12
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149 157 PATUNG BUDHA SEBAGAI IKON KERAJINAN PATUNG KAYU DI KABUPATEN GIANYAR 1) Ni Luh Gde Novitasari 2) , Ni Nyoman Ayu Suryandari 3) , I Gede Ngurah Sunatha 4) 1) Iptek bagi Masyarakat, 2,3) Fakultas Ekonomi, 4) Fakultas Teknik (Universitas Mahasaraswati Denpasar) (email: [email protected]) Ringkasan Eksekutif Kabupaten Gianyar merupakan etalase berbagai macam produk kerajinan yang dihasilkan oleh masyarakat sekitarnya. Salah satu kerajinan seni yang pernah mencapai masa emasnya di tahun 90-an adalah kerajinan patung kayu. Salah satu dari kerajinan patung kayu tersebut adalah patung kayu Budha. Patung Budha menjadi hasil produksi utama di daerah Gianyar karena tingginya permintaan khususnya dari wisatawan mancanegara. Mengingat proses produksi patung kayu Budha berbasis home industry, maka eksistensi usaha ini harus mendapat perhatian dan dukungan sebagai upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sebagai mata pencaharian utama dan melaksanakan program ekonomi kerakyatan yang dicanangkan pemerintah. Mitra dalam program ini berjumlah dua orang yaitu IRT I Wayan Sutapa dan IRT I Wayan Sugita. Usaha mitra belum efektif dan efisien, dalam operasionalnya berbasis home industry dengan menggunakan peralatan gergaji mesin/ sensor dengan sistem menyewa dan pengamplasan masih manual. Melalui program ini kedua mitra lebih mampu menghemat biaya dan waktu dalam operasionalnya. Luaran dalam program ini adalah berupa produk dan jasa. Luaran yang berupa produk diantaranya adalah 1).Pengadaan peralatan berupa mesin sensor untuk memotong kayu dan juga mesin amplas, 2). Pengadaan atap pada lokasi pemotongan kayu, 3). Pengadaan drum besar untuk penyimpanan limbah kayu yang akan dijual, 4).Pengadaan sekop untuk mengumpulkan limbah kayu, 5).Pengadaan rak pajangan untuk memajang patung sample, 6).Pengadaan masker dan selop tangan untuk menjaga keamanan dan kesehatan pekerja, 7). Pengadaan papan nama dan kartu nama bagi mitra, dan 8).Pengadaan buku kas untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran kas. Sedangkan luaran berupa jasa diantaranya adalah 1). Penataan layout produksi, 2). Pendampingan dan penyuluhan pembukuan sederhana, dan 3). Pendampingan mengenai pemasaran produk patung Budha secara online. Kata kunci: patung Budha, home industry, efisiensi, efektivitas, pengadaan peralatan, penyuluhan pembukuan dan pemasaran online Executive Summary Gianyar Regency is a storefront handicraft produced by the surrounding community. One of the art craft ever to reach the golden period in the 90s is the craft of wood sculpture. One of craft wood sculpture is a wooden statue of Buddha. Buddha statue became a major local production Gianyar due to high demand, especially from foreign tourists. Given the production process wooden statue of Buddha-based home industry, the existence of this business to get attention and support in an effort to improve the community economy as the main livelihood and implement populist economic program launched by the government. Partners in this program amounted to two persons namely IRT I Wayan Sutapa and IRT I Wayan Sugita. Venture partners have not been effective and efficient in its operations based home industry using a chainsaw equipment with renting and sanding systems are still manual. Through this program, both partners are better able to save costs and time in operation. Outcomes in this program is in the form of products and services. Outcomes in the form of products which are 1) .Giving equipment such machines to cut wood and sanding machine, 2). Procurement roof on the sawmill site, 3). Procurement of large drums for waste storage timber to be sold, 4). shovel to collect wood waste, 5). shelves for displaying sculpture samples, 6). mask and slippers hand

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN ...lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/157-168-Ni-Luh-Gde... · Salah satu dari kerajinan patung kayu tersebut adalah

  • Upload
    dokhanh

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN ...lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/157-168-Ni-Luh-Gde... · Salah satu dari kerajinan patung kayu tersebut adalah

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

157

PATUNG BUDHA SEBAGAI IKON KERAJINAN PATUNG KAYU

DI KABUPATEN GIANYAR1)

Ni Luh Gde Novitasari2), Ni Nyoman Ayu Suryandari3), I Gede Ngurah Sunatha4) 1) Iptek bagi Masyarakat, 2,3) Fakultas Ekonomi, 4) Fakultas Teknik

(Universitas Mahasaraswati Denpasar)

(email: [email protected])

Ringkasan Eksekutif

Kabupaten Gianyar merupakan etalase berbagai macam produk kerajinan yang dihasilkan

oleh masyarakat sekitarnya. Salah satu kerajinan seni yang pernah mencapai masa emasnya di tahun

