jurnal pendidikan

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/13/2018 jurnal pendidikan

    1/16

    PendiiJiJaln &juruan Dan Fis/osofirrya( Se ba ga i S is tem Pen did ik an B a g i Semua} 111

    PENDIDIKAN KFJURUAN DAN FIWSOFINYA(Sebagai Sistem Pendidikan Bagi Semua)o)eh:

    KirHaryoDOAbsrak

    Beberapa tahun silam atau bahkan gaungnya blogga sekarang masih terasa adalahadanya- berbagai krllik terhadap sistem peD didikan di negara kita. Seeara substansialkritikan tersebut antara lain adanya banyak pengangguran terdid ik, pem borosanpendidikan, dan lain-lain yang kesemuanya bertumpu pada penyorotan lerhad.ap"sistem " yang ada yang dipandang m enurul m ereta kurang sesuai diterapkan di negarakita.Tanggap akan perkembangan siluasi dan lahapan negara kita menuj u i ndu sl ri al is ui ,maka pem erin lah mengam bil bebenpa kebijakan sebagai upaya m emenuhi tuntutandunia kerja, m asyarakat umum , serta mengarah pada masa-masa yang akan datang,kh ususnya d alam pen gem bang ann ya sum ber d aya m an usia m elalui pen did ik an.N am un dem ikian infonnasi tentang kem ana arah dan jiw a yang sebenarnya ada dalams~lem pendidikan kita belum banyak m anjang!tau kepada m asyarakal, atau sebaliknyam asyarakal kurang m am pu m enjangkau atau m enterjem ahkan arah dan jiw ll sistempendidikan kua. O leh karenanya dipandang perlu adanya kupasan balik terhadap jiw adan sem angat sistem pendidikan kita yang dapal dikaitkan dengan kebutuhan m anusiaIndonesia, tujuan bangsa dan negara, serta adanya tununan perubahan jam an di m asadatang.S ecars konsep sistem pendidikan terdapat tiga jenis, yaitu sistem satu [alur, dU B jalur,dan komprehensif. Indonesia berdasarkan UUSPN No.2 tahun 1989 secara tegasm enerapkan sistem pendidikan dua jalur. D alam sistem ini pendidikan kejuruan m utlakm em egang peranan yang besar dalam menentukan ketangsungan bangsa ditinjau dansum ber m anusianya. Dengan pendidikan kejuruan juga dipandang sangal coeok baginegsra kita dengan segala kondisi dan potensi yang ada (terutam a karakteristikmasyarakalnya).B erd asarkan ken yataan rersebut nam pak bahwa filosofi pendidikan kejuruan yangdicetuskan oleh Charless Prosser 58ngal tepal sebagai landasanberlangsungnyapenyelenggaraan pendidikan di Indonesia, khususnya dalam pendidikan ltejuruan.M akna yang terkandung dalam falsafah pendidikan kejuruan inilah yang sebagian besarm asyarakat kita belum banyak m engetahui, sehingga dapat dim un~kinkan lim bulnyab erb ag ai ketim pang an pen yeleng garaan p end id ik an , b aik d ilak uk an oleh p enyelen gg aram aup un p em akai hasil p end id ik an .D i sinilah pentingnya pem bahasan ini, sebagai salah satu sisi m cm berikan gam baransecara konseptual dan filosofis terhadap sistem pendidikan kita yang ada sekarang ini.

    PendahuluanIsu Pendidikan kejuruan di Indonesia pada kurun waktu Pelita IVantara lain b erk em b an g p ad a p erma sa la ha n p en ye le ng ga ra an pendidikan

    y ang men ek ank an kuantitatid, kualitatif, relevansi, efektifitas, d an e fis ie ns i.N am un dernikian sampai dengan Pelita VI sekarang in i beberapapermasaIahan sepcrti relavansi, efektivita, dan efisiensi pcnyelenggaraanpendidikan kejuruan di Indonesia rnasih rnendapat priorita utam a.

    Dalam rnengatasi berbagai perrnasalahan nasionaI pendidikankejuruan selarna Pelita V, maka Iahirlah beberapa kebijakan pemerintah,mulai dari munculnya Undang-Undang Sistem Pendid ikan Nasional

  • 5/13/2018 jurnal pendidikan

    2/16

    112 C a k ra w a la P e n d id ik llnE disi K husus D ies, M e; 19 95(UUSPN) Nomor 2 tahun 1989 sampai dengan beberappa keputusanpetunjuk pelaksanannya olehDirektorat Pendidikan Menengah Kejuruan.Antara lain dengan adanya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 29 tahun1990 Tentang Pendidikan Menengah beserta beberapa keputusanMendikbud yang menyangkut penyelenggaraan PMK (PendidikanMenengah Kejuruan).

    Selanjutnya pada akhir Pelita V dan awal Pelita VI selaras denganperkembangan situasi nasional, maka penekanan pendidikan kejuruan,khususnya PMK, mengalami beberapa penajaman program pendidikanbeserta sistemnya. Hal ini sangat berkaitan dengan arah pembangunannasional yaitu menuju negara industrialisasi. Wujud kebijakan pemerintahyang ada antara lain dengan keluarnya Keputusan Mendikbud Nomor0490fU/ l992 Tentang Sekolah Menengah Kejuruan. Kemudian dilanjutkandengan berbagai kebijakan sebagai bagian dari perangkat pedomanpelaksanaan SMK pada Pelita VI seperti Kebijakan Dikmenjur tentangPedoman Pendekatan Pendidikan dengan Sistim Ganda, PedomanPendidikan Sekolah Seutuhnya (PSS), lahirnya bentuk kerjasama antaraPMK dengan dunia kerja, dan sebagainya.

