Jbptunikompp Gdl Liyaninim3 16662 3 Babii

Embed Size (px)

Citation preview

PAGE

BAB II

PAJAK BEA METERAI PADA ELECTRONIC PROCUREMENT SEBAGAI TRANSAKSI ELEKTRONIK

A. Pengertian Umum Pajak

1. Pengertian Pajak dan Wajib Pajak a. Pengertian pajak

Menurut Prof.Rochmat Soemitro ,S.H., mendefinisikan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang- undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.

Dari definisi di atas dapat ditarik beberapa unsur-unsur sebagai berikut;

1). Pajak adalah suatu iuran kepada Negara (yang sifatnya wajib)

Artinya : setiap orang yang mendapat penghasilan tertentu wajib menyerahkan sebagian penghasilan / kekayaannya kepada Negara dan hukumnya wajib, baik dalam bentuk badan hukum maupun perorangan.

2). Pajak dapat dipaksakan

Artinya : yang berhak memungut pajak hanyalah Negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang). Bila si wajib pajak tertentu tidak membayar pajaknya, baik kepada pemerintah daerah maupun kepada pemerintah pusat, maka fiskus akan menerapkan sanksi-sanksi keras kepadanya yaitu berupa sanksi administratif dan sanksi pidana. Hukum pajak dapat dibedakan menjadi :

a). Hukuman Administratif

Hukuman administratif umumnya berupa sanksi administrasi baik berupa bunga, denda, tambahan pokok pajak, maupun kenaikan dan dijatuhkan oleh fiskus. Hukuman administrasi pada umumnya berkaitan dengan masalah-masalah ketidaktaatan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban, seperti tidak menyampaikan surat pemberitahuan (SPT), atau menyampaikan SPT tetapi tidak lengkap dan tidak benar, yang dikarenakan alpa, dan lain-lain.

b). Hukuman pidana

Hukuman pidana dapat berupa denda pidana maupun hukuman penjara dan dijatuhkan oleh hakim. Hukuman pidana umumnya berkaitan dengan perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan, seperi sengaja tidak mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP, memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, dan lain-lain

Sedangkan Peradilan administrasi pajak umumnya melibatkan minimal dua pihak yaitu pihak wajib pajak dengan aparat pajak (fiskus). Dan peradilan administrasi pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu Peradilan admistrasi tidak murni (hanya melibatkan dua pihak saja yaitu wajib pajak dan fiskus) dan peradilan administrasi murni (yang melibatkan tiga pihak yaitu wajib pajak, fiskus dan hakim yang mengadili).

3). Berdasarkan Undang-Undang

Artinya : pajak dipungut berdasarkan kekuatan undang-undang serta atuaran pelaksanaannya. Pengaturan pajak tersebut tidak boleh berdasarkan peraturan yang beda dibawah undang-undang.

4). Tanpa imbalan (kontraprestasi)Artinya : setiap orang yang membayar pajak tidak mendapat kontra prestasi secara langsung dari pemerintah. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.5). Untuk kepentingan masyarakat

Artinya : penerimaan pajak Negara digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat umum. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Menurut Marihot P. Siahaan (dalam buku Bea Meterai di Indonesia, tahun 2006), pajak merupakan pungutan yang umum dilakukan oleh pemerintah hampir diseluruh Negara di dunia sebagai salah satu sumber penerimaan Negara/pemerintah. Suatu pungutan dari masyarakat dapat dikatakan sebagai pajak apabila memenuhi definisi dan kriteria tertentu yang ditentukan. Banyak Definisi yang diberikan para ahli hukum pajak tentang pengertian pajak yang mungkin berbeda antara ahli yang satu dengan yang lain. Namun secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat kepada Negara (pemerintah) berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung, dimana hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Dari definisi pajak di atas dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, yaitu sebagai berikut :

1). Pajak dipungut oleh Negara, baik oleh Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, berdasarkan kekuatan undang-undang aturan pelaksanaannya.

2). Pembayaran pajak harus masuk kepada kas Negara, yaitu kas pemerintah daerah (sesuai dengan jenis pajak yang dipungut).3). Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi individu oleh pemerintah (tidak ada imbalan langsung diperoleh si pembayar pajak), atau dengan kata lain tidak ada hubungan langsung antara jumlah pembayaran pajak dengan kontra prestasi secara individu.

4). Penyelenggaraan pemerintahan secara umum merupakan manipestasi kontraprestasi dari Negara kepada para pembayar.5). Pajak dipungut disebabkan adanya suatu keadaan kejadian, dan perbuatan yang menurut peraturan perundang-undangan pajak dikenakan pajak.

6). Pajak memiliki sifat yang dipaksakan, yang berarti apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban pembayaran pajak maka kepadanya dapat dikenakan sanksi, baik sanksi pidana maupun denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Wajib pajak

Wajib pajak adalah subjek pajak yang telah memenuhi syarat-syarat objektif sehingga kepadanya diwajibkan pajak. Dengan kata lain setiap wajib pajak adalah subjek pajak. Subjek pajak adalah pihak-pihak (orang maupun badan ) yang akan dikenakan pajak, sedangkan objek pajak adalah segala sesuatu yang akan dikenakan pajak.

