Upload
gekrislandi
View
254
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
1/140
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
2/140
CAkRAWALA ntt Jurnal Ilmiah Pendidikan
Diselenggarakan Oleh Lembaga Cakrawala NTT
Vol. 1, No. 1, Januari 2016
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
3/140
CAKRAWALA NTT JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN
Pembina:Drs. Sinun Petrus Manuk
Minhajul Ngabidin, S.Pd. M.SiRafael Guntur , S.ERm. Kristo Betu, Pr
Jakobus Jano
Penanggung jawab: Agustinus Rikarno, S.Fil
Ketua Penyunting:Robertus Fahik, S.Fil., M.Si
Penyunting Ahli:Prof. Sandi Maryanto, M.Pd
Prof. Simon Sabon Ola, M.HumPater Dr. Edu Dosi, SVD
P. Dr. George Kirchberger, SVDP. Yulius Yasinto, SVD, M.A., M.Sc
drg. Jeffrey Jap, M.KesFredrik Abia Kande, M.Pd
Penyunting Pelaksana:Maxedis Lamawato, S.S., M.Si
Armando Soriano, S.S., M.Hum Agustinus Fahik, S.Fil., M.A
Kristianus Webison, S.Fil., M.SiLusius Aman, S.Fil., M.Hum
Eman Nara Sura, S.Pd Yustinus N. J. Kolo, S.Pd
Robertus Z. Kaka, S.S
Tata Letak: Agustinus Fahik, S.Fil., M.A
Sirkulasi:
Eugenius B. Rega
Penerbit:
Lembaga Cakrawala N
Alamat Redaksi: Jl. Hati Mulia VI No. 1 Oebobo
Kota Kupang – Nusa enggara imur
lp: (0380) 8431641
Email: [email protected]
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
4/140
KATA PENGANTAR
Jurnal Cakrawala N merupakan Jurnal Ilmiah Pendidikan yang terbit empat
bulan sekali (tiga kali setahun), diterbitkan oleh Lembaga Cakrawala N. Maksud dantujuan diterbitkannya Jurnal Cakrawala N adalah sebagai sarana pertukaran ilmu
pengetahuan dan informasi seputar dunia pendidikan. Kehadiran jurnal ini diharapkan
dapat menumbuhkan kreativitas dan pertukaran gagasan di kalangan pemerhati
pendidikan, mahasiswa, guru, dan dosen, serta peneliti pendidikan pada umumnya.
Dalam Vol. 1 No. 1, Januari 2016 ini Jurnal Cakrawala N menghadirkan
sembilan artikel ilmiah di bidang pendidikan dari para guru dan kepala sekolah yang
berasal dari Kabupaten Sumba imur, Nusa enggara imur (N). Delapan artikel
tersebut merupakan hasil Penelitian indakan Kelas (PK) dan Penelitian indakan
Sekolah (PS) yang dilakukan para penulis.
Kami mengucapkan limpah terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi
dukungan sehingga Jurnal Cakrawala N bisa terbit sesuai yang direncanakan.
Harapan kami, jurnal ini bisa menjadi media alteratif dari sekian media yang sudah ada
bagi pemerhati pendidikan, mahasiswa, guru, dan dosen, serta peneliti pendidikan pada
umumnya, untuk menyumbangkan artikel di bidang pendidikan.
Kupang, Januari 2016
im Penyunting Jurnal Cakrawala N
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
5/140
Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Inovasi Pembelajaran Melalui
Diklat Bahan Ajar Berbasis TIK Pada SMAN 1 Rindi Umalulu(Nimrot Ndjakambani )
Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Pembuatan Rencana Pelaksanaa
Pembelajaran Melalui Kegiatan In House Training Di SMA PGRI Wain -
gapu - Sumba Timur
(Rambu Mbangi Rawambaku )
Peningkatan Kemampuan Guru Menggunakan Media Komputer Dalam
Pembelajaran Melalui Diklat di SMAN 1 Haharu - Sumba Timur
(Lodu Namunronja )
Peningkatan Kompetensi Guru Bahasa Indonesia Dalam Penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Melalui Bimbingan Berkelan-
jutan Oleh Kepala Sekolah di SMAN Lewa
(Melkianus Ngg. Ngunjurawa )
Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Melakukan Analisis Hasil Ul-
angan Harian Berbasis TIK Melalui Diklat Pemnanfaatan TIK Dalam
Penilaian di SMAN 1 Waingapu
(Putu Gede )
Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadapa Efektivitas Pelimpahan
Tugas Penyelenggaraan Lomba Puisi Tinkat SMP Se-FK2S Waimaringu
Pada Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMPN 2 Pahunga Lodu
Tahun 2013
(Wila Bunga )
Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Division (STAD) Untuk Peningkatan Hasil Belajar Kimia
Tentang Termokimia Pada Siswa Kelas XII A1 SMAN 1 Waingapu
(Adriana Martha D. Ngongo )Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran Dalam Menyusun Sila-
bus dan Rencana Pembelajaran Melalui Bimbingan Teknis di SMPN 2
Umalulu Tahun Pelajaran 2013/2014
(Nggala Palanggaringu )
Implementasi Model Pembelajaran Bakulikan Melalui Media Audio
Visual Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Sejarah
Siswa Kelas XI IPA1 SMAN 3 Waingapu
(Melkianus Ngg. Ngunjurawa )
Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Kepala Sekolah Sebagai Pejabat
Publik Dalam Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Pada SMAN 1
Kota Kupang
(Fabianus Jemali)
6
19
31
47
60
74
88
98
104
Daftar Isi
123
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
6/140
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
7/140
ABSTRAK
Pembelajaran yang menyenangkan dan variatif akan mudah dipahami oleh pesertadidik dan berdampak pada peningkatan prestasi ataupun peningkatan mutu pendidikan.Untuk meningkatkan mutu tersebut maka pendidik dituntut untuk melakukan pembelajaran
yang variatif dan menyenangkan. Dari latarbelakang tersebut maka peneliti berkeinginanuntuk meneliti apakah di SMA Negeri 1 Rindi Umalulu, pendidiknya telah melakukan
pembelajaran yang menyenangkan, kreatif serta mudah dipahami oleh peserta didik yangakan mampu meningkatkan mutu pendidikan pada SMA Negeri 1 Rindi Umalulu.
Dari hasil penelitian dalam rangka menjawab permasalahan di atas maka peneliti
melaksanakan penelitian dengan mengambil populasi sebanyak 42 orang guru yang mengajar pada SMA Negeri 1 Rindi Umalulu dengan sampel 75 % sebanyak 32 orang guru dandalam penelitian ini penulis melaksanakan dua siklus yaitu siklus pertama dimana masihada guru yang belum melaksanakan inovatif dalam pembelajaran dikelas sehingga penelitimelaksanakan siklus 2. Dari hasil penelitian tersebut maka peneliti dapat mengambilkeputusan bahwa : 1. Terjadi pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis TIK.
2.Terjadi inovasi penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran. 3. Terjadi peningkatankemampuan guru dalam menggunakan bahan ajar berbasis TIK. 4.Terjadi peningkatan
prestasi belajar siswa setelah guru menggunakan bahan ajar berbasis TIK
Kata kunci: Peningkatan Kemampuan Guru, Inovasi Pembelajaran, Diklat Bahan Ajar
Berbasis IK
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU
DALAM INOVASI PEMBELAJARAN
MELALUI DIK LAT BAHAN AJAR BERBASIS TIK
PADA SMAN 1 RINDI UMALULU
Nimrot Ndjukambani
SMAN 1 Rindi Umalulu, Sumba Timur
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
8/140
Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 7
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa sangat tergantung pada tingkat pendidikan yang
dimiliki oleh rakyat atau sumber daya manusia dalam bangsa tersebut. Pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan
kelangsungan hidup bangsa. Ini berarti bahwa tanpa pendidikan dalam suatu
bangsa maka tujuan untuk mencerdaskan rakyatnya tidak akan tercapai, sebab
melalui pendidikan orang mampu untuk mencapai tujuannya, membuat orang
cerdas serta terampil dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
Demikian pula di Indonesia, pendidikan sangat dibutuhkan dalam
mencerdaskan kehidupan rakyatnya. ujuan Pendidikan Nasional adalah
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman danbertakwa kepada uhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
berdisiplin, bekerja keras, tangguh dan mandiri, bertanggungjawab, cerdas dan
terampil serta sehat jasmani dan rohani …”
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, perlu merealisir tujuan
pendidikan tersebut dalam kegiatannya. Agar kegiatan tersebut berjalan
dengan baik, maka setiap warga sekolah mempunyai rasa memiliki, terlibat dan
bertanggungjawab terhadap kegiatan-kegiatan di sekolah yang bertujuan untuk
menigkatkan pendidikan. ujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu
ini dapat ditempuh melalui perbaikan dan penambahan fasilitas pendidikan
berupa perlengkapan alat-alat pengajaran (buku dan alat tulis menulis lainnya),
penambahan dan penggunaan tenaga pengajar sesuai dengan keahliannya,
pengadaan laboratorium, perbaikan gedung sekolah, perbaikan evaluasi, maupun
penggunaan metode pembelajaran yang baik. Untuk menjawab tantangan
tersebut kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam pembangunan pendidikan
dititikberatkan pada peningkatan mutu pendidikan untuk semua jenis dan jenjang pendidikan. entang mutu pendidikan, H. Rudini dalam makalahnya
“Potret dan Problematik Pendidikan Indonesia” mengatakan bahwa persoalan
yang sangat terasa oleh kita saat ini adalah mutu pendidikan untuk semua tingkat
dan jenis pendidikan.
Kegiatan belajar mengajar harus selalu ditingkatkan efektivitas dan
efesiensinya. Dalam proses belajar mengajar diusahakan pengaruh positif dari
pendidikan yang dapat membuat siswa lebih berhasil dalam memecahkan
persoalan-persoalan kehidupan serta cermat dalam menggunakan waktu, tenaga
dan biaya yang tersedia. Di samping itu tujuan pengajaran adalah membina
kebiasan belajar sehingga peserta didik terampil dalam menjawab tantangan
situasi hidup secara manusiawi.
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
9/140
8 Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016
Melalui pendidikan dan pengajaran kemampuan bertindak dan berpikir
para peserta didik dikembangkan sehingga sanggup mengamati, menilai keadaan
serta melakukan tindakan. Untuk menjawab tantangan tersebut di atas maka
prestasi belajar anak didik di sekolah perlu ditingkatkan karena prestasi belajar
itu sendiri adalah hasil dari suatu proses belajar mengajar yang dilakukan.
Berbicara tentang prestasi belajar anak didik di sekolah-sekolah sering
mengalami perubahan baik itu peningkatan prestasi atau penurunan prestasi
yang disebabkan oleh pengaruh berbagai faktor. Ada faktor yang berasal dari
dalam diri peserta didik, ada pula faktor yang berasal dari luar diri peserta didik.
Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yaitu kemampuan/intelegensi,
bakat, minat, perhatian, dan unsur psikis lainnya atau keadaan fisik yaitu alat
indera pendengaran dan penglihatan. Faktor yang berasal dari luar peserta didikmisalnya fasilitas belajar, ekonomi keluarga, tenaga pengajar, kurikulum, metode
pembelajaran yang diberikan guru. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan
diri pada pembahasan tentang Inovasi Bahan Ajar Guru Berbasis IK saat
mengajar pada SMA Negeri 1 Rindi Umalulu tahun Pelajaran 2013/2014.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dalam penelitian ini dapat dibuat
rumusan masalah sebagai berikut : Apakah Diklat Bahan Ajar Berbasis IKpada SMA Negeri 1 Rindi Umalulu dapat meningkatkan inovasi guru dalam
pembelajaran?
1.3 Tujuan Penelitian
ujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya peningkatan
Inovasi Pembelajaran Guru Melalui Diklat Bahan Ajar Berbasis IK.
1.4 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, cara mengumpulkan data ialah lewat Diklat Bahan
Ajar Berbasis IK dan diadakan pengamatan atau observasi dan lewat angket
berupa istrumen. Data inovasi bahan ajar guru sebelum diadakan diklat dan
sesudah diadakan diklat dibandingkan. Jika terjadi perubahan inovasi bahan ajar
yang lebih baik maka Penelitian indakan Sekolah ini dikatakan berhasil.
Instrumen penelitian berupa angket dan observasi. Instrumen berupa
angket dan observasi ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan guru dalam
menerapkan bahan ajar berbasis IK di sekolah dengan standar : Nilai 91 – 100: Amat baik (A Berhasil), Nilai 76 – 90: Baik (B Berhasil), Nilai 55 – 75: Cukup
(C Belum berhasil), Nilai 0 – 54: Kurang (D Belum berhasil).
Data yang dikumpulkan selanjutnya digunakan untuk menilai keberhasilan
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
10/140
Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 9
tindakan yang diberikan dengan indikator keberhasilan sebagai berikut: 1. erjadi
pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis IK, 2. erjadi inovasi
penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran, 3. erjadi peningkatan
kemampuan guru dalam menggunakan bahan ajar berbasis IK, 4. erjadi
peningkatan prestasi belajar siswa setelah guru menggunakan bahan ajar berbasis
IK.
Data inovasi bahan ajar guru sebelum diadakan Diklat dan sesudah diadakan
Diklat, dikumpulkan dan dibandigkan. Jika terjadi perubahan inovasi bahan ajar
yang lebih baik, maka penelitian tindakan sekolah ini dikaitkan berhasil.
2. KAJIAN TEORI
2.1 Inovasi dalam Pembelajaran
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/
atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Di Indonesia pembinaan peserta didik atau penyelenggaraan pendidikan
dilaksanakan melalui dua jalur yaitu : jalur pendidikan sekolah dan jalur
pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang
diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang
dan berkesinanbungan, sedangkan jalur pendidikan luar sekolah merupakan
pendidikan yang dilaksanakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar
yang tidak harus berjanjang dan berkesinambungan.
Berhubungan dengan itu Mastuhu dalam Majalah Pendidikan Indonesia
mengatakan bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah usaha dasar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah
dan berlangsung seumur hidup. Bertolak dari pendapat ini maka pendidikanbukan saja dilakukan di sekolah-sekolah, tetapi juga dilakukan di luar sekolah.
Pendidikan yang dilakukan di sekolah memiliki salah satu unsur penting yaitu
berhubungan dengan prestasi belajar siswa. Hal ini merupakan persoalan
pendidikan sehingga proses belajar mengajar perlu mendapat perhatian yang
serius.
Kegiatan belajar mengajar harus selalu ditingkatkan efektivitas dan
efesiensinya, dalam arti bahwa dalam proses belajar mengajar diusahakan
pengaruh positif dari pendidikan yang dapat membuat siswa lebih berhasil dalammemecahkan persoalan-persoalan kehidupan serta cermat dalam menggunakan
waktu, tenaga dan biaya yang tersedia. Di samping itu tujuan pengajaran adalah
membina kebiasan belajar sehingga peserta didik terampil dalam menjawab
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
11/140
10 Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016
tantangan situasi hidup secara manusiawi.
Melalui pendidikan dan pengajaran, kemampuan bertindak dan berpikir
para peserta didik dikembangkan sehingga sanggup mengamati, menilai keadaan
serta melakukan tindakan. Untuk menjawab tantangan tersebut maka prestasi
belajar anak didik di sekolah perlu ditingkatkan karena prestasi belajar itu sendiri
adalah hasil dari suatu proses belajar mengajar yang dilakukan.
Upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggungjawab dari
pengelola sekolah masing-masing lembaga yang bertanggungjawab. Upaya
peningkatan mutu dalam bidang pendidikan tidak terlepas dari kerja sama
antar guru dan siswa yang membutuhkan sarana pendidikan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Fuad Hassan bahwa terdapat tiga faktor penting yang perlu
diperhatikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yaitu guru, siswa danmutu pendidikan. Hal ini berarti bahwa dalam peningkatan mutu pendidikan
selain guru dan siswa, maka sarana dan prasarana juga merupakan faktor yang
sangat penting diperhatikan. Lebih jauh oleh Mastuhu mengatakan :
“…Peningkatan jumlah murid yang menimbulkan persoalan yang cukuprumit dalam penyediaan fasilitas pendidikan. Pertumbuhan jumlah muridyang besar ini tidak dapat diimbangi oleh pertumbuhan fasilitas yangcukup untuk menjamin mutu pendidikan yang baik. Akibat lebih jauh
banyak sekolah yang sebetulnya tidak memenuhi persyaratan sebagai suatutempat untuk menuntut ilmu…”
Mutu guru juga sangat penting pengaruhnya untuk peningkatan mutu
pendidikan dalam hal ini prestasi belajar siswa atau peserta didik. Mutu guru yang
dimaksud ini adalah bagaimana seorang guru meningkatkan inovasinya dalam
pembelajaran di kelas. Inovasi yang dimaksud adalah inovasi dalam membuat
bahan ajar agar siswa tidak terjebak dalam situasi pembelajaran yang monoton
sehingga dapat menimbulkan antipati siswa terhadap pembelajaran yang ada.
Inovasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah inovasi guru dalam
membuat bahan ajar berbasis IK yang dapat meningkatkan kemampuan guru
dalam pepbelajaran yang menyenangkan serta dapat memacu antusias siswa
dalam menerima pelajaran yang disampaikan guru.Semakin kreatif guru dalam
membuat bahan ajar berbasis IK maka semakin tinggi guru tersebut dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Bila dalam proses belajar mengajar selama ini belum menerapkan bahan
ajar berbasis IK atau guru belum memahaminya maka sangatlah penting untukmengadakan pendidikan dan pelatihan bagi guru-guru tersebut untuk lebih
meningkatkan inovasinya dalam pemberian bahan ajar di kelas. Demikianlah
sehingga dalam penelitian ini dapat menarik kesimpulan sementara bahwa
inovasi pembuatan bahan ajar berbasis IK guru akan dapat meningkatkan
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
12/140
Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 11
prestasi belajar siswa.
2.2 Proses Belajar Mengajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yangberlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi
atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama
bagi berlangsungnya proses mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar
mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan
siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian
pesan berupa materi pelajaran, tetapi penanaman sikap dan nilai pada diri siswa
yang sedang melakukan kegiatan belajar.
Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih
luas dari pada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersirat
adanya suatu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar
dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling
menunjang di mana tidak berupa guru saja yang aktif memberikan pelajaran dan
siswa positif menerima pelajaran, tetapi diharapkan agar semua yang berperan
bersama-sama aktif. Ini sesuai dengan pendapat dari Drs. Iskandar Wiryokusumo
dan Mandalika yang mengatakan, dalam pengajaran modern dewasa ini, keduabelah pihak yaitu guru dan murid harus bersikap aktif, bahkan dalam proses
belajar mengajar (PBM) diusahakan selalu peningkatan kadar cara belajar siswa
aktif (CBSA).
Proses belajar mengajar diperlukan komunikasi yang baik antara guru
dan siswa serta siswa dengan siswa. Selanjutnya Iskandar Wiryokusumo dan
Mandalika mengatakan, kontak antara guru dan siswa dapat berlangsung wajar
bila terutama para guru dapat memperlakukan para siswa secara wajar pula. Hal
ini terlaksana apabila para guru memahami pribadi muridnya sehingga akan
mungkin untuk mengadakan komunikasi pribadi sesuai dengan proporsinya
masing-masing, selama masih dalam batas-batas normal edukatif. Dengan
demikian seorang guru mengatur dan merencanakan komunikasinya dengan
siswa dalam rangka mempercepat tercapainya tujuan pendidikan sesuai dengan
tingkat perkembangan pribadi siswa.
Dengan demikian berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sangat
dipengaruhi oleh hubungan antara pribadi guru dengan pribadi siswa juga olehcita-cita dari individu-individu untuk memperbaiki apa yang telah dicapai.
Untuk itu pelaksanaan proses belajar mengajar yang baik sangat dibutuhkan di
sekolah-sekolah guna memaksimalkan prestasi belajar siswa yang membutuhkan
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
13/140
12 Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016
penyajian materi oleh guru sesuai dengan kurikulum yang berlaku, memiliki
tenaga pengajar yang bermutu serta menyediakan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan serta menggunakan metode dan bahan ajar yang sesuai.
erdapat banyak faktor yang mempengaruhi belajar dari siswa seperti yang
dikemukakan oleh Sumadi Suryabrata dalam bukunya Psikologi Pendidikan,
yaitu pertama , Faktor yang berasal dari luar diri siswa: a. Faktor-faktor non-sosial,
misalnya keadaan udara suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang, malam), alat-alat
yang dipakai untuk belajar (alat tulis menulis buku-buku, alat-alat peraga, dsb),
b. faktor-faktor sosial adalah faktor manusia dimana kehadiran seseorang pada
waktu belajar dapat mengganggu. Kedua , faktor-faktor dari dalam diri siswa: a.
faktor fisiologi: - keadaan jasmani pada umumnya, - keadaan jasmani tertentu
terutama panca indera yaitu mata dan telinga, b. faktor-faktor psikologis yaitufaktok yang mendorong aktifitas belajar yang merupakan alasan dilakukannya
perbuatan belajar.
Selanjutnya oleh Ngalim Purwanto berpendapat, faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa dibedakan dalam dua golongan yaitu: faktor
individual dan faktor sosial. Faktor individual yaitu faktor yang ada pada pada
diri organisme antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, cara
belajar siswa latihan, motivasi, faktor pribadi, serta faktor sosial yaitu faktor yang
ada di luar organisme antara lain: faktor keluarga, guru dan cara mengajarnya,
alat-alat yang dipergunakanya, kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.
Dipertegas pula oleh Herman Hudoyo dalam bukunya Pengantar Penelitian
Matematika mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
adalah: a. Siswa; keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kematangan,
cara belajar siswa, sikap emosi, intelektualitas dan penyesuaian diri terhadap
lingkungan, b. Isi pelajaran; menyangkut materi, luas dan urutan materi, c.
Pengajar; memegang peranan yang penting dalam keberhasilan siswa, d. Metodedalam pengajaran yang digunakan.
Dengan demikian bahwa proses belajar mengajar yang biasa dilakukan
untuk mencapai suatu keberhasilan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor
yang berasal dari dalam diri siswa misalnya intelegensi/kematangan, cara belajar,
intelektual, sikap, emosi dan faktor yang berasal dari luar diri siswa berupa isi
pelajaran, metode yang digunakan, fasilitas pendidikan, guru, lingkungan
keluarga serta status sekolah.
2.3 Evaluasi
Suatu evaluasi sangat diperlukan dalam setiap proses belajar mengajar.
Dalam arti luas menurut Mehrens dan Lemens yang dikutip oleh Ngalim Purwanto
mengatakan bahwa: evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
14/140
Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 13
dan menyediakan informasi yang sangat dibutuhkan untuk membuat alternatif-
alternatif keputusan.
Lebih jauh oleh Ngalim Purwanto mengatakan, evaluasi atau penilaian
merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi
atau data, berdasarkan data tersebut dicoba untuk membuat suatu keputusan.
Sudah barang tentu informasi atau data yang dikumpulkan itu haruslah data
yang sesuai dan mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan.
Dari pendapat tersebut di atas berarti bahwa evaluasi dalam proses belajar
mengajar sangat penting sebab akan diketahui sejauhmana hasil dari proses belajar
mengajar yang dilakukan. Inipun bertujuan untuk dapat mengoreksi tindakan
apa yang harus dilakukan dengan melihat hasil evaluasi tersebut. Hal senada
dikemukakan oleh Drs. Zainal Arifin dalam bukunya Evaluasi Instruksional:“…Evaluasi bertujuan : 1. Untuk mengetahui sejauhmana anak didik
menguasai materi yang telah diberikan. 2. Untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan dan keuletan, kemampuan anak didik terhadap
materi pelajaran. 3. Untuk mengetahui apakah tingkat kemampuan
menurut program kerja. 4. Untuk mengetahui tingkat keefektifan strategi
pengajaran yang telah digunakan, baik yang menyangkut metode maupun
teknik dalam belajar mengajar…”
Demikian pula oleh M. Chabib Toha mengemukakan alasan-alasandiadakannya evaluasi yaitu: 1. Untuk mengarahkan bagaimana pelaksanaan proses
belajar mengajar yang seharusnya dilaksanakan, sekaligus merupakan kerangka
acuan untuk melaksanakan kegiatan evaluasi hasil belajar, 2. kegiatan terhadap
evaluasi hasil belajar merupakan salah satu cirri pendidikan profesional bila
pekerja memerlukan pendidikan, 3. Bila dilihat dari pendekatan kelembagaan,
kegiatan pendidikan adalah merupakan kegiatan managemen yang meliputi
planning, organizing, actuating, controlling dan evaluating.
Dalam proses belajar mengajar hasil evaluasi dapat berupa peningkatan
prestasi ataupun penurunan prestasi. etapi yang diharapkan adalah prestasi
yang menggembirakan yaitu berupa peningkatan. Demikian pula dalam proses
belajar mengajar khususnya bidang studi matematika.
Pada umumnya tes prestasi belejar yang dilakukan di sekolah-sekolah
berupa tes standar dan tes buatan guru. Yang dimaksud tes standar yaitu tes yang
mengalami standarnisasi, yakni validasi dan keandalan yang di akui oleh para
ahli atau guru-guru yang berpengalaman. Suatu tes disebut valit jika tes tersebutbenar-benar mampu menilai apa yang harus dinilai. es tersebut jika digunakan
dapat mencapai sasaran dengan tujuan yang telah direncanakan. es dikatakan
andal jika tes tersebut menunjukkan ketelitian dalam pengukuran, ketelitian
ini berlaku untuk setiap orang yang diukur dengan tes yang sama. es sejenis
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
15/140
14 Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016
ini biasanya disusun oleh panitia atau suatu tim khusus yang diberi wewenang
oleh pemerintah dan dipakai sebagai alat ukur program secara keseluruhan,
misalnya US dan UN. Sedangkan tes buatan guru adalah tes yang dibuat oleh
guru-guru ditiap sekolah baik untuk ulangan harian maupun untuk ulangan
blok atau ulangan semester. Maksud dari tes tersebut adalah untuk mengukur
sejauhmana kemampuan siswa dalam pokok bahasan tertentu dan dalam jangka
waktu tertentu.
2.4 Bahan Ajar Berbasis TIK
Bahan Ajar Berbasis IK adalah seperangkat alat pembelajaran yang dibuat
dengan memanfaatkan teknologi canggih dengan menggunakan komputer/
Laptop serta LCD sebagai media penyampaian materi pembelajaran yang di
sampaikan guru di kelas.Ini berarti teori pembelajaran konvensional yang biasa
dilakukan selama ini akan diabaikan dengan memanfaatkan teknologi yang ada.
Dan Bahan Ajar berbasis IK merupakan bahan ajar yang mudah dipahami oleh
siswa dan dengan demikian dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa
bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Setiap guru harus memiliki atau
menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum dan tuntutan pemecahanmasalah dalam belajar.
Bahan ajar disusun dengan tujuan : 1. Menyediakan bahan ajar yang
sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan
peserta didik. 2. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan
ajar disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh. 3. Memudahkan
guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Adapun pembuatan bahan ajar mempunyai manfaat bagi guru sendiri
yaitu : 1. Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuaidengan kebutuhan peserta didik. 2. idak lagi tergantung pada buku teks. 3.
Memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi. 3.
Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan
ajar. 4. Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan
peserta didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya. 5.
Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku yang diterbitkan.
Demikian pula bahan ajar mempunyai manfaat bagi peserta didik yaitu:1. Kegiatan pembelajaran lebih menarik. 2. Kesempatan untuk belajar secara
mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap diri. 3. Mendapatkan
kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.
Prinsip pengembangan bahan ajar adalah: 1. Mulai dari yang mudah
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
16/140
Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 15
untuk memahami yang sulit, dari yang konkret untuk memahami yang
abstrak. 2. Mengulangi akan memperkuat pemahaman. 3. Umpan balik positif
akan memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta didik. 4. Motivasi
belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.
5. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap akan mencapai
ketinggian tertentu. 6. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong
peserta didik untuk terus mencapai tujuan
Adapun jenis-jenis bahan ajar yaitu :
Bahan ajar pandang ( visual ) terdiri atas bahan cetak antara lain :1.
handout,buku, modul, LKS, brosur, foto, dan lain-lain
Bahan ajar dengar (audio) : seperti kaset, radio, dan lain-lain2.
Bahan ajar pandang dengar (audio visual ) : Video, film3.Bahan ajar multimedia interaktif seperti : CAI ( Omputer Assisted4.
Instruction) , CD, multimedia pembelajaran interaktif, bahan ajar
berbasis WEB .
2.5 Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah sistem pembelajaran yang diterapkan guru
dalam proses belajar mengajar di kelas. Ada berbagai macam sistem atau metode
pembelajaran antara lain : metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi,dan lain-lain. Sistem pembelajaran ini dapat dilakukan dalam setiap proses
belajar mengajar dengan 1 metode atau dengan dua metode . ujuannya adalah
peningkatan prestasi belajar siswa. etapi dalam penelitian ini yang ditekankan
untuk diteliti adalah dengan menggunakan metode berbasis IK.
3. PEMBAHASAN
1. Latar Penelitian
Penelitian ini berlokasi pada SMA Negeri 1 Rindi Umalulu, KecamatanUmalulu, Kabupaten Sumba imur. Pelaksanaan pembelajaran di kelas berjalan
dengan baik namun prestasi belajar siswa masih biasa saja. Artinya bahwa prestasi
belajar siswa belum ada yang menonjol. ingkat keberhasilan dalam mencapai
KKM masih sebagian siswa belum mencapai KKM. Dengan melihat kondisi
itu maka peneliti melakukan penelitian serta melakukan pengamatan awal yang
menunjukkan bahwa :
Guru belum menerapkan pola pembelajaran yang menyenangkan1.Guru belum mengetahui bahan ajar berbasis IK 2.
Belum ada inovasi guru dalam membuat bahan ajar3.
Guru belum menerapkan penggunaan bahan ajar berbasis IK 4.
