Upload
inzomniawapkamobi
View
789
Download
322
Embed Size (px)
DESCRIPTION
http://inzomnia.wapka.mobi
Citation preview
James Herriot
SEANDAINYA MEREKA BISA BICARA
Penerbit PT Gramedia Jakarta, 1978
Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
Judul asli:
"IF ONLY THEY COULD TALK"
by James Herriot
© James Herriot 1970
"SEANDAINYA MEREKA BISA BICARA"
Alihbahasa: Ny. Suwarni A.S. GM 78.145
Hak cipta terjemahan Indonesia PT Gramedia, Jakarta Hak cipta
dilindungi oleh Undang-undang AU rights reserved Diterbitkan pertama
kali oleh Penerbit PT Gramedia, Jakarta 1978 Anggota IKAPI
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Dicetak oleh
Percetakan PT Gramedia Jakarta
untuk
EDDIE STRAITON
disertai rasa terima kasih dan persahabatan
BAB 1
AKU tak mengenakan baju. Kandang itu tak berpintu. Angin meniup
keras. Salju masuk ke dalam, dan bertengger di punggungku. Kurasa, hal
seperti ini tak terdapat dalam buku.
Aku tertelungkup di lantai, yang terbuat dari batu-batu bulat. Wajahku
berbantalkan tahi lembu, yang baunya tak dapat dilukiskan dengan kata-
kata. Lenganku kumasukkan dalam-dalam ke liang peranakan. Kakiku
meraba-raba di antara batu mencari tumpuan, karena lembu itu terus-
menerus menggeliat. Tubuhku penuh salju yang bercampur kotoran
serta darah kering, karena aku hanya memakai celana. Di luar lingkaran
nyala lampu, aku tidak dapat melihat sesuatu. Lampu minyak itu dipegang
oleh petani pemilik lembu. Nyalanya tidak begitu terang dan berasap.
Hal berikut ini juga tak terdapat dalam buku. Misalnya tentang mencari
tali dan alat-alat di dalam gelap. Tentang berusaha tetap bersih dengan
air kotor setengah ember. Tentang batu-batu bulat yang menekan dada.
Tentang lengan yang lambat laun membeku. Tentang otot-otot yang
sedikit demi sedikit menjadi lumpuh, waktu jariku berusaha keras
melawan dorongan kuat dari dalam lembu.
Tentang rasa lelah dan rasa putus asa yang makin lama makin berat.
Tentang suara panik yang
melengking-lengking jauh di dalam hatiku. Ini pun tak disebut-sebut
dalam buku!
Aku teringat sebuah gambar dalam buku ilmu kebidanan. Seekor lembu
sedang berdiri di tengah-tengah lantai yang mengkilat. Dokter hewan
mengenakan mantel bidan yang putih bersih. Ia memasukkan tangannya
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
ke dalam lembu, dari jarak yang cukup sopan. Ia tampak santai dan
tersenyum. Petani dan pembantunya juga tersenyum. Bahkan lembunya
juga tersenyum. Tak ada kotoran, darah, atau keringat.
Dokter dalam gambar itu baru saja selesai makan hidangan yang lezat.
Kemudian ia pergi ke rumah sebelah, untuk menolong lembu beranak.
Tugas ini dikerjakan dengan senang hati, seolah-olah suatu hiburan
belaka. Ia tak perlu meninggalkan tempat tidur pada pukul dua malam,
sambil merangkak-rangkak kedinginan. Ia tak perlu naik mobil sejauh
dua belas mil, terbanting-banting di jalan penuh salju. Ia tak perlu
meregang-regangkan matanya yang mengantuk, untuk mencari-cari
rumah petani di tempat yang terpencil. Ia tak perlu memanjat lereng
bukit yang tertutup salju sejauh setengah mil, untuk mencapai
tujuannya, ialah kandang tak berpintu, tempat pasiennya berbaring.
Aku berusaha menggerak-gerakkan tanganku, supaya masuk lebih dalam.
Kepala anak lembu itu tak terjangkau. Dengan susah payah aku
memasukkan tali kecil berbentuk kait, untuk mengait rahang bawahnya
dengan ujung jariku. Lenganku terus-menerus terhimpit di antara tubuh
anak lembu dan tulang pinggul induknya. Setiap kali lembu menggeliat,
tekanan pada lengan hampir tak terderita. Bila lembu berhenti
menegang, aku mendorong tali lebih dalam lagi. Aku tidak tahu, berapa
lama hal ini akan berlangsung, dan apakah aku akan tahan. Jika aku tak
berhasil mengait rahang bawahnya, anak lembu itu takkan dapat
dikeluarkan. Aku menghela nafas, menggertakkan gigi, dan meraih ke
depan lagi.
Gumpalan salju tertiup angin ke dalam lagi. Suaranya mendesis-desis di
punggungku yang berkeringat. Dahiku berkeringat juga. Setiap kali aku
mendesak maju, keringat itu masuk ke dalam mata.
Pada saat sial seperti ini, kita kerap kali jadi sangsi, apakah usaha kita
akan berhasil. Aku sudah mencapai tingkat ini.
Komentar-komentar aneh mulai menyelinap ke dalam hati. 'Mungkin
lebih baik lembu ini dipotong saja. Rongga pinggulnya terlalu sempit dan
kecil, sehingga tak mungkin anaknya dapat dikeluarkan,' atau, 'lembu ini
terlalu gemuk dan termasuk jenis lembu potong, jadi lebih baik
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
memanggil tukang jagal, bukan dokter hewan!' atau barangkali, 'ini
lembu sial. Rongga pinggulnya terlalu sempit. Pada lembu yang rongga
pinggulnya lebar, anaknya dapat lahir dengan mudah. Tapi pada lembu
ini, hampir tidak mungkin!'
Tentu saja aku dapat mengeluarkan anaknya dengan embriotomi. Ialah
mengait lehernya dengan kawat, dan menggergaji kepalanya. Dengan
cara begini, jerih payahku akan berakhir dengan potongan-potongan
kepala, kaki, dan onggokan isi perut. Banyak buku tebal yang
membicarakan hal ini. Ada bermacam-macam cara untuk memotong-
motong anak lembu.
Tapi di sini, semua cara itu tak ada gunanya, karena anaknya masih
hidup. Aku meraih ke dalam sejauh-jauhnya. Aku berhasil menyentuh
ujung mulutnya. Aku terkejut, karena lidah anak lembu itu masih
bergerak. Hal ini sungguh di luar dugaan, karena anak lembu dalam posisi
ini biasanya mati. Tak dapat bernafas, karena lehernya terlipat dan
dadanya tertekan kontraksi liang peranakan. Tapi
anak lembu ini masih menunjukkan tanda-tanda hidup, jadi harus
dikeluarkan utuh.
Aku bangkit untuk mengambil air ember. Air itu sekarang dingin dan
bercampur darah. Tanpa bicara sepatah kata pun. aku membersihkan
tangan dengan sabun. Kemudian aku berbaring lagi. Batu-batu bulat itu
terasa makin menekan dada. Aku menjejak-jejakkan ibu jari kaki di
sela-sela batu, sambil menggeleng-gelengkan kepala, supaya keringat
jangan masuk ke dalam mata. Untuk seratus kalinya, aku memasukkan
tanganku ke dalam perut lembu. Mungkin bagi lembu, lenganku rasanya
sudah seperti spageti. Kulit lenganku terasa pedih, karena tersayat kaki
anak lembu, yang kering dan tajam seperti kertas pasir. Kemudian
tanganku sampai di lehernya, telinganya, dan dengan susah payah sampai
di kepalanya. Tujuanku yang terakhir adalah mencapai rahang bawahnya.
Sungguh tak masuk akal, bahwa aku tahan dalam keadaan begini selama
hampir dua jam! Aku tetap berjuang, meskipun tenagaku makin habis,
hanya untuk mengait rahang bawah anak lembu dengan tali! Segala usaha
telah kukerjakan, antara lain menahan kakinya, menarik lekuk matanya
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
dengan hati-hati sekali. Tapi akhirnya aku terpaksa menggunakan kait
tali lagi!
Seluruh pertemuan ini sungguh menyedihkan. Pak Dinsdale, pemilik
lembu ini, adalah seorang pria yang bertubuh tinggi. Ia mudah bersedih
hati, dan sedikit bicara. Ia selalu mengharapkan nasib sial. Anaknya laki-
laki, juga bertubuh tinggi dan berwajah sedih. Seperti ayahnya, ia juga
pendiam. Kedua orang ini memperhatikan jerih payahku dengan hati yang
murung.
Tapi yang paling menyakitkan hati adalah sang paman, ialah adik Pak
Dinsdale. Waktu mobilku merayapi lereng bukit, aku terkejut karena
melihat seorang tua duduk dengan enaknya di atas tumpukan jerami.
Matanya sempit menyala-nyala. Topinya jelek seperti pastel daging babi.
Ia sedang mengisi pipanya, dan jelas ia sedang mengharapkan tontonan
yang mengasyikkan.
"Ha, selamat datang, Anak muda!" serunya. Suaranya sengau seperti
nada bahasa penduduk sebelah barat. "Kenalkan, aku adik Dinsdale.
Rumahku di Listondale."
"Terima kasih! Nama saya Herriot," jawabku, sambil menganggukkan
kepala dan meletakkan alat-alat.
Kemudian orang itu memandangku dengan tajam, sambil berkata, "Nama
dokterku Pak Broom-field. Kukira kau sudah pernah mendengar
namanya. Tiap hidung kenal dia, karena dia orang hebat. Apalagi di
bidang menolong lembu beranak. Kau belum tahu? Dia tidak pernah
gagal!"
Aku hanya tersenyum kecut. Di lain kesempatan, aku pasti merasa
gembira mendengar teman sepro-fesiku dipuji. Tapi hendaknya jangan
sekarang! Dan jangan pada saat sial ini! Kata-kata itu sungguh
menghancurkan semangatku!
"Maaf, saya tidak kenal Pak Broomfield," jawabku, sambil melepaskan
jaket. Lebih menyegankan lagi adalah menanggalkan baju. "Tapi saya
belum lama mengenal daerah ini."
Paman itu terkejut. "Apa? Kau belum kenal dia? Ya, ampuuun! Tentu
hanya kau yang belum mengenalnya. Di Listondale dia terkenal sekali,
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
kalau kau mau tahu!" Kemudian ia diam, karena sedang menyulut pipanya.
"Pak Broomfield tubuhnya kuat seperti petinju. Aku belum pernah
melihat orang berotot sekekar itu!"
Aku merasa lemah-lunglai. Kakiku tiba-tiba terasa berat seperti
dibebani timah dan tak berdaya.
Waktu aku mulai meletakkan tali dan alat-alat di atas handuk yang
bersih, orang tua itu bicara lagi,
"Kalau aku boleh bertanya, sudah berapa lama kau praktek?"
"Belum lama, baru tujuh bulan."
"Baru tujuh bulan?!" seru Paman sambil tersenyum mengejek. Ia
menjejalkan tembakau ke dalam pipa dan meniupkan asapnya yang biru
dan berbau tak sedap. "Itu belum dapat dikatakan pengalaman. Pak
Broomfield telah berpengalaman sepuluh tahun, dan benar-benar ahli!
Mungkin kau lebih pandai menghafalkan buku. Tapi tentang pengalaman,
kau kalah!"
Aku menuangkan beberapa tetes antiseptik ke dalam ember dan
menyabun lenganku dengan cermat. Kemudian aku berlutut di belakang
lembu.
"Pak Broomfield lebih dulu selalu melumas lengannya dengan minyak
khusus. Katanya, kalau hanya sabun dan air, akan menimbulkan infeksi,"
kata Paman, sambil mengisap pipanya sepuas-puasnya.
Aku mulai memeriksa. Pada saat seperti ini semua dokter hewan merasa
berat. Yang paling me-nyegankan adalah waktu pertama kali
memasukkan tangan ke dalam lembu. Dalam waktu beberapa detik saja
bisa diketahui, apakah pekerjaan ini akan segera selesai, ataukah akan
memakan waktu berjam-jam lamanya.
Kali ini nasibku sungguh sial. Kelahiran anak lembu ini sungguh sulit.
Kepala anaknya terbalik, dan liang peranakan sempit sekali. Lebih
menyerupai lembu yang salah tumbuh. Dan lembu ini terasa kering
sekali, seperti kehabisan air beberapa jam yang lalu. Rupanya ia baru
saja disuruh bekerja berat di ladang, dan melahirkan anaknya seminggu
sebelum waktunya. Itulah sebabnya ia dibawa ke kandang yang hampir
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
roboh ini. Namun, bagaimanapun juga, aku takkan dapat segera kembali
ke tempat tidurku.
"Nah, Anak muda, sekarang apa yang telah kautemukan?" tanya paman
itu. Suaranya lantang memecahkan kesunyian malam. "Kepalanya di
belakang, eh? Terbalik atau melintang? Itu soal mudah! Aku sudah
pernah melihat Pak Broomfield mengatasi soal seperti itu. Sama sekali
tak ada kesukaran. Anak lembu diputar, kemudian kaki depannya ditarik
paling dulu!"
Aku sudah pernah mendengar omong kosong seperti ini. Meskipun aku
belum begitu berpengalaman, aku mengerti bahwa semua petani merasa
lebih tahu tentang lembu orang lain. Tapi jika lembunya sendiri dalam
kesulitan, mereka terburu-buru menelepon dokter. Tapi jika lembu
orang lain mendapat kesukaran, mereka sok tahu, merasa lebih pandai,
lebih berpengalaman, dan murah memberikan nasihat. Dan fenomen lain
yang kuamati ialah, nasihat mereka lebih dihargai daripada pendapat
dokter hewan. Seperti sekarang misalnya. Paman dianggap dewa, dan
Dinsdale serta anaknya dengan hormat mendengarkan semua yang
dikatakannya.
"Cara lain untuk mengatasi kesulitan seperti ini ialah dengan
menggunakan salep pelebar, dan tali untuk menarik kepalanya dan
seluruh tubuhnya!" sambung Paman.
Aku terengah-engah waktu aku meraba-raba sekitarnya. "Dalam ruang
sesempit ini, tak mungkin dapat memutar kepala anak lembu ini. Dan
menarik badannya tanpa memutar kepalanya lebih dulu akan
mematahkan tulang pinggul induknya."
Dinsdale dan anaknya menyempitkan matanya. Jelas mereka
berpendapat, bahwa aku sedang berusaha menangkis serangan Paman,
yang dianggap lebih berpengalaman.
Dan sekarang, dua jam kemudian, aku sudah di ambang kekalahan. Aku
betul-betul akan terpukul. Aku sudah berguling-guling dan merendahkan
diri di atas batu-batu bulat yang kotor, sementara Dins- -dale dan
anaknya menonton dengan wajah muram, tanpa mengucapkan sepatah
kata pun. Sedang paman itu tak henti-hentinya memberi komentar yang
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
menyakitkan hati. Wajah Paman jadi merah berseri-seri karena
gembira. Matanya yang sipit bersinar-sinar, karena selama bertahun-
tahun baru malam ini ia merasa sangat bahagia. Jerih payahnya mendaki
bukit sungguh tak sia-sia, bahkan mendapat ganti rugi seratus kali. Ia
tampak makin lama makin bahagia!
Sementara aku tertelungkup di situ, mata tertutup, wajah terasa kaku
karena kena kotoran, dan mulut ternganga, Paman duduk di atas
onggokan jerami, sambil memegang pipanya. Ia mencondongkan badannya
dan berkata, "Sebentar lagi kau menyerah, Anak muda!" katanya dengan
nada sangat puas. "Padahal aku belum pernah melihat Pak Broomfield
kalah. Tapi karena dia memang berpengalaman. Dan lagi ia kuat,
tubuhnya sungguh kuat. Ia manusia yang tak kenal lelah!"
Mendengar kata-kata itu, aku marah bukan main. Aku merasa seperti
baru saja disiram dengan air keras. Sebenarnya aku ingin bangkit,
melemparkan ember berisi air bercampur darah ke kepala orang tua itu,
lalu melompat ke dalam mobil dan melarikan secepat-cepatnya menuruni
lereng bukit, menjauhi Yorkshire, Paman keparat, Dinsdale dan anaknya,
dan lembu sialan ini!
Tapi itu tidak kulakukan. Bahkan aku menggertakkan gigi, menjejakkan
kaki, dan menjangkau ke depan sejauh-jauhnya. Di luar dugaan sama
sekali, taliku berhasil mengait gigi seri anak lembu dan masuk ke dalam
mulutnya. Dengan hati-hati sekali, sambil berdoa, aku menarik tali itu
dengan tangan kiri. Aku merasa, ikatannya makin erat. Aku telah
berhasil mengait rahang bawahnya!
Akhirnya aku bisa memulai sesuatu.' "Sekarang pegang tali ini, Pak
Dinsdale. Tarik hati-hati, jangan sampai kendur. Aku akan menahan
tubuhnya. Jika Bapak menarik dengan tetap, kepalanya pasti terputar."
"Bagaimana kalau talinya putus?" tanya Paman penuh harap.
Aku tidak menjawab. Tanganku menahan bahu anak lembu dan mulai
mendorong kontraksi induknya. Aku merasa tubuh anaknya mulai
menjauhiku. "Terus, Pak Dinsdale, tarik perlahan-lahan, jangan
disentak-sentak." Dan kepada diriku sendiri,-"O Tuhan, tolonglah,
jangan sampai kait ini terlepas!"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Kepala anak lembu mulai berputar. Aku merasa lehernya mulai lurus dan
sejajar dengan lenganku. Kemudian telinganya menyentuh sikuku.