Selanjutnya, sebagai suatu Negara yang berdasarkan atas hukum yang ditujukan untuk menegakkan keadilan maka umumnya dipahami bahwa tujuan hukum pajak adalah keadilan yang harus ditempuh dengan mengusahakan the four maxims , yaitu asas equality,certainty convience of payment dan efficiency.1). Asas keadilan, atau asas equality adalah keseimbangan pembagian tekanan pajak atas kemampuan masing-masing subjek pajak, yaitu dalam pemungutan pajak harus seimbang penghasilan yang diterima dengan kata lain tidak ada diskriminasi wajib pajak. Pengenaan pajak dilakukan dalam keadaan yang sama dan dalam batas kemampuan masing-masing wajib pajak. Dalam hal ini diperhatikan berbagai teori yang dapat memeberikan dasar keadilan atau dasar pembenaran dari Negara untuk pemungut pajak dari rakyatnya, teori-teori tersebut antara lain adalah :

2). Asas Yuridis, atau asas certainty yang menekankan pentingnya kepastian ataupun kejelasan mengenai pemungutan pajak, yaitu kepastian mengenai subjek pajak dan objek pajak serta kepastian mengenai tata cara pemungutannya sudah jelas. Dalam hal ini, diperlukan kejelasan dari sisi hukum agar setiap wajib pajak tidak ragu-ragu untuk menjalankan kewajibannya sebagai wajib pajak.3). Asas ekonomis, atau asas convience of payment yang menekankan kepada pentingnya saat dan waktu yang tepat bagi pembayar pajak dalam memmenuhi kewajibannya. Dalam hal ini, selain fungsi budgeter, pajak juga berfungsi untuk menentukan politik perekonomian, sehingga dalam pelaksanaannnya diharapkan tidak mengganggu kehidupan ekonomis dari wajib pajak. Untuk itu harus diusahakan agar pelaksanaannya tidak menghalangi setiap usaha rakyat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga pemotongan pajak pada saat wajib pajak sudah memenuhi syarat objektifnya yaitu saat mempunyai penghasilan minimalnya dan telah menerima penghasilannya.4). Asas Finansial, atau asas efficiency yang menekankan agar biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan pemungutan pajak tidak lebih dari jumlah pajak yang dipungut, sehingga diusahakan biaya-biaya yang sekecil dan sehemat mungkin dan mencukupi untuk pengeluaran Negara. Artinya pengeluaran dan pemungutan harus sebanding dengan biaya yang sekecil-kecilnya. Dalam menerapkan asas financial ini undang-undang pajak nasional memberikan ketentuan keharusan bagi wajib pajak untuk datang sendiri mengambil surat pemeberitahuan ke kantor pajak sehingga pemerintah dapat menghemat biaya namun dengan pelayanan yang baik pula kepada wajib pajak.

Beberapa sistem pelaksanaan pemungutan pajak yang telah dikenal, antara lain sebagai berikut:

1). Sistem Ofisial Assessment (official assessment system), adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang. Adapun ciri-ciri dari official assessment system adalah sebagai berikut :

a). wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus;

b). Wajib pajak bersifat pasif;

c). Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

Negara yang menganut sistem pemungutan pajak ini adalah Belanda. Kelemahan dari sistem pemungutan pajak ini adalah masyarakat kurang bertanggung jawab dalam memikul beban Negara yang pada hakikatnya adalah untuk kepentingan mereka sendiri dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berpemerintahan. Hal ini terjadi disebabkan oleh ciri yang kedua yang telah disebutkan diatas yaitu wajib pajak bersifat pasif.2). Sistem Self Assessment (Self Assessment system), adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab wajib pajak kepada untuk menghitung, memperhitungkan, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Negara yang menganut sistem ini adalah Amerika serikat, Jepang dan Indonesia.

2. Tarif pajak

Tarif pajak adalah salah satu syarat pemungutan pajak adalah keadilan baik keadilan dalam pelaksanaannya, dengan adanya keadilanlah pemerintah dapat menciptakan keseimbangan sosial yang sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Penentuan tarif-tarif pajak merupakan salah satu cara untuk mencapai keadilan.

Tarif yang dikenal dan ditetapkan selama ini dapat dibedakan menjadi :

a. Tarif tetap

Merupakan tarif pajak yang jumlah nominalnya tetap walaupun dasar pengenaan pajaknya berbeda/berubah, sehingga jumlah pajak yang terutang selalu tetap. Contohnya : pengenaan bea meterai dalam kuitansi atau dokumen-dokumen perjanjian. Bea meterai tidak tergantung kepada jumlah uang yang diterimanya tetapi adakalanya juga tarif berubah sesuai keadaan dan perkembangan waktu.

b. Tarif Proporsional /sebandingTarif Proporsional /sebanding adalah tarif yang merupakan presentase yang tetap, tetapi jumlah pajak terutang yang akan berubah secara proporsional /sebanding dengan dasar pengenaan pajaknya. Contohnya : PPN tetap 10 %.

