51
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kesehatan 1. Pengertian perilaku Perilaku yaitu suatu respon seseorang yang dikarenakan adanya suatu stimulus/ rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2012). Perilaku dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup merupakan respon seseorang yang belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan perilaku terbuka merupakan respon dari seseorang dalam bentuk tindakan yang nyata sehingga dapat diamati lebih jelas dan mudah (Fitriani, 2011). 2. Perilaku kesehatan Perilaku kesehatan merupakan suatu respon dari seseorang berkaitan dengan masalah kesehatan, penggunaan pelayanan kesehatan, pola hidup, maupun lingkungan sekitar yang mempengaruhi (Notoatmodjo, 2007). Menurut Becker, 1979 yang dikutip dalam Notoatmodjo (2012), perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga : a. Perilaku hidup sehat (healthy life style) Merupakan perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan dengan gaya hidup sehat yang meliputi

Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kebidanan

Citation preview

Page 1: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Kesehatan

1. Pengertian perilaku

Perilaku yaitu suatu respon seseorang yang dikarenakan adanya suatu

stimulus/ rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2012).

Perilaku dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert

behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup

merupakan respon seseorang yang belum dapat diamati secara jelas oleh

orang lain. Sedangkan perilaku terbuka merupakan respon dari seseorang

dalam bentuk tindakan yang nyata sehingga dapat diamati lebih jelas dan

mudah (Fitriani, 2011).

2. Perilaku kesehatan

Perilaku kesehatan merupakan suatu respon dari seseorang berkaitan

dengan masalah kesehatan, penggunaan pelayanan kesehatan, pola hidup,

maupun lingkungan sekitar yang mempengaruhi (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Becker, 1979 yang dikutip dalam Notoatmodjo (2012),

perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga :

a. Perilaku hidup sehat (healthy life style)

Merupakan perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk

meningkatkan kesehatan dengan gaya hidup sehat yang meliputi

makan menu seimbang, olahraga yang teratur, tidak merokok, istirahat

cukup, menjaga perilaku yang positif bagi kesehatan.

b. Perilaku sakit (illness behavior)

Merupakan perilaku yang terbentuk karena adanya respon terhadap

suatu penyakit. Perilaku dapat meliputi pengetahuan tentang penyakit

serta upaya pengobatannya.

9

Page 2: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

1

c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

Merupakan perilaku seseorang ketika sakit. Perilaku ini mencakup

upaya untuk menyembuhkan penyakitnya.

3. Determinan perilaku kesehatan

a. Faktor-faktor predisposisi (disposing factors)

Faktor-faktor predisposisi merupakan faktor yang mempermudah

terjadinya suatu perilaku. Yang termasuk faktor predisposisi yaitu

pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan

lain-lain.

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor pemungkin merupakan faktor-faktor yang merupakan

sarana dan prasarana untuk berlangsungnya suatu perilaku. Yang

merupakan faktor pemungkin misalnya lingkungan fisik dan

ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan setempat.

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor penguat adalah faktor yang memperkuat terjadinya suatu

perilaku. Yang merupakan faktor pendorong dalam hal ini adalah

sikap dan perilaku petugas kesehatan maupun petugas yang lain dalam

upaya mempromosikan perilaku kesehatan.

4. Domain perilaku

Berdasarkan dari teori Bloom, perilaku dibagi menjadi tiga yaitu

pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik (practice)

(Notoatmodjo, 2012).

a. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil dari suatu proses pembelajaran

seseorang terhadap sesuatu baik itu yang didengar maupun yang dilihat

(Fitriani, 2011).

Page 3: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

1

1) Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif :

a) Tahu (know)

Tahu berarti seseorang tersebut dapat mengingat kembali

materi yang pernah dipelajari sebelumnya dengan cara

menyebutkan, menguraikan,dan sebagainya.

b) Memahami (comprehension)

Memahami yaitu mampu untuk dapat menjelaskan sesuatu

yang telah dipelajari sebelumnya dengan jelas serta dapat

membuat suatu kesimpulan dari suatu materi.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi berarti seseorang mampu untuk dapat menerapkan

materi yang telah dipelajari ke dalam sebuah tindakan yang

nyata.

d) Analisis (analysis)

Analisis merupakan tahap dimana seseorang telah dapat

menjabarkan masing-masing materi, tetapi masih memiliki

kaitan satu sama lain. Dalam menganalisis, seseorang bisa

membedakan atau mengelompokkan materi berdasarkan

kriteria yang sudah ditentukan.

e) Sintesis (synthetis)

Sintesis adalah kemampuan seseorang dalam membuat temuan

ilmu yang baru berdasarkan ilmu lama yang sudah dipelajari

sebelumnya.

f) Evaluasi (evaluation)

Tingkatan pengetahuan yang paling tinggi adalah evaluasi. Dari

hasil pembelajaran yang sudah dilakukan, seseorang dapat

mengevaluasi seberapa efektifnya pembelajaran yang sudah ia

lakukan. Dari hasil evaluasi ini dapat dinilai dan dijadikan

acuan untuk meningkatkan strategi pembelajaran baru yang

lebih efektif lagi.

