Upload
dokhanh
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149
157
PATUNG BUDHA SEBAGAI IKON KERAJINAN PATUNG KAYU
DI KABUPATEN GIANYAR1)
Ni Luh Gde Novitasari2), Ni Nyoman Ayu Suryandari3), I Gede Ngurah Sunatha4) 1) Iptek bagi Masyarakat, 2,3) Fakultas Ekonomi, 4) Fakultas Teknik
(Universitas Mahasaraswati Denpasar)
(email: [email protected])
Ringkasan Eksekutif
Kabupaten Gianyar merupakan etalase berbagai macam produk kerajinan yang dihasilkan
oleh masyarakat sekitarnya. Salah satu kerajinan seni yang pernah mencapai masa emasnya di tahun
90-an adalah kerajinan patung kayu. Salah satu dari kerajinan patung kayu tersebut adalah patung
kayu Budha. Patung Budha menjadi hasil produksi utama di daerah Gianyar karena tingginya
permintaan khususnya dari wisatawan mancanegara. Mengingat proses produksi patung kayu Budha
berbasis home industry, maka eksistensi usaha ini harus mendapat perhatian dan dukungan sebagai
upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sebagai mata pencaharian utama dan
melaksanakan program ekonomi kerakyatan yang dicanangkan pemerintah. Mitra dalam program ini
berjumlah dua orang yaitu IRT I Wayan Sutapa dan IRT I Wayan Sugita. Usaha mitra belum efektif
dan efisien, dalam operasionalnya berbasis home industry dengan menggunakan peralatan gergaji
mesin/ sensor dengan sistem menyewa dan pengamplasan masih manual. Melalui program ini kedua
mitra lebih mampu menghemat biaya dan waktu dalam operasionalnya. Luaran dalam program ini
adalah berupa produk dan jasa. Luaran yang berupa produk diantaranya adalah 1).Pengadaan
peralatan berupa mesin sensor untuk memotong kayu dan juga mesin amplas, 2). Pengadaan atap
pada lokasi pemotongan kayu, 3). Pengadaan drum besar untuk penyimpanan limbah kayu yang akan
dijual, 4).Pengadaan sekop untuk mengumpulkan limbah kayu, 5).Pengadaan rak pajangan untuk
memajang patung sample, 6).Pengadaan masker dan selop tangan untuk menjaga keamanan dan
kesehatan pekerja, 7). Pengadaan papan nama dan kartu nama bagi mitra, dan 8).Pengadaan buku kas
untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran kas. Sedangkan luaran berupa jasa diantaranya adalah
1). Penataan layout produksi, 2). Pendampingan dan penyuluhan pembukuan sederhana, dan 3).
Pendampingan mengenai pemasaran produk patung Budha secara online.
Kata kunci: patung Budha, home industry, efisiensi, efektivitas, pengadaan peralatan, penyuluhan
pembukuan dan pemasaran online
Executive Summary
Gianyar Regency is a storefront handicraft produced by the surrounding community. One of
the art craft ever to reach the golden period in the 90s is the craft of wood sculpture. One of craft
wood sculpture is a wooden statue of Buddha. Buddha statue became a major local production
Gianyar due to high demand, especially from foreign tourists. Given the production process wooden
statue of Buddha-based home industry, the existence of this business to get attention and support in
an effort to improve the community economy as the main livelihood and implement populist economic
program launched by the government. Partners in this program amounted to two persons namely IRT
I Wayan Sutapa and IRT I Wayan Sugita. Venture partners have not been effective and efficient in its
operations based home industry using a chainsaw equipment with renting and sanding systems are
still manual. Through this program, both partners are better able to save costs and time in operation.
Outcomes in this program is in the form of products and services. Outcomes in the form of products
which are 1) .Giving equipment such machines to cut wood and sanding machine, 2). Procurement
roof on the sawmill site, 3). Procurement of large drums for waste storage timber to be sold, 4).
shovel to collect wood waste, 5). shelves for displaying sculpture samples, 6). mask and slippers hand
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149
158
to maintain the safety and health of workers, 7). Procurement nameplate and name cards for partners,
and 8). cash book for recording receipts and disbursements. While output in the form of services
which are 1). Structuring layout production, 2). Mentoring and counseling simple bookkeeping, and
3). assistance in online marketing.
Keywords: Buddha statue, home industry, efficiency, effectiveness
I. PENDAHULUAN
Bali sebagai salah satu tujuan
pariwisata di Indonesia telah mampu menarik
wisatawan mancanegara dan nusantara setiap
tahunnya untuk berwisata. Pariwisata alam
Bali sangat terkenal di dunia, namun yang tak
kalah terkenalnya adalah seni dan budayanya.
