Upload
mega-ardiyanti
View
499
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/13/2018 Jurnal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-55a75106db4ab 1/10
VIABILITAS Lactobacillus casei PADA JELLY DRINK PROBIOTIK UBI
JALAR UNGU JEPANG ( Ipomea batatas L.var Ayamurasaki ) selama
Penyimpanan (KAJIAN KONSENTRASI SUKROSA DAN KARAGENAN)
Hannat Suaidah1, Elok Zubaidah2
Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian1, Staf Pengajar JurusanTeknologi Hasil Pertanian2
ABSTRAK
Development knowledge in food technology and the society awareness on
health increases their consumption style in functional foods. The type of food
which mostly developed today that have health effect is called probiotic food.
Generally, probiotic food is in milk oased, fermented milk, yoghurt, and cheese.
Actually fermented medium which only containing purple sweet potato flour has
been shown that higher of improvement probiotic bacteria during fermentation
than skim milk fermented medium. Alternatif of functional food that developed is purple sweet potato probiotic jelly drink. Additional food in jelly drink are
carrageenan and sucrose. High concentration of carrageenan can reduce water
activity and high concentration of sucrose influence osmotic pressure, so it can
decrease viability of probiotic bacteria.
The purpose of this research is to get information about purple sweet
potato probiotic jelly drink technology. Also to study the influence of carrageenan
and sucrose addition on Lactobacillus casei growth on probiotic jelly drink from
purple sweet potato during storage.
This research was used Randomized Block Design with two factors. The
first factor is three levels of carrageenan addition (0,05%, 0,1%, 0,15%). And the
second factor is two levels of sucrose addition (10%, 12,5%) with three repeated.
From that teratment obtained 18 set of attempt. The data was analyzed by analysis
of variance (ANNOVA) method and BNT test 5% α value. If there is interaction
between second factor was analyzed by DMRT. The best treatment is chosen by
Multiple attribute method.
The result showed that carrageenan and sucrose addition concentration
treatment had a significantly different effect (α=0,05) to lactid acid bacteria,
sugar, acid concentration as well as pH during 20 days storage. Carrageenan and
sucrose addition concentration treatment had significantly different effect
(α=0,05) to oraganoleptic parameter taste, aroma, and teksture. Whereas the best
treatment got from purple sweet potato probiotic jelly drink with 10% sucrose and0,15% carrageenan addition concentration treatment. It has total amount of
Lactobacillus casei 3,78x107 cfu/ml, sugar total 10,037%, acid total 0,9 %, and
viscosity 7,6 d.pas.
Keyword: Lactobacillus casei , purple sweet potato, jelly drink , probiotic,
carrageenan, sucrose
1
5/13/2018 Jurnal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-55a75106db4ab 2/10
PENDAHULUAN
Kemajuan pengetahuan tentang
bidang pangan serta kesadaran masyarakat
akan pentingnya kesehatan telah
meningkatkan minat masyarakat terhadap pangan fungsional. Salah satu jenis pangan
fungsional yang dikembangkan saat ini
adalah pangan probiotik. Pangan probiotik
pada umumnya berbasis susu, seperti susu
fermentasi, yoghurt, dan keju. Bakteri
asam laktat dapat tumbuh lebih baik pada
medium fermentasi tepung ubi ungu
dibandingkan pada medium fermentasi
susu skim.
Alternatif pangan fungsional yang
mungkin dikembangkan adalah jelly drink probiotik ubi jalar ungu. Bahan tambahan
yang digunakan pada jelly drink adalah
karagenan dan sukrosa. Konsentrasi
karagenan dapat mengurangi kadar air
bebas pada produk dan konsentrasi gula
yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi
tekanan osmotik sel sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri asam laktat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan informasi teknologi
pembuatan jelly drink probiotik berbasis
ubi jalar ungu Jepang. Selain itu untuk
mendapatkan informasi mengenai
pengaruh penambahan karagenan dan gula
(sukrosa) terhadap viabilitas bakteri
Lactobacillus casei selama fermentasi dan
penyimpanan.
Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 2 faktor. Faktor 1 konsentrasi
karagenan (0,05%, 0,1%, dan 0,15%) danfaktor 2 konsentrasi sukrosa (10% dan
12,5%), masing-masing diulang sebanyak
3 kali ulangan, sehingga diperoleh 18
satuan percobaan. Data dianalisa dengan
ANOVA dan uji BNT dengan selang
kepercayaan 5%. Apabila berbeda nyata
dan terdapat interaksi antara kedua faktor
maka dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT.
Sedangkan untuk pemilihan perlakuan
terbaik menggunakan metode Multiple
Atribut .
METODOLOGI
Bahan
Ubi jalar ungu jepang ( Ipomeabatatas L. var. Ayamurasaki) yang
diperoleh dari Balitkabi Kendalpayak
Malang, kultur L.casei strain FNCC 0091
PAU Pangan dan Gizi UGM Yogyakarta,
sukrosa merk “Gulaku”, air mineral merk
“Aqua”, MRS Broth merk “Merck”,
aquadest, dan karagenan yang diperoleh
dari Panadia. MRS Agar merk “Merck”,
larutan buffer, larutan pH 4, larutan pH 7
diperoleh dari Panadia, kertas payung, dan
kapas.
Alat
Gelas ukur, termometer, pengaduk,
baskom, kompor gas, saringan, pisau, cup,
autoklaf (model HI36AE), “ Laminar Air Flow”, incubator (WTC Binder), vortex-
mixer model VM-2000, spektrofotometer
(Unico UV-2100), timbangan digital
Denver Instrument M-310, LED Display
Stirrer , mikropipet ( Finnapipette, Labsystem), viskometer, pH meter
“Hanna” termometer, tip, kompor listrik,
dan glass ware (cawan petri, buret 10 ml,
erlenmeyer 100 ml dan 250 ml, gelas piala
100 ml dan 250 ml, pipet volume 1 ml dan
10 ml, gelas ukur 100 ml, labu ukur 100
ml, pipet tetes, spatula kaca).
.
METODE PENELITIAN
Rancangan percobaan yangdigunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan dua faktor.
Faktor I : Konsentrasi karagenan (K)
Level 1 : Konsentrasi karagenan 0,05%
2 : Konsentrasi karagenan 0,10%
3 : Konsentrasi karagenan 0,15%
Faktor II : Konsentrasi sukrosa (S)
Level 1 : Konsentrasi sukrosa 10%
2 : Konsentrasi sukrosa 12,5%
2
5/13/2018 Jurnal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-55a75106db4ab 3/10
Masing-masing perlakuan diulang 3 kali
sehingga diperoleh 18 unit percobaan
sebagai berikut:
Tabel 1. Kombinasi Satuan Percobaan
Konsentrai
Karagenan
(K)
Konsentrasi Sukrosa (S)
S1 S2
K1 K1S1 K1S2
K2 K2S1 K2S2
K3 K3S1 K3S2
Pelaksanaan Penelitian
- Pembuatan Tepung Ubi Jalar ungua. Ubi jalar ungu yang memenuhi syarat
dan sudah dipilih, dicuci dengan air
mengalir untuk menghilangkan kotoran
yang melekat pada kulit buahnya.
b. Ubi jalar ungu yang sudah dicuci
dikupas kulitnya sampai bersih.
c. Ubi jalar ungu yang sudah dikupas
kulitnya dipotong – potong tipis dan
kecil dengan tujuan untuk mempercepat
proses pengeringan.
d. Pengeringan dilakukan denganmenggunakan cabinet dryer pada suhu
55°C selama 24 jam
e. Ubi jalar ungu yang telah dikeringkan
digiling dengan menggunakan blender
kering dengan kecepatan 2 selama 15
detik
f. Ubi yang telah menjadi bubuk diayak
dengan saringan berukuran lubang 60
mesh
- Pembuatan Medium Fermentasi Ubi
Ungu I
a. Ubi ungu 2,5% (b/v) ditimbang dan
dilarutkan dengan menggunakan
aquades.
b. Larutan ubi ungu disterilisasi dengan
autoclave suhu 1210C selama 15 menit
c. Hasil sterilisasi larutan didinginkan
hingga mencapai suhu ruang lalu
ditambahkan 2 % kultur cair dari
MRSB
d. Starter diinkubasi pada suhu 370C
selama 14 jam
← - Pembuatan Jelly Drink
Probiotik Ubi Jalar Ungua. Sortasi dilakukan sebelum bahan baku
diolah menjadi produk, agar bahan baku
bebas dari mikroba tertentu. Sortasi
bahan baku bertujuan untuk
mendapatkan bahan baku yang baik dan
mendapat keseragaman yang tinggi
sehingga diperoleh mutu kenampakan
dan cita rasa yang menarik. Bahan baku
yang digunakan harus segar, matang,
bebas dari memar dan penyakit, sebab
sedikit banyak akan mempengaruhikualitas produk yang dihasilkan.
b. Pencucian dimaksudkan terutama agar
bahan baku bebas dari kotoran dan
bahan–bahan yang tidak dikehendaki.
Pencucian dilakukan dengan
menggunakan air bersih yang mengalir
sampai air pencuci tersebut terlihat
bersih dan jernih. Bahan yang dicuci
harus dibolak – balik agar pencucian
merata dan seluruh permukaan bahan
menjadi bersih.
c. Pengukusan dilakukan pada suhu
± 100°C, selama 25 menit.
d. Pemotongan bahan baku bertujuan
untuk memperkecil ukuran bahan baku
sehingga mempermudah proses
selanjutnya. Pemotongan juga
dilakukan untuk menghilangkan bagian
yang tidak dikehendaki. Pemotongan
dilakukan dengan menggunakan pisau
stainless steel , agar tidak terjadi reaksiantara bahan dengan pisau yang bisa
menimbulkan warna kehitam-hitaman.
e. Pegancuran dilakukan untuk
mendapatkan slury ubi jalar ungu.
Penghancuran dilakukan dengan
menggunakan blender.
f. Jelly yang sempurna bersifat cerah dan
jika dipotong, maka bekas
potongannnya tampak mengkilat.Untuk
itu padatan yang terlarut dan serat harus
dipisahkan dari juice buah dengan cara
3
5/13/2018 Jurnal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-55a75106db4ab 4/10
disaring. Penyaringan ini akan
meningkatkan kejernihan dan kehalusan
tekstur jelly. Penyaringan yang baik
tanpa dilakukan penekanan.
g. Pengenceran bertujuan untuk mendapatkan sari ubi jalar ungu yang
tidak terlalu pekat.
h. Pemanasan merupakan tahap yang
paling penting dalam pembuatan jelly.
Fungsi dan peranan dan pemanasan ini
untuk mempercepat dehidrasi air oleh
gula dan merubah susunan misel
pembentuk gel sehingga bersifat reaktif
(dapat menahan air).
i. Pendinginan dilakukan pada suhu ruang
sampai suhu 40°C, kemudianditambahkan starter cair siap pakai
sebanyak 2%. Setelah itu diaduk sampai
merata. Kemudian pendinginan
dilanjutkan pada suhu 0°C untuk
membantu mempercepat terbentuknya
gel.
j. Fermentasi dilakukan pada suhu 37°C
sampai pH<4,5 . Fermentasi bertujuan
untuk mengoptimalkan pertumbuhan
L.casei.←
Pengujian dan Analisa Data
-Pengujian
Pengujian dilakukan pada bahan
baku filtrat ubi jalar ungu yang meliputi
total asam, pH, total gula dan kadar pati.
Selain itu dilakukan analisa pada produk
sebelum fermentasi, setelah fermentasi,
dan selama penyimpanan yang meliputi
analisa pH, total asam, total BAL (Lay,
1994), dan total gula. Sedangkan pada produk setelah fermentasi juga dilakukan
analisa viskositas dan organoleptik
Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil
penelitian dianalisa dengan analisa varians
(ANOVA) dengan selang kepercayaan 1 %
dan 5 %. Untuk uji beda digunakan beda
BNT dengan selang kepercayaan 1 % dan5 %. Pemilihan perlakuan terbaik
dilakukan dengan metode Multiple
Atrribute (Zeleny, 1982).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Bahan Baku
Bahan baku yang dianalisa dalam
penelitian ini yaitu pada filtrat ubi jalar
ungu yang meliputi analisa pH, total asam,
total gula, dan kadar pati. Selain itu
dilakukan analisa total bakteri asam laktat( Lactobacillus casei) pada starter sebelum
diinokulasikan pada produk. Hasil analisa
awal pada filtrat ubi jalar ungu dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisa Filtrat Ubi Jalar
Ungu
pH Total
Asam
Total
Gula
Kadar
Pati
6,37 0,27% 3,15% 0,48%
Sedangkan hasil analisa total BALyang dilakukan pada starter adalah sebesar
4,13X108.
Analisa Sebelum Fermentasi
Sebelum jelly drink ubi jalar ungu
difermentasi dilakukan analisa total asam
dan pH dimana hasil analisa pH ini
berkaitan dengan total asam. Semakin
tinggai total asam, maka pH semakin
rendah. Selain itu juga dilakukan analisa
total gula dan total BAL. Berikut adalahdata hasil analisa total asam, pH, total
gula, dan total BAL pada jelly drink sebelum fermentasi.
4
5/13/2018 Jurnal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-55a75106db4ab 5/10
Tabel 3. Hasil Rerata Analisa Awal
Perlakuan Rata-rata
Sukrosa(%) Karagenan (%) Total Asam (%) pH Total Gula (%)
10
0,05 0,54 6,08 13,217
0,10 0,526 6,09 13,276
0,15 0,503 6,11 13,335
12,5
0,05 0,45 6,15 15,459
0,10 0,44 6,16 15,636
0,15 0,423 6,18 15,754
Tabel 4. Rerata Total BAL Awal
Perlakuan Rata-rata total BAL
(cfu/ml)Sukrosa (%) Karagenan (%)
0,05 1,78 x 107
10 0,10 1,70 x 107
0,15 1,59 x 107
0,05 1,71 x 107
12,5 0,10 1,62 x 107
0,15 1,53 x 107
Semakin tinggi konsentrasi
karagenan maka total BAL yang terhitung
juga semakin sedikit. Hal ini disebabkan
karena penambahan konsentrasi karagenan
yang semakin meningkat dapat mengikat
air bebas dalam produk sehingga
menurunkan ativitas air, dimana mikroba
memerlukan air untuk mempertahankan
hidupnya. Hal ini didukung oleh literatur
dari Towle (1973), semakin besar
konsentrasi karagenan, semakin banyak air
bebas yang terikat dan terperangkap
sehingga air menjadi tidak bebas mengalir
dan viskositas akan meningkat. Ray (2003)
menambahkan jika Aw berkurang secara
drastis, sel mikroba akan kehilangan
viabilitasnya dengan cepat, kemudian
viabilitas akan turun secara pelan.
Analisa Setelah Fermentasi
Selama fermentasi selama 6 jam terjadi
penurunan pH produk. Berikut adalah
kurva perubahan pH, total BAL, total
Asam, dan total gula selama fermentasi.
5
5/13/2018 Jurnal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-55a75106db4ab 6/10
Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa perbedaan penambahan konsentrasi
karagenan memberikan pengaruh yang
nyata (α=0,05) terhadap penurunan pH
selama fermentasi. Sedangkan perbedaan
penambahan konsentrasi sukrosa
memberikan pengaruh yang tidak nyata
terhadap penurunan pH selama fermentasi.
Interaksi antar perlakuan juga memberikan
pengaruh yang tidak nyata terhadap penurunan pH selama fermentasi.
Charalampopoulus et al. (2000)
menyatakan bahwa akumulasi asam laktat
yang dihasilkan dari metabolisme bakteri
asam laktat dapat menurunkan pH
medium. Menurut Helferich dan Westhoff
(1988) bahwa pada pengukuran pH, nilai
yang terukur adalah konsentrasi ion-ion H+
yang menunjukkan jumlah asam
terdisosiasi sehingga tidak semua
komponen asam terukur. Tidak semua
asam dapat terdisosiasi dalam larutan
tergantung pada derajat disosiasi masing-
masing asam.
Hasil analisa ragam menunjukkan
bahwa perbedaan penambahan konsentrasi
karagenan memberikan pengaruh yang
nyata (α=0,05) terhadap peningkatan total
asam selama fermentasi. Sedangkan
perbedaan penambahan konsentrasi
sukrosa memberikan pengaruh yang tidak
nyata terhadap peningkatan total asam
selama fermentasi. Interaksi antar
perlakuan juga memberikan pengaruh yang
tidak nyata terhadap peningkatan total
asam selama fermentasi.
Peningkatan total asam tertinggi
selama fermentasi terjadi pada perlakuan penambahan sukrosa 10% dan karagenan
sebesar 0,05%. Hasil ini sesuai dengan
hasil analisa pH, dimana penurunan pH
tertinggi juga terjadi pada perlakuan
penambahan sukrosa 10% dan karagenan
sebesar 0,05%. Hal tersebut disebabkan air
bebas pada konsentrasi sukrosa 10% dan
karagenan 0,05% adalah yang tertinggi.
Menurut Ray (2003) air bebas merupakan
medium untuk reaksi biokimia, sintesis
masa sel, dan energi .yang diperlukan olehmikroba.
Total asam yang terhitung
diasumsikan sebagai asam laktat yang
merupakan metabolit yang dihasilkan oleh
Lactobacillus casei. Menurut Soomro et al. (2000) selama fermentasi berlangsung
akan terbentuk asam yang akan
membentuk rasa dan aroma yang khas
serta komponen-komponen citarasa lain
seperti karbonil, asetaldehid, aseton, dan
diasetil.
6
Gambar 1. Kurva pH selama Fermentasi Gambar 2. Kurva Total BAL selama Fermentasi
Gambar 3. Kurva Total Asam selama Fermentasi Gambar 4. Kurva Total Gula selama Fermentasi
5/13/2018 Jurnal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-55a75106db4ab 7/10
Hasil analisa ragam pada Lampiran
2 menunjukkan bahwa perbedaan
penambahan konsentrasi karagenan dan
sukrosa memberikan pengaruh yang nyata
(α=0,05) terhadap peningkatan total BALselama fermentasi. Sedangkan Interaksi
antar perlakuan memberikan pengaruh
yang tidak nyata terhadap peningkatan
total BAL selama fermentasi.
Selama fermentasi rata-rata total
BAL meningkat. BAL dalam medium
akan memfermentasi atau menghidrolisis
gula menjadi komponen yang lebih
sedarhana menjadi asam laktat, CO2, H2O,
dan energi. Selanjutnya energi akan
digunakan untuk sintesis sehingga jumlahsel menjadi meningkat. Selain itu, hal ini
juga dapat disebabkan karena dalam ubi
jalar ungu terdapat prebiotik berupa
raffinosa, oligosakarida yang membantu
menunjang pertumbuhan BAL. Menurut
Suskovic et al.( 2001), prebiotik
merupakan bahan pangan yang tidak
dicerna dan mengutungkan mikroflora
usus dengan menstimulasi secara efektif
pertumbuhan dan aktivitas satu atau lebih
bakteri untuk pertumbuhan bakteri yang
aktif melakukan meabolisme.
Data hasil analisa total BAL
menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi penambahan karagenan, maka
peningkatan total BAL semakin sedikit.
Karagenan dapat mengikat air bebas pada
produk sehingga menurunkan aktivitas air
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dan
pertumbuhannya terhambat karenaketersediaan air bebas berkurang.
Hasil analisa ragam pada Lampiran
3 menunjukkan bahwa perbedaan
penambahan konsentrasi karagenan dan
sukrosa memberikan pengaruh yang nyata
(α=0,05) terhadap peningkatan total BAL
selama fermentasi. Sedangkan Interaksi
antar perlakuan memberikan pengaruh
yang tidak nyata terhadap peningkatan
total BAL selama fermentasi.
Penurunan total gula menunjukkanadanya pemanfaatan gula-gula yang
tersedia sebagai nutrisi untuk metabolisme
Lactobacillus casei. Diduga Lactobacilluscasei lebih dapat memanfaatkan sukrosa
pada konsentrasi yang tidak terlalu tinggi
karena dapat mengganggu tekanan osmotik
sel.
Analisa Selama Penyimpanan
Analisa selama penyimpanan
dilakukan selama 20 hari dan dilakukan
analisa setiap 10 hari. Berikut adalah
grafik total BAL, total asam, total gula,
dan pH selama penyimpanan.
Hasil analisis ragam pada
Lampiran 2 menunjukkan bahwa
perbedaan penambahan konsentrasi
karagenan dan sukrosa memberikan
pengaruh yang nyata (α=0,05%) terhadap penurunan total BAL selama
penyimpanan. Sedangkan interaksi antar
perlakuan memberikan pengaruh yang
7
Gambar 5. Kurva Total BAL selama Penyimpanan Gambar 6. Kurva Total Asam selama Penyimpanan
Gambar 7. Kurva Total Gula selama Penyimpanan Gambar 8. Kurva pH selama Penyimpanan
5/13/2018 Jurnal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-55a75106db4ab 8/10
tidak nyata terhadap penurunan total BAL
selama fermentasi.
Semakin tinggi konsentrasi
karagenan dan sukrosa yang ditambahkan,
maka penurunan total BAL semakinsedikit. Hal tersebut diduga sukrosa dan
karagenan dapat melindungi sel dari suhu
penyimpanan yang dingin. Menurut
Anonymous (2004) bahwa sukrosa
mencegah pencampuran membran karena
pendinginan. Gula tersebut menempel
pada membran sel dan berikatan dengan
gugus fosfolipid, sehingga panambahan
sukrosa akan menyebkan kristal es
terbentuk di sekitar media, tetapi tidak di
dalam sel.Menurut Dave dan Shah (2000)
meningkatnya keasaman produk selama
penyimpanan memiliki efek yang kurang
baik terhadap viabiitas probiotik. Sesuai
pernyataan Hadiwiyoto (1994), pada suhu
pendinginan reaksi biokimia dan enzimatis
dalam sel bakteri akan menurun sehingga
menyebabkan proses metabolisme akan
berjalan lambat.
Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa perbedaan penambahan konsentrasi
karagenan dan sukrosa memberikan
pengaruh yang nyata terhadap peningkatan
total asam selama penyimpanan.
Sedangkan interaksi memberikan
pengaruh yang tidak nyata terhadap
peningkatan total asam selama
penyimpanan.
Menurut Shah (2000), produksi
asam selama penyimpanan atau post
acidification terus terjadi selama
penyimpanan dingin sehingga akan
menyebabkan penurunan pH medium
pertumbuhan.
Hasil analisis ragam (Lampiran 4)
menunjukkan bahwa perbedaan
penambahan konsentrasi karagenan dan
sukrosa memberikan pengaruh yang nyata
terhadap peningkatan total asam selama
penyimpanan. Sedangkan interaksi antar
perlakuan memberikan pengaruh yang
tidak nyata terhadap peningkatan total
asam selama penyimpanan.
Menurut Oberman dan Libudsizs
(1998), semakin lama waktu fermentasi,maka jumlah bakteri asam laktat juga akan
meningkat, peningkatan jumlah ini akan
menyebabkan total gula menurun akibat
dimetabolisme oleh bakteri tersebut.
Analisa Organoleptik
Rerata hasil penilaian panelis
terhadap rasa jelly drink probiotik ubi jalar
ungu dengan konsentrasi penambahan
sukrosa 10% berkisar antara 3,15 hingga
4,4, penambahan konsentrasi sukrosa12,5% berkisar antara 3,6 hingga 5.
Sedangkan untuk penambahan konsentrasi
karagenan 0,05% berkisar antara 3,15
hingga 3,6, konsentrasi karagenan 0,1%
berkisar antara 4,4 hingga 4,75, dan
konsentrasi karagenan 0,15% berkisar
antara 4,3 hingga 5.
Kesukaan panelis cenderung
meningkat seiring dengan meningkatnya
konsentrasi penambahan sukrosa.
Kecenderungan panelis juga meningkat
akibat penambahan konsentrasi karagenan
yang ditambahkan. Hasil analisis ragam
menunjukkan perbedaan nyata (α=0,05)
pada masing-masing kombinasi perlakuan,
namun tidak terdapat perbedaan nyata
pada interaksi keduanya.
Rerata hasil penilaian panelis terhadap rasa
jelly drink probiotik ubi jalar ungu dengan
konsentrasi penambahan sukrosa 10%
adalah berkisar antara 3,05 hingga 4,2,konsentrasi sukrosa 12,5% berkisar antara
3,5 hingga 4,4. Sedangkan rerata penilaian
panelis terhadap aroma pada konsentrasi
penambahan karagenan 0,05% berkisar
antara 3,05 hingga 3,55, konsentrasi
karagenan 0,1% berkisar 3,95 hingga 4,4,
dan konsentrasi karagenan 0,015%
berkisar antara 4,2 hingga 4,3.
Kesukaan panelis terhadap aroma
cenderung meningkat seiring dengan
meningkatnya konsentrasi penambahan
8
5/13/2018 Jurnal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-55a75106db4ab 9/10
sukrosa dan karagenan. Hasil analisis
ragam menunjukkan perbedaan nyata
(α=0,05) pada masing-masing kombinasi
perlakuan, namun tidak terdapat perbedaan
nyata pada interaksi keduanya.Hasil penilaian panelis terhadap
warna jelly drink probiotik ubi jalar ungu
dengan konsentrasi penambahan sukrosa
10% adalah berkisar antara 4,6 hingga 5,5,
konsentrasi sukrosa 12,5% berkisar antara
4,6 hingga 5,73. Sedangkan rerata
penilaian panelis terhadap warna pada
konsentrasi penambahan karagenan 0,05%
adalah 4,6, konsentrasi karagenan 0,1%
berkisar 5,05 hingga 5,3, dan konsentrasi
karagenan 0,015% berkisar antara 5,05hingga 5,73.
Kesukaan panelis cenderung
meningkat seiring dengan meningkatnya
konsentrasi penambahan sukrosa. .
Kecenderungan kesukaan panelis terhadap
warna juga meningkat akibat penambahan
konsentrasi karagenan. Hasil analisis
ragam menunjukkan tidak terdapat beda
nyata pada masing-masing kombinasi
perlakuan.
Rerata penilaian panelis terhadap
tekstur jelly drink probiotik ubi jalar ungu
dengan konsentrasi penambahan sukrosa
10% adalah berkisar antara 2,65 hingga
4,85, konsentrasi sukrosa 12,5% berkisar
antara 3,05 hingga 4,95. Sedangkan rerata
penilaian panelis terhadap warna pada
konsentrasi penambahan karagenan 0,05%
adalah 2,65 hingga 3,05, konsentrasi
karagenan 0,1% berkisar 3,25 hingga 3,8,
dan konsentrasi karagenan 0,015% berkisar antara 4,85 hingga 4,95.
Rerata hasil penilaian panelis
terhadap tekstur jelly drink probiotik ubi
jalar ungu semakin meningkat seiring
dengan meningkatnya knsentrasi
penambahan sukrosa dan karagenan. Hasil
analisis ragam menunjukkan perbedaan
nyata (α=0,05) pada masing-masing
kombinasi perlakuan, namun tidak terdapat
perbedaan nyata pada interaksi keduanya.
Perlakuan Terbaik
Berdasarkan hasil analisa terhadap
perlakuan penambahan sukrosa 10% dan
penambahan konsentrasi karagenan 0,15%
memiliki sifat fisik, kimia, danmikrobiologi yang cenderung paling baik
dibandingkan perlakuan yang lain. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik Jelly Drink
Probiotik Ubi Jalar Ungu Perlakuan
Terbaik
No. Parameter Nilai
1. BAL 3,78 x 107
2. Total gula 10,037%
3. Total asam 0,9%4. pH 4,45
5. Viskositas 7,6 d.pas
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil
dari penelitian ini antara lain:
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa
konsentrasi penambahan sukrosa dankaragenan memberikan pengaruh yang
nyata (α=0,05) terhadap total BAL,
total gula, total asam, dan pH.
Perlakuan konsentrasi penambahan
sukrosa dan karagenan memberikan
pengaruh yang nyata terhadap
parameter organoleptik rasa, aroma, dan
tekstur.
2. Total BAL pada akhir penyimpanan
pada semua perlakuan adalah >106,
sehingga produk masih memenuhisyarat probiotik.
3. Perlakuan terbaik dengan menggunakan
metode multiple atributes diperoleh
pada perlakuan proporsi penambahan
sukrosa 10% dan penambahan
konsentrasi karagenan 0,15% (K3S1).
Hasil perlakuan terbaik memiliki total
BAL 3,78x107 cfu/ml, total gula
10,037%, total asam 0,9 %, pH 4,45,
dan viskositas 7,6 d.pas.
9
5/13/2018 Jurnal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-55a75106db4ab 10/10
Saran
1. Perlu dilakukan analisa secara in vivomengenai efek fisiologis jelly drink
probiotik ubi jalar ungu apabila
dikonsumsi2. Perlu dilakukan analisa Aw untuk
mengetahui keterkaitan antara Aw dan
total BAL
3. Perlu adanya kontrol untuk mengetahui
perbedaan total BAL antara kontrol dan
produk yang diberi perlakuan
DAFTAR PUSTAKA
Charalampopoulus, D. R., Wang S.,S.
Pandiella and C. Webb. 2002.Apllication of cereals and Cereal
Component in Functional Food:
a Review. International Journal of
Food Microbiology. 79: 131-141.
Hadiwiyoto, S. 1994. Pengujian Mutu
Susu dan Hasil Olahannya.
Liberty. Yogyakarta.
Oberman and Libudzisz. 1998. Fermented
Milks. Elselver Applied Science.
Pub. New York.
Ray, B and Bhunia. 2003. Fundamental Food
Microbiology 3rd ed. CRC Press.
Boca Raton.
Shah, N.P. 2000. Functional Foods FromProbiotic and Prebiotic. Food
Technology. Vol.55.No 11;46-52
Soomro, A. H., Masud, T., and Anwaar, K.
2002. Role of Lactic Acid Bacteria
(LAB) in Food Preservation and
Human Health-a Review. Pakistan
Journal of Nutrition. 1(1):20-24, 2002.
Suskovic, J,B. Kos, J. Goreta, and S. Matosic.
2001. Role of Lactid Acid Bacteria
and Bifidobacteria in Synbiotic
Effect. Food Technology
Biotechnology 39 (3) 227-235. ISSN
1330-9862. Zagreb.
Towle, G. A. 1973. Carrageenan In.
Industrial Gums, Polysaccharides
and Their Derivatives. R. L Whistler
Academic Press. New York.
10