Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)

    1/10

    Analisis Perbandingan Hasil Pengukuran Dosis

    Serap Menggunakan Detektor Advanced Markus dan

    Farmer Ionization Chamber Pada Berkas EnergiElektron Dengan R 50 ≥ 4 g/cm

    2

    Anisza Okselia1, Susila Wardaya

    2, Anung Muharini

    1,3 Jurusan Teknik Fisika FT UGM

     Jln. Grafika 2 Yogyakarta 55281 [email protected]

    [email protected]

    2

     Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadiki Jalan Pasteur no. 38 Bandung Indonesia

    [email protected]

    Intisari  —  Pada Code of Practi ce IAEA TRS 398 (Petunjuk Pelaksanaan IAEA TRS 398), untuk pengukuran elektron energi tinggi,terdapat ketentuan bahwa detektor yang digunakan untuk R 50 ≥ 4 g/cm

    2 adalah detektor silindris atau detektor keping sejajar. R 50 

    adalah kedalaman yang mengakibatkan dosis turun 50%. Pada saat dilakukan perhitungan R 50 untuk berkas energi elektron yang

    dimiliki oleh RSUP dr. Hasan Sadikin, yaitu energy 4 MeV, 6 MeV, 8 MeV, 10 MeV, 12 MeV, dan 15 MeV, didapatkan bahwa berkas

    energi yang mempunyai R 50 ≥ 4 g/cm2 adalah 10 MeV, 12 MeV, dan 15 MeV. Selanjutnya dilakukan pengukuran dosis serap pada

    pesawat Linac elektron energi tersebut dengan menggunakan detektor farmer   ionization chamber   sebagai detektor silindris dan

    detektor advanced markus   sebagai detektor keping sejajar secara bergantian. Hasil pengukuran kemudian dimasukkan kedalam

    perhitungan dosis serap pada kedalaman maksimum (z max ). Hasil perhitungan ini kemudian dianalisis oleh penulis untuk mengetahuiperbedaan yang ditimbulkan dari pengukuran dengan menggunakan dua jenis detektor yang berbeda ini tidak melampaui batas

    toleransi yaitu 2%. Didapatkan dosis serap pada pengukuran dengan menggunakan farmer chamber   dan pengukuran dengan

    advanced markus  yang dihasilkan pada energi 10 MeV adalah sebesar 204 MU dan 200.8 MU dengan deviasi perbedaan hasil kedua

    detektor sebesar 1.6% dan pada energi 15 MeV adalah sebesar 206 MU dan 203.4 MU, sehingga deviasi perbedaan hasil kedua

    detektor sebesar 1.3%. Perbedaan yang masih berada di bawah 2% dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa kedua detektor dalam

    penelitian ini memang benar dan sesuai jika digunakan untuk pengukuran energi elektron dengan R 50 ≥ 4 g/cm2.

     Kata kunci —  elektron energi tinggi, R 50, detektor Farmer  chamber , detektor advanced markus, dosis serap.

    Abstract  —  At the IAEA Code of Practice TRS 398, the measurement of high energy electrons, there is a provision that the detector isused for R 50 ≥ 4 g/cm

    2 is cylindrical detector or plan parallel detector. R 50 is the depth that resulted in dose reduction by 50%. At the

    time of the calculation R 50 for the electron energy which is owned by RSUP dr. Hasan Sadikin, is energy 4 MeV, 6 MeV, 8 MeV, 10

    MeV, 12 MeV and 15 MeV, it was found the energy that has R 50  ≥ 4 g/cm2  is 10 MeV, 12 MeV and 15 MeV. The next step was

    measured the absorbed dose energy electron linac by using the farmer ionization chamber as a cylindrical detector and advanced

    markus detector as a plan parallel detector is alternately aligned. The measurement results and then inserted into the calculation of

    the absorbed dose maximum depth (z max ). Calculation results are then analyzed by the authors in order not to exceed the limit of

    tolerance is 2%. The absorbed dose measurements obtained using the farmer chamber and measurements with advanced markus

    produced at 10 MeV energy is equal to 204 MU and 200.8 MU with differences in the results of both detectors deviation of 1.6% and

    at 15 MeV energy is equal to 206 MU and 203.4 MU with deviation difference in the results of both detectors at 1.3%. The difference

    is less than 2% in this study, suggesting that the two detectors in this study is correct and appropriate when used for electron energy

    measurements with R 50 ≥ 4 g/cm2. 

     Keywords —  high energy electron, R50, Farmer chamber detector, advanced markus detector, absorbed dose

  • 8/19/2019 Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)

    2/10

    I.  PENDAHULUAN 

    Di radioterapi, energi yang dihasilkan oleh pesawat

    radioterapi eksternal seperti Linac ( Linear Accelerator ) adalah

    energi tinggi, yaitu 3  –   50 MeV, Linac digunakan di

    radioterapi untuk pengobatan penyakit tumor.

    Untuk optimasi pemberian dosis kepada pasien, peralatan

    radiasi harus selalu terukur keluaran berkas radiasinya dengan

    melakukan program jaminan mutu (Quality Assurance), dan

     program kendali mutu (Quality Control ) [2].

    Salah satu rangkaian QA dan QC yaitu kalibrasi (calibration)

    atau pengukuran. Kalibrasi meliputi kalibrasi harian (daily

    calibration) ,  kalibrasi mingguan (weekly calibration) , dan

    kalibrasi bulanan (monthly calibration). Kalibrasi  sangat

     penting untuk dilakukan, hal ini guna memastikan bahwa

     perangkat yang digunakan, dalam kasus ini Linac, masih

    sesuai standar dan tidak berbahaya bagi pasien.

    Pada rumah sakit  –   rumah sakit besar radioterapi seperti

    RSUP dr. Hasan Sadikin ini memang memiliki dua detektoryang bisa digunakan yaitu detektor keeping sejajar ( plan

     parallel ): advanced markus detector dan detektor silindris:

    ionization chamber farmer detector , sehingga rumah sakit

    tersebut bisa menggunakan detektor tersebut sesuai

    ketentuannya. Namun, ada beberapa rumah sakit yang

    memiliki instalasi radioterapi, kebanyakan hanya

    menggunakan satu macam detektor ketika pengukuran yaitu

    detektor keping sejajar saja untuk mengukur semua output

    elektron pada pesawat Linac. Padahal ada ketentuan dan

    rekomendasi tertentu yang tercantum dalam Code of Practice 

    (CoP) IAEA TRS 398, sebagai acuan dalam melakukan pengukuran.

