10
 VIABILITAS  Lactobacillus casei PADA JELLY DRINK PROBIOTIK UBI JALAR UNGU JEPANG (  Ipomea batatas L.var Ayamurasaki ) selama Penyimpanan (KAJIAN KONSENTRASI SUKROSA DAN KARAGENAN) Hannat Suaidah 1 , Elok Zubaidah 2 Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian 1 , Staf Pengajar Jurusan Teknologi Hasil Pertanian 2 ABSTRAK Development knowledge in food technology and the society awareness on health increases their consumption style in functional foods. The type of food which mostly developed today that have health effect is called probiotic food. Genera lly, probiotic food is in milk oased, fermented milk, yogh urt, and cheese. Actually fermented medium which only containing purple sweet potato flour has  been shown that higher of improvement probiotic bacteria during fermentation than skim milk fermented medium. Alternatif of functional food that developed is  pu rpl e sweet pot ato pro bio tic jel ly dri nk. Add iti ona l foo d in jell y dri nk are carrageenan and sucrose. High concentration of carrageenan can reduce water activi ty and high conc entrat ion of sucrose influ ence osmoti c pressure, so it can decrease viability of probiotic bacteria. The purpose of this research is to get information about purple sweet  potato probiotic jelly drink technology. Also to study the influence of carrageenan and sucrose addition on  Lactobacillus casei growth on probiotic jelly drink from  purple sweet potato during storage. This research was used Randomized Block Design with two factors. The first factor is three levels of carrageenan addition (0,05%, 0,1%, 0,15%). And the second factor is two levels of sucrose addition (10%, 12,5%) with three repeated. From that teratment obtained 18 set of attempt. The data was analyzed by analysis of variance (ANNOVA) method and BNT test 5% α value. If there is interaction  between second factor was analyzed by DMRT. The best treatment is chosen by Multiple attribute method. The result showed that carrageenan and sucrose addition concentration tre atme nt had a sig nif ica ntl y dif fere nt effe ct (α=0 ,05 ) to lact id aci d bac ter ia, sugar , acid conce ntratio n as well as pH durin g 20 days storag e. Carrageenan and sucrose add iti on con centrat ion trea tme nt had sig nif ican tly dif fere nt effe ct (α=0,05) to oraganoleptic parameter taste, aroma, and teksture. Whereas the best treatment got from purple sweet potato probiotic jelly drink with 10% sucrose and 0,1 5% car rageenan addition concentra tion treatment . It has tot al amo unt of  Lactobaci llus casei 3,78x10 7 cfu/ml, sugar tot al 10,0 37%, aci d total 0,9 %, and viscosity 7,6 d.pas. Keyword:  Lactobacil lus casei , pur ple swe et pot ato ,  jel ly dri nk , prob iotic , carragee nan, sucrose 1

Jurnal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jurnal

5/13/2018 Jurnal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-55a75106db4ab 1/10

 

VIABILITAS Lactobacillus casei  PADA JELLY DRINK PROBIOTIK UBI

JALAR UNGU JEPANG ( Ipomea batatas L.var Ayamurasaki ) selama

Penyimpanan (KAJIAN KONSENTRASI SUKROSA DAN KARAGENAN)

Hannat Suaidah1, Elok Zubaidah2

Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian1, Staf Pengajar JurusanTeknologi Hasil Pertanian2

ABSTRAK 

Development knowledge in food technology and the society awareness on

health increases their consumption style in functional foods. The type of food

which mostly developed today that have health effect is called probiotic food.

Generally, probiotic food is in milk oased, fermented milk, yoghurt, and cheese.

Actually fermented medium which only containing purple sweet potato flour has

 been shown that higher of improvement probiotic bacteria during fermentation

than skim milk fermented medium. Alternatif of functional food that developed is  purple sweet potato probiotic jelly drink. Additional food in jelly drink are

carrageenan and sucrose. High concentration of carrageenan can reduce water 

activity and high concentration of sucrose influence osmotic pressure, so it can

decrease viability of probiotic bacteria.

The purpose of this research is to get information about purple sweet

 potato probiotic jelly drink technology. Also to study the influence of carrageenan

and sucrose addition on  Lactobacillus casei growth on probiotic jelly drink from

 purple sweet potato during storage.

This research was used Randomized Block Design with two factors. The

first factor is three levels of carrageenan addition (0,05%, 0,1%, 0,15%). And the

second factor is two levels of sucrose addition (10%, 12,5%) with three repeated.

From that teratment obtained 18 set of attempt. The data was analyzed by analysis

of variance (ANNOVA) method and BNT test 5% α value. If there is interaction

 between second factor was analyzed by DMRT. The best treatment is chosen by

Multiple attribute method.

The result showed that carrageenan and sucrose addition concentration

treatment had a significantly different effect (α=0,05) to lactid acid bacteria,

sugar, acid concentration as well as pH during 20 days storage. Carrageenan and

sucrose addition concentration treatment had significantly different effect

(α=0,05) to oraganoleptic parameter taste, aroma, and teksture. Whereas the best

treatment got from purple sweet potato probiotic jelly drink with 10% sucrose and0,15% carrageenan addition concentration treatment. It has total amount of 

 Lactobacillus casei 3,78x107 cfu/ml, sugar total 10,037%, acid total 0,9 %, and

viscosity 7,6 d.pas.

Keyword:   Lactobacillus casei , purple sweet potato,   jelly drink , probiotic,

carrageenan, sucrose

1

Page 2: Jurnal

5/13/2018 Jurnal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-55a75106db4ab 2/10

 

PENDAHULUAN

Kemajuan pengetahuan tentang

 bidang pangan serta kesadaran masyarakat

akan pentingnya kesehatan telah

meningkatkan minat masyarakat terhadap pangan fungsional. Salah satu jenis pangan

fungsional yang dikembangkan saat ini

adalah pangan probiotik. Pangan probiotik 

 pada umumnya berbasis susu, seperti susu

fermentasi, yoghurt, dan keju. Bakteri

asam laktat dapat tumbuh lebih baik pada

medium fermentasi tepung ubi ungu

dibandingkan pada medium fermentasi

susu skim.

Alternatif pangan fungsional yang

mungkin dikembangkan adalah  jelly drink  probiotik ubi jalar ungu. Bahan tambahan

yang digunakan pada   jelly drink  adalah

karagenan dan sukrosa. Konsentrasi

karagenan dapat mengurangi kadar air 

 bebas pada produk dan konsentrasi gula

yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi

tekanan osmotik sel sehingga menghambat

 pertumbuhan bakteri asam laktat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk 

mendapatkan informasi teknologi

 pembuatan   jelly drink  probiotik berbasis

ubi jalar ungu Jepang. Selain itu untuk 

mendapatkan informasi mengenai

 pengaruh penambahan karagenan dan gula

(sukrosa) terhadap viabilitas bakteri

 Lactobacillus casei selama fermentasi dan

 penyimpanan.

Penelitian ini menggunakan

Rancangan Acak Kelompok (RAK)

dengan 2 faktor. Faktor 1 konsentrasi

karagenan (0,05%, 0,1%, dan 0,15%) danfaktor 2 konsentrasi sukrosa (10% dan

12,5%), masing-masing diulang sebanyak 

3 kali ulangan, sehingga diperoleh 18

satuan percobaan. Data dianalisa dengan

ANOVA dan uji BNT dengan selang

kepercayaan 5%. Apabila berbeda nyata

dan terdapat interaksi antara kedua faktor 

maka dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT.

Sedangkan untuk pemilihan perlakuan

terbaik menggunakan metode Multiple

 Atribut .

METODOLOGI

Bahan

Ubi jalar ungu jepang ( Ipomeabatatas L. var. Ayamurasaki) yang

diperoleh dari Balitkabi Kendalpayak 

Malang, kultur  L.casei  strain FNCC 0091

PAU Pangan dan Gizi UGM Yogyakarta,

sukrosa merk “Gulaku”, air mineral merk 

“Aqua”, MRS  Broth merk “Merck”,

aquadest, dan karagenan yang diperoleh

dari Panadia. MRS Agar merk “Merck”,

larutan buffer, larutan pH 4, larutan pH 7

diperoleh dari Panadia, kertas payung, dan

kapas.

Alat

Gelas ukur, termometer, pengaduk,

 baskom, kompor gas, saringan, pisau, cup,

autoklaf (model HI36AE), “ Laminar Air  Flow”, incubator (WTC Binder), vortex-

mixer model VM-2000, spektrofotometer 

(Unico UV-2100), timbangan digital

Denver Instrument M-310, LED  Display

Stirrer , mikropipet ( Finnapipette, Labsystem), viskometer, pH meter 

“Hanna” termometer, tip, kompor listrik,

dan  glass ware (cawan petri, buret 10 ml,

erlenmeyer 100 ml dan 250 ml, gelas piala

100 ml dan 250 ml, pipet volume 1 ml dan

10 ml, gelas ukur 100 ml, labu ukur 100

ml, pipet tetes, spatula kaca).

.

METODE PENELITIAN

Rancangan percobaan yangdigunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Kelompok (RAK)

dengan dua faktor.

Faktor I : Konsentrasi karagenan (K)

Level 1 : Konsentrasi karagenan 0,05%

2 : Konsentrasi karagenan 0,10%

3 : Konsentrasi karagenan 0,15%

Faktor II : Konsentrasi sukrosa (S)

Level 1 : Konsentrasi sukrosa 10%

2 : Konsentrasi sukrosa 12,5%

2

Page 3: Jurnal

5/13/2018 Jurnal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-55a75106db4ab 3/10

 

Masing-masing perlakuan diulang 3 kali

sehingga diperoleh 18 unit percobaan

sebagai berikut:

Tabel 1. Kombinasi Satuan Percobaan

Konsentrai

Karagenan

(K)

Konsentrasi Sukrosa (S)

S1 S2

K1 K1S1 K1S2

K2 K2S1 K2S2

K3 K3S1 K3S2

Pelaksanaan Penelitian

- Pembuatan Tepung Ubi Jalar ungua. Ubi jalar ungu yang memenuhi syarat

dan sudah dipilih, dicuci dengan air 

mengalir untuk menghilangkan kotoran

yang melekat pada kulit buahnya.

  b. Ubi jalar ungu yang sudah dicuci

dikupas kulitnya sampai bersih.

c. Ubi jalar ungu yang sudah dikupas

kulitnya dipotong – potong tipis dan

kecil dengan tujuan untuk mempercepat

 proses pengeringan.

d. Pengeringan dilakukan denganmenggunakan cabinet dryer  pada suhu

55°C selama 24 jam

e. Ubi jalar ungu yang telah dikeringkan

digiling dengan menggunakan blender 

kering dengan kecepatan 2 selama 15

detik 

f. Ubi yang telah menjadi bubuk diayak 

dengan saringan berukuran lubang 60

mesh

- Pembuatan Medium Fermentasi Ubi

Ungu I

a. Ubi ungu 2,5% (b/v) ditimbang dan

dilarutkan dengan menggunakan

aquades.

b. Larutan ubi ungu disterilisasi dengan

autoclave suhu 1210C selama 15 menit

c. Hasil sterilisasi larutan didinginkan

hingga mencapai suhu ruang lalu

ditambahkan 2 % kultur cair dari

MRSB

d. Starter diinkubasi pada suhu 370C

selama 14 jam

← - Pembuatan Jelly Drink 

Probiotik Ubi Jalar Ungua. Sortasi dilakukan sebelum bahan baku

diolah menjadi produk, agar bahan baku

  bebas dari mikroba tertentu. Sortasi

  bahan baku bertujuan untuk  

mendapatkan bahan baku yang baik dan

mendapat keseragaman yang tinggi

sehingga diperoleh mutu kenampakan

dan cita rasa yang menarik. Bahan baku

yang digunakan harus segar, matang,

 bebas dari memar dan penyakit, sebab

sedikit banyak akan mempengaruhikualitas produk yang dihasilkan.

  b. Pencucian dimaksudkan terutama agar 

  bahan baku bebas dari kotoran dan

  bahan–bahan yang tidak dikehendaki.

Pencucian dilakukan dengan

menggunakan air bersih yang mengalir 

sampai air pencuci tersebut terlihat

  bersih dan jernih. Bahan yang dicuci

harus dibolak – balik agar pencucian

merata dan seluruh permukaan bahan

menjadi bersih.

c. Pengukusan dilakukan pada suhu

± 100°C, selama 25 menit.

d. Pemotongan bahan baku bertujuan

untuk memperkecil ukuran bahan baku

sehingga mempermudah proses

selanjutnya. Pemotongan juga

dilakukan untuk menghilangkan bagian

yang tidak dikehendaki. Pemotongan

dilakukan dengan menggunakan pisau

 stainless steel , agar tidak terjadi reaksiantara bahan dengan pisau yang bisa

menimbulkan warna kehitam-hitaman.

e. Pegancuran dilakukan untuk 

mendapatkan  slury ubi jalar ungu.

Penghancuran dilakukan dengan

menggunakan blender.

f.  Jelly yang sempurna bersifat cerah dan

  jika dipotong, maka bekas

 potongannnya tampak mengkilat.Untuk 

itu padatan yang terlarut dan serat harus

dipisahkan dari  juice buah dengan cara

3

Page 4: Jurnal

5/13/2018 Jurnal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-55a75106db4ab 4/10

 

disaring. Penyaringan ini akan

meningkatkan kejernihan dan kehalusan

tekstur   jelly. Penyaringan yang baik 

tanpa dilakukan penekanan.

g. Pengenceran bertujuan untuk mendapatkan sari ubi jalar ungu yang

tidak terlalu pekat.

h. Pemanasan merupakan tahap yang

 paling penting dalam pembuatan  jelly.

Fungsi dan peranan dan pemanasan ini

untuk mempercepat dehidrasi air oleh

gula dan merubah susunan misel

 pembentuk gel sehingga bersifat reaktif 

(dapat menahan air).

i. Pendinginan dilakukan pada suhu ruang

sampai suhu 40°C, kemudianditambahkan  starter  cair siap pakai

sebanyak 2%. Setelah itu diaduk sampai

merata. Kemudian pendinginan

dilanjutkan pada suhu 0°C untuk 

membantu mempercepat terbentuknya

gel.

 j. Fermentasi dilakukan pada suhu 37°C

sampai pH<4,5 . Fermentasi bertujuan

untuk mengoptimalkan pertumbuhan

 L.casei.←

Pengujian dan Analisa Data

-Pengujian

Pengujian dilakukan pada bahan

 baku filtrat ubi jalar ungu yang meliputi

total asam, pH, total gula dan kadar pati.

Selain itu dilakukan analisa pada produk 

sebelum fermentasi, setelah fermentasi,

dan selama penyimpanan yang meliputi

analisa pH, total asam, total BAL (Lay,

1994), dan total gula. Sedangkan pada produk setelah fermentasi juga dilakukan

analisa viskositas dan organoleptik 

Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil

 penelitian dianalisa dengan analisa varians

(ANOVA) dengan selang kepercayaan 1 %

dan 5 %. Untuk uji beda digunakan beda

BNT dengan selang kepercayaan 1 % dan5 %. Pemilihan perlakuan terbaik 

dilakukan dengan metode Multiple

 Atrribute (Zeleny, 1982).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Bahan Baku

Bahan baku yang dianalisa dalam

  penelitian ini yaitu pada filtrat ubi jalar 

ungu yang meliputi analisa pH, total asam,

total gula, dan kadar pati. Selain itu

dilakukan analisa total bakteri asam laktat( Lactobacillus casei) pada starter sebelum

diinokulasikan pada produk. Hasil analisa

awal pada filtrat ubi jalar ungu dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Analisa Filtrat Ubi Jalar

Ungu

pH Total

Asam

Total

Gula

Kadar

Pati

6,37 0,27% 3,15% 0,48%

Sedangkan hasil analisa total BALyang dilakukan pada starter adalah sebesar 

4,13X108.

Analisa Sebelum Fermentasi

Sebelum  jelly drink ubi jalar ungu

difermentasi dilakukan analisa total asam

dan pH dimana hasil analisa pH ini

  berkaitan dengan total asam. Semakin

tinggai total asam, maka pH semakin

rendah. Selain itu juga dilakukan analisa

total gula dan total BAL. Berikut adalahdata hasil analisa total asam, pH, total

gula, dan total BAL pada   jelly drink sebelum fermentasi.

4

Page 5: Jurnal

5/13/2018 Jurnal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-55a75106db4ab 5/10

 

Tabel 3. Hasil Rerata Analisa Awal

Perlakuan Rata-rata

Sukrosa(%) Karagenan (%) Total Asam (%) pH Total Gula (%)

 

10

 

0,05 0,54 6,08 13,217

0,10 0,526 6,09 13,276

0,15 0,503 6,11 13,335

 

12,5

 

0,05 0,45 6,15 15,459

0,10 0,44 6,16 15,636

0,15 0,423 6,18 15,754

Tabel 4. Rerata Total BAL Awal

Perlakuan Rata-rata total BAL

(cfu/ml)Sukrosa (%) Karagenan (%)

0,05 1,78 x 107

10 0,10 1,70 x 107

0,15 1,59 x 107

0,05 1,71 x 107

12,5 0,10 1,62 x 107

0,15 1,53 x 107

Semakin tinggi konsentrasi

karagenan maka total BAL yang terhitung

  juga semakin sedikit. Hal ini disebabkan

karena penambahan konsentrasi karagenan

yang semakin meningkat dapat mengikat

air bebas dalam produk sehingga

menurunkan ativitas air, dimana mikroba

memerlukan air untuk mempertahankan

hidupnya. Hal ini didukung oleh literatur 

dari Towle (1973), semakin besar 

konsentrasi karagenan, semakin banyak air 

  bebas yang terikat dan terperangkap

sehingga air menjadi tidak bebas mengalir 

dan viskositas akan meningkat. Ray (2003)

menambahkan jika Aw berkurang secara

drastis, sel mikroba akan kehilangan

viabilitasnya dengan cepat, kemudian

viabilitas akan turun secara pelan.

Analisa Setelah Fermentasi

Selama fermentasi selama 6 jam terjadi

  penurunan pH produk. Berikut adalah

kurva perubahan pH, total BAL, total

Asam, dan total gula selama fermentasi.

5

Page 6: Jurnal

5/13/2018 Jurnal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-55a75106db4ab 6/10

 

Hasil analisis ragam menunjukkan

 bahwa perbedaan penambahan konsentrasi

karagenan memberikan pengaruh yang

nyata (α=0,05) terhadap penurunan pH

selama fermentasi. Sedangkan perbedaan

  penambahan konsentrasi sukrosa

memberikan pengaruh yang tidak nyata

terhadap penurunan pH selama fermentasi.

Interaksi antar perlakuan juga memberikan

  pengaruh yang tidak nyata terhadap penurunan pH selama fermentasi.

Charalampopoulus et al. (2000)

menyatakan bahwa akumulasi asam laktat

yang dihasilkan dari metabolisme bakteri

asam laktat dapat menurunkan pH

medium. Menurut Helferich dan Westhoff 

(1988) bahwa pada pengukuran pH, nilai

yang terukur adalah konsentrasi ion-ion H+

yang menunjukkan jumlah asam

terdisosiasi sehingga tidak semua

komponen asam terukur. Tidak semua

asam dapat terdisosiasi dalam larutan

tergantung pada derajat disosiasi masing-

masing asam.

Hasil analisa ragam menunjukkan

 bahwa perbedaan penambahan konsentrasi

karagenan memberikan pengaruh yang

nyata (α=0,05) terhadap peningkatan total

asam selama fermentasi. Sedangkan

  perbedaan penambahan konsentrasi

sukrosa memberikan pengaruh yang tidak 

nyata terhadap peningkatan total asam

selama fermentasi. Interaksi antar 

 perlakuan juga memberikan pengaruh yang

tidak nyata terhadap peningkatan total

asam selama fermentasi.

Peningkatan total asam tertinggi

selama fermentasi terjadi pada perlakuan penambahan sukrosa 10% dan karagenan

sebesar 0,05%. Hasil ini sesuai dengan

hasil analisa pH, dimana penurunan pH

tertinggi juga terjadi pada perlakuan

 penambahan sukrosa 10% dan karagenan

sebesar 0,05%. Hal tersebut disebabkan air 

 bebas pada konsentrasi sukrosa 10% dan

karagenan 0,05% adalah yang tertinggi.

Menurut Ray (2003) air bebas merupakan

medium untuk reaksi biokimia, sintesis

masa sel, dan energi .yang diperlukan olehmikroba.

Total asam yang terhitung

diasumsikan sebagai asam laktat yang

merupakan metabolit yang dihasilkan oleh

  Lactobacillus casei. Menurut Soomro et al. (2000) selama fermentasi berlangsung

akan terbentuk asam yang akan

membentuk rasa dan aroma yang khas

serta komponen-komponen citarasa lain

seperti karbonil, asetaldehid, aseton, dan

diasetil.

6

Gambar 1. Kurva pH selama Fermentasi Gambar 2. Kurva Total BAL selama Fermentasi

Gambar 3. Kurva Total Asam selama Fermentasi Gambar 4. Kurva Total Gula selama Fermentasi

Page 7: Jurnal

5/13/2018 Jurnal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-55a75106db4ab 7/10

 

Hasil analisa ragam pada Lampiran

2 menunjukkan bahwa perbedaan

  penambahan konsentrasi karagenan dan

sukrosa memberikan pengaruh yang nyata

(α=0,05) terhadap peningkatan total BALselama fermentasi. Sedangkan Interaksi

antar perlakuan memberikan pengaruh

yang tidak nyata terhadap peningkatan

total BAL selama fermentasi.

Selama fermentasi rata-rata total

BAL meningkat. BAL dalam medium

akan memfermentasi atau menghidrolisis

gula menjadi komponen yang lebih

sedarhana menjadi asam laktat, CO2, H2O,

dan energi. Selanjutnya energi akan

digunakan untuk sintesis sehingga jumlahsel menjadi meningkat. Selain itu, hal ini

  juga dapat disebabkan karena dalam ubi

  jalar ungu terdapat prebiotik berupa

raffinosa, oligosakarida yang membantu

menunjang pertumbuhan BAL. Menurut

Suskovic et al.(  2001), prebiotik 

merupakan bahan pangan yang tidak 

dicerna dan mengutungkan mikroflora

usus dengan menstimulasi secara efektif 

 pertumbuhan dan aktivitas satu atau lebih

 bakteri untuk pertumbuhan bakteri yang

aktif melakukan meabolisme.

Data hasil analisa total BAL

menunjukkan bahwa semakin tinggi

konsentrasi penambahan karagenan, maka

  peningkatan total BAL semakin sedikit.

Karagenan dapat mengikat air bebas pada

 produk sehingga menurunkan aktivitas air 

yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dan

  pertumbuhannya terhambat karenaketersediaan air bebas berkurang.

Hasil analisa ragam pada Lampiran

3 menunjukkan bahwa perbedaan

  penambahan konsentrasi karagenan dan

sukrosa memberikan pengaruh yang nyata

(α=0,05) terhadap peningkatan total BAL

selama fermentasi. Sedangkan Interaksi

antar perlakuan memberikan pengaruh

yang tidak nyata terhadap peningkatan

total BAL selama fermentasi.

Penurunan total gula menunjukkanadanya pemanfaatan gula-gula yang

tersedia sebagai nutrisi untuk metabolisme

 Lactobacillus casei. Diduga  Lactobacilluscasei lebih dapat memanfaatkan sukrosa

 pada konsentrasi yang tidak terlalu tinggi

karena dapat mengganggu tekanan osmotik 

sel.

Analisa Selama Penyimpanan

Analisa selama penyimpanan

dilakukan selama 20 hari dan dilakukan

analisa setiap 10 hari. Berikut adalah

grafik total BAL, total asam, total gula,

dan pH selama penyimpanan.

Hasil analisis ragam pada

Lampiran 2 menunjukkan bahwa

  perbedaan penambahan konsentrasi

karagenan dan sukrosa memberikan

 pengaruh yang nyata (α=0,05%) terhadap  penurunan total BAL selama

  penyimpanan. Sedangkan interaksi antar 

  perlakuan memberikan pengaruh yang

7

Gambar 5. Kurva Total BAL selama Penyimpanan Gambar 6. Kurva Total Asam selama Penyimpanan

Gambar 7. Kurva Total Gula selama Penyimpanan Gambar 8. Kurva pH selama Penyimpanan

Page 8: Jurnal

5/13/2018 Jurnal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-55a75106db4ab 8/10

 

tidak nyata terhadap penurunan total BAL

selama fermentasi.

Semakin tinggi konsentrasi

karagenan dan sukrosa yang ditambahkan,

maka penurunan total BAL semakinsedikit. Hal tersebut diduga sukrosa dan

karagenan dapat melindungi sel dari suhu

  penyimpanan yang dingin. Menurut

Anonymous (2004) bahwa sukrosa

mencegah pencampuran membran karena

  pendinginan. Gula tersebut menempel

 pada membran sel dan berikatan dengan

gugus fosfolipid, sehingga panambahan

sukrosa akan menyebkan kristal es

terbentuk di sekitar media, tetapi tidak di

dalam sel.Menurut Dave dan Shah (2000)

meningkatnya keasaman produk selama

 penyimpanan memiliki efek yang kurang

  baik terhadap viabiitas probiotik. Sesuai

 pernyataan Hadiwiyoto (1994), pada suhu

 pendinginan reaksi biokimia dan enzimatis

dalam sel bakteri akan menurun sehingga

menyebabkan proses metabolisme akan

 berjalan lambat.

Hasil analisis ragam menunjukkan

 bahwa perbedaan penambahan konsentrasi

karagenan dan sukrosa memberikan

 pengaruh yang nyata terhadap peningkatan

total asam selama penyimpanan.

Sedangkan interaksi memberikan

  pengaruh yang tidak nyata terhadap

  peningkatan total asam selama

 penyimpanan.

Menurut Shah (2000), produksi

asam selama penyimpanan atau  post 

acidification terus terjadi selama

  penyimpanan dingin sehingga akan

menyebabkan penurunan pH medium

 pertumbuhan.

Hasil analisis ragam (Lampiran 4)

menunjukkan bahwa perbedaan

  penambahan konsentrasi karagenan dan

sukrosa memberikan pengaruh yang nyata

terhadap peningkatan total asam selama

  penyimpanan. Sedangkan interaksi antar 

  perlakuan memberikan pengaruh yang

tidak nyata terhadap peningkatan total

asam selama penyimpanan.

Menurut Oberman dan Libudsizs

(1998), semakin lama waktu fermentasi,maka jumlah bakteri asam laktat juga akan

meningkat, peningkatan jumlah ini akan

menyebabkan total gula menurun akibat

dimetabolisme oleh bakteri tersebut.

Analisa Organoleptik 

Rerata hasil penilaian panelis

terhadap rasa jelly drink probiotik ubi jalar 

ungu dengan konsentrasi penambahan

sukrosa 10% berkisar antara 3,15 hingga

4,4, penambahan konsentrasi sukrosa12,5% berkisar antara 3,6 hingga 5.

Sedangkan untuk penambahan konsentrasi

karagenan 0,05% berkisar antara 3,15

hingga 3,6, konsentrasi karagenan 0,1%

  berkisar antara 4,4 hingga 4,75, dan

konsentrasi karagenan 0,15% berkisar 

antara 4,3 hingga 5.

Kesukaan panelis cenderung

meningkat seiring dengan meningkatnya

konsentrasi penambahan sukrosa.

Kecenderungan panelis juga meningkat

akibat penambahan konsentrasi karagenan

yang ditambahkan. Hasil analisis ragam

menunjukkan perbedaan nyata (α=0,05)

 pada masing-masing kombinasi perlakuan,

namun tidak terdapat perbedaan nyata

 pada interaksi keduanya.

Rerata hasil penilaian panelis terhadap rasa

 jelly drink probiotik ubi jalar ungu dengan

konsentrasi penambahan sukrosa 10%

adalah berkisar antara 3,05 hingga 4,2,konsentrasi sukrosa 12,5% berkisar antara

3,5 hingga 4,4. Sedangkan rerata penilaian

  panelis terhadap aroma pada konsentrasi

  penambahan karagenan 0,05% berkisar 

antara 3,05 hingga 3,55, konsentrasi

karagenan 0,1% berkisar 3,95 hingga 4,4,

dan konsentrasi karagenan 0,015%

 berkisar antara 4,2 hingga 4,3.

Kesukaan panelis terhadap aroma

cenderung meningkat seiring dengan

meningkatnya konsentrasi penambahan

8

Page 9: Jurnal

5/13/2018 Jurnal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-55a75106db4ab 9/10

 

sukrosa dan karagenan. Hasil analisis

ragam menunjukkan perbedaan nyata

(α=0,05) pada masing-masing kombinasi

 perlakuan, namun tidak terdapat perbedaan

nyata pada interaksi keduanya.Hasil penilaian panelis terhadap

warna  jelly drink probiotik ubi jalar ungu

dengan konsentrasi penambahan sukrosa

10% adalah berkisar antara 4,6 hingga 5,5,

konsentrasi sukrosa 12,5% berkisar antara

4,6 hingga 5,73. Sedangkan rerata

  penilaian panelis terhadap warna pada

konsentrasi penambahan karagenan 0,05%

adalah 4,6, konsentrasi karagenan 0,1%

 berkisar 5,05 hingga 5,3, dan konsentrasi

karagenan 0,015% berkisar antara 5,05hingga 5,73.

Kesukaan panelis cenderung

meningkat seiring dengan meningkatnya

konsentrasi penambahan sukrosa. .

Kecenderungan kesukaan panelis terhadap

warna juga meningkat akibat penambahan

konsentrasi karagenan. Hasil analisis

ragam menunjukkan tidak terdapat beda

nyata pada masing-masing kombinasi

 perlakuan.

Rerata penilaian panelis terhadap

tekstur  jelly drink probiotik ubi jalar ungu

dengan konsentrasi penambahan sukrosa

10% adalah berkisar antara 2,65 hingga

4,85, konsentrasi sukrosa 12,5% berkisar 

antara 3,05 hingga 4,95. Sedangkan rerata

  penilaian panelis terhadap warna pada

konsentrasi penambahan karagenan 0,05%

adalah 2,65 hingga 3,05, konsentrasi

karagenan 0,1% berkisar 3,25 hingga 3,8,

dan konsentrasi karagenan 0,015% berkisar antara 4,85 hingga 4,95.

Rerata hasil penilaian panelis

terhadap tekstur   jelly drink probiotik ubi

  jalar ungu semakin meningkat seiring

dengan meningkatnya knsentrasi

 penambahan sukrosa dan karagenan. Hasil

analisis ragam menunjukkan perbedaan

nyata (α=0,05) pada masing-masing

kombinasi perlakuan, namun tidak terdapat

 perbedaan nyata pada interaksi keduanya.

Perlakuan Terbaik 

Berdasarkan hasil analisa terhadap

  perlakuan penambahan sukrosa 10% dan

 penambahan konsentrasi karagenan 0,15%

memiliki sifat fisik, kimia, danmikrobiologi yang cenderung paling baik 

dibandingkan perlakuan yang lain. Hal ini

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik  Jelly Drink 

Probiotik Ubi Jalar Ungu Perlakuan

Terbaik 

No. Parameter Nilai

1. BAL 3,78 x 107

2. Total gula 10,037%

3. Total asam 0,9%4. pH 4,45

5. Viskositas 7,6 d.pas

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil

dari penelitian ini antara lain:

1. Hasil penelitian menunjukan bahwa

konsentrasi penambahan sukrosa dankaragenan memberikan pengaruh yang

nyata (α=0,05) terhadap total BAL,

total gula, total asam, dan pH.

Perlakuan konsentrasi penambahan

sukrosa dan karagenan memberikan

  pengaruh yang nyata terhadap

 parameter organoleptik rasa, aroma, dan

tekstur.

2. Total BAL pada akhir penyimpanan

  pada semua perlakuan adalah >106,

sehingga produk masih memenuhisyarat probiotik.

3. Perlakuan terbaik dengan menggunakan

metode multiple atributes diperoleh

  pada perlakuan proporsi penambahan

sukrosa 10% dan penambahan

konsentrasi karagenan 0,15% (K3S1).

Hasil perlakuan terbaik memiliki total

BAL 3,78x107 cfu/ml, total gula

10,037%, total asam 0,9 %, pH 4,45,

dan viskositas 7,6 d.pas.

 

9

Page 10: Jurnal

5/13/2018 Jurnal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-55a75106db4ab 10/10

 

Saran

1. Perlu dilakukan analisa secara in vivomengenai efek fisiologis   jelly drink 

  probiotik ubi jalar ungu apabila

dikonsumsi2. Perlu dilakukan analisa Aw untuk 

mengetahui keterkaitan antara Aw dan

total BAL

3. Perlu adanya kontrol untuk mengetahui

 perbedaan total BAL antara kontrol dan

 produk yang diberi perlakuan

DAFTAR PUSTAKA

Charalampopoulus, D. R., Wang S.,S.

Pandiella and C. Webb. 2002.Apllication of cereals and Cereal

Component in Functional Food:

a Review. International Journal of 

Food Microbiology. 79: 131-141.

Hadiwiyoto, S. 1994. Pengujian Mutu

Susu dan Hasil Olahannya.

Liberty. Yogyakarta.

Oberman and Libudzisz. 1998. Fermented

Milks. Elselver Applied Science.

Pub. New York.

Ray, B and Bhunia. 2003. Fundamental Food

Microbiology 3rd ed. CRC Press.

Boca Raton.

Shah, N.P. 2000. Functional Foods FromProbiotic and Prebiotic. Food

Technology. Vol.55.No 11;46-52

Soomro, A. H., Masud, T., and Anwaar, K.

2002. Role of Lactic Acid Bacteria

(LAB) in Food Preservation and

Human Health-a Review. Pakistan

Journal of Nutrition. 1(1):20-24, 2002.

Suskovic, J,B. Kos, J. Goreta, and S. Matosic.

2001. Role of Lactid Acid Bacteria

and Bifidobacteria in Synbiotic

Effect. Food Technology

Biotechnology 39 (3) 227-235. ISSN

1330-9862. Zagreb.

Towle, G. A. 1973. Carrageenan In.

Industrial Gums, Polysaccharides

and Their Derivatives. R. L Whistler 

Academic Press. New York.

10