Page 4: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

1

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor pengetahuan menurut Wawan & Dewi (2011)

dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal :

a) Faktor internal

(1) Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang

terhadap pola hidup terutama dalam motivasi sikap.

Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin

mudah untuk penerimaan informasi.

(2) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003)

pekerjaan merupakan suatu cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Pekerjaan

dilakukan untuk menunjang kehidupan pribadi maupun

keluarga. Bekerja dianggap kegiatan yang menyita waktu.

(3) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai dari

dilahirkan sampai berulang tahun (Elisabeth BH, dikutip

dari Nursalam, 2003). Menurut Hurlock (1998), semakin

cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir.

b) Faktor eksternal

(1) Faktor lingkungan

Lingkungan sekitar dapat mempengaruhi perkembangan

dan perilaku individu maupun kelompok. Jika lingkungan

mendukung ke arah positif, maka individu maupun

kelompok akan berperilaku positif, tetapi jika lingkungan

sekitar tidak kondusif, maka individu maupun kelompok

tersebut akan berperilaku kurang baik.

Page 5: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

1

(2) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada dalam masyarakat juga

mempengaruhi sikap dalam penerimaan informasi.

3) Kriteria tingkat pengetahuan

Penilaian pengetahuan menurut Arikunto (2006) dikutip dari

Wawan & Dewi (2011) diinterpretasikan dengan skala yang

bersifat kualitatif, yaitu :

a) Baik : dengan presentase 76%-100%

b) Cukup : dengan presentase 56%-75%

c) Kurang : dengan presentase <56%

b. Sikap (Attitude)

Reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus

disebut sikap. Sikap belum merupakan suatu tindakan nyata, tetapi

masih berupa persepsi dan kesiapan seseorang untuk bereaksi terhadap

stimulus yang ada di sekitarnya. Sikap dapat diukur secara langsung

dan tidak langsung. Pengukuran sikap merupakan pendapat yang

diungkapkan oleh responden terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

Secara garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif (ide yang

dipelajari), komponen perilaku (berpengaruh terhadap respon sesuai

atau tidak sesuai), dan komponen emosi (menimbulkan respon-respon

yang konsisten) (Wawan & Dewi, 2011). Berikut akan disajikan

skema terbentuknya sikap dan reaksi.

StimulusRangsangan

Proses Stimulus ReaksiTingkah laku

(terbuka)

Sikap (tertutup)

Skema 2.1 Proses terbentuknya sikap dan reaksi

Page 6: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

1

1) Tingkatan sikap menurut Fitriani, 2011 :

a) Menerima (receiving) : seseorang mau dan memperhatikan

rangsangan yang diberikan.

b) Merespons (responding) : memberi jawaban apabila ditanya,

menyelesaikan tugas yang diberikan sebagai tanda seseorang

menerima ide tersebut.

c) Menghargai (valuing) : tingkatan selanjutnya dari sikap adalah

menghargai. Menghargai berarti seseorang dapat menerima ide

dari orang lain yang mungkin saja berbeda dengan idenya

sendiri, kemudian dari dua ide yang berbeda tersebut

didiskusikan bersama antara kedua orang yang mengajukan ide

tersebut.

d) Bertanggung jawab (responsible) : mampu

mempertanggungjawabkan sesuatu yang telah dipilih

merupakan tingkatan sikap yang tertinggi.

2) Fungsi sikap menurut Wawan & Dewi, 2011 :

a) Fungsi instrumental atau fungsi manfaat atau fungsi

penyesuaian

Disebut fungsi manfaat karena sikap dapat membantu

mengetahui sejauh mana manfaat objek sikap dalam

pencapaian tujuan. Dengan sikap yang diambil oleh seseorang,

orang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap

lingkungan sekitar, disini sikap berfungsi untuk penyesuaian.

b) Fungsi pertahanan ego

Sikap tertentu diambil seseorang ketika keadaan dirinya atau

egonya merasa terancam. Seseorang mengambil sikap tertentu

untuk mempertahankan egonya.

c) Fungsi ekspresi nilai

Pengambilan sikap tertentu terhadap nilai tertentu akan

menunjukkan sistem nilai yang ada pada diri individu yang

bersangkutan.

Page 7: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

1

d) Fungsi pengetahuan

Jika seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek,

itu berarti menunjukkan orang tersebut mempunyai

pengetahuan terhadap objek sikap yang bersangkutan.

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Wawan & Dewi

(2011) adalah :

a) Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat agar

dapat dijadikan sebagai dasar pembentukan sikap yang baik.

