jhptump-a-ninawijiat-736-3-babiii.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purwokerto 1. Waktu

    penelitian selama 4 bulan dalam semester genap tahun pelajaran 2011-2012 dari bulan

    Januari 2012 sampai dengan April 2012.

    Tabel 2.1. Jadwal Penelitian

    No. Kegiatan Bulan Ke -

    1 2 3 4

    1. Persiapan dan Perijinan

    2. Pra Survey

    3. Penyusunan Instrumen

    4. Pengumpulan data

    5. Analisis Data

    6. Penyusunan Draf

    7. Penyempurnaan Laporan

    B. Subyek Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X-5 di MAN Purwokerto 1. Jumlah subyek

    penelitian sebanyak 36, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan dengan

    tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Karakterisitik siswa X-5 yang cepat tanggap dan

    mudah beradaptasi, serta peneliti pernah mengajar siswa X-5 sehingga telah mengenal siswa

  • X-5 dengan baik menjadi bahan pertimbangan peneliti memilih kelas X-5 sebagai subyek

    penelitian.

    C. Pendekatan dan Jenis Penelitian

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitan ini adalah pendekatan kuantitatif dan

    kualitatif. Pemilihan pendekatan ini karena jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan

    kelas (PTK). PTK, dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR).

    Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan

    penelitian yang dilakukan di kelas (Suharsimi Arikunto, 2007: 2). Ada tiga kata yang

    membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang diterangkan sebagai berikut.

    a. Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik dan penting bagi peneliti.

    b. Tindakan menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

    c. Kelas dalam hal ini tidak terkait pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula (Arikunto, 2007: 2-3).

    Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian, (2)

    tindakan dan (3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas

    merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

    sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (ibid., hal. 34).

    Menurut Wina Sanjaya (2009: 26), penelitian tindakan kelas (PTK) diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Sedangkan menurut Hopkins (Rochiati Wiriaatmadja, 2007: 11) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memehami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan

  • PTK mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakan dengan penelitian yang lain, diantaranya, yaitu: masalah yang diangkat adalah masalah yang dihadapi oleh guru di kelas dan adanya tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas (SuharsimiArikunto, 2007: 109).

    Dalam melaksanakan PTK harus mengacu pada desain penelitian yang telah dirancang sesuai dengan prosedur penelitian yang berlaku. Fungsinya sebagai patokan untuk mengetahui bentuk penerapan Quantum Teaching sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purwokerto 1.

    D. Prosedur Penelitian

    Penelitian tindakan kelas proses pelaksanaannya dilakukan secara bersiklus.

    Prosedur penelitian tindakan kelas dilakukan dengan empat tahapan yang lazim dilalui

    (Suharsimi Arikunto, 2007: 16-20), yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan (3) pengamatan

    dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai

    berikut.

    Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, 2007: 16)

    1) Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)

    Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh

    siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal

    sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan

    pihak yang mengamati proses jalannya tindakan.

    SIKLUS I

    Pengamatan

    Perencanaaan

    SIKLUS II

    Pengamatan

    Pelaksanaan Refleksi

    Refleksi

    ?

    Pelaksanaan

  • Adapun beberapa tahap perencanaan perbaikan sebagai berikut.

    a. Mempersiapkan dan merancang media pembelajaran

    b. Mempersiapkan perangkat pembelajaran, seperti:

    1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

    2) Membuat alat peraga dan media pembelajaran

    3) Membuat rancangan penilaian

    c. Mempersiapkan lembar observasi

    Kriteria untuk menentukan bahwa pembelajaran dengan penggunaan model

    Quantum Teaching telah berhasil memecahkan masalah yang sedang diupayakan

    pemecahannya dilakukan secara kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas dapat dilihat

    dari aktivitas siswa selama proses pembelajaran seperti tingkat motivasi, keceriaan,

    keantusiasan dalam mengikuti pelajaran, hal ini dapat dilihat dari pengamatan ataupun

    dengan melakukan wawancara dengan para siswa yang berdasarkan pertimbangan

    tertentu. Sedangkan secara kuantitatif dilakukan dengan cara melakukan tes.

    Keberhasilan individual ditetapkan jika siswa mengalami ketuntasan belajar di atas

    KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

    2) Pelaksanaan Tindakan (Acting)

    Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan

    implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal ini

    yang perlu diingat adalah bahwa tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha

    dan menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku

    wajar, tidak dibuat-buat.

