Upload
alvi-nur-nugraheny
View
223
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jt
Citation preview
Perubahan birokrasi Jepang pasca Perang Dunia II dapat ditilik dari perubahan besar
konstitusi Jepang yang dilakukan pada tahun 1947. Pada konstitusi tersebut Kaisar tidak
lagi menjadi kepala negara dan kepala pemerintahan di Jepang melainkan kemudian
hanya menjadi symbol of the nation. Urusan politik pemerintahan khususnya birokrasi
kemudian diserahkan kepada Perdana Menteri yang dipilih secara demokratis. Dengan
kata lain perubahan besar birokrasi masa itu adalah berkurangnya peran kekaisaran dalam
sistem birokrasi tersebut.
Salah satu perubahan yang dapat diamati dalam sistem birokrasi di Jepang pasca
Perang Dunia II adalah proses rekruitmen birokrat khususnya sistem pemilihan staff
administrasi pemerintah yang semula bersifat sangat sentralistik. Seleksi dilakukan oleh
orang-orang khusus kerajaan (preferential treatment) yang sebagian besar berasal dari
sarjana sekolah kerajaan (Tokyo Imperial University). Dominasi tersebut meluruh pasca
perang dengan diadakannya seleksi terbuka oleh pemerintah Jepang. Dengan demikian
birokrasi dalam penerimaan staff administrasi di Jepang menjadi kurang sentralistik
walaupun kecenderungan preferential treatment masih dapat ditemukan. Latar belakang
universitas masih menjadi faktor yang sangat penting dalam sistem birokrasi di Jepang.
Referensi :
Hayes, L. D., Introduction to Japanese Politics, Marlowe & Company, New York,
1995.
Pempel, T. J., ‘Bureaucracy in Japan,’ Political Science and Politics, vol.25, no.1,
1992.