Bali memperoleh devisa 5,43 juta dolar AS
dari ekspor patung dan aneka jenis
cinderamata lainnya dari bahan baku kayu.
Ekspor tersebut 23,79% diantaranya diserap
oleh pasaran Amerika Serikat, Prancis
sebanyak 6,47%, Jepang 4,78%, Singapura
0,91%, Australia 4,68%, Italia 3,74%, Inggris
6%, Spanyol 6,59%, Hongkong 0,39%, dan
Jerman 6,40%. Sedangkan 36,25% lainnya
diserap berbagai Negara karena benda seni itu
diminati konsumen mancanegara
(www.sinarharapan.co).
Kerajinan patung yang menembus
pasaran luar negeri tersebut sebagian besar
digeluti para perajin dan seniman daerah
pedesaan Kabupaten Gianyar. Kabupaten
lainnya antara lain Badung, Klungkung,
Tabanan yang juga mulai mengembangkan
kerajinan patung kayu namun belum berhasil
menembus pasaran ekspor, masih berorientasi
pasaran lokal. Dengan demikian, Gianyar
merupakan etalase berbagai macam produk
kerajinan yang dihasilkan oleh masyarakat
sekitarnya. Salah satu kerajinan seni yang
pernah mencapai masa emasnya di tahun 90-an
adalah kerajinan patung kayu. Salah satu dari
kerajinan patung kayu tersebut adalah patung
kayu Budha.
Patung kayu Budha menjadi hasil
produksi utama di daerah Gianyar karena
tingginya permintaan khususnya dari
wisatawan mancanegara. Mengingat proses
produksi patung kayu Budha berbasis home
industry, maka eksistensi usaha ini harus
mendapat perhatian dan dukungan sebagai
upaya untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat sebagai mata pencaharian utama
dan melaksanakan program ekonomi
kerakyatan yang dicanangkan pemerintah.
Delapan puluh persen (80%) hasil produksi
patung kayu Budha di jual di pasar seni
Sukawati dan pasar seni Guwang, serta
berdasarkan pesanan khusus dari wisatawan.
IRT I Wayan Sutapa dan IRT I Wayan
Sugita merupakan industri rumah tangga
yang memproduksi patung kayu berbentuk
Dewi Kwan Im, Vekong, Budha, Naga dan
lain-lain, namun produksi yang paling
dominan adalah patung kayu Budha. IRT I
Wayan Sutapa didirikan oleh I Wayan Sutapa
tahun 1990 di Banjar Puseh, Kecamatan
Sukawati, Kabupaten Gianyar. IRT I Wayan
Sugita didirikan oleh I Wayan Sugita tahun
1998 yang berlokasi di Banjar Puseh,
Kecamatan Sukawati, Gianyar. IRT I Wayan
Sutapa awalnya memproduksi patung Budha
dengan bahan dasar kayu cendana, namun
karena mahal dan sulitnya memperoleh kayu
cendana maka IRT I Wayan Sutapa beralih
menggunakan kayu suar yang harganya lebih
murah. IRT I Wayan Sutapa belum
menggunakan papan nama, kartu nama
maupun cara pemasaran lainnya dan hanya
menjual ke kios di pasar seni Sukawati.
Sementara IRT I Wayan Sugita
memproduksi patung Budha dengan bahan
kayu kayu cendana, kayu gaharu dan kayu
suar dan menjual patung Budha ke kios
miliknya di pasar Sukawati. IRT I Wayan
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149
159
Sugita sudah memiliki papan nama dan kartu
nama untuk memasarkan produknya.
Berkaitan dengan proses produksi
serta operasional dari kedua kelompok usaha
tersebut, maka dapat dijelaskan kondisi
eksisting kedua kelompok usaha tersebut:
1. IRT I Wayan Sutapa dan IRT I Wayan
Sugita memproduksi patung kayu.
Patung kayu dihasilkan dari proses
pemotongan dari kayu batangan jenis
kayu suar, selanjutnya proses pemahatan
kayu menjadi bentuk patung, kemudian
proses pengamplasan dan finishing.
Patung kayu yang dihasilkan sebagian
besar adalah Patung Budha dengan
berbagai ukuran (kecil, sedang dan
besar) sesuai dengan pesanan. Selain
Patung Budha, kelompok usaha ini juga
memahat kayu menjadi bentuk lainnya
yaitu patung Dewi Kwan Im, Vekong,
Naga, dan panel kayu berukir untuk
hiasan dinding. Namun produksi utama
kedua IRT ini adalah patung kayu
Budha.
Foto 1. Patung Budha Produksi IRT
Sugita, Sumber : Dokumentasi Peneliti,
2015
Foto 2. Patung Budha Produksi IRT
Sutapa, Sumber : Dokumentasi Peneliti,
2015
2. Peralatan (mesin pemotong
kayu/sensor) yang dibutuhkan oleh IRT
I Wayan Sutapa dan IRT I Wayan
Sugita untuk memotong kayu adalah
jenis sensor merk still No 023 namun
bukan milik sendiri melainkan
membayar pekerja (sekaligus alat
sensor) untuk datang ke tempat usaha
untuk memotong kayu tersebut.
Pekerja tersebut dibayar sesuai dengan
ukuran patung yaitu ukuran 30cm akan
diupah Rp.8.000/ patung, ukuran 40cm
akan diupah Rp.10.000/patung, dan
ukuran 50cm akan diupah Rp.15.000/
patung. IRT I Wayan Sutapa dan I
Wayan Sugita bisa memotong 10
kayu/hari dengan biaya pemotongan
rata-rata Rp.80.000/hari dan dalam
menghasilkan satu buah patung kayu
siap jual diperlukan waktu hingga 2
hari namun tergantung juga tenaga
kerja yang tersedia.
Foto 3. Mesin Pemotong Kayu/Sensor,
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2015
Foto 4. Hasil Potongan Kayu dan
Bentuk Dasar, Sumber : Dokumentasi
Peneliti, 2015
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149
160
3. Dalam pengamplas patung kayu
Budha, IRT I Wayan Sutapa dan IRT I
Wayan Sugita menggunakan amplas
secara manual sehingga memerlukan
waktu yang cukup lama. Patung kayu
berukuran 30cm memerlukan waktu 10
menit untuk mengamplas, sedangkan
patung berukuran 40cm memerlukan
waktu 15 menit dan patung kayu
berukuran 50cm memerlukan waktu
hingga 25 menit.
4. Tenaga kerja yang dipekerjakan pada
IRT I Wayan Sutapa berjumlah 3 orang
pegawai tetap dan sekitar 4 orang
warga yang membawa patung tersebut
untuk dikerjakan dirumah masing-
masing, sedangkan pada IRT I Wayan
Sugita tenaga kerja berjumlah 3 orang
dan sekitar 4 orang warga sekitar.
Tingginya jumlah permintaan
menyebabkan pemilik terkadang tidak
mampu memenuhi pesanan. Saat
terjadi peningkatan permintaan maka
tidak jarang kedua mitra melakukan
sistem lembur karena terbatasnya
jumlah tenaga kerja.
5. Tempat usaha IRT I Wayan Sutapa dan
I Wayan Sugita terdiri dari tempat
pemotongan, tempat pemahatan,
tempat mengamplas, dan tempat
penyimpanan sebelum diambil oleh
pemesan ataupun tempat pemajangan
patung yang digunakan sebagai
sampel. Tempat produksi tersebut
belum tertata dengan baik, terlebih lagi
pada IRT I Wayan Sutapa, tempat
pemotongan kayu yang berada di luar
rumah dan tidak beratap, akibatnya
ketika hujan turun pekerjaan
pemotongan tidak dapat dilakukan.
Lokasi pemotongan kayu juga kurang
layak karena pemotongan kayu
dilakukan di atas tumpukan limbah
potongan kayu yang dibiarkan begitu
saja dan terkadang saat angin kencang
akan berserakan ke jalan raya. Tempat
pemotongan yang berada di pinggir
jalan raya dan terbuka sangat
mengganggu pandangan pengendara
yang melintas.
6. Tenaga kerja belum menggunakan
penutup hidung dan selop tangan dalam
melakukan proses pemotongan dan
finishing. Kedua IRT tersebut belum
memperhatikan keamanan dan
kesehatan dalam proses produksi.
7. Kedua kelompok usaha belum
memiliki Standar Operasional Prosedur
(SOP) untuk beberapa kegiatan seperti
SOP penerimaan bahan baku berupa
kayu gelondongan, pemotongan bahan
baku, kualitas pemahatan, finishing,
dan penyimpanan patung jadi.
8. Belum adanya tenaga kerja yang
khusus menangani pembukuan
menyebabkan sistem pembukuan
akuntansi belum dapat dilakukan
secara rutin dan teratur. Proses
produksi dari pembelian bahan baku
sampai penyerahan produk pesanan
semuanya dilakukan sambil jalan
sesuai dengan jumlah pesanan.
9. Sistem pemasaran IRT I Wayan Sutapa
adalah penjualan langsung yang
dilakukan ke pasar seni Sukawati serta
menerima pesanan dari pedagang
patung di pasar seni Sukawati. Adanya
keterbatasan peralatan dan modal
menyebabkan tidak memungkinkan
melakukan penjualan seperti IRT I
Wayan Sugita yang melakukan
penjualan di kios yang mereka kontrak
sendiri. Akibatnya hanya sekitar 25%
pasar potensial yang baru dapat diserap
oleh IRT I Wayan Sutapa. Baik IRT I
Wayan Sutapa maupun IRT I Wayan
Sugita memasarkan patung Budha
hanya terbatas pada pasar Sukawati,
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149
161
sehingga diperlukan usaha untuk
memperluas pemasaran.
10. IRT I Wayan Sutapa belum memiliki
papan nama dan kartu nama, sedangkan
IRT I Wayan Sugita sudah memiliki
papan nama dan kartu nama. Papan
nama dan kartu nama adalah suatu
sarana yang dapat digunakan untuk
memperkenalkan tempat usaha kepada
masyarakat.
Kekhasan patung Budha sebagai ikon
kerajinan patung kayu Gianyar merupakan
peluang dan sekaligus tantangan bagi IRT I
Wayan Sutapa dan IRT I Wayan Sugita.
Dengan adanya keterbatasan modal, tenaga
kerja, peralatan, pemasaran, serta tingginya
tingkat persaingan usaha maka diperlukan
upaya untuk meningkatkan kinerja para
pengusaha. Selain itu, sebagaimana telah
disampaikan bahwa tenaga kerja yang terlibat
dalam usaha ini berasal dari masyarakat yang
tinggal di sekitar lokasi usaha yang artinya
kelompok usaha ini secara tidak langsung telah
membantu perekonomian masyarakat
sekitarnya sebagai mata pencaharian utama
bagi masyarakat. Dengan demikian,
keberadaan dan eksistensi kelompok usaha ini
sangat penting bagi masyarakat.
II. SUMBER INSPIRASI
Melalui wawancara dan diskusi dengan
pemilik usaha, maka dapat diidentifikasi
permasalahan nyata yang dihadapi oleh mitra
yaitu:
1. IRT I Wayan Sutapa dan IRT I Wayan
Sugita tidak memiliki peralatan (gergaji
mesin/sensor). Kedua mitra membayar
pekerja (sekaligus alat sensor) untuk
datang ke tempat usaha untuk memotong
kayu tersebut.
2. Proses produksi belum memperhatikan
kesehatan pekerjanya. Pemotongan kayu
tidak dilengkapi dengan pemakaian selop
tangan dan penutup hidung. Sehingga
kesehatan pekerja kurang diperhatikan.
Foto 5. Pemahatan tanpa peralatan
keamanan, Sumber : Dokumentasi
Peneliti, 2015
Foto 6. Finishing tanpa selop dan
masker, Sumber : Dokumentasi
Peneliti, 2015
3. IRT I Wayan Sutapa belum memiliki
sarana promosi seperti papan nama usaha,
kartu nama, penjualan secara online
maupun rak pajangan sampel. Patung
Budha hanya dipasarkan melalui kios
penjual di pasar Sukawati.
Foto 7. Lokasi IRT Sutapa belum ada sarana
promosi papan nama, Sumber:
Dokumentasi Peneliti, 2015
4. Lokasi pengolahan (pemotongan dan
pembentukan) bahan baku kayu belum
tertata dengan baik karena pekerja tidak
terlindungi dari sinar matahari maupun
hujan akibatnya ketika hujan pekerjaan
pemotongan tidak dapat dilakukan. Pada
IRT I Wayan Sutapa, proses produksi
yang terdiri dari pemahatan, finishing,
penyimpanan dan pajangan berada pada
satu ruangan tanpa batas yang jelas
(tercampur). Sedangkan pada IRT I
Nyoman Suwita, tempat produksi cukup
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149
162
luas yang terdiri dari beberapa ruang
(blok) namun tempat pemahatan, tempat
finishing, tempat penyimpanan dan
pajangan belum tertata dengan baik dan
masih tercampur. Keseluruhan tata letak
produksi belum sesuai dengan urutan
proses produksinya, sehingga akan
mengurangi kelancaran proses produksi.
Foto 8. Tempat Produksi IRT I Wayan
Sugita, Sumber : Dokumentasi Peneliti,
2015
Foto 9. Tempat Produksi IRT I Wayan
Sutapa Sumber : Dokumentasi Peneliti,
2015
5. Limbah kayu proses pembuatan patung
menumpuk karena tidak dimanfaatkan
oleh mitra maupun oleh warga sekitar.
