh sebab itu, upaya peningkatan akurasi data dan metode survey yang sesuaidiperlukan untuk menjamin ketepatan sasaran pendugaan potensi sumberdaya ikan

    di Indonesia. Tujuan deteksi schooling ikan pelagis dengan hidroakustik ialah agar

    dapat memberikan gambaran akurat tentang kondisi insitu potensi sumberdaya ikan

    pelagis di Perairan Teluk Palu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Schooling ikan

    pelagis dominan berada pada interval TS -70dB s/d -40dB sebanyak 23 schooling

    ikan. Berdasarkan strata kedalaman, schooling ikan lebih banyak berada pada

    kedalaman 100 s/d 150 m sebanyak 12 schooling disusul pada kedalaman 0 s/d 50

    m sebanyak 9 schooling dan kedalaman 50 s/d 100 m sebanyak 2 schooling. Hasil

    tangkapan di perairan Teluk Palu yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Labuan

    Bajo di Kabupaten Donggala pada bulan Juni 2014 didominasi jenis ikan pelagis

    besar.Kata Kunci : Deteksi, schooling, hidroakustik, ikan pelagis

    ABSTRACT

    ..(in English)

    1 PENDAHULUAN

    Ikan pelagis merupakan organisme yang

    hidup di laut terbuka, lepas dari dasar perairan

    dan berada ke arah bagian lapisan permukaan.

    Ikan pelagis mempunyai kemampuan untuk

    bergerak sehingga mereka tidak bergantung

    pada arus laut yang kuat atau gerakan air yang

    disebabkan oleh angin. Jenis-jenis utama yang

    termasuk dalam kelompok ikan pelagis terbagi

    dalam dua kelompok yaitu kelompok ikan

    pelagis besar dan kelompok ikan pelagis kecil

    (Nybakken, 1992).

    Data potensi dan hasil tangkapan yang

    bersumber dari data statistik perikanan

    ataupun perikanan komersial sebagian besar

    belum lengkap dan akurat. Oleh sebab itu,

    upaya peningkatan akurasi data dan metode

    survey yang sesuai diperlukan untuk menjamin

    ketepatan sasaran pendugaan potensi

    sumberdaya ikan di Indonesia. Menurut

    Fauziyah dkk. (2010), bahwa data hasil

    tangkapan yang bersumber dari data statistik

    perikanan dapat menjadi data rujukan untuk

    kesesuaian akurasi data akustik dalam

    menjamin ketepatan sasaran pendugaan

    potensi sumberdaya menggunakan metode

    hidroakustik.

    Dalam upaya mendapatkan data dan

    informasi yang akurat diperlukan perpaduan

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 7/24/2019 Jurnal_deteksi Schooling Ikan Pelagis Dengan

    2/5

    antara ilmu dan teknologi sebagai dasar dalam

    mempertimbangkan metode-metode yang

    suitable. Salah satu metode yang handal

    didalam melakukan deteksi ikan ialah melalui

    pendekatan metode hidroakustik. Menurut

    Pujiyati (2008), metode hidroakustik

    merupakan metode pendeteksian objek bawahair menggunakan peralatan transduser yang

    menghasilkan gelombang suara. Gelombang

    suara tersebut kemudian merambat di medium

    air, dan pada saat membentur objek, maka

    gelombang suara selanjutnya dipantulkan

    kembali dalam bentuk gema (echo) untuk

    dianalisis lebih lanjut.

    Secara akustik, obyek ikan yang

    terlihat pada echogram menggambarkan

    agregasi organisme bukan secara individual,

    sehingga disebut kawanan. Kawanan,nantinya terlihat pada peralatan survey akustik,

    echosounder ataupun sonar pada berbagai

    bentuk. Bentuk yang paling umum adalah jejak

    gema (echo trace) tunggal, kuat dan terputus-

    putus.