    Dalam upaya untuk memberikan landasan pengertian danpemahaman sistem pendidikan kejuruan kepada para praktisi pendidikankhususnya, maupun masyarakat pada umumnya, maka dipandang sangatpenting dan perlu untuk back to basic yaitu menelaah kembali tentangfilosofi pendidikan kejuruan itu sendiri, Pentingnya hal ini diketahui antaralain untuk memberikan motivasi ataupun bahkan inspirasi bagi parapenyelenggara pendidikan kejuruan, para praktisi, decision maker sampaidengan dunia kerja, sehingga tidak akan memandang dengan sebelahmataterhadap eksistensi pendidikan kejuruan di Indonesia. Tanpa mengetahutfilosofi pendidikan kejuruan, maka tidak mustahil akan terjadi berbagaihambatan dalam pelaksanaan pendidikan kejuruan. Oleh karena itu falsafahpendidikan kejuruan akan dapat dipergunakan sebagai pedoman dalammemahami, menghayati serta mengamalkan pendidikan kejuruan diIndonesia.BentukBentuk Penekolahan

    Hampir semua filosof pendidikan sepakat bahwa sekolab dasar harusmengajarkan isi pendidikan yang menekankan pada pendidikan umum( genera l educa tion ), yaitu pendidikan yang dibutuhkan oleh semua orang.dan ini sangat esensial bagi kehidupan manusia sebagai warga negara yangbaik. Oleb karenanya pendidikan umum seeing disebut dengan pendidikanuntuk hidupRatau education fo r liv e.

    Sebagian filosog pendidikan berpendapat bahwa perguruan tinggiharus menekankan pada pendidikan spesialis ( speci fl li zed educa ti on ) .Pendidikan ini pada dasarnya telah menjurus pada bidang tertentu dan inidapat dipakai sebagai bekal untuk mencari penghidupan, sehingga sering

  • 5/13/2018 jurnal pendidikan

    3/16

    P en did ikan K eju ru an D a n F islo so fin ya(Sebago; Sistem Pendidikan Bagi Semua)

    113

    disebut dengan ed uca tion for ea rn in g 0 living, misal pendidikan pada bidangketeknikan, kedokteran, keguruan, ekonomi, dan sebagainya (Slamet PH,1990, IV).Sedangkan pada pendidikan jenjang menengah, filosof maupun pakarpenddidikan membedakan menjadi tiga jenis, yaitu : (1) sekolah menengah

    hanya mengajarkan yang umum saja (general education) dan sering disebutpendidikan "satu jalur" atau single track scholl system; (2) sekolah menengahsebaiknya dibagi dalam dua dikotomi yaitu sekolah umum dan sekolahkejuruan atau sering disebut double track school system; dan (3)comprehensive scholl system, di mana pendidikan umum dan kejuruan beradadalam satu atap, hal ini dipandang bahwa sekolah jenis ini dapat memberidua alternatif tersebut.Pola Perselco lahan Satu Jalur

    Robert J. Havighurst dan Bernie L Neurgarten (1964) dalambukunya yang berjudul "Society and Education" mengatakan bahwa :The single track school system is one which there is one generalpathwayfrom the first to last year of school a track that leadsfrom thefirst gradeto the terminus of the university. All pupils continue in thew samepathway until the leave school, wether they drop out as soon as the lawallow or whether they g o on beyond this point (Havirgurst dan'Neugarten; 1 964, 2 92 ).

    Pernyataan di atas menunjukkan bahwa sistem persekolahan satujalur adalah sistem persekolahan yang hanya mempunyai satu jalur daritahun pertama peserta didik memasuki sekolah hingga tahun terakhir diamengakhiri sekolahnya yaitu sekolah dasar hingga perguruan tinggi(universitas), dimana hal ini dapat digambarkan seperti gambar 1.

    Universitas Pendidikan/sekolahkejuruan

    r-s-e-k-o-'a-h-l.:..J-.ut-a-n------._tin gk at a ta s

    S .ko lah D asar 1G am ba r 1 . S is te m Persekolahan Satu Jalur.

  • 5/13/2018 jurnal pendidikan

    4/16

    114 Cakrawo /a Pend id ikanEdisi Khu sus D ies, Me; 1 99 5Dalam sistem ini rnemberikan kebebasan kepada setiap orang/pesertadidik, karena tidak ada alternatif-altematif lainnya sebagai pilihan. Pada hal

    kenyataan menunjukkan bahwa tidak setiap orang berrninat dan tidakmampu melanjutkan ke perguruan tinggi dan mungkin memerlukanketerampilan kerja sedini mungkin. Dalarn sistem ini secara tegas tidakmemberikan alternatif pilihan untuk itu, Bagi mereka yang berminat ataumemiliki ketrampilan kerja harus mempelajari setelah lulus sekolahmenengah. Hal ini menunjukkan adanya unsur pemaksaan (tidakdemokratis) kepada setiap warga negara, yaitu untuk hanya mengikutisekolah dengan pola pendidikan yang mereka tempuh dari awal mula(sekolah dasar) hingga akhir pendidikan (perguruan tinggi).

    Dengan kala lain bahwa alternatif pilihan belajar ada setelahsetingkat dengan pendidikan di Universitas dan hal itu tidak akan mungkindicapai oleb setiap orang. Sebagai akibat dengan sistem ini akan tirnbulledakan pengangguran karena di satu pihak mereka tidak rnampumelanjutkan ke perguruan tinggi semen tara di pihak lain untuk bekerja jugabelum ada bekal kemampuan dan ketrampilan (belum mampu untukberwirausaha). Hal ini disebabkan mereka dicetak untuk bukan bekerja akantetapi harus melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

    Bagi bangsa Indonesia apabila s.stem ini akan diterapkan untukjangka waktu dekat belum dimungkinkan. Karena sampai saat ini masihterdapat sekitar 27 juta penduduk tergolong miskin. Secara ekonomismereka sulit untuk dapat belajar sampai dengan perguruan tinggi. Hal inilebih disebabkan adanya faktor-faktor seperti letak geografis yang kurangmendukung, ekonomi Iemah, pembangunan belum merata, dan sebagainya.Hanya di negara yang sudah maju tingkat ekonominya sistem in: akanberjalan dengan baik.poltz Persekoil lhan Dua Ja lur

    Pola persekolahan dua jalur atau sering disebut denganDouble/Multiple Track School System, maka sekolah menengah dibagi kedalam dua dikotomi, yaitu sekolah umum dan sekolah kejuruan, sepertinampak pada gambar 2 yang digambarkan oleh Havirgurst da Neugarten(1964).

