23
Artemisin-Naphthoquine combination versus Chloroquin-Primaquin to treat Vivax Malaria : an open-label randomized and non-inferiority trial in Yunnan Province, China 1. Abstrak Background : Plasmodium vivax adalah parasit malaria utama di Cina, dan Cina sekarang membuat upaya untuk menghilangkan malaria 2020. Pengobatan radikal malaria vivax adalah salah satu tantangan untuk penghapusan malaria. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan artemisinin-naphthoquine (ANQ) versus klorokuin-primaquine (CQ-PQ) dalam pengobatan malaria vivax di Propinsi Yunnan, China. Methods : Desain yang digunakan adalah open-label randomized dan non inferiority, pasien yang memenuhi syarat dengan monoinfections P. vivax secara acak untuk menerima baik dosis total target ANQ 24,5 mg/kg (naphthoquine 7 mg/kg dan artemisinin 17,5 mg/kg), sekali sehari selama tiga hari, atau total dosis CQ 24 base/mg/kg, sekali sehari selama tiga hari, ditambah dosis PQ 0.45 mg base/kg/hari, sekali sehari selama delapan hari. Pasien diikutkan untuk satu tahun. Perbedaan dalam efektivitas ANQ dan CQ-PQ dibandingkan melalui Wilson tes.

Jurna Interna.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Artemisin-Naphthoquine combination versus Chloroquin-Primaquin to treat Vivax Malaria : an open-label randomized and non-inferiority trial in Yunnan Province, China1. Abstrak

Background : Plasmodium vivax adalah parasit malaria utama di Cina, dan Cina sekarang membuat upaya untuk menghilangkan malaria 2020. Pengobatan radikal malaria vivax adalah salah satu tantangan untuk penghapusan malaria. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan artemisinin-naphthoquine (ANQ) versus klorokuin-primaquine (CQ-PQ) dalam pengobatan malaria vivax di Propinsi Yunnan, China.Methods : Desain yang digunakan adalah open-label randomized dan non inferiority, pasien yang memenuhi syarat dengan monoinfections P. vivax secara acak untuk menerima baik dosis total target ANQ 24,5 mg/kg (naphthoquine 7 mg/kg dan artemisinin 17,5 mg/kg), sekali sehari selama tiga hari, atau total dosis CQ 24 base/mg/kg, sekali sehari selama tiga hari, ditambah dosis PQ 0.45 mg base/kg/hari, sekali sehari selama delapan hari. Pasien diikutkan untuk satu tahun. Perbedaan dalam efektivitas ANQ dan CQ-PQ dibandingkan melalui Wilson tes.Result : Pada hari 42, jumlah pasien bebas kekambuhan adalah 125 (98,4%; 95% CI, 94.4-99,8% untuk ANQ) dan 123 (96.1%; 95% CI, 91.1-98,7%) untuk CQ - PQ, dan non-signifikan (P = 0.4496). Hari 365, jumlah itu 101 (79,5%; 95% CI, 71.8-85,9% untuk ANQ) dan 106 (82.8%; 95% CI, 75.1-88.9%) untuk CQ - PQ, dan non-signifikan (P = 0.610). Jadi tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok ANQ dan PQ-CQ untuk angka kekambuhan hari 28, 42 dan 365, namun dibandingkan dengan CQ - PQ, efek samping ANQ adalah ringan.Conclusion : ANQ tidak inferior dibandingkan CQ-PQ dalam hal angka kekambuhan, serta ANQ lebih aman dibandingkan CQ-PQ.

2. Latar BelakangPlasmodium vivax adalah parasit malaria utama di Cina. Provinsi Yunnan adalah salah satu dari dua provinsi endemik Malaria Falciparum dan Vivax. Cina sekarang membuat upaya untuk menghilangkan malaria 2020. Radikal obat malaria vivax adalah salah satu tantangan untuk penghapusan malaria. Rejimen pengobatan, klorokuin (CQ) untuk Blood stage infection dan 8 - aminoquinoline untuk liver stage parasit yang sering tidak dipatuhi. Selanjutnya, sejak P. vivax resisten CQ ini pertama kali dijelaskan pada tahun 1989 di Papua Nugini, penurunan kemanjuran CQ juga telah dilaporkan di beberapa situs geografis.