90-an adalah kerajinan patung kayu. Salah satu dari kerajinan patung kayu tersebut adalah patung

kayu Budha. Patung Budha menjadi hasil produksi utama di daerah Gianyar karena tingginya

permintaan khususnya dari wisatawan mancanegara. Mengingat proses produksi patung kayu Budha

berbasis home industry, maka eksistensi usaha ini harus mendapat perhatian dan dukungan sebagai

upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sebagai mata pencaharian utama dan

melaksanakan program ekonomi kerakyatan yang dicanangkan pemerintah. Mitra dalam program ini

berjumlah dua orang yaitu IRT I Wayan Sutapa dan IRT I Wayan Sugita. Usaha mitra belum efektif

dan efisien, dalam operasionalnya berbasis home industry dengan menggunakan peralatan gergaji

mesin/ sensor dengan sistem menyewa dan pengamplasan masih manual. Melalui program ini kedua

mitra lebih mampu menghemat biaya dan waktu dalam operasionalnya. Luaran dalam program ini

adalah berupa produk dan jasa. Luaran yang berupa produk diantaranya adalah 1).Pengadaan

peralatan berupa mesin sensor untuk memotong kayu dan juga mesin amplas, 2). Pengadaan atap

pada lokasi pemotongan kayu, 3). Pengadaan drum besar untuk penyimpanan limbah kayu yang akan

dijual, 4).Pengadaan sekop untuk mengumpulkan limbah kayu, 5).Pengadaan rak pajangan untuk

memajang patung sample, 6).Pengadaan masker dan selop tangan untuk menjaga keamanan dan

kesehatan pekerja, 7). Pengadaan papan nama dan kartu nama bagi mitra, dan 8).Pengadaan buku kas

untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran kas. Sedangkan luaran berupa jasa diantaranya adalah

1). Penataan layout produksi, 2). Pendampingan dan penyuluhan pembukuan sederhana, dan 3).

Pendampingan mengenai pemasaran produk patung Budha secara online.

Kata kunci: patung Budha, home industry, efisiensi, efektivitas, pengadaan peralatan, penyuluhan

pembukuan dan pemasaran online

Executive Summary

Gianyar Regency is a storefront handicraft produced by the surrounding community. One of

the art craft ever to reach the golden period in the 90s is the craft of wood sculpture. One of craft

wood sculpture is a wooden statue of Buddha. Buddha statue became a major local production

Gianyar due to high demand, especially from foreign tourists. Given the production process wooden

statue of Buddha-based home industry, the existence of this business to get attention and support in

an effort to improve the community economy as the main livelihood and implement populist economic

program launched by the government. Partners in this program amounted to two persons namely IRT

I Wayan Sutapa and IRT I Wayan Sugita. Venture partners have not been effective and efficient in its

operations based home industry using a chainsaw equipment with renting and sanding systems are

still manual. Through this program, both partners are better able to save costs and time in operation.

Outcomes in this program is in the form of products and services. Outcomes in the form of products

which are 1) .Giving equipment such machines to cut wood and sanding machine, 2). Procurement

roof on the sawmill site, 3). Procurement of large drums for waste storage timber to be sold, 4).

shovel to collect wood waste, 5). shelves for displaying sculpture samples, 6). mask and slippers hand

Page 2: Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN ...lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/157-168-Ni-Luh-Gde... · Salah satu dari kerajinan patung kayu tersebut adalah

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

158

to maintain the safety and health of workers, 7). Procurement nameplate and name cards for partners,

and 8). cash book for recording receipts and disbursements. While output in the form of services

which are 1). Structuring layout production, 2). Mentoring and counseling simple bookkeeping, and

3). assistance in online marketing.

Keywords: Buddha statue, home industry, efficiency, effectiveness

I. PENDAHULUAN

Bali sebagai salah satu tujuan

pariwisata di Indonesia telah mampu menarik

wisatawan mancanegara dan nusantara setiap

tahunnya untuk berwisata. Pariwisata alam

Bali sangat terkenal di dunia, namun yang tak

kalah terkenalnya adalah seni dan budayanya.

Bali memperoleh devisa 5,43 juta dolar AS

dari ekspor patung dan aneka jenis

cinderamata lainnya dari bahan baku kayu.

Ekspor tersebut 23,79% diantaranya diserap

oleh pasaran Amerika Serikat, Prancis

sebanyak 6,47%, Jepang 4,78%, Singapura

0,91%, Australia 4,68%, Italia 3,74%, Inggris

6%, Spanyol 6,59%, Hongkong 0,39%, dan

Jerman 6,40%. Sedangkan 36,25% lainnya

diserap berbagai Negara karena benda seni itu

diminati konsumen mancanegara

(www.sinarharapan.co).

Kerajinan patung yang menembus

pasaran luar negeri tersebut sebagian besar

digeluti para perajin dan seniman daerah

pedesaan Kabupaten Gianyar. Kabupaten

lainnya antara lain Badung, Klungkung,

Tabanan yang juga mulai mengembangkan

kerajinan patung kayu namun belum berhasil

menembus pasaran ekspor, masih berorientasi

pasaran lokal. Dengan demikian, Gianyar

merupakan etalase berbagai macam produk

kerajinan yang dihasilkan oleh masyarakat

sekitarnya. Salah satu kerajinan seni yang

pernah mencapai masa emasnya di tahun 90-an

adalah kerajinan patung kayu. Salah satu dari

kerajinan patung kayu tersebut adalah patung

kayu Budha.