    V oc atio nal and T ec hn o-lo gy S ch oo l

    Teachertraining

    University

    tI S ec ond ary S ch oo l'-----~------' t

    T iS ec on da ry S ch oo l

    E le m en ta ry S ch oo lG am bar 2. P ola P ersekolah an D ua Jalu r

  • 5/13/2018 jurnal pendidikan

    5/16

    P e n d id ik a n K e ju m a n Dan Fislosofinya(~ ba g a i S is te m P e n .d id ik a n B a g ; S e m u a )

    115

    Dari gambar 2 nampak dengan sistem pendidikan ini akan lebihdemokratis apabila dibandingkan denganan sistem satu jalur. Polapersekolah ini memberikan kesempatan kepada semua orang/warga negarauntuk menikmati pendidikao dari tingkat dasar sampai dengan perguruantinggi, dan tidak ada unsur pemaksaan untuk mengikuti hanya satu jalurpendidikan. Dalam sistem ioi pendidikan kejuruan menyelenggarakanprogram pendidikan untuk semua jenjang pendidikan, sehinggamemungkinkan siswa dapat memenuhi kebutuhannya dalam hidup dankebidupannya di kemudian bari setelah mengikuti pendidikan.

    Dalam gambar ini dapat diberikan penafsiran babwa pe.nyelenggaraanpendidikan terdapat dua alternatif, yaitu jalur pendidikan bersifat umum(seperti Sekolah Meneogab Atas) dan bagi warga negara yang ingin langsungbekerja atau berwirausaha dapat memilih belajar pada pendidikan kejuruandengan berbagai ragam bidang kejuruan. Dikatakan oleb Slamet PH (1990)babwa di negara-negara maju seperti Amerika Serikat terdapat AcademicTrack, Vocational Track, d a n Comprehensive School; di Inggris terdapatGrammar School; Technical dan Bilateral Schools, Secondary School; danComprehensive School; di Jerman terdapat Berufsaufbauscnul (VocationalSchool), Gymnasium (Academic Secobdary SchoollGramar School),Gesamtschule (Comprehensive School); di Jepang terdapat AcademicsSchools, vocational High Schoo~ dan sebagainya.

    _Dengan sistem persekolahan dua jalur dapat meningkatkan efisiensisosial, dimana hal ini sangat sesuai dengan d octrin e o f s ocia l efficiency yangdipelopori oleh David Snedden d a n Arnerika Serikat.

    Menurut Vembrtarto (1985-1990), sistem persekolahan di Indonesiamerupakan peninggalan sejak jaman Belanda, yaitu dengan menggunakansistem dua jalur. Dengan sistem ini telah banyak menghasilkan tenaga kerjatingkat menengah khususnya untuk memenuhi tuntutan dunia kerja ataupembangunan nasional pada umumnya. Di samping itu memang dengansistem ini bagi alam dan bangsa Indonesia pada umumnya adalah sangatcocok,

    Pola persekolahan komprehensive adalab sistem pendidikan dimanaantara sekolah umum dan sekolah kejuruan dipadukan dalam satu wadahpersekolahan, Jenis pendidikan ini sebanarnya lebih sesuai dalam rangkapendidikan kejuruan. Program pendidikan kejuruan dan program malaajaran akademik dipadukan di bawah satu atap, sebingga siswa siapmencapai beberapa jenis program dan mampu mentransferkan terhadapminat dan perubahan inspirasi lainnya. Pada dasarnya sistem persekolahanini meninkberatkan paela konsep masyarakat demokratis. Sistem inimemberikan kesempatan beJajar yang sarna bagi siswa dari semua lapisanmasyarakat untuk saling menghargai dan memperoleh keahlian kerja dalambidang masing-masing,

  • 5/13/2018 jurnal pendidikan

    6/16

    116 C a k ro w a to P e n d id ik a nEdisi KiIllSIlS D ies, M e ; 1 9 95Beberapa keberatan terhadap sistem persekolahan ini m enurut

    Oemar Hamalik (1990. 90) antara lain adalah karena m enam pung jumlahpeserta didik yang terlalu banyak dim ana dapat mencapai ribuan pesertadidik, akibatnya program kejuruan tidak dapat d iikuti dengansebaik-baiknya oleh sem ua peserta didik. Jum lah peserta did ik yang banyakbersarnaan dengan jum lah guru dan instruktur yang seim bang m enyebabkanb ia ya sa ng at tin gg i. K ek ura ng an fasilitas dan biaya pendidikan tersebut padagilirannya peserta didik hanya akan m em ilih beberapa m ata ajaran kejuruanyang relatif populer. M aka tidak m ustahil sis tern in i belum m am pu dapatd ite ra pk an d i In do ne sia .

    B erdasarkan gambaran uraian di atas ten tang model-modelpersekolahan atau sistem pendidikan akan m em baw a kita pada pem ikiranbahwa sis tern pendidikan sekarang yang ada berdasarkan UUSPN No. 2tahun 1989 adalah sistem pendidikan dua jalur, Karena dengan sistem satujalur kiranya belum tepat saatnya diterapkan di negara kita, m engingat padak en ya ta an se ca ra filosofis dan sosiologis bel urn m em ungkinkan. S edangkansis tern persekolahan kem prehensif sebenarnya secara teoritis memangpaling baik untuk diterapkan oleh yang m enyediakan banyak alternatifpllihan bagi peserta did ik. Nam un dem ikian selarna in i sistem ini beberapakali mengalami kegagalan karena berbagai faktor seperti tersebutsebelumnya. Akhirnya dengan sistern dua jalur dipandang sangat tepatkarena ditinjau dari berbagai sudut pandang sistem in i m asih lebih banyakmenguntungkan, baik untuk masa sekarang maupun masa-m asa yang akandatang dengan segala kondisi yang ada di tanah air Indonesia.Pendidikan Kejuruan di Indonesia