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
17/140
16 Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016
Antusias siswa dalam menerima pelajaran rendah5.
Belum banyak siswa yang bertanya/keaktifan peserta didik rendah6.
Prestasi belajar siswa masi sebagian yang mencapai KKM7.
Dengan adanya penelitian ini dan lewat Diklat Bahan Ajar Bebasis IK
diharapkan bahwa akan adanya perubahan peningkatan prestasi belajar peserta
didik dimana guru akan mengadakan inovasi dalam pembelajaran dengan
menerapkan Bahan Ajar Berbasis IK.
2. Sajian Data Tiap Siklus
Dalam penelitian ini jumlah responden sebanyak 42 orang guru yang
mengajar pada SMA Negeri 1 Rindi Umalulu. Sampel yang diambil untuk
dianalisis berdasarkan hasil penelitian adalah 75 % yaitu sebanyak 32 orang
guru yang dipilih secara acak.
3.2.1 Siklus 1:
Berdasarkan hasil penelitian maka ditemukan bahwa setelah diadakan
diklat bahan ajar berbasis IK maka :
Sebagian Guru telah menerapkan pola pembelajaran yang1.
menyenangkan
Sebagian Guru sudah mengetahui bahan ajar berbasis IK 2.
elah ada inovasi Sebagian guru dalam membuat bahan ajar3.Sebagian Guru sudah menerapkan penggunaan bahan ajar berbasis IK 4.
Antusias siswa dalam menerima pelajaran tinggi5.
Banyak siswa yang bertanya/keaktifan siswa tinggi6.
Prestasi belajar siswa meningkat7.
Keberhasilan guru dalam menerapkan bahan ajar berbasis IK di sekolah
masih berkisar pada 75%. Berarti masih 25% guru yang belum berhasil
menerapkan inovasi bahan ajar di kelas (Data terlampir). Ini berarti untukmenilai keberhasilan tindakan yang diberikan dengan indikator keberhasilan
adalah :
erjadi pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis IK 1.
erjadi inovasi penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran2.
erjadi peningkatan kemampuan guru dalam menggunakan bahan ajar3.
berbasis IK
erjadi peningkatan prestasi belajar siswa setelah guru menggunakan4.
bahan ajar berbasis IK emuan peneliti di lapangan, 25% guru yang belum berhasil menerapkan
pembelajaran berbasis IK dengan menggunakan Bahan Ajar berbasis IK.
Maka akan diadakan pembinaan khusus yang hasilnya akan dilihat dan dianalisis
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
18/140
Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 17
pada Siklus 2.
3.2.2 Siklus 2:
Pada Siklus 2 ini, guru yang belum berhasil dilakukan pembinaan khusus
oleh Kepala Sekolah untuk dapat memperbaiki pembelajaran yang dilakukandi kelas dengan menggunakan Bahan Ajar Berbasis IK. Hasilnya adalah guru
yang bersangkutan telah memperbaiki model pembelajarannya di kelas sehingga
ada peningkatan kemampuan guru dalam inovasi pembuatan bahan ajar berbasis
IK yang menyebabkan terjadinya peningkatan prestasi belajar peserta didik
(data terlampir).
3.2.3 Pembahasan
Dengan telah dilaksanakannya penelitian dari tahap awal sampai padasiklus 2 maka terdapat perbedaan yang sangat signifikan. Pada kondisi awal
sebelum adanya Diklat Bahan Ajar Berbasis IK, guru masih menggunakan
bahan ajar yang konvensional yang belum menyentuh kebutuhan peserta didik.
Demikian pula pada kondisi awal peserta didik belum banyak menunjukkan
keaktifannya dalam proses belajar mengajar, belum banyak bertanya.
Namun setelah diadakan Diklat Bahan Ajar Berbasis IK maka ada
inovasi guru dalam membuat bahan ajar. Guru menggunakan Bahan Ajar
Berbasis IK yang membuat peserta didik lebih tertarik dalam menerima materibelajar yang disampaikan. Juga keaktifan peserta didik sudah mulai muncul yang
menyebabkan prestasi belajarnya juga meningkat.
Namun pada tahap awal masih terdapat 8 orang guru atau 25% guru dari
32 sampel yang diambil secara acak masih belum berhasil dalam melakukan
pembelajaran berbasis IK. Artinya bahwa masih harus ada lagi inovasi serta
kemauan guru untuk melakukan pembelajaran yang menyenangkan serta
menarik minat peserta didik dalam menerima materi pembelajaran di kelas.Pada siklus 2 guru-guru yang bersangkutan dipanggil oleh Kepala Sekolah
dalam hal ini juga sebagai peneliti untuk memberikan arahan serta memberikan
motivasi pada guru tersebut agar dalam pembelajarannya di kelas dapat
menggunakan Bahan Ajar Berbasis IK yang menyenangkan dan menarik minat
peserta didik untuk menerima materi pembelajarannya. Hasilnya adalah guru
berhasil membuat inovasi Bahan Ajar Berbasis IK dan dapat menerapkannya
di kelas.
4. SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa pada SMA Negeri
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
19/140
18 Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016
1 Rindi Umalulu telah:
erjadi pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis IK 1.
erjadi inovasi penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran2.
erjadi peningkatan kemampuan guru dalam menggunakan bahan ajar3.
berbasis IK
erjadi peningkatan prestasi belajar siswa setelah guru menggunakan4.
bahan ajar berbasis IK
4.2 Saran
Dari hasil penelitian ini maka peneliti dapat memberika saran bahwa
pada SMA Negeri 1 Rindi Umalulu perlu terus:
Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis1.
IK
Melaksanakan inovasi penggunaan bahan ajar dalam proses2.
pembelajaran
Melaksanakan peningkatan kemampuan guru dalam menggunakan3.
bahan ajar berbasis IKdalam berbagai diklat
Melaksanakan peningkatan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran4.
dengan menggunakan bahan ajar berbasis IK yang disiapkan oleh
guru.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim. 1982. Landasan Matematika. Jakarta: Bharata Karya Aksara
Herman Hudoyo. 1982. Pengantar Penelitian Matematika. Malang : IKIP
Kusumo, Iskandar dan Drs. Mandalika. 1982. Kumpulan Pikiran-Pikiran
Dalam Pendidikan. Jakarta: Rajawali.Purwanto, Ngalim. 1992. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosda Karya
Purwanto, Ngalim. 1982. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Rudini, H. Potret dan Problematika Indonesia . Dalam Majalah Mimbar
Pendidikan No. 3 HN IX
Russefendi, E. . 1989. Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer
Untuk Guru, Edisi ke Empat. Bandung: arsito.Surya Brata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Toha, M. Chabib. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Gramedia
Persada.
UU RI No. 2 HN. 1989. Sistem Pendidikan Nasional. Semarang: ugu Muda
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
20/140
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah membantu guru mata pelajaran agar mampu
menyusun RPP sehingga dapat menjadi acuan dalam proses pembelajaran, agar
mencapai ketuntasan minimal. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan
sebagai berikut : 1. Pelaksanaan standar proses harus didukung dengan peningkatan
kompetensi guru termasuk kemampuan menyusun perangkat pembelajaran seperti
menyusun RPP. 2. Peningkatan kemampuan guru dalam penyusunan RPP dapat
dilakukan melalui IHT. 3. Setelah kegiatan IHT peningkatan kemampuan guru
dalam menyusun RPP sangat perlu dilakukan pendampingan dan pembimbingan.
Oleh karena itu kegiatan IHT perlu digalakkan untuk meningkatkan
kompetensi guru sehingga guru sungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk
melayani anak didik dengan sebaik-baiknya sehingga ketuntasan minimal setiap
mata pelajaran tercapai. Dengan denikian mutu pendidikan di SMA PGRI
Waingapu akan meningkat.
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAMPEMBUATAN RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN MELALUI KEGIATAN
IN HOUSE TRAINING (IHT)
DI SMA PGRI WAINGAPU – SUMBA TIMUR
Rambu Mbangi R awambaku
SMA PGRI Waingapu, Sumba Timur
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
21/140
20 Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ujuan Pendidikan Nasional dinyatakan dengan bermacam-macam
rumusan yang berbeda. Ada rumusan yang tidak resmi seperti yang dikemukakan
orang tua, siswa serta rumusan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Pengkajian atas rumusan-rumusan tujuan pendidikan itu tidak berdiri
sendiri. Antara satu tujuan pendidikan dengan pendidikan lainnya mempunyai
hubungan yang kesinambungan. Dewasa ini merupakan suatu keharusan bahwa
kompetensi guru dalam merancang Rencana Pembelajaran perlu ditingkatkan
sehingga pada akhirnya benar-benar menjadi guru profesional demi pencapain
tujuan pendidikan yang diharapkan di dalam Kurikulum ingkat SatuanPendidikan (KSP)
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan “ ujuan Pendidikan
Nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada uhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab“.
ujuan Pendidikan Nasional tersebut perlu diterjemahkan secara konkrit
dalam operasionalnya di lapangan mencakup : standar kompetensi, seperangkat
kompetensi yang dilakukan secara nasional dan diwujudkan dengan hasil belajar
siswa, kompetensi dasarnya itu kompetensi-kompetensi pokok yang seharusnya
dimiliki siswa setelah mereka mengikuti mata pelajaran tertentu pada waktu
tertentu dan berlaku secara Nasional.
Indikator pencapaian hasil belajar merupakan penanda pencapaian
kompetensi yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yangmencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan, tujuan pembelajaran merupakan
tujuan yang ingin dicapai pada tingkat pembelajaran ( Muslich, 2008).
ujuan Pendidikan Nasional merupakan tujuan pendidikan umum
sedangkan tujuan pembelajaran merupakan tujuan jangka pendek yang
diperlukan sebagai dasar seorang guru dalam melakukan evaluasi terhadap
keberhasilan pencapaian pembelajaran. ujuan pembelajaran memberikan
beberapa manfaat bagi guru seperti : memberikan arahan bagi siswa dalam
merencanakan proses belajar mengajar kepada para siswa, merupakan media
yang dapat digunakan untuk menyampaikan apa yang telah guru lakukan pada
orang lain yang berkepentingan terhadap proses pembelajaran, memberikan
basis untuk melakukan evaluasi pembelajaran pada siswa.
