15
PERBEDAAN KECEMASAN ANTARA MAHASISWA YANG MENDAPAT POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN MAHASISWA YANG MENDAPAT POLA ASUH NON DEMOKRATIS ANGKATAN 2010 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA Desy Andriani Asfari 1 , Moetrarsi SKF 2 , Soewadi 3 ABSTRACT Basically the relationship between parents and their children depends on parent’s attitude. In the family with democratic parenting, children develop a good ability of adaptation to manage their stresses, preventing it to become axieties. The objective of this research is to know the diffrerence of anxiety between students with democratic parenting and students with non-democratic parenting in the generation of 2010 Faculty of Medicine Indonesia Islamic University. The method of this research is cross sectional (non experimental). The data is obtained from quetioner in the form of Eysenck Inventory Quetioner and parenting instruments answered by the respondents. There were 93 students become the respondents. Research indicates that 53 (57%) respondents with democratic parenting are having anxiety, and 8 (8,6%) respondents with non- democratic parenting are all having anxiety. Statistical analysis using Chi Square test obtained value of p 0,032 (p < 0,05). This indicates that there are significant differences of anxiety between students with democratic parenting and students with non-democratic parenting parenting in the generation of 2010 Faculty of Medicine Indonesia Islamic University. Key words: anxiety, parenting, democratic ABSTRAK Pada dasarnya hubungan orang tua dengan anak tergantung pada sikap orang tua. Keluarga yang menerapkan cara pola asuh yang demokratis, anak mempunyai kemampuan adaptasi yang baik sehingga stres yang diterima tidak menimbulkan kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan kecemasan antara mahasiswa yang memperoleh pola asuh demokratis dengan mahasiswa yang mendapat pola asuh non demokratis angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Metode penelitian ini adalah cross sectional (non

JKKI DESY

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JKKI DESY

PERBEDAAN KECEMASAN ANTARA MAHASISWA YANG MENDAPAT POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN MAHASISWA YANG MENDAPAT POLA ASUH

NON DEMOKRATIS ANGKATAN 2010 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Desy Andriani Asfari1, Moetrarsi SKF2, Soewadi3

ABSTRACT

Basically the relationship between parents and their children depends on parent’s attitude. In the family with democratic parenting, children develop a good ability of adaptation to manage their stresses, preventing it to become axieties. The objective of this research is to know the diffrerence of anxiety between students with democratic parenting and students with non-democratic parenting in the generation of 2010 Faculty of Medicine Indonesia Islamic University. The method of this research is cross sectional (non experimental). The data is obtained from quetioner in the form of Eysenck Inventory Quetioner and parenting instruments answered by the respondents. There were 93 students become the respondents. Research indicates that 53 (57%) respondents with democratic parenting are having anxiety, and 8 (8,6%) respondents with non-democratic parenting are all having anxiety. Statistical analysis using Chi Square test obtained value of p 0,032 (p < 0,05). This indicates that there are significant differences of anxiety between students with democratic parenting and students with non-democratic parenting parenting in the generation of 2010 Faculty of Medicine Indonesia Islamic University.

Key words: anxiety, parenting, democratic

ABSTRAK

Pada dasarnya hubungan orang tua dengan anak tergantung pada sikap orang tua. Keluarga yang menerapkan cara pola asuh yang demokratis, anak mempunyai kemampuan adaptasi yang baik sehingga stres yang diterima tidak menimbulkan kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan kecemasan antara mahasiswa yang memperoleh pola asuh demokratis dengan mahasiswa yang mendapat pola asuh non demokratis angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Metode penelitian ini adalah cross sectional (non eksperimental). Data diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh responden berupa instrumen Eysenck Inventory Quetioner dan pola asuh. Jumlah mahasiswa yang menjadi responden adalah 93 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden 53 orang atau 57 % yang mendapat pola asuh demokratis dan mengalami kecemasan, sedangkan responden 8 orang atau 8,6 % yang mendapat pola asuh non demokratis dan semuanya mengalami kecemasan. Analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p 0,032 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kecemasan mahasiswa yang mendapat pola asuh demokratis dengan mahasiswa yang mendapat pola asuh non demokratis angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia..