    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data output

    Linac pada elektron energi 10 MeV, 12 MeV, dan 15 MeV

    dari pengukuran detektor advanced markus  dan farmer

    ionization chamber dan menganalisis berapa persen

     penyimpangan hasil pengukuran kedua detektor tersebut. I

    II.  TINJAUAN PUSTAKA

    Berkas foton dan elektron untuk keperluan radioterapi dapat

    dihasilkan dari sebuah pesawat pemercepat linier medik.

    Tidak seperti halnya dengan berkas foton yang diperoleh dari

     berkas elektron yang diarahkan ke suatu target, berkas

    elektron dapat digunakan langsung. Dengan demikian

     produksi berkas elektron memiliki efisiensi yang lebih tinggi

    daripada berkas foton.

    Telah dilakukan penelitian yang menguraikan hubungan

    antara laju dosis serap air dengan lapangan radiasi untuk

    energi nominal berkas elektron 10 MeV, 12 MeV, dan 15

    MeV yang dipancarkan dari pesawat pemercepat linier medik

    Elekta 151614 milik Rumah Sakit Adam Malik, Medan yang

    kemudian dibandingkan untuk berkas elektron dengan energi

    nominal yang sama dari pesawat pemercepat linier medik

    Elekta nomor seri 1123 dan 151731, masing-masing milik

    Rumah Sakit Kanker Dharmais dan Rumah Sakit Umum Pusat

     Nasional dr. Cipto Mangunkusumo [3]. Dari penelitian

    tersebut dapat dilihat bahwa hubungan antara laju dosis serap

    dengan lapangan radiasi memiliki pola yang sama yaitu pada

    lapangan radiasi yang besar laju dosis serap akan berkurang

    dengan lapangan radiasi yang lebih kecil. Dari hasil dan

     pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa laju

    dosis serap akan naik dengan semakin besarnya lapangan

    radiasi. Namun pada lapangan radiasi tertentu laju dosis serap

    akan menurun.

    Telah dilakukan penelitian mengenai pengukuram keluaran

     berkas elektron pesawat pemercepat linier medik clinac 2100c

    no.seri 1402 di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Sutomo,

    Surabaya dengan menggunakan dosimeter wellhofer [5].

    Kesimpulan yang didapat adalah parameter kualitas radiasi

    dari pesawat tersebut sudah sesuai dengan spesifikasi yangdiberikan oleh pabrik demikian pula dengan keluarannya.

    Dengan demikian maka keluarannya dapat digunakan untuk

     penyinaran pasien tumor. Disamping itu hasil ini dapat

    digunakan sebagai data acuan dalam melaksanakan program

    kendali mutu dari pesawat tersebut.

    Telah dilakukan penelitian mengenai penentuan keluaran

     berkas elektron energi nominal 6 MeV dan 8 MeV dari

     pesawat pemercepat Linier Medik Synergy Platform model

    s151731 milik Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto

    Mangunkusumo dengan menggunakan dosimeter Farmer

     NE2570IB/1182 + detektor plan paralel jenis RoosTW34001/0125 [3]. Pada hasil pengukuran ditunjukkan nilai

    keluaran berkas elektron sebelum dilakukan adjustment dan

    terlihat bahwa deviasi keluaran pada zmax  terhadap monitor

    unit sebesar 2,59 % untuk energi nominal 6 MeV dan 0,04 %

    untuk energi 8 MeV. Hal ini terdapat perbedaan yang

    signifikan pada energi nominal 6 MeV antara monitor unit

    dan hasil keluaran oleh dosimeter standar, untuk itu

    diperlukan adjustment sampai mendekati nilai 200 cGy atau

    deviasi sebesar < 1 %. Sedangkan pada energi nominal 8 MeV

    tidak diperlukan lagi adjustment karena deviasi lebih kecil

    dari 1 %. Hasil pengukuran dan penentuan keluaran berkas

    elektron energi nominal 6 MeV sesudah dilakukan adjustment

    dan terlihat bahwa deviasi keluaran pada zmax  terhadap

    monitor unit sebesar 0,22 %. Hal ini telah sesuai dengan

    harapan karena deviasi antara Monitor Unit (MU) dan hasil

    keluaran oleh dosimeter standar adalah sebesar < 1 %.

    Dengan demikian berarti penentuan keluaran berkas elektron

    atau kalibrasi monitor unit telah menunjukkan nilai yang sama

    dengan nilai 200 MU yang tertera di panel kontrol perangkat

    lunak dalam deviasi < 1 %.

  • 8/19/2019 Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)

    3/10

    Dalam penelitian  Absolute Dose Determination in High  –  

     Energy Electron Beams: Comparison of IAEA Dosimetry

     Protocols  (Penentuan dosis absolut pada berkas elektron

    energi tinggi: perbandingan dari protokol dosimetri IAEA),

    dosis diserap diukur dan dibandingkan untuk elektron energi

    tinggi (6 MeV, 9 MeV, 12 MeV, 16 MeV, dan 20 MeV)

    menggunakan protokol dosimetri IAEA, TRS No. 277, TRS

     No. 381, dan TRS No. 398 [6]. IAEA  –   TECDOC 1455

    sebagai tinjauan hasil pengujian dari implementasi Code of

     Practice (CoP) internasional pada dosimetri radioterapi (TRS

    398) telah melaporkan bahwa perbedaan maksimum dalam

     penentuan dosis serap antara TRS 398 dan CoP  sebelumnya

    TRS 277 (2nd ed.) dan TRS 381 adalah pada nilai 1% sampai

    2%. Laporan ini merekomendasikan bahwa pengguna

    disarankan untuk memeriksa dengan seksama kondisi

     percobaan dan koefisien kalibrasi relevan jika rasio dosis

    diserap, Dw  (TRS 398) / Dw (CoP lain), yang diukur jatuh di

    luar rentang yang direkomendasikan oleh laporan ini. Rasio

    dosis TRS 398 dibandingkan dengan Code of Practice  yanglain (TRS 381 dan TRS 277) berada dalam kesepakatan baik

    dengan IAEA-TECDOC 1455.

    III. DASAR  TEORI

    Linear Accelerator (Linac)

     Linear Accelerator (Linac)  merupakan perangkat yang

    menggunakan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi

    tinggi untuk mempercepat partikel bermuatan seperti elektron

    energi tinggi melalui tabung linear [7]. Linac dapat

    menghasilkan radiasi elektron dan foton dengan energi tinggi.

    Energi radiasi Linac  Precise Treatment System  di RSUP dr.