Patung kayu Budha menjadi hasil

produksi utama di daerah Gianyar karena

tingginya permintaan khususnya dari

wisatawan mancanegara. Mengingat proses

produksi patung kayu Budha berbasis home

industry, maka eksistensi usaha ini harus

mendapat perhatian dan dukungan sebagai

upaya untuk meningkatkan perekonomian

masyarakat sebagai mata pencaharian utama

dan melaksanakan program ekonomi

kerakyatan yang dicanangkan pemerintah.

Delapan puluh persen (80%) hasil produksi

patung kayu Budha di jual di pasar seni

Sukawati dan pasar seni Guwang, serta

berdasarkan pesanan khusus dari wisatawan.

IRT I Wayan Sutapa dan IRT I Wayan

Sugita merupakan industri rumah tangga

yang memproduksi patung kayu berbentuk

Dewi Kwan Im, Vekong, Budha, Naga dan

lain-lain, namun produksi yang paling

dominan adalah patung kayu Budha. IRT I

Wayan Sutapa didirikan oleh I Wayan Sutapa

tahun 1990 di Banjar Puseh, Kecamatan

Sukawati, Kabupaten Gianyar. IRT I Wayan

Sugita didirikan oleh I Wayan Sugita tahun

1998 yang berlokasi di Banjar Puseh,

Kecamatan Sukawati, Gianyar. IRT I Wayan

Sutapa awalnya memproduksi patung Budha

dengan bahan dasar kayu cendana, namun

karena mahal dan sulitnya memperoleh kayu

cendana maka IRT I Wayan Sutapa beralih

menggunakan kayu suar yang harganya lebih

murah. IRT I Wayan Sutapa belum

menggunakan papan nama, kartu nama

maupun cara pemasaran lainnya dan hanya

menjual ke kios di pasar seni Sukawati.

Sementara IRT I Wayan Sugita

memproduksi patung Budha dengan bahan

kayu kayu cendana, kayu gaharu dan kayu

suar dan menjual patung Budha ke kios

miliknya di pasar Sukawati. IRT I Wayan

Page 3: Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN ...lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/157-168-Ni-Luh-Gde... · Salah satu dari kerajinan patung kayu tersebut adalah

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

159

Sugita sudah memiliki papan nama dan kartu

nama untuk memasarkan produknya.

Berkaitan dengan proses produksi

serta operasional dari kedua kelompok usaha

tersebut, maka dapat dijelaskan kondisi

eksisting kedua kelompok usaha tersebut:

1. IRT I Wayan Sutapa dan IRT I Wayan

Sugita memproduksi patung kayu.

Patung kayu dihasilkan dari proses

pemotongan dari kayu batangan jenis

kayu suar, selanjutnya proses pemahatan

kayu menjadi bentuk patung, kemudian

proses pengamplasan dan finishing.

Patung kayu yang dihasilkan sebagian

besar adalah Patung Budha dengan

berbagai ukuran (kecil, sedang dan

besar) sesuai dengan pesanan. Selain

Patung Budha, kelompok usaha ini juga

memahat kayu menjadi bentuk lainnya

yaitu patung Dewi Kwan Im, Vekong,

Naga, dan panel kayu berukir untuk

hiasan dinding. Namun produksi utama

kedua IRT ini adalah patung kayu

Budha.

Foto 1. Patung Budha Produksi IRT

Sugita, Sumber : Dokumentasi Peneliti,

2015

Foto 2. Patung Budha Produksi IRT

Sutapa, Sumber : Dokumentasi Peneliti,

2015

2. Peralatan (mesin pemotong

kayu/sensor) yang dibutuhkan oleh IRT

I Wayan Sutapa dan IRT I Wayan

Sugita untuk memotong kayu adalah

jenis sensor merk still No 023 namun

bukan milik sendiri melainkan

membayar pekerja (sekaligus alat

sensor) untuk datang ke tempat usaha

untuk memotong kayu tersebut.

Pekerja tersebut dibayar sesuai dengan

ukuran patung yaitu ukuran 30cm akan

diupah Rp.8.000/ patung, ukuran 40cm

akan diupah Rp.10.000/patung, dan

ukuran 50cm akan diupah Rp.15.000/

patung. IRT I Wayan Sutapa dan I

Wayan Sugita bisa memotong 10

kayu/hari dengan biaya pemotongan

rata-rata Rp.80.000/hari dan dalam

menghasilkan satu buah patung kayu

siap jual diperlukan waktu hingga 2

hari namun tergantung juga tenaga

kerja yang tersedia.

Foto 3. Mesin Pemotong Kayu/Sensor,

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2015

Foto 4. Hasil Potongan Kayu dan

Bentuk Dasar, Sumber : Dokumentasi

Peneliti, 2015

Page 4: Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN ...lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/157-168-Ni-Luh-Gde... · Salah satu dari kerajinan patung kayu tersebut adalah

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

160

3. Dalam pengamplas patung kayu

Budha, IRT I Wayan Sutapa dan IRT I

Wayan Sugita menggunakan amplas

secara manual sehingga memerlukan

waktu yang cukup lama. Patung kayu

berukuran 30cm memerlukan waktu 10

menit untuk mengamplas, sedangkan

patung berukuran 40cm memerlukan

waktu 15 menit dan patung kayu

berukuran 50cm memerlukan waktu

hingga 25 menit.