    3) Pengamatan (Observing)

    Pengamatan dilakukan ketika proses pembelajaran terjadi bersamaan waktunya

    dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan

    mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan

    berlangsung. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, kuis,

    presentasi, nilai tugas, dan lain-lain) dan data kualitatif yang menggambarkan keaktifan

    siswa, antusias siswa, mutu diskusi, dan lain-lain (Suharsimi Arikunto, 2007: 78).

    Instrumen yang umum dipakai adalah a. soal tes, kuis, b. lembar observasi, dan

    c. catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif yang tidak

  • dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian

    tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau petunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai

    sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.

    Pengamatan yang dilakukan meliputi: pemberian tugas, presentasi, keberanian

    siswa untuk tampil di depan kelas, dan tingkat keantusiasan serta tanggapan siswa

    terhadap penerapan model Quantum Teaching.

    4) Refleksi

    Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil

    pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan (Suharsimi Arikunto, 2007: 80).

    Berdasarkan hasil analisis, peneliti melakukan refleksi yang akan digunakan sebagai

    bahan pertimbangan apakah kriteria yang ditetapkan tercapai atau belum. Jika telah

    berhasil maka siklus boleh berhenti, tetapi jika belum maka peneliti harus mengulang

    siklus lagi dan seterusnya sampai sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

    E. Sumber Data dan Jenis Data

    Terkait dengan penelitian ini yang akan dijadikan sebagai sumber data adalah siswa-

    siswi kelas X-5 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purwokerto 1, di mana siswa-siswi tersebut

    tidak hanya diperlukan sebagai obyek yang dikenai tindakan, tetapi juga aktif dalam

    kegiatan yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik penelitian tindakan

    kelas yaitu a collaborative effort and or participatives (ibid., hal. 35). Data penelitian ini

    mencakup:

    1. Skor tes siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan (pre-test), hasil diskusi pada saat

    pelajaran berlangsung dan hasil tes yang dilakukan pada setiap akhir tindakan (post-test).

    2. Hasil lembar observasi perilaku aktivitas siswa.

  • 3. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas siswa pada saat

    pembelajaran sejarah berlangsung. Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, angket,

    pencatatan lapangan, dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan penggunaan Model

    Quantum Teaching pada bidang studi Sejarah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa

    kelas X di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purwokerto 1. Data yang diperoleh dari

    penelitian tindakan ini ada yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat

    kualitatif diperoleh dari: (1) dokumentasi, (2) observasi, (3) interview, sedangkan data

    yang bersifat kuantitatif berasal dari evaluasi pre-test dan post-test.

    F. Instrumen Penelitian

    Dalam pelaksanaan pengumpulan data diperlukan instrumen pengumpulan data yang

    tepat. Dalam penelitian kualitatif kedudukan peneliti cukup rumit. Peneliti sekaligus

    merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan akhirnya

    menjadi pelopor hasil penelitian (Lexy J. Moleong, 2002: 121).

    Hal senada juga diungkapkan oleh Margono (Nurul Zuriah, 2006: 168) yang

    menyatakan bahwa pada umumnya penelitian akan berhasil dengan baik apabila banyak

    menggunakan instrumen, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian

    (masalah penelitian) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen.

    Menurut Arikunto (Nurul Zuriah, 2006: 169), secara umum penyusunan instrumen

    pengumpul data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

    1. Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada di dalam rumusan judul

    penelitian atau yang tertera di dalam problematika penelitian.

    2. Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel.

    3. Mencari indikator setiap sub atau bagian variabel.

    4. Menderetkan deskriptor dari setiap indikator.

    5. Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen.

  • 6. Melengkapi instrumen dengan (pedoman atau instruksi) dan kata pengantar.

    G. Indikator Keberhasilan

    Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah peningkatkan prestasi belajar siswa.

    Dari aspek kognitif, diharapkan 85% siswa akan tuntas KKM (Kriteria Ketuntasan

    Mengajar) jika mendapat nilai 70.

    Tabel 3.1. berdasarkan pada perumusan identifikasi masalah dan indikator

    keberhasilan adalah sebagai berikut:

    Identifikasi Masalah

    Indikator Keberhasilan

    Kemampuan siswa dalam melakukan pembelajaran Quantum Teaching kurang baik.

    Kemampuan siswa dalam melaksanakan pembelajaran Quantum Teaching baik. Ukuran baik dilihat dari: 9 Siswa aktif berprestasi 9 Siswa mudah memahami dan mengembangkan

    materi sejarah. 9 Prestasi siswa meningkat

    Siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran sejarah

    Siswa tertarik dan antusias dalam mengikuti pembelajaran sejarah.

    Respon siswa terhadap penerapan perangkat pembelajaran dan model pembelajaran Quantum Teaching kurang mendukung.

    Respon siswa terhadap penerapan perangkat dan model pembelajaran Quantum Teaching meningkat.

  • Hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa untuk ketiga ranah (kognitif, afektif,

    dan psikomotorik) pada akhir pelajaran (Nana Sudjana, 1990: 32-33) adalah sebagai berikut.

    Tabel 3.2. Hasil Belajar yang diharapkan

    Kognitif Afektif Psikomotorik

    Menguasai materi sejarah yang telah diajarkan.

    Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru.

    Segera memasuki kelas pada waktu guru datang dan duduk paling depan dengan mempersiapkan kebutuhan belajar

    Memahami konsep sejarah.

    Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru.

    Keinginan untuk mendengarkan dan mencatat uraian guru.

    Peningkatan nilai akademik siswa.

    Penghargaan siswa terhadap guru.

    Sopan, ramah, dan hormat kepada guru pada saat guru menjelaskan pelajaran.

    Hasrat untuk bertanya kepada guru.

    Mengangkat tangan dan bertanya kepada guru mengenai materi pelajaran yang belum jelas.

    Kemauan untuk mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut.

    Ke perpustakaan untuk belajar lebih lanjut atau meminta informasi kepada guru tentang buku yang harus dipelajari, atau segera membentuk kelompok untuk diskusi.

    Kemauan untuk menerapkan hasil belajar

    Melakukan latihan diri dalam memecahkan masalah berdasarkan konsep bahan yang telah diperoleh atau menggunakannya untuk praktik kehidupannya.

    Senang terhadap guru dan mata pelajaran yang diberikannya.

    Akrab dan mau bergaul, mau berkomunikasi dengan guru, dan bertanya atau meminta saran bagaimana mempelajari mata

  • pelajaran yang diajarkannya. H. Teknik Pengumpulan Data

    1. Observasi

    Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 146), observasi adalah suatu teknik yang

    dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara

    sistematis. Sedangkan menurut Margono (1997: 158), observasi diartikan sebagai

    pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek

    penelitian. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan

    perilaku siswa selama proses pembelajaran. Observasi dilakukan pada saat proses belajar

    mengajar dengan menggunakan pedoman observasi kegiatan pembelajaran, catatan

    lapangan, dan foto. Dengan tujuan memperoleh data tentang proses penerapan model

    Quantum Teaching pada pelajaran sejarah.

    2. Tes

    Menurut Margono (1997: 170) tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang

    diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat

    dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Tes ini berupa tes pemahaman sejarah. Tes ini

    digunakan untuk memperoleh data kemampuan pemahaman sejarah serta adanya

    peningkatan prestasi belajar siswa sesudah diberi tindakan pada setiap siklusnya.

    Tujuan diadakannya tes untuk siswa adalah untuk mengetahui kemampuan siswa

    dalam mengikuti dan memahami isi pelajaran selama proses pembelajaran. Tes

    dilaksanakan dua kali setiap siklusnya, yaitu:

    a. Pre-test adalah tes yang dilakukan sebelum proses pembelajaran dimulai. Tujuannya

    adalah untuk mengetahui pengetahuan siswa terhadap materi yang akan diberikan.

    b. Post-test adalah tes yang diberikan setelah guru selesai menyampaikan materi

    pelajaran. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima

    dan memahami materi yang telah dipelajari.

    Jenis tes adalah tes formatif dengan bentuknya berupa multi choice atau pilihan

    ganda dari 10 pertanyaan. Tiap pertanyaan menggunakan 4 option (a, b, c dan d). Cara

    menskor untuk bentuk tes multi choice atau pilihan ganda ini adalah untuk jawaban benar

  • diberi skor 1 (satu) dan untuk jawaban salah diberi skor 0 (nol) Untuk menghitung skor

    terakhir dari tes yang berbentuk multi choice atau pilihan ganda dipergunakan rumus

    correction for guessing/system denda (M. Ngalim Purwanto, 1984: 71) sebagai berikut:

    S = R - W n 1

    Keterangan:

    S = skor yang dicari

    R = jumlah soal yang dijawab benar W = jumlah soal yang dijawab salah n = jumlah option (alternative jawaban tiap soal)

    1 = bilangan tetap

    3. Dokumentasi

    Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 149), dokumentasi dari kata dokumen yang

    artinya barang-barang tertulis. Dokumen tidak kalah penting dengan model-model lain

    karena dalam dokumentasi untuk mencari data mengenai hal-hal variabel yang berupa

    buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,dan catatan harian.

    Dokumentasi yang dilakukan penelitian bertujuan untuk mengetahui kegiatan siswa kelas

    X-5 MAN Purwokerto 1 selama penelitian berlangsung.

    I. Teknik Analisis Data

    Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang bersifat kualitatif maka

    dalam menganalisis data harus menggunakan analisis data kualitatif. Menurut Margono

    (Nurul Zuriah, 2006: 217) analisis data dalam penelitian kualitatif berdasarkan kurun

    waktunya, data dianalisis pada saat pengumpulan data dan setelah selesai pengumpulan data.

    Prosedur analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari

    sumber, yaitu wawancara, pengalaman yang telah dituliskan dalam catatan lapangan,

  • dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto dan sebagainya (Lexy J. Moleong, 2000:

    190).

    Menurut Wina Sanjaya (2009: 106-107) analisis data dilakukan melalui tiga tahap

    yaitu, 1) reduksi data, 2) mendeskripsikan data, dan 3) membuat kesimpulan. Dalam

    penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif, meliputi tiga unsur yaitu reduksi data,

    mendeskripsikan data dan membuat kesimpulan. Kesimpulan merupakan intisari dari

    analisis yang memberikan pernyataan tentang dampak dari penelitian tindakan kelas.

    1. Reduksi data

    Reduksi data merupakan kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah.

    Mereduksi data terkumpul dari hasil pekerjaan atau jawaban-jawaban siswa hasil

    wawancara dan catatan lapangan. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan peneliti

    dalam menarik kesimpulan. Adapun informasi yang diperoleh diarahkan pada data

    tentang observasi siswa dari penerapan model Quantum Teaching dalam pembelajaran

    sejarah, hal tersebut meliputi:

    a. Kesenangan dan keantusiasan siswa terhadap penggunaan model Quantum

    Teaching dalam pembelajaran Sejarah.

    b. Ketepatan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.

    c. Keberanian siswa dalam memberi komentar terhadap persoalan faktual disertai

    alasan yang logis dan santun bahasa.

    2. Mendeskripsikan data

    Mendeskripsikan data sehingga data yang telah diorganisir jadi bermakna.

    Mendeskripsikan data bisa dilakukan dalam bentuk naratif, membuat grafik atau

    menyusunnya dalam bentuk tabel. Mendeskripsikan data dilakukan dengan cara

    menganalisis data hasil reduksi yang memungkinkan untuk menarik kesimpulan dan

    mengambil tindakan.

    Pada tahap ini dilakukan analisis data hasil yang telah dicapai oleh siswa melalui

    evaluasi. Untuk menganalisis data yang telah terkumpul menggunakan teknik analisis

    deskriptif kualitatif dengan memberikan predikat pada variabel yang diteliti sesuai

  • dengan kondisi sebenarnya. Hasil analisis pada siklus I digunakan untuk merencanakan

    siklus berikutnya.

    Semua data yang telah terkumpul dihitung dan dianalisis dengan rumus sebagai

    berikut:

    a. Teknik analisis data untuk mengetahui prestasi belajar siswa.

    Untuk menganalisis prestasi belajar siswa setelah proses pembelajaran

    dilakukan dengan cara memberikan post-test berupa soal tes tertulis pada akhir

    pertemuan. Hasil tes diberi skor angka dan dimasukkan pada tabel, kemudian dicari

    skor rata-rata di dalam satu kelas. Setelah itu dihitung angka persentase yang

    dicapai siswa.

    Rumus untuk menghitung nilai siswa adalah:

    S = R x 100

    N Keterangan:

    S = nilai yang diharapkan

    R= jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar

    N= skor maksimum dari tes tersebut (M. Ngalim Purwanto, 2011: 112).