Bahunya kulepaskan, dan dengan cepat aku memegang mulutnya yang
mungil. Sambil menjaga jangan sampai giginya menyentuh dinding liang
peranakan, aku mengarahkan kepala supaya terletak di atas kaki
depannya.
Dengan cepat aku melebarkan kait itu hingga mencapai belakang telinga.
"Sekarang tarik kepalanya, jika induknya menggeliat!"
"Salah! Yang harus kautarik adalah kakinya!" teriak Paman.
"Tarik ujung talinya, tahu! Jangan hiraukan dia!" bentakku sekeras-
kerasnya. Aku merasa lega, ketika kemudian Paman mundur dan duduk
kembali ke jerami, karena kalah gertak.
Dengan hati-hati kepalanya kutarik ke luar dan seluruh tubuhnya
mengikutinya dengan mudah. Anak lembu itu terletak di lantai, tak
bergerak, matanya berkaca-kaca tapi tak memandang sesuatu, lidahnya
biru dan sangat bengkak.
"Sebentar lagi mati! Pasti mati!" seru Paman, menyerang kembali.
Aku membersihkan lendir pada mulutnya, kemudian membuat pernafasan
buatan. Tenggorokannya kutiup keras, tulang rusuknya kutekan
beberapa kali. Anak lembu itu terengah, kelopak matanya berkedip.
Kemudian ia mulai menarik nafas yang menjejakkan kakinya.
Paman melepaskan topinya dan menggaruk-garuk kepala. Ia tercengang.
Ia tak percaya apa yang dilihatnya. "Ajaib, ia hidup! Padahal aku yakin,
ia pasti mati, karena telah kaulumatkan selama itu!" Api pipanya telah
padam, dan pipa itu tergantung pada bibirnya. Tembakaunya sudah
habis.
"Aku tahu apa yang diinginkan bayi mungil ini," jawabku. Kaki depannya
kupegang dan anak lembu itu kudekatkan kepala induknya. Lembu itu
terbaring di lantai yang kasar, kepalanya terkulai lemah. Tulang
rusuknya terangkat, matanya hampir tertutup. Perhatiannya tampak
lenyap sama sekali. Tapi waktu kepalanya tersentuh tubuh anaknya,
terjadi perubahan besar. Matanya terbuka lebar, hidungnya mendengus-
dengus mencari makhluk baru. Perhatiannya timbul dan minatnya makin
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
lama makin besar. Ia berusaha bangkit dan mengangkat kepalanya. Ia
menderam-deram sambil meraba seluruh tubuh anaknya dengan
moncongnya. Kemudian ia mulai menjilati anaknya dengan teratur. Pada
saat seperti ini, alam telah menyediakan tukang pijat yang ahli. Dan anak
lembu itu melengkungkan punggungnya, waktu kulitnya didorong-dorong
papil lidah yang kasar itu. Sebentar kemudian anak lembu itu
menggeleng-gelengkan kepalanya dan berusaha berdiri.
Aku tersenyum lebar. Itulah yang kuharapkan: mukjizat kecil. Aku tak
akan merasa jemu menyaksikan peristiwa semacam ini, betapapun sering
terjadinya. Aku lalu membersihkan tubuhku yang penuh kotoran dan
darah kering. Tapi tak bisa. Kotoran itu telah jadi kerak, bahkan dengan
kuku pun tak dapat disingkirkan. Aku terpaksa harus menunggu sampai
di rumah. Kotoran itu harus dihilangkan dengan air panas. Waktu aku
mengenakan baju, seluruh tubuhku terasa seperti baru saja dipukuli
dengan tongkat besar. Semua otot terasa sakit. Mulutku kering. Bibirku
hampir lekat.
Tiba-tiba Dinsdale yang bertubuh tinggi dan berwajah murung itu
terhuyung-huyung mendekat dan bertanya, "Bagaimana kalau saya beri
minum?"
Aku terpaksa tersenyum, meskipun mukaku terasa kaku karena kotoran
yang mengering itu. Dalam benakku terbayang teh panas yang
bercampur wiski. "Terima kasih, Pak Dinsdale. Memang aku haus,
sesudah berjuang selama dua jam!"
"Bukan itu maksud saya! Yang saya maksud, apakah lembu saya boleh
diberi minum?" tanyanya, sambil menatapku.
Karena kecele, mulutku lalu berkicau semaunya, "O ya, begitu, betul
memang, berilah ia minum. Ia tentu haus. Itu perlu, memang perlu, ya ya
betul, berilah ia minum....."
Aku mengumpulkan alat-alatku dan berjalan terhuyung-huyung ke luar
kandang. Di luar masih gelap dan angin meniup keras memedihkan mata.
Waktu aku berjalan terseok-seok menuruni lereng bukit, Paman
menyerang lagi. Nadanya melengking, tak mau kalapi dan merupakan
pukulan terakhir. Serunya,
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Pak Broomfield tak pernah memberi minum lembu beranak! Itu akan
membuat perutnya kedinginan!"
BAB 2
WAKTU itu bulan Juli, sinar matahari sangat panas. Aku naik bis kecil
yang sudah reyot. Aku duduk di tempat yang keliru, di dekat jendela.
Aku mengenakan pakaian yang terbaik. Pakaian itu kugerak-gerakkan
dan jariku kumasukkan ke dalam kerah, untuk mengurangi rasa panas.
Sebetulnya pakaian ini kurang tepat dalam cuaca semacam ini. Tapi aku
sedang dalam perjalanan untuk bertemu dengan calon majikanku. Jadi
aku harus membuat kesan yang baik.
Banyak yang akan dibicarakan. Tahun 1937 adalah tahun sial bagi
pencari kerja. Sebagai dokter hewan, yang baru saja lulus, aku harus
menghadapi keadaan ini. Pertanian terlantar, karena selama sepuluh
tahun pemerintah tidak menghiraukannya. Kuda tarik, yang merupakan
mata pencaharian utama, mulai menghilang. Sungguh mudah jadi nabi
yang meramalkan kesuraman masa depan, pada waktu pemuda-pemuda
yang baru lulus dari perguruan tinggi harus berhadapan dengan dunia
yang dingin. Dunia yang acuh tak acuh. Dunia yang tak menghiraukan
semangat dan pengetahuan mereka yang hampir meledak. Di harian
Record seminggu-nya ada dua atau tiga iklan lowongan kerja. Tapi yang
melamar biasanya sampai delapan puluh orang.
Sungguh tak kuduga sama sekali, waktu suratku mendapat jawaban dari
Darrowby di Yorkshire Dales. Pak Siegfried Farnon MRCVS ingin
bertemu denganku pada hari Jum'at siang. Aku disuruh datang untuk
diwawancarai, sambil minum teh. Jika kedua pihak setuju, aku akan
diangkat jadi asistennya. Tentu saja tawaran ini kusambut dengan
gembira sekali, karena banyak teman yang lulus bersamaku sekarang
menganggur. Ada yang jadi pelayan toko atau kuli pelabuhan. Dan aku
sebenarnya telah putus asa menghadapi masa depanku sendiri.
Waktu bis menanjak dan berbelok, sopir memindahkan persneling lagi.
Sudah lima belas mil bis yang kutumpangi naik terus, makin lama makin
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
mendekati Pegunungan Pennines, yang tampak megah, biru, dan sayup-
sayup. Baru sekali ini aku pergi ke Yorkshire. Nama itu selalu
menimbulkan gambaran yang keliru. Menurut bayanganku, Yorkshire
adalah daerah yang tak menyenangkan, tak enak seperti pudingnya.
Daerah itu kaku, membosankan, dan sama sekali tak menarik. Tapi waktu
bis men-deru-deru makin ke atas, aku mulai merasa kagum. Pegunungan
yang tinggi dan tak berbentuk itu mulai terurai jadi bukit-bukit hijau
dan lembah-lembah luas. Di dasar lembah tampak sungai yang berliku-
liku di antara pepohonan. Rumah-rumah petani yang terbuat dari batu
yang kokoh dan berwarna kelabu, tampak seperti pulau di tengah ladang
yang diusahakan. Ladang itu terbentang ke atas seperti tanjung yang
hijau cerah di lerang bukit.
Aku mulai melihat pagar kayu dan pagar tanaman yang berselang-seling
dengan dinding batu, membatasi jalan raya, menyekat ladang, dan
menanjak ke atas tak habis-habisnya di lereng-lereng bukit sekitarnya.
Di mana-mana tampak pagar batu, bermil-mil panjangnya, membuat pola-
pola batik hingga ke puncak-puncak bukit.
Tapi waktu aku hampir sampai di tempat tujuan, ceritera-ceritera yang
mengerikan menghantui diriku. Ceritera itu berasal dari kakak kelasku
yang marah dan kecewa sesudah menyelesaikan masa prakteknya. Bagi
majikan, seorang asisten tak ada harganya. Ia disuruh bekerja keras
dan tidak diberi makan cukup. Sebab majikan itu kebanyakan kejam dan
tak punya peri kemanusiaan. Temanku yang bernama Dave Stevens
misalnya, sambil menyulut rokok dan tangan gemetar, berkata, "Aku tak
boleh istirahat, baik siang maupun malam. Aku disuruh mencuci mobil,
mencangkul di kebun, mencukur rumput, dan berbelanja ke pasar! Tapi
waktu aku disuruh membersihkan cerobong asap, aku minggat!" Willie
Johnstone lain lagi ceriteranya. "Tugas pertama yang harus kukerjakan
ialah memasukkan selang pompa ke dalam lambung lembu. Tapi selang itu
salah jalan. Tidak masuk ke dalam lambung, tapi ke dalam paru-paru.
Baru dipompa beberapa kali saja, lembu itu roboh dan mati seketika!
Itulah pengalamanku yang pertama!" Yang paling mengerikan adalah
pengalaman Fred Pringle. Fred harus mengempiskan perut lembu yang
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
kembung. Waktu udara yang tertekan lama dalam perut menyembur ke
luar, petani pemilik lembu begitu terkesan oleh keahlian Fred, hingga ia
menyulutkan korek apinya yang menyala ke mulut pipa udara. Api yang
tersembur itu menyambar tumpukan jerami dan membakar seluruh
kandang hingga menjadi abu. Tak lama kemudian Fred dijatuhi hukuman
buang ke daerah jajahan - ke Kepulauan Leeward.
Oh, ceritera brengsek! Mudah-mudahan ini semua bohong belaka! Aku
memaki-maki khayalanku yang melantur-lantur dan berusaha
memadamkan api neraka yang berkobar-kobar, ialah ternak yang
menjerit-jerit ketakutan waktu sedang ku-sembuhkan penyakitnya.
Tidak, pasti tidak seburuk itu keadaannya. Aku menggosok-gosokkan
telapak tanganku yang berkeringat ke atas lutut. Aku berusaha
memusatkan pikiranku pada calon majikan yang akan kukunjungi.
Siegfried Farnon. Sebuah nama yang aneh bagi dokter hewan di
Yorkshire Dales. Mungkin ia seorang Jerman, yang baru latihan di
daerah ini dan lalu membuka praktek. Tapi kalau dia orang Jerman, nama
pertamanya tentu bukan Farnon. Seharusnya Farrenen. Ya, Siegfried
Farrenen. Orangnya mulai terbayang: tubuhnya pendek, gemuk, bulat,
dan gendut. Matanya riang, ketawanya ramah. Tapi pada saat itu juga
khayalanku terdesak oleh gambaran lain: tubuhnya tinggi besar, matanya
dingin, rambutnya kaku seperti sikat, bertengkorak suku Teuton.
Pendek kata punya bentuk yang tidak menyenangkan, tidak seperti
kebanyakan ketua praktek.
Sekarang bis berderak-derak melalui jalan sempit yang menuju ke
sebuah lapangan kota. Inilah terminalnya. Di atas jendela toko
sederhana terbaca tulisan "Koperasi Darrowby'. Aku sudah sampai di
tempat tujuan.
Aku turun dari bis dan berdiri di samping koperku yang peyot. Sambil
memandang sekitarnya. Ada yang mengherankan, hingga aku tak bisa
meraih koper. Tanganku terhenti. Kemudian aku sadar, bahwa
kelinglunganku ini disebabkan oleh..... kesunyian! Betapa sunyinya!
Penumpang lain telah lenyap. Sopir telah mematikan mesin. Tak ada
suara, bunyi, atau orang bergerak. Satu-satunya tanda kehidupan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
hanyalah sekelompok orang tua yang se-dang duduk mengelilingi menara
jam di tengah lapangan. Itu pun agaknya patung-patung belaka!
Dalam buku pariwisata, Darrowby tidak banyak disebut-sebut. Tempat
ini hanya dilukiskan sebagai kota kecil tak penting, yang terletak di tepi
Sungai Darrow. Pasarnya juga tak begitu penting, dan lantainya terbuat
dari batu-batu bulat. Tak ada yang menarik, kecuali dua buah jembatan
kuno. Tapi jika diperhatikan dengan teliti, kota ini sesungguhnya indah.
Tepi sungainya berbatu-batu kerikil. Rumah-rumah berdesak-desakkan,
berderet-deret tak teratur di lereng Bukit Herne. Di mana-mana, di
jalan-jalan, melalui jendela-jendela rumah, kita dapat melihat bukit itu
melatarbelakangi deretan rumah. Bukit itu tampak besar dan megah,
setinggi dua ribu kaki lebih di atas atap-atap rumah yang berdesakan.
Udaranya bersih dan segar. Aku merasa lega sehabis melalui jalan
sepanjang dua puluh mil. Kesesakan kotaku, asap beserta debunya,
terasa telah lenyap dari dalam dada.
Dari lapangan aku masuk ke Jalan Trengate yang lengang. Di ujung jalan
tampak Rumah Skeldale. Betul, itu tempat yang akan kukunjungi. Dari
jauh telah tampak tulisan 'S. Farno MRCVS' pada papan kuningan model
kuno, yang tergantung agak miring pada pagar besi. Dari tumbuhan
menjalar yang memanjat pada batu-batu yang lunak hingga ke jendela
paling atas, aku tahu inilah rumah yang kucari. Sebab dalam surat
disebutkan 'satu-satunya rumah yang ditumbuhi tanaman menjalar'.
Inilah tempat kerjaku yang pertama, sebagai dokter hewan.
Waktu aku sampai di tangga pintu, aku terengah-engah, seperti orang
habis lari. Jika la-maranku diterima, inilah tempat untuk menunjukkan
kemampuan dan kwalitasku.
Bentuk rumah itu menyenangkan. Bergaya Georgia, gangnya dicat putih
dan bagus. Jendela-jendela di tingkat bawah lebar, putih, dan sedap
dipandang mata. Tapi jendela di bawah atap kecil-kecil, persegi, dan
menjorok ke luar. Cat temboknya telah pudar dan semen di antara batu
bata telah keropos.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Namun ada keindahan pada seluruh bangunan itu, meskipun tak ada
kebun depannya. Rumah ini hanya dipisahkan dua meter dari jalan oleh
pagar besi.
Aku membunyikan bel. Seketika itu juga kesunyian siang itu jadi
berantakan. Dari dalam rumah, agak jauh, terdengar salak dan raung
sekawan anjing, seperti lolongan serigala yang sedang marah. Pintu
bagian atas tertutup kaca. Waktu aku menjenguk ke dalam, sekawanan
anjing berbondong-bondong melalui tikungan sebuah gang yang panjang,
menyerbu dengan geramnya ke arah pintu. Salaknya melengking-lengking
memekakkan telinga. Seandainya aku tidak biasa bergaul dengan
binatang, aku pasti sudah lari terbirit-birit untuk menyelamatkan diri.
Meskipun begitu aku melangkah mundur dengan waspada, sambil
memperhatikan anjing-anjing itu waktu tampak di kaca pintu. Kadang-
kadang dua ekor bersama-sama melompat ke kaca. Matanya berapi-api,
rahangnya ternganga, air liurnya menetes. Beberapa saat kemudian aku
baru tahu jumlah sebenarnya. Ternyata aku salah hitung, dan terlalu
melebih-lebihkan. Bukan empat belas seperti yang kuduga, tapi hanya
lima ekor! Yang paling sering tampak pada kaca adalah seekor anjing
greyhound yang sangat besar. Karena ia tak perlu melompat tinggi
seperti teman-temannya. Yang kedua anjing cocker spaniel, anjing kecil
yang berbulu panjang. Yang ketiga anjing scottie, yang keempat whippet.
Yang terakhir terrier, anjing pemburu yang bertubuh kecil dan berkaki
pendek. Terrier ini jarang tampak pada kaca, karena kaca terlalu tinggi.
Tapi waktu ia berhasil melompat ke kaca, sebelum menghilang kembali,
ia menyalak begitu keras dan mengerikan.
Aku mau mengebel lagi waktu aku melihat seorang wanita bertubuh
besar berjalan di gang panjang itu. Ia mengucapkan sepatah kata, dan
anjing-anjing itu diam seketika, seperti kena sihir. Waktu wanita itu
membuka pintu, kawanan anjing itu menyelinap di sekitar kakinya,
seperti tingkah laku para penjilat. Matanya tampak putih minta dibe-
laskasihani dan ekornya melengkung ke bawah di antara kakinya, sambil
dikibas-kibaskan. Baru kali ini aku melihat binatang piara begitu patuh
dan setia.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Selamat siang," kataku dengan tersenyum seramah mungkin. "Nama
saya Herriot."