    Schooling merupakan struktur paling

    utama dalam melangsungkan kehidupan.Dalam kehidupan nyata, saat predator

    menghampiri gerombolan ikan yang sedang

    mencari makan, maka secara spontan

    gerombolan ikan tersebut akan bersikapwaspada. Sekali terdeteksi oleh predator,

    gerombolan ikan akan mempertahankan diri

    daripada mencari makan (feeding) (Pitcher &

    Parrish, 1983). Untuk alasan tersebut maka

    ikan pelagis tidak dapat hidup sendiri

    contohnya ikan sardine, namun manusia dapat

    memanfaatkan schooling sebagai indikator

    dalam menangkap ikan pelagis (contoh alat

    tangkap trawl dan purse seine) (Gerlotto at all,

    2004) dalam jumlah yang banyak karena ikan

    dalam kondisi berkelompok nilaikepadatannya akan berbeda dibandingkan jika

    dalam kondisi scatter atau terpencar.

    Penelitian bertujuan untuk mendeteksi

    schooling ikan pelagis dengan peralatan

    hidroakustik sehingga dapat memberikan

    gambaran tentang kondisi insitu potensi

    sumberdaya ikan pelagis di Perairan Teluk

    Palu.Penelitian bermanfaat sebagai data

    dasar tentang kondisi potensi ikan pelagis di

    Perairan Teluk Palu. Berdasarkan informasi

    tersebut, diharapkan pemerintah daerah dapat

    menentukan kebijakan dalam pengelolaan

    sumberdaya perikanan secara berkelanjutan di

    wilayah perairan tersebut.

    2 METODE

    Penelitian dilaksanakan di Perairan

    Teluk Palu. Waktu pelaksanaan dilakukanpada bulan Juni-Nopember 2014. Peralatan

    penunjang berupa 1 unit kapal, beberapa live

    jaket, Global Positioning System (GPS), peta

    pelayaran dan komputer beserta printer.

    Sedang alat yang digunakan untuk

    pengambilan data akustik ialah 1 unit

    transduser scientific Biosonic DT-X (splite

    beam acoustic system) frekuensi 201 KHz.

    Software pengolahan terdiri atas Echoview

    4.8. Sedang pengambilan data oseanografi

    baik suhu dan salinitas dilakukanmenggunakan peralatan Conductivity

    Temperature and Depth (CTD) yang

    kemudian divisualisasikan dengan software

    ODV 4.0.

    Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

    Langkah pertama pengolahan data

    akustik adalah membuka file raw data di

    perangkat lunak Echoview 4.8, hasil

    tampilannya berupa echogram yang tersusun

    dari warna warna yang berbeda. Warna pada

    echogram merupakan ilustrasi dari sebaran

    nilai backscaterring volume (SV) dan

    echogram ini mempermudah proses mencari

    dan menyortir keberadaan scholling ikan

    https://www.google.co.id/search?client=firefox-a&hs=4q7&rls=org.mozilla:en-US:official&channel=sb&q=Scientific&spell=1&sa=X&ei=rZwFVNuKLcjU8gXgtIL4BQ&ved=0CBkQvwUoAAhttps://www.google.co.id/search?client=firefox-a&hs=4q7&rls=org.mozilla:en-US:official&channel=sb&q=Scientific&spell=1&sa=X&ei=rZwFVNuKLcjU8gXgtIL4BQ&ved=0CBkQvwUoAA
  • 7/24/2019 Jurnal_deteksi Schooling Ikan Pelagis Dengan

    3/5

    pelagis. Selanjutnya mengubah raw data yang

    sudah disortirmenjadi data terkompres (data-

    threshold/DT) dikisaran -70dB s/d -30dB.

    Integrasi echo dengan selang analisis atau

    EDSU (elementary distance sampling unit)

    sepanjang 100 m dengan integrasi kedalaman

    selang 5 m. Proses selanjutnya ialahmelakukan digitasi scholling ikan yang

    kemudian dianalisis dan eksport. Semua data

    hasil eksport disimpan dalam file ASCII

    dengan extention *.csv. Data tersebut berupa

    Matriks Data Akustik (MDA), yakni matriks

    data akustik back-scattering volume (SV) dari

    schooling ikan pelagis. Hasil keluaran analisis

    berupa data SV yang selanjutnya digunakan

    untuk memperoleh Nilai TS hasil integrasi

    menggunakan persamaan (Echoview) berikut:

    = (1)

    = 10 log() (2)Nilai Sv dan diperoleh dari persamaan

    (Echoview 4.8)berikut:

    = 10 log()

    = 10

    =

    dimana:

    TS : target strength(dB)

    Ts : target strength(linear)SV : volume backscattering

    strength (dB)

    Sv : volume backscattering

    coefficient (linear)

    : densitas ikan (individu/m3)

    n : number of samples(individu)

    v : beam volume sum(m3)

    3 HASIL DAN PEMBAHASAN

    Schooling

    Selama survey pelayaran, data akustik

    yang direkam sebanyak 17 file. Schooling ikan

    pelagis dominan berada pada interval TS (-70)

    s/d (-40) dB sebanyak 23 schooling ikan.

    Berdasarkan strata kedalaman, schooling ikan

    lebih banyak berada pada kedalaman 100 s/d

    150 m sebanyak 12 schooling disusul pada

    kedalaman 0 s/d 50 m sebanyak 9 schooling

    dan kedalaman 50 s/d 100 m sebanyak 2schooling (Tabel 1 dan Gambar 2).

    Tabel 1 Dugaan jumlah schooling di Perairan

    Teluk Palu

    TS (dB)Depth (m)

    0 - 50 50 - 100 100 - 150

    (-42) - (-47) 0 0 5 5(-47) - (-52) 1 0 6 7

    (-52 - (-57) 0 0 1 1

    (-57 - (-62) 2 1 0 3(-62) - (-67) 6 1 0 7

    9 2 12 23

    Gambar 2 Profil sebaran TS menurut Depth

    pada threshold -70 s/d -30.

    Hasil Tangkapan

    Hasil tangkapan di perairan Teluk Palu

    yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan

    Indonesia Labuan Bajo di Kabupaten

    Donggala pada bulan Juni 2014 meliuputi ikan

    Cakalang sebanyak 73,94 ton diikuti ikan

    Baby Tuna 24,68 ton, ikan Layang 18,34 ton,ikan Tuna 15,63 ton, ikan Tongkol 13,99 ton,

    ikan Marlin 1,81 ton, ikan Selar 1,05 ton, ikan

    Sunglir 0,87 ton dan ikan Lemadang 0,08 ton

    (PPI Labuan Bajo, 2014). Sehinnga dapat

    disimpulkan bahwa ikan cakalang sangat

    mendominasi jenis ikan pelagis di perairan

    Teluk Palu dengan persentase 49,17%.

    Disamping itu data tangkapan juga berasal daribeberapa nelayan pesisir Teluk Palu yang

    mengunakan alat tangkap Pancing Rawai

    dimana jenis ikan tangkapan juga didominasi

    oleh ikan cakalang.

  • 7/24/2019 Jurnal_deteksi Schooling Ikan Pelagis Dengan

    4/5

    Tingginya jenis ikan Cakalang yang

    ditemukan di Teluk Palu dipengruhi oleh

    kondisi geografis dan kondisi astronomis yang

    berdekatan dengan garis khatulistiwa, kondisi

    perairan panas seperti ini sangat sesuai untuk

    proses keberlangsungan pemijahan ikan

    cakalang, ini dibuktikan sebagian besar larvacakalang ditemukan di perairan dengan suhu di

    atas 24 oC.

    Gambar 3 Profil suhu pada kolom perairan

    Teluk Palu

    Gambar 4 Profil salinitas pada kolom perairan

    Teluk Palu

    Selain itu, dari sisi oseonografi

    penyebaran ikan cakalang di suatu perairan

    adalah pada suhu 17 s/d 23 oC dan suhu

    optimum untuk penangkapan adalah 20 s/d 22oC, waktu makan yang terikat pada kebiasaan-

    kebiasaan tertentu dan kondisi salinitasberkisar antara 32 s/d 35o/oodan jarang ditemui

    pada perairan dengan salinitas rendah

    (Simbolon, 2010).