    Adapun penggolongan rentang nilai akhir adalah sebagai berikut:

    80 ke atas : baik sekali

    66-79 : baik

    56-65 : cukup

    46-55 : kurang

    45 ke bawah : gagal (Sudijono, 2008: 35)

    Rumus menghitung nilai rata-rata siswa dalam satu kelas adalah

    x X N

    Keterangan:

    x = Nilai rata-rata

  • X = Jumlah seluruh skor N = Banyaknya subyek yaitu siswa (Sudjana, 2010: 109)

    Rumus ketuntasan belajar siswa:

    KB = T x 100 Tt

    Keterangan:

    KB = Ketuntasan belajar siswa:

    T = Jumlah siswa yang mendapat nilai 70

    Tt = Jumlah seluruh siswa

    b. Teknik analisis untuk aktivitas siswa dan guru

    Lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui tingkat

    aktivitas siswa dalam pembelajaran Quantum Teaching. Lembar observasi ini

    berupa skala bertingkat dengan kriteria sebagai berikut:

    Penskoran dalam observasi aktivitas siswa Skor 4 untuk aktivitas yang dilakukan dengan sangat baik

    Skor 3 untuk aktivitas yang dilakukan dengan baik

    Skor 2 untuk aktivitas yang dilakukan dengan cukup

    Skor 1 untuk aktivitas yang dilakukan dengan kurang

    Adapun penyusunan pedoman penskorannya adalah sebagai berikut: Jumlah

    butir item aktivitas yang diamati 9 (sesuai dengan jumlah item aktivitas yang

    diamati) dengan menggunakan 4 skala sehingga skor maksimal seluruh item adalah

    36 dan jumlah skor minimal adalah 9.

    Rentang skala kriteria aktivitas individu sebagai berikut:

    0 8 = aktivitas siswa kurang

    9 18 = aktivitas siswa cukup

    19 26 = aktivitas siswa baik

    27 36 = aktivitas siswa sangat baik (Safari, 2005: 103)

    Untuk menganalisis lembar observasi siswa secara klasikal pada akhir setiap

    kegiatan pembelajaran digunakan analisis persentase dengan rumus:

    NP = R x 100% SM

  • Keterangan:

    NP = Nilai persen yang dicari

    R = Skor mentah yang diperoleh siswa

    SM = Skor maksimum

    100 = Bilangan tetap (Purwanto, 2010: 102)

    Kriteria penilaian observasi siswa

    0% rata-rata 25% : aktivitas siswa kurang

    25% < rata-rata 50% : aktivitas siswa cukup

    50% < rata-rata 75% : aktivitas siswa baik

    75% < rata-rata 100% : aktivitas siswa sangat baik (Safari, 2005: 103)

    Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk mengetahui tingkat

    aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran Quantum Teaching. Lembar

    observasi ini berupa skala bertingkat dengan kriteria sebagai berikut:

    Penskoran dalam observasi aktivitas guru Skor 4 untuk aktivitas yang dilakukan dengan sangat baik

    Skor 3 untuk aktivitas yang dilakukan dengan baik

    Skor 2 untuk aktivitas yang dilakukan dengan cukup

    Skor 1 untuk aktivitas yang dilakukan dengan kurang

    Adapun penyusunan pedoman penskorannya adalah sebagai berikut: Jumlah

    butir item aktivitas yang diamati adalah 10 dengan menggunakan 4 skala sehingga

    skor maksimal seluruh item adalah 40 dan jumlah skor minimalnya 10.

    Untuk menganalisis lembar observasi guru pada akhir setiap kegiatan

    pembelajaran digunakan analisis persentase dengan rumus:

    Rumus rata-rata = pertemuan1 + pertemuan2

    2

    NP = R x 100%

    SM

    Keterangan :

    NP = Nilai persen yang dicari

    R = Skor mentah yang diperoleh guru

    SM = Skor maksimum

  • 100 = Bilangan tetap (M. Ngalim Purwanto, 2010: 102).

    Kriteria penilaian observasi aktivitas guru:

    0% rata-rata 25% : pengelolaan pembelajaran kurang

    25% < rata-rata 50% : pengelolaan pembelajaran cukup

    50% < rata-rata 75% : pengelolaan pembelajaran baik

    75% < rata-rata 100% : pengelolaan pembelajaran sangat baik

    (Safari, 2005: 103)

    3. Membuat simpulan

    Membuat simpulan berdasarkan deskripsi data. Dalam proses penelitian

    menganalisis dan menginterpretasi data merupakan langkah yang sangat penting, sebab

    data yang terkumpul tidak akan berarti apa-apa tanpa dianalisis dan diberi makna

    melalui interpretasi data. Proses interpretasi data dalam penelitian tindakan kelas (PTK)

    diarahkan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menjawab rumusan

    masalah dan pertanyaan penelitian (Wina Sanjaya, 2009: 107).