Jurnal Epilepsy

Embed Size (px)

DESCRIPTION

epilepsy

Citation preview

Proyek Jurnal Reading

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FKUP / RS. Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Divisi

: NeurologiOleh

: Ahmad HafidzPembimbing: Dr. Nelly Amalia Risan dr., SpA(K), M.Kes

dr. Purboyo Solek, SpA(K), M.kes

dr. Dewi Hawani, Sp.A(K)

dr. Mia Milanti Dewi, SpA, M.Kes

Patterns of Treatment Response in Newly Diagnosed Epilepsy

M. J. Brodie, S. J. E. Barry, G. A. Bamagous, J. D. Norrie, P. Kwan

AbstractObjective: To delineate the temporal patterns of outcome and to determine the probability of seizure freedom with successive antiepileptic drug regimens in newly diagnosed epilepsy.

Methods: Patients in whom epilepsy was diagnosed and the first antiepileptic drug prescribed between July 1, 1982, and April 1, 2006, were followed up until March 31, 2008. Outcomes were categorized into 4 patterns: A) early and sustained seizure freedom; B) delayed but sustained seizure freedom; C) fluctuation between periods of seizure freedom and relapse; and D) seizure freedom never attained. Probability of seizure freedom with successive drug regimens was compared. Seizure freedom was defined as no seizures for 1 year.

Results: A total of 1,098 patients were included (median age 32 years, range 993). At the last clinic visit, 749 (68%) patients were seizure-free, 678 (62%) on monotherapy. Outcome pattern A was observed in 408 (37%), pattern B in 246 (22%), pattern C in 172 (16%), and pattern D in 272 (25%) patients. There was a higher probability of seizure freedom in patients receiving 1 compared to 2 drug regimens, and 2 compared to 3 regimens (p < 0.001). The difference was greater among patients with symptomatic or cryptogenic than with idiopathic epilepsy. Less than 2% of patients became seizure-free on subsequent regimens but a few did so on their sixth or seventh regimen.

Conclusions: Most patients with newly diagnosed epilepsy had a constant course which could usually be predicted early. The chance of seizure freedom declined with successive drug regimens, most markedly from the first to the third and among patients with localization-related epilepsies.

Neurology 2012;78:15481554Tujuh puluh juta orang menderita epilepsi, dengan 34-76 per 100.000 mengalaminya tiap tahun. Untuk memformulasikan rencana terapi yang rasional, adalah penting untuk mengetahui perjalanan klinis yang berbeda dan pola respon terhadap obat anti epilepsi (OAE). Tujuan utama analisis ini adalah untuk menggambarkan pola temporal hasil akhir kejang dan untuk menentukan probabilitas bebas kejang dengan rejimen berurutan dalam kohor yang diperluas dari 1.098 pasien yang baru terdiagnosis.METODEPasien

Pasien yang diikutsertakan dalam analisis adalah yang didiagnosa epilepsi dan pertama kali diberikan OAE di Unit Epilepsi dalam Western Infirmary di Glasgow, Skotlandia antara 1 Juli 1982 sampai 1 April 2006. Semua pasien diikuti secara prospektif sampai 31 Maret 2008 atau meninggal. Pasien dengan kepatuhan terapi buruk (tanpa berhubungan dengan efikasi dan tolerabilitas), kejang sekunder akibat penyalahgunaan obat atau alkohol, atau kejang psikogenik nonepileptik disisihkan.TerapiSaat terdiagnosis, OAE yang sesuai dipilih berdasarkan jenis kejang dan profil efek samping dan interaksi. Prinsipnya, terapi diberikan setelah 2 atau lebih kejang, walaupun jarang (< 5%) juga diberikan pada pasien yang sekali mengalami kejang jika terdapat bukti alterasi menetap dalam otak yang meningkatkan kemungkinan terjadinya kejang selanjutnya. Manajemen epilepsi bertahap dipakai. Dosis obat disesuaikan dengan kondisi klinis, dengan penekanan pada efikasi dan tolerabilitas.DefinisiKejang dan sindrom epileptik diklasifikasikan sesuai dengan pedoman International League Against Epilepsy (ILAE). Epilepsi diklasifikasikan menjadi idiopatik, simtomatik atau kriptogenik. Pasien dianggap bebas kejang jika tidak mengalami kejang setidaknya setahun sebelumnya dengan terapi yang tidak diubah.Pola hasil akhir menurut waktuHasil akhir kejang diklasifikasikan menjadi 4 pola temporal serupa. Pada pola A, pasien menjadi bebas kejang lebih awal (baik segera atau dalam 6 bulan setelah memulai terapi) dan tetap demikian sepanjang masa penelitian. Pada pola B, bebas kejang tertunda hingga lebih dari 6 bulan setelah memulai terapi namun tetap bebas kejang sepanjang masa penelitian. Pasien dengan pola C mengalami fluktuasi dengan periode bebas kejang (beberapa segera) yang berlangsung lebih dari setahun diselingi relaps. Pasien dengan pola D tidak pernah bebas kejang selama setahun penuh.Analisis statistik