Tempat pemotongan yang berada di
pinggir jalan raya dan terbuka sangat
mengganggu pandangan pengendara yang
melintas.
Foto 10. Limbah Kayu Pahatan IRT I
Wayan Sutapa, Sumber : Dokumentasi
Peneliti, 2015
Foto 11. Limbah Kayu Pemotongan IRT
I Wayan Sugita, Sumber : Dokumentasi
Peneliti, 2015
6. IRT I Wayan Sutapa dan I Wayan Sugita
belum memiliki pembukuan sederhana
atas transaksi yang dilakukan sehingga
kondisi usaha (untung dan rugi) tidak
dapat diketahui dengan jelas.
7. Tingginya jumlah permintaan
menyebabkan pemilik terkadang tidak
mampu memenuhi pesanan. Sulitnya
mencari tenaga kerja yang mampu dan
mau untuk bekerja sebagai pembuat
patung kayu merupakan kesulitan
tersendiri bagi IRT I Wayan Sutapa dan I
Wayan Sugita sebab tenaga kerja mulai
meninggalkan pekerjaan mereka sebagai
pematung.
8. Kedua kelompok usaha belum memiliki
Standar Operasional Prosedur (SOP)
untuk beberapa kegiatan seperti SOP
penerimaan bahan baku berupa kayu suar
gelondongan, pemotongan bahan baku,
kualitas pemahatan, finishing, dan
penyimpanan patung jadi.
9. Mitra belum memiliki sarana promosi
seperti papan nama usaha, kartu nama,
sarana penjualan online dan rak pajangan.
Agar produk mitra lebih dikenal masyarakat
dan untuk memperluas pemasaran maka
dibuatkan papan nama, kartu nama, sarana
penjualan online, dan rak pajangan sampel.
Berdasarkan luasnya permasalahan yang
dihadapi oleh mitra, maka tidak mungkin
semua permasalahan dapat diangkat secara
tuntas dalam satu proposal IbM. Setelah
melakukan diskusi dengan pemilik IRT I
Wayan Sutapa dan IRT I Wayan Sugita, maka
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149
163
yang menjadi kegiatan prioritas untuk
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Peralatan (gergaji mesin/sensor) yang
digunakan oleh IRT I Wayan Sutapa dan
IRT I Wayan Sugita perlu mendapat
perhatian utama karena kedua mitra
belum memiliki mesin sensor. Selama
ini hanya membayar pekerja beserta
sensor untuk memotong kayu menjadi
bentuk kasar patung kayu Budha.
Permasalahan ini merupakan prioritas
utama untuk segera ditangani karena
sensor adalah peralatan utama yang
harus selalu tersedia saat IRT ini akan
memproduksi patung kayunya. Dengan
memiliki alat sensor sendiri akan
meningkatkan kuantitas patung kayu
dan mengefisienkan biaya yang
dikeluarkan.
2. Pengadaan mesin amplas bagi kedua
IRT karena sebelumnya patung kayu
Budha hanya diamplas dengan tangan
(manual). Dengan digunakannya mesin
amplas maka diharapkan akan
mengefisienkan waktu pengamplasan.
3. Pengadaan atap pada lokasi pemotongan
kayu sehingga dapat melindungi pekerja
saat panas maupun hujan. Masalah ini
menjadi prioritas karena terutama saat
hujan turun, IRT I Wayan Sutapa maupun
IRT I Wayan Sugita tidak dapat
melakukan proses pemotongan kayu.
4. Tata letak (layout) proses produksi
belum tertata dengan baik. Permasalahan
ini merupakan prioritas karena dengan
penataan proses produksi yang teratur
akan membuat aliran proses bahan baku
dari awal sampai akhir lebih efisien.
Sehingga diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas tenaga kerja.
5. IRT I Wayan Sutapa dan I Wayan Sugita
sampai saat ini memasarkan produk
patung kayu terbatas di pasar seni
Sukawati. Tidak terdapat lokasi
pemasaran lainnya sehingga hal ini perlu
mendapatkan perhatian guna memperluas
daerah pemasaran dan meningkatkan
penjualan.
6. Proses produksi belum memperhatikan
keamanan dan kesehatan tenaga kerja.