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
22/140
Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 21
Oleh karena itu kegiatan belajar mengajar di kelas lebih diutamakan tujuan
khusus karena lebih jelas dan lebih mudah pencapaiannya. Dalam menyiapkan
pembelajaran guru menjabarkan tujuan mengajarnya dalam bentuk-bentuk
tujuan khusus karena hal ini akan dapat memberikan gambaran yang lebih persis
pada perilaku siswa, sedangkan di pihak lain suatu perumusan tujuan umum
lebih bersifat abstrak, pencapaiannya dalam jangka waktu lama dan lebih sukar
diukur.
ujuan pembelajaran pada prinsipnya dapat disusun dengan
mempertimbangkan tiga komponen penting seperti :
1. Subyek yang menjadi sasaran pembelajaran.
2. Media perubahan perilaku yang direncanakan.
3. Adanya kriteria kuantitatif yang dapat diukur sebagai refleksikeberhasilan.
Pencapaian hasil belajar di kelas di lakukan dengan cara mengukur melalui
2 cara yaitu :
1. ingkat ketercapaian standar yang telah ditentukan.
2. Melalui tugas-tugas yang dapat diselesaikan secara tuntas.
Permasalahan yang diperoleh di lapangan adalah guru belum
melaksanakan seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 ahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang
mengamanatkan bahwa setiap setiap satuan pendidikan agar membuat Kurikulum
ingkat Satuan Pendidikan (KSP) sebagai pengembangan kurikulum. Selain
ada keanekaragaman pemahaman guru-guru tentang KSP, latar belakang
pendidikan guru juga bervariasi. Meskipun demikian, guru sebagai manejer
pendidikan, tugas utamanya sebelum mengajar di kelas adalah menyusun RPP
yang semestinya berbasis KSP.
Merujuk pada hal tersebut di atas, maka seorang guru harus mampumerencanakan pembelajaran sesuai dengan perubahan kurikulum yang ada yaitu
Kurikulum ingkat Satuan Pendidikan (KSP). Merencanakan pembelajaran
meliputi : merumuskan pembelajaran, memilih dan menetapkan bahan ajar,
memilih dan menetapkan kegiatan belajar mengajar, memilih dan menentukan
media pembelajaran, dan menentukan alat evaluasi yang digunakan.
Guru yang profesional harus memiliki berbagai kompetensi yang
salah satunya adalah penyusunan program yaitu menyusun RPP untuk
mempersiapkan proses pembelajaran yang akan dilaksanakannya. Hal ini
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan dan Permendiknas Nomor 16 ahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi dan Kompetensi Akademik Guru, dan Permendiknas Nomor 10
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
23/140
22 Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016
ahun 2009 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan.
Sesuai kondisi nyata di SMA PGRI Waingapu, sebagian besar guru
kesulitan dalam menyusun RPP. Penyebabnya adalah antara lain:
1. erdapat 35 % guru yang membuat RPP dan sudah menerapkan pada
proses pembelajaran
2. erdapat 30% guru yang sudah mengikuti pelatihan penyusunan RPP
namum belum menyusun secara lengkap serta menerapkan secara baik
pada proses pembelajaran;
3. erdapat 35 % guru yang belum mengikuti pelatihan dalam penyusunan
RPP, mereka hanya copy paste dari rekannya.
Kondisi tersebut, tentu saja tidak dapat dibiarkan terus menerus, tetapi
harus ada solusi atau tindakan nyata dari kepala sekolah. Berkaitan dengan itu,para guru harus dibina dan difasilitasi untuk meningkatkan kemampuannya
dalam menyusun RPP.
1.2 Rumusan Masalah
Upaya meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP
sesungguhnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui
pelatihan, mengikutsertakan guru dalam seminar-seminar dan workshop atau
IH, menyediakan berbagai panduan dan modul, semiloka, serta berbagaiupaya lainnya. Namun dengan mempertimbangkan segala keunggulan dan
kelemahannya, maka yang lebih tepat adalah IH. Sehubungan dengan hal
tersebut di atas, masalah penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
penelitian: “Apakah melalui IH penyusunan RPP dapat meningkatkan
kompetensi guru mata pelajaran pada SMA PGRI Waingapu”
1.3. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan di atas, maka tujuan utama dalam IHpenyusunan RPP adalah membantu guru mata pelajaran agar mampu menyusun
RPP sehingga dapat menjadi acuan di dalam proses pembelajaran, agar mencapai
ketuntasan minimal.
1.4 Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tindakan ini ialah pendekatan
kualitatif. Artinya, penelitian ini dilakukan karena ditemukan permasalahan
rencana pelaksaan pembelajaran. Permasalahan ini ditindaklanjuti dengan cara
menerapkan pelatihan/ IH yang diamati kemudian dianalisis dan direfleksi.
Hasil revisi kemudian diterapkan kembali pada siklus-siklus berikutnya.
Penelitian tindakan ini menggunakan tiga siklus, siklus I, siklus II, dan siklus
III. Masing-masing siklus menggunakan empat tahapan, yaitu (1) menyusun
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
24/140
Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 23
rencana tindakan, (2) melaksanakan tindakan, (3) melakukan observasi, (4)
membuat analisis dilanjutkan dengan melakukan refleksi.
Untuk mengetahui hasil penelitian tindakan ini, diperlukan data. Untuk
mengumpulkan data diperlukan alat pengumpul data. Dalam penelitian tindakan ini
diperlukan dua macam alat pengumpul data, yaitu lembar observasi yang dipergunakan
untuk mengamati aktivitas guru selama menyusun RPP, dan angket untuk melakukan
klarifikasi antara hasil observasi oleh pengamat dengan responden selaku sasaran yang
diteliti. Ini dilakukan dalam upaya meminimalkan kesenjangan hasil penelitian yang
diperoleh dari pengolahan data.
eknik analisis data yang dilakukan adalah analisis kualitatif dan kuantitaif.
Analisis kualitatif dipergunakan untuk mengolah data hasil pengamatan selama proses
tindakan, sedangkan analisis kuantatif dipergunakan untuk mengolah data hasilpelatihan untuk mengetahui peningkatan kemampuan fungsional.
2. KAJIAN TEORI
2.1 Kompetensi Guru
Guru merupakan salah satu komponen sentral lembaga pendidikan. Baik
atau buruknya perilaku cara mengajar guru akan mempengaruhi mutu lembaga
pendidikan. Oleh karena itu sumber daya guru ini harus dikembangkan melalui
pendidikan, pelatihan dan kegiatan lain agar kompetensi dan profesionalnyalebih meningkat.
Proses belajar mengajar dikelas merupakan inti dari kegiatan pendidikan
di sekolah. Agar kompetensi dapat dicapai, maka perlu adanya administrasi dan
supervisi kegiatan belajar mengajar melalui pembuatan pelaksanaan, dan evaluasi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Menurut Undang-undang Nomor 14 ahun 2005 tentang guru dan dosen
pasal 1 ayat 10, dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
ketrampilan dan perilaku yang harus dikuasai oleh guru dalam melaksanakan
tugas profesional. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 ahun
2005 pasal 28 ayat 3, menguraikan bahwa guru harus memiliki 4 (empat)
kompetensi, yakni : kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial.
1. Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan mengelola data bagi peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian adalah kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik danberakhlak mulia.
3. Kompetensi Profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
25/140
24 Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
4. Kompetensi Sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
didik dan masyarakat sekitar.
Seorang guru profesional, harus memiliki kompetensi yaitu seperangkat
kemampuan sehingga dapat mewujudkan kinerja profesional (Alma, dkk,
2008). Sagala (2008) menyatakan dalam proses pendidikan, komponen guru
memiliki peran sentral dan strategik dalam membimbing peserta didik kearah
kedewasaan, ketangkasan, kemandirian, sehingga guru sering dikatakan sebagai
ujung tombak pendidikan dalam melaksanakan tugasnya. Seorang guru tidakhanya menguasai bahan ajar dan kemampuan teknis edukatif, tetapi juga harus
memiliki kepribadian dan integritas pribadi yang dapat diandalkan sehingga
menjadi sosok didik bagi peserta didik, keluarga maupun masyarakat.
2.2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversikan sesuai satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta
didik. (UU No. 20 ahun 2003) Kurikulum untuk jenis pendidikan umum,kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
1. Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia
2. Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian
3. Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan eknologi
4. Kelompok mata pelajaran Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PP No.
9 ahun 2005)
Kelompok mata pelajaran dilaksanakan melalui muatan dan atau kegiatan
pembelajaran sebagaimana dirumuskan dalam Permen 21 dan 23 tentang standar
isi dan standar kelulusan. Menurut Mulyasa dlam (Sigipilu, 2008) menyatakan:
Kurikulum ingkat Satuan Pendidikan (KSP) merupakan kurikulm yang
dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah,
karakteristik daerah/sekolah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik
peserta didik sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat
satuan dan standar kompetensi kelulusan, dibawah supervisi Dinas Kabupaten/
Kota yang bertanggung jawab dibidang pendidikan.KSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum 1994 agar
lebih familiar dengan guru, karena guru banyak dilibatkan dan diharapkan
memiliki tanggung jawab yang memadai. Kurikulum ingkat Satuan Pendidikan
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
26/140
Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 25
(KSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan dengan acuan operasional penyusunan sebagai
berikut :
1. Peningkatan Iman dan aqwa serta berakhlak mulia
2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik
3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
4. untutan pembangunan daerah dan nasional
5. untutan dunia kerja
6. Perkembangan ilmu, teknologi dan seni
7. Agama
8. Dinamika perkembangan global9. Peraturan nasional dan kebangsaan
10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
11. Kesejahteraan jender
12. Karakteristik satuan pendidikan
Kewenangan sekolah dalam menyusun kurikulum memungkinkan sekolah
menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah dan kondisi
daerah. Dengan demikian daerah atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk
merancang dan menentukan hal-hal yang diajarkan; pengelolaan pengalaman
belajar, cara mengajar dan menilai keberhasilan belajar mengajar. (Karsidi,
2007). Oleh karena itu setiap pendidikan diharapkan dapat mengembangkan
kurikulum perlu diadaptasikan dengan kondisi sekolah, masyarakat, serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi
yang berkembang sangat pesat bersama dengan era globalisasi.
