29
1 ANALISIS DAMPAK MOTIVASI DAN PROFESIONALISME TERHADAP KUALITAS AUDIT APARAT INSPEKTORAT DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Cirebon) Ida Rosnidah, Rawi, Kamarudin * ABSTRACT This research entitled is "The Impact of Motivation and Professionalism on the Aud quality of Inspectorate officers Financial Supervisory Areas (Empirical Studies in Ci regency governments)." The purpose of this study was to examine the impact of motivatio professionalism on audit quality. Common issues in this research is the findings that are not detected by the officers of the Inspectorate as an internal a by Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) as the external auditor. This study ha namely motivation and professionalism as independent variables and audit quality as variables. Motivation variables were measured with four indicators of the toughness, tenacity, and consistency. Variables measured with five indicators of pr thatis dedication to the profession, social obligations, independence, confidence in the profession, relations with other professions. While audit quality is measured by th of the process quality, quality results, and quality audit, follow-up audit. Method is explanatory or Confirmation Research. The sampling dataof this studyusingcensus techniques. The data analysis used is simple regression analysis and mult population chosen was the auditor in charge of the Inspectorate of Cirebon. The sam were 30 respondents. Based on the research that has been done, it can be seen that motivation on audit quality is 12.6%, but not significant impact, professionalism i quality by 41.9% and significantly positive. While, motivation and professionalism simultaneously impact on audit quality by 38.3%. Keywords: Motivation, Professionalism, and Audit Quality. * Ketiganya : Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Swadaya Gunung Cirebon, Jl Pemuda No.32 Cirebon, Telp. 0231 –236745, Email : Ida Rosnidah [email protected]. 1

Jurnal Ida Unri

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS DAMPAK MOTIVASI DAN PROFESIONALISME TERHADAP KUALITAS AUDIT APARAT INSPEKTORAT DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Cirebon) Ida Rosnidah, Rawi, Kamarudin * ABSTRACT

This research entitled is "The Impact of Motivation and Professionalism on the Audit quality of Inspectorate officers Financial Supervisory Areas (Empirical Studies in Cirebon regency governments)." The purpose of this study was to examine the impact of motivation and professionalism on audit quality. Common issues in this research is the existence of audit findings that are not detected by the officers of the Inspectorate as an internal auditor, but found by Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) as the external auditor. This study has three variables, namely motivation and professionalism as independent variables and audit quality as dependent variables. Motivation variables were measured with four indicators of the level of aspiration, toughness, tenacity, and consistency. Variables measured with five indicators of professionalism that is dedication to the profession, social obligations, independence, confidence in the profession, relations with other professions. While audit quality is measured by three indicators of the process quality, quality results, and quality audit, follow-up audit. Method of this research is explanatory or Confirmation Research. The sampling data of this study using census techniques. The data analysis used is simple regression analysis and multiple regression. The population chosen was the auditor in charge of the Inspectorate of Cirebon. The samples taken were 30 respondents. Based on the research that has been done, it can be seen that the impact of motivation on audit quality is 12.6%, but not significant impact, professionalism impact on audit quality by 41.9% and significantly positive. While, motivation and professionalism simultaneously impact on audit quality by 38.3%.

Keywords: Motivation, Professionalism, and Audit Quality.

* Ketiganya : Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jl Pemuda No.32 Cirebon, Telp. 0231 236745, Email : Ida Rosnidah [email protected].

1

1

PENDAHULUAN Kinerja pemerintah sedang menjadi perhatian utama dari masyarakat luas. Hal ini disebabkan akhir akhir ini marak terjadi tindak korupsi baik dilevel pusat maupun daerah. Semakin banyak aparat pemerintah pusat maupun aparat pemerintah daerah yang tersangkut dengan kasus korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus melakukan penangkapan penangkapan terhadap pelaku korupsi. Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan (LK) pada Pemerintah Kabupaten atau Kota di wilayah Jawa Barat pada tahun anggaran 2008 (termasuk salah satunya Kabupaten Cirebon). Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Jabar menemukan 116 temuan pemeriksaan senilai Rp.2,619 Triliun. Dari 116 temuan tersebut terdiri dari 56 buah temuan pemeriksaan kerugian daerah sebesar Rp 5,018 milliar, 11 buah temuan pemeriksaan yang berpotensi kerugian daerah Rp 24,513 milliar, 16 temuan pemeriksaan kekurangan penerimaan sebesar Rp 343,6 milliar, 29 temuan pemeriksaan administrasi sebesar Rp 813,5 milliar, dan tanah yang belum didukung bukti kepemilikan seluas 9.423.868,9 M2, 48 buah temuan pemeriksaan Sistem Pemeriksaan Intern (SPI) sebesar Rp.1.382 Triliun dan tanah seluas 272.487 M2 belum tercatat dalam neraca, serta enam buah temuan kehematan, efisiensi dan efektifitas atau temuan kinerja sebesar Rp.50.965 milliar.(Publika.com melalui Http://www.publika.com/2009/11/Laporanhasil-Pemeriksaan-BPK-RI-TA.Html). Kualitas audit yang dilakukan oleh auditor aparat Inspektorat masih menjadi perhatian masyarakat. Hal ini disebabkan dari temuan pemeriksaan audit tersebut, tidak terdeteksi oleh aparat Inspektorat sebagai auditor internal. Akan tetapi ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai auditor eksternal, ini menunjukkan bahwa kualitas audit aparat Inspektorat masih relatif kurang baik.