4. Tenaga kerja yang dipekerjakan pada

IRT I Wayan Sutapa berjumlah 3 orang

pegawai tetap dan sekitar 4 orang

warga yang membawa patung tersebut

untuk dikerjakan dirumah masing-

masing, sedangkan pada IRT I Wayan

Sugita tenaga kerja berjumlah 3 orang

dan sekitar 4 orang warga sekitar.

Tingginya jumlah permintaan

menyebabkan pemilik terkadang tidak

mampu memenuhi pesanan. Saat

terjadi peningkatan permintaan maka

tidak jarang kedua mitra melakukan

sistem lembur karena terbatasnya

jumlah tenaga kerja.

5. Tempat usaha IRT I Wayan Sutapa dan

I Wayan Sugita terdiri dari tempat

pemotongan, tempat pemahatan,

tempat mengamplas, dan tempat

penyimpanan sebelum diambil oleh

pemesan ataupun tempat pemajangan

patung yang digunakan sebagai

sampel. Tempat produksi tersebut

belum tertata dengan baik, terlebih lagi

pada IRT I Wayan Sutapa, tempat

pemotongan kayu yang berada di luar

rumah dan tidak beratap, akibatnya

ketika hujan turun pekerjaan

pemotongan tidak dapat dilakukan.

Lokasi pemotongan kayu juga kurang

layak karena pemotongan kayu

dilakukan di atas tumpukan limbah

potongan kayu yang dibiarkan begitu

saja dan terkadang saat angin kencang

akan berserakan ke jalan raya. Tempat

pemotongan yang berada di pinggir

jalan raya dan terbuka sangat

mengganggu pandangan pengendara

yang melintas.

6. Tenaga kerja belum menggunakan

penutup hidung dan selop tangan dalam

melakukan proses pemotongan dan

finishing. Kedua IRT tersebut belum

memperhatikan keamanan dan

kesehatan dalam proses produksi.

7. Kedua kelompok usaha belum

memiliki Standar Operasional Prosedur

(SOP) untuk beberapa kegiatan seperti

SOP penerimaan bahan baku berupa

kayu gelondongan, pemotongan bahan

baku, kualitas pemahatan, finishing,

dan penyimpanan patung jadi.

8. Belum adanya tenaga kerja yang

khusus menangani pembukuan

menyebabkan sistem pembukuan

akuntansi belum dapat dilakukan

secara rutin dan teratur. Proses

produksi dari pembelian bahan baku

sampai penyerahan produk pesanan

semuanya dilakukan sambil jalan

sesuai dengan jumlah pesanan.

9. Sistem pemasaran IRT I Wayan Sutapa

adalah penjualan langsung yang

dilakukan ke pasar seni Sukawati serta

menerima pesanan dari pedagang

patung di pasar seni Sukawati. Adanya

keterbatasan peralatan dan modal

menyebabkan tidak memungkinkan

melakukan penjualan seperti IRT I

Wayan Sugita yang melakukan

penjualan di kios yang mereka kontrak

sendiri. Akibatnya hanya sekitar 25%

pasar potensial yang baru dapat diserap

oleh IRT I Wayan Sutapa. Baik IRT I

Wayan Sutapa maupun IRT I Wayan

Sugita memasarkan patung Budha

hanya terbatas pada pasar Sukawati,

Page 5: Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN ...lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/157-168-Ni-Luh-Gde... · Salah satu dari kerajinan patung kayu tersebut adalah

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

161

sehingga diperlukan usaha untuk

memperluas pemasaran.

10. IRT I Wayan Sutapa belum memiliki

papan nama dan kartu nama, sedangkan

IRT I Wayan Sugita sudah memiliki

papan nama dan kartu nama. Papan

nama dan kartu nama adalah suatu

sarana yang dapat digunakan untuk

memperkenalkan tempat usaha kepada

masyarakat.

Kekhasan patung Budha sebagai ikon

kerajinan patung kayu Gianyar merupakan

peluang dan sekaligus tantangan bagi IRT I

Wayan Sutapa dan IRT I Wayan Sugita.

Dengan adanya keterbatasan modal, tenaga

kerja, peralatan, pemasaran, serta tingginya

tingkat persaingan usaha maka diperlukan

upaya untuk meningkatkan kinerja para

pengusaha. Selain itu, sebagaimana telah

disampaikan bahwa tenaga kerja yang terlibat

dalam usaha ini berasal dari masyarakat yang

tinggal di sekitar lokasi usaha yang artinya

kelompok usaha ini secara tidak langsung telah

membantu perekonomian masyarakat

sekitarnya sebagai mata pencaharian utama

bagi masyarakat. Dengan demikian,

keberadaan dan eksistensi kelompok usaha ini

sangat penting bagi masyarakat.

II. SUMBER INSPIRASI

Melalui wawancara dan diskusi dengan

pemilik usaha, maka dapat diidentifikasi

permasalahan nyata yang dihadapi oleh mitra

yaitu:

1. IRT I Wayan Sutapa dan IRT I Wayan

Sugita tidak memiliki peralatan (gergaji

mesin/sensor). Kedua mitra membayar

pekerja (sekaligus alat sensor) untuk

datang ke tempat usaha untuk memotong

kayu tersebut.

2. Proses produksi belum memperhatikan

kesehatan pekerjanya. Pemotongan kayu

tidak dilengkapi dengan pemakaian selop

tangan dan penutup hidung. Sehingga

kesehatan pekerja kurang diperhatikan.