c. Tarif Progesif Tarif progresif adalah tarif pajak yang presentasenya semakin besar jika dasar pengenaan pajaknya meningkat. Jumlah pajak yang terutang akan berubah sesuai dengan perubahan tarif dan perubahan dasar pengenaan pajaknya. Tarif Progresif ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :1).Tarif Progresif Proporsional

2). Tarif Progresif-Progresif

3).Tarif Progresif-DegresifB. Pajak Bea Meterai1. Pengertian Bea Meterai dan Dokumena. Pengertian Bea Meterai

Bea Meterai merupakan pajak kebendaan, artinya sebagai titik tolak terutangnya pajak adalah benda, yang dalam hal ini disebut dengan dokumen. Ada dokumen berarti ada Bea Meterai. Sejuta dokumen dikenakan sejuta Bea Meterai.Menurut Undang-Undang No.13 1985 tentang bea meterai pada pasal 1 ayat (1) menyatakan :Dengan nama Bea Meterai dikenakan pajak atas dokumen yang disebut dalam Undang-undang ini.

Hal ini menunjukkkan bahwa undang-undang Bea Meterai secara tegas menyatakan bahwa Bea Meterai tidak bersifat sebagai penggantian jasa yang disediakan oleh pemerintah. Pemerintah mengenakan Bea Meterai atas dokumen dimana tidak ada imbalan secara langsung diberikan oleh pemerintah kepada pembayar Bea Meterai. Hal ini menunjukkan bahwa Bea Meterai memenuhi kriteria Pungutan yang dimaksud dalam pajak. Seperti yang telah dijelaskan pada ciri-ciri pajak diatas, apabila diperhatikan pemungutan Bea meterai oleh pemerintah dari masyarakat (orang atau badan) yang membuat dokumen memang memenuhi kriteria tentang pajak. Hal ini dapat dilihat dari uraian berikut.

1). Bea Meterai dipungut oleh pemerintah pusat yang berwenang menerbitkan benda meterai dan mengedarkannya sebagai alat pembayaran Bea Meterai

yang terutang ataupun memberikan izin pelunasan Bea Meterai dengan cara lain. Memang penerbitan dan pengedaran benda meterai tidak ditangani secara langsung oleh pemerintah, tetapi diserahkan kepada Perum Peruri untuk mencetak benda meterai dan menunjuk PT. Pos Indonesia untuk mengedarkannya. Hanya tetap saja kedua hal ini dilakukan atas nama Pemerintah Pusat.

2). Hasil penjualan benda meterai maupun pembayaran sejumlah uang tertentu untuk mendapatkan izin pelunasan Bea meterai dengan cara lain semuanya masuk ke kas Pemerintah pusat.

3). Orang atau badan yang membuat dokumen yang terutang Bea Meterai dipungut Bea Meterai yang terutang oleh pemerintah tanpa ada balas jasa (kontra Prestasi) atas pembayaran bea meterai terutang yang dilakukannya.

4). Hasil penerimaan Bea Meterai bersama dengan hasil penerimaan pajak pusat lainnya digunakan oleh pemerintah pusat untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan, yang hasilnya juga akan dinikmati oleh pembayar bea meterai. Hal ini menunjukkan sebenar-benarnya ada kontra prestasi yang diberikan pemerintah kepada pembayar Bea Meterai, hanya saja secara tidak langsung dan bersifat secara umum.5). Bea Meterai terutang apabila orang atau badan melakukan perbuatan (yang berarti memenuhi Taatsbestand) yang dimaksud dalam undang-undang Nomor 13 tahun 1985, yaitu membuat dokumen yang bersifat perdata.

6). Pemungutan Bea Meterai bersifat dapat dipaksakan, dimana apabila dokumen yang seharusnya dikenakan Bea Meterai tidak dilunasi Bea Meterai yang terutang sebagaimana mestinya oleh pihak yang membuat atau menerima manfaat atas dokumen tersebut, maka akan dikenakan sanksi berupa denda sebesar 200% dari Bea Meterai yang terutang dan dibayar dengan cara pemeteraian kemudian. Selain itu terhadap, setiap orang atau Badan yang melakukan tindak pidana yang diatur dalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1985 akan dikenakan sanksi pidana.b. Dokumen dan dokumen elektronik

Yang dimaksud dengan dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengadung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi seorang dan/atau pihak yang berkepentingan. Definisi ini memberikan pengertian dokumen secara sempit, yaitu terbatas pada kertas yang berisikan tulisan. Dikatakan secara sempit karena dalam kehidupan sehari-sehari dokumen tidak hanya terbatas dalam bentuk kertas yang berisikan tulisan, tetapi juga bentuk lain seperti film, rekaman video, kaset, dan sebagainya.

Sebagai perbandingan tentang pengertian dokumen dapat dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa, departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang diterbitkan oleh Balai Pustaka Jakarta tahun 1999. Dokumen memiliki tiga pengertian yaitu antara lain :

1). Surat yang tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti keterangan (seperti akta kelahiran, surat nikah, dan surat perjanjian);2). Barang cetakan atau naskah karangan yang dikirim melalui pos; atau

3). Rekaman suara, gambar di film, dan sebagainya yang dapat dijadikan bukti keterangan.

