TUGAS METODE ILMIAH

Oleh : Permatasari (1033010020)

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHANUNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMURLEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT2013

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BELUNTAS (PLUCEA INDICA L) DAN STABILITAS AKTIVITASNYA PADA BERBAGAI KONSENTRASI GARAM DAN TINGKAT PHAbstract Beluntas leaves are commonly used as traditional medical herb and fresh vegetable. The aim of the research was to examine the antimicrobial activity of beluntas leaves extracts and the stability of activity in salt and PH condition. Non defatted polar extract had phenol hidroquinon, tannin, alkaloid and steroid as bioactive compound. The most sensitive bacteria was B.cereus and the most resistant was S.thypi, S.aureus, E.colli, P.fluorescens, B.subtillis, and B.cereus were 3,19,2,94,2,66,2,64,2,40 and 2,26% respectively. Anti microbial activity was greater on protoplast of S.thypi sphaeroplastof S.aureus and Bacillus cereus than to ward their whole cells. With the highest inhibition observed B.cereus protoplast addition of salt into the extract increased its the anti microbial activity. There was synergism between low PH with bioactive compound from non defatted polar extract.Daun beluntas biasa digunakan sebagai ramuan medis tradisional dan sayuran segar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antimikroba ekstrak daun beluntas dan stabilitas kegiatan dalam garam dan kondisi PH. Ekstrak non polar lemaknya memiliki hidroquinon fenol, tanin, alkaloid dan steroid sebagai senyawa bioaktif. Bakteri yang paling sensitif adalah B.cereus dan paling tahan adalah S.thypi, S. aureus, E.colli, P. fluorescens, B.subtillis, dan B.cereus yang 3,19,2,94,2,66, 2,64,2,40 dan 2,26% masing-masing. Aktivitas mikroba Anti lebih besar pada protoplas S. aureus sphaeroplastof S.thypi dan Bacillus cereus daripada untuk menangkal sel utuh mereka. Dengan penghambatan tertinggi diamati B.cereus penambahan protoplas garam ke dalam ekstrak meningkat itu aktivitas anti mikroba. Ada sinergisme antara PH rendah dengan senyawa bioaktif dari ekstrak non polar lemaknya.

BIOENKAPSULASI PROBIOTIK (LACTOBACILLUS CASEI) DENGAN POLLARD DAN TEPUNG TERIGU SERTA PENGARUHNYA TERHADAP VIABILITAS DAN LAJU PENGASAMANAbstractAn experiment was conducted in order to investigate the viability of bio-encapsulated provibiotics lactobacillus casei during yoghurt fermentation. Yoghurt fermentation was prepared on pasteurized 18% of skim medium and inoculated with 6% (v/v) of starters consisting of lactobacillus bulgaricus, streptococcus thermophillus and lactobacillus casei with the proportion of 1:1:1 (v/v/v) fermentation was conducted until the PH reached 4.5. bioencapsulation was carried out through the formation of calcium-alginate bead gels with the addition of pollard or wheat flour. The result showed that bio encapsulated probiotics took longer time (10 hours) to reach PH 4.5 as compared to non-bioencapsulated one (9 hours). It also showed that bio encapsulated probiotics with pollard resulted in a higher cell viability after fermentation namely at 2.4X108 cells/g as compared to that encapsulated with wheat flour at 9.3X107 cells/g. bio encapsulation with pollard was able to maintain viability of probiotics at 9.37X107 cells /g as compared to that of wheat flour and non filler encapsulation at 1.07X107 and 1.48X106 cells/g respectively. It was shown that alginate bioencapsulation with addition of 2% (w/v) pollard or wheat flour can maintain probiotics viability up to 4 weeks.Penelitian dilakukan dalam rangka menyelidiki kelangsungan hidup bio-encapsulated lactobacillus casei provibiotics selama fermentasi yoghurt. Yoghurt fermentasi disusun berdasarkan dipasteurisasi 18% dari skim menengah dan diinokulasi dengan 6% (v / v) dari permulaan yang terdiri dari bulgaricus lactobacillus, streptococcus thermophillus dan lactobacillus casei dengan proporsi 1:1:1 (v / v / v) fermentasi dilakukan sampai PH mencapai 4,5. bioencapsulation dilakukan melalui pembentukan kalsium alginat-manik gel dengan penambahan pollard atau tepung terigu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa probiotik dienkapsulasi bio mengambil waktu lebih lama (10 jam) untuk mencapai PH 4,5 dibandingkan dengan non-bioencapsulated satu (9 jam). Hal ini juga menunjukkan bahwa probiotik dienkapsulasi bio dengan pollard menghasilkan kelangsungan hidup sel yang lebih tinggi setelah fermentasi yaitu pada 2.4X108 sel / g dibandingkan dengan yang encapsulated dengan tepung terigu pada 9.3X107 sel / g. enkapsulasi bio dengan pollard mampu mempertahankan kelangsungan hidup probiotik pada 9.37X107 sel / g dibandingkan dengan tepung terigu dan enkapsulasi filler non pada 1.07X107 dan 1.48X106 sel / g. Hal ini menunjukkan bahwa alginat bioencapsulation dengan penambahan 2% (b / v) pollard atau tepung terigu dapat mempertahankan kelangsungan hidup probiotik hingga 4 minggu.

PRODUKSI ASTAXANTHIN OLEH KHAMIR MERAH (PHAFFIA RHODOZYMA) DITUMBUHKAN DALAM AIR KELAPA YANG DITAMBAH EKSTRAK KHAMIRAbstractThis experiment was conducted to evaluate the effect of yeast extract addition in fresh green coconut water medium during the batch growth and astaxanthin production of phaffia rhodozyma MUCL 31142. The addition of yeast extract (0,025% and 0,075%) could increase the cell growth (37,12 g/l and 49,18 g/l), growth rate (0,061 / hour and 0,074 / hour), total production of astaxanthin (4,871 mg/l and 9,442 mg/l), specific concentration of astaxanthin (118,99 mg/g biomassa and 176,56 mg/g biomass). Production rate of astaxanthin (0,042/hour and 0,088/hour) astaxanthin yield (0,236 mg/g glucose and 0,342 mg/g glucose) and glucose consumption (19,84 g/l and 26,95 g/l)Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan ekstrak ragi dalam medium air kelapa hijau segar selama pertumbuhan produksi batch dan astaxanthin dari phaffia rhodozyma MUCL 31.142. Penambahan ekstrak ragi (0,025% dan 0,075%) dapat meningkatkan pertumbuhan sel (37,12 g / l dan 49,18 g / l), laju pertumbuhan (0,061 / jam dan 0,074 / jam), total produksi astaxanthin (4.871 mg / l dan 9.442 mg / l), konsentrasi tertentu dari astaxanthin (118,99 mg / g biomassa dan 176,56 mg / g biomassa). Laju produksi astaxanthin (0,042 / jam dan 0.088 / jam) astaxanthin hasil (0,236 mg / g glukosa dan 0,342 mg / g glukosa) dan glukosa konsumsi (19,84 g / l dan 26,95 g / l)