Permasalahan ini menjadi prioritas karena
keamanan dan kesehatan tenaga kerja
akan mempengaruhi kinerja di tempat
kerja. Untuk menekan biaya maka
diperlukan penggunaan sumber daya
manusia seefektif mungkin dan menekan
biaya-biaya yang harus dikeluarkan
seperti biaya pengobatan tenaga kerja
akibat proses produksi, serta
mengembangkan kondisi kerja yang
sehat, aman, dan nyaman.
7. IRT I Wayan Sutapa dan IRT I Wayan
Sugita belum memiliki SOP.
Permasalahan ini perlu untuk segera
ditangani karena setiap perusahaan perlu
memiliki SOP. SOP menyediakan
informasi untuk melakukan suatu
pekerjaan dengan benar bagi tiap tenaga
kerja, dan mempermudah untuk
mengevaluasi penerapan yang tidak
konsistem dalam kualitas dan kuantitas
suatu produk atau hasil akhir.
8. Sistem pembukuan akuntansi belum
dilakukan secara rutin dan teratur.
Permasalahan ini penting karena dengan
sistem pembukuan yang baik maka
pemilik dapat mengetahui aliran kas yang
terjadi, perhitungan harga pokok produksi
dan biaya-biaya yang dikeluarkan.
Melalui sistem pembukuan yang baik
akan diketahui tingkat efisiensi dan
efektivitas usaha tersebut.
9. Produksi patung kayu menghasilkan
limbah kayu. Limbah kayu hanya
dibiarkan begitu saja dan terkadang
dibakar karena hanya dianggap sampah.
Jika limbah kayu ini dimanfaatkan maka
akan dapat menambah pendapatan bagi
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149
164
IRT I Wayan Sutapa dan IRT I Wayan
Sugita maupun warga sekitarnya.
10. IRT I Wayan Sutapa tidak memiliki papan
nama dan kartu nama sehingga akan sulit
untuk memperkenalkan produksinya
kepada masyarakat.
11. Patung kayu Budha yang sudah siap dijual
tidak tertata dengan rapi.
III. METODE
3.1. Solusi Permasalahan Mitra
Berdasarkan permasalahan yang
dihadapi IRT I Wayan Sutapa dan IRT I
Wayan Sugita, maka solusi yang ditawarkan
untuk mendukung realisasi program IbM
adalah:
1. Pengadaan dua (2) buah mesin sensor
yang digunakan oleh kedua mitra untuk
memotong kayu gelondong sehingga
mampu mengefisienkan biaya yang
dikeluarkan untuk memotong kayu.
2. Menerapkan aplikasi teknologi dalam
mengamplas patung kayu yang selama ini
hanya dilakukan secara manual.
3. Merancang tata letak (layout) peralatan,
yang disesuaikan dengan urutan proses
produksi sehingga meningkatkan efisiensi
dan produktivitas kerja.
4. Pengadaan rak pajangan yang digunakan
untuk memajang produk patung kayu
Budha sebagai sample.
5. Menerapkan pemakaian masker, selop
tangan, dan penutup kepala bagi tenaga
kerja sehingga kesehatan tetap terjaga.
6. Pengadaan drum besar yang digunakan
untuk menyimpan limbah kayu yang akan
dijual ke pembeli limbah kayu.
7. Merancang SOP sebagai pedoman kerja
kelompok usaha dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya. Sebagai langkah
awal, perancangan SOP yang dilakukan
mencakup SOP Penerimaan Bahan Baku,
SOP Pengolahan/ Produksi, SOP Quality
Control, SOP penyimpanan barang jadi.
8. Memberikan konsultasi mengenai sistem
pembukuan sesuai standar akuntansi
keuangan untuk UMKM, yaitu laporan
laba rugi dan neraca.
3.2.Target Dan Luaran
Berdasarkan prioritas permasalahan
kedua mitra yang telah diuraikan, maka luaran
yang ditargetkan dilihat dari aspek produksi
dan aspek manajemen yang diharapkan dapat
terpenuhi adalah sebagai berikut:
3.2.1 Aspek Produksi
1. Pengadaan gergaji mesin/ sensor bagi kedua
IRT diharapkan akan meningkatkan
produktivitas mitra karena selama ini kedua
mitra tidak memiliki mesin sensor. Dengan
memiliki sendiri mesin sensor maka kedua
IRT dapat menghemat minimal Rp.80.000
sehari (tergantung dari ukuran patung yang
dipotong).
2. Pengadaan mesin amplas bagi kedua IRT
diharapkan mampu menghemat waktu
hingga 40% dari waktu semula.
3. Pengadaan 1 buah atap yang digunakan
pada lokasi pemotongan kayu pada IRT I
Wayan Sutapa.
4. Pengadaan rak pajangan bagi kedua mitra.
Hal ini dilakukan untuk memajang sampel
patung kayu Budha untuk tujuan pemasaran
hasil produksi.
5. Pengadaan perlengkapan kerja seperti
masker dan selop tangan sebagai usaha
untuk menjaga kesehatan tenaga kerja.
3.2.2 Aspek Manajemen
1. Produk, yaitu kedua mitra memiliki 5 jenis
SOP untuk bagian produksi yaitu:
a. SOP Penerimaan Bahan Baku
b. SOP Pengolahan/ Produksi
c. SOP Quality Control
d. SOP Penyimpanan Barang Jadi
2. Produk, yaitu kelompok usaha memiliki
pencatatan berupa pembukuan sederhana.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149
165
3. Pengadaan 2 buah drum besar yang
digunakan untuk menampung limbah kayu
hasil proses pemotongan.
4. Penataan layout peralatan produksi sesuai
dengan urutan proses produksi sehingga
pola aliran bahan baku pada tiap tahapan
proses dari pemotongan kayu sampai tahap
finishing akan menjadi lebih efisien ±10
menit lebih cepat dibandingkan waktu
sebelumnya.
5. Pengadaan papan nama, kartu nama, dan
membantu pemasaran produk secara
online. Mengingat selama ini IRT Sutapa
hanya memasarkan produk patung kayu
Budha untuk dijual langsung ke pasar seni
Sukawati.
3.3. Metode Pendekatan
Kegiatan ini melibatkan dua mitra yaitu
IRT I Wayan Sutapa dan IRT I Wayan Sugita
karena dalam operasionalnya kedua mitra
masih bersifat home industry dan belum
menggunakan peralatan secara efisien.
IPTEKS yang akan ditransfer kepada kedua
mitra berupa pengadaan peralatan dan
penyuluhan dan pendampingan. Dalam hal
peralatan berupa pengadaan mesin sensor dan
mesin amplas, pengadaan atap di lokasi
pemotongan kayu, rak pajangan, pengadaan
masker, selop tangan, SOP, papan nama, kartu
nama serta drum besar tempat penyimpanan
limbah kayu. Dalam hal penyuluhan dan
pendampingan berupa pendampingan dalam
penataan layout peralatan produksi,
penyuluhan dalam pembuatan pembukuan
sederhana dan sarana pemasaran online.
3.4.Partisipasi Mitra
Agar dapat merealisasikan solusi yang
ditawarkan, maka bentuk partisipasi mitra
dalam pelaksanaan program ini adalah sebagai
berikut:
1. Mitra akan berpartisipasi dalam bentuk
dana dalam pembelian gergaji mesin/
sensor dan mesin amplas untuk mendukung
realisasi program ini (apabila harga gergaji
mesin dan harga mesin amplas melebihi
RAB).
2. Mitra akan mengkonfirmasi rencana
produksi dan waktu yang dipersiapkan
untuk melakukan penataan layout sehingga
pengusul dapat pelaksanaan penataan tanpa
mengganggu proses produksi.
3. Mitra bersedia untuk membantu saat
dilakukan penataan layout, penempatan rak
pajangan, pengerjaan atap tempat
pemotongan kayu dan pemasangan papan
nama.
4. Mitra bersedia untuk mengikuti konsultasi
dan pelatihan mengenai sistem pembukuan
agar dapat merealisasikan pembuatan
laporan keuangan sederhana.
5. Mitra bersedia untuk mengikuti pelatihan
pembuatan sarana penjualan secara online
IV. KARYA UTAMA
Berdasarkan permasalahan mitra yag ada maka
telah dilakukan beberapa kegiatan untuk
mengaplikasikan permasalahan tersebut
seperti:
1). Pengadaan gergaji sensor dalam proses
produksi.
Gergaji sensor merupakan alat utama yang
diperlukan oleh kedua mitra. Gergaji sensor
ini diperlukan untuk proses pemotongan
kayu dan membentuk pola dasar patung
Budha. Pengadaan gergaji sensor dalam
proses produksi patung Budha ini mampu
mengefisienkan biaya Rp. 80.000 per hari,
hal ini karena tidak diperlukannya lagi
biaya pekerja (sekaligus sewa alat sensor)
untuk datang ke tempat usaha untuk
memotong kayu tersebut. Dengan
pengadaan alat sensor ini pemilik mampu
melakukan tugas pemotongan kayu dan
pembentukan pola dasar patung.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149
166
Foto 12 dan 13. Gambar Penyerahan Gergaji
sensor di IRT Sutapa dan IRT Sugita
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2016
2). Pengadaan rak pajangan
Rak pajangan ini berfungsi untuk
menyimpan produk jadi agar tidak
bercampur dengan produk setengah jadi.