2.3 Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, indikator pembelajaran, indikator pencapaian
kompetansi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
(Depdiknas, 2007). Dalam membuat rencana pelaksanaan pembayaran seorang
guru harus mengembangkan silabus yang didalamnya secara khusus termuat
indikator pencapaian hasil belajar agar dapat mencapai kompetensi pembelajaran
yang diharapkan.Di dalam PP No. 9 ahun 2005 pasal 20 menguraikan perencanaan
proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
27/140
26 Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016
pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
Silabus pada dasarnya merupakan perencanaan pembelajaran dari
perangkat standar kompetensi dalam kurikulum yang dilaksanakan pada kegiatan
pembelajaran. Penyusunan silabus tersebut mempertimbangkan karakteristik
siswa, tujuan atau kemampuan yang akan dibentuk, hakekat materi, karakteristik
individual guru, sumber belajar, sarana atau fasilitas yang tersedia dan waktu
yang dibutuhkan untuk menuntaskan kompetensi yang hendak dicapai. (Aqib
dan Rohmanto, 2007).
Silabus harus disusun secara sistematik dan berisikan komponen-komponen
yang saling berkaitan dan memandu para guru yang menggunakannya dalam
mengelola pembelajaran yang meliputi kompetensi, indikator, materi pelajaran,
langkah pembelajaran (pengalaman belajar), alokasi waktu, sumber belajar (alatdan bahan), dan penilaian. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh
alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan
pembelajaran pada satuan tingkat pendidikan. Selain itu juga menyusun silabus
harus memperhatikan alokasi waktu yang sudah disediakan per semester, per
tahun dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok.
Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalangan
silabus sesuai standar kompetensi dasar untuk mata pelajaran dan alokasi waktu
yang tersedia pada struktur kurikulum. Dalam mengembangkan silabus yang
dilaksanakan oleh guru mata pelajaran, kelompok guru mata pelajaran, atau
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) harus memperhatikan langkah-
langkah pengembangan seperti mengkaji dan menentukan standar kompetensi,
mengkaji dan menentukan kompetensi dasar, mengidentifikasi materi pokok/
pembelajaran, mengembangkan materi pembelajaran, merumuskan indikator
pencapaian kompetensi, menentukan jenis penilaian, menentukan alokasi
waktu dan menentukan sumber belajar. Dalam mengembangkan silabusharus memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan seperti ilmiah, relevan,
sistematik, konsisten, memadai, konstektual dan menyeluruh.
Sangat diharapkan pengembangan silabus oleh guru dalam pembuatan
RPP karena dalam membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran berpedoman
pada silabus yang memuat indikator dan kompetensi yang dicapai oleh peserta
didik sesuai dengan tingkat satuan pendidikan.
2.4 Mengembangkan IndikatorIndikator dikembangkan sesuai karakteristik peserta didik, satuan
pendidikan, dan potensi daerah karena indikator merupakan penanda pencapaian
kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
28/140
Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 27
mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan serta digunakan sebagai dasar
untuk menyusun alat penilaian.
Dalam mengembangkan silabus setiap kompetensi dasar dikembangkan
menjadi beberapa indikator dan menggunakan kata kerja operasional yang dapat
diukur atau observasi. Untuk itu tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah
setara dengan kata kerja dalam kompetensi dasar atau standar kompetensi.
Prinsip pengembangan indikator adalah sesuai dengan kepentingan,
kesinambungan, kesesuaian dan kontekstual karena keseluruhan indikator dalam
satu kompetensi dasar merupakan tanda-tanda, perilaku untuk pencapaian
kompetensi yang merupakan kemampuan berpikir dan bertindak secara
konsisten.
2.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Berdasarkan PP 19 ahun 2005 pasal 20 dinyatakan bahwa:
“Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencanapelaksanaanpem belajaranyang memuat sekurang-kurangnya tujuanpembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, danpenilaian hasil belajar”.
Sesuai dengan Permendiknas No. 41 ahun 2007 tentang standar proses
dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajarpeserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
3. PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian
Pelaksanaan pengumpulan data melalui penilaian standar pelayanan
minimal yang dilengkapi dengan indikator penilaian kepada masing-masing
guru (sebanyak 35 orang) yang tertuang dalam kuisioner dan juga dilengkapi
dengan observasi. Jumlah populasi tersebut dijadikan sampel yang terbagi dalam
2 variabel yaitu guru yang sudah membuat RPP dan sudah mengikuti In House
raining serta mendapat bimbingan secara penuh/berkelanjutan sebanyak 23orang (65,71%) dan 12 orang lainnya masih 34,29 % belum mengikuti In
House raining secara penuh dan belum sungguh sungguh mengikuti kegiatan
pendampingan karena kesibukan kegiatan HU kemerdekaan RI. Sehingga 12
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
29/140
28 Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016
orang guru tersebut perlu diberikan pembimbingan pada siklus I.
abel 4.1
Rentang Skor Kategori Frekuensi Presentase (%)
80 – 100
60 – 79
40 – 59
20 – 39
0 – 19
Amat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
0
23
7
5
0
0
65,71
20
14,29
0
Total 35 100
Penyebab dari dua belas orang guru tersebut belum menyusun secaralenkap perangkat pembelajarannya ( RPP ) karena masih kurang paham dan juga
ada yang berhalangan dalam kegiatan pembimbingan/pendampingan.
Setelah siklus dua dilaksanakan lewat pendampingan/ pembimbingan
dalam penyusunan perencanaan pembelajaran maka kegiatan tersebut berjalan
dan berhasil dengan baik sesuai tujuan yang ingin dicapai (lihat tabel 4.2 )
abel 4.2
Rentang
Skor Kategori
Siklus I Siklus II
Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase
80 – 100
60 – 79
40 – 59
20 – 39
0 – 19
Amat baik
Baik
Cukup
Kurang
S a n g a tKurang
0
23
7
5
0
0
65,71
20
14,29
0
4
31
0
0
0
11,43
88,57
0
0
0
Dengan demikian guru SMA PGRI Waingapu yang sejumlah 35 0rang
telah menyusun RPP secara lengkap dan baik sesuai tuntutan standar nasional
pendidikan.
3.2 Pembahasan
Jumlah guru yang mengikuti IH 35 orang, hanya 23 orang guru yang
berhasil menyusun perangkat pembelajaran secara lengkap sesuai tujuan yang
diinginkan pada siklus I. Sedangkan 12 orang guru belum menyusun secara
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
30/140
Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 29
lengkap karena tidak mengikuti IH dan pembibingan secara penuh. Mengapa
mereka tidak mengikuti secara penuh karena kegiatan IH saat itu bertepatan
dengan kegiatan HU Kemerdekaan RI dimana guru guru tersebut harus ikut
terlibat dalam kegiatan HU dalam rangka membimbing siswa dan guru lainnya
baru direkrut untuk mengajar di SMA PGRI Waingapu
Setelah pembimbingan pada siklus dua dilaksanakan maka 12 orang guru
yang belum menyusun perangkat pembelajaran sesuai panduan pada siklus
pertama dapat menyusun secara lengkap sesuai tujuan yang di harapkan. Berarti
bahwa peningkatan kemampuan guru dalam penyusunan RPP hendaknya
dilakukan melalui IH sehingga pendampingan dan pembimbingan secara
berkesinambungan.
Dengan demikian bahwa kompetensi guru SMA PGRI Waingapu dalampembuatan RPP dapat meningkat karena diadakan dapat ditingkatkan melalui
kegiatan In House raining.
4. SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Pelaksanaan Standar Proses harus di dukung dengan peningkatan Kompetensi1.
guru termasuk kemampuan menyusun perangkat pembelajaran seperti
penyusunan RPP.Peningkatan kemampuan guru dalam penyusunan RPP dapat dilakukan2.
melalui IH.
Setelah kegiatan IH peningkatan kemampuan guru dalam menyusun RPP3.
sangat perlu dilakukan pendampingan/pembimbingan dalam penyusunan
RPP tersebut
4.2 Saran
Bagi Dinas Pendidikan Sumba imur1.
Dinas pendidikan perlu merencanakan diklat tentang peningkatan
kompetensi guru
2. Bagi Kepala SMA PGRI Waingapu
Kepala Sekolah perlu meprogramkan kegiatan IH atau diklat untuk
penikatan kompetensi guru setiap tahun termasuk kompetensi penyusunan
RPP
3. Bagi Guru-guru SMA PGRI Waingapu(1) Guru yang masih yunior atau berkompetensi kurang perlu belajar pada
rekan guru yang memiliki kemampuan lebih dalam kompetensi tertentu.
(2) Perlu berusaha meningkatkan kompetensi dengan berupaya belajar
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
31/140
30 Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016
mandiri dari berbagai sumber. (3) Perlu mengikuti diklat secara serius untuk
peningkatan kompetensi
4. Bagi Peneliti Berikutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan panduan bagi peneliti
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, B. 2008. Guru Profesional Menguasai Metode dan Keterampilan Mengajar.
Bandung: Alfabeta.
Aqib, Z dan Rohmanto, E. 2007 Membangun Profesionalisme Guru danPengawas Sekolah. Bandung: CV. Yrama Widya
Buchori, M. 2007. Evolusi Pendidikan di Indonesia . Yogyakarta: Insispress
Karsidi. 2007. Model KTSP Untuk SD/MI. Solo: iga Serangkai Pustaka
Mandiri.
Muslich, M. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual,
Panduan Bagi Guru, Pengawas Sekolah dan Kepala Sekolah. Jakarta:
Bumi Aksara.
