Upload
drcinta
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/13/2019 Jurnal Reading power point
1/18
PRESENTASI JURNAL READING
Terapi Anti Inflamasi NonsteroidalPada Uveitis Anterior Akut Rekuren
Oleh:
Holly DianyMustikawati
STASE MATA, RSUD CARUBAN, 2013
8/13/2019 Jurnal Reading power point
2/18
Terapi Anti InflamasiNonsteroidal Pada UveitisAnterior Akut Rekuren
Vanessa M. B. Fiorelli, MD, Pooja Bhat, MD, andC. Stephen Foster, MD, FACS, FACR
Informa Healthcare USA, 2010
8/13/2019 Jurnal Reading power point
3/18
INTRODUKSI
Uveitis anterior akut rekuren adalah peradanganintraokular, paling umum ditemukan.
Sekitar 8,2 kasus baru per 100.000 orang
pertahunnya. Dari sudut pandang etiologinyasalah satu
penyakit yang paling sulit untuk didiagnosa.
Dengan diperkenalkannya kortikosteroid pada
tahun 1949Kortikosteroid topikallinipertama untuk penyakit inflamasi akut padamata.
8/13/2019 Jurnal Reading power point
4/18
Sebelum munculnya kortikosteroid, obat NSAID
(aspirin)digunakan dalam pengobatanperadangan pada mata.
Pengalaman penulis di Massachusetts Eye Researchand Surgery Institution (MERSI)NSAID oral
sangat berguna dalam pengelolaan jangka panjangterhadap pasien dengan nongranulomatous,idiopatik akut, atau HLA-B27 yang terkait denganuveitis anterior yang rekuren.
Jurnal ini menyajikan analisis secara retrospektifterhadap penggunaan NSAID oral sebagaiprofilaksis dalam pencegahan rekurensi dari uveitispada pasien dengan uveitis anterior yang rekuren.
8/13/2019 Jurnal Reading power point
5/18
TUJUANUntuk mengetahui efek terapi anti inflamasi
nonsteroidal (NSAID) dalam mencegah terjadinyarekurensi uveitis pada pasien dengannongranulomatous berulang, idiopatik, atau HLA-
B27 yang terkait dengan uveitis anterior akut
(AAU).
8/13/2019 Jurnal Reading power point
6/18
METODE Kasus diambil secara retrospektif dari 59 pasien
yang terdiagnosis uveitis anterior akut (AAU)
berulang oleh MERSI
Mei 2005 dan April 2008diobati dengan obat celecoxib atau obatdiflunisal.
Semua pasien uveitis baik yang berulang maupunyang akut harus melalui periode follow-up minimal
1 tahun sebelum dan setelah dimulainya terapiNSAID oral. 59 pasien yang terdiagnosis uveitis menjalani tes
skrining standar yang dilakukan oleh MERSItermasuk tes terhadap sifilis dan HLA-B27.
8/13/2019 Jurnal Reading power point
7/18
Semua pasien diperiksa oleh penyidik utama (CSF) di setiap kunjungan.
Klasifikasi uveitisrekomendasi Uveitis Study Group International. Sedangkan peradangan ruang
anterior pada mata dinilai seperti yang didefinisikan oleh Foster dan Vitale.
Menurut SUN deskripsi kelompok uveitis:
Serangan akutjika onset tiba-tiba dan lamanya kurang dari 3 bulan.
Pasien dengan tanda-tanda, gejala, dan hasil pemeriksaan laboratorium yang mengarah ke penyakit
rheumatologic dievaluasi lebih lanjut oleh konsultasi rheumatologi.
Beberapa variabel yang dinilai:
Usia saat onset muncul
Jumlah dan durasi serangan
Penyakit sistemik terkait
Waktu dan durasi penggunaan kortikosteroid topikal
Waktu serta durasi penggunaan NSAID sistemik.
Rekurensi peradangan sebelum memulai terapi NSAID dicatat dari dokumentasi dalam catatan grafik
dari pasien yang diperoleh dari dokter yg merujuk, sedangkan setelah pemberian terapi NSAID
tercatat pada pemeriksaan di MERSI seperti efek samping sementara pada NSAID.
8/13/2019 Jurnal Reading power point
8/18
Perbaikan didefinisikan sebagai tidak adanya kekambuhan atau inflamasi lagi
setelah berhentinya menggunakan terapi NSAID sistemik / terapi kortikosteroid
sistemik selama minimal 6 bulan.
NSAID sistemik yang dievaluasi dalam penelitian ini adalah celecoxib(Celebrex,
Pfizer, New York, NY) dan diflunisal (Dolobid, Merck, Rahway, NJ).
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon untuk
membandingkan perbedaan dari kambuh sebelum dan selama pengobatan NSAID.
Mann-Whitney test digunakan untuk membandingkan perbedaan dalam follow up
serta remisi antara kelompok berikut: celecoxib dan diflunisal, HLA-B27 positif dan
negatif, dan kelompok pria dan wanita.
Nilai P kurang dari 0,05 dianggap signifikan secara statistik.
Penelitian ini telah disetujui oleh Institutional Review Board dari Massachusetts Eye
dan Ear Infirmary dan dilakukan dalam konkordansi dengan Deklarasi Helsinki.
8/13/2019 Jurnal Reading power point
9/18
HASIL
Usia rata-rata pada penelitian tersebut adalah 43 11,7tahun.
26 laki-laki dan 33 perempuan. Penyakit autoimun sistemik diamati pada 13 pasien (11
wanita dan 2 laki-laki): Spondilitis (n = 4) Juvenile idiopathic arthritis (n = 2) Psoriasis (n = 2) Fibromyalgia (n = 1)
Tiroiditis Hashimoto ( n = 1) Rheumatoid arthritis (n = 1) Penyakit Crohn (n = 1).
