Jurnal Yandi Supran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Fisika

Citation preview

  • 1

    ABSTRAK

    PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING

    (CTL) DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PROJECT-BASED LEARNING

    TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 1

    RANTAU BAYUR

    YANDI SUPRAN

    2008122032

    Project-based learning merupakan model pebelajaran yang memberikan kesempatan

    pada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek

    (Thomas, dkk, 1999 dalam Wena:2011:144). Melalui pembelajaran kerja proyek,

    kreativitas dan motivasi siswa akan meningkat (Clegg, 2001;Clegg & Berch, 2001 dalam

    Wena:2011:144). Kerja proyek membuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada

    pernyataan dan permasalahan yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang,

    memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta

    memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri (Thomas, dkk:1999

    dalam Wena:2011:144). Untuk itulah, dalam penelitian ini penulis mengangkat masalah

    Adakah pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan Menggunakan Strategi Project-Based Learning terhadap hasil belajar fisika siswa di kelas

    VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur. Hipotesis dalam penelitian ini ada pengaruh model pembelajaran Contextual

    Teaching Learning (CTL) dengan menggunakan strategi Project-Based Learning terhadap

    hasil belajar fisika siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur. Variabel dalam

    penelitian ini ada dua yaitu hasil belajar siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran

    Contextual Teaching Learning (CTL) dengan Menggunakan Strategi Project-Based Learning

    (X 1 ) dan hasil belajar siswa dengan tidak menggunakan model pembelajaran Contextual

    Teaching Learning (CTL) dengan menggunakan strategi Project-Based Learning (X 2 ).

    Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes.

    Berdasarkan perhitungan analisis hipotesis penelitian, bahwa siswa pada kelas yang

    memakai model pembelajaran CTL dengan menggunakan strategi Project-Based Learning

    mendapatkan hasil yang lebih besar jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada kelas

    yang bukan memakai model pembelajaran CTL dengan menggunakan strategi Project-Based

    Learning. Hasil ini terlihat pada nilai rata-rata hasil tes, kelas yang memakai Model

    Pembelajaran CTL dengan Menggunakan Strategi Project-Based Learning ( 1x ) = 76,5

    sedangkan pada kelas yang bukan memakai model pembelajaran CTL dengan Menggunakan

    Strategi Project-Based Learning memperoleh nilai rata-rata ( 2x ) = 70,9. Dari analisis data

    yang dilakukan dengan menggunakan statistik uji t sebagai langkah terakhir untuk

    mengambil keputusan terhadap hipotesis yang ada, di dapat t hitung > t tabel yaitu 2,17 > 1,668

    maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan Menggunakan Strategi

    Project-Based Learning terhadap hasil belajar fisika siswa di kelas VIII SMP Negeri 1

    Rantau Bayur. Hasil analisis data tes, membuktikan bahwa ada pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan Menggunakan Strategi Project-

    Based Learning terhadap hasil belajar fisika siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur

    .

  • 2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Perkembangan peserta didik seutuhnya

    menggambarkan adanya suatu perubahan

    dalam diri seseorang, baik itu perkembangan

    fisik, emosional, sosial, intelegensi maupun

    perkembangan spiritual yang saling

    berhubungan satu dengan yang lainnya.

    Pendidikan di sekolah lebih dikenal dengan

    sebutan proses belajar mengajar. Proses

    belajar mengajar ini terjadi dengan

    melibatkan banyak faktor, baik pendidik,

    peserta didik, bahan atau materi, fasilitas

    maupun lingkungan. Belajar harus

    direncanakan, disusun dan dievaluasi

    hasilnya, artinya bahwa berhasil tidak

    pencapaian tujuan pendidikan banyak

    tergantung pada proses belajar dan hasilnya.

    Berdasarkan informasi yang didapatkan

    oleh penulis dari guru di SMP Negeri 1

    Rantau Bayur, bahwa hasil belajar peserta

    didik khususnya pada mata pelajaran fisika

    masih belum memenuhi Kriteria Ketuntasan

    Minimum (KKM). Salah satu penyebabnya

    karena pelajaran fisika merupakan

    pembelajaran konvensional, sehingga peserta

    didik kurang dapat memahami secara luas

    pokok bahasan materi pelajaran yang

    diberikan pendidik dan juga peserta didik

    kurang antusias dalam mengikuti

    pembelajaran sehingga kurang meningkatnya

    keaktifan, kreatifitas serta keterampilan

    peserta didik

    Cara yang dapat dilakukan pendidik

    untuk memecahkan masalah di atas

    adalah dengan evaluasi, yaitu dengan cara

    memberikan strategi Project-Based Learning

    kepada peserta didik. Projec-Based Learning

    merupakan model pembelajaran yang

    memberikan kesempatan kepada guru untuk

    mengelola pembelajaran di kelas dengan

    melibatkan kerja proyek.

    Kerja proyek memuat tugas-tugas yang

    kompleks berdasarkan kepada pertanyaan

    dan permasalahan (problem) yang sangat

    menantang, dan menuntut siswa untuk

    merancang, memecahkan masalah, membuat

    keputusan, melakukan kegiatan investigasi,

    serta memberikan kesempatan kepada siswa

  • 3

    untuk berkerja secara mandiri.

    Digunakannya strategi Project-Based

    Learning bertujuan agar siswa mempunyai

    kemandirian dalam menyelesaikan tugas

    yang dihadapinya.

    Berdasarkan uraian di atas, maka penulis

    tertarik untuk melakukan penelitian yang

    berjudul Pengaruh Model Pembelajaran

    Contextual Teaching Learning (CTL)

    Dengan Menggunakan Strategi Project-

    Based Learning Terhadap Hasil Belajar

    Fisika Siswa Di Kelas VIII SMP Negeri 1

    Rantau Bayur

    1.2 Pembatasan Masalah dan Masalah

    1.2.1 Pembatasan Masalah

    Untuk menghindari terlalu luas masalah

    dalam penelitian ini, maka penulis memberi

    batasan sebagai berikut:

    1. Pengaruh yang dimaksud dalam

    penelitian adalah dilihat perbandingan

    antara hasil belajar kelas eksperimen dan

    kelas kontrol

    2. Hasil belajar adalah kemampuan atau

    hasil peserta didik setelah diberikan tes

    pada akhir pelajaran.

    3. Materi pelajaran yang diteliti adalah

    Getaran

    1.2.2 Masalah

    Menurut Arikunto (2010:57), masalah

    adalah problematika atau rumusan masalah

    merupakan bagian pokok dari penelitian

    yang merupakan pernyataan yang akan dicari

    jawabannya. Berdasarkan latar definisi

    tersebut, maka yang menjadi permasalahan

    dalam penelitian ini adalah adakah

    pengaruh model pembelajaran Contextual

    Teaching Learning (CTL) dengan

    menggunakan Strategi Project-Based

    Learning terhadap hasil belajar fisika siswa

    di kelas VIII SMPN 1 Rantau Bayur?.

    1.3 Tujuan Penelitian

    Dari rumusan permasalahan di atas

    maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

    mengetahui ada pengaruh atau tidak ada

    pengaruh model pembelajaran Contextual

    Teaching Learning (CTL) dengan

    menggunakan Strategi Project-Based

    Learning terhadap hasil belajar fisika siswa

    pada pokok bahasan getaran di kelas VIII

    SMP Negeri 1 Rantau Bayur.

  • 4

    1.4 Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat dari penelitian ini

    adalah:

    1. Bagi peserta didik, untuk membantu

    peserta didik dalam mempelajari dan

    memahami mata pelajaran fisika

    2. Bagi pendidik, dapat dijadikan bahan

    masukkan bagi pendidik dan dapat

    dijadikan sebagai alternatif dalam

    menggunakan teknik belajar

    pembelajaran

    3. Bagi sekolah, sebagai masukkan untuk

    perbaikkan mutu dan kualitas sekolah,

    dan dapat memberikan gambaran

    kemampuan penalaran dan hasil belajar

    siswa dalam pembelajaran.

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Pengertian Pengaruh

    Menurut Ali (dalam Lisnani, 2010:7)

    Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul

    dari sesuatu (orang, benda) yang ikut

    membentuk watak, kepercayaan atau

    perbuatan seseorang. Dalam penelitian ini,

    pengaruh yang dimaksud adalah hasil belajar

    peserta didik yang disebabkan oleh

    penggunaan model pembelajaran Contextual

    Teaching Learning (CTL) dengan

    menggunakan strategi Project-Based

    Learning sebagai kelas eksperimen,

    dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu

    pembelajaran yang biasa dila kukan oleh

    guru.

    2.2 Model pembelajaran

    Secara kaffah model dimaknakan

    sebagai suatu objek yaitu konsep yang

    digunakan untuk mempersentasikan sesuatu

    hal. Adapun Soekamto, dkk (dalam Trianto

    :2010:22) mengemukakan maksud dari

    model pembelajaran adalah kerangka

    konseptual yang melukiskan prosedur yang

    sitematis dalam mengorganisasikan

    pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

    belajar tertentu, dan berfungsi sebagai

    pedoman bagi para perancang pembelajaran

    dan para pengajar dalam merencanakan

    aktivitas belajar mengajar. Hal yang sejalan

    dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen

    dan Kauchak bahwa model pembelajaran

  • 5

    memberikan kerangka dan arah bagi guru

    untuk mengajar.

    Model pembelajaran mempunyai empat

    ciri khusus, yaitu:

    1) Rasional teoretis logis yang disusun oleh

    para pencipta atau pengembang

    2) Landasan pemikiran tentang apa dan

    bagaimana siswa dapat belajar (tujuan

    pembelajaran yang akan dicapai)

    3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan

    agar model tersebut dapat dilaksanakan

    dengan berhasil, dan

    4) Lingkungan belajar yang diperlukan

    agar tujuan pembelajaran itu dapat

    tercapai.

    (Kardi dan Nur, 2000 : 9 dalam

    Trianto:2010:23)

    2.3 Model Pembelajaran Contextual

    Teaching Learning (CTL)

    2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran

    Contextual Teaching Learning (CTL)

    Model pembelajaran Contextual

    Teaching Learning suatu proses

    pembelajaran holistik yang bertujuan

    untuk membelajarkan peserta didik

    dalam memahami bahan ajar secara

    bermakna (meaningfull) yang dikaitkan

    dengan konteks kehidupan nyata, baik

    dengan lingkungan pribadi, agama,

    sosial, ekonomi, maupun kultural.

    (Hanafiah dan Suhana, 2010:67)

    Model Pembelajaran Contextual

    Teaching Learning (CTL) adalah

    konsep belajar yang membantu guru

    mengaitkan antara materi yang

    diajarkannya dengan situasi dunia

    nyata siswa dan mendorong siswa

    mambuat hubungan antara pengetahuan

    yang dimilikinya dengan penerapannya

    dalam kehidupan mereka sehari-hari.

    (Trianto,2007:103)

    Dari pendapat diatas ditarik kesimpulan

    bahwa model pembelajaran Contextual

    Teaching Learning (CTL) adalah salah satu

    model pembelajaran yang bertujuan supaya

    peserta didik dalam memahami bahan ajar

    secara bermakna yang dikaitkan dengan

    konteks kehidupan nyata dan mendorong

    siswa membuat hubungan antara

    pengetahuan yang dimilikinya dengan

    penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

    2.3.2 Langkah-langkah Model

    Pembelajaran Contextual Teaching

    Learning (CTL)

    Menurut Trianto (2007:106) Secara garis

    besar langkah-langkah penerapan Contextual

    Teaching Learning (CTL) dalam kelas

    sebagai berikut :

  • 6

    1) Kembangkan pemikiran bahwa anak

    akan belajar lebih bermakna dengan cara

    bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

    mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan

    keterampilan barunya

    2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan

    inkuiri untuk semua topik

    3) Kembangkan sifat ingin tahu sisiwa

    dengan bertanya

    4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar

    dengan kelompok-kelompok)

    5) Hadirkan model sebagai contoh

    pembelajaran

    6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan

    7) Lakukan penilaian yang sebenarnya

    dengan berbagai cara.

    2.3.3 Kelebihan Model Pembelajaran

    Conextual Teaching Learning (CTL)

    2.3.3.1 Kelebihan

    1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna

    dan riil. Artinya siswa dituntut untuk

    dapat menangkap hubungan antara

    pengalaman belajar di sekolah dengan

    kehidupan nyata. Hal ini sangat

    penting, sebab dengan dapat

    mengorelasikan materi yang ditemukan

    dengan kehidupan nyata, bukan saja

    bagi siswa materi itu akan berfungsi

    secara fungsional, akan tetapi materi

    yang dipelajarinya akan tertanam erat

    dalam memori siswa, sehingga tidak

    akan mudah dilupakan.

    2. Pembelajaran lebih produktif dan

    mampu menumbuhkan penguatan

    konsep kepada siswa karena metode

    pembelajaran CTL menganut aliran

    konstruktivisme, dimana seorang siswa

    dituntun untuk menemukan

    pengetahuannya sendiri. Melalui

    landasan filosofis konstruktivisme

    siswa diharapkan belajar melalui

    mengalami bukan menghafal.

    2.4 Strategi Pembelajaran

    Strategi pembelajaran merupakan cara

    yang dipilih dan digunakan seseorang

    pengajar untuk menyampaikan materi

    pembelajaran sehingga akan memudahkan

    peserta didik menerima dan memahami

    materi pembelajaran, yang pada akhirnya

  • 7

    tujuan pembelajaran dapat dikuasainya

    diakhir kegiatan (Uno, 2007:2)

    Menurut Reiguluth dan Degeng (2009:5)

    bahwa strategi pembelajaran merupakan cara

    yang berbeda untuk mencapai hasil

    pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi

    yang berbeda. Strategi pembelajaran

    diklasifikasikan menjadi 3 yaitu sebagai

    berikut:

    a. Strategi pengorganisasian, merupakan

    cara untuk menata isi suatu bidang studi

    dan kegiatan ini berhubungan dengan

    tindakan pemilihan isi materi, penataan

    isi, pembuatan diagram, format dan

    sejenisnya.

    b. Strategi penyampaian adalah cara

    untuk menyampaikan pembelajaran

    pada peserta didik dan untuk menerima

    dan merespon masukan dari peserta

    didik

    c. Strategi pengelolaan adalah cara untuk

    menata interaksi antara siswa dan

    variabel strategi pembelajaran yang

    lainnya.

    Perlunya pengguanaan suatu strategi

    dalam kegiatan pembelajaran, karena untuk

    mempermudah mencapai hasil yang optimal.

    Tanpa strategi yang jelas proses

    pembelajaran tidak akan terarah sehingga

    tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan

    sulit tercapai secara optimal, dengan kata

    lain pembelajaran tidak dapat berlangsung

    secara efektif dan efisien. Strategi

    pembelajaran sangat berguna baik bagi

    peserta didik maupun pendidik. Bagi

    pendidik, strategi pembelajaran dapat

    dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang

    ideal dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi

    peserta didik, penggunaan strategi

    pembelajaran dapat mempermudah proses

    pembelajaran, karena strategi pembelajaran

    dirancang untuk mempermudah proses

    belajar peserta didik didalam kelas dan agar

    peserta didik lebih tertarik dengan adanya

    berbagai macam strategi pembelajaran yang

    dipakai pendidik.

    2.5 Pengertian Strategi Project-based

    learning

    Project-based learning merupakan

  • 8

    model pebelajaran yang memberikan

    kesempatan pada guru untuk mengelola

    pembelajaran di kelas dengan melibatkan

    kerja proyek (Thomas, dkk, 1999 dalam

    Wena:2011:144). Melalui pembelajaran

    kerja proyek, kreativitas dan motivasi siswa

    akan meningkat (Clegg, 2001;Clegg &

    Berch, 2001 dalam Wena:2011:144).

    Kerja proyek membuat tugas-tugas yang

    kompleks berdasarkan kepada pernyataan

    dan permasalahan (problem) yang sangat

    menantang, dan menuntut siswa untuk

    merancang, memecahkan masalah, membuat

    keputusan, melakukan kegiatan investigasi,

    serta memberikan kesempatan kepada siswa

    untuk bekerja secara mandiri (Thomas,

    dkk:1999 dalam Wena:2011:144)

    2.5.1 Karakteristik Project-based Learning

    Project-based learning adalah sebuah

    model pembelajaran yang inovatif, dan lebih

    menekankan pada belajar kontekstual

    melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.

    (CORD,2001;Thomas, Mergendoller, &

    Michaelson, 1999; Moss, Van-Duze, Carol,

    1998 dalam Wena :2011:145). Fokus

    pembelajaran terletak pada prinsip dan

    konsep inti dari suatu disiplin ilmu,

    melibatkan siswa dalam investigasi

    pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas

    bermakna yang lain, memberikan

    kesempatan siswa bekerja secara otonom dan

    mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri,

    dan mencapai puncaknya untuk

    menghasilkan produk nyata (Thomas, 2000

    dalam Wena:2011:145)

    Sedangkan menurut Buch Institute for

    Education (1999) dalam Wena (2011:145)

    Project-based learning memiliki

    karakteristik berikut.

    1. Siswa membuat keputusan dan membuat

    kerangka kerja

    2. Terdapat masalah yang pemecahannya

    tidak ditentukan sebelumnya

    3. Siswa merancang proses untuk mencapai

    hasil

    4. Siswa bertanggung jawab untuk

    mendapatkan dan mengelola informasi

    yang disimpulkan

    5. Siswa melakukan evaluasi secara

    kontinu

  • 9

    6. Siswa secara teratur melihat kembali apa

    yang mereka kerjakan

    7. Hasil akhir berupa produk dan

    dievaluasi kualitasnya

    8. Kelas memiliki atmosfir yang memberi

    toleransi kesalahan dan perubahan.

    2.5.2 Keuntungan Project-Based Learning

    Menurut Moursund (1997) dalam Wena

    (2011:147) beberapa keuntungan dari

    Project-based learning antara lain sebagai

    berikut:

    a. Increased motivation. Project-based

    learning dapat meningkatkan motivasi

    belajar siswa terbukti dari beberapa

    laporan penelitian tentang pembelajaran

    berbasis proyek yang menyatakan bahwa

    siswa sangat tekun, berusaha keras untuk

    menyelesaikan proyek, siswa merasa

    lebih bergairah dalam pembelajaran, dan

    keterlambatan dalam kehadiran sangat

    berkurang

    b. Increased problem-solving ability.

    Beberapa sumber mendeskripsikan

    bahwa lingkungan belajar Project-based

    learning dapat meningkatkan

    kemampuan memecahkan masalah,

    membuat siswa lebih aktif dan berhasil

    memecahkan problem-problem yang

    bersifat kompleks

    c. Inproved library research skills. Karena

    Project-based learning mepersyaratkan

    siswa harus mampu secara cepat

    meperoleh informasi melalui sumber-

    sumber informasi, maka keterampilan

    siswa untuk mencari dan mendapatkan

    informasi akan meningkat

    d. Increased collaboration. Pentingnya

    kerja kelompok dalam proyek

    memerlukan siswa mengembangkan dan

    mempraktikan keterampilan komunikasi.

    Kelompok kerja kooperatif, evaluasi

    siswa, pertukaran informasi online

    adalah aspek-aspek kolaborasi dari

    sebuah proyek

    e. Increased resource-management skills.

    Project-based learning yang

    diimpentasikan secara baik memberikan

    kepada siswa pembelajaran dan praktik

    dalam mengorganisasikan proyek, dan

    membuat alokasi waktu dan sumber-

  • 10

    sumber lain seperti perlengkapan untuk

    menyelesaikan tugas.

    2.6 Pengertian Belajar dan Mengajar

    2.6.1 Pengertian Belajar

    Belajar adalah proses yang kompleks

    yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang

    hidupnya (Arsyad, 2007:1), Menurut

    Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-

    Faktor Yang Mempengaruhinya menyatakan

    bahwa belajar adalah ialah proses usaha yang

    dilakukan seseorang untuk memperoleh

    suatu perubahan tingkah laku yang baru

    secara keseluruhan, sebagai hasil

    pengalamanya sendiri dalam interaksi

    dengan lingkungan. (Slameto, 2010:2).

    Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa

    raga untuk memperoleh suatu perubahan

    tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

    individu dalam interaksi dengan

    lingkungannya yang menyangkut kongnitif,

    afektif, dan psikomotor. (Djamara, 2008:13).

    Dari pendapat di atas dapat disimpulkan

    bahwa proses belajar adalah proses

    perubahan tingkah laku individu yang

    menyangkut kognitif, afektif dan

    psikomotorik serta kegiatan yang dilakukan

    dimulai dari perencanaan, pelaksanaan

    kegiatan sampai evaluasi dan program tindak

    lanjut yang berlangsung dalam situasi

    edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu

    pembelajaran.

    2.6.2 Pengertian Mengajar

    Mengajar merupakan suatu aktivitas

    mengorganisasi atau mengatur lingkungan

    sebaik-baiknya dan menghubungkannya

    dengan anak, sehingga terjadi belajar

    mengajar. (Nasution dalam Suryosubroto,

    2009:15)

    Sudjana dalam bukunya Dasar-dasar

    Proses Belajar Mengajar menyatakan bahwa

    mengajar adalah suatu proses aktifitas atau

    kegiatan seorang guru dalam menyampaikan

    materi atau pokok bahasan pada proses

    pembelajaran di kelas (Sudjana,2006:20).

    Sedangkan Menurut De Queily dan Gazali

    mengajar adalah menanamkan pengetahuan

    pada seseorang dengan cara paling singkat

    dan tepat

    Dari pendapat di atas dapat ditarik

    kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu

  • 11

    upaya atau usaha penanamkan ilmu

    pengetahuan yang dilakukan oleh seorang

    guru dalam proses belajar mengajar atau

    proses pembelajaran baik dikelas maupun

    diluar kelas dalam rangka memberi

    kemungkinan bagi peserta didik yang terjadi

    dalam proses belajar mengajar sesuai dengan

    tujuan yang diinginkan.

    2.6.3 Proses Belajar-Mengajar

    Proses belajar dan mengajar merupakan

    dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu

    sama lain, jika belajar menunjukkan pada

    apa yang harus dilakukan seseorang sebagai

    subjek yang menerima pelajaran, sedangkan

    mengajar menunjuk pada apa yang harus

    dilakukan seorang guru sebagai pengajar.

    Dua konsep belajar dan mengajar tersebut

    menjadi terpadu dalam suatu kegiatan

    manakala terjadi interaksi antara guru dan

    siswa, siswa dengan siswa pada saat

    pengajaran itu berlangsung.

    Proses belajar dan mengajar pada

    dasarnya adalah Proses mengkoordinasi

    komponen-komponen pengajaran agar satu

    sama lain saling mempengaruhi, sehingga

    menambahkan kegiatan belajar pada siswa

    seoptimal mungkin. (Sudjana,2006:31) ada

    beberapa komponen yang harus dipenuhi

    dalam proses belajar dan mengajar, yaitu :

    tujuan, bahan, alat, metode dan penilaian.

    Kelima komponen ini tidak dapat berdiri

    sendiri, tetapi saling mempengaruhi antara

    satu dan yang lainnya.

    Dengan demikian, pengkoordinasian

    komponen-komponen pengajaran oleh guru

    diharapkan dapat mentumbuhkan kegiatan

    belajar yang sesuai dengan tujuan yang telah

    ditetapkan. Sehingga apa yang menjadi

    tujuan dari Pendidikan Nasional dapat

    terwujud.

    2.6.4 Pengertian Hasil Belajar

    Hasil belajar adalah prestasi dari suatu

    kegiatan yang telah dikerjakan,

    diciptakan, baik secara individu

    maupun kelompok. Hasil tidak akan

    pernah dihasilkan selama orang tidak

    melakukan sesuatu. Untuk

    menghasilkan sebuah prestasi

    dibutuhkan perjuangan dan

    pengorbanan yang sangat besar. Hanya

    dengan keuletan, sungguh-sungguh,

    kemauan yang tinggi dan rasa

    optimisme dirilah yang mampu untuk

    mencapainya (Djamarah,2000:45).

    Hasil belajar siswa pada hakekatnya

    adalah perubahan tingkah laku, tingkah

    laku sebagai hasil belajar dalam

    pengertian yang luas mencakup bidang

  • 12

    kognitif, afektif dan psikomotorik.