Waktu pintu terbuka, wanita itu tampak jauh lebih besar. Umur sekitar
enam puluhan, tapi rambutnya yang ditarik ke belakang, masih hitam
legam. Sehelai uban pun tak tampak. Ia mengangguk, dan memandangku
dengan ramah. Tapi rupanya ia menunggu orang lain, karena namaku tak
menimbulkan reaksi apa pun.
"Aku disuruh ke mari oleh Pak Farnon dengan surat. Aku disuruh datang
hari ini."
"Herriot?" tanyanya, sambil mengingat sesuatu. "Operasi antara pukul
enam hingga pukul tujuh. Kalau Anda membawa anjing, itulah waktunya
yang tepat."
"Tidak, tidak," jawabku, sambil memperlama senyumku. "Saya melamar
pekerjaan asisten. Pak Farnon menyuruh saya datang tepat pada waktu
minum teh."
"Asisten? Wah, ya, itu bagus!" Ketegangan garis-garis wajahnya mulai
berkurang. "Kenalkan, nama saya Hall. Saya yang mengurus rumah ini,
karena Pak Farnon belum beristri. Mari masuk, nanti saya ambilkan teh.
Pak Farnon tentu lekas pulang."
Aku mengikutinya di antara dinding yang dikapur putih. Sepatuku
berdecit-decit di atas tegel. Di ujung gang kami membelok ke kanan
masuk gang lain. Aku mulai bertanya dalam hati, berapa panjang rumah
ini. Akhirnya kami sampai di kamar yang langsung mendapat sinar
matahari.
Kamar itu besar dan luas, langit-langitnya tinggi. Perapiannya besar, di
dalam ruangan yang melengkung seperti gapura. Ujung kamar itu
berakhir pada jendela besar, yang menghadap ke kebun yang dikelilingi
tembok tinggi dan panjang. Dari sini aku dapat melihat halaman rumput
yang tak terpelihara, beberapa onggok batu karang, dan pohon buah-
buahan. Jauh di ujung kebun ada semak-semak bunga yang kena sinar
matahari yang panas. Beberapa burung gagak berkaok-kaok di cabang-
cabang pohon elm yang tinggi. Jauh di sebelah sana tampak bukit-bukit
hijau yang dijalari dinding-dinding batu.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Di lantai ada permadani tua dan perabot rumah yang sederhana. Di
tembok tergantung gambar-gambar orang berburu. Buku-buku
berserakan di mana-mana. Sebagian di atas rak, sebagian tertumpuk di
lantai di sudut kamar. Sebuah jambang-an timah terletak di atas rak
tungku api. jambangan ini menarik perhatianku, karena isinya cek dan
surat-surat bank yang berjejal-jejal hingga terhambur ke luar dan
jatuh di lantai. Aku sedang terpesona oleh kertas-kertas berharga ini,
waktu Bu Hall masuk sambil membawa minuman.
"Mungkin Pak Farnon sedang dipanggil orang," kataku.
"Tidak. Dia pergi ke Brawton untuk menengok ibunya. Saya tidak tahu
kapan kembalinya," jawabnya sambil meletakkan teh.
Anjing-anjing itu lalu mencari tempat sendiri-sendiri dan duduk di kursi
dengan tenang. Hanya Scottie dan cocker spaniel bertengkar sebentar
memperebutkan kursi cekung. Kebuasannya lenyap sama sekali. Mereka
memandangiku dengan keramahan yang membosankan, dan berusaha
menahan rasa kantuknya. Sebentar kemudian mereka mengangguk-
anggukkan kepalanya, dan mendengkur bersama-sama. Suaranya riuh
memenuhi kamar, seperti paduan suara.
Tapi aku tak bisa setenang mereka. Aku gelisah dan kecewa. Aku sudah
berusaha datang dengan tepat untuk diwawancarai, tapi ternyata
ditinggal pergi. Ini sungguh menjengkelkan. Mengapa ia menulis surat,
mencari asisten, menentukan waktu, tapi pergi mengunjungi ibunya?!
Kecuali itu, aku disuruh tinggal di sini, tapi pengurus rumah tak tahu-
menahu, dan tidak menyiapkan kamarku. Bahkan belum pernah
mendengar namaku.
Renunganku terganggu oleh bunyi bel, dan anjing-anjing itu, seperti
ditusuk kawat menyala, melompat sambil melolong-lolong dan lari
berebutan menyerbu pintu. Aku berharap mereka tidak bersungguh-
sungguh dalam menjalankan tugasnya. Karena Bu Hall tak tampak, aku
pergi ke luar ke pintu depan. Anjing-anjing itu dengan ganasnya sedang
melakukan serangannya.
"Diam!" bentakku. Anjing-anjing itu tenang seketika. Kelimanya
merangkak-rangkak di sekeliling tumitku, hampir berjalan di atas
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
lututnya. Yang paling patuh adalah greyhound. Ia berhenti
memperlihatkan taringnya dan meringis minta maaf.
Aku membuka pintu dan tampak wajah bulat yang penuh harap. Orang
itu bertubuh gemuk dan mengenakan sepatu bot. Sambil bersandar pada
pagar besi dengan santai, ia bertanya,
"Halo, hai, Pak Farnon ada?"
"Pada saat ini: tidak! Ada perlu apa?"
"Ayaa, sampaikan pesan jika ia pulang. Katakan, bahwa saya, Bert
Sharpe dari Barrow Hills, punya lembu yang bocor!"
"Bocor?"
"Ya, betul. Ia sudah ngowos tiga kaleng!" "Tiga kaleng?"
"Aiyaa, jika tidak segera ditolong, pentilnya terlanjur nyenyeh, bukan?"
"Kemungkinan besar." "Dibedel?" "Tentu."
"Baik, kalau begitu. Beritahu dia. Tatata."
Aku kembali ke kamar tadi sambil berpikir. Aku malu dan bingung,
karena aku telah berhadapan dengan suatu kasus dalam tugasku yang
pertama di sini, tanpa mengerti sepatah kata pun, apa yang dia katakan.
Aku baru saja duduk, bel berbunyi lagi. Seketika itu juga aku
membentak sekeras-kerasnya, hingga anjing-anjing yang sudah di
tengah perjalanan, karena ketakutan, berhenti mendadak, dan kembali
ke kursinya, sambil malu tersipu-sipu.
Kali ini tamunya seorang bapak berpakaian rapi, yang memakai topi
hingga sampai ke telinganya, mengenakan kain leher yang lipatannya
menutupi jakunnya, dan mengulum pipa tanah liat tepat di tengah
mulutnya. Ia mencabut pipanya dan bicara. Kata-katanya penuh tekanan
yang aneh.
"Nama saya Mulligan. Saya ingin bertemu Pak Farnon dan minta obat
anjing."
"Anjing Bapak sakit apa?"
Ia mengangkat alisnya, karena ingin tahu apa yang kukatakan, sambil
menunjuk telinganya. Aku lalu berteriak sekeras-kerasnya,
"Anjing Bapak sakit apa?"
Dengan sangsi ia memandang kepadaku sesaat, lalu menjawab,
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Anjing saya muntah-muntah, Nak. Muntah berat!"
Sekarang aku mengerti, dia tuli, dan otakku mulai meramu diagnose.
"Sesudah makan, sudah berapa lama dia muntah?"
Tangannya menunjuk ke telinga lagi. "Ap-phfaa?"
Mulutku kutempelkan telinganya. Sesudah menarik nafas, aku berteriak
sekuat-kuatnya, "Kapan dia muntah, - maksudku muntah? Mengerti?"
Lambat laun Pak Mulligan mengerti apa yang kukatakan. Ia tersenyum
lembut. "O ya, dia muntah. Muntah hebat, Nak!"
Aku tidak ingin berteriak-teriak lagi. Oleh karena itu kukatakan
kepadanya, bahwa aku akan mengurusnya dan dia akan kupanggil lagi
nanti. Rupanya dia bisa membaca bibirku, karena dia tampak puas dan
pergi.
Aku kembali ke kamar tamu dan menjatuhkan diriku di atas kursi. Aku
menuang teh dan meminumnya sedikit. Bel berdering lagi. Kali ini mataku
melotot seketika, melototi anjing-anjing itu. Untunglah mereka tahu
maksudku dan dengan cepat melingkar kembali di kursinya.
Di luar pintu depan berdiri seorang gadis cantik yang berambut merah.
Ia tersenyum, memamerkan rentetan giginya yang putih bersih.
"Selamat siang!" sapanya dengan suara keras dan sopan. "Saya Diana
Brompton. Saya diundang minum teh oleh Pak Farnon."
Sambil memegang handel pintu, mulutku ternganga. "Apa? Dia
mengundang ANDA untuk minum teh?"
Senyumnya jadi tegas. "Ya, betul begitu," jawabnya, sambil mengeja
kata-katanya dengan cermat, "Dia mengundang saya untuk minum teh."
"Sayang, Pak Farnon sedang pergi. Saya tidak tahu kapan dia kembali."
Senyumnya lenyap seketika. "Oh," katanya, dan dia mencari-cari obat
kecewa, "tapi, saya boleh masuk, bukan?"
"Oh, maaf, tentu saja boleh. Mari masuk, silakan!" Jawabku tak karuan,
karena aku tiba-tiba sadar bahwa mataku terbelalak dan mulutku
ternganga.
Pintu kubuka dan kupegangi. Ia masuk dan berjalan di mukaku tanpa
mengucapkan sepatah kata pun. Ia tahu liku-liku rumah ini, karena waktu
aku sampai di tikungan pertama, dia telah menghilang di dalam kamar
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
tamu. Aku berjingkat-jingkat melewati pintunya, kemudian lari secepat-
cepatnya sejauh tiga puluh meter sepanjang gang yang berliku-liku, dan
masuk ke dalam dapur batu yang sangat besar. Di situ Bu Hall sedang
menaruh panci di atas kompor dan aku menghampirinya.
"Bu, ada gadis ke sini, namanya Brompton. Katanya, dia diundang minum
teh juga!" kataku, sambil memberanikan diri menarik lengan baju Bu
Hall.
Wajah Bu Hall tidak berubah. Kukira ia akan mengayunkan lengannya.
Tapi ternyata tak ada reaksinya sama sekali.
"Ajak saja dia bicara, nanti saya ambilkan kue lagi," jawabnya.
"Tapi apa yang akan saya bicarakan? Kapan Pak Farnon pulang?"
"Mungkin sebentar lagi. Tapi ajaklah dia omong-omong dulu," jawabnya
dengan tenang.
Perlahan-lahan aku berjalan kembali ke kamar tamu. Waktu aku
membuka pintu, dengan segera gadis itu menengok dan tersenyum
selebar-lebarnya. Waktu yang datang ternyata hanya saya, dengan
terangan-terangan ia menunjukkan rasa jijiknya.
"Kata Bu Hall, Pak Farnon akan segera pulang. Sementara itu Anda
dapat minum teh bersama saya."
Ia memandangku dengan cepat. Kilasan pandang itu mencakup seluruh
tubuhku, mulai dari rambutku yang kusut hingga sepatuku yang tua dan
lecet. Sekejap mata aku sadar betapa kotor dan berkeringat tubuhku
sehabis perjalanan jauh. Kemudian dia mengangkat bahunya dan
memalingkan kepalanya. Anjing-anjing itu memandangnya dengan acuh
tak acuh. Suasana kamar itu sunyi-se-nyap.
Aku menuang teh dan menawarkannya kepadanya. Ia pura-pura tidak
tahu dan menyulut rokoknya. Keadaannya sungguh gawat, tapi aku
berusaha mengatasinya.
Aku batuk-batuk membersihkan tenggorokanku dan bicara dengan
lembut. "Saya baru saja datang. Saya ingin jadi asistennya."
Kali ini dia tidak mau menengok. Dia hanya menjawab 'Oh' dan
pertanyaanku selanjutnya hanya dijawab dengan satu kata saja.
"Daerah ini menyenangkan, bukan?" kataku, menyerang kembali.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Ya."
"Aku baru pertama kali ke Yorkshire. Tapi pemandangannya bagus."
"Oh."
"Anda sudah kenal Pak Farnon lama?" "Ya."
"Mungkin ia masih muda, sekitar tiga puluhan, bukan?" "Ya."
"Di sini udaranya segar."
"Ya."
Dengan tabah dan berani, selama lima menit, aku berperang mulut
seperti ini, sambil mencari bahan pembicaraan yang kena dan lucu. Tapi
akhirnya Miss Brompton mencabut rokok dari mulutnya, berpaling
padaku, terus-menerus menatapku, tanpa memberi jawaban satu huruf
pun. Aku tahu, pertempuran telah berakhir dengan perdamaian, dan aku
diam.
Setelah itu, dia memandang ke jendela besar, sambil menghisap
rokoknya dalam-dalam. Waktu menghembuskan asap dari bibirnya,
matanya di-pincingkannya. Aku dianggap hantu, atau dianggap tidak ada
di situ.
Sekarang aku dapat mengamat-amatinya dengan tenang. Memang dia
cukup menarik hati. Aku mengamatinya seperti sedang mengamati
gambar gadis pada sampul majalah sosial. Roknya dari linen yang sejuk,
kainnya cardigan yang mahal, kakinya cantik, rambutnya yang merah
indah tergerai di bahunya.
Kemudian timbullah pikiranku yang menarik. Ia duduk di sini tentu
karena sedang dirundung rindu atau sedang tergila-gila kepada dokter
Jerman yang gemuk kecil itu. Pak Farnon tentu cukup mempe-
sonakannya.
Sandiwara bisu ini akhirnya bubar, karena Miss Brompton tiba-tiba
berdiri. Rokoknya dicampak-kannya tanpa ampun sedikit pun ke dalam
tungku. Kemudian dia angkat kaki dari kamar.
Dengan lemah lunglai aku bangkit dari kursi. Kepalaku mulai berdenyut-
denyut karena pusing. Aku berjalan ke jendela besar dan masuk ke
kebun. Aku menjatuhkan diri di antara rumput yang tingginya mencapai
lutut, dan menyandarkan punggungku pada pohon akasia yang sangat
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
tinggi. Di mana Farnon sialan ini? Betulkah dia memanggilku ke mari,
atau aku dipermainkan orang? Tiba-tiba aku merasa kedinginan. Aku
sudah kehabisan uang, dan jika aku salah alamat, aku bisa celaka.
Tapi waktu aku memperhatikan sekitarnya, hatiku mulai tenang. Sinar
matahari terpantul pada dinding tua yang tinggi itu. Lebah berdengung-
de-ngung di antara untaian bunga yang berwarna cerah. Angin sepoi-
sepoi berembus dan menggerak-gerakkan rangkaian bunga layu di pohon
wistaria yang megah, yang hampir menutupi bagian belakang rumah. Aku
merasa tenteram di sini.
Aku menyandarkan kepalaku pada kulit pohon dan menutup mataku.
Dalam bayanganku aku dapat melihat Herr Farrenen, berdiri di dekatku.
Ia terkejut dan menghujankan tuduhan yang bukan-bukan.
"Apa yang baru saja kaukerjakan?" tanyanya. Daging dagunya yang
gemuk bergetar karena marah. "Kau datang ke rumahku dengan alasan
yang dicari-cari! Kau menghina calon istriku! Kau minum tehku! Kau
makan kueku! Apa lagi yang kaukerjakan? Mungkin kau mencuri sendok,
cangkir, dan rokokku! Kau bicara soal asisten, padahal aku tak
membutuhkannya!. Aku terpaksa harus memanggil polisi!"
Dengan tangannya yang gemuk itu Herr Farrenen menyambar telepon.
Bahkan dalam mimpiku itu dia dapat bicara dengan tekanan kata yang
ringan. Aku mendengar suaranya yang berat itu memanggil-manggil,
"Helo, helo!"
Aku membuka mataku. Memang betul ada orang mengatakan 'Halo', tapi
bukan Herr Ferrenen. Orang itu tinggi, kurus, bersandar pada dinding,
tangannya dimasukkan ke dalam saku. Ia tampak gembira. Waktu aku
berusaha berdiri, dia meninggalkan dinding dan mengulurkan tangannya,
sambil berkata, "Maaf, Anda terpaksa menunggu. Nama saya Siegfried
Farnon."
Tak ada tanda-tanda sedikit pun yang menyatakan bahwa ia orang
Jerman. Ia betul-betul Inggris tulen. Wajahnya panjang, lucu, dan
berahang kuat. Kumisnya kecil, dipangkas pendek. Rambutnya tak
teratur, berwarna pirang pasir. Ia mengenakan jas wol yang agak lusuh
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
dan celana flanel yang tak ada bentuknya. Kerah bajunya berjumbai dan
simpul dasinya tak rapi. Jelas, ia tak begitu suka berkaca.
Setelah mengamat-amati dia, aku merasa sedikit terhibur, meskipun
leherku terasa sakit, karena tadi kusandarkan pada batang pohon. Aku
menggeleng-gelengkan kepala, supaya mataku betul-betul terbuka.
Rumput-rumput kering berjatuhan dari kepalaku. "Tadi ada tamu.
Namanya Miss Brompton," jawabku semampuku. "Katanya ia diundang
minum teh. Saya katakan kepadanya, bahwa Bapak sedang pergi."
Farnon termenung, tapi tampak riang. Ia menggosok dagunya perlahan-
lahan. "Mm, ya - ya, betul, memang. Tapi saya ingin minta maaf sebesar-
besarnya, karena waktu Anda datang, saya tidak ada di rumah. Saya
memang sudah jadi juara pelupa. Hal itu memang hanya karena saya
lupa."
Bahasa Inggris-nya juga bahasa Inggris tulen.
Farnon lama mengamat-amatiku, kemudian tersenyum. "Mari masuk dan
melihat-lihat rumahku."