Kata kunci : kecemasan, pola asuh, demokratis

1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

2 Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

3 Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

Page 2: JKKI DESY

PENDAHULUAN

Pada manusia dikenal tiga komponen mental, yaitu: id, ego, dan super ego. Ego yang

diwakili kesadaran dan pribadi individu, menerima stimuli dari lingkungan hidup melalui

panca indera. ego juga menerima stimuli dari dunia bawah sadar. Bila stimuli bawah sadar

bersifat mengancam maka timbullah kecemasan. Kecemasan merupakan bagian intrinsik

kemanusiaan, suatu respon natural yang diterapkan dalam pola kemanusiaan terhadap

rangsangan dari lingkungan maupun psikologik.1

Di Indonesia penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta

Barat tahun 1984 menunjukkan bahwa di puskesmas jumlah gangguan kesehatan jiwa yang

sering muncul sebagai gangguan fisik adalah 28,73% untuk dewasa dan 34,39% untuk

anak.2(Depkes RI, 1995).

Beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kecemasan antara lain : merasa

tidak aman, orang tua tidak konsisten dalam mendidik atau mengasuh anak sehingga

membuat anak bingung dan cemas, orangtua yang perfeksionis, pola asuh permisif

(permissiveness), banyak dikritik oleh orang tua atau teman sebaya, frustasi yang berlebihan.3

Hutagalung

Orang tua yang ideal adalah orang tua yang mempunyai kepribadian yang matang

(matur), namun sifat anak dalam dirinya masih ada, ia terbuka untuk segala sesuatu yang

baru, bisa mengasihi orang lain dengan penuh kepercayaan, bebas untuk memberi dan

menerima, bebas dan wajar dalam mengutarakan perasaannya.4 budhiman. Pola asuh

demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-

ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu

mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap

realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui

kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih

dan melakukan suatu tindakan.5 shohib

Kepribadian orang tua yang kurang matang, cenderung untuk bersikap kaku dalam

menerapkan teori pendidikan, terlalu terlibat dalam persoalan anaknya sehingga tidak

memberi kesempatan untuk belajar berdiri sendiri pada anaknya. Pola keluarga atau sikap dan

perilaku orang tua yang patogenik dapat berpengaruh negatif terhadap jiwa anak 6 (Noyes dan

Kolb, 1980). Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,

biasanya bersamaan dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa,

Page 3: JKKI DESY

memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang

tua, maka orang tua tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini tidak mengenal

kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak

memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya 5(Shochib, 2002).

Menurut usia perkembangan, mahasiswa tergolong dalam masa remaja akhir sampai

dewasa awal. Masa tersebut merupakan masa transisi yang penuh problema penyesuaian diri.

Di perguruan tinggi mahasiswa akan menemui situasi yang berbeda, antara lain adat istiadat,

sikap yang mungkin bertentangan dengan yang ada dalam keluarganya, penerimaan tanggung

jawab untuk menentukan kehidupan sendiri (Hurlock, 1993). (Hurlock, 1993).7

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, pertanyaan penelitian

yang diajukan dalam penelitian ini adalah “apakah ada perbedaan yang bermakna skor

kecemasan antara mahasiswa yang memperoleh pola asuh demokratis dengan mahasiswa

yang memperoleh pola asuh non demokratis angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas

Islam Indonesia?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan yang

bermakna skor kecemasan antara mahasiswa yang memperoleh pola asuh demokratis

dengan mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah non eksperimental dengan metode deskriptif analitik

mengetahui adanya perbedaan yang bermakna skor kecemasan antara mahasiswa yang

memperoleh pola asuh demokratis dengan mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Indonesia. Rancangan penelitian menggunakan metode cross sectional

Data yang diambil berasal dari data primer yang diperoleh dari pengisian kuisioner oleh

mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia sebagai subyek

penelitian.

