Upload
ysayogyo
View
2.925
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Pengaruh Aroma Terapi Terhadap Tingkat Stress Mahasiswa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biasanya mahasiswa ketika mengikuti perkuliahan sering diikuti oleh
perasaaan stress. Stress seringkali timbul sehingga menyebabkan
mahasiswa tidak dapat mengikuti perkuliahan secara efektif. Pada
kenyataannya keadaan stress seperti ini sering dialami oleh mahasiswa
Psikologi terutama yang mengikuti mata kuliahStatistik II. Keadaan ini bisa
disebabkan karena proses belajar mengajar yang kurang menarik atau bisa
dikatakan bobot mata kuliah Statistik berat. Hal ini dikarenakan mata kuliah
statistik lebih menekankan pada rumus dan pemahaman, tidak hanya
sekedar hafalan. Jelas sekali hal ini bisa menimbulkan stress bagi
mahasiswa. Dan akhirnya, stress yang ditimbulkan dapat mengurangi
kenyamanan saat mengikuti mata kuliah tersebut dan mungkin akan
menghambat belajar mahasiswa. Seperti Pusing-pusing/sakit kepala,
kelelahan, Ingin mengerjakan segalanya dengan cepat, ingatan melemah,
tidak mampu berkonsentrasi, tidak sanggup melaksanakan tugasyang sudah
dimulai, kehilangan semangat.
Aromaterapi sendiri adalah terapi menggunakan essential oilatau sari
minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjadi kesehatan,
membangkitkan semangat, gairah, menyegarkan serta menenangkan jiwa,
dan merangsang proses penyembuhan (http://
lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan aromaterapi.html).
Bagaimana cara kerja aromaterapi itu? Ketika hidung menghirup
wangi minyak esensial yang telah terbukti mampu mempengaruhi emosi.
Minyak yang dihirup akan membuat vibrasi di hidung. Dari sini minyak yang
mempunyai manfaat tertentu itu akan mempengaruhi sistem limbik, tempat
pusat memori, suasana hati, dan intelektualitas berada
(www.hanyawanita.com).
Menurut Dr. Alan Huck (neurology psikiater dan Direktur Pusat
Penelitian Bau dan Rasa di Chicago), bau berpengaruh langsung terhadap
otak manusia, mirip narkotika. Ternyata hidung kita memiliki kemampuan
untuk membedakan lebihdari 100.000 bau yang berbeda yang
mempengaruhi kita dan itu terjadi tanpa kita sadari. Bau-bauan tersebut
mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana hati),
emosi, ingatan, dan pembelajaran. Misalnya, dengan menghirup aroma
lavender maka akan meningkatkan gelombang-gelombang alfa di dalam
otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa rileks.
Sementara dengan menghirup aroma bunga melati maka akan
meningkatkan gelombang-gelombang beta dalam otak yang meningkatkan
ketangkasan dan kesiagaan.) Selain itu Lavender dipercaya bisa membantu
terciptanya keseimbangan tubuh dan pikiran.
Diharapkan setelah pemberian Aromaterapi dapat mengurangi tingkat
stres para mahasiswa saat mengikuti mata kuliah Statistik II. Sehubungan
dengan hal tersebut diatas, maka peneliti berusaha untuk mengatasi atau
melakukan suatu penanganan atas tingkat stress yang tinggi dari para
mahasiswa itu. Peneliti mengemukakan suatu solusi yaitu dengan
penggunaan Aromaterapi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengidentifikasi adanya
permasalahan, yaitu : Pada saat mahasiswa mengikuti mata kuliah statistik II
cenderung memunculkan perilaku stres; Seperti Pusing-pusing/sakit kepala,
kelelahan, Ingin mengerjakan segalanya dengan cepat, ingatan melemah,
tidak mampu berkonsentrasi, tidak sanggup melaksanakan tugasyang sudah
dimulai, kehilangan semangat. Keadaan ini bisa disebabkan karena proses
belajar mengajar yang kurang menarik atau bisa dikatakan bobot mata
kuliah Statistik II berat. Hal ini dikarenakan mata kuliah statistik lebih
menekankan pada rumus dan pemahaman, tidak hanya sekedar hafalan.
Sehingga banyak mahasiswa Fakultas Psikologi yang tidak lulus dalam mata
kuliah ini. Hal inilah yang lalu menimbulkan stres pada para mahasiswa yang
mengikuti mata kuliah ini. Stres yang ditimbulkan dapat mengurangi
kenyamanan saat mengikuti mata kuliah Statistik II dan mungkin akan
menghambat belajar mahasiswa. Penggunaan aromaterapi dapat dijadikan
salah satu cara dalam mengurangi tingkat stres mahasiswa saat mengikuti
mata kuliah Statistik II.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapatlah ditarik sebuah
rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini sebagai
berikut :
“Apakah ada pengaruh antara pemberian Aromaterapi beraroma Lavender
dan Lemon terhadap tingkat stres mahasiswa Psikologi yang mengikuti mata
kuliah Statistik II ?”
D. Batasan Masalah
Pembatasan masalah digunakan untuk menetapkan batas-batas
permasalahan dengan jelas dan untuk menghindari pembahasan masalah
yang menyimpang dari yang sebenarnya. Pembatasan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Stres
Stres adalah adanya perasaan tidak nyaman pada suatu kondisi tertentu
yang ditunjukkan dengan adanya perilaku seperti Pusing-pusing/sakit
kepala, kelelahan, Ingin mengerjakan segalanya dengan cepat, ingatan
melemah, tidak mampu berkonsentrasi, tidak sanggup melaksanakan
tugas yang sudah dimulai, serta kehilangan semangat.
2. Aromaterapi
Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan bau wangi-wangian bisa
berupa pengharum ruangan, dupa (incense stick), cologne/parfum,
minyak esensial yang dibakar bersama air di atas tungku kecil, atau
bentuk-bentuk yang lainnya yang dapat menenangkan jiwa dan
menurunkan tingkat stress. Aromanya seperti wangi Lavender, Lemon,
Jasmine, Rose, Peppermint, vanilla, dll.