BAB 3
BAGIAN rumah di sebelah belakang ini panjang, dan dulu bekas kamar
pelayan. Di sini segalanya tampak sempit dan gelap, tampaknya seperti
disengaja, supaya ada kontras dengan bangunan depan.
Farnon mengantarkan aku melalui beberapa pintu, yang menuju sebuah
gang, yang penuh bau eter dan karbol. "Ini," katanya, matanya berkedip
penuh rahasia, seolah-olah akan membuka tabir misteri gua Aladin, "Ini
adalah kamar obat."
Apotik atau kamar obat itu adalah ruangan yang penting sebelum
penicilan dan sulphonamides ditemukan orang. Deretan botol
Winchester yang mengkilat, berjajar di dinding putih mulai dari lantai
hingga langit-langit. Aku sudah kenal nama-nama obat itu: Sweet Spirits
of Nitre, Tincture of Camphor, Chlorodyne, Formalin, Salammoniac, He-
xamine, Sugar of Lead, Linimentum Album, Per-chloride of Mercury,
Red Blister. Deretan etiketnya cukup memuaskan.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Aku adalah anggota baru di antara teman-teman tua. Dengan susah
payah aku telah mengumpulkan adat dan pengetahuan mereka, memburu
rahasia mereka selama bertahun-tahun. Aku tahu dari mana obat-obat
ini, kemanjurannya, pemakaiannya, dan dosisnya. Mempelajari dosis ini
mau jadi gila rasanya. Suara pengujiku masih terngiang-ngiang di
telingaku, "Beberapa dosis untuk kuda? - dan untuk lembu? - dan untuk
biri-biri? - dan untuk babi? - dan untuk anjing? - dan untuk kucing?"
Rak ini merupakan gudang senjata melawan penyakit. Di bangku bawah
jendela ada alat-alat untuk mencampurnya: bejana bersusun dan tabung
kimia, alas menumbuk dan penumbuknya, lesung dan alunya. Di sebelah
bawah ada lemari terbuka. Isinya: botol obat, onggokan gabus segala
macam ukuran, peti pil, dan kertas pembungkus obat.
Waktu kami berjalan terus, tingkah laku Farnon makin lama makin
bersemangat. Matanya bersinar-sinar dan bicaranya cepat. Kerap kali ia
meraih botol dan membelai-belainya. Kadang-kadang ia mengambil pil
kuda atau electuary dari dalam kotak. Ia menepuk-nepuknya dengan
ramah dan mengembalikannya dengan lemah lembut.
"Lihat bahan ini, Herriot," teriaknya dengan tiba-tiba. "Ini namanya
Adrevan! Obat ini sangat manjur untuk membunuh cacing kuda. Tapi,
ingat, harganya sedikit mahal - satu bungkus sepuluh dolar. Dan spiral
ternak ini. Jika benda ini dimasukkan ke dalam rahim lembu, warna
kotoran yang dikeluarkannya jadi sangat bagus. Sungguh-sungguh punya
pengaruh baik. Kau telah melihat kecerdikan ini?"
Ia menaruh beberapa' kristal yodium yang telah diperhalus ke dalam
mangkuk kaca dan menambahkannya setetes terpentin. Sesaat tidak
terjadi sesuatu. Tapi kemudian asap ungu yang padat bergelung-gelung
dengan lamban ke langit-langit. Ia lalu tertawa terbahak-bahak karena
melihat wajahku tercengang-cengang.
"Seperti sihir, bukan? Ini untuk mengobati kaki kuda yang luka. Reaksi
kimianya menyebabkan yodium itu menyerap dalam-dalam ke jaringan."
"Betul begitu?"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Ya, menurut teori, tapi aku sendiri tidak tahu dengan pasti. Namun,
bagaimanapun juga, kecerdikan ini tampak mengagumkan. Langganan
yang paling rewel pun dapat terkesan atau terpengaruh!"
Beberapa botol di rak tidak memenuhi standar yang saya pelajari
semasa kuliah. Misalnya sebuah etiket yang berbunyi 'Obat Perut',
dengan gambar kuda berguling-guling kesakitan. Wajah kuda itu
menengadah ke atas, seperti orang yang sangat menderita. Etiket lain
berbunyi 'Obat Segala Ternak' dengan huruf-huruf yang dihiasi.
Tampaknya seperti obat ajaib dalam dongeng. 'Obat mujarab untuk
batuk, pilek, masuk angin, pneumonia, demam susu, mencret dan segala
gangguan pencernaan'. Di bagian bawah etiket, dengan huruf-huruf
hitam mengkilat, ada tulisan yang meyakinkan, 'Sangat Manjur'.
Tiap obat, tiap botol, dipuji kemanjurannya. Masing-masing punya
peranan selama masa prakteknya lima tahun. Masing-masing mengandung
keampuhan dan kesaktian. Kebanyakan botol itu indah bentuknya,
dengan tutup gelas yang berat. Dengan nama-nama Latin yang dipahat
dalam. Nama itu sudah terkenal di kalangan para dokter selama
berabad-abad, seperti obat-obat dalam dongeng jaman dulu.
Kami berdua berdiri, sambil memandang ke deretan botol yang
mengkilat, tanpa menduga sedikit pun, bahwa benda-benda itu sebentar
lagi tak berguna, dan bahwa masa kejayaan obat-obat kuno hampir
berakhir, karena terdesak oleh arus penemuan obat baru. Obat-obat
kuno itu akan segera dilupakan orang, dan tak akan muncul kembali.
"Ini tempat penyimpanan alat-alat," kata Farnon waktu memperlihatkan
kepadaku kamar sempit lain. Peralatan binatang kecil terletak di rak
hijau yang sangat rapi. Kerapiannya sungguh mengesankan. Suntikan,
forcep, skala gigi, alat pemeriksa, dan yang menduduki tempat utama
adalah ophtalmoscope, alat pemeriksa mata.
Dengan kasih sayang, alat itu diangkatnya dari kotaknya yang hitam. "Ini
baru saja kubeli," gumamnya, sambil membelai-belai batangnya.
"Menakjubkan. Coba tolong, periksa mata saya."
Aku menyalakan lampunya dan dengan penuh perhatian mengamati mata
Farnon. Di bagian mata yang terdalam terlihat gambar permadani
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
berwarna yang berkilau-kilauan. "Mata Bapak masih sangat bagus. Saya
dapat membuat surat keterangan dokter, yang menyatakan mata Bapak
sangat sehat."
Ia tertawa dan menepuk-nepuk bahuku. "Hebat! Saya gembira
mendengar komentar Anda. Saya selalu mengira, mata sebelah ini agak
bular."
Ia lalu memperlihatkan alat-alat binatang besar yang tergantung pada
dinding. Besi pemotong, alat pengebiri, tali pengikat kaki, tali pengait
anak lembu dan kait. Alat embriotomi baru yang terbuat dari perak,
terletak di tempat yang terhormat. Tapi kebanyakan alat-alat itu,
seperti obat-obatnya, adalah benda-benda museum. Lebih-lebih alat
penyalur darah, merupakan benda peninggalan jaman pertengahan. Tapi
masih dipergunakan untuk menuangkan darah ke dalam ember.
"Tanpa benda ini kita tak dapat menyembuhkan laminitis," katanya
dengan sungguh-sungguh.
Akhirnya aku dibawa ke kamar operasi yang dindingnya putih bersih. Di
sini ada meja tinggi, gas asam, alat pembiusan dan alat penstiliran.
"Di daerah ini pengobatan binatang kecil jarang terjadi," kata Farnon,
sambil melicinkan meja dengan telapak tangannya. "Tapi saya berusaha
menganjurkannya. Ini merupakan selingan yang menyenangkan sehabis
tertelungkup di kandang lembu. Yang penting kita dapat bertindak
tepat. Ajaran tentang minyak kastor dan asam prusik tak ada gunanya
sama sekali. Anda mungkin tahu, bahwa banyak dokter tua tidak mau
memeriksa anjing atau kucing. Kebiasaan ini harus kita ubah."
Ia lalu menghampiri lemari di sudut dan membuka pintunya. Di atas rak
kaca tampak beberapa pisau bedah, gunting pembuluh nadi, jarum
penjahit luka, botol-botol berisi spiritus dan benang usus kucing. Ia
mengambil sapu tangannya. Sebelum menutup pintu ia menjentik
auroscope.
"Ya, bagaimana pendapat Anda tentang ini semua?" tanyanya waktu
keluar dari kamar dan masuk ke dalam gang.
"Hebat," jawabku. "Perlengkapan Bapak sangat lengkap. Saya sungguh
terkesan."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Jelas ia sangat bangga. Pipinya yang tipis jadi merah dan ia
bersenandung perlahan-lahan. Kemudian tiba-tiba menyanyi keras
dengan nada bariton yang bergetar. Iramanya sesuai dengan langkah
kakinya.
Waktu kami berdua tiba di kamar tamu lagi, aku bicara tentang Bert
Sharpe. "Lembunya bocor dan telah mengeluarkan tiga kaleng. Ia bicara
tentang pentil, nyenyeh, dan dibedel. Saya tidak bisa menangkap yang
dimaksud."
Farnon tertawa. "Kukira, aku tahu maksudnya. Pentil artinya ambing, dan
nyenyah adalah istilah setempat. Artinya radang buah dada. Ia minta
supaya lembunya dioperasi, karena putingsusunya tersumbat."
"O begitu. Kemudian ada orang Irlandia, namanya Mulligan, ia tuli....."
"Sebentar," kata Farnon sambil mengangkat tangannya. "Kalau tak salah,
anjingnya muntah, bukan?"
"Ya, muntah hebat."
"Memang. Dia harus kuberi bismuth carb lagi. Aku suka mengobati
anjing ini. Ia serupa dengan anjing terrier tapi sifatnya murung.
Mulligan sudah beberapa kali datang ke mari, dan mengutarakan
keluhannya. Ia sungguh sedih jika anjingnya tidak sembuh, karena ia
mencintainya."
"Mengapa anjing itu muntah?"
"Biasa saja. Karena salah makan atau akibat makan sembarang kotoran.
Lebih baik kita pergi ke rumah Sharpe. Kemudian mengunjungi satu dua
orang lagi. Lebih baik Anda ikut dan melihat-lihat daerah ini."
Setiba di luar rumah, Farnon mengajakku ke sebuah mobil yang sudah
peot. Waktu aku berputar ke tempat duduk aku heran, karena benang-
benang pada ban sudah habis, body-nya telah berkarat, kaca depannya
yang hampir persegi itu retak-retak seperti jala. Yang tidak
kuperhatikan adalah tempat duduknya. Tempat duduk ini tidak terpaku
pada lantai seperti mobil pada umumnya. Tapi terlepas dan bisa
meluncur seperti kereta ski. Waktu aku duduk, aku terpelanting ke
belakang. Kepalaku terbentur pada kursi belakang, dan kakiku menyepak
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
atap mobil. Farnon mengangkatku, sambil minta maaf dengan hormatnya.
Lalu kami berdua berangkat.
Sesudah meninggalkan pasar, jalan turun dengan curam, dan aku bisa
melihat seluruh Dale, yang jauh terbentang dalam sinar matahari petang
itu.
Tapi bukit-bukit besar tampak lunak dalam sinar yang lembut, dan garis
perak yang terputus-putus menunjukkan Sungai Darrow yang
mengembara di dasar lembah.
Farnon adalah sopir yang luar biasa. Mungkin karena terpesona oleh
pemandangan, mobilnya dijalankan perlahan-lahan, sikunya disandarkan
pada setir, dan dagunya bertumpu pada tangannya. Di dasar bukit dia
bangun dari mimpinya. Mobilnya dilarikan dengan kecepatan 100 km
sejam. Mobil tua ini meronta-ronta dengan gilanya di atas jalan yang
sempit, dan tempat dudukku meluncur ke sana ke mari, sementara aku
menjejakkan kakiku kuat-kuat pada lantai papan.
Kemudian dia tiba-tiba menginjak remnya, menunjuk ke seekor kuda di
tengah ladang, lalu melarikan mobilnya lagi. Ia tidak pernah melihat ke
depan. Yang diperhatikannya adalah pemandangan di sekitarnya dan di
belakang mobil. Ini sungguh mencemaskan, karena mobilnya meluncur
cepat, dan ia kerap kali menengok ke belakang.
Kami meninggalkan jalan raya dan berbelok masuk jalan kecil yang
mendaki. Jalan itu melalui beberapa buah pintu pekarangan. Waktu aku
masih jadi mahasiswa, selama tahun-tahun praktek, aku sudah biasa
keluar-masuk mobil dengan tangkas, karena tugas utama mahasiswa
adalah seperti monyet pembuka pintu yang ahli. Namun, Farnon setiap
kali mengucapkan terima kasih dengan sungguh-sungguh. Tentu saja
mula-mula aku heran, tapi kemudian aku merasa hal itu memang
menyegarkan hati.
Kami masuk ke pekarangan seorang petani. "Di sini ada kuda pincang,"
kata Farnon. Seekor kuda Clydesdale yang sudah dikebiri dan bertubuh
kuat dibimbing ke luar. Petani pemiliknya melarikannya mondar-mandir,
sementara kami menyaksikannya dengan penuh perhatian.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Kaki mana yang pincang?" tanya Farnon. "Yang depan sebelah sini? Ya,
saya kira itu. Ingin memeriksanya?"
Aku memegang kaki itu. Kaki itu terasa lebih panas daripada lainnya.
Aku minta palu dan mengetuk-ngetuk dinding kukunya. Kuda itu
menyentak, mengangkat kakinya dan tergantung beberapa detik dengan
gemetar, sebelum meletakkannya kembali di atas tanah. "Rupanya ada
nanah di dalam kakinya."
"Saya berani bertaruh, Anda betul," kata Farnon. "Tapi orang di daerah
sini menyebutkan kerikil. Apa yang akan Anda lakukan?"
"Melubangi tapak kukunya dan mengeluarkan nanahnya."
"Betul," katanya, sambil mengulurkan pisau pe-lubang kuku. "Saya ingin
melihat cara Anda bekerja."
Aku merasa tidak enak, karena sedang diuji. Aku menerima pisau itu,
mengangkat kaki kuda dan mengapitnya di antara lututku. Aku tahu apa
yang harus kulakukan. Ialah mencari bintik hitam pada tapak kuku.
Bintik hitam itu adalah lubang tempat masuknya infeksi. Aku harus
mengikuti lubang itu, hingga mencapai tempat nanah. Aku menggores
kotoran yang sudah mengerak, dan tidak hanya menemukan satu lubang,
tapi beberapa buah. Sesudah mengetuk sana-sini untuk mencari tempat
yang sakit, aku memilih sebuah yang mungkin merupakan jalan infeksi,
dan mulai mengiris kuku.
Kuku ini terasa sekeras batu marmar. Aku hanya dapat mengirisnya
sedikit demi sedikit. Rupanya kuda itu tahu menghargai jasa orang yang
akan menyembuhkan kakinya yang sakit. Buktinya, untuk menyatakan
terima kasihnya, dia bersandar penuh pada punggungku. Mungkin dia
menganggap punggungku sejenis kasur atau bantal yang maha-empuk.
Atau mungkin dia sepanjang hari belum sempat beristirahat senikmat
sekarang. Aku mengaduh, dan menyodok tulang rusuknya dengan siku.
Meskipun akibat sodokan ini dia mengubah posisinya, tapi sebentar
kemudian dia bersandar lagi.
Bintik hitam makin lama makin kabur. Waktu aku mencungkil terakhir
kalinya, bintik itu lenyap. Dalam hati aku memaki-maki, dan mulai
mencungkil bintik yang lain. Punggungku terasa hampir patah, dan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
keringatku menitik ke dalam mataku. Jika bintik ini berakhir pada jalan
buntu lagi, kukira aku harus melepaskan kaki kuda ini dan beristirahat.
Tapi karena mata Farnon mengawasiku terus, aku tidak berani berbuat
begitu.
Sambil mendukung daging kuda, aku mencungkil terus. Waktu lubang
makin dalam, lututku mulai bergetar dan tak terkuasai lagi. Kuda itu
dengan santainya menempelkan tubuhnya yang beratnya dua kwintal ke
atas punggungku. Aku bertanya-tanya dalam hati, bagaimana kalau aku
tidak kuat, dan jatuh tertelungkup, serta wajahku terbentur lantai.
Waktu aku sedang melamun demikian, tiba-tiba di ujung pisau, aku
melihat nanah menyemprot dan kemudian menetes dengan teratur.
"Itu penyakitnya, "gumam petani. "Ia akan merasa lega."
Lubang kulebarkan dan kaki kuda kulepaskan. Dengan susah payah aku
bangkit. Waktu aku melangkah mundur, ternyata bajuku melekat pada
punggungku.
"Bagus, Herriot!" serunya, sambil mengambil pisau dan memasukkannya
ke dalam saku. "Memang tidak lucu, kalau kukunya sekeras itu."
Ia menyuntik kuda itu dengan antitoksin tetanus dan berpaling kepada
petani. "Tolong angkat kakinya sebentar. Lubangnya akan
kuhapushamakan." Petani yang kecil gemuk itu mengapit kaki kuda di
antara lututnya, sambil memperhatikan Farnon dengan penuh minat,
waktu Farnon memasukkan kristal yodium dan terpentin ke dalam lubang
kuku kuda. Kemudian dia hilang tertelan oleh gumpalan asap ungu yang
bergelung-gelung.
Aku terpesona waktu melihat asap tebal ini membubung ke atas dan
tersebar ke sana ke mari. Aku hanya bisa mendengar petani kecil itu
dari bicaranya yang tak menentu.
Waktu asap mulai menipis, aku melihat dua butir mata yang terbelalak.
"Hebat, Pak Farnon! Saya kagum akan apa yang baru terjadi ini tadi!"
seru petani itu sambil batuk-batuk. Ia mengamat-amati lagi lubang kuku
yang hitam sambil berkata kehe-ran-heranan, "Sungguh mengagumkan
apa yang telah dicapai oleh ilmu pengetahuan jaman sekarang!"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Kemudian kami berkunjung ke tempat lain. Yang pertama menjahit kaki
anak lembu yang luka, mengobati dan membalutnya. Yang kedua ke lembu
yang ambingnya tersumbat.
Pak Sharpe sudah menunggu dengan penuh harapan. Ia mengantar kami
ke kandang dan Farnon menunjuk ke lembu, sambil berkata, "Coba
periksa, apa yang bisa Anda lakukan."
Aku berjongkok dan memijit-mijit ambing. Jaringan ambing itu makin ke
atas makin terasa menebal. Ini harus dioperasi. Aku mulai memasukkan
spiral logam ke dalam ambing (puting susu). Sebentar kemudian aku
terduduk sambil terengah-engah di saluran tahi lembu. Lembu itu
menyepakkan kakinya dan bekas kukunya mencap pada baju depan.
Ini memalukan, tapi apa boleh buat. Aku terpaksa duduk sambil megap-
megap, mulutku terbuka tertutup seperti ikan yang terdampar.
Pak Sharpe mengangkat tangannya untuk menutupi mulutnya. Ia
berusaha keras menahan keta-wanya. Ia ingin bersikap sopan, meskipun
di dalam hati ia merasa sangat geli, karena dokternya dalam kesulitan.
"Maaf, Anak muda, sebetulnya Anda harus saya beritahu sebelumnya,
bahwa lembu saya lembu yang sangat ramah. Mungkin dia ingin berjabat
tangan dengan Anda." Kemudian, setelah memberikan penjelasan itu, ia
membaringkan dahinya di punggung lembu, sambil diam seribu bahasa,
padahal dalam hati gembiranya bukan main.
Aku mengerahkan tenaga dan bangkit dengan sopan dari saluran tahi
lembu. Pak Sharpe memegang hidungnya dan Farnon mengangkat
ekornya. Dengan bantuan mereka aku dapat memasukkan alat itu lewat
jaringan yang berserabut. Setelah alat itu kutarik ke bawah beberapa
kali, sumbatnya tercabut. Lembu itu mungkin merasa geli atau sakit. Ia
menyepak lengan dan kakiku beberapa kali.
Setelah operasi selesai, Pak Sharpe dengan cepat memegang ambing,
yang menyemprotkan buih putih ke lantai. "Hebat! Ia bocor empat
kaleng sekarang!"
BAB 4
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
KITA akan pulang melalui jalan lain," kata Farnon sambil bersandar pada
setir dan menghapus kaca depan dengan lengan bajunya. "Kita lewat
Brenkstone Pass dan turun ke Sildale. Tidak begitu jauh, supaya Anda
mengenal daerah itu."
Kami melalui jalan yang berbelok-belok dan menanjak makin lama makin
tinggi. Jalan itu mendaki terus, dan lereng bukit seperti terlempar ke
bawah dan jatuh di jurang yang gelap. Di sini ada sungai yang deras
airnya dan bergegas ke dataran rendah. Setiba di puncak, kami keluar
dari mobil. Waktu itu musim panas. Matahari baru saja terbenam.
Lereng-lerang bukit yang tidak teratur tampak seperti berjatuhan,
puncaknya seperti berguling-guling tertelan oleh langit sebelah barat,
yang bentuknya seperti beberapa pita kuning, dan merah tua. Di sebelah
timur ada pegunungan hitam yang menjulang tinggi. Pegunungan batu
yang sangat besar, yang bentuknya persegi, didukung oleh lereng-
lerangnya. Seperti hantu raksasa yang mengancam dan menyeramkan.
Aku bersiul perlahan-lahan waktu melihat sekelilingnya. Daerah ini tidak
seramah daerah perbukitan yang telah kulalui waktu aku menuju Dar-
rowby.
Farnon berpaling kepadaku, dan berkata, "Ya, daerah ini daerah yang
paling menakutkan di Inggris. Apalagi di musim dingin. Aku pernah
melihat jalan ini tertutup salju selama berminggu-minggu."
Aku menghirup udara bersih ini dalam-dalam, supaya memenuhi paru-
paruku. Di daerah yang seluas ini tak ada yang bergerak. Hanya
terdengar burung trinil berteriak lemah. Di kejauhan terdengar pula
suara gemuruh yang disebabkan oleh arus sungai yang mengalir dengan
deras seribu kaki di bawahku.
Waktu aku masuk ke dalam mobil lagi, hari sudah gelap. Kemudian kami
menuruni bukit ke Sil-dale. Lembah ini hanya tampak samar-samar, tapi
di beberapa tempat tampak cahaya lampu. Lampu-lampu itu menunjukkan
pusat-pusat pertanian yang terpencil di lereng bukit.
Kami sampai di sebuah desa yang sunyi dan Farnon dengan keras
menginjak remnya. Aku meluncur tak berdaya di atas tempat dudukku
dan kepalaku membentur kaca depan mobil dengan suara gemeretak.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Tapi Farnon pura-pura tidak tahu, dan berkata, "Di sini ada warung.
Mari singgah dan memesan bir."
Aku baru pertama kali melihat warung seperti itu. Karena memang bukan
warung, tapi dapur sederhana yang luas, berbentuk persegi dan
berdinding batu. Di bagian ujung ada perapian yang sangat besar dan
tungku kuno yang hitam. Di atas api ada ketel, di dalam tungku hanya
ada sebuah balok kayu yang besar, yang mendesis-desis dan gemeretak.
Baunya yang seperti bau damar memenuhi seluruh ruangan.
Kira-kira ada dua belas orang duduk di bangku panjang. Bangku itu
bersandaran tinggi sejajar dengan dinding. Di depan mereka ada
mangkuk-mangkuk kecil yang terletak di atas meja kayu.
Meja itu telah retak-retak dan kisut karena dimakan waktu.
Waktu kami berdua masuk, semua diam. Kemudian ada yang bicara, "Oh,
Dokter Farnon," katanya dengan sopan, tapi bukan merupakan sambutan
hangat. Kata-kata ini diikuti oleh gumam dan anggukan kepala yang
ramah dari teman-temannya. Mereka kebanyakan petani atau buruh tani
yang sedang menghibur diri tanpa ribut-ribut atau rame-rame.
Kebanyakan kulit tubuhnya berwarna merah karena terbakar sinar
matahari. Yang lebih muda, bajunya terbuka, tak memakai dasi, dada
dan lehernya yang berotot kelihatan. Di sudut ada beberapa orang
sedang bermain domino dengan tenang. Yang terdengar hanya gerutu
dan suara kartu dibanting di meja.
Farnon mengjakku duduk, memesan dua bir, memandangku sambil
berkata, "Anda saya terima jadi asisten saya, jika Anda suka. Gajinya
empat pound seminggu. Makan dan indekos gratis. Setuju?"
Seketika itu juga aku terdiam. Aku diterima! Dengan gaji empat pound
seminggu! Itu banyak sekali! Aku teringat ada orang mencari kerja di
iklan harian Record. Menyedihkan sekali keadaannya. 'Dokter hewan,
sangat berpengalaman, mau bekerja asal diberi makan.' BVMA terpaksa
mendesak redaksi harian itu, supaya jangan mencetak jeritan hati
seorang dokter hewan. Aku bisa lon-tang-lantung kalau ada teman
seprofesi yang menawarkan keahliannya dengan cuma-cuma. Empat
pound seminggu, aku bisa kaya!
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Terima kasih," jawabku, sambil berusaha keras menyembunyikan
kegembiraanku. "Saya setuju, Pak Farnon."
"Bagus," kata Farnon, sambil terburu-buru meneguk birnya. "Mulai saat
ini kau kuanggap temanku, tak perlu memanggilku bapak. Sekarang
kuberitahu sejarah praktekku. Rumah itu kubeli dari seorang dokter tua
setahun yang lalu. Dokter itu sudah berumur delapan puluh tahun, tapi
masih bekerja. Sungguh pribadi yang ulet. Tapi pada suatu malam ia
meninggal dunia. Hal ini tidak mengherankan, karena ia sudah tua. Tentu
saja barang-barangnya ditinggalkan begitu saja. Barang-barang yang
sudah ketinggalan jaman. Sebagian alat-alat kuno itu bekas miliknya.
Boleh dikatakan sudah tidak ada langganan atau pasien lagi. Tapi aku
sekarang berusaha mencari langganan baru. Sebegitu jauh,
keuntungannya hanya sedikit. Tapi jika kita selama beberapa tahun
tetap tekun, aku yakin usaha kita akan maju. Petani-petani itu senang
melihat dokter muda membuka praktek. Dan mereka menyambut
gembira operasi dan pengobatan baru. Tapi aku harus mendidik mereka.
Mereka biasa membayar tiga puluh enam pence kepada dokter tua itu,
untuk tiap pengobatan. Ini kebiasaan yang cukup sukar untuk diubah.
Penduduk Dale ini ramah dan menyenangkan. Tapi mereka tidak mau
keluar uang tanpa imbalan. Artinya kau harus membuktikan, bahwa
mereka akan menerima keuntungan yang setimpal."
Dengan penuh semangat, Farnon bicara terus terang rencana masa
depannya. Minuman mengalir terus dan suasana dalam warung makin
meriah. Ruangan itu makin lama makin penuh orang, karena datang
langganan baru dari desa. Suasananya makin gaduh dan udaranya makin
panas. Beberapa saat sebelum warung ditutup, aku terpisah dari Farnon.
Aku duduk di tengah sekelompok orang yang tertawa-tawa, seolah-olah
aku sudah mengenalnya bertahun-tahun.
Tapi ada seorang yang tingkah lakunya aneh. Orang itu berkali-kali
berusaha memandangku. Seorang tua yang bertubuh kecil, mengenakan
topi panama yang berwarna putih tapi sudah kotor. Wajahnya licin,
cokelat, dan lusuh seperti sepatu tua. Ia mondar-mandir mencari sela-
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
sela orang yang berkerumun itu, sambil mengerdip-ngerdipkan matanya,
untuk memberi isyarat kepadaku.
Aku tahu maksudnya. Ia tentu ingin mengatakan sesuatu. Oleh karena
itu aku meninggalkan kelompokku dan mengikuti orang aneh itu ke sudut
warung. Orang tua ini duduk di depanku, menyandarkan tangan dan
dagunya pada tongkatnya, dan memandangku dari bawah kelopak
matanya yang mengantuk.
"Nah, Anak muda, sekarang aku akan mengatakan sesuatu. Selama
hidupku aku bergaul dengan binatang. Aku punya sebuah rahasia!"
Ibu jari kakiku mulai melengkung. Aku pernah tertangkap basah seperti
ini. Pada masa praktekku yang pertama semasa masih kuliah, aku
menemukan, bahwa petani-petani tua mengira mempunyai pengalaman
yang tak ternilai harganya. Pengalaman ini harus diceriterakan kepada
orang lain. Dan ini biasanya berjam-jam lamanya. Aku melihat
sekelilingnya dengan cemas, karena aku merasa terperangkap. Orang tua
ini menggeser kursinya ke depan, dan mulai berbisik-bisik seperti orang
yang mengajak berkhianat. Nafasnya yang berbau bir menusuk-nusuk
wajahku dari jarak lima belas senti.
Tidak ada barang baru dalam ceritera orang tua itu. Hanya ceritera
khayal tentang pengobatan dan penyembuhan ajaib. Tentang obat-obat
manjur yang hanya dia ketahui sendiri. Tentang usaha beberapa orang
jahat yang ingin mengetahui rahasia pengalamannya. Dan tentang usaha
mereka yang gagal. Ia hanya berhenti bicara untuk meneguk
minumannya. Tubuhnya yang kecil itu sungguh mengagumkan, karena bisa
menyerap bir begitu banyak.
Ia tampak sangat gembira dan kubiarkan bicara melantur-lantur. Bahkan
aku memberinya semangat, dengan jalan menyatakan kekagumanku dan
keherananku atas prestasinya.
Orang bertubuh kecil ini belum pernah mendapat perhatian sedemikian
besar. Dulu ia pernah jadi orang yang agak terhormat, karena memiliki
sebidang ladang, dan bukan jadi petani penyewa tanah. Tapi itu
bertahun-tahun yang lalu. Kepalanya dimiringkan, matanya dipicingkan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
sebelah. Mata itu beranjak-anjak lincah dengan ramah. Tapi tiba-tiba ia
jadi serius dan duduk dengan tegak.
"Nah, sebelum kau pergi, Anak muda, aku akan mengatakan sesuatu,
yang tak diketahui orang lain, kecuali aku sendiri. Aku sebenarnya bisa
kaya karena ini. Bertahun-tahun lamanya orang memburu rahasia ini,
tapi usaha mereka sia-sia belaka."
Ia minum beberapa teguk lagi, memicingkan matanya, sambil berkata,
"Ini obat eksim lutut lembu."
Aku terkejut dan bangkit seperti orang takut kejatuhan atap runtuh.
"Tentu bukan itu maksudmu!" jawabku terengah-engah. "Bukan eksim
lutut lembu."
Orang tua itu tampak puas. "Betul, memang itu yang kumaksud. Yang
perlu kaukerjakan hanyalah menggosokkan salepku, dan lembu sehat
seketika. Bahkan lebih sehat dari semula!" Suaranya melengking kecil
dan tangannya menampar gelas yang hampir kosong hingga jatuh ke
lantai.
Dengan ragu-ragu dan perlahan-lahan aku bersiul dan memesan minuman
lagi. "Betul, kau akan memberi tahu aku nama salep itu?" bisikku.
"Betul, Anak muda! Tapi dengan syarat. Kau tidak boleh mengatakannya
kepada orang lain. Hanya kau dan aku saja yang boleh tahu!" Ia meneguk
lagi minumannya. Bir itu meluncur ke dalam kerongkongannya dengan
mudah. Isi gelas itu tinggal separo. "Ingat, hanya kau dan aku boleh
tahu!"
"Baik, aku berjanji tidak akan mengatakannya kepada orang lain. Apa
nama obat ajaib itu?"
Orang tua itu dengan curiga melihat ke sekelilingnya, karena ruangan
penuh orang. Kemudian ia menghela nafas dalam-dalam, meletakkan
tangannya di atas bahuku, dan mendekatkan bibirnya di telingaku. Ia
mendehem sekali, dengan khidmat, dan berbisik, dengan suara parau,
"Minyak, Marshmallow!"
Aku menjabat tangannya dengan hangat tanpa bicara sepatah kata pun.
Orang tua itu, karena sangat terharu, menumpahkan separo isi gelas
sisanya, dan mengguyur dagunya.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Tapi Farnon memberi isyarat dari pintu. Sekarang waktunya pulang.
Kami berbondong-bondong keluar bersama teman-teman baru,
memecahkan kesunyian dan kegelapan malam di jalan desa yang sunyi
itu. Seorang pemuda yang berambut pirang dan tak mengenakan jas
membuka pintu mobil dengan sopan. Waktu dia mengucapkan selamat
malam dengan melambaikan tangannya, aku melompat ke dalam mobil.
Kali ini tempat duduk meluncur lebih cepat dari biasanya. Aku
terpelanting ke belakang. Kepalaku mendarat di atas sepatu, dan daguku
terjepit lututku sendiri.
Sederet wajah yang tercengang mengintai dari jendela belakang. Tapi
dengan segera orang-orang yang ringan tangan menolongku bangkit lagi.
Dan kursi sialan itu diletakkan di tempatnya semula. Dalam hati aku
bertanya, sudah berapa lama hal ini berlangsung dan apakah sang
majikan tidak punya niat memperbaikinya.
Mobil menderu masuk ke kegelapan malam dan aku menengok
kebelakang. Sekelompok orang melambai-lambaikan tangannya. Aku
dapat melihat orang tua bertubuh kecil itu. Topi panamanya tampak
berkilau-kilau seperti topi baru, karena kena sinar dari pintu warung. Ia
meletakkan jarinya di atas bibir.
BAB 5
LIMA tahun aku kuliah, sambil menunggu suatu saat. Tapi saat yang
kutunggu ini belum tiba. Aku sudah ada di Darrowby selama dua puluh
empat jam, tapi belum sempat mengadakan kunjungan sendiri.
Hari berikutnya aku juga masih dikawal Farnon. Ini sungguh aneh. Sebab
Farnon tampaknya orang yang sembrono, pelupa dan ada beberapa
kelemahan lainnya. Tapi ia sangat hati-hati dalam melepaskan asistennya
yang baru.
Hari ini aku dan Farnon berkeliling di Lidderdale dan menjumpai
beberapa langganan. Mereka adalah petani yang ramah, sopan,
menyambutku dengan gembira, dan mengharapkan tugasku berhasil. Tapi
bekerja di bawah pengawasan Farnon adalah seperti kembali ke bangku
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
kuliah dan diawasi mata sang profesor. Aku merasa dengan jelas, bahwa
karirku yang profesionil tidak akan mulai, sebelum aku, James Herriot,
pergi ke luar dan mengobati binatang sakit, tanpa ditolong dan diawasi.
Namun, waktu yang kutunggu-tunggu itu segera tiba, karena Farnon
pergi ke Brawton untuk mengunjungi ibunya lagi. Sungguh sayang
terhadap ibunya, pikirku keheran-heranan. Dan katanya, dia baru pulang
malam. Jadi Bu Hall terpaksa harus jaga malam. Tapi itu tak perlu
dipusingkan. Yang penting, aku mendapat tugas.
Aku duduk di kursi malas, yang alasnya telah kendur dan berjumbai. Aku
memandang jendela besar di depan kebun, sambil memperhatikan
bayang-bayang pohon yang disebabkan oleh sinar matahari sore itu, dan
jatuh di dalam rumput yang tak terurus. Aku merasa bahwa akan ada
banyak pekerjaan.
Dengan santai aku bertanya-tanya dalam hati, tugas apa kiranya yang
akan kuterima. Mungkin suatu antiklimaks sesudah menunggu bertahun-
tahun. Anak lembu yang batuk atau babi yang sembelit misalnya.
Mungkin tidak begitu mengecewakan seandainya aku mulai dengan
pengobatan yang mudah. Waktu aku sedang di tengah lamunan yang
menggembirakan ini, tiba-tiba telepon di gang berdering keras sekali.
Deringnya melengking-lengking luar biasa, karena rumah ini sedang
kosong. Pesawat penerimanya kuangkat.
"Apakah itu Mr Farnon?" suaranya dalam agak parau. Tekanan katanya
agak lunak. Mungkin sedikit terpengaruh bahasa daerah tenggara.
"Maaf, bukan, dia sedang keluar. Ini asistennya.
"Kapan dia pulang?"
"Nanti malam katanya. Apa Anda perlu bantuan?"
"Saya tidak tahu, apakah Saudara bisa membantu atau tidak," jawab
suara itu, dengan nada angkuh. "Saya Mr. Soames, menejer peternakan
Lord Hulton. Kuda saya yang sangat berharga sakit perut. Padahal itu
kuda untuk berburu. Apakah Anda tahu tentang penyakit perut?"
Aku mulai marah dan menjawab, "Saya dokter hewan. Oleh karena itu
saya kira, saya tahu tentang penyakit semacam itu."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Lama dia tidak menjawab, kemudian dia menyalak lagi. "Baik, kalau
begitu Anda bisa menyembuhkannya. Namun saya tahu injeksi yang
dibutuhkan kuda itu. Bawalah arecoline. Mr. Farnon biasa memakainya.
Dan demi Tuhan, jangan terlalu malam pergi ke sini. Kapan berangkat?"
"Sekarang juga." "Baik."
Aku mendengar pesawat penerimanya diletakkan dengan kasar. Wajahku
terasa panas waktu aku meninggalkan telepon. Jadi kasusku yang
pertama bukan sekedar formalitas. Sakit perut adalah sukar
ditentukan. Dan aku harus berhadapan dengan orang yang sifatnya
keras yang bernama Soames sebagai batu ujian.
Sambil menempuh jarak sejauh delapan mil, aku membaca kembali dalam
ingatanku buku klasik yang tebal, berjudul Penyakit Perut Kuda. Dalam
tahun kuliahku yang terakhir, aku sudah berkali-kali membacanya,
sehingga aku dapat menceritera-kannya kembali, seperti
mendeklamasikan beberapa halaman syair. Sambil melarikan mobilku,
lembaran-lembaran kertas yang telah lusuh itu melayang-layang di
depanku, seperti hantu.
Sakit perut kuda itu mungkin disebabkan oleh urat yang terjepit atau
kejang. Mungkin juga disebabkan pergantian makanan atau terlalu
banyak makan rumput. Ya, itu mungkin. Kebanyakan sakit perut seperti
itu. Obatnya suntikan arecoline atau mungkin chlorodyne, untuk
mengurangi rasa sakit. Dan kemudian segalanya akan beres. Ingatanku
kembali ke kasus-kasus yang pernah kualami sementara kuliah
praktekku. Kuda itu berdiri dengan tenang, hanya kadang-kadang
merentangkan kaki belakangnya atau memandang ke samping.
Sesungguhnya tak ada yang berarti.
Waktu sudah sampai, aku sedang membayangkan peristiwa yang
menyenangkan ini. Aku masuk ke dalam sebuah halaman berbatu-batu
kecil yang bersih. Di ketiga sisinya dikelilingi oleh petak-petak luas yang
kokoh. Ada orang lelaki berdiri di situ. Dadanya bidang, tubuhnya Besar,
jaket dan topinya sangat rapi, potongan celananya bagus, tepinya
mengkilat.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Mobilku berhenti tiga yar jauhnya dari orang itu. Waktu aku turun,
perlahan-lahan tapi dengan sengaja, orang itu memutar punggungnya
untuk mem-belakangiku. Aku berjalan menyeberangi halaman itu, dengan
tenang-tenang saja, sambil menunggu orang itu, memutar kembali
punggungnya. Tapi dia bahkan berdiri tak bergerak, tangannya
dimasukkan ke dalam saku, sambil melihat ke arah lain.
Aku berhenti dalam" jarak satu dua meter. Tapi orang itu tetap tidak
mau berpaling. Setelah cukup lama, karena aku sudah jemu melihat
punggungnya, aku berkata,
"Mr. Soames?"
Mula-mula orang itu tidak bergerak, kemudian ia berpaling perlahan-
lahan. Lehernya merah dan tebal. Wajahnya yang kecil juga merah.
Matanya berapi-api. Ia tidak menjawab, tapi mengamat-amati diriku
dengan teliti, mulai dari ubun-ubun hingga ke telapak kaki, termasuk jas
hujanku yang lusuh, usiaku yang masih muda, dan sikapku yang kurang
pengalaman. Waktu penyelidikannya telah selesai, ia berpaling lagi ke
arah lain.
"Ya, saya Mr. Soames," jawabnya, sambil menekankan kata 'MR' seolah-
olah itu yang paling penting. "Saya sahabat karib Mr. Farnon."
"Kenalkan, nama saya Herriot."
Rupanya Soames tidak mendengar, sebab ia berkata, "Ya, betul, memang
Mr. Farnon pandai. Ia sahabat saya."
"Saya mengerti, kuda Anda sakit perut," jawabku, sambil berusaha
jangan sampai nada suaraku terlalu tinggi dan gemetar.
Soames masih memandang ke langit. Ia bersiul perlahan-lahan sebelum
menyahut. "Di dalam sana!" katanya, sambil menyentakkan kepalanya ke
arah sebuah petak. "Seekor kuda pemburu yang hebat. Saya kira, perlu
ditangani oleh orang yang ahli." Ia agak menekankan kata 'ahli'.
Pintu kubuka dan aku masuk. Kemudian aku berhenti, karena rasanya aku
menabrak tembok. Petak ini sangat besar, di alasi lumut bahan bakar
yang tebal. Seekor kuda pemburu yang berjalan terhuyung-huyung
mengelilingi batas pinggiran, dan menimbulkan bekas-bekas kaki yang
dalam pada alas lumut itu. Dari ujung hidung hingga ujung ekornya,
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
badannya basah kuyup karena berkeringat. Lubang hidungnya melebar
dan matanya menatap ke depan tanpa melihat sesuatu. Setiap
melangkahkan kaki, kepalanya diputar-putarkan-nya. Dari celah-celah
giginya yang digertakkan, gumpalan buih jatuh ke lantai. Tubuhnya
menguapkan bau yang tak sedap seperti kuda yang baru saja lari cepat.
Mulutku terasa kering dan sukar untuk bicara. Waktu aku bicara,
kedengarannya hanya seperti berbisik. "Sudah berapa lama kuda ini
dalam keadaan begini?"
"Oh, sejak tadi pagi. Tapi tadi pagi sakitnya agak ringan. Sepanjang hari
telah kuberi minuman pahit, atau sekurang-kurangnya oleh orang itu.
Tak mengherankan kalau keadaannya semakin buruk, memang sifat dia
begitu."
Di sebuah sudut, di bagian yang kena bayang-bayang, aku melihat orang
gemuk bertubuh besar sedang berdiri sambil memegang ban kepala.
"Oh, sudah cukup banyak kuberi minum kuda itu, Mr. Soames. Tapi
keadaannya tidak semakin baik," jawab orang itu, ketakutan.
"Katamu kau pemelihara kuda! Pemelihara ku-dan macam apa!" ejek
Soames. "Seandainya aku tahu akibatnya jadi begini, kuda itu pasti
kuberi minum sendiri! Dan dia sekarang pasti sudah sembuh!"
"Ini bukan sakit perut biasa," bantahku. "Tidak cukup hanya diberi
minuman pahit."
"Kalau bukan sakit perut biasa, lalu sakit apa?"
"Saya belum bisa mengatakannya, sebelum saya memeriksanya. Tapi
kesakitan terus-menerus seperti itu menunjukkan bahwa ususnya
terpilin."
"Apa? Usus terpilin? Itu sakit perut ringan, habis perkara! Sehari
penuh dia belum mengerjakan sesuatu. Dia menginginkan selingan. Apa
Saudara membawa arecoline?"
"Jika ini usus terpilin, arecoline tak ada gunanya. Bahkan akan
membuatnya makin parah. Ia kesakitan sekarang. Arecoline akan
menyebabkan dia gila, karena obat itu menyusutkan otot usus."
"Brengsek!" bentak Soames. "Jangan memberi kuliah. Saudara mau
mengobati atau tidak?"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Aku berpaling ke orang bertubuh besar itu dan berkata, "Kalungkan ban
itu. Saya akan memeriksanya."
Sesudah ban leher dipasang, kuda itu berhenti. Ia berdiri di tempat,
sambil mengerang dan gemetar. Aku meraba-raba di antara tulang rusuk
dan sikunya, mencari urat nadi. Ternyata nadinya berdenyut cepat tapi
lemah. Pelupuk matanya kubalikkan. Tampak ada selaput lendir yang
berwarna merah gelap. Termometer menunjukkan suhu seratus tiga
derajat.
Aku memandang ke arah Soames. "Saya minta seember air panas, sabun,
dan handuk."
"Untuk apa? Belum apa-apa sudah mau cuci tangan!"
"Saya akan memeriksa duburnya. Apakah saya boleh minta air?"
"Minta ampun! Baru kali ini ada dokter minta macam-macam!"
Dengan malas Soames mengusap alis matanya, lalu bergerak mendekati
orang itu. Katanya, "Cepat, jangan bengong saja! Ambilkan air, biar
cepat selesai!"
Sesudah air datang, aku menyabun lenganku. Kemudian dengan hati-hati
lengan itu kumasukkan ke dalam dubur kuda. Dengan mudah dapat
kuraba, bahwa usus halusnya berpindah tempat ke sebelah kiri. Di situ
ada selaput pekat yang seharusnya tidak ada. Waktu aku menyentuhnya,
kuda itu menyentak dan mengerang lagi.
Ketika aku mencuci dan mengeringkan lenganku, jantungku berdebar-
debar. Apa yang harus kukerjakan? Apa yang harus kukatakan?
Soames menghentak-hentakkan kakinya keluar-masuk petak, sambil
menggerutu. Sedang kuda yang kesakitan bukan main itu terus-menerus
meliuk dan menggeliat.
"Pegang benda itu!" teriaknya kepada orang itu, yang sedang memegangi
ban leher. "Apa yang sedang kaukerjakan?"
Orang itu diam saja. Ia merasa tidak bersalah. Oleh karena itu dia
hanya membalas tatapan Soames tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Aku menarik nafas dalam-dalam, lalu berkata, "Semua gejala
membuktikan satu hal. Saya yakin, kuda itu ususnya terpilin."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Terserah apa yang kaukatakan. Usus terpilin atau usus terlipat. Tapi
demi Tuhan, kerjakan sesuatu. Apakah saya harus berdiri di sini
semalam suntuk?"
"Tak ada yang bisa dikerjakan. Tak ada obatnya. Yang paling penting
ialah menghilangkan rasa sakitnya secepat mungkin."
Wajah Soames seketika berubah. "Apa? Tak ada obatnya?
Menghilangkan rasa sakit? Ocehan macam apa ini? Katakan, apa maksud
Saudara!"
Aku berusaha bicara dengan tegas. "Saya sarankan Anda mengijinkan
saya menenangkan kuda ini."
"Apa maksud Saudara?" tanya Soames. Mulutnya ternganga.
"Maksud saya, kuda ini harus ditembak sekarang juga. Saya membawa
pembunuh manusia di mobil."
Soames tampak seolah-olah akan meledak. "Apa? Ditembak? Apakah
Saudara sudah gila? Kuda ini sangat mahal harganya!"
"Peduli apa dengan harga, Mr. Soames! Sepanjang hari ia sudah tersiksa
dan sebentar lagi ia akan mati. Seharusnya Anda memanggil saya lama
sebelumnya. Memang ia masih bisa hidup beberapa jam lagi. Tapi
akhirnya akan sama juga. Dan dia dalam kesakitan hebat, kesakitan
terus-menerus."
Soames tertunduk, dan menelungkupkan kepalanya di atas tangannya.
"Oh Tuhan, mengapa hal ini terjadi padaku? Majikan sedang pergi atau
beliau harus kupanggil, supaya menyembuhkan sakit gila Saudara?
Camkan ini, seandainya Mr. Farnon, bos Saudara ada di sini, dia hanya
akan menyuntik kuda ini, dan setengah jam kemudian, kuda ini sehat
kembali. Apakah saya tak boleh menunggu sampai Mr. Farnon pulang
nanti malam, dan menyuruh dia memeriksanya?"
Usul itu menggembirakan hatiku. Lebih baik kuda ini kusuntik morfin lalu
aku pulang. Tanggung jawab biar ditanggung orang lain. Ini mudah. Aku
melihat kuda lagi. Kuda itu mulai berputar-putar di dalam petak.
Tersandung-sandung dan terhuyung-huyung. Ia tampak sudah putus asa.
Namun demikian ia berusaha membuang rasa sakitnya. Waktu
kuperhatikan, ia mengangkat kepalanya yang sudah lunglai dan mengaduh
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
perlahan-lahan. Suaranya memilukan, tak bisa dipahami, tapi bernada
ketakutan. Aku tak tahan lagi.
Dengan cepat aku lari ke mobil mengambil pistol. "Pegang kepalanya,
jangan sampai bergerak," kataku kepada orang itu, sambil mengarahkan
moncong pistol di antara matanya yang berkaca-kaca. Sesaat kemudian
terdengar letusan tembakan dan kuda itu roboh. Suaranya berdebuk di
atas lumut dan mati seketika.
Aku berpaling ke Soames yang memandang tubuh kuda itu dengan rasa
tidak percaya. "Besok pagi Mr. Farnon akan ke sini untuk memeriksa
bangkainya. Mudah-mudahan Tuan Hulton membenarkan diagnosa saya."
Aku mengenakan jaket dan keluar menghampiri mobil. Waktu mesin
kuhidupkan, Soames membuka pintunya dan menjenguk ke dalam mobil.
Ia bicara dengan tenang, tapi nadanya sangat marah. Katanya, "Saudara
akan saya laporkan majikan saya. Juga kepada Mr. Farnon! Akan saya
tunjukkan kepadanya, betapa rendah mutu asistennya! Dan camkan apa
yang kukatakan ini. Saudara akan terbukti bersalah pada pemeriksaan
bangkai besok! Kemudian Saudara akan saya tuntut!" Ia menutup pintu
mobil dengan kasar sekali dan berjalan pergi.
Setelah sampai di rumah, aku memutuskan untuk menunggu Farnon. Aku
duduk sambil berusaha menghindarkan perasaan bersalah, karena aku
telah menghancurkan karirku pada waktu baru saja mulai. Tapi kalau
kupertimbangkan kembali, aku tahu tak bisa berbuat lain. Berapa kali
pun aku mengulanginya, kongklusinya selalu sama.
Pukul satu malam Farnon baru pulang. Rupanya perjumpaan dengan
ibunya sangat menggembirakan hatinya. Pipinya yang tipis kemerah-
merahan dan nafasnya berbau jenewer. Aku heran ia memakai jas
malam. Jaket itu sudah ketinggalan jaman dan terlalu longgar karena
tubuhnya kurus, namun begitu dia tampak seperti duta besar.
Waktu aku menceriterakan kuda itu, ia mendengarkannya tanpa
menjawab sepatah kata pun. Waktu ia akan memberikan komentar,
telepon berdering. "Tengah malam begini," bisiknya, kemudian, "Oh,
Anda, Mr. Soames!" Ia menganggukkan kepala kepadaku lalu duduk di
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
kursi. Lama ia menjawab 'Ya', 'Tidak', dan 'O begitu'. Kemudian ia
duduk tegak dan mulai bicara,
"Terima kasih, Mr. Soames, karena Anda menelepon saya. Memang itu
satu-satu tindakan yang mungkin bisa dilakukan Mr. Herriot dalam
keadaan seperti itu. Tidak, saya tidak setuju. Itu hanya akan menyiksa.
Sedangkan tugas kami adalah mencegah penderitaan. Sayang, Anda
merasa demikian. Tapi menurut pertimbangan saya, Mr. Herriot adalah
seorang dokter hewan yang sungguh-sungguh cakap. Seandainya waktu
itu saya juga ada di situ, saya kira saya juga akan melakukan hal yang
sama. Selamat malam, Mr. Soames, besok kita bertemu."
Aku merasa begitu lega, hingga aku ingin membuat pidato terima kasih.
Tapi akhirnya, aku hanya berkata 'Terima kasih'.
Farnon meraih ke dalam lemari bertutup kaca di atas perapian dan
mengambil sebotol wiski. Dengan sembrono ia menuangkan isinya separo
ke sebuah gelas, hingga penuh dan melimpah, lalu me-nyorongkannya ke
arah saya. Ia berbuat sama untuk dirinya sendiri dan menjatuhkan diri
lagi ke dalam kursi malas.
Ia meneguk banyak-banyak, menatap beberapa saat pada benda cair
yang kekuning-kuningan warnanya di dalam gelas itu, lalu mengangkat
wajahnya dengan tersenyum. "Yah, tentunya kau di tengah malam sial ini
merasa terpukul atau tak dihargai orang. Padahal kasus pertama! Dan
harus berhadapan dengan Soames!"
"Kau sudah lama mengenalnya, Farnon?"
"Oh, banyak yang sudah kuketahui tentang dia. Perkara kecil yang
kurang beres saja, sudah cukup menjerakan siapa saja! Percayalah, dia
bukan temanku. Sebenarnya, kata orang sedikit banyak ia seorang
bajingan, karena dengan diam-diam mempergunakan kekayaan
majikannya untuk menggendutkan kantongnya sendiri. Mudah-mudahan,
pada suatu hari kecurangannya akan terbongkar."
Wiski yang jernih itu terasa membakar jalan makanan sampai ke
perutku. Tapi aku memang membutuhkannya. "Aku jarang mengalami
peristiwa seperti malam ini. Saya kira praktek dokter hewan tidak akan
seperti itu selamanya."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Kukira tidak," jawab Farnon. "Tapi kita tidak pernah tahu apa yang
akan menimpa kita. Kau tahu, jabatan kita adalah jabatan yang aneh.
Jabatan ini memberikan kesempatan yang terbilang banyaknya untuk
memperlihatkan ketololan kita sendiri."
"Tapi saya kira itu banyak tergantung pada kecakapan kita juga."
"Ya, sampai batas tertentu. Tentu saja, ini merupakan pekerjaan yang
akan membuat kita jadi ahli. Namun, betapa hebatnya keahlian kita,
penghinaan dan ejekan bisa terjadi di sembarang tempat. Saya pernah
menyuruh seorang spesialis-kuda yang kenamaan, untuk melakukan
operasi tulang rusuk. Tapi kudanya mati, sebelum operasi selesai. Orang
itu gemetar ketakutan di atas tulang rusuk pasiennya. Pengalaman ini
memberikan pelajaran berharga bagi saya. Ialah bahwa selama jadi
dokter hewan, pada suatu saat, saya akan tampak mahatolol seperti
dia."
Aku tertawa. "Kalau begitu, paling baik aku mengundurkan diri saja,
sebelum karirku mulai!"
"Ya, itu hanya sebuah gambaran saja. Binatang adalah makhluk yang
tidak dapat diramalkan. Demikian pula seluruh hidup kita ini. Hidup kita
merupakan sebuah' kisah yang panjang, kisah mengenai kemenangan-
kemenangan kita yang kecil, dan kisah tentang bencana yang menimpa
kita. Supaya dapat bertahan, kita harus betul-betul menyukainya.
Malam ini dengan Soames, tapi malam berikutnya mungkin dengan orang
lain. Yang jelas, kau tak akan merasa jemu. Ini wiskinya, silakan
menambahnya lagi!"
Aku minum seteguk, kemudian minum lebih banyak lagi, sambil bercakap-
cakap. Tak terasa waktu merayap dengan cepat. Pohon akasia yang
besar dan gelap itu mulai tampak di fajar pagi yang kelabu di depan
jendela. Seekor burung hitam mulai bersiul-siul. Farnon dengan kecewa
menggoncang-goncangkan sisa wiski di dalam botol dan menuangkannya
ke dalam gelasnya.
Ia menguap, menarik simpul dasinya yang berwarna hitam dan
memandang arlojinya. "Wah, sudah pukul lima! Cepat benar! Tapi saya
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
gembira, karena kita bisa minum bersama, untuk merayakan. Kasusmu
yang pertama! Dan tindakanmu tepat bukan?!"
BAB 6
TIDUR dua setengah jam sebetulnya kurang. Tapi aku ingin bangun
pukul setengah delapan, lalu turun, mencukur kumis, dan pukul delapan
menyisir rambut.
Tapi aku makan pagi sendirian. Bu Hall, dengan tenang meletakkan telor
dadar di depanku, sambil memberi tahu, bahwa bos beberapa saat yang
lalu telah berangkat ke peternakan Lord Hulton, untuk memeriksa
bangkai kuda yang kutembak itu. Aku bertanya dalam hati, apakah
Farnon tadi sudah pergi tidur. Mungkin dia tidak tidur sama sekali.
Waktu aku sedang sibuk makan roti panggang, pada suap yang terakhir,
Farnon tiba-tiba masuk ke dalam kamar. Aku sudah biasa melihat dia
masuk dengan mendadak, dan tidak heran kalau dia memutar handel
pintu, lalu melompat ke tengah permadani. Ia tampak berseri-seri dan
sangat gembira.
"Apakah ceret itu masih ada kopinya? Saya ingin minum bersama lagi!"
Ia menghempaskan diri pada kursi yang keras. "Nah, kau tak perlu
bersedih hati. Pemeriksaan bangkai, menunjukkan dengan pasti bahwa
kuda itu ususnya terpilin. Beberapa bagian usus penuh dengan selaput
berwarna hitam. Saya gembira kau segera membunuh kuda itu."
"Apakah kau bertemu dengan Soames?"
"Ya. tentu saja. Ia sudah siap di situ. Ia berusaha mencari-cari
kesalahan untuk menjatuhkan namamu. Tapi mulutnya kubungkam.
Bahkan kutegaskan, bahwa dialah yang bersalah, sebab tidak segera
meneleponmu. Kutekankan juga, bahwa Lord Hulton pasti akan marah,
karena kudanya dibiarkan menderita. Kemudian saya pulang, sambil
membiarkan dia memamah biak kata-kataku itu."
Berita ini sungguh melegakan hati. Aku pergi ke bangku untuk mengambil
buku harian. "Ini ada beberapa panggilan. Aku akan kausuruh apa?"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Farnon menentukan tempat-tempat yang harus kukunjungi,
menuliskannya pada secarik kertas dan memberikannya kepadaku. "Ini,"
katanya, "beberapa kasus yang menyenangkan dan mudah. Kau boleh
mengerjakannya sendiri."
Waktu aku akan berangkat, dia memanggilku. "Herriot, ada lagi yang
perlu kaukerjakan. Hari ini adikku akan numpang kendaraan dari
Edinburgh. Ia juga mahasiswa kedokteran hewan, dan kemarin kuliahnya
berakhir. Jika ia sudah sampai di dekat sini, mungkin ia akan menelepon
kita. Bagaimana kalau kau keluar dan menjemputnya?"
"Ya, lebih baik kujemput." "Tapi namanya Tristan." "Tristan?"
"Ya, seharusnya ini saya katakan kemarin. Kau tentu heran kalau
mendengar nama saya. Sebenarnya itu nama ayah saya. Wagnerian
Agung! Nama itu hampir menguasai hidupnya. Seluruh hidupnya hanyalah
musik, terutama Wagner."
"Aku sendiri juga sedikit suka."
"Ya, ya. ya. tapi kan tidak seperti kami. Pagi, siang, dan malam! Dan
kemudian lalu terlekat dengan nama seperti Siegfried. Tapi masih ada
yang lebih buruk. Wotan, misalnya.
"Atau Pogner."
Farnon tampak kaget. "Ya, kau benar! Saya sudah melupakan Pogner tua
itu. Saya kira, saya banyak berhutang budi kepadanya."
Baru sekitar pukul empat siang telepon yang kutunggu berdering. Suara
di ujung yang lain seperti suara yang sudah lama kukenal.
"Ini Tristan Farnon."
"Wah, suaramu seperti suara kakakmu!"
Lalu terdengar suara tertawa riang. "Tiap orang bilang begitu. Terima
kasih, kau mau menjemputku? Aku di warung Holly Tree di jalan raya
utara."
Di belakang suara itu aku mengharap akan bertemu dengan kembaran
Farnon. Tapi Tristan ternyata hanyalah seorang pemuda kecil berwajah
kanak-kanak, yang sedang duduk di atas ransel, dan sama sekali tidak
serupa dengan Farnon. Ia bangkit, mengusap rambutnya yang hitam ke
belakang dan mengulurkan tangannya. Senyumnya ramah.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Sudah berjalan berapa jauh?" tanyaku.
"Sedikit jauh, karena aku membutuhkan gerak badan. Tadi malam ada
pesta perpisahan yang melelahkan." Ia membuka pintu mobil dan
melemparkan ranselnya ke belakang. Waktu mesin kuhidupkan, ia duduk
dengan santai di kursi mobil, seolah-olah kursi itu kursi malas yang
mewah. Ia mencabut sebungkus rokok Woodbines, menyulutnya dengan
acuh tak acuh dan menelan asapnya dengan puas. Ia mengambil majalah
Daily Mirror dari saku sebelah dan menggoyang-goyangkannya supaya
terbuka, sambil menghembuskan nafas karena merasa lega. Asapnya
yang sudah lama ditelan baru sekarang keluar dari hidung dan mulutnya.
Aku membelok ke barat, meninggalkan jalan raya dan keributan lalu
lintas itu tertinggal jauh di belakang. Aku berpaling kepadanya, dan
bertanya, "Kau habis ujian?"
"Ya, patologi dan parasitologi."
Aku hampir saja melanggar larangan berat, dengan bertanya kepadanya,
apakah dia lulus. Untunglah aku berhenti pada waktunya. Lulus itu
untung-untungan. Namun meskipun begitu, tidak kekurangan bahan
pembicaraan. Ada saja yang ia katakan tentang berita itu. Kemudian ia
dengan keras membacakan sari beritanya dan mendiskusikannya
denganku. Lama-kelamaan aku yakin, bahwa aku sedang ada di dekat
orang yang lebih lincah dan lebih hidup pikirannya daripada aku sendiri.
Perjalanan itu terasa sangat cepat. Tahu-tahu mobil telah kuhentikan di
samping Rumah Skeldale.
Waktu aku masuk ke dalam rumah, Siegfried sedang keluar. Ia baru
pulang menjelang petang. Ia masuk melalui jendela besar, mengangguk
dengan ramah, dan melemparkan dirinya di kursi malas. Waktu Tristan
masuk, ia mulai bicara tentang salah satu kasusnya
Keadaan di dalam kamar berubah seolah-olah ada orang menekan
tombol. Senyum Siegfried jadi tak ramah dan lama ia memandang
adiknya seperti sedang menilai prestasinya. Ia mengucapkan 'Halo',
kemudian meraih dan meraba-raba judul buku di rak. Rupanya
perhatiannya terbenam sebentar di sini. Terasa mulai adanya suasana
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
tegang. Muka Tristan juga berubah dengan jelas. Wajahnya tak
menunjukkan perasaan apa pun dan matanya penuh kewaspadaan.
Akhirnya Siegfried menemukan buku yang ia cari, mengambilnya dari
rak, dan dengan tidak tergesa-gesa sedikit pun, ia mulai membuka-buka
halamannya. Kemudian, tanpa mengangkat wajahnya, ia berkata dengan
tenang, "Bagaimana hasil ujiannya?"
Tristan menelan ludah dengan hati-hati dan menarik nafas dalam-dalam.
"Parasitologinya lulus," jawabnya dengan nada yang datar.
Rupanya Siegfried tidak mendengar, la menemukan sesuatu yang
menarik dan mulai membaca lagi. Ia membacanya agak lama, kemudian
menaruhnya kembali di atas rak. Ia mulai lagi sibuk mencari judul.
Punggungnya masih membelakangi adiknya. Ia bertanya lagi dengan nada
lembut,
"Bagaimana patologinya?"
Sekarang Tristan ada di pinggir kursinya, seolah-olah bersiap-siap akan
lari. Matanya berganti-ganti memandang kakak dan rak buku. "Tidak
lulus," jawabnya dengan dingin.
Siegfried tak memperlihatkan reaksi. Dengan tekun ia mencari bukunya,
kadang-kadang menarik sebuah, melihatnya sepintas, lalu
mengembalikannya dengan hati-hati. Kemudian ia menghentikan
pemburuannya, berbaring lagi di kursinya, tangannya tergantung bebas
hingga akan menyentuh lantai dan memandang Tristan.
"Jadi patologimu tidak lulus," katanya dengan datar.
Aku sendiri heran, mengapa secara tidak sadar lalu memberikan
komentar seperti orang hampir histeris. "Yah, kau mengerti itu cukup
baik, karena ia menempuhnya di akhir tahun. Ia akan bisa menempuhnya
lagi pada hari Natal. Itu takkan membuang-buang waktu, karena memang
mata pelajaran itu sukar."
Siegfried memandangku dengan dingin. "Jadi kau berpendapat itu cukup
baik, bukan?" Ia diam lama, kemudian kesunyian ini berantakkan karena
ia dengan tak terduga-duga memarahi adiknya dengan bertubi-tubi.
"Menurut pendapat saya, tidak! Saya kira itu keterlaluan! Ini sungguh
memalukan, itu soalnya. Apa yang kaukerjakan selama semester terakhir
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
ini? Minum-minum, mengejar-ngejar wanita, menghambur-hamburkan
uang saya, mengerjakan apa saja kecuali belajar! Dan sekarang kau
berani berjalan ke sini hanya untuk memberi tahu kalau tak lulus! Kau
pemalas! Itulah soalnya! Anak keparat!"
Tingkah laku Siegfried Farnon berubah sama sekali. Mukanya jadi
merah kehitam-hitaman. Matanya berapi-api. Ia menghujan lagi
hardikan yang sangat pedas. "Tapi kali ini aku sudah bosan! Aku muak
melihatmu! Aku tak mau lagi bekerja memeras keringat untuk membiayai
orang yang bermalas-malasan! Sampai disini saja! Kau bukan adikku lagi!
Buka telingamu lebar-lebar, mulai detik ini juga kau bukan adikku lagi,
tahu?! Oleh karena itu kau harus pergi dari sini! Pergi, dan jangan ke
mari lagi! Ayo pergi! Cepat keluar!"
Tristan yang sudah menahan hujan makian itu dengan tabah, pergi
dengan tenang.
Aku memandang Siegfried dan merasa malu. Ia sangat tegang karena
marah. Kulit wajahnya berubah, jadi berbelang-belang hitam dan merah.
Ia menggerutu dan mengomel, sambil memukul-mukulkan jarinya ke
lengan kursi.
Aku sangat terperanjat menyaksikan adegan ini, tapi merasa lega waktu
Siegfried menyuruhku berangkat bertugas dan dapat meninggalkan
kamar itu.
Aku baru pulang waktu hari hampir malam. Aku masuk lewat jalan
belakang ke halaman di kaki kebun. Bunyi pintu garasi mengejutkan
burung-burung gagak di pohon elm, yang cabang-cabangnya tergantung
di atas bangunan itu. Sayup-sayup di atas pohon terdengar kepakan
sayap, dan suara burung, kemudian tak terdengar apa-apa lagi. Waktu
aku berusaha mendengarkannya, aku melihat sosok tubuh manusia
sedang berdiri di tempat gelap di depan pintu halaman, melihat ke
bawah ke arah kebun. Ketika wajah itu berpaling, aku tahu, itu Tristan.
Aku merasa malu lagi. Kedatanganku ke sini yang tak kusengaja telah
mengganggu anak malang itu yang sedang merenungkan nasibnya
sendirian. "Maaf, aku tak menduga sama sekali bahwa akan begini
jadinya," kataku dengan canggung.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Ujung rokok membara dengan terang, waktu Tristan menghisapnya
dalam-dalam. "Tidak, tidak, tidak apa-apa. Bisa lebih buruk sebenarnya."
"Lebih buruk? Ini sudah cukup buruk, bukan? Apa yang akan
kaulakukan?"
"Apa yang akan kulakukan? Apa maksudmu?"
"Kau kan sudah diusir! Nanti malam kau akan tidur di mana?"
"Nah, aku tahu sekarang. Kau tidak mengerti!" jawab Tristan. Ia
mengambil rokoknya dari mulutnya dan aku melihat sekilas giginya yang
sangat putih waktu tersenyum. "Kau tidak perlu sedih. Aku akan tidur di
sini dan besok pagi aku akan turun untuk makan."
"Tapi bagaimana kakakmu?" "Siegfried? Oh, besok dia sudah lupa!" "Kau
yakin?"
"Yakin sekali. Ia selalu mengusirku, kemudian lupa! Apa pun yang terjadi,
akhirnya baik juga. Satu-satunya pembalasanku yang harus dia telan
ialah tentang parasitologi."
Aku memandang bayangan hitam di sampingku itu. Burung-burung gagak
di pohon yang tinggi itu gemerisik mengatur bulunya, kemudian diam lagi.
"Parasitologi?"
"Ya. Kalau kau mau memperhatikan apa yang akan kukatakan. Semuanya
pasti beres. Tak ada ke-cualinya!"
"Lalu apa maksudmu......?"
Tristan tertawa perlahan-lahan dan menepuk bahuku.
BAB 7
SELIMUTKU kutarik rapat-rapat ke tubuhku waktu dering telepon
melengking-lengking memenuhi seluruh rumah tua itu.
Ini terjadi tiga minggu kemudian sesudah kedatangan Tristan, dan
kehidupan di Rumah Skeldale berjalan seperti biasa, dengan teratur.
Tiap hari selalu dimulai dengan dering telepon antara pukul tujuh dan
delapan, setelah para petani memeriksa ternaknya.
Di rumah itu hanya ada satu telepon. Telepon itu terletak di gang di
tingkat bawah. Siegfried telah menegaskan kepadaku, bahwa aku tidak
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
boleh turun dari tempat tidur hanya untuk melayani telepon tersebut.
Siegfried telah menyerahkan mandat kepada Tristan. Tanggung jawab
ini merupakan pendidikan baik baginya. Siegfried telah menekankan
betapa pentingnya!
Aku mendengarkan dering itu. Telepon itu berbunyi terus, makin lama
makin keras. Tak terdengar suara atau gerak dari kamar Tristan. Dan
aku menunggu adegan berikutnya dari drama harian ini. Yang terjadi
biasanya pintu yang dibanting dengan keras dan Siegfried lari ke bawah
menuruni tangga. Suaranya berdebum-debum karena ia melompati dua
atau tiga anak tangga.
Kemudian suasana sunyi lagi. Aku lalu dapat menggambarkan apa yang
dialami Siegfried. Siegfried pasti kedinginan di gang. Karena gang itu
banyak anginnya. Kakinya yang tak beralaskan sandal pasti beku, waktu
mendengarkan ocehan petani, yang dengan santai melaporkan gejala-
gejala binatang piaraannya. Kemudian terdengar suara Siegfried
meletakkan pesawat penerima dengan kasar, dan debam-debum kaki
waktu Siegfried terburu-buru menyerbu kamar adiknya.
Kemudian terdengar handel pintu diputar dan pintu terbuka, lalu diikuti
ledakan-ledakan orang marah, yang bernada kemenangan. Artinya
Tristan tertangkap basah, betul-betul basah kuyup. Suatu kemenangan
gilang-gemilang bagi Siegfried! Sebab kemenangan seperti ini jarang
terjadi. Biasanya, Tristan memperlihatkan kemahirannya mengenakan
pakaian dengan cepat. Siasat ini mempunyai keuntungan psikologis. Ia
sudah berpakaian lengkap sewaktu Siegfried masih memakai piyama.
Tapi kali ini Tristan sedang sial. Waktu ia sedang berusaha
mempergunakan detik-detik yang berharga, ia terbalut selimut. Aku
mendengar bentakan Siegfried, "Mengapa kau tidak menjawab telepon
seperti perintahku? Apakah kau sudah tuli? Kapan sifat malasmu itu
kaubuang? Ayo bangun! Bangun, berdiri, keluar!"
Tapi aku tahu. Biasanya Tristan akan segera melancarkan pembalasan.
Jika ia tertangkap basah masih tidur, ia mengejar kekalahannya. Ia
segera makan pagi dulu, sebelum kakaknya masuk ke dalam kamar
makan.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Kemudian, waktu Siegfried masuk, aku memperhatikan wajahnya.
Tristan tampak sedang mengunyah roti panggangnya dengan lahapnya,
sambil membaca majalah Daily Mirror, yang menyentuh-nyentuh gelas
kopinya. Gayanya memamah biak seperti orang yang sedang sakit gigi!
Semua itu menimbulkan suasana tegang. Aku merasa lega jika bisa
mengumpulkan alat-alatku dan menyelinap berangkat ke tugas pagi hari
itu. Aku menuruni gang yang sempit, yang penuh bau eter dan karbol,
lalu keluar ke kebun yang dikelilingi tembok tinggi. Kebun itu menuju
halaman tempat parkir mobilku.
Tiap pagi terjadi hal yang sama. Namun rasanya, selalu terjadi hal yang
tak terduga-duga. Jika aku melangkahkan kaki ke sinar matahari dan
mencium harum bunga, aku merasa hal ini baru pertama kali kualami.
Udara yang bersih ini mengandung kesegaran udara padang rumput di
dekatnya. Setelah terbenam di kota selama lima tahun, rasanya sukar
untuk menelan semua ini dengan sekali teguk.
Aku tidak pernah tergesa-gesa di bagian ini. Mungkin ada kasus
mendesak yang menunggu, tapi aku selalu setenang-tenangnya. Mula-
mula melalui bagian sempit di antara dinding yang tertutup tanaman
menjalar dan cabang rumah yang memanjang. Di sini tumbuh pohon
Wistaria yang ranting dan bunganya menjulur masuk ke dalam kamar.
Kemudian dengan perlahan-lahan aku berjalan melalui kebun yang dihiasi
batu-batu karang. Di sini kebun ini melebar jadi halaman rumput yang
tidak dipangkas dan tak terpelihara. Namun menimbulkan kesejukan dan
kelembutan pada batu-batu bata yang dimakan waktu. Di sekitarnya ada
bunga-bunga berwarna menyala yang berlimpah-limpah dan tak teratur,
berdesak-desakan dengan rumpun semak-semak.
Aku sampai di taman bunga mawar. Kemudian ke taman asparagus, yang
cabangnya gemuk-gemuk dan tumbuh jadi pohon yang tinggi. Lebih jauh
ada pohon arbei dan tumbuhan frambus. Pohon buah-buahan terdapat di
mana-mana, cabang-cabangnya terkulai rendah di atas jalan setapak.
Buah persik, buah per, buah ceri, buah prem, bergantungan di atas
tembok selatan, berebut tempat dengan bunga-bunga mawar yang
tumbuh liar.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Lebah sibuk bekerja di antara bunga-bunga dan kicau burung hitam dan
murai berlomba dengan suara burung-burung gagak yang bertengger
tinggi di puncak pohon elm.
Hidupku penuh dengan kesibukan. Banyak sekali yang harus kuselidiki
dan kubuktikan sendiri. Hari berjalan cepat' dan penuh tantangan,
seolah-olah aku dijejali dengan hal-hal baru. Tapi semua itu berhenti di
sini, di kebun ini. Rupanya semuanya telah lama berhenti di sini. Aku
menengok ke belakang sebelum pintu yang menuju ke halaman. Rasanya
seperti tiba-tiba berhadapan dengan sebuah gambar dalam buku. Kebun
yang tak terpelihara dan kosong serta rumah di sebelah sana yang tinggi
dan sunyi. Aku tak pernah bisa percaya, bahwa semua itu ada di sini, dan
aku merupakan bagiannya.
Aku penuh perasaan ini waktu masuk ke halaman. Halaman ini persegi
empat, dialasi batu-batu bulat, yang sela-selanya ditumbuhi rumput
tebal. Bangunan-bangunan terletak di kedua sisi. Dua garasi, dulu bekas
kandang kereta, sebuah kandang kuda dan kamar pelana, petak terbuka
dan kandang babi. Pada bagian tembok yang tak ada bangunannya ada
pompa besi berkarat yang tergantung di atas bak air yang terbuat dari
batu.
Di atas kandang kuda ada loteng penyimpan jerami dan di atas salah
satu garasi ada kandang merpati. Dan ada Boardman, pembantu yang
sudah tua. Ia juga rupanya telah ditinggalkan oleh masa-masa jaya,
berjalan keliling terpincang-pincang, karena kakinya" lumpuh sebelah,
tak mengerjakan sesuatu yang penting.
Ia mengucapkan selamat pagi dari kamarnya yang sempit, tempat
menyimpan alat-alat dan peralatan kebun. Di atas kepalanya tergantung
kenang-kenangan semasa perang. Sederet gambar kartun Bruce
Bairnsfather. Ia memasang gambar itu waktu pulang pada tahun 1918.
Gambar itu sudah berdebu dan tepinya melengkung, tapi masih bicara
kepadanya tentang Kaiser Bill, lubang-lubang bom dan parit-parit
berlumpur.
Kadang-kadang Boardman mencuci mobil atau mengejarkan tugas-tugas
ringan di kebun. Ia puas dengan gaji satu atau dua pound dan kembali ke
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
halamannya. Sebagian besar waktunya dihabiskannya untuk duduk di
kamar sadel. Kadang-kadang ia memandang ke sekitarnya, kemudian ia
akan menggosok-gosokkan tinjunya pada telapak tangannya.
Ia kerap kali membicarakan masa-masa jaya kepadaku. "Saya dapat
melihat dua orang dokter, yang berdiri di tangga teratas, menunggu
keretanya. Dia bertubuh besar, dan tampak cerdas. Alius memakai topi
tinggi dan jas panjang. Saya dapat mengingatnya waktu saya masih
muda. Ia berdiri di situ, sambil menarik kaos tangannya dan
memiringkan topinya sementara menunggu."
Roman muka Boardman tampak melunak dan matanya bercahaya seolah-
olah ia berbicara kepada dirinya sendiri, dan tidak bicara kepadaku.
"Waktu itu rumah tua ini berlainan. Ada seorang pengurus rumah tangga
dan enam pembantu dan segala sesuatunya seperti itu. Dan ada tukang
kebun yang bekerja sehari penuh. Tak ada sehelai rumput pun yang
tidak ada pada tempatnya. Bunga-bunga berderet-deret dengan
teratur, pohon-pohon dipangkas rapi. Dan halaman ini, adalah tempat
kesayangan dokter tua itu. Ia akan datang dan menjenguk saya melalui
pintu waktu saya sedang membersihkan pakaian kuda dan melewatkan
waktu dengan tenang. Ia orang lelaki sejati tapi Anda tidak akan dapat
menentangnya. Ada kotoran debu sedikit saja ia akan sangat marah.
"Tapi setelah perang selesai, orang suka terburu-buru. Mereka tak
mempedulikan akan kerapian lagi. Mereka tak punya waktu, dan sama
sekali tak punya waktu."
Ia lalu melihat sekitarnya dengan perasaan tidak percaya ke batu-batu
bulat yang penuh ditumbuhi rumput, ke pintu-pintu garasi yang
tergantung miring pada engselnya, ke kandang kosong dan ke pompa
yang tidak pernah mengalirkan air.
Ia selalu ramah terhadapku, dan gaya bicaranya seperti orang agak
linglung. Tapi terhadap Siegfried seperti melangkah kembali ke
wataknya yang dulu, bisa menguasai diri sepenuhnya dan berkata
'Sangat baik, Tuan,' dan berulang-ulang memberi hormat dengan satu
jari. Dengan sikap itu seolah-olah ia teringat sesuatu - suatu kekuatan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
dan kewibawaan dokter tua - dan menjangkau jauh ke masa lampau yang
silam.
"Selamat pagi, Boardman," kataku, waktu aku membuka pintu garasai.
"Apa kabar?"
"Oh, biasa, Nak, hanya biasa saja." Ia berjalan terpincang-pincang dan
memperhatikan aku memegang handel stater. Dan mulailah tugasku
sehari-hari berikutnya.
Mobil yang diberikan kepadaku adalah mobil Austin, yang modelnya
sudah hampir dilupakan orang dan salah satu tugas sukarela Boardman
adalah menghidupkan mesin dengan tali, jika mobil tak mau distater.
Tapi pagi ini, aku heran, mesinnya mau hidup sesudah batuk-batuk dan
diputar enam kali.
Waktu aku menjalankan mobil melalui sudut jalan sebelah belakang,
seperti biasanya setiap pagi, aku punya perasaan bahwa memang dari
sinilah semuanya mulai. Di luar sana masalah dan tekanan pekerjaanku
menunggu dan pada saat itu memang banyak pekerjaan.
Menurut perasaanku, aku datang di Dales pada saat yang sial. Setelah
diterlantarkan selama satu generasi, para petani melihat ada nabi
datang, dokter hewan baru yang mengagumkan, ialah Mr. Farnon. Ia
tampak seperti bintang berekor, yang ingin melaksanakan ide-idenya
yang baru. Ia cakap, bersemangat besar, menarik dan mereka
menyambutnya seperti seorang gadis menyambut kekasihnya. Dan
sekarang pada puncak bulan madunya, aku harus mencari jalan untuk
melaksanakan idenya. Tapi malang, aku tidak diinginkan.
Aku mulai biasa mendengar pertanyaan seperti ini: "Di mana Mr.
Farnon?" - "Apakah dia sakit atau ada sesuatu?" - "Saya mengharapkan
Mr. Farnon." Aku merasa sedikit berkecil hati bila melihat wajah
mereka masam waktu melihat aku berjalan ke peternakan mereka.
Biasanya mereka melihat ke mobilku dengan penuh harapan dan bahkan
beberapa orang mendekati dan menjenguk ke dalam mobil untuk melihat
apakah orang yang sangat mereka butuhkan sedang bersembunyi di
dalamnya.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Sungguh tugas yang berat memeriksa binatang tapi pemiliknya merasa
kesal di belakang punggungku, karena mereka dengan seluruh hatinya
menginginkan Farnon, bukan aku.
Tapi harus diakui pula bahwa mereka jujur. Aku memang tidak mendapat
sambutan hangat. Bila aku mulai mengemukakan pendapatku mengenai
sebuah kasus, mereka terang-terangan mendengarkan dengan penuh
kesangsian. Namun jika aku melepaskan jaketku dan mengerjakan
tugasku dengan sungguh-sungguh, kesangsian mereka mulai mencair. Dan
mereka suka menjamu orang. Meskipun mereka kecewa karena yang
datang aku, bukan Farnon, namun mereka mempersilakan aku supaya
singgah dan makan di rumahnya. "Silakan masuk dan makan dulu," adalah
kalimat yang kudengar hampir setiap hari. Kadang-kadang aku dengan
senang hati mau menerima ajakan itu dan makan bersama mereka. Suatu
peristiwa yang dapat dijadikan kenangan.
Kerap kali juga dengan diam-diam mereka meletakkan setengah losin
telur atau setengah kilo mentega di dalam mobilku. Beberapa waktu aku
akan berangkat pulang. Keakraban ini sudah jadi tradisi di Dales. Dan
aku tahu, mereka tentu berbuat begitu juga kepada tamu-tamu lain. Ini
menunjukkan adanya rasa persahabatan yang tersembunyi di balik wajah
mereka yang tak mau tersenyum. Ini benar-benar menghiburku.
Aku mulai mengenal dan menyukai kehidupan petani. Mereka adalah
orang-orang yang tabah dan mempunyai filsafat yang baru bagiku. Jika
ada bencana, yang bisa membuat orang kota putus asa dan
membenturkan kepalanya'pada tembok, mereka hanya mengangkat bahu
sambil berkata, "Ya, itu biasa. Memang harus terjadi begitu."
Pada suatu hari, udara sangat panas. Aku membuka jendela mobilku
lebar-lebar. Aku sedang dalam perjalanan untuk membuat tes
tuberkulin. Rencana pemerintah mulai mendapat pengaruh di Dales. Dan
petani-petani yang progresif minta tes survey.
Ini bukan ternak sembarangan. Mr. Copfield's Galloway terkenal, karena
mempunyai ternak yang liar. Aku telah diberitahu Siegfried tentang
mereka. "Praktek yang paling sulit. Ada delapan puluh lima ekor dan
tidak pernah diikat. Bahkan binatang-binatang itu belum pernah
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
disentuh oleh tangan manusia. Lembu-lembu itu hidup bebas di lereng-
lereng bukit, melahirkan dan membesarkan anaknya di luar kandang, dan
jarang sekali didekati orang. Pendek kata, binatang-binatang itu masih
liar."
"Apa yang kaukerjakan, jika ada yang sakit?" tanyaku.
"Minta bantuan Frank dan George, ialah anak Copfield. Sejak kecil,
kedua pemuda itu telah dibesarkan di tengah-tengah kawanan lembu itu.
Mereka mengurus anak lembu segera sesudah bisa berjalan. Kemudian
mereka mengurus lembu yang besar. Keluarga Copfield seulet keluarga
Galloways."
Peternakan Copfield terletak di daerah yang tandus. Tempat
penggembalaannya hanya ditumbuhi rumput sedikit. Padang rumput ini
merayap ke atas ke daerah yang gundul, dan hanya ditumbuhi pepohonan
di sana-sini. Oleh karena itu dengan mudah dapat dimengerti, mengapa
Copfield memilih lembu yang tabah, dan bukan lembu setempat yang
bertanduk pendek. Tapi pagi ini, daerah perumput-an yang tandus itu
mendapat sinar matahari yang lembut, dan ketenangan menyelimuti
padang rumput yang sangat luas ini, yang berwarna hijau dan berbecak-
becak coklat.
Frank dan George tidak seperti yang kubayangkan semula. Kukira
mereka berkulit putih dan gemuk, ternyata berkulit hitam dan kurus.
Keduanya tabah dalam membantuku menjalankan tugas sehari-hari.
Otot-ototnya seperti sudah keriput. Tapi anak-anak Copfield lain,
rambutnya keemasan dan kulit tubuhnya licin. Mereka tampan, dan
masih sebaya denganku. Lehernya padat. Kepalanya tampak kecil, karena
bahunya lebar. Tubuhnya pendek. Tapi jika lengan bajunya digulung ke
atas, mereka tampak hebat, karena lengannya kuat seperti lengan jago
gulat. Kakinya besar, dan selalu memakai celana kasar dan sandal kayu.
Kawanan lembu itu telah dikumpulkan ke dalam gedung dan hampir
memenuhi tempat yang tersedia. Jumlahnya kira-kira dua puluh ekor,
dan ditaruh di sebuah gang yang panjang. Kepalanya tersembul di atas
jeruji, dan tubuhnya mengeluarkan uap. Yang dua puluh ekor
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
ditempatkan di kandang tua. Lebih dari dua puluh lima ekor lagi
berdesak-desakan di petak-petak besar yang terbuka.
Lembu-lembu itu berwarna hitam dan belum jinak. Waktu aku
memandangnya, mereka membalas pandanganku. Matanya merah
berkilauan di antara rambut kepalanya yang kasar, yang menutupi
mukanya. Ekornya dikibas-kibaskan dengan keras, untuk memperlihