Upload
anisza-okselia
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/19/2019 Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)
1/10
Analisis Perbandingan Hasil Pengukuran Dosis
Serap Menggunakan Detektor Advanced Markus dan
Farmer Ionization Chamber Pada Berkas EnergiElektron Dengan R 50 ≥ 4 g/cm
2
Anisza Okselia1, Susila Wardaya
2, Anung Muharini
3
1,3 Jurusan Teknik Fisika FT UGM
Jln. Grafika 2 Yogyakarta 55281 [email protected]
2
Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadiki Jalan Pasteur no. 38 Bandung Indonesia
Intisari — Pada Code of Practi ce IAEA TRS 398 (Petunjuk Pelaksanaan IAEA TRS 398), untuk pengukuran elektron energi tinggi,terdapat ketentuan bahwa detektor yang digunakan untuk R 50 ≥ 4 g/cm
2 adalah detektor silindris atau detektor keping sejajar. R 50
adalah kedalaman yang mengakibatkan dosis turun 50%. Pada saat dilakukan perhitungan R 50 untuk berkas energi elektron yang
dimiliki oleh RSUP dr. Hasan Sadikin, yaitu energy 4 MeV, 6 MeV, 8 MeV, 10 MeV, 12 MeV, dan 15 MeV, didapatkan bahwa berkas
energi yang mempunyai R 50 ≥ 4 g/cm2 adalah 10 MeV, 12 MeV, dan 15 MeV. Selanjutnya dilakukan pengukuran dosis serap pada
pesawat Linac elektron energi tersebut dengan menggunakan detektor farmer ionization chamber sebagai detektor silindris dan
detektor advanced markus sebagai detektor keping sejajar secara bergantian. Hasil pengukuran kemudian dimasukkan kedalam
perhitungan dosis serap pada kedalaman maksimum (z max ). Hasil perhitungan ini kemudian dianalisis oleh penulis untuk mengetahuiperbedaan yang ditimbulkan dari pengukuran dengan menggunakan dua jenis detektor yang berbeda ini tidak melampaui batas
toleransi yaitu 2%. Didapatkan dosis serap pada pengukuran dengan menggunakan farmer chamber dan pengukuran dengan
advanced markus yang dihasilkan pada energi 10 MeV adalah sebesar 204 MU dan 200.8 MU dengan deviasi perbedaan hasil kedua
detektor sebesar 1.6% dan pada energi 15 MeV adalah sebesar 206 MU dan 203.4 MU, sehingga deviasi perbedaan hasil kedua
detektor sebesar 1.3%. Perbedaan yang masih berada di bawah 2% dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa kedua detektor dalam
penelitian ini memang benar dan sesuai jika digunakan untuk pengukuran energi elektron dengan R 50 ≥ 4 g/cm2.
Kata kunci — elektron energi tinggi, R 50, detektor Farmer chamber , detektor advanced markus, dosis serap.
Abstract — At the IAEA Code of Practice TRS 398, the measurement of high energy electrons, there is a provision that the detector isused for R 50 ≥ 4 g/cm
2 is cylindrical detector or plan parallel detector. R 50 is the depth that resulted in dose reduction by 50%. At the
time of the calculation R 50 for the electron energy which is owned by RSUP dr. Hasan Sadikin, is energy 4 MeV, 6 MeV, 8 MeV, 10
MeV, 12 MeV and 15 MeV, it was found the energy that has R 50 ≥ 4 g/cm2 is 10 MeV, 12 MeV and 15 MeV. The next step was
measured the absorbed dose energy electron linac by using the farmer ionization chamber as a cylindrical detector and advanced
markus detector as a plan parallel detector is alternately aligned. The measurement results and then inserted into the calculation of
the absorbed dose maximum depth (z max ). Calculation results are then analyzed by the authors in order not to exceed the limit of
tolerance is 2%. The absorbed dose measurements obtained using the farmer chamber and measurements with advanced markus
produced at 10 MeV energy is equal to 204 MU and 200.8 MU with differences in the results of both detectors deviation of 1.6% and
at 15 MeV energy is equal to 206 MU and 203.4 MU with deviation difference in the results of both detectors at 1.3%. The difference
is less than 2% in this study, suggesting that the two detectors in this study is correct and appropriate when used for electron energy
measurements with R 50 ≥ 4 g/cm2.
Keywords — high energy electron, R50, Farmer chamber detector, advanced markus detector, absorbed dose
8/19/2019 Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)
2/10
I. PENDAHULUAN
Di radioterapi, energi yang dihasilkan oleh pesawat
radioterapi eksternal seperti Linac ( Linear Accelerator ) adalah
energi tinggi, yaitu 3 – 50 MeV, Linac digunakan di
radioterapi untuk pengobatan penyakit tumor.
Untuk optimasi pemberian dosis kepada pasien, peralatan
radiasi harus selalu terukur keluaran berkas radiasinya dengan
melakukan program jaminan mutu (Quality Assurance), dan
program kendali mutu (Quality Control ) [2].
Salah satu rangkaian QA dan QC yaitu kalibrasi (calibration)
atau pengukuran. Kalibrasi meliputi kalibrasi harian (daily
calibration) , kalibrasi mingguan (weekly calibration) , dan
kalibrasi bulanan (monthly calibration). Kalibrasi sangat
penting untuk dilakukan, hal ini guna memastikan bahwa
perangkat yang digunakan, dalam kasus ini Linac, masih
sesuai standar dan tidak berbahaya bagi pasien.
Pada rumah sakit – rumah sakit besar radioterapi seperti
RSUP dr. Hasan Sadikin ini memang memiliki dua detektoryang bisa digunakan yaitu detektor keeping sejajar ( plan
parallel ): advanced markus detector dan detektor silindris:
ionization chamber farmer detector , sehingga rumah sakit
tersebut bisa menggunakan detektor tersebut sesuai
ketentuannya. Namun, ada beberapa rumah sakit yang
memiliki instalasi radioterapi, kebanyakan hanya
menggunakan satu macam detektor ketika pengukuran yaitu
detektor keping sejajar saja untuk mengukur semua output
elektron pada pesawat Linac. Padahal ada ketentuan dan
rekomendasi tertentu yang tercantum dalam Code of Practice
(CoP) IAEA TRS 398, sebagai acuan dalam melakukan pengukuran.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data output
Linac pada elektron energi 10 MeV, 12 MeV, dan 15 MeV
dari pengukuran detektor advanced markus dan farmer
ionization chamber dan menganalisis berapa persen
penyimpangan hasil pengukuran kedua detektor tersebut. I
II. TINJAUAN PUSTAKA
Berkas foton dan elektron untuk keperluan radioterapi dapat
dihasilkan dari sebuah pesawat pemercepat linier medik.
Tidak seperti halnya dengan berkas foton yang diperoleh dari
berkas elektron yang diarahkan ke suatu target, berkas
elektron dapat digunakan langsung. Dengan demikian
produksi berkas elektron memiliki efisiensi yang lebih tinggi
daripada berkas foton.
Telah dilakukan penelitian yang menguraikan hubungan
antara laju dosis serap air dengan lapangan radiasi untuk
energi nominal berkas elektron 10 MeV, 12 MeV, dan 15
MeV yang dipancarkan dari pesawat pemercepat linier medik
Elekta 151614 milik Rumah Sakit Adam Malik, Medan yang
kemudian dibandingkan untuk berkas elektron dengan energi
nominal yang sama dari pesawat pemercepat linier medik
Elekta nomor seri 1123 dan 151731, masing-masing milik
Rumah Sakit Kanker Dharmais dan Rumah Sakit Umum Pusat
Nasional dr. Cipto Mangunkusumo [3]. Dari penelitian
tersebut dapat dilihat bahwa hubungan antara laju dosis serap
dengan lapangan radiasi memiliki pola yang sama yaitu pada
lapangan radiasi yang besar laju dosis serap akan berkurang
dengan lapangan radiasi yang lebih kecil. Dari hasil dan
pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa laju
dosis serap akan naik dengan semakin besarnya lapangan
radiasi. Namun pada lapangan radiasi tertentu laju dosis serap
akan menurun.
Telah dilakukan penelitian mengenai pengukuram keluaran
berkas elektron pesawat pemercepat linier medik clinac 2100c
no.seri 1402 di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Sutomo,
Surabaya dengan menggunakan dosimeter wellhofer [5].
Kesimpulan yang didapat adalah parameter kualitas radiasi
dari pesawat tersebut sudah sesuai dengan spesifikasi yangdiberikan oleh pabrik demikian pula dengan keluarannya.
Dengan demikian maka keluarannya dapat digunakan untuk
penyinaran pasien tumor. Disamping itu hasil ini dapat
digunakan sebagai data acuan dalam melaksanakan program
kendali mutu dari pesawat tersebut.
Telah dilakukan penelitian mengenai penentuan keluaran
berkas elektron energi nominal 6 MeV dan 8 MeV dari
pesawat pemercepat Linier Medik Synergy Platform model
s151731 milik Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto
Mangunkusumo dengan menggunakan dosimeter Farmer
NE2570IB/1182 + detektor plan paralel jenis RoosTW34001/0125 [3]. Pada hasil pengukuran ditunjukkan nilai
keluaran berkas elektron sebelum dilakukan adjustment dan
terlihat bahwa deviasi keluaran pada zmax terhadap monitor
unit sebesar 2,59 % untuk energi nominal 6 MeV dan 0,04 %
untuk energi 8 MeV. Hal ini terdapat perbedaan yang
signifikan pada energi nominal 6 MeV antara monitor unit
dan hasil keluaran oleh dosimeter standar, untuk itu
diperlukan adjustment sampai mendekati nilai 200 cGy atau
deviasi sebesar < 1 %. Sedangkan pada energi nominal 8 MeV
tidak diperlukan lagi adjustment karena deviasi lebih kecil
dari 1 %. Hasil pengukuran dan penentuan keluaran berkas
elektron energi nominal 6 MeV sesudah dilakukan adjustment
dan terlihat bahwa deviasi keluaran pada zmax terhadap
monitor unit sebesar 0,22 %. Hal ini telah sesuai dengan
harapan karena deviasi antara Monitor Unit (MU) dan hasil
keluaran oleh dosimeter standar adalah sebesar < 1 %.
Dengan demikian berarti penentuan keluaran berkas elektron
atau kalibrasi monitor unit telah menunjukkan nilai yang sama
dengan nilai 200 MU yang tertera di panel kontrol perangkat
lunak dalam deviasi < 1 %.
8/19/2019 Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)
3/10
Dalam penelitian Absolute Dose Determination in High –
Energy Electron Beams: Comparison of IAEA Dosimetry
Protocols (Penentuan dosis absolut pada berkas elektron
energi tinggi: perbandingan dari protokol dosimetri IAEA),
dosis diserap diukur dan dibandingkan untuk elektron energi
tinggi (6 MeV, 9 MeV, 12 MeV, 16 MeV, dan 20 MeV)
menggunakan protokol dosimetri IAEA, TRS No. 277, TRS
No. 381, dan TRS No. 398 [6]. IAEA – TECDOC 1455
sebagai tinjauan hasil pengujian dari implementasi Code of
Practice (CoP) internasional pada dosimetri radioterapi (TRS
398) telah melaporkan bahwa perbedaan maksimum dalam
penentuan dosis serap antara TRS 398 dan CoP sebelumnya
TRS 277 (2nd ed.) dan TRS 381 adalah pada nilai 1% sampai
2%. Laporan ini merekomendasikan bahwa pengguna
disarankan untuk memeriksa dengan seksama kondisi
percobaan dan koefisien kalibrasi relevan jika rasio dosis
diserap, Dw (TRS 398) / Dw (CoP lain), yang diukur jatuh di
luar rentang yang direkomendasikan oleh laporan ini. Rasio
dosis TRS 398 dibandingkan dengan Code of Practice yanglain (TRS 381 dan TRS 277) berada dalam kesepakatan baik
dengan IAEA-TECDOC 1455.
III. DASAR TEORI
Linear Accelerator (Linac)
Linear Accelerator (Linac) merupakan perangkat yang
menggunakan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi
tinggi untuk mempercepat partikel bermuatan seperti elektron
energi tinggi melalui tabung linear [7]. Linac dapat
menghasilkan radiasi elektron dan foton dengan energi tinggi.
Energi radiasi Linac Precise Treatment System di RSUP dr.
Hasan Sadikin Bandung adalah, elektron: 4 MeV, 6 MeV, 8
MeV, 10 MeV, 12 MeV, 15 MeV dan energi radiasi foton 6
MV atau 10 MV. Pesawat Linac yang dimiliki RSUP dr.
Hasan Sadikin adalah tipe Precise – 5991 tetapi tidak
dilengkapi dengan multi leaf collimator ( MLC ).
Tingkat energi pada Linac dapat dihasilkan melalui proses
percepatan elektron secara linear di dalam tabung pemandu
gelombang pemercepat (accelerating waveguide) yang hampa
udara. Tingkat kehampaannya mencapai kurang dari 1 x 10-7
torr [2].
Tabung ini merupakan tabung penghantar yang terdiri dari
susunan sel – sel berupa rongga – rongga yang terbuat dari
tembaga (Cu). Ke dalam tabung ini disalurkan gelombang
mikro (microwave) yang dibangkitkan oleh magnetron 5 kVA
dengan panjang gelombang 10 nm.
Proses terjadinya percepatan elektron di dalam tabung
dimulai dengan dibangkitkannya gelombang mikro oleh
magnetron 5 kVA yang berfrekuensi sesuai dengan frekuensi
resonansi tabung (3000 MHz). Gelombang mikro tersebut
disalurkan melalui sirkulator ke tabung pemandu gelombang
pemercepat elektron.
Ada 2 jenis pemandu gelombang yaitu pemandu gelombang
berjalan (travelling wave guide) dan pemandu gelombang
berdiri ( standing waveguide). Bila daya frekuensi gelombang
mikro melintasi rongga-rongga setiap sel dari pemercepat,
maka akan terselenggara resonansi antara gelombang mikro
dengan rongga-rongga tersebut, akibatnya akan terjadi medan
elektromagnet di dalam tabung pemercepat dan terjadi kuat
medan listrik dinamis pada setiap sel yang berubah-ubah
periodenya sesuai perubahan amplitudo gelombang mikro, hal
ini akan mengakibatkan setiap sel berubah-ubah muatannya.
Perubahan periode muatan listrik tersebut dimanfaatkan untuk
mempercepat lintasan elektron.
Elektron dihasilkan oleh filamen pada elektron gun yang
berupa tabung trioda, kemudian ditembakkan dengan energi
awal 15 KeV secara sinkron dengan perubahan amplitude
gelombang mikro dan secara berkelompok memasuki sel – sel
tabung pemercepat. Kecepatan elektron tersebut secara berantai dipacu lintasannya dari satu sel ke sel berikutnya
sampai energi elektron tersebut sesuai dengan banyaknya
jumlah rongga resonansi lintasan elektron dan panjang tabung
pemercepat yang digunakan. Semakin besar energi yang
diperlukan, akan semakin panjang tabung pemercepat yang
diperlukan. Berkas elektron yang telah dipercepat
didepleksikan menuju isosenter lapangan penyinaran dengan
menggunakan medan magnet sistem pembelok berkas
akromatik.
Elektron dengan energi sedikit lebih tinggi atau lebih rendah
dari yang dikehendaki akan dibelokkan sedemikian rupasehingga energi dan lintasannya menjadi sesuai dengan yang
dikehendaki. Sedangkan elektron dengan penyimpangan
energi agak besar akan dieliminir oleh sebuah filter celah
mekanis (prinsip spektograh massa). Dengan demikian dapat
dicapai pemfokusan berkas elektron yang sangat baik dengan
energi yang monokromatis.
Setelah mengalami pembelokkan, elektron – elektron energi
tinggi dapat digunakan secara langsung. Bila yang
dikehendaki adalah sinar – X, maka elektron – elektron
berenergi tinggi tersebut ditumbukkan ke bidang target
penerus (transmission target).
Sistem pendingin dengan air dengan sirkulasi tertutup (close
circuit water ) pada alat yang disebut Chiller . Chiller
diletakkan pada ruangan tersendiri diluar bunker Linac,
mengatur sirkulasi air yang panas dari pesawat Linac ke
chiller untuk didinginkan dan dipompa kembali ke pesawat
Linac [7].
8/19/2019 Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)
4/10
Gambar 1. Bagian – bagian Linac medis
Karakteristik Elektron
Sebagai elektron energik yang melintasi materi, elektron
berinteraksi dengan materi melalui interaksi Coulomb dengan
elektron orbital atom dan inti atom. Melalui tabrakan ini
elektron akan kehilangan energi kinetiknya (tabrakan dan
kerugian radiasi) atau mengubah arah perjalanan mereka(hamburan). Kerugian energi dijelaskan dengan stopping
power , hamburan dijelaskan dengan scattering power [9].
Tabrakan antara elektron datang dan elektron orbital atau inti
dari sebuah atom dapat menjadi elastis atau tidak elastis.
Dalam tabrakan elastis, energi kinetik tidak hilang, meskipun
dapat didistribusikan kembali diantara partikel yang muncul
dari benturan [8]. Elektron dibelokkan dari jalur aslinya tapi
tanpa terjadi kehilangan energi. Sementara dalam tabrakan
tidak elastis sebagian energi kinetik hilang karena digunakan
dalam memproduksi ionisasi atau dikonversi ke bentuk energi
lainnya seperti energi foton dan energi eksitasi. Elektrondibelokkan dari jalur aslinya dan beberapa energi ditransfer ke
elektron orbital atau dipancarkan dalam bentuk
Bremsstrahlung.
Detektor I onization Chamber
Detektor ionization chamber atau detektor kamar ionisasi
merupakan salah satu jenis detektor isian gas yang bekerja di
daerah ionisasi [10]. Dalam detektor ionization chamber
terdapat bagian yang disebut pencacah gas. Pencacah gas bisa
dibangun dalam satu dari tiga geometri dasar: plat paralel,
silindris, atau bola [13].Detektor keping sejajar direkomendasikan untuk digunakan
pada semua energi elektron, dan diwajibkan untuk digunakan
pada energi di bawah 10 MeV [14]. Salah satu keuntungan
utama dari detektor keping sejajar untuk dosimetri berkas
elektron adalah kemungkinan meminimalkan scattering
perturbation effects (efek gangguan hamburan). Ruang
ionisasi keping sejajar dirancang sebisa mungkin sehingga
ruangan sampel kejadian electron fluence melewati jendela
depan, kontribusi elektron masuk melalui dinding samping
dapat diabaikan.
Suatu detektor kamar ionisasi jenis silindris dapat digunakan
untuk kalibrasi berkas radioterapi sinar-x energi menengah di
atas 80 kV dan HVL 2 mm aluminium,60
Co radiasi gamma,
berkas foton berenergi tinggi, berkas elektron dengan energi
10 MeV dan diatasnya, dan proton terapi dan berkas ion berat
[14]. Jenis detektor ini mempunyai volume rongga ruangan
harus antara 0,1 cm3 dan 1 cm
3. Rentang ukuran ini adalah
kesepakatan antara kebutuhan untuk sensitivitas yang cukup
dan kemampuan untuk mengukur dosis pada suatu titik.
Gambar 2. Detektor ionization chamber TM30013/0689
Gambar 3. Detektor advanced markus TM34045/0182
Petunjuk Praktis TRS 398
Kalibrasi absolut untuk menentukan kualitas berkas elektron
pesawat Linac ini berdasarkan protokol IAEA TRS 398. Linac
mempunyai berkas elektron yang berenergi 4 MeV, 6 MeV, 8MeV, 10 MeV, 12 MeV, dan 15 MeV. Berdasarkan TRS 398,
energi ini tergolong dalam energi tinggi yaitu diantara 3 MeV
– 50 MeV, sehingga pengukuran kualitas berkas elektron
Linac harus berdasarkan ketentuan untuk pengukuran elektron
berenergi tinggi.
Ketika menggunakan detektor ionization chamber , kuantitas
pengukuran adalah pada kedalaman ketika ionisasi di air
mencapai 50 %, R 50,ion. Nilai dosis saat mencapai 50% pada
distribusi kedalaman dosis dalam air R50 diperoleh dengan
( ) (1) ( ) (2)
Dalam kasus ini, pengguna harus memverifikasi bahwa
detektor tersebut sesuai untuk pengukuran kedalaman dosis
dengan tes perbandingan dengan sebuah detektor ionization
chamber pada kualitas berkas yang bisa mewakili.
8/19/2019 Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)
5/10
Diperlukan beberapa faktor koreksi untuk menentukan laju
dosis serap berkas elektron di dalam air. Faktor tersebut
adalah sebagai berikut :
1. h pl: faktor koreksi laju elektron di dalam bahan plastik
yang dibandingkan terhadap laju elektron di dalam air, bila
pengukuran dilakukan di fantom air maka nilai h pl adalah
1.
2.
k TP: faktor koreksi temperatur dan tekanan udara terhadap
keadaan referensi 20°C dan 101,325 kPa, besarnya koreksi
ini dapat ditentukan dengan persamaan
(3)dengan T dan P adalah temperatur dan tekanan udara saat
pengukuran berlangsung.
3. k elec: faktor kalibrasi elektrometer, jika dalam sertifikat
tidak dicantumkan faktor tersebut maka nilai k elec adalah 1.
4. k Q,Qo: faktor koreksi perbedaan antara respon detektor
ionisasi dalam kualitas berkas yang digunakan sebagai
kalibrasi detektor (Co-60) terhadap kualitas berkaselektron.
5. k pol: faktor koreksi respon detektor ionisasi terhadap efek
pergantian polaritas yang diberikan pada detektor. Nilai
k pol dapat dihitung dengan persamaan
|||| (4)dengan M+ adalah bacaan pengukuran pada polaritas
positif (+), sedangkan M – merupakan bacaaan pengukuran
pada polaritas negatif (-), dimana polaritas itu berada pada
kabel collecting detektor ionisasi.
6. k s: faktor koreksi respon detektor ionisasi terhadap kurang
lengkapnya pengumpulan muatan pada ionisasi di udara. Nilai ks dapat dihitung dengan persamaan
(5)
dengan a0, a1 dan a2 adalah nilai konstanta yang diambil
dari TRS No. 389 IAEA. Sedangkan M1 adalah bacaan
pengukuran untuk tegangan yang biasa digunakan (V) dan
M2 adalah bacaan pengukuran untuk tegangan referensi
misalnya (V/4).
Penentuan dosis serap pada air merupakan pengukuran pada
kedalaman referensi. Kedalaman referensi z ref dinyatakan
dengan
(6)Dosis serap untuk air pada kedalaman referensi z ref dalam
air, dalam sebuah kualitas berkas elektron Q dan dalam
ketiadaan detektor, dinyatakan dengan
() (7)dimana M Q adalah bacaan pada dosimeter yang telah dikoreksi
dari pengaruh suhu dan tekanan, kalibrasi elektrometer, efek
polaritas, dan ion rekombinasi sebagaimana dideskripsikan
dalam Worksheet yang didapatkan dari persamaan
(8)Detektor harus diposisikan sesuai dengan kondisi referensi,
sebagaimana yang telah diberikan pada tabel sebelumnya.
N D,w,Qo adalah faktor kalibrasi dalam hal dosis serap pada air
untuk dosimeter pada kualitas referensi Qo dan k Q,Qo adalah
faktor spesifik detektor yangmana mengoreksi perbedaan
antara kualitas berkas referensi Qo dan kualitas berkas
sebenarnya Q. Berkas referensi Qo adalah berkas cobalt – 60.
Normalisasi klinis paling sering dilakukan pada kedalaman
dosis maksimal z max yang mana dalam kode saat pelaksanaan,
tidak selalu bertepatan dengan z ref . Untuk menentukan dosis
serap pada z max pengguna seharusnya, untuk berkas yang
diberikan, menggunakan axis pusat distribusi kedalaman dosis
yang terukur untuk mengubah dosis serap pada z ref menjadi
pada z max.
()() (9)
IV. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat dr.
Hasan Sadikin, Bandung.
Tahap – tahap kalibrasi absolut adalah sebagai berikut
1. Sebagai pendahuluan, dilakukan pengukuran relatif PDD
elektron pada energi yang tersedia pada spesifikasi
pesawat Linac, yaitu 4 MeV, 6 MeV, 8 MeV, 10 MeV, 12
MeV, dan 15 MeV dengan ukuran lapangan 10 cm x 10
cm. Pada pengukuran PDD ini juga didapatkan data
mengenai R 100, R p, R 50, R 90, R t, Ds, Dx, X – ray back, G0,
E p0, dan E0(mean). R 50 hasil pengukuran merupakan data penting yang kemudian disebut dengan R 50,ion. Dengan
diperolehnya R 50,ion maka R 50 bisa dihitung. R 50 yang
didapatkan kemudian dilihat dan disesuaikan dengan
keadaan referensi yang terdapat pada Code of Practice
(CoP) TRS 398, karena R 50 menentukan jenis detektor
yang digunakan untuk pengukuran.
2. Pengukuran dosis serap mengikuti kode praktis dari TRS
398 sebagai standar pengukuran untuk elektron energi
tinggi, ditentukan titik referensi dan posisi titik referensi
dari detektor itu sendiri di dalam fantom air. Pada energi
10 MeV, 12 MeV, dan 15 MeV, telah dilakukan
perhitungan R 50 dan didapatkan nilai R 50 ≥ 4 g cm-2,
sehingga detektor yang digunakan menurut TRS 398 bisa
detektor silindris atau detektor keping sejajar. Untuk
detektor silindris, titik referensinya adalah pada axis
detektor pada pusat rongga volume. Untuk pengukuran
berkas elektron, titik referensi ini harus diposisikan pada
jarak 0,5 r cyl lebih dalam dari titik tuju dalam fantom yang
selanjutnya disebut dengan kedalaman referensi, dimana
r cyl adalah jari – jari rongga udara detektor silindris.
8/19/2019 Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)
6/10
Sedangkan pada detektor keping sejajar, titik referensinya
adalah pada bagian yang lebih dalam dari permukaan pada
jendela masuk, pada pusat jendela. Titik ini seharusnya
menjadi point of interest (POI). POI kemudian diturunkan
pada kedalaman referensi pengukuran.
3. Kondisi pengukuran pada penelitian
a. Penggunaan aplikator : 10 cm x 10 cm
b.
Fantom air: (50 x 50 x 50) cm
c. Dosis: 200 MU
d. Tegangan operasi detektor advanced markus: 300 V
e. ND,W,Qo detektor advanced markus : 1,391 Gy/nC
f. Tegangan operasi Farmer ionization chamber : 400 V
g. ND,W,Qo Farmer ionization chamber : 0,0526 Gy/nC
h. Suhu referensi: 20°C
i. Suhu ketika pengukuran: 23°C
j. Tekanan referensi : 101,3 kPa
k. Tekanan ketika pengukuran: 90,7 kPa
l. Kelembaban relatif referensi: 50%
m.
Kelembaban relatif ketika pengukuran: 53%4. Alat ukur yang digunakan tersertifikasi oleh lembaga
kalibrasi tertelusur internasional, yaitu BATAN. Alat ukur
tersebut meliputi detektor silindris berupa Farmer
ionization chamber TM30013/0689 dan detektor keping
sejajar dengan jenis detektor advanced markus
TM34045/0182 beserta dengan elektrometer PTW Tandem
10264 dan 0464.
5. Penentuan dosis serap untuk air dilakukan pada
kedalaman referensi. Kedalaman referensi ( z ref ) ini berbeda
untuk setiap energi karena setiap energi memiliki R 50 yang
berbeda dan zref dipengaruhi oleh R 50. Pembacaandosimeter dilakukan di setiap rasio tegangan kapasitas
masing – masing detektor. Kemudian dilakukan
pengukuran pada tegangan maksimum (baik positif
maupun negatif) dan tegangan minimum.
6. Pembacaan dosimeter dipengaruhi oleh faktor koreksi
suhu dan tekanan (k TP), faktor kalibrasi elektrometer
(k elec), faktor polaritas (k pol), dan faktor koreksi
rekombinasi (k s). Faktor – faktor ini didapatkan dari
pembacaan muatan pada setiap dosis di elektrometer di
setiap tegangan dengan posisi detektor pada kedalaman
referensi. Pembacaan dosimeter yang terukur dari detektor
kemudian dikoreksi dengan faktor – faktor tersebut dan
didapatkan nilai M Q sebagai pembacaan dosimeter
terkoreksi pada kedalaman referensi.
7. Pengukuran dosis serap air yang dilakukan pada
kedalaman referensi sangat dipengaruhi oleh faktor
kualitas berkas (k Q,Qo) dimana nilai k Q,Qo didapat dari tabel
yang telah tersedia pada TRS 398. M Q kemudian dikoreksi
dengan N D,W,Qo sebagai faktor kalibrasi dosis serap air dan
k Q,Qo sebagai faktor kualitas berkas. M Q yang telah
dikoreksi dengan N D,W,Qo dan k Q,Qo tersebut menjadi nilai
dosis serap air pada kedalaman referensi.
8. Selanjutnya, dilakukan pengukuran laju dosis serap untuk
air pada kedalaman maksimum. Kedalaman maksimum
merupakan kedalaman saat dosis mencapai 100% dan ini
bisa dilihat dari hasil pengukuran PDD ketika nilai
PDDnya 100%. Pengukuran pada kedalaman maksimum
merupakan nilai yang diharapkan dalam suatu kalibrasi
laju dosis. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh PDD, dimana
PDD setiap energi selalu berbeda. Hasil dari pengukuran
ini menjadi parameter dosis yang dihasilkan oleh pesawat
Linac pada elektron energi tinggi ini.
Gambar 4. Skema Alat Penelitian
V. PELAKSANAAN PENELITIAN
Protokol untuk pengukuran absolut adalah Petunjuk Praktis
IAEA TRS 398 (Code of Practice (CoP) IAEA TRS 398).
Penelitian didahului dengan dosimetri relatif, salah satu hasil
pengukuran dosimetri relatif yang penting adalah kurva PDD,
prosentase kedalaman dosis.Pada kurva PDD akan didapatkan R 50 yang merupakan hasil
pengukuran langsung oleh detektor dan selanjutnya disebut
dengan R 50,ion. Pada pengukuran dosis serap, R 50,ion merupakan
informasi yang sangat penting karena R 50,ion dipergunakan
untuk mendapatkan R 50 dosis yang merupakan index kualitas
berkas dari energi elektron.
Tabel 1. Nilai R 50,ion untuk energi elektron 4 MeV, 6 MeV, 8
MeV, 10 MeV, 12 MeV dan 15 MeV
Energi R 50,ion
4 MeV 1,616 g/cm2
6 MeV 2,412 g/cm2
8 MeV 3,297 g/cm
10 MeV 3,948 g/cm
12 MeV 4,880 g/cm2
15 MeV 6,060 g/cm2
8/19/2019 Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)
7/10
Nilai R 50,ion ini kemudian menjadi pedoman dalam
menentukan R 50 dosis untuk menentukan detektor yang harus
digunakan untuk mengukur energi berkas elektron tersebut.
Seperti yang telah disebutkan pada TRS 398, bahwa untuk R 50
< 4 g/cm2 harus menggunakan detektor keping sejajar dan
untuk R 50 ≥ 4 g/cm2 bisa menggunakan detektor keping sejajar
atau silindris.
Dalam penelitian ini, penulis ingin menganalisis dosimetri
absolut dari dua detektor yang berbeda, yaitu detektor keping
sejajar dan detektor silindris pada R 50 ≥ 4 g/cm2. Untuk
menentukan energi yang mempunyai R 50 ≥ 4 g/cm2, maka
dilakukan perhitungan R 50. Perhitungan R 50 menggunakan
persamaan (1) karena nilai R 50,ion yang terukur pada masing –
masing energi kurang dari 10 g/cm2 dan didapatkan hasil
sebagai berikut
Tabel 2. Nilai R 50 untuk energi elektron 4 MeV, 6 MeV, 8
MeV, 10 MeV, 12 MeV dan 15 MeV
Energi R 50
4 MeV 1,60824 g/cm2
6 MeV 2,421948 g/cm2
8 MeV 3,332613 g/cm
10 MeV 4,002492 g/cm2
12 MeV 4,96152 g/cm2
15 MeV 6,17574 g/cm2
dari tabel di atas, diketahui bahwa energi yang mempunyai
R 50 ≥ 4 g/cm2 adalah energi 10 MeV dengan R 50 = 4.002492
g/cm2 , 12 MeV dengan R 50 = 4.96152 g/cm2, dan 15 MeV
dengan R 50 = 6.17574 g/cm2. Dengan demikian, pada energi
10 MeV, 12 MeV, dan 15 MeV, dapat digunakan detektor
keping sejajar atau silindris.
Pengukuran Absolut
Dosimetri absolut merupakan teknik pengukuran dosis
radiasi yang memberikan informasi langsung pada dosis serap
dengan satuan Gy [16]. Dosimetri ini dilakukan untuk berkas
energi radiasi pada pesawat Linac, baik berkas foton maupun
berkas elektron.
Pengukuran absolut untuk energi 10 MeV, 12 MeV, dan 15MeV digunakan detektor silindris dengan tipe detektor Farmer
ionization chamber TM30013 – 0689 dan detektor keping
sejajar tipe detektor advanced markus TM34045 – 0182.
Kedalaman referensi ( z ref ) untuk detektor silindris berada pada
0.5r cyn lebih dalam dari titik tuju z ref hasil perhitungan
sedangkan pada detektor advance markus berada pada titik
tuju zref itu sendiri. Sehingga, formulasi perhitungan z ref untuk
detektor silindris adalah sebagai berikut
(10)
dan z ref untuk detektor keping sejajar yang berada pada titik
tuju z ref hasil perhitungan, yaitu
(1)
Dan didapatkan z ref untuk masing masing detektor adalah
sebagai berikut
Tabel 3. Nilai z ref elektron energi 10 MeV, 12 MeV, dan 15
MeV
Energi
Jenis Detektor
Farmer
Chamber
Advanced
Markus
z ref (dalam
g/cm2)
z ref (dalam g/cm2)
10 MeV 2,46 2,312 MeV 3,06 2,9
15 MeV 3,76 3,6
Setelah z ref ditentukan maka pengukuran absolut dilakukan
dengan menempatkan point of measurement detektor pada
kedalaman tersebut. Detektor yang pertama kali digunakan
untuk pengukuran adalah Farmer chamber , yang merupakan
detektor yang direkomendasikan untuk pengukuran dosis
serap elektron pada R 50 ≥ 4 g/cm2 dan kemudian digunakan
detektor advanced markus sebagai detektor lain yang bisa
digunakan.
Hasil pengukuran menunjukkan keadaan berkas elektron
pada energi 10 MeV, 12 MeV, dan 15 MeV. Pada energi 10
MeV dan 15 MeV, dari pembacaan dosimetri terlihat bahwa
berkas elektron masih berada pada nilai dosis serap normal,
tidak menunjukkan Linac pada energi tersebut mengalami
masalah. Namun pada energi 12 MeV, terlihat bahwa
pembacaan dosimetri menunjukkan bahwa nilai dosis serap
terlalu tinggi untuk berkas elektron energi tersebut. Hal ini
dikarenakan, pada saat pengukuran, pesawat Linac sedang
tidak stabil ketika menghasilkan elektron energi 12 MeV,
sehingga hasilnya jauh di luar batas toleransi. Pengukuran
dosis serap pada elektron energi 12 MeV untuk selanjutnya
tidak dimasukkan dalam analisis pengukuran dosis serap
dikarenakan kondisi berkas energi tersebut dalam kondisi
tidak stabil, sehingga jika hasil tersebut tetap dimasukkan,
maka pengukuran ini tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Oleh karena itu, demi mendapatkan hasil yang akurat dan bisa
dianalisis, maka penulis tidak memasukkan hasil pengukuran
dosis serap elektron energi 12 MeV.
8/19/2019 Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)
8/10
Pengukuran Dosis Serap Berkas Energi Elektron Dengan
Detektor Farmer Chamber
Pengukuran ini dilakukan berdasarkan TRS 398. Energi
yang diukur terlebih dahulu adalah 10 MeV. Detektor Farmer
chamber diturunkan sedemikian sehingga pusat detektor
berada pada zref ditambah dengan 0.5r cyl lebih dalam. Pada
detektor Farmer chamber TM30013 – 0689 milik RSUP dr.
Hasan Sadikin ini, berdasarkan sertifikat hasil kalibrasi
BATAN, tegangan potensial Farmer chamber berada pada 400
V, sehingga pengukuran radiasi dilakukan pada tegangan
+400 V, – 400 V, dan +100 V. Setelah pengukuran pada
energi 10 MeV selesai, maka pengukuran dilanjutkan dengan
energi 15 MeV. Perlakuan pada pengukuran 15 MeV sama
dengan 10 MeV, hanya berbeda di z ref .
Hasil pengukuran dosis serap pada kedalaman referensi ( z ref )
berdasarkan persamaan (7) dan kedalaman maksimum ( z max)
berdasarkan persamaan (9) ketiga energi tersebut adalah
sebagai berikut
Tabel 4. Hasil pengukuran dosis serap elektron energi 10
MeV dan 15 MeV dengan detektor Farmer chamber
Energi
D w,Q (z ref )
(dalam
cGy/MU)
D w,Q (z max )
(dalam
cGy/MU)
D w,Q
(z max )
(pada
200 MU)
10 MeV 1,01 1,02 204
15 MeV 0,99 1,03 206
Pengukuran Dosis Serap Berkas Energi Elektron Dengan
Detektor Advanced MarkusSelanjutnya, dilakukan pengukuran dengan menggunakan
detektor advanced markus. Pengukuran dilakukan pada energi
10 MeV terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan energi
15 MeV. Seperti halnya pada pengukuran menggunakan
detektor Farmer chamber, detektor advanced markus
ditempatkan pada z ref yang telah dihitung untuk detektor
keping sejajar, pada masing – masing energi. Detektor
diturunkan sedemikian sehingga inner surface detektor berada
pada z ref . Pada detektor advanced markus TM34045 - 0182,
berdasarkan sertifikat kalibrasi yang dilaksanakan oleh
BATAN, tegangan potensial detektor berada pada 300 V.Langkah selanjutnya sama dengan pengukuran menggunakan
Farmer chamber, yaitu pengukuran radiasi dilakukan pada
tegangan potensialnya, yaitu +300 V, – 300 V, dan +100 V.
Hasil pembacaan dosimeter pada kedalaman referensi ( z ref )
adalah sebagai berikut
Hasil pengukuran dosis serap pada kedalaman referensi ( z ref )
berdasarkan persamaan (3.7) dan kedalaman maksimum ( z max)
berdasarkan persamaan (3.9) ketiga energi tersebut adalah
sebagai berikut
Tabel 5. Pengukuran dosis serap elektron energi 10 MeV dan
15 MeV dengan detektor advanced markus
Energi
D w,Q (z ref )
(dalam
cGy/MU)
D w,Q (z max )
(dalam
cGy/MU)
D w,Q
(z max )
(pada
200 MU)
10 MeV 1.00 1.004 200.8
15 MeV 0.99 1.017 203.4
Perbandingan Hasil Pengukuran Dosis Serap Elektron
Energi 10 Mev Dan 15 Mev Dengan Detektor Farmer
Chamber Dan Detektor Advanced Markus
Dari pengukuran kedua detektor di atas, maka dibandingkan
hasil perhitungan dosis serap pada kedalaman maksimum
( Dw,Q ( z max)) adalah sebagai berikut
Tabel 5.6. Hasil deviasi perbedaan pengukuran dosis serap
kedua detektor
Energi
Jenis Detektor
Deviasi
(%)
Farmer
Chamber
Advanced
Markus
D w,Q (z max ) D w,Q (z max )
10 MeV 204 200.8 1,6
15 MeV 206 203.4 1,3
Nilai deviasi diperoleh dari perhitungan sebagai berikut
(5.3)
Batas toleransi perbedaan antar detektor adalah sebesar 2%.
Nilai deviasi untuk energi 10 MeV adalah 1,6% dan untuk
energi 15 MeV adalah 1,3%. Nilai ini menunjukkan bahwa
deviasi kedua detektor masih berada di bawah 2%.
Detektor keping sejajar dapat dipergunakan untuk elektron
dengan energi kurang dari 10 MeV (E0 < 10 MeV) karena
sensitifitasnya lebih baik daripada detektor silindris. Dari
ketebalan yang lebih tipis ketimbang detektor silindris,detektor keping sejajar mampu meminimalisir scattering
perturbation effect , yaitu efek yang timbul karena gangguan
hamburan radiasi. Pada elektron energi rendah, daya jangkau
elektron juga terbatas, sehingga diperlukan detektor yang
memiliki volum lebih kecil. Detektor keping sejajar jenis
advanced markus mempunyai sensitif volume 0,02 cm3
sehingga detektor ini mampu mengakomodasi radiasi elektron
pada kedalaman maksimal.
8/19/2019 Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)
9/10
Sedangkan pada elektron dengan energi minimal 10 MeV
(E0 ≥ 10 MeV), elektron mempunyai daya jangkau yang lebih
dalam. Jika elektron energi ini diukur dengan keping sejajar,
hasil pembacaannya memang lebih mendekati dengan
referensi dosis yang seharusnya yaitu 200 MU, namun itu
sudah tercampur dengan hamburan radiasi. Detektor keping
sejajar memang detektor yang sensitif dan bisa digunakan
pada elektron energi E0 ≥ 10 MeV demikian juga detektor
silindris jenis Farmer chamber sebesar 0,6 cm3 dan bentuk
yang lebih padat. Sehingga, detektor silindris memang
proporsional untuk pengukuran elektron dengan energi
minimal 10 MeV.
Hasil perhitungan dosis serap di atas rupanya membuktikan
bahwa memang ada perbedaan jika pengukuran dilakukan
dengan menggunakan dua detektor yang berbeda
konstruksinya namun jenisnya sama yaitu ionization chamber .
Perbedaan yang dihasilkan oleh 2 energi yaitu 10 MeV dan 15
MeV masih berada di bawah batas toleransi yaitu dibawah 2%.
