13
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 6, No. 3, Desember 2008 154 HIATUS PADA KALA EOSEN-MIOSEN TENGAH DI TINGGIAN ROO, SAMUDRA HINDIA, BERDASARKAN BIOSTRATIGRAFI NANNOPLANKTON Oleh: Mimin K. Adisaputra 1) dan M. Hendrizan 2) 1) Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Jl. Dr. Junjunan 236, Bandung 40174 2) Pusat Penelitian dan Pengembangan Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Cisitu Lama, Bandung, [email protected] SARI Nanoplankton dari dua puluh satu percontoh dari Tinggian Roo (MD982156) yang diperoleh selama Ekspedisi MD III - IMAGES IV telah dianalisis untuk kepentingan penelitian biostratigrafi study. Percontoh sedimen diambil dengan menggunakan penginti isap yang besar sekali (giant piston core). Lokasi daerah telitian adalah di Tinggian Roo, Samudra Hindia, Selatan Jawa Timur, di luar Parit Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan nanoplankton, biostratigrafi daerah telitian dapat dibagi ke dalam 8 Zona yakni zona-zona: Discoaster multiradiatus, D. prepentaradiatus, D. asymmetricus, Pseudoemiliania lacunosa, D. brouweri, D.brouweri-oceanica, Gephyrocapsa oceanica dan Emiliania huxleyi. Umur Paleosen ditunjukkan dengan adanya Discoaster multiradiatus sebagai spesies yang dominan, sedangkan sedimen yang berumur Miosen Akhir adalah D. prepentaradiatus. Sedimen lempung tufaan pada kedalaman 30 m bawah dasar laut ke bagian paling bawah dari penampang yang didominasi oleh mineral Phillipsite, ternyata mengandung nanoplankton yang berumur Paleosen, sedangkan dari kedalaman 30 m ke bagian atas dari penampang sedimen ditutupi secara langsung oleh sedimen yang berumur Miosen Akhir – Holosen. Jadi di lokasi penelitian ini telah terjadi hiatus antara Eosen sampai paling tidak bagian bawah dari Miosen Akhir. Adapun Phillipsit dikenal sebagai mineral yang secara authigenic terjadi di laut dalam yang bisa berasal dari hasil kegiatan gunung api. Manfaat mineral Phillipsit di dalam industri plastik, antara lain dapat dipakai dalam pembuatan resin termoaktif dan sebagai pemacu dalam proses pengerasan. Kelompok Zeolit ini juga digunakan untuk menghilangkan kesadahan dalam industri deterjen, menjernihkan kelapa sawit, menyerap zat warna pada minyak hati ikan hiu, sebagai katalisator pada proses gasifikasi batubara yang berkadar belerang dan/atau nitrogen tinggi yang menghasilkan gas bersih Kata Kunci: Hiatus, Kala Esosen-miosen, Tinggian Roo, Biostratigrafi Nanno Plankton ABSTRACT Nannoplankton of twenty one samples from Roo Rise (MD982156 core) obtained during MD III - IMAGES IV Expedition were analysed for biostratigraphic study. The samples were taken by using giant piston core. This core is located in Indian Ocean, south of East Jawa, outer part of Jawa Trench. The results of the study indicate that, based on nannoplankton biostratigraphy of the study area, there are eight zones namely: Discoaster multiradiatus, D. prepentaradiatus, D. asymmetricus,

jurnal nannoplankton

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: jurnal nannoplankton

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 6, No. 3, Desember 2008

154

HIATUS PADA KALA EOSEN-MIOSEN TENGAH DI TINGGIAN ROO, SAMUDRA HINDIA, BERDASARKAN BIOSTRATIGRAFI NANNOPLANKTON

Oleh:

Mimin K. Adisaputra 1) dan M. Hendrizan 2)

1) Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Jl. Dr. Junjunan 236, Bandung 401742) Pusat Penelitian dan Pengembangan Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Cisitu Lama,

Bandung, [email protected]

SARI

Nanoplankton dari dua puluh satu percontoh dari Tinggian Roo (MD982156) yang diperolehselama Ekspedisi MD III - IMAGES IV telah dianalisis untuk kepentingan penelitian biostratigrafistudy. Percontoh sedimen diambil dengan menggunakan penginti isap yang besar sekali (giant pistoncore). Lokasi daerah telitian adalah di Tinggian Roo, Samudra Hindia, Selatan Jawa Timur, di luarParit Jawa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan nanoplankton, biostratigrafi daerah telitiandapat dibagi ke dalam 8 Zona yakni zona-zona: Discoaster multiradiatus, D. prepentaradiatus, D.asymmetricus, Pseudoemiliania lacunosa, D. brouweri, D.brouweri-oceanica, Gephyrocapsa oceanicadan Emiliania huxleyi.

Umur Paleosen ditunjukkan dengan adanya Discoaster multiradiatus sebagai spesies yangdominan, sedangkan sedimen yang berumur Miosen Akhir adalah D. prepentaradiatus.

Sedimen lempung tufaan pada kedalaman 30 m bawah dasar laut ke bagian paling bawah daripenampang yang didominasi oleh mineral Phillipsite, ternyata mengandung nanoplankton yangberumur Paleosen, sedangkan dari kedalaman 30 m ke bagian atas dari penampang sedimen ditutupisecara langsung oleh sedimen yang berumur Miosen Akhir – Holosen. Jadi di lokasi penelitian ini telahterjadi hiatus antara Eosen sampai paling tidak bagian bawah dari Miosen Akhir.

Adapun Phillipsit dikenal sebagai mineral yang secara authigenic terjadi di laut dalam yang bisaberasal dari hasil kegiatan gunung api. Manfaat mineral Phillipsit di dalam industri plastik, antaralain dapat dipakai dalam pembuatan resin termoaktif dan sebagai pemacu dalam proses pengerasan.

Kelompok Zeolit ini juga digunakan untuk menghilangkan kesadahan dalam industri deterjen,menjernihkan kelapa sawit, menyerap zat warna pada minyak hati ikan hiu, sebagai katalisator padaproses gasifikasi batubara yang berkadar belerang dan/atau nitrogen tinggi yang menghasilkan gasbersih

Kata Kunci: Hiatus, Kala Esosen-miosen, Tinggian Roo, Biostratigrafi Nanno Plankton

ABSTRACT

Nannoplankton of twenty one samples from Roo Rise (MD982156 core) obtained during MD III -IMAGES IV Expedition were analysed for biostratigraphic study. The samples were taken by using giantpiston core. This core is located in Indian Ocean, south of East Jawa, outer part of Jawa Trench.

The results of the study indicate that, based on nannoplankton biostratigraphy of the study area,there are eight zones namely: Discoaster multiradiatus, D. prepentaradiatus, D. asymmetricus,

Page 2: jurnal nannoplankton

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 6, No. 3, Desember 2008

155

Pseudoemiliania lacunosa, D. brouweri, D.brouweri-oceanica, Gephyrocapsa oceanica dan Emilianiahuxleyi.

Paleocene sediment is indicated by the presence of Discoaster multiradiatus as the dominant speciesand Late Miocene sediment is indicated by the presence D. pentaradiatus.

The sediments from 30 m down to the base of the core, which is dominated by Phillipsite minerals(Zeolite Group), is composed of nannoplankton of Paleocene age, whereas from 30 m below sea floor (bsf)to the top of the core, the sediment is directly overlain by the sediment of Late Miocene – Holocene ages.Therefore there was a hiatus occurred in the study area between Eocene to at least the lower part of LateMiocene.

Phillipsite is known as an authigenic mineral deposited in the deep sea that could be derived from thevolcanic activity products. This mineral has a benefit in the plastic industry that can be used in makingthermoactive resin and as a catalyst in hardening process.

The Zeolite Group is also used in removing hardness in detergen industry, cleaning palm oil,absorbing color in lever oil of shark and as a catalyst in coal gasification having high sulphur andnitrogen producing clean gas.

Keyword: Hiatus, Eosen-miosen ages, Roo Rise, Biostratigrafi Nanno Plankton

PENDAHULUAN Ekspedisi MD III - IMAGES IV

dipersiapkan dalam rangka program IMAGES(International Marine Global Changes Study),Program pemboran dari IGBP-PAGES(International Geosphere – Biosphere ProgramPast Global Changes) yang berafiliasi denganSCOR (Scientific Committee on OceanicResearch). Ekspedisi antara PemerintahIndonesia dengan Perancis ini menggunakanKapal Peneliti Marion Dufresne, yangmempunyai kemampuan unik dalampengambilan percontoh sedimen yaknimenggunakan penginti isap yang besar sekali(giant piston core). Kapal Peneliti ini milikinstitusi Perancis IFRTP (French Institute forPolar Research).

Tujuan dari penyelidikan MD III - IMAGESIV adalah untuk menghimpun data sedimendasar laut di perairan Indonesia denganmelakukan pemboran dengan penginti isap yangbesar.

Beberapa percontoh sedimen, terutama diLaut Banda Sea, diambil dengan menggunakanteknik pengerukan (dredging technique), sebagaibagian dari studi geodinamik yang diusulkanoleh The University of Western Britany, Brest,Perancis.

Pelayaran yang dilaksanakan di perairanIndonesia (Leg 1) dimulai dari Jakarta andberakhir di Bitung (Manado), Sulawesi Utara.

Lokasi penelitian adalah pemboranMD982156 yang terletak pada koordinat 11˚33,31’S dan 112˚ 19,72’ T, di Tinggian Roo,

Samudra Hindia, Selatan Jawa Timur, di luarParit Jawa (Gb. 1).

Lama pelayaran adalah dari 18 Juni sampai16 Juli 1998. Chief Scientist dari fihak Perancisadalah Dr. Franck BASSINOT, yang dibantu olehCo Chief Scientists François GUICHARD danLuc BEAUFORT, dan dari fihak Indonesia adalahDr. Safri Burhanuddin dari UniversitasHasanudin, Ujung Pandang.

Pada pelayaran ini, dua puluh sembilanpercontoh sedimen telah berhasil, denganpanjang pencapaian sedimen yang lebih dari 35m. Tiga di antaranya, lebih dari 50 m, denganpemboran yang paling panjang mencapai 55.40m(MD 982172).

Tujuan dari penelitian adalah untukmenyusun biostratigrafi berdasarkannanoplankton dan kejadian-kejadian yangmenyertainya selama pengendapan sedimenpada pemboran di lokasi ini.

Penelitian-penelitian sebelumnya, di bagianutara dari daerah telitian, yakni di sebelah utaradari Parit Jawa (Gb. 2), yang berhubungandengan biostratigrafi berdasarkan nanoplankton,telah dilaporkan oleh Nishida (1987). Diamenunjukkan bahwa pada bagian dasar daripemboran P1 dan P2 (lihat Gb. 2) termasuk kedalam zona NN. 19 atau CN. 14/ Plistosen Awalsedangkan P3 termasuk ke dalam NN. 20 atauCN 14b/Plistosen Akhir. Spesies penunjuknyaadalah Gephyrocapsa oceanica. Adapun sedimenpada lokasi P3 terdiri dari tufa, lempung tufaandengan beberapa kantung lapisan tufa padakedalaman (50-150 cm) dan 550-750 cm.

Page 3: jurnal nannoplankton

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 6, No. 3, Desember 2008

156

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar. 2. Lokasi penelitian, salah satu dari pemboran (MD 982156), pada EKSPEDISI IMAGES.Peta Diambil dari Joshima dan Honza (1987), dengan lokasi penelitiannya(G1,D1,D2,P1, P2 dan P3).

Page 4: jurnal nannoplankton

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 6, No. 3, Desember 2008

157

Adisaputra dan Hartono (2004), dalampenelitiannya di lokasi MD982156, yangmengupas masalah biostratigrafi berdasarkanforaminifera plankton, menyatakan bahwapenampang pemboran di lokasi ini bisa dibagi kedalam 5 zona dan 6 subzonasi. Merekamengatakan bahwa bagian bawah dari pemboranantara kedalaman 30,30 m – 30 m di bawahdasar laut, sedimennya disebut non biogenik,karena sedimennya tidak mengandungforaminifera, sedangkan dari kedalaman 30 m kebagian paling atas dari penampang adalahmerupakan sedimen biogenik karena banyakmengandung foraminifera plankton. Metodeyang mereka gunakan adalah denganmenggunakan mikroskop binokuler denganperbesaran kurang dari 400x.

Adisaputra dan Hartono (2007), menulismengenai mineral Phillipsit dengan menambahdata beberapa bentuk dari mineral tersebut,dengan menggunakan Scanning ElectronMicroscope (SEM). Ternyata dengan perbesaranyang diambil antara 1000x sampai 20.000 x,ternyata bahwa banyak sekali nanoplanktonyang terakumulasi di atas mineral-mineraltersebut, bahkan kumpulan nanaplanktontersebut bersatu dengan lempung yangkemudian bertindak sebagai matrik yangmerekatkan mineral tersebut menjadi berbagaibentuk.

Dengan adanya kumpulan nanoplanktonpada mineral-mineral phillipsit yang hanyadijumpai pada bagian dasar dari pemborantersebut, penulis merasa tertarik untuk menelitikumpulan tersebut mulai dari kedalaman ini (30m) sampai ke bagian atas dari pemboran di lokasiini, dan ternyata kumpulan tersebut banyakdijumpai dalam jumlah yang melimpah sampai kebagian atas dari penampang.