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2010 yang berjumlah 184 orang.

Kriteria inklusi adalah mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Islam

Indonesia dan bersedia menjadi subjek penelitian. Kriteria eklusi adalah mahasiswa yang

tidak lengkap mengisi identitas dan atau pertanyaan kuisioner, mahasiswa yang tidak

mempunyai orang tua lengkap (meninggal, perceraian, orang tua tiri), mahasiswa yang

Page 4: JKKI DESY

tingkat kecukupannya dikategorikan kurang, mahasiswa yang mempunyai salah satu orang

tua yang demokratis (ayah saja atau ibu saja). Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini

terdiri dari pola asuh sebagai variabel bebas dan kecemasan sebagai variabel terikat.

Instrumen penelitian adalah kuesioner untuk memperoleh data primer penelitian.

Kuesioner yang digunakan berupa instrumen pola asuh untuk mengetahui pola asuh

demokratis atau non demokratis dan Eysenck Inventory Questioner sebagai alat ukur

kecemasan. Untuk menentukan tipe pola asuh orang tua dinilai berdasarkan perhitungan

perolehan skor tertinggi yang didapat dengan skor ≥ 20 dapat dikatakan pola asuh responden

tersebut tipe demokratis atau tipe otoriter atau tipe permisif sebagai pola asuh non

demokratis. Sedangkan dikatakan cemas jika diperoleh skor lebih dari sama dengan 12.

Instrumen pola asuh telah diuji validitas dan reliabilitas dengan diperoleh nilai r = 0,941.

Sedangkan untuk Eysenck Inventory Questioner diperoleh hasil : sensitivitas = 94%,

spesifisitas = 81%, positive predictive value : 83%, dan r = 0,70. Ini menunjukkan bahwa

instrumen ini valid dan reliabel untuk digunakan.8,9 rinestaelsa, soewadi 1987

Variabel kecemasan (ya atau tidak) merupakan skala nominal sedangkan pola asuh

demokratis (ya atau tidak) merupakan skala nominal. Pada penelitian ini terdapat 2 kelompok

data dan tidak berpasangan, sehingga uji statistik yang sesuai adalah uji Chi-Square dengan

tabel B x K. Adapun syarat uji chi square adalah tidak boleh ada sel yang nilai observed-nya

bernilai nol dan tidak ada sel yang nilai expectednya kurang dari 5. Jika tidak memenuhi

syarat maka dilakukan penggabungan sel untuk kembali diuji dengan chi square 10 (Dahlan,

2006).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam

Indonesia angkatan 2010. Penelitian ini dilakukan selama 1 hari pada tanggal 21 Februari

2011 yang dilaksanakan di ruangan tutorial FK UII. Dari 184 buah kuesioner yang dibagikan

kepada responden, ada sebanyak 24 buah kuesioner yang tidak dikembalikan. Sedangkan 160

buah kuesioner yang terkumpul terdiri dari 67 buah kuesioner yang gugur, dan sisanya yang

memenuhi syarat.

Page 5: JKKI DESY

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Mahasiswa Angkatan 2010 FK UII Yogyakarta

Karakteristik Jumlah Persen (%)

1. Jenis Kelamin

- Pria

- Wanita

29

64

31,2

68,8

2. Umur

- 16 tahun

- 17 tahun

- 18 tahun

- 19 tahun

- 20 tahun

1

5

47

38

2

1,1

5,4

50,5

40,9

20,2

Sumber : Data Primer diolah (2011)

Karakteristik jenis kelamin responden paling banyak adalah wanita yaitu sebanyak 68,8

% sedangkan responden yang berjenis kelamin pria sebanyak 31,2 %. Umur responden paling

banyak pada usia 18 tahun yaitu sebanyak 50,5 %, umur 19 tahun 40,9 %, umur 17 tahun 5,4

%, umur 20 tahun 20,2 %, dan umur 16 tahun sebanyak 1,1 %.