    Hasan Sadikin Bandung adalah, elektron: 4 MeV, 6 MeV, 8

    MeV, 10 MeV, 12 MeV, 15 MeV dan energi radiasi foton 6

    MV atau 10 MV. Pesawat Linac yang dimiliki RSUP dr.

    Hasan Sadikin adalah tipe  Precise  –   5991  tetapi tidak

    dilengkapi dengan multi leaf collimator ( MLC  ).

    Tingkat energi pada Linac dapat dihasilkan melalui proses

     percepatan elektron secara linear di dalam tabung pemandu

    gelombang pemercepat (accelerating waveguide) yang hampa

    udara. Tingkat kehampaannya mencapai kurang dari 1 x 10-7

     

    torr [2].

    Tabung ini merupakan tabung penghantar yang terdiri dari

    susunan sel  –   sel berupa rongga  –   rongga yang terbuat dari

    tembaga (Cu). Ke dalam tabung ini disalurkan gelombang

    mikro (microwave) yang dibangkitkan oleh magnetron 5 kVA

    dengan panjang gelombang 10 nm.

    Proses terjadinya percepatan elektron di dalam tabung

    dimulai dengan dibangkitkannya gelombang mikro oleh

    magnetron 5 kVA yang berfrekuensi sesuai dengan frekuensi

    resonansi tabung (3000 MHz). Gelombang mikro tersebut

    disalurkan melalui sirkulator ke tabung pemandu gelombang

     pemercepat elektron.

    Ada 2 jenis pemandu gelombang yaitu pemandu gelombang

     berjalan (travelling wave guide) dan pemandu gelombang

     berdiri ( standing waveguide). Bila daya frekuensi gelombang

    mikro melintasi rongga-rongga setiap sel dari pemercepat,

    maka akan terselenggara resonansi antara gelombang mikro

    dengan rongga-rongga tersebut, akibatnya akan terjadi medan

    elektromagnet di dalam tabung pemercepat dan terjadi kuat

    medan listrik dinamis pada setiap sel yang berubah-ubah

     periodenya sesuai perubahan amplitudo gelombang mikro, hal

    ini akan mengakibatkan setiap sel berubah-ubah muatannya.

    Perubahan periode muatan listrik tersebut dimanfaatkan untuk

    mempercepat lintasan elektron.

    Elektron dihasilkan oleh filamen pada elektron gun  yang

     berupa tabung trioda, kemudian ditembakkan dengan energi

    awal 15 KeV secara sinkron dengan perubahan amplitude

    gelombang mikro dan secara berkelompok memasuki sel  –  sel

    tabung pemercepat. Kecepatan elektron tersebut secara berantai dipacu lintasannya dari satu sel ke sel berikutnya

    sampai energi elektron tersebut sesuai dengan banyaknya

     jumlah rongga resonansi lintasan elektron dan panjang tabung

     pemercepat yang digunakan. Semakin besar energi yang

    diperlukan, akan semakin panjang tabung pemercepat yang

    diperlukan. Berkas elektron yang telah dipercepat

    didepleksikan menuju isosenter lapangan penyinaran dengan

    menggunakan medan magnet sistem pembelok berkas

    akromatik.

    Elektron dengan energi sedikit lebih tinggi atau lebih rendah

    dari yang dikehendaki akan dibelokkan sedemikian rupasehingga energi dan lintasannya menjadi sesuai dengan yang

    dikehendaki. Sedangkan elektron dengan penyimpangan

    energi agak besar akan dieliminir oleh sebuah filter celah

    mekanis (prinsip  spektograh massa). Dengan demikian dapat

    dicapai pemfokusan berkas elektron yang sangat baik dengan

    energi yang monokromatis.

    Setelah mengalami pembelokkan, elektron  –  elektron energi

    tinggi dapat digunakan secara langsung. Bila yang

    dikehendaki adalah sinar  –   X, maka elektron  –   elektron

     berenergi tinggi tersebut ditumbukkan ke bidang target

     penerus (transmission target).

    Sistem pendingin dengan air dengan sirkulasi tertutup (close

    circuit water ) pada alat yang disebut Chiller . Chiller

    diletakkan pada ruangan tersendiri diluar bunker Linac,

    mengatur sirkulasi air yang panas dari pesawat Linac ke

    chiller   untuk didinginkan dan dipompa kembali ke pesawat

    Linac [7].

  • 8/19/2019 Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)

    4/10

     Gambar 1. Bagian –  bagian Linac medis

    Karakteristik Elektron

    Sebagai elektron energik yang melintasi materi, elektron

     berinteraksi dengan materi melalui interaksi Coulomb dengan

    elektron orbital atom dan inti atom. Melalui tabrakan ini

    elektron akan kehilangan energi kinetiknya (tabrakan dan

    kerugian radiasi) atau mengubah arah perjalanan mereka(hamburan). Kerugian energi dijelaskan dengan  stopping

     power , hamburan dijelaskan dengan  scattering power   [9].

    Tabrakan antara elektron datang dan elektron orbital atau inti

    dari sebuah atom dapat menjadi elastis atau tidak elastis.

    Dalam tabrakan elastis, energi kinetik tidak hilang, meskipun

    dapat didistribusikan kembali diantara partikel yang muncul

    dari benturan [8]. Elektron dibelokkan dari jalur aslinya tapi

    tanpa terjadi kehilangan energi. Sementara dalam tabrakan

    tidak elastis sebagian energi kinetik hilang karena digunakan

    dalam memproduksi ionisasi atau dikonversi ke bentuk energi

    lainnya seperti energi foton dan energi eksitasi. Elektrondibelokkan dari jalur aslinya dan beberapa energi ditransfer ke

    elektron orbital atau dipancarkan dalam bentuk

    Bremsstrahlung.

    Detektor I onization Chamber  

    Detektor ionization chamber   atau detektor kamar ionisasi

    merupakan salah satu jenis detektor isian gas yang bekerja di

    daerah ionisasi [10]. Dalam detektor ionization chamber

    terdapat bagian yang disebut pencacah gas. Pencacah gas bisa

    dibangun dalam satu dari tiga geometri dasar: plat paralel,

    silindris, atau bola [13].Detektor keping sejajar direkomendasikan untuk digunakan

     pada semua energi elektron, dan diwajibkan untuk digunakan

     pada energi di bawah 10 MeV [14]. Salah satu keuntungan

    utama dari detektor keping sejajar untuk dosimetri berkas

    elektron adalah kemungkinan meminimalkan  scattering

     perturbation effects (efek gangguan hamburan). Ruang

    ionisasi keping sejajar dirancang sebisa mungkin sehingga

    ruangan sampel kejadian electron fluence  melewati jendela

    depan, kontribusi elektron masuk melalui dinding samping

    dapat diabaikan.

    Suatu detektor kamar ionisasi jenis silindris dapat digunakan

    untuk kalibrasi berkas radioterapi sinar-x energi menengah di

    atas 80 kV dan HVL 2 mm aluminium,60

    Co radiasi gamma,

     berkas foton berenergi tinggi, berkas elektron dengan energi

    10 MeV dan diatasnya, dan proton terapi dan berkas ion berat

    [14]. Jenis detektor ini mempunyai volume rongga ruangan

    harus antara 0,1 cm3  dan 1 cm

    3. Rentang ukuran ini adalah

    kesepakatan antara kebutuhan untuk sensitivitas yang cukup

    dan kemampuan untuk mengukur dosis pada suatu titik.

    Gambar 2. Detektor ionization chamber  TM30013/0689

    Gambar 3. Detektor advanced markus TM34045/0182 

    Petunjuk Praktis TRS 398

    Kalibrasi absolut untuk menentukan kualitas berkas elektron

     pesawat Linac ini berdasarkan protokol IAEA TRS 398. Linac

    mempunyai berkas elektron yang berenergi 4 MeV, 6 MeV, 8MeV, 10 MeV, 12 MeV, dan 15 MeV. Berdasarkan TRS 398,

    energi ini tergolong dalam energi tinggi yaitu diantara 3 MeV

     –   50 MeV, sehingga pengukuran kualitas berkas elektron

    Linac harus berdasarkan ketentuan untuk pengukuran elektron

     berenergi tinggi.

    Ketika menggunakan detektor ionization chamber , kuantitas

     pengukuran adalah pada kedalaman ketika ionisasi di air

    mencapai 50 %, R 50,ion. Nilai dosis saat mencapai 50% pada

    distribusi kedalaman dosis dalam air R50 diperoleh dengan

     

    (   )  (1)  (   )  (2)

    Dalam kasus ini, pengguna harus memverifikasi bahwa

    detektor tersebut sesuai untuk pengukuran kedalaman dosis

    dengan tes perbandingan dengan sebuah detektor ionization

    chamber  pada kualitas berkas yang bisa mewakili.

  • 8/19/2019 Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)

    5/10

      Diperlukan beberapa faktor koreksi untuk menentukan laju

    dosis serap berkas elektron di dalam air. Faktor tersebut

    adalah sebagai berikut :

    1.  h pl: faktor koreksi laju elektron di dalam bahan plastik

    yang dibandingkan terhadap laju elektron di dalam air, bila

     pengukuran dilakukan di fantom air maka nilai h pl adalah

    1.

    2. 

    k TP: faktor koreksi temperatur dan tekanan udara terhadap

    keadaan referensi 20°C dan 101,325 kPa, besarnya koreksi

    ini dapat ditentukan dengan persamaan

      (3)dengan T dan P adalah temperatur dan tekanan udara saat

     pengukuran berlangsung.

    3.  k elec: faktor kalibrasi elektrometer, jika dalam sertifikat

    tidak dicantumkan faktor tersebut maka nilai k elec adalah 1.

    4.  k Q,Qo: faktor koreksi perbedaan antara respon detektor

    ionisasi dalam kualitas berkas yang digunakan sebagai

    kalibrasi detektor (Co-60) terhadap kualitas berkaselektron.

    5.  k  pol: faktor koreksi respon detektor ionisasi terhadap efek

     pergantian polaritas yang diberikan pada detektor. Nilai

    k  pol  dapat dihitung dengan persamaan

    ||||   (4)dengan M+ adalah bacaan pengukuran pada polaritas

     positif (+), sedangkan M –  merupakan bacaaan pengukuran

     pada polaritas negatif (-), dimana polaritas itu berada pada

    kabel collecting   detektor ionisasi.

    6.  k s: faktor koreksi respon detektor ionisasi terhadap kurang

    lengkapnya pengumpulan muatan pada ionisasi di udara. Nilai ks dapat dihitung dengan persamaan

      (5)

    dengan a0, a1  dan a2  adalah nilai konstanta yang diambil

    dari TRS No. 389 IAEA. Sedangkan M1  adalah bacaan

     pengukuran untuk tegangan yang biasa digunakan (V) dan

    M2  adalah bacaan pengukuran untuk tegangan referensi

    misalnya (V/4).

    Penentuan dosis serap pada air merupakan pengukuran pada

    kedalaman referensi. Kedalaman referensi  z ref   dinyatakan

    dengan

          (6)Dosis serap untuk air pada kedalaman referensi  z ref   dalam

    air, dalam sebuah kualitas berkas elektron Q  dan dalam

    ketiadaan detektor, dinyatakan dengan

    ()   (7)dimana M Q adalah bacaan pada dosimeter yang telah dikoreksi

    dari pengaruh suhu dan tekanan, kalibrasi elektrometer, efek

     polaritas, dan ion rekombinasi sebagaimana dideskripsikan

    dalam Worksheet  yang didapatkan dari persamaan

      (8)Detektor harus diposisikan sesuai dengan kondisi referensi,

    sebagaimana yang telah diberikan pada tabel sebelumnya.

     N  D,w,Qo adalah faktor kalibrasi dalam hal dosis serap pada air

    untuk dosimeter pada kualitas referensi Qo  dan k Q,Qo  adalah

    faktor spesifik detektor yangmana mengoreksi perbedaan

    antara kualitas berkas referensi Qo  dan kualitas berkas

    sebenarnya Q. Berkas referensi Qo adalah berkas cobalt –  60.

     Normalisasi klinis paling sering dilakukan pada kedalaman

    dosis maksimal  z max yang mana dalam kode saat pelaksanaan,

    tidak selalu bertepatan dengan  z ref . Untuk menentukan dosis

    serap pada  z max  pengguna seharusnya, untuk berkas yang

    diberikan, menggunakan axis pusat distribusi kedalaman dosis

    yang terukur untuk mengubah dosis serap pada  z ref   menjadi

     pada z max.

    ()()   (9)

    IV. PELAKSANAAN PENELITIAN 

    Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat dr.

    Hasan Sadikin, Bandung.

    Tahap –  tahap kalibrasi absolut adalah sebagai berikut

    1.  Sebagai pendahuluan, dilakukan pengukuran relatif PDD

    elektron pada energi yang tersedia pada spesifikasi

     pesawat Linac, yaitu 4 MeV, 6 MeV, 8 MeV, 10 MeV, 12

    MeV, dan 15 MeV dengan ukuran lapangan 10 cm x 10

    cm. Pada pengukuran PDD ini juga didapatkan data

    mengenai R 100, R  p, R 50, R 90, R t, Ds, Dx, X –  ray back, G0,

    E p0, dan E0(mean). R 50 hasil pengukuran merupakan data penting yang kemudian disebut dengan R 50,ion. Dengan

    diperolehnya R 50,ion  maka R 50  bisa dihitung. R 50 yang

    didapatkan kemudian dilihat dan disesuaikan dengan

    keadaan referensi yang terdapat pada Code of Practice 

    (CoP) TRS 398, karena R 50  menentukan jenis detektor

    yang digunakan untuk pengukuran.

    2.  Pengukuran dosis serap mengikuti kode praktis dari TRS

    398 sebagai standar pengukuran untuk elektron energi

    tinggi, ditentukan titik referensi dan posisi titik referensi

    dari detektor itu sendiri di dalam fantom air. Pada energi

    10 MeV, 12 MeV, dan 15 MeV, telah dilakukan

     perhitungan R 50  dan didapatkan nilai R 50  ≥ 4  g cm-2,

    sehingga detektor yang digunakan menurut TRS 398 bisa

    detektor silindris atau detektor keping sejajar. Untuk

    detektor silindris, titik referensinya adalah pada axis

    detektor pada pusat rongga volume. Untuk pengukuran

     berkas elektron, titik referensi ini harus diposisikan pada

     jarak 0,5 r cyl  lebih dalam dari titik tuju dalam fantom yang

    selanjutnya disebut dengan kedalaman referensi, dimana

    r cyl   adalah jari  –   jari rongga udara detektor silindris.

  • 8/19/2019 Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)

    6/10

    Sedangkan pada detektor keping sejajar, titik referensinya

    adalah pada bagian yang lebih dalam dari permukaan pada

     jendela masuk, pada pusat jendela. Titik ini seharusnya

    menjadi point of interest (POI). POI kemudian diturunkan

     pada kedalaman referensi pengukuran.

    3.  Kondisi pengukuran pada penelitian

    a.  Penggunaan aplikator : 10 cm x 10 cm

     b. 

    Fantom air: (50 x 50 x 50) cm

    c.  Dosis: 200 MU

    d.  Tegangan operasi detektor advanced markus: 300 V

    e.   ND,W,Qo detektor advanced markus : 1,391 Gy/nC

    f.  Tegangan operasi Farmer ionization chamber : 400 V

    g.   ND,W,Qo Farmer ionization chamber : 0,0526 Gy/nC

    h.  Suhu referensi: 20°C

    i.  Suhu ketika pengukuran: 23°C

     j.  Tekanan referensi : 101,3 kPa

    k.  Tekanan ketika pengukuran: 90,7 kPa

    l.  Kelembaban relatif referensi: 50%

    m. 

    Kelembaban relatif ketika pengukuran: 53%4.  Alat ukur yang digunakan tersertifikasi oleh lembaga

    kalibrasi tertelusur internasional, yaitu BATAN. Alat ukur

    tersebut meliputi detektor silindris berupa Farmer

    ionization chamber   TM30013/0689 dan detektor keping

    sejajar dengan jenis detektor advanced markus 

    TM34045/0182 beserta dengan elektrometer PTW Tandem

    10264 dan 0464.

    5.  Penentuan dosis serap untuk air dilakukan pada

    kedalaman referensi. Kedalaman referensi ( z ref ) ini berbeda

    untuk setiap energi karena setiap energi memiliki R 50 yang

     berbeda dan zref   dipengaruhi oleh R 50. Pembacaandosimeter dilakukan di setiap rasio tegangan kapasitas

    masing  –   masing detektor. Kemudian dilakukan

     pengukuran pada tegangan maksimum (baik positif

    maupun negatif) dan tegangan minimum.

    6.  Pembacaan dosimeter dipengaruhi oleh faktor koreksi

    suhu dan tekanan (k TP), faktor kalibrasi elektrometer

    (k elec), faktor polaritas (k  pol), dan faktor koreksi

    rekombinasi (k s). Faktor  –   faktor ini didapatkan dari

     pembacaan muatan pada setiap dosis di elektrometer di

    setiap tegangan dengan posisi detektor pada kedalaman

    referensi. Pembacaan dosimeter yang terukur dari detektor

    kemudian dikoreksi dengan faktor  –   faktor tersebut dan

    didapatkan nilai  M Q  sebagai pembacaan dosimeter

    terkoreksi pada kedalaman referensi.

    7.  Pengukuran dosis serap air yang dilakukan pada

    kedalaman referensi sangat dipengaruhi oleh faktor

    kualitas berkas (k Q,Qo) dimana nilai k Q,Qo didapat dari tabel

    yang telah tersedia pada TRS 398.  M Q kemudian dikoreksi

    dengan  N  D,W,Qo sebagai faktor kalibrasi dosis serap air dan

    k Q,Qo  sebagai faktor kualitas berkas.  M Q  yang telah

    dikoreksi dengan  N  D,W,Qo  dan k Q,Qo  tersebut menjadi nilai

    dosis serap air pada kedalaman referensi.

    8.  Selanjutnya, dilakukan pengukuran laju dosis serap untuk

    air pada kedalaman maksimum. Kedalaman maksimum

    merupakan kedalaman saat dosis mencapai 100% dan ini

     bisa dilihat dari hasil pengukuran PDD ketika nilai

    PDDnya 100%. Pengukuran pada kedalaman maksimum

    merupakan nilai yang diharapkan dalam suatu kalibrasi

    laju dosis. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh PDD, dimana

    PDD setiap energi selalu berbeda. Hasil dari pengukuran

    ini menjadi parameter dosis yang dihasilkan oleh pesawat

    Linac pada elektron energi tinggi ini.

    Gambar 4. Skema Alat Penelitian

    V.  PELAKSANAAN PENELITIAN 

    Protokol untuk pengukuran absolut adalah Petunjuk Praktis

    IAEA TRS 398 (Code of Practice (CoP) IAEA TRS 398).

    Penelitian didahului dengan dosimetri relatif, salah satu hasil

     pengukuran dosimetri relatif yang penting adalah kurva PDD,

     prosentase kedalaman dosis.Pada kurva PDD akan didapatkan R 50 yang merupakan hasil

     pengukuran langsung oleh detektor dan selanjutnya disebut

    dengan R 50,ion. Pada pengukuran dosis serap, R 50,ion merupakan

    informasi yang sangat penting karena R 50,ion dipergunakan

    untuk mendapatkan R 50 dosis yang merupakan index kualitas

     berkas dari energi elektron.

    Tabel 1. Nilai R 50,ion untuk energi elektron 4 MeV, 6 MeV, 8

    MeV, 10 MeV, 12 MeV dan 15 MeV

    Energi R 50,ion

    4 MeV 1,616 g/cm2 

    6 MeV 2,412 g/cm2 

    8 MeV 3,297 g/cm

    10 MeV 3,948 g/cm

    12 MeV 4,880 g/cm2 

    15 MeV 6,060 g/cm2 

  • 8/19/2019 Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)

    7/10

      Nilai R 50,ion  ini kemudian menjadi pedoman dalam

    menentukan R 50 dosis untuk menentukan detektor yang harus

    digunakan untuk mengukur energi berkas elektron tersebut.

    Seperti yang telah disebutkan pada TRS 398, bahwa untuk R 50 

    < 4 g/cm2  harus menggunakan detektor keping sejajar dan

    untuk R 50 ≥ 4 g/cm2 bisa menggunakan detektor keping sejajar

    atau silindris.

    Dalam penelitian ini, penulis ingin menganalisis dosimetri

    absolut dari dua detektor yang berbeda, yaitu detektor keping

    sejajar dan detektor silindris pada R 50  ≥ 4 g/cm2. Untuk

    menentukan energi yang mempunyai R 50  ≥ 4 g/cm2, maka

    dilakukan perhitungan R 50. Perhitungan R 50  menggunakan

     persamaan (1) karena nilai R 50,ion yang terukur pada masing  –  

    masing energi kurang dari 10 g/cm2  dan didapatkan hasil

    sebagai berikut

    Tabel 2. Nilai R 50 untuk energi elektron 4 MeV, 6 MeV, 8

    MeV, 10 MeV, 12 MeV dan 15 MeV

    Energi R 50

    4 MeV 1,60824 g/cm2 

    6 MeV 2,421948 g/cm2 

    8 MeV 3,332613 g/cm

    10 MeV 4,002492 g/cm2 

    12 MeV 4,96152 g/cm2 

    15 MeV 6,17574 g/cm2 

    dari tabel di atas, diketahui bahwa energi yang mempunyai

    R 50 ≥ 4 g/cm2  adalah energi 10 MeV dengan R 50 = 4.002492

    g/cm2  , 12 MeV dengan R 50  = 4.96152 g/cm2, dan 15 MeV

    dengan R 50  = 6.17574 g/cm2. Dengan demikian, pada energi

    10 MeV, 12 MeV, dan 15 MeV, dapat digunakan detektor

    keping sejajar atau silindris.

    Pengukuran Absolut

    Dosimetri absolut merupakan teknik pengukuran dosis

    radiasi yang memberikan informasi langsung pada dosis serap

    dengan satuan Gy [16]. Dosimetri ini dilakukan untuk berkas

    energi radiasi pada pesawat Linac, baik berkas foton maupun

     berkas elektron.

    Pengukuran absolut untuk energi 10 MeV, 12 MeV, dan 15MeV digunakan detektor silindris dengan tipe detektor Farmer

    ionization chamber TM30013  –   0689 dan detektor keping

    sejajar tipe detektor advanced markus  TM34045  –   0182.

    Kedalaman referensi ( z ref ) untuk detektor silindris berada pada

    0.5r cyn  lebih dalam dari titik tuju  z ref   hasil perhitungan

    sedangkan pada detektor advance markus  berada pada titik

    tuju zref itu sendiri. Sehingga, formulasi perhitungan  z ref  untuk

    detektor silindris adalah sebagai berikut

       

        (10)

    dan  z ref  untuk detektor keping sejajar yang berada pada titik

    tuju z ref  hasil perhitungan, yaitu

         (1)

    Dan didapatkan  z ref   untuk masing masing detektor adalah

    sebagai berikut

    Tabel 3. Nilai z ref  elektron energi 10 MeV, 12 MeV, dan 15

    MeV

    Energi

    Jenis Detektor

    Farmer

    Chamber

    Advanced

    Markus

    z ref  (dalam

    g/cm2)

    z ref  (dalam g/cm2) 

    10 MeV 2,46 2,312 MeV 3,06 2,9

    15 MeV 3,76 3,6

    Setelah  z ref   ditentukan maka pengukuran absolut dilakukan

    dengan menempatkan  point of measurement   detektor pada

    kedalaman tersebut. Detektor yang pertama kali digunakan

    untuk pengukuran adalah Farmer chamber , yang merupakan

    detektor yang direkomendasikan untuk pengukuran dosis

    serap elektron pada R 50  ≥ 4 g/cm2  dan kemudian digunakan

    detektor advanced markus  sebagai detektor lain yang bisa

    digunakan.

    Hasil pengukuran menunjukkan keadaan berkas elektron

     pada energi 10 MeV, 12 MeV, dan 15 MeV. Pada energi 10

    MeV dan 15 MeV, dari pembacaan dosimetri terlihat bahwa

     berkas elektron masih berada pada nilai dosis serap normal,

    tidak menunjukkan Linac pada energi tersebut mengalami

    masalah. Namun pada energi 12 MeV, terlihat bahwa

     pembacaan dosimetri menunjukkan bahwa nilai dosis serap

    terlalu tinggi untuk berkas elektron energi tersebut. Hal ini

    dikarenakan, pada saat pengukuran, pesawat Linac sedang

    tidak stabil ketika menghasilkan elektron energi 12 MeV,

    sehingga hasilnya jauh di luar batas toleransi. Pengukuran

    dosis serap pada elektron energi 12 MeV untuk selanjutnya

    tidak dimasukkan dalam analisis pengukuran dosis serap

    dikarenakan kondisi berkas energi tersebut dalam kondisi

    tidak stabil, sehingga jika hasil tersebut tetap dimasukkan,

    maka pengukuran ini tidak dapat dipertanggungjawabkan.

    Oleh karena itu, demi mendapatkan hasil yang akurat dan bisa

    dianalisis, maka penulis tidak memasukkan hasil pengukuran

    dosis serap elektron energi 12 MeV.

  • 8/19/2019 Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)

    8/10

    Pengukuran Dosis Serap Berkas Energi Elektron Dengan

    Detektor Farmer Chamber

    Pengukuran ini dilakukan berdasarkan TRS 398. Energi

    yang diukur terlebih dahulu adalah 10 MeV. Detektor Farmer

    chamber   diturunkan sedemikian sehingga pusat detektor

     berada pada zref ditambah dengan 0.5r cyl   lebih dalam. Pada

    detektor Farmer chamber TM30013  –   0689 milik RSUP dr.

    Hasan Sadikin ini, berdasarkan sertifikat hasil kalibrasi

    BATAN, tegangan potensial Farmer chamber berada pada 400

    V, sehingga pengukuran radiasi dilakukan pada tegangan

    +400 V,  –   400 V, dan +100 V. Setelah pengukuran pada

    energi 10 MeV selesai, maka pengukuran dilanjutkan dengan

    energi 15 MeV. Perlakuan pada pengukuran 15 MeV sama

    dengan 10 MeV, hanya berbeda di z ref . 

    Hasil pengukuran dosis serap pada kedalaman referensi ( z ref )

     berdasarkan persamaan (7) dan kedalaman maksimum ( z max)

     berdasarkan persamaan (9) ketiga energi tersebut adalah

    sebagai berikut

    Tabel 4. Hasil pengukuran dosis serap elektron energi 10

    MeV dan 15 MeV dengan detektor Farmer chamber  

    Energi

    D w,Q  (z ref )

    (dalam

    cGy/MU) 

    D w,Q  (z max )

    (dalam

    cGy/MU) 

    D w,Q  

    (z max )

    (pada

    200 MU) 

    10 MeV 1,01 1,02 204

    15 MeV 0,99 1,03 206

    Pengukuran Dosis Serap Berkas Energi Elektron Dengan

    Detektor Advanced MarkusSelanjutnya, dilakukan pengukuran dengan menggunakan

    detektor advanced markus. Pengukuran dilakukan pada energi

    10 MeV terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan energi

    15 MeV. Seperti halnya pada pengukuran menggunakan

    detektor Farmer chamber, detektor advanced markus

    ditempatkan pada  z ref   yang telah dihitung untuk detektor

    keping sejajar, pada masing  –   masing energi. Detektor

    diturunkan sedemikian sehingga inner surface detektor berada

     pada  z ref . Pada detektor advanced markus TM34045 - 0182,

     berdasarkan sertifikat kalibrasi yang dilaksanakan oleh

    BATAN, tegangan potensial detektor berada pada 300 V.Langkah selanjutnya sama dengan pengukuran menggunakan

    Farmer chamber, yaitu pengukuran radiasi dilakukan pada

    tegangan potensialnya, yaitu +300 V,  –  300 V, dan +100 V.

    Hasil pembacaan dosimeter pada kedalaman referensi ( z ref )

    adalah sebagai berikut

    Hasil pengukuran dosis serap pada kedalaman referensi ( z ref )

     berdasarkan persamaan (3.7) dan kedalaman maksimum ( z max)

     berdasarkan persamaan (3.9) ketiga energi tersebut adalah

    sebagai berikut

    Tabel 5. Pengukuran dosis serap elektron energi 10 MeV dan

    15 MeV dengan detektor advanced markus 

    Energi

    D w,Q  (z ref )

    (dalam

    cGy/MU) 

    D w,Q  (z max )

    (dalam

    cGy/MU) 

    D w,Q  

    (z max )

    (pada

    200 MU) 

    10 MeV 1.00 1.004 200.8

    15 MeV 0.99 1.017 203.4

    Perbandingan Hasil Pengukuran Dosis Serap Elektron

    Energi 10 Mev Dan 15 Mev Dengan Detektor Farmer

    Chamber Dan Detektor Advanced Markus

    Dari pengukuran kedua detektor di atas, maka dibandingkan

    hasil perhitungan dosis serap pada kedalaman maksimum

    ( Dw,Q ( z max)) adalah sebagai berikut

    Tabel 5.6. Hasil deviasi perbedaan pengukuran dosis serap

    kedua detektor

    Energi

    Jenis Detektor

    Deviasi

    (%)

    Farmer

    Chamber  

    Advanced

    Markus

    D w,Q  (z max ) D w,Q  (z max )

    10 MeV 204 200.8 1,6

    15 MeV 206 203.4 1,3

     Nilai deviasi diperoleh dari perhitungan sebagai berikut

     (5.3)

    Batas toleransi perbedaan antar detektor adalah sebesar 2%.

     Nilai deviasi untuk energi 10 MeV adalah 1,6% dan untuk

    energi 15 MeV adalah 1,3%. Nilai ini menunjukkan bahwa

    deviasi kedua detektor masih berada di bawah 2%.

    Detektor keping sejajar dapat dipergunakan untuk elektron

    dengan energi kurang dari 10 MeV (E0 < 10 MeV) karena

    sensitifitasnya lebih baik daripada detektor silindris. Dari

    ketebalan yang lebih tipis ketimbang detektor silindris,detektor keping sejajar mampu meminimalisir  scattering

     perturbation effect , yaitu efek yang timbul karena gangguan

    hamburan radiasi. Pada elektron energi rendah, daya jangkau

    elektron juga terbatas, sehingga diperlukan detektor yang

    memiliki volum lebih kecil. Detektor keping sejajar jenis

    advanced markus mempunyai sensitif volume 0,02 cm3 

    sehingga detektor ini mampu mengakomodasi radiasi elektron

     pada kedalaman maksimal.

  • 8/19/2019 Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)

    9/10

      Sedangkan pada elektron dengan energi minimal 10 MeV

    (E0 ≥ 10 MeV), elektron mempunyai daya jangkau yang lebih

    dalam. Jika elektron energi ini diukur dengan keping sejajar,

    hasil pembacaannya memang lebih mendekati dengan

    referensi dosis yang seharusnya yaitu 200 MU, namun itu

    sudah tercampur dengan hamburan radiasi. Detektor keping

    sejajar memang detektor yang sensitif dan bisa digunakan

     pada elektron energi E0  ≥ 10 MeV demikian juga detektor

    silindris jenis Farmer chamber   sebesar 0,6 cm3  dan bentuk

    yang lebih padat. Sehingga, detektor silindris memang

     proporsional untuk pengukuran elektron dengan energi

    minimal 10 MeV.

    Hasil perhitungan dosis serap di atas rupanya membuktikan

     bahwa memang ada perbedaan jika pengukuran dilakukan

    dengan menggunakan dua detektor yang berbeda

    konstruksinya namun jenisnya sama yaitu ionization chamber .

    Perbedaan yang dihasilkan oleh 2 energi yaitu 10 MeV dan 15

    MeV masih berada di bawah batas toleransi yaitu dibawah 2%.