Peraturan Pemerintah No. 19 ahun 2005 entang Standar Nasional
Pendidikan. Bandung: Citra Umbara
Sigipilu. D. 2008. Kemampuan Guru Menyusun RPP Mata Pelajaran IPA
SD Ditinjau Dari Keikutsertaan Dalam Penataran KTSP dan Tingkat
Pendidikan Guru SD Kec. Sidorejo Salatiga (Tesis)
Sukardi, H. M. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta:
Bumi Aksara
Undang-undang No. 14 ahun 2005 entang Guru dan Dosen. Bandung:Citra Umbara
Undang-undang No. 20 ahun 2003 entang Sisdiknas. Bandung: Citra
Umbara
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
32/140
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi guru melalui pemanfaatanmedia komputer di kelas pada SMA Negeri 1 Haharu. Minimnya motivasi guru dalammenggunakan media komputer, dinilai karena kurang mampunya guru tersebut membuat
power point sebagai bentuk tampilan pada materi pelajaran saat pembelajaran di kelas. Halini tentu saja dapat berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Dari hasil penelitian ini, dapatdisimpulkan bahwa, masih minimnya kemampuan guru dalam memanfaatkan mediakomputer (khususnya program power point) selama proses KBM berlangsung pada siklus I.Kalaupun ada, tampilan power point yang disajikan pun dinilai kurang menarik.
Berhadapan dengan situasi yang demikian, sekolah pada akhirnya mengupayakan
pelaksanaan diklat khusus, berkaitan dengan pembuatan media power point sebagai salahsatu bentuk tampilan yang dapat digunakan pada saat proses KBM di kelas, agar proses
pembelajaran lebih menarik sehingga dapat meningkatkan motivasi maupun prestasibelajar siswa. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan kuantitas kesungguhan siswadalam mengikuti pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Terjadi juga peningkatan capaianketuntasan belajar klasikal, yaitu dari 72,96 % (pada siklus I) menjadi 84,18 % (padasiklus II).
Kata-kata kunci: Kemampuan Guru, Media Komputer, Pembelajaran, Diklat
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU
MENGGUNAKAN MEDIA KOMPUTER DALAM
PEMBELAJARAN MELALUI DIKLAT
DI SMAN 1 HAHARU – SUMBA TIMUR
Lodu Namuronja
SMAN 1 Haharu - Sumba Timur
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
33/140
32 Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang dinilai akan semakin
kompleks. Karena itu, guru dituntut untuk (selalu) meningkatkan kapasitasnya,
baik itu pengetahuan akademis, sikap, maupun keterampilannya secara terus-
menerus, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah
satu tuntutan itu adalah kemampuan menggunakan media komputer seiring
dengan adanya paradigma baru yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) dan Kurikulum Satuan Pendidikan (KSP).
Untuk melaksanakan MBS dan KSP secara baik, maka efektifitas semua
komponen dari sistem di sekolah harus berjalan dengan baik. Kelemahan salah
satu komponen, tentunya akan berpengaruh pada komponen lain, yang padaakhirnya akan berpengaruh pula pada sistem. Dan salah satu sistem dari semua
komponen sekolah adalah guru.
Guru dituntut untuk mampu menguasai kurikulum, materi, metode,
penggunaan media (komputer salah satunya) untuk menarik minat belajar siswa.
Guru pun dituntut untuk mengelola kelas secara baik agar pembelajaran dapat
berlangsung aktif, inovatif dan menyenangkan sehingga siswa tidak lagi pasif.
Untuk melakukan inovasi tersebut maka SMA Negeri 1 Haharu melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran komputer di kelas.
Pelaksanaan pembelajaran di kelas yang heterogen diperlukan keterampilan dan
perhatian yang khusus dari seorang guru.
Penelitian yang dilakukan oleh Jean Peaget menunjukkan bahwa anak
(siswa) tidak bertindak dan berfikir sama seperti orang dewasa (Karso, 1998:16).
Oleh karena itu, salah satu tugas utama sekolah, khususnya guru ialah membantu
siswa mengembangkan kemampuan intelektnya sesuai dengan perkembangan
intelektual yang seharusnya.Menurut Oliva, ada 10 peran dari seorang guru (1984:444). Satu
diantaranya adalah peran guru sebagai fasilitator. Guru menyediakan berbagai
lingkungan belajar, memfasilitasi berbagai sumber yang membantu siswa untuk
dapat belajar. Sejalan dengan pendapat de Roche (1985:108) dan Bruner (Karso,
1988:111) yang menekankan bahwa siswa akan lebih mudah menyampaikan
kembali suatu konsep apabila ia mengalami sendiri proses penemuan konsep
tersebut dan disajikan secara menarik. Menarik dalam hal ini adalah penyajian
materi pelajaran yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam
rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, mempermudah konsep
yang kompleks dan abstrak menjadi sesuatu yang lebih sederhana, dan mudah
dipahami. Dengan demikian model penyajian tersebut diharapkan dapat
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
34/140
Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 33
mempertinggi daya serap dan retensi siswa terhadap materi pelajaran.
Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi atau menentukan keberhasilan
pembelajaran di Sekolah Menegah Atas (SMA), tampaknya pemilihan dan
penggunaan media komputer merupakan salah satu jalan keluarnya. Meskipun
taraf berpikir siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) seharusnya sudah pada tingkat
abstrak, namun menurut Sahertia (2000) masih perlu pemanfaatan media untuk
memperbaiki situasi belajar.
Dari pendapat beberapa pakar tersebut, salah satu media yang dipilih dalam
penelitian ini adalah media komputer. Selain sudah akrab dengan keseharian siswa,
pemanfaatan media komputer diharapkan dapat mengubah situasi pembelajaran
di kelas. Rasa takut, bosan, tidak menarik, kaku, dan abstrak yang selama ini
membayangi siswa, akan berubah menjadi gembira, fleksibel, sederhana, dandapat diterima. Media komputer diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa, memperjelas, mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi
lebih sederhana dan mudah dipahami. Sejalan dengan harapan Depdiknas
(2003), perlu ada pembahasan tentang bagaimana pendidikan diterapkan dalam
teknologi informasi, baik sebagai perluasan pengetahuan siswa maupun sebagai
penerapan konsep pendidikan secara langsung pada pembelajaran.
Menurut Sahertian (1990:95), guna memperoleh pengalaman belajar
harus ada keaktifan belajar (learning activity ). Keaktifan belajar itu dapat
diperoleh melalui penginderaan dan pengamatan serta fungsi-fungsi yang lain.
Keaktifan belajar melalui fungsi-fungsi jiwa yang diperoleh diharapkan dapat
memperoleh pengalaman belajar. Dengan demikian model penyajian tersebut
pada akhirnya akan meningkatkan motivasi, prestasi, mempertinggi daya serap
dan retensi siswa terhadap materi pelajaran. Untuk mewujudkan hal tersebut,
maka kemampuan guru untuk memanfaatkan media menjadi prasyarat utama
yang harus ditingkatkan.Sehubungan dengan hal tersebut dan berdasarkan pengamatan penulis di
SMA Negeri 1 Haharu, terdapat beberapa kendala dalam pembelajaran selama
ini. Kendala tersebut antara lain :
Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep1.
Siswa kurang aktif/pasif dalam proses pembelajaran2.
Siswa belum terbiasa untuk bekerja sama dengan temannya untuk3.
belajar
Guru kurang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan4.
sehari-hari
Hasil nilai ulangan/hasil belajar siswa pada pembelajaran yang rendah5.
KKM yang tidak tercapai oleh siswa 6.
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
35/140
34 Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016
Kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran7.
Pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa 8.
Input siswa rendah9.
Hasil ujian nasional SMP/sederajat relatif rendah10.
Rendahnya penggunaan media pembelajaran yang menarik oleh guru11.
untuk dapat menarik minat siswa untuk belajar.
Sebagai kepala sekolah sekaligus pendidik, penulis melihat hal-hal tersebut
diatas merupakan suatu hambatan yang dialami oleh SMA Negeri 1 Haharu.
Karena itu, penulis ingin mengubah hambatan tersebut menjadi suatu kekuatan
dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Salah
satu caranya adalah dengan memanfaatkan media komputer dalam kegiatan
pembelajaran di kelas, yang didahului dengan peningkatan kemampuan gurudalam menggunakan media tersebut, sehingga nantinya akan mendapatkan hasil
yang memuaskan.
Untuk menjawabi hal tersebut, penulis mencoba menawarkan solusi bagi
semua guru bahwa selain menerapkan model-model pembelajaran yang sesuai
dengan kompetensi dasar, juga dapat memanfaatkan media komputer dalam
kegiatan pembelajaran di kelas sehingga dapat menarik minat siswa untuk
belajar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah diklat penggunaan
media komputer dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menarik minat
siswa untuk belajar di SMA Negeri 1 Haharu?”
Adapun operasional rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan menjadi
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah melalui Diklat, guru mampu menggunakan media Komputer1.
dalam pembelajaran di kelas pada SMA Negeri 1 Haharu?
Apakah penggunaan media Komputer di kelas dapat menarik minat2.
siswa untuk belajar pada SMA Negeri 1 Haharu?
Apa saja kendala yang dihadapi guru dalam penggunaan media3.
Komputer di kelas pada SMA Negeri 1 Haharu?
Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan media Komputer di4.
kelas pada SMA Negeri 1 Haharu?
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
36/140
Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 35
1.3 Tujuan Penelitian
ujuan penelitian tindakan sekolah ini adalah:
Dapat meningkatkan kemampuan guru menggunakan media komputer1.
dalam pembelajaran di kelas.
Dapat menggunakan media komputer untuk menarik minat siswa2.
belajar dalam pembelajaran di kelas.
Dapat mengetahui kendala yang dihadapi guru menggunakan media3.
Komputer dalam pembelajaran di kelas.
Dapat mengetahui respon belajar siswa terhadap penggunaan media4.
Komputer dalam pembelajaran di kelas.
1.4 Metode PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) karena
penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas
(Wiriaatmadja, 2005:10). Lebih rinci penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan guru menggunakan media computer dalam pembelajaran di kelas.
Penelitian tindakan ini menggunakan teknik kolaboratif, yakni penelitian
bekerja sama dengan semua guru mata pelajaran dalam melakukan penelitian.