Sikap akan lebih mudah terbentuk jika pengalaman pribadi

yang terjadi melibatkan faktor emosional.

b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Individu cenderung mempunyai sikap yang searah dengan

orang yang dianggapnya penting karena dimotivasi oleh

keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang

dianggapnya penting tersebut.

c) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan memberi corak pengalaman individu-individu

masyarakat asuhannya sehingga kebudayaan yang dianut

menjadi salah satu faktor penentu pembentukan sikap

seseorang.

d) Media massa

Media massa yang harusnya disampaikan secara objektif

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulis sehingga

berpengaruh juga terhadap sikap konsumennya.

e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga

agama sangat menentukan system kepercayaan sehingga

konsep ini akan ikut mempengaruhi pembentukan sikap.

Page 8: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

1

f) Faktor emosional

Sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi sebagai

bentuk pertahanan egonya.

4) Cara pengukuran sikap

a) Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals)

Teknik ini disusun oleh Thurstone yang didasarkan

pada asumsi nilai skala yang berasal dari rating para penilai

tidak dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap isu. Metode ini

menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari

yang sangat unfavorable sampai yang sangat favorable

terhadap suatu objek sikap. Caranya yaitu dengan memberikan

orang tersebut beberapa item sikap yang telah ditentukan

derajat favorabilitasnya. Pembuat skala perlu membuat sampel

pernyataan sikap sekitar 100 buah atau lebih, kemudian

pernyataan-pernyataan tersebut diberikan kepada beberapa

orang penilai untuk menentukan derajat favorabilitasnya.

Rentang favorabilitas dari 1 sampai 11. Median dari penilaian

antar penilai terhadap item ini dijadikan sebagai nilai skala

masing-masing item. Pembuat skala menyusun item dari skala

terendah sampai tertinggi, kemudian memilih item untuk

kuesioner skala sikap yang sesungguhnya dan selanjutnya

diberikan kepada responden untuk menunjukkan seberapa

besar kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing-masing

item (Wawan & Dewi, 2011).

b) Skala Likert (Method of Summateds Ratings)

Item dalam skala Likert dibagi menjadi kelompok

favorable dan unfavorable. Untuk item favorable, jawaban

sangat setuju nilainya 5, sedangkan jawaban sangat tidak setuju

nilainya 1. Item unfavorabel, nilai untuk jawaban sangat setuju

adalah 1, sedangkan jawaban untuk sangat tidak setuju diberi

Page 9: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

1

nilai 5. Skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan

skala interval sama (Riyanto, 2011).

c) Skala Guttman

Pengukuran dengan menggunakan skala Guttman hanya

akan ada dua jawaban, yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”,

“pernah-tidak pernah”, “setuju-tidak setuju”, dan lain-lain.

Skala Guttman digunakan apabila ingin mendapatkan jawaban

yang tegas tentang permasalahan yang dipertanyakan.

Penilaian pada skala Guttman untuk jawaban setuju diberi skor

1 dan jika tidak setuju diberi skor 0 (Sugiyono, 2009).

Sikap dikatakan positif (mendukung) bila hasil mean

lebih besar daripada rata-rata, sedangkan dikatakan negatif

(tidak mendukung) bila hasil mean lebih rendah daripada rata-

rata.

c. Praktik (Practice)

Praktik merupakan tindakan nyata dari adanya suatu respon

(Notoatmodjo, 2012). Sikap dapat terwujud dalam tindakan nyata

apabila tersedia fasilitas atau sarana dan prasarana. Tanpa adanya

fasilitas, suatu sikap tidak dapat terwujud dalam tindakan nyata

(Notoatmodjo, 2005).

1) Tingkatan dalam praktik :

a) Respons terpimpin (guided responses)

Merupakan suatu tindakan yang dilakukan sesuai dengan

urutan yang benar. Seseorang mampu melakukan suatu

tindakan dengan sistematis, dari awal hingga akhir.

b) Mekanisme (mechanism)

Seseorang yang dapat melakukan tindakan secara benar

urutannya, makan akan menjadi kebiasaan baginya untuk

melakukan tindakan yang sama.

Page 10: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

1

c) Adopsi (adoption)

Suatu tindakan yang sudah berkembang atau termodifikasi

dengan baik disebut adopsi.

2) Cara menilai praktik

Cara menilai praktik dapat dilakukan melalui check list dan

kuesioner. Check list berisi daftar variabel yang akan dikumpulkan

datanya. Peneliti dapat memberikan tanda ya atau tidak sesuai

dengan tindakan yang dilakukan sesuai dengan prosedur. Selain

menggunakan check list, penilaian praktik juga dapat dilakukan

dengan kuesioner. Kuesioner berisi beberapa pertanyaan mengenai

praktik yang terkait dan responden diberikan pilihan “ya” atau

“tidak” untuk menjawabnya (Arikunto, 2010).

3) Kategori penilaian praktik menurut Arikunto (2006) dalam Wawan

& Dewi (2011) :

a) Baik : presentase 76%-100%

b) Cukup : presentase 56%-75%

c) Kurang : presentase <56%

B. Perawatan Kuku

1. Struktur Kuku

Kuku adalah sel epidermis kulit-kulit yang telah berubah tertanam

dalam palung kuku menurut garis lekukan pada kulit. Palung kuku

merupakan bagian yang mendapat persarafan dan pembuluh darah paling

banyak. Bagian proksimal terletak dalam lipatan kulit merupakan awal

kuku tumbuh, badan kuku, bagian yang tidak ditutupi kulit dengan kuat

terikat dalam palung kulit dan bagian atas merupakan bagian yang bebas.

Kuku terdiri dari 3 bagian, yaitu ujung kuku atas ujung batas, badan kuku

yang merupakan bagian yang besar, dan akar kuku (radik) (Syaifuddin,

2007).

Page 11: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

1

Kuku terdiri dari beberapa bagian yaitu :

a. Matrik kuku : pembentuk jaringan kuku yang baru.

b. Dinding kuku : merupakan lipatan kulit yang menutupi bagian pinggir

dan atas.

c. Dasar kuku : bagian kulit yang ditutupi kuku.

d. Alur kuku : celah di antara dinding dan dasar kuku.

e. Akar kuku : merupakan bagian proksimal kuku.

f. Lempeng kuku : bagian tengah kuku yang dikelilingi oleh dinding

kuku.

g. Lunula : bagian lempeng kuku yang berwarna putih di dekat akar kuku

dan berbentuk bulan sabit.

h. Eponikium : dinding kuku bagian proksimal dan kulit arinya menutupi

bagian permukaan lempeng kuku.

i. Hiponikium : merupakan dasar kuku, kulit ari di bawah kuku yang

bebas.

(Isro’in & Andarmoyo, 2012)

2. Fungsi Kuku

a. Membantu jari-jari untuk memegang

b. Melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf

c. Memberi sensitifitas daya sentuh

(Wikipedia, 2013)

3. Permasalahan pada kuku

a. Kuku yang tumbuh ke dalam : kuku yang masuk ke dalam bisa

diakibatkan karena pemotongan kuku yang tidak tepat sehingga masuk

ke dalam jaringan yang halus di sekitar kuku.

b. Kuku tanduk ram : kuku tanduk ram adalah kuku yang meliuk panjang.

(Perry & Potter, 2005)

4. Definisi perawatan kuku

Perawatan kuku merupakan sebuah cara untuk merawat kuku dengan baik

dengan cara memotong setiap kuku yang panjang dan kotor agar terlihat

lebih rapi (Perry & Potter, 2005).

Page 12: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

2

5. Tujuan perawatan kuku

a. Menimbulkan rasa nyaman dan bersih.

b. Terhindar dari kecacingan karena kuku tangan dan kaki yang kotor

menjadi media tertularnya cacing ascaris lumbricoides.

c. Dengan adanya perawatan kuku, klien akan dapat memahami dan

melakukan metode perawatan kuku dengan benar.

(Perry & Potter, 2005)

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik hygiene kuku

Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik hygiene seseorang menurut

Perry & Potter (2005) :

a. Citra tubuh

Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Orang

yang tidak terlalu memperhatikan hygiennya perlu diberikan suatu

penyuluhan untuk dapat meningkatkan hygiene.

b. Praktik sosial

Kelompok-kelompok sosial dapat mempengaruhi praktik hygiene

seseorang. Lingkungan dalam rumah juga dapat mempengaruhi

praktik hygiene, seperti jumlah orang di rumah dan kebiasaan orang-

orang di rumah.

c. Status sosio-ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang dapat mempengaruhi jenis dan

tingkat praktik hygiene yang digunakan. Kebiasaan sosial seseorang

dalam penyediaan produk-produk kebersihan yang menunjang

kebersihan mereka sehari-hari disesuaikan dengan status sosial

ekonomi masing-masing.

d. Pengetahuan

Praktik hygiene seseorang juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan

yang dimiliki. Informasi tentang hygiene sangat membantu seseorang

dalam meningkatkan hygiennya.

Page 13: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

2

e. Variabel kebudayaan

Kebudayaan yang dianut merupakan salah satu faktor yang juga

mempengaruhi pola personal hygiene. Kebudayaan yang dianut

masing-masing orang berbeda-beda sehingga penerapan praktik

hygiene mereka juga berbeda-beda.

f. Pilihan pribadi

Pilihan tiap-tiap orang untuk praktik hygiennya berbeda-beda.

Penampilan mereka sehari-hari juga menjadi berbeda karena pilihan

waktu yang berbedaa juga untuk mandi, merawat kuku, atau praktik

personal hygiene yang lain.

g. Kondisi fisik

Kondisi fisik sangat penting ketika seseorang melakukan perawatan

dirinya secara mandiri. Kondisi fisik seseorang yang lemah dapat

menurunkan tingkat hygiennya secara mandiri.

7. Dampak dari kuku kotor

a. Kecacingan

Penyakit kecacingan merupakan penyakit yang sering terjadi pada

anak-anak. Penyebabnya antara lain cacing kremi (Oxyuriasis

vermicularis) dan cacing gelang (Ascaris lumbricoides). Salah satu

penyebab terjadinya infeksi kecacingan adalah kuku yang tidak terawat

dan kotor (Siswanto, 2010).

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2012 mendapatkan hasil

bahwa kebersihan kuku mempunyai hubungan yang erat dengan

kejadian kecacingan pada siswa SD. Siswa yang kukunya panjang dan

kotor beresiko lebih besar untuk terkena kecacingan (Fitri, dkk, 2012).

Penelitian lain menunjukkan bahwa 10,7% dari 56 siswa terinfeksi

kecacingan dengan hasil 7,1% siswa mempunyai higiene yang kurang

baik (Texanto & Hendratno, 2008). Penelitian lain didapatkan hasil

bahwa cacingan dapat disebabkan dari 56,90% kebersihan kuku

(Andaruni, dkk, 2012).

Page 14: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

2

b. Diare

Diare adalah penyakit pencernaan yang ditandai dengan buang air

besar cairan atau mencret dan pada anak frekuensinya 3 kali lebih

dalam sehari. Alur penularan diare melalui 6F, yaitu faeces (kotoran

manusia), fluids (cairan), fields (tanah), flies (serangga/lalat), fingers

(jari), dan foods (makanan). Salah satu faktor dari alur penularan diare

adalah jari. Jari dengan kuku yang panjang akan menjadi tempat

bersarangnya kuman.

Apabila kuku kotor ditambah dengan kebiasaan tidak mencuci

tangan ketika akan makan, maka potensi untuk terjadinya diare lebih

besar (Siswanto, 2010).

8. Langkah-langkah perawatan kuku

Langkah-langkah perawatan kuku menurut Perry & Potter (2005) :

a. Mempersiapkan peralatan

Sebelum memulai perawatan kuku, siapkan dulu alat yang akan

digunakan. Alat yang akan digunakan adalah baskom yang berisi air

hangat atau air kran, gunting kuku, dan kikir kuku.

b. Merendam kuku dalam air hangat atau air kran

Perawatan pada kuku dapat dilakukan dengan memotong kuku jari

tangan dan kaki dengan rapi, sebelumnya kuku direndam dulu dalam

air hangat atau air kran untuk melunakkan kuku sehingga kuku lebih

mudah untuk dipotong. Gunakan gunting kuku untuk memotong kuku

pada jari tangan dan jari kaki.

Gambar 2.1 gunting kuku

c. Pemotongan kuku tangan disesuaikan bentuk jari

Pemotongan kuku jari tangan, pemotongan disesuaikan dengan bentuk

jari pada tangan.

Page 15: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

2

Gambar 2.2 cara memotong kuku pada jari tangan

d. Pemotongan kuku kaki dipotong lurus/ datar

Pemotongan kuku pada jari kaki dipotong lurus.

Gambar 2.3 cara memotong kuku pada jari kaki

e. Mengikir kuku

Setelah dipotong, usahakan untuk mengikir bagian pinggir kuku agar

kuku terlihat lebih rapi dan halus sehingga tidak merobek bagian

pinggir kuku dan pembentukan ujung kuku yang tajam yang

mengiritasi pinggir kuku. Pengikiran kuku juga mencegah kuku terlalu

dekat dengan dasar kuku. Dalam memotong kuku diperlukan juga

kehati-hatian supaya tidak terluka dan menimbulkan infeksi.

Gambar 2.4 cara mengikir kuku

Page 16: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

2

C. Penyuluhan Kesehatan

1. Pengertian

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan dengan cara

menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan pada masyarakat sehingga

masyarakat sadar, tahu, mengerti, dan bisa melakukan sutau imbauan yang

berhubugan dengan kesehatan (Azwar, 1983 dalam Ali, 2010).

Penyuluhan kesehatan masyarakat adalah suatu proses perubahan

perilaku pada manusia menjadi lebih baik sehingga mampu dan

bertanggung jawab untuk mengatasi permasalahan kesehatannya sendiri

maupun masyarakat sekitar (Direktorat Penyuluhan Kesehatan

Masyarakat, 1976 dikutip oleh Fitriani, 2011).

2. Ruang lingkup

Ruang lingkup penyuluhan kesehatan menurut Mubarak, dkk (2007)

dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu :

a. Dimensi sasaran

1) Penyuluhan kesehatan individual dengan sasaran individu.

2) Penyuluhan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok

masyarakat tertentu.

3) Penyuluhan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.

b. Dimensi tempat pelaksanaan

1) Penyuluhan kesehatan di Rumah Sakit dengan sasaran pasien dan

keluarga.

2) Penyuluhan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar.

3) Penyuluhan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan

sasaran masyarakat atau pekerja.

c. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan

1) Penyuluhan kesehatan promosi kesehatan (Health Promotion),

misal peningkatan status gizi, perbaikan pola hidup, dan lain-lain.

2) Penyuluhan kesehatan untuk perlindungan khusus (Spesific

Protection), upaya-upaya khusus yang dilakukan untuk

Page 17: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

2

mendapatkan perlindungan spesifik, misalnya pemberian imunisasi

pada anak-anak.

3) Penyuluhan kesehatan untuk diagnosa dini dan pengobatan segera

(Early Diagnosis and Prompt Treatment), misalnya pemberian

penyuluhan terhadap penyakit TB paru untuk mengetahui gejala

dini serta pengobatan awal pada penderita.

4) Penyuluhan kesehatan untuk pembatasan cacat (Disability

Limitation), misal dengan pengobatan yang layak untuk mencegah

terjadinya kecacatan pada penderita kusta.

5) Penyuluhan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation), misal

pemulihan kondisi cacat melalui latihan-latihan tertentu.

3. Tujuan Penyuluhan kesehatan

Tujuan penyuluhan kesehatan menurut Ali (2010) :

a. Tujuan umum

Tujuan dari pemberian penyuluhan kesehatan kepada masyarakat yaitu

untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan

kemampuan masyarakat agar menciptakan hidup sehat dan masyarakat

juga berperan aktif dalam upaya kesehatan.

b. Tujuan khusus

1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di mata

masyarakat.

2) Membantu individu baik secara individu atau kelompok untuk

mengadakan kegiatan positif yang dapat meningkatkan kesehatan.

3) Mendorong pengembangan dan pemanfaatan fasilitas pelayanan

kesehatan dengan optimal.

4) Tercipta suasana kondusif dimana individu, keluarga, kelompok,

dan masyarakat untuk mengubah sikap dan tingkah lakunya dalam

meningkatkan kesehatan.

Page 18: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

2

4. Prinsip-prinsip penyuluhan kesehatan (Ali, 2010)

a. Penyuluhan kesehatan tidak hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan

kumpulan pengalaman yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan

sasaran penyuluhan.

b. Pemberian penyuluhan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan

kepada orang lain karena nantinya sasaran pendidikan itu sendiri yang

mampu mengubah perilaku kesehatannya sendiri.

c. Pendidik harus membuat strategi agar individu, keluarga, kelompok,

maupun masyarakat dapat mengubah perilaku kesehatannya sendiri

tanpa adanya tekanan dari pihak lain.

d. Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berperan

sebagai sasaran penyuluhan dapat mengubah perilaku kesehatannya

sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, maka pemberian

penyuluhan kesehatan dapat dikatakan berhasil.

5. Peran perawat dalam penyuluhan kesehatan (Ali, 2010)

a. Sebagai pelaksana pelayanan keperawatan

1) Melakukan kerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya

dalam perencanaan program penyuluhan kesehatan masyarakat.

2) Memberi penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat sesuai dengan rencana.

3) Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan yang lain untuk

mengevaluasi hasil dari pelaksanaan penyuluhan kesehatan.

b. Sebagai pengelola

1) Membimbing tenaga keperawatan yang lain dan kader kesehatan

mengenai perencanaan, pelaksanaan, serta penilaian upaya

penyuluhan kesehatan.

2) Membantu dalam administrasi klien.

3) Mempunyai tanggung jawab untuk pemeliharaan alat-alat rumah

tangga tangga, perawatan, dan medik.

4) Memelihara hubungan kerja sama yang baik dengan petugas

kesehatan lain.

Page 19: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

2

5) Memberi masukan-masukan dalam pelaksanaan evaluasi kinerja

petugas dalam bidangnya.

6) Memotivasi petugas kesehatan untuk meningkatkan kinerjanya.

c. Sebagai pendidik

1) Memberikan pendidikan, bimbingan dan pelatihan kepada tenaga

keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya sehinggan pengetahuan

dan keterampilan mereka bertambah.

2) Memberi pendidikan, bimbingan dan pelatihan kepada kader-

kader kesehatan, kader posyandu, dan lain-lain.

3) Memberi pendidikan, bimbingan dan pelatihan kepada klien dan

keluarga.

d. Sebagai peneliti

1) Menyusun rencana penelitian kesehatan tertentu dalam hal

penyuluhan kesehatan.

2) Melaksanakan kegiatan penelitian sesuai dengan rencana yang

telah disusun sebelumnya.

3) Mengevaluasi hasil penelitian yang telah dilakukan dan menyusun

rencana tindak lanjut.

6. Tahapan kegiatan penyuluhan kesehatan

Tahapan penyuluhan kesehatan menurut Susilo (2011) :

a. Tahap sensitisasi

Tahapan sensitisasi digunakan untuk memberikan informasi mengenai

masalah kesehatan kepada masyarakat, tetapi tidak memberikan

penjelasan tentang pengetahuan dan belum ditujukan untuk mengubah

perilaku kesehatan masyarakat.

b. Tahap publisitas

Merupakan tahap lanjutan dari sensitisasi. Kegiatannya berupa

penjelasan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan yang bersumber

dari Departemen Kesehatan.

Page 20: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

2

c. Tahap edukasi

Tahap edukasi merupakan tahapan dimana masyarakat diberikan

pengetahuan tentang kesehatan dengan tujuan meningkatkan

pengetahuan mereka serta mengubah perilaku kesehatan mereka untuk

menjadi lebih baik.

d. Tahap motivasi

Setelah dilakukan tahap edukasi, penyuluhan kesehatan dilanjutkan

dengan tahap motivasi. Pada tahapan ini, setelah diberikan edukasi,

masyarakat benar-benar diberikan dorongan positif untuk dapat

mengubah perilakunya sesuai dengan yang dianjurkan kesehatan.

Penelitian yang lain juga menunjukkan bahwa pemberian penyuluhan

efektif untuk meningkatkan keterampilan. Penelitian ini dilaksanakan

selama 10 hari dimana tahap yang pertama adalah pre test, kemudian

pemberian penyuluhan, dan 3 hari setelah pemberian penyuluhan

dilakukan post test (Sulastyawati, 2007).

7. Metode penyuluhan kesehatan

Metode penyuluhan menurut Notoatmodjo (2012) dibagi menjadi dua :

a. Metode penyuluhan individual (perorangan)

1) Bimbingan dan penyuluhan : ada kontak yang intensif antara klien

dengan petugas dimana klien dapat menceritakan permasalahannya

untuk kemudian dibantu penyelesaiannya. Klien kemudian dengan

penuh pengertian akan mengubah perilaku tersebut.

2) Wawancara : merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan

dimana pada metode ini petugas dapat menggali informasi yang

sedalam-dalamnya mengenai masalah yang sedang dialami klien.

b. Metode penyuluhan kelompok

1) Kelompok besar

a) Ceramah : merupakan metode yang cocok untuk sasaran yang

mempunyai pendidikan tinggi maupun rendah. Metode

ceramah yang digunakan cenderung interaktif, yaitu

Page 21: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

2

melibatkan partisipasi aktif dari peserta. Media pendukung

yang digunakan dapat berupa handsout (fotokopian materi),

bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, dan lain-lain.

b) Seminar : metode ini cocok untuk sasaran kelompok besar

yang berpendidikan menengah ke atas. Seminar merupakan

suatu presentasi yang dilakukan oleh satu atau beberapa ahli

tentang suatu topik yang sedang dianggap hangat di

masyarakat.

2) Kelompok kecil

a) Diskusi kelompok : metode ini dilakukan dengan cara

pimpinan disukusi memberikan pengarahan dan mengatur

jalannya diskusi sehingga diskusi berjalan dengan baik dan

tidak ada dominasi dari salah satu peserta. Masing-masing

kelompok mempunyai kebebasan untuk mengeluarkan

pendapat.

b) Curah pendapat (brain storming) : curah pendapat adalah suatu

modifikasi diskusi kelompok yang dilakukan dengan cara

memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan

tanggapan dan tanggapan tersebut ditampung dan ditulis di

papan tulis. Setelah semuanya mengeluarkan pendapat, baru

terjadilah sebuah diskusi. Tujuan dari curah pendapat adalah

untuk membuat kumpulan pendapat, informasi, serta

pengalaman yang sama maupun berbeda, kemudian hasil

tersebut dijadikan sebagai pembelajaran bersama.

c) Bola salju (snow balling) : setiap orang dibagi menjadi

pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan diberikan satu

pertanyaan, kemudian tiap 2 pasang bergabung menjadi satu,

selanjutnya mereka bergabung lagi dengan pasangan lain,

begitu seterusnya hingga akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.

d) Kelompok kecil-kecil (buzz group) : kelompok langsung dibagi

menjadi kelompok-kelompok kecil dan diberikan

Page 22: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

3

permasalahan. Hasil diskusi dari masing-masing kelompok

kemudian akan dicari kesimpulannya.

e) Memainkan peranan (role play) : bermain peran merupakan

metode yang digunakan dengan cara memainkan peran-peran

tertentu. Masing-masing anggota kelompok mempunyai satu

peranan dan memainkannya sesuai kejadian sehari-hari.

8. Media penyuluhan kesehatan

Media penyuluhan dibagi menjadi tiga jenis (Fitriani, 2011) :

a. Media cetak

1) Booklet : suatu media untuk menyampaikan pesan kesehatan dalam

bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

2) Leaflet : media penyampaian informasi kesehatan melalui

lembaran yang dilipat. Leaflet bisa dalam bentuk kalimat dan

gambar.

3) Selebaran : media pesan seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk

lipatan.

4) Flip chart (lembar balik) : suatu media penyampain pesan

kesehatan dalam bentuk lembar balik. Tiap halaman berisi gambar

peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan kesehatan.

5) Poster : merupakan bentuk media cetak yang berisi informasi

kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok atau tempat

umum.

b. Media elektronik

1) Televisi : penyampaian informasi kesehatan melalui televisi dapat

dalam bentuk forum diskusi atau Tanya jawab masalah kesehatan,

pidato, kuis, dan lain-lain.

2) Radio : penyampaian informasi kesehatan melalui radio dapat

berbentuk tanya jawab, radio spot, dan lain-lain.

3) Video : penyampaian dalam bentuk video dapat berupa slide

maupun film strip.

Page 23: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

3

c. Media papan (billboard)

Billboard yang dipasang di tempat umum juga dapat digunakan untuk

menyampaikan informasi-informasi kesehatan.

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyuluhan kesehatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyuluhan kesehatan

menurut Fitriani (2011) yaitu:

a. Faktor penyuluh

1) Kurangnya persiapan dari penyuluh

2) Penyuluh kurang menguasai materi yang akan dipaparkan

3) Penampilan dari penyuluh kurang meyakinkan peserta penyuluhan

4) Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran

karena terlalu banyak menggunakan istilah asing

5) Intonasi kurang jelas

6) Cara penyampaian materi monoton, sehingga peserta penyuluhan

merasa jenuh

b. Faktor sasaran

1) Tingkat pendidikan terlalu rendah

2) Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah

3) Kepercayaan dan adat istiadat yang dianut

4) Kondisi lingkungan setempat

c. Faktor proses dalam penyuluhan

1) Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan

peserta

2) Tempat penyuluhan tidak disesuaikan dengan kondisi dan jumlah

peserta

3) Jumlah peserta terlalu banyak atau terlalu sedikit

4) Alat peraga dalam memberikan penyuluhan kurang

5) Metode yang digunakan kurang sesuai

Page 24: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

3

D. Kerangka Teori

Mengacu kepada tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, kerangka teori

dalam penelitian ini digambarkan pada skema berikut :

FaktorPredisposisi

Perilaku

- Pengetahuan- Sikap- Praktik- Kepercayaan- Keyakinan- Nilai

Pengetahuan Sikap Praktik FaktorPendukung

FaktorInternal

- Pendidi-kan

- Umur

FaktorEksternal

- Lingku- ngan

- Sosialbudaya

- Pengalaman pribadi

- Pengaruh orang lain yang dianggap penting

- Pengaruh kebudayaan

- Media massa

- Lembaga pendidikan agama

- Faktor emosional

Ketersediaan sarana prasarana

- Lingkungan fisik

- Ketersediaan sarana dan prasarana/fasilitaskesehatan

Faktor Penguat

- Sikap dan perilaku petugas kesehatan

- Sikap dan perilaku tokoh masyarakat

Perilaku PerawatanKesehatan Kuku

Skema : 2.2 kerangka teori

Modifikasi dari Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) dan Wawan& Dewi (2011)

Page 25: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

E. Kerangka

Konsep Variabel

Terikat (Sebelum

Intervensi)

Variabel Bebas

(Intervensi)

Variabel Terikat

(Sesudah Intervensi)

Pengetahuan Pengetahuanperawatan kuku perawatan kuku

Sikap tentang perawatan kuku

PenyuluhanKesehatan

Sikap tentangperawatan kuku

Variabel Perancu :- Pengalaman pribadi Praktik perawatan- Pengaruh orang lain kuku

3

Praktik perawatan kuku yang dianggap

penting- Media massa- Faktor emosional

Skema : 2.3 kerangka konsep

F. Variabel Penelitian

Variabel suatu hal dalam bentuk apa saja yang telah ditetapkan peneliti

untuk dipelajari sehingga peneliti dapat memperoleh informasi yang kemudian

akan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2009). Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel independen (bebas), variabel

dependen (terikat), dan variabel perancu.

Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah penyuluhan

kesehatan. Variabel dependennya (terikat) ada tiga yaitu pengetahuan dalam

perawatan kuku, sikap serta praktik perawatan kuku yang dilakukan oleh

responden setelah diberikan penyuluhan kesehatan. Variabel perancu dalam

penelitian ini mencakup pengalaman pribadi responden, pengaruh dari orang

Page 26: Jtptunimus Gdl Nurfitriar 7242 3 Babii

3

lain yang dianggap penting, pengaruh paparan media massa, serta faktor

emosional dari responden.

Pengalaman pribadi responden, pengaruh dari orang lain yang dianggap

penting, dan pengaruh paparan media massa merupakan variabel perancu yang

tidak dapat dikendalikan, sedangkan untuk faktor emosional masih dapat

dikendalikan.

G. Hipotesis

1. Ada perbedaan pengetahuan tentang perawatan kuku sebelum dan sesudah

dilakukan penyuluhan kesehatan.

2. Ada perbedaan sikap tentang perawatan kuku sebelum dan sesudah

dilakukan penyuluhan kesehatan.

3. Ada perbedaan praktik perawatan kuku sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan kesehatan.

4. Ada perbedaan pengetahuan tentang perawatan kuku antara kelompok

kontrol dengan kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan kesehatan.

5. Ada perbedaan sikap tentang perawatan kuku antara kelompok kontrol

dengan kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan

kesehatan.

6. Ada perbedaan praktik perawatan kuku antara kelompok kontrol dengan

kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan

kesehatan.