2

Menurut Mardiasmo (2005) dalam Muh.Taufiq Efendy (2010), terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak di luar eksekutif, yaitu masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk mengawasi pemerintahan. Pengendalian (Control) adalah mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif untuk menjamin bahwa sistem dan kebijakan manajemen dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Sedangkan pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi profesional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Peran Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) menurut Indra Bastian (2007 : 34) adalah untuk memastikan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah telah berjalan dengan baik dan laporan keuangan daerah disajikan dengan wajar, diluar tugas tugas awal Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) sebelumnya sebagai aparat pengawas. Selain itu peranan dari Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) adalah untuk membantu Kepala Daerah menyajikan laporan keuangan yang akuntabel dan dapat diterima secara umum. Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) atau Inspektorat dalam menghasilkan audit yang berkualitas dipengaruhi beberapa faktor, yaitu antara lain motivasi dan profesionalisme dari auditor aparat Inspektorat. Motivasi merupakan dorongan auditor untuk melaksanakan audit secara berkualitas. Indikator dari motivasi antara lain adalah tingkat aspirasi, ketangguhan, keuletan, dan konsistensi (Muh.Taufiq Efendy, 2010). Sedangkan Profesionalisme adalah tuntutan tanggung jawab dari seorang profesional yang menentukan mutu dan kualitas dalam menjalankan suatu pekerjaan. Sikap profesionalisme seseorang dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu : pengabdian pada

3

profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan sesama profesi (Irwansyah, 2010). Menurut Muh Taufiq Efendy (2010) yang menyatakan kompetensi dan motivasi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Menurut Mark Schelkel (2009) dalam Ida Rosnidah (2010) menyatakan bahwa kompetensi auditor melalui auditor expertise berpengaruh terhadap kualitas audit. Sedangkan menurut Irwansyah (2010 : 35) menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara ketaatan regulasi, kompetensi, independensi akuntan publik dan profesionalisme akuntan publik baik secara parsial maupun simultan terhadap kualitas audit akuntan yang mengaudit perusahaan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari beberapa fenomena dan hasil penelitian penelitian terdahulu tentang pengaruh motivasi dan profesionalisme terhadap kualitas audit tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Analisis Dampak Motivasi dan Profesionalisme terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Pemerintahan Kabupaten Cirebon). MOTIVASI Pengertian motivasi menurut Fred Luthans (2006 : 270) adalah proses yang dimulai dengan defisiensi fisiologis atau psikologis yang menggerakkan perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan atau insentif. Perilaku seseorang pada hakikatnya ditentukan oleh motivasi atau keinginan. Motivasi sangat penting karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai tujuan atau hasil yang optimal. David C.Mc Clelland menyatakan bahwa manusia itu pada hakikatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi diatas kemampuan orang lain. Seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk4

publik

melaksanakan suatu karya yang berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain. Ada tiga kebutuhan manusia menurut Mc Clelland, yakni : kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi, dan kebutuhan untuk kekuasaan. Motivasi seorang aparat Inspektorat dalam melaksanakan tugasnya dalam penelitian Muh.Taufiq Efendy (2010) dicerminkan dalam empat hal, yaitu : 1. Tingkat Aspirasi :Urgensi audit yang berkualitas Keikutsertaan seorang aparat Inspektorat untuk melakukan audit yang berkualitas dikenal dengan tingkat aspirasi. Maksud dari tingkat aspirasi ini adalah keterlibatan semua komponen yang terlibat dalam melakukan pemeriksaan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan ide ide, rekomendasi dalam proses pemeriksaan. Tingkat aspirasi ini sesuai dengan salah satu asas motivasi, yaitu asas mengikutsertakan. 2. Ketangguhan Seorang auditor yang tangguh akan melaporkan temuan sekecil apapun dan akan selalu mempertahankan pendapat yang menurut dia benar. 3. Merupakan sikap dari seseorang yang tabah, tahan, dan tangguh dalam menjalankan tugasnya. Keuletan adalah kemampuan untuk bertahan, pantang menyerah dan tidak mudah putus asa. 4. Konsistensi Merupakan keteguhan sikap seseorang dalam mempertahankan sesuatu. Konsisten dalam hal audit, yaitu konsisten untuk melaksanakan tugas pemeriksaan sesuai dengan standar, kesungguhan dalam melaksanakan tugas, dan mempertahankan hasil audit, meskipun hasil audit yang dihasilkan berbeda dengan hasil audit yang dihasilkan oleh rekan lain dalam tim.

