15
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Obat pelumpuh otot adalah obat yang dapat digunakan selama intubasi dan pembedahan untuk memudahkan pelaksanaan anestesi dan memfasilitas intubasi. Obat relaksan otot adalah obat yang digunakan untuk melemaskan otot rangka atau untuk melumpuhkan otot. Biasanya digunakan sebelum operasi untuk mempermudah suatu operasi atau memasukan suatu alat ke dalam tubuh. Relaksasi otot jurik dapat dicapai dengan mendalamkan anestesi umum inhalasi, blokade saraf regional, dan memberikan pelumpuh otot. Dengan relakasasi otot ini akan memfasilitasi intubasi trakea, mengontrol ventilasi mekanik dan mengoptimalkan kondisi pembedahan. Pada prinsipnya, obat ini menginterupsi transmisi impuls saraf pada neuromuscular junction. Daerah diantara motor neuron dan sel saraf disebut neuromuscular junction. Membrane selneuron dan serat otot dipisahkan oleh sebuah celah (20 nm) yang disebut sebagai celah sinaps. I.2 Tujuan Percobaan - Dapat mengetahui efek obat pelemas otot - Dapat mengetahui obat-obat yang bekerja pada syaraf otonom - Mengetahui cara kerja obat-obat syaraf otonom I.3 Hipotesis

jurnal pelemas otot

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pelemas otot

Citation preview

Page 1: jurnal pelemas otot

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Obat pelumpuh otot adalah obat yang dapat digunakan selama intubasi dan

pembedahan untuk memudahkan pelaksanaan anestesi dan memfasilitas intubasi.

Obat relaksan otot adalah obat yang digunakan untuk melemaskan otot rangka atau

untuk melumpuhkan otot. Biasanya digunakan sebelum operasi untuk mempermudah

suatu operasi atau memasukan suatu alat ke dalam tubuh. Relaksasi otot jurik dapat

dicapai dengan mendalamkan anestesi umum inhalasi, blokade saraf regional, dan

memberikan pelumpuh otot. Dengan relakasasi otot ini akan memfasilitasi intubasi

trakea, mengontrol ventilasi mekanik dan mengoptimalkan kondisi pembedahan. Pada

prinsipnya, obat ini menginterupsi transmisi impuls saraf pada neuromuscular

junction. Daerah diantara motor neuron dan sel saraf disebut neuromuscular junction.

Membrane selneuron dan serat otot dipisahkan oleh sebuah celah (20 nm) yang disebut

sebagai celah sinaps.

I.2 Tujuan Percobaan

- Dapat mengetahui efek obat pelemas otot

- Dapat mengetahui obat-obat yang bekerja pada syaraf otonom

- Mengetahui cara kerja obat-obat syaraf otonom

I.3 Hipotesis

Penyuntikkan yang dilakukan pada mencit yaitu diazepam dan striknin, kedua

obat tersebut bersifat antagonis. Striknin yang disuntikkan setelah diazepam efeknya

tidak akan berlangsung cepat karena masih adanya efek diazepam yang masih bekerja

pada tubuh mencit. Karena diazepam merupakan golongan obat yang proses

absorbsinya berlangsung lama.

Page 2: jurnal pelemas otot

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Obat relaksan otot adalah obat yang digunakan untuk melemaskan otot

rangka atau untuk melumpuhkan otot. Biasanya digunakan sebelum operasi untuk

mempermudah suatu operasi atau memasukan suatu alat ke dalam tubuh. Obat

relaksan otot yang beredar di Indonesia terbagi dalam dua kelompok obat yaitu obat

pelumpuh otot dan obat pelemas otot yang bekerja sentral. Berikut pembagiannya :

1. Obat pelumpuh otot

Jenis obat pelumpuh otot ini yang beredar di pasaran hanya golongan

penghambat transmisi neuromuskular. Golongan ini terbagi dalam dua ;

a. Obat penghambat kompetitif

Pancurunium (Pankuronium), Vecoronium (Vekorunium), Atracurium

(Atrakurium) dan Rocuronium (Rokuronium). Obat penghambat kompetitif

merupakan aminosteroid non-depolarisasi. Sehingga obat golongan ini tidak

menimbulkan stimulasi awal pada otot sebelum otot normal kembali. Obat

pelumpuh otot golongan ini biasa digunakan untuk mempermudah pemasangan

intubasi endotracheal dan membuat relaksasi pada otot rangka sebelum operasi

atau pemasangan alat bantu nafas. Berawal dari penelitian terhadap racun panah

suku indian, kurare oleh Claude Bernard yang menyimpulkan tempat kerja kurare

bukan di syaraf pusat tetapi di sambungan saraf -otot. Dari sintesa kurare

didapatkan zat aktifnya yaitu d-Tubokurarin. Dari hasil penelitian lebih lanjut

didapat Pancuronium yang 5 kali lebih kuat daripada d-Tubokurari, dengan efek

kardiovaskuler dan pelepasan histamin yang lebih rendah. Vecoronium sama atau

sedikit lebih kuat dari Pancuronium, dengan efek kardiovaskuler yang lebih

rendah lagi. Sedangkan Atracurium merupakan pelumpuh otot sintetik dengan

masa kerja sedang. Potensinya 3-4 kali lebih rendah daripada Pancuronium.