    Selaras dengan kehidupan m anusia yang selalu ingin m engem bangkandiri dan membangun lingkungannya, malta man usia akan selalumengupayakan dirinya untuk dapat bekerja, Dengan bekerja m erekamendapatkan keb utu han m aterial, k eb utu han bekerjasama, dan akand ir inyaterpenuhi. Hal seperti sinyalem en dialog antara Slam et PH dengan D irekturPusat Penelitian Nasional Pendidikan Kejuruan di Amerika Serikat tahun1986 bahwa : JWzats agencie s b es t p repa re wh i ch indiv iduals , fo rwh t it kkaindsof o ccu pa tio ns u nd er w h at co nd itio ns, w h ith w h at e ffec ts a ta w h at sta ge o f th eirlives? D engan hadirnya pendidikan kejuruan di Indonesia seperti yangtertuang dalam UUSPN kiranya dapat m erupakan alternatif jawaban yang

    . p alin g tepat, sebab seperti yang tersirat d alam p ertany aan di atas jugadidorong adanya tuntu tan kerja di satu pihak serta suasana yang kom petitifdi p ihak lai~ .

    Sebelum m ernbicarakan m engenai pendidikan kejuruan ada baiknyadisampaikan mengenai beberapa pengertian atau definisi atau bahkanpendapat ten tang apakah pendidikan kejuruan itu .. Menurut Evans (1978) :part o f education w hich m akes an individual m ore emplo yebte in on e g ro up o foccoupations than in another, (2) Good (1959) m emberikan pendapatnya : a

  • 5/13/2018 jurnal pendidikan

    7/16

    Pendidikan K ejuruan D an Fislosofinya(Seb agai Sistem P end idikan B agi S em uaj

    117

    program of education bellow college grade organ ized to prepare th e learner forentrance into rna particu lar chosen vocation or to up-grade em ployed w orkers;(3) H arris (1960) menyatak an : vocationa l education is education for w ork anykinds of w ork w hich individuals finds conganial and for w hich society has aneed. Vocational ed uca tio n os spesialized education a s distinguized [om generaleducation; (4) American V ocational A ssociation (1960) menyatakan :vocational educa tion as educa tion designed to develop skills, ab ilities,u nd ersta nd in g, a ttitu de s, w o rk h ab its, anf a pp re cia tio ns n ee de d b y w orkers toenter and m ake progress in em ploym ent on a usefu l and productive basis; (5 )Thompson (1973) m enyatakan : v oc atio na l e du ca tio n is any educa tion th atp ro vid es e xp er ie nc es , vis ua l s tim u li, a ffe ctiv e awar en es s, c og nitiv e in fo rma tio n,or psichom otor skills, and th at enchance the vocational developm ent process ofexploring, e sta bilish in g, a nd m ainta in ing one self in the w orld of w ork

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas nampak adanya nuansadalam mengartikan pendidikan kejuruan. Namun dem ikian terdapatkesamaannya yaitu adanya "niatan pengepasan manusia terhadap duniakerja" sebagaim ana adanya. N am palcnya hal ini dipengaruhi oleh pendapatProsser (1949) yang menyatakan bahwa : education a s p re pa ra tio n fo r s ocie tyas it is, yang berarti bahw a adanya pem budayaan (akulturasi), dimana hal inlagak berbeda dengan pemyataan Dewey (1900) bahwa education ispreparation to c ha ng e fo r s oc ie ty , yang berarti bahw a pendidikan justru untukrnengubah masyarakat. Menurut Slamet PH (1990, 7) bahwa d alam re alitaskehidupan baik pendapat Prosser m aupun Dewey pada dasarnya semuadibutuhkan, di samping rnemang pendidikan adalah bertugas untukm enum buhkan kem auan untuk akulturasi secara kritis.

    Dengan demikian dapat diberikan suatu pandangan bahwapendidikan kejuruan pada dasarnya mengemban tiga fungsi pokok, yaitu :(1) fungsi pengembangan bakat, yang berarti berusaha memberikanpelayanan secara luas bagi para pem inat yang ingin mengembangkan bakatdan m inatnya terkait dengan bidang lapangan kerja tertentu; (2) fungsipendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan yang rnengarah pada duniakerja, yang berarti berusaha m em berikan berbagai keteram pilan dasar sertaberbagai kebiasaan yang diperlukan, yang terarah pada dunia kerja yang adadi m asyarakat; dan (3) fungsi kepelatihan, yaitu memberikan latihanketrampilan baik yang telah berkembang bakatnya sesuai dengan pilihanberdasarkan m inatnya m asing-m asing m aupun bagi yang telah m endapatkanpendidikan dasar ketrampilan tertentu Dalam fungsi yang ketiga inip en did ikan k ejuru an harus m am pu m em berikan berbagai rnaeam kebutuhanuntuk m em peroleh pengalam an m elalui pendidikan.Pentingnya Pendidikan Kejuruan Untuk Semua

    M iller (1986) m engatakan bahw a : ........ voca tio nal education is opento air dalam 10 prinsip pendidikan kejuruan. Hal ini mengandungpengertian bahwa pendidikan kejuruan terhuka lebar untuk semua lapisan

  • 5/13/2018 jurnal pendidikan

    8/16

    118 Calaawa/a Pendidikim&lisi K hu m s D ie s, Mei 1995rnasyarakat tanpa terkecuali, yaitu tanpa m em bedakan antara satu denganlainnya (h iterogen itas individu dan m asyarakat). D i sam ping itu pendidikankejuruan juga m emberikan kebebasan kepada masyarakat untukberkembang dan mengembangkan diri dalam hidup dan kehidupannya. Halseperti yang banyak disam paikan oleh para pakar pendidikan kejuruanseperti Snedden, Prosser (sebagai bapaknya pendidikan kejuruan),Gompers, dan lain- lain seperti yang diku tip oleh M iller (1986) :" vocational education had the potential to make public education moredemocratic". Dengan demikian pendid ikan kejuruan juga memberikankebebasan individu dan m asyarakat untuk m em ilih berbagai alternatifpilihan pendid ikannya sesuai dengan m inat, bakat, dan kemampuan yangdimitiki. Lebih jauh dikatakan oleh M iller (1986) : ..... vocational educationis intended to servepeople for all age".

