21

Click here to load reader

JURNAL MATA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JURNAL MATA

Chapter 102

Acid Injuries of the Eye

Darly R. Pfister Roswell R. Pfister

Pendahuluan

Asam dan bahan kimia lainnya telah menjadi hal yang biasa.Kami memanfaatkan variasi

tipe – tipe asam sehari – hari, dari asam muriatic (asam hidroklorik) yang digunakan dalam

penyeimbang pH dari asam sulfur pada baterai mobil. Asam juga memiliki peran yang

penting dalam industry – industry yang penggunaannya termasuk fabrikasi semikonduktor

dan pada pewarnaan dan industri pigment (zat warna). Cedera okular yang berasal dari

senyawa – senyawa ini bergantung pada kesepahaman terhadap modalitas pengobatan saat

ini dan prognosis.

Secara tradisional, cedera yang disebabkan oleh asam pada mata, untuk bagian

yang paling penting, dianggap agak kurang merusak jika dibandingkan dengan terpajan

dengan senyawa – senyawa alkaline (basa). Terdapat banyak perbedaan antara cedera yang

disebabkan oleh asam dan basa,yang utama adalah bahwa asam menyebabkan

pengendapan segera pada protein, yang bertindak sebagai penghalang/ barrier terhadap

penetrasi zat kimia lebih lanjut. Pajanan okular terhadap asam lemah atau asam kuat yang

sangat encer mungkin tidak memiliki efek langsung atau menyebabkan terjadinya jaringan

parut superfisial dengan kehilangan penglihatan derajat sedang.Tergantung pada

konsentrasi, kekuatan dan lamanya kontak terhadap asam menyebabkan spectrum yang

luas pada cedera mulai dari keratokonjungtivitis sedang hingga kehancuran bilateral

berupa kebutaan.Memang, terpajan dengan asam konsentrasi tinggi atau asam kuat dapat

mnyebabkan kerusakan yang identik terhadap yang ditimbulkan oleh cairan basa.

Pada tempat – tempat indutri, standar OSHA telah membantu meningkatkan

kewaspadaan pekerja terhadap berbagai macam bahaya di tempat kerja dan meningkatkan

tanggungjawab pekerja untuk memprakarsai pencegahan yang aman yang dibutuhkan

untuk menghindari cedera.Langkah – langkah tersebut tidak diragukan lagi dalam

mencegah banyak cedera okular.Meskipun menggunakan pakaian pelindung yang tepat,

termasuk penutup mata dan ketersediaan peralatan keamanan, langkah – langkah proteksi

yang hanya dapat digunakan sejauh itu.Banyak prosedur pabrik yang memerlukan asam

1

Page 2: JURNAL MATA

untuk digunakan pada tekanan atau temperature tinggi.Peralatan – peralatan yang dijual

secara komersial gagal sebagai ptoteksi terhadap kondisi ini yang menyebabkan kerusakan

okular dan cedera pada tubuh secara keseluruhan.

Di luar tempat industri, senyawa – senyawa asam biasanya ditemukan pada baterai

automobile, senyawa penghilang karat, zat – zat kimia untuk menurunkan pH, berbagai

caitan pembersih, cuka dan masih banyak lagi. Untungnya, banyak orang yang mengetahui

bahwa cuka bukan asam kuat atau tidak berbahaya. Dengan banyak komponen lainnya

yang berisi asam, kita mungkin tidak mengetahui atau menyadari potensi zat –zat tersebut.

Sebagai contoh, ada dua laporan akhir – akhir ini yang menyatakan terdapat cedera okular

yang berasal dari senyawa – senyawa kimia kulit, yang biasanya berisi trichloracetic acid

(TCA). Laporan – laporan ini juga menggambarkan bahwa penggunaan senyawa –

senyawa asam yang tidak sesuai atau tanpa memperhatikan pencegahan dan keamanan

yang tepat dapat menjadi berbahaya. Tanpa langkah – langkah aman yang tepat atau

pengetahuan khusus terhadap bahan – bahan yang digunakan, maka keadaan ini akan

sangat berbahaya.