b. Obat penghambat secara depolarisasi persisten ;

succinylcholine (suksinilkolin).

Berbeda dengan dengan penghambat kompetitif, Succinylcholine

menghambat dengan cara menimbulkan depolarisasi persisten pada lempeng

akhir saraf, karena Succinylcholine bekerja sebagai agonis ACh (Asetilkolin)

tetapi tidak segera dipecah seperti halnya dengan ACh. Succinylcholine

Page 3: jurnal pelemas otot

mempunyai perbedaan penting dengan obat pelumpuh otot yang lain dalam

kecepatan dan lama kerjanya. Dengan sifatnya ini, derajat relaksasi otot rangka

dapat diubah dalam ½ - 1 menit setelah pengubahan kecepatan infus. Setelah

penghentian infus, efek relaksasi hilang dalam 5 menit. Semua pelumpuh otot

adalah senyawa amoniumkuarterner maka tidak menimbulkan efek sentral

karena tidak dapat menembus sawar darah otak.

2. Obat pelemas otot yang bekerja sentral

Diazepam : Valium, Stesolid, Mentalium

Di samping khasiat anksiolitis, relaksasi otot dan hipnotiknya, senyawa

benzodiazepin ini (1961) juga berdaya antikonvulsi. Berdasarkan khasiat ini,

diazepam digunakan pada epilepsi dan dalam bentuk injeksi i.v. terhadap status

epilepticus. Pada penggunaan oral dan dalam klisma (retiole), resorpsinya baik

dan cepat tetapi dalam bentuk suppositoria lambat dan tidak sempurna. K.l. 97-99%

diikat pada protein plasma.

Benzodiazepines yang memiliki efek yang lebih menenangkan, seperti

estazolam (ProSom), dapat diresepkan untuk pengobatan jangka pendek dari

gangguan tidur. Mereka mempengaruhi neurotransmitter aminobutyric gamma-

asam (GABA). Neurotransmitor kimia otak yang memfasilitasi komunikasi antara sel-

sel otak. GABA bekerja dengan menurunkan aktivitas otak. Walaupun kelas

berbeda CNS depressants bekerja dengan cara yang unik, pada akhirnya itu

adalah kemampuan mereka untuk meningkatkan aktivitas GABA yang

menghasilkan mengantuk atau efek menenangkan. Walaupun efek yang

menguntungkan ini untuk orang yang menderita dari kecemasan atau gangguan

tidur, barbiturat dan benzodiazepin dapat kecanduan dan harus digunakan hanya

sebagai diresepkan.

CNS depressants tidak boleh digabungkan dengan obat atau zat yang

menyebabkan kantuk, termasuk rasa sakit resep obat-obatan, beberapa overthe-

counter dingin dan alergi obat, atau alkohol. Jika digabungkan, mereka dapat

memperlambat pernapasan, atau lambat baik hati dan pernapasan, yang dapat

berakibat fatal. Berkepanjangan menghentikan penggunaan dosis tinggi dapat

menyebabkan depresi SSP untuk penarikan. Karena mereka bekerja dengan

memperlambat brain. Aktivitas, potensi konsekuensi dari penyalahgunaan adalah

bahwa ketika seseorang berhenti mengambil depresan SSP. Aktivitas dapat rebound

Page 4: jurnal pelemas otot

ke titik yang kejang dapat terjadi. Seseorang berpikir tentang mereka mengakhiri

penggunaan depresan SSP, atau yang telah berhenti dan penderitaan penarikan, harus

berbicara dengan seorang dokter dan mencari perawatan medis. (Tan Hoan Tjay dan

Kirana Rahardja, 2007)

Striknin

Striknin termasuk obat yang bekerja sebagai stimulan medula spinalis dan

konvulsinya disebut konvulsi spinal. Striknin merupakan alkaloid utama dalam

nux vormica, tanaman yang banyak tumbuh di India. Striknin merupakan

penyebab keracunan tidak sengaja. Striknin bekerja dengan cara mengadakan

antagonisme kompetitif terhadap transmiter penghambatan yaitu glisin di daerah

penghambatan postsinaps. Striknin menyebabkan pada semua bagian sistem

syaraf pusat. Obat ini merupakan konvulsan kuat dengan sifat kejang yang khas. Pada

hewan konvulsi berupa ekstensif tonik dari badan dan semua anggota gerak.

Gambaran konvulsi oleh striknin ini berbeda dengan konvulsi oleh obat

yang merangsang neuron pusat. Sifat khas lainnya adalah kontraksi ekstensor

yang simetris yang diperkuat oleh rangsangan sensorik seperti pendengaran,

penglihatan, perabaan. Setiap rangsangan sensorik dapat menimbulkan motorik

hebat. Pada stadium awal terjadi gerakan ekstensi yang masih terkoordinasi dan

akhirnya terjadi konvulsi tetani.

Page 5: jurnal pelemas otot

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

A. Alat

- Jarum suntik

- Timbangan hewan coba

B. Bahan

- Mencit dengan jenis kelamin dan umur yang sama

- Diazepam 5 mg/kgBB ( C = 10 mg/20 ml)

- Striknin 0,75 mg/kgBB ( C = 0,01 % )

III.2 Cara Kerja

A. Pelemas Otot

1. Disediakan dua ekor mencit

2. Diamati keadaan biologi dari hewan coba meliputi ; bobot badan, frekwensi

jantung, laju nafas, reflex, tonus otot, kesadaran, rasa nyeri dan gejala lainnya

bila ada.

3. Dihitung dosis yang akan diberikan kepada hewan coba :

- Diazepam 5 mg/kgBB ( C = 10 mg/20 ml)

- Striknin 0,75 mg/kgBB ( C = 0,01 % )

4. Pada salah satu mencit disuntikkan secara intra peritoneal larutan diazepam

5. 30 menit kemudian disuntikkan striknin.

6. Pada mencit yang lainnya disuntikkan secara intra peritoneal larutan striknin,

30 menit kemudian disuntikkan larutan diazepam.

7. Diamati gejala yang terjadi dengan selang waktu setiap 10 menit.

8. Tentukan onset dan durasinya.

Page 6: jurnal pelemas otot

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Data Pengamatan

Tabel 1. Data biologi hewan coba

PengamatanHewan Coba

Mencit 1 Mencit kel. 10

Bobot badan 19,44 g 16,50 g

Frekwensi jantung 256/menit 144/menit

Laju nafas 248/menit 138/menit

Refleks ++++ +++

Tonus otot ++++ +++

Kesadaran ++++ +++

Rasa nyeri ++++ +++

Gejala lain :

Defekasi

+++

Tabel 2. Perhitungan dosis diazepam dan striknin

Mencit Berat mencit Obat Dosis (volume pemberian)

1 19,44 g Diazepam 0,19 ml

19,44 g Striknin 0,15 ml

Tabel 3. Pengamatan gejala yang terjadi

Pengamatan

Perlakuan

Diazepam Striknin

0 10 20 30 40 50 60

Frekwensi jantung 304/menit 248/menit 280/menit 276/menit 296/menit 304/menit 296/menit

Laju nafas 184/menit 136/menit 160/menit 192/menit 192/menit 276/menit 212/menit

Refleks +++ ++ + + ++ +++ +++

Tonus otot ++ + + + ++ +++ +++

Kesadaran +++ ++ ++ ++ ++ +++ ++++

Page 7: jurnal pelemas otot

Rasa nyeri +++ ++ ++ ++ ++ +++ +++

Gejala lain :

Salivasi +++

Onset 1:4 menit 1 menit

Durasi 1 : 2 jam

Tabel 4. Pengamatan gejala yang terjadi kelompok 10

Pengamatan

Perlakuan

Striknin Diazepam

0 10 20 30 40 50 60

Frekwensi jantung 144/menit 168/menit 126/menit 106/menit 100/menit 186/menit

Laju nafas 180/menit 180/menit 126/menit 121/menit 110/menit 168/menit

Refleks +++ +++ +++ ++ ++ ++

Tonus otot +++ +++ +++ ++ ++ ++

Kesadaran +++ +++ +++ ++ ++ ++

Rasa nyeri +++ +++ ++ ++ ++ ++

Gejala lain :

Salivasi

Defekasi

++

++

-

++

-

++

-

-

-

-

+

-

Onset

Durasi

Ket : ++++ = sangat aktif, +++ = aktif, ++ = lemah, + = sangat lemah

IV.2 Perhitungan dosis

Diazepam C = 10 mg/20 ml

D = 5 mg/kgBB

BM = 19,44 g

5 mgkg BB

= x19,44 g

Page 8: jurnal pelemas otot

5 mg1000 g

= x19,44 g

x=5 x19,441000

¿0,0972 mg

ml injeksi

10 mg20 ml

=0,0972y ml

y=0,0972 x2010

¿0,19 ml

Striknin C = 0,01 %

D = 0,75 mg/kgBB

BM = 19,44 g

0,75 mgkg BB

= x19,44 g

0,75 mg1000 g

= x19,44 g

x=0,75 x19,441000

¿0,0146 mg

ml injeksi

0,01100

=0,0146 x 10−3

yml

y=0,0146 x 10−3 x1000,01

¿0,146 ml 0,15 ml

Page 9: jurnal pelemas otot

IV.3 Pembahasan

Pada praktikum kali ini yaitu mengenai pelemas otot yang bertujuan untuk

mengetahui efek dari obat pelemas otot. Obat yang dipakai yaitu diazepam dan

striknin. Sebelum melakukan percobaan yaitu mengamati keadaan biologi dari hewan

coba, hasilnya frekwensi jantung 256 per menit, laju nafas 248 per menit dan refleks,

tonus otot, kesadaran serta rasa nyeri yang normal.

Percobaan pertama yaitu menyuntikkan obat pelemas otot terlebih dahulu

yaitu diazepam secara intra perintoneal dengan dosis 0,19 ml pada mencit yang

berbobot 19,44 gram. Diazepam bekerja dalam mengurangi spastisitas sebagian di

medula spinalis. Pada menit ke-10 frekwensi jantung dan laju nafas mencit

mengalami penurunan yaitu 248 dan 136 per menit begitupun dengan tonus otot,

kesadaran dan rasa nyeri. Namun pada menit ke-20 dan 30, frekwensi jantung dan laju

nafas pada mencit mengalami naik turun, hal ini disebabkan karena kesalahan pada

saat pengamatan ynag dilakukan oleh pengamat yang berbeda. Onset dari obat

diazepam yaitu 1 menit 49 detik.

Percobaan selanjutnya yaitu penyuntikkan obat striknin setelah 30 menit dari

penyuntikkan diazepam. Striknin merupakan stimulan SSP yang dapat meningkatkan

denyut jantung dan laju nafas. Namun pada menit ke-40 sampai menit ke-60

frekwensi jantung dan laju nafas mengalami naik dan turun. Serta pengamatan pada

aktifitasnya, mencit masih dalam keadaan pengaruh obat pelemas otot. Hal ini

disebabkan masih adanya efek dari diazepam yang masih berlangsung pada tubuh

mencit. Onset dari striknin yaitu 1 menit.

Beda halnya dengan penyuntikkan obat diazepam setelah penyuntikkan

striknin. Pada penyuntikkan striknin, mencit mengalami peningkatan pada frekwensi

jantung dan laju nafas. Striknin merupakan stimulan SSP yang mudah diserap dari

saluran cerna dan tempat suntikkan, segera meninggalkan sirkulasi masuk ke jaringan.

Striknin segera dimetabolisme terutama oleh enzim mikrosom sel hati dan diekskresi

melalui urin. Kemudian dilakukan penyuntikkan diazepam 30 menit setelah

penyuntikkan striknin. Kerja dari striknin dihambat oleh diazepam yang berlangsung

Page 10: jurnal pelemas otot

cepat. Diazepam merupakan obat penekan SSP non-selektif. Hal ini dibuktikan

dengan penurunan keadaan biologis dari mencit.

BAB V

KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Diazepam merupakan obat pelemas otot. Diazepam bekerja dalam mengurangi

spastisitas sebagian di medula spinalis.

2. Striknin merupakan stimulan SSP yang mudah diserap dari saluran cerna dan

tempat suntikkan, segera meninggalkan sirkulasi masuk ke jaringan. Striknin

segera dimetabolisme terutama oleh enzim mikrosom sel hati dan diekskresi

melalui urin.

3. Efek dari diazepam lebih kuat dan lama berlangsung dalam tubuh mencit

dibandingkan dengan efek striknin.

4. Hasil percobaan sesuai dengan hipotesis yang ada.

Page 11: jurnal pelemas otot

DAFTAR PUSTAKA

Katzung,B.G.,1998.Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI.Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Hal 351

Katzung, Bertram G.2002. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika

Mien R, dkk. 2014.Penuntun Praktikum Farmakologi I.Bogor: Universitas Pakuan

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja.(2007).Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan

Efek-Efek Sampingnya.Edisi Keenam, Cetakan Pertama. Jakarta: PT.Elex Media

Komputindo. Hal.424