    Konsep pendidikan kejuruan untuk sem ua yang dikem ukakan olehberbagai pakar pendidikan kejuruan di atas telah lam a dibuktikan secaraem pirik , seperti basil penelitian Prosse dan Alen (1925) bahw a berdasarkanskope dan pelayanannya antara pend idikan kejuruan dan pendidikan um umternyata hanya pendid ikan kejuruan yang dapat m em berikan kebebasanp ad a ma sy ara lc at untuk sem ua tingkatan yang dapat memberikan kebebasanpada m asyarakat un tuk sem ua tingkatan u sia ("... vocational educatiis servesa ll g ro up all ages"). U nsur dem okrasinya dalarn pendidikan kejuruan sangatmenonjol.

    D itinjau dari kepentingannya, pendidikan kejuruan juga untuk sem uaorang tanpa m em bedakan status [enis kelam in. Seperti yang dikatakan olehMiller (1986) : "Eliminations of sex bias and sexrole stereotyping os promotedthrough vocational education". Prinsip ini m enekankan bahwa rnelaluipendidikan kejuruan dapat m enghilangkan anggapan yang salah terhadappendapat tentang pendidikan kejuruan hanya untuk kaum pria saja.Dem ikian pu la d ikatakan oleh M arshal (1907) yang dikutip oleh M iller(1986) : .... they are (girls) soon to many, and therefore their vocational trainingshould be along the line of home making ... and if that is apreparation, than thetrainingof boys and girls should be the same. That is , do nOIlet us everlastinglyput the girl off in acomer making bows when she might make a much betercarpenter than the boy".

    Berdasarkan uraian pengertian pendidikan kejuruan d i atas secaratidak langsung m encerm inkan kedudukan pendidikan kejuruan merupakansis tern pendidikan yang sangat penting bagi suatu negara/m asyarakat akankeberadaannya. Berbagai landasan yang m endasari pen tingnya keberadaanpendidikan kejuruan menurut Slamet PH (1990,7) antara lain: (1) bagisisw a adalah untuk persia pan kerja, perbaikan konsep d iri, pengem bangankepernimpinan, persia pan belajar lebih lanjut, m emberikan dasar untukm encari penghasilan, persiapan karier lebih lanjut, penyesuaian terhadapperubahan; (2) bag i organisasi/insutusi adalah untuk m ernberikan pekerjayang terarnpil, e tas kerja tingg i, rneningkatkan kualitas dan produktifitaskeria serta dapat m enghem at b iaya operational; (3) bagi m asyarakat adalah

  • 5/13/2018 jurnal pendidikan

    9/16

    Pendid ik tm Ke ju ruan Dan F is lo so fin ya(Sebaga i S is tem Pend id ikan B a g i Semua)119

    untuk dapat m eningkatkan penghasilan , m engurangi pengangguran , dandapat rnenciptakan penduduk yang lebih baik .

    D itin jau d ari p erk em ban gan generasi, m aka pendidikan yang palingtepat di suatu negara pada kondisi yang bagaim anapun menuru t OemarHamalik (1990.32) adalah p end idikan k ejuruan. Hal in i d ip erk uat olehpendapat S idney P . Harland (Ketua Kom isi Pendid ikan Amerika Serikat)yang mengemukakan perlunya perluasan usaha pendid ikan kejuruan. Iakurang setu ju dengan pendidikan umum karena ternyata tidak dapatmempersiapkan siswa balk untuk bekerja m aupun m elanjutkan pendidikanyang lebih tingg i serta hanya menghasilkan tenaga kerja yang tidakproduktif. D engan sistem pendid ikan kejuruan, rnaka akan tercetak tenagakerja di sernua lap isan m asyarakat dan dalarn kondisi perkem bangan jam anakan selalu sesuai. K arena dalam pendidikan kejuruan diberikan bakaJkemampuan, sikap, ketrampilan, dan wawasan yang selalu inovatif-kreatifserta rnam pu menyesuaikan diri terhadap lapangan kerja rnaupunpenciptaan lapangan kerja baru. K euntungan yang diperoleh selaluberantai/ganda, satu sisi m endapatkan pekerjaan atau membuat lapangankerja sem entara sisi lain akan membuka peluang terjad inya dorongankepada masyarakat untuk hidup dengan pola produktif dan tidakm en guntun gkan kepada orang/negara lain.

    Pengalam an di negara Amerika sejak tahun 1726 menerapkanpendidikan kejuruan sarnpai dengan sekarang, Jerm an, Jepang, dan lain -lainsegera m enunjukkan adanya perubahan nyata dalam pencip taan negaraindustrialisasi dapat dicapai dengan relatif mudah . Hal in i karena sum berd aya m an usian ya dibentuk dengan pola dan sistem pendidikan kejuruanyang 'sesuai untuk segala jaman", yaitu pendldikan kejuruan. Dengan sistempendidikan kejuruan juga m em percepat terjadinya revolusi industri dinegara-negara maju tersebut, Hal ini patut untuk direnungkan sampaidengan direalisasikan bagi bangsa-bangsa di dunia ini apabila b erke ingin anuntuk negaranya dapat m aju dalam segala bidang.Filosofi, Prinsip, dan Kebijakan Pendidikan KejuruanF ilo so fi P en did ik an K e ju ru an

    Secara sederhana pengertian tilsafat pendicikan adalah nilai dankeyakinan filosofis, yang m enjiwai, m endasari, dan m em berikan identitassuatu sistem pendidikan. Bagi bangsa k ita, keyakinan atau pandangan hidupbangsa adalah Pancasila. karenanya sistem pendidikan. kita juga dijiw ai,didasari, dan mencerm inkan karak teristik atau iden titas Pancasila itusendiri.