Tabel 2. Frekuensi Kecemasan pada Mahasiswa Angkatan 2010 FK UII Yogyakarta

Cemas Frekuensi (N) Persen (%)

Ya 61 65,6

Tidak 32 34,4

Total 93 100

Sumber : Data Primer diolah (2011)

Dalam tabel diatas diperoleh responden yang mengalami kecemasan sebanyak 61 orang

atau 65,6 % dan responden yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 32 orang atau 34,4 %.

Page 6: JKKI DESY

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua pada Mahasiswa Angkatan 2010

FK UII Yogyakarta

Pola Asuh Orang Tua Frekuensi (N) Persen (%)

Demokratis 85 91,4

Non Demokratis 8 8,6

Total 93 100

Sumber : Data Primer diolah (2011)

Dalam tabel diatas diperoleh responden yang mendapat pola asuh demokratis sebanyak

85 orang atau 91,4 % dan responden yang mendapat pola asuh non demokratis sebanyak 8

orang atau 8,6 %.

Tabel 4. Kecemasan dan Jenis Kelamin pada Mahasiswa Angkatan 2010 FK UII

Yogyakarta

Jenis

Kelamin

Kecemasan Total

Ya Tidak

N % N % N %

Pria 20 21,5 9 9,7 29 31,2

Wanita 41 44,1 23 24,7 64 68,8

Total 61 65,6 32 34,4 93 100

Sumber : Data Primer diolah (2011)

Dalam tabel diatas diperoleh responden pria yang mengalami kecemasan sebanyak 20

orang atau 21,5 %, dan yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 9 orang atau 9,7 %.

Sedangkan responden wanita yang mengalami kecemasan sebanyak 41 orang atau 44,1 %,

dan yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 23 atau 24,7 %.

Page 7: JKKI DESY

Tabel 5. Kecemasan dan Umur pada Mahasiswa Angkatan 2010 FK UII Yogyakarta

Umur Kecemasan Total

Ya Tidak

N % N % N %

16 1 1,1 0 0 1 1,1

17 3 3,2 2 2,15 5 5,35

18 33 35,5 14 15,05 47 50,55

19 23 24,7 15 16,1 38 40,8

20 1 1,1 1 1,1 2 2,2

Total 61 65,6 32 34,4 93 100

Sumber : Data Primer diolah (2011)

Dalam tabel diatas diperoleh mahasiswa yang rentan mengalami kecemasan adalah

pada umur 18 tahun sebanyak 33 orang atau 35,5 % dan umur 19 tahun sebanyak 23 orang

atau 24,7 %.

Tabel 6. Distribusi Kecemasan dan Pola Asuh Orang Tua pada Mahasiswa Angkatan

2010 FK UII Yogyakarta

Pola Asuh Kecemasan Total

Ya Tidak

N % N % N %

Demokratis 53 57 32 34,5 85 91,5

Non Demokratis 8 8,6 0 0 8 8,5

Total 61 65,6 32 34,5 93 100

X2 : 4,592 ; df = 1; p < 0,05 ; C.C = 0,217Sumber : Data Primer diolah (2011)

Tabel 3 menunjukkan terdapat 85 responden atau 91,5 % yang mendapat pola asuh

demokratis. Dari 85 responden yang mendapat pola asuh demokratis, terdapat 53 responden

Page 8: JKKI DESY

atau 57 % yang mengalami kecemasan dan sebanyak 32 responden atau 34,5 % yang tidak

mengalami kecemasan. Dari 8 responden yang mendapat pola asuh non demokratis,

semuanya mengalami kecemasan.

Selanjutnya data diuji dengan uji Chi Square untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan yang bermakna antara kecemasan mahasiswa yang mendapat pola asuh demokratis

dengan mahasiswa yang mendapat pola asuh non demokratis angkatan 2010 FK UII. Setelah

dilakukan analisis dengan uji Chi Square, diperoleh X2 = 4,592 dan p value sebesar 0,032

atau p < 0,05 sehingga terdapat perbedaan yang bermakna antara kecemasan mahasiswa yang

mendapat pola asuh demokratis dengan mahasiswa yang mendapat pola asuh non demokratis.

