86
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA MEDAN Vol 1 No 1 Desember 2012

Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ok

Citation preview

Page 1: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

JURNALTEKNOLOGI INFORMASIDAN KOMUNIKASI

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RIBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIABALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA MEDAN

Vol 1 No 1 Desember 2012

Page 2: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Vol 1 No 1 Desember 2012

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA MEDAN

Page 3: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah jurnal ilmiah, dengan visi menjadi media informasi dan komunikasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta sebagai rekomendasi dalam penyusunan kebijakan pemerintah di bidang TIK

Pengarah

Kepala Badan Litbang SDM Kementerian Kominfo Aizirman Djusan, M. Econ

Penanggungjawab

Kepala BBPPKI Medan Drs. Waladdin Siagian

Ketua Dewan Redaksi

Erisva Hakiki Purwaningsih, M.Kom

Anggota Dewan Redaksi Dr. Gustianingsih, M. Hum

Dr. Esther S.M. Nababan, M. Sc Jarudo Damanik, S.Kom

Meilinia Diakonia Br. Ginting, S. Kom

Ketua Redaksi Pelaksana Marudur Pandapotan Damanik, ST

Anggota Redaksi Pelaksana

Moh. Muttaqin, ST Maulia Jayantina Islami, S. Kom, MT

Oktolina Simatupang, S. Sos

Sekretaris Dewan Redaksi Vita Pusvita, ST

Erwin Antonius Manurung, ST

Peer Reviewer/Mitra Bestari Prof. Dr. Muhammad Zarlis, M. Sc

Prof. Dr. Opim Salim Sitompul, M. Sc Dr. Poltak Sihombing, M.Kom

Dr. Erna Budhiarti Nababan, MIT

Sekretariat Redaksi

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Medan Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementerian Komunikasi dan Informatika Jl. Tombak, No. 31 Medan, Sumatera Utara – Telp/Fax. (061) 6639817

Email: [email protected]

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Vol 1 No 1 Desember 2012

2

Page 4: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

PENGANTAR REDAKSI

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas terbitnya Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BBPPKI) Medan untuk pertama kali, Volume I Nomor I Desember 2012.

Sesuai rencana program BBPPKI Medan, Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi akan terbit dua (2) kali dalam setahun secara periodik dengan tujuan mempublikasikan ide-ide dan temuan para peneliti Komunikasi dan Informatika yang telah tertuang dalam bentuk tulisan sehingga mampu memberikan pencerahan, perspektif dan ekspektasi tentang pentingnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam membangun masyarakat informasi. Hasil-hasil penelitian tersebut diharapkan mampu memberikan pertimbangan dan solusi yang dibutuhkan oleh para stakeholder untuk mengambil keputusan dan pembuatan kebijakan.

Oleh karena itu, kepada semua pihak, khususnya peneliti, akademisi, praktisi teknologi informasi dan komunikasi, diharapkan dapat berpartisipasi menyumbangkan ide dan pemikiran yang telah tertuang dalam bentuk tulisan ilmiah, terutama hasil penelitian bidang komunikasi dan informatika.

Pada edisi perdana ini kami menerbitkan enam (6) tulisan, yaitu “Kompetensi Pengelola dalam Mengatasi Permasalahan Teknis pada Pusat Layanan Informasi Kecamatan”. Dalam tulisan ini, Marudur Pandapotan Damanik menjelaskan bahwa kompetensi teknis pengelola PLIK di bidang TIK masih dirasa belum cukup memadai dan masih perlu untuk ditingkatkan. Hal ini didasarkan pada unit kompetensi yang terdapat pada SKKNI bidang Computer Technical Support. Selanjutnya Vita Pusvita menulis tentang “Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan Pusat Layanan Internet Kecamatan di Kota Banda Aceh” dan menjelaskan bahwa Parameter QoS berupa throughput, delay, packet loss dan jitter tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan lainnya dalam menentukan suatu kualitas layanan jaringan. Jika salah satu parameter termasuk dalam kategori kurang baik maka hal ini dapat menurunkan kualitas layanan jaringan secara keseluruhan. Wicaksono Febrianto menulis “Perancangan Knowledge Management System Berorientasi Proses Bisnis (Studi Kasus Balai Diklat Metrologi Kementerian Perdagangan)”. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum semua proses bisnis belum mengoptimalkan semua komponen yang terdapat dalam framework pemodelan knowledge process dari Strohmaier

yang dimodifikasi menggunakan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.12 tahun 2011 mengenai Pedoman Penataaan Tatalaksana (business process). Jarudo Damanik menulis tentang “Kajian Implementasi Watchguard Firebox Seri 125e Sebagai Penyaring Konten pada Jaringan Kantor Pemerintah Kota Batam”. Penyaring konten yang dipakai di Kantor Pemerintah Kota Batam adalah firebox seri 125e yang memiliki keunggulan melakukan blok terhadap konten sebuah website secara menyeluruh. Pendeteksian virus, worm maupun gerakan yang mengarah pada tindakan berupa hack dapat berjalan secara maksimal melalui perangkat ini. Tasmil melakukan kajian Wireless Intrusion Detection System untuk mendeteksi serangan Denial of Service terhadap jaringan wireless. Dalam penerapan, metode WIDS menggunakan tools Snort-Wireless yang berjalan pada sistem

3

Page 5: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

operasi Linux. Sistem tersebut diuji dengan serangan Denial of Service menggunakan tools Engage Packet Builder. Paket serangan kemudian dideteksi sebagai sebuah serangan Denial of Service melalui hasil monitoring paket jaringan. Tasmil menjelaskan penelitiannya dalam tulisan “Perfomansi Wireless Intrusion Detection System (WIDS) Berbasis Snort untuk Mendeteksi Serangan Denial of Service”. Moh. Muttaqin melakukan Pengujian yang menghasilkan nilai-nilai kecepatan berupa angka yang dikonversikan dalam satuan Mega bit per second (Mbps) dan telah dituangkan dalam tulisan “Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet PC Client Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) dengan Warnet di Kota Banda Aceh”. Temuan penelitian menunjukkan kecepatan download PC client PLIK hanya setengah kecepatan download PC client warnet, sementara kecepatan upload PLIK dan warnet tidak terpaut jauh.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca sekalian.

Salam,

Redaksi

4

Page 6: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

DAFTAR ISI

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Pengantar Redaksi 3

Daftar Isi 4

Lembar Abstrak 5

Kompetensi Pengelola dalam Mengatasi Permasalahan Teknis pada Pusat Layanan Internet Kecamatan Marudur Pandapotan Damanik 11

Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan Pusat Layanan Internet Kecamatan di Kota Banda Aceh Vita Pusvita 25

Perancangan Knowledge Management System Berorientasi Proses Bisnis (Studi Kasus Balai Diklat Metrologi Kementerian Perdagangan) Wicaksono Febriantoro 37

Kajian Implementasi Watchguard Firebox Seri 125e Sebagai Penyaring Konten pada Jaringan Kantor Pemerintah Kota Batam Jarudo Damanik 51

Perfomansi Wireless Intrusion Detection System (WIDS) Berbasis Snort untuk Mendeteksi Serangan Denial of Service Tasmil 59

Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet PC Client Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) dengan Warnet di Kota Banda Aceh Moh. Muttaqin 67

Pedoman Penulisan Naskah 81

5

Page 7: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

6 Lembar Abstrak | Abstract Sheet

Kata kunci yang dicantumkan adalah istilah bebas. Lembaran abstrak ini boleh dikopi

tanpa izin dan biaya.

Marudur P. Damanik | BBPPKI Medan

JTIK Vol 1 No 1 Desember 2012

KOMPETENSI PENGELOLA DALAM MENGATASI PERMASALAHAN TEKNIS PADA PUSAT LAYANAN INTERNET KECAMATAN

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana kompetensi pengelola Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) dalam mengatasi permasalahan teknis yang terjadi pada PLIK di Kabupaten Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatifdan dianalisis secara deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mewawancarai para pengelola di 9 (sembilan) lokasi PLIK dan pihak Dinas Perhubungan, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pontianak, disamping melakukan observasi dan studi literatur. Hasil penelitian menemukan bahwa kompetensi teknis pengelola PLIK terasa kurang memadai, dimana umumnya pengelola hanya mampu menggunakan komputer dan aplikasi secara umum, sedangkan dalam aspek troubleshooting dan penanganan permasalahan teknis masih sangat kurang. Temuan lainyang dirasa cukup signifikan adalah implementasi PLIK yang tidak sesuai yang diharapkan, dimana terdapat 4 (empat) lokasi PLIK yang terbengkalai dan penggunaan sistem operasi non open source pada perangkat komputer.

Kata Kunci: Kompetensi, SDM, Telecenter, PLIK, Permasalahan teknis

MANAGEMENT’S COMPETENCIES IN OVERCOMING TECHNICAL ISSUES ON SUBDISTRICT INTERNET CENTER

This study aimed to describe how management’s competencies play role in overcoming technical issues on the subdistrict internet center (PLIK) in Pontianak District, West Kalimantan. It uses qualitative approach and anayzed descriptively. The information was collected through field studies by performing in-depth interviews to PLIK managers in 9 locations and also the authorized officer in the department of transportation who responsible for handling telecommunication affairs. This study also perform some observations and literature review. The result shows that the technical knowledge and proficiency of the managers are still inadequate, where they are only able to use computer in general and common applications. Likewise, they are also considered lack of skills in dealing with technical issues. Another finding that quite significant is about the PLIK implementation that is not as expected, because there are 4 PLIKs that cannot be utilized, and the illegal use of proprietary operating system.

Keywords: Competence, Human resource, Telecenter, PLIK, Technical issues

Vita Pusvita | BBPPKI Medan

JTIK Vol 1 No 1 Desember 2012

ANALISIS TEKNIS KUALITAS LAYANAN JARINGAN PUSAT LAYANAN INTERNET KECAMATAN DI KOTA BANDA ACEH

Penelitian ini membahas mengenai analisis teknis kualitas layanan jaringan PLIK di Kota Banda Aceh. Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) yang didirikan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika kurang mendapat perhatian

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Vol 1 No 1 Desember 2012

Page 8: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Lembar Abstrak | Abstract Sheet

7

masyarakat sehingga banyak yang terbengkalai, rusak dan berubah menjadi warnet komersial. Salah satu faktor yang mempengaruhi minat masyarakat secara teknis adalah kualitas layanan jaringan yang disediakan. Berkaitan dengan hal ini Banda Aceh diakui menjadi salah satu kota di Indonesia yang terdepan dalam mengadopsi perkembangan teknologi dan informasi, khususnya internet. Oleh karena itu, Banda Aceh diharapkan dapat mengadopsi PLIK dengan baik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Di dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap parameter-parameter QoS berupa throughput, jitter, delay dan packet loss dengan menggunakan Wireshark. Hasil pengukuran berupa angka-angka yang menggambarkan kualitas layanan jaringan. Di Kota Banda Aceh, dari 11 PLIK, hanya ada 3 PLIK yang beroperasi yaitu PLIK Baiturrahman, Syah Kuala, dan Lheung Bata. Berdasarkan hasil pengukuran, PLIK Syiah Kuala dan Baiturrahman memenuhi semua standar parameter QoS, sedangkan pada PLIK Lheung Bata, hasil pengukuran packet loss belum memenuhi standar ITU dan parameter QoS lainnya sudah memenuhi standar.

Kata Kunci: PLIK, Kualitas Layanan, Banda Aceh

TECHNICAL ANALYSIS OF SERVICE NETWORK QUALITY IN SUB-DISTRICT INTERNET SERVICE CENTER IN BANDA ACEH

This research is about technical analysis of network service quality in Sub-District Internet Service Center in Banda Aceh. Sub-District Internet Service Center that is built by Ministry of Communication and Information Technology is getting less public attention, so that many of them are neglected, damaged and turned into a commercial internet cafe. Technically, one of the factors that affect the public interest is Quality of service (QoS) that is provided. In this regard, Banda Aceh is recognized as one of the cities in Indonesia at the fore front of adopting information and technology developments, particularly the internet. Therefore, Banda Aceh is expected to adopt PLIK well. This research uses descriptive method with quantitative approach. The QoS parameters consists of throughput, jitter, delay and packet loss by using Wireshark is measured in this research. Result of

measurement are numbers that describe Quality of Service. In Banda Aceh, there are only 3 of 11 PLIK that are well operated, they are PLIKBaiturrahman, Syiah Kuala, and Lheung Bata. Based on the measurement, PLIK Baiturrahman and Syiah Kuala have met all the standards of QoS parameters, while in PLIK Lheung Bata, the measurement of packet loss has not met the ITU standard yet and the other parameters have met it.

Keywords: Sub-District Internet Service Center, Quality of Service, Banda Aceh

Wicaksono Febriantoro | Balai Diklat Metrologi

JTIK Vol 1 No 1 Desember 2012

PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERORIENTASI PROSES BISNIS

(Studi Kasus Balai Diklat Metrologi Kementerian Perdagangan)

Dalam penelitian ini dirancang Knowledge Management System (KMS) berorientasi proses bisnis di dalam lembaga diklat pemerintahan menggunakan tools dan metode pemodelan knowledge process dan perancangan knowledge infrastructure dari Strohmaier. Proses bisnis yang menjadi studi kasus pada penelitian ini yaitu proses bisnis Widya Iswara (WI) di Balai Diklat Metrologi Kementerian Perdagangan. Identifikasi dan Analisis awal menunjukkan dari 10 proses bisnis yang dianalisis, 7 proses bisnis belum lengkap teridentifikasi knowledge process-nya. Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa secara umum semua proses bisnis belum mengoptimalkan semua komponen dari knowledge creation sampai dengan knowledge application. Hasil perancangan knowledge process yang telah dilengkapi menghasilkan 53 tahapan proses (ada tambahan 19 tahapan proses baru). Proses baru ini sebagian besar ada pada knowledge transfer dan knowledge application yang telah terdefinisi. Selain itu dihasilkan juga rancangan arsitektur KMS dan Information Technology (IT Tools) sebagai knowledge infrastructure pendukungnya. IT Tools yang ada diharapkan dapat mendukung 2 strategi knowledge process yaitu strategi kodifikasi (mengelola pengetahuan yang terdokumentasi) dengan alternatif teknologi pendukung Document/Content Management

Page 9: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

8 Lembar Abstrak | Abstract Sheet

berupa Wiki dan Blog, Search Engine/Information Retrieval System dan Expert Locator serta strategi personalisasi (mengelola tacit knowledge) dengan alternatif teknologi pendukung Working Group/Community of Practice Tool, virtual work space application dan discussion group based application.

Kata Kunci: Proses Bisnis, Knowledge Process, Knowledge Management system, Knowledge Infrastructure.

BUSINESS PROCESS ORIENTED KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM DESIGN

(Case Study of Metrology Training Centre, Ministry of Trade Republic of Indonesia)

The aim of this study is to desig a business proces-oriented Knowledge Management System (KMS) in government training institutions using the tools and knowledge modeling methods and knowledge infrastructure process design of Strohmaier. Lecturer (WI) business process is the main case study for this research. The preliminary identification and analysis showed that 7 of 10 business processes have not been fully identified in terms of their knowledge processes. The further analysis showed that in general, all business processes have not been optimized yet to fulfill all the components of knowledge creation to knowledge application. The results of the completed knowledge process design showed that there are 53 stages of the process (there are new additional 19 stages of the process). The new processes are largely on the knowledge transfer and knowledge application that have been defined. In addition, KMS architecture and IT tools as supporting knowledge infrastructure designs are defined. The IT tools are expected to support two knowledge process strategies : the codification strategy (to manage the documented knowledge) with the supporting IT Tools such as document / content management system in the form of wiki and blog, search engine / information retrieval system, expert locator and the personalization strategy (to manage the tacit knowledge) with the supporting IT Tools such as working/community of practice tool, virtual work space application dan discussion group based application.

Keywords: Business Processes, Knowledge Process, Knowledge Management

System, Knowledge Infrastructure.

Jarudo Damanik | BBPPKI Medan

JTIK Vol 1 No 1 Desember 2012

KAJIAN IMPLEMENTASI WATCHGUARD FIREBOX SERI 125e SEBAGAI PENYARING KONTEN PADA JARINGAN KANTOR PEMERINTAH KOTA BATAM

Kajian implementasi sistem penyaring konten telah dilakukan di Kantor Pemerintah Kota Batam. Penyaring konten yang dipakai adalah firebox seri 125e yang memiliki keunggulan melakukan blok terhadap konten sebuah website secara menyeluruh. Pendeteksian virus, worm maupun gerakan yang mengarah pada tindakan berupa hack dapat berjalan secara maksimal melalui perangkat ini. Namun pemblokiran seluruh konten yang terdapat pada sebuah website memunculkan permasalahan, karena tidak semua konten yang terdapat pada sebuah situs tersebut negatif. Penelitian ini menggunakan metoda kualitatif untuk melihat sejauh mana penggunaan konten filtering dilakukan di Kantor Pemerintahan Kota Batam. Kajian ini diharapkan menjadi masukan Pemerintah Kota Batam untuk menentukan penggunaan konten filtering yang efektif. Disarankan untuk menciptakan sebuah perangkat yang mampu mendeteksi sebuah konten page per page, sehingga proses penyeleksian konten dapat dilakukan secara relevan.

Kata Kunci: Penyaring konten, firebox 125e series, pendeteksian

A STUDY ON THE IMPLEMENTATION OF WATCHGUARD FIREBOX 125e SERIES AS A CONTENT FILTER IN BATAM LOCAL GOVERNMENT’S NETWORK

A study on the implementation of the content filtering system has been done in Batam local government’s network. The content filter used is firebox 125e series which has the adventage to block all of website content. Detection of viruses, worms and the movement that led to the action of a hack to run the maximum through this device. However, blocking all content on the website raises a problem because not all of the website content is negative. In this researh we apply qualitative method to see

Page 10: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Lembar Abstrak | Abstract Sheet

9

how far content filtering has been used in Batam Local Government’s Network. This study is expected to provide input Batam Local Government to determine effective content filtering. It is recomended to create a capable device to detect page per page, so the selection process can be carried out relevant content.

Keywords: Content filtering, firebox 125 e series, detection

Tasmil | BBPPKI Makassar

JTIK Vol 1 No 1 Desember 2012

PERFOMANSI WIRELESS INTRUSION DETECTION SYSTEM (WIDS) BERBASIS SNORT UNTUK MENDETEKSI SERANGAN DENIAL OF SERVICE

Telah dilakukan kajian Wireless Intrusion Detection System untuk mendeteksi serangan Denial of Service terhadap jaringan wireless. Dalam penerapan metode WIDS menggunakan tools Snort-Wireless yang berjalan pada sistem operasi Linux. Sistem tersebut diuji dengan serangan Denial of Service menggunakan tools Engage Packet Builder. Paket serangan kemudian dideteksi sebagai sebuah serangan Denial of Service melalui hasil monitoring paket jaringan. Hasil penelitian yang telah dilakukan, metode Wireles Intrusion Detection System mampu mendeteksi serangan Denial of Service dengan performasi 54%. Metode tersebut dapat menjadi solusi keamanan jaringan nirkabel dari serangan yang setiap saat dapat mengancam.

Kata kunci: Jaringan nirkabel, WIDS, Denial of Service

PERFORMANCE OF WIRELESS INTRUSION DETECTION SYSTEM BASED SNORT FOR DETECTING DENIAL OF SERVICE ATTACKS

Performance of Wireless Intrusion Detection System to detect Denial of Service against wireless network has been studied. The implementation of this method have been performed using snort-wireless tools. The system was tested with Denial of Service attacks using tools Engage Packet Builder. Packet attack was then detected as a denial of service attacks through the monitoring network packets. From the study, it has been obtained that the Wireless Intrusion Detection System were succeded in detecting

the Denial of Service attacks by 54 %. It is argued that the method might be suitable for a solution of wireless network security.

Keywords: Wireless Network, WIDS, Denial of Service

Moh. Muttaqin | BBPPKI Medan

JTIK Vol 1 No 1 Desember 2012

ANALISIS PERBANDINGAN KECEPATAN KONEKSI INTERNET PC CLIENT PUSAT LAYANAN INTERNET KECAMATAN (PLIK) DENGAN WARNET DI KOTA BANDA ACEH

Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) merupakan program pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam upaya pemerataan informasi dan memasyarakatkan internet sehat. Kenyataannya, keberlangsungan program PLIK banyak menghadapi kendala, terutama kalah populer dibandingkan dengan warnet yang memiliki segmentasi konsumen yang sama. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbandingan kecepatan koneksi PC client PLIK dengan warnet. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif melalui pengujian kecepatan koneksi menggunakan alat uji kecepatan online. Pengujian ini menghasilkan nilai-nilai kecepatan berupa angka yang dikonversikan dalam satuan Mega bit per second (Mbps). Temuan penelitian menunjukkan kecepatan download PC client PLIK hanya setengah kecepatan download PC client warnet, sementara kecepatan upload PLIK dan warnet tidak terpaut jauh. Tren perubahan kecepatan koneksi internet pada PLIK terus menurun seiring perjalanan waktu pagi ke sore, sedangkan tren perubahan kecepatan pada warnet hanya kembali meningkat di waktu sore setelah menurun di waktu siang.

Kata Kunci: Pusat Layanan Internet Kecamatan, warnet, PC client, kecepatan koneksi internet

COMPARATIVE ANALYSIS OF PC CLIENT INTERNET CONNECTION SPEED BETWEEN SUB DISTRICT INTERNET ACCESS (PLIK) AND INTERNET CAFE IN BANDA ACEH

Sub-District Internet Access (PLIK) is the governmental program conducted by Ministery of Information and Communication Technology (MICT) in order to evenly

Page 11: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

10 Lembar Abstrak | Abstract Sheet

distribute information and socializing safe internet usage. In fact, the implementation of PLIK faced many problems, especially it is less popular compared to internet cafe that has similar consumer segmentation. This research aimed to analyze the comparison of PC client connection speed between PLIK and internet cafe, using descriptive method and quantitative approach by testing the connection speed utilizing online tester. This test shows the connection speed in numeric in Mega bit per second (Mbps).The research found that the PLIK’s download speed is only a half of internet cafe’s, while comparison of the upload speed is not significantly different. The speed changes trend in PLIK’s internet connection speed is decreased steadily from morning to afternoon, while internet cafe’s is increased in the afternoon, after decreased at noon.

Keywords: Sub District Internet Access, internet cafe, PC client, internet connection speed

Page 12: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Vol 1 No 1 Desember 2012

Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik

11

KOMPETENSI PENGELOLA DALAM MENGATASI PERMASALAHAN TEKNIS PADA PUSAT LAYANAN INTERNET KECAMATAN

MANAGEMENT’S COMPETENCIES IN OVERCOMING TECHNICAL

ISSUES ON SUBDISTRICT INTERNET CENTER

Marudur P. Damanik Kementerian Komunikasi dan Informatika

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Medan Jl. Tombak No. 31 Medan

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana kompetensi pengelola Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) dalam mengatasi permasalahan teknis yang terjadi pada PLIK di Kabupaten Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatifdan dianalisis secara deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mewawancarai para pengelola di 9 (sembilan) lokasi PLIK dan pihak Dinas Perhubungan, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pontianak, disamping melakukan observasi dan studi literatur. Hasil penelitian menemukan bahwa kompetensi teknis pengelola PLIK terasa kurang memadai, dimana umumnya pengelola hanya mampu menggunakan komputer dan aplikasi secara umum, sedangkan dalam aspek troubleshooting dan penanganan permasalahan teknis masih sangat kurang. Temuan lainyang dirasa cukup signifikan adalah implementasi PLIK yang tidak sesuai yang diharapkan, dimana terdapat 4 (empat) lokasi PLIK yang terbengkalai dan penggunaan sistem operasi non open source pada perangkat komputer.

Kata kunci: Kompetensi, SDM, Telecenter, PLIK, Permasalahan teknis

ABSTRACT

This study aimed to describe how management’s competencies play role in overcoming technical issues on the subdistrict internet center (PLIK) in Pontianak District, West Kalimantan. It uses qualitative approach and anayzed descriptively. The information was collected through field studies by performing in-depth interviews to PLIK managers in 9 locations and also the authorized officer in the department of transportation who responsible for handling telecommunication affairs. This study also perform some observations and literature review. The result shows that the technical knowledge and proficiency of the managers are still inadequate, where they are only able to use computer in general and common applications. Likewise, they are also considered lack of skills in dealing with technical issues. Another finding that quite significant is about the PLIK implementation that is not as expected, because there are 4 PLIKs that cannot be utilized, and the illegal use of proprietary operating system. Keywords: Competence, Human resource, Telecenter, PLIK, Technical issues

Page 13: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

12 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik

PENDAHULUAN

Saat ini masyarakat dunia bergerak dan berevolusi menuju ke sebuah tatanan baru yang dikenal sebagai era informasi atau masyarakat informasi. Sebuah masyarakat informasi digambarkan sebagai sebuah bangsa dimana mayoritas tenaga kerjanya terdiri dari pekerja informasi, dan informasi merupakan unsur yang paling penting.1 Masyarakat informasi tidak lagi menjadikan informasi hanya sebagai sesuatu yang biasa, namun sebagai komoditi atau sesuatu yang berharga hingga dapat dijual kepada pengguna informasi. Sebuah masyarakat informasi terbentuk oleh semakin baiknya dunia pendidikan dalam menciptakan tenaga-tenaga profesional. Perubahan ini juga didorong oleh kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya beragam produk teknologi komunikasi seperti televisi, komputer, telepon genggam, bahkan teknologi internet yang melahirkan metode-metode komunikasi baru seperti e-mail, mailing list, serta komunitas maya. Perangkat serta metode komunikasi ini membuat arus informasi sedemikian cepat hingga membuat jarak tidak lagi membatasi dalam melakukan transfer informasi.