Toleransi 2% ini bertujuan untuk membuktikan konsistensikeluaran elektron dari pesawat Linac. Dalam waktu yang
relatif sama dan dengan kondisi pesawat yang dalam keadaan
baik, dosis serap yang dihasilkan oleh Linac ini diharuskan
masih berada dalam batas toleransi 2% karena jika pesawat
deviasi berada jauh dari 2%, maka bisa dipastikan bahwa telah
terjadi penyimpangan dosis serap dan berbahaya ketika
digunakan untuk melakukan treatment pasien. Perbedaan yang
masih berada dalam batas toleransi dalam penelitian ini,
menunjukkan bahwa kedua detektor dalam penelitian ini
memang benar dan sesuai jika digunakan untuk pengukuran
energi elektron dengan R 50 ≥ 4 g/cm2
.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan
kesimpulan sebagai berikut
1. Didapatkan dosis serap pada pengukuran dengan
menggunakan Farmer chamber dan pengukuran dengan
advanced markus yang dihasilkan pada energi 10 MeV
menghasilkan deviasi sebesar 1,6% dan pada energi 15
MeV deviasi perbedaan hasil kedua detektor sebesar1,3%.
2. Pengukuran dosis serap elektron energi 10 MeV dan 15
MeV yang mempunyai R 50 ≥ 4 g/cm2 bisa dilakukan
dengan menggunakan detektor Farmer ionization
chamber TM30013/0689 atau detektor advanced markus
TM34045/ 0182 karena deviasi kedua detektor tersebut
masih dalam batas toleransi.
Saran
Sebelum detektor yang direkomendasikan oleh TRS
digunakan, disarankan untuk fisikawan medis sebaiknya
melakukan pengukuran langsung (verifikasi) detektor yang
akan dipakai, untuk memastikan boleh tidaknya detektor
tersebut dipakai dalam kebutuhan klinis.
UCAPAN TERIMA K ASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak
yang telah membantu terlaksananya penelitian ini, sehingga
penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
R EFERENSI
[1] ―Indonesia Kekurangan Pesawat Radioterapi‖. Media
Indonesia, hal 20, 24 April 2013.
[2] Tris Budiyono, S.Si. SOP LINAC Elekta Precise
Treatment System RSUP DR. Sardjito
Yogyakarta.Yogyakarta, 2011.[3] Assef Firnando Firmansyah dan Nurman Rajagukguk.
―Penentuan Keluaran Berkas Elektron Energi nominal 6
dan 8 MeV dari Pesawat Pemercepat Linier Medik
Synergy Platform Model S151731 Milik Rumah Sakit
Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo‖.
Seminar Nasional SDM Teknologi Nuklir VII , hal 245 –
250, Yogyakarta, 16 November 2011.
[4] C. Tuti Budiantari dan Nurman R. ―Hubungan Antara
Laju Dosis Serap Air dengan Lapangan Radiasi Berkas
Elektron Pesawat Pemercepat Linier Medik Elekta‖.
Seminar Nasional VI SDM Teknologi Nuklir , hal 469 –
476, Yogyakarta, 18 November 2010.
[5] Nurman R. dan Bambang S. ―Kalibrasi Keluaran Berkas
Elektron Pesawat Pemercepat Linier Medik Clinac
2100c no.seri 1402 di Rumah Sakit Umum Pusat dr.
Sutomo, Surabaya‖. Prosiding Pertemuan dan
Presentasi Ilmiah Fungsional Pengembangan Teknologi
Nuklir I , hal 145 – 153, Jakarta, 12 Desember 2007.
[6] S. Sathiyan and M. Ravikumar . ―Absolute Dose
Determination in High – Energy Electron Beams:
Comparison of IAEA Dosimetry Protocols‖. Journal of
Medical Physics, hal 108 – 113, India, Juli – September
2008.
[7] Darmawati dan Suharni. ―Implementasi Linear
Accelerator Dalam Penanganan Kasus Kanker‖.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi
Akselerator dan Aplikasinya, hal 36 – 47, November
2012.
[8] F.M. Khan. The Physics of Radiation Therapy Fourth
Edition. Lippincott Williams & Wilkins, USA, 2003.
8/19/2019 Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)
10/10
[9] E. B. Podgorsak. Radiation Oncology Physics: A
Handbook for Teachers and Students. International
Atomic Energy Agency (IAEA), Vienna, 2005.
[10] Anonim. Dasar Fisika Radiasi. Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Pusdiklat
BATAN), Jakarta, 2008.
[11] Wisnu Arya Wardana. Teknologi Nuklir Proteksi Radiasi
dan Aplikasinya. C.V. Andi Offset, Yogyakarta, 2007.
[12] PTW Freiburg. Ionizing Radiation Detector: Including
Codes of Practice, PTW, Freiburg – Germany,
2010/2011.
[13] Nicholas Tsoulfanidis. Measurement and Detection of
Radiation. Hemisphere Publishing Corporation, U.S.
America, 1983.
[14] Technical Report Series No. 398 IAEA. Absorbed Dose
Determinan in Photon and Electron Beam: An
International Code of Practice for Dosimetry Based on
Standards of Absorbed Dose to Water , IAEA, Vienna,
2000.[15] Susila Wardaya, S.T., M.Si. Analisis Dosimetri Berkas
Elektron Pada Bidang Miring Pengukuran
Menggunakan Ionization Chamber Disimulasikan
Dengan Monte Carlo DOSXYZnrc.Tesis, Program Pasca
Sarjana, Universitas Indonesia, Jakarta, 2009.
[16] Darmawati. ―Radiation Physics Dosimetry and
Equipment in Radiotherapy: Absolut and Relative
Dosimetry‖. Kuliah Dosimetri Fisika Medis, RSUP dr.
Sardjito, Yogyakarta, 30 Mei 2012.
[17] Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Radioterapi. Dokumen Teknis,
Badan Pengwas Tenaga Nuklir, Jakarta, 2013.
[18] Faiz M Khan, Karen P Doppke, Kenneth R Hogstrom,
Gerald J Kutcher, Ravinder Nath, Satish C Prasad, James
A Purdy, Martin Rozenveld, Barry L Werner. AAPM
Report No 32 Clinical Electron Beam Dosimetry.
Dokumen Teknis, American Association of Physicists in
Medicine, United States, 1991.