    Analisis korelasi

    Analisis korelasi dilakukan untuk

    menjelaskankeeratan hubungan antara variabel

    yang dinyatakan dengan besar kecilnya

    koefisien

    korelasi. Berdasarkan analisis

    korelasi metode pearson yang dilakukanbahwa variabel target strenght (TS)

    berhubungan positif dengan variabel depth

    sebesar 70%. Artinya semakin dalam kawanan

    ikan dijumpai maka nilai TSnya semakin

    besar. Sedang variabel suhu berhungungan

    negatif dengan variabel TS sebesar 63%.

    Artinya bila suhu nilainya semakin kecil maka

    scholling ikan pelagis yang dijumpai relatif

    nilai TSnya besar. Sementara variabel salinitasberhubungan positif terhadap TS sebesar 60%.

    Artinya bila salinitas nilainya semakin besar

    maka scholling ikan pelagis dengan nilai TS

    besar yang akan dijumpai.

    Correlations

    TS Depth Suhu

    Depth PearsonCorrelation

    .696**

    Sig. (2-tailed) .000

    N 23

    Suhu PearsonCorrelation

    -.626** -.970**

    Sig. (2-tailed) .001 .000

    N 23 23

    Salinitas Pearson

    Correlation.601** .912** -.971**

    Sig. (2-tailed) .002 .000 .000

    N 23 23 23

    4 SIMPULAN

    Potensi ikan pelagis di perairan Teluk

    Palu didominasi oleh ikan pelagis besar

    dengan 23 scholing yang terdeteksi. Perairan

    teluk palu sangat mumpuni ditempati oleh

    berbagai jenis ikan pelagis dikarenakan

    kondisi geografis dan astronominya yang

    mendukung pertumbuhan larva ikan.

    Berdasarkan hasil analisis korelasi

    pearson bahwa nilai TS ikan pelagis

    berhubungan erat dengan variabel Depth, Suhudan Salinitas.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Penulis mengucapkan terima kasih

    kepada Dr. Ir. A. Masyahoro, M.Si sebagai

    Kepala Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan

    Laut Tropis (PKSPL-TROPIS) Universitas

    Tadulako dan BAPPEDA Kota Palu yang telah

    membantu dalam pelaksanaan penelitian.

  • 7/24/2019 Jurnal_deteksi Schooling Ikan Pelagis Dengan

    5/5

    DAFTAR PUSTAKA

    Fauziyah, Hartoni dan Agussalim, 2010.

    Karakteristik Schooling Ikan Pelagis

    Mengunakan Data Akustik Splite Beam

    di Perairan Selat Bangka Pada Musim

    Timur. Jurnal Ilmu Kelautan, Maret2010. ISSN 0853-7291Vol. 15 (1) 1722.

    Gerlotto, F., J. Castillo, A. Saavedra, M.A.

    Barbieri, M. Espejo, and P. Cotel, 2004,

    Three-dimensional structure and

    avoidance behaviour of anchovy and

    common sardine schools in central

    southern Chile, e ICES Journal of

    Marine Science, 61: 1120e 1126

    Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu

    Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan

    oleh: H. M. Eidiman, Koesoebiono, D.

    G. Bengen, M. Hutomo, dan S. Sukardjo.

    Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama. xv

    + 459 h.

    Pelabuhan Perikanan Indonesia, 2014.

    Laporan Produksi 2010 s/d 2014. Dinas

    Provinsi Sulawesi Tengah. Donggala

    Pujiyati, S. 2008. Pendekatan Metode

    Hidroakustik untuk Analisis

    Keterkaitan Antara Tipe Substrat Dasar

    Perairan Dengan Komunitas IkanDemersal. Disertasi (Tidak

    dipublikasikan). Sekolah Pasca Sarjana.

    Institut Pertanian Bogor.

    Pitcher, T.J., and Parrish, J.K., 1983. Behavior

    of teleost fishes, 2ndEdition. Champman

    & Hall, London. 295-337

    Simbolon, D., 2010. Eksplorasi Daerah

    Penangkapan Ikan Cakalang Melalui

    Analisis Suhu Permukaan Laut dan

    Hasil Tangkapan di Perairan Teluk

    Palabuhanratu. Jurnal Mangrove dan

    Pesisir. ISSN 1411-0679, Vol.-X.