Click here to load reader
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Wadah pembinaan dan informasi persekutuan, pelayanan dan kesaksian Jemaat sepekan
GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (GPIB)
JEMAAT "KHARISMA" JAKARTA
Alamat : Jl. Cendrawasih Raya No. 42A Kebayoran Lama Selatan Jakarta Selatan 12240 Telp. Kantor (021) 7261054 Telp. Pastori I (021) 7238744 Telp. Pastori II (021) 7294759 E-Mail [email protected] [email protected]
Website www.gpibkharismajkt.org
Nomor Rekening
BRI Pondok Indah an.GPIB Kharisma 0362-01-000274-30-4.
Jadwal Ibadah Hari Minggu Umum Pkl. 09.00 WIB
IHMPA (Pelkat PA) Pkl. 08.00 WIB
IHMPT (Pelkat PT) Pkl. 08.00 WIB
Edisi : 046 / M-3 / XI / 2020 Minggu, 15 November 2020
Tema GPIB 2020-2021
“Menguatkan Tatanan Bergereja agar Mendatangkan Berkat bagi Masa Depan Umat dan Masyarakat”
(Ibrani 11 : 8-10)
Tema bulan Oktober-November
“Kepemimpinan yang Merawat Hidup Bergereja”
Tema bulan November
“Kepemimpinan yang Merawat Hidup Bergereja”
mailto:[email protected] http://www.gpibkharismajkt.org/
Media Kharisma Minggu, 15 November 2020 GPIB Jemaat “KHARISMA”
2 | Edisi 046 / M-3 / XI / 2020
HARI MINGGU BIASA (Minggu-Minggu Sesudah Pentakosta)
Sesudah Hari Minggu Trinitas maka Gereja dan orang-orang percaya merayakan
Hari Minggu Biasa atau lebih dikenal sebagai Hari Minggu-Minggu Pentakosta ditandai
dengan warna hijau; warna pertumbuhan dan warna kesuburan bagi gereja. Masa ini juga
disebut masa Gereja berjuang. Di dalamnya, Gereja diingatkan tentang penyertaan Tuhan
di dalam perjuangannya. Yesus Kristus, Kepala Gereja-Nya (Allah beserta kita). Inilah
alasan kita beribadah pada Hari Minggu karena kita yakin bahwa Yesus Kristus yang telah
bangkit dan menang akan selalu menyertai kita dalam setiap perjuangan dan menjadikan
kita pemenang.
Simbol Hari Minggu sesudah Pentakosta adalah perahu yang sedang berlayar di
tengah samudera, dituntun oleh burung Merpati (putih) dengan ranting zaitun diparuhnya
dan dilingkupi pelangi dengan dasar warna Hijau.
Arti :
Perahu merupakan simbol dari Gereja. Ide ini menjadi berarti bagi orang Kristen mula-
mula yang mengalami penganiayaan dan pergumulan, ketika mereka mengetahui bahwa
akan ada pertolongan dari Tuhan. Hal ini nyata lewat perpaduan antara perahu dan
pelangi. Di sini janji Allah tentang pertolongan-Nya itu mendapat penekanan yang kuat.
Pelangi melambangkan kesetiaan Allah atas janji-Nya untuk memelihara bumi, khusus
Gereja dan orang-orang percaya.
Burung merpati dengan ranting zaitun di paruhnya mengungkapkan tentang janji
keselamatan dan kehidupan dari Allah (bnd. Kej. 8:10,11) melalui Roh Kudus yang akan
terus menyertai sampai ke tempat tujuan. Jadi sekalipun Gereja mengalami berbagai
ancaman, goncangan dan cobaan, Gereja tetap hidup di dalam dan oleh janji Allah
tersebut di dalam Kristus melalui Roh Kudus.
Simbol ini berganti pada Hari Sabtu pukul 18.00 wib, jelang Hari Minggu Adven I.
Media Kharisma Minggu, 15 November 2020 GPIB Jemaat “KHARISMA”
3 | Edisi 046 / M-3 / XI / 2020
UCAPAN SELAMAT DATANG
DAN
SELAMAT BERIBADAH
Majelis Jemaat GPIB “KHARISMA” di
Jakarta Selatan, menyambut dengan
sukacita kehadiran Bapak/Ibu/Saudara/i
dalam Ibadah Minggu hari ini. Bagi
saudara-saudara yang pertama kali
bersekutu dalam ibadah di GPIB Jemaat
“KHARISMA”, Jakarta Selatan, kami
ucapkan selamat datang dan selamat
beribadah. Kiranya kesetiaan kita
beribadah kepada Tuhan, merupa-kan
ungkapan syukur nyata melalui
kehidupan persekutuan dan memba-
wa berkat bagi kehidupan kita dan
sesama kita. Bagi Bapak/Ibu/Saudara/i
yang membutuhkan pelayanan atau
berkerinduan menjadi anggota jemaat,
mohon kesediaannya mendaftarkan
diri di Kantor Majelis Jemaat pada
setiap jam kerja, hari Selasa s.d. Sabtu
Pukul 09.00 wib s.d. 15.00 wib.
Mazmur 100 : 2 Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!
Mazmur 100 : 4 Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pela- taran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!
Media Kharisma Minggu, 15 November 2020 GPIB Jemaat “KHARISMA”
4 | Edisi 046 / M-3 / XI / 2020
RENUNGAN MINGGU, 15 November 2020 (Menurut SBU)
♪ KJ 419 : 1, 2
Berdoa
PEMIMPIN YANG BERINTEGRITAS ( Yesaya 50 : 4 - 6 )
“… TUHAN Allah telah membuka telinga-Ku …” (ay. 5a)
Romo A. Bagus Laksana, SJ – mengutip tulisan Kathleen Norris – menyebutkan acedia sebagai “setan yang tak bernama” (the devil without a name). Acedia adalah istilah untuk keadaan manusia yang dibelenggu kebosanan, kelesuan, mager (malas gerak), makir (malas mikir), dan kehilangan gairah. Hal ini berbahaya karena orang menjadi lengah atau tidak waspada terhadap sebuah bahaya yang mengancam makna hidup mereka dalam arti yang paling dasariah. Kontras dengan kasih sebagai energi dimana spiritualitas bela rasa (compassion), penghargaan maupun penghormatan (respect), dan kepekaan (sensitivity) di dalam daya Roh Kudus menjadi energi (energia) yang memampukan orang untuk berliterasi batin.
Berliterasi batin merupakan kecakapan untuk membaca, menyadari, menafsirkan suatu keadaan yang berhubungan dengan tujuan hidup bersama TUHAN dan sesama yang
saling bersinergi. Yesaya menghadirkan figur Hamba Tuhan (Ebed Yahweh) yang memiliki energi rohani yang besar sebagai wujud dari proses literasi batinnya dengan TUHAN yang dimulai dari mendengarkan dan menempatkan dirinya sebagai seorang ‘murid’. Inilah bentuk ‘kerasulan telinga’ yaitu mendengar Sabda TUHAN dalam perjumpaan dengan sesama. Apa yang didengarnya sebagai kehendak TUHAN, itulah yang dikatakannya. Apa yang dikatakannya, itulah yang dilakukannya sebagai wujud integritas diri.
Kita membutuhkan kultur kepemimpinan yang berintegritas. Pemimpin yang memiliki energi rohani yang besar untuk menyalakan kembali semangat dan pengharapan di tengah kelesuan (acedia) meskipun ada risiko bergulat dengan hal itu juga. Pribadi yang hadir untuk memadukan kembali kemanusiaan yang tercerai-
berai dalam bingkai kekuatan persekutuan. Persekutuan yang terus setia berliterasi batin untuk menemukan kembali pengharapan dan makna hidup yang utuh, walau terhimpit pelbagai persoalan hidup. Semoga kehadiran kita dalam perjumpaan
dengan sesama selalu memperbaharui energi kegembiraan, karena apa yang didengarkan, lalu dikatan, itu juga dilakukan menurut kehendak Allah. Inilah sebuah pemaknaan yang otentik atas “Kerasulan Telinga” yang bermuara pada “Tangan-
tangan yang Merasul”.
♫KJ 419 : 3, 4
Doa : TUHAN Yesus, tolong mampukan kami menjadi pemimpin yang berintegritas.
Media Kharisma Minggu, 15 November 2020 GPIB Jemaat “KHARISMA”
5 | Edisi 046 / M-3 / XI / 2020
RENUNGAN RABU, 18 November 2020
(Menurut SBU)
♪ KJ 331 : 1, 3
Berdoa
PEMIMPIN YANG BERTANGGUNG JAWAB
( Imamat 9 : 12 - 24 )
“ .. Harun mengangkat kedua tangannya atas bangsa itu, lalu memberkati mereka, kemudian turunlah ia, setelah mempersembahkan korban penghapus dosa, korban bakaran
dan korban keselamatan. Masuklah Musa dan Harun ke dalam Kemah Pertemuan. Setelah keluar, mereka memberkati bangsa itu, lalu tampaklah kemuliaan TUHAN
kepada segenap bangsa itu…” (ay.22-23)
Saudaraku, ada pepatah mengatakan “Setinggi-tinginya tupai melompat, akhrinya jatuh juga”. Artinua “sepintar-pintarnya kita berusaha menutupi tanggung jawab yang tidak dilakukan, pasti ketahuan. Pada saat orang-orang mengetahui bahwa kita melepaskan tanggung jawab, tentu mereka tidak akan percaya lagi. Karena itu, tanggung jawab merupakan hal yang penting dan harus dilaksanakan.
Saudaraku, Harun adalah saudara laki-laki dari Musa. Ia berasal dari suku Lewi, dengan demikian dia bertanggung jawab mengelola Kemah Pertemuan yang merupakan simbol dari kehadiran Tuhan Israel. Salah satu tanggung jawab yang harus ia lakukan adalah mengolah kurban bakaran bagi TUHAN. Dalam pembacaan malam ini, Harun melaksanakan tanggung jawabnya (ay.12-23). Tanggung jawab ini datang dari TUHAN melalui Musa. TUHAN sangat senang atas perbuatan Musa dan Harun, karena mereka sangat bertanggung jawab. Melalui pelaksanaan tanggung jawab, Musa dan Harun sedang memuliakan nama TUHAN. Akibatnya, tentu orang-orang sekitarpun turut memuji nama TUHAN (ay.24).
Saudaraku, kita harus melaksanakan tanggung jawab, entah besar maupun kecil dengan tuntas. Melalui pelaksanaan tanggung jawab itu, kita sedang memuliakan nama TUHAN dan membangun sikap saling percaya demi kemajuan Bersama. Pada saat kita melaksanakan tanggung jawab, dengan benar dan tepat guna, maka TUHAN pasti berkenan menolong.
Bahkan akhirnya orang-orang disekitar kita dapat ikut serta memujiu nama TUHAN dan dinaungi oleh kemuliaan-Nya. Apakah kita sudah melaksanakan tanggung