3. Mahasiswa Statistik II
Subjek yang dijadikan penelitian dalam eksperimen ini adalah mahasiswa
yang mengikuti matakuliah statistik II, dalam hal ini jumlah kelas yang
mengikuti matakuliah statistik II hanya ada satu kelas yaitu kelas A, baik
yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan yang mengulang
ataupun baru dari angkatan 2006 sampai 2008.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada pengaruh
pemberian Aromaterapi beraroma lavender da lemon terhadap penurunan
tingkatstress mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang
mengikuti mata kuliah Statistik II.
F. Manfaat Penelitian
Diharapkan manfaat dari hasil penelitian ini :
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pengaruh
antara pemberian Aromaterapi terhadap tingkat stress mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas “45” Makassar yang mengikuti mata kuliah
Statistik II.
b. Manfaat Praktis
1. Dapat memberikan alternatif cara dalam upaya untuk mengurangi
tingkat stress mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Statistik II
melalui penggunaan Aromaterapi.
2. Dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kenyamanan saat
mengikuti mata kuliah Statistik II.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres
A.1. Pengertian dan Terjadinya Stres
Stres adalah kondisi yang tidak menyenangkan dimana manusia
melihat adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau diluar
batasan kemampuan mereka untuk memenuhi tuntutan tersebut (Brehm
& Kassin, 1996:527).
Patel (1996:3) stres merupakan reaksi tertentu yang muncul pada
tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai tuntutan, misalnya ketika
manusia menghadapi tantangan-tantangan (challenge) yang penting,
ketika dihadapkan pada ancaman (threat), atau ketika harus berusaha
mengatasi harapan-harapan yang tidak realistis dari lingkungannya.
Disamping itu, keadaan stres akan muncul apabila ada tuntutan yang
luar biasa sehingga mengancam kesselamatan atau integritas
seseorang. Menurut Patel (1996:3-5), stres tidak selalu bersifat negatif.
Pada dasarnya, stress merupakan respon-respon tertentu tubuh
terhadap adanya tuntutan-tuntutan dari luar. Dengan adanya berbagai
tuntutan tersebut, tubuh manusia berusaha mengatasi dengan
menciptakan keseimbangan antara tuntutan luar, kebutuhan dan nilai-
nilai internal, kemampuan coping personal, dan kemampuan lingkungan
untuk memberikan dukungan. Hasil dari interaksi tersebut akan
menghasilkan persepsi terhadap stres. Ketika stress telah dipersepsikan
secara positif dapat memotivasi manusia untuk lebih percaya diri dan
lebih berprestasi.
Menurut Cranweld-Ward (Isniwarti, 1996:16) stres merupakan
reaksi fisiologis dan psikologis yang terjadi ketika seseorang merasakan
ketidak seimbangan antara tuntutan yang dihadapi dengan
kemampuannya untuk mengatasi tuntutan tersebut.
Sedangkan menurut Korchin (1976, dalam Isnawarti,1996:16)
juga menjelaskan bahwa stress tidak hanya berupa kondisi yang
menekan baik dari keadaan fisik atau psikis seseorang, maupun reaksi-
reaksinya terhadap tekanan itu, melainkan keterkaitan antara ketiga hal
tersebut.
Weiten (1992, dalam Sukmawati, 1999:21) menjelaskan adanya
empat jenis stres, antara lain :
1) Frustasi
Kondisi dimana seseorang merasa jalan yang akan ditempuh untuk
meraih tujuan dihambat.
2) Konflik
Kondisi ini muncul ketika dua atau lebih perilaku saling berbenturan,
dimana masing-masing perilaku tersebut butuh untuk diekspresikan
atau malah saling memberatkan.
3) Perubahan
Kondisi yang dijumpai ternyata merupakan kondisi yang tidak
semestinya serta membutuhkan adanya suatu penyesuaian.
4) Tekanan
Kondisi dimana terdapat suatu harapan atau tuntutan yang sangat
besar terhadap seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.
Patel (1996:5-6) menjelaskan adanya berbagai jenis reaksi stress
yang umumnya dialami manusia meliputi :
1) Too little stress
Dalam kondisi ini, seseorang belum mengalami tantangan yang berat
dalam memenuhi kebutuhan pribadinya. Seluruh kemampuan belum
sampai dimanfaatkan, serta kurangnya stimulasi mengakibatkan
munculnya kebosanan dan kurangnya makna dalam tujuan hidup.
2) Optimum stress
Seseorang mengalami kehidupan yang seimbang pada situasi “atas”
maupun “bawah” akibat proses manajemen yang baik oleh dirinya.
Kepuasaa kerja dan perasaan mampu individu dalam meraih prestasi
menyebabkan seseorang mampu menjalani kehidupn dan pekerjaan
sehari-hari tanpa menghadapi masalah yang terlalu banyak atau rasa
lelah yang berlebihan.
3) Too much stress
Dalam kondisi ini, seseorang merasa telah melakukan pekerjaan
yang terlalu banyak setiap hari. Dia mengalami kelelahan fisik
maupun emosional, serta tidak mampu menyediakan waktu untuk
beristirahat atau bermain. Kondisi ini dialami secara terus-menerus
tanpa memeperoleh hasil yang diharapkan
4) Breakdown stress
Ketika pada tahap too much stress individu tetap meneruskan
usahanya pada kondisi yang statis, kondisi akan berkemban menjadi
adanya kecenderungan neurotis yang kronis atau munculnya rasa
sakit psikosomatis. Misalnya pada individu yang memiliki perilaku
merokok atau kecanduan minuman keras, konsumsi obat tidur, dan
terjadinya kecelakaan kerja. Ketika individu tetap meneruskan
usahanya ketika mengalami kelelahan, ia akan cenderung
mengalami breakdown baik secara fisik , maupun psikis.
Senada dengan Patel, Hans Selye (1975a, dalam Patel,
1996:6) menerangkan adanya empat tahapan stres yang meliputi
understress, eustress, overstress, dan distress. Pada kondisi
eustress hendaknya dapat disadari ketika kondisi tubuh dan pikiran
dalam keadaan yang seimbang, mersa enerjik, mudah beradaptasi,
dan dalam kondisi santai atau rileks. Ketika sudah melampaui
tahapan eustress, individu akan merasa lelah, cemas, agresif, serta
defensif.