Dengan menggunakan Eysenck Personality Inventory, dari penelitian ini didapatkan

hasil bahwa proporsi mahasiswa angkatan 2010 FK UII yang mengalami kecemasan

sebanyak 61 orang atau sebesar 65,6%. Pada penelitian ini, orang tua yang dimaksud adalah

orang tua yang merupakan tokoh kunci dalam benak anak. Dari perhitungan statistik ternyata

menunjukkan hasil yang bermakna. Dimana X2 = 4,592 dan p value sebesar 0,032 atau p <

0,05 sehingga terdapat perbedaan yang bermakna antara kecemasan mahasiswa yang

mendapat pola asuh demokratis dengan mahasiswa yang mendapat pola asuh non demokratis.

Ketika dilakukan random sampling hasilnya juga sama diperoleh perbedaan yang bermakna.

Hasil penelitian ini sama dengan teori yang menyatakan bahwa pada keluarga yang

menerapkan cara pola asuh yang demokratis, anak mempunyai kemampuan adaptasi yang

baik sehingga stres yang diterima tidak menimbulkan kecemasan 11 (Hurlock, 1978).

Remaja sangat memerlukan keteladanan dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

Pentingnya faktor keteladanan dari orang tua dalam memberikan pengasuhan kepada anak-

anaknya adalah orang tua harus dapat menjadi panutan dan jangan menerapkan orientasi

orang tua serba benar, serta jangan menekankan otoritas kepada anaknya 12 Menurut Jay

Kesler (1978).

Dari tabel 4 tampak bahwa wanita mempunyai frekuensi / proporsi lebih tinggi

daripada pria pada kriteria kecemasan, tetapi setelah dilakukan uji statistik, ternyata tidak ada

perbedaan yang bermakna pada kecemasan antara mahasiswa pria dan wanita. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Wibisono (1990) yang juga tidak

menemukan adanya perbedaan yang bermakna antara kecemasan pada pria dan wanita.

Menurutnya penyebab perbedaan yang tidak bermakna ini karena adanya kondisi masyarakat

yang selalu berubah, yang memungkinkan perilaku antara pria dan wanita sudah tidak banyak

berbeda. Sehingga wanita tidak begitu merasa khawatir dan cemas. 13

Page 9: JKKI DESY

Pada penelitian ini, yang sering mengalami kecemasan adalah mahasiswa umur 18

tahun dan 19 tahun. Prawirohusodo (1988) menspesifikasikan umur kedalam tiga kategori,

yaitu: kurang dari 20 tahun (tergolong muda), 20-30 tahun (tergolong menengah), dan lebih

dari 30 tahun (tergolong tua). 14 Soewadi (1997) mengungkapkan bahwa umur yang lebih

muda lebih mudah menderita stress dari pada umur tua.1

Sepanjang sejarah manusia terdapat hubungan yang dekat dan tidak mungkin

dipisahkan, yaitu keluarga, ibu, ayah, dan anak. Keluarga mempunyai arti yang penting buat

anak. Kehidupan keluarga tidak hanya berfungsi memberikan jaminan makan kepada anak,

dengan demikian hanya memperhatikan pertumbuhan fisik anak, melainkan juga memegang

fungsi lain yang penting bagi perkembangan mental anak (Notosoedirjo, 2002).15

KESIMPULAN DAN SARAN

Terdapat perbedaan yang bermakna skor kecemasan antara mahasiswa yang mendapat

pola asuh demokratis dengan mahasiswa yang mendapat pola asuh non demokratis, maka

terdapat hubungan kecemasan dengan pola asuh orang tua.

Sebaiknya pihak fakultas memberikan bimbingan atau konseling pada mahasiswa agar

mahasisawa dapat mengatasi kecemasan sehingga tidak mengganggu prestasi belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: JKKI DESY
Page 11: JKKI DESY

1. Soewadi 1997