Sedangkan pengertian dari dokumen elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal atau sejenisnya. Walaupun mengenai keamanan penyimpanan data ataupun dokumen pada media elektronik belum tentu aman, karena dokumen tersebut kemungkinan dapat dibuka atau diakses oleh orang atau pihak yang tidak berkepentingan, sehingga timbul penyalahgunaan dokumen elektronik. Adapun bentuk-bentuk penyalahgunaan tersebut diantaranya yaitu mengcopy atau menyalin, merusak atau dibuat tidak berfungsi untuk tujuan tertentu, bahkan mengubah isi dari dokumen tersebut, sehingga timbul kerugian bagi pemilik asli dokumen, baik secara material maupun financial.

Ditinjau dari sudut siapa yang berwenang memungut Bea Meterai, maka Bea Meterai termasuk pajak Negara dalam hal ini pajak umum, yaitu sesuatu jenis pajak yang pemungutannya dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak, yang pelaksanaan pemungutannya dilaksanakan oleh kantor pelayanan pajak. Bea Meterai juga merupakan biaya pengesahan atau pungutan secara hukum atas dokumen berharga dan penting yang dilakukan oleh Negara.

2. Objek dan wajib Pajak Bea Meterai

a. Objek Pajak

Yang dimaksud dengan objek pajak, atau yang dikenakan Bea Meterai adalah dokumen, tetapi terbatas pada dokumen yang bersifat perdata. Oleh karena itu, Bea Meterai menurut Undang-Undang Bea Meterai 1985 tidak bersifat sebagai pengganti jasa, karena atas permateraian tadi tidak ada imbalan secara langsung yang diberikan oleh pemerintah. Namun terhadap dokumen yang semula bebas Bea Meterai, kemudian karena tujuan lain, seperti akan dipergunakan sebagai alat bukti sehingga wajib bea meterai, mencerminkan adanya imbalan secara langsung dari pemerintah, bahwa dokumen tersebut akan sah menurut hukum. Apalagi bila diingat ketentuan pasal 11 yang melarang pejabat tertentu untuk melayani dokumen yang tak bermeterai.Karena objek Bea meterai adalah dokumen yang bersifat perdata saja maka dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pelayanan pemerintah, seperti pemberi paspor, permohonan dan pemberian surat ijin mengemudi (SIM ), Surat Keterangan Pendaftaran Senjata Api, Surat Izin Mendirikan Bangunan ( IMB ), dan seterusnya tidak terutang Bea Meterai. Meskipun demikian undang-undang berusaha menentukan dokumen-dokumen yang terutang Bea Meterai secara limitatif. Hal ini seperti yang tertuang pada pasal 2 ayat (1) yang menentukan dokumen yang dikenakan Bea Meterai adalah dokumen yang berbentuk :

1). Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan, atau keadaan yang bersifat perdata.

2). Akta-akta notaries termasuk salinannya.

3) Akta-akta yang dibuat oleh pejabat pembuat Akta Tanah termasuk rangkapnya.

4). Surat yang memuat jumlah uang lebih dari Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah).(a). Yang menyebutkan penerimaan uang ;

(b). Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di Bank;

(c). Yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah dilunasi atau telah diperhitungkan.

5).Surat berharga, seperti wesel, promes, aksep dan cek yang harga nominalnya lebih dari Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah).

6).Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun sepanjang harga nominalnya lebih dari Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah ).

7).Dokumen yang dipergunakan alat pembuktian dimuka pengadilan, yaitu :

(a). Surat-surat biasa dan surat kerumahtanggaan

(b) surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuan bila digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, lain dari maksud semula.

Untuk mempertegas penafsiran secara limitatif terhadap dokumen-dokumen yang terutang Bea Meterai, Undang-Undang juga menentukan adanya dokumen yang dikecualikan dari pengenaan Bea Meterai, yaitu :

1). Dokumen yang berupa :

(a). Surat penyimpanan barang ;

(b). Konosemen ;

(c). Surat angkutan penumpang barang ;

(d). Keterangan pemindahan yang dituliskan atas dokumen sebagai mana dimaksud pada angka 1) sampai dengan 4);

(e). Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang ;

(f). Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim ;

(g). Surat-surat lain yang dapat disamakan dengan surat-surat sebagaimana pada angka 1) sampai dengan 6). Yang dimaksud dengan surat-surat lainnya adalah surat-surat yang tidak disebut diatas. Namun karena isi dan kegunaannya dapat disamakan dengan surat-surat dimaksud seperti surat titipan barang, ceel gudang, manipest penumpang.2).Segala bentuk ijazah. Yang termasuk pengertian segala bentuk ijazah adalah surat Tanda Tamat Belajar, Tanda lulus, surat keterangan telah mengikuti sesuatu pendidikan/latihan/kursus/penataran.

3).Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan dan pembayaran lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran itu.