Walaupun ada berbagai pengertian, mekanisme, serta klasifikasi
stress, Lazzarus (1976, dalam Isniwarti, 1996:17) dan Patel (1996:13-14)
menjelaskan bahwa stres merupakan mekanisme yang bersifat
individual. Stres bagi seseorang belum tentu merupakan stres bagi yang
lainnya, hal ini disebabkan karena persepsi dan toleransi yang berbeda-
beda pada setiap orang tentang hal-hal yang menjadi hambatan atau
tuntutan yang mungkin menimbulkan stres.
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa stress merupakan suatu keadaan yang menekan diri individu
yang disebabkan adanya ketidakseimbangan antara kemampuan yang
dimiliki dengan tuntutan yang ada. Stres merupakan mekanisme yang
kompleks dan menghasilkan respon yang saling terkait baik fisiologis,
psikologis, maupun perilaku pada individu yang mengalaminya, dimana
mekanisme tersebut bersifat individual yang sifatnya berbeda antara
individu yang satu dengan individu yang lain.
A.2. Penyebab Stres atau Stresor
Stresor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang
mengakibatkan terjadinya respon stres. Stresor dapat berasal dari berbagai
sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial (Kisker, 1977
dalam Isniwarti, 1996:18) dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah,
dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya (Patel, 1996:15).
Secara garis besar, stresor bisa dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1) Stresor mayor yang berupa major live events yang meliputi peristiwa
kemayian orang yang disayangi, masuk sekolah untuk pertama kali, dan
perpisahan; dan
2) Stresor minor yang biasanya berawal dari stimulus tentang masalah
hidup sehari-hari, misalnya ketidaksenangan emosional terhadap hal-hal
tertentu sehingga menyebabkan munculnya stres (Brantley,dkk., 1988,
dalam Isnawarti, 1996:18).
SE. Taylor (1991:197-198) merinci beberapa karakteristik kejadian
yang berpotensi untuk dinilai menciptakan, antara lain :
1) Kejadian negatif agaknya lebih banyak menimbulkan stress daripada
kejadian positif.
2) Kejadian yang tidak terkontrol dan tidak terprediksi lebih membuat stres
daripada kejadian yang terkontrol dan terprediksi.
3) Kejadian “ambigu” seringkali dipandang lebih mengakibatkan stress
daripada kejadian yang jelas.
4) Manusia yang tugasnya melebihi kapasitas (overload) lebih mudah
mengalami stres daripada orang yang memiliki tugas lebih sedikit.
Ada beberapa sumber stres yang berasal dari lingkungan,
diantaranya adalah lingkungan fisik seperti polusi udara, kebisingan,
kesesakan, dan lingkungan kontak social yang bervariasi, serta kompetisi
hidup yang tinggi (Howart & Gillham, 1981; Atkinson, 1990; dalam Iswinarti,
1996:19). Seperti yang dikutip oleh oleh Patel (1996:18-19) bahwa pada
Holmes and Rahe Schedule of Recent Life Events telah diteliti berbagai
peristiwa kehidupan yang membutuhkan penyesuaian sosial kembali dan
memberinya rating berdasarkan muatan nilai stresnya. Stresor yang berupa
peristiwa-peristiwa perubahan di sekolah (change in school) berada pada
peringkat 33 yang dapat menimbulkan stres.
Holmes dan Rahe (Davidson & Neale), 1992) merumuskan adanya
sumber stres, yaitu :
1) Dalam diri individu
Hal ini berkaitan dengan adanya konflik. Pendorong dan penarik konflik
menghasilkan dua kecenderungan yang berkebalikan, yaitu approach
dan avoidance. Kecenderungan ini menghasilkan tipe dasar konflik
(Weiten, 1992), yaitu :
a. Approach-approach Conflict
Muncul ketika kita tertarik terhadap dua tujuan yang sama-sama baik
b. Avoidance-avoidance Conflict
Muncul ketika kita dihadapkan pada satu pilihan antara dua situasi
yang tidak menyenangkan.
c. Approach-avoidance Conflict
Muncul ketika kita melihat kondisi yang menarik dan tidak menarik
dalam satu tujuan atau situasi.
2) Dalam keluarga
Dari keluarga ini yang cenderung memungkinkan munculnya stres
adalah hadirnya anggota baru, sakit, dan kematian dalam keluarga.
3) Dalam komunitas dan masyarakat
Kontak dengan orang di luar keluarga menyediakan banyak sumber
stres. Misalnya, pengalaman anak di sekolah dan persaingan.
Dari berbagai penjelasan di atas, maka stresor atau hal-hal yang
dapat menyebabkan terjadinya stres dapat berupa faktor-faktor fisiologis,
psikologis, dan lingkungan di sekitar individu (baik fisik maupun sosial).
Namun, Stresor tersebut dapat menimbulkan stres ataupun tidak tergantung
bagaimana individu menyikapi stresor itu.
C. Konsekuensi dan Respon Stres
Stres, pada penjelasan awal telah disimpulkan akan menghasilkan
reaksi fisiologis, reaksi psikologis dan perubahan perilaku. Seperti juga yang
dijelaskan oleh Coleman (1991, dalam Iswinarti, 1996:20), bahwa contoh
reaksi fisiologis sebagai tanda peringatan awal yang penting adalah nyeri
dada, diare, sakit perut, sakit kepala atau pusing-pusing, mual, insomnia,
kelelahan, dan jantung berdebar-debar. Selanjutnya, reaksi psikologis dari
stres bisa dilihat dari tanda-tanda seperti tidak mau santai pada saat yang
tepat, merasa tegang, tidak tahan terhadap suara atau gangguan lain, cepat
marah atau mudah tersinggung, ingatan melemah, tidak mampu konsentrasi,
daya kemauan berkurang, emosi tidak terkendali, tidak sanggup
melaksanakan tugas yang sudah dimulai, impulsive, dan reaksi berlebihan
terhadap hal-hal sepele.
Atkinson (1990, dalam Iswinarti, 1996:22) mengistilahkan reaksi stres
sebagai gaya stres yang sebetulnya merupakan reaksi psikologis stres. Ada
beberapa gaya stress yang ditunjukkan pada individu yang mengalami stres,
misalnya ingin mengerjakan segalanya dengan cepat sehingga menjadi
bingung dan frustrasi, kecemasan, ketidak berdayaan atau keputusasaan,
depresi dan kehilangan semangat.
D. Pengertian dan Mekanisme Coping stres
Coping adalah segala usaha untuk mengurangi stres, yang
merupakan proses pengaturan atau tuntutan (eksternal maupun internal)
yang dinilai sebagai beban yang melampaui kemampuan seseorang
(Lazarus & Folkman, 1984). Definisi lain menyatakan coping sebagai proses
dimana individu melakukan usaha untuk mengatur (management) situasi
yang dipersepsikan adanya kesenjangan antara usaha (demands) dan
kemampuan (resources) yang dinilai sebagai penyebab munculnya situasi
stres (dalam Sarafino, 1998:133).
Usaha coping sangat bervariasi dan tidak selalu dapat membawa
pada solusi dari suatu masalah yang menimbulkan situasi stres. Individu
melakukan proses coping terhadap stres melalui proses transaksi dengan
lingkungan, secara perilaku dan kognitif (Sarafino, 1998:133).Peristiwa
stresful merupakan kejadian yang berpotensi memicu stres pada individu.
Sedangkan penilaian dan interpretasi terhadap stresor melalui primary dan
secondary appraisal merupakan proses penentuan makna dari suatu
kejadian dan penaksiran terhadap kemampuan dan potensi coping individu
(SE. Taylor, 1991:232)
E. Fungsi coping stres
Proses coping terhadap stres memiliki 2 fungsi utama yang terlihat
dari bagaimana gaya menghadapi stres, yaitu :
1) Emotion-focused coping
Coping ini bertujuan untuk melakukan kontrol terhadap respon emosional
terhadap situasi penyebab stres, baik dalam pendekatan secara
behavioral maupun kognitif. Lazarus dan Folkman (1984b)
mengemukakan bahwa individu cenderung menggunakan emotional-
focused coping ketika individu memiliki persepsi bahwa stresor yang ada
tidak dapat diubah atau diatasi.
2) Problem-focused coping
Coping ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari situasi stres atau
memperbesar sumber daya dan usaha untuk menghadapi stres. Lazarus
& Folkman (1984b) mengemukakan bahwa individu cenderung
menggunakan Problem-focused coping ketika individu memiliki persepsi
bahwa stresor yang ada dapat diubah (Sarafino, 1998:133-135)
Greenberg (2002:293) mengutip bahwa ketika Problem-focused
coping telah dilakukan dan mengakibatkan kelelahan karena tugas yang
diselesaikan terlalu berat, manusia bisa saja melakukanEmotion-focused
coping untuk membuat perasaan dirinya menjadi lebih baik ketika
mengerjakan tugas-tugas dan kembali melakukan Problem-focused
coping yang telah dilakukan. Jadi kedua tipe coping tersebut dapat saling
mendukung antara satu dengan yang lainnya.
F. Metode-metode Coping Stres
Individu memerlukan kemampuan tertentu (skill) dan strategi untuk
mengatasi masalah dan mengatur respon emosional terhadap kondisi yang
mengakibatkan stres. Lazarus & Folman (1986, 1988) mengidentifikasikan
berbagai jenis strategi coping, baik secaraproblem-
focused maupun emotion-focused, antara lain :
(1) Planful problem solving
(2) Confrontive coping
(3) Seeking social support
(4) Distancing
(5) Escape-avoidance
(6) Self-control
(7) Accepting responsibility
(8) Positive reappraisal
G. Aromaterapi & Relaksasi
Aromaterapi sendiri adalah terapi menggunakan essential oilatau sari
minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjadi kesehatan,
membangkitkan semangat, gairah, menyegarkan serta menenangkan jiwa,
dan merangsang proses penyembuhan (http://
lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan-aromaterapi.html).
Aromaterapi yang dipakai bisa berupa pengharum ruangan, dupa(incense
stick), cologne/parfum, minyak esensial yang dibakar bersama air di atas
tungku kecil, atau bentuk-bentuk yang lainnya. Aromaterapi selalu
dihubungkan dengan hal-hal menyenangkan agar membuat jiwa,tubuh dan
pikiran merasa relaks dan 'bebas' Pada tahun 1928 penggunaan istilah
aromaterapi dipopulerkan oleh Rene Maurice Gattefosse di Perancis.
Aromaterapi digunakan untuk rileksasi dan pengobatan. Bahkan pada
Perang Dunia II minyak esensial untuk aromaterapi ini digunakan untuk
pengobatan karena pada zaman itu sulit memperoleh antibiotika Minyak
tersebut mengandung bahan kimia asli dari tumbuhan tersebut berupa zat
antiseptik seperti fenol dan alkohol dan molekul-molekul lain. Khasiatnya
menyembuhkan berbagai penyakit serta menyebarkan bau harum.
Bagaimana cara kerja aromaterapi itu? Ketika hidung menghirup
wangi minyak esensial yang telah terbukti mampu mempengaruhi emosi.
Minyak yang dihirup akan membuat vibrasi di hidung. Dari sini minyak yang
mempunyai manfaat tertentu itu akan mempengaruhi sistem limbik, tempat
pusat memori, suasana hati, dan intelektualitas berada
(www.hanyawanita.com).
Menurut Dr. Alan Huck (neurology psikiater dan Direktur Pusat
Penelitian Bau dan Rasa di Chicago), bau berpengaruh langsung terhadap
otak manusia, mirip narkotika. Ternyata hidung kita memiliki kemampuan
untuk membedakan lebih dari 100.000 bau yang berbeda yang
mempengaruhi kita dan itu terjadi tanpa kita sadari. Bau-bauan tersebut
mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana hati),
emosi, ingatan, dan pembelajaran. Misalnya, dengan menghirup aroma
lavender maka akan meningkatkan gelombang-gelombang alfa di dalam
otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa rileks.
Sementara dengan menghirup aroma bunga melati maka akan
meningkatkan gelombang-gelombang beta dalam otak yang meningkatkan
ketangkasan dan kesiagaan (http://
lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan-aromaterapi.html).
H. Macam-macam wewangian aromaterapi dan kegunaan
Jenis wewangian Kegunaan
1) Apple Cinnamon Wangi apple cinnamon dipercaya dapat membangkitkan
kenangan hangat bersama orang tua serta mengingatkan orang akan
suasana rumah yang nyaman.
2) Black Cherry aromanya sangat tajam dan menyegarkan. Cocok untuk
ditempatkan di ruang pertemuan.
3) Lemon wewangian yang digunakan untuk menenangkan suasana.
Aromanya yang menggemaskan dapat membuat anda makin percaya
diri, merasa lebih santai, dapat menenangkan syaraf, tetapi tetap
membuat kita sadar.
4) Cinnamon konon, minyak essensialnya mengandung antibiotik, antiseptik
dan antivirus yang dapat melindungi tubuh manusia
5) Eucalyptus pohonnya dikenal dengan nama kayu putih. Wanginya dapat
menghilangkan bau secara efektif. Selain itu juga ampuh menghilangkan
bakteri, antiseptik dan antiviral juga ada pada minyak jenis ini.
6) Freesia aroma bunga freesia ini sangat khas. Untuk memperoleh wangi
yang pas, jangan gunakan terlalu banyak.
7) Gardenia merupakan wewangian Bunga Gardenia yang sangat disukai
wanita. Wanginya sangat identik dengan acara-acara besar dan mewah
seperti pernikahan, prom night dan pesta eksotis lainnya.
8) Honey Suckle aromanya sangat bersahabat dengan hidung. Karenanya
aroma yang satu ini dapat membuat orang merasa nyaman dan rileks.
9) Jasmine merupakan jenis aroma yang sanggup menciptakan suasana
romantis. Namun, jangan gunakan terlalu banyak. Sebab, aroma kuat
bunga melati justru membuat udara menjadi tidak segar, bahkan
mungkin sedikit menyeramkan.
10) Juniper Berry aromanya sangat maskulin dan dipercaya dapat meredam
emosi.
11) Lavender jika anda penderita insomnia atau ingin mendapatkan
relaksasi dapat menggunkan aromatherapy jenis ini. Lavender dipercaya
bisa membantu terciptanya keseimbangan tubuh dan pikiran.
12) Pachouli aromanya sangat eksotik dan berpaut erat dengan kegiatan
masak-memasak.
13) Peppermint aroma yang begitu menyegarkan, membangkitkan suasana,
dapat mengurangi sakit perut, mengurangi ketegangan dan dipercaya
bisa menyembuhkan sakit kepala.
14) Pine Merupakan aroma yang bisa mengingatkan anda pada suasana
luar ruangan yang begitu bersih dan berbau kayu.
15) Cendana/ Sandalwood aroma yang dilahirkannya dapat membantu
menciptakan dan menuangkan ide kreatif. Selain dapat mengurangi
depresi, harum cendana dipercaya dapat mengatasi masalah sulit tidur
serta masalah lain yang berhubungan dengan stres. Selain itu, aromanya
sangat bermanfaat digunakan saat meditasi
16) Pikake atau Plumeria merupakan wewangian bunga khas Hawaii yang
dapat membangkitkan ingatan anda akan lembutnya hembusan angin
pantai. Sangat disarankan digunakan untuk relaksasi
17) Rosemary merupakan jenis aromatherapy yang biasa digunakan untuk
melegakan otot dan pikiran. Wangi yang dihasilkannya juga dapat
membantu anda lebih konsentrasi.
18) Sage salah satu jenis aromatherapi yang digunakan untuk memberikan
rasa tenang. Jenis wewangian ini bermanfaat mengatasi sakit selama
menstruasi dan dapat mengatur sistem syaraf pusat.
19) Sweet Orange biasanya digunakan untuk membangkitkan gairah dan
semangat pria.
20) Vanilla aroma yang dihasilkannya sangat akrab dengan suasana rumah
yang hangat dan nyaman, sehingga wanginya sanggup menenangkan
pikiran anda.
I. Relaksasi
Relaksasi adalah suatu kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental
manusia, sementara aspek spirit tetap aktif bekerja. Dalam keadaan
relaksasi, seluruh tubuh dalam keadaan homeostatis atau seimbang, dalam
keadaan tenang tapi tidak tertidur, dan seluruh otot-otot dalam keadaan
rileks dengan posisi tubuh yang nyaman (Suryani, 2000:76).
J. Matakuliah Statistik II
Statistik II adalah salah satu mata kuliah yang ada di semester III.
Statistik II adalah salah satu mata kuliah prasyarat wajib. Maksudnya adalah
mata kuliah ini harus atau wajib diambil untuk dapat mengambil mata kuliah
selanjutnya. Dalam hal ini, Statistik II adalah mata kuliah prasyarat wajib
untuk dapat mengambil mata kuliah lanjutan wajib yang dalam hal ini adalah
skripsi. Seperti yang kita tahu bahwa skripsi adalah prasyarat bagi kelulusan.
Oleh sebab itu, sebagai mata kuliah prasyarat wajib, setiap mahasiswa harus
memenuhi nilai diatas D. Untuk dapat dinyatakan lulus dari mata kuliah ini
dan boleh mengambil mata kuliah lanjutan berikutnya.
Mata kuliah ini merupakan lanjutan dari statistik I. Melalui mata kuliah
ini mahasiswa diajak memahami teknik analisis varians, korelasi dan regresi,
dan hubungan kedua teknik tersebut serta memahami penggunaannya
dalam menganalisis data penelitian psikologi. Oleh karena itu mata kuliahnya
meliputi analisis varians, analisis kovarians, korelasi dan analisis regresi,
serta hubungan analisis varians dan regresi. Dapat dikatakan bahwa mata
kuliah statistik ini lebih menekankan pada rumus dan pemahaman, tidak
hanya sekedar hafalan.
K. Mahasiswa yang mengikuti matakuliah Statistik II
Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini adalah mahasiswa
angkatan 2006-2008. Dari keseluruhan mahasiswa di kelas ini ada yang
mengulang dan ada yang baru mengambil mata kuliah ini.
Berdasarkan uraian diatas dapat kita lihat bahwa mata Statistik adalah
mata kuliah yang sangat penting, mengingat hal tersebut adalah mata kuliah
prasyarat wajib untuk dapatnya mahasiswa membuat skripsi bagi
kelulusannya nanti. Sehingga dapat dikatakan mata kuliah ini mempunyai
bobot yang lumayan berat karena selain materinya yang berat, mahasiswa
juga dituntut untuk memperoleh nilai yang sesuai standar. Hal ini
dikarenakan mata kuliah statistik lebih menekankan pada rumus dan
pemahaman, tidak hanya sekedar hafalan, serta mungkin cara mengajar
yang kurang menarik. Hal inilah yang lalu menimbulkan stres pada para
mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini. Stres yang ditimbulkan seperti
Pusing-pusing/sakit kepala, kelelahan, ingin mengerjakan segalanya dengan
cepat, ingatan melemah, tidak mampu berkonsentrasi, tidak sanggup
melaksanakan tugas yang sudah dimulai, kehilangan semangat. Stres yang
ditimbulkan dapat mengurangi kenyamanan saat mengikuti mata kuliah
Statistik II dan mungkin akan menghambat belajar mahasiswa. Sehingga
banyak mahasiswa Fakultas Psikologi yang tidak lulus dalam mata kuliah ini.
L. Hubungan antara Stres dan Aromaterapi
Berdasarkan uraian diatas dapat kita lihat bahwa mata Statistik
adalah mata kuliah yang sangat penting. mengingat hal tersebut adalah
mata kuliah prasyarat wajib untuk dapatnya mahasiswa membuat skripsi
bagi kelulusannya nanti. Sehingga dapat dikatakan mata kuliah ini
mempunyai bobot yang lumayan berat karena selain materinya yang berat,
mahasiswa juga dituntut untuk memperoleh nilai yang sesuai standar. Hal ini
dikarenakan mata kuliah statistik lebih menekankan pada rumus dan
pemahaman, tidak hanya sekedar hafalan, serta mungkin cara mengajar
yang kurang menarik. Pada akhirnya hal ini dapat menimbulkan stres. Stres,
pada penjelasan awal telah disimpulkan akan menghasilkan reaksi fisiologis,
reaksi psikologis dan perubahan perilaku. Seperti juga yang dijelaskan oleh
Coleman (1991, dalam Iswinarti, 1996:20), bahwa contoh reaksi fisiologis
sebagai tanda peringatan awal yang penting adalah nyeri dada, diare, sakit
perut, sakit kepala atau pusing-pusing, mual, insomnia, kelelahan, dan
jantung berdebar-debar. Selanjutnya, reaksi psikologis dari stres bisa dilihat
dari tanda-tanda seperti tidak mau santai pada saat yang tepat, merasa
tegang, tidak tahan terhadap suara atau gangguan lain, cepat marah atau
mudah tersinggung, ingatan melemah, tidak mampu konsentrasi, daya
kemauan berkurang, emosi tidak terkendali, tidak sanggup melaksanakan
tugas yang sudah dimulai, impulsife dan reaksi berlebihan terhadap hal-hal
sepele.
Munculnya reaksi-reaksi diatas sebagai respon dari stres akan
menghambat proses belajar mahasiswa sehingga memungkinkan
banyaknya mahasiswa yang tidak lulus dalam mata kuliah ini.
Aromaterapi sendiri adalah terapi menggunakan essential oil atau sari
minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjadi kesehatan,
membangkitkan semangat, gairah, menyegarkan serta menenangkan jiwa,
dan merangsang proses penyembuhan (http://
lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan-aromaterapi.html).
Aromaterapi selalu dihubungkan dengan hal-hal menyenangkan agar
membuat jiwa, tubuh dan pikiran merasa relaks. Oleh karena itu, peneliti
berusaha mengurangi tingkat stres yang terjadi pada mahasiswa saat
mengikuti mata kuliah statistik dengan menggunakan aromaterapi.
2.4. Hipotesis
Ada dua hipotesis yang ada dalam penelitian ini yaitu :
1) Ho : Tidak ada pengaruh antara pemberian Aromaterapi (beraroma
lavender dan lemon) terhadap tingkat stres mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga yang mengikuti matakuliah Statistik II.
2) Ha : Ada pengaruh antara pemberian Aromaterapi (beraroma lavender
dan lemon) terhadap tingkat stres mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga yang mengikuti matakuliah Statistik II.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu sifat yang dapat memiliki bermacam nilai atau
seringkali diartikan dengan simbol atau lambang yang memiliki bilangan atau
nilai. Untuk dapat meneliti suatu konsep secara empiris, konsep tersebut
dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah :
1) Variabel Independen (X) :
Pemberian Aromaterapi berbentuk pengharum ruangan. Manipulasi yang
akan dilakukan terhadap independen variabel ini disebut dengan
Experimental Manipulation, yaitu teknik atau metode untuk melakukan
variasi terhadap independen variabel dengan cara memberikan perlakuan
yang berbeda pada sebuah kelompok yang sama. Dalam hal ini, satu
kelompok yang sama itu masing-masing akan diukur sebanyak dua kali
yaitu Pretest (sebagai hasil kelompok kontrol) dan Posttest (sebagai hasil
kelompok eksperimen). Dalam pretest, subyek diukur tingkat stresnya
dengan mengggunakan kuisioner. Pemberian kuisioner ini sebagai
indikator dari tingkat stres sebelum diberi aromaterapi beraroma lemon
dan lavender yang berbentuk pengharum ruangan. Sedangkan dalam
posttest, subyek diukur tingkat stresnya dengan mengggunakan kuisioner.
Pemberian kuisioner ini sebagai indikator tingkat stres setelah diberi
aromaterapi beraroma lemon dan lavender yang berbentuk pengharum
ruangan.
2) Variabel Dependen (Y):
Tingkat Stres Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah statistik II yang
dilihat indikatornya Seperti Pusing-pusing/sakit kepala, kelelahan, Ingin
mengerjakan segalanya dengan cepat, ingatan melemah, tidak mampu
berkonsentrasi, tidak sanggup melaksanakan tugas yang sudah dimulai,
kehilangan semangat.
C. Definisi Operasional Variabel
Perlakuan aromaterapi : suatu teknik yang menggunakan aroma
tumbuhan yang dapat berupa minyak esensial tumbuhan baik dari akar, daun
dan bunga. Pada eksperimen ini digunakan pengharum ruangan. Adapun
aroma yang digunakan dalam eksperimen ini adalah aroma lemon dan
lavender. Metode yang digunakan untuk pemberian aroma dalam eksperimen
ini adalah dengan cara menghirup aroma tersebut secara tidak langsung
melalui ruangan yang telah diberi aromaterapi berupa pengharum ruangan
sebelum kelas dimulai.
Stres dalam eksperimen ini dapat ditunjukkan dari perilaku-perilaku
yang akan ditunjukkan sebagai berikut ini :
*Pusing-pusing/sakit kepala
*Kelelahan
*Ingin mengerjakan segalanya dengan cepat
*Ingatan melemah
*Tidak mampu berkonsentrasi
*Tidak sanggup melaksanakan tugas yang sudah dimulai
*Kehilangan semangat
D. Populasi dan Sampling
D.1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam eksperimen ini menggunakan
mahasiswa Psikologi Universitas Airlangga.
D.2. Sampling
Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik purposive sampling dikenakan pada sampel yang karakteristiknya
sudah ditentukan dan diketahui lebih dulu berdasarkan ciri dan sifat
populasinya. Subyek dalam eksperimen ini adalah mahasiswa psikologi
yang mengikuti matakuliah statistik II dengan kriteria yang ditentukan
oleh peneliti yaitu laki-laki dan perempuan baik yang mengulang atau
yang baru mengambil mata kuliah statistik II dari angkatan 2001-2005.
Subyek diberi pretest sebanyak satu kali dan posttest dua kali. Alat ukur
yang digunakan untuk pretest dan posttest menggunakan kuisioner.
E. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan Treatment by Subject Design.Treatment by
subject design adalah satu kelompok yg sama diberikan treatment yg berbeda
kemudian diukur hasilnya. Dalam penelitian ini kelompok penelitian hanya
satu kelompok yang bisa diambil secara random atau tidak random. Pada
kelompok tersebut diberikan perlakuan berulang-ulang. Dalam eksperimen ini
satu kelompok subyek tersebut akan dikenai dua kali pemberian treatment
yaitu pemberian aromaterapi dengan wewangian Lavender dan pemberian
aromaterapi dengan wewangian Lemon. Penelitian melibatkan adanya pretest
dan posttest.
F. Instrumen Penelitian
Penelitian eksperimen pada dasarnya adalah ingin mengetahui
hubungan kausal antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat(Y). Untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh tersebut, peneliti harus melakukan
pengukuran terhadap variabel terikatnya. Beberapa eksperimen
menggunakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah alat untuk
pemberian perlakuan terhadap subjek eksperimennya.
Instrumen dalam penelitian ini adalah :
* Skala
* Aromaterapi beraroma bunga lavender berbentuk pengharum ruangan.
* Aromaterapi beraroma bunga lemon berbentuk pengharum ruangan
G. Validitas dan Reliabilitas Alat ukur
Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam
pengumpulan data, diharapkan hasil penelitan akan menjadi valid dan
reliabel.
1) Validitas Alat Ukur
Validitas mengacu pada kepercayaan dan kesesuaian antara
konstruk atau cara peneliti mengkonseptualisasikan idenya ke dalam
definisi konseptual dan alat pengukur. Validitas dapat diartikan sebagai
seberapa baik sebuah ide tentang realita “sesuai”dengan realita aslinya
(Newman, 1999 : 164).
Instrumen yang valid berarti bahwa alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data itu valid dimana instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2005 : 267).
Untuk mendapatkan content validity ini, penulis skripsi, Atika Dian
Ariana, menggunakan pendapat tiga rater yaitu sesuai dengan jumlah
minimal pendapat rater yang dibutuhkan dalam validitas isi (Sugiyono,
2002a:271). Hasil dari penilaian dan evaluasi para rater terhadap skala
tingkat stres yang disusun ulang oleh penulis skripsi dari ICSRLE dan SST
dapat disimpulkan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian
tersebut cukup baik dan dapat digunakan untuk mengukur tingkat stres
pada subjek penelitian.
2) Validitas item
Untuk validitasnya, kami mengambil alat ukur dari skripsi yang ditulis
oleh Atika Dian Ariana (2005) Fakultas Psikologi Universitas Airlangga,
Surabaya yaitu skala tingkat stress dari ICSRLE. Untuk skala ICSRLE,
setelah dua kali putaran didapatkan 32 butir item yang sahih atau
memuaskan dan 17 butir item yang gugur karena tidak memenuhi
persyaratan. Sedangkan untuk skala SST, setelah tiga kali putaran
didapatkan 5 butir item yang sahih atau memuaskan dan 5 butir item yang
gugur karena tidak memenuhi persyaratan.
3) Reliabilitas Item
Reliabilitas mengacu pada sejauh mana alat ukur dapat dipercaya
atau konsisten.Artinya, sejauh mana alat ukur tersebut mampu
menghasilkan data yang sama apabila digunakan dalam keadaan atau
situasi lain yang identik atau hampir sama. Dapat diartikan pula bahwa
reliabilitas mengarah pada hasil-hasil numeris yang dicapai sebuah
indikator tidak banyak (bervariasi) disebabkan oleh karakteristik dari alat
ukur atau instrumen alat ukur itu sendiri (Newman, 1999 : 164).
Pengukuran reliabilitas dalam ekperimen ini menggunakan formula
koefisienAlpha Cronbach dalam SPSS 11.0 for Windows.
Berdasarkan uji reliabilitas yang kami lakukan, diketahui bahwa r
alpha = 0,891 untuk ICSRLE (putaran pertama) dan r alpha = 0,679 untuk
SST (putaran pertama), r alpha = 0,663 untuk SST (putaran kedua), dan r
alpha = 0,673 untuk SST (putaran ketiga).
H. Validitas dan Reliabilitas Eksperimen
Validitas dalam penelitian eksperimen dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu
:
1) Validitas Internal : merupakan seberapa jauh keakurasian pengamatan
peneliti terhadap variabel bebas atau independen variabel yang
berpengaruh terhadap variabel terikat atau dependen variabel.
Eksperimen dikatakan memiliki nilai validitas internal yang tinggi apabila
efek variabel terhadap variabel terikat benar-benar disebabkan oleh
variabel bebas atau perlakuan yang diberikan peneliti dan bukan karena
extraneous variable. Validitas internal ini meliputi :
a. History : Mengacu pada kejadian-kejadian yang lebih spesifik yang
terjadi antara pengukuran pertama (pre-test) maupun pengukuran
kedua (post-test) diluar eksperimen yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian. Peristiwa-peristiwa yang terjadi diantara pre-test dan post-
test tersebut dapat berpengaruh pada post-test yang akan dilakukan
selanjutnya. Sebagai contoh nilai ujian tengah semester yang dapat
berpengaruh terhadap post-test dan pengajar yang berbeda. Namun
dalam hal ini pengajar yang berbeda sudah dapat dikontrol.
b. Maturation; berkaitan dengan perubahan-perubahan pada kondisi
internal individu yang terjadi sebagai konsekuensi dari berlalunya
waktu. Perubahan-perubahan itu melibatkan proses biologis dan
psikologis, seperti usia, proses belajar, kelelahan dan kebosanan yang
sifatnya menetap pada individu.
c. Testing; mengulang soal tes pada pre-test dan post-test pada subjek
penelitian yang sama bisa mengakibatkan subjek menjadi lebih hafal
pada soal tes tersebut, sehingga akan berpengaruh pada hasil
pengukuran variabel terikatnya atau variabel tergantungnya. Hal ini
dapat diatasi dengan pengacakan nomor soal agar tidak sama antara
tes pertama dengn tes kedua.
d. Instrumentation; mengacu pada perubahan-perubahan yang terjadi
selama pengukuran variabel terikat (dependent variabel). Variabel ini
memang tidak mengacu pada perubahan yang terjadi pada subjek,
tetapi lebih melihat perubahan yang terjadi sebelum proses
pengukuran. Situasi pengukuran yang merupakan instrumen dalam
eksperimen dan biasanya menimbulkan terjadinya bias adalah
ditempatkannya seseorang untuk mengobservasi jalannya
eksperimen. Kehadiran observer ini mau tidak mau akan berpengaruh
pada subjek.
Observer terkadang bias dalam menilai pengaruh yang dimunculkan
akibat pemberian treatment saat eksperimen. Subjektivitas observer
sangat besar kemungkinannya terjadi saat menilai subjek penelitian.
Inilah sebabnya mengapa studi dengan menggunakan observer
manusia biasanya menggunakan lebih dari satu observer. Dengan
cara itu diharapkan bias yang muncul dapat diminimalisir dengan
saling mengecek ulang data-data yang sudah didapatkan.
e. Statistical regression; variabel yang menyebabkan terjadinya
perubahan pada skor tinggi dan skor rendah pada saat pre-test dan
post-test yang diketahui dengan distribusi dari skor ekstrem yang
cenderung bergerak menuju nilai rata-rata sebagai konsekuensi
dilakukannya pengulangan tes (Neale, Liebert dalam Christensen,
1988). Fenomena regresi ini terjadi karena pengukuran saat pre-test
dan post-test tidak memiliki hubungan atau dengan kata lain, ada
kondisi di mana seperangkat pengukuran (alat tes yang digunakan)
tidak reliabel.
f. Selection; terjadi jika serangkaian prosedur seleksi yang berbeda
digunakan untuk menempatkan subjek dalam kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Seleksi bisa saja berhubungan dengan
maturation, history atau instrumentation yang semunya dapat
mengakibatkan munculnya pengaruh yang terlihat seperti akibat
diberikannya treatment (perlakuan).
g. Mortality; keadaan dimana kehilangan subjek dalam jumlah tertentu
dalam proses eksperimen, baik yang menggunakan subjek manusia
maupun hewan. Misalnya, ada mahasiswa yang tidak masuk pada
saat diberikan perlakuan.
2) Validitas Eksternal : Merupakan seberapa jauh hasil dari ekperimen
tersebut dapat digeneralisasikan pada populasinya atau populasi lain
dengan subjek, waktu, tempat, dan ekologi yang berbeda sehingga suatu
eksperimen dapat dikatakan valid.
I. Teknik Analisa Data
Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini akan dihitung korelasinya
menggunakan teknik statistik Uji T (T Test) lebih spesifik lagi yaitu Paired-
Samples T Test.
Keterangan :
t = Nilai t hitung
D = Rata-rata selisih pengukuran 1 & 2
SD = Standar deviasi selisih pengukuran 1 & 2
N = Jumlah sample
Uji asumsi yang dilakukan sebelum analisa data dilakukan adalah uji
linearitas hubungan dan uji normalitas sebaran. Asumsi utama teknik
komparasi paired t-test adalah berdasarkan tidak adanya kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen, tetapi dengan melakukan pre-test dan post-test
pada satu kelompok yang sama.
Keseluruhan proses analisis data ini menggunakan cara perhitungan
manual. Dengan melihat tabel t-test dengan taraf signifikan 5 % uji dua fihak
(two tail test).
DAFTAR PUSTAKA
(http://www.mitsuilease.co.id)
(http://lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan-aromaterapi.html)
(www.hanyawanita.com).
Hadi MSi, DR.Cholicul, Bahan Ajar Matakuliah Psikologi Eksperimen Program SP4, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Dian Ariana, Atika, Efektifitas Terapi Humor (humor therapy)Tterhadap Penurunan Tingkat Stress Pada Mahasiswa Baru Fakultas psikologi Universitas Airlangga surabaya, 2005, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Wulandari, Niken, Pengaruh Tteknik Meditasi-Relaksasi dengan Story Telling (MRST) terhadap Penurunan Tingkat Stres pada Anak Usia Sekolah yang Memperoleh Pengayaan dikelas 3 SD fullday Darut Taqwa Surabaya, 2003, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Winarsunu, Tulus, Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan, 2002, Universitas Muhammadiyah Malang.
Prof. Dr. Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, 2006, CV Alfabeta, Bandung