5

PROFESIONALISME Menurut Arens (2010 :87) profesionalisme adalah suatu tanggung jawab yang

dibebankan kepadanya dan lebih dari sekedar dari memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dan lebih dari sekedar dari memenuhi Undang Undang dan peraturan masyarakat. Profesionalisme dapat dicerminkan kedalam lima hal, yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan sesama profesi ( Irwansyah,, 2010 : 33). 1. Pengabdian pada profesi Pengabdian pada profesi merupakan suatu sikap yang teguh untuk melakukan pekerjaan dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki walaupun imbalannya berkurang. 2. Pemenuhan kewajiban sosialnya Pemenuhan kewajiban sosial merupakan suatu paradigma mengenai pentingnya peranan sebuah profesi dan manfaat yang didapat baik oleh masyarakat maupun kalangan

profesional lainnya karena adanya pekerjaan tersebut. 3. Sikap kemandiriannya Sikap kemandirian adalah suatu sikap dari seseorang yang profesional membuat sebuah keputusan tanpa dipengaruhi oleh pihak lain. 4. Keyakinan terhadap peraturan profesi Keyakinan terhadap peraturan profesi merupakan suatu kepercayaan bahwa yang paling berhak menilai pekerjaan dianggap profesional atau tidaknya adalah rekan seprofesi atau yang mempunyai kompetensi yang sama dalam bidang ilmu atau pekerjaan tersebut. 5. Kualitas hubungannya dengan sesama profesi yang dapat

6

Kualitas hubungan dengan sesama profesi dapat terbentuk baik melalui organisasi formal maupun dalam kelompok kolega sebagai ide utama dalam melaksanakan pekerjaan. KUALITAS AUDIT Kualitas audit menurut De Angelo (1981 : 26) probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Sedangkan, kualitas audit menurut Ida Rosnidah (2010 : 9) adalah pelaksanaan audit yang dilakukan sesuai dengan standar sehingga auditor mampu mengungkapkan dan melaporkan apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan klien. Kualitas audit yang dilaksanakan seorang aparat Inspektorat dalam penelitian Muh.Taufiq Efendy (2010) dicerminkan dalam tiga hal, yaitu Kualitas proses (keakuratan temuan profesional, sikap skeptisme), Kualitas hasil (nilai rekomendasi, kejelasan laporan, dan manfaat audit), dan tindak lanjut hasil audit. 1. Kualitas Proses a. Keakuratan temuan profesional Seorang auditor profesional dalam melaksanakan tugasnya dituntut untuk cermat dan seksama agar nantinya temuan yang ditemukannya akurat. b. Sikap skeptisme profesional Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) lampiran dua, sikap skeptisme adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti pemeriksaan.(Paragraf 30). 2. Kualitas Hasil a. Nilai Rekomendasi Menurut Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) lampiran empat adalah sebagai berikut :7

Rekomendasi yang bersifat membangun dapat mendorong perbaikan dalam pelaksanaan program entitas yang diperiksa. Suatu rekomendasi akan bersifat Konstruktif / membangun apabila, Pertama diarahkan unuk menyelesaikan masalah, kedua berorientasi pada tindakan nyata dan spesifik, ketiga ditujukan kepada pihak yang mempunyai wewenang untuk bertindak, keempat dapat dilaksanakan dan apabila dilaksanakan, biayanya memadai. b. Kejelasan Laporan Laporan yang dibuat oleh pemeriksa haruslah menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pengguna laporan. Hal ini supaya tidak terjadi salah tafsir dan agar mudah dipahami oleh pengguna laporan. c. Manfaat Audit Besarnya manfaat audit yang diperoleh dari pekerjaan pemeriksaan tidak terletak pada temuan pemeriksaan yang dilaporkan atau rekomendasi yang dibuat, tetapi terletak pada efektivitas penyelesaian yang ditempuh oleh entitas yang diperiksa.(SPKN lampiran 3 paragraf 17). 3. Kualitas Tindak Lanjut a. Tindak Lanjut Manajemen entitas yang diperiksa bertanggungjawab untuk menindaklanjuti rekomendasi serta menciptakan dan memelihara suatu proses dan sistem informasi untuk memantau status tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa dimaksud. Jika manajemen memantau status tidak memiliki cara semacam itu, pemeriksa wajib merekomendasikan agar manajemen memantau status tindak lanjut atas rekomendasi dari pemeriksa. Perhatian secara terus menerus terhadap temuan pemeriksaan yang material beserta rekomendasinya dapat membantu pemeriksa untuk menjamin terwujudnya manfaat pemeriksaan yang dilakukan.(SPKN lampiran 3 paragraph 17). KERANGKA PEMIKIRAN

