Click here to load reader
Upload
caprikon-ok
View
60
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBUATAN YOGURT
1. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini, yaitu :
a. Untuk mengetahui bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan yoghurt.
b. Untuk mengetahui cara pembuatan yoghurt yang baik.
2. DASAR TEORI
2.1 Yoghurt
2.1.1 Sejarah Yoghurt
Manusia telah mengenal dan mengakrabi yogurt selama kurang lebih
4000 tahun. Di daerah Timur Tengah, yogurt menjadi salah satu makanan pokok
sehari- hari, dibuat secara tradisional di rumah-rumah dan dikonsumsi oleh
seluruh lapisan masyarakat. Penduduk di belahan dunia tersebut percaya bahwa
hasil fermentasi susu dapat menjaga kesehatan tubuh dan mencegah dan
mengobati penyakit. Yoghurt sebenarnya merupakan minuman tradisional di
daerah Balkan dan Timur Tengah, tetapi saat ini sudah berkembang ke seluruh
dunia. Di Indonesia pun, belakangan ini yoghurt menjadi semakin populer.
Yoghurt disukai karena kesegarannya, aromanya yang khas dan teksturnya.
Citarasa khas pada yoghurt disebabkan oleh terbentuknya asam laktat, asam
asetat, karbonil, asetaldehida, aseton, asetoin, diasetil, dan lain-lain. Yoghurt
merupakan salah satu produk hasil fermentasi susu yang paling tua dan cukup
populer di seluruh dunia. Bentuknya mirip bubur atau es krim tetapi dengan rasa
agak asam. Kata "yoghurt" berasal dari bahasa Turki, yaitu "jugurt" yang berarti
susu asam. Itulah sebabnya sampai saat ini yoghurt sering juga disebut sebagai
"susu asam". Sejak zaman dahulu, yoghurt telah dikenal luas di seluruh dunia,
terbukti dari adanya berbagai nama yang digunakan untuk menyebut produk
áini. Beberapa diantara nama-nama tersebut adalah sostej (Hongaria), kiselaleka
(Balkan), zabady (Mesir dan Sudan), mast (Iran), roba (Irak), mazun (Armenia),
tiaourti (Yunani), cieddu (Italia), mezzoradu (Sisilia), tarho (Hongaria), fiili
(Finlandia), oxygala (Rumania), labneh (Libanon). Di negara-negara tersebut,
1
yoghurt dibuat dari susu sapi, susu kambing, susu kerbau dan susu kuda.
Yoghurt sejak dulu digemari di Eropa dan Amerika. Masyarakat Belanda
merupakan konsumen yoghurt tertinggi di dunia, kemudian disusul oleh Swiss,
Perancis, Jepang dan negara-negara lainnya. Walaupun tidak sepopuler di
Negara- negara barat, di Indonesia pun saat ini yoghurt sudah mulai dikenal luas
masyarakat. Produk ini dengan mudah dapat dijumpai di berbagai pasar
swalayan, dengan berbagai kemasan, warna dan citarasanya yang khas. Sejarah
ditemukannya fermentasi susu dimulai dengan cara yang tidak disengaja. Para
pengembara di padang pasir di Timur Tengah yang membawa persediaan susu di
wadah yang terbuat dari usus domba menjadi terkejut ketika mengetahui susu
yang akan diminumnya telah menjadi setengah padat. Ternyata susu tersebut
telah mengalami fermentasi akibat adanya bakteri dari usus domba.
Kemungkinan karena kehausan, maka minuman susu yang telah mengalami
fermentasi tersebut dengan terpaksa diminum juga. Ternyata rasa susu yang
telah mengalami fermentasi tersebut cocok dengan lidah pengembara. Akhirnya
susu yang difermentasi menjadi minuman yang lebih digemari dibandingkan
dengan susu segara. Rasa susu yang difermentasi tersebut lembut, asam
menyegarkan dan lebih awet. Penduduk di daerah tersebut kemudian
mempelajari proses pembuatan susu yang difermentasi. Mereka kemudian
mengetahui cara membuat susu fermentasi yang kemudian dinamakan yogurt
dengan menambahkan sedikit yogurt sebelumnya pada susu. Kebiasan ini
kemudian menjadi tradisi dan bagian dari kebudayaan minum yogurt secara
teratur (Widodo, 2002).
2.1.1 Varian Yoghurt
Yoghurt merupakan salah satu produk fermentasi susu yang memiliki
rasa asam dan berbentuk semI solid (Susanto dan Budiana, 2005; Hidayat, dkk.,
2006). Perubahan kimiawi yang terjadi selama proses fermentasi menghasilkan
suatu produk yang mempunyai tekstur, dan rasa yang khas (Hidayat, dkk.,
2006). Tipe yoghurt dapat dibedakan berdasarkan komposisi kimia, cara
pembuatan, rasa dan proses setelah inkubasi. Berdasarkan komposisi kimianya
yoghurt dapat dibedakan menjadi yoghurt kadar lemak tinggi, yoghurt kadar
lemak sedang dan yoghurt rendah lemak. Berdasarkan metode pembuatannya,
2
jenis yoghurt dapat dibagi menjadi dua yaitu set yoghurt dan stirred yoghurt. Set
yoghurt merupakan yoghurt yang difermentasikan dalam kemasan kecil
sehingga gumpalan susu yang terbentuk tetap utuh dan tidak berubah saat
pendinginan, Stirred yoghurt difermentasikan dalam wadah yang besar setelah
fermentasi, produk dikemas dalam wadah kecil sehingga gumpalan susu dapat
berubah bentuk. Berdasarkan rasa yoghurt dapat dibedakan menjadi yoghurt
alami yaitu tanpa penambahan perasa dan yoghurt buah yaitu penambahan
komponen cita rasa buah-buahan dan pewarna (Shah, 2003).
Di pasaran yogurt terbagi dalam dua jenis,yang pertama
adalah yogurt plain yaitu yogurt tanpa rasa tambah an dan yang kedua
adalah drink yogurt yaitu yogurt plain yang telah ditambahkan perasa
tambahan buah- buahan seperti rasa stroberi, jeruk ataupun leci oleh produsen.
Penyajian yoghurt pun tidak semata sebagai minuman kesehatan yang
menyegarkan. Sebut saja raita, hidangan yoghurt dengan jinten dan
sayur-mayur lazim dikosumsi oleh warga India dan Pakistan.
Sementara itu di Yunani, penduduknya menikmati tzatkiki, campuran
saladmentimun dengan yoghurt. Dari Indonesia sendiri, ada dadih. Produk susu
permentasi tradisonalsejenis yoghurt itu banyak terdapat di daerah Sumatra
Barat, Riau, dan Jambi (Wahyudi, 2006).
2.2 Manfaat Yoghurt
Bakteri asam laktat yang terdapat dalam yoghurt memberikan berbagai
manfaat untuk saluran pencernaan seperti meningkatkan sistem imun saluran
pencernaan yang dimediasi melalui mikroorganisme dalam saluran pencernaan.
Beberapa penyakit saluran pencernaan seperti intoleran terhadap laktose, infeksi
bakteri saluran pencernaan dapat dihambat melalui konsumsi yoghurt (Mazahreh
dan Omer, 2009).
Beberapa manfaat yoghurt yang ditimbulkan oleh bakteri asam laktat
dalam yoghurt yaitu :
1. Mengatasi Intoleran Laktosa
Laktosa intoleran adalah suatu kondisi dimana usus tidak dapat mencerna
dan menyerap laktosa secara sempurna. Hal ini terjadi karena terbatasnya
3
enzim laktase pada saluran pencernaan yang berfungsi dalam memecah
laktosa. Adanya luka karena virus atau gangguan saluran pencernaan pada
lapisan usus terutama pada sel-sel penghasil enzim laktase akan menyebabkan
produksi enzim laktase sangat terbatas. Tanda atau gejala seseorang
mengalami laktosa intoleran setelah minum susu adalah diare, mual, muntah,
dan gejala sakit perut lainnya. Bakteri asam laktat dalam yoghurt dapat
menguraikan laktosa susu menjadi monosakarida yaitu glukosa dan galaktosa,
sehingga susu mudah dicerna dan diserap tubuh. Selama proses pembuatan
yoghurt diperkirakan terdapat 30% laktosa susu yang diurai menjadi glukosa
dan galaktosa (Surajudin et al., 2006).
2. Menyeimbangkan Sistem Pencernaan
Bakteri dalam yoghurt akan menjaga keseimbangan flora normal usus,
sehingga dapat memperbaiki dan menyempurnakan fungsi pencernaan. Selain
itu, yoghurt juga memiliki daya antibiotika yang dapat menghindarkan
pembusukan dini dalam usus halus (Shah, 1999).
3. Menurunkan Kadar Kolesterol
Bakteri asam laktat dalam yoghurt dapat menghasilkan sejumlah asam
organic seperti asam propionat, dan asam orotat yang berperan dalam
penurunan kadar kolesterol. Asam propionat akan menghambat sintesis
kolesterol dalam hati dengan cara menekan aktivitas enzim 3-hidroksi-3-metil
glutaril CoA reduktase sebagai salah satu pemicu sintesis kolesterol.
Kemudian kolesterol dalam tubuh akan diubah oleh bakteri asam laktat dalam
yoghurt menjadi coprostanol, sebuah sterol yang tidak dapat diserap oleh
usus. Dengan demikian coprostanol dan sisa kolesterol akan dikeluarkan
bersama dengan tinja. Senyawa asam orotat dalam yoghurt akan bersaing
dengan kolesterol dari makanan untuk pembentukan kolesterol dalam hati
sehingga produksi kolesterol tetap normal (Suarsana et al., 2005).
4. Mencegah Kanker
Senyawa yang terkandung dalam yoghurt akan memacu sistem
pertahanan tubuh, seperti interferon dan sel NK (natural killer cell) yang akan
melawan tumor dan kanker. Selain itu, unsur probiotik dalam yoghurt akan
menekan pertumbuhan dan aktivitas mikroba usus halus yang memproduksi
4
senyawa racun atau asam lemak berantai pendek. Yoghurt juga akan
mengikat dan memindahkan senyawa karsinogen, memproduksi senyawa
antimutagenik yang akan menghambat munculnya kanker, dan memproduksi
senyawa butirat yang akan menstimulasi penghancuran sel abnormal yang
berpotensi menjadi sel kanker (Surajudin et al.,2006).
5. Mengatasi Infeksi Jamur dan Bakteri
Bakteri asam laktat dalam yoghurt akan menghasilkan suatu senyawa
antimikroba yang disebut bakteriosin, yang akan melawan infeksi mikroba
patogen dalam tubuh, seperti infeksi karena jamur Candida albicans dan
bakteri Helicobacter pylori. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
diketahui bahwa yoghurt bekerja secara sinergis jika digunakan bersama
dengan antibiotik biasa (Felley et al., 2003).
6. Kaya Kalsium
Dalam satu gelas yoghurt rata-rata terkandung sekitar 450 mg kalsium.
Mineral ini sangat bermanfaat bagi kesehatan kolon. Orang yang diet tinggi
kalsium seperti di negara Skandinavia, mempunyai tingkat kejadian kanker
kolorektal lebih rendah dibanding negara lain.
7. Sumber Protein
Satu gelas yoghurt tawar mengandung 10-14 gram protein atau sekitar 20
persen dan kebutuhan protein harian. Proses fermentasi membuat protein
yang ada pada yoghurt lebih mudah dicerna. Keberadaan protein yang mudah
dicerna serta asam laktat yang meningkatkan penyerapan mineral, membuat
yoghurt baik dikonsumsi oleh anak dengan gangguan penyerapan di saluran
cerna.
2.3 Kandungan Yoghurt
Proses pengasaman dan penggumpalan protein pada yoghurt membuat
yoghurt mudah dicerna oleh tubuh. Selain itu, keberadaan asam laktat pada
yoghurt juga membuat penyerapan kalsium di dalam tubuh menjadi lebih baik.
Komposisi gizinya mirip dengan susu, bahkan lebih lengkap dan jumlahnya
relatif lebih banyak, diantaranya mengandung vitamin B kompleks, kalsium, dan
protein. Selama proses fermentasi yoghurt berlangsung, terjadi sintesis vitamin
5
B kompleks, khususnya thiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2) dan
beberapa asam amino penyusun protein (Susanto dan Budiana, 2005).
Fermentasi gula susu (laktosa) menghasilkan asam laktat, yang berperan
dalam protein susu untuk menghasilkan tekstur seperti gel dan bau yang unik
pada yoghurt. Asam laktat yang membuat rasa asam pada yoghurt. Setiap 100
gram yoghurt mengandung 52 kkal; protein 3,3 gram; lemak 2,5 gram;
karbohidrat 4,0 gram; kalsium 120 mg; fosfor 90 mg; zat besi 0,1 mg; retinol 22
mg; dan thiamin 0,04 mg. Penambahan susu skim 3-5% dapat meningkatkan
nilai gizi yoghurt dan memperbaiki konsistensi. Penambahan bahan penstabil
(gelatin 0,1-0,3% atau agar atau alginat) dapat meningkatkan konsistensi dan
stabilitas produk. Penambahan sukrosa 4-11% dan buah segar dapat mengubah
cita rasa yoghurt sehingga lebih disukai terutama bagi orang yang kurang
menyukai rasa asam (Hidayat, dkk., 2006)
Tabel 1. Kandungan Beberapa Vitamin Penyusun Susu dan Yoghurt
Vitamin
(Unit/ 100 gram)
Susu Yoghurt
Murni SkimKadar Lemak
Tinggi
Kadar Lemak
Rendah
Vitamin A (IU)
Thiamin (B1)
Riboflavin (B2) (µg)
Piridoksin (B6) (µg)
Sianokobalamin (B12)
(µg)
Vitamin C (mg)
Vitamin D (IU)
Vitamin E (IU)
Asam folat (µg)
Asam Nikotinat (µg)
Asam Pantotenat (µg)
Biotin (µg)
Kolin (mg)
148
37
160
46
0,39
1,5
1,2
0,13
0,25
480
371
3,4
121
-
40
180
42
0,4
1,0
-
-
-
-
370
1,6
4,8
140
30
190
46
-
-
-
-
-
-
-
1,2
-
70
42
200
46
0,23
0,7
-
Trace
4,1
125
381
2,6
0,6
Sumber: Deeth and Tamime (1981) Journal of Food Protection
6
Tabel 2. Nilai Beberapa Senyawa Utama Penyusun Susu dan Yoghurt
Komposisi
(Unit/ 10 gram)
Susu Yoghurt
Murni Skim Full Fat Low Fat Fruit
Energi (kkal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Natrium (mg)
Kalium (mg)
67,5
3,5
4,25
4,75
119
94
50
152
36
3,3
0,13
5,1
121
95
52
145
72
3,9
3,4
4,9
145
114
47
186
64
4,5
1,6
6,5
150
118
51
192
98
5,0
1,25
18,6
176
153
-
254
Sumber: Deeth and Tamime (1981) Journal of Food Protection
2.4. Starter Yoghurt
Biakan (starter) yang digunakan dalam pembuatan yoghurt berfungsi
antara lain sebagai bahan pengawet. Bakteri yang digunakan dalam pembuatan
yoghurt biasanya terdiri dari simbiosis Streptococcus thermophilus and
Lactobacillus delbrueckii ssp bulgaricus. Kedua spesies bakteri ini tumbuh
secara sinergis dalam susu dan menghasilkan asam laktat, mengentalkan protein
susu dan memberikan aroma yoghurt yang spesifik. Rasa asam yang terbentuk
disebabkan oleh asam laktat yang asam laktat yang terbentuk selama proses
fermentasi. Terbentuknya asam laktat dari hasil fermentasi laktose dapat
mencegah pertumbuhan bakteri, khususnya bakteri yang tidak tahan terhadap
asam serta menghasilkan asam amino yang baik untuk pencernaan (Sirait, 1984,
Robinson, 2002; Malaka, 2007).
Dalam susu, L. bulgaricus akan mengubah laktosa menjadi asam laktat.
Bakteri ini bersifat termodurik dan homofermentatif, dengan suhu optimum
untuk pertumbuhannya sekitar 45oC. Kondisi optimum untuk pertumbuhannya
adalah sedikit asam atau sekitar pH 5,5. S. thermophilus adalah bakteri gram
positif berbentuk bulat, sering pertumbuhannya berbentuk rantai. Bakteri ini
7
dapat diklasifikasikan sebagai bakteri homofermentatif dan termodurik dengan
pH optimum untuk pertumbuhannya sekitar 6,5 (Helferich dan Westhoff 1980).
Klasifikasi Lactobacillus bulgaricus
Kingdom : Bacteria
Division : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Famili : Lactobacillaceae
Genus : Lactobacillus
Species : Lactobacillus delbrueckii
Subspecies : Lactobacillus delbrueckii Subsp. Bulgaricus
Gambar1. Lactobacillus delbrueckii Subsp. Bulgaricus
Prinsip pembuatan yoghurt adalah fermentasi susu dengan menggunakan
bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Kedua macam
bakteri tersebut akan menguraikan laktosa (gula ásusu) menjadi asam laktat dan
berbagai komponen aroma dan cita rasa. Lactobacillus bulgaricus lebih berperan
pada pembentukan aroma,sedangkan Streptococcus thermophilus lebih berperan
pada pembentukan cita rasa yoghurt. Yoghurt yang baik mempunyai total asam
laktat sekitar 0,85-0,95%. Sedangkan derajat keasaman (pH) yang sebaiknya
dicapai oleh yoghurt adalah sekitar 4,5.
8
Klasifikasi Streptococcus thermophilus
Kingdom : Bacteria
Division : Firmicutes
Class : Cocci
Ordo : Lactobacillales
Famili : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : Streptococcus salivarius
Subspecies : Streptococcus salivarius Subsp. thermophilus
Gambar 2. Streptococcus salivarius Subsp. thermophilus
2.5 Bahan-bahan yang biasa dipergunakan:
2.5.1 Susu
Bahan baku susu untuk yoghurt dapat digunakan susu penuh, susu skim,
susu rendah lemak atau dengan penambahan lemak. Bahan baku harus
memenuhi persyaratan berikut : jumlah bakteri harus rendah, tidak mengandung
antibiotik, tidak mengandung bahan-bahan sanitizer, bukan kolustrum, tidak
terdapat penyimpangan bau dan tidak ada kontaminasi bakteri (Hidayat, et al.,
2006).
2.5.2 Gula
9
Jenis-jenis gula (dekstrosa, sukrosa, sirup glukosa) digunakan sebagai
formulasi untuk menghasilkan flavour, tekstur dan karakteristik akhir yang
diinginkan. Gula-gula tersebut juga menyediakan substrat yang diperlukan
selama fermentasi untuk menghasilkan asam laktat. Gula disamping sebagai
sumber rasa (manis) juga merupakan sebagai sumber energi yang baik untuk
mikroorganisme. Semakin besar jumlah gula ditambahkan maka substrat yang
tersedia bagi mikroba semakin banyak dan pertumbuhannya semakin banyak dan
cepat sehingga aktivitas mendegradasi laktosa dan bahan organik lainnya
menjadi asam organik semakin tinggi pula ( Malaka, 2007).
2.5.3 Emulsifier
Agensia pengemulsi, baik alami maupun buatan, digunakan secara luas
dalam penyiapan bahan makanan. Penstabil ini meningkatkan viskositas hasil
olah sehingga memperbaiki stabilitas emulsi. Stabilizer yang bisa digunakan
adalah CMC, alginate, keragenan, dan gelatin dengan konsentrasi 0,5 sampai
0,7% ( Malaka, 2007).
2.5.4 Kultur Starter
Kultur yoghurt mempunyai peran penting dalam proses fermentasi.
Komposisi starter harus terdiri dari bakteri termofilik dan mesofilik. Yang umum
digunakan adalah Lactobacillus bulgaricus dengan suhu optimum 42-45oC dan
Streptococcus thermophilus dengan suhu optimum 38-42oC. Perbandingan
jumlah starter biasanya 1 : 1 sampai 2 : 3. Jumlah inokulan yang ditambahkan
sebesar 2-3% campuran kultur Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophilus dengan perbandingan 1 : 1 untuk yoghurt. Proses fermentasi
dilakukan sampai pH 4,4 – 4,5 yang diikuti dengan terbentuknya senyawa-
senyawa asam laktat, asam asetat, asetaldehid, diasetil, dan senyawa volatil
lainnya serta total solid pada yogurt cukup besar (Hidayat, et al., 2006).
2.6 Cara Pembuatan Yogurt
2.6.1 Teori Fermentasi
Fermentasi dalam bahasa latin yaitu “fervere” yang mendidih atau
menyebut aktivitas yeast pada ekstrak bir dan larutan malt. Peristiwa pendidihan
terjadi karena terbentuknya gelembung oleh proses katabolisme dalam ekstrak
10
bir atau larutan malt. Secara biokimia, fermentasi dapat diartikan sebagai
pembentukan energi melalui proses katabolisme senyawa organik. Karena
penggunaan fermentasi banyak ditemukan dalam individu, maka untuk aplikasi
dalam industri, fermentasi diarahkan pada suatu proses untuk mengubah bahan
bakar menjadi suatu produk dengan menggunakan sel mikro (Hidayat, et al.,
2006).
Penentuan media fermentasi yang paling tepat untuk suatu proses
fermentasi memerlukan pemilihan khusus. Namun pada dasarnya semua
organisme membutuhkan air, sumber energi, karbon, nitrogen, vitamin dan
oksigen pada proses aerob. Proses fermentasi pada pembuatan yoghurt
menggunakan biakan campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophylus (Hidayat, et al., 2006).
2.6.2 Teori Lactobacillus
Untuk membedakan spesies Lactobacillus bulgaricus dengan spesies
lactobacillus lainnya dasar utama identifikasinya adalah sifat fisiologi dan
biokimia, terutama kemampuan memfermentasikan karbohidrat asam diglukosa
tanpa memproduksi CO2 (sifat homofermentatif galaktosa positif, laktosa positif,
fruktosa positif dan sukrosa negatif). Disamping itu, sifat fisiologi utama yang
diujikan untuk membedakannya adalah berdasarkan toleransinya terhadap suhu
dan pH. Menurut Buchanon dan Sharpe. Lactobacillus bulgaricus termasuk
subgrup thermobacterium yang dapat tumbuh pada suhu 15 – 450C dan toleransi
pH antara 5,5 sampai 5,8 (Helferich dan Westhoff 1980).
2.6.3 Teori Bahan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenalberaneka ragam susu yang
beredar dipasaran seperti susu sapi murni cair, susu krim, susu kental manis, dan
susu kedelai. Kedelai dipilih sebagai bahan baku susu karena dipandang
memiliki nilai gizi yang tinggi, diantara kacang-kacangan lainnya. Kadar protein
kedelai memang tinggi.
Pada dasarnya, semua biji-bijian dapat diproses menjadi susu termasuk
kedelai maupun kecipir. Susu apapun asalnya, selama bersih dan dibuat dari
bahan yang memiliki kandungan gizi tinggi merupakan sumber nutrisi yang
amat berarti bagi tubuh kita ( Malaka, 2007).
11
2.6.4 Cara Pembuatan Yoghurt
1. Mula-mula susu dipateurisasi, dengan merebus pada suhu antara 80-
90oC selama 30 menit.
2. Kedalam susu ditambahkan gula pasir sebanyak 4-5% dan gelatin
sebanyak 0,5% agar menjaga tekstur yang dihasilkan stabil. Untuk
menambah aroma, dapat ditambah esen melon secukupnya.
3. Dinginkan susu yang telah dipanaskan sampai suhunya mencapai 40-
44oC.
4. Inokulasikan biakan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophillus sebanyak 2% dari jumlah susu yang akan
difermentasikan, kemudian tutup tempat susu tersebut
5. Kemudian diinkubasi pada suhu sekitar 43oC selama tiga jam atau
smpai tercapai pH 4-5.
6. Ditambahkan potongan buah-buahan setelah itu diinkubasi lebih lanjut
selama 1 jam.
7. Dinginkan susu yang telah mencapai pH 4-5 pada suhu 5oC.
(Rochintaniawati, 2008)
2.6.5 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembuatan dan Penyimpanan
Yoghurt
Kebersihan merupakan hal yang harus sangat kita perhatikan, sehingga
sebaiknya semua alat yang digunakan direbus terlebih dahulu dalam air
mendidih selama 5-10 menit. Apabila kebersihan tidak dijaga dapat
mengakibatkan yoghurt tidak jadi, dengan ciri-ciri tidak berasam
walaupun berbentuk solid, di permukaan solid ditumbuhi jamur yang
berbentuk bintik-bintik hitam dan berbau asam yang sangat tajam(Hidayat,
et al., 2006).
Untuk yoghurt yang kita buat sendiri sebaiknya paling lama
penyimpanannya selama 1 minggu. Selain masalah kebersihan, masalah
penyimpanan yoghurt juga perlu untuk diperhatikan.Ada dua hal yang harus
diperhatikan yaitu :
1 . Y o g h u r t t i d a k b o l e h t e r k e n a s i n a r m a t a h a r i
12
2.Tidak boleh ditaruh dalam suhu ruangan,harus disimpan dalam
suhu dingin/kulkas tetapi juga tidak boleh diletakkan dalam
freezer. Yoghurt tidak boleh disimpan dalam freezer karena bahan
dasar yoghurt yang berupa susu dapat pecah dan justru itu akan
merusak yoghurt.
Tabel 3. Sebab-sebab Kegagalan Pembuatan Yogurt dan Cara Mengatasinya
Masalah Kemungkinan sebab Cara mengatasi
A. Yogurt tidak jadi
Susu pecah atau
menggumpal
saat dimasak.
Susu dimasak terlalu lama
atau api terlalu besar.
Susu dimasak dengan api
kecil atau sedang. Diaduk
secukupnya. Susu yang
pecah tidak dapat
digunakan lagi karena telah
rusak. Oleh sebab itu perlu
diganti dengan susu yang
baru.
Susu masam karena basi
atau terkena larutan asam.
Diganti dengan susu yang
baru. Jangan membiarkan
susu segar terlalu lama.
Pemasakan dan
penyimpanan di lemari
pendingin tak boleh lebih
dari 2 hari.
Susu tetap encer
meskipun sudah
lama disimpan.
Lupa menambahkan bibit. Membuat yogurt lagi
Bibit ditambahkan sebelum
susu dimasak.
Bibit harus dimasukkan
setelah susu dimasak.
Bibit ditambahkan saat susu
masih terlalu panas sehingga
bakteri dalam bibit mati.
Susu harus cukup hangat
(40–44°C) sebelum
memasukkan bibit. Untuk
memastikan, digunakan
termometer. Juga perlu
13
dihindari memasukkan
bibit yang baru diambil
dari lemari pendingin.
Bibit harus dikeluarkan dan
dibiarkan dulu mencapai
suhu ruangan.
Jumlah bibit terlalu banyak
atau terlalu sedikit.
Memasukkan bibit dalam
jumlah tepat yaitu 2–3%
atau 3–4 sendok makan per
liter susu.
B. Yogurt terlalu lama jadi
Yogurt lama
sekali jadi (lebih
dari 8 jam).
Susu difermentasi di suhu
yang terlalu panas terlalu
dingin, sehingga
pertumbuhan bakteri lambat.
Fermentasi susu di suhu
yang tepat (antara 40–
44°C). Perlu digunakan
termos atau alat pembuat
yogurt.
Jumlah bibit terlalu banyak
atau terlalu sedikit.
Memasukkan bibit dalam
jumlah tepat yaitu 2–3%
atau 3–4 sendok makan per
liter susu).
Susu terlalu kuat diaduk saat
dicampur bibit, sehingga
mengganggu keaktifan
starter.
Susu diaduk secukupnya
saja.
C. Yogurt jadi tetapi kurang enak rasanya
Yogurt terasa
kasar di lidah,
banyak
mengandung
butiran kecil.
Susu bubuk yang digunakan
bukan susu instan dan belum
larut benar.
Cara melarutkan susu
bubuk adalah
menambahkan air hangat
atau air panas ke dalam
tumpukan susu sedikit
demi sedikit. Dilakukan
sambil terus mengaduk
14
campuran hingga menjadi
adonan. Barulah
dituangkan air dalam
jumlah yang lebih banyak.
Agar lebih larut, campuran
ini dimasak selama 15–20
menit.
Rasa yogurt
hambar (kurang
asam).
Suhu fermentasi agak terlalu
tinggi (47–52°C), berakibat
keseimbangan dan kelakuan
L. bulgaricus dan S.
thermophilus dalam yogurt
terganggu. Produksi laktase
dan asam laktat pun
berkurang.
Suhu fermentasi diatur agar
tetap berada di antara 40–
44°C (atau dibaca petunjuk
dari pembuat bibit yogurt).
Disimpan lebih lama. Bila
ingin yogurt lebih asam
lagi, setelah fermentasi
ditambahkan asam dari
buah atau asam sitrat.
Rasa yogurt
terlalu asam.
Fermentasi terlalu lama
(lebih dari 1–2 hari),
mengakibatkan produksi
asam banyak.
Begitu yogurt jadi, segera
dimasukkan ke dalam
lemari pendingin untuk
menghentikan produksi
asam.
(Widodo,2002)
15
3. Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Panci email
Kompor atau alat pemanas lainnya
pH meter atau kerta pH
3.1.2 Bahan
Susu sapi segar sebanyak satu liter
Biakan murni bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophillus.
4. Cara Kerja
1. 1000 mL susu dipateurisasi pada suhu antara 80-90oC selama 30 menit.
2. Susu dibagi ke dalam 3 toples, masing-masing toples menampung 300 mL susu
panas.
3. Dinginkan susu hingga suhu ±37oC.
4. Inokulasikan starter yogurt, tutup toples.
5. Kemudian diinkubasi pada suhu sekitar 37oC selama 2 hari.
6. Dua hari kemudian yogurt diuji pH, uji organoleptis dan uji panelis.
Skema Kerja
16
1000 mL susu dipateurisasi pada suhu 80-90oC selama 30 menit
Inokulasikan starter yogurt, tutup toples
Diinkubasi pada suhu sekitar 37oC selama 2 hari
17
Susu yang telah mencapai pH 4-5 didinginkan pada suhu 5oC
Ditambahkan potongan buah-buahan lalu diinkubasi lebih lanjut
selama 1 jam
Dua hari kemudian yogurt diuji pH, uji organoleptis dan uji
panelis.
DAFTAR PUSTAKA
Forsythe, S.J. 2010. The Microbiology of Safe Food. Second ed.USA. Blackwell
Publishing
Halferich, W. dan D. Westhoff. 1980. AllAbout Yoghurt. Prentice - Hall Inc.,
Englewood Cliffs, NewJersey .
Hidayat, N., dan S. Sri. 2006. Mikrobiologi Industri, (cited 2011 Apr, 22). Available
from: http://2007.files wordpress.com/2008.03.fermentasi.pdf
Juff, H. and Associate Professor Hilton D. 2007. Scientific Evaluation of Pasteurisation
for Pathogen Reduction in Milk and Milk products. Food Standards australian
New Zealand
Malaka R. 2007 Ilmu dan Teknologi Pengolahan Susu. Makassar : Yayasan Citra
Emulsi.
Mazahreh, A.S. dan Omer T.M.E. 2009. The Benefits of Lactic Acid Bacteria in
Yoghurt on the Gastrointestinal Function and Health. Pakistan Journal of
Nutrition. Vol 8 (9). Hlm. 1404-1410.
Robinson, R.K., 2002. “Yoghurt, Role of Starter Cultures”, in Encyclopedia of Dairy
Science, edited by H. Roginski, J. Fuquay, P. Fox (Academic Press, United
Kingdom), pp. 1059-1063.
Rochintaniawati,D. 2008. Pembuatan Yoghurt. (cited 2012 May, 6). Available from:
http://www.warintekjogja.com/warintek/warintekjogja/warintek_v3/datadigital/
bk/yoghurt
Shah, N., 2003. “The Product and its Manufacture”, in Encyclopedia of Food Science
and Nutrition, edited by B. Caballero, L.Trugo, P. Finglas (Academic Press,
United Kingdom), pp. 6252-6259.
Sirait, C.H. 1984. Proses Pengolahan Susu Menjadi Yoghurt.Wartazoa. Vol. 4. Hlm. 5-8
Wahyudi,M. 2006. Proses Pembuatan dan Analisis Mutu Yoghurt. Bogor : Litbang
(cited 2011 Apr, 22). Available from:
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt111064.pdf
Widodo, W. 2002. Bioteknologi Fermentasi Susu. Malang : Universitas Muhammadiyah
(cited 2011 Apr, 22). Available from:
http://wahyuwidodo.staff.umm.ac.id/files/2010/01/FERMENTASI_SUSU.pdf
18