4).Tanda bukti penerimaan Uang Negara, Kas Pemerintah daerah dan Bank. Yang dimaksud dengan Bank adalah bank yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk meminta setoran pajak, Bea dan cukai.

5).Tanda penerima uang yang dibuat untuk keperluan intern Organisasi.

6).Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan, kepada penabung oleh bank, koperasi, dan badan-badan lainnya yang bergerak dibidang tersebut.

7).Surat gadai yang diberikan oleh jawatan Pegadaian.

8).Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek dengan nama dan dalam bentuk apapun.b. Wajib Bea Meterai

Setelah diketahui besarnya bea atas dokumen maka perlu diuraikan tentang siapa yang dibebani bea tersebut, atau yang disebut wajib bea. Seperti yang tercantum dalam pasal 6 undang-undang Bea Meterai 1985, menetukan bahwa Bea Meterai terutang oleh pihak yang menerima atau pihak yang mendapat manfaat dari dokumen itu, kecuali pihak yang mendapat manfaat dari dokumen itu atau yang bersangkutan menentukan lain.

Dokumen yang terutang Bea Meterai ada yang ditandatangani oleh satu pihak saja, seperti kuitansi dimana penandatangannya hanya oleh penerima uang, dan ada pula dokumen yang ditandatangani oleh dua orang/pihak atau lebih, seperti surat perjanjian dibawah tangan. Terhadap dokumen yang ditandatangani oleh satu pihak saja, wajib bea adalah pihak yang memerlukan kuitansi. Sebaliknya terhadap dokumen yang ditandatangani oleh dua orang/pihak atau lebih, wajib beanya adalah masing-masing pihak atas dokumen yang diterima. Bila surat perjanjian dibuat dengan akta notaries maka wajib beanya adalah pihak yang mengadakan perjanjian, kecuali ditentukan lain. Subjek pajak yang telah memenuhi syarat-syarat objektif sehingga kepadanya diwajibkan pajak. Dengan kata lain setiap wajib pajak itu adalah subjek pajak. Subjek pajak adalah pihak-pihak (orang atau badan) yang akan dikenakan pajak.

C. Electronic Procurement Sebagai Transaksi Elektronik serta hubungannya dengan hukum pajak1. Pengertian Transaksi Elektronik dan Electronic Procurement

a. Pengertian Transaksi Elektronik

Transaksi elektronik adalah suatu kegiatan transaksi yang menggunakan media elektronik. Kegiatan transaksi yang menggunakan media elektronik ini, termasuk didalamnya adalah perdagangan melalui internet atau internet commerce; perdagangan dengan fasilitas web internet (web commerce); dan perdagangan dengan sistem pertukaran data tersetruktur secara elektronik (Electronic data interchange). Seperti diungkapkan oleh Arrianto Mukti Wibowo, sistem perdagangan atau transaksi melalui media internet ini adalah sistem perdagangan melalui media internet dimana para konsumen berinteraksi secara langsung dengan sistem perdagangan tersebut (consumer based internet commerce) .

Transaksi elektronik merupakan bagian dari kehidupan setiap hari, karena revolusi teknologi telah menciptakan terobosan yang semakin canggih untuk memberikan landasan yang lebih kokoh untuk mengembangkan transaksi elektronik sebagai sarana perdagangan milimenum selanjutnya. Oleh sebab itu maka terdapat faktor-faktor yang menjadi landasan penting untuk mendorong perkembangan transaksi elektronik, yaitu :

1) kuatnya peranan dari sektor swasta untuk berperan dan menjadi pionir dalam pengembangan transaksi erlektronik;

2) Adanya kebijaksanaan pemerintah yang menghilangkan batasan atau hambatan untuk menyelenggarakan transaksi elektronik;3) Dukungan pemerintah untuk mengejewantahkan, meminimalisir, menjalankan secara konsisten kebijaksanaan dalam mendukung transaksi elektronik yang berdasarkan kepada ketentuan hukum lebih umum;

4) Kebijaksanaan pemerintah haruslah dapat mencerminkan bagaimana pemerintah memahami tentang penting transaksi elektronik tersebut; dan

5) Transaksi elektronik haruslah berdasarkan kepada pelaksanaan yang berdasarkan pada prinsip-prinsip yang global dan universal.

b. Hubungan Electronic Procurement dengan hukum pajak

Electronic Procurument adalah kegiatan penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa melalui media elektronik (mencakup informasi dan telekomunikasi). Pengadaan barang dan jasa mengandung pengertian adanya transaksi, sehingga diperlukan adanya beberapa transaksi yaitu adanya identitas, kesepakatan, pertukaran dokumen, dan pengesahan.

Untuk itu dalam transaksi elektronik sangat diperlukan beberapa hal, yaitu antara lain :1). Identitas, mencakup User ID dan Password2). Pengamanan sistem terhadap registered and and authorized client, aplikasi, manipulasi data dan kelancaran komunikasi / transfer data.

Adapun tujuan dari electronic procurement ini yaitu untuk meningkatkan efisiensi serta transparasi, akuntabilitas publik dan partisipasi stakeholders didalam penyelenggaraan barang dan jasa serta mencegah terjadinya praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) diantara para pihak. Dalam pelakanaan Electronic procurement, segala kegiatannya tidak hanya dapat dilakukan melalui media elektronik saja akan tetapi ada pelaksanaan electronic procurement secara partial (semi Electronic Procurement). Yaitu Pelaksanaan electronic procurement yang sebagian proses pelelangan dilakukan transaksi melalui media elektronik (internet) secara interaktif (antara Pengguna jasa dan penyedia jasa) dan sebagian lagi dilakukan secara manual (konvensional).

Jika dihubungkan dengan hukum pajak, pelelangan secara elektronik atau electronic procurement ini merupakan suatu kegiatan penjualan dimuka umum dengan cara penawaran harga baik secara lisan maupun dan / atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli. Dokumen-dokumen dalam electronic procurement termasuk dalam obyek, tarif, dan yang terhutang bea meterai, karena dokumen-dokumen dalam elektronik procurement memuat perjanjian yang di buat dan di sepakati oleh para pihak.

Kembali lagi pada Undang-undang bea meterai Nomor 13 tahun 1985 pasal 2 ayat (1) huruf a yang menyebutkan bahwa dikenakan bea meterai atas dokumen yang berbentuk surat perjanjian dan surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata. Electronic procurement termasuk ke dalam kegiatan yang bersifat perdata karena didalamnya memuat berbagai perjanjian yang bersifat mengikat, serta mempunyai objek perjanjian yang bersifat ekonomis. Oleh karena itu dokumen dalam electronic procurement wajib dikenakan pajak bea meterai.2. Prasyarat dapat dilaksanakannya electronic Procurement dan perikatannyaa. Prasyarat dilaksanakannya Electronic Procurement

Dalam Electronic Procurement terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum proses electronic procurement ini dilangsungkan. Syarat-syarat tersebut yaitu menyangkut antara lain :

1) Syarat HukumMenyangkut :

a). peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan acuan dalam penyelenggaraan transaksi secara elektronik.

b). Keabsahan pelaksanaan transaksi termasuk surat menyurat melalui media elektronik.

c). legal aspek tandatangan elektronik dan bea materai untuk berbagai dokumen.

d). Keppres perlu dilakukan revisi untuk mengatur pelaksanaan tender /lelang secara elektronik.

e). Badan yang berhak untuk pengesahan registrasi dan para penyedia jasaf). Siapa yang berhak mendaftarkan perusahaan yang merugikan lelang /tender.

g). lokasi, waktu pengiriman dan penerimaan dokumen penawaran

h). Keabsahan dalam mengaudit proses lelang / tender melalui media elektronik (electronic Procurement).

Dalam upaya menegakkan aspek hukum, diperlukan peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan electronic procurement untuk menjamin keabsahan dan kekuatan hukum daripada pelaksanaan pelelangan secara elektronik atau electronic procurement tersebut, termasuk surat menyurat melalui media elektronik seperti aspek hukum tandatangan elektronik dan bea meterai untuk berbagai dokumen.

2) Syarat Manajemen

a). Peningkatan kemampuan sumber daya manusia (seluruh stakeholders) dalam penguasaan IT.

b). Perlu disusun SOP internal untuk mengatur pelaksanaan electronic procurement, antara lain menyangkut penanggungjawab dari pelaksanaan electronic Procurement, termasuk dalam data di server dan sistem jaringan sendiri.

c). Sosialisasi ke seluruh stakeholders (proyek, swasta, organisasi profesi, organisasi pengusaha).d). Perlunya penetapan User ID dan Password, apakah bersifat terbuka atau tertutup.e). Perlu dikembangkan aspek Transparansi electronic procurement secara luas.3) Syarat teknis

a). Penyelenggaraan transaksi melalui media elektronik terdiri dari komponen:

(1).CPE ( customer Premises Equipment ) atau terminal ( PC, PDA, PONSEL )(2). Host (server)

(3). Aplikasi (sistem electronic Procurement)(4). Jaringan (PSTN, LC, CABLE TV, VSAT, dll)

(5). Protokol komunikasi (TCP/IP,Frame Relay, X.25)

b). Pembangunan sistem E-Registrasi untuk penyediaan jasa.

c). kapasitas Bandwidth cukup untuk kelancaran proses pengisian format-format pelelangan/tender, Up-load dan Down-load dokumen.

d). keamanan sistem aplikasi dan dokumen dari serangan virus atau Hecker.Pelaksanaan electronic procurement itu memang belum dapat dilakukan secara sepenuhnya, karena untuk electronic procurement ini sampai saat ini masih mengacu pada keputusan presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang / jasa pemerintah. Dimana pada pasal 1 angka 20 peraturan presiden Nomor 8 tahun 2006 tentang perubahan keempat atas keputusan presiden Nomor 80 tahun 2003 ini, menyebutkan bahwa kemitraan adalah kerjasama usaha antara penyedia barang / jasa dalam negeri maupun dengan luar negeri yang masing-masing pihak mempunyai hak, kewajiban dan tanggung jawab yang jelas, berdasarkan kesepakatan bersama yang dituangkan dalam perjanjian tertulis.