    (Sudjana,2010:3)

    Hasil belajar merupakan proses untuk

    menentukan nilai belajar siswa melalui

    kegiatan penilaian dan/atau pengukuran

    hasil belajar. Berdasarkan pengertian

    evaluasi hasil belajar kita dapat

    menengarai tujuan utamanya adalah

    untuk mengetahui tingkat keberhasilan

    yang dicapai oleh siswa setelah

    mengikuti suatu kegiatan

    pembelajaran,dimana tingakat

    keberhasilan tersebut kemudian

    ditandai dengan skala nilai berupa

    huruf atau angka atau simbol. (Dimyati

    dan Mudjiona, 2009:200)

    Berdasarkan uraian diatas dapat

    disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu

    bukti keberhasilan seseorang dalam

    mempelajari materi pembelajaran di sekolah

    yang dinyatakan dalam bentuk nilai yang

    diperoleh dari hasil belajar atau hasil tes.

    Hasil belajar mempunyai hubungan yang

    erat dengan belajar itu sendiri. Untuk

    mengetahui sampai mana perubahan yang

    terjadi pada diri sendiri baik itu perubahan

    tingkah laku dan kecakapan dapat dilihat dari

    hasil belajarnya. Secara umum untuk

    mengetahui hasil belajar siswa dapat

    diklasifikasikan ke dalam tiga ranah hasil

    belajar, ranah kognitif, ranah afektif, dan

    ranah psikomotorik. Jadi hasil belajar dapat

    dikatakan sebagai pengetahuan yang dikuasai

    oleh siswa sebagai hasil dari kemampuan

    penyerapan pengetahuan dalam proses

    belajar mengajar baik secara perorangan

    maupun secara kelompok yang

    diintegrasikan ke dalam pelajaran. Untuk

    hasil belajar berupa hasil tes prestasi.

    Adapun tes untuk mengukur dan

    mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar

    adalah sebagai berikut:

    a. Tes Formatif Penilaian ini digunakan untuk

    mengukur satu atau beberapa pokok

    bahasan tertentu dan bertujuan untuk

    memperoleh gambaran tentang daya

    serap terhadap pokok bahasan

    tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan

    untuk memperbaiki proses belajar

    mengajar bahan tertentu dan waktu

    tertentu.

    b. Tes Subsumatif Tes ini meliputi sejumlah bahan

    pengajaran tertentu yang telah

    diajarkan dalam waktu tertentu.

    Tujuannya adalah untuk memperoleh

    gambaran daya serap siswa untuk

    meningkatkan tingkat prestasi belajar

    siswa. Hasil tes ini dimanfaatkan

    untuk memperbaiki prose belajar

    mengajar dan perhitungan dalam

    menentukan nilai rapor.

    c. Tes Sumatif Tes ini diadakan untuk mengukur daya

    serap terhadap pokok-pokok bahasan

    yang telah diajarkan selama satu

    semester. Tujuannya untuk menetapkan

    tingkat keberhasilan belajar dalam satu

    periode belajar. Hasil tes ini

    dimanfaatkan untuk kenaikan kelas,

    menyusun peringkat atau sebagai ukuran

  • 13

    mutu sekolah. (Djamarah dan Zain,

    2006:106)

    2.7 Hakikat Fisika

    Menurut Chalis Setyadi (2009:13) fisika

    adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat dan

    gejala-gejala yang terdapat pada benda-

    benda mati dan bagaimana cara

    memanfaatkannya untuk kepentingan

    kehidupan manusia. Mata pelajaran IPA

    (fisika), khususnya di SMP merupakan

    program untuk mengenal dan menanamkan

    keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada

    siswa, serta mencintai, menghayati, dan

    menyadari kekuasaan tuhan Yang Maha Esa.

    Ada tiga materi kunci untuk

    mempelajari dan memahami fisika, yakni

    konsep-konsep, hukum-hukum atau asas-

    asas, dan teori-teori. Ketiga materi kunci

    tersebut dapat dikuasai jika peserta didik

    secara sadar dan spenuh hati rajin melakukan

    kegiatan-kegiatan, percobaan dan

    mengaplikasikan temuannya baik disekolah

    maupun dilingkungan lain yang relevan

    dengan topik yang sedang dipelajari.

    Pembelajaran fisika diperlukan praktikal

    karena fisika merupakan ilmu yang

    bermanfaat ganda, yaitu pemahaman

    konsep, fakta, prinsip, dan pengembangan

    keterampilan proses selain penumbuhan

    sikap ilmiah untuk Peserta didik.

    2.8 Kajian Terdahulu yang Relevan

    Kajian terdahulu ini bertujuan untuk

    mengetahui hasil-hasil penelitian yang telah

    dilakukan yang terdahulu dan dapat

    dijadikan acuan bagi peneliti untuk

    melakukan suatu penelitian baru. Berikut di

    tuliskan beberapa kajian terdahulu yang

    dijadikan acuan bagi peneliti yaitu sebagai

    berikut:

    1. Penelitian yang pernah dilakukan oleh

    Warsito (2008), tentang Pembelajaran Sains

    Berbasis Proyek (Project Based Learning)

    sebagai Usaha Untuk Meningkatkan

    Aktivitas dan Academic Skill Siswa Kelas

    VII C SMP Muhammadiah 3 Depok. Dari

    hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah

    diterapkan project based learning, tingkat

    aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran

    fisika di kelas mengalami peningkatan.

    Aktivitas belajar siswa mengalami

  • 14

    peningkatan dari siklus I ke siklus II, yaitu

    siswa lebih berani untuk mempersentasikan

    hasil proyek, mengajukan pertanyaan,

    menjawab atau menanggapi pertanyaan, dan

    siswa lebih memperhatikan saat kelompok

    lain mempresentasikan hasil proyek.

    Aktivitas belajar siswa mengalami

    peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar

    35,42 %dalam kategori rendah menjadi

    71,88 % dalam kategori tinggi pada siklus II.

    Tingkat Academic skill siswa juga

    mengalami peningkatan dari siklus I ke

    siklus II yaitu siswa lebih mampu untuk

    mengidentifikasi variabel, menghubungkan

    antar variabel, merumuskan hipotesis, dan

    siswa bisa merancang dan melakukan

    penelitian. Academic skill siswa mengalami

    peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar

    40,37 & dalam kategori cukup menjadi 66,71

    % dalam kategori baik pada siklus II.

    2. Penelitian yang dilakukan oleh Anis

    Syafiatin (2010), tentang penggunaan

    strategi Contextual Teaching Learning (CTL)

    dengan pendekatan Inquiri dalam

    meningkatkan prestasi belajar IPA siswa

    kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo

    Gedangan Malang. Dari penelitian ini dapat

    dikemukan bahwa pelaksanaan pembelajaran

    IPA menggunakan strategi contextual

    teaching learning dengan pendekatan inquiry

    menjadi efektif dengan lebih banyak

    memberikan bimbingan pada siswa.

    Kemampuan guru mengajar sudah sesuai

    dengan RPP ini dilihat dari nilai akhir yang

    diperoleh dari siklus I dan II yaitu 87% dan

    95%. Kemampuan siswa terhadap

    pembelajaran IPA menggunakan strategi

    contextual teaching learning dengan

    pendekatan inquiry dari siklus I dan II

    menunjukkan hasil yaitu untuk merumuskan

    masalah dari nilai B menjadi nilai A,

    merumuskan hipotesis dari nilai C menjadi

    nilai B, mengumpulkan bukti dari nilai B

    menjadi nilai A, menguji hipotesis dari nilai

    B menjadi nilai A, dan menyimpulkan dari

    nilai B menjadi nilai A. Untuk ketuntasan

    kelas secara keseluruhan pada kemampuan

    siswa terhadap metode inkuiri dari siklus I

    dan II mengalami peningkatan yaitu dari

    perolehan nilai B menjadi nilai A. Prestasi

  • 15

    belajar siswa pada pokok bahasan magnet

    dengan penggunaan strategi contextual

    teaching learning dengan pendekatan inquiry

    menunjukkan ada peningkatan. Hal ini dapat

    dilihat dari nilai rata-rata sebelum

    menggunakan strategi contextual teaching

    learning dengan pendekatan inquiry 14 siswa

    yang belum tuntas dan hanya 1 siswa yang

    tuntas. kemudian setelah menggunakan

    strategi contextual teaching learning dengan

    pendekatan inquiry nilai rata-rata siswa pada

    siklus I mencapai 76,6. 7 siswa telah

    mencapai ketuntasan individu dan 8 siswa

    belum mencapai ketuntasan. Dari siklus II

    mengalami peningkatan lagi yaitu prestasi

    belajar dari 15 siswa diperoleh hasil 14 siswa

    mencapai ketuntasan individu dan 1 siswa

    belum mencapai ketuntasan individu, namun

    untuk ketuntasan kelas sudah mendapatkan

    nilai rata-rata yang diperoleh 80,6.

    BAB III

    PROSEDUR PENELITIAN

    3.1 Variabel Penelitian

    Menurut Arikunto (2010:159), variabel

    penelitian adalah suatu objek penelitian yang

    menjadi titik perhatian dalam melakukan

    penelitian

    Maka variabel penelitian ini ada dua yaitu:

    Variabel Bebas (X): Model pembelajaran

    Contextual Teaching Learning (CTL)

    dengan menggunakan strategi project-

    based learning

    Variabel Terikat (Y):Hasil belajar Siswa

    pada mata pelajaran fisika

    3.2 Definisi Operasional Variabel

    Penelitian

    Agar kedua pengertian variabel tersebut

    jelas, maka perlu didefinisikan sebagai

    berikut:

    1. Model pembelajaran Contextual Teaching

    Learning (CTL) dengan menggunakan

    strategi Project-based learning, yang

    dimaksud Contextual Teaching Learning

    (CTL) dalam pembelajaran merupakan

    interaksi yang terjadi di dalam kelas antara

    siswa dengan lingkungan belajar. Siswa

    menyerap bahan pelajaran apabila mereka

    menangkap makna dalam materi akademis

    yang mereka terima, dan mereka menangkap

    makna dalam tugastugas sekolah jika

  • 16

    mereka mengaitkan informasi baru dengan

    pengetahuan dan pengalaman yang sudah

    mereka miliki sebelumnya. Mereka di

    berikan pembelajaran kerja proyek, sehingga

    kreativitas dan motivasi siswa akan

    meningkat.

    2. Hasil belajar adalah suatu perubahan pada

    siswa setelah menerima pengalaman belajar

    yang ditunjukkan dengan hasil tes yang

    diberikan oleh guru setelah proses

    pembelajaran.

    3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

    3.3.1 Populasi

    Menurut Sugiyono (2011 :117) populasi

    adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

    obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

    karakter tertentu yang ditetapkan oleh

    peneliti untuk dipelajari dan kemudian

    ditarik kesimpulannya. Pada penelitian ini

    populasi yang diambil adalah seluruh siswa

    kelas VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur pada

    tahun 2013-2014.

    TABEL I

    POPULASI PENELITIAN

    Sekolah Kelas Laki-

    laki

    Perempu

    an Jumlah

    SMP

    Negeri 1

    Rantau

    Bayur

    VIII. 1

    VIII. 2

    VIII.3

    VIII.4

    20

    16

    18

    17

    16

    20

    18

    20

    36

    36

    36

    37

    Jumlah 71 74 145

    Sumber : TU SMPN 1Rantau Bayur Tahun 2013-2014

    3.3.2 Sampel Penelitian

    Sampel adalah bagian dari jumlah dan

    karakteristik yang dimiliki oleh populasi

    tersebut (Sugiyono, 2011:118). Sedangkan

    menurut Arikunto (2008:116) penentuan

    pengambilan sampel sebagai berikut:

    Apabila kurang dari 100 lebih baik diambil

    semua hingga penelitiannya merupakan

    penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya

    besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-

    55% atau lebih tergantung sedikit banyaknya

    dari:

    1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu,

    tenaga dan dana

    2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari

    setiap subyek, karena hal ini

    menyangkut banyak sedikitnya dana.

  • 17

    3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung

    oleh peneliti untuk peneliti yang

    resikonya besar, tentu saja jika

    samplenya besar hasilnya akan lebih

    baik

    Maka dari definisi di atas jumlah sampel

    yang diambil sebesar 50% dari jumlah

    populasi sebanyak 145 siswa. Berdasarkan

    perhitungan 50% x 145 = 72,5. Jadi didapat

    sampel yang akan dijadikan objek penelitian

    jika dibulatkan adalah sebanyak 72 siswa.

    Teknik dalam pengambilan sampel pada

    penelitian ini adalah Sampel random atau

    sampel acak". Dimana sampel random atau

    sampel acak ini biasanya peneliti memberi

    hak yang sama kepada setiap subjek untuk

    memperoleh kesempatan dipilih menjadi

    sampel. Alasan pengambilan sampel

    (Arikunto, 2010:176) adalah:

    Karena subjek pada sampel lebih sedikit

    dibandingkan dengan populasi, maka

    kerepotannya tentu kurang

    Apabila populasinya terlalu besar, maka

    dikhawatirkan ada yang terlewati

    Dengan penelitian sampel, maka akan

    lebih efisien (dalam arti uang, waktu,

    dan tenaga)

    Penelitian ini merupakan penelitian

    eksperimen maka sampelnya diambil dua

    kelas dari populasi yang dipilih secara acak.

    Sampelnya adalah kelas VIII.2 sebagai kelas

    eksperimen dan kelas VIII.1 sebagai kelas

    kontrol.

    TABEL II

    SAMPEL PENELITIAN

    Sekolah Kelas

    Laki-

    laki

    Perempuan

    Jumlah

    Siswa

    SMP

    NEGERI 1

    RANTAU

    BAYUR

    VIII.1

    VIII.2

    20

    16

    16

    20

    36

    36

    Jumlah 36 36 72

    Sumber :TU SMP NEGERI 1 Rantau Bayur

    3.4 Metode Penelitian

    Metode penelitian adalah cara yang

    digunakan oleh peneliti dalam

    mengumpulkan data penelitiannya

    (Arikunto, 1998: 151). Berdasarkan pendapat

    tersebut maka penelitian yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah metode

    eksperimen. Menurut sagala (2009: 210),

  • 18

    metode eksperimen adalah cara penyajian

    bahan pelajaran dimana siswa melakukan

    percobaan dengan mengalami untuk

    membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau

    hipotesis yang dipelajari. Desain penelitian

    dapat dilihat seperti tabel dibawah ini.

    TABEL III

    DESAIN PENELITIAN

    E Pre-test X1 Post-test

    K Pre-test X2 Post-

    Test

    (Sumber: Arikunto, 2006: 86)

    3.5 Teknik Pengumpulan Data

    3.5.1 Teknik Tes

    Tes adalah serentetan pertanyaan atau

    latihan serta alat lain yang digunakan

    untuk mengukur keterampilan, kemampuan

    atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

    kelompok (Arikunto, 2006: 150)

    Tes yang digunakan dalam penelitian

    ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

    pemahaman siswa atau kemampuan yang

    dimiliki siswa terhadap materi fisika yang

    dipraktikumkan. Bentuk soal tes yang yang

    digunakan adalah pilihan ganda sebanyak 20

    soal, Pada awal pertemuan dan akhir

    pertemuan siswa diberikan tes berbentuk

    pilihan ganda.

    Asumsi yang digunakan untuk

    memperoleh kualitas soal yang baik,

    disamping memenuhi validitas dan

    realibilitas, adalah keseimbangan dari tingkat

    kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang

    dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang

    termasuk mudah, sedang, dan sukar secara

    proporsional. Tingkat kesukaran soal

    dipandang dari kesanggupan atau

    kemampuan siswa dalam menjawabnya

    bukan dilihat dari sudut guru sebagai

    pembuat soal. Persoalan penting dalam

    melakukan analisis tingkat kesukaran

    soal adalah penentuan kriteria soal yang

    termasuk mudah, sedang, dan sukar.

    Cara melakukan analisis untuk

    menentukan tingkat kesukaran soal adalah

    dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

    I = (Sudjana, 1999: 137)

    Keterangan:

    I = Indeks kesulitan untuk setiap butir soal

  • 19

    B = Banyaknya siswa yang menjawab benar

    setiap butir soal

    N = Banyaknya siswa yang memberikan

    jawaban pada soal yang dimaksudkan

    Kriteria yang digunakan adalah makin

    kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal

    tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks

    yang diperoleh, makin mudah soal tersebut.

    Kriteria indeks kesulitan soal tersebut adalah

    sebagai berikut:

    0 0,35 = Soal Kategori Sukar

    0,36 0,75 = Soal Kategori Sedang

    0,76 1,00 = Soal Kategori Mudah

    3.6 Teknik Analisa Data

    3.6.1 Analisa Data Hasil Tes

    Guna membuktikan hipotesis yang telah

    dirumuskan dan untuk mendapatkan suatu

    kumpulan maka hasil tes formatif dianalisa

    dengan menggunakan uji t. Nilai

    kemampuan kognitif siswa yang diperoleh

    pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

    disusun dalam tabel distribusi frekuensi.

    Langkah-langkah menghitung data

    dalam tabel distribusi frekuensi yaitu sebagai

    berikut:

    a. Menentukan rentang kelas dengan

    menggunakan rumus:

    Data tertinggi data terendah

    (Sudjana, 2002: 47)

    b. Menentukan banyak kelas interval

    dengan menggunakan rumus:

    B = 1 + (3,3) log n

    (Sudjana, 2002: 47)

    c. Menentukan panjang kelas interval

    (Sudjana, 2002: 47)

    d. Menentukan data dalam tabel distribusi

    frekuensi

    Menghitung rata-rata simpangan baku

    dengan menggunakan rumus:

    (Sudjana, 2002: 67 dan 95)

    Keterangan :

    S2 = Nilai varian

    fi = Frekuensi yang sesuai dengan tanda

    kelas interval

    x = Nilai rata-rata hasil tes

    xi = Tanda kelas interval

    n = Besarnya nilai

    1

    22

    2

    nn

    fixifixinSdan

    fi

    fixiX

  • 20

    3.6.2 Uji Normalitas Data

    Uji normalitas data perlu dilakukan

    untuk mengetahui apakah data yang

    dianalisis normal atau tidak, karena uji

    statistik uji-t baru dapat digunakan jika data

    tersebut terdistribusi normal. Tabel distribusi

    frekuensi yang dibuat, diuji kenormalannya

    dengan menggunakan rumus kemencengan

    kurva :

    S

    MXKm 0

    ..... ( Sudjana, 2005:109 )

    dan

    21

    1

    bb

    bpbMo .. ( Sudjana, 2005:77 )

    Keterangan:

    Km = Kemencengan.

    Mo = Modus.

    S = Simpangan baku.

    b = Batas bawah kelas modus.

    P = Panjang kelas modus.

    b1 = Frekuensi kelas modus dikurangi

    frekuensi kelas interval dengan tanda kelas

    yang lebih kecil sebelum kelas modus.

    b2 = Frekuensi kelas modus dikurangi

    frekuensi kelas interval dengan tanda kelas

    yang lebih besar sebelum kelas modus.

    X = Nilai rata-rata hasil kelas. Data

    terdistribusi normal apabila harga

    kemencengan terletak antara -1 dan +2 atau

    (-1 < Km < +1).

    3.6.3 Uji Homogenitas Data

    Untuk mengetahui kesamaan sampel ini

    antara lain dibuktikan dengan adanya

    kesamaan varians kelompok-kelompok yang

    membentuk sampel tertentu. Jika ternyata

    tidak terdapat varians diantara kelompok

    sampel maka ini menunjukkan bahwa

    kelompok tersebut homogen. Dan dapat

    dikatakan kelompok tersebut berasal dari

    populasi yang sama.

    Untuk pengujian homogenitas sampel

    dalam penelitian ini digunakan tes Bartlett

    Sam

    pel

    ke

    1

    2

    Juml

    ah

    Kemudian dihitung varians gabungan:

    (Sudjana, 2005:263)

  • 21

    Harga satuan B dengan rumus:

    (Sudjana, 2005:263)

    Untuk uji Bartlett digunakan statistik chi-

    kuadrat

    (Sudjana, 2005:263)

    Dengan taraf nyata , kita tolak hipotesis

    3.7 Uji Coba Instrumen

    3.7.1. Uji Validitas

    Validitas berarti instrumen tersebut

    dapat digunakan untuk mengukur apa yang

    seharusnya diukur. (Sugiyono:2011:173).

    Uji validitas bertujuan untuk mengukur

    valid atau tidaknya suatu instrumen. Rumus

    yang digunakan dalam uji validitas ini

    adalah:

    rhitung =

    (Riduwan:2007:98)

    keterangan:

    rhitung = koefisien kolerasi

    N = jumlah sampel

    x = jumlah skor total x

    y = jumlah skor total y

    Selanjutnya dihitung dengan ujit dengan

    rumus thitung=

    dengan keterangan:

    t = nilai thitung

    r = koefisien korelasi harga rhitung

    N = jumlah sampel

    Distribusi (tabel t) = 0.05 dan derajat

    kebebasan (dk = n 2). Kaidah keputusan :

    jika thitung> t tabel berarti valid, sebaliknya

    thitung< t tabelberarti tidak valid.

    3.8 Uji Hipotesis

    Guna membuktikan hipotesis yang telah

    dirumuskan dan untuk mendapatkan suatu

    kesimpulan maka data hasil tes pada akhir

    pokok bahasan yang diberikan kepada siswa

    yang dikenai pembelajaran dengan

    menggunakan Model pembelajaran Contextual

    Teaching Learning (CTL) dengan

    menggunakan strategi Project-based learning

    dan siswa yang tidak dikenai pembelajaran

    dengan Model pembelajaran Contextual

    Teaching Learning (CTL) dengan

    menggunakan strategi Project-based learning

    dianalisis dengan menggunakan uji-t (Student-

    t). Dirumuskan:

  • 22

    nn

    xx

    S

    t

    21

    21

    11

    (Sudjana,2005:239 )

    dengan :

    2

    11

    21

    2

    22

    2

    112

    nnSnn S

    S

    ( Sudjana, 2005:239 ) Keterangan :

    T = Perbedaan rata-rata kedua sampel.

    S = Simpangan baku.

    1x = Nilai rata-rata siswa pada kelas

    eksperimen.

    2x = Nilai rata-rata siswa pada kelas kontrol.

    n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen.

    n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

    HASIL PENELITIAN DAN

    PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian

    4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

    Penelitian yang berjudul Pengaruh

    Model Pembelajaran Contextual Teaching

    Learning dengan menggunakan Strategi

    Project-based Learning terhadap hasil

    belajar fisika siswa di kelas VIII SMPN 1

    Rantau Bayur. Penelitian ini dilaksanakan

    pada tanggal 27 September sampai dengan

    27 Oktober 2013 di SMP Negeri 1 Rantau

    Bayur, sampel penelitian ada dua kelas yaitu

    kelas VIII.2 yang berjumlah 36 siswa

    sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.1

    yang berjumlah 36 siswa sebagai kelas

    kontrol, jadi jumlah keseluruhan sampel

    sebanyak 72 siswa.

    Penelitian ini dilaksanakan selama tiga

    minggu dengan materi Getaran. Untuk

    pertemuan pertama membahas tentang

    pengertian getaran dan satu getaran,

    pertemuan kedua menjelaskan tentang

    pengertian simpangan, amplitudo, frekuensi,

    dan periode serta mengetahui ciri suatu

    getaran, pertemuan ketiga membahas satuan

    frekuensi dan periode, mengetahui hubungan

    frekuensi dan periode, dan menghitung

    frekuensi dan periode suatu benda.

    Pertemuan selanjutnya diadakan tes untuk

    akhir penelitian setelah kegiatan

    pembelajaran. Setiap pertemuan berlangsung

    selama 2 x 45 menit. Tujuan dari penelitian

    ini adalah untuk mengetahui adakah

    pengaruh model pembelajaran Contextual

    Teaching Learning dengan menggunakan

  • 23

    strategi Project-based learning terhadap

    hasil belajar fisika siswa di kelas VIII SMPN

    1 Rantau Bayur.

    Penelitian ini dilaksanakan dengan

    memakai model pembelajaran Contextual

    Teaching Learning dengan menggunakan

    strategi Project-based Learning pada kelas

    ekperimen dan pada kelas kontrol penelitian

    tidak memakai model pembelajaran

    Contextual Teaching Learning dengan

    menggunakan strategi Project-based

    Learning.

    4.1.2 Deskripsi dan Analisis Data Tes

    4.1.2.1 Uji Normalitas Data Kelas

    Eksperimen

    Data nilai tes siswa akan disusun ke

    dalam distribusi frekuensi. Berikut ini

    langkah-langkah untuk membuat tabel

    distribusi frekuensi:

    Nilai tertinggi : 95

    Nilai terendah : 55

    a. Rentang = Data Tertinggi Data

    Terendah

    = 95 - 50= 45

    b. Banyak kelas interval

    = 1 + 3,3 log n

    = 1 + 3,3 (log 36)

    = 1 + 3,3 (1,55)

    = 4,3 . 1,55

    = 5,85 dibulatkan menjadi 6

    c. Panjang kelas interval

    p =

    =

    = 7.5 dibulatkan menjadi 7

    Berdasarkan langkah-langkah tersebut,

    maka nilai tes siswa dapat dimasukkan ke

    dalam tabel disrtibusi frekuensi sebagai

    berikut:

    TABEL IV

    DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI

    KELAS EKSPERIMEN

    N

    o

    Inter

    val

    f Nilai

    Teng

    ah

    (x)

    x2 f .

    x

    f. x2

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    50 -

    57

    58

    65

    66

    73

    74

    81

    82

    89

    90

    2

    5

    4

    1

    3

    7

    4

    53

    61

    69

    77

    85

    93

    280

    9

    372

    1

    476

    1

    592

    9

    722

    5

    864

    106

    305

    276

    100

    1

    595

    372

    5618

    1860

    5

    1904

    4

    7707

    7

    5057

    5

    3459

    6

    Jumlah 3

    6

    434 330

    94

    265

    5

    2055

    15

  • 24

    Dari tabel dan distribusi frekuensi

    hasil belajar kelas eksperimen tersebut dapat

    dilihat frekuensi nilai dari tiap-tiap kelas

    interval kelas eksperimen dan nilai tengah

    dari tiap-tiap kelas interval yang memiliki

    frekuensi (f) paling banyak terdapat pada

    kelas 74 81 sebanyak 13 orang siswa

    sedangkan untuk kelas yang memiliki

    frekuensi terendah terletak pada kelas 50

    57 sebanyak 2 orang siswa, berikut

    merupakan data Distribusi Frekuensi Interval

    Nilai Kelas Eksperimen dalam diagram

    batang :

    Diangram I

    Diagram Distribusi Frekuensi Interval

    Nilai Kelas Eksperimen

    d. Nilai rata-rata kelas eksperimen

    e. Modus

    f. Simpangan baku

    Dari nilai rata-rata, modus, dan

    simpangan baku maka dapat dicari koefisien

    0

    5

    10

    15

    50 - 57 58 - 65 66 - 73 74 - 82 82 - 89 90 - 97

  • 25

    kemiringan kurva dengan menggunakan

    rumus Karl Pearson, yaitu:

    Karena nilai Km sebesar 0,44 terletak

    antara (-1) dan (1) , maka data distribusi

    normal.

    Uji Normalitas Data Kelas Kontrol

    Data nilai tes siswa akan disusun ke

    dalam distribusi frekuensi. Berikut ini

    langkah-langkah untuk membuat tabel

    distribusi frekuensi:

    Nilai tertinggi : 85

    Nilai terendah : 45

    a. Rentang = Data Tertinggi Data

    Terendah

    = 85 - 45

    = 40

    b. Banyak kelas interval

    = 1 + 3,3 log n

    = 1 + 3,3 (log 36)

    = 1 + 3,3 (1,55)

    = 4,3 . 1,55

    = 5,85 dibulatkan menjadi 6

    c. Panjang kelas interval

    p =

    =

    = 6,7 dibulatkan menjadi 7

    Berdasarkan langkah-langkah tersebut,

    maka nilai tes siswa dapat dimasukkan ke

    dalam tabel disrtibusi frekuensi sebagai

    berikut:

    TABEL V

    DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI

    KELAS KONTROL

    N

    o

    Inter

    val

    f Nilai

    Teng

    ah

    (x)

    x2 f .

    x

    f. x2

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    45 -

    52

    53

    60

    61

    68

    69

    76

    77

    84

    85

    92

    2

    4

    5

    1

    7

    5

    3

    48

    56

    64

    72

    80

    88

    230

    4

    313

    6

    409

    6

    518

    5

    640

    0

    774

    4

    96

    224

    320

    122

    4

    400

    264

    4608

    1254

    4

    2048

    0

    8768

    6

    3200

    0

    2323

    2

    Jumlah 3

    6

    408 288

    65

    252

    8

    1805

    50

    Dari tabel dan distribusi frekuensi

    hasil belajar kelas kontrol tersebut dapat

  • 26

    dilihat frekuensi nilai dari tiap-tiap kelas

    interval kelas eksperimen dan nilai tengah

    dari tiap-tiap kelas interval yang memiliki

    frekuensi (f) paling banyak terdapat pada

    kelas 69 76 sebanyak 17 orang siswa

    sedangkan untuk kelas yang memiliki

    frekuensi terendah terletak pada kelas 45

    52 sebanyak 2 orang siswa, berikut

    merupakan data Distribusi Frekuensi Interval

    Nilai Kelas Eksperimen dalam diagram

    batang :

    Diagram II

    Diagram Distribusi Frekuensi Interval

    Nilai Kelas Kontrol

    d. Nilai rata-rata kelas eksperimen

    e. Modus

    f. Simpangan baku

    Dari nilai rata-rata, modus, dan

    simpangan baku maka dapat dicari koefisien

    0

    5

    10

    15

    20

    45 - 52 53 - 60 61 - 68 69 - 76 77 - 84 85 - 92

  • 27

    kemiringan kurva dengan menggunakan

    rumus Karl Pearson, yaitu:

    (Karena nilai Km

    sebesar 0,73 terletak antara (-1) dan

    (1) , maka data distribusi normal).

    4.1.2.2 Uji Homogenitas

    Uji homogenitas data dilakukan untuk

    membuktikan kesamaan varians kelompok

    yang membentuk sampel. Uji homogenitas

    dalam penelitian ini menggunakan uji

    Bartlett. Untuk memudahkan perhitungan

    satuan-satuan untuk uji Bartlet, data disusun

    dalam sebuah daftar berikut:

    TABEL VI

    SATUAN-SATUAN UNTUK UJI

    BARTLETT

    Sampel

    ke

    1

    2

    35

    35

    0,028

    0,028

    277,3

    86,5

    2,43

    1,94

    85,05

    67,9

    Jumlah 70 152,95

    Kemudian dihitung:

    1. Varians gabungan dari semua sampel

    166,04

    2. Harga satuan B dengan rumus

    Ternyata untuk uji Bartlett digunakan

    statistik chi kuadrat, dimana x2 dihitung

    dengan rumus:

    Dengan uji Bartlett , dari

    daftar ditribusi chi-kuadrat dengan

    didapat . Ternyata bahwa

    maka dapat disimpulkan

    bahwa nilai tes tidak ada perbedaan varians

  • 28

    antara sampel-sampel. Dengan kata lain

    sampel-sampel yang diambil homogen.

    4.1.2.3 Pengujian Hipotesis

    Dari hasil analisis data di atas

    diketahui bahwa kedua sampel berasal dari

    populasi yang berdistribusi normal dan

    mempunyai varians dan homogen, maka

    untuk selanjutnya dapat dilakukan pengujian

    hipotesis dengan menggunakan uji t yang

    terdapat pada tabel 7 sebagai berikut:

    TABEL VII

    NILAI RATA-RATA DAN SIMPANGAN

    BAKU

    Kelas

    Eksperimen

    Kelas

    Kontrol Nilai rata-

    rata

    Standar

    deviasi

    Jumlah

    siswa

    Untuk mencari harga , perlu

    dicari terlebih dahulu standar deviasi

    gabungan dari kedua sampel dengan

    menggunakan rumus:

    12,88

    Jadi:

    Dari hasil perhitungan didapat thitung =

    2,17 dan ttabel = t(0,95)(70) dengan derajat

    kebebasan (dk = 70) pada taraf nyata 5%.

    Tidak ada dalam tabel uji t, maka harus

    dicari interpolasi yaitu:

  • 29

    Dari perhitungan diatas, diperoleh ttabel =

    1,67 dengan thitung = 2,17, maka thitung > ttabel

    yaitu 2,17 > 1,668. Maka Ho ditolak dan Ha

    diterima ini berarti ada pengaruh yang

    signifikan dengan kegiatan belajar yang

    memakai model pembelajaran Contextual

    Teaching Learning (CTL) dengan

    menggunakan Strategi Project-Based

    Learning terhadap hasil belajar fisika siswa

    kelas VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur.

    4.2 Pembahasan

    Dalam penelitian pengaruh model

    pembelajaran Contextua Teaching Learning

    (CTL) dengan menggunakan strategi Project-

    based learning terhadap hasil belajar fisika

    siswa di kelas VIII SMPN 1 Rantau Bayur,

    peneliti menggunakan dua kelas. Kelas

    VIII.2 sebagai kelas eksperimen berjumlah

    36 siswa dan kelas VIII.1 sebagai kelas

    kontrol berjumlah 36 siswa. Berdasarkan

    hasil penelitian diperoleh data hasil

    dokumentasi ternyata kelas VIII.1 dan kelas

    VIII.2 memiliki nilai yang dapat diterima

    sehingga sangat tepat untuk dijadikan sampel

    penelitian.

    Pada awal memberikan model dan

    strategi pembelajaran peneliti mengalami

    kesulitan, karena sudah tertanam di dalam

    diri siswa bahwa pelajaran IPA (khususnya

    dalam belajar Fisika) pelajaran yang sangat

    sulit, banyak rumus-rumus, serta

    kemampuan siswa dalam merubah satuan

    sangat lemah, ini terlihat dari hasil Pre-test

    banyak siswa yang tidak mencapai KKM.

    Tetapi setelah model dan strategi ini saya

    gunakan terutama di kelas eksperimen

    perlahan-lahan siswa mulai menyukai

    pelajaran fisika karena model dan strategi ini

    dapat meningkatkan kreatifitas siswa.

    Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

    diberikan soal yang sama berupa pilihan

    ganda yang telah dijawab siswa dan

  • 30

    diperiksa kemudian dilakukan analisis. Dari

    hasil penilaian tersebut sebagian besar soal-

    soal dijawab oleh siswa dengan benar. Hal

    ini membuktikan bahwa Model pembelajaran

    Contextual Taching Lerning dengan

    menggunakan strategi Project-based

    Learning dapat digunakan dalam proses

    belajar mengajar agar dapat mengetahui hasil

    belajar siswa.

    Dari hasil analisis didapat bahwa dengan

    Model pembelajaran Contextual Taching

    Lerning dengan menggunakan strategi

    Project-based Learning dapat dengan baik

    dilaksanakan dimana siswa bersama dalam

    kelompok dapat membahas getaran. Dengan

    Model pembelajaran Contextual Taching

    Lerning dengan menggunakan strategi

    Project-based Learning dapat memotivasi

    siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran

    serta mengalami dan membuktikan sendiri

    tentang apa yang dipelajarinya

    Berdasarkan hasil perhitungan yang

    didapat untuk kelas eksperimen, uji

    normalitas data yang di peroleh

    sedangkan untuk kelas kontrol

    diperoleh dan harga tersebut

    terletak antara (1) dan (-1) sehingga dapat

    dikatakan bahwa kelas eksperimen dan kelas

    kontrol terdistribusi normal. Untuk hasil

    perhitungan uji homogen:

    . Dari hasil tersebut dapat disimpulkan

    bahwa, sampel berasal dari populasi yang

    sama. Jadi, data Sesuai kriteria pengujian

    hipotesis yang telah dilakukan, maka Ho

    ditolak dan Ha diterima, ini berarti bahwa

    Model pembelajaran Contextual Taching

    Lerning dengan menggunakan strategi

    Project-based Learning lebih baik dari pada

    yang tidak menggunakan Model

    pembelajaran Contextual Taching Lerning

    dengan menggunakan strategi Project-based

    Learning. Dari hal tersebut dapat ditarik

    kesimpulan bahwa terdapat pengaruh Model

    pembelajaran Contextual Taching Lerning

    dengan menggunakan strategi Project-based

    Learning terhadap hasil belajar siswa kelas

    VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur.

    Dari hasil analisis data menunjukkan

    bahwa hasil tes akhir untuk kelas eksperimen

    diperoleh nilai thitung = 2,17 dan ttabel = 1,668.

  • 31

    Dengan demikian, ternyata harga thitung >

    ttabel, 2,17 > 1668.

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang

    telah dilakukan oleh penulis, maka dapat

    ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh

    (ada pengaruh) yang signifikan dari model

    pembelajaran Contextual Teaching Learning

    (CTL) dengan menggunakan Strategi

    Project-Based Learning terhadap hasil

    belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 1

    Rantau Bayur, hal ini terbukti dari pengujian

    hipotesis yang diperoleh bahwa thitung = 2,17

    sedangkan ttabel = 1,668 dengan taraf

    signifikan 5 % dan dk = 70 adalah 0,95

    karena thitung lebih besar dari ttabel dengan

    demikian Ha diterima dan Ho ditolak.

    5.2 Saran

    Berdasarkan kesimpulan di atas,

    peneliti memberikan saran sebagai berikut:

    1. Bagi siswa, sebelum menjawab soal

    hitungan hedaknya membaca dan

    memahami soal dengan teliti, terutama

    masalah satuan sehingga dapat

    menjawab soal dengan benar, karena hal

    ini dapat meningkatkan kemampuan dan

    keaktifan siswa dalam pembelajaran

    nantinya.

    2. Model pembelajaran Contextual

    Teaching Learning (CTL) dengan

    menggunakan Strategi Project-Based

    Learning hendaknya dapat dijadikan

    salah satu alternatif dalam proses belajar

    mengajar yang akan dilakukan guru,

    khususnya bagi guru mata pelajaran

    fisika.

    3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini

    diharapkan dapat dijadikan bahan

    masukan untuk memperbaiki mutu dan

    kualitas sekolah, dan dapat memberikan

    gambaran kemampuan penalaran dan

    hasil belajar siswa dalam pembelajaran

    Daftar Pustaka

    Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

    Penelitian Suatu Pendekatan Praktik

    (Revisi). Jakarta : Rineka Cipta.

    Djamarah, Syiful Bahri. 2010. Guru dan

    Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.

    Jakarta : Rineka Cipta.

    . 2008. Psikologi

    Belajar. Jakarta : Rieneka Cipta

  • 32

    Hanafiah Nanang & Suhana Cucu. 2010.

    Konsep Strategi Pembelajaran.

    Bandung: Reflika Aditama

    Johnson, Elaine B. 2011. Contextual

    Teaching and Learning menjadikan

    kegiatan belajar-mengajar

    mengasikkan dan bermakna.

    Bandung: Kaifa

    Lisnani. 2010. Pengaruh Strategi Mastery

    Learning dengan Menggunakan

    Metode Eksperimen terhadap Hasil

    Belajar Fisika Siswa di SMA

    Methodist 2 Palembang. Skripsi Universitas PGRI Palembang. Tidak

    dipublikasikan.

    Sanjaya, wina. 2010. Strategi pembelajaran

    berorientasi standar proses

    pendidikan. Jakarta : Kencana.

    . 2010. Perencanaan dan

    Desain Sistem Pembelajaran.

    Jakarata : Kencana.

    Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor

    Yang Mempengaruhinya. Jakarta :

    Rineka Cipta.

    Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung :

    Tarsito.

    Sudjana. 2002. Metoda Statistik. Bandung :

    Tarsito

    Sugiyono. 2011. Metode penelitian

    Pendidikan.Bandung: Alfabeta

    Supran1990, yandi Getaran

    http://yandisupran1990.blogspot.com/

    2013/07/getaran.html. 14 September

    2013

    Tim penyusun. 2012. Pedoman penulisan

    skripsi. Palembang : Universitas

    PGRI Palembang

    Trianto. 2010. Mendesain Model

    Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

    Kencana

    . 2007. Model-model Pembelajaran

    Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

    Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher