23
Psoriasis pada Seorang Laki-laki Berumur 40tahun Jonathan Albert Soempiet NIM : 102013446 (B5) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna utara No. 6 Jakarta Barat 11510. Tlp. 5666952 [email protected] Pendahuluan Penyakit kulit adalah penyakit yang paling sering ditemukan di dalam kasus-kasus pada orang-orang dari usia muda hingga tua. Tidak hanya itu penyakit kulit juga bisa mempengaruhi kondisi fisik dari orang yang terkena penyakit tersebut. Kulit adalah bagian yang paling sensitif dari tubuh kita. Maka itu sangat rentan sekali untuk terkena sebuah luka ataupun reaksi alergi yang lain, tergantung dari tingkat kesensitifan dari individu tersebut. Pada makalah ini saya akan membahas tentang psoriasis. Psoriasis adalah suatu penyakit yang penyebabnya adalah autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema atau kemerahan yang antara batas-batasnya tegas dengan tanda skuama yang kasar, berlapis-lapis dan terlihat transparan. 1 Di dalam makalah ini akan banyak dibahas tentang bagamana cara individu bisa terkena psoriasis dan gejala klinisnya beserta pengobatannya. Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446) 1

Jonathan Albert Soempiet BLOK 15

Embed Size (px)

DESCRIPTION

blok 15

Citation preview

Psoriasis pada Seorang Laki-laki Berumur 40tahun

Jonathan Albert Soempiet

NIM : 102013446 (B5)

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna utara No. 6 Jakarta Barat 11510. Tlp. 5666952

[email protected]

Pendahuluan

Penyakit kulit adalah penyakit yang paling sering ditemukan di dalam kasus-kasus pada orang-orang dari usia muda hingga tua. Tidak hanya itu penyakit kulit juga bisa mempengaruhi kondisi fisik dari orang yang terkena penyakit tersebut. Kulit adalah bagian yang paling sensitif dari tubuh kita. Maka itu sangat rentan sekali untuk terkena sebuah luka ataupun reaksi alergi yang lain, tergantung dari tingkat kesensitifan dari individu tersebut. Pada makalah ini saya akan membahas tentang psoriasis. Psoriasis adalah suatu penyakit yang penyebabnya adalah autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema atau kemerahan yang antara batas-batasnya tegas dengan tanda skuama yang kasar, berlapis-lapis dan terlihat transparan.1 Di dalam makalah ini akan banyak dibahas tentang bagamana cara individu bisa terkena psoriasis dan gejala klinisnya beserta pengobatannya.

Skenario 7

Seorang laki-laki usia 40 tahun datang dengan keluhan berupa bercak merah bersisik pada lengan sejak 6 minggu yang lalu. Bercak bersisik disertai rasa gatal. Makin lama bercak makin luas dan sisik bertambah tebal.

Anamnesis

Anamnesis adalah wawancara terhadap pasien. Hal pertama yang perlu ditanyakan kepada pasien adalah mengenai identitas pasien (tanyakan nama lengkap dan cocokkan dengan tabel nama, tanyakan tanggal lahir atau umur, jenis kelamin, nama orang tua atau suami atau istri atau penanggung jawab, pendidikan, pekerjaan, alamat, suku bangsa dan agama) dan pastikan bahwa setiap rekam medis, catatan, hasil tes, dan sebagainya memang milik pasien tersebut. Tahap berikutnya adalah anamnesis keluhan utama. Anamnesis keluhan utama biasanya memberikan informasi terpenting untuk mencapai diagnosis banding, dan memberikan wawasan vital mengenai gambaran keluhan yang menurut pasien paling penting.2

Riwayat penyakit sekarang juga sangat penting untuk ditanyakan kepada pasien. Riwayat penyakit sekarang merupakan cerita yang kronologis yang berkaitan dengan keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat. Anamnesis selanjutnya mengenai riwayat penyakit dahulu, obat dan alergi. Anamnesis bagian ini memberikan kita informasi mengenai semua masalah medis yang pernah timbul sebelumnya dan terapi yang pernah diberikan terhadap pasien, obat apa yang sedang atau sudah dikonsumsi pasien, apakah pasien alergi terhadap sesuatu, dan apakah pasien merokok ataupun mengkonsumsi alkohol. Setelah itu, seorang dokter juga penting untuk menanyakan riwayat pribadi pasien yang mencakup data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan.

Selain riwayat pribadi, riwayat keluarga dan sosial serta riwayat bepergian juga sangat penting untuk ditanyakan kepada pasien. Anamnesis ini membuat kita mendapat informasi mengenai penyakit apa saja yang pernah diderita oleh kerabat pasien, latar belakang pasien serta pengaruh penyakit yang mereka derita terhadap hidup dan keluarga mereka.2

Pada skenario kali ini didapatkan penderita dengan keluhan berupa bercak merah bersisik pada lengan sejak 6 minggu yang lalu. Bercak bersisik disertai rasa gatal. Makin lama bercak makin luas dan sisik bertambah tebal. Pada dasarnya, riwayat dermatologi tidak berbeda dengan riwayat lain.3

a. Informasi dasar yang harus dipastikan adalah durasi gejala dan tempat-tempat yang diserang.

b. Anda perlu mengetahui apakah masalah tak kunjung sembuh, mucul sesekali, atau keparahannya bertambah atau berkurang.

c. Evolusi apapun harus dicatat, misalnya apakah lesi tumbuh atau ruam menyebar? Jika ya seberapa cepat?

d. Tingkat keparahan gatal (pruritus) perlu diketahui.

Beri penanganan khsus kepada penanganan apapun yang pernah dijalani pasien- beberapa penanganan bisa mempengaruhi tampilan klinis (misalnya krim steroid yang dioleskan pada jamur) penanganan yang gagal bisa memberi petunjuk berguna untuk menentukan diagnosis serta memandu penyelidikan seterusnya. Masalah medis atau kulit yang pernah dialami pasien bisa menjadi pedoman untuk memperkirakan diagnosis yang berbeda. Untuk kondisi inflamasi, minta riwaya pribadi atau keluarga terjait atropi. Psoriasis juga sering kali berkaitan dengan riwayat keluarga. Informasi mengenai pekerjaan bisa membantu anda: pekerjaan diluar ruangan memperbesar risiko kanker kuliut. Selidik dampak psikologi dari kondisi kulit. Pasien sering kali enggan mengungkapkan kesulitan mereka akibat masalah kulit jika tidak ditanya langsung. Mereka mungkin merasa malu, merasa rendah diri, mengalami fobia gaul, mengalami disfungsi seksual , sulit tidur akibat gatal-gatal, bahkan mengalami yang sangat jelas dan banyak efek penyakit lainnya. Penderita penyakit kulit dengan morbiditas psikologi tingkat tinggi sebaiknya menjalani interfensi yang lebih agresif. Ada juga harus memahami gagasan dan harapan pasien yang mereka bawa saat konsultasi. Banyak orang percaya akan hal tertentu tentang penyakit kulit, penanganannya dan peluang untuk sembuh. Jika tidak akurat, kepercayaan ini dapat menajdi penghalang besar dari keberhasilan terapi.3

Pemeriksaan Fisik

Kelainan kulit pada psoriasis terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama di atasnya. Bisa ditemukan eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhannya sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pingir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika (mica-like scale), serta transparan. Besar kelainan bervariasi dari milier, lentikular, numular, sampai plakat, dan berkonfluensi, dengan gambaran yang beraneka ragam, dapat arsinar, sirsinar, polisiklis atau geografis. Tempat predileksi pada ekstremitas bagian ekstensor terutama (siku, lutut, lumbosakral), daerah intertigo (lipat paha, perineum, aksila), skalp, perbatasan skalp dengan muka, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan bawah, umbilikus, serta kuku.

Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik). Fenomena tetesan lilin dan Auspitz merupakan gambaran khas pada lesi psoriasis dan merupakan nilai diagnostik, kecuali pada psoriasis inverse (psoriasis pustular) dan digunakan untuk membandingkan psoriasis dengan penyakit kulit yang mempunyai morfologi yang sama, sedangkan Kobner tidak khas, karena didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken planus, liken nitidus, veruka plana juvenilis, pitiriasis rubra pilaris, dan penyakit Darier. Fenomena Kobner didapatkan insiden yang bervariasi antara 38-76 % pada pasien psoriasis.Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang digores disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara menggores dapat menggunakan pingir gelas alas. Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebakan oleh papilomatosis. Cara megerjakannya : skuama yang berlapis-lapis itu dikerok, bisa dengan pinggir gelas alas. Setelah skuamanya habis, maka pengerokan harus dilakukan perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak akan tampak perdarahan yang berbintik-bintik melainkan perdarahan yang merata. Fenomena Kobner dapat terjadi 7-14 hari setelah trauma pada kulit penderita psoriasis, misalnya garukan dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis. Dua puluh lima sampai lima puluh persen penderita psoriasis yang lama juga dapat menyebabkan kelainan pada kuku, dimana perubahan yang dijumpai berupa pitting nail atau nail pit pada lempeng kuku berupa lekukan-lekukan miliar. Perubahan pada kuku terdiri dari onikolosis (terlepasnya seluruh atau sebagian kuku dari matriksnya), hiperkeratosis subungual (bagian distalnya terangkat karena terdapat lapisan tanduk di bawahnya), oil spots subungual, dan koilonikia ( spooning of nail plate). Disamping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula menyebabkan kelainan pada sendi, tetapi jarang terjadi. Antara 10-30 % pasien psoriasis berhubungan dengan atritis disebut Psoriasis Artritis yang menyebabkan radang pada sendi. Umumnya bersifat poliartikular, tempat predileksinya pada sendi interfalangs distal, terbanyak terdapat pada usia 30-50 tahun. Sendi membesar, kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik subkorteks.

Pemeriksaan Penunjang

Biopsi kulit mungkin dapat menegakan diagnosis dengan ditemukn adanya akantosis selain itu biopsi sel ini juga bisa membantu dalam kasus yang lebih sulit. Penemuan histopatologi dari psoriasis gutata sudah dijelaskan. Pemeriksaan laboratorium pada psorisis tidak spesifik tetapi teerdapat beberapa hal yang ditemukan pada psoriasis vulgaris, psoriasis pustular generalisasi dan eritoderma yaitu negative nitrogen balance ditandai dengan penurunan serum albumin. Asam urat juga ditemukan pada 50 persen pasien dan ini berhubungan dengan aktivitas dari penyakit dan ini juga bisa menyebabkan artitis gout. Pertanda dari inflamasi juga meningkat seperti C-reactive protein, alfa2 makroglobulin dan LED.4

Diagnosis Kerja

Psoriasis

Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, dan ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena lilin, Auspitz, dan Kobner. Psoriasis juga disebut psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang berada di stadium biasa, karena ada psoriasis lain, misalnya psoriasis pustulosa.1

Diagnosis Banding

Ptiriasis Rosea

Ptiriasis rosea ialah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil dibadan, lengan dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalam waktu 3-8 minggu. Ptiriasis rosea didapati pada semua umur, terutama antara 15-40 tahun, pada wanita dan pria sama banyaknya.

Etiologi

Etiologinya belum diketahui secara pasti, demikian pula cara infeksi. Ada yang mengemukakan hipotesis bahwa penyebab virus, karena penyakit ini merupakan swarsina(sel limiting disease), umumnya sendiri dalam waktu 3-8 minggu.

Gejala Klinis

Gejala konstitusi pada umumnnya tidak terdapat, sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Ptiriasis berarti skuama halus. Penyakit dimulai dengan lesi pertama(herald patch), umumnya di badan, soliar, berbentuk oval dan anulardan diameternya kira-kira 3 cm. Ruam terdiri atas eritema dan skuama halus dipinggirnya. Lamanya beberapa hari hingga beberapa minggu. Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi gambarah yang khas sama dengan lesi pertama hnaya lebih kecil, susunanya sejajar dengan kosta, hingga sususannya menyerupai pohon cemara terbalik . lesi teresebut timbul serentak atau dalam beberapa hari. Tempat predileksinya pada badan, lengan atas bagian proksimal dan paha atas, sehingga seperi pakaian renang wanita jaman dulu. Kecuali bentuk yang lazim berupa eritroskuamosa, ptiriasis rosea dapat juga berbentuk urtikaria, vesikel dan papul, yang lebih sering terdapat pada anak-anak.

Prognosis

Prognosis baik sehingga penyakit sembuh spontan dalam waktu 3-8 minggu.1

Sifilis (st II)

Etiologi : T. pallidum

Makula dan papula dengan ukuran 0,5-1cm, berbentuk bulat sampai oval berwarna pink dan merah kecoklatan.

Erupsi papuloskuama, pustular, atau berbentuk seperti jerawat. Bentuk dari lesi juga bisa melingkar atau bermacam-macam terutama pada orang dengan kulit hitam.

Umumnya berbentuk seperti hiperkeratosis psoriasisform

Tinea Korporis

Dermatofitosis.

Gejala klinis yang ditunjukan oleh tinea korporis ini berupa lesi dengan ukuran dari kecil atau besar dengan sisik, dan batas tegas vesikel juga dapat terlihat pada batas lesi. Lesinya juga kadang tunggal kadang berkelompok dan seperti plak pada psoriasis

Etiologi

Terdapat beberapa faktor yang berperan sebagai etiologi psoriasis, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Faktor Genetik

Sekitar 1/3 orang yang terkena psoriasis melaporkan riwayat penyakit keluarga yang juga menderita psoriasis. Pada kembar monozigot resiko menderita psoriasis adalah sebesar 70% bila salah seorang menderita psoriasis. Bila orangtua tidak menderita psoriasis maka risiko mendapat psoriasis sebesar 12%, sedangkan bila salah satu orang tua menderita psoriasis maka risiko terkena psoriasis meningkat menjadi 34-39%. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe yaitu:

Psoriasis tipe I dengan awitan dini dan bersifat familial

Psoriasis tipe II dengan awitan lambat dan bersufat nonfamilial

Hal lain yang menyokong adanya factor genetic adalag bahwa psoriasi berkaitan dengan HLA. Psoriasis tipe I berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57 dan Cw6. Psoriasis tipe II berkaitan dengan HLA-B27 dan Cw2, sedangkan psoriasis pustulosa berkaitan dengan HLA-B27.

2. Faktor Imunologik

Defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari ketiga jenis sel yaitu limfosit T, sel penyaji antigen (dermal) atau keratinosit. Keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesis psoriasis matang umumnya penuh dengan sebukakan limfosit T di dermis yang terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis. Sedangkan pada lesi baru pada umumnya lebih didominasis oleh sel linfosit T CD8. Pada lesi psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Sel Langerhans juga berperan dalam imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya proliferasi epidermis dimulai dengan adanya pergerakan antigen baik endogen maupun eksogen oleh sel langerhans. Pada psoriasis pembentukan epidermis (turn over time) lebih cepat, hanya 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari. Psoriasis merupakan penyakit autoimun. Lebih 90% dapat mengalami remisi setelah diobati dengan imunosupresif. Berbaga factor pencetus pada psoriasis yang disebutkan dalam kepustakaan diantaranya adalah stress psikis, infeksi fokal, trauma (Fenomenan Kobner), endokrin, gangguan metabolic, obat, alcohol dan merokok. Stress psikis merupakan factor pencetus utama. Infeksi fokal mempunyai hunungan yang erat dengan salah satu jenis psoriasis yaitu psoriasis gutata, sedangkan hubungannya dengan psoriasis vulgaris tidak jelas. Pernah dilaporkan kesembuhan psoriasis gutata setelah dilakukan tonsilektomi. Umumnya infeksi disebabkan oleh Streptococcus. Faktor endokrin umumnya berpengaruh pada perjalan penyakit. Puncak insidens psoriasis terutama pada masa pubertas dan menopause. Pada waktu kehamilan umumnya membaik sedangkan pada masa postpartum umumnya memburuk. Gangguan metabolisme seperti dialysis dan hipokalsemia dilaporkan menjadi salah satu factor pencetus. Obat yang umumnya dapat menyebabkan residif ialah beta adrenergic blocking agents, litium, anti malaria dan penghentian mendadak steroid sistemik.

Ada beberapa faktor predisposisi yang dapat menimbulkan penyakit ini, yaitu:

1. Faktor herediter bersifat dominan otosomal dengan penetrasi tidak lengkap.

2. Faktor-faktor psikis, seperti stres dan gangguan emosis. Penelitian menyebutkan bahwa 68% penderita psoriasis menyatakan stress, dan kegelisahan menyebabkan penyakitnya lebih berat dan hebat.

3. Infeksi fokal. Infeksi menahun di daerah hidung dan telinga, tuberkulosis paru, dermatomikosis, arthritis dan radang menahun ginjal.

4. Penyakit metabolik, seperti diabetes mellitus yang laten.

5. Gangguan pencernaan, seperti obstipasi.

6. Faktor cuaca. Beberapa kasus menunjukkan tendensi untuk menyembuh pada musim panas, sedangkan pada musim penghujan akan kambuh dan lebih hebat. 5

Epidemiologi

Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, terlebih mengingat bahwa perjalanan menahun dan residif. Insiden pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Dieropa dilaporkan sebanyak 3-7%, diamerika serikat 1-2%, sedangkan dijepang 0,6%. Pada bangsa berkulit hitam misalnya diafrika, jarang dilaporkan demikian pula bangsa indian di amerika. Insiden pada pria agak lebih banyak dari pada wanita, psoriasis terdapat pada semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa.1

Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis.

a. Psoriasis Vulgaris

Bentuk ini adalah yang paling lazim terdapat karena itu disebut vulgaris, dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya umumnya berbentuk plak . tempat predileksinya seperti yang telah diterangkan diatas.

b. Psoriasis Gutata

Diameter kelainan biasnya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan diseminata, umumnya setelah infeksi streptococcus di saluran napas atas bagian atas sehabis influenza atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda. Selain itu juga dapat timbul setelah infeksi yang lain, baik bakterial maupun viral.

c. Psoriasis Inversa(psoriasis fleksural)

Psoriasis tersebut mempunyai tempat ptredileksi pada daerah fleksor sesuai namanya.

d. Psoriasis Seboroik

Gambaran klinis penyakit ini merupakan gabungan antara psoriasis dan dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminya dan agak lunak. Selain berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada tembat seboroik.

e. Psoriasis Pustulosa

Ada 2 pendapat mengenai poriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai penyakit tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat 2 bentuk psoriasis pustulosa, bentuk lokalisata dan generalisata . bentuk lokalisata contohnya psoriasis palmo plantar(barber). Sedangkan bentuk generalisata contohnya psoriasis pustulosa generalisata akut.

Psoriasis pustulosa palmoplantar. Penyakit ini bersifat kronik dan residif mengenai telapak tangan atau telapak kaki atau keduanya. Kelainan kulit berupa pustul kecil steril dan dalam, diatas kulit yang eritematosa, disertai rasa gatal.

Psoriasis pustulosa generalisata akut( von zumbusch). Sebagai faktor provokatof banyak. Misalnya obat yang tersering karena penghentian kortikosteroid sistemik. Obat lain contohnya penisillin dan derivatnya serta antibiotik beta laktam lainnya, hidroklorokuin, morfin,sulfo piridin, sulfonamida, kodein, fenibutason dan salislat. Faktor lain selain obat ialah hipokalasemia, sinar matahari, alkohol, stres emosional serta infeksi olhe bakteri atau virus. Penyakit ini dapat timbul pada penderita yang sedang atau telah menderita psoriasis. Dapat pula muncul pada penderita yang belum menderita psoriasis. Gejala awalnya ialah kulit yang nyeri, hiperalgesia disertai gejala umum berupa demam, malese, nausea, anoreksia. Plak psoriasis yang telah ada makin ertitematosa. Setalah beberapa jam timbul banyak plak edematosa dan eritomatosa pada kulit normal. Dalam beberapa jam timbul banyak pustul milier pada plak-plak tersebut. Dalam sehari pustul-pustul berkonfluensi membentuk lake of pus berukuram beberapa cm. Kelainan itu akan terus menerus dan dapat menjadi eritoderma. Pemeriksaan laboratorium menunjukan leukositosis, kultur pus dari pustul steril.

f. Eritoderma psoriatrik

Eritoderma psoriatik dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu berat atau penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama yang tebal universal. Ada kalanya lesi psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi.1

Penatalaksanaan

Terapi Topikal Lini Pertama

Keratolik

Asam salisilat merupakan salah satu senyawa keratolitik yang paling sering digunakan. Senyawa tersebut menyebabkan kerusakan pada kohesi antar korneosit-korneosit yang berada pada lapisan kulit pasien psoriasis yang keras dan abnormal. Efek keratolitik tersebut meningkatkan penetrasi dan efikasi beberapa zat topikal lain, seperti kortikosteroid. Obat ini tersedia dalam bentuk 2% hingga 10% gel atau losio dan digunakan 2-3 kali perhari. Asam salisilat menghasilkan iritasi lokal. Penggunaan pada area yang luas dan inflamasi dapat menginduksi reaksi salisilism yang ditandai oleh gejala nausea, muntah, tinitus atau hiperventilasi. Keratolitik Agen keratolitik biasanya digunakan untuk menghilangkan pengelupasan, menghaluskan kulit, dan mengurangi hiperkeratosis. Mekanisme kerja asam salisilat, sebagai salah satu keratolitik yang biasa digunakan, ialah mengganggu kohesi antara korneosit-korneosit pada lapisan kulit abnormal dan pasien psoriasis. Secara khusus, asam salisilat bermanfaat pada area dimana terdapat sisik yang tebal.

Kortikosteroid topikal

Kortikosteroid topikal dipakai untuk mengobati radang kulit yang bukan disebabkan oleh infeksi, khususnya penyakit eksim, dermatitis kontak, gigitan serangga, dan eksim skabies bersama-sama dengan obat skabies. Kortikosteroid menekan berbagai komponen reaksi pada saat digunakan saja; kortikosteroid sama sekali tidak menyembuhkan dan bila pengobatan dihentikan, kondisi semula mungkin muncul kembali. Obat-obat ini diindikasikan untuk menghilangkan gejala dan penekanan tanda-tanda penyakit bila cara lain seperti pemberian emolien tidak efektif. Pemakaian kortikosteroid topikal yang kuat pada psoriasis yang luas dapat menimbulkan efek samping sistemik dan lokal. Cukup meresepkan kortikosteroid yang lebih lemah untuk jangka singkat (2-4 minggu) untuk psoriasis fleksural dan wajah (catatan: pada wajah jangan digunakan yang lebih kuat dari hidrokortison 1%). Pada kasus psoriasis kulit kepala boleh menggunakan kortikosteroid yang lebih kuat, seperti betametason atau fluosinonid.

Tazaroten

Tazaroten (Tazorac) ialah retinoid sintetik yang dihidrolisis menjadi metabolit aktif, yakni asam tazarotenat, yang kemudian memodulasi proliferasi dan diferensiasi keratinosit. Tersedia sebagai gel dan krim 0,05% atau 0,1% dan digunakan sekali sehari (biasanya di sore hari) untuk plak psoriasis yang ringan hingga sedang. Gel 0,1% sedikit lebih efektif, tetapi gel 0,05% lebih sedikit menyebabkan iritasi. Efek samping yang terjadi bergantung pada dosis dan frekuensi; meliputi pruritis, rasa terbakar, pedihm dan eritema dengan tingkat keparahan yang ringan hingga sedang. Penggunaan gel pada kulit yang eksim atau lebih dari 20% area permukaan tubuh tidak direkomendasikan sebab dapat memicu absorpsi sistemik secara ekstensif. Tazaroten sering digunakan bersamaan dengan kortikosteroid topikal untuk menurunkan efek samping lokal serta meningkatkan efikasi.

Terapi Sistemik Lini Pertama

Acitretin

Acitretin (Soriatane) merupakan derivat asam retinoat dan metabolit aktif retinoat. Senyawa ini diindikasikan untuk psoriasis yang parah, meliputi tipe eritrodermik dan pustular yang menyebar. Walaupun demikian, senyawa ini akan lebih berguna apabila dipakai sebagai terapi tambahan dalam penanganan psoriasis. Acitretin telah menunjukkan hasil yang baik ketika dikombinasikan dengan terapi lain, seperti PUVA dan UV-B, siklosporin, dan metotreksat. Dosis mula-mula yang direkomendasikan ialah 25 hingga 50mg, kemudian terapi dilanjutkan hingga lesi sembuh/hilang. Acitretin merupakan senyawa teratogen sehingga dikontraindikasikan untuk perempuan yang sedang hamil atau yang merencanakan kehamilan dalam 3 tahun setelah penghentian obat. Efek samping dari obat ini adalah Hipervitaminosis A (bibir kering/seilitis, mulut kering, mata kering/konjungtivitis, kulit kering, pruritis, mengelupas, rambut rontok), hepatotoksik, perubahan skelet, hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia.

Terapi Sistemik Lini Kedua

Siklosporin

Siklosporin menunjukkan aktivitas imunosupresif dengan mengihibisi fase pertama aktivasi sel T. Siklosporin juga menginhibisi pelepasan mediator inflamasi dari sel mast, basofil, dan sel polimorfonuklear Biasanya digunakan dalam penanganan manifestasi kutan dan artritis akibat psoriasis yang parah. Terapi secara terus-menerus selama lebih dari 2 tahun dapat meningkatkan resiko kecacatan yang meliputi kanker kulit dan penyakit limfoproliferatif. Dosis dapat diberikan 2,5-4 mg/kg/hari dalam 2 dosis terbagi; dapat ditingkatkan hingga 5 mg/kg/hari dalam 1 bulan jika tidak ada perubahan. Efek samping nya adalah Nefrotoksisitas, keganasan, hipertensi, hipomagnesemia, hiperkalemia, perubahan pada fungsi liver, peningkatan kadar serum lipid, intoleransi GIT.

Metotreksat

Diindikasikan untuk psoriasis yang sedang hingga parah begitu juga dengan psoriasis arthritis. Merupakan analog sintetik asam folat yang bertindak sebagai inhibitor kompetitif dari enzim dihidrofolat reduktase yang bertanggungjawab dalam konversi dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Tetrahidrofolat merupakan kofaktor penting dalam sintetis nukleotida timidilat dan purin yang dibutuhkan dalam sintetis DNA dan RNA. Metotreksat menghambat replikasi dan fungsi sel T dan B serta menekan sekresi berbagai jenis sitokin. Metotreksat juga menekan pembelahan sel epidermal. Sebaiknya dihindari bagi pasien infeksi aktif sebab adanya aktivitas imunosupresif dari metroteksat. Dosisnya 7,5-15 mg/minggu ditingkatkan sebanyak 2,5 mg secara bertahap tiap 2-4 minggu hingga berespon; dosis maksimal 25 mg/minggu. Kontra indikasi untuk ibu hamil dan menyusui, dan pasien dengan infeksi aktif. Diperlukan pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan fungsi ginjal dan liver. Dilakukan pengawasan terus-menerus, untuk efek samping pada saluran cerna dan mukosa pada anak > 12 tahun dan dewasa diberikan asam folat 5 mg setiap minggu untuk menurunkan efek samping. Toksik terhadap darah, paru, sal. cerna. Penggunaan bersama AINS perlu dimonitor. Efek sampingnya Alopesia, fotosensitivitas, rasa terbakar pada lesi psoriasis, muncul pada efek samping seperti penggunaan metotreksat sebagai antireumatoid artritis.

Fotokemoterapi

Fotokemoterapi umumnya terdiri dari terapi dengan sinar ultraviolet B dan PUVA. Sinar UVB (290-320 nm) terus menjadi salah satu fotokemoterapi yang penting dalam intervensi psoriasis. Panjang gelombang UVB yang paling efektif untuk terapi psoriasis ialah 310-313 nm. Hal tersebut telah dibuktikan dari berbagai studi klinik pada pasien dengan psoriasis tipe plak.

Fototerapi UVB juga memberikan hasil yang lebih efektif ketika ditambahkan dengan terapi sistemik, seperti metotreksat dan retinoid.

UV-A yang dikombinasikan dengan metoksalen oral (PUVA) merupakan pendekatan fotokemoterapi. Kandidat untuk terapi PUVA biasanya mengalami psoriasis yang melumpuhkan dengan tingkat keparahan sedang hingga berat yang tidak memberikan respon terhadap terapi konvensional baik topikal maupun sistemik.

PUVA sistemik terdiri atas obat oral yang berperan sebagai foto sensitizer seperti 8-metoksipsalen (8-methoxypsoralen).

Kesimpulan

Penyakit yang diderita pasien kemungkinan terbesar adalah psoriasis vulgaris dikarenakan lesi sudah terjadi 6 minggu yang lalu dan makin menyebar sehingga meninggalkan diagnosis pitiriasis rosea, sisik yang dihasilkan semakin tebal dan lokasi di lengan sehingga menyingkirkan tinea korpora, sedangkan tidak dijelaskan apakah diawali dengan penyakit kelamin sehingga sifilis sulit dijelaskan.

Daftar Pustaka

1. Wasitaatmadja SM, Djuandi A, Natahusada EC. Ilmu Penyakit kulit Kelamin. Faal Kulit, Dermatosis Eritoskuamosa, Sifilis. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2013.h.7.189-203.384.

2. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga, 2007.h.11-6.

3. Houghton RA, Gray D. Gejala dan tanda dalam kedokteran klinis. Kulit,kuku dan rambut. Jakarta: PT Indeks. 2012.h.362-75.

4. Gudjonsson JE, Elder JT. Fitzpatrick. Dermatology in general medicine. Psoriasis. Newyork: Mc graw hill.2008.h.180.

5. Geng A, McBean J, Zeikus P.S, et al. Psoriasis. Dalam Kelly A.P, Taylor S.C, Editors. Dermatology for skin of color. New York:Mc Graw Hill;2009.h.139-146.

Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446)15