Secara umum, penggunaan artemisinin berbasis kombinasi terapi (ACT) telah digunakan pada pasien dengan malaria falciparum dan menunjukkan keuntungan dalam hal kepatuhan dan keamanan. Namun, dengan banyaknya misdiagnosis dalam praktik sehari-hari dan peningkatan dan penyebaran P. Vivax yang resisten CQ, ada dasar pemikiran menarik mengenai strategi pengobatan ACT untuk Malaria P. vivax dan P. falciparum di semua daerah coendemik. Penggunaan ACT untuk pasien dengan malaria vivax telah dievaluasi di Cina, Papua, Indonesia, Thailand dan Ethiopia. Hasil studi ini telah mendokumentasikan bahwa pengobatan ACQ efektif, aman dan ditoleransi dengan baik pada malaria vivax. Dalam konteks, open-label randomized dan non inferiority percobaan ini dilakukan untuk menilai apakah artemisininnaphthoquine (ANQ) sama efektifnya dan lebih aman dari chloroquineprimaquine (CQ-PQ), dalam pengobatan pasien dengan P. vivax monoinfections di Propinsi Yunnan, China.

3. MetodePasien

Pasien direkrut dari Februari 2009 sampai Desember 2010 di Tengchong County Center for Disease Control dan Prevention, dan rumah sakit County Tengchong di perbatasan Cina-Myanmar. Pasien > 5 tahun yang beratnya lebih dari 15 kg dan disajikan dengan satu Malaria P. vivax ( kepadatan parasit 400-100.000 parasit per uL) terdaftar dalam kajian. Pasien diekslusikan jika : (1) kehamilan, (2) malaria berat, (3) setelah mengambil obat anti malaria dalam waktu 14 hari, (4) Riwayat hipersensitivitas terhadap salah satu obat-obatan studi, (5) disfungsi berat ginjal, hati dan jantung, (6) tinggal hidup di ketinggian lebih rendah dari 2.000 m, (7) lost of follow up.Alokasi

Pasien yang terdaftar dalam penelitian secara acak menerima regimen ANQ atau CQ - PQ. Seorang peneliti yang tidak memiliki peran dalam perekrutan menempatkan amplop tertutup dalam blok 50 (masing-masing 25 ANQ dan CQ - PQ) dalam kotak, dan seorang pasien yang terdaftar menarik amplop dari itu untuk penempatan alokasi dalam bilangan yang sama. Ketika kotak kosong, 50 amplop lain ditambahkan.

Obat

ANQ terdaftar di Food and Drug Administration, Cina sebagai GYZZ H20050270 dan berlisensi , diproduksi oleh Kunming farmasi Corp. Sebuah tablet ANQ terdiri dari 50 mg naphthoquine dan 125 mg artemisinin. CQ terdaftar sebagai GYZZ H31020423 dan PQ sebagai GYZZ H2005984 di Cina. CQ-PQ diproduksi dan pra-dikemas oleh Shanghai West Sino farmasi Corp, baik ANQ maupun CQ-PQ diberikan mengikuti kebijakan obat anti-malaria Cina. Berdasarkan hipotesis bahwa dosis tiga hari dapat mengurangi kekambuhan Plasmodium vivax, ANQ diberikan sekali sehari selama tiga hari, dengan dosis total target 24,5 mg/kg (naphthoquine 7 mg/kg dan artemisinin 17,5 mg/kg). CQ diberikan sekali sehari selama tiga hari dengan dosis total target 24 mg base/kg dan PQ diberikan sekali sehari selama delapan hari dengan dosis 0.45 mg base/kg/hari.Follow Up

Para peneliti mengunjungi semua pasien setiap 8 jam untuk tiga hari pertama. Suhu aksilaris diukur setiap 8 jam setelah pengobatan sampai 48 jam demam hilang. Apusan darah tebal dan tipis diambil dan diteliti setiap 8 jam di setiap kunjungan aktif, dan kemudian masing-masing hari 7, 14, 21 dan 28. Dosis PQ berikutnya pada kelompok CQ-PQ diberikan di bawah pengawasan pengasuh pasien satu jam setelah makan dan sebelum tidur dari hari keempat. Pasien menerima dosis PQ dibungkus di plastik aluminium foil dan diperintahkan jelas tentang pengobatan mereka berikutnya, menekankan pentingnya mengkonsumsi obat setelah makanan dan sebelum tidur, dan mengambil obat-obatan mereka bahkan ketika gejala mereka telah mereda. Pasien diminta kembali untuk melakukan pengobatan jika mereka memiliki urin berwarna gelap, ini dilakukan bukan untuk pengujian defisiensi G6PD namun karena kekurangan pasokan reagen kit dan peralatan. Pasien dikunjungi dan diwawancarai setiap bulan. Sementara itu darah apusan darah dilakukan selama kunjungan bulanan, dan diminta datang kembali untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan setiap saat jika mereka menjadi sakit. Jika pasien mengalami demam, apusan darah telah disiapkan dan diperiksa setiap saat. Jika ada pasien positif P. vivax lagi, mereka diobati ulang dengan CQ (24 mg base/kg) selama tiga hari dan PQ (0.25 mg base/kg/hari) selama 14 hari. Pasien yang diamati juga diwawancarai secara mendalam dengan kuisioner semi-terstruktur untuk reaksi yang merugikan dan komplikasi selama pemberian setiap dosis obat dan ditindaklanjuti pada hari 1, 2, 3, 7, 14, 21 dan 28. Selanjutnya pasien di follow up setiap bulannya selama satu tahun.Metode Laboratorium

Malaria Blood film dicat dengan menggunakan Giemsa, parasit aseksual dan gametocytaemia dihitung per 500 sel darah putih. Jumlah parasit dihitung sesuai ul darah oleh level 8.000 leukosit per ul. Parasit clearance didefinisikan sebagai tidak adanya parasit setiap per 500 sel darah putih yang tampak dimikroskop selama 2 kali berturut-turut setiap 8 jam dan gametocyte clearance juga didefinisikan dengan metode yang sama. Clearance demam didefinisikan dengan suhu aksilaris < 37.1 C dalam jangka waktu 24 jam. Kesembuhan didefinisikan sebagai penghapusan gejala dan tahap aseksual blood parasit malaria yang menyebabkan pasien mencari pengobatan. Kekambuhan didefinisikan sebagai kemunculan aseksual parasitaemia setelah pengobatan yang disebabkan oleh recrudescence, kambuh, atau infeksi baru.Study End Point

Titik akhir primer pada penelitian ini adalah pasien bebas kekambuhan pada hari ke 42, dan titik akhir sekunder adalah pasien bebas kekambuhan pada hari 28 dan 365, waktu parasit clearence dan demam clearance, dan efek samping yang dilaporkan oleh pasien selama penelitian.Analisis Statistik

Berdasarkan perhitungan yang direkomendasikan oleh literatur, ukuran sampel 120 pasien per kelompok studi diperkirakan tingkat kesembuhan 90% per grup untuk dapat diperkirakan dengan ketepatan 5%, untuk estimasi kesetaraan efektivitas dan perbedaan diijinkan maksimum 10% (90% kekuasaan dan 95% kepercayaan) antara kedua kelompok dengan follow up drop out rasionya hanya sampai 10%.

Perbedaan pasien bebas kekambuhan dua kelompok dengan confidence interval 95% antara ANQ dan CQ-PQ dihitung melalui Wilsons Test. Proporsi dibandingkan dengan menggunakan Yates x2 tes. Waktu demam clereance dan parasit clearance dibandingkan dengan kovarians.Persetujuan Etik

Studi ditinjau dan disetujui oleh The academic board dari Yunnan Institute of Parasitic Disease (YIPD) di Cina sebagai protokol 200807. Persetujuan juga Diperoleh dari YIPDs ethics committes. Tujuan dari studi sudah dijelaskan dan disetjui oleh pasien dan pengasuh. Persetujuan inform consent diperoleh dari pasien atau pengasuh anak pasien. Semua hasil dirahasiakan dan yang tidak tertaut ke identitas informasi.4. Hasil

Proporsi pasien menolak pendaftaran adalah cukup tinggi (35. 2%). Ketika pasien ini tahu bahwa mereka mungkin mengambil CQ-PQ selama delapan hari, mereka tidak bersedia untuk terlibat dalam peneltian. Sebanyak 17,619 pasien dengan demam spesifik malaria disaring , sebanyak 425 responden memiliki P. vivax. Dan sebanyak 401 memenuhi kriteria peneltian, tetapi 141 tidak setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian. Lalu sebanyak 260 ditugaskan secara acak untuk salah satu kelompok pengobatan. 128 (49.2%) dan 132 (50. 8%) masing-masing menerima ANQ dan CQ-PQ. Sebanyak tiga pasien (1.2%) belum menyelesaikan penelitian selama 365 hari dan dua pasien (0,8%) mengundurkan diri dari penelitian pada hari ke 1 (gambar 1). Baseline karakteristik hampir sama antara kedua kelompok pengobatan. 228 (89%) dari semua pasien yang terdaftar adalah laki-laki dan 232 (91%) usia > 16 tahun (Tabel 1). Semua pasien adalah warga Cina. Namun kebanyakan dari mereka ada yang pergi ke negara tetangganya dan sebelumnya telah terinfeksi, dan kemudian datang kembali Cina untuk pengobatan. Menurut kriteria ekslusi, pasien yang pergi ke Myanmar selama masa penelitian tidak ditindaklanjuti karena lost of follow up. Jadi kebanyakan pasien tinggal di tanah air mereka selama masa penelitian, tiga pasien yang lost of follow up mungkin kembali Myanmar.

Proporsi kekambuhan pada pasien di hari 42 baik di kelompok ANQ ataupun CQ-PQ tidak signifikan (P = 0.4496) (Tabel 2). Kedua kelompok tidak memiliki pasien kekambuhan di hari 28. Kelompok ANQ memiliki dua kekambuhan pada hari ke 42, masing-masing pada hari 36 dan 38, sedangkan pada kelompok CQ-PQ memiliki lima kekambuhan, satu masing-masing pada hari 30, 35 dan 41, dan dua di hari 31. Kelompok ANQ memiliki 26 (20,5%) rekuren hari 365, satu pasien mengalami dua rekuren dengan interval 69-hari, dan 25 pasien hanya mengalami satu rekuren. Kelompok CQ-PQ memiliki 22 rekuren (17.2%), dua pasien mengalami rekuren dua kali dan 20 mengami hanya satu rekuren, interval dua kekambuhan untuk kedua pasien masing-masing 153 dan 121 hari. Sebagian besar rekuren terjadi antara hari 43 dan 98, waktu rata-rata ANQ untuk kambuh adalah 77 hari (kisaran, hari 29-347) dan CQ-PQ 85 hari (kisaran, 24-357 hari) (Tabel 3).

Semua pasien sebanyak 255 bersih dari parasit pada hari ketiga, kelompok pengobatan ANQ bersih selama 48 jam dan kelompok pengobatan CQ-PQ bersih selama 64 jam. 50% parasit, full parasit , gametocyte clearance time ANQ itu lebih pendek daripada CQ PQ. ANQ membersihkan parasitaemia dengan sangat cepat, proporsi pasien dengan parasitaemia 24 jam setelah terapi secara signifikan lebih rendah daripada dari CQ PQ. Waktu clearence demam clearance (FCT) kelompok ANQ secara signifikan lebih pendek daripada kelompok CQ-PQ (Tabel 2). Sebanyak 49 (19,2%) pasien melaporkan kejadian buruk selama studi (Tabel 4). 9 (7.1%) pasien di kelompok ANQ dan 7 (5,5%) di kelompok CQ-PQ mengalami mual dan anoreksia masing-masing dalam satu jam pertama. Namun, apakah efek samping disebabkan sepenuhnya oleh obat belum bisa dikonfirmasikan. Proporsi terhadap efek samping antara kedua kelompok adalah sama (RR 1,05; 95% CI, 0.63-1,74; p = 0.97) antara dua kelompok, tapi di satu sisi efek samping dari ANQ adalah ringan. Dalam kelompok CQ-PQ, dua pasien mengundurkan diri karena efek samping yang serius. Mereka berdua laki-laki, 33 dan 39 tahun. Suhu tubuh mereka yang masing-masing 37.3 C dan 37.0 C (tidak pada waktu serangan malaria) ketika mereka disajikan, namun, suhu pasien pertama naik ke 39 C setelah empat jam mengambil CQ-PQ dan pasien 2 untuk 38,6 C setelah empat setengah jam. Hemoglobin dasar mereka adalah masing-masing 149 g/l dan 136 g/l. Setelah kedua pasien mengambil dosis pertama PQ (22.5 mg/orang), mereka merasa lebih nyaman daripada sebelum mengambil CQ-PQ untuk pengobatan malaria dan kotoran mereka berwarna teh hitam. Hasil haemoglobinuria test yang masing-masing ++ (>sama dengan 2 g/dl) untuk pasien pertama dan +++ (>samadengan 3 g/l) untuk pasien kedua. Mengikuti pada pedoman pengobatan defisiensi G6PD, mereka berhenti menggunakan PQ. Mereka diperlakukan dengan pengobatan ANQ dan mereka diekslusikan dari studi. Kotoran mereka menjadi normal tanpa pengolahan khusus setelah 24 jam tidak mengambil PQ. Kedua pasien adalah Jingpo dan Dai yang merupakan etnik minoritas. Mereka pribadi atau keluarga tidak dapat diselidiki mengenai sejarah hemolisis / haemoglobinuria karena mereka tidak bisa menyediakan informasi terkait. Berdasarkan pemikiran diatas, kedua pasien menjadi defisiensi G6PD dan haemoglobinuria mereka disebabkan oleh primaquine.

5. DiskusiHasil penelitian menunjukkan bahwa ANQ memiliki khasiat serupa dengan CQ-PQ untuk pasien dalam bebas kekambuhan, ditoleransi lebih baik dan lebih aman daripada CQ PQ. Naphthoquine memiliki umur paruh 40.93 jam. Tingkat naphthoquine fosfat (NP, 100%) lebih tinggi daripada CQ (74.3%) pada hari 42, tapi lebih lama waktu untuk demam clearance kali (FCT) dan parasit clearance (PCT) daripada CQ. ANQ dievaluasi untuk mengatasi kekurangan NP dalam FCT dan PCT di Provinsi Hainan Cina dari Mei 1999 sampai Oktober 2000. Tingkatan obat ANQ 100% pada hari ke 42, serta FCT dan PCTnya lebih pendek daripada CQ. Di Papua Nugini, ANQ sekarang telah digunakan untuk pengobatan infeksi P. vivax. Studi menunjukkan bahwa dosis ANQ tunggal yang lebih rendah dikaitkan dengan sering terulangnya relatif parasitaemia. Di Thailand, dihydroartemisinin-piperaquine (DP) dievaluasi dalam pengobatan malaria vivax. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko kumulatif kekambuhan dengan P. vivax adalah signifikan lebih rendah pada penerima DP daripada penerima CQ. Di Selatan Papua Indonesia, hasil studi menunjukkan bahwa kekambuhan malaria vivax terjadi 38% dari pasien yang diberikan artemether-lumefantrine dan 10% yang diberikan DP. Semua studi menunjukkan bahwa pembersihan P. vivax yang sangat cepat memiliki tingkat kesembuhan tinggi. Ini bertepatan dengan sudut pandang P. vivax lebih sensitif daripada P. falciparum terhadap derifat artemisinin.

Artemisinin memiliki waktu paruh pendek. Dosis tunggal atau dosis dua hari ANQ biasanya digunakan untuk pengobatan Plasmodium falciparum. Temuan di Papua Nugini menunjukkan bahwa ANQ dosis tunggal yang lebih rendah dikaitkan dengan sering terulangnya P. vivax . Mempertimbangkan faktor-faktor ini dan pasien juga dapat dengan mudah mengikuti rejimen tiga hari, dosis ANQ dipilih untuk tiga hari dalam penelitian ini.Kemanjuran CQ dalam pengobatan P. vivax menurun di perbatasan Thailand-Myanmar dan Vietnam. Resiko kumulatif kekambuhan dengan P. vivax pada sembilan minggu ini 79.1% pada pasien yang diobati dengan hanya CQ dan meningkat 54,9% yang diperlakukan dengan dihydroartemisininpiperaquine di perbatasan Thailand-Myanmar. Sebagai hasil dari penelitian ini, proporsi bebas kekambuhan antara kelompok pasien ANQ dan CQ-PQ telah ada perbedaan bahkan dihari 365. Tingkat kekambuhan kumulatif dengan P. vivax di hari 365 yang masing-masing 21,05% pada pasien yang dirawat dengan ANQ dan 17,2% dengan CQPQ. Ini menunjukkan bahwa PQ dan NP secara signifikan mengurangi kekambuhan dengan P. vivax. Ini mungkin atribut untuk dua alasan. Salah satunya adalah bahwa NP memiliki kehidupan panjang meskipun ANQ tidak dapat membunuh parasit pada tahap hepar, sedangkan CQ-PQ bisa, yang lain adalah bahwa ada bukti yang terdokumentasi bahwa kurang dari 14 hari PQ radikal dapat menyembuhkan P. vivax. Meskipun total dosis PQ dengan 0.45 x 8 hari (= 3,6 mg) rejimen ini mirip dengan QD 0.25 mg/kg x 14 hari (= 3.5 mg) rejimen yang direkomendasikan oleh WHO, semakin lama waktu perawatan tampaknya penting untuk membunuh hypnozoites. Sebagai pembatasan, dosis PQ berikutnya dari hari 4-8 diberikan di bawah pengawasan pengasuh pasien, tidak di bawah pengawasan peneliti; Meskipun pasien atau / dan pengasuh mereka mengatakan pasien selesai mengambil PQ rejimen, peneliti bisa memastikan bahwa mereka benar-benar mengambil PQ sepenuhnya. Ada kemungkinan bahwa orang-orang dengan kambuh mengambil dosis kecil PQ. Sebagai salah satu pengecualian kriteria untuk kelompok ANQ dan CQ-PQ, pasien yang pergi ke Myanmar selama masa studi tidak dirawat untuk mempelajari karena tidak terfollow up, jadi hal ini tidak diperlukan untuk data efek terinfeksi ulang pada hasil studi.

ANQ memiliki efek samping ringan. Namun, dua pasien tidak dapat menyelesaikan pengobatan karena toksisitas PQ. 2064 orang diskrining untuk defisiensi G6PD di wilayah perbatasan Cina-Myanmar pada bulan Juli 2009. Hasilnya adalah 2,3% (95% CI, 1.7-3,0%) dari prevalensi defisiensi G6PD (tidak dipublikasikan). Ini menunjukkan bahwa menggunakan CQ-PQ memiliki masalah intrinsik di wilayah itu. Pasien malaria vivax dapat memperoleh rejimen CQ-PQ 8-hari dari sektor kesehatan umum di Cina. Sebagai kenyataan, bahwa pasien malaria ingin menyingkirkan gejala ini secepat mungkin. Mereka umumnya mencari injeksi artemether atau pyronaridine selfmedication atau dari klinik swasta karena mereka menganggap injeksi bekerja lebih baik dan lebih cepat daripada tablet oral, dan intolerability dari rejimen CQ-PQ 8-hari. Semua penelitian terbaru menunjukkan bahwa ANQ dapat ditoleransi dengan baik dengan efek samping yang ringan. Transmisi lokal malaria di daerah studi jarang karena suhu rendah yang dikaitkan dengan ketinggian, pasien malaria dari migran, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dewasa, jadi masalah terinfeksi ulang dihilangkan selama masa studi.6. Kesimpulan

Dalam hal efektivitas, regimen ANQ rejimen selama 3 hari efektif dari CQ-PQ yang 8 hari, juga lebih aman dan lebih diterima daripada CQ-PQ, tetapi ANQ tidak mencegah kambuh sepenuhnya. ANQ efektif untuk schizonticide untuk infeksi P. vivax dan merupakan pilihan yang baik bagi Provinsi Yunnan Cina jika orang tidak mau mengambil PQ.

LAPORAN JOURNAL READING

Artemisin-Naphthoquine combination versus Chloroquin-Primaquin to treat Vivax Malaria : an open-label randomized and non-inferiority trial in Yunnan Province, China

Disusun Oleh:

Rio Budiharso Hartoyo / 09711272Pembimbing:

dr. Joko Priyanto, M.Kes, Sp.PDFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2014Worksheet Critical Apprasial Skills Proggramme

Jurnal Randomized Controlled Trial (RCT)Judul Jurnal:

Artemisin-Naphthoquine combination versus Chloroquin-Primaquin to treat Vivax Malaria : an open-label randomized and non-inferiority trial in Yunnan Province, ChinaCitation:Hui Liu, Heng-lin Yang, Jian-Wei Xu, Jia-zhi Wang, Ren-Hua Nie and Chun-fu Li. Liu et al. Malaria Journal 2013, 12:409PatientPasien Malaria P. vivax ( kepadatan parasit 400-100.000 parasit per uL)

InterventionPemberian kombinasi Artemisin-Naphtaquin 24,5 mg/kg (naphthoquine 7 mg/kg dan artemisinin 17,5 mg/kg)

ComparasionPemberian kombinasi chloroquine-primaquin CQ 24 base/mg/kg, PQ 0.45 mg base/kg/hari,

Outcomeprimer ( bebas kekambuhan hari 42, sekunder ( bebas kekambuhan pada hari 28 dan 365, waktu parasit clearence dan demam clearance, dan efek samping.

Are The Result of The Trial Valid?

Screening Question

1.Did the trial address a clearly focused issue?Ya []

Cant tell

[ ]

Tidak [ ]

Masalah pada jurnal penelitian ini dituliskan secara jelas oleh peneliti.

Populasi penelitian: Pasien > 5 tahun yang beratnya lebih dari 15 kg dan disajikan dengan satu Malaria P. vivax ( kepadatan parasit 400-100.000 parasit per uL) yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi Intervensi: intervensi yang diberikan pada penelitian ini adalah pemberian kombinasi Artemisin-Naphtaquin 24,5 mg/kg (naphthoquine 7 mg/kg dan artemisinin 17,5 mg/kg) selama 3 hari

Komparasi: sebagai komparasi terhadap intervensi, maka komparasi pada penelitian ini adalah pemberian Pemberian kombinasi chloroquine-primaquin CQ 24 base/mg/kg selama 3 hari dan PQ 0.45 mg base/kg/hari selama 8 hari.Outcome: outcome primer ( bebas kekambuhan hari 42, outcome sekunder ( bebas kekambuhan pada hari 28 dan 365, waktu parasit clearence dan demam clearance, dan efek samping. Terdapat pada bagian methods (halaman 2).

2.Was the assignment of patients to treatments randomized?Ya []

Cant tell

[ ]

Tidak [ ]

Penentuan kelompok penelitian dilakukan secara random oleh peneliti.

Randomisasi subyek: pada penelitian ini, randomisasi open-label randomized and non-inferiority trial. Randomisasi dibagi dalam 2 kelompok ANQ sebanyak 128 Subjek dan CQ-PQ sebanyak 132 Subjek. Terdapat pada bagian methods hal 2

3.Were all of the patients who entered the trial properly accounted for at its conclusion?Ya []

Cant tell

[ ]

Tidak [ ]

Seluruh subyek penelitian yang mendapatkan intervensi, dianalisis dan diperhitungkan dalam kesimpulan.

Drop-out / lost of follow-up: pada penelitian ini terdapat 2 subyek penelitian yang tidak menyelesaikan study dan 3 subyek penelitian yang lost of follow-up.

Analisis: analisis dilakukan dengan menggunakan perhitungan yang direkomendasikan oleh literatur, ukuran sampel 120 pasien per kelompok studi diperkirakan tingkat kesembuhan 90% per grup untuk dapat diperkirakan dengan ketepatan 5%, untuk estimasi kesetaraan efektivitas dan perbedaan diijinkan maksimum 10% (90% kekuasaan dan 95% kepercayaan) antara kedua kelompok dengan follow up drop out rasionya hanya sampai 10%. Perbedaan pasien bebas kekambuhan dua kelompok dengan confidence interval 95% antara ANQ dan CQ-PQ dihitung melalui Wilsons Test. Proporsi dibandingkan dengan menggunakan Yates x2 tes. Waktu demam clereance dan parasit clearance dibandingkan dengan kovarians.

Terapat pada bagian methods (halaman 3).

Detailed Question

4.Were patients, health workers and study personel blind to treatment?Ya []

Cant tell

[ ]

Tidak [ ]

Subyek penelitian dan investigator (peneliti) blind terhadap intervensi yang diterima oleh subyek penelitian.Blinding: penelitian ini menggunakan two masked atau double blind, yaitu blinding pada subyek penelitian dan peneliti. Satu-satunya personil dalam penelitian ini yang tidak blinding adalah medical monitor.

Drugs Blinding: Baik ANQ ataupun CQ-PQ dimasukan kedalam sebuah amplop masing-masing 50 amplop, setelah habis 50 amplop selanjutnya.Terdapat pada bagian Method Hal 2

5.Were the groups similar at the start of the trial?Ya [ ]

Cant tell

[]

Tidak [ ]

Baseline karakteristik secara signifikan tidak terdapat perbedaan.

Karakteristik subyek penelitian: kedua kelompok penelitian secara umum memiliki karakteristik yang hampir sama. Hal ini mengindikasikan randomisasi dilakukan cukup adekuat.

Terdapat pada bagian tabel 1 (halaman4).

6.Aside from the experimental intervention, were the groups treated equally?Ya [ ]

Cant tell

[ ]

Tidak [ ]

Selain dari intervensi yang diberikan oleh peneliti, kedua kelompok diberikan perlakuan secara sama.

Follow-up: seluruh subyek penelitian, sama-sama di follow-up pada Hari ke 1, 2, 3, 7, 14, 21, 28 dan setiap bulan selama 1 tahun.Pemeriksaan: saat follow-up, seluruh subyek penelitian dialkukan pemeriksaan dengan metode yang sama.

Terdapat pada bagian methods (halaman 2).

What are the results?

7.What measure was used and how large was the treatment effect?Pada penelitian ini terdapat dua jenis outcome. Outcome primer yang dicari dalam penelitian ini bebas kekambuhan hari 42, outcome sekunder bebas kekambuhan pada hari 28 dan 365, waktu parasit clearence dan demam clearance, dan efek samping. Kedua outcome analisis untuk perbedaan pasien bebas kekambuhan dua kelompok dengan confidence interval 95% antara ANQ dan CQ-PQ dihitung melalui Wilsons Test. Proporsi dibandingkan dengan menggunakan Yates x2 tes. Waktu demam clereance dan parasit clearance dibandingkan dengan kovarians.Dengan menggunakan perhitungan yang direkomendasikan oleh literatur, ukuran sampel 120 pasien per kelompok studi diperkirakan tingkat kesembuhan 90% per grup untuk dapat diperkirakan dengan ketepatan 5%, untuk estimasi kesetaraan efektivitas dan perbedaan diijinkan maksimum 10% (90% kekuasaan dan 95% kepercayaan) antara kedua kelompok dengan follow up drop out rasionya hanya sampai 10%.Terdapat pada bagian methods (halaman 3).

8.How precise was the estimate of the treatment effect?Besarnya efek pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Outcome primer dan sekunder terlampir

Terdapat pada bagian results dan tabel 2, 3 dan 4 (halaman 5).

Will the results help me locally?

9. Can the results be applied to the local population?Ya []

Tidak [ ]

Aplikasi yang diberikan dari penelitian ini adalah terapi ANQ selama 3 hari dan CQ-PQ ( 3 hari untuk CQ dan 8 hari untuk PQ) Hasil dari penelitian ini dapat saya aplikasikan pada populasi lokal.

10.Were all clinically important outcomes considered?Ya []

Tidak [ ]

Seluruh outcome dari pertanyaan penelitian dipertimbangkan dan terjawab oleh peneliti.

11.Are the benefits worth the harms and costs?Ya []

Tidak [ ]

Hasil dari penelitian ini adalah Dalam hal efektivitas, regimen ANQ rejimen selama 3 hari efektif dari CQ-PQ yang 8 hari, juga lebih aman dan lebih diterima daripada CQ-PQ, tetapi ANQ tidak mencegah kambuh sepenuhnya. ANQ efektif untuk schizonticide untuk infeksi P. vivax dan merupakan pilihan yang baik bagi Provinsi Yunnan Cina jika orang tidak mau mengambil PQ.

Efek samping berat pada penelitian ini ada 2 subjek yaitu pada pengobatan CQ-PQ.

Dari penelusuran dokter muda, sediaan baik ANQ ataupun CQ-PQ sudah ada.

SIMPULAN

Dari hasil critical appraisal dari jurnal yang berjudul Artemisin-Naphthoquine combination versus Chloroquin-Primaquin to treat Vivax Malaria : an open-label randomized and non-inferiority trial in Yunnan Province, China maka dapat disimpulkan oleh dokter muda bahwa jurnal ini termasuk jurnal yang cukup valid dalam pelaksanaan penelitiannya, dan dengan hasil yang penting dapat diaplikasikan. Baik ANQ ataupun CQ-PQ keduanya efektif untuk pengobatan malaria P.vivax. ANQ dapat menjadi alternatif untuk pengobatan malaria vivax jika penderita tidak menghendaki pengobatan CQ-PQ.