Pada tahun 2003 yang kemudian dilanjutkan pada tahun 2005 para pemimpin dunia melakukan pertemuan guna membahas isu-isu yang berhubungan dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta pengaruhnya

terhadap kehidupan masyarakat di dunia. Sebuah konferensi tingkat tinggi bernamaWorld Summit on the Information Society (WSIS) yang diprakarsai oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bersama dengan International Telecommunication Union (ITU) menekankan bahwa betapa pentingnya peranan TIK sebagai pilar utama menuju masyarakat informasi. Di sisi lain juga disepakati bahwa telah terjadi kesenjangan digital di antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang. Maka untuk mengatasinya para pemimpin negara-negara di dunia sepakat untuk membuat target bahwa pada tahun 2015 seluruh desa di setiap negara sudah terhubung dengan TIK, serta memastikan bahwa lebih dari setengah penduduk dunia sudah mendapatkan akses kepada teknologi informasi dan komunikasi.

Dalam mendukung komitmen WSIS, Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memiliki sebuah program yang dinamakan Kewajiban Pelayanan Umum (Universal Service Obligation/USO) di bidang telekomunikasi. Program ini dilaksanakan sesuai amanat Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, dimana pada pasal 16 ayat (1) disebutkan bahwa “Setiap jaringan telekomunikasi dan atau penyelenggara jasa telekomunikasi wajib memberikan kontribusi dalam pelayanan universal.” Program USO

Page 14: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

13

Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik

ini memiliki agenda untuk memperluas akses informasi dan komunikasi hingga wilayah perdesaan.Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2003 program USO telah membuka akses telepon umum untuk tiap desa di Indonesia, dan hingga 2004 telah terbangun akses di 5.354 desa.

Sebagai tindak lanjut dari penyediaan akses telepon umum di perdesaan, di tahun 2009 program USO dilanjutkan dengan membangun Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) dengan menyediakan 1 unit server dan 5 unit personal computer (PC) client serta akses internet melalui koneksi satelit. Program ini bertujuan untuk membuka akses internet ke seluruh wilayah kecamatan khususnya wilayah pelosok di Indonesia. Keberadaan PLIK dapat dipandang sebagai sebuah terobosan baru dalam memperluas akses informasi dan komunikasi bagi masyarakat. Dengan adanya PLIK masyarakat khususnya di perdesaan dapat dengan mudah mendapatkan informasi pertanian, perdagangan, dan berbagai informasi lain yang dibutuhkan. Bagi anak-anak PLIK juga bermanfaat sebagai media dalam mencari ilmu pengetahuan, serta membiasakan diri dalam menggunakan komputer dan internet.

Sesungguhnya program PLIK merupakan langkah nyata pemerintah dalam mengatasi kesenjangan digital di Indonesia, namun pada pelaksanaanya di

lapangan PLIK terasa kurang termanfaatkan. Berbagai kendala dan permasalahan timbul dalam implementasinya. Di beberapa lokasi terdapat kerusakan perangkat yang hingga saat ini belum diperbaiki, bahkan salah satu PLIK di Pontianak tidak beroperasi sejak awal pemasangan.

Sebuah penelitian mencoba merumuskan strategi implementasinya, dimana salah satu poinnya adalah dengan melakukan evaluasi secara langsung ke lokasi-lokasi PLIK berada.2 Hal ini bertujuan untuk dapat memetakan permasalahan-permasalahan yang terjadi hingga dapat dicarikan solusi secara tepat. Namun hal ini tentu memberatkan mengingat banyaknya jumlah PLIK yang dibangun, sehingga sangat membebani baik dalam hal waktu maupun biayanya. Solusi terbaik adalah dengan memiliki pengelola PLIK dalam bidang TIK sehingga dapat memberikan pertolongan pertama ketika perangkat mengalami masalah. Dengan memiliki pengelola PLIK yang berkompeten dalam mengoperasikan serta melakukan perawatan perangkat, diharapkan kerusakan dan masalah yang terjadi di PLIK dapat diselesaikan dengan cepat dan tidak berlarut-larut.

Dari uraian di atas maka penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang dikerucutkan menjadi 2 (dua) poin, yaitu pertama, untuk menggambarkan kompetensi

Page 15: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

14 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik

pengelola PLIK, dan yang kedua, untuk menjelaskan kompetensi apa yang dibutuhkan pengelola dalam mengatasi permasalahan teknis di PLIK. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran dari implementasi PLIK yang telah berjalan, serta diharapkan dapat memberikan kontribusi dan masukan bagi pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika maupun Pemerintah Daerah setempat khususnya dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan di Pusat Layanan Internet Kecamatan.

Kompetensi

Satu hal yang menjadi kunci dalam mengimplementasikan pengelolaan sumber daya manusia (SDM) yang efektif adalah dengan peningkatan dan pengembangan kompetensi SDM pada setiap tugas dan pekerjaan. Hal ini dikarenakan kompetensi individu biasanya sangat terkait dengan tugas dan kinerja organisasi, dimana peningkatan kompetensi individu akan diikuti dengan peningkatan kualitas kerja dan kinerja organisasi.3 Kompetensi dalam sebuah organisasi atau perusahaan bertujuan untuk pembentukan dan evaluasi pekerjaan, rekrutmen dan seleksi, pembentukan dan pengembangan organisasi dan budaya perusahaan, pembelajaran perusahaan, manajemen karier, serta sistem imbal jasa.4

Kompetensi menunjukkan keterampilan atau pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam

bidang tertentu sebagai sesuatu yang terpenting, sebagai unggulan di bidang tersebut.5 Kompetensi juga dapat dipandang sebagaikarakteristik dasar seseorang yang dapat menghasilkan kinerja yang efektif dan memuaskan dalam sebuah situasi atau pekerjaan.6 Di sini Spencer dan Spencer mengidentifikasi 5 (lima) jenis karakteristik kompetensi yang terdiri dari motif, sifat, konsep diri, pengetahuan, dan keterampilan.Motif adalah hal-hal yang menstimulasi tindakan seseorang. Motif juga berperan dalam mendorong, mengarahkan dan memilih untuk melakukan suatu tindakan terentu. Sifat merupakan ciri fisik dan reaksi-reaksi yang bersifat tetap terhadap situasi atau ketika menerima informasi. Konsep diri merupakan sikap, nilai atau gambaran diri yang dimiliki seseorang. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang pada suatu bidang yang spesifik. Sedangkan keterampilan merupakan kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu. Karakteristik kompetensi tersebut diwujudkan dalam model kompetensi gunung es dan model kompetensi inti dan permukaan.

Dalam model kompetensi gunung es terdapat karakteristik kompetensi yang tampak dan yang tersembunyi. Aspek keterampilan dan pengetahuan termasuk dalam karakteristik kompetensi yang tampak dan berada di permukaan, karena pada kenyataannya karakteristik kompetensi ini

Page 16: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

15

Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik

hanyalah sesuatu yang mudah dipelajari dan dikembangkan. Sedangkan aspek motif, sifat, dan konsep diri merupakan karakteristik kompetensi yang sifatnya tersembunyi, namun merupakan unsur penting yang membedakan antara orang yang berkinerja lebih unggul dibandingkan dengan orang lain.7

Sumber: Spencer and Spencer, 1993

Gambar 1. Model kompetensi gunung es dan model kompetensi inti

dan permukaan.

Dengan kata lain, karakteristik kompetensi yang tampak seperti pengetahuan dan keterampilan dapat dikatakan sebagai kompetensi teknis yang pada dasarnya diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, sedangkan karakteristik kompetensi yang tersembunyi yaitu motif, sifat dan konsep diri merupakan kompetensi sikap yang terkait dengan kualitas hasil dari suatu pekerjaan.3

Konsep Internet Publik Dalam banyak penelitian

mengungkapkan, kemudahan dalam mengakses dan memperoleh informasi cukup berpotensi dalam mengubah tatanan ekonomi dan sosial dalam sebuah masyarakat.8

Namun demikian hal ini juga sangat memungkinkan terjadinya ketimpangan informasi yang disebabkan oleh tidak meratanya akses kepada teknologi informasi, dimana terdapat suatu wilayah yang sangat kaya akan informasi, namun di lain hal terdapat wilayah yang sangat minim akan informasi. Perbedaan yang sangat kontras terlihat mulai dari perkembangan infrastruktur telekomunikasi yang umumnya terkonsetrasi pada wilayah perkotaan ataupun ibukota suatu daerah9, yang berimbas pada tidak meratanya pembangunan sarana komunikasi dan informasi, dan berujung pada terjadinya suatu kesenjangan digital (digital divide).

Untuk mengatasi hal tersebut, terdapat suatu konsep yang diyakini dapat menjembatani dan mempersempit kesenjangan digital yaitu dengan membangun suatu ruang publik yang menyediakan akses internet dan layanan TIK kepada masyarakat umum khususnya di wilayah yang kekurangan akses dan infrastruktur TIK. Hal ini bertujuan agar masyarakat yang tidak memiliki akses internet pribadi tetap dapat menikmati layanan TIK terutama sambungan internet. Secara umum terdapat 3 (tiga) bentuk implementasi dari internet publik, yaitu telecenter, internet café, dan internet access point.10 Ketiga bentuk internet publik ini dibedakan berdasarkan kepemilikan, lokasi, pembiayaan, serta fasilitas-fasilitas yang tersedia di dalamnya.

Page 17: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

16 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik

Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK)

Dalam mengatasi kesenjangan digital yang terjadi dan menjalankan hasil komitmen WSIS untuk menghubungkan semua desa dengan TIK pada tahun 2015, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia telah melakukan sejumlah kebijakan antara lain melaksanakan program Kewajiban Pelayanan Universal/KPU (Universal Service Obligation/USO) seperti yang tertuang pada Peraturan Menteri Kominfo Nomor 32/PER/M.KOMINFO/10/2008. Salah satu bentuk program USO Kementerian Komunikasi dan Informatika adalah penyediaan jasa akses internet pada Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT)internet kecamatan yang terbagi dalam 11 (sebelas) area.

Program penyediaan jasa akses internet wilayah kecamatan KPU/USO dilaksanakan dengan membangunkios internet publik yang dinamakan Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK). Sarana ini ditargetkan akan dibangun pada setiap ibukota kecamatan yang berjumlah 5.748 Satuan Sambungan Langsung (SSL) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia (kecuali DKI Jakarta) sehingga memungkinkan ter- selenggaranya layanan internet dan penyebaran informasi lainnya di daerah-daerah non komersial.

Konsep PLIK di sini sesungguhnya bukanlah seperti warung internet (warnet) pada

umumnya. Terdapat aplikasi portal yang menjadi tampilan awal setelah pengguna melakukan proses login melalui aplikasi.Aplikasi portal tidak hanya sebagai pintu masuk menuju suatu aplikasi ataupun konten yang dikehendaki oleh pengguna, namun juga merupakan single point of view bagi pengguna, karena aplikasi portal menampilkan semua aplikasi dan layanan yang dapat diakses/ digunakan oleh pengguna seperti aplikasi perkantoran (office), konten, dan lain sebagainya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Lokasi penelitian mengambil tempat di Kabupaten Pontianak Provinsi Kalimantan Barat, dan sumber data atau informan dalam penelitian ini adalah para pengelola PLIK di Kabupaten Pontianak, pihak Dinas Perhubungan, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pontianak, yang mana salah satu bagiannya menangani bidang telekomunikasi, serta Pemerintah Kecamatan setempat.

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret 2012, dan dilakukan dengan tiga cara. Pertama, dengan melakukan wawancara mendalam kepada para pengelola PLIK di Kabupaten Pontianak yang bertindak sebagai informan kunci.Wawancara juga dilakukan kepada pihak Dinas Perhubungan, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pontianak dan

Page 18: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

17

Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik

Pemerintah Kecamatan setempat untuk mendapat informasi tambahan. Kedua, dengan melakukan observasi terhadap kondisi PLIK di masing-masing kecamatan untuk mengamati secara cermat, serta mencatat temuan-temuan yang relevan.Yang ketiga adalah dengan melakukan studi literatur melalui buku-buku dan penelitian-penelitian terdahulu.

Analisis data kualitatif dimulai dari analisis berbagai data yang diperoleh dari lapangan, baik dengan cara wawancara, observasi, maupun dokumentasi yang bersumber dari buku, literatur dan foto. Data tersebut kemudian diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori tertentu yang disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Pengklasifikasian atau pengkategorian ini harus mem-pertimbangkan kesahihan dan kevalidan data dengan memperhatikan kompetensi subjek penelitian, tingkat autensitasnya dan melakukan triangulasi sumber data. Terakhir adalah dengan menyajikan data dengan merangkai dan menyusun informasi dalam bentuk satu kesatuan, selektif, serta dapat dipahami.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum dan Permasalahan pada PLIK di Kabupaten Pontianak

Berdasarkan data yang diperoleh, Kabupaten Pontianak mendapat 9 (sembilan) set perangkat PLIK yang masing-masing disebar ke 9 (sembilan) kecamatan. Hasil

pengamatan langsung terhadap PLIK di Kabupaten Pontianak menemukan beberapa hal yang perlu dicermati. Secara fisik, kondisi perangkat keras serta instalasi PLIK umumnya masih dalam keadaan baik mengingat umur perangkat yang tergolong masih baru. Adapun kerusakan komputer seperti yang terjadi di Kecamatan Siantan disebabkan bukan karena kualitas perangkat yang kurang baik, melainkan karena faktor eksternal yaitu karena kebanjiran.

Berdasarkan Tabel 1, satu-satunya perangkat yang kualitasnya patut dipertanyakan adalah UPS, mengingat perangkat ini mengalami kerusakan di hampir semua lokasi PLIK. UPS (Uninteraptible Power Supply) adalah perangkat yang berfungsi sebagai backup catu daya. Perangkat ini diperlukan untuk menjaga komputer server billing dari putusnya aliran listrik PLN secara tiba-tiba yang dapat mengakibatkan hilangnya data pemakaian pengunjung dan juga kerusakan pada sistem operasi dan perangkat lunak. Penyebab kerusakan UPS memang belum diketahui secara pasti karena perlu pemeriksaan oleh teknisi, namun diperkirakan penyebabnya adalah kondisi listrik yang tidak stabil.

Kemudian yang cukup menjadi perhatian adalah penggunaan perangkat lunak termasuk sistem operasi. Sistem operasi yang digunakan secara resmi untuk program PLIK adalah sistem operasi Linux yang berbasis open source.

Page 19: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

18 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik

Penggunaan sistem operasi Linux dalam program PLIK bertujuan untuk mensosialisasikan penggunaan open source software (OSS) di masyarakat. Di samping itu penggunaan sistem operasi Linux bertujuan untuk menekan penggunaan sistem operasi bajakan/illegal. Namun hal yang ditemukan justru sebaliknya. Kebanyakan PLIK yang berada di Kabupaten Pontianak telah dirubah ke sistem operasi komersial (Windows OS) bajakan. Penggunaan perangkat lunak bajakan tentunya sudah menyalahi tujuan PLIK itu sendiri dalam mensosialisasikan penggunaan perangkat lunak open source.

Beberapa alasan yang dikemukakan para pengelola terkait penggantian sistem operasi PC client menjadi Windows ilegal umumnya karena penggunaan Linux yang dinilai cukup merepotkan, disamping alasan teknis lainnya seperti gagalnya

proses log-in akibat password yang tidak sesuai. Namun secara umum dapat diketahui bahwa penggantian sistem operasi lebih dikarenakan tidak familiarnya para pengelola dan pengguna PLIK dalam menggunakan sistem operasi Linux.

Penggunaan sistem operasi berbasis open source seperti Linux dalam program PLIK sesungguhnya adalah langkah yang sangat tepat dalam memperkenalkan masyarakat akan OSS. Disamping itu penggunaannya juga mendidik masyarakat untuk tidak menggunakan perangkat lunak bajakan karena tentunya bertentangan dengan hukum. Namun di lain hal, penggunaan perangkat lunak open source terasa kurang familiar di kalangan masyarakat terlebih bagi yang masih awam dengan komputer dan internet. Oleh karena itu penggunaan OSS dalam PLIK mestinya didahului dengan

Tabel 1. Kondisi PLIK di Kab. Pontianak (Maret 2012)

KECAMATAN AKTIF VOUCHER OS KERUSAKAN PERANGKAT KETERANGAN

Siantan Ya Ya WinXP CPU, Mon, Printer, UPS, Switch Kerusakan 2 unit CPU.

Segedong Tidak Tidak WinXP CPU Sama sekali belum pernah beroperasi

Mempawah Hilir Tidak Tidak - - Sama sekali belum pernah beroperasi

Mempawah Timur

Ya Ya WinXP UPS, Printer

Sungai Kunyit Tidak Tidak - UPS, Printer Perangkat hilang. Sama sekali belum pernah beroperasi

Sungai Pinyuh Ya Tidak WinXP UPS, Switch Menggunakan ISP non lintasarta

Toho Ya Ya WinXP UPS, Server (overheat), Printer, Switch

Sadaniang Tidak Tidak Linux Printer, Modem Sempat beroperasi 2 bulan. Terhenti karena voucher tidak terkirim

Anjongan Ya Ya Linux UPS, Printer, Switch

Page 20: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

19

Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik

pengenalan dan pelatihan OSS bagi pengelola, sehingga pengelola juga dapat memberikan pendampingan bagi masyarakat pengguna PLIK yang kesulitan ketika menggunakan OSS.

Hasil pengamatan langsung ke lapangan juga menemukan beberapa permasalahan dalam implementasi dan penerapannya. Melihat dari kendala operasional, pengiriman voucher internet merupakan masalah yang utama. Di dalam sistem PLIK, voucher internet ibarat pulsa pada telepon genggam. Jika pulsa pada sebuah telepon genggam telah habis, tentunya si pengguna tidak akan dapat melakukan komunikasi. Demikian juga jika voucher internet pada server PLIK sudah habis, pengunjung tidak akan dapat menggunakan layanan internet di PLIK. Di samping itu sistem voucher dibuat agar provider dapat mendata seberapa banyak penggunaan sambungan internet oleh pengunjung. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari petugas Dinas Perhubungan, pengiriman voucher internet oleh ISP dilakukan secara elektronik menggunakan nomor identitas jaringan, dan setiap PLIK memiliki nomor identitas jaringan yang unik. Oleh karena itu diperkirakan masalah dalam pengiriman voucher internet di beberapa lokasi PLIK terjadi disebabkan adanya kekeliruan data nomor jaringan pada ISP.

Kegagalan dalam pengiriman voucher internet mengakibatkan PLIK tidak dapat beroperasi, seperti

yang terjadi pada Kecamatan Mempawah Hilir, Sungai Kunyit, dan Segedong, dimana PLIK bahkan belum pernah beroperasi dari sejak awal pemasangan. Mengingat waktu pemasangan yang berlangsung sekitar bulan Agustus 2010, maka terdapat kurang lebih 1,5 tahun perangkat PLIK terbengkalai dan tidak termanfaatkan. Dalam hal ini kurangnya dukungan teknis oleh pihak penyedia juga dirasakan.

Dari uraian di atas, maka dapat dirangkum 2 (dua) halyang dapat dianggap menjadi kendala dan permasalahan yang bersifat teknis yang terjadi pada PLIK di Kabupaten Pontianak yaitu (1) kerusakan beberapa perangkat, baik itu perangkat komputer ataupun perangkat pendukung jaringan; dan (2) Penggunaan sistem operasi dan perangkat lunak ilegal/bajakan. Disamping itu juga terdapat 1 (satu) permasalahan yang dianggap bukan permasalahan teknis, namun lebih pada aspek kebijakan dimana hal tersebut tidak terkait pada kompetensi pengelola, yaitu perihal terkendalanya pengiriman voucher internet yang mengakibatkan tidak beroperasinya PLIK.

Kompetensi Pengelola di Bidang TIK

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, kompetensi SDM sangat berpengaruh pada kualitas hasil kerja individu dan kinerja organisasi. Demikian pula halnya dalam mengelola PLIK yang terdiri dari perangkat-perangkat komputer

Page 21: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

20 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik

beserta jaringannya,adalah suatu keharusan bagi SDM pengelola memiliki kompetensi teknis di bidang TIK. Hal ini diperlukan untuk menjamin bahwa PLIKdapat berjalan dengan baik tanpa terkendala permasalahan teknis dan perangkat.

Kompetensi teknis yang terdiri dari aspek pengetahuan dan aspek keterampilan dapat diukur melalui beberapa indikator. Aspek pengetahuan diukur dengan indikator-indikator yaitu (1) tingkat pendidikan formal; (2) pelatihan teknis yang pernah diikuti; (3) kemampuan menguasai pekerjaan. Sedangkan aspek keterampilan diukur dengan indikator-indikator: (1) petunjuk teknis pekerjaan; dan (2) ketelitian dalam menyelesaikan pekerjaan.11

Pendidikan formal merupakan dasar utama dalam memperoleh pengetahuan umum dan keterampilan, meskipun pendidikan non formal seperti pelatihan dan kursus juga mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, profesionalitas, produktivitas serta daya saing.12 Dari segi pendidikan tidak satupun pengelola PLIK pernah mengenyam pendidikan formal di bidang TIK ataupun komputer. Demikian halnya dengan pendidikan non formal, dimana hanya satu pengelola yang pernah mengikuti kursus komputer. Umumnya mereka memperoleh pengetahuan mengenai komputer melalui pembelajaran mandiri secara otodidak serta dari buku-buku.

Dari aspek penguasaan komputer dan aplikasi, para pengelola lebih berpengalaman menggunakan sistem operasi Windows beserta aplikasi pendukungnya, namun pengetahuan dalam mengoperasikan sistem operasi berbasis open source terlihat sangat minim. Hanya pengelola dari Kecamatan Anjongan yang mengaku mengerti mengoperasikan Linux sebagai sistem operasi. Rendahnya tingkat pemahaman akan sistem operasi Linux tentunya dapat menggambarkan mengapa umumnya sistem operasi komputer di PLIK telah diubah dari Linux ke Windows.

Disamping itu pengetahuan pengelola dalam aspek teknis perangkat keras (hardware) komputer serta penanganan masalah dalam komputer juga masih cukup rendah, kebanyakan dari mereka tidak memahami fungsi-fungsi perangkat keras komputer, terlebih lagi dalam hal mendiagnosa dan memperbaiki atau mengganti perangkat yang rusak. Sehingga ketika terjadi kegagalan dan kerusakan pada perangkat pengelola umumnya berkonsultasi dengan teknisi. Selengkapnya matrik kompetensi teknis para pengelola PLIK di Kabupaten Pontianak disajikan dalam Tabel 2.

Begitupun penguasaan dalam hal administrasi jaringan masih belum memadai, dimana terdapat 4 (empat) pengelola yang sama sekali tidak memahami konsep jaringan komputer. Lemahnya pengetahuan

Page 22: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

21

Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik

pengelola dalam aspek teknis perangkat keras dan jaringan komputer mengakibatkan pengelola belum dapat menangani masalah secara mandiri dan sangat bergantung pada bantuan teknisi komputer.

“… untuk kerusakan perangkat biasanya kami menggunakan jasa

orang lain”. (Wawancara: Bpk. Hifni, S.Pd., Pengelola PLIK Sungai Kunyit)

Kompetensi yang Dibutuhkan dalam Pengelolaan PLIK

Jika melihat dari kebutuhan kerja yang ada dan permasalahan yang terjadi pada PLIK, serta berdasarkan kategori kompetensi TIK yang dikemukakan oleh Sadikin

(2011), maka dibutuhkan kompetensi teknis yang setara dengan kompetensi seorang technical support. Merujuk pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi, maka keahlian atau unit kompetensi yang dibutuhkan seorang technical support dapat dibagi kepada 4 (empat) unsur yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), perangkat jaringan, dan keamanan.

Untuk memenuhi kebutuhan akan kompetensi tersebut seyogyanya pengelola PLIK dipilih dengan lebih selektif di mana sebaiknya memiliki pengetahuan di bidang TIK atau pendidikan yang mendukung hal tersebut.

Tabel 2.Matrik kompetensi pengelola PLIK di Kab. Pontianak Poin

Kompetensi Siantan Segedong M. Hilir M.

Timur S.

Kunyit S.

Pinyuh Toho Sadaniang Anjongan

Pendidikan formal

S1 SLTA S1 SLTA S1 S1 SLTA SLTA SLTA

Sumber pengetahuan komp.

Buku, otodidak

Otodidak Buku,

otodidak

Buku, kursus,

otodidak

Buku, otodidak

Buku, otodidak

Buku, otodidak

Otodidak Buku,

otodidak

Kursus komputer

Tidak Tidak Tidak Ya, office

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Sertifikasi keahlian

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Pengalaman menggunakan komputer

5 – 6 thn (lupa) (lupa) 15 tahun (lupa) 8 thn 7 thn 2 thn 3 tahun

Pengalaman menjalankan warnet

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya, 2 thn Tidak Tidak Tidak

Penguasaan komputer & aplikasi

Windows, penggunaan

secara umum.

Windows, instalasi software,

penggunaan secara umum.

Window, penggunaan secara umum.

Window, penggunaan secara umum.

Window, penggunaan secara umum.

Window, instalasi software, penggunaan secara umum.

Window, instalasi software, penggun

aan secara umum.

Windows, penggunaan

secara umum.

Windows, instalasi software,

penggunaan secara umum.

Page 23: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

22 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik

Penguasaan Linux/OSS

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Sebatas

penggunaan

Penguasaan hardware &perbaikan

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Ya Ya Tidak

Ya

Penguasaan adm. Jaringan

Tidak Ya Tidak Tidak Tidak

Ya Ya Tidak

Ya

Sebagai alternatif lain, pemberian pelatihan-pelatihan mengenai teknis jaringan komputer dan perangkat juga sangat baik untuk dilakukan. Pelatihan dirasa cukup efektif untuk mengembangkan pengetahuan dan kompetensi pegelola di bidang TIK. Sebab tidak dapat dipungkiri, pengetahuan teknis seperti perbaikandan instalasi

perangkat lunak/keras merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki pengelola PLIK, sehingga jika terjadi permasalahan pada perangkat dapat segera dideteksi dan ditangani sendiri. Hal ini tentu cukup menghemat waktu dan biaya jika dibandingkan dengan harus menggunakan jasa teknisi.

Sumber: SKKNI bidang Technical Support (2006), diolah.

Gambar 2. Kompetensi yang dibutuhkan pengelola PLIK

SIMPULAN Sesuai tujuan penelitian ini,

terdapat 2 (dua) hal yang menjadi

kesimpulan.Yang pertama adalah bahwa kompetensi teknis pengelola PLIK di bidang TIK masih dirasa

Page 24: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

23

Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik

belum cukup memadai dan masih perlu untuk ditingkatkan.Hal ini didasarkan pada unit kompetensi yang terdapat pada SKKNI bidang Computer Technical Support. Pengelola umumnya hanya memiliki pengetahuan dasar dalam mengoperasikan komputer dan aplikasi, sedangkan dalam aspek pengetahuan dalam menggunakan aplikasi opensource,jaringan komputer, dan pemahaman perangkat keras serta penanganan masalah (troubleshoot) masih sangat kurang.

Sebagai kesimpulan yang kedua, kompetensi yang dibutuhkan pengelola PLIK dalam mengatasi permasalahan teknis adalah kompetensi seorang technical support, yang meliputi pengetahuan dan keahlian dalam melakukan instalasi, konfigurasi, upgrading, perawatan, diagnosa dan perbaikan perangkat lunak, perangkat keras, serta perangkat jaringan.Disamping itu juga memiliki pengetahuan dalam aspek keamanan seperti mencegah, dan mengambil tindakan ketika terjadi serangan virus pada kondisi menggunakan sistem operasi non open source, serta mampu melakukan backup data serta recovery ketika terjadi kegagalan pada sistem komputer.

Sebagai rekomendasi, dari hasil penelitian ini diharapkan adanya pengembangankompetensi teknis berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengelola PLIK di bidang TIK.Pengembangan kompetensi dapat dilakukan dengan

memberikan pendidikan dan pelatihanbagi pengelola sehingga mereka dapat lebih mandiri ketika terjadi permasalahan di lapangan.

Suatu permasalahan yang terjadi di satu PLIK dapat menjadi pembelajaran bagi PLIK lainnya. Oleh karena itu Kominfo ataupun pihak penyedia seyogyanyadapat memfasilitasi sebuah wadah komunikasi maya semisal forum ataupun mailing listantara para pengelola, pihak penyedia, dan Kominfo.Hal ini dapat menjadi alternatif media komunikasi untuk berbagi informasi dan pengalaman seputar PLIK dan permasalahannya.

DAFTAR PUSTAKA 1Rogers, E. M. 1986. Communication

Technology: The New Media in Society. New York: Free Press.

2Prianova, Indra Pratama. 2010. Strategi Implementasi Penyediaan Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) pada Pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi (KPU/USO) di Indonesia. Thesis. Universitas Indonesia, Jakarta

3Vathanophas, V. & Thai-ngam, J. 2007. Competency Requirements for Effective Job Performance in Thai Public Sector. Contemporary Management Research, 3 (1): 45-70.

4Hutapea, P., Nurianna, T. 2008. Kompetensi Plus. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Page 25: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

24 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik

5Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

6Spencer, Lyle M., Jr. and Spencer, Signe M. 1993. Competence At Work. New York: John Wiley & Sons, Inc.

7Wijayanto, A., dkk. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Kerja Karyawan. Manajemen IKM, 6 (2): 81-87.

8Rogers, E. M., Shukla, P., 2001.The Role of Telecenters in Development Communication and the Digital Divide. Journal of Development Communication 2 (12): 26-31.

9Mutula, Stephen M. 2003.Cyber café industry in Africa. Journal of Information Science, 29.

10Wahid, F., Furuholt, B., Kristiansen, S. 2004.Global Diffusion of the Internet III: Information Diffusion Agents and the Spread of Internet Cafés in Indonesia. Communication of the Association for Information System, 13: 589-614.

11Budiyasa, I Made Astika. 2010. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Dan Kemampuan Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada PT. Sumber Alam Semesta Di Bangli. Thesis. Universitas Udayana, Denpasar. http://www.pps.unud.ac.id diakes tanggal 17 September 2012.

12Hiryanto. 2009. Meningkatkan Efektivitas Pendidikan Nonformal dalam Pengembangan Kualitas Manusia. Makalah. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. http://staff.uny.ac.id diakses tanggal 26 September 2012.

Page 26: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Vol 1 No 1 Desember 2012

Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita

25

ANALISIS TEKNIS KUALITAS LAYANAN JARINGAN PUSAT LAYANAN INTERNET KECAMATAN DI KOTA BANDA ACEH

TECHNICAL ANALYSIS OF SERVICE NETWORK QUALITY IN SUB-

DISTRICT INTERNET SERVICE CENTER IN BANDA ACEH

Vita Pusvita Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika

Kementerian Komunikasi dan Informatika Jl. Tombak No.31 Medan

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini membahas mengenai analisis teknis kualitas layanan jaringan PLIK di Kota Banda Aceh. Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) yang didirikan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika kurang mendapat perhatian masyarakat sehingga banyak yang terbengkalai, rusak dan berubah menjadi warnet komersial. Salah satu faktor yang mempengaruhi minat masyarakat secara teknis adalah kualitas layanan jaringan yang disediakan. Berkaitan dengan hal ini Banda Aceh diakui menjadi salah satu kota di Indonesia yang terdepan dalam mengadopsi perkembangan teknologi dan informasi, khususnya internet. Oleh karena itu, Banda Aceh diharapkan dapat mengadopsi PLIK dengan baik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Di dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap parameter-parameter QoS berupa throughput, jitter, delay dan packet loss dengan menggunakan Wireshark. Hasil pengukuran berupa angka-angka yang menggambarkan kualitas layanan jaringan. Di Kota Banda Aceh, dari 11 PLIK, hanya ada 3 PLIK yang beroperasi yaitu PLIK Baiturrahman, Syah Kuala, dan Lheung Bata. Berdasarkan hasil pengukuran, PLIK Syiah Kuala dan Baiturrahman memenuhi semua standar parameter QoS, sedangkan pada PLIK Lheung Bata, hasil pengukuran packet loss belum memenuhi standar ITU dan parameter QoS lainnya sudah memenuhi standar.

Kata Kunci: PLIK, Kualitas Layanan, Banda Aceh

ABSTRACT

This research is about technical analysis of network service quality in Sub-District Internet Service Center in Banda Aceh. Sub-District Internet Service Center that is built by Ministry of Communication and Information Technology is getting less public attention, so that many of them are neglected, damaged and turned into a commercial internet cafe. Technically, one of the factors that affect the public interest is Quality of service (QoS) that is provided. In this regard, Banda Aceh is recognized as one of the cities in Indonesia at the fore front of adopting information and technology developments, particularly the internet. Therefore, Banda Aceh is expected to adopt PLIK well. This research uses descriptive method with quantitative approach. The QoS parameters consists of throughput, jitter, delay and packet loss by using Wireshark is measured in this research. Result of measurement are numbers that describe Quality of Service. In Banda Aceh, there

Page 27: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

26 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita

are only 3 of 11 PLIK that are well operated, they are PLIKBaiturrahman, Syiah Kuala, and Lheung Bata. Based on the measurement, PLIK Baiturrahman and Syiah Kuala have met all the standards of QoS parameters, while in PLIK Lheung Bata, the measurement of packet loss has not met the ITU standard yet and the other parameters have met it.

Keywords: Sub-District Internet Service Center, Quality of Service, Banda Aceh PENDAHULUAN

Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) merupakan salah satu program Universal Service Obligation(USO) di bidang telekomunikasi yang telah dikampanyekan oleh pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk wilayah-wilayah perbatasan. Sasarannya adalah mencapai masyarakat berbasis informasi pada 2025.Dalam pelaksanaannya, Indonesia Telecommunication User Group (IdTUG) mensinyalir sebagian besar warnet PLIK yang dibangun Kemkominfo beralih fungsi menjadi warnet komersial.

Beralih fungsinya PLIK menjadi warnet komersial tentunya diakibatkan karena pada umumnya warnet komersial ini lebih menjadi pilihan dibandingkan warnet PLIK yang dibangun oleh Kemkominfo.1 Hal ini dapat terjadi karena kurangnya sosialisasi dari pemerintah ke masyarakat mengenai PLIK, selain itu, warnet komersial lebih dipercaya masyarakat baik dari segi jaringan yang digunakan, maupun kualitas layanan jaringan yang disediakan. Secara teknis, dapat dikatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi minat masyarakat adalah kualitas

layanan jaringan yang disediakan PLIK.

Kualitas Layanan Jaringan atau sering disebut Quality of Service (QoS) adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan persyaratan yang ditentukan oleh pengguna (manusia maupun komponen perangkat lunak) terhadap tingkat layanan yang dapat disediakan oleh aplikasi. ISO OSI/ODP mendefinisikan kualitas layanan sebagai himpunan kualitas dari perilaku satu atau lebih obyek.Adapun beberapa parameter QoS yaitu jitter, delay, throughput, dan packet loss.2

Banda Aceh sebagai salah satu wilayah perbatasan, diakui menjadi salah satu kota di Indonesia yang terdepan dalam mengadopsi perkembangan teknologi dan informasi, khususnya internet. Bahkan kota Banda Aceh diharapkan dapat bersanding dengan 10 kota lainnya di dunia yang saat ini telah berhasil mewujudkan program sebagai kota berwawasan teknologi, informasi dan komunikasi seperti Tokyo, San Fransisco, Beijing dan Singapura. Pemerintah kota Banda Aceh juga mengharapkan Banda Aceh dapat menjadi Islamic Cyber City.3

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan sekaligus menjadi rekomendasi dalam

Page 28: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita

27

Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita

peningkatkan kinerja jaringan pada PLIK terutama dalam hal peningkatan kualitas layanan jaringan secara teknis pada PLIK di Kota Banda Aceh. Dengan adanya peningkatan kualitas layanan jaringan PLIK diharapkan dapat menarik minat masyarakat untuk memanfaatkan program pemerintah dalam menjadikan Banda Aceh menjadi Islamic Cyber City.

Penelitian ini akan mengambil fokus masalah yaitu kualitas layanan jaringan pada PLIK. Kualitas layanan jaringan dapat dilihat dari beberapa parameter yaitu jitter, delay, throughput, dan packet loss. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu bagaimana kualitas layanan jaringan PLIK secara teknis yang meliputi jitter, delay, throughput, dan packet loss di Kota Banda Aceh?

Adapun batasan masalah dari penelitian ini yaitu penelitian ini berlokasi pada PLIK di Kota Banda Aceh, penelitian ini hanya mengukur parameter QoS berupa jitter, delay, throughput, dan packet loss, parameter QoS berupa Jitter dan Packet loss yang diukur merupakan hasil dari streaming video dari server ke client, parameter QoS berupa delay dan throughput merupakan hasil pengukuran dari keseluruhan aktivitas jaringan, penelitian ini menggunakan software Wireshark dalam pengukuran parameter QoS, dan pengukuran parameter QoS ini dilakukan ketika client yang beroperasi pada PLIK hanya client yang terlibat dalam proses streaming jaringan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara deskriptif kualitas layanan jaringan PLIK secara teknis yang meliputi beberapa parameter diantaranya jitter, delay, throughput, dan packet loss di kota Banda Aceh.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini secara teoritis yaitu diharapkan dapat menambah wawasan mengenai layanan jasa akses internet pada PLIK khususnya kualitas layanan jaringan internet yang disediakan PLIK. Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi untuk pemerintah, khususnya untuk Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP), satuan kerja di lingkungan Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam hal meningkatkan kualitas layanan jaringan pada PLIK.

Kualitas Layanan Jaringan Menurut International

Telecommunication Union (ITU), Quality of Service (QoS) : ”the collective effect of service perfomance which determines the degree of satisfication of a user of the service”. Kualitas layanan jaringan menunjukkan kemampuan sebuah jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih baik lagi bagi trafik yang melewatinya. QoS merupakan sebuah sistem arsitektur end to end dan bukan merupakan sebuah feature yang dimiliki oleh jaringan. Adapun beberapa parameter QoS diantaranya.4

Page 29: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

28 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita

1. Throughput yaitu kecepatan transfer data efektif, yang diukur dalam bps. Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut.

2. Packet loss merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang dalam sebuah jaringan. Hal ini dapat terjadi karena collision, congestion, node yang berkerja melebihi kapasitas buffersehingga buffer tidak mampu menampung data, jumlah trafik yang lewat melebihi kapasitas bandwidth tidak sesuai dengan policy, dan memori node yang terbatas pada jaringan.Collision dapat terjadi apabila paket yang melewati suatu jaringan melebihi kapasitas bandwith jaringan tersebut. Sedangkan congestion terjadi jika pada jaringan terdapat packet loss sehingga jaringan mengulang kembali pengiriman (retransmisi) paket yang hilang, dan hal ini akan menimbulkan antrian pada jaringan. Collision dan congestion harus dihindari dalam sebuah jaringan. Hal ini berpengaruh terhadap semua aplikasi karena akan mengurangi efisiensi jaringan secara keseluruhan meskipun kapasitas bandwidth cukup tersedia untuk apikasi-aplikasi tersebut. Tabel 1 menunjukkan bahwa packet loss yang baik yaitu kurang

dari 3%, sedangkan packet loss yang menyebabkan kualitas layanan jaringan menjadi jelek yaitu lebih dari 25%.

Tabel 1. Kategori Packet Loss KATEGORI DEGRADASI

PACKET LOSS

Sangat Bagus 0 Bagus 3 % Sedang 15 % Jelek 25 %

Sumber: www.scribd.com

3. Delay adalah waktu tunda yang disebabkan oleh proses transmisi dari satu titik ke titik lain yang menjadi tujuannya. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongesti atau juga waktu proses yang lama. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa delayyang dapat diterima oleh suatu jaringan yaitu kurang dari 300 ms, sedangkan jika melebihi 450 ms dapat dipastikan jaringan memiliki kualitas layanan yang jelek.

Tabel 2.Kategori Delay KATEGORI DELAY BESAR DELAY Excellent <150 ms Good 150 s/d 300

ms Poor 300 s/d 450

ms Unacceptable >450 ms

Sumber: www.scribd.com

4. Jitter adalah variasi kedatangan paket yang diterima pada sisi penerima. Jitter terjadi karena adanya retransmisi paket yang hilang dalam jaringan sehingga akan menimbulkan antrian di dalam jaringan. Variasi-variasi dalam panjang antrian, dalam

Page 30: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita

29

Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita

waktu pengolahan data dan juga dalam waktu penghimpunan ulang paket-paket di akhir perjalanan inilah yang disebut jitter. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa jitter yang baik dibawah 75 ms, sedangkan jika jitter melebihi 125 ms akan mengakibatkan jeleknya kualitas layanan jaringan.

Tabel 3. Kategori Jitter KATEGORI DEGRADASI

JITTER

Sangat Bagus 0 ms Bagus 0 s/d 75 ms Sedang 76 s/d 125 ms Jelek 125 s/d 225

ms Sumber: www.scribd.com

Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK)

PLIK adalah pusat sarana dan prasarana penyediaan layanan jasa akses internet di ibu kota kecamatan yang dibiayai melalui dana Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi.5

Sumber: www.slideshare.net

Gambar 1.Konfigurasi Jaringan PLIK

Dari Gambar 1 dapat dilihat konfigurasi jaringan lokal PLIK adalah Wide Area Network (WAN) yang

terhubung dengan jaringan Local Area Network (LAN) PLIK dengan penghubung berupa gateway. WAN merupakan jaringan komputer yang mencakup area yang besar. Sedangkan LAN adalah jaringan komputer yang jaringannya hanya mencakup wilayah kecil. Gateway adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk menghubungkan satu jaringan komputer dengan satu atau lebih jaringan komputer yang menggunakan protokol komunikasi yang berbeda sehingga informasi dari satu jaringan komputer dapat diberikan kepada jaringan komputer lain yang protokolnya berbeda, dalam hal ini dari jaringan LAN menuju jaringan WAN.

Server PLIK terdiri dari gateway yang terhubung dengan virtual switch melalui sistem keamanan De-Militarised Zone (DMZ). DMZ merupakan mekanisme untuk melindungi sistem internal dari serangan hacker atau pihak-pihak lain yang ingin memasuki sistem tanpa mempunyai hak akses. Sedangkan Virtual switch adalah sebuah program software yang memungkinkan sebuah virtual mesin terhubung ke lainnya. Virtual switch pada jaringan PLIK ini terdiri dari aplikasi push and store content, billing system dan manajemen infrastruktur jaringan (Infra mgt). Infra mgt tersebut adalah mengontrol pemakaian sumber daya jaringan (pengaturan bandwidth dan QoS, pembatasan akses ke server tertentu/ firewall, dll) dan pemakaian penghematan bandwidth ke luar

Page 31: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

30 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita

(cache, DNS, web proxy), serta beragam fungsi lainya (IDS, DHCP, dan lain-lain).6

Berdasarkan Gambar 1 server PLIK terhubung ke terminal dengan menggunakan switch. Switch adalah sebuah alat yang menyaring/filter dan melewatkan (mengijinkan lewat) paket yang ada di sebuah LAN. Terminal pada jaringan ini adalah komputer-komputer yang berupa client.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menghasilkan data-data parameter QoS yang bersifat kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-angka. Nilai parameter QoS tersebut menggambarkan kondisi kualitas layanan jaringan pada PLIK. Adapun tahapan dari penelitian ini adalah 1. Melakukan streaming video dari

server ke client pada jaringan PLIK. Aplikasi yang digunakan dalam streaming video ini yaitu Video LAN Client (VLC) Media Player dan pengaksesan internet ke www.yahoo.com.

2. Pengambilan dan pengukuran data trafik jaringan PLIK dengan pengcaptur-an menggunakan Wireshark 1.6.7.

3. Pengolahan data trafik pada jaringan PLIK dengan pendekatan kuantitatif.

Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan

pengukuran menggunakan salah satu tool network analyzer yaitu Wireshark. Adapun beberapa keunggulan Wireshark dibandingkan dengan analyzer protokol jaringan lainnya 1. Interface Wireshark menggunakan

Graphical User Interface (GUI) atau tampilan grafis.

2. Wireshark dapat dijalankan di berbagai sistem operasi seperti Windows, UNIX, dan Linux.

3. Wireshark dapat mengenali lebih dari 850 protokol jaringan.

Berdasarkan beberapa keunggulan di atas, maka Wireshark digunakan sebagai tool network analyzer dalam penelitian ini. Dengan metode ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kualitas layanan jaringan PLIK di kota Banda Aceh.

Penelitian ini berlokasi di kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah PLIK di Kota Banda Aceh. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini semua PLIK di Kota Banda Aceh. Jumlah sampel sama dengan keseluruhan populasi yang kemudian disebut dengan total sampling.

Sumber data penelitian ini dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini merupakan data hasil pengukuran terhadap parameter kualitas layanan jaringan pada PLIK. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini yaitu berupa data mengenai PLIK maupun

Page 32: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita

31

Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita

mengenai jaringan khususnya parameter kualitas layanan jaringan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut data dari Dishubkomintel Kota Banda Aceh, PLIK di Kota Banda Aceh yang telah dibangun ada 11 PLIK. Dari ke-11 PLIK, hanya ada 3 PLIK yang beroperasi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Penelitian ini diawali dengan melakukan streaming video dari server ke client dan pengaksesan internet ke www.yahoo.com. Setelah itu dilakukan pengcapturean lalu lintas jaringan menggunakan Wireshark pada pc server. Kemudian didapatkan hasil pengukuran parameter QoS seperti pada Tabel 5.

Pengukuran delay dan throughput didapat dari seluruh aktifitas lalu lintas jaringan baik akses internet maupun streaming server. Hasil pengukuran packet lost dan jitter merupakan hasil pengukuran streaming server dari server ke client dengan menggunakan jaringan LAN.

PLIK Baiturrahman Tabel 5 menunjukkan PLIK

Baiturrahman memiliki throughput sebesar 20544,464 bytes/detik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam setiap detiknya, rata-rata byte yang diterima disisi penerima pada jaringan PLIK Baiturrahman sebesar 20544,464 byte dari keseluruhan lalu lintas jaringan baik dari akses internet maupun proses streaming server.

Packet loss yang terjadi pada jaringan ini sebesar 0%. Packet loss ini hanya diukur dari server ke client pada proses streaming server. Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa

Tabel 4.Perbandingan Kondisi PLIK Data Dishubkomintel dan Data Lapangan

No Nama PLIK Data Dishubkomintel Data Lapangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Baiturrahman 1 Baiturrahman II Banda Raya 1 Banda Raya II Jaya Baru Kuta Alam Kuta Raja Lheung Bata Meraxa Syiah Kuala Ulee Kareng

Beroperasi Beroperasi Beroperasi Beroperasi Beroperasi Beroperasi Beroperasi Beroperasi Beroperasi Beroperasi Beroperasi

Tidak Beroperasi Beroperasi Tidak Beroperasi Tidak Beroperasi Tidak Beroperasi Tidak Beroperasi Tidak Beroperasi Beroperasi Tidak Beroperasi Beroperasi Tidak Beroperasi

Sumber: Dishubkomintel Kota Banda Aceh

Tabel 5. Hasil Pengukuran Parameter QoS

No

Nama PLIK

Parameter QoS Throughput

(bps) Delay (detik)

Packet loss (%)

Jitter (ms)

1 2 3

Baiturrahman Lheung Bata Syiah Kuala

20544,464 31147,977 26642,768

0,0451 0,0152 0,0484

0 9,5 0

0 0 0

Page 33: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

32 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita

packet loss yang baik menurut standar ITU yaitu kurang dari 3%, sehingga dapat dikatakan packet loss jaringan ini sangat baik. Hal ini berarti tidak ada satupun paket yang hilang dalam jaringan, dengan kata lain semua paket yang dikirim oleh pengirim dapat diterima semua disisi penerima. Dengan jumlah packet loss yang sangat baik, kemungkinan hal ini terjadi karena bandwidth yang disediakan PLIK Baiturrahman memang mampu menampung jumlah trafik yang lewat pada jaringan. Hal ini dapat mencegah terjadinya collision dalam suatu jaringan yang dapat menyebabkan adanya paket yang hilang.

Kemungkinan lainnya, buffer jaringan mampu menampung paket yang mengalami congestion. Hal ini terjadi jika trafik yang melewati jaringan melebihi kapasitas bandwidth sehingga terjadi congestion pada jaringan.

Jitter atau variasi kedatangan paket pada jaringan PLIK Baiturrahman sebesar 0 ms. Jitter ini hanya diukur dari server ke client pada proses streaming server. Berdasarkan Tabel 3, menurut standar ITU didapat bahwa jitter yang berkualitas baik yaitu kurang dari atau sama dengan 75 ms sehingga jitter dari jaringan PLIK Baiturrahman ini dapat dikategorikan sangat baik. Hal ini menandakan bahwa kualitas jaringan PLIK ini sangat bagus sehingga semua paket yang dikirim dapat bersamaan sampai di sisi penerima. Hal ini juga dapat memberikan kemungkinan bahwa jaringan tersebut tidak

mengalami congestion sehingga tidak adanya perbedaan variasi waktu dalam antrian dan pengumpulan ulang paket-paket di akhir perjalanan (di sisi penerima).

Sedangkan delay pada jaringan PLIK Baiturrahman sebesar 0,0451 detik. Delay jaringan ini diukur dari seluruh lalu lintas jaringan baik akses internet maupun proses streaming server. Delay ini termasuk dalam kategori sangat baik, karena kurang dari standar ITU. Delay berkualitas baik yaitu kurang dari 300 ms. Hal ini menunjukkan waktu tunda dari proses transmisi pada jaringan tersebut kecil. Sehingga saat streaming video dilakukan, hanya dengan waktu tunda 0,0451 detik maka hasil video streaming sudah dapat diterima disisi penerima.

Adapunbeberapa kemungkinan kondisi jaringan PLIK Baiturrahman diantaranya jumlah paket yang melewati jaringan tidak melebihi kapasitas jaringan dengan melihat nilai persentasi packet loss yaitu sebesar 0 % dan jitter 0 ms, throughput yang sampai disisi penerima kecil sehingga jumlah paket yang diterima di sisi penerima juga kecil, jaringan PLIK Baiturrahman tidak mengalami collisiondilihat berdasarkan packet loss sebesar 0 %, jaringan tidak mengalami congestiondengan nilai jitter 0 ms, semua paket yang melewati jaringan dapat diterima di sisi penerima dapat dilihat persentasi packet loss sebesar 0%, dan gambar hasil cuplikan video

Page 34: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita

33

Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita

streaming berkualitas kurang baik dikarenakan throughput yang kecil.

Hasil pengukuran parameter Quality of Services (QoS)PLIK Baiturrahman dapat dikatakan baik, karena memenuhi standar QoS yang telah ditetapkan oleh ITU. Tetapi PLIK ini membutuhkan peningkatan bandwidth sehingga throughput yang dihasilkan di sisi penerima akan menjadi lebih baik.

PLIK Lheung Bata PLIK Lheung Bata memiliki

throughput sebesar 31147,977 byte/detik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam 1 detik, sisi penerima (client) dapat menerima sebesar 31147,99 byte dari keseluruhan lalu lintas jaringan baik dari akses internet maupun proses streaming server.

Packet loss yang terjadi pada jaringan PLIK Lheung Bata ini sebesar 9,5 % yaitu sebanyak 529 paket hilang dari 5031 paket. Packet loss ini hanya diukur dari server ke client pada proses streaming server. Kategori degrasi yang dialami jaringan ini masuk kedalam tahap sedang. Dari tabel 1 dapat kita lihat bahwa standar ITU packet loss suatu jarigan daikatakan baik yaitu kurang dari 3%. Adanya packet loss dalam jaringan ini dapat disebabkan berbagai kemungkinan di antaranya collision, congestion, node yang berkerja melebihi kapasitas buffer sehingga buffer tidak mampu menampung data, jumlah trafik yang lewat melebihi kapasitas bandwidthyang tersedia, dan memori node yang terbatas pada jaringan. Walaupun demikian jumlah

bytes yang mampu diterima di jaringan ini lebih besar dibandingkan jaringan lain.

Berdasarkan hasil pengukuran menggunakan Wireshark, jitter atau variasi kedatangan paket pada jaringan PLIK Lheung Bata sebesar 0 ms. Jitter ini hanya diukur dari server ke client pada proses streaming server. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa standar ITU suatu jitter dikatakan baik yaitu di bawah 75 ms sehingga jitter jaringan PLIK Lheung Bata ini dikategorikan sangat baik. Tetapi pada umumnya jika suatu jaringan mengalami packet loss, maka akan ada jitter dalam jaringan tersebut karena adanya pengiriman ulang paket-paket yang hilang sehingga menyebabkan adanya antrian dalam pengumpulan paket disisi tujuan. Dengan demikian jaringan ini tidak melakukan pengiriman ulang kembali paket-paket yang hilang sehingga jaringan tersebut tidak mengalami congestion yang menyebabkan tidak adanya perbedaan variasi waktu dalam antrian dan pengumpulan ulang paket-paket di akhir perjalanan (di sisi penerima).

Delay yang terjadi pada jaringan PLIK Lheung Bata yaitu sebesar 0,0152 detik. Delay jaringan ini diukur dari seluruh lalu lintas jaringan baik akses internet maupun proses streaming server. Delay ini dapat dikategorikan sangat bagus karena jauh lebih kecil dibandingkan standar ITU untuk delay kualitas baik yaitu 0,3 detik (lihat tabel 2). Dengan waktu 0,0152 detik maka sisi penerima

Page 35: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

34 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita

dapat menerima hasil streaming video yang ditransfer dari server. Dengan kata lain, waktu tunda proses tansmisi jaringan PLIK Lheung Bata sangat kecil.

Adapun beberapa kemungkinan kondisi jaringan PLIK Lheung Bata di antaranya jumlah paket yang melewati trafik jaringan melebihi kapasitas bandwidth jaringan dilihat berdasarkan packet loss sebesar 9,5%, throughput yang diterima di sisi penerima sudah cukup baik sehingga kualitas gambar hasil cuplikan video pun sudah baik, jaringan PLIK ini kemungkinan mengalami collision dengan adanya persentasi pengukuran packet loss sebesar 9,5%, jaringan PLIK Lheung Bata tidak mengalami congestion dengan nilai nilai jitter sebesar 0 ms, tidak semua paket yang melewati jaringan diterima di sisi penerima dengan persentasi packet loss sebesar 9,5%, dan hasil gambar cuplikan video yang tidak sempurna dapat terjadi karena adanya packet loss yang kemungkinan besar karena adanya collision.

Hasil pengukuran parameter QoS pada jaringan PLIK Lheung Bata menunjukkan bahwa masih ada parameter QoS pada jaringan PLIK Lheung Bata yang masih tidak memenuhi standar parameter QoS yaitu packet loss. Untuk menghindari adanya packet loss yang terjadi diakibatkan oleh collision, maka sebaiknya dilakukan manajemen bandwidth sehingga dapat dilakukan pengaturan agar packet loss yang terjadi tidak melebihi standar packet

loss untuk kualitas baik yaitu 3 %. Jika throughput dianggap terlalu kecil maka dibutuhkan penambahan bandwidth pada jaringan PLIK ini.

PLIK Syiah Kuala Jaringan pada PLIK Syiah Kuala

memiliki throughput sebesar 26642,78 bytes/detik. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah bytes yang diterima setiap detiknya sebesar 26642,78 bytes dari keseluruhan lalu lintas jaringan baik dari akses internet maupun proses streaming server.

Packet loss yang terjadi pada jaringan PLIK ini sebesar 0 %. Packet loss ini hanya diukur dari server ke client pada proses streaming server. Persentasi packet loss ini termasuk dalam kategori sangat bagus. Hal ini menandakan bahwa pada jaringan ini tidak ada paket yang hilang selama proses transmisi. Packet loss yang sangat baik menandakan adanya kemungkinan bandwidth yang disediakan PLIK Syiah Kuala memang mampu menampung jumlah trafik yang lewat pada jaringan. Sehingga hal ini dapat mencegah terjadinya collision dalam suatu jaringan yang dapat menyebabkan adanya paket yang hilang. Kemungkinan lainnya, buffer jaringan mampu menampung paket yang mengalami congestion. Hal ini terjadi jika trafik yang melewati jaringan melebihi kapasitas bandwidth sehingga terjadi congestion pada jaringan.

Jitter atau variasi kedatangan paket dari hasil pengukuran menggunakan Wireshark pada jaringan PLIK Syiah Kuala yaitu

Page 36: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita

35

Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita

sebesar 0 ms. Jitter ini hanya diukur dari server ke client pada proses streaming server. Jitter ini termasuk dalam kategori sangat baik karena standar ITU untuk jitter dengan kualitas baik yaitu kurang dari 75 ms. Hal ini juga dapat memberikan kemungkinan bahwa jaringan tersebut tidak mengalami congestion sehingga tidak adanya perbedaan variasi waktu dalam antrian dan pengumpulan ulang paket-paket di akhir perjalanan (di sisi penerima).

Delay yang terjadi pada jaringan PLIK Syiah Kuala yaitu sebesar 0,0484 detik. Delay jaringan ini diukur dari seluruh lalu lintas jaringan baik akses internet maupun proses streaming server. Tabel 2 menunjukkan bahwa standar ITU untuk kualitas delay yang baik yaitu kurang dari 0,3 detik sehingga dapat dikatakan bahwa delay jaringan ini termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini berarti dengan waktu tunda sebesar 0,0484 detik maka sisi penerima dapat menerima hasil streaming video yang ditransfer dari server. Dengan kata lain, waktu tunda proses tansmisi jaringan PLIK Syiah Kuala sangat kecil.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dilihat beberapa kemungkinan kondisi jaringan PLIK Syiah Kuala diantaranya jumlah trafik paket data yang melewati jaringan tidak melebihi kapasitas bandwidth dengan melihat persentasi packet loss sebesar 0 % dan jitter yang bernilai 0 ms, throughput yang diterima di sisi penerima cukup baik sehingga gambar hasil cuplikan video di terima di sisi

penerima tidak mengalami kerusakan, jaringan tidak mengalami collision yang dapat dilihat dari persentasi packet loss sebesar 0 %, jaringan tidak mengalami congestion (antrian) dapat dilihat dari parameter jitter yaitu 0 ms, semua paket yang melewati jaringan PLIK Syiah Kuala dapat diterima di sisi penerima dapat dilihat dari persentasi packet loss sebesar 0%, dan gambar hasil cuplikan video sudah baik, dikarenakan throughput yang memang baik, persentasi packet loss 0%, dan jitter yang bernilai 0 ms.

Jaringan PLIK Syiah Kuala sudah mampu memenuhi kebutuhan parameter QoS yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilihat dari segi kualitas gambar baik hasil pengukuran parameter QoS. Tetapi jika throughput yang dihasilkan dirasakan masih kurang, maka sebaiknya diadakan penambahan kapasitas bandwidth.

SIMPULAN Parameter QoS berupa

throughput, delay, packet loss dan jitter tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan lainnya dalam menentukan suatu kualitas layanan jaringan. Jika salah satu parameter termasuk dalam kategori kurang baik maka hal ini dapat menurunkan kualitas layanan jaringan secara keseluruhan. Kualitas layanan jaringan dapat dikatakan baik jika throughput yang dihasilkan besar, delay yang terjadi pada jaringan kecil yaitu di bawah 0,3 detik, packet loss yang terjadi kurang dari 3 % dan jitter pada jaringan kurang dari 750 ms.

Page 37: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

36 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita

PLIK Baiturrahman memiliki kualitas layanan jaringan yang dapat dikatakan baik, karena memenuhi standar QoS yang telah ditetapkan oleh ITU. Hanya saja throughput pada PLIK ini dapat dikatakan lebih kecil dibandingkan PLIK lainnya. Sedangkan, hasil pengukuran parameter QoS pada jaringan PLIK Lheung Bata menunjukkan bahwa masih ada parameter QoS pada jaringan PLIK Lheung Bata yang masih tidak memenuhi standar parameter QoS yaitu packet loss. Pada jaringan PLIK Syiah Kuala sudah mampu memenuhi kebutuhan parameter QoS yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran parameter QoS yang sesuai dengan standar.

DAFTAR PUSTAKA

1Pritoyo, Arief. 2011. Sebagian Besar Warnet PLIK Tidak Bermanfaat. (http://www.bisnis.com/articles/sebagian-besar-warnet-plik-tak-bermanfaat, diakses tanggal 17 Januari 2012).

2Dewani, Ratna, Adi Dewanto. 2007. Upaya Peningkatan Kualitas Layanan Internet Melalui Pendekatan Model Akses Berbasis Persepsi Pengguna. Universitas Negeri Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika.

3Perkembangan Teknologi Banda Aceh Melejit. 2011. (http://www. rakyataceh.com/index.php?open=view&newsid=BeritaUtama-PerkembanganTeknologiBandaAcehMelejit, diakses tanggal 27 Februari 2012).

4Institut Teknologi Telkom.2011. Kualitas Layanan Jaringan Pada Sistem Telekomunikasi, (http://www.scribd.com/doc/75973224/Bab-4-QoS, diakses tanggal 17 Januari 2011).

5Perubahan Atas Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 48/Per/M.Kominfo/11/2009 Tentang Penyediaan Jasa Akses Internet Pada Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi Internet Kecamatan.

6BTIP. Pusat Layanan Internet Kecamatan. (http://www.slideshare.net/Ubayt/share-presentasi-plik, diakses tanggal 17 Januari 2012)

Page 38: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Vol 1 No 1 Desember 2012

Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro

37

PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERORIENTASI PROSES BISNIS

(Studi Kasus Balai Diklat Metrologi Kementerian Perdagangan)

BUSINESS PROCESS ORIENTED KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM DESIGN

(Case Study of Metrology Training Centre, Ministry of Trade Republic of Indonesia)

Wicaksono Febriantoro

Staff Seksi Promosi & Kerjasama, Balai Diklat Metrologi, Kementerian Perdagangan Jl. Daeng Muhammad Ardiwinata km 3,4 Cihanjuang, Parongpong, Bandung

[email protected]

ABSTRAK

Dalam penelitian ini dirancang Knowledge Management System (KMS) berorientasi proses bisnis di dalam lembaga diklat pemerintahan menggunakan tools dan metode pemodelan knowledge process dan perancangan knowledge infrastructure dari Strohmaier. Proses bisnis yang menjadi studi kasus pada penelitian ini yaitu proses bisnis Widya Iswara (WI) di Balai Diklat Metrologi Kementerian Perdagangan. Identifikasi dan Analisis awal menunjukkan dari 10 proses bisnis yang dianalisis, 7 proses bisnis belum lengkap teridentifikasi knowledge process-nya. Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa secara umum semua proses bisnis belum mengoptimalkan semua komponen dari knowledge creation sampai dengan knowledge application. Hasil perancangan knowledge process yang telah dilengkapi menghasilkan 53 tahapan proses (ada tambahan 19 tahapan proses baru). Proses baru ini sebagian besar ada pada knowledge transfer dan knowledge application yang telah terdefinisi. Selain itu dihasilkan juga rancangan arsitektur KMS dan Information Technology (IT Tools) sebagai knowledge infrastructure pendukungnya. IT Tools yang ada diharapkan dapat mendukung 2 strategi knowledge process yaitu strategi kodifikasi (mengelola pengetahuan yang terdokumentasi) dengan alternatif teknologi pendukung Document/Content Management berupa Wiki dan Blog, Search Engine/Information Retrieval System dan Expert Locator serta strategi personalisasi (mengelola tacit knowledge) dengan alternatif teknologi pendukung Working Group/Community of Practice Tool, virtual work space application dan discussion group based application.

Kata Kunci : Proses Bisnis, Knowledge Process, Knowledge Management system,

Knowledge Infrastructure.

ABSTRACT

The aim of this study is to desig a business proces-oriented Knowledge Management System (KMS) in government training institutions using the tools and knowledge modeling methods and knowledge infrastructure process design of Strohmaier. Lecturer (WI) business process is the main case study for this research. The preliminary identification and analysis showed that 7 of 10 business processes have not been fully identified in terms of their knowledge processes. The further analysis showed that in general, all business processes have not been optimized yet to fulfill all the components of knowledge creation

Page 39: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

38 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro

to knowledge application. The results of the completed knowledge process design showed that there are 53 stages of the process (there are new additional 19 stages of the process). The new processes are largely on the knowledge transfer and knowledge application that have been defined. In addition, KMS architecture and IT tools as supporting knowledge infrastructure designs are defined. The IT tools are expected to support two knowledge process strategies : the codification strategy (to manage the documented knowledge) with the supporting IT Tools such as document / content management system in the form of wiki and blog, search engine / information retrieval system, expert locator and the personalization strategy (to manage the tacit knowledge) with the supporting IT Tools such as working/community of practice tool, virtual work space application dan discussion group based application.

Keywords : Business Processes, Knowledge Process, Knowledge Management System,

Knowledge Infrastructure. PENDAHULUAN

Reformasi Birokrasi bagi Kementerian / Lembaga dan Pemerintah Daerah dimaksudkan antara lain untuk mendorong terwujudnya organisasi yang efektif dan efisien. Untuk mewujudkan organisasi seperti itu, setiap instansi pemerintah harus siap untuk memanfaatkan kekayaan pengetahuan yang dimilikinya, termasuk belajar dari pengalaman-pengalaman di masa lampau. Secara umum hal itu diwujudkan dalam bentuk peraturan dan prosedur kerja dalam organisasi tersebut, serta rangkaian kegiatan untuk perubahan dan penyempurnaannya. Kendala yang sering dihadapi adalah kenyataan bahwa pengetahuan dan pengalaman organisasi tersebut seringkali tersebar, tidak terdokumentasi dan bahkan mungkin masih ada di dalam kepala masing-masing individu dalam organisasi.1

Knowledge Management atau manajemen pengetahuan merupakan upaya untuk meningkatkan

kemampuan organisasi dalam mengelola aset intelektualnya yaitu pengetahuan dan pengalaman yang ada. Tujuannya tentu saja adalah memanfaatkan aset tersebut untuk mencapai kinerja organisasi yang lebih baik untuk mempercepat pencapaian tujuan pelaksanaan reformasi birokrasi.1

Balai Diklat Metrologi (BDM) merupakan salah satu unit Eselon III di Kementerian Perdagangan yang bertugas memfasilitasi dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (diklat) kemetrologian bagi Sumber Daya Manusia (SDM) Kemetrologian di seluruh Indonesia. Menurut Permendag No.7 tahun 2010, Diklat kemetrologian bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang kemetrologian.

Keberadaan Pengajar / Widya Iswara (WI) senior yang belum ditunjang dengan sistem transfer pengetahuan yang sistematis kepada WI junior (yang baru) akan memunculkan resiko terjadinya knowledge lost dari materi diklat yang

Page 40: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

39

Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro

diajarkan. Belum termotivasinya/ terbentuknya budaya knowledge sharing diantara sesama WI beserta media yang mendukungnya juga merupakan salah satu gejala yang patut diperhatikan. Dampaknya tentu saja bagi para WI junior akan memerlukan waktu yang lebih lama dan usaha yang lebih keras untuk menguasai suatu materi bahan ajar, serta BDM akan sangat bergantung kepada individu tertentu yang menguasai materi bahan ajar dikarenakan belum terinstitusionalkan pengetahuan individu menjadi pengetahuan organisasi.

Jika ditinjau dari konsep pemodelan knowledge process dari Strohmaier2 SECI dan Ba3 dapat dilihat bahwa belum ada sistem yang mengatur dan mengorganisasikan dalam proses knowledge creation, storage dan retrieval, transfer maupun application yang berperan penting dalam proses konversi tacit knowledge menjadi explicit knowledge. Selain itu media/ruang yang disediakan untuk pembelajaran selama ini masih berupa ruang kelas dan laboratorium saja, belum memberi banyak kesempatan terhadap adanya media lain (e-learning via web, mobile learning, dan lain sebagainya).

Knowledge Management System (KMS) selaku sistem pendukung manajemen pengetahuan4 diperlukan untuk mengatasi berbagai kendala yang muncul dalam proses Kegiatan

Belajar Mengajar (KBM) di BDM. Belum adanya transfer pengetahuan yang sistematis dari WI senior kepada junior merupakan salah satu permasalahan yang membuat sistem pendidikan dalam jangka panjang akan mengalami banyak kendala. Selain itu, BDM belum mempunyai panduan yang detail berupa proses bisnis dan standart operating procedure (SOP) dari tiap aktivitas WI baik pra diklat, proses maupun pasca diklat. Proses bisnis yang jelas diperlukan supaya pengetahuan para WI dapat terkelola dengan baik. Konsep yang utama dari KMS adalah, setiap orang harus mengelola pengetahuannya sendiri. Setelah itu barulah organisasi dapat melakukan pengumpulan, pengorganisasian, dan penggunaan pengetahuan dari SDM nya supaya menjadi keunggulan kompetitif untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat.5

Hasil akhir yang diharapkan dari penelitian ini yaitu terciptanya rancangan KMS untuk meningkatkan kapabilitas organisasi. Desain KMS yang terbentuk nantinya diharapkan dapat menunjang kegiatan peningkatan kompetensi dan kapasitas WI. Lebih lanjut diharapkan kapabilitas BDM dapat meningkat sehingga mendukung terbentuknya BDM menjadi organisasi pembelajar (learning organization), dimana aset utama sebuah organisasi pembelajar adalah living/intangible asset yang terdapat di dalam pengetahuan seluruh anggota organisasi.

Page 41: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

40 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro

METODE PENELITIAN

Pada intinya tahapan dalam perancangan KMS dibagi menjadi 6 (enam) digunakan pendekatan metode kualitatif, dengan langkah seperti pada Gambar 1 sebagai berikut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemodelan KMS Berorientasi Proses Bisnis Hasil Identifikasi Knowledge Process

Dalam mengidentifikasi knowledge process ini digunakan sebanyak 4 proses sebagai berikut2 :

1. Knowledge creation : mengidentifikasi kebutuhan

knowledge background (latar pengetahuan).

2. Knowledge application : mengidentifikasi pengetahuan

yang diperlukan oleh masing-

masing knowledge domain. 3. Knowledge transfer : membandingkan aktivitas yang

ada (kondisi eksisting) dengan pihak/organizational roles yang membutuhkan.

4. Knowledge storage : mengevaluasi content dari storage,

latar belakang dan bentuknya.

Gambar 1. Kerangka Kerja Penelitian

Page 42: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

41

Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro

Gambar 2. Siklus KM Dari KD B

Dapat dilihat pada Gambar 2. bahwa yang terlibat dalam knowledge creation penyusunan modul yaitu pengetahuan mengenai dokumen RB/RP, kemudian disimpan sebagai draft modul (softcopy). Akan tetapi dapat dilihat pada gambar bahwa knowledge application dari penyusunan modul ini belum terdefinisi dengan baik, artinya bahwa pengetahuan ini belum digunakan oleh organizational roles yang lain untuk menciptakan pengetahuan baru. Begitu pula dengan knowledge transfer belum terdefinisi dengan baik (ditandai dengan tanda tanya ?).

Jika dianalisis lebih lanjut ternyata tidak hanya dokumen RB/RP saja yang berperan di dalam penciptaan pengetahuan mengenai penyusunan modul, akan tetapi ada beberapa latar pengetahuan lainnya yang mempengaruhi. Latar Pengetahuan berguna dalam penciptaan pengetahuan baru, agar pengetahuan yang dihasilkan lebih lengkap sudut pandangnya. Tabel 1. Identifikasi Latar Pengetahuan Knowledge Domain (KD) B mengidentifikasi latar pengetahuan

yang diperlukan oleh WI dalam menghasilkan pengetahuan mengenai penyusunan modul.

Tabel 1. Identifikasi Latar Pengetahuan KD B No Kode Knowledge Domain Deskripsi

1 A RB/RP

WI dapat menggunakan RB/RP sebagai pedoman dalam menyusun modul mencakup kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah mengikuti pelajaran beserta indikator keberhasilan, pokok bahasan yang akan disajikan, metode KBM, Alat/Media yang digunakan dan alokasi waktu.

2 B Bahan Ajar dan Modul DiklatWI dapat mengambil referensi dari modul yang telah dipakai sebelumnya. Dari pengetahuan ini WI dapat belajar dari pengalaman dan best practices di dalam melakukan penyusunan modul yang baik.

3 C Slide WI dapat mengolah setiap informasi yang ada pada slide untuk melengkapi modulnya

4 D Tatap Muka

WI dapat mengolah setiap pengetahuan yang timbul dari diskusi di kelas, meliputi studi kasus di daerah tertentu, regulasi di daerah, dll untuk memperbaharui modul diklatnya.

5 E Soal Ujian

WI dapat mengolah setiap informasi yang ada pada soal ujian yang telah diterbitkan sebagai bahan referensi bagi modul (yang relevan dengan pokok bahasan).

6 F Bimbingan Karya Tulis

WI dapat menggunakan hasil penelitian/kajian/analisis yang terdapat pada karya tulis peserta diklat untuk memperbaharui modul diklatnya (yang relevan dan sesuai).

7 G Laporan dan Materi DiklatWI dapat menggunakan dan mengolah pengetahuan yang didapat dari hasil diklat untuk memperbaharui modul diklatnya

8 H Karya Tulis IlmiahWI dapat menggunakan hasil penelitian/kajian/analisis yang dibuat dalam karya tulis ilmiahnya untuk memperbaharui modul diklat.

9 I Hasil Penerjemahan

WI dapat mengolah dan menggunakan hasil penerjemahan jurnal,standar atau referensi terbaru dari luar negeri untuk memperbaharui dan memperkaya materi modulnya

10 JLaporan Pelaksanaan Kegiatan

(Moderator/Narasumber)

WI dapat menggunakan pengetahuan dari laporan pelaksanaan kegiatan untuk memperbaharui dan memperkaya materi modulnya

Selanjutnya akan ditunjukkan pengetahuan yang menggunakan KD B dan organizational roles yang menggunakannya.

Page 43: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

42 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro

Tabel 2. Knowledge Application dari KD B

No KD Pengetahuan yang terlibat Kode Organizational

Roles 1 A Dokumen RB/RP WI Widyaiswara 2 B Bahan Ajar dan Modul Diklat WI Widyaiswara 3 C Slide WI Widyaiswara 4 D Tatap Muka (Daftar Hadir + SAP) WI Widyaiswara 5 E Soal Ujian WI Widyaiswara 6 F Bimbingan Karya Tulis (Form Kontrol) WI Widyaiswara 7 G Laporan dan Materi Diklat WI Widyaiswara 8 H Karya Tulis Ilmiah WI Widyaiswara 9 I Hasil Penerjemahan WI Widyaiswara

10 J Laporan Pelaksanaan Kegiatan (Moderator / Narasumber) WI Widyaiswara

Dari Tabel 2 diketahui bahwa

semua yang menggunakan KD B adalah organization roles WI, oleh karena itu knowledge transfer kepada WI harus dipastikan ada di dalam proses bisnis untuk memfasilitas hal ini. Adapun karena transfer pengetahuannya antara WI WI, maka alternatif bentuk transfer sebagai berikut pada Tabel 3.

Tabel 3. Knowledge Transfer dari KD B No KD Pengetahuan yang terlibat Transfer Alternatif Bentuk 1 A Dokumen RB/RP WI - WI

Rapat Koordinasi Penyusunan Modul dg WI yang serumpun, Jika Diperlukan dapat diadakan diskusi yang lebih luas dan dalam mengenai topik tertentu melalui Rapat dengan seluruh WI ataupun forum In House Seminar,dll

2 B Bahan Ajar dan Modul Diklat WI - WI 3 C Slide WI - WI

4 D Tatap Muka (Daftar Hadir + SAP) WI - WI

5 E Soal Ujian WI - WI

6 F Bimbingan Karya Tulis (Form Kontrol) WI - WI

7 G Laporan dan Materi Diklat WI - WI 8 H Karya Tulis Ilmiah WI - WI 9 I Hasil Penerjemahan WI - WI 10 J Moderator / Narasumber WI - WI

Kemudian langkah terakhir yaitu

mengenai knowledge storage. Untuk mendesain knowledge storage yang baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :

1. Pengetahuan mengenai modul sebaiknya tersimpan dengan baik dan tercatat perubahan/perbaikan yang dilakukan dari tahun ke tahun.

2. Latar belakang / latar pengetahuan mengenai perubahan / perbaikan

modul juga harus tercatat dengan rapi supaya jelas kronologis perubahannya. Misal ada perubahan regulasi yang berakibat adanya perbaikan pada modul, maka harus ditulis dengan jelas mengenai perubahan tersebut dan alasannya (adanya change log). Nantinya para WI dan peserta diklat dapat belajar dari perubahan-perubahan tersebut beserta alasannya.

3. Bentuk knowledge storage juga harus diperhatikan, hendaknya berupa file elektronik yang terstruktur baik dari segi penulisan maupun penyimpanan. Untuk lebih detilnya mengenai bentuk knowledge storage akan dibahas pada perancangan teknologi pendukung knowledge infrastructure.

Dari empat analisis diatas dapat dirangkum kedalam siklus knowledge management yang telah dilengkapi sebagai berikut pada Gambar 3.

Page 44: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

43

Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro

Gambar 3. Siklus KM yang telah dilengkapi dari KD B

Rancangan Model KMS Berorientasi Proses Bisnis

Setelah knowledge process dilengkapi, langkah selanjutnya yaitu menyusun model KMS berorientasi proses bisnis. Pemodelan ini divisualisasikan menggunakan model identifikasi knowledge process dari M. Strohmaier.2 Model KMS yang dirancang sudah mengakomodir perubahan terbaru. Dengan adanya perubahan ini maka aliran pengetahuan dari siklus KM sudah terdefinisi dengan baik sehingga siklus KM dapat tercipta dengan baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 4 berikut ini.

Gambar 4. Hasil Pemodelan Knowledge Process dari KD B

Analisis Teknologi dalam KMS Dalam merancang aspek

teknologi (knowledge infrastructure) akan digunakan framework perancangan knowledge infrastructure dari Strohmaier2 sebagai berikut pada Gambar 5.

Gambar 5. Alur Perancangan

Knowledge Infrastructure2

Dari framework tersebut terdapat tiga langkah perancangan knowledge infrastructure sebagai berikut.

1. Definisi Knowledge Proses Pada tahap awal ini yang dilakukan

yaitu memetakan model knowledge process as-is dan to be.

Pada tahap ini juga ditentukan fit criteria (tujuan yang ingin dicapai

Page 45: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

44 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro

dengan perancangan knowledge infrastructure). Fit criteria ini nantinya akan digunakan di dalam validasi knowledge infrastructure.

2. Desain Knowledge Infrastructure. Pada tahap ini akan di-desain

Arsitektur dan IT Tools berdasarkan fit criteria dan hasil analisis pemodelan knowledge process berorientasi proses bisnis beserta alternatif teknologi yang didapat dari studi literatur. Desain pada jurnal ini akan berfokus pada IT Tools terutama layer data, infrastructure dan knowledge services. Selain IT Tools, model konseptual KMS juga dijelaskan pada tahap ini.

3. Validasi Desain Knowledge Infrastructure

Langkah validasi merupakan langkah terakhir dari perancangan knowledge infrastructure. Pada langkah ini dilakukan validasi terhadap desain knowledge infrastructure dalam hal dukungan terhadap knowledge process menggunakan fit criteria. Dalam tahap ini dapat diketahui apakah desain sudah memenuhi Z atau belum, jika belum maka proses di tahap ke dua dapat diulangi lagi. Selain fit criteria validasi juga dilakukan dengan perbandingan terhadap teori dan regulasi sehingga menghasilkan triangulasi validasi.

Definisi Knowledge Processs Identifikasi model knowledge

process dapat dilihat pada gambar 9,

sedangkan perancangan knowledge process yang telah dilengkapi. Dari sini kemudian akan dirancang fit criteria sebagai tujuan perancangan knowledge infrastructure (KI). Fit Criteria ini akan dirancang berdasarkan beberapa teori KMS2,4 dengan batasan berupa regulasi dari Kementerian PAN mengenai knowledge management di instansi pemerintah.1 Adapun rekapitulasi hasil fit criterianya adalah sebagai berikut :

1. Organizational Roles harus dapat mengakses kebutuhan pengetahuan yang diperlukan.

2. Organizational Roles harus dapat menyediakan/mengisi pengetahuan dalam KI.

3. Knowledge yang disimpan harus dapat didukung dan dimanage oleh KI.

4. Knowledge harus dapat ditransfer dengan baik oleh KI.

5. KI harus dapat memfasilitasi kebutuhan kolaborasi pengetahuan antara knowledge worker.

6. Model kolaborasi juga harus dapat memfasilitasi kebutuhan untuk melakukan kolaborasi kapan saja dan dimana saja (tidak terbatas di dalam kantor saja).

Desain Knowledge Infrastructure Dari perancangan knowledge

flow proses bisnis widyaiswara, ada 2 strategi terkait cara individu (WI) mendapatkan dan berbagi pengetahuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas sebagai WI.

Page 46: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

45

Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro

Strategi tersebut nantinya akan mempengaruhi rancangan knowledge infrastructure. Strategi tersebut yaitu.6

1. Codification Strategy: Strategi ini menitikberatkan pada pengumpulan, kodifikasi dan penyebaran informasi (explicit). Strategi ini akan sangat bergantung kepada IT. Salah satu keuntungannya yaitu penggunaan kembali pengetahuan yang ada. Strategi Kodifikasi pada proses bisnis widyaiswara dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Proses Pengetahuan dan Teknologi Pendukungnya (Kodifikasi)

Proses Pengetahuan Teknologi yang mendukung

Dokumentasi Konten Doc / Content Management (Wiki, blog)

Pencarian dan Mendapatkan Informasi

Search Engine/Information Retrieval System, Expert Locator

Saling keterhubungan antar knowledge worker Intranet

2. Personalisation strategy : Strategi

ini berfokus pada pengembangan jaringan untuk menghubungkan orang sehingga tacit knowledge dapat dibagikan. Strategi ini menekankan kepada dialog antar individu. Personalisasi pada proses bisnis widyaiswara dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Proses Pengetahuan dan Teknologi Pendukungnya (Personalisasi)

Proses Pengetahuan Teknologi yang mendukung Diskusi Antar WI Mentoring/Tutoring

Rapat WI yang serumpun Working Group / Communities of Practice (expert locator, collaboration, virtual work space application, knowledge repositories, discussion group based application)

Forum WI (Keseluruhan) In House Seminar

Berikut usulan rancangan berdasarkan hasil analisis dan fit

criteria (rancangan dari data dan knowledge sources, infrastructure services serta knowledge services).7

1. Data dan knowledge sources : Disini tersimpan semua database dari proses bisnis Widyaiswara (KD A sampai dengan KD J).

2. Infrastructure service : Infrastruktur pendukung utama yaitu jaringan intranet via Local Area Network (LAN) dan Wi-Fi yang menghubungkan semua knowledge worker dengan KMS yang akan dibangun. Intranet ini juga terhubung ke internet via Internet Service Provider (ISP) untuk mengakses database online eksternal.

3. Knowledge Services: Pada layer ini terdapat layanan berupa aplikasi yang akan digunakan untuk mendukung knowledge process. Berdasarkan fit criteria dan strategi KMS, aplikasi yang akan digunakan akan dijelaskan pada Tabel 6. sebagai berikut.

Gambar 6. Model Konseptual KMS di BDM

Page 47: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

46 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro

Tabel 6. Aplikasi Pendukung (IT Tools) Knowledge Process

Fit Criteria Knowledge Process IT ToolsOrganizational Rolesharus dapatmenyediakan/mengisi pengetahuan dalam KI.

Knowledge Creation Learning Tools

Knowledge yang disimpan harus dapatdidukung dan dimanageoleh KI.

Wiki, Blog, Document/Content

Management System

Organizational Rolesharus dapat mengakseskebutuhan pengetahuanyang diperlukan.

Search Engine/Information Retrieval System, Expert

Locator

Knowledge harus dapatditransfer dengan baik oleh KI.

Knowledge TransferDiscussion group based

application

KI harus dapatmemfasilitasi kebutuhankolaborasi pengetahuanantara knowledge worker .

Virtual Work Space Application

Model kolaborasi jugaharus bisa memfasilitasikebutuhan untukmelakukan kolaborasikapan saja dan dimanasaja (tidak terbatas didalam kantor saja).

discussion group based application

Knowledge Application Expert System/Workflow System

Knowledge Storage and Retrieval

Knowledge Transfer

Model Konseptual KMS Model konseptual pada Gambar 6. bisa dijelaskan sebagai berikut.

1. Latar pengetahuan dalam melakukan knowledge creation proses penyusunan modul terdiri dari 10 proses bisnis yang telah diidentifikasi sebelumnya (Gambar 6), misal: modul tahun sebelumnya digunakan sebagai awal dari penyusunan modul, kemudian diperbaharui kontennya (bisa ditambah atau dikurangi) yang disesuaikan dengan: RB/RP, laporan diklat teknis (baik nasional maupun internasional), hasil karya tulis ilmiah dari peserta diklat, hasil penerjemahan dari standar yang berlaku secara internasional (tentunya yang

sesuai dengan regulasi yang berlaku di Indonesia), hasil diskusi dari peserta/ketika menjadi narasumber dan sumber lain yang relevan. Untuk menulis content awal bisa dimasukkan ke dalam sebuah wiki dimana nantinya akan berisi modul sesuai mata pelajaran yang diajarkan. Sebelum menulis ke wiki, maka WI harus mengakses portal (sebagai one stop information system) yang berfungsi sebagai sistem akses dan autentifikasi (memberi akses ke aplikasi sesuai peran dan tanggung jawabnya). Hal ini diperlukan untuk mengelola semua aplikasi KMS dengan baik. Prinsip utamanya yaitu hak akses ke dalam suatu aplikasi (read only, write and edit atau full access) diberikan kepada organization role sesuai dengan kebutuhan-nya. Semua apikasi KMS hanya bisa diakses melalui portal ini (sekaligus berfungsi untuk memberikan petunjuk beserta alur penggunaan masing-masing aplikasi).

2. Knowledge creation tidak dapat dipisahkan dengan knowledge storage and retrieval, disinilah strategi kodifikasi diaktualisasikan dengan penyimpanan pengetahuan. Pada poin 1 telah dijelaskan bahwa untuk penyimpanan content utama (modul) bisa digunakan wiki, kemudian content pendukungnya sebagai latar pengetahuan untuk memperbaharui content bisa

Page 48: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

47

Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro

disimpan pada blog. Adapun content yang disimpan dapat bervariasi, mulai dari text, gambar, audio, video, animasi maupun content multimedia lainnya. Nantinya setiap perubahan (baik penambahan atau pengurangan isi modul) pada wiki secara otomatis akan ditambahkan keterangan perubahan-nya (change log) meliputi apa perubahan yang dilakukan dan kapan perubahan itu terjadi. Pada tahapan ini dapat ditambahkan mekanisme tertentu sebagai fungsi approval terhadap content yang diperbaharui. Knowledge storage and retrieval juga dilengkapi dengan search and retrieval system untuk mempermudah menemukan informasi dan pengetahuan yang diinginkan. Selain itu fungsi expert locator juga ditambahkan untuk mempermudah menemukan orang yang ahli dalam suatu bidang tertentu.

3. Pada knowledge transfer inilah strategi personalisasi berada. Tahap ini menekankan pada pengelolaan tacit knowledge dimana pengetahuan baru yang muncul dari hasil diskusi antar WI yang serumpun maupun forum WI atau in-house seminar berada. Misal dalam sebuah pembahasan yang akan menentukan apakah sebuah metode pengujian baru dapat dimasukkan atau tidak ke dalam sebuah modul, jika semua peserta hadir pada waktu dan tempat yang sama, maka proses

knowledge sharing/ knowledge transfer/ diskusi dapat berlangsung via ruang meeting atau forum diskusi. Kemudian hasilnya dimasukkan ke wiki berdasarkan kesepakatan pada forum diskusi. KMS memungkinkan diskusi dilakukan secara lebih luas, jika ada salah satu peserta yang tidak hadir misalnya atau berada pada tempat yang berbeda, diskusi masih dapat dilakukan via teknologi pendukung missal : video conference, discussion group based application, virtual workspace application dan lain-lain. Pada intinya KMS memungkinkan knowledge transfer dan knowledge sharing kapan saja dan dimana saja.

4. Pada tahap terakhir yaitu knowledge application yang berupa penerapan/implementasi existing knowledge supaya dapat memberikan nilai tambah (continuous improvement) pada proses lainnya. Dari hasil identifikasi ditemukan bahwa proses penyusunan modul dapat digunakan untuk meningkatkan ke-10 proses lainnya. Hal ini seperti dilihat pada Gambar 3. merupakan siklus yang berulang. Untuk mempercepat proses implementasi knowledge tersebut, KMS dapat membantu dalam hal menghubungkan informasi dari berbagai sumber dan membuatnya dapat diakses oleh organizational roles yang membutuhkan dengan

Page 49: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

48 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro

mudah dan cepat. Lebih lanjut KMS dapat mendukung knowledge application dengan cara menempelkan (embed) pengetahuan kedalam proses bisnis organisasi melalui expert/ workflow system (mengkodifikasikan dan mengotomatisasikan proses bisnis).

Validasi Desain Knowledge Infrastructure

Selain menggunakan fit criteria, validasi dilakukan juga dengan membandingkan dengan teori/literatur lain serta dengan regulasi yang berlaku supaya keabsahan hasil perancangan dapat dipertanggungjawabkan dengan hasil sebagai berikut pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Tabel 7. Validasi Berdasarkan Teori No Temuan Penelitian Teori Pendukung

1

Peran IT dalam mendukung pengelolaan

explicit (kodifikasi) dan tacit

(personalisasi) knowledge

Alavi (2001) menyatakan bahwa peran IT

dalam pengelolaan KM sebagai berikut :

coding dan sharing dari best practice,

pembuatan corporate knowledge directories,

pembuatan knowledge networks

2

IT digunakan untuk mendukung

manajemen tacit knowledge (working

group/CoP) dan explicit knowledge

(document management system)

Moffet dan McAdam (2003) menyatakan

bahwa KM Tools terdiri dari 3 :

collaborative tools, content management dan

business intelligence. Collaborative tools

misal groupware, discussion forum (tacit),

content management misal document

management system, office automation

sytem,dll

3 Diseminasi knowledge via collaboration

model (kapan saja, dimana saja)

Nonaka (2000) menyatakan bahwa SECI

Model terdiri dari, Socialization Originating

Ba (same time same place), externalisation

interacting ba, combination cyber

ba(diiferent time diffent place), dan

internalisation exercise ba.

Tabel 8. Validasi Berdasarkan Regulasi No Temuan Penelitian Regulasi

1

Knowledge Process yang akan dikelola

terdiri dari knowledge creation, storage

& retrieval, transfer & application

Menurut PermenPAN No.14 Tahun 2011

mengenai Pedoman Pelaksanaan Manajemen

Pengetahuan, ada 3 proses dasar dalam

Manajemen Pengetahuan yaitu proses

akuisisi pengetahuan, berbagi pengetahuan

dan pemanfaatan pengetahuan

2

Knowledge Transfer yang ditemukan

terdiri dari 2 strategi, kodifikasi

(explicit) dan personalisasi (tacit)

Menurut PermenPAN No.14 Tahun 2011

proses transfer dapat berupa diskusi maupun

melalui medium berbasis teknologi

3

Penelitian terdiri dari 2 tahap,

pemodelan knowledge proses dan

perancangan knowledge infrastruktur

Menurut PermenPAN No.14 Tahun 2011

tahapan dalam perencanaan implementasi

Manajemen Pengetahuan terdiri dari

Mengidentifikasi Konteks Manajemen

Pengetahuan dalam organisasi,

Mengidentifikasi Praktek Manajemen

Pengetahuan dl organisasi (pemodelan

knowledge proses) serta di tahapan strategi

ada tahapan penggunaan teknologi

(knowledge infrastruktur)

4

Penggunaan Document/Content

Management System, Search

Engine,discussion group

Menurut PermenPAN No.14 Tahun 2011 ,

aspek teknologi dl perolehan data

menggunakan sistem untuk merekam data

elektronik, tools untuk komunikasi dan

kolaborasi (portal dan intranet) serta forum

diskusi elektronik serta search and retrieval

system

SIMPULAN

Pemodelan knowledge process widyaiswara dapat dilakukan menggunakan framework pemodelan knowledge process dari Strohmaier2

yang dimodifikasi menggunakan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.12 tahun 2011 mengenai Pedoman Penataaan Tatalaksana (business process).

Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa secara umum semua proses bisnis belum mengoptimalkan semua komponen dari knowledge creation s.d knowledge application. Dimulai dari knowledge creation, ditemukan bahwa pada proses bisnis WI latar pengetahuan dalam menciptakan suatu pengetahuan baru belum sepenuhnya

Page 50: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

49

Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro

teridentifikasi, kemudian dalam knowledge storage belum menggunakan sistem yang terstruktur dan mudah untuk diakses kembali, knowledge transfer juga belum optimal dikarenakan belum mendukung aktivitas kolaborasi, kerjasama dan kerja tim sedangkan untuk knowledge application banyak yang belum terdefinisi sehingga pemanfaatan knowledge kurang optimal.

Dari hasil perancangan knowledge infrastructure menunjukkan bahwa ada dua strategi yang digunakan untuk mendukung knowledge process WI sebagai berikut :

1. Strategi Kodifikasi merupakan strategi yang bersifat explicit (mengelola pengetahuan yang terdokumentasi) dengan IT Tools antara lain : Document/Content Management berupa Wiki dan Blog, serta Search Engine/Information Retrieval System dan Expert Locator.

2. Strategi Personalisasi dimana strategi ini menitikberatkan pada pengelolaan tacit knowledge (diskusi antar WI, rapat WI yang serumpun, forum WI, in house seminar) dengan IT Tools pendukungnya antara lain : Working Group/Community of Practice Tool, virtual work space application dan discussion group based application

DAFTAR PUSTAKA

1Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. 2011. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Tentang Pedoman Pelaksanaan Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) s.l. Jakarta: Kemen PAN-RB.

2Strohmaier, Markus B. B-KIDE : A Framework and a Tool for Business Process Oriented Knowledge Infrastructure Development. Austria : Shaker Verlag, 2005.

3Nonaka and Konno. 1998. The Concept of ‘Ba’ : Building a foundation for knowledge creation. California Management Review.

4Alavi, Maryam and E. Leidner, Dorothy. 2001. Knowledge Management and Knowledge Management System : Conceptual Foundation and Research Issues. MIS Quarterly, Maret 2001, Vol. 25, pp. 107-136.

5Hidajat, Jann and Crestofel, D. 2006. Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar. Bandung: SBM-ITB.

6M. Ribiere, Vincent and A. Roman, Juan. 2006. Knowledge Flow. [book auth.] D. Schwartz. Encyclopedia of Knowledge Management. Idea Group Reference (IGI).

Page 51: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

50 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro

7Maier, Ronald. 2007. Knowledge Management Systems : ICT for Knowledge Management. New York : Springer.

Page 52: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Vol 1 No 1 Desember 2012

Kajian Implementasi Watchguard Firebox Seri 125e ... | Jarudo Damanik

51

KAJIAN IMPLEMENTASI WATCHGUARD FIREBOX SERI 125e SEBAGAI PENYARING KONTEN PADA JARINGAN KANTOR

PEMERINTAH KOTA BATAM

A STUDY ON THE IMPLEMENTATION OF WATCHGUARD FIREBOX 125e SERIES AS A CONTENT FILTER IN BATAM LOCAL

GOVERNMENT’S NETWORK

Jarudo Damanik Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Medan

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Jalan Tombak Nomor 31 Medan [email protected]

ABSTRAK

Kajian implementasi sistem penyaring konten telah dilakukan di Kantor Pemerintah

Kota Batam. Penyaring konten yang dipakai adalah firebox seri 125e yang memiliki keunggulan melakukan blok terhadap konten sebuah website secara menyeluruh. Pendeteksian virus, worm maupun gerakan yang mengarah pada tindakan berupa hack dapat berjalan secara maksimal melalui perangkat ini. Namun pemblokiran seluruh konten yang terdapat pada sebuah website memunculkan permasalahan, karena tidak semua konten yang terdapat pada sebuah situs tersebut negatif. Penelitian ini menggunakan metoda kualitatif untuk melihat sejauh mana penggunaan konten filtering dilakukan di Kantor Pemerintahan Kota Batam. Kajian ini diharapkan menjadi masukan Pemerintah Kota Batam untuk menentukan penggunaan konten filtering yang efektif. Disarankan untuk menciptakan sebuah perangkat yang mampu mendeteksi sebuah konten page per page, sehingga proses penyeleksian konten dapat dilakukan secara relevan.

Kata Kunci : penyaring konten, firebox 125e series, pendeteksian

ABSTRACT

A study on the implementation of the content filtering system has been done in Batam local government’s network. The content filter used is firebox 125e series which has the adventage to block all of website content. Detection of viruses, worms and the movement that led to the action of a hack to run the maximum through this device. However, blocking all content on the website raises a problem because not all of the website content is negative. In this researh we apply qualitative method to see how far content filtering has been used in Batam Local Government’s Network. This study is expected to provide input Batam Local Government to determine effective content filtering. It is recomended to create a capable device to detect page per page, so the selection process can be carried out relevant content.

Keywords : content filtering, firebox 125 e series, detection PENDAHULUAN

Ibarat dua sisi mata uang, perkembangan teknologi informasi

melahirkan dua efek yakni efek negatif dan efek positif. Efek positifnya, teknologi informasi dan

Page 53: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

52 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Kajian Implementasi Watchguard Firebox Seri 125e ... | Jarudo Damanik

komunikasi memberikan berbagai kemudahan dalam menyelesaikan pekerjaan. Permasalahan geografis yang selama ini selalu menjadi kendala, sehingga membutuhkan ruang, waktu dan biaya yang besar dalam mengakses informasi telah diatasi dengan hadirnya fitur fitur yang terdapat di dunia maya yang lebih efektif. Selain itu teknologi informasi menghadirkan pergeseran paradigma terhadap tingkat kepentingan informasi menjadi suatu hal yang paling berarti dan berharga. Lebih spesifik, teknologi informasi dan komunikasi, khususnya keberadaan dunia maya dewasa ini digunakan orang sebagai pusat rujukan informasi, bersosialisasi, melakukan transaksi dan aktivitas ekonomi, dan bahkan sebagai media dalam melakukan pembelajaran.

Namun sisi lain kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya fasilitas dunia maya menghasilkan konsekuensi negatif bagi penguna. Konsekuensi negatif yang kita anggap sebagai dampak negatif teknologi ini sama luasnya dengan manfaat positif teknologi ini. Sebagai sebuah perwujudan dari dunia yang maya, dunia maya memiliki hampir semua hal yang terdapat pada dunia nyata. Berbeda dalam dunia nyata, di dunia maya segala aktivitas dapat dilihat lebih visual dan nyata, serta amat mudah membuktikan setiap pelanggaran yang dilakukan seseorang. Secara garis besar internet memberi peluang terciptanya dampak negatif seperti

pornografi, kecanduan hubungan maya, tayangan sadis dan lainnya.1 Dampak negatif tersebut semakin besar karena ketersediaan fitur dan mudahnya akses.

Meski demikian semua informasi yang terdapat pada dunia maya yang di interpretasikan melalui laman website yang ada saat ini memiliki manfaat selama digunakan secara bijaksana diartikan dengan menggunakan untuk tujuan yang bermanfaat serta menyaring isi yang bersifat negatif. Untuk itu, dalam bentuk kampanye persuasif, penyaringan konten yang tersedia di dunia maya secara teknis sangat diperlukan. Ada beberapa cara penyaringan konten yang dapat dilakukan. Saat ini teknis penyaringan konten yang sering digunakan adalah dengan mengimplementasikan proxy yang terdapat pada jaringan. Pada teknik ini proxy akan memainkan peran untuk menyampaikan dan menerima permintaan dari user untuk mengakses konten dari server global.

Gambar 1. Konsep dan cara kerja proxy2

Pada dasarnya proxy berfungsi sebagai content checking. Bila proxy

Page 54: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

53

Kajian Implementasi Watchguard Firebox Seri 125e ... | Jarudo Damanik

diset untuk mem-filter konten yang mengandung kata “sex”, maka semua paket yang mengandung kata “sex” akan ditolak. Meskipun pada setiap jaringan, khususnya jaringan local area network selalu disertai sebuah proxy, karena fungsi vitalnya sebagai jembatan antara client dan webserver sekaligus sebagai otorisasi mengijinkan akses, namun kenyataannya efektivitas kinerja dalam melakukan penyaringan masih belum cukup. Relevansi teknik penyaringan dengan kaidah kepantasan terhadap pengakses begitu erat kaitannya. Sisi lain dari alasan penyaringan sebuah konten juga dipengaruhi beberapa faktor yang bersifat non teknis.3

Dalam sebuah diskusi oleh ICTWATCH bersama dengan komunitas blogger disimpulkan bahwa dukungan terhadap keberadaan UU ITE Nomor 8 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), khususnya pasal 27 ayat 1 harus dilakukan secara lebih nyata.4 Namun perlindungan terhadap masyarakat terkait akses ke negatif tidak dapat dipenuhi hanya undang undang tersebut. Kebijakan lebih teknis diperlukan untuk menciptakan akses ke dunia maya yang lebih sehat dan bermartabat. Berdasarkan pemaparan diatas, kajian ini difokuskan pada sejauhmana perangkat penyaring konten yang digunakan pada jaringan kantor Pemerintah Kota Batam mampu melakukan filtering terhadap konten negatif, serta apa kelemahan dan

kelebihan tools tersebut. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi teknis terkait dengan perangkat konten filtering sebagai media penyaringan informasi negatif, serta solusi pemilihan perangkat penyaring konten yang efektif.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pemerintah Kota Batam di kawasan Batam Center, dengan fokus pengamatan terhadap kinerja jaringan yang berada di Lantai VII. Penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) bulan yakni dari bulan Januari 2012 sampai dengan Juni 2012. Objek pengambilan data terdiri dari data aktivitas lalulintas jaringan dari menu Manajemen Admin, dokumen awal pembangunan jaringan dan wawancara mendalam terhadap seluruh elemen yang terkait dengan manajemen pengelolaan jaringan.

Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif, yaitu mencatat dan menggambarkan secara teliti seluruh fenomena yang ditemukan di lapangan.5 Peneliti secara langsung mengamati objek penelitian untuk melakukan interpretasi data lapangan, sekaligus memilih informan sebagai sumber data serta melakukan penilaian kualitas data, menafsirkan serta membuat kesimpulan atas temuan di lapangan.6 Alasan pemilihan metode ini didasarkan pada fenomena perkembangan teknologi informasi, khususnya konten dunia maya yang sangat dinamis, dan selalu

Page 55: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

54 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Kajian Implementasi Watchguard Firebox Seri 125e ... | Jarudo Damanik

mengelami perubahan dan pembenahan setiap saat. Teknik pendekatan secara persuasif dan penjabaran naratif diharapkan mampu menggali semua fenomena dan kencenderungan yang berkembang.

Sedangkan analisa data dilakukan dalam beberapa tahapan dari tahapan trustworthines, credibility, hingga authenticity. Tahapan ini dilakukan untuk melihat realita yang diungkapkan informan dengan melihat pengalaman informan terkait topik, menguji kredibilitas informan dari jawaban serta memfasilitasi pengungkapan konstruksi personal informan. Validasi data dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi yaitu melakukan pengecekan dari sumber data yaitu pengelola dan manajemen admin jaringan, pejabat yang memiliki otoritas terhadap keberlangsungan jaringan, data lalulintas jaringan serta para pengunjung atau user yang menggunakan jaringan. Keberagaman data yang diperoleh akan di deskripsikan, dikategorikan, untuk melihat pendapat yang sama dan melakukan member chek terhadap data yang berbeda untuk dibuatkan kesepakatan diantara sumber data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada jaringan kantor Pemerintah Kota Batam, sistim jaringan komputer lokal mengadopsi topologi jaringan topologi Mesh atau biasa disebut topologi jala, dimana dalam topologi ini terbentuk suatu bentuk hubungan antar perangkat dimana setiap perangkat terhubung secara langsung ke perangkat lainnya yang ada di dalam jaringan. 7

Gambar 2. Topologi Mesh yang digunakan dalam jaringan antar

koneksi di kantor Pemerintah Kota Batam

Pemilihan topologi ditujukan untuk keamanan data yang didistribusikan. Dengan menggunakan topologi ini data yang disampaikan antar satu komputer dengan komputer lain lebih aman karena menggunakan “dedicated link” komunikasi data secara langsung tanpa melalui komputer lain. Hal ini diperlukan karena data yang

server sebagai sentral

Client 2

Client 4

Client 6

Client 3

Client 1

Client 5

Titik port hub

Page 56: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

55

Kajian Implementasi Watchguard Firebox Seri 125e ... | Jarudo Damanik

didistribusikan sangat penting seperti data statistik dan kependudukan.

Sistim Penyaring Konten Kantor Pemerintah Kota Batam

Pada jaringan kantor Pemerintah Kota Batam efektivitas penggunaan proxy dan firewall dimaksimalkan untuk melakukan pengontrolan atas akses yang dilakukan user. Proxy yang digunakan pada server jaringan ini sudah lengkap. Saat ini konfigurasi pada MS Proxy Server dan Win Gate yang bekerja pada layer aplikasi mampu melakukan pengontrolan terhadap seluruh aplikasi yang digunakan pada jaringan. Hasil penelitian menunjukan tipe MS Proxy Server dan Win Gate mampu menyortir seluruh lalulintas paket yang masuk.

Kondisi ini tentu tidak mencukupi untuk melindungi dan memantau jaringan bebas dari akses yang tidak terdeteksi. Perkembangan berbagai tipe proxy yang sebagian besar dapat diperoleh secara gratis menimbulkan fenomena baru. Sebagus apapun tipe proxy yang digunakan saat ini dapat dipastikan tidak akan mampu melakukan pengontrolan seluruh aktivitas. Sebagai contoh sebuah web proxy dapat diperoleh secara gratis mampu melakukan browsing tanpa harus khawatir oleh adanya pemblokiran situs karena semua request akan dilewatkan di web proxy tersebut.

Jaringan pada kantor Pemerintah Kota Batam juga dilengkapi dengan firewall yang

bekerja saling mendukung dengan proxy. Firewall yang digunakan adalah WebBlocker yang merupakan produk sebuah vendor berbasis di Amerika Serikat. Sistim langganan keamanan terintegrasi XTM WatchGuard dan Firebox X e-Series peralatan dengan nomor seri X1250e.

Gambar 3. Bentuk fisik webblocker sebagai penyaring konten yang

digunakan kantor Pemerintah Kota Batam

Secara umum fungsi webblocker ini untuk melakukan pengamatan terhadap segala aktivitas yang dilakukan oleh user dalam lingkup jaringan, dengan mengenali konten yang disajikan oleh sebuah website. Pada weblocker ini terdapat fitur tambahan berupa perangkat proteksi antivirus, spyware dan anti spam. Ini diperlukan karena banyaknya data Pemerintah Kota Batam yang harus dilindungi ketika terjadi sebuah distribusi data. Keberadaan firewall yang komprehensif ini tentunya untuk memberikan perlindungan secara total terhadap setiap akses yang tidak dikehendaki. Firewall watchguard ini bekerja dengan memfokuskan semua paket yang masuk melalui proses identifikasi. Watchguard firebox 125e akan mengidentifikasi sebuah paket yang diakses user melalui pengecekan alamat IP baik komputer sumber maupun komputer tujuan untuk

XTM Watchguard Firebox 125e

Page 57: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

56 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Kajian Implementasi Watchguard Firebox Seri 125e ... | Jarudo Damanik

membandingkan apakah IP dimaksud merupakan IP yang memiliki indikasi merusak, kemudian mengecek port yang digunakan dan membandingkan dengan database yang dimiliki serta melakukan pengecekan terhadap protokol IP yang digunakan. Indikator firewall ini menolak atau melewatkan paket tersebut berdasarkan daftar database yang sudah ada sebelumnya.

Gambar 4. Cara kerja dan fungsi firebox sebagai firewall yang

digunakan di kantor Pemerintah Kota Batam

Keunggulan Watchguard Firebox 125e

Dari sisi fitur, firebox 125e memiliki beberapa keunggulan diantaranya memiliki kemampuan melakukan penyaringan IP adress. Selain itu fleksibilitas pengkonfigurasian dapat dilakukan melalui port yang digunakan. Artinya untuk dapat memblok sebuah situs berbagai tipe dapat dilakukan dengan menutup port tertentu, sehingga seluruh web yang berbasis pada port

tersebut tidak akan dapat diakses user. Selain itu firebox 125e juga merupakan sebuah paket watchguard yang terdiri dari perangkat lunak firewall sekaligus terintegrasi dengan perangkat keras.

Kelemahan Watchguard Firebox 125e

Selain keunggulan yang dimiliki Watchguard Firebox 125e juga memiliki beberapa kelemahan. Beberapa kelemahan yang dapat diidetifikasi dalam penelitian ini adalah Watchguard Firebox 125e yang digunakan sebagai firewall untuk melindungi jaringan berjalan secara sporadis, dimana metode penyaringan konten yang masuk langsung menutup semua akses berdasarkan port, sehingga keseluruhan informasi yang ada dalam website tersebut secara otomatis tidak akan bisa diakses. Hal ini sebenarnya sangat bertentangan dengan kebebasan dalam memperoleh informasi. Upaya pemblokiran seharusnya dilakukan dengan bijaksana. Artinya pembatasan atau pemblokiran bukan berarti membatasi hak manusia untuk memperoleh informasi. 8 Esensi pembatasan dan pemblokiran bertujuan untuk menyelamatkan bangsa ini dari kerusakan. Pembatasan sebagian konten negatif di jaringan situs website juga sebagai upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa ini di panggung dunia. Artinya sebagai sebuah bangsa besar yang sejajar dengan bangsa bangsa lain di dunia ini bangsa Indonesia juga memiliki etika dalam

Internet

User User Sub Sub

Switch

Webserve

Router

Firebox sebagai Firewall spesifikasi

teknis firebox x-

webserve

Page 58: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

57

Kajian Implementasi Watchguard Firebox Seri 125e ... | Jarudo Damanik

melakukan akses informasi melalui dunia maya. 9 Selain itu, besarnya biaya yang dibutuhkan dalam melakukan identifikasi dan pembentukan database yang akan terkonfigurasi juga akan menjadi masalah ketika penganggarannya tidak dilakukan secara tepat. Proses update perangkat yang harus dilakukan kepada vendor pemilik lisensi watchguard firebox 125e juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit, padahal bila perangkat tidak terupdate secara berkala sangat mempengaruhi kemampuan pembentukan database sesuai pertumbuhan website yang pesat.

SIMPULAN Secara teknis, seluruh otoritas

yang ada di Pemerintah Kota Batam yang memiliki wewenang terkait dengan keberadaan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi dan unsur unsur pendukungnya sudah memiliki konsep pemanfaatan yang sangat jelas. Penyediaan perangkat baik dari sisi hardrware, software maupun tools lainnya sudah sangat mencukupi. Dari sisi keamanan data, khususnya perlindungan terhadap user yang mengakses melalui jaringan terhadap konten yang akan diakses cukup kuat, dimana manajemen administrator jaringan memilih untuk memperkuat sistim pengamanan jaringan dengan melakukan duplikasi pengamanan. Duplikasi pengamanan dimaksud terdiri dari penggunaan proxy sequid untuk seluruh aktivitas internel jaringan dan menggunakan firewall

berbasis watchguard firebox seri 125e untuk setiap akses masuk. Cara kerja firewall dengan langsung menutup seluruh port yang diidentifikasi atau berpeluang memiliki konten yang tidak baik sesungguhnya bukan tindakan yang bijak. Sebagian isi situs tersebut pasti akan memiliki manfaat sepanjang dilakukan model pengaksesan yang sehat. Pemilahan terhadap sebuah situs tertentu untuk melihat serta menciptakan cara pandang penilaian yang lebih parsial sangat diperlukan untuk menciptakan pola akses informasi yang relevan. Sebuah perangkat yang mampu mendeteksi konten secara page by page diharapkan mampu mengatasi permasalahan filtering ini, khususnya di negara yang belum dapat menentukan secara spesifik memberikan kategori konten negatif atau positif.

Teknik penyaringan konten pada jaringan kantor Pemerintah sebaiknya dilakukan secara parsial dan terpisah dengan fungsi firewall, untuk menghindari pemblokan sebuah situs secara keseluruhan, karena sebagian isi situs yang diblok melalui fungsi firewall dipastikan memiliki konten positif yang dibutuhkan user. Selain itu dalam mengkonfigurasikan database untuk menyeleksi situs yang dianggap memiliki potensi negatif dan berbahaya sebaiknya dilakukan secara lebih bijak dengan memperhatikan seluruh aspek konten yang terdapat pada situs dimaksud. Peluang untuk melakukan kerjasama

Page 59: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

58 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Kajian Implementasi Watchguard Firebox Seri 125e ... | Jarudo Damanik

dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika terkait pengembangan dan penggunaan software penyaring konten dapat dilakukan. Sebagai acuan saat ini Kementerian Komunikasi dan Informatika sedang melakukan ujicoba penggunaan trush+ sebagai sebuah perangkat penyaring konten pintar untuk melakukan pendeteksian setiap konten secara detil dan page by page. DAFTAR PUSTAKA

1Iqbal, Jamaluddin, 2011, Dampak Positif dan Negatif Internet, Bulletin IT (diakses tanggal 23 Januari 2012) http://buletin.it.uii.ac.id

2Pardosi, Mico, 2007. Pengantar Instalasi Jaringan, Penerbit Informatika. Bandung

3Salahuddin. M. 2010. Penyaringan Konten Negatif di Internet. Indonesia Security Incident Response Team On Internet Infrastructure (ID-SIRTII). Jakarta

4ICTWATCH, 2011. Panduan Menggunakan Internet Sehat. Ictwatch. Jakarta

5Sugiono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung

6Mulyana, Dedy, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Remaja Rosda Karya. Bandung

7Sopandi, Dede. 2006. Instalasi dan Konfigurasi Jaringan Komputer. Penerbit Informatika. Bandung.

8Sembiring, Tifatul, 2012, Laporan Konfrensi Pers Terkait Aturan Pengawasan Konten Negatif Bagi Provider Penyedia Konten, (tanggal 27 Oktober 2010) http://www.kominfo.go.id

9Tim Perumus.2011. Focus Group Discussion : Draf dan Acuan Etika On-Line.

Page 60: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Vol 1 No 1 Desember 2012

Perfomansi Wireless Intrusion Detection System ... | Tasmil

59

PERFOMANSI WIRELESS INTRUSION DETECTION SYSTEM (WIDS) BERBASIS SNORT UNTUK MENDETEKSI SERANGAN DENIAL OF

SERVICE

PERFORMANCE OF WIRELESS INTRUSION DETECTION SYSTEM BASED SNORT FOR DETECTING DENIAL OF SERVICE ATTACKS

Tasmil

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makassar

Jl. Racing Center II/25 Makassar [email protected]

ABSTRAK

Telah dilakukan kajian Wireless Intrusion Detection System untuk mendeteksi

serangan Denial of Service terhadap jaringan wireless. Dalam penerapan metode WIDS menggunakan tools Snort-Wireless yang berjalan pada sistem operasi Linux. Sistem tersebut diuji dengan serangan Denial of Service menggunakan tools Engage Packet Builder. Paket serangan kemudian dideteksi sebagai sebuah serangan Denial of Service melalui hasil monitoring paket jaringan. Hasil penelitian yang telah dilakukan, metode Wireles Intrusion Detection System mampu mendeteksi serangan Denial of Service dengan performasi 54%. Metode tersebut dapat menjadi solusi keamanan jaringan nirkabel dari serangan yang setiap saat dapat mengancam. Kata Kunci: Jaringan nirkabel, WIDS, Denial of Service

ABSTRACT

Performance of Wireless Intrusion Detection System to detect Denial of Service

against wireless network has been studied. The implementation of this method have been performed using snort-wireless tools. The system was tested with Denial of Service attacks using tools Engage Packet Builder. Packet attack was then detected as a denial of service attacks through the monitoring network packets. From the study, it has been obtained that the Wireless Intrusion Detection System were succeded in detecting the Denial of Service attacks by 54 %. It is argued that the method might be suitable for a solution of wireless network security. Keywords: Wireless Network, WIDS, Denial of Service PENDAHULUAN

Denial of Service (DoS) sebagian besar terjadi melalui internet. Salah satu jaringan yang rentan terhadap serangan tersebut adalah wireless ad-hoc. Kurangnya pusat monitoring, manajemen point, dan kekurangan

dalam hal sistem pertahanan yang jelas. Sistem proteksi wireless dengan menggunakan firewall dan enkripsi tidak cukup memadai dan efektif. Dalam mengatasi kerentanan jaringan nirkabel tersebut, maka diterapkan sebuah metode Wireless Intrusion

Page 61: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

60 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Perfomansi Wireless Intrusion Detection System ... | Tasmil

Detection System (WIDS)1. Beberapa kekurangan dan kelemahan telah di dimunculkan. Karena garis pertahanan pertama untuk jaringan nirkabel tampaknya tidak cukup untuk memenuhi keamanan saat ini dan tuntutan di masa yang akan datang, maka pertahanan mengacu pada pemanfaatan WIDS harus dilakukan. WIDS akan berdampingan dengan protokol keamanan membantu meningkatkan keamanan total.2

WIDS adalah sebuah perangkat lunak atau perangkat keras alat yang digunakan untuk mendeteksi akses tidak sah dari sistem komputer atau jaringan. WIDS melakukan tugas ini secara eksklusif untuk jaringan nirkabel. Sistem ini memonitor lalu lintas di jaringan anda cari dan ancaman penyadapan dan mengingatkan personil untuk merespon.

Hal yang perlu diperhatikan pada implementasi WIDS adalah perihal false positive dan false negative. False positive adalah peringatan serangan yang dihasilkan oleh WIDS akan sebuah paket normal pada sistem yang dimonitor. False negative adalah sebuah serangan yang benar-benar terjadi namun terlewatkan oleh WIDS sehingga WIDS tidak akan menghasilkan peringatan apapun atas serangan tersebut. WIDS dapat melewatkan serangan karena serangan tersebut tidak dikenali olehWIDS, atau karena penyerang berhasil menggunakan

sebuah metode serangan yang dapat menghindari WIDS.3

Algoritma yang diadopsi oleh WIDS untuk mengenali serangan, antara lain4 :

1. Rule Based Detection Analisis dilakukan terhadap aktivitas sistem, mencari kejadian yang cocok dengan pola perilaku yang dikenali sebagai serangan.

2. Preprocessing Mengumpulkan data tentang pola dari serangan dan meletakkannya pada skema klasifikasi. Kemudian suatu model akan dibangun dan dimasukkan ke dalam bentuk format yang umum seperti nama pola serangan, nomor identitas pola serangan dan penjelasan pola serangan.

3. Analysis Data dan formatnya akan dibandingkan dengan pola serangan yang sudah dikenali

4. Response Jika ada yang cocok dengan pola serangan, mesin analisis akan mengirimkan peringatan ke server.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah “Berapa Besar Performansi WIDS dalam Mendeteksi Serangan DoS?” . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji kemampuan WIDS dalam mendeteksi serangan DoS dengan menggunakan pola serangan SYN Flooding dan menguji

Page 62: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

61

Perfomansi Wireless Intrusion Detection System ... | Tasmil

kemampuan WIDS dalam meningkatkan keamanan jaringan nirkabel.

METODE PENELITIAN

Pengumpulan data menggunakan teknik eksperimen berupa percobaan simulasi se rangan DoS dengan paket SYN Flooding seperti ditunjukkan pada Gambar 1. klasifikasi paket serangan tersebut adalah :

1. Menetapkan jumlah paket serangan

2. Menentukan port 80 yang terbuka pada jaringan komputer.

3. Komputer penyerang mengirimkan paket SYN sebanyak 300, 600, 1.000, 3.000, 6.000, 9.000, 12.000, 15.000, 18.000 dan 21.000 paket dengan melakukan pengujian sebanyak 5 (lima) kali.

4. Target serangan adalah protokol TCP padal layer 4 lapisan OSI.

Gambar 1. Skema serangan DoS pada

jaringan

Prosedur deteksi serangan SYN Flooding dengan WIDS menggunakan

tools snort versi 2.8.6 adalah sebagai berikut :

1. Paket data yang masuk kedalam jaringan komputer direkam dalam file log snort.

2. membaca paket data dan membandingkannya dengan rule database, jika paket data dideteksi sebagai penyusupan/serangan, maka Snort engine akan menuliskannya ke alert (berbentuk file log) dan ke database (yang digunakan dalam eksperimen ini adalah database MySQL).

3. Webmin adalah Interface Base yang telah ditambahkan module snort rule digunakan untuk mengelola rule. Rule mana saja yang akan di menable dan disable dapat diatur melalui Webmin, bahkan dapat digunakan untuk menambahkan rule-rule secara manual dengan editor berbasis web.

4. Rule berfungsi untuk mencatat serangan pada sebuah file log.

5. User akan mengamati alert yang dihasilkan melalui interface base berbasis web.

Prosedur di atas digambarkan ditunjukkan pada Gambar 2.

Page 63: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

62 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Perfomansi Wireless Intrusion Detection System ... | Tasmil

Gambar 2. Metode WIDS dengan snort-wireless

Pengujian Perfomansi Keamanan Jaringan Nirkabel Dengan WIDS

Dalam mendesain keamanan jaringan nirkabel dengan WIDS menggunakan tools snort 2.8.6 yang bertindak selaku detektor untuk mendeteksi serangan DoS. Hasil deteksi snort berdasarkan rules yang telah dikonfigurasi untuk mendeteksi serangan DoS kemudian disimpan ke dalam database MYSQL dan log file. Deteksi serangan DoS ditampilkan melalui interface web dengan menggunakan tools Base 1.4.4. Model desain keamanan jaringan nirkabel dengan WIDS tersebut ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Desain keamanan jaringan nirkabel dengan WIDS

Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak

Detector WIDS:

1. Acer ASPIRE ONE Intel Atom Processor N450

2. Memori 1 GB

3. Tools Snort 2.8.6(Detector)

4. BASE 1.4.4

5. MYSQL

6. APACHE2

7. Linux Ubuntu 11.04

8. IP Address 192.168.0.3

Intruder:

1. Acer Aspire 1430z

2. Memori 1 GB

3. Engage Packet builder v2.2.0(SYN FLOODING)

4. IP Address 192.168.0.2

Access Point:

1. Linksys WRTG54GL

2. IP Adress 192.168.0.1

Pengujian performansi WIDS diukur dengan serangan DoS untuk 10 (sepuluh) kali serangan paket SYN Flooding dengan klasifikasi serangan dan performansi WIDS ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Klasifikasi serangan DoS

Pengujian

Jumlah Paket

Uji coba

Jenis Serangan

Performan

si WIDS (%)

1 300 5 kali SYN Flooding

2 600 5 kali SYN Flooding

Page 64: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

63

Perfomansi Wireless Intrusion Detection System ... | Tasmil

3 1000 5 kali SYN Flooding

4 3000 5 kali SYN Flooding

5 9000 5 kali SYN Flooding

6 6000 5 kali SYN Flooding

7 12000 5 kali SYN Flooding

8 15000 5 kali SYN Flooding

9 18000 5 kali SYN Flooding

10 21000 5 kali SYN Flooding

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rancangan WIDS menggunakan platform sistem operasi linux Ubuntu 11.04 selaku server dengan simulasi jaringan menggunakan 3 (tiga) komputer dan satu Access Point sebagai router. Komputer server sebagai detektor WIDS dan salah satu client bertindak selaku victim dan attacker. Konfigurasi WIDS meliputi rules serangan, log file, database MYSQL, monitoring web dan penentuan sensor serangan. Pengujian ini merupakan hasil simulasi serangan

DoS berupa pengiriman paket SYN Flooding. Perilaku paket serangan akan diuji berdasarkan rules serangan yang telah dibuat dari hasil konfigurasi snort yang ditunjukkan pada Gambar 4.

Berdasarkan hasil monitoring paket dengan tools Base 1.4.4, semua paket TCP akan diperiksa kemudian dideteksi apakah traffic paket dalam jaringan merupakan serangan atau paket biasa. Monitoring serangan sifatnya real time dan dicatat dalam log file WIDS. Serangan DoS ditampilkan dalam bentuk alert atau pesan yang muncul pada halaman depan interface base 1.4.4 dimana keseluruhan alert tersebut akan ditotal berdasarkan jumlah serangan DoS yang terdeteksi. Paket serangan tersebut berupa catatan log IP address, port, dan waktu penyerangan. Hasil monitoring paket

Gambar 4. Konfigurasi Snort-wireless yang dipakai pada simulasi

Page 65: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

64 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Perfomansi Wireless Intrusion Detection System ... | Tasmil

yang ditampilkan melalui interface Base 1.4.4 ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Tampilan hasil monitoring

serangan memakai Base 1.4.4

Pengujian serangan menggunakan tools Engage Packet builder v2.2.0 yang dikonfigurasi dengan IP Address 192.168.0.2. IP ini mengirimkan paket SYN Flooding ke IP Address 192.168.0.3 (IP server) pada protokol TCP dengan port 80. Pengujian tersebut berhasil diujikan dimana paket tersebut telah membanjiri jaringan komputer berupa paket SYN Flooding sehingga pengguna jaringan yang sah tidak dapat masuk ke dalam sistem jaringan dan request dari pengguna yang sah tidak dapat dilayani akibat dari serangan tersebut sehingga jaringan komputer menjadi kacau dan performansinya menurun. Simulasi ini ditunjukkan melalui port destination pada Gambar 6.

Gambar 6. Simulasi serangan dari IP

192.168.0.2 ke IP 192.168.0.3 memakai Engage Packet builder

v2.2.0.

Paket serangan DoS dapat dideteksi dengan baik berupa catatan klasifikasi serangan yang terdiri dari jenis serangan,IP address, port, layer dan waktu penyerangan yang ditampilkan melalui interface Base 1.4.4 ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Klasifikasi serangan SYN Flooding dari hasil analisa memakai

Base 1.4.4 Hasil pengujian telah dilakukan terhadap keamanan jaringan nirkabel menggunakan metode Wireless Intrusion Detection System (WIDS) dengan serangan DoS. Serangan sebanyak 10 (sepuluh) kali pengujian untuk paket yang berbeda didapatkan hasil deteksi serangan DoS.dengan

Page 66: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

65

Perfomansi Wireless Intrusion Detection System ... | Tasmil

performansi 54%. Dalam pengujian serangan DoS, snort sebagai detektor WIDS dikonfigurasi dengan 10 (sepuluh) paket SYN perdetik untuk deteksi serangan DoS. Paket serangan kurang dari 10 (sepuluh) paket perdetik tidak terdeteksi sebagai serangan. Pengaturan rules tersebut ditentukan berdasarkan aturan penerimaan paket untuk serangan DoS.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa WIDS cukup baik dalam mendeteksi serangan DoS dalam memberikan informasi kepada admin jaringan komputer untuk memblok serangan tersebut. Serangan DoS yang sebelumnya tidak terdeteksi, akhirnya mampu dideteksi WIDS dengan performansi di atas 50% dari total paket serangan yang diujikan. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa performansi keamanan jaringan komputer dapat ditingkatkan terhadap serangan DoS. Adapun hasil serangan DoS berupa pengiriman paket serangan SYN Flooding ditunjukkan pada Tabel 2.

SIMPULAN

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan WIDS sebagai berikut :

1. Metode WIDS mampu mendeteksi serangan DoS berupa serangan SYN Flooding dengan performansi rata-rata 54% terhadap pengujian serangan DoS berupa pengiriman paket SYN Flooding .

2. Metode WIDS ini mampu meningkatkan Keamanan jaringan nirkabel terhadap serangan DoS untuk pengujian serangan sebanyak 10 (sepuluh) kali dengan pengiriman 300, 600, 1.000, 3.000, 9.000, 12.000, 15.000, 18,000 dan 21.000 paket serangan SYN Flooding .

Saran-saran yang dapat diberikan dari analisa kinerja sistem deteksi serangan dengan WIDS:

1. Dianjurkan melapisi sistem keaman jaringan nirkabel dengan WIDS khususnya untuk deteksi dini terhadap serangan DoS.

2. Menggunakan teknik pengujian lanjutan terhadap ancaman keamanan jaringan nirkabel.

3. Membandingkan kinerja snort dengan tool WIDS yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

1Snehal Boob, Priyanka Jadhav, Wireless Intrusion Detection System, International Journal of Computer Applications (2010) 0975 – 8887

Tabel 2. Hasil pengujian serangan DoS

Pengujian

Paket SYN

Uji Coba

Total Paket SYN

Total Alert

Performansi WIDS

1 300 5 kali 1,500 1,470 98%

2 600 5 kali 3,000 2,970 99% 3 1,000 5 kali 5,000 3,978 78% 4 3,000 5 kali 15,000 7,152 48%

5 6,000 5 kali 30,000 17,680 59% 6 9,000 5 kali 45,000 11,032 25% 7 12,000 5 kali 60,000 20,448 34% 8 15,000 5 kali 75,000 25,656 34%

9 18,000 5 kali 90,000 28,158 31% 10 21,000 5 kali 105,000 35,487 34%

Rata-rata 54%

Page 67: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

66 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Perfomansi Wireless Intrusion Detection System ... | Tasmil

2Alexandros Tsakountakis, Georgios Kambourakis and Stefanos Gritzalis, Towards effective Wireless Intrusion Detection in IEEE 802.11i, Jurnal Computer Society (2007)

3Scott, P. Wolfe, and B. Hayes, SNORT for Dummies, Wiley Publishing Inc., 2004

4Carl Endorf, Eugene Schultz, and Jim Mellander, Intrusion Detection & Prevention, McGraw- Hill/Osborne, 2004

Page 68: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Vol 1 No 1 Desember 2012

Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin

67

ANALISIS PERBANDINGAN KECEPATAN KONEKSI INTERNET PC CLIENT PUSAT LAYANAN INTERNET KECAMATAN (PLIK)

DENGAN WARNET DI KOTA BANDA ACEH

COMPARATIVE ANALYSIS OF PC CLIENT INTERNET CONNECTION SPEED BETWEEN SUB DISTRICT INTERNET ACCESS (PLIK) AND

INTERNET CAFE IN BANDA ACEH

Moh. Muttaqin Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika

Kementerian Komunikasi dan Informatika Jl. Tombak No.31, Medan, Tel. / Fax. : (061) 6639817

[email protected], [email protected]

ABSTRAK

Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) merupakan program pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam upaya pemerataan informasi dan memasyarakatkan internet sehat. Kenyataannya, keberlangsungan program PLIK banyak menghadapi kendala, terutama kalah populer dibandingkan dengan warnet yang memiliki segmentasi konsumen yang sama. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbandingan kecepatan koneksi PC client PLIK dengan warnet. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif melalui pengujian kecepatan koneksi menggunakan alat uji kecepatan online. Pengujian ini menghasilkan nilai-nilai kecepatan berupa angka yang dikonversikan dalam satuan Mega bit per second (Mbps). Temuan penelitian menunjukkan kecepatan download PC client PLIK hanya setengah kecepatan download PC client warnet, sementara kecepatan upload PLIK dan warnet tidak terpaut jauh. Tren perubahan kecepatan koneksi internet pada PLIK terus menurun seiring perjalanan waktu pagi ke sore, sedangkan tren perubahan kecepatan pada warnet hanya kembali meningkat di waktu sore setelah menurun di waktu siang. Kata Kunci: Pusat Layanan Internet Kecamatan, warnet, PC client, kecepatan koneksi internet

ABSTRACT

Sub District Internet Access (PLIK) is the governmental program conducted by

Ministry of Information and Communication Technology (MICT) in order to evenly distribute information and socializing safe internet usage. In fact, the implementation of PLIK faced many problems, especially it is less popular compared to internet cafe that has similar consumer segmentation. This research aimed to analyze the comparison of PC client connection speed between PLIK and internet cafe, using descriptive method and quantitative approach by testing the connection speed utilizing online tester. This test shows the connection speed in numeric in Mega bit per second (Mbps).The research found that the PLIK’s download speed is only a half of internet cafe’s, while comparison of the upload speed is not significantly different. The speed changes trend in PLIK’s internet connection speed is decreased steadily from morning to afternoon, while internet cafe’s is increased in the afternoon, after decreased at noon. Keywords: Sub District Internet Access, internet cafe, PC client, internet connection speed

Page 69: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

68 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin

PENDAHULUAN

Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) merupakan perwujudan dari visi Information and Communication Technology (ICT) Indonesia yang dicanangkan oleh Kemenkominfo yaitu terwujudnya masyarakat Indonesia berbasis informasi secara bertahap hingga tahun 2025. Program ini akan tersebar di kurang lebih 5.748 kecamatan di seluruh Indonesia. Hingga 5 Juli 2011 telah terinstalasi sebanyak 5.105 PLIK di 32 Provinsi se-Indonesia.1

Namun, penyelenggaraan program PLIK di lapangan menghadapai banyak permasalahan, sehingga membuat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Menteri Kominfo Tifatul Sembiring dengan Komisi I DPR RI pada 18 Januari 2012 lalu menyepakati evaluasi menyeluruh pada program-program Kominfo, salah satunya PLIK.2 Indonesian Telecommunications Users Group (IdTUG) merekomendasikan Kementerian Kominfo dan DPR melakukan inspeksi ke lapangan untuk melihat status program PLIK secara langsung.3

Permasalahan penting terkait keberlangsungan program PLIK adalah tingkat pemanfaatannya dibandingkan layanan akses internet lainnya yang memiliki segmentasi pengguna yang sama, seperti warnet. Dengan demikian, warnet adalah saingan bagi PLIK. PLIK tak banyak berbeda dengan warnet, kecuali

koneksinya yang menggunakan V-Sat, sistem operasi Linux, aplikasinya yang mengandalkan opensource, konten internet sehat dan harganya yang tak lebih dari Rp 2000,00 per jam. Namun, penelitian mengenai pemanfaatan internet di Indonesia menyebutkan bahwa pengguna warnet di Indonesia menjadikan aspek kecepatan akses sebagai faktor terpenting dalam memilih akses internet mereka, harga hanya menjadi prioritas kedua.4 Sehingga untuk dapat bersaing, PLIK seharusnya memiliki kecepatan akses yang lebih baik dari warnet. Padahal kecepatan adalah salah satu hal yang banyak dikeluhkan di PLIK. Permasalahan inilah yang mendasari penelitian ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kecepatan koneksi internet PC client PLIK dengan warnet kemudian menganalisis perbandingan kecepatan koneksi internet tersebut.

Agar topik penelitian ini tidak terlalu melebar maka penelitian dibatasi hanya dilakukan terhadap PLIK yang beroperasi di Kota Banda Aceh dan warnet yang terdekat dengan setiap PLIK tersebut. Kota ini dipilih karena posisinya sebagai ibukota salah satu provinsi dengan penetrasi teknologi telekomunikasi terendah dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia.5

Data kecepatan yang diuji adalah kecepatan unduh (dowload speed) dan kecepatan unggah (upload speed) pada pagi, siang dan sore hari.

Page 70: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

69

Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin

Pengujian kecepatan dilakukan dengan menggunakan alat uji kecepatan internet online, yaitu speedtest, OOKLA dan bandwidthplace.

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai data dan informasi yang dapat menjadi bahan bagi penelitian lanjutan terkait kinerja PLIK dan warnet sebagai sarana penyediaan layanan internet bagi masyarakat di Kota Banda Aceh.

Hasil penelitian ini juga menyajikan gambaran bagaimana perbedaan kecepatan akses yang dirasakan oleh pengguna PLIK dengan pengguna warnet dan dampak perbedaan kecepatan tersebut bagi program PLIK. Dengan demikian dapat diketahui bagaimana kondisi persaingan PLIK dengan warnet yang memang memiliki segmentasi pengguna yang sama. Gambaran pemilihan layanan internet berdasarkan kecepatan koneksi internet ini akan memberitahukan langkah apa yang harus dilakukan untuk menjadikan PLIK tetap dapat bersaing dan bertahan menjadi layanan internet yang baik bagi masyarakat.

Kecepatan Koneksi Internet Dalam pembahasan network

baseband (sinyal digital), maka bandwidth dapat diartikan sebagai jumlah bit-bit yang ditransmisikan dalam waktu tertentu. Sebuah network dengan bandwidth 10 Mbps (Mega bit per second) artinya jaringan tersebut mampu mampu mentransmisikan data sebanyak 10

Megabit per detik. Bandwidth juga dapat dipandang dari sisi kecepatan. Dalam hal ini, bandwidth dapat berarti berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengirimkan sebuah bit data melalui jaringan. Bandwidth 10 Mbps berarti setiap bit data dapat dikirimkan dalam waktu 0,1 microsecond. Dalam kenyataannya, media dengan bandwidth 10 Mbps tidak mencapai nilai aktual sebasar 10 Mbps dalam praktik komunikasi data, sehingga dikenal istilah bandwidth riil atau troughput. Jika suatu jaringan 10 Mbps ternyata hanya dapat melayani aplikasi video dengan kemampuan 2 Mbps, artinya network tersebut memiliki troughput hanya 2 Mbps.6 Dalam pembicaraan mengenai kecepatan akses, sebenarnya yang dimaksud dengan kecepatan akses ini adalah troughput dan bukan bandwidth, walaupun keduanya memiliki keterkaitan. Kecepatan transmisi data melalui suatu media juga dikenal dengan istilah datarate (kecepatan data).

Kecepatan akses internet dapat didefinisikan sebagai kecepatan perpindahan data (datarate) melalui layanan jaringan global internet antar host (setiap unit sistem komputer) yang terhubung pada jaringan tersebut. Secara teoritis, batas maksimum kecepatan transmisi data melalui berbagai media memang berbeda. Misalnya, media transmisi satelit (udara) tentu memiliki kecepatan transmisi yang lebih rendah dari media yang menggunakan kabel, apalagi serat optik.

Page 71: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

70 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin

Faktor lainnya adalah kecepatan jaringan yang tersedia. Kecepatan jaringan yang rendah akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengakses konten media di internet dibandingkan jaringan dengan kecepatan yang lebih tinggi.

Pengujian Kecepatan Koneksi Internet Secara Online

Pengujian kecepatan internet secara online adalah pengujian kecepatan perpindahan data melalui jaringan internet yang dilakukan secara online. Alat yang digunakan dalam pengujian secara online ini biasanya berupa website. Kecepatan yang dapat dilihat melalui pengujian ini adalah kecepatan unduh (download speed) dan kecepatan unggah (upload speed). Kecepatan unduh didefinisikan sebagai kecepatan transfer data dari server ke komputer pengguna (client), sedangkan kecepatan unggah adalah kecepatan transfer data dari komputer pengguna (client) ke server di jaringan internet.

Pengujian kecepatan koneksi internet secara online juga mendapat dukungan dari lembaga standarisasi komunikasi FCC (Federal Communication Commission). Menanggapi kebutuhan masyarakat pengguna internet yang tidak hanya ingin mengetahui berapa kecepatan maksimum teoritis dari jaringan yang mereka gunakan, pengguna lebih menginginkan untuk mengetahui kecepatan aktual dari koneksi yang mereka miliki.7

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan melakukan pengujian secara online terhadap kecepatan koneksi internet PC client PLIK dan warnet menggunakan website penguji kecepatan koneksi internet. Pengujian ini menghasilkan nilai-nilai kecepatan berupa angka yang dikonversikan dalam satuan Mbps (Mega bit per second).

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah PLIK dan warnet yang beroperasi di Kota Banda Aceh. Tercatat menurut data Dishubkomintel Aceh dan data PLIK di Kota Banda Aceh di website plik-uso.com,8 terdapat 11 PLIK di 9 kecamatan dalam Kota Banda Aceh. Karena jumlah populasi PLIK yang sangat kecil, maka metode sampling yang digunakan adalah total sampling. Karena penelitian ini akan membandingkan data kecepatan koneksi internet PC client PLIK dengan warnet, dan jumlah populasi warnet yang ada lebih besar dari jumlah populasi PLIK maka jumlah warnet yang dijadikan sampel juga dibatasi. Untuk setiap kecamatan diambil satu sampel warnet yang lokasinya paling dekat dengan lokasi PLIK di kecamatan tersebut, sehingga terpilih jumlah warnet yang diuji sebanyak 9 warnet di 9 kecamatan. Jumlah PC client yang diuji dalam

Page 72: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

71

Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin

setiap PLIK dan warnet adalah 1 unit PC client yang dipilih secara acak.

Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan (library research) menggunakan sumber bacaan yang terpilih dan terkait atau relevan dengan masalah yang akan diteliti. Penelitian lapangan dilakukan dengan melakukan pengujian langsung pada objek penelitian. Pengujian kecepatan akses internet PC client pada PLIK dan warnet dilakukan meggunakan website penguji kecepatan koneksi yang sama untuk mengukur download dan upload speed. Penguji kecepatan koneksi internet secara online yang dipilih adalah speedtest (http://speedtest.net/), OOKLA (http://www.ookla.com/) dan bandwidthplace (http://www.band widthplace.com/).

Data pengujian akan divariasi berdasarkan waktu yaitu pengujian pagi (08.00-10.00), pengujian siang (11.00-13.00) dan pengujian sore (15.00-17.00). Pengujian malam tidak dilakukan karena waktu operasional PLIK tidak sampai malam hari. Waktu pengujian untuk warnet sama dengan waktu pengujian untuk PLIK. Warnet yang dipilih adalah warnet yang berdekatan dengan lokasi PLIK. Setiap pengujian dilakukan diulang sebanyak tiga kali untuk meningkatkan kepercayaan data.

Analisis Data Analisis data dilakukan dengan

menghitung rata-rata hasil pengujian

kecepatan koneksi internet PC client pada PLIK dan rata-rata hasil pengujian kecepatan koneksi internet PC client pada warnet. Perhitungan nilai rata-rata hasil pengujian kecepatan koneksi yang terdiri dari kecepatan download dan kecepatan upload dilakukan dengan menghitung rata-rata dari nilai-nilai hasil pengukuran berdasarkan waktu pengukuran dan berdasarkan alat ukur yang digunakan. Dengan demikian akan didapatkan nilai rata-rata kecepatan download dan upload untuk setiap waktu pengukuran dan setiap alat ukur yang digunakan.

Nilai rata-rata download dan upload dari pengujian PLIK dan warnet ini kemudian dibandingkan. Dari nilai perbandingan ini dapat dianalisis dampak perbedaan kecepatan koneksi internet PLIK dengan warnet, khususnya bagaimana kecenderungan pilihan pengguna internet terhadap keduanya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fakta yang terungkap di lapangan, tidak semua PLIK yang disebutkan dalam data awal masih beroperasi. Hanya terdapat tiga PLIK saja yang masih beroperasi yaitu PLIK di kecamatan Syiah Kuala, Baiturrahman (PLIK Baiturrahman II) dan PLIK Lueng Bata. Dengan demikian, maka PLIK yang diteliti hanya ketiga PLIK tersebut, sedangkan warnet yang diteliti adalah warnet yang terdekat dengan lokasi PLIK di 9 kecamatan yaitu BIP Net (Banda Raya), Double Click (Kuta

Page 73: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

72 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin

Alam), Family Net (Kuta Raja), Barsya Net (Meuraxa), Abu Game Station (Jaya Baru), Core Net (Ulee Kareng), Master.com (Syiah Kuala), Naifah Net (Baiturrahman) dan Waris Net (Lueng Bata).

Hasil Pengukuran Pengukurun kecepatan

download dan upload PC client PLIK

dan warnet dilakukan dengan mengacu pada waktu pengukuran maupun jenis pengukur yang digunakan. Dengan demikian, kecepatan download dan upload PC client PLIK dan warnet dapat dibandingkan berdasarkan acuan waktu pengukuran maupun alat ukur. Semua hasil pengukuran dalam satuan Mbps (Megabit per second).

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kecepatan Koneksi Internet PC Client PLIK dan Warnet di Kota Banda Aceh (semua nilai dalam Mbps)

No. Nama tester waktu pengukuran1 pengukuran2 pengukuran3 Ket. 1 BIPNet speedtest pagi 0,28 0,32 0,26