8

Tuntutan dari masyarakat untuk menciptakan tata kelola keuangan pemerintahan yang akuntabel dan menciptakan pemerintahan yang baik (Good Governance) semakin meningkat. Untuk dapat menciptakan tata kelola keuangan pemerintahan yang akuntabel peran aparat Inspektorat sangat penting. Hal ini karena aparat Inspektorat atau Badan Pengawasan Daerah (BAWASDA) memiliki tugas untuk memastikan bahwa Sistem Akuntansi Keuangan Daerah telah berjalan dengan baik dan Laporan Keuangan Daerah disajikan dengan wajar. Menurut Ida Rosnidah (2010 : 9) Kualitas audit merupakan pelaksanaan audit yang dilakukan sesuai dengan standar sehingga auditor mampu mengungkapkan dan melaporkan apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan klien. Kualitas audit menunjukkan peluang seorang auditor untuk menemukan temuan penyimpangan yang dilakukan oleh klien. Kualitas audit dapat di ukur dengan tiga faktor atau atribut diantara lain yaitu : kualitas proses,(Keakuratan temuan audit, sikap skeptisme), kualitas hasil (Nilai rekomendasi, Kejelasan laporan, Manfaat audit), dan kualitas tindak lanjut hasil audit (Muh.Taufiq Efendy, 2010). Motivasi adalah proses yang dimulai dengan defisiensi fisiologis atau psikologis yang menggerakkan perilaku atau dorongan yang ditujukkan untuk tujuan atau insentif (Fred Luthans,2006). Motivasi seorang auditor dapat tercermin dari tingkat aspirasi : urgensi audit yang berkualitas, ketangguhan, keuletan, dan konsistensi. Profesionalisme merupakan suatu tanggung jawab untuk berperilaku lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, dan lebih dari sekedar memenuhi Undang Undang dan peraturan masyarakat (Arens, 2010 :87). Sikap profesionalisme seorang auditor sangat penting dalam menghasilkan audit yang berkualitas. Hal ini karena auditor yang profesional akan mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang dimilikinya yaitu

9

berdasarkan pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi dan hubungan dengan sesama profesi. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merumuskan model penelitian ini adalah sebagai berikut : Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Motivasi

H1 H3 Kualitas Audit

Profesionalisme

H2

HIPOTESIS Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka penulis mengambil hipotesis sebagai berikut : H1 = Motivasi berdampak signifikan positif terhadap kualitas audit aparat Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. H2 = Profesionalisme berdampak signifikan positif terhadap kualitas audit aparat Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. H3 = Motivasi dan Profesionalisme secara simultan berdampak signifikan positif terhadap kualitas audit aparat Inspektorat pengawasan keuangan daerah. METODE Jenis Penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian penjelasan (Explanatory atau Confirmation Research), karena penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan hubungan kausal

10

antara variabel - variabel dengan melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana dan regresi berganda. Regresi sederhana (simple regression) untuk menguji pengaruh variabel bebas (metrik) terhadap satu variabel terikat (metrik), sedangkan untuk lebih dari satu variabel bebas (metrik) disebut regresi berganda (Multiple regression). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti, yaitu diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari auditor aparat Inspektorat Kabupaten Cirebon sebagai responden dalam penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data, yang penulis lakukan adalah dengan cara : a. Penelitian Lapangan (field research) Metode penelitian lapangan yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan atau pernyataan yang disebarkan kepada sejumlah responden. Jumlah daftar pertanyaan yang dibagikan kepada responden berjumlah dua puluh enam pertanyaan, yaitu terdiri dari pertanyaan tentang motivasi sebanyak delapan pertanyaan, pertanyaan tentang profesionalisme sebanyak sepuluh pertanyaan, sedangkan pertanyaan mengenai kualitas audit sebanyak delapan pertanyaan. Pada penelitian ini kuesioner dibagikan kepada Auditor aparat Inspektorat Kabupaten Cirebon yang ikut dalam pemeriksaan. b. Studi kepustakaan Studi kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh landasan teori guna mendukung data primer yang diperoleh selama penelitian. Data ini didapat dari buku buku dan referensinya.

11

Populasi yang dijadikan objek penelitian oleh penulis adalah seluruh auditor aparat Inspektorat Kabupaten Cirebon yang ikut dalam tugas pemeriksaan, yaitu sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sensus. penyebaran kuesioner dilakukan pada semua populasi, yaitu sebanyak 30 kuesioner. 1. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Imam Ghozali, 2006 : 45). 2. Uji Reliabilitas Realibilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. (Imam Ghozali, 2006 :41). 3. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk mengubah kumpulan data mentah menjadi dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik populasi yang terjaring. 4. Uji Asumsi Klasik Sebelum data dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari : uji normalitas, uji multikolonieritas, dan uji heterokedastisitas. 1. Uji Normalitas

12

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. a. Analisis Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probabilty plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal b. Analisis Statistik Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non parametrik Kolmogorof Smirnov (K-S). Uji K S dilakukan dengan membuat hipotesis : H0 : Data residual berdistribusi normal. HA : Data residual tidak berdistribusi normal. 2. Uji Multikolonieritas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent (Imam Ghozali, 2006 : 91). 3. Uji Heteroskedastisitas

13

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas, tidak heteroskedastisitas. a. Melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependent) yaitu ZPRED dengan melihat residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.(Imam Ghozali 2006 :105). b. Uji Glaser Glaser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati,2003) dengan persamaan regresi : |Ut|= + Xt + vt Jika variabel independent signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependent, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali,2006). 5. Uji Regresi Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan regresi linear sederhana dan regresi berganda, karena penelitian ini ingin mengetahui hubungan variabel secara parsial dan juga secara simultan. Adapun rumus regresi linear sederhana adalah sebagai berikut : Y= 0 + 1 X Dimana : Y 0 = Variabel Dependent

= koefisien Intercept (menyatakan berapa besar rata rata Y jika X =0)

14

X 1

=

Variabel Independent

= Koefisien Regresi (Bilangan yang memperhatikan hubungan Linear antara variabel X dan Y, sedemikian rupa sehingga X berubah satu unit, Rata- rata Y berubah sebesar koefisien regresi).

Sedangkan rumus regresi berganda adalah sebagai berikut : Y= 0 + 1 X1+2X2 Dimana : Y = Kualitas audit

0 = koefisien Intercept (menyatakan berapa besar rata rata Y jika X =0) X1 = Motivasi X2 = Profesionalisme 1...2 = Koefisien Regresi (Bilangan yang memperhatikan hubungan Linear antara variabel X dan Y, sedemikian rupa sehingga X berubah satu unit, Rata- rata Y berubah sebesar koefisien regresi). 6. Uji Hipotesis Uji hipotesis yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan uji signifikan parameter individual (uji statistik t) dan uji signifikan simultan (uji statistik F). a) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independent secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependent. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau: H0 : bi = 0

15

Artinya, apakah suatu variabel independent bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependent. Hipotesis alternatifnya (HA) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau : HA : bi 0 Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependent. b) Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independent atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama sama terhadap variabel dependent atau terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau : H0 : b1 = b2 = ... = bk = 0 Artinya, apakah semua variabel independent bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependent. Hipotesis alternatifnya (HA) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau : HA : b1 b2 ... bk 0 Artinya, semua variabel independent secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependent. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Deskriptif a) Profil Responden Profil responden yang dijadikan objek dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

16

Tabel 1 Tabel Demografi Responden Keterangan Jenis kelamin : 1. Laki laki 2. Perempuan Usia : 1. 30-35 tahun 2. 36-40 tahun 3. 41-45 tahun 4. 46-50 tahun 5. 50-55 tahun Tingkat Pendidikan : 1. S2 2. S1 3. D3 4. SMA Masa Kerja : 1. < 10 tahun 2. 10-20 tahun 3. > 20 tahun Golongan : 1. 2d 2. 3a 3. 3b 4. 3c 5. 3dSumber : Data primer diolah, 2011

Jumlah (orang) 23 7 2 7 10 9 2 1 23 1 5 1 16 13 1 2 16 7 4

Persentase 23,3 % 16,7 % 6,7 % 23,3 % 33,3 % 30,0 % 6,7 % 3,3 % 76,7 % 3,3 % 16,7 % 3,3 % 53,3 % 43,3 % 3,3 % 6,7 % 53,3 % 23,3 % 13,3 %

b) Tanggapan Responden terhadap Variabel Motivasi (X1) Berikut ini adalah data dari hasil kuesioner yang didistribusikan pada kantor Inspektorat Kabupaten Cirebon. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Motivasi Jawaban Responden N S SS 3 4 5 F X F X F X

Perny ataan F

TS 1 X F

KS 2 X

Jumlah F X

Rata -rata

Kriteria

17

1 3 4 5 8

9 5 5 9 12

9 5 5 9 12

16 21 12 20 15

32 42 24 40 30

3 2 7 0 1

9 6 21 0 3

0 0 6 0 1

0 0 24 0 4

2 2 0 1 1

10 10 0 5 5

30 30 30 30 30

60 63 74 54 54

2,00 2,10 2,47 1,80 1,80

Rendah Rendah Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah

Sumber : Data primer diolah, 2011 Berdasarkan tabel 2 tersebut, dapat dilihat variabel motivasi mempunyai rata rata skor rendah, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi pada kantor Inspektorat Kabupaten Cirebon termasuk kategori rendah. c) Tanggapan Responden terhadap Variabel Profesionalisme (X2) Berikut ini adalah data dari hasil kuesioner yang didistribusikan pada kantor Inspektorat Kabupaten Cirebon. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Profesionalisme Jawaban Responden S SS Jumlah 4 5 F X F X F X 14 12 14 18 13 16 56 48 56 72 52 64 8 14 16 2 6 13 40 70 80 10 30 65 30 30 30 30 30 30 120 124 136 111 112 132

Perny ataan F 9 12 13 16 17 18 0 3 0 0 0 0

TS 1 X 0 3 0 0 0 0

KS 2 F X 0 0 0 1 3 0 0 0 0 2 6 0

N 3 F 8 1 0 9 8 1 X 24 3 0 27 24 3

Rata -rata 4,00 4,13 4,53 3,70 3,73 4,40

Kriteria Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi

Sumber : Data primer diolah, 201118

Berdasarkan tabel 3 tersebut, dapat dilihat variabel profesionalisme mempunyai rata rata skor tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel profesionalisme pada kantor Inspektorat Kabupaten Cirebon termasuk kategori tinggi. d) Tanggapan Responden terhadap Variabel Kualitas Audit (Y) Berikut ini adalah data dari hasil kuesioner yang didistribusikan pada kantor Inspektorat Kabupaten Cirebon. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Kualitas Audit Jawaban Responden S SS Jumlah 4 5 F X F X F X 18 14 11 18 15 18 22 18 72 56 44 72 60 72 88 72 11 8 12 11 13 11 7 12 55 40 60 55 65 55 35 60 30 30 30 30 30 30 30 30 130 116 124 130 131 130 126 132

Perny ataan 19 20 21 22 23 24 25 26

TS 1 F X 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

KS 2 F X 0 4 1 0 0 0 0 0 0 8 2 0 0 0 0 0

N 3 F 1 4 6 1 2 1 1 0 X 3 12 18 3 6 3 3 0

Ratarata 4,33 3,87 4,13 4,33 4,37 4,33 4,20 4,40

Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi

Sumber : Data primer diolah,2011 Berdasarkan tabel 4 tersebut, dapat dilihat variabel kualitas audit mempunyai rata rata skor sangat tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas audit pada kantor Inspektorat Kabupaten Cirebon termasuk kategori sangat tinggi. 2. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis Penelitian a) Dampak Motivasi terhadap Kualitas Audit Tabel 519

Koefisien Determinasi Variabel Motivasi Model Summary Model Ra

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 3.35727

1 .355 .126 .094 a. Predictors: (Constant), MOTIVASI Sumber : Hasil olah data primer SPSS versi 16.

Dari tabel 5 tersebut, dapat diketahui bahwa besarnya nilai R Squere adalah 0,126 yang artinya bahwa kualitas audit dipengaruhi oleh motivasi sebesar 12,6 %, sedangkan sisanya (100 % - 12,6 % = 87,4 %) dipengaruhi oleh variabel lain. Model regresi linear sederhana untuk variabel motivasi ditunjukkan dalam tabel 6 berikut Tabel 6 Model Regresi Linear Sederhana Variabel Motivasi Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) B 37.575 Std. Error 1.900 -.355 Standardized Coefficients Beta t 19.775 -2.006 Sig. .000 .055

MOTIVAS -.355 .177 I a. Dependent Variable: KUALITAS AUDIT Sumber : Hasil olah data SPSS versi 16.

Dari tabel 6 tersebut dapat ditentukan persamaan regresi linear sederhana untuk variabel motivasi adalah, sebagai berikut : Y = 37,575 0,355 X, keterangan: Y = kualitas audit X = motivasi Interpretasi dari persamaan tersebut adalah :

20

1. Nilai konstanta sebesar 37,575 menyatakan bahwa jika variabel motivasi bernilai konstan, maka rata rata kualitas audit sebesar 37,575. 2. Koefisien regresi motivasi sebesar 0,355 menyatakan bahwa setiap penurunan motivasi sebesar satu kali, akan menaikkan kualitas audit sebesar 0,355. Hal ini menunjukkan bahwa, motivasi aparat Inspektorat masih rendah, salah satu penyebab dari rendahnya motivasi adalah belum ada atau masih minimnya pemberian bonus dan penghargaan untuk aparat Inspektorat yang berprestasi. Namun demikian aparat Inspektorat tetap menganggap bahwa audit yang baik tetap harus dilaksanakan. Hasil uji statistik t untuk variabel motivasi ditunjukkan pada tabel 6. Dari tabel tersebut diperoleh t hitung sebesar - 2,006. Kemudian dibandingkan dengan t tabel dengan df = n-2 atau df = 30-2=28, maka nilai t tabel = 2,048. Hasil t hitung - 2,006 < + t tabel 2,048. Nilai koefisien regresi ini tidak signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 dengan p value sebesar 0,55, artinya bahwa HA ditolak dan H0 diterima. Hasil ini menjelaskan bahwa nilai koefisien regresi variabel motivasi aparat Inspektorat (X1) berdampak negatif terhadap kualitas audit, namun demikian dampak tersebut tidak signifikan. b) Dampak Profesionalisme terhadap Kualitas Audit Tabel 7 Koefisien Determinasi Variabel Profesionalisme Model Summary Model Ra

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .648 .419 .399 2.73568 a. Predictors: (Constant), PROFESIONALESME Sumber : Hasil olah data primer SPSS versi 16.

21

Dari tabel 7 tersebut dapat diketahui bahwa besarnya nilai R square adalah 0,419 yang artinya bahwa kualitas audit dipengaruhi oleh profesionalisme sebesar 41,9 %, sedangkan sisanya (100% - 41,9 % = 58,1 %) dipengaruhi oleh variabel lain. Model regresi linear sederhana untuk variabel profesionalisme ditunjukkan dalam tabel 8 berikut : Tabel 8 Model Regresi Linear Sederhana Variabel Profesionalisme Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) B 15.737 Std. Error 4.083 .648 Standardized Coefficients Beta t 3.854 4.498 Sig. .001 .000

PROFESIONALE .744 .165 SME a. Dependent Variable: KUALITAS AUDIT Sumber : Hasil olah data primer SPSS versi 16.

Dari tabel 8 tersebut dapat ditentukan persamaan regresi linear sederhana untuk variabel Profesionalisme adalah : Y = 15,737 + 0,744X, Keterangan : Y = Kualitas Audit X = Profesionalisme Interpretasi dari persamaan tersebut adalah : 1. Nilai konstanta sebesar 15,737 menyatakan bahwa jika variabel profesionalisme bernilai konstan, maka rata rata kualitas audit sebesar 15,737. 2. Koefisien regresi profesionalisme sebesar 0,744 menyatakan bahwa setiap kenaikan profesionalisme sebesar satu kali, akan menaikkan kualitas audit sebesar 0,744.22

Hasil uji statistik t untuk variabel profesionalisme ditunjukkan pada tabel 8. Dari tabel tersebut diperoleh t hitung sebesar 4,498. Kemudian dibandingkan dengan t tabel dengan df = n2 atau df = 30-2=28, maka nilai t tabel = 2,048. Hasil t hitung 4,498 > + t tabel 2,048, dengan tingkat signifikansi dalam menolak H0 (P value) sebesar 0,000 artinya bahwa HA diterima dan H0 ditolak sehingga variabel profesionalisme berdampak signifikan dan positif terhadap kualitas audit. c) Dampak motivasi dan profesionalisme terhadap Kualitas Audit Tabel 9 Koefisien Determinasi Regresi Berganda Model Summaryb Model Ra

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .652 .426 .383 2.77096 a. Predictors: (Constant), PROFESIONALESME, MOTIVASI b. Dependent Variable: KUALITAS AUDIT Sumber : Hasil olah data SPSS versi 16. Berdasarkan tabel 9 tersebut, diketahui nilai adjusted R Square sebesar 0,383, artinya bahwa variabel kualitas audit dipengaruhi oleh motivasi dan profesionalisme sebesar 38,3 % dan sisanya (100 % - 38,3 = 61,7 %) dipengaruhi oleh variabel lain. Informasi Penting untuk mengevaluasi dan menginterpretasikan model regresi berganda pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 10 berikut : Tabel 10 Model Regresi Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.23

B 1 (Constant) MOTIVASI 17.709 -.088

Std. Error 5.518 .162

Beta 3.210 -.088 .609 -.540 3.755 .003 .594 .001

PROFESIONALES .700 .186 ME a. Dependent Variable: KUALITAS AUDIT Sumber : Hasil olah data primer SPSS versi 16.

Dari tabel 10 tersebut dapat ditentukan persamaan regresi berganda adalah Y = 17,709 0,88X1 + 0,700X2 + e, Keterangan adalah sebagai berikut : Y = Kualitas audit X1= Motivasi X2= Profesionalisme e = Error Interpretasi dari persamaan regresi berganda tersebut adalah : 1. Nilai konstanta sebesar 17,709 menyatakan bahwa jika variabel motivasi dan profesionalisme bernilai konstan , maka rata rata kualitas audit sebesar 17,709. 2. Koefisien regresi motivasi sebesar - 0,88 menyatakan bahwa setiap penurunan motivasi sebesar satu kali, akan meningkatkan kualitas audit sebesar 0,88. Hal ini menunjukkan bahwa, motivasi aparat Inspektorat masih rendah, salah satu penyebab dari rendahnya motivasi aparat Inspektorat adalah belum ada atau masih minimnya pemberian bonus dan penghargaan untuk aparat Inspektorat yang berprestasi. Namun demikian Inspektorat tetap menganggap bahwa audit yang baik tetap harus dilaksanakan. 3. Koefisien regresi profesionalisme sebesar 0,700 menyatakan bahwa setiap kenaikan profesionalisme sebesar satu kali, akan menaikkan kualitas audit sebesar 0,700. Hasil uji statistik F untuk variabel motivasi dan profesionalisme ditunjukkan pada tabel 11 berikut ini :24

aparat

Tabel 11 Hasil Uji Statistik F ANOVAb Model 1 Regression Residual Sum of Squares 153.655 207.312 Df 2 27 Mean Square 76.827 7.678 F 10.006 Sig. .001a

Total 360.967 29 a. Predictors: (Constant), PROFESIONALISME, MOTIVASI b. Dependent Variable: KUALITAS AUDIT Sumber : Hasil olah data primer SPSS versi 16. Dari tabel 11 tersebut diperoleh nilai F hitung sebesar 10,006 kemudian dibandingkan dengan F tabel dengan df = n-k-1 atau df = 30-2-1 = 27, maka didapat nilai F tabel = 3,35 atau bisa juga dengan membandingkan P value pada signifikansi dengan level of significant (), hasilnya signifikansi 0,01 < 0,05, artinya Ho ditolak dan HA diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi dan profesionalisme secara simultan berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas audit. PENUTUP 1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak motivasi dan profesionalisme terhadap kualitas audit dalam pengawasan keuangan daerah. Dari hasil penelitian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Besarnya dampak motivasi aparat pengawasan terhadap kualitas audit yaitu sebesar 12,6 %, sedangkan sisanya sebesar (100 % - 12,6 % = 87,4 %) dipengaruhi oleh variabel lain.

25

2. Besarnya dampak profesionalisme aparat pengawasan terhadap kualitas audit yaitu sebesar 41,9 %, sedangkan sisanya sebesar (100 % - 41,9 % = 58,1 %) dipengaruhi oleh variabel lain. 3. Besarnya dampak motivasi dan profesionalisme aparat pengawasan secara simultan terhadap kualitas audit adalah sebesar 38,3 %, sedangkan sisanya sebesar (100 % - 38,3 % = 61,7 %) dipengaruhi oleh variabel lain. 2. Implikasi Penelitian Hasil penelitian menunjukkan terdapat dampak motivasi dan profesionalisme secara parsial dan simultan terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa profesionalisme yang tinggi dan ditunjang dengan motivasi yang tinggi dari aparat Inspektorat akan meningkatkan kualitas audit yang dilaksanakan oleh aparat Inspektorat. Lebih lanjut peneliti menyarankan agar penentu kebijakan untuk meningkatkan motivasi aparat Inspektorat melalui pemberian bonus dan penghargaan kepada aparat Inspektorat yang berprestasi, sehingga diharapkan kualitas audit yang dihasilkan oleh aparat Inspektorat dapat semakin baik. Selain itu penentu kebijakan perlu mengetahui hal apa saja yang bisa menaikkan motivasi dan yang menurunkan motivasi aparat Inspektorat. a) Saran Setelah menganalisis hasil penelitian mengenai dampak motivasi dan profesionalisme terhadap kualitas audit aparat Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah(studi empiris pada Pemerintah Kabupaten Cirebon), maka saran yang penulis dapat berikan adalah : 1. Penentu kebijakan harus lebih meningkatkan motivasi aparat Inspektorat, salah satu caranya yaitu melalui pemberian bonus dan penghargaan kepada aparat Inspektorat

26

yang berprestasi, sehingga diharapkan kualitas audit yang dihasilkan oleh aparat Inspektorat dapat semakin baik. 2. Aparat Inspektorat harus lebih meningkatkan motivasi dan profesionalisme, sehingga diharapkan kualitas audit yang dihasilkan oleh aparat Inspektorat dapat semakin baik. 3. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya melakukan penelitian dengan menggunakan metode wawancara langsung agar dapat mengurangi kelemahan terkait validitas data dan memperluas objek penelitian pada aparat Inspektorat Se- Wilayah III Cirebon. Hal ini supaya hasil penelitian dapat digeneralisasi. DAFTAR RUJUKAN Abdul Halim. 2008. Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi 3. Jakarta : Salemba Empat. Boyton, dkk. 2003. Modern Auditing. Jilid 2, Edisi ketujuh. Jakarta: Erlangga. Ida Rosnidah. 2010. Kualitas Audit, Konsep dan Pelaksanaannya di Indonesia. Cirebon : Swagati Press. ...................... 2010. Kualitas Audit : Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi

volume XIV/03/September/2010. Jakarta : Candi Mas Metropole. ....................... 2010. Kualitas Audit Sektor Publik dan Kontribusinya Bagi Tata Kelola Pemerintah yang Bersih. Jurnal Ekonomi Manajemen vol.5 No.4.September 2010. 2010. Kuningan : Universitas Kuningan. Imam, Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis. Multivariate dengan Pogram SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Indra, Bastian. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Erlangga. ....................... 2007. Audit Pemerintah. Jakarta : Erlangga.

27

Irwansyah. 2010. Pengaruh ketaatan kompetensi dan independensi akuntan publik terhadap profesionalisme akuntan publik dan implikasinya atas kualitas audit, survei pada akuntan publik yang menjadi anggota FAPB. Disertasi. Universitas Padjajaran Bandung. Luthans, Fred. 2006. Perilaku organisasi. Yogyakarta : Andi. Malayu. S.P. Hasibuan. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi. Miftah, Thoha. 2001. Perilaku Organisasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Moehar, Daniel. 2003. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta : Bumi Aksara. Muh. Taufiq Efendy. Pengaruh kompetensi independensi dan motivasiterhadap kualitas audit aparat Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Tesis. Universitas Diponogoro. Semarang. Mulyadi. 2002. Auditing. Buku 1, Edisi 6. Jakarta : Salemba Empat. Peraturan Badan Pemeriksa keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Jakarta. Peraturan Menteri Negara Pendayagunakan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/03.2008. Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Jakarta. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.2005. Kamus Besar Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Robbins, S.P. ,T.A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi, Edisi12. Jakarta : Salemba Empat. Sonny keraf. 1998. Etika Bisnis. Yogyakerta : Kanisius. Sudjana. 2000. Statistika untuk Ekonomi & Niaga. Bandung : Tarsito. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV Alfabeta.

28

Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan profesi. Jakarta : Salemba Empat. Uma, Sekaran. Reaseach Methods For Business. Buku 1. Edisi 4, Edisi Pertama.2006. Jakarta : Salemba Empat. Http :// Ms. Wikipedia. Org/wiki/Profesionalisme. Http :// nagapasha.blogspot.com/2009/03/keuletan-bukan-kahileudan.html. Http :// www.publika.com/2009/11/laporan-hasil-pemeriksaan-BPK-RI-TA.html.

29