Peneliti bertindak sebagai pengamat, sedangkan guru mata pelajaran bertindak
sebagai penanggung jawab dan penyaji materi. Secara partisipatif tim tersebut
akan bekerja sama mulai dari tahap orientasi dilanjutkan dengan menyusun
perencanaan, tindakan pengamatan, dan melakukan diskusi yang sifatnya analitik
sebelum melakukan refleksi atas semua kegiatan yang telah dilakukan pada
siklus pertama. Hasil diskusi akan digunakan sebagai dasar untuk memodifikasi,
koreksi dan penyempurnaan pembelajaran pada siklus kedua. Demikian pula
apabila perlu dilanjutkan dengan siklus selanjutnya.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : LembarObservasi kegiatan belajar mengajar, dan Angket minat dan motivasi siswa
terhadap pembelajaran menggunakan media computer. Pengolahan data yang
terkumpul dari hasil observasi dan melalui angket/kuesioner di dokumentasikan
untuk mempermudah dilakukannya analisis data. eknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu untuk
menjelaskan adanya perubahan penigkatan kemampuan guru menggunakan
media computer dalam pembelajara di kelas, meningkatnya prestasi belajar yang
di capai siswa, adanya respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran di kelas.
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
37/140
36 Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016
2. KAJIAN TEORI
2.1 Kemampuan Guru
Kompetensi merupakan spesifikasi dari kemampuan, keterampilan dan
sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya di dalam pekerjaan, sesuai
dengan standar kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan (Ditjendikdasmen,
2004:4). Berdasarkan pendapat tersebut seorang yang bekerja sebagai guru, yang
menurut Undang-Undang Guru dan Dosen tahun 2006 merupakan pekerjaan
profesional, maka guru harus memenuhi standar minimal yang dibutuhkan oleh
Kemendiknas.
Seorang guru yang profesional harus memenuhi empat standar
kompetensi antara lain: 1). Kompetensi pedagogik; 2).Kompetensi kepribadian;
3).Kompetensi sosial; 4).Kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebutbertujuan agar guru bermutu akan menjadikan pembelajaran yang bermutu juga
yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.
Untuk mencapai empat kompetensi tersebut, SMA Negeri 1 Haharu
berupaya untuk berinovasi dengan melaksanakan peningkatan kemampuan
guru menggunakan media Komputer dalam proses pembelajaran di kelas
melalui diklat. Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa belajar sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan yang diharapkan. Banyak model pembelajaran
yang dapat dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran yang pada
prinsipnya bertujuan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif
dan efisien, menyenangkan, bermakna, lebih banyak mengaktifkan siswa.
Dalam perkembangan model pembelajaran untuk masa sekarang ini perlu
dikembangkan pembelajaran dengan menggunakan media komputer. Oleh
karena itu guru dalam pelaksanaan pembelajaran mampu menggunakan media
komputer dalam pembelajaran di kelas dengan tujuan agar proses pembelajaran
lebih efektif dan efisien, lebih banyak memberikan kesempatan pada siswa untukberkreasi sehingga siswa lebih aktif.
2.2 Media Komputer
Kata Komputer pada awalnya berasal dari kata compute yang artinya
menghitung. Namun selaras dengan perkembangan teknologi informasi,
perangkat komputer dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan hidup
manusia. Mulai dari kehidupan sehari-hari di rumah hingga di kantor/instansi
hampir semuanya memanfaatkan teknologi komputer.
Pada dasarnya perangkat lunak komputer terdiri dari sistem operasi
dan aplikasi (KKP, 2007). Perangkat Komputer di Indonesia pada umumnya
menggunakan sistem operasi berbasis Windows mulai dari Windows hingga
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
38/140
Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 37
Windows Vista dan bahkan sekarang sudah menggunakan Windows Seven
sebagai program terbarunya. Namun tidak menutup kemungkinan ada yang
menggunakan Linux.
Menurut Zanzat (2004), Windows XP diciptakan sebagai sistem
operasi yang menawarkan kenyamanan, daya tahan, dan ketangguhan sistem
keamanannya. Sedangkan aplikasi Power Point dan Quik yang juga dibawah
lisensi Microsoft Corporation memiliki desain yang menarik dan relative
mudah dioperasikan. Power Point merupakan salah satu program yang lazim
digunakan untuk menyajikan presentasi. Perangkat lunak ini dapat digunakan
untuk presentasi dalam bentuk audio visual. Selain sederhana sehingga mudah
dipahami oleh siswa, program power point sudah diajarkan sejak di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan bahkan dari tingkat Sekolah Dasar. Program inidipilih dengan harapan apabila siswa mengkopi model pembelajaran yang dibuat
dan disajikan guru, dapat dioperasikan dirumah dengan mudah.
Program power point ini memungkinkan pemakai untuk menyisipkan
komponen multimedia seperti : MS Word, MS Exel, suara, foto, grafik, teks, dan
film. Pada perkembangan selanjutnya, program power point dapat dihubungkan
dengan internet. Hal ini dimungkinkan karena dalam MS power point tersedia
fasilitas agar presentasi yang dibuat tersimpan di dalam halaman web atau dalam
format HML (Hyper Text Markup Languange ).
Menu MS Power point terdiri dari file, Edit, View, Insert, Format, Tools,
Slide show, Windows, dan Help. Dalam merancang pembuatan slide presentasi ada
beberapa pilihan, diantaranya ialah melalui Auto Content Wizard , melalui fasilitas
Design Template , atau berkreasi sendiri dengan Blank presentation. Presentasi
yang dibuat akan menarik, apabila dikombinasikan dengan pewarnaan dan
pemanfaatan animasi yang tepat. Pembuatan bangun ruang dilakukan dengan
membuat bidang-bidangnya secara bertahap hingga membentuk bangun ruangmenggunakan fasilitas AutoShapes . Selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan
Fill Color , gerakan menggunakan Costum Animation pada menu Slide Show .
Penambahan tekx sebagai keterangan gambar atau animasi menggunakan menu
Text Box . Akhirnya ditayangkan dilayar menggunakan LCD. Di tengah-tengah
tayangan, guru dapat memberikan penjelasan bila perlu untuk melatih siswa
belajar mandiri.
Interupsi guru dalam pembelajaran ini masih diperlukan. Disamping masih
awal dan perlu pengenalan, juga untuk menghindarkan munculnya masalah
justru pemakaian computer. Dalam penelitian yang dilakukan oleh deRoche
(1985) di Madoson Metropolitan School District Wisconsin, disebutkan bahwa
penggunaan komputer dalam pembelajaran di kelas dapat meningkatkan
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
39/140
38 Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016
motivasi dan prestasi belajar siswa. Dalam Depdiknas (2003) disebutkan bahwa
penggunaan media computer untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran.
Sejalan dengan itu dikatakan oleh Usman dan Asnawir (2002) bahwa penggunaan
Audio visual lebih efektif, karena informasi yang disampaikan lebih banyak dalam
waktu yang singkat dan dapat digunakan dengan teknik berlapis.
Selanjutnya agar pemanfaatan computer di kelas tidak bermasalah,
disebutkan oleh Depdiknas (2003) bahwa agar pembelajaran dengan media
computer dapat berjalan dengan baik, diperlukan perangkat computer yang
memenuhi beberapa persyaratan minimal yang disarankan untuk menjalankan
program pembelajaran yaitu : 1). Prosesor Intel(R) Pentium(R); 2). RAM 2048
MB; 3). Intel (R) HD Graphics; 4). Setting monitor 1600 x 900(32 bit) (60
Hz) Generic Pnp monitor; 5). DVD Multi Recorder RDL; 6). Sound card; 7).Speaker (Realtek High Definition Audio); dan 8). Windows 7 Ultimate 32-bit
ke atas.
Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan yang diakibatkan spesifikasi
perangkat computer yang tidak sesuai atau tidak seragam maka pelaksanaan
pembelajaran di kelas direncanakan menggunakan dua model. Model pertama,
guru dapat mengajak siswa ke Laboratorium Komputer untuk bersama-sama
menggunakan atau mengoperasikan presentasi yang telah dibuat guru. Idealnya
satu computer untuk satu siswa, tetapi bila tidak memungkinkan satu computer
untuk dua atau tiga orang siswa. Pada model kedua, apabila laboratorium
computer sedang dipakai untuk suatu kegiatan, guru dapat menyajikan di
kelas dengan bantuan LCD. Selanjutnya siswa diminta untuk berdiskusi dan
memberikan tanggapan terhadap materi yang telah di pelajari. Diakhir pelajaran
siswa diminta mengerjakan tes yang telah disiapkan guru.
2.3 Kegiatan Pembelajaran
Sekolah yang memiliki proses belajar mengajar (PBM) yang efektifitasnyatinggi ditujukkan oleh sifat PBM yang menekankan pada pemberdayaan
peserta didik (DeRoche, 1985). PBM bukan sekedar memorisasi dan recall atau
penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan (logos).
Akan tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan
sehingga tertanam dalam diri peserta didik, sehingga berfungsi sebagai muatan
nurani dan dihayati serta dipraktikkan dalam kehidupan oleh peserta didik
(etos). Bahkan PBM juga lebih menenkankan pada bagaimana agar peserta didik
mampu belajar cara belajar (learning to learn).Guru yang efektif akan menaruh harapan yang tinggi pada peningkatan
secara maksimal pencapaian prestasi oleh peserta didiknya. Harapan yang tinggi,
menghasilkan performansi yang tinggi (Ubben dan Hughes, 1992).Diperlukan
8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit
40/140
Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 39
berbagai variasi metode dalam pembelajaran agar suasana pembelajaran senantiasa
dinamis dan menarik. Walaupun dinyatakan bahwa siswa dating ke sekolah
dengan berbagai masalah yang akan menimbulkan kesulitan belajar (Ubben dan
Hughes, 1992), namun dijelaskan lebih lanjut, bahwa guru memiliki tanggung
jawab legal (legal responsibility ) yang perlu menyediakan sumber-sumber untuk
meningkatkan kesempatan belajar siswanya. Guru juga memiliki tanggung
jawab moral dalam pelaksanaan fungsinya berperan sebagai petugas layanan
social (quasi-social referral agency ) bagi siswa dalam rangka memenuhi kecukupan
kualitas hidupnya. Hal ini sering dilakukan sebelum elajaran dimulai.
Dijelaskan pula oleh Nicholls dan Nocholls (1972), bahwa lingkungan
asal siswa perlu dianalisa dan dipertimbangkan oleh guru dalam merencanakan
kurikulum. Guru bertugas merumuskan tujuan-tujuan yang hendak dicapai.Untuk mencapai tujuan