    Toleransi 2% ini bertujuan untuk membuktikan konsistensikeluaran elektron dari pesawat Linac. Dalam waktu yang

    relatif sama dan dengan kondisi pesawat yang dalam keadaan

     baik, dosis serap yang dihasilkan oleh Linac ini diharuskan

    masih berada dalam batas toleransi 2% karena jika pesawat

    deviasi berada jauh dari 2%, maka bisa dipastikan bahwa telah

    terjadi penyimpangan dosis serap dan berbahaya ketika

    digunakan untuk melakukan treatment  pasien. Perbedaan yang

    masih berada dalam batas toleransi dalam penelitian ini,

    menunjukkan bahwa kedua detektor dalam penelitian ini

    memang benar dan sesuai jika digunakan untuk pengukuran

    energi elektron dengan R 50 ≥ 4 g/cm2

    .

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN 

    Kesimpulan

    Dari penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan

    kesimpulan sebagai berikut

    1.  Didapatkan dosis serap pada pengukuran dengan

    menggunakan Farmer chamber   dan pengukuran dengan

    advanced markus  yang dihasilkan pada energi 10 MeV

    menghasilkan deviasi sebesar 1,6% dan pada energi 15

    MeV deviasi perbedaan hasil kedua detektor sebesar1,3%. 

    2.  Pengukuran dosis serap elektron energi 10 MeV dan 15

    MeV yang mempunyai R 50  ≥ 4 g/cm2  bisa dilakukan

    dengan menggunakan detektor Farmer ionization

    chamber  TM30013/0689 atau detektor advanced markus 

    TM34045/ 0182  karena deviasi kedua detektor tersebut

    masih dalam batas toleransi. 

    Saran

    Sebelum detektor yang direkomendasikan oleh TRS

    digunakan, disarankan untuk fisikawan medis sebaiknya

    melakukan pengukuran langsung (verifikasi) detektor yang

    akan dipakai, untuk memastikan boleh tidaknya detektor

    tersebut dipakai dalam kebutuhan klinis.

    UCAPAN TERIMA K ASIH 

    Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak  –   pihak

    yang telah membantu terlaksananya penelitian ini, sehingga

     penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

    R EFERENSI 

    [1]  ―Indonesia Kekurangan Pesawat Radioterapi‖. Media

    Indonesia, hal 20, 24 April 2013.

    [2]  Tris Budiyono, S.Si. SOP LINAC Elekta Precise

    Treatment System RSUP DR. Sardjito

    Yogyakarta.Yogyakarta, 2011.[3]  Assef Firnando Firmansyah dan Nurman Rajagukguk.

    ―Penentuan Keluaran Berkas Elektron Energi nominal 6

    dan 8 MeV dari Pesawat Pemercepat Linier Medik

    Synergy Platform Model S151731 Milik Rumah Sakit

    Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo‖.

    Seminar Nasional SDM Teknologi Nuklir VII , hal 245  –  

    250, Yogyakarta, 16 November 2011.

    [4]  C. Tuti Budiantari dan Nurman R. ―Hubungan Antara

    Laju Dosis Serap Air dengan Lapangan Radiasi Berkas

    Elektron Pesawat Pemercepat Linier Medik Elekta‖.

    Seminar Nasional VI SDM Teknologi Nuklir , hal 469  –  

    476, Yogyakarta, 18 November 2010.

    [5]   Nurman R. dan Bambang S. ―Kalibrasi Keluaran Berkas

    Elektron Pesawat Pemercepat Linier Medik Clinac

    2100c no.seri 1402 di Rumah Sakit Umum Pusat dr.

    Sutomo, Surabaya‖.  Prosiding Pertemuan dan

     Presentasi Ilmiah Fungsional Pengembangan Teknologi

     Nuklir I , hal 145 –  153, Jakarta, 12 Desember 2007.

    [6]  S. Sathiyan and M. Ravikumar . ―Absolute Dose

    Determination in High  –   Energy Electron Beams:

    Comparison of IAEA Dosimetry Protocols‖.  Journal of

     Medical Physics, hal 108  –  113, India, Juli  –  September

    2008.

    [7]  Darmawati dan Suharni. ―Implementasi Linear

    Accelerator Dalam Penanganan Kasus Kanker‖.

     Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi

     Akselerator dan Aplikasinya, hal 36  –   47, November

    2012.

    [8]  F.M. Khan. The Physics of Radiation Therapy  Fourth

     Edition. Lippincott Williams & Wilkins, USA, 2003.

  • 8/19/2019 Jurnal Teknofisika Anisza Okselia (09-284450-TK-35320)

    10/10

    [9]  E. B. Podgorsak.  Radiation Oncology Physics: A

     Handbook for Teachers and Students. International

    Atomic Energy Agency (IAEA), Vienna, 2005.

    [10]  Anonim.  Dasar Fisika Radiasi. Pusat Pendidikan dan

    Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Pusdiklat

    BATAN), Jakarta, 2008.

    [11]  Wisnu Arya Wardana. Teknologi Nuklir Proteksi Radiasi

    dan Aplikasinya. C.V. Andi Offset, Yogyakarta, 2007.

    [12]  PTW Freiburg.  Ionizing Radiation Detector: Including

    Codes of Practice, PTW, Freiburg  –   Germany,

    2010/2011.

    [13]  Nicholas Tsoulfanidis.  Measurement and Detection of

     Radiation. Hemisphere Publishing Corporation, U.S.

    America, 1983.

    [14]  Technical Report Series No. 398 IAEA.  Absorbed Dose

     Determinan in Photon and Electron Beam: An

     International Code of Practice for Dosimetry Based on

    Standards of Absorbed Dose to Water , IAEA, Vienna,

    2000.[15]  Susila Wardaya, S.T., M.Si.  Analisis Dosimetri Berkas

     Elektron Pada Bidang Miring Pengukuran

     Menggunakan Ionization Chamber Disimulasikan

     Dengan Monte Carlo DOSXYZnrc.Tesis, Program Pasca

    Sarjana, Universitas Indonesia, Jakarta, 2009.

    [16]  Darmawati. ―Radiation Physics Dosimetry and

    Equipment in Radiotherapy: Absolut and Relative

    Dosimetry‖. Kuliah  Dosimetri Fisika Medis, RSUP dr.

    Sardjito, Yogyakarta, 30 Mei 2012.

    [17]  Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir

     Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Radioterapi. Dokumen Teknis,

    Badan Pengwas Tenaga Nuklir, Jakarta, 2013.

    [18]  Faiz M Khan, Karen P Doppke, Kenneth R Hogstrom,

    Gerald J Kutcher, Ravinder Nath, Satish C Prasad, James

    A Purdy, Martin Rozenveld, Barry L Werner.  AAPM

     Report No 32 Clinical Electron Beam Dosimetry.

    Dokumen Teknis, American Association of Physicists in

    Medicine, United States, 1991.