Risiko terhadap pengunaan oleh teroris dari senyata pemusnah massal telah

lumayan menigkat pada tahun – tahun terakhir.Gas mustard adalah agen zat kimia yang

digunakan dalam perang pada permulaan Perang Dunia I dan paling sering diguankan di

Timur Tengah.Hal ini menjadi mekasnisme rangkap pada reaksi. Hal ini merupakan

molekul organik yang menyebabkan kulit dan paru melepuh dan terjadi interaksi dengan

kelembapan yang berlangsung secara cepat menyebabkan hidrolisis, menghasilkan asam

hidroklorik. Walaupun banyak interaksi okular yang muncul berlangsung singkat dan

termasuk konjungtivitis, nyeri, lakrimasi, ulserasi kornea dan fotofobia, masalah kronik

yang mungkin muncul seperti mata kering, jaringan parit pada konjungtiva dan kornea,

dan metaplasia pada skuamosa.Jika terkena asam yang berkonsentrasi tinggi dapat

menyebabkan kebutaan kornea.

Pemahaman zat – zat kimia yang bersifat asam dan biokimianya termasuk interaksi

asam dengan jaringan menyediakan platform yang berasal dari analisis yang tepat maka

pengobatan dapat berkembang.

Kimiawi Asam

2

Page 3: JURNAL MATA

Banyak definisi asam telah digunakan selama bertahun – tahun. Beberapa definisi asam

merujuk pada range pH tertentu misalnya pH di bawah 7.0, atau untuk sistem biologik,

nilai pH yang kurang dibandingkan tange fisiologik 7.4. Definisi yang lebih berguna

diajukan oleh Bronsted dan Lowry yang mendefinisikan asam sebagai substansi yang

menyumbang proton (H+).Penguraian adalah kecenderungan untuk molekul ke bentuk ion,

cation (+) dan anion (–), dalam cairan.Lebih jauh lagi, kekuatan suatu asam ditentukan

oleh penguraiannya menjadi proton – proton bebas dalam cairan.Penguraian yang lebih

besar menjadi proton – proton bebas, atau konsentrasi dari H+, asam yang lebih kuat, maka

nilai pH menjadi lebih rendah. Sebagai akibatnya, anion ditentukan kekuatannya dari

asam oleh keutamaan daripada kapasitasnya cepat dan hilang dengan korespondensinya

ion H+ dalam cairan.

Dalam penggolongan asam, berbagai metode digunakan. Salah satu metode adalah

dengan kekuatan asam: asam lemah versus kuat. Asam lemah seperti asam karbonat, yang

digunakan dalam minuman berkarbonasi, dan asam asetat (cuka) yang terurai secara

parsial. Asam – asam kuat seperti asam klorida (HCl) dan asam nitrit (HNO3) yang hampir

semuanya terurai sempurna dalam cairan. Sistem klasifikasi lain adalah organik (asam

asetat) versus inorganic atau asam mineral (asam klorida (HCl) dan asam nitrat[NHO3]).

Umumnya, asam organik lebih lemah daripada asam mineral. Interaksi asam kuat dan

asam lemah dengan jaringan biologis berbeda, yang akan dijelaskan pada bagian

selanjutnya.

Tanpa pembahasan asam dan basa dalam sistem biologik akan lengkap tanpa

menyebutkan penyangga. Sebuah penyangga (buffer) adalah cairan yang berjumlah kecil

yang tidak hanya basa kuat atau asam kuat yang dapat ditambahkan dan pH cairan berubah

sedikit.Cairan ini biasanya bercampur dengan asam organik lemah atau basa dalam cairan

dengan garam – garam yang sesuai.Buffer yang terpakai sekali pada ketidakseimbangan

antara asam organik atau basa dan garam yang terbentuk.Buffer menetralkan asam atau

basa yang ditambahkan hingga kapasitas penyangga tercukupi, kemudian terjadi

perubahan pH secara cepat dan luas.Buffer yang esensial untuk kebanyakan reaksi

biokimia karena banyak dari reaksi ini menghasilkan asam dan basa, dan reaksi selular

katalisis enzim berfungsi secara optimal dalam range temperatur dan pH yang sempit. Di

atas atau di bawah range optimal, laju reaksi enzim jatuh secara dramatis, menhentikan

reaksi. Sistem penyangga seluler dan ekstraseluler meminimalkan perubahan pH dengan

3

Page 4: JURNAL MATA

cara menetralisir asam dan basa yang dihasilkan. Ada tiga penyangga utama dalam tubuh

termasuk penyangga bikarbonat yang bereaksi secara ekstraseluler, penyangga fosfat untuk

proses – proses intraseluler, dan protein dengan karboksil (–COOH), atau kelompok amida

(–NH2) yang bertindak sebagai penyangga intramolekuler. Karena sistem penyangga

dimaksudkan untuk menetralisir sejumlah kecil asam dan basa lemah, sistem ini secara

cepat terbanjiri selama pajanan asam dan basa kuat.

Biokimiawi Cedera Akibat Asam Pada Mata

Cedera okular sebagai akibat terhadap beberapa zat kimia tergantung pada toksisitas,

konsentrasi, volume, penetrasi, dan lamanya pajanan.Penetrasi zat – zat kimia melalui

secara berturut – turut lapisan sel pada kornea dikaitkanpada bagian yang secara langsung

terhadap daya larut lipid dan secara terbalik pada ikatan potensial.Daya larut lipid yang

tinggi memungkinkan zat kimia secara cepat melintasi membran sel, dimana ikatan protein

yang tebal menghalangi pergerakan molekul melalui jaringan.Pada tingkat lokal, adherens

jaringan yang tinggi bertindak untuk membatasi penetrasi tetapi juga untuk jangka panjang

terhadap durasi pajanan.

Asam dan alkali pada dasarnya berbeda pada masing – masing interaksi dengan

jaringan tubuh. Agen – agen alkali melalui membran sel menyebabkan penetrasi yang

cepat dan dalam.Asam mengubah sifat dan mengendapkan protein, yang efektif

menurunkan penetrasi dari asam – asam lemah ke dalam jaringan yang membentuk suatu

lapisan untuk penetrasi yang lebih jauh lagi. Pada kornea, yang memiliki kemampuan

penyangga, pH dimulai dengan nilai normal selama 15 menit setelah terpapar dengan asam

lemah dan kemungkinan dinetralisir dalam waktu 1 jam. Pada keadaan lain, asam kuat

dapat melakukan penetrasi yang lebih dalam pada jaringan. Mekanisme penetrasi asam

kuat yang secara sebagian terjadi karena kekurangan kapasitas penyangga kornea.

Pada tahap awal, semua karakteristik dari asam – asam dimana diketahui asam

terdiri dari ion H+ bebasyang mengendapkan protein, tetapi menyisakan anion (–) yang

dapat juga menyebabkan kerusakan jaringanmelalui pengedapan dan pengikatan protein.

Anion pada asam dengan kemampuan pengikatan protein yang tinggi dapat menyebabkan

kerusakan kornea pada pH yang lebih tinggi (konsentrasi H+ lebih rendah daripada anion

dengan potensial ikatan yang lebih rendah).Seperti yang diajukan sebelumnya,

bagaimanapun, ikatan protein tinggi dapat menurunkan daya penetrasi pada jaringan.

4

Page 5: JURNAL MATA

Paparan asam pada segmen anterior pada mata menyebabkan sejumlah efek lain

yang melebihi perubahan sifat dan penegndapan protein. Tekanan intraocular meningkat

secara langsung selama penyusutan kolagen. Hal ini akan bertahan selama 3 jam melalui

elaborasi prostaglandin, yang mungkin dipicu oleh ion – ion H+ dalam aqueous. Level

asam asorbik menrurun tajam setelah cedera akibat asam untuk melepaskannnya dari

stroma dan pembersihan subsekuen oleh air mata.Level aqueous normal dari asam asorbik

adalah 20 kali dibandingakan dengan darah.Pada cedera yang berat, level asam askorbik

turun pada cairan aqueous setelah 24 jam. Dasar dari cairan ini mungkin mengalami

kerusakan terhadap mekanisme transport aktif dari proses proses silier atau kerusakan pada

sawar darah – aqueous (blood – aqueous barrier).

Mukopolisakarida yang secara inisial tak terluka tetapi kemudian baik yang

terbebas dari kerrsakan jaringan atau kehancuran selama minggu berikutnya setelah

cedera. Peristiwa ini mungkin berhubungan dengan kemampuan membasahi yang kurang

pada kornea yang cedera dan, secara klinis, menjadi punctate ephitelial erosions (PEEs)

awal pada proses penyembuhan yang kasus minimal (grade 1) terpapar asam. Kerusakan

epitel dapat menyebabkanhidrasi stroma pada 24 sampai 30 jam pertama setelah cedera,

tetapi jika endotel tidak mengalami kerusakan maka stroma dapat kembali normal

setelahreepitelisasi.

Glikolisis juga mengalami penurunan pada 3 sampai 4 hari pertama dan dan

menjadi luar biasa pada satu minggu pemamfaatan oksigen secara parallel. Proses – proses

ini mungkin sesuai terhadap eskalasi mekanisme perbaikan, atau kerusakan dari kornea

oleh pemasukan dari neutrophil polimorfonuklear yang mengarah ke ulserasi. Peristiwa

terhadap respon cedera akibat asam dapat berpengaruh luas mulai dari perubahan

sementara pada struktur dan fungsi kornea yang mengakibatkan perforasi dan kebutaan

kornea.

Beberapa asam yang setimpal secara khusus disebutkan dalam kaitannya terhadap

cedera asam kornea.Asam hidroflourik (HF) yang merupakan asam lemah, tetapi ion

fluoride (F-) merupakan anion yang paling reaktif yang diketahui. Anion bertindak sama

dengan alkali oleh pelarutan membran sel, menyebabkan penetrasi okular yang dalam.

Cedera yang berat dapat terjadi dari pajanan dengan iskemia yang ekstensif, defek epitel

persisten atau rekuren, plak kalsifikasi dari stroma kornea anterior, jaringan parut kornea

5

Page 6: JURNAL MATA

dengan konjunctivalisasi.Walaupun pengobatan terhadap paparan pada kulit dengan asam

HF, ekspansi teknik – teknik ini pada mata telah menunjukkan penyebab toksisitas okular

yang lebih jauh pada kebanyakan kasus.Pengecualian yang dilaporkan dalam sebuah

tulisan terlihat bahwa pada penggunaan heksaflurin sebagai dekontaminan pada kulit dan

mata untuk cedera akibat percikan HF dengan keberhasilan yang baik dalam dua kasus

okular dan 10 kasus kulit yang dibahas kembali.Pekerjaan yang lebih lanjut harus

dilakukan untuk memeriksa efektifitas terhadap heksaflourin pada cedera HF.

Asam sulfur (H2SO4) adalah salah satu penyebab yang paling sering dari cedera

okular dari asam. Hal ini berasal dari baterai – baterai mobil, dan karena formasi oksigen

dan gas hidrogen selama penggunaan baterai yang pencampuran dapat meledak pada

paparan percikan yang berterbangan atau api. Akibat cedera dapat karena terhadap akibat

pajanan asam dan daya ledakan.

Opasitas epitel yang terjadi dengan cedera asam nitrit (HNO3) berwarna kekuning

– kuningan, malahan biasanya warna putih pada kebanyakan asam, dan asam kromik

(H2CrO4), digunakan untuk membersihkan gelas laboratorium dan plat krom, dapat

menyebabkan perubahan warna cokelat pada konjuntiva dan konjunctivitis kronik.

Tiap asam – asam ini menyebabkan suatu cedera okular yang unik yang mungkin

membantu dalam identifikasi asam yang sama terhadap penatalaksanaan pada mata setelah

paparan.

Klasifikasi dan Prognosis dari Cedera Akibat Asam

Skema klasifikasi ini untuk cedera akibat asam yang mewakili sebuah modifikasi dari

salah satu penggunaan untuk cedera akibat alkali dan mewakili adaptasi yang lebih jauh

dari sistem pertama yang diajukan oleh Hughes.(Tabel 102.1).cedera yang dibedakan

berdasarkan atas luasnya kerusakan epitel, edema stroma sebagai sebuah ukuran dari

derajat penetrasi, dan iskemia limbal (pemutihan), sebagaimana cedera akibat alkali.

Dalam penggunaan sistem klasifikasi, keterlambatan dari 24 hingga 48 jam mungkin

dibutuhkan, untuk kesan klinis awal dapat lebih baik atau lebih buruk daripada cedera

yang sebenarnya. Sistem klasifikasi dimaksudkan hanya sebagai penuntun umum untuk

membantu menentukan prognosis dan pengobatan.Untungnya, kebanyakan cedera akibat

asam yang sedang (grade 3 atau kurang) yang membawa prognosis yang baik.

Perawatan Segera

6

Page 7: JURNAL MATA

Pengobatan dari cedera akibat asam yang serupa dengan manajemen cedera akibat alkali.

Seperti halnya zat – zat kimia yang terpapar pada mata, iritasi yang berkelanjutan dengan

air pembersih atau cairan non toksik yang seharusnya dimulai secepat mungkin dan

berkelanjutan selama lebih dari satu jam. Kelanjutan irigasi yang lebih lama, lebih cair

pada agen – agen yang berbahaya. Blepharospasme harus diatasi oleh daya selama irigasi

dalam hal terpapar pada seluruh permukaan okular dan fornice untuk irigasi.Pencuci mata

yang adekuat, tetapi irigasi seharusnya tidak memperlambat jika cairan pembersih tersedia

segera. Jangan pernah menggunakan basa untuk menetralisir cedera akibat asam karena

hal ini merupakan senyawa yang mengakibatkan cedera.

Saat irigasi berlanjut, transfer untuk fasilitas gawatdarurat harusnya tersusun, dan

irigasi seharusnya berlanjut selama transport, jika memungkinkan.Normal salin yang steril

atau cairan ringer laktat yang terhubung dengan IV line. Sebuah irigasi contact lens

(Morgan Therapeutic lens or MorFLEX Lens (MT2000), Mor – Tan Inc. Po Box 8719,

Missoula, MT 59807) yang lebih baik untuk irigasi tetes sederhana, dan lensa dapat

digunakan dengan atau tanpa tetesan dari anestesi topical. Catatan bahwa lensa irigasi

seharusnya disusupi ke dalam mata untuk dialiri.

Tabel 102.1 Klasifikasi* dan Prognosis cedera akibat asam pada mata

7

Page 8: JURNAL MATA

Grade Opasitas epitel, kerusakan

Edema Stroma, opasitas

Keterlibatan Konjunctiva

Iskemia limbal (pemutihan)

Pemulihan 1 Penurunan penglihatan, 2 Parut, 3 Pembuluh Darah

(1) Minimal Mild haze, PEE +

Tidak ada, tidak ada

Eritema, Chimosis

Tidak ada Cepat 1,2,3 tidak ada

(2) Ringan Putih buram ++

Tidak ada sampai minimal, tidak ada

Eritema, Opasifikasi, Chimosis

Tidak ada Cepat 1,2,3 tidak ada hingga sedikit

(3) Sedang Putih buram ++ yang biasanya selama 24 – 36 jam.

Ringan hingga sedang, tidak ada

Opasifikasi, chemosis, petekie atau subconjuntiva hemoragik

Tidak ada hingga minimal

Penyembuhan epitel terjadi dalam 10 hari

1 ringan, 2 bekas luka anterior yang samar, 3 kecnderungan sedikit

(4) Berat Seluruh epitel putih buram ++ yang biasanya meluas setelah 24 – 36 jam

Sedang hingga berat, opasitas ringan yang mengaburkan iris secara detail

Opasifikasi, hemoragik. Nekrosis

≤ 1/3 Penyembuhan epitel terjadi dalam waktu nerminggu – minggu hingga berbulan, ulkus/ perforasi

1 sedang sampai berat, 2 bekas luka anterior yang sedang, 3 biasanya pembuluh darah perifer

(5) Sangat berat

Putih buram ++ (jika muncul) dan terkelupas dengan cepat

Ditandai, berat

Nekrosis yang meluas

>1/3 Perpanjangan (bulan – tahun), pengelupasan stroma mungkin dengan ulserasi/ perforasi

1,2,3 meluas, seperti cedera akibat alkali

* Keakuratan penentuan grade mungkin akan terlambat selama 24 – 36 jam+ PEE = Punctate Ephitelial Erossions++ Dengan asam kromik dan nitrit, epitel mungkin berubah warna menjadi kuning atau cokelat

Perawatan Akut

8

Page 9: JURNAL MATA

Pada bagian kegawatdaruratan, irigasi seharusnya berkelanjutan setelah memeriksa fornice

untuk partikel oleh inversi ganda dari kelopak mata dan menyapu dengan cotton swab

yang steril dan lembab.Jika cedera yang terjadi disertai ledakan, dalam kasus baterai

mobil, integritas okular harus dievaluasi dengan prioritas untuk manipulasi lebih jauh.

Irigasi tidak dapat dipaksakan cukup, irigasi jangka panjang dengan 1 sampai 2 liter

normal salin selama lebih 1 sampai 2 jam mungkin dikaitkan dengan jangka pengobatan

keseluruhan lebih pendek dan hasil yang lebih baik. Memang, terdapat manfaat dengan

penggunaan irigasi untuk jangka waktu yang lebih lama, misalnya 2 sampai 4 jam. Sebagai

indikator akhir, pemeriksaan pH air mata 5 sampai 10 menit berikutnya setelah irigasi

mungkin akan berguna, dan jika pH kurang dari 7 maka irigasi seharusnya dilanjutkan.

Irigasi berikutnya, pemeriksaan ophthalmologik yang lebih lengkap harus

dikerjakan, termasuk penglihatan, pemeriksaan eksternal, pemeriksaan dengan slit lamp,

termasuk epitel dan limbal, edema stroma, dan tekanan intraokular. Evaluasi awalterhadpa

stroma mungkin sulit membuktikan jika opasitas pada epit; benar – benar ada, tetapi

keterlibatan limbal nyata pada grade 4 dan 5 pada cedera. Keterlambatan penilaian pada

stroma edema pada 24 dampai 48 jam mungkin dibutuhkan.

Pengobatan awal temasuk cakupan dengan antibiotik spectrum luas untuk melawan

infeksi yang terjadi pada kerusakan epitel.Dengan kerusakan epitel yang sedang hingga

luas, pertimbangkan untuk memberikan antibiotik ointment seperti ciprofloxacin.Agen –

agen cycloplegiclong – actingsedang dapat digunakan untuk menurunkan nyeri akibat

spasme siliar, wlaupun atropine dapat memperlambat penyembuhan epitel dan stroma

secara cepat.Jika glaucoma muncul, beta bloker tipikal atau agen α2 adrenergik dapat

digunakan.Beberapa kasus mungkin memerlukan carbonic anhydrase inhibitor oral, dan

kasus – kasus yang membandel mungkin membutuhkan parasintesis secara berkala selama

beberapa hari pertama. Memang, pada cedera yang berat parasintesis menjadi pilihan

terapetik yang dizinkan untuk menormalisasi pH ruang anterior secara lebih cepat,

khusunya jika keseimbangan cairan garamyang digunakan untuk membentuk kembali

ruang setelahnya. Obat – obatan anti inflamasi non steroid topical seharusnya digunakan

dengan hati – hati karena terdapat kemungkinan peluruhan kornea yang dikaitkan karena

penggunaan obat – obatan anti inflamasi nonsteoid pada konjungsi dengan defek epitel.

Kontrol nyeri dapat dicapai dengan pemberian agen – agen oral.Pasien dengan cedera berat

tidak merasakan nyeri selama anestesi akibat kerusakan saraf.Cedera dengan inflamasi

9

Page 10: JURNAL MATA

yang signifikan dan/ atau iritis sekunder mungkin bermanfaat dari kehati – hatian

penggunaan steroid topical pada 7 sampai 10 hari pertama.Bagaimanapun penggunaan

steroid diluar waktu ini dapat meningkatkan kemungkinan ulserasi dan perforasi

kornea.Hal ini menjadi masalah apakah steroid topikal menyusutkan bekas luka pada

kornea.

Asam askorbik sistemik (vitamin C) yang telah ditunjukan pada hewan percobaan

untuk mengurangi laju ulserasi korneapada cedera akibat asam.Terapi ini dipelajari di

bawah percobaan klinis untuk cedera akibat alkali menggunakan kedua steroid, baik oral

maupun topikal 10%.Grade cedera yang sedang atau hingga lebih berat menunjukan

manfaat dengan pemberian vitamin C oral / atau sitrat, tetapi tanpa penelitian yang

dilakukan pada manusia yang lebih jauh, kami tidak dapat menyimpulkan secara definitif

bahwa suplemen ini menguntungkan.

Perawatan subakut dan intermediat

Pemeriksaan yang sering selama fase awal setelah cedera membenarkan observasi pada

perkembangan kembali epitel kornea, ulserasi daninfeksi.Kerusakan pada mata atau/

kelopak mata dapat menyebabkan pola berkedip abnormal dan lagoftalmus. Salap, tidak

dapat menjaga air mata buatan, atau gel dapat membantu, tetapi taping atau patching

kelopak mata dalam keadaan tertutup, tarsorrhaphy parsial, atau skin graft awal mungkin

diperlukan.

Symblephara awal dapat segaris dengan bata kaca.Penjahitan plastik menyelimuti fornice

di antara permukaan konjuntiva atau penempatan sebuah cincin symblepharon dalam

fornice dapat digunakan tetapi keduanya tidak dapat dibuktikan untuk membantu. Terapi

terbaru telah dimanfaatkan secara luas atau multipel bagian – bagian dari membran

amniotik dijahit ke konjunctiva pada penyusunan kembali conjunctiva fornice pada kasus

Steven – Johnson, sebuah pendekatan potensial yang dapat diaplikasikan terhadap cedera

mata karena zat – zat kimia.

Defek epitel yang persisten dapat menjadi sulit untuk diselesaikan. Riset yang

dilakukan pada primate telah menunjukkan bahwa cedera sentral akibat asam yang berat

pada adherensi epitel yang buruk, awalnya karena ketidakmampuan untuk

menggunakanmembran dasar asli yang rusak dan kemudian dari sejumlah penyebab

termasuk pembentukan yang lambat pada membran basal, segmentasi dari lapisan

10

Page 11: JURNAL MATA

Bowman, dan edema stroma yang ringan. Sebagai tambahan penggunaan terapi yang

disebutkan untuk mata kering dan paparan terhadap cakupan epitel, sebuah balutan soft

contact lens mungkin membantu. Secara teoritis, phototerapheutik keratomy dengan laser

mungkin berguna untuk pengobatan defek epitel persisten dengan menghilangkanmembran

basal yang rusak. Pada percobban pada hewan, laju reepitelisasi berikutnya setelah cedera

akibat asam dan alkali meningkat dengan ablasi laser. Akhir – akhir ini, membran amniotik

yang telah digunakan untuk menutupi cedera pada mata yang diakibatkan zat kimia untuk

mengembangkan reepitelisasi kornea. Dengan antigeniknya yang rendah, struktur

membran basal yang tebal, inhibisi proteinase, dan aktivitas anti inflamasi akan

menjelaskan mengapa membran amniotik efektif untuk rekontruksi permukaan pada kasus

defek kornea persisten setelah cedera akibat zat asam. Pada cedera zat – zat kimia berat,

membran amniotik telah menunjukan stabilisasi permukaan okular dan mengurangu

inflamasi, tetapi transplantasi sel stem limbal masih diperlukan saat defesiensi itu ada.

Saat limbal stem cells dihancurlan oleh zat – zat kimia, defek epitel bertahan, dan

penyembuhan terjadi oleh pertumbuhan ke dalamvaskuler dan konjuntiva epitel.Manfaat

penempatan stem cell pada cedera unilateral dengan salah satu transplantasi konjunctiva

autologous atau penyebaran ex vivo epitel limbal, dan pada kasus bilateral dengan

allogeneic keratoepithelioplasty (KEP), yang saat ini sedang diselidiki.Walaupun

pembedahan berlangsung lama dan tidak menarik, pada beberapa kasus hal ini hanya

harapan untuk menyelamatkan mata yang terkena cedera akibat zat kimia. Prosedur ini

dapat membantu untuk defek epitel yang membandel pada permukaan stem cell yang

hancur, tetapi waktu dan prognosis jangka panjang untuk prosedur ini didak diketahui saat

ini. sebagai tanbahan, satu dari kelemahan KEP adalah potensial yang diperlukan untuk

supresi sistem imun sistemik jangka panjang.

Kedua hal seperti infeksi dan ulserasi kornea yang steril dapat menyulitkan

penatalaksanaan pada cedera akibat zat – zat kimia dan dapat secara cepat mengarah pada

perforasi. Manajemen awal sama dengan beberapa ulkus lainnya, termasuk pencacatan

dimensi dan kedalaman, kultur dan pengunaan antibiotik. Di luar ukuran – ukuran ini,

dorongan utama pengobatan untuk ulkus steril telah diblok terhadap degradasi dari

kolagen yang tersisa menggunakan inhibitor kolegenasi topikal seperti acetylcystine atau

EDTA. Sayangnya, laju perforasi yang tinggi terjadi pada cedera berat, dan

11

Page 12: JURNAL MATA

mempertahankan integritas okular pada wajah yang jaringan nekrosis tersebar luas dan

ditantang untuk bekerja lebih keras lagi.

Sejumlah teknik dapat dikaji dengan ulkus perforasi atau perforasi yang akan

terjadi. Hal – hal ini termasuk termasuk aplikasi pada jaringan adhesive itu sendiri. Untuk

ukutan kecil, defek yang terlokalisir, graft patch kornea atau sklera untuk defek yang luas

dengan sejumlah jaringan nekrosis di sekitarnya, dan penetrasi keratoplasty untuk jatingan

nekrosis yang luas. Teknik – teknik yang juga dijelaskan untuk menutupi perforasi sentral

dengan scleral strip atau bahan sintetik di mana cyanoacrylate dipakai untuk membuat

patch sementara sesegera oleh penetrasi keratoplasty. beberapa aplikasi yang

menganjurkan cyanoacrylate dan contact lens untuk kasus – kasus dengan ulkus steril

dengan penipisan yang berat atau perforasi yang akan terjadi yang diartikan sebagai

progresif yang terhenti. Pilihan lain ketika dihadapkan dengan penipisan progresif adalah

penempatan conjunctival flap, tetapi hal ini jarang dinilai karena kekurangan jaringan

yang dapat berthana hidup dan inflamasi pada jaringan sisa. Nekrosis pada penutup dapat

juga terjadi. Sebagai tambahan, penutup dapat menyebabkan keratoplasty ke depannya

yang lebih sulit karena vaskularisasi pada stroma. Untuk prosedur ini yang

dipertimbangkan, jumlah yang adekuat konjubgtiva yang tidak rusakpada mata ipsilateral

harus dilakukan mobilisasi, harapan yang tidak mungkin pada cedera akibat zat kimia yang

berat. Pada kasus – kasus berat dengan kerusakan limbal stem cell yang ekstensif dan

ulkus atau perforasi yang luas, penetrasi dari limbus ke limbus, maka graft mungkin dapat

dicoba untuk menyediakan stem cell mass dan kornea yang sehat. Gloukoma dan rejeksi

graft merupakan masalah berikutnya pada graft yang luas.

Jangka panjang

Pengobatan jangka panjang terhadap cedera akibat asam termasuk maksimisasi fungsi dan

restorasi penglihatan.Dalam salah satu laporan tentang penetrating keratoplasty (PK)

untuk cedera akibat zat kimia di mana cedera akibat asam dan alkalidievaluasi secara

terpisah. 11 PK yang diperiksa untuk cedera akibat asam dan 20 untuk cedera akibat alkali.

Jumlah – jumlah ini menekankan keseriusan secara alami terhadap cedera akibat asam

yang mana seperti cedera akibat alkali, yang sebenarnya memrlukan PK.

Proses rehabilitasi penglihatan sering diperlambat 1 hingga 2 tahun untuk memungkinkan

tenang, mata kembali stabil. Sebelum melakukan keratoplasty, abnormalitas kelopak mata

12

Page 13: JURNAL MATA

dan glukoma sekunder harus diperhatikan. Katup seton sering diperlukan karena bekas

luka kornes yang ekstensif. Allogenik KEP atau transplantasi conjunctiva autologous,

dengan atau tanpatransplatasi membran amniotik, atau ex vivo epitel limbal yang meluas

mungkin diperlukan untuk menyediakan banyak permukaan okular yang stabil dengan

penyediaan stem sel. Prosedur ini dapat dilakukan secara terpisah atau pada konjungasi

dengan PK. Symblephara dapat dibebaskan dari perlekatan anterior dan dapat kemudian

untuk digunakan membentuk konjungtiva palpebral pada refleksi posterior dan penjahitan

di tempat. Bahan donor yang segar dengan epitelium intak secara esensial bersamaan

dnegan usaha melindungi epitel selama kasus tersebut, termasuk frekuensi penerapan

viscoelastik dan cairan garam yang seimbang pada permukaan. Terlalu besarnya donor

dan penempatan ikatan jahitan nylon interrupted yang rekatif ketat yang dapat digunakan

pada vaskularisasi kornea yang memungkinkan kontraksi luka. Pada kasus dimana mata

kering menjadi faktor, oklusi puunctal seharusnya dipertimbangkan secara preoperative

dan tarsorrhaphy parsial seharusnya dipertimbangkan dalam intraoperatif atau postoperatif

segera. Seperti cedera akibat alkali, keratophostesis dapat dipertimbangkan untuk kedua

kasus bilateral ini di mana penglihatan tidak dapat dikembalikan sebaliknya atau pada

kasus bilateral yang telah menjalani meltipel graft yang gagal sebelumnya.

13