DS

BandaRaya

siang 0,24 0,17 0,13

sore 0,31 1,91 1,8

OOKLA pagi 0,29 0,24 0,31

siang 0,28 0,16 0,51

sore 0,36 0,99 0,65

bandwidth pagi 0,222 0,241 0,24

place siang 0,226 0,193 0,191

sore 0,22 1,91 1,47

speedtest pagi 0,24 0,24 0,24

US

siang 0,24 0,23 0,24

sore 0,2 0,41 0,43

OOKLA pagi 0,22 0,23 0,18

siang 0,21 0,21 0,22

sore 0,16 0,36 0,27

bandwidth pagi 0,14 0,219 0,178

place siang 0,124 0,195 0,132

sore 0,354 0,375 0,382 2 Double speedtest pagi 1,9 1,1 0,93

DS

Click

siang 1,93 1,63 1,8

Kuta Alam

sore 0,22 0,29 0,39

OOKLA pagi 0,59 1,43 0,89

siang 1,46 1,21 0,94

sore 2,03 1,19 1,97

bandwidth pagi 1,12 1,31 1,4

place siang 1,36 1,84 1,65

sore 1,63 1,67 2,03

speedtest pagi 0,41 0,32 0,37

US

siang 0,36 0,35 0,42

sore 0,47 0,43 0,44

OOKLA pagi 0,2 0,16 0,13

siang 0,23 0,29 0,18

sore 0,29 0,25 0,26

bandwidth pagi 0,304 0,297 0,385

place siang 0,231 0,227 0,387

sore 0,259 0,408 0,396 3 Family speedtest pagi 1,74 1,64 1,28 DS

Page 74: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

73

Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin

Net

siang 1,56 1,39 1,13

Kuta Raja

sore 0,4 0,48 0,45

OOKLA pagi 0,83 1,19 1,46

siang 1,83 1,06 1,8

sore 0,33 0,46 0,43

bandwidth pagi 1,76 1,76 1,58

place siang 1,86 1,13 1,69

sore 0,486 0,494 0,481

speedtest pagi 0,42 0,43 0,44

US

siang 0,47 0,42 0,46

sore 0,25 0,25 0,25

OOKLA pagi 0,34 0,21 0,41

siang 0,16 0,24 0,31

sore 0,17 0,2 0,17

bandwidth pagi 0,351 0,298 0,307

place siang 0,246 0,335 0,444

sore 0,139 0,234 0,137 4 BarsyaNet speedtest pagi 0,19 0,14 0,16

DS

Meuraxa

siang 0,21 0,15 0,22

sore 0,16 0,11 0,11

OOKLA pagi 0,15 0,13 0,24

siang 0,21 0,13 0,23

sore 0,08 0,19 0,24

bandwidth pagi 0,167 0,286 0,225

place siang 0,134 0,219 0,249

sore 0,175 0,091 0,127

speedtest pagi 0,09 0,06 0,06

US

siang 0,1 0,11 0,08

sore 0,09 0,09 0,08

OOKLA pagi 0,12 0,11 0,08

siang 0,06 0,12 0,12

sore 0,04 0,09 0,12

bandwidth pagi 0,104 0,083 0,108

place siang 0,073 0,118 0,114

sore 0,1 0,73 0,46 5 Abu Game speedtest pagi 1,36 0,86 1,22

DS

Station

siang 1,33 1,34 1,45

Jaya Baru

sore 1,21 1,59 1,52

OOKLA pagi 0,48 0,55 1,09

siang 1,25 1,05 1,23

sore 1,36 1,14 1,66

bandwidth pagi 1,43 1,18 1,49

place siang 1,16 1,19 1,32

sore 1,32 1,3 1,23

speedtest pagi 0,34 0,33 0,23

US

siang 0,29 0,32 0,32

sore 0,29 0,32 0,28

OOKLA pagi 0,26 0,25 0,25

siang 0,24 0,26 0,25

sore 0,16 0,24 0,24

bandwidth pagi 0,285 0,223 0,199

place siang 0,253 0,283 0,288

sore 0,266 0,248 0,252 6 CoreNet speedtest pagi 0,18 0,85 0,87 DS

Page 75: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

74 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin

Ulee Kareng

siang 0,82 0,6 0,64

sore 1,2 1,46 1,45

OOKLA pagi 0,49 0,83 0,45

siang 0,48 0,49 0,61

sore 0,52 0,5 1,04

bandwidth pagi 0,299 0,547 0,479

place siang 0,426 0,377 0,164

sore 1,17 1,46 1,35

speedtest pagi 0,29 0,4 0,4

US

siang 0,35 0,39 0,32

sore 0,41 0,47 0,47

OOKLA pagi 0,23 0,25 0,25

siang 0,22 0,26 0,23

sore 0,24 0,28 0,28

bandwidth pagi 0,212 0,268 0,266

place siang 0,281 0,247 0,193

sore 0,28 0,317 0,314 7 Master speedtest pagi 0,79 1,16 1,23

DS

.com

siang 0,95 1,07 1,21

Syiah Kuala

sore 0,31 0,43 0,49

OOKLA pagi 0,97 0,93 0,9

siang 0,84 0,8 0,91

sore 0,34 0,3 0,29

bandwidth pagi 1,1 1,05 1,81

place siang 1,17 1,09 1,27

sore 0,28 0,295 0,404

speedtest pagi 0,22 0,19 0,25

US

siang 0,23 0,25 0,26

sore 0,24 0,19 0,2

OOKLA pagi 0,2 0,16 0,23

siang 0,11 0,11 0,22

sore 0,21 0,09 0,11

bandwidth pagi 0,23 0,239 0,236

place siang 0,176 0,235 0,224

sore 0,173 0,165 0,2 8 PLIK speedtest pagi 0,45 0,54 0,5

DS

Syiah Kuala

siang 0,48 0,53 0,51

sore 0,51 0,52 0,51

OOKLA pagi 0,53 0,46 0,49

siang 0,53 0,48 0,54

sore 0,52 0,51 0,59

bandwidth pagi 0,526 0,583 0,512

place siang 0,496 0,576 0,535

sore 0,466 0,57 0,557

speedtest pagi 0,11 0,12 0,12

US

siang 0,11 0,12 0,12

sore 0,1 0,12 0,12

OOKLA pagi 0,11 0,12 0,12

siang 0,11 0,1 0,12

sore 0,11 0,08 0,12

bandwidth pagi 0,104 0,115 0,112

place siang 0,112 0,114 0,115

sore 0,119 0,103 0,117 9 Naifah speedtest pagi 2,66 2,67 2,48 DS

Page 76: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

75

Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin

Net

siang 0,53 0,65 0,78

Baiturrahman

sore 0,77 0,78 0,64

OOKLA pagi 2,7 2,03 2,31

siang 0,53 0,69 0,63

sore 0,71 0,52 0,84

bandwidth pagi 2,91 2,21 2,99

place siang 0,814 0,763 0,739

sore 0,777 0,777 0,639

speedtest pagi 0,47 0,43 0,48

US

siang 0,27 0,29 0,38

sore 0,34 0,39 0,36

OOKLA pagi 0,36 0,33 0,35

siang 0,16 0,31 0,21

sore 0,18 0,15 0,21

bandwidth pagi 0,276 0,345 0,335

place siang 0,222 0,298 0,227

sore 0,199 0,227 0,24 10 PLIK speedtest pagi 0,2 0,29 0,26

DS

Baiturrahman II

siang 0,25 0,25 0,25

sore 0,2 0,21 0,22

OOKLA pagi 0,24 0,27 0,23

siang 0,29 0,26 0,23

sore 0,19 0,2 0,19

bandwidth pagi 0,261 0,273 0,327

place siang 0,277 0,292 0,171

sore 0,216 0,219 0,197

speedtest pagi 0,25 0,28 0,28

US

siang 0,28 0,29 0,28

sore 0,27 0,28 0,27

OOKLA pagi 0,39 0,38 0,37

siang 0,38 0,29 0,37

sore 0,37 0,3 0,37

bandwidth pagi 0,302 0,413 0,33

place siang 0,276 0,281 0,259

sore 0,279 0,39 0,322 11 Waris speedtest pagi 2,23 2,85 1,35

DS

Net

siang 1,29 1,11 1,07

LuengBata

sore 2,08 2,01 2,7

OOKLA pagi 1,06 1,29 2,65

siang 1,23 0,37 0,58

sore 1,53 2,02 1,71

bandwidth pagi 2,82 1,91 1,88

place siang 0,479 0,658 0,953

sore 2,05 2,02 1,78

speedtest pagi 0,4 0,15 0,32

US

siang 0,38 0,25 0,24

sore 0,4 0,32 0,41

OOKLA pagi 0,23 0,13 0,28

siang 0,21 0,22 0,17

sore 0,24 0,31 0,25

bandwidth pagi 0,327 0,336 0,167

place siang 0,264 0,13 0,176

sore 0,325 0,301 0,331 12 PLIK speedtest pagi 1,06 1,04 1,03 DS

Page 77: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

76 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin

Lueng Bata

siang 1 0,64 0,7

sore 0,42 0,32 0,51

OOKLA pagi 0,72 1,04 1,05

siang 0,58 0,61 0,68

sore 0,24 0,11 0,16

bandwidth pagi 0,884 1,09 0,931

place siang 0,746 0,607 0,815

sore 0,266 0,29 0,367

speedtest pagi 0,19 0,25 0,25

US

siang 0,11 0,16 0,2

sore 0,17 0,19 0,14

OOKLA pagi 0,12 0,13 0,21

siang 0,09 0,1 0,12

sore 0,09 0,15 0,11

bandwidth pagi 0,217 0,198 0,218

place siang 0,188 0,118 0,222

sore 0,119 0,125 0,089 Keterangan: DS = Download Speed, US = Upload Speed Perbandingan Kecepatan Berdasarkan Waktu

Perbandingan kecepatan koneksi internet PC client PLIK dengan warnet berdasarkan waktu pengukuran ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan perbedaan kecepatan download antara PC client PLIK dengan warnet sangat signifikan. Sedangkan perbedaan kecepatan upload di antara keduanya tidak terlalu berbeda.

Tabel 2. Perbandingan Kecepatan PC Client PLIK dengan Warnet Berdasarkan Waktu (satuan kecepatan dalam Mbps)

Mbps pagi Siang sore

Dow

nloa

d Sp

eed

PLIK : warnet = 1 : 2 PLIK : warnet = 4 : 7 PLIK : warnet = 3 : 8

Upl

oad

Spe

ed

PLIK : warnet = 5 : 6 PLIK : warnet = 3 : 4 PLIK : warnet = 2 : 3

Page 78: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

77

Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin

Pada pengukuran pagi, perbandingan kecepatan download PLIK : warnet adalah 1 : 2 dari perbandingan rata-rata hasil pengukuran senilai 0,585 : 1,156 Mbps, pengukuran siang memberikan perbandingan 4 : 7 dari rata-rata hasil pengukuran senilai 0,494 : 0,867 Mbps, dan pengukuran sore memberikan perbandingan 3 : 8 dari rata-rata hasil pengukuran senilai 0,344 : 0,942 Mbps. Sedangkan untuk kecepatan upload, pengukuran pagi untuk perbandingan kecepatan PLIK : warnet adalah 5 : 6 dari rata-rata hasil pengukuran 0,215 : 0,260 Mbps, pengukuran siang memberikan perbandingan 3 : 4 dari rata-rata hasil pengukuran 0,186 : 0,243 Mbps, dan pengukuran sore memberikan perbandingan 2 : 3 dari rata-rata hasil pengukuran 0,186 : 0,270 Mbps.

Perbandingan Kecepatan Berdasarkan Alat Ukur

Perbandingan kecepatan koneksi internet PC client PLIK dengan warnet berdasarkan alat ukur yang digunakan ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3 menunjukkan perbedaan kecepatan download antara PC client PLIK dengan warnet sangat signifikan. Sedangkan perbedaan kecepatan upload di antara keduanya tidak terlalu berbeda.

Pada pengukuran menggunakan speedtest, perbandingan kecepatan download PLIK : warnet adalah 1 : 2 dari perbandingan rata-rata hasil pengukuran senilai 0,496 : 1,029 Mbps, pengukuran menggunakan OOKLA memberikan perbandingan 1 : 2 dari rata-rata hasil pengukuran senilai 0,442 : 0,881 Mbps, dan

Tabel 3. Perbandingan Kecepatan PC Client PLIK dengan Warnet Berdasarkan Alat Ukur (satuan kecepatan dalam Mbps)

Mbps speedtest OOKLA bandwidth place

Dow

nloa

d Sp

eed

PLIK : warnet = 1 : 2 PLIK : warnet = 1 : 2 PLIK : warnet = 1 : 2

Upl

oad

Spe

ed

PLIK : warnet = 5 : 8 PLIK : warnet = 1 : 1 PLIK : warnet = 7 : 9

Page 79: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

78 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin

pengukuran menggunakan bandwidthplace memberikan perbandingan 1 : 2 dari rata-rata hasil pengukuran senilai 0,483 : 1,054 Mbps. Sedangkan untuk kecepatan upload, pengukuran menggunakan speedtest untuk perbandingan kecepatan PLIK : warnet adalah 5 : 8 dari rata-rata hasil pengukuran 0,192 : 0,305 Mbps, pengukuran menggunakan OOKLA memberikan perbandingan 1 : 1 dari rata-rata hasil pengukuran 0,197 : 0,213 Mbps, dan pengukuran menggunakan bandwidthplace memberikan perbandingan 7 : 9 dari rata-rata hasil pengukuran 0,198 : 0,255 Mbps.

Hal ini menunjukkan hasil pengukuran berdasarkan waktu maupun alat ukur secara umum memberikan hasil yang sama, walaupun nilai perbandingan pada tiap pengukurannya sedikit berbeda.

Perbandingan Kecepatan PLIK dengan Warnet

Dari keseluruhan pengukuran kecepatan download dan upload terhadap PC client PLIK dan warnet, baik menggunakan acuan

berdasarkan waktu pengukuran maupun alat ukur (tester) dapat dilakukan perhitungan rata-rata perbandingan kecepatan download dan upload PC client PLIK dengan warnet. Penyajian perbandingan kecepatan PC client PLIK dengan warnet hasil pengukuran berikut ini akan disajikan dengan menggunakan rata-rata hasil pengukuran dari ketiga alat ukur (tester) yang digunakan dan menampilkannya dalam variabel waktu. Hal ini bertujuan agar penyajian perbandingan kecepatan ini sekaligus dapat mengetahui kecenderungan perubahan download dan upload PC client di PLIK dan warnet seiring perubahan waktu dari pagi hingga sore hari yang menjadi patokan waktu pengukuran.

Perbandingan akhir yang ditunjukkan dalam Tabel 4 menggambarkan bahwa kecepatan download PLIK hanya setengah dari kecepatan download warnet, sedangkan perbedaan kecepatan upload PLIK dengan warnet tidak terlalu signifikan. Perbandingan 1 : 2 untuk kecepatan download PLIK :

Tabel 4. Perbandingan Kecepatan PC Client PLIK dengan Warnet

Download Speed Upload Speed

PLIK : warnet = 1 : 2 PLIK : warnet = 3 : 4

Page 80: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

79

Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin

warnet diperoleh dari perbandingan rata-rata kecepatan senilai 0,474 : 0,988 Mbps. Sedangkan perbandingan 3 : 4 untuk kecepatan upload PLIK : warnet diperoleh dari perbandingan rata-rata kecepatan senilai 0,196 : 0,258 Mbps. Namun, walaupun perbedaan kecepatan upload PLIK dengan warnet hanya sedikit berbeda, kecepatan upload PLIK juga berada di bawah kecepatan upload warnet. Dengan demikian, baik dalam kecepatan download maupun upload, PLIK tertinggal dari warnet.

Analisis Perbandingan Kecepatan PLIK dengan Warnet

Rendahnya kecepatan download PLIK dibanding warnet (0,474 : 0,988 Mbps untuk PLIK : warnet) memiliki dampak serius bagi program PLIK. Aktivitas download merupakan aktivitas yang lebih banyak dilakukan oleh pengguna internet daripada aktivitas upload (0,196 : 0,258 Mbps untuk PLIK : warnet). Temuan ini menunjukkan pengguna internet akan lebih memilih warnet daripada PLIK karena kecepatan download yang lebih tinggi. Apalagi kecepatan upload warnet juga lebih tinggi walaupun perbedaannya tidak terlalu besar.

Membiarkan kecepatan koneksi PLIK tetap tertinggal dari warnet akan berdampak pada beralihnya pengguna PLIK saat ini ke warnet. Peningkatan kecepatan, terutama kecepatan download perlu diprioritaskan, karena faktor ini merupakan faktor utama dalam memilih fasilitas akses. Tarif PLIK yang hanya Rp 2.000,00 tidak

cukup untuk menjaga pengguna PLIK untuk tetap bertahan di PLIK karena faktor harga hanya prioritas kedua dalam memilih fasilitas akses internet di Indonesia. Selain itu, tarif warnet hanya sedikit lebih mahal, dalam kisaran Rp 3.000,00 hingga Rp 4.000,00 per jam, bahkan menawarkan paket-paket bagi pengguna internet sehingga tarifnya dapat mendekati tarif PLIK.

Selain perbandingan nilai kecepatan, perbandingan tren perubahan kecepatan warnet juga lebih baik dari PLIK. Kecepatan koneksi internet di PLIK cenderung menurun pada rentang waktu siang ke sore, sementara di warnet justru meningkat. Pada rentang waktu ini, pengguna PLIK dapat beralih mengakses internet di warnet karena kecepatan yang lebih baik. Tren penurunan kecepatn di PLIK ini kemungkinan dipicu oleh karakteristik media yang digunakan. PLIK yang standar menggunakan V-sat dengan medium udara, sehingga kecepatan data yang ditransmisikan melalui medium ini dipengaruhi oleh perubahan kondisi udara yang berbeda di pagi, siang maupun sore hari.

SIMPULAN

Berdasarkan data hasil pengujian kecepatan koneksi internet PC client PLIK dan warnet di Kota Banda Aceh dan analisis terhadap data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa kecepatan download PC client PLIK masih tidak berimbang dengan

Page 81: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

80 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin

kecepatan download PC client warnet. Kecepatan upload PC client PLIK juga lebih lambat dari kecepatan upload warnet, namun perbedaannya tidak sesignifikan pada perbedaan kecepatan download. Perubahan kecepatan download dan upload PC client PLIK dan warnet dengan variabel waktu menunjukkan tren yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

1Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI). 2011. (http://relawan-tik.org/wp-content/uploads/2011/08/SOSIALISASI-BOGOR-BP3TI.pdf, diakses 13 Februari 2012)

2PIH KOMINFO. Siaran Pers No.6/PIH/KOMINFO/1/2012 tentang Rapat Kerja Komisi 1 DPR-RI Dengan Menteri Kominfo Tifatul Sembiring. 2012. (http://kominfo.go.id/ siaran_pers/detail/2404/Siaran+Pers+No.+6-PI H-KOMINFO-1-2012+tentang+Rapat+Kerja+Komisi+1+DPR-RI+Dengan+Mente ri+Kominfo+Tifatul+Sembiring, diakses 14 Februari 2012)

3Pitoyo, Arif. 2011. Sebagian Besar Warnet PLIK Tak Bermanfaat. (http://www.bisnis.com/articles/sebagian-besar-warnet-plik-ta k-bermanfaat, diakses 14 Februari 2012)

4Furuholt, Bjorn dan Stein Kristiansen. 2007. Internet Cafés

in Asia and Africa -Venues for Education and Learning? Journal of Community Informatics, Vol 3 (2).

5Herlambang, Beriantho. 2011. Implementation of USO Program in Indonesia. (http://www.itu.int/ITU-D/asp /CMS/Events/2011/ITU-ADB/ Indonesia/Session2-BP3TI .pdf, diakses tanggal 17 Februari 2012)

6Sofana, Iwan. 2011. Teori & Modul Praktikum Jaringan Komputer. Bandung: Modula.

7Pomerantz, Bruce. 2011. Broadband Speed Testing. (http://www.selco.info/download/attachments/38535197/Broadband+Speed+Testing.pdf, diakses 28 Februari 2012)

8PLIK Kota Banda Aceh. (http://plik-uso.com/index.php?option=com_content&view=article&id=94:kota-banda-aceh&catid=42:nangr oe-aceh-darusalam-&Itemid=19 3, diakses 18 Januari 2012)

Page 82: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

PEDOMAN PENULISAN NASKAH

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

1. Standar Umum Penulisan Karya Tulis Ilmiah a. Naskah ditulis dalam bahasa indonesia atau bahasa Inggris. b. Judul, Abstrak dan Kata Kunci harus ditulis dalam dua versi bahasa (Indonesia

dan Inggris) c. Ditulis dengan menggunakan MS Word pada kertas ukuran A4

(210mmX297mm), font Times New Roman ukuran 12, spasi 1,15 kecuali tabel (spasi 1,0). Batas atas dan bawah 3 cm, tepi kiri dan kanan 3,17 cm). Jumlah halaman 10-15 halaman isi. Jumlah tersebut tidak termasuk lampiran.

d. Penulisan awal paragraf pada abstrak dan isi menjorok ke dalam 1 cm. e. Penyebutan istilah di luar bahasa Indonesia atau Inggris harus ditulis dengan

huruf cetak miring (italic) f. Tidak menggunakan penomoran dalam penulisan subjudul. Jika diperlukan,

subjudul diperbolehkan tanpa memberikan penomoran. 2. Struktur Karya Tulis Ilmiah

Naskah Karya Tulis Ilmiah tersusun menurut urutan sebagai berikut: a. Judul b. Nama dan Alamat Penulis c. Abstrak d. Kata Kunci e. Pendahuluan (berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan,teori, dan

hipotesis [opsional]) f. Metode Penelitian (berisi waktu dan tempat, bahan/cara pengumpulan data,

metode analisis data) g. Hasil dan Pembahasan h. Simpulan i. Daftar Pustaka

3. Cara Penulisan Judul Judul diketik dengan huruf kapital tebal (bold) dan mencerminkan inti tulisan. Apabila judul ditulis dalam bahasa Indonesia maka dibawahnya ditulis ulang dalam bahasa Inggris; begitu juga sebaliknya.

4. Cara Penulisan Nama dan Alamat a. Nama penulis diketik dibawah judul, ditulis lengkap tanpa menyebutkan gelar. b. Alamat penulis (nama dan alamat instansi tempat bekerja) ditulis lengkap

dengan jarak satu spasi beserta e-mail dibawah nama penulis. c. Jika penulis lebih dari satu orang maka harus ditambahkan kata penghubung

‘dan’ (bukan lambang ‘&’). d. Jika penulis lebih dari satu dengan alamat berbeda, maka penulis yang berbeda

alamat/instansi diberi tanda asterisk* dan untuk membedakan alamat/instansinya. Contoh: I.

Jaka Sembiring* dan Edi Triono Nuryatno**

81

Page 83: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

*Bandung Institute of Technology, School of Electrical Engineering and Informatics Jl. Ganeca No. 10 Bandung – Indonesia

[email protected] **Bandung Institute of Technology, School of Electrical Engineering and

Informatics Jl. Ganeca No. 10 Bandung – Indonesia [email protected]

II. Jaka Sembiring* dan Yudi Satria Gondokaryono**

Bandung Institute of Technology, School of Electrical Engineering and Informatics Jl. Ganeca No. 10 Bandung - Indonesia

*[email protected] **[email protected]

5. Cara Penulisan Abstrak dan Kata Kunci

a. Abstrak ditulis dalam satu paragraf dengan huruf cetak miring (italic) berjarak satu spasi.

b. Maksimal 150 kata dalam bahasa Inggris, atau 250 kata dalam bahasa Indonesia. c. Kata kunci terdiri dari tiga sampai lima kata, ditulis dengan huruf cetak miring

(italic). d. Jika Abstract dalam bahasa Inggris maka diikuti Keywords dalam bahasa Inggris. e. Jika Abstrak dalam bahasa Indonesia maka diikuti Kata Kunci dalam bahasa

Indonesia. 6. Cara Penyajian Tabel

a. Judul tabel ditampilkan dibagian atas tabel, rata kiri (bukan center), ditulis menggunakan font Times New Roman ukuran 12.

b. Tulisan ‘Tabel’ dan ‘nomor’ ditulis tebal(bold), sedangkan judul tabel ditulis normal.

c. Gunakan angka Arab (1,2,3, dst) untuk penomoran judul tabel. d. Tabel ditampilkan rata kiri halaman (bukan center). e. Jenis dan ukuran font untuk isi tabel bisa disesuaikan menurut kebutuhan (Times

New Roman atau Arial Narrow ukuran 8-11) dengan jarak spasi tunggal. f. Pencantuman sumber atau keteranggan diletakkan dibawah tabel, rata kiri,

menggunakan font Times New Roman ukuran 10. 7. Cara Penyajian Gambar, Grafik, Foto atau Diagram

a. Keterangan gambar, grafik, foto, atau diagram ditulis dibawh ilustasi, menggunakan font Times New Roman ukuran 12, ditempatkan di tengah (center).

b. Tulisan ‘Gambar, Grafik, Foto atau Diagram’ dan ‘nomor’ ditulis tebal (bold), sedangkan isi keterangan ditulis normal.

c. Gunakan angka Arab (1,2,3, dst.) untuk penomoran gambar, grafik, foto atau diagram.

d. Gambar, grafik, foto atau diagram ditampilkan di tengah halaman (center). e. Pencantuman sumber atau keterangan diletakkan dibawah ilustrasi, rata kiri,

menggunakan font Times New Roman ukuran 10.

82

Page 84: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

f. Gambar, grafik, foto atau diagram dalam format file .jpg warna hitam putih, kecuali jika warna menentukan arti.

8. Cara Penulisan Kutipan dan Daftar Pustaka a. Penulisan kutipan ditunjukkan dengan membubuhkan angka (dalam format

superscript) sesuai urutan. b. Angka kutipan ditulis setelah tanda titik akhir kalimat tanpa spasi, tanpa tanda

kurung satu atau kurung dua, dan tidak ditebalkan (bold). c. Jika menyebut nama, maka angka kutipan langsung dibubuhkan setelah nama

tersebut. d. Tidak perlu memakai catatan kaki. e. Urutan dalam daftar pustaka ditulis sesuai dengan nomor urut kutipan dalam

naskah. f. Nomor urut Daftar Pustaka ditulis dalam bentuk superscript. 8.1 Cara Penulisan Kutipan di dalam Teks a. Dalam naskah diberikan tanda supersript pada pustaka yang digunakan, contoh:

....1 (Nomor yang ditulis sesuai dengan urutan dalam Daftar Pustaka). b. Jika nama penulis harus ditampilkan, maka penulisannya sebagai berikut:

Menurut Adisomarto1 ....... (Nomor yang ditulis sesuai dengan urutan dalam Daftar Pustaka).

8.2 Cara Penulisan Daftar Pustaka.

Berikut adalah contoh cara penulisan Daftar Pustaka dari berbagai sumber yang berbeda.

a. Majalah ilmiah dengan Volume dan Nomor Kriswati, E. 2008. Deformasi Gunung Api Bromo pada Peningkatan Aktivis Vulkanik 2006-2007. Widyariset, 11(1): 27-36.

b. Buku (Satu Penulis) Hasan, S. H. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

c. Buku (Dua hingga Empat Penulis) Bambang, D. dan R. Riana. 2005. Teknik Menulis Karya Tulis Ilmiah. Jakarta:

Rhineke Cipta. Ostergen, R.Clifford, C. L. Kluge, and H. Bungert. 2006. Wisconsin German Land

and Life. Madison University of Wisconsin. d. Buku (Lebih dari Empat Penulis)

Maryanto, I. Dkk. 2007. Nama Daerah Mamalia di Indonesia. Jakarta: LIPI Press. Turabian, K.L. et al 2007. A Manual for Writers of Research Paper, Theses, and

Dissertarions (7th ed). Chicago: University of Chicago Press. e. Buku yang Ditulis atas Nama Lembaga

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2009. Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Peneliti. Jakarta: LIPI.

f. Bunga Rampai

83

Page 85: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012

Imron, M.B. 2005. Pola Komunikasi Kepemimpinan Taufik Abdullah. Dalam M. Hisyam dkk. (Ed). Sejarah dan Dialog Peradaban: 81-92. Jakarta: LIPI Press.

g. Prosiding Tang, M. 2007. Nilai-Nilai Budaya di dalam Sastra Daerah yang Mendasari

Sekuritas Sosial Tradisional Ethis Bugis. Prosiding Kongres Internasinal Bahasa-ahasa Daerah Sulawesi Selatan Tahun 2007: 219-232. Makassar, 222-25 Juli 2007: Pusat Bahasa Sulawesi Selatan.

h. Skripsi, Tesis dan Disertasi Wijana,I. D. P.2007. Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja. Tesis, Fakultas

Ilmu Budaya. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. i. Laporan Penelitian

Sumaryanto. 2008. Karkteristik Sosial Ekonomi Petani pada Berbagai Agroekosistem. Lapoiran Penelitian, Pusat Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor : Kementerian Pertanian.

j. Media Massa (Tanpa Nama Penulis) Kambing Hitam Kemiskinan. 2006. Kompas, 25 November: 33.

k. Media Massa (Terdapat Nama Penulis) Abimanyu, A. 2010. Kontroversi Dana Dapil. Republika, 7 Juni:1.

l. Tulisan Bersumber dari Internet (Tanpa Nama Penulis) Guidelines for Proper Scientifict Conduct in Research. 2010.(

http://www.imperial.ac.uk/secretariat/policiesandpublication/otherpolicies/properscientificicconnduct, diakses 25 Juni 2010)

m. Tulisan Bersumber dari Internet (Terdapat Nama Penulis) Rustandy, T. 2006. Tekan Korupsi Bangun Bangsa.

(http:://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyd=1291, diakses 14 Januari 2007)

n. Makalah dalam Pertemuan Ilmiah, Kongres, Simposium. Atau Seminar yang Belum Diterbitkan Darsono, P.2004. Teripang PERLU Dilindungi. Makalah dalam Lokakarya Usulan

Jenis Satwa dan Tumbuhan yang Perlu Dilindungi di Indonesia. Bogor, 8 September: Pusat Penelitian Biologi LIPI.

o. Pustaka berupa Dokumen Paten Sukawati, T.R. 1995. Landasan Putar Bebas Hambatan. Paten Indonesia No.ID/0000114.

9. Contoh Penulisan Daftar Pustaka 1Rajangan, A. S., H. Yang, T. T. Teeri, and L. Aversted. 2008. Evolution of A Domain

Conserved in Microtulube-Associated Protein of Eukaryotes. Journal of Advances and Applications in Bioinformatics and Chemistry, 1: 51-69.

2Moldoveanu, B. et al. 2009. Inflammatory Mecanism in the Lung. Journal of Inflamation Research, 2: 1-11.

84

Page 86: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi Vol. 1 Tahun 012