Semua pasien di follow up setidaknya 1 tahun sebelumdiberikan terapi dengan menggunakan NSAID.
8/13/2019 Jurnal Reading power point
10/18
Perbedaan dalam tingkat kekambuhan sangatsignifikan secara statistik pada p < 0.001.
8/13/2019 Jurnal Reading power point
11/18
Kelompok pasien dibagi berdasarkan jeniskelamin
(laki-laki= 26; perempuan= 33).
Semua pasien tetap dalam remisi rata-rata sekitar
18,22 bulan.
8/13/2019 Jurnal Reading power point
12/18
Hasil juga dianalisis berdasarkan pada pasien yang
menerima celecoxib (n = 30) dibandingkan denganpasien yang menerima diflunisal (n = 29).
Dari 30 pasien yang menerima celecoxib:
26 menerima dosis 20 mg 4 sisanya pasien menerima 100 mg.
Semua pasien pada kelompok diflunisal menerima500 mg.
Perbedaan antara tingkat kekambuhan pada terapicelecoxib versus terapi diflunisal secara statistiktidak ditemukan nilai yang signifikan
(p = 0,165).
8/13/2019 Jurnal Reading power point
13/18
Pasien pada terapi celecoxib tetap dalam remisi lagi(21 5,50 bulan) Pasien yang diterapi dengandiflunisal (15,34 5,78 bulan).
Perbedaan ini ditemukan secara statistik dansignifikan dengan nilai p
8/13/2019 Jurnal Reading power point
14/18
Penelitian ini juga dibagi berdasarkan status HLA-B27. Kelompok HLAB27 positif :
Rata-rata follow up pada kelompok HLAB27 positif adalah 20,43 bulan dantingkat kekambuhan sebelum pengobatan dengan NSAID ditemukan menjadi2.24.
Pasien-pasien tetap dalam remisi selama 17 bulan pada terapi NSAIDsedangkan tingkat kekambuhan saat obat NSAID diberikan adalah 0,24.
Kelompok HLA-B27-negatif : Rata-rata follow up dalam kelompok HLA-B27-negatif adalah 21,84 bulan
dengan tingkat kekambuhan sebelum perawatan menjadi 2,97. Lamanya remisi saat pengobatan adalah 18,84 bulan. Tingkat kekambuhan dalam kelompok ini adalah 0,66 selama pengobatan.
Perbedaan dalam tingkat kekambuhan sebelum dan selama terapi NSAID padakedua kelompok itu sangat signifikan secara statistik yaitu dengan nilai p
8/13/2019 Jurnal Reading power point
15/18
DISKUSI NSAID memiliki sifat anti-inflamasi, analgesik, dan anti-piretik
berdasarkan kemampuan mereka untuk menghambat sintesisprostaglandin melalui jalur (COX) siklooksigenase.
Ketika jaringan rusak, baik oleh cedera atau peradangan,jaringan fosfolipid kemudian dilepaskan dibantu oleh enzimfosfolipase A2 yang dihasilkan dari asam arakidonat (AA).
COX mengakibatkan AA untuk menghasilkan endoperoxidasesPG-G2 dan H2, yang merupakan prekursor prostaglandin (PG)di okular dan di jaringan.
PG meningkatkan permeabilitas pembuluh darah okular,menimbulkan hiperemia konjungtiva, perubahan tekanan
intraokular, dan meningkatkan peradangan. NSAID memiliki aktivitas menangkap radikal bebas dan anti-
chemotactic, yang memodulasi imunitas humoral dan selularselama efek bereaksi.
8/13/2019 Jurnal Reading power point
16/18
Mekanisme spesifik dari aksi celecoxib terutamamelalui penghambatan siklooksigenase-2 (COX-2).
Efek sampingsakit perut, diare, dan dispepsia.
Diflunisal merupakan turunan difluorophenyldari asam salisilat dan merupakan inhibitorCOX nonselektif.
Efek sampingmual, muntah, sakit perut, diare,
sembelit, dan dispepsia.
8/13/2019 Jurnal Reading power point
17/18
Penggunaan NSAID untuk pasien dengan uveitisanterior berulang mendukung bahwa terapitersebut efektif, hemat steroid, dan jelas patutdipertimbangkan dalam upaya untuk bebas
steroid pada uveitis. Tingkat kekambuhan dari uveitis secara
signifikan berkurang, tidak hanya di populasi
pasien tersebut namun juga pada pasien yangtidak memiliki gen HLA-B27, dengan terapiNSAID sistemik memberikan penurunan angkarekuren.
8/13/2019 Jurnal Reading power point
18/18
Celecoxib jauh lebih dapat ditolerir daripada Diflunisal,meskipun efek terapi yang diperoleh oleh masing-masing adalah sama.
Tergantung kepatuhan pasien. Risiko gastrointestinal serius, seperti ulkus lambung dan
perforasi duodenum serta perdarahan berikutnya,berhubungan dengan NSAID nonselektif seperti
diflunisal. Celecoxib COX-2 inhibitor selektif telah dikaitkan
dengan risiko kardiovaskular yang serius seperti infarkmiokard dan stroketergantung dosis dan durasi.
Para pasien dalam penelitian kami tidak mengalami
salah satu dari efek samping yang serius yang dijelaskandi atas. Meskipun demikian, penelitian kami tidak dirancang
untuk menilai keamanan jangka panjang penggunaanNSAID.