Foto 5. Pemahatan tanpa peralatan

keamanan, Sumber : Dokumentasi

Peneliti, 2015

Foto 6. Finishing tanpa selop dan

masker, Sumber : Dokumentasi

Peneliti, 2015

3. IRT I Wayan Sutapa belum memiliki

sarana promosi seperti papan nama usaha,

kartu nama, penjualan secara online

maupun rak pajangan sampel. Patung

Budha hanya dipasarkan melalui kios

penjual di pasar Sukawati.

Foto 7. Lokasi IRT Sutapa belum ada sarana

promosi papan nama, Sumber:

Dokumentasi Peneliti, 2015

4. Lokasi pengolahan (pemotongan dan

pembentukan) bahan baku kayu belum

tertata dengan baik karena pekerja tidak

terlindungi dari sinar matahari maupun

hujan akibatnya ketika hujan pekerjaan

pemotongan tidak dapat dilakukan. Pada

IRT I Wayan Sutapa, proses produksi

yang terdiri dari pemahatan, finishing,

penyimpanan dan pajangan berada pada

satu ruangan tanpa batas yang jelas

(tercampur). Sedangkan pada IRT I

Nyoman Suwita, tempat produksi cukup

Page 6: Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN ...lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/157-168-Ni-Luh-Gde... · Salah satu dari kerajinan patung kayu tersebut adalah

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

162

luas yang terdiri dari beberapa ruang

(blok) namun tempat pemahatan, tempat

finishing, tempat penyimpanan dan

pajangan belum tertata dengan baik dan

masih tercampur. Keseluruhan tata letak

produksi belum sesuai dengan urutan

proses produksinya, sehingga akan

mengurangi kelancaran proses produksi.

Foto 8. Tempat Produksi IRT I Wayan

Sugita, Sumber : Dokumentasi Peneliti,

2015

Foto 9. Tempat Produksi IRT I Wayan

Sutapa Sumber : Dokumentasi Peneliti,

2015

5. Limbah kayu proses pembuatan patung

menumpuk karena tidak dimanfaatkan

oleh mitra maupun oleh warga sekitar.

Tempat pemotongan yang berada di

pinggir jalan raya dan terbuka sangat

mengganggu pandangan pengendara yang

melintas.

Foto 10. Limbah Kayu Pahatan IRT I

Wayan Sutapa, Sumber : Dokumentasi

Peneliti, 2015

Foto 11. Limbah Kayu Pemotongan IRT

I Wayan Sugita, Sumber : Dokumentasi

Peneliti, 2015

6. IRT I Wayan Sutapa dan I Wayan Sugita

belum memiliki pembukuan sederhana

atas transaksi yang dilakukan sehingga

kondisi usaha (untung dan rugi) tidak

dapat diketahui dengan jelas.

7. Tingginya jumlah permintaan

menyebabkan pemilik terkadang tidak

mampu memenuhi pesanan. Sulitnya

mencari tenaga kerja yang mampu dan

mau untuk bekerja sebagai pembuat

patung kayu merupakan kesulitan

tersendiri bagi IRT I Wayan Sutapa dan I

Wayan Sugita sebab tenaga kerja mulai

meninggalkan pekerjaan mereka sebagai

pematung.

8. Kedua kelompok usaha belum memiliki

Standar Operasional Prosedur (SOP)

untuk beberapa kegiatan seperti SOP

penerimaan bahan baku berupa kayu suar

gelondongan, pemotongan bahan baku,

kualitas pemahatan, finishing, dan

penyimpanan patung jadi.

9. Mitra belum memiliki sarana promosi

seperti papan nama usaha, kartu nama,

sarana penjualan online dan rak pajangan.

Agar produk mitra lebih dikenal masyarakat

dan untuk memperluas pemasaran maka

dibuatkan papan nama, kartu nama, sarana

penjualan online, dan rak pajangan sampel.

Berdasarkan luasnya permasalahan yang

dihadapi oleh mitra, maka tidak mungkin

semua permasalahan dapat diangkat secara

tuntas dalam satu proposal IbM. Setelah

melakukan diskusi dengan pemilik IRT I

Wayan Sutapa dan IRT I Wayan Sugita, maka

Page 7: Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN ...lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/157-168-Ni-Luh-Gde... · Salah satu dari kerajinan patung kayu tersebut adalah

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

163

yang menjadi kegiatan prioritas untuk

dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Peralatan (gergaji mesin/sensor) yang

digunakan oleh IRT I Wayan Sutapa dan

IRT I Wayan Sugita perlu mendapat

perhatian utama karena kedua mitra

belum memiliki mesin sensor. Selama

ini hanya membayar pekerja beserta

sensor untuk memotong kayu menjadi

bentuk kasar patung kayu Budha.

Permasalahan ini merupakan prioritas

utama untuk segera ditangani karena

sensor adalah peralatan utama yang

harus selalu tersedia saat IRT ini akan

memproduksi patung kayunya. Dengan

memiliki alat sensor sendiri akan

meningkatkan kuantitas patung kayu

dan mengefisienkan biaya yang

dikeluarkan.

2. Pengadaan mesin amplas bagi kedua

IRT karena sebelumnya patung kayu

Budha hanya diamplas dengan tangan

(manual). Dengan digunakannya mesin

amplas maka diharapkan akan

mengefisienkan waktu pengamplasan.

3. Pengadaan atap pada lokasi pemotongan

kayu sehingga dapat melindungi pekerja

saat panas maupun hujan. Masalah ini

menjadi prioritas karena terutama saat

hujan turun, IRT I Wayan Sutapa maupun

IRT I Wayan Sugita tidak dapat

melakukan proses pemotongan kayu.

4. Tata letak (layout) proses produksi

belum tertata dengan baik. Permasalahan

ini merupakan prioritas karena dengan

penataan proses produksi yang teratur

akan membuat aliran proses bahan baku

dari awal sampai akhir lebih efisien.

Sehingga diharapkan dapat meningkatkan

produktivitas tenaga kerja.

5. IRT I Wayan Sutapa dan I Wayan Sugita

sampai saat ini memasarkan produk

patung kayu terbatas di pasar seni

Sukawati. Tidak terdapat lokasi

pemasaran lainnya sehingga hal ini perlu

mendapatkan perhatian guna memperluas

daerah pemasaran dan meningkatkan

penjualan.

6. Proses produksi belum memperhatikan

keamanan dan kesehatan tenaga kerja.

Permasalahan ini menjadi prioritas karena

keamanan dan kesehatan tenaga kerja

akan mempengaruhi kinerja di tempat

kerja. Untuk menekan biaya maka

diperlukan penggunaan sumber daya

manusia seefektif mungkin dan menekan

biaya-biaya yang harus dikeluarkan

seperti biaya pengobatan tenaga kerja

akibat proses produksi, serta

mengembangkan kondisi kerja yang

sehat, aman, dan nyaman.

7. IRT I Wayan Sutapa dan IRT I Wayan

Sugita belum memiliki SOP.

Permasalahan ini perlu untuk segera

ditangani karena setiap perusahaan perlu

memiliki SOP. SOP menyediakan

informasi untuk melakukan suatu

pekerjaan dengan benar bagi tiap tenaga

kerja, dan mempermudah untuk

mengevaluasi penerapan yang tidak

konsistem dalam kualitas dan kuantitas

suatu produk atau hasil akhir.

8. Sistem pembukuan akuntansi belum

dilakukan secara rutin dan teratur.

Permasalahan ini penting karena dengan

sistem pembukuan yang baik maka

pemilik dapat mengetahui aliran kas yang

terjadi, perhitungan harga pokok produksi

dan biaya-biaya yang dikeluarkan.

Melalui sistem pembukuan yang baik

akan diketahui tingkat efisiensi dan

efektivitas usaha tersebut.

9. Produksi patung kayu menghasilkan

limbah kayu. Limbah kayu hanya

dibiarkan begitu saja dan terkadang

dibakar karena hanya dianggap sampah.

Jika limbah kayu ini dimanfaatkan maka

akan dapat menambah pendapatan bagi

Page 8: Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN ...lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/157-168-Ni-Luh-Gde... · Salah satu dari kerajinan patung kayu tersebut adalah

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

164

IRT I Wayan Sutapa dan IRT I Wayan

Sugita maupun warga sekitarnya.

10. IRT I Wayan Sutapa tidak memiliki papan

nama dan kartu nama sehingga akan sulit

untuk memperkenalkan produksinya

kepada masyarakat.

11. Patung kayu Budha yang sudah siap dijual

tidak tertata dengan rapi.

III. METODE

3.1. Solusi Permasalahan Mitra

Berdasarkan permasalahan yang

dihadapi IRT I Wayan Sutapa dan IRT I

Wayan Sugita, maka solusi yang ditawarkan

untuk mendukung realisasi program IbM

adalah:

1. Pengadaan dua (2) buah mesin sensor

yang digunakan oleh kedua mitra untuk

memotong kayu gelondong sehingga

mampu mengefisienkan biaya yang

dikeluarkan untuk memotong kayu.

2. Menerapkan aplikasi teknologi dalam

mengamplas patung kayu yang selama ini

hanya dilakukan secara manual.

3. Merancang tata letak (layout) peralatan,

yang disesuaikan dengan urutan proses

produksi sehingga meningkatkan efisiensi

dan produktivitas kerja.

4. Pengadaan rak pajangan yang digunakan

untuk memajang produk patung kayu

Budha sebagai sample.

5. Menerapkan pemakaian masker, selop

tangan, dan penutup kepala bagi tenaga

kerja sehingga kesehatan tetap terjaga.

6. Pengadaan drum besar yang digunakan

untuk menyimpan limbah kayu yang akan

dijual ke pembeli limbah kayu.

7. Merancang SOP sebagai pedoman kerja

kelompok usaha dalam menjalankan

kegiatan operasionalnya. Sebagai langkah

awal, perancangan SOP yang dilakukan

mencakup SOP Penerimaan Bahan Baku,

SOP Pengolahan/ Produksi, SOP Quality

Control, SOP penyimpanan barang jadi.

8. Memberikan konsultasi mengenai sistem

pembukuan sesuai standar akuntansi

keuangan untuk UMKM, yaitu laporan

laba rugi dan neraca.

3.2.Target Dan Luaran

Berdasarkan prioritas permasalahan

kedua mitra yang telah diuraikan, maka luaran

yang ditargetkan dilihat dari aspek produksi

dan aspek manajemen yang diharapkan dapat

terpenuhi adalah sebagai berikut:

3.2.1 Aspek Produksi

1. Pengadaan gergaji mesin/ sensor bagi kedua

IRT diharapkan akan meningkatkan

produktivitas mitra karena selama ini kedua

mitra tidak memiliki mesin sensor. Dengan

memiliki sendiri mesin sensor maka kedua

IRT dapat menghemat minimal Rp.80.000

sehari (tergantung dari ukuran patung yang

dipotong).

2. Pengadaan mesin amplas bagi kedua IRT

diharapkan mampu menghemat waktu

hingga 40% dari waktu semula.

3. Pengadaan 1 buah atap yang digunakan

pada lokasi pemotongan kayu pada IRT I

Wayan Sutapa.

4. Pengadaan rak pajangan bagi kedua mitra.

Hal ini dilakukan untuk memajang sampel

patung kayu Budha untuk tujuan pemasaran

hasil produksi.

5. Pengadaan perlengkapan kerja seperti

masker dan selop tangan sebagai usaha

untuk menjaga kesehatan tenaga kerja.

3.2.2 Aspek Manajemen

1. Produk, yaitu kedua mitra memiliki 5 jenis

SOP untuk bagian produksi yaitu:

a. SOP Penerimaan Bahan Baku

b. SOP Pengolahan/ Produksi

c. SOP Quality Control

d. SOP Penyimpanan Barang Jadi

2. Produk, yaitu kelompok usaha memiliki

pencatatan berupa pembukuan sederhana.

Page 9: Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN ...lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/157-168-Ni-Luh-Gde... · Salah satu dari kerajinan patung kayu tersebut adalah

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

165

3. Pengadaan 2 buah drum besar yang

digunakan untuk menampung limbah kayu

hasil proses pemotongan.

4. Penataan layout peralatan produksi sesuai

dengan urutan proses produksi sehingga

pola aliran bahan baku pada tiap tahapan

proses dari pemotongan kayu sampai tahap

finishing akan menjadi lebih efisien ±10

menit lebih cepat dibandingkan waktu

sebelumnya.

5. Pengadaan papan nama, kartu nama, dan

membantu pemasaran produk secara

online. Mengingat selama ini IRT Sutapa

hanya memasarkan produk patung kayu

Budha untuk dijual langsung ke pasar seni

Sukawati.

3.3. Metode Pendekatan

Kegiatan ini melibatkan dua mitra yaitu

IRT I Wayan Sutapa dan IRT I Wayan Sugita

karena dalam operasionalnya kedua mitra

masih bersifat home industry dan belum

menggunakan peralatan secara efisien.

IPTEKS yang akan ditransfer kepada kedua

mitra berupa pengadaan peralatan dan

penyuluhan dan pendampingan. Dalam hal

peralatan berupa pengadaan mesin sensor dan

mesin amplas, pengadaan atap di lokasi

pemotongan kayu, rak pajangan, pengadaan

masker, selop tangan, SOP, papan nama, kartu

nama serta drum besar tempat penyimpanan

limbah kayu. Dalam hal penyuluhan dan

pendampingan berupa pendampingan dalam

penataan layout peralatan produksi,

penyuluhan dalam pembuatan pembukuan

sederhana dan sarana pemasaran online.

3.4.Partisipasi Mitra

Agar dapat merealisasikan solusi yang

ditawarkan, maka bentuk partisipasi mitra

dalam pelaksanaan program ini adalah sebagai

berikut:

1. Mitra akan berpartisipasi dalam bentuk

dana dalam pembelian gergaji mesin/

sensor dan mesin amplas untuk mendukung

realisasi program ini (apabila harga gergaji

mesin dan harga mesin amplas melebihi

RAB).

2. Mitra akan mengkonfirmasi rencana

produksi dan waktu yang dipersiapkan

untuk melakukan penataan layout sehingga

pengusul dapat pelaksanaan penataan tanpa

mengganggu proses produksi.

3. Mitra bersedia untuk membantu saat

dilakukan penataan layout, penempatan rak

pajangan, pengerjaan atap tempat

pemotongan kayu dan pemasangan papan

nama.

4. Mitra bersedia untuk mengikuti konsultasi

dan pelatihan mengenai sistem pembukuan

agar dapat merealisasikan pembuatan

laporan keuangan sederhana.

5. Mitra bersedia untuk mengikuti pelatihan

pembuatan sarana penjualan secara online

IV. KARYA UTAMA

Berdasarkan permasalahan mitra yag ada maka

telah dilakukan beberapa kegiatan untuk

mengaplikasikan permasalahan tersebut

seperti:

1). Pengadaan gergaji sensor dalam proses

produksi.

Gergaji sensor merupakan alat utama yang

diperlukan oleh kedua mitra. Gergaji sensor

ini diperlukan untuk proses pemotongan

kayu dan membentuk pola dasar patung

Budha. Pengadaan gergaji sensor dalam

proses produksi patung Budha ini mampu

mengefisienkan biaya Rp. 80.000 per hari,

hal ini karena tidak diperlukannya lagi

biaya pekerja (sekaligus sewa alat sensor)

untuk datang ke tempat usaha untuk

memotong kayu tersebut. Dengan

pengadaan alat sensor ini pemilik mampu

melakukan tugas pemotongan kayu dan

pembentukan pola dasar patung.

Page 10: Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN ...lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/157-168-Ni-Luh-Gde... · Salah satu dari kerajinan patung kayu tersebut adalah

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

166

Foto 12 dan 13. Gambar Penyerahan Gergaji

sensor di IRT Sutapa dan IRT Sugita

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2016

2). Pengadaan rak pajangan

Rak pajangan ini berfungsi untuk

menyimpan produk jadi agar tidak

bercampur dengan produk setengah jadi.

Rak pajangan juga menghindari produk jadi

kotoran dan kerusakan. Sebelum pengadaan

rak pajangan ini, mitra meletakkan produk

jadi di lantai bergabung dengan produk

setengah jadi. Dengan adanya rak pajangan

ini diharapkan produk akan tertata lebih

rapi, lebih bersih, dan dapat sekaligus

digunakan sebagai media pemasaran.

Penataan produk jadi ini dibantu oleh 3

(tiga) orang mahasiswa akuntansi.

Foto 15 Penataan produk jadi pada rak

pajangan (mahasiswa: Ayu Gestarini,

Ni Wayan Ayu Adnyani danNi Putu

Legistiani Lolistia) pada IRT Sutapa,

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2016

Foto 17 Penataan produk jadi pada rak

pajangan (mahasiswa: Ayu Gestarini, Ni

Wayan Ayu Adnyani dan Ni Putu

Legistiani Lolistia) pada IRT Sugita

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2016

3). Pengadaan atap

Pengadaan atap di lokasi pemotongan kayu

ini penting karena mitra akan terlindungi

dari terpaan sinar matahari dan hujan.

Sehingga dengan adanya atap ini maka IRT

Sutapa tidak akan terganggu proses

produksinya saat turun hujan karena lokasi

pemotongan kayu berada diluar ruangan.

Partisipasi mitra dalam pengadaan atap ini

adalah dalam bentuk pengadaan pasir dan

semen yang dibutuhkan saat pembuatan

fondasi atap.

Foto 18. Atap yang sudah jadi

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2016

4). Pengadaan drum

Pengadaan drum ini bertujuan untuk

menampung sisa kayu yg masih dapat

dimanfaatkan ataupun dijual bagi yang

memanfaatkan. Pengadaan drum ini juga

bermanfaat agar lokasi pemotongan IRT

Sutapa dan IRT Sugita lebih rapi.

Page 11: Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN ...lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/157-168-Ni-Luh-Gde... · Salah satu dari kerajinan patung kayu tersebut adalah

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

167

Foto 19. menampung kayu sisa pada

drum, Sumber : Dokumentasi Peneliti,

2016

5). Pengadaan papan nama, kartu nama, dan

nota

Pentingnya pengadaan papan nama bagi

IRT Sutapa karena selama ini IRT Sutapa

tidak memiliki papan nama sehingga media

memperkenalkan tempat usaha menjadi

terbatas. Papan nama awalnya dianggarkan

hanya Rp.600.000 namun karena IRT

Sutapa tertarik dengan neon box maka kami

alihkan dari papan nama biasa menjadi neon

box dengan harga Rp.1.000.000. sisa dana

Rp.400.000 kami ambil dari anggaran

pembelian mesin amplas karena IRT Sutapa

telah membeli mesin amplas akhir tahun

2015 dan mitra merasa jumlah amplas yang

beliau miliki telah mencukupi.

Pengadaan kartu nama bagi IRT Sutapa dan

IRT Sugita juga penting untuk

memperkenalkan usaha kepada konsumen.

Begitupula dengan nota yang dilengkapi

dengan nama usaha akan lebih

mempermudah konsumen mengingat lokasi

usaha mitra.

Foto 20 dan 21. Papan nama dan Kartu

nama, Sumber : Dokumentasi Peneliti,

2016

6). Penyuluhan pembukuan sederhana

Pembukuan sederhana dibutuhkan oleh

kedua mitra karena selama ini kedua mitra

belum melakukan pencatatan mengenai

pendapatan dan biaya sehingga belum bisa

mengetahui kondisi usahanya. Dengan

adanya penyuluhan dan pendampingan

pencatatan pembukuan sederhana ini, mitra

dapat membuat pencatatan sendiri.

Foto 22 dan 23. Penyuluhan awal dan

pendampingan lanjutan pembukuan

sederhana, Sumber : Dokumentasi

Peneliti, 2016

Page 12: Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN ...lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/157-168-Ni-Luh-Gde... · Salah satu dari kerajinan patung kayu tersebut adalah

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

168

DAFTAR PUSTAKA http://balipromosi.com/balivillage/index.php/

kecamatan-sukawati/desa-batubulan-

kangin

http://desabatubulan.com/profil-desa/sejarah-

desa-batubulan/

http://fajarbali.com/index.php/berita/67-

pojok-desa/343-ukiran-kayu-dan-

pertanian-topang- penghidupan-

masyarakat-batubulan-kangin.html

http://sinarharapan.co/news/read/1405/6013/e

kspor-patung-bali-raup-devisa-5-juta-

dolar

http://gianyarkab.go.id/index.php/profil/2/Ga

mbaran-Umum

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Giany

ar