Rak pajangan juga menghindari produk jadi
kotoran dan kerusakan. Sebelum pengadaan
rak pajangan ini, mitra meletakkan produk
jadi di lantai bergabung dengan produk
setengah jadi. Dengan adanya rak pajangan
ini diharapkan produk akan tertata lebih
rapi, lebih bersih, dan dapat sekaligus
digunakan sebagai media pemasaran.
Penataan produk jadi ini dibantu oleh 3
(tiga) orang mahasiswa akuntansi.
Foto 15 Penataan produk jadi pada rak
pajangan (mahasiswa: Ayu Gestarini,
Ni Wayan Ayu Adnyani danNi Putu
Legistiani Lolistia) pada IRT Sutapa,
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2016
Foto 17 Penataan produk jadi pada rak
pajangan (mahasiswa: Ayu Gestarini, Ni
Wayan Ayu Adnyani dan Ni Putu
Legistiani Lolistia) pada IRT Sugita
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2016
3). Pengadaan atap
Pengadaan atap di lokasi pemotongan kayu
ini penting karena mitra akan terlindungi
dari terpaan sinar matahari dan hujan.
Sehingga dengan adanya atap ini maka IRT
Sutapa tidak akan terganggu proses
produksinya saat turun hujan karena lokasi
pemotongan kayu berada diluar ruangan.
Partisipasi mitra dalam pengadaan atap ini
adalah dalam bentuk pengadaan pasir dan
semen yang dibutuhkan saat pembuatan
fondasi atap.
Foto 18. Atap yang sudah jadi
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2016
4). Pengadaan drum
Pengadaan drum ini bertujuan untuk
menampung sisa kayu yg masih dapat
dimanfaatkan ataupun dijual bagi yang
memanfaatkan. Pengadaan drum ini juga
bermanfaat agar lokasi pemotongan IRT
Sutapa dan IRT Sugita lebih rapi.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149
167
Foto 19. menampung kayu sisa pada
drum, Sumber : Dokumentasi Peneliti,
2016
5). Pengadaan papan nama, kartu nama, dan
nota
Pentingnya pengadaan papan nama bagi
IRT Sutapa karena selama ini IRT Sutapa
tidak memiliki papan nama sehingga media
memperkenalkan tempat usaha menjadi
terbatas. Papan nama awalnya dianggarkan
hanya Rp.600.000 namun karena IRT
Sutapa tertarik dengan neon box maka kami
alihkan dari papan nama biasa menjadi neon
box dengan harga Rp.1.000.000. sisa dana
Rp.400.000 kami ambil dari anggaran
pembelian mesin amplas karena IRT Sutapa
telah membeli mesin amplas akhir tahun
2015 dan mitra merasa jumlah amplas yang
beliau miliki telah mencukupi.
Pengadaan kartu nama bagi IRT Sutapa dan
IRT Sugita juga penting untuk
memperkenalkan usaha kepada konsumen.
Begitupula dengan nota yang dilengkapi
dengan nama usaha akan lebih
mempermudah konsumen mengingat lokasi
usaha mitra.
Foto 20 dan 21. Papan nama dan Kartu
nama, Sumber : Dokumentasi Peneliti,
2016
6). Penyuluhan pembukuan sederhana
Pembukuan sederhana dibutuhkan oleh
kedua mitra karena selama ini kedua mitra
belum melakukan pencatatan mengenai
pendapatan dan biaya sehingga belum bisa
mengetahui kondisi usahanya. Dengan
adanya penyuluhan dan pendampingan
pencatatan pembukuan sederhana ini, mitra
dapat membuat pencatatan sendiri.
Foto 22 dan 23. Penyuluhan awal dan
pendampingan lanjutan pembukuan
sederhana, Sumber : Dokumentasi
Peneliti, 2016
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149
168
DAFTAR PUSTAKA http://balipromosi.com/balivillage/index.php/
kecamatan-sukawati/desa-batubulan-
kangin
http://desabatubulan.com/profil-desa/sejarah-
desa-batubulan/
http://fajarbali.com/index.php/berita/67-
pojok-desa/343-ukiran-kayu-dan-
pertanian-topang- penghidupan-
masyarakat-batubulan-kangin.html
http://sinarharapan.co/news/read/1405/6013/e
kspor-patung-bali-raup-devisa-5-juta-
dolar
http://gianyarkab.go.id/index.php/profil/2/Ga
mbaran-Umum
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Giany
ar