    Secara umum juga dapat dikatakan bahwa filsafat pend idikanm erupakan rohani atau spiritual sistern pendidikan nasional. Pendidikankejuruan yang berkem bang telah banyak ditandai dengan pesainya

  • 5/13/2018 jurnal pendidikan

    10/16

    120 Cakrawala Pendid ikanEdisi KJIIISliS D ies, M e; 1 995

    perkembangan fasilitas fislk untuk melayani kebutuhan banyak orang dalamlingkup pendicikan kejuruan yang makin luas.Filosofl memandang pendidikan kejuruan sebagai pihak yang harusbertanggungjawab atas penyiapan orang untuk bekerja atau mandiri, maka

    menuntut adanya jenis pendidikan yang dapat menyediakan berbagaialternatif pilihan untuk ilu, dan untuk hal tersebut yang paling tepat adalahpendidikan kejuruan itu sendiri. Pernyataan Hornby yang dikutip Soeharto(1988) mengatakan bahwa filosofi adalah mempelajari berbagai prinsip yangmendasari aksi dan tingkah laku manusia. Miller (1986, 3) menyatakanbahwa : ph ilosoph ys defined as a conceptua l fram e w ork for syn th esis andeva luation th at represen ts a system of va lues to ersve as a basis for m akingdecisions that p roje ct s v oc atio n 's fu tu re . Falsafah pendidikan kejuruan adalahcara pan dang akan pendidikan kejuruan itu sendiri. Falsafah akanmemberikan arah yang diperlukan untuk pelayanan pendidikan, selainkerangka kerja dimana tujuan, maksud, dan kegunaan pendidikan itudibangun.

    Secara khusus filosofi pendidikan kejuruan menurut Miller (1986)mempunyai tiga elemen pokok, yaitu : nature of reality , truth , and va lue.Sehingga falsafah pendidikan kejuruan merupakan artikulasi sebagai dasarasumsi yang meliputi kenyataan, kebenaranm dan tata nilai. Pertama,landasan falsafah mernandang adanya ketentuan-ketentuan yang diperlukanoleh peserta didik dan srrategi apa yang sesuai dengan kebutuhan anakdidik. Kedua, asumsi ten tang perwujudan atau kenyataan ten tang kebenaranuntuk memberikan tuntunan dalam membentuk kurikulum pendidikankejuruan. Ketiga, kemudian dengan materi yang telah diyakini kebenaransesuai dengan falsafahnya, lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawabuntuk melakukan pengajaran dengan benar, dan falsafah dapat memberikankepercayaan secara penuh dalam kebenaran pengetahuan yang diajarkan.

    Charles Prosser dalam Vocational Education in Democracy (1949)yang dikutip oleh William G. Camp dan John H. Hillison (1984, 15-16)memberikan 16 butir dalil sebagai falsafah pendidikan kejuruan, yaitu :a. Pendidikan kejuruan akan efisien apabila disediakan lingkungan yang

    sesuai dengan kondisi nyata dimana lulusan akan bekerja.b. Latihan kejuruan akan efektif apabila diberikan tugas atau programsesual dengan apa yang akan dikerjakan kelak, Demikian pula fasilitasatau peralatan beserta proses kerja dan operasionalnya dibuat samadengan kondisi nyata nantinya.

    c. Pendidikan kejuruan akan efektif bilamana latihan dan tugas yangdiberikan secara langsung dan spesifik (dalam arti mengerjakan bendakerja yang sesungguhnya, buka sekedar tiruan).

    d. Pendidikan kejuruan akan efektif bilamana dalam latihan kerja ataudalam pengerjaan tugas sudah dibiasakan pada kondisi nyata nantinya.e.

  • 5/13/2018 jurnal pendidikan

    11/16

    Pend id ik an Ke ju ruan Dan F is lo so fi ny a(Sebagai S is tem Pend id ikan B a g ; Semua) 121

    Pendidikan kejuruan akan efektif bilamana program-program yangdisediakan adalah banyak dan bervariasi me1iputi semua profesi sertamampu dimanfaatkan atau ditempuh oleh peserta didik.

    f. Latihan kejuruan akan efektif apabiJa diberikan secara berulang kalihingga diperoleh penguasaan yangmernadai bagi peserta didik.g. Pendidikan kejuruan akan efektif apabila para guru dan instruktornya

    berpengalaman dan mampu rnentransferkan kepada peserta didik.h. Pendidikan kejuruan akan efektif bitamana mampu memberikan bekal

    kemampuan minimal yang dibutuhkan dunia ker]a (sebagai standarminimal profesi), sehingga mudah adaptif dan pengembangannya.

    i. Pendidikan kejuruan akan efektif apabila memperhatikan kondisi pasarkerja.

    j. Proses pemantapan belajar dan latihan peserta didik dalam pendidikankejuruan akan efektif apabila diberikan secara proporsional.k. Sumber data yang dipergunakan untuk menentukan program

    pendidikan kejuruan didasarkan alas pengalaman nyata pekerjaan dilapangan.

    1. Pendidikan kejuruan memberikan program tertentu yang mendasarsebagai dasar kejuruannya serta program lain sebagai pengayaan ataupengembangannya.m. Pendidikan kejuruan akan efesien apabila sebagai lembaga pendidikan

    yang menyiapkan SDM untuk memenuhi kebutuhan dunia kerjatertentu dan dalam waktu tertentu.

    n. Pendidikan kejuruan dapat dirasakan manfaatnya secara sosialkemasyarakatan termasuk memperhatikan hubungan kemanusiaan danhubungan dengan masyarakat luar pendidikan.o. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien apabila bersifatfleksibel dan tidak bersifat kaku.p. Walaupun pendidikan kejuruan telah diusahakan dengan biayainvestasi semaksimal mungkin, namun apabila sampai dalam batas

    minimal tersebut tidak efektif, maka lebih baik penyelenggaraanpendidikan kejuruan dibatalkan,Berdasarkan falsafah pendidikan kejuruan yang diuraikan di atas,

    khususnya dari Charles Prosser dapat diasumsikan bahwa 16 butir falsafahtersebut juga sekaligus sebagai kriteria dasar yang sangat esensial dalampenyelenggaraan pendidikan kejuruan. Maksudnya adalah pendidikankejuruan akan dikatakan dengan klasifikasi baik apabila mampu memenuhi16 kriteriz falsafah pendidikan kejuruan tersebut. Secara ringkas dari 16butir falsatah pendidikan kejuruan dapat diringkas ke dalam 16 butir kriteriaideal pendidikan kejuruan yang harus dipenuhi, yaitu : (1) lingkunganbelajar: (2) program dan fasilitas/peralatan; (3) praktek langsung; (4) budayakerja;

  • 5/13/2018 jurnal pendidikan

    12/16

    122 C a k ra w a la P e n d id ik lln&lis; K husus D ies, M e; 199 5kerja; (10) proporsi praktek; (11) sember data program dari pengalaman;(12) program dasar kejuruan dan lanjut; (13) kebutuhan tertentu dan waktutertentu; (14) hubungan dengan masyarakat; (15) administrasi fleksibel; (16)biaya pendidikan, '

    Sedangkan Oemar Hamalik (1990) secara tegas memberikangambaran ten tang falsafah pendidikan kejuruan dapat dirangkum ke dalamenam hal, yaitu :1. Pekerjaan yang dipilib individu harus berdasarkan pada orientasi

    individe itu sendiri, misalnya bakat, minat, kemampuan, dansebagainya.

    2. Beberapa pekerjaan yang ditawarkan meliputi semua aspek kehidupan.3. Setiap individu harus mendapatkan kesempatan untuk memilih jenis

    pekerjaan yang cocok dengan orientasi dan kesempatan kerja yangsarna.4. Individu perlu mendapat dorongan rnernbangun masyarakatnya,

    berdasarkan pengetahuan, skill, dan kesempatan kerja yang ada.5. Sumber-surnber pendidikan harus dapat mengembangkan sumber dayamanusia, menjadi individu yang marnpu mambantu individu lainnya,sebagai pemimpin dan pembangun.6. Alokasi sumber-sumber harus meretleksi kebutuhan rnanusia.

    Melihat uraian mengenai falsafah pendidikan kejuruan yang harusdipakai sebagai dasar penyelenggaraan pendidikan kejuruan seperti di atas,maka para praktisi pendidikan kejuruan harus dapat menentukan "apa" yangseharusnya diajarkan, dan "bagaimana" cara mengajarkan "apa" tersebutkepada peserta didik. Dengan demikian falsafah mutlak diperlukan dalarnpenyelenggaraan pendidikan kejuruan untuk selanjutnya dijabarkan kedalarn beberapa prinsip pendidikan kejuruan, yang pada akhirnya lahirkebijakan-kebijakan sebagai petunjuk kerja pelaksanaan penyelenggaraanpendidikan kejuruan dalarn suatu negara.Prinsip-Prinsip pada Pend id ikan Ke ju ruan

    Bertitik tolak dari falsafah pendidikan kejuruan, dimana sebagairohnya dan kekuatan pandang vacational education, maka sangat diperlukanadanya pengejawantahan falsafah tersebut ke dalam rcalita. Arah yangdiberikan dalam falsafah tersebut harus diwujudkan dalam suatu pedoman"hidup" bagi penyelenggara pendidikan kejuruan. Tanpa adanya pedoman,maka pendidikan kejuruan akan berjalan tanpa dasar yang pasti.

    Menurut Miller (1986) pedoman yang dimaksud sebagai wujud dari :falsafah pendidikan kejuruan adalah prinsip- prinsip pendidikan kejuruan.Sebab filosofi tanpa prinsip adalah hampa. Prinsip adalah jenis ungkapayang berbunyi : "Jika , maka , yaitu mengekspresikan dua ubahanatau konsep. Keberadaan prinsip dalam pendidikan kejuruan adalah sangat

  • 5/13/2018 jurnal pendidikan

    13/16

    Pendidiklln KejUTUllnDan Fis/osofinya( Se b a g a i S is te m P e n d i d .i kt m B a g ; . S e m u a ] 123

    esenstal pula. Barlow (1975) yang dikutip oleh Miller (1986) mengatakanbahwa : the system of vocational education movements rests upon a solid ofbasic principles which do not cJu.l1Igewith time. Selanjutnya dikatakan bahwaprinsip-prinsip dalam pendidikan kejuruan yang barus dianut ada tujuh,yaitu : (1) develop andpromotor g o o d citizenhip, (2) provide a throughgeneralpublic education, (3) make public vocational education variable to all; (4)integrate theory and practise in vocational education, (5) involve the generalgoverment in vocational education in the areas of estabilishing desirablestandards and providing the states with some funds for programs, and (7)provide for mastery learningand individualized intruction;

    Pendapat Barlow tersebut lebih jelas memberikan gambaran kepadapara praktisi dan decision maker dalam bidang pendidikan kejuruan bahwadalam menyelenggarakan pendidikan kejuruan dituntut adanya tanggungjawab yang sangat kompleks. Hal ini mengingat adanya beberapapersyaratan yang secara prinsip dan esensial harus dipenuhi, Secara lebihrinci lagi, prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam penyelenggaraanpendidikan kejuruan dijelaskan oleh Miller (1986) sebagai berikut :a. Guidance is essensial component of vocational education.b. Life long learning ispromoted through vocational education.c. Nedds of the community are reflekied by programs of vocationaleducation.d. Vocational educational is open to alle. Placement in the neastep is responsibility of vocational education.f Eliminations of set' bins and sex-role stereotyping is promoted throu.ghvocational educationg. Individual with special needs are served through vocational education.h. Student organization are an integralfeature of vocational educationi. Teachers of vocational education are both profesionaliy andoccupationally componentj. A possitive work ethic is promoted through vocational education

    Beberapa prinsip yang dikemukakan di atas secara urnummenunjukkan bahwa pendidikan kejuruan sangat dibutuhkan eksistensinyadalam rangka mengembangkan SDM. Terlebih lagi bagi negara yang sedangmenuju industrialisasi, maka mutlak pendidikan kejuruan adalah tepatuntuk dikembangkan keberadaannya.

    Kemudian untuk rnemberikan pedoman dalam kaitannya denganproses pengajarannya, Miller (1986) menjelaskan adanya beberapa prinsioyang penting dan perlu untuk diperhatikan dalam penyelelenggaraanpendidikan kejuruan, yaitu : (a) kesadaran akan karir; (b) Pendidikan danpengajaran yang menyeluruh; (c) Kurikulum berorientasi dunia kerja : (d)Bekerja secara Kelompok; {e) Inovaso; (1 ) Persiapan dunia kerja; (g)Keselamatan kerja; (h) Pengalaman dan pengawasan kerja; (i) terbuka

  • 5/13/2018 jurnal pendidikan

    14/16

    124 CakmK'o/lI Pt'1uJitl ikmldisi KhuSIIs Die 's . M e; } 995

    menerima saran, kritik, dll; (j) Koordinasi; (k) Evaluasi; (I) Tindak lanjut;(m) Lembaga Legislatif pendidikan; (n) Perencanaan menyeluruh; (0)Penelitian yang kontinyu dan pengembangannya.&bijakan palla PeruJ id ik il n & ju ruan

    Munculnya kebijakan-kebijaka (policy) adalah produk dari parapolicy maker, yang sangat erat kaitannya dengan falsafah dan prinsip-prinsipyang dipergunakan sebagai pedoman membuat kebijakan pendidikan.Menurut Miller (1986) kebijakan (policy) didefinisikan sebagai : ..... a set o fexpectations to be m et in th e conduct o f voca tional education" . Lebih dari itukebijakan adalah sejumlah harapan yang dapat dilaksanakan, dibuat dandiambil dari lembaga pemerintah yang diatas maupun bawah dalam rangkamengatur pelaksanaan pendidikan kejuruan. Kebijakan adalah peraturan(law) untuk memberikan kemudahan bagi para praktisi dalam memper-tanggungjawababkan pelayanannya kepada masyarakat dan pemerintah.

    Kebijakan, prinsip, dan filosofi adalah berhubungan antara satudengan lainnya, di mana menurut Miller adalah berhubungan antara satudengan lainnya, di mana menurut Miller disebut dengan " three in tub" hal iniseperti nampak pada gambar 3.

    Fllosofi//---- P rinsip ~,

    / (/_I'k~ \\( / > I; I I ) \ I\ I I I\ \\~ / /\ ~//

    ~ ..G am bar 3 . H ubu ngan antara F ilo so fi, P rinsip , d an K ebijakan

    d ala m P e nd id ik an K eju ru an

    Secara hirarki filosofi melahirkan beberapa pnnslp. dan pnnstpakhimya akan diwujudkan ke dalam beberapa kebijakan, Dengan demikianpara praktisi pendidikan dalam membuat kebijakan harus mengetahuilandasan falsafahnya, begitu pula pedoman yang dipergunakan diambil dariprinsip-prinsip yang ada. Sehingga kebijakan yang timbul tidak bolehbertentangan dengan prinsipnya, apalagi terhadap falsafahnya.

    Di alas telah disebutkan bahwa falsafah merupakan kerangka kerjakonsep yaitu suatu cara memandang pendidikan kejuruan. Dikatakan oleh

  • 5/13/2018 jurnal pendidikan

    15/16

    P en d id ika n K e jurua n D an F isJ osofirry a(S eb ag ai S iste m P en did ik an B a g i S e m u a ) 125

    Miller (1986) : "Policy is the medium necessary for philosophy and principlesto become operable", Dengan demikian antara ketiganya harus ada dalampenyelenggaraan pendidikan, khususnya pendidikan kejuruan.

    Lebih lanjut dikatakan oleh Wenrich (1974) bahwa kebijakanpendidikan kejuruan dimaksudkan sebagai formulasi rencana dan tujuanyang dikembangkan alas dasar implikasi pendidikan kejuruan di luarlingkungan sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell dkk (1971)bahwa formulasi kebijakan pendidikan kejuruan akan didasarkan ataskeadaan sosial, politik, dan perkembangan IPTEK. Oleh karena itu parapengambil kebijakan pendidikan kejuruan menurut Slamet PH (1990) perlurnempert imbangkan adanya : (a) institusi/personil yang terlibat, sepertiDepdikbud, Bappenas, Depnaker, Deprind, Depdag, dan organisasi lain; (b)program yang dikembangkan harus berkarakteristik berkualitas tinggi,adaptif, relevansi, link and match, daya transfer tinggi, menumbuhkan dayanalar tinggi; dan (c) kekuatan atau faktor-faktor apa saja yangmempengaruhi pendidikan kejuruan,

    Daftar Pus takaCaulhoun, Calfrey C. Finch, Alton V. (1982). Vocational Education

    (Concepts and Operational). Belmont- California: WdasWorthPublishing Company.

    Finch, Curtis R. and Crunkilton, John R. (1979). Curriculum Developmentin Vocational and Technical Education. Boston: Ally-Bacon.

    Miller, Melvin D. (1986). Principles and A Philosophy for VocationalF..ducation. Colornbus-Ohio : The National Center for Research forVocational Education.

    Oernar Hamalik (1990). Pendidikan Tenaga Kerja Nasional. Bandung: PT.. Citra Aditya Bhakti.Slamet PH. (1990). Fondasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.

    Yogyakarta : PPS IKIP Yogyakarta.Tompshon, John F. (1973). Foundation of Vocational Education: Social anf

    Philosophycal Consepts. USA: Prentice-Hall Inc. New Jersey.Vembriarto, S1. (1986). Reform Slstem Persekolahan Suatu KeniscayaanUntuk Menyongsong Tinggal Landas. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta.

  • 5/13/2018 jurnal pendidikan

    16/16

    126 Cakruwa la P , , ,, li di klmE disi K h usu s D ies, M ti J9 95Wenrich, Ralph C . and Wenrich, J. William. (1974). Leadership in

    Administration of Vocational and Technical Education.Colombus-Ohio: Charles-Merril Publishing Company.

    William G. Camp and Hallison. (1984). Prosser's Sixteen Theorems Timefor Consideration. Omicron Tau Theha.Havighurst, Robert J. and Neuganen, Bernice L. (1964). Society andEducation. Boston: Allyn and Bacon.