Variabel demografik kontinyu dirangkum menggunakan rentang median interkuartil (RMI), dan rentang. Variabel kategorial dirangkum menggunakan penghitungan dan persentase. Tes Kruskal-Wallis dan 2 Pearson dipakai untuk membandingkan variabel kategorial dan kontinyu. Kurva kumulatif insidensi terhadap waktu untuk periode akhir bebas kejang dibandingkan untuk beberapa rejimen obat menggunakan tes Gray.HASILTotal 1.098 pasien (575, 52 % laki-laki) diikutsertakan. Median umur saat insiasi terapi adalah 32 tahun (rentang 9-93; RMI 20-51). Epilepsi diklasifikasikan sebagai idiopatik pada 251 (23%), simtomatik pada 447 (41%), dan kriptogenik pada 400 (36%) pasien. Tujuh puluh tujuh pasien (7%) meninggal selama periode penelitian. Hasil akhir pada follow-up terakhirPada saat kunjungan akhir, 913 (83%) pasien diterapi menggunakan 1 OAE. Total 543 pasien (49%) tetap bebas kejang dengan OAE pertamanya; 398 diterapi menggunakan rejimen kedua dengan 146 (37%) diantaranya bebas kejang. Hanya 70 (6%) pasien tetap bebas kejang dengan lebih dari 1 obat. Total 749 pasien (68%) bebas kejang di akhir studi. Di akhir studi, 69% (747/1.086), 61% (461/759) dan 52% (188/360) pasien tetap bebas kejang terus menerus selama setidaknya 2, 5 dan 10 tahun (paling lama 25 tahun).Hasil akhir menurut waktu

Pola hasil akhir A terlihat pada 408 (37%) pasien, yang menjadi bebas kejang segera (n=262; 24%) atau dalam 6 bulan setelah menerim OAE pertamanya (n=146; 13%). Pola hasil akhir B terlihat pada 246 (22%) pasien dengan median waktu bebas kejang adalah 15,4 bulan (rentang 6-216; RMI 10-27) sementara median durasi periode bebas kejang adalah 64,5 bulan (rentang 12-287; RMI 38-109).Sebanyak 172 pasien (16%) memiliki pola hasil akhir C dengan median durasi bebas kejang sebelum relaps adalah 30 bulan (rentang 12-154; RMI 19-53). Sebanyak 272 (25%) pasien memiliki pola hasil akhir D. Pasien dengan pola hasil akhir A dan D memiliki umur yang sedikit lebih tua saat onset epilepsi (median umur 34 dan 36 tahun) dibandingkan pola B dan C (median umur 31 dan 28 tahun).

Respon terhadap rejimen obat berurutanTerdapat perbedaan signifikan pada probabilitas keseluruhan bebas kejang antara pasien yang diterapi dengan 1 dan dengan 2 rejimen (p