22
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMAN 8 MALANG PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING BERBASIS LESSON STUDY Hesti Yussanti 1 Herawati Susilo 2 Sunarmi 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Email: [email protected] ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IA 2 SMAN 8 Malang dengan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching berbasis Lesson Study, juga keterlaksanaan dan respon siswa terhadap penerapan model tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas berbasis lesson study selama dua siklus. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data hasil motivasi diperoleh saat sebelum penelitian, akhir siklus I, dan akhir siklus II, sedangkan data hasil belajar diperoleh saat awal dan akhir siklus untuk ranah kognitif dan saat pembelajaran untuk ranah afektif dan psikomotor. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan untuk motivasi dan hasil belajar, penerapan model Quantum Teaching model pembelajaran berbasis Lesson Study berjalan dengan sangat baik, dan siswa merasa puas dengan penerapan model pembelajaran tersebut. Kata kunci: quantum teaching, lesson study, motivasi, hasil belajar 11 Hesti Yussanti adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Malang. Artikel ini diangkat dari skripsi Sarjana Pendidikan, Program Sarjana Universitas Negeri Malang, 2013 2 Herawati Susilo adalah Dosen Biologi UM 3 Sunarmi adalah Dosen Biologi UM 1

jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelA21938879BAE3D29E7B2A...  · Web viewCatatan lapangan Motivasi belajar Siswa Angket motivasi belajar untuk siswa

  • Upload
    phamque

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMAN 8 MALANG PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI MELALUI

MODEL QUANTUM TEACHING BERBASIS LESSON STUDY

Hesti Yussanti1

Herawati Susilo2

Sunarmi3

Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 MalangEmail: [email protected]

ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IA 2 SMAN 8 Malang dengan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching berbasis Lesson Study, juga keterlaksanaan dan respon siswa terhadap penerapan model tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas berbasis lesson study selama dua siklus. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data hasil motivasi diperoleh saat sebelum penelitian, akhir siklus I, dan akhir siklus II, sedangkan data hasil belajar diperoleh saat awal dan akhir siklus untuk ranah kognitif dan saat pembelajaran untuk ranah afektif dan psikomotor. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan untuk motivasi dan hasil belajar, penerapan model Quantum Teaching model pembelajaran berbasis Lesson Study berjalan dengan sangat baik, dan siswa merasa puas dengan penerapan model pembelajaran tersebut.

Kata kunci: quantum teaching, lesson study, motivasi, hasil belajar

ABSTRACT: This study aims to find out increasing motivation and students learning outcomes through application of Quantum Teaching models based on Lesson Study, also want to find out the implemented application and students respons about application of this models. The present study was descriptive qualitative design. This study is Lesson Study based Classroom Action Research with two cycles. Motivation data was gathered at the beginning, final of cycle I, and final of cycle II, but learning outcomes data was gathered at the beginning and the ending of cycle and at learning activity for affective and psychomotor domain. The conclusion of this study is that there are increasing of students motivation and learning out comes, application Quantum Teaching models based on Lesson Study applicated in high category, and students satisfaction on application in this models.Key words: quantum teaching, lesson study, motivation, learning outcome

11Hesti Yussanti adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Malang. Artikel ini diangkat dari skripsi Sarjana Pendidikan, Program Sarjana Universitas Negeri Malang, 20132Herawati Susilo adalah Dosen Biologi UM3Sunarmi adalah Dosen Biologi UM

1

Pembaharuan dalam bidang pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional, yaitu: pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan keefektifan metode pembelajaran (Nurhadi, 2004). Salah satunya dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP mewajibkan dalam setiap pembelajaran yang dilakukan di kelas harus menyenangkan dengan menerapkan berbagai model/metode pembelajaran yang efektif. SMAN 8 Malang merupakan salah satu sekolah yang harus menerapkan KTSP dalam pembelajaran di kelas. Kenyataan, guru masih belum sepenuhnya menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan sehingga motivasi siswa kurang dan berakibat pada hasil belajar yang turun. Selain itu juga mindset siswa memaknai belajar biologi sebagai mata pelajaran hafalan karena berisi teori-teori dan banyak istilah asing yang harus dihafalkan.

Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah menerapkan model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan oleh guru yang dapat memanfaatkan momen belajar seluas-luasnya berupa model pembelajaran Quantum Teaching yang dilaksanakan berbasis Lesson Study. Kriswandana (2010:4) menyatakan bahwa model Quantum Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang menyenangkan, menggunakan momen yang ada di sekitar siswa dengan maksimal, maka pembelajaran akan lebih bermakna sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi pembelajaran.

DePorter (2010:35) menyatakan bahwa Quantum teaching bersandar pada konsep ”bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antar-kan dunia kita ke dunia mereka”. Konsep tersebut menunjukkan betapa pengajaran dengan Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi yang harus dipelajari siswa, tetapi siswa juga diajarkan untuk dapat menciptakan hubungan emosional yang baik, baik hubungan antara guru dengan siswa, maupun hubungan antara sesama siswa dalam pembelajaran. Model pembelajaran Quantum Teaching dengan rancangan TANDUR (Tumbuhkan/Enroll, Alami/Experience, Namai/Learn and Label, Demonstrasikan/Demonstrate, Ulangi/Review and Reflect, dan Rayakan/Celebration) menekankan pembelajaran secara langsung dialami oleh siswa sehingga siswa lebih membangun makna atau kesan pengetahuan dalam ingatan.

Penelitian tindakan kelas dengan Lesson Study dalam menerapkan model pembelajaran di sekolah semakin memberikan wawasan kepada guru untuk menyampaikan materi dengan maksimal dengan adanya kerja secara kolaboratif dari beberapa guru yang ikut andil dalam suatu pembelajaran. Syamsuri dan Ibrohim (2008) mengatakan bahwa Lesson Study (LS) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pembelajaran, yaitu melakukan kolaborasi dengan guru lain untuk merancang, mengamati, dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran. Pelaksanaannya, kelompok guru merancang pembelajaran bersama-sama dan ketika diterapkan, salah satu guru bertugas melaksanakan pembelajaran sedangkan guru yang lain menjadi observer atau mengamati belajar siswa. Refleksi dilakukan bersama-sama oleh kelompok guru dengan mendiskusikan bersama keterlaksanaan yang telah dirancang dan dilakukan. Selanjutnya, melakukan revisi dan menyusun pembelajaran berikutnya berdasarkan hasil refleksi.

Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching berbasis lesson study bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Motivasi merupakan

2

faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan sebagai daya pendorong siswa terlibat secara langsung dalam setiap kegiatan pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas (kegiatan pengamatan).

Keller (1968 dalam Suprijono, 2010:164) menyusun seperangkat prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Model yang ditemukan ada empat kategori kondisi motivasional yang harus diperhatikan oleh guru dalam usaha menghasilkan proses belajar dan mengajar yang menarik, bermakna, dan memberikan tantangan bagi siswa. Keempat kategori kondisi motivasional tersebut, yaitu 1) perhatian (Attention) muncul didorong rasa ingin tahu, rasa ingin tahu perlu mendapat rangsangan sehingga siswa akan memberikan perhatian, 2) keterkaitan (Relevance) menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi, bermanfaat, dan sesuai dengan nilai yang dipegang, 3) kepercayaan diri (Confidence) merupakan perasaan bahwa diri seseorang merasa berkompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan, dan 4) kepuasan (Satisfaction), keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan dan siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa dengan pemberian penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan, dan sebagainya.

Selain menggunakan motivasi ARCS, motivasi di kelas dapat dilihat dengan indikator keceriaan, keantusiasan, dan keaktifan siswa di dalam kelas ketika pem-belajaran berlangsung. Zubaidah (2006) dalam Syathariah (2011) mengatakan bahwa  motivasi belajar diketahui dari observasi selama pembelajaran yang dire-kam dengan instrumen yang didasarkan atas ketiga aspek tersebut, yaitu: 1) aktif, siswa dapat dikatakan aktif dalam pembelajaran bila siswa tersebut terlihat lancar menulis paragraf persuasi dan aktif bertanya bila tidak mengerti, 2) antusias, siswa terlihat aktif dalam proses pembelajaran dan sungguh-sungguh mengerjakan tugas yang diberikan padanya, dan 3) ceria, siswa dikatakan ceria bila siswa tersebut terlihat senang dan menikmati proses pembelajaran dengan tekun.

Selain untuk meningkatkan motivasi, penerapan model Quantum Teaching berbasis Lesson Study juga untuk meningkatkan hasil belajar siswa, baik ranah kogitif, afektif, dan psikomotor. Sudjana (2012:22) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat diukur melalui proses dan produk sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajar dalam selang waktu tertentu ditinjau dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah penerapan model Quantum Teaching berbasis Lesson Study dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 8 Malang pada mata pelajaran Biologi? (2) bagaimanakah penerapan model Quantum Teaching berbasis Lesson Study dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 8 Malang pada mata pelajaran Biologi? (3) bagaimanakah keterlaksanaan penerapan model Quantum Teaching berbasis Lesson Study yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 8 Malang pada mata pelajaran Biologi? (4) bagaimana respon siswa mengenai pembelajaran dengan penerapan model

3

Quantum Teaching berbasis Lesson Study kelas XI SMA Negeri 8 Malang pada mata pelajaran Biologi?

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa melalui penerapan model Quantum Teaching berbasis Lesson Study. Selain itu, mengetahui keterlaksanaan dan respon siswa terhadap penerapan model tersebut.

METODEPendekatan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.

Sedangkan untuk jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan (Action Research) berbasis Lesson Study. Jenis penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu: 1) perencanaan (plan) , 2) pelaksanaan dan observasi (do), 3) refleksi (see). Ketiga tahapan tersebut dilakukan secara berulang dan terus menerus (membentuk siklus) dan dilakukan sebanyak dua siklus. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jaringan Hewan dan Sistem Gerak pada Manusia pada semester genap. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI.IA 2 SMA Negeri 8 Malang yang berjumlah 37 orang, 18 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.

Data yang diperoleh yaitu data keterlaksanaan model pembelajaran Quantum Teaching dari lembar observasi keterlaksanaan model, keterlaksanaan kegiatan Lesson Study dari lembar observasi dan lembar monitoring plan, do, dan see, motivasi belajar siswa dari angket dan lembar observasi angket, dan hasil belajar berupa hasil belajar kognitif dari nilai pretes dan postes baik siklus I maupun siklus II, hasil belajar afektif dari lembar observasi afektif, dan hasil belajar psikomotor dari lembar observasi psikomotor. Data dan sumber data diperoleh saat pembelajaran berlangsung. Ringkasan data dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis Data, Sumber Data, dan Instrumen Penilaian Jenis data Sumber data Instrumen data

PTK dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching berbasis Lesson Study

Guru model, siswa, observer

1. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran kegiatan PTK dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching berbasis Lesson Study guru dan siswa

2. Lembar kegitan pembelajaran Lesson Study3. Lembar monitoring tahap plan4. Lembar monitoring tahap do5. Lembar monitoring tahap see6. Angket respon siswa terhadap LS7. Catatan lapangan

Motivasi belajar Siswa Angket motivasi belajar untuk siswa (model ARCS)Observer, guru model

Lembar observasi motivasi belajar siswa (keaktifan, keantusiasan, dan keceriaan)

Hasil belajar Siswa, guru model, dan observer

Tes (pretes dan postes) hasil belajar kognitifLembar observasi penilaian afektifLembar observasi penilaian psikomotor

Data dianalisis dengan cara mempersentase hasil lembar observasi (untuk keterlaksanaan model Quantum Teaching, Lesson Study, motivasi, hasil belajar afektif dan psikomotor), kemudian mendeskripsikan hasil tersebut dan dikaitkan dengan kenyataan dilapangan serta literatur yang mendukung.1. Tahap Planninga. Peneliti sebagai guru model mempersiapkan jadwal penelitian, perangkat

pembelajaran, dan instrumen penelitian

4

b. Mendiskusikan untuk memperbaiki perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian yang telah disusun secara kolaboratif dengan dosen pembimbing, guru pamong, dan para observer. Diskusi dengan dosen pembimbing dapat dilakukan secara bersama dengan para observer lain dan/atau bisa terpisah.

c. Mengkonsultasikan perangkat yang telah selesai didiskusikan dan direvisi pada dosen pembimbing dan guru pamong.

d. Menyepakati waktu dan tempat pelaksanaan pembelajaran (disesuaikan dengan jadwal sekolah).

2. Tahap Pelaksanaan (Doing)a. Guru model dan observer secara bersama-sama menyiapkan alat dan bahanb. Guru model melaksanakan pembelajaran di kelas.

Pembelajaran ini dilakukan dengan model Quantum Teaching, yaitu dengan urutan sebagai berikut. Tumbuhkan: siswa menyerukan yel-yel atau kata-kata motivasi dengan

dibimbing guru. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru sebagai apersepsi.

Alami: siswa diminta untuk berkelompok yang telah ditentukan sebelumnya oleh guru, kemudian setiap siswa mendapat lembar kerja, dan melakukan observasi atau praktikum.

Namai: siswa diminta untuk menggambar, menulis, membuat rumus, dari hasil aktivitas siswa dalam bentuk laporan individu atau kelompok dengan panduan pertanyaan yang terdapat pada lembar kerja.

Demonstrasikan: siswa presentasi, demonstrasi, bermain peran, diskusi, menjelaskan video, melakukan permainan, menjabarkan dalam bentuk grafik, mendeskripsikan sesuatu, dan lain-lain. Peran guru memberikan konfirmasi apabila siswa melakukan kesalahan.

Ulangi: siswa tanya jawab dengan teman sebangku, membuat rangkuman tertulis, membaca ulang materi, guru menunjuk beberapa siswa untuk menyampaikan kesimpulan, dan lain sebagainya. Peran guru memberikan penguatan tentang kompetensi yang harus dikuasai siswa apabila diperlukan.

Rayakan: siswa merayakan hasil kerja mereka dengan cara: memberikan pujian, tepuk tangan, hadiah, dan lain sebagainya.

c. Observer dapat mengamati 1-2 kelompok (jika mampu dapat melakukan pengamatan untuk seluruh siswa)

d. Observer mengambil posisi yang memungkinkan dapat mengamati gerak tubuh dan mimik siswa, tetapi tidak berpotensi mengganggu pelajaran

3. Reflecting a. Guru model bertindak sebagai moderator (diatur bergiliran).b. Guru model mendapatkan kesempatan pertama menyampaikan refleksi diri

setelah melakukan pembelajaran (ungkapan perasaan dan review alur pembelajaran).

c. Observer secara bergantian menyampaikan hasi observasinya dan memberikan saran untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya.

d. Notulist merekam hal-hal penting dalam diskusi refleksi.Pada penelitian ini observer tidak hanya mengamati aktivitas dan kreativitas

siswa dalam proses pembelajaran, akan tetapi juga mengamati keterlaksanaan pembelajaran oleh guru model dan motivasi belajar siswa. Observer mengamati

5

keterlaksanaan pembelajaran melalui lembar keterlaksanaan pembelajaran dan motivasi belajar melalui lembar motivasi belajar siswa. Observasi

Kegiatan ini berlangsung selama tahap Lesson Study yaitu Plan, Do, dan See yang dilakukan pada setiap pertemuan. Observasi dilakukan oleh observer yang merupakan guru lain dan guru pamong. Refleksi

Hasil dari tahap observasi yang meliputi aktivitas siswa selama proses KBM, cara guru mengajar, hasil tes pada akhir siklus, juga kendala-kendala yang dihadapi selama proses KBM selama minimal tiga kali Lesson Study dengan setiap pertemuan terdiri dari tahap Plan, Do, dan See dikumpulkan serta dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan untuk mengetahui perubahan yang terjadi selama menerapkan model Quantum Teaching dengan kerangka rancangan TANDUR berbasis Lesson Study. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya.Siklus II

Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dan diperbaiki tindakan yang belum berhasil.

HASIL Data keterlaksanaan penerapan model pembelajaran dengan model Quantum

Teaching berbasis Lesson Study dapat di lihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Ringkasan Hasil Keterlaksanaan Penerapan Model Pembelajaran ditinjau dari Aspek guru pada Siklus I dan Siklus II

Pertemuan Ke- Persentase Keberhasilan (%) Taraf KeberhasilanAspek guruSiklus I 81,73 Baik Siklus II 94,07 Sangat BaikSelisih 12,34Aspek SiswaSiklus I 92,31 Sangat BaikSiklus II 99,04 Sangat BaikSelisih 6,73

Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Siklus I guru masih belum cukup fleksibel dalam mengelola kelas, siswa masih harus dipaksa dalam melaksanakan aktivitas kelas. Dari segi siswa, siswa masih bingung dengan aturan permainan dalam aktivitas kelas yang menjadi kesepakatan dengan guru sehingga siswa belum sepenuhnya paham. Pada siklus II berjalan semakin baik, siswa semakin bersemangat dalam melaksanakan aktivitas kelas, sudah sedikit paksaan dari guru karena siswa dapat mengkaitkan secara langsung dengan diri siswa sebagai contoh. Guru juga semakin fleksibel dalam berfungsi sebagai fasilitator di kelas. Selain itu siswa juga merasa semakin nyaman dan pembelajaran terasa menyenangkan karena banyak tawa yang keluar dari siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

Keterlaksanaan Lesson Study diukur dengan lembar monitoring dan lembar pembelajaran. Hasil keterlaksanaan Lesson Study dapat dilihat pada Tabel 3.

6

Tabel 3 Hasil Ringkasan Perhitungan terhadap Keterlaksanaan Kegiatan Lesson Study selama Siklus I dan Siklus IIOpen Lesson Ke- Plan Do See

Siklus IOL 1 75 (B) 83,33 (B) 85,94 (A)OL 2 79,17 (B) 87,5 (A) 90,63 (A)OL 3 91,67 (A) 87,5 (A) 90,63 (A)OL 4 91,67 (A) 91,67 (A) 95,31 (A)OL 5 95,83(A) 100 (A) 96,88 (A)Rata-Rata OL 1-5 86,67 (A) 90 (A) 91,88 (A)

Siklus IIOL 6 95,83 (A) 91,67 (A) 93,75 (A)OL 7 95,83 (A) 91,67 (A) 98,44 (A)OL 8 100 (A) 95,83 (A) 98,44 (A)OL 9 95,83 (A) 95,83 (A) 100 (A)OL 10 100 (A) 100 (A) 100 (A)OL 11 100 (A) 100 (A) 98,44 (A)OL 12 100 (A) 100 (A) 100 (A)Rata-Rata OL 6-12 98,14 (A) 96,43 (A) 98,44 (A)Ket: A = Sangat Baik, B= Baik

Keterlaksanaan kegiatan lesson study diamati ketika kegiatan plan, do, dan see. Hasil di atas menunjukkan siklus I belum ada yang terlaksana 100% karena guru model masih belum begitu paham dengan penilaian keterlaksanaan ini, dan masih banyak indikator yang lupa untuk dikerjakan, kemudian para observer mengingatkan sehingga untuk kegiatan selanjutnya terus diperbaiki. Kegiatan LS pada siklus II guru sudah mulai terbiasa sehingga hal-hal yang terlupakan menjadi catatan tersendiri sehingga selalu diperhatikan. Suasana pembelajaran pada saat do dapat diamati dengan lembar observasi pembelajaran dalam kegiatan Lesson Study. Hasilnya menunjukkan kegiatan beragam dari siswa disetiap pertemuannya. Kegiatan yang positif sebisa mungkin guru pertahankan sedangkan kegiatan yang kurang sesegera mungkin diperbaiki pada pertemuan selanjutnya.

Hasil motivasi belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching berbasis Lesson Study dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.

Data tersebut menunjukkan bahwa motivasi siswa meningkat setelah dilakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching berbasis Lesson Study. Indikator Attention menunjukkan perhatian dan rasa ingin tahu siswa semakin lebih baik sehingga mereka fokus pada pelajaran. Indikator Relevance menunjukkan bahwa Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang sesuai dan dapat mengakitkan juga dengan kehidupan sehari-hari siswa.Tabel 4 Skor dan Kriteria Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Sebelum

Penelitian, Akhir Siklus I, dan Akhir Siklus IIIndikator Motivasi

BelajarKriteria Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa

Sebelum Penelitian Akhir Siklus I Akhir Siklus IIAttention (A) 3,07 3,16 3,47Relevance (R) 2,66 3,11 3,41Confidence (C) 2,83 3,12 3,46Satisfaction (S) 3,06 3,44 3,66Rata-Rata 2,90 3,21 3,50

Tabel 5 Ringkasan Skor dan Kriteria Hasil Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Aspek Motivasi Belajar

Skor (%) dan Kriteria Hasil Lembar Observasi Motivasi Belajar SiswaSiklus I Siklus II

Keaktifan 72,81 (cukup) 91,29 (sangat baik)Keantusiasan 75,42 (baik) 88,69 (sangat baik)Keceriaan 75 (Baik) 85, 27(Sangat baik)

7

Rata-Rata 74,41 (cukup) 88,42 (sangat baik)

Indikator Confidence menunjukkan siswa sudah merasa yakin akan berhasil dengan memperoleh nilai tinggi dan yakin paham dengan materi yang diajarkan. Indikator Satisfaction menunjukkan bahwa Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang menyenangkan dan siswa mendapatkan nilai yang maksimal. Data hasil lembar observasi juga menunjukkan hasil yang sama yaitu mengalami peningkatan baik pada aspek keceriaan, keantusiasan, maupun keaktifan.

Selain motivasi belajar siswa, penelitian ini juga mengukur peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II

Hasil Belajar Pokok bahasanJaringan Hewan (Siklus I) Sistem Gerak (Siklus II)

Kognitif 81,08 % 91,89 %Afektif 79,19 % 86,17 %Psikomotor 73,96 % 89,15 %

Hasil belajar siswa berupa hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar kognitif mengalami peningkatan. Hasil tersebut menunjukkan penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching membuat siswa senang dan mudah memahami karena pengalaman belajar dapat dialami oleh siswa secara langsung, walaupun materi sistem gerak pada manusia lebih kompleks dibandingkan jaringan hewan. Hasil belajar afektif dan psikomotor siswa juga meningkat, terlebih psikomotor karena pada siklus II banyak kegiatan yang membuat siswa semakin aktif. Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Angket Respon Siswa terhadap Pelaksanaan Pembelajaran

Selama Lesson Study Siklus I dan Siklus II

Aspek respon siswa Rata-rata Siklus I Rata-rata Siklus II

Media Pembelajaran 3 3,66Penyampaian Pelajaran oleh Guru 2,79 3,70Tugas yang diberikan Guru 2,33 3,78Kehadiran Observer 2,88 3,86Kegiatan Pembelajaran 2,89 3,73Rerata 2,78 (Baik) 3,74 (Sangat Baik)

Siswa sangat merespon dengan baik penerapan model pembelajaran ini. Hal ini terlihat ketika siswa melaksanakan setiap tahap sintak TANDUR dengan begitu antusias. Walaupun pada awalnya masih terlihat bingung dan ragu-ragu namun setelah mereka paham kegiatan kelas menjadi semakin asyik.

PEMBAHASANKeterlaksanaan Quantum Teaching

Keterlaksanaan penerapan model Quantum Teaching di kelas diukur dengan menggunakan rubrik pada lembar observasi keterlaksanaan penerapan model Quantum Teaching yang diisi oleh guru model dan observer. Pada siklus I guru masih belum fleksibel dalam menyampaikan materi sehingga keterlaksanaan model pembelajaran juga tidak begitu bagus. Namun setelah diperbaiki dalam setiap pertemuanya, selama siklus II guru mulai nyaman dan fleksibel dalam menyampaikan materi kepada siswa. Enam keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang Quantum Teacher, yaitu kepribadian bersegi banyak, kemampuan menampilkan banyak peran, kemampuan berhubungan dengan siswa, tekad menjadi fleksibel, mau bertindak berlebihan, dan keinginan kuat untuk bekerja

8

sama dengan siswa. Keenam keterampilan tersebut harus dikuasai, ketika seorang guru sudah menguasai keenam keterampilan tersebut maka pembelajaran yang menyenangkan dari model pembelajaran Quantum Teaching akan terwujud (DePorter, 2010:172). Meningkatnya kemampuan guru dalam menyampaikan model Quantum Teaching maka siswa akan terangsang dan tertarik dengan model pembelajaran tersebut. Pengalaman sendiri oleh siswa diharapkan memberikan pemahaman terhadap pembelajaran, sehingga ilmu pengetahuan dengan mudah melekat pada benak siswa.

Model pembelajaran Quantum Teaching terdapat enam tahap pembelajaran yang lebih dikenal dengan kerangka TANDUR, yaitu: tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan. Keenam tahap pembelajaran tersebut yang nantinya akan mewujudkan berbagai macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar siswa. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa (DePorter, 2010:127).

Model pembelajaran ini dalam penelitian ini baik diterapkan pada mata pelajaran Biologi yang lebih mengaitkan dengan kehidupan siswa. Penerapan model Quantum Teaching terbukti dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Senada dengan penelitian yang dilakukan Irvianto (2009) dan Nawaridah (2010), yang menyatakan bahwa model Quantum Teaching dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Quantum Teaching efektif dalam membentuk pembelajaran yang menyenangkan. Kekurangan model pembelajaran ini adalah alokasi waktu yang cukup panjang, dengan tahap Quantum Teaching dilalui dengan dua sampai tiga pertemuan. Selain itu keterampilan Quantum Teacher harus benar-benar dikuasai oleh guru sehingga pembelajaran tidak terlihat kaku.Keterlaksanaan Lesson Study

Kegiatan LS pada penelitian ini dilakukan sebanyak 12 kali, lima kali pada Siklus I dan jutuh kali pada Siklus II. Tahap plan pada penelitian ini antara pembimbing, pamong, dan observer terjadi secara terpisah karena keterbatasan waktu. Hasil observasi penilaian terhadap kegiatan plan pada penetian ini pada siklus I dan siklus II menunjukkan hasil sangat baik. Perencanaan yang baik untuk pembelajaran guru tidak merencanaan sendiri, tetapi guru dapat melakukan kolaborasi dengan guru lain atau dengan orang yang berkompeten untuk memperkaya ide untuk kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan yang tertuang rancangan pembelajaran, baik dalam aspek mengorganisasikan bahan ajar, aspek pedagogis, maupun aspek penyiapan alat bantu pembelajaran. Masukkan dari observer akan membantu guru memperbaiki rencana pembelajaran yang nantinya diharapkan kegiatan pembelajaran akan sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan LS dapat meningkatkan keprofesionalan guru. Guru terlatih rendah hati untuk menerima masukan guru lain dan menyadari bahwa setiap pembelajaran tidak pernah sempurna, selalu ada kesempatan untuk berbuat lebih baik (Susilo, 2010).

Tahap do merupakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru model dan kegiatan observasi jalannya pembelajaran oleh para observer yang hadir. Kehadiran observer di kelas sangat membantu guru dalam hal mengamati kegiatan belajar siswa sehingga guru dapat mengetahui aktivitas siswa secara menyeluruh sehingga kegiatan siswa dapat terekam semua. Sejalan dengan pendapat Lewis (dalam Syamsuri dan Ibrohim, 2008) yang menyatakan bahwa dihadirkannya pengamat (observer), pengamatan tentang perilaku belajar siswa

9

dapat semakin detail dan jelas. Kehadiran observer lebih dari satu juga akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar karena kegiatan siswa tidak hanya diamati oleh satu orang saja melainkan banyak sehingga siswa akan menunjukkan gaya belajar yang baik. Model pembelajaran ini memiliki prinsip segalanya bertujuan dan akui setiap usaha sehingga observer membantu guru dalam memberikan pengakuan terhadap kegiatan belajar siswa dengan cara memberi skor terhadap hasil kerja siswa.

Kegiatan do selama 12 kali Lesson Study berjalan dengan lancar dan dari hasil pengamatan observer kegiatan ini berjalan sesuai dengan pedonam monitor-ing dengan mendapatkan taraf keberhasilan sangat baik. Hasil dengan taraf keberhasilan yang sangat baik menunjukkan bahwa LS berjalan dengan efektif.

Setelah kegiatan do, guru model dan para observer sesegera mungkin melaksanakan tahap selanjutnya dari tahap LS yaitu see atau refleksi. Tahap ini guru model menyampaikan temuan saat melaksankan pembelajaran dan para observer juga menyampaikan temuannya ketika mengamati kegiatan pembelajar-an yang disertai dengan bukti-bukti konkrit. Syamsuri dan Ibrohim (2008) menyatakan bahwa tahap see sebaiknya dilakukan segera setelah proses pembelajaran usai, karena suasananya masih segar dalam ingatan, segala proses pembelajaran masih mudah diingat-ingat.

Kendala yang dialami peneliti selama melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model Quantum Teaching berbasis Lesson Study terjadi pada beberapa tahap LS dan beberapa kali Open Lesson. Kendala tersebut terjadi ketika melaksanakan tahap plan dan see. Tahap plan dan see dilaksanakan di rumah kos peneliti karena di sekolah kurang terdapat tempat yang sesuai untuk melaksanakan tahap tersebut, sehingga keadaan kegiatan tersebut kurang kondu-sif. Kendala pada tahap do yaitu pada penggunaan alokasi waktu yang lebih dari yang ditentukan karena kegiatan yang kurang terkendali. Selain itu pada tahap ini kendala juga terjadi pada keterlibatan observer dalam pembelajaran.

Kegiatan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching berbasis Lesson Study terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas XI.IA 2 di SMAN 8 Malang. Hasil ini selaras dengan penelitian Awalindah (2011) yang mengatakan kegiatan Lesson Study dapat menngkatkan motivasi bela-jar di SMA Laboratorium UM. Hasil yang sama juga di teliti oleh Agustina (2011) yang menunjukkan bahwa kegiatan LS dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa yang dilaksanakan di SMA Laboratorium UM. Motivasi Belajar Siswa

Hasil motivasi belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan pada setiap siklusnya, hal tersebut terjadi karena siswa terlibat secara langsung pada proses pembelajaran. Siswa mengalami sendiri pengalaman belajar mereka sehingga mereka merasa senang dengan pembelajaran yang berlangsung. Sejalan dengan yang disampaikan Magnesen (1983, dalam DePorter, 2010: 94) yang menya-takan bahwa seseorang akan belajar sebesar 90% dari apa yang seorang katakan dan lakukan. Persentase ini menunjukkan angka yang besar dibandingkan cara belajar yang lain.

Aspek motivasi yang diamati pada penelitian ini terdapat empat aspek yang dikemukakan oleh Keller (1983), yaitu perhatian, keterkaitan, keyakinan, dan kepuasan. Pertama aspek Perhatian, pada awal pembelajaran siswa masih ragu saat menyampaikan pendapat atau bertanya saat aktivitas kelas namun karena

10

Quantum Teaching memiliki prinsip segalanya bertujuan dan akui setiap usaha (DePorter, 2010:36) maka guru memberikan nilai ketika siswa bertanya dan berpendapat. Perhatian siswa yang besar terhadap materi yang diajarkan membuat siswa semakin banyak tahu materi tersebut, misalnya pengamatan langsung Jaringan Hewan dan Sistem Gerak pada Manusia sehingga siswa mudah memahami materi. Perhatian merupakan salah satu faktor psikologis yang penting dalam memperoleh belajar yang baik dan optimal, karena siswa akan memusatkan energi spikis pada objek pelajaran (Sardiman, 2008:45).

Aspek yang kedua, yaitu keterkaitan. Model pembelajaran Quantum Teaching dirancang sebagai model pembelajaran yang menyenangkan dengan memunculkan interaksi dinamis di dalamnya sehingga siswa bisa bebas dalam memilih cara belajar dan mengkaitkan dengan materi yang akan dipelajari. Selain itu, aspek ini juga mengkaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat membawa kehidupan di sekitarnya ke dalam kegiatan belajar sehingga akan banyak contoh yang siswa bawa untuk mempermudah memahami materi.

Aspek ketiga, keyakinan. Bandura (1988) dalam DePorter (2010:50) menyatakan bahwa keyakinan seseorang mengenai kemampuan dirinya sangat berpengaruh pada kemapuan seseorang itu sendiri. Penerapan model pembelajaran yang menyenangkan membuat siswa merasa mudah mempelajari materi yang diajarkan sehingga akan menumbuhkan rasa keyakinan di dalam diri siswa bahwa siswa dapat memperoleh nilai yang maksimal. Selain itu Quantum Teaching membebaskan siswa dalam mencari sumber dan alat belajar, keluwesan tersebut membuat siswa menjadi semakin mantab dalam memahami pelajaran.

Aspek keempat, kepuasan. Salah satunya dengan pemberian pujian, pemberian kesempatan yang diberikan guru saat pembelajaran merupakan strategi yang digunakan untuk meningkatkan dan memelihara motivasi siswa (Keller, 1983). Pemberian pujian akan menunjukkan bahwa guru menghargai setiap hal yang siswa lakukan di dalam kelas sehingga siswa merasa senang dengan kegiatan pembelajaran. Pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar sekaligus membangkitkan harga diri (Sardiman, 2008:94).

Selain dari keempat aspek ARCS dalam mengukur motivasi siswa, guru juga dapat mengukur motivasi siswa dengan menggunakan rubrik observasi moti-vasi belajar siswa yang meliputi keaktifan, keantusiasan, dan keceriaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan lembar observasi motivasi siswa juga meningkat.

Aspek keaktifan memilik peningkatan paling besar jika dibanding dengan aspek lain. Siswa diberikan kebebasan dalam melakukan aktifitas sehingga siswa dapat merasakan sendiri pengalaman belajar mereka (DePorter, 2010:-34). Siswa semakin aktif karena siswa lebih senang cara pembelajaran yang bernuansa praktikum atau observasi. Sejalan dengan pendapat Sardiman (2008:95) yang menyatakan bahwa dalam kegiatan belajar, siswa harus aktif berbuat dengan diberikan aktivitas, tanpa adanya aktivitas proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Apek yang kedua yaitu keantusiasan. Peningkatan pada aspek keantusiasan ditunjukkan siswa dengan menyelesaikan tugas tepat waktu terlebih lagi karena tugas-tugas yang mereka kerjakan selalu mendapat nilai sebagai bentuk penghargaan atas usaha mereka. Pemberian penghargaan

11

merupakan poin penting yang salah satunya adalah untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar (DePorter, 2010:61). Aspek yang terakhir yaitu keceriaan. Peningkatan pada aspek keceriaan ditunjukkan siswa dengan ekspresi wajah dan tingkah laku siswa yang ceria, senang, sering tersenyum, bahkan bisa juga dengan tertawa. Selain itu juga dapat ditunjukkan dengan siswa menikmati proses pembelajaran dengan tekun, tidak mengantuk, tidak terlihat murung dan kurang bersemangat. Hasil Belajar Siswa

Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching berbasis Lesson Study dalam pembelajaran Biologi pada materi Jaringan Hewan dan Sistem Gerak pada Manusia dapat meningkatkan hasil belajar siswa, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Peningkatan hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor tersebut dapat disebabkan oleh yang mendukung pembelajaran. Pertama model pembelajaran Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang menyenangkan karena interaksi yang dinamis di dalam proses pembelajaran terus dikembangkan (DePorter, 2010:). Pembelajaran seperti sebuah orkestra yang dirancang untuk dinikmati bagi guru dan terutama bagi siswa, sehingga siswa akan merasa nyaman dan ilmu akan lebih mudah untuk mereka pahami. Peningkatan dari siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran tersebut semakin berjalan dengan lancar dan semakin fleksibel sehingga siswa merasa pada zona nyaman.

Kedua, materi mudah untuk dipahami karena contohnya dapat diamati secara langsung baik materi siklus I maupun siklus II siswa belajar sendiri dari diri mereka, karena diri mereka merupakan contoh langsung yang sangat relevan sehingga siswa dapat mengkaitkan dengan diri siswa sendiri setiap materi yang didapatkan.

Ketiga, guru memberikan nilai disetiap tugas dan aktivitas siswa. Guru berpedoman pada prinsip model pembelajaran Quantum Teaching yaitu segalanya bertujuan dan akui setiap usaha, dengan prinsip tersebut guru beranggapan salah satu cara mengakui setiap usaha siswa adalah dengan memberikan skor setiap tugas dan aktivitas siswa sehingga siswa merasa dihargai dan setiap hal yang mereka lakukan memiliki tujuan sehingga siswa termotivasi untuk belajar lebih (DePorter, 2010:61).

PENUTUP

SimpulanKesimpulan dari empat rumusan masalah adalah kesimpulan pertama,

penerapan model Quantum Teaching berbasis Lesson Study dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini terbukti dengan ditunjukkan hasil angket motivasi pada siklus I sebesar 3,21 dengan kategori Baik, kemudian meningkat pada siklus II sebesar 3,50 dengan kategori Sangat Baik. Selain itu juga dari lembar observasi yang menunjukkan siswa semakin termotivasi dari hari ke hari.

Kesimpulan kedua, penerapan model Quantum Teaching berbasis Lesson Study dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Ranah kognitif yaitu pada siklus I sebesar 81,08% dengan kategori Baik, kemudian meningkat pada siklus II

12

sebesar 91,89% dengan kategori Sangat Baik. Ranah psikomotor yaitu 73,96% pada siklus Idengan taraf keberhasilan cukup dan 89,15% pada Siklus II dengan rataf keberhasilan sangat baik. Ranah afektif yaitu 79,19 pada siklus Idengan taraf keberhasilan Baik dan 86,17 pada Siklus II dengan rataf keberhasilan sangat baik pula.

Kesimpulan ketiga, penerapan model Quantum Teaching berbasis Lesson study untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa terlaksana dengan baik. Model ini dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar dengan tindakan yang lebih mengutamakan kegiatan siswa baik dengan praktikum dan pengamatan. Selain itu juga apresiasi terhadap hasil kerja siswa disetiap pertemuan menjadi hal penting untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar.

Kesimpulan terakhir, siswa merasa puas terhadap pembelajaran ini, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran Quantum Teaching berbasis Lesson Study yang baik.

SaranBerikut diberikan saran dari penelitian yang patut dipertimbangkan untuk

menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching berbasis Lesson Study meliputi: 1) guru mata pelajaran Biologi dapat menggunakan pembelajaran Quantum Teaching berbasis Lesson Study untuk mata pelajaran Biologi kelas XI karena terbukti dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, 2) penerapan model Quantum Teaching berbasis Lesson Study membutuhkan waktu yang lama maka pengaturan waktu untuk setiap tahapan dalam model ini harus dipersiapkan dengan baik, begitu pula dengan persiapan alat pembelajaran yang dibutuhkan hendaknya juga disiapkan sebaik mungkin, 3) karakter Quantum Teacher menunjukkan guru harus memiliki sikap fleksibel, mau berlebih-lebihan, dan menyenangkan sehingga siswa akan tertarik dalam pembelajaran, dan 4) kegiatan Lesson Study dapat dilaksanakan karena terbukti positif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran selain itu juga dapat meningkatkan keprofesionalan guru.

DAFTAR RUJUKAN

Agustina, I. 2011. Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X Selama Implementasi Praktik Pengalaman Lapangan Berbasis Lesson Study di SMA Laboratorium Unversitas Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan. FMIPA UM.

Awalindah, D. 2011. Pengembangan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA 1 di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang melalui Penerapan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)Berbasis Lesson Study. Skripsi tidak diterbitkan. FMIPA UM.

DePorter, B., Reardon, M., dan Singer-Nourie, S. 2010.Quantum Teaching, Mempraktekan Quantum Learning Diruang-Ruang Kelas. Bandung: KAIFA.

Hurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.

Irvianto, Z. Y. 2009 . Penerapan Model Pembelajaran Edutainment berdasarkan Quantum Teaching untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar

13

Biologi Siswa Kelas VIII pada Materi Sistem dalam Kehidupan Tumbuhan, di SMP Negeri 13 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Kriswandana, T. Y. 2010. Penerapan Quantum Teaching dengan Rancangan Tandur untuk Peningkatan Motivasi Belajar Geografi pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Dampit. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Nawaridah, N. 2010.Pengaruh Metode Pembelajaran Quantum Teaching-Snowball Throwing terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas X SMAN 6 Malang pada Materi Hidrokarbon Tahun Pelajaran 2009. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sudjana, N. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning:Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susilo, H., Chotimah, H., Joharmawan, R., Jumiati, Sari, Y. D., dan Sunarjo. 2010. Lesson Study Berbasis Sekolah: Guru Konservatif Menuju Guru Inovatif. Malang: Bayumedia Publishing.

Syamsuri, Ibrohim. 2008. Lesson Study (Study Pembelajaran). Malang: FMIPA UM.

Syathariah, S. 2011. Penggunaan Media Kartu Infak untuk Meningkatkan Motivasi dan Keterampilan Menulis Paragraf Siswa Kelas X.3 SMA Cendana Pekanbaru. (Online) (http://sittimas.blogspot.com/2012/01/media-pembelajaran-menulis-paragraf.html)( diakses pada tanggal 14 Mei 2012)

14