Setiap pengadaan barang / jasa yang dilakukan melalui kerjasama dengan para pihak akan selalu dituangkan dalam sebuah kontrak, dan menurut pasal 1 angka 17 Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2006 tentang perubahan ke empat atas Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan Pengadaan barang/jasa menyebutkan bahwa kontrak adalah perikatan antara pengguna barang / jasa dengan penyedia barang / jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa. Dalam pengadaan barang dan jasa kontrak itu terdiri dari ketentuan umum ( yang berlaku untuk semua jenis kontrak) dan ketentuan khusus ( berlaku untuk masing-masing kontrak sesuai dengan jenis pekerjaan).

b. Perikatan dalam Electronic Procurement

Dalam Electronic Procurement juga para pihak yang bersangkutan akan saling mengikatkan diri pada suatu kontrak perjanjian, meskipun perjanjiannya dilakukan melalui media elektronik namun perikatan tersebut tetap mengacu pada pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Kontrak (perjanjian) adalah suatu "peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal ". (Subekti, 1983:1). Melalui kontrak terciptalah perikatan atau hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak yang membuat kontrak. Dengan kata lain, para pihak terikat untuk mematuhi kontrak yang telah mereka buat tersebut. Dalam hal ini fungsi kontrak sama dengan perundang-undangan, tetapi hanya berlaku khusus terhadap para pembuatnya saja. Secara hukum, kontrak dapat dipaksakan berlaku melalui pengadilan. Hukum memberikan sanksi terhadap pelaku pelanggaran kontrak atau ingkar janji (wanprestasi). Pengaturan tentang kontrak diatur terutama di dalam KUH Perdata (BW), tepatnya dalam Buku III, di samping mengatur mengenai perikatan yang timbul dari perjanjian, juga mengatur perikatan yang timbul dari undang-undang misalnya tentang perbuatan melawan hukum. Suatu asas hukum penting berkaitan dengan berlakunya kontrak adalah asas kebebasan berkontrak. Artinya pihak-pihak bebas untuk membuat kontrak apa saja, baik yang sudah ada pengaturannya maupun yang belum ada pengaturannya dan bebas menentukan sendiri isi kontrak. Namun, kebebasan tersebut tidak mutlak karena terdapat pembatasannya, yaitu tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan.

Aspek-aspek kebebasan berkontrak dalam Pasal 1338 KUH Perdata (BW) , yang menyiratkan adanya 3 (tiga asas) yang seyogyanya dalam perjanjian :

1). Mengenai terjadinya perjanjian.

Asas yang disebut konsensualisme, artinya menurut BW perjanijan hanya terjadi apabila telah adanya persetujuan kehendak antara para pihak (consensus, consensualisme).2). Tentang akibat perjanjian

Bahwa perjanjian mempunyai kekuatan yang mengikat antara pihak-pihak itu sendiri. Asas ini ditegaskan dalam Pasal 1338 ayat (1) BW yang menegaskan bahwa perjanjian dibuat secara sah diantara para pihak, berlaku sebagai Undang-Undang bagi pihak-pihak yang melakukan perjanjian tersebut.3). Tentang isi perjanjian

Sepenuhnya diserahkan kepada para pihak (contractsvrijheid atau partijautonomie) yang bersangkutan. Dengan kata lain selama perjanjian itu tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku, kesusilaan, mengikat kepentingan umum dan ketertiban, maka perjanjian itu diperbolehkan.Berlakunya asas kebebasan berkontrak dijamin oleh oleh Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang menentukan bahwa :

"setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya".Jadi, semua perjanjian atau seluruh isi perjanjian, asalkan pembuatannya memenuhi syarat, berlaku bagi para pembuatnya, sama seperti perundang-undangan. Pihak-pihak bebas untuk membuat perjanjian apa saja dan menuangkan apa saja di dalam isi sebuah kontrak, asalkan perjanjian tersebut tidak saling merugikan antara para pihak dan pihak lain yang bersangkutan dengan hal yang diperjanjikan.

Dari bunyi Pasal 1338 ayat (1) jelas bahwa perjanjian yang mengikat hanyalah perjanjian yang sah. Supaya sah pembuatan perjanjian harus mempedomani Pasal 1320 KUH Perdata.

Pasal 1320 KUH Perdata menentukan empat syarat sahnya perjanjian yaitu harus ada kesepakatan, kecakapan, hal tertentu dan sebab yang diperbolehkan.96.*-1. kesepakatan.

Yang dimaksud dengan kesepakatan di sini adalah adanya rasa ikhlas atau saling memberi dan menerima atau sukarela di antara pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut. Kesepakatan tidak ada apabila kontrak dibuat atas dasar paksaan, penipuan atau kekhilafan.

2. Kecakapan

Kecakapan di sini artinya para pihak yang membuat kontrak haruslah orang-orang yang oleh hukum dinyatakan sebagai subyek hukum. Pada dasarnya semua orang menurut hukum cakap untuk membuat kontrak. Yang tidak cakap adalah orang-orang yang ditentukan hukum, yaitu anak-anak, orang dewasa yang ditempatkan di bawah pengawasan (curatele), dan orang sakit jiwa.Anak-anak adalah mereka yang belum dewasa yang menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan belum berumur 18 (delapan belas) tahun. Meskipun belum berumur 18 (delapan belas) tahun, apabila seseorang telah atau pernah kawin dianggap sudah dewasa, berarti cakap untuk membuat perjanjian.3. Hal tertentu.

Hal tertentu maksudnya objek yang diatur kontrak tersebut harus jelas, setidak-tidaknya dapat ditentukan, jadi tidak boleh samar-samar. Hal ini penting untuk memberikan jaminan atau kepastian kepada pihak-pihak dan mencegah timbulnya kontrak fiktif. Misalnya pengadaan barang dan jasa / tender dibidang apa, kegunaan dan manfaatnya. Semakin jelas semakin baik. 4. sebab yang dibolehkan.

Maksudnya isi kontrak tidak boleh bertentangan dengan perundang-undangan yang sifatnya memaksa, ketertiban umum, dan atau kesusilaan. Misalnya melakukan pengadaan barang dan jasa di bidang yang bertentangan dengan norma-norma tersebut.

KUH Perdata memberikan kebebasan berkontrak kepada pihak-pihak membuat kontrak secara tertulis maupun secara lisan. Baik tertulis maupun lisan mengikat, asalkan memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Jadi, kontrak tidak harus dibuat secara tertulis.

Kesepakatan dalam electronic procurement dilaksanakan dengan menggunakan media internet yang mengandung azas konsensualisme yaitu adanya persetujuan kehendak antara para pihak, dan perjanjian yang disepakati para pihak itu tercantum pada dokumen elektronik. Tidak ada paksaan dan tidak ada sifat perjanjian sepihak di dalamnya. Perjanjian dalam electronic procurement juga telah memenuhi syarat- syarat sah perjanjian yang tercantum dalam Burgerlijk wetboek (BW) atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, walaupun dilakukan dengan menggunakan media internet. Sehingga perjanjian yang akan disepakati oleh para pihak dalam electronic procurement dianggap telah sah. Rukiah Handoko,pengantar Hukum Pajak Buku A,seri Buku Ajar(Diktat Kuliah),Depok,2000,hlm.3.

Santoso Brotodihardjo,Pengantar Hukum pajak, Eresco, Bandung 1995, hal. 131.

Early Suandi, Hukum Pajak, (Jakarta : penerbit Salemba Empat, Edisi pertama, 2000), hlm 84.

Marihot P.Siahaan,Utang Pajak, Pemenuhan kewajiban,dan penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Jakarta; Rajawali Pers,2004), hlm.5.

Amin Widjaja Tunggal,Pelaksanaan Pajak Penghasilan Perseorangan,(Jakarta; Rineka cipta, 1999),hlm.15.

Departemen Republik Keuangan Indonesia,Dasar-Dasar Perpajakan (jakarta,1991),hlm.6.

Bohari,Pengantar Hukum Pajak,(Jakarta:RajaGrafindo,1993),hlm.32-34.

Rukiah Handoko.Op.cit.,hlm.31-32

Rimsky K. Judisseno,Pajak dan Strategi Bisnis (suatu tinjauan tentang kepastian Hukum dan Penerapan Akuntansi di Indonesia),(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama,1999),hlm.24.

Rukiah Handoko.Op.cit.,hlm.32.

Early Suandi, Op. Cit, hlm 51.

R.Santoso Broto Dihardjo, S.H, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, ( Bandung : PT.Refika Aditama, cetakan ke-19, 1998), hlm.187.

Marihot P.Siahaan,Bea Meterai Di Indonesia,( Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,2006),hlm.7

Ibid.,hlm.14

Pasal 1 angka 13 Rancangan Undang-undang Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (RUNDANG-UNDANG ITE).

B.boediono,M.Si,Drs, Perpajakan Indonesia, (Jakarta : penerbit Diadit Media), 2000.Hlm.521

Achmad Tjahjono, Triyono Wahyudi, (Jakarta : penerbit Pt.Raja Grafindo Persada), 2003.hlm399

B. Boediono M.Si., Op.Cit.,hal 522

Ibid.,hlm.526

Erly Suandy, Hukum Pajak, (Jakarta : Salemba Empat, Edisi Pertama, 2000), hlm51.

Arrianto Mukti wibowo,Op. Cit..

25 HYPERLINK "http://business.fortunecity.com/buffett/842/art080399_transelektronik.htm, diakses" http://business.fortunecity.com/buffett/842/art080399_transelektronik.htm, diakses tanggal 25 oktober 2007, pukul 15.30.

Rochmat Soemantri, Pengantar dan Instruksi lelang, Bandung: PT. Eresco, 1987, halaman 153

http://toruanaccountingtax.blogspot.com/2007/04/kontrak-perjanjian.html. Tanggal 14 November 2007, Pukul 15.30

PAGE