Keterangan di atas yang menyatakan bahwasedimen pada bagian bawah dari penampangadalah merupakan sedimen non biogenik, adalahtidak tepat jika menggunakan metode penelitianyang berbeda.

Kumpulan nanoplankton ini banyak jugadijumpai di Cekungan Timurlaut Jawa yang telahdikenal banyak mengandung hidrokarbon yangtinggi, seperti yang dikemukakan oleh Hasjim(1988). Di dalam Formasi Kujung nannoplanktonbanyak dijumpai di dalam napal dan terbuktimerupakan sedimen induk yang baik untukminyak.

METODEDua puluh satu percontoh sedimen dari

pemboran dasar laut di lokasi MD 982156 yangdiambil setiap interval 1.5 m untuk analisismikrofauna, ditimbang dahulu (kurang lebih 50g)sebelum dan sesudah preparasi, kemudiandisaring dengan menggunakan ayakan yangbukaannya 150 m? dan dikeringkan padatemperatur 50°C. Setiap percontoh sedimenmasing-masing diambil dari bagian atas(Top)nya. Kode dari percontoh sedimen adalahT-1 yang diambil pada bagian paling atas daripotongan 1, T-2 diambil pada bagian paling atasdari potongan 2 dan seterusnya. Kemudiansebagian kecil dari percontoh sedimen tersebutdipreparasi untuk pekerjaan SEM (ScanningElectron Microscope) dengan perbesaran yangberkisar antara 1000x untuk foto kumpulan dansampai 20,000 x. untuk foto individu.

Kisaran umur dan penentuan taksonomidari nanoplankton spesifik, sebagian mengacukepada Perch-Nielsen (1985, dalam Cook drr.,1985) dan sebagian lagi mengacu kepadaHamilton dan Hojjatzadah (1982), Hasjim,(1988) dan Bown (1999). Adapun konversizonasi dari Martini (1970) dan Okada & Bukry(1980) disajikan dalam Perch-Nielsen (1985,dalam Cook drr., 1985) dan Bown (1999),sedangkan Hojjatzadah (1982) mengacu kepadazonasi Martini dan Worsley (1970). Umur, posisidan zonasi biostratigrafi dari nanoplankton didalam pemboran ini dibandingkan denganpekerjaan mereka. Batas setiap zonamenggunakan metode zona interval.Pemunculan Pertama (PP) dan PemunculanAkhir (PA) dari spesies yang spesifikdipertimbangkan untuk menentukan batassetiap zona.

Foto-foto fosil diambil dengan menggunakanalat Scanning Electron Microscope (SEM) milikPusat Survei Geologi, Badan Geologi,Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral,Bandung.

HASIL PENELITIANPada umumnya, sedimen pada lokasi

MD982156 terdiri dari lempung gampingan danlanau, berwarna putih kecoklatan atau putihkeabuan dan lempung tufaan, mengandungnanoplankton dalam jumlah yang melimpahmulai dari dasar sampai bagian paling atas daripemboran.

Page 5: jurnal nannoplankton

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 6, No. 3, Desember 2008

158

Di bagian dasar, pada kedalaman 30.30 msampai dengan T-21 (30.00 m), sedimen terdiridari mineral Phillipsit, yang berasal dariKelompok Zeolit yang mempunyai bentuk yangbervariasi, dan bentuk lain dari masakriptokristalin seperti Gibsit atau Hidrargilit(Adisaputra dan Hartono, 2004 dan 2007).Ketebalan dan pelamparan dari lapisan ini masihbelum diketahui. Hal ini bisa dilakukan denganmembuat beberapa pemboran lagi di sekitarlokasi telitian, dekat Parit Jawa.

Dengan pengambilan foto fosil yangmenggunakan alat SEM (Scanning ElectronMicroscope) seperti yang telah disebutkan diatas, terlihat dengan jelas bahwa bentuk-bentukdasar dari mineral-mineral Phillipsit tersebutdiikat oleh semen/sebagai matriks yangdidominasi oleh nanoplankton (Foto 1) danmembentuk macam-macam ikatan seperti lurus,bentuk T, melintang dsb, seperti yangdikemukakan oleh Adisaputra dan Hartono(2004 and 2007). Di dalam tulisannya Adisaputradan Hartono (2007) menyatakan bahwa mineralini hanya dijumpai sebagai authigenic origin dilaut dalam, yang kemungkinan berasal dariendapan tephra sebagai hasil kegiatan gunungapi. Meskipun sebelumnya Husaini (2006)menyatakan bahwa mineral ini tidak dijumpai diIndonesia, hal ini dimungkinkan karenapenelitiannya berasal dari darat. Setelahdiketahui bahwa bagian ini banyak mengandungnanoplankton, penulis mencoba menelitisedimen bagian atas yang menutupinya, danternyata fosil ini dijumpai dalam jumlah sangatmelimpah sampai ke bagian paling atas daripenampang (Tabel 1). Maka di dalam studi iniurut-urutan stratigrafinya bisa ditelitiberdasarkan nanoplankton, dengan menjadikantulisan sebelumnya mengenai urutan stratigrafiberdasarkan foraminifera plangton sebagaipembanding terhadap studi stratigrafi di lokasiyang sama.

Di bagian dasar dari penampang di lokasiMD982156 ini, nanoplanktonnya didominasioleh Discoaster multiradiatus yang berasosiasidengan D. strictus, D. adamanteus dan D. bifax.Berdasarkan adanya D. multiradiatus yangmendominasi sedimen, maka umurnya menurutPerch-Nielsen (1985, dalam Cook drr., 1985),diperkirakan Paleosen (CP8-9/NP10-11- Tabel2). Pada percontoh yang sama dijumpai D.strictus and D. bifax yang berumur Eosen, dan D.

adamanteus yang berumur Oligosen (Fig.3)dalam jumlah yang sedikit yang didugamerupakan fosil rombakan pada sedimenPaleosen ini.

Pada penampang T-20, spesiesCyclicargolithus floridanus, Calcidiscusmacyntirei, Discoaster brouweri, D.pentaradiatus, D. prepentaradiatus, D. variabilis,D. formosus dan D. surculus dijumpai. Di bagianini Discoaster spp. menjadi fosil yang dominan.Berdasarkan pemunculan pertama dari D.prepentaradiatus, yang berasosiasi dengan D.pentaradiatus, umur sedimen adalah bagianbawah dari Miosen Awal (CN7b/NN9) sampaiCN8a/ bagian bawah dari NN 10. Keberadaan D.formosus di dalam sedimen ini didugamerupakan fosil rombakan dari umur MiosenAwal atau Tengah (CN4/NN5).

Di bagian atas dari T-19, Cyclococcolithusleptoporus berasosiasi dengan Discoasterbrouweri, D. pentaradiatus dan Helicosphaera sp.dan Discoaster spp.masih tetap mendominasibagian ini. Ke arah atas, pada penampang T-18,di bagian paling atasnya, Discoasterpentaradiatus masih ada, berasosiasi dengan D.asymmetricus, Umbilicosphaera rotula,Cyclococcolithus leptoporus, Coccolithus pelagicusdan Helicosphaera kamptneri. Pemunculanpertama dari D. asymmetricus is terjadi di sini,menandakan bahwa CN 8b/NN10 dimulai padalevel ini dan berakhir di bagian puncak dari T-13, di mana pemunculan akhir dari D.prepentaradiatus dan pemunculan pertama dariPseudoemiliania lacunosa terjadi di dalampercontoh sedimen ini.

Menurut Perch-Nielsen (1985, dalam Cookdrr., 1985), umur Pseudoemiliania lacunosaberkisar dari bagian atas dari Pliosen Awal (CN11b) sampai bagian bawah dari Pliosen Akhir(CN 12b). Di daerah telitian spesies ini pertamakali muncul pada T-14 dan masih dijumpaisampai penampang T-03, di atas pemunculanpertama dari Emiliania huxleyi. Hal inikemungkinan bahwa untuk daerah telitian,spesies ini bisa hidup sampai Plistosen.

Pada penampang T-12 sedimenmengandung spesies-spesies Discoasterbrouweri, Pseudoemiliania lacunosa,Umbilicosphaera rotula, Cyclicargolithusfloridanus, Calcidiscus macyntirei andCoccolithus pelagicus.

Page 6: jurnal nannoplankton

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 6, No. 3, Desember 2008

159

Pemunculan akhir dari D. asymmetricusterjadi di dalam percontoh T-11 pada bagianbawah Pliosen Akhir (CN 12b/NN16b),sedangkan pemunculan akhir dari D. brouweriterjadi di dalam percontoh T-10. pada bagianatas dari Pliosen Akhir (CN 12d/NN18d).

Pada penampang T-9, the sedimenmengandung spesies-spesies Cyclicargolithusfloridanus, Cyclococcolithus leptoporus,Pseudoemiliania lacunosa, Gephyrocapsaoceanica dan Coccolithus pelagicus. Padapenampang ini Gephyrocapsa oceanica pertamakali muncul, menunjukkan bahwa level initermasuk ke dalam umur Plistosen (CN14a-b).

CN13 sendiri dipisahkan oleh pemunculanakhir dari D. brouweri dan pemunculan pertamadari Gephyrocapsa oceanica.

Batas CN 14b/CN 15 didasarkan ataspemunculan pertama dari Emiliania huxleyiyang mulai muncul pada percontoh T-06.

Biostratigrafi Bor Inti MD 982156Pada bagian bawah dari penampang antara

kedalaman 30,30 m – 30 m below sea floor (bsf)yang sedimennya tersusun oleh mineralPhillipsite banyak dijumpai akumulasinanoplankton, tetapi sama sekali tidakmengandung foraminifera. Bagian ini tersusunoleh kumpulan nanoplankton dari umurPaleosen, yang dicirikan dengan asana dominasispesies Discoaster multiradiatus.

Di atas 30 m bawah dasar laut sampai bagianatas dari penampang, ada 8 (delapan) kejadianpenting yang bisa diungkapkan melaluinanoplankton di dalam kurun waktu antaraMiosen Akhir sampai Holosen di daerahpenelitian: 1. Pemunculan Pertama (PP) dari Discoaster

prepentaradiatus2. Pemunculan Pertama (PP) dari Discoaster

asymmetricus3. Pemunculan Akhir (PA) dari Discoaster

prepentaradiatus4. Pemunculan Pertama (PP) dari

Pseudoemiliania lacunosa5. Pemunculan Akhir (PA) dari Discoaster

asymmetricus6. Pemunculan Akhir (PA) dari Discoaster

brouweri7. Pemunculan Pertama (PP) dari Gephyrocapsa

oceanica

8. Pemunculan Pertama (PP) dari Emilianiahuxleyi

Pemunculan Pertama (PP) dari Discoaster prepentaradiatus

Menurut Perch-Nielsen (1985, dalam Cookdrr., 1985), Discoaster prepentaradiatus umurnyaadalah Miosen Akhir dan berkisar antara NN 9 –NN 10 (CN 7b to CN 8b), sedangkan D.pentaradiatus berkisar dari Akhir Miosensampai Awal Pliosen yaitu antara CN 7a/lowerpart of NN 9) sampai Pliosen Awal (CN 12c/NN17), seperti halnya yang dinyatakan oleh Martini& Worsley (1970, dalam Hamilton danHojjatzadah,1982).

Di daerah telitian pemunculan pertama dariDiscoaster prepentaradiatus dan pemunculanakhir dari D. pentaradiatus dijumpai dalam levelyang sama.

Pemunculan Pertama (PP) dari Discoaster asymmetricus

Perch-Nielsen (1985, dalam Cook drr.,1985), menyatakan bahwa pemunculan pertamadari Discoaster asymetricus adalah pada CN 8b/bagian atas dari NN 10 (tentatif) tetapikenyataannya bisa pada NN 14/CN 10d).Martini&Worsley (1970, dalam Hamilton danHojjatzadah,1982) menempatkan pemunculanpertama dari spesies ini pada NN 14. Okada &Bukry (1980) berpendapat bahwa spesies inimuncul pertama kali pada CN 11b. Di daerahtelitian spesies ini berasosiasi denganDiscoaster pentaradiatus dan D.prepentaradiatus, dan dijumpai di ataspemunculan pertama dari spesies yangdisebutkan terakhir. Karena itu pemunculanpertamanya diperkirakan terjadi di dalam CN8b.

Pemunculan Akhir (PA) dari Discoaster prepentaradiatus

Menurut Perch-Nielsen (1985, dalam Cookdrr., 1985), pemunculan akhir dari Discoasterprepentaradiatus adalah di dalam CN 8b.

Pemunculan Pertama (PP) dari Pseudoemiliania lacunosa

Menurut Martini & Worsley (1970, dalamHamilton dan Hojjatzadah,1982)Pseudoemiliania lacunosa muncul pertamadalam NN 16 atau CN 12a. Di daerah telitian

Page 7: jurnal nannoplankton

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 6, No. 3, Desember 2008

160

spesies ini dijumpai dalam T12 dan berasosiasidengan Discoaster prepentaradiatus.

Pemunculan Akhir (PA) dari Discoaster asymmetricus

Menurut Perch-Nielsen (1985, dalam Cookdrr., 1985), pemunculan akhir dari Discoasterasymmetricus adalah di dalam CN 12c/NN 17.

Pemunculan Akhir (PA) dari Discoaster brouweriPara peneliti terdahulu (Martini, 1971,

Okada & Bukry,1980 dan Perch-Nielsen,1985,dalam Cook drr., 1985 ) menempatkanpemunculan akhir dari Discoaster brouweriadalah di dalam CN 12d. Dalam hal ini penulissetuju dengan pendapat mereka.

Pemunculan Pertama (PP) dari Gephyrocapsa oceanica

Okada & Bukry (1980) menyatakan bahwapemunculan pertama dari Gephyrocapsa oceanicaadalah pada CN14a, dan pemunculan akhirnyamenurut Martini (1970), adalah pada batasNN19/NN 20. Batas ini menurut Okada & Bukry(1980) dan Martini & Worsley (1970, dalamHamilton dan Hojjatzadah,1982), ditandaidengan pemunculan akhir dari Pseudoemilianialacunosa. Di daerah telitian, spesies yangdisebut terakhir masih dijumpai sampai bagianbawah dari CN 15 atau di atas pemunculanpertama dari Emiliania huxleyi, Helicosphaerahyalina dan Gephyrocapsa muellerae.

Pemunculan Pertama (PP) dari Emiliania huxleyi

Batas CN 15/ NN 21 ditandai denganpemunculan pertama dari Emiliania huxleyi, dimana spesies ini mulai dijumpai pada T-06. Padazona ini, selain spesies tersebut, juga dijumpaifosil Helicosphaera hyalina dan Gephyrocapsamuellerae, yang diperkirakan mempunyaikisaran umur yang sama.

Para penulis terdahulu (Martini, 1971,Okada & Bukry,1980 dan Perch-Nielsen,1985,dalam Cook drr., 1985 ) menempatkan Emilianiahuxleyi yang mulai muncul pada batas CN 14b/NN 20 and CN 15/NN 15.

Zona BiostratigrafiSkema zona dari Martini & Worsley

(1970, dalam Hamilton dan Hojjatzadah,1982),Martini (1971), Okada & Bukry (1980), dan

Perch-Nielsen (1985, dalam Cook drr., 1985)paling banyak dipakai untuk membuat zonasidasar di dalam penelitian ini. Skema zona inimenggunakan datum pemunculan pertama danpemunculan akhir dari spesies indek denganmenggunakan zona selang/interval dan ZonaPuncak.

Berdasarkan analisa dari beberapa spesiesnanoplankton yang spesifik,daerah penelitian bisa dibagi ke dalam 8(delapan) Zona sebagai berikut:

1. Zona Discoaster multiradiatus 2. Zona Discoaster prepentaradiatus 3. Zona Discoaster asymetricus 4. Zona Pseudoemiliania lacunosa 5. Zona Discoaster brouweri 6. Zona Discoaster brouweri- Gephyrocapsa

oceanica 7. Zona Gephyrocapsa oceanica 8. Zona Emiliania huxleyi

Zona Discoaster multiradiatus Zona puncak ini ditandai dengan

melimpahnya spesies Discoaster multiradiatus.Spesies ini mendominasi zona ini. Taxa yangmempunyai kisaran yang signifikan secarabiostratigrafi yang melalui zona ini adalahDiscoaster strictus dan Discoaster spp.

Zona Discoaster prepentaradiatus Batas bawah dari zona ini tidak jelas karena

sedimen yang terletak di bawahnya mempunyaiumur Paleosen. Tetapi, Discoasterprepentaradiatus diduga muncul pertama kali didalam zona ini. Batas atas dari zona ini ditandaidengan pemunculan pertama dari Discoasterasymetricus. Spesies ini berasosiasi denganHelicosphaera kamptneri dan Umbilicosphaerarotula.

Zona Discoaster asymetricus Batas bawah dari zona ini ditandai dengan

pemunculan pertama dari Discoaster asymetricusdan batas atas dari zona ini ditandai denganpemunculan akhir dari Pseudoemilianialacunosa. Taxa yang spesifik dijumpai di siniadalah Discoaster asymmetricus, Discoasterpentaradiatus, Discoaster prepentaradiatus,Pseudoemiliania lacunosa dan Umbilicosphaerarotula.

Page 8: jurnal nannoplankton

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 6, No. 3, Desember 2008

161

Zona Pseudoemiliania lacunosa Batas bawah dari zona ini ditandai dengan

pemunculan pertama dari Pseudoemilianialacunosa dan batas atas dari zona ini ditandaidengan pemunculan akhir dari Discoasterasymmetricus. Di dalam zona ini ada spesiespenting seperti Discoaster brouweri danUmbilicosphaera rotula.

Zona Discoaster brouweri Batas bawah dari zona ini ditandai dengan

pemunculan akhir dari Discoaster asymmetricusdan batas atasnya ditandai dengan pemunculanakhir dari Discoaster brouweri.

Zona Discoaster brouweri- Gephyrocapsa oceanica

Batas bawah dari zona ini ditandai denganpemunculan akhir dari Discoaster asymmetricusdan batas atasnya ditandai dengan pemunculanpertama dari Pseudoemiliania lacunosa.

Zona Gephyrocapsa oceanica Batas bawah dari zona ini ditandai dengan

pemunculan pertama dari Gephyrocapsa oceanicadan batas atasnya ditandai dengan pemunculanpertama dari Emiliania huxleyi. Helicosphaerahyalina dan Gephyrocapsa muellerae.

Zona Emiliania huxleyi Batas bawah dari zona ini ditandai dengan

pemunculan pertama dari Emiliania huxleyi.Taxa yang signifikan di dalam zona ini adalahEricsonia detecta, Gephyrocapsa muellerae,Pseudoemiliania lacunosa dan Umbilicosphaerarotula.

DISKUSIStudi biostratigrafi berdasarkan

nanoplankton di Tinggian Roo, di luar Parit Jawa,memperlihatkan urut-urutan stratigrafipenampang MD 982156 mulai dari Paleosensampai dengan Holosen, sedangkan menurutAdisaputra dan Hartono (2004) kisaran umurberdasarkan foraminifera plankton disebutkanmulai dari Miosen Akhir sampai denganHolosen. Selanjutnya mereka memisahkanantara lapisan biogenik (mengandungforaminifera) dengan lapisan non biogenik (tidakmengandung foraminifera) dengan batas yangsejajar (concordant).

Lapisan non biogenik hanya terdiri darilapisan lempung tufaan yang mengandungbanyak sekali mineral phillipsit (± 40%). Mineralini pertama kali ditemukan daerah telitian yangterakumulasi di dalam sedimen yang pada waktuitu umurnya dinyatakan lebih tua dari MiosenAkhir. Penemuan jenis mineral ini memangbelum ada dalam publikasi sebelumnya.Meskipun informasi ini tidak ditujukan untukindustri ekonomi, paling tidak mineral inimemang ada di daerah telitian sebagai endapanlaut dalam, pada kedalaman dasar laut 3,884 m;30 m bawah dasar laut.

Tetapi menurut Suyartono dan Husaini(1992) dan Iwasaki drr., (1995, dalam Husaini,2006) mineral phillipsite tidak dijumpai diIndonesia selain klinoptilolit dan mordenit. Halinilah yang memacu penulis untuk mengetahuikebiasaan dari mineral langka ini untuk ditelitilebih lanjut (lihat Adisaputra dan Hartono,2007).

Dengan metode yang berbeda ternyata disekitar mineral tersebut dijumpai akumulasinanoplankton dalam jumlah yang melimpah, danbahkan nanoplanktonnya sendiri banyakdijumpai sebagai matriks yang merekatkanmineral phillipsit menjadi bentuk-bentuk yangbervariasi.

Dari hasil urutan stratigrafi berdasarkannanoplankton, ternyata di daerah telitiandijumpai adanya rumpang waktu/hiatus, yangjika didasarkan atas foraminifera planktonseperti yang dibahas oleh Adisaputra danHartono (2004), kejadian tersebut tidak terlihat.Rumpang waktu itu terjadi pada kala Eosensampai paling tidak bagian bawah dari MiosenAkhir.

Spesies yang paling tua dijumpai di daerahtelitian adalah multiradiatus, yang mempunyaiumur Paleosen (Tabel 1). Di atasnya langsungdiendapkan sedimen yang tidak mengandungmineral phillipsit yang berumur Miosen Akhir,yang ditandai dengan munculnya fosil Discoasterprepentaradiatus. Pemunculan pertama darispesies ini kemungkinan masih ke bawah lagi,yang di daerah telitian terpotong oleh kejadianhiatus.

Rumpang waktu tersebut diduga sebagaiakibat dari suatu aktivitas gunung api, sepertiyang ditandai dengan banyaknya mineralphillipsit, yang menyapu sedimen di atasPaleosen sehingga mengakibatkan perubahan

Page 9: jurnal nannoplankton

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 6, No. 3, Desember 2008

162

struktur dasar laut, atau penunjaman sedimenke dalam Parit Jawa. Setelah kejadian tersebut,di bagian atasnya, secara sejajar/concordantlangsung diendapkan sedimen yang berumurMiosen Akhir.

Akumulasi nanoplankton yang telah dikenalsebagai batuan induk di luar daerah telitian yangprospek menghasilkan minyak adalah diCekungan Timurlaut Jawa, yang sekarangdioperasikan dan dianggap sebagai primadonadari Exxon Oil company.

Kemungkinan daerah telitian juga bisadianggap sebagai sedimen induk kalau ditinjaudari segi umur (Paleosen berdasarkan adanyaDiscoaster multiradiatus).

Menurut Hardjatmo dan Husaini (1997,dalam Husaini, 2006), mineral phillipsitmempunyai arti penting disamping mineral-mineral lainnya seperti klinoptilolit, kabazit,mordenit and ironit. Tetapi menurut Suyartonodan Husaini (1992) dan Iwasaki drr., (1995,dalam Husaini, 2006) mineral phillipsit tidakdijumpai di Indonesia selain klinoptilolit danmordenit. Di daerah telitian yang lokasinya dilaut dalam ternyata mineral ini banyak dijumpaidalam berbagai bentuk yang diikat olehnanoplankton yang bertidak sebagai matriksAdisaputra dan Hartono (2007).

Husaini (2006) menyebutkan manfaatmineral ini di dalam industri plastik, yang antaralain dapat dipakai dalam pembuatan resintermoaktif dan sebagai pemacu dalam prosespengerasan. Kelompok Zeolit ini juga digunakanuntuk menghilangkan kesadahan dalam industrideterjen, menjernihkan kelapa sawit, menyerapzat warna pada minyak hati ikan hiu, sebagaikatalisator pada proses gasifikasi batubara yangberkadar belerang dan/atau nitrogen tinggi yangmenghasilkan gas bersih.

SIMPULAN• Studi biostratigrafi berdasarkan

nanoplankton di Tinggian Roo, di luar ParitJawa, telah memberikan gambaran bahwa didaerah telitian dijumpai sedimen yangberumur Paleosen.

• Dengan adanya sedimen berumur Paleosentersebut, yang ditindih langsung secarakonkordan oleh sedimen yang berumurMiosen Akhir, menunjukkan bahwa didaerah telitian telah terjadi rumpang waktu/

hiatus, yaitu kehilangan waktu mulai dariEosen sampai sebagian dari Miosen Tengah.

• Hilangnya waktu tersebut, kemungkinandiakibatkan oleh kegiatan gunung api,mengingat di dalam sedimen tersebutbanyak mineral phillipsit, atau adanyapenunjaman sedimen yang berumur Eosentersebut ke dalam Parit Jawa, karena diatasnya langsung diendapkan sedimen yangberumur Miosen Akhir.

• Spesies yang menunjukkan umur Paleosenadalah Discoaster multiradiatus, sedangkanyang berumur Akhir Miosen adalahDiscoaster prepentaradiatus.

• Berdasarkan analisa beberapa spesiesnanoplankton yang spesifik, daerah telitiandapat dibagi ke dalam 8 (delapan) Zona yaitu:Discoaster multiradiatus, Discoasterprepentaradiatus, Discoaster asymetricus,Pseudoemiliania lacunosa, Discoasterbrouweri, Discoaster brouweri- Gephyrocapsaoceanica, Gephyrocapsa oceanica danEmiliania huxleyi

• Ditemukannya pertama kali mineralPhillipsit (masuk Kelompok Zeolit) yangmelimpah di bagian dasar dari penampang,diduga bahwa di daerah telitian telah terjadikegiatan volkanik pada kala itu (Paleosen).Mineral ini secara authigenic terjadi di lautdalam.

• Manfaat mineral Phillipsit di dalam industriplastik, antara lain dapat dipakai dalampembuatan resin termoaktif dan sebagaipemacu dalam proses pengerasan.

• Kelompok Zeolit ini juga digunakan untukmenghilangkan kesadahan dalam industrideterjen, menjernihkan kelapa sawit,menyerap zat warna pada minyak hati ikanhiu, sebagai katalisator pada prosesgasifikasi batubara yang berkadar belerangdan/atau nitrogen tinggi yang menghasilkangas bersih.

PEMERIAN SPESIES TERPILIHDiscoaster multiradiatus Bramlette & Riedel(1954)

Discoaster multiradiatus Bramlette &Riedel (1954); Perch Nielsen. 1985.h. 431,432, 434, 437, 438, 469, 472, 473, 481, 482.Deskripsi : Discoaster multiradiatusberbentuk mawar serta memiliki 16-35bagian pada ujung-ujungnya. Spesimen yang

Page 10: jurnal nannoplankton

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 6, No. 3, Desember 2008

163

tua memiliki area pusat yang relatif besarhingga menyebar ke bagian distal,sedangkan pada bentuk yang lebih muda,tonjolan pada area pusat sedangberkembang.

Umur : Paleosen Akhir-Eosen Awal (CP. 8a– CP. 9b/NP. 9-NP. 11)

Discoaster prepentaradiatus Bukry & Percival(1971)

Discoaster prepentaradiatus Bukry &Percival (1971); Perch Nielsen. 1985.h. 447,475, 476, 478, 480.

Deskripsi : Discoaster prepentaradiatusmemiliki 5 lengan yang tersusun simetrisdan memiliki area pusat yang tidakberkembang, bercabang pada ujung-ujunglengannya. Sudut antara cabang pada ujunglengan bervariasi antara kurang dari 90ºpada bentuk holotype hingga lebih dari 120ºpada bentuk paratype.

Keterangan : Lengan pada Discoasterprepentaradiatus relatif lebih panjang danmemiliki susunan lengan yang simetrisdibandingkan dengan Discoaster moorei,Discoaster prepentaradiatus berbeda dariDiscoaster pentaradiatus dilihat dari lengan-lengan yang menyerupai payung sertamemiliki cabang pada lengannya yang kecildengan panjang yang tidak sama.

Umur : Miosen Akhir (CN. 7a - CN. 8b/NN.9- NN.10)

Discoaster asymetricus Gartner (1969c)

Discoaster asymetricus Gartner (1969c);Perch Nielsen. 1985.h. 442, 445, 448, 449,476, 477, 478, 479, 480, 513.

Deskripsi : Discoaster asymetricusmemiliki 5 buah lengan yang tersusun tidaksimetris serta tidak bercabang pada ujung-ujung lengannya. Sudut antar lengan tidaksama besarnya.

Umur : Akhir Miosen – Akhir Pliosen (CN.8b - CN. 12c/NN.10 - NN.17)

Pseudoemiliania lacunosa (Kamptner, 1963)

Pseudoemiliania lacunosa (Kamptner,1963); Perch Nielsen. 1985.h. 442, 445, 447,448, 449, 450, 511, 512, 513, 514.

Deskripsi : Psedoemiliania lacunosamelimpah pada Pliosen Tengah hinggaPlistosen Tengah. Pada holotype berbentukoval, bentuk ini dinamai Emiliania ovataoleh Bukry (1973c, dalam Perch-Nielsen,1985, dalam Cook drr., 1985), dianggapsebagai sinonim junior dari Pseudoemilianialacunosa. Disamping bentuk oval denganbeberapa belahan/celah pada distal shield.Pseudoemiliania lacunosa yang berbentukbulat hingga agak bulat juga ditemukan,umumnya lebih besar dan lebih lebardibandingkan dengan bentuk oval, lebihbanyak dan lebih teratur distribusi belahanpada distal shield. Bentuk bulat biasanyabanyak dijumpai pada daerah garis lintangrendah (hangat) dan temperatur maksimum,sedangkan bentuk lonjong umumnyadominan pada garis lintang tinggi dengantemperatur minimum.

Umur : Di daerah telitian kisaran umurnyadari Pliosen Awal bagian atas sampaiPlistosen Awal, berbeda dengan penulis-penulis sebelumnya (CN. 11b – CN. 21/NN.15-NN.21).

Discoaster brouweri Tan (1927)

Discoaster brouweri Tan (1927); PerchNielsen. 1985. h. 442, 445, 447, 448, 449,450, 511, 512, 513, 514.

Deskripsi : Discoaster brouweri berbentukbintang dengan 6 buah lengan yang panjang,menelungkup menyerupai payung dengan/atau tanpa tonjolan di daerah pusat yangterletak pada sisi cembung. Discoasterbrouweri berbeda dengan spesies denganlengan 6 lainnya yaitu dengan tidak adanyabagian yang bercabang pada ujung lengan.

Umur : Miosen Tengah (bagian atas) -Pliosen Akhir (CN. 6- CN 12d/NN.8-NN.18).

Gephyrocapsa oceanica Kamptner (1943)

Gephyrocapsa oceanica Kamptner (1943);Perch Nielsen. 1985.h. 429, 442, 445, 449,450, 511, 512, 513, 514.

Deskripsi : Gephyrocapsa oceanicamemiliki jembatan atau strukturmenyerupai jembatan berbentuk miringpada area pusat.

Page 11: jurnal nannoplankton

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 6, No. 3, Desember 2008

164

Umur : Plistosen – Holosen (CN. 14a – CN.15/NN.19-NN.21)

Emiliania huxleyi (Lohmann, 1902)

Helicosphaera huxleyi (Lohmann, 1902);Perch Nielsen. 1985.h. 429, 430, 442, 445,449, 450, 500, 502, 510, 511, 512, 513, 514,515.

Deskripsi : Emiliania huxleyi berukuransangat kecil (2-4μ) dan sulit ditentukandengan Light Microscope (LM). Pujos-Lamy (1977a, dalam Perch-Nielsen, 1985,dalam Cook drr., 1985) membedakan 2bentuk. Bentuk yang besar dapat dikenalidengan LM oleh ketiadaan jembatan dantersebarnya tungkai ganda pada bagiandistal shield sehingga membentuk huruf T.Area pusat ditutupi dengan sempurna olehkristal masif dan tidak teratur. Bentuk yangkecil sangat sulit dikenali dengan LM.Tungkai ganda sangat lemah karenaukurannya yang sangat kecil.

Umur : Plistosen - Holosen (CN 15/NN.21), kebanyakan Holosen

UCAPAN TERIMA KASIHPenulis sangat berterima kasih kepada

Bapak Ir. Subaktian Lubis MSc., KepalaPuslitbang Geologi Kelautan yang telahmemberikan izin untuk menginformasikanpenemuan ini kepada pihak pimpinan-pimpinanyang lebih tinggi, di jajaran Departemen Energidan Sumber Daya Mineral.

Kepada Frank BASSINOT dan FrançoisGUICHARD dari the Laboratory of CEA-CNRS,Centre des Faibles Radioactivités, Perancis,penulis mengucapkan terima kasih ataskerjasamanya yang solid baik pada waktu diKapal Riset Marion Dufresne maupun di dalampreparasi di laboratorium Gif-sur-Yvette.

Apresiasi yang tinggi penulis tujukankepada rekan-rekan seprofesi, Dr. Nur HasjimS.E. dari Lemigas, Prof. Dr. Sapri Hadiwisastradari Geoteknologi LIPI yang telah memberimasukan dan diskusi-diskusi yang sangatberharga bagi tersusunnya makalah ini.

Kepada Ir. Dida Kusnida M.Sc., penulismengucapkan terima kasih atas diskusi dansarannya sehingga penulis bisa menyelesaikanmakalah ini.

Kepada Sdr. Wikanda dari Pusat SurveiGeologi, Badan Geologi, yang telah membantupreparasi dan pemotretan baik mineral maupunfosil dengan alat SEM (Scanning ElectronMicroscope), yang karena foto-foto itu pulapenulis bisa menemukan hal-hal yang baru diLautan Hindia, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga.

ACUANAdisaputra, M.K. and Hartono, 2004. Late

Miocene – Holocene Biostratigraphy ofsingle core in Roo Rise, Indian Ocean,South of East Jawa. Bull. MarineGeological Institute, Vol 19, No.1.

Adisaputra, M.K. and Hartono, 2007. Phillipsitemineral in the deep sea sediment fromsingle core in Roo Rise, Indian Ocean.Jour. Research and the DevelopmentCentre of Technology of Mineral and Coal.In Press.

Bown, P., 1999. Calcareous NannofossilBiostratigraphy. Kluwer Academic Pub.,Dordrecht/Boston/London.

Cook.A.H., W.B.Harland, N.F. Hughes, A.Putnis, J.G. Schaler and M.R.A. Thompson(Eds.), 1985, Plankton Stratigraphy:Perch-Nielsen, K.(1985). CenozoicCalcareous Nannofossils, CambridgeUniversity Press, p. 427-554.

Hamilton,G.B. and M. Hojjatzadah, 1982.Cenozoic Calcareous Nannofossils – areconnaissance. Ellis Horwood Limited, p.136-167

Hardjatmo & Husaini, 1997. Study on theproperties of some Indonesian naturalzeolites. Indonesian Mining Journal (IMJ),Vol. 3, No. 1, February, ISSN 0854-9931.

Hasjim, N., 1988. Le Neogene Marin Du NordEst De Java, Indonesie. EtudeBiostratigraphique (Foraminiferes etNannoplancton). GEOMEDIA Fons-Troubado Chemin du Four 13100 Aix enProvence, France, 129 p, 6 pl.

Honza, E., M. Joshima, A. Setya Budhi and A.Nishimura, 1987. Sediments and Rocks inthe Sunda Fore Arc. Committee for Co-ordination of joint Prospecting for MineralResources in Asian Offshore Areas.

Page 12: jurnal nannoplankton

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 6, No. 3, Desember 2008

165

(CCOP) Technical Bulletin Vol. No. 19, p.63 - 68.

Husaini, 2006. Peningkatan pendayagunaanzeolit alam dan prospeknya di Indonesia.Pidato pengukuhan Profesor Riset BidangTeknologi Pemrosesan Mineral, PuslitbangTeknologi Mineral dan Batubara, Bandung.

Iwasaki,T., Itabashi, O., Hardjatmo, Suyartonoand Goto T., 1995. Study on utilization ofNatural Zeolite (1) Zeolites and bentonitesin Indonesia. Puslitbang Teknologi Mineraldan Batubara, Bandung.

Martini, E., 1970. Standard PaleogeneCalcareous Nanoplankton Zonation.Nature, 226, 560-1

Nishida, S., 1987. Calcareous NannoplanktonBiostratigraphy in the Sunda Area.Committee for Co-ordination of joint

Prospecting for Mineral Resources inAsian Offshore Areas. (CCOP) TechnicalBulletin Vol. No. 19, p. 70 – 72.

Okada, H. & H. Bukry, 1980. Suplementarymodification and introduction of codenumbers to the low-latitude coccolithbiostratigraphic Zonation (Bukry,1973;1975). Mar. Micropal., 5 (3), 321-5.

Rothwell, R.G., 1989. Mineral and mineraloidsin Marine Sediments, an opticalidentification guide. Deacon Laboratory,England.

Suyartono and Husaini, 1992. Tinjauan terhadapkegiatan penelitian karakteristik danpemanfaatan zeolit Indonesia yangdilakukan di PPTM Periode 1980-1991,Buletin PPTM Vol. 13, No. 4.

Keterangan Gambar

1. Nannoplankton yang terakumulasi di atas mineral Phillipsit

2, 4. Emiliania huxleyi (Lohman)3. Helicosphaera hyalina 5. Ericsonia detecta6. a. Gephyrocapsa oceanica Kamptner b. Gephyrocapsa muellerae Breheret7. a. Gephyrocapsa oceanica Kamptner b. Cyclicargolithus floridanus (Roth&Hay)8. a. Helicosphaera kamptneri Hay&Mohler b. Cyclococcolithus leptoporus

(Murray&Blackman) c. Cyclicargolithus floridanus (Roth&Hay)9. Pseudoemiliania lacunosa (Kamptner)10. Umbilicosphaera rotula11, 16. Calcidiscus macyntirei Bukry&Bramlette12. Cyclococcolithus leptoporus

(Murray&Blackman)13. a. Cyclicargolithus floridanus (Roth&Hay) b. Coccolithus pelagicus (Muller)Wise

14. a. Discoaster pentaradiatus Tan Sin Hok emend Bramlette&Riedel

b. Coccolithus pelagicus (Muller)Wise15. Discoaster prepentaradiatus 17. a. Calcidiscus macyntirei Bukry&Bramlette b. Cyclicargolithus floridanus (Roth&Hay) c. Discoaster prepentaradiatus18. Discoaster brouweri Tan Sin Hok19. Discoaster variabilis Martini&Bramlette20. a. Discoaster surculus Martini&Bramlette b. Discoaster asymmetricus Gartner21. Discoaster formosus Martni&Worsley22. Discoaster strictus Stradner23. Discoaster adamanteus

Bramlette&Wilcoxon24. Discoaster bifax Bukry25. Discoaster multiradiatus

Bramlette&Riedel

Page 13: jurnal nannoplankton

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 6, No. 3, Desember 2008

166

1

2

6

10

14

18

22

3

7

11

15

19

23

4

8

12

16

20

24

5

9

13

17

21

25

a

b

a

c

a

b

a

b

a

a

b

c

b

a

b

b

LEMBAR FOTO 1NANNOPLANKTON DI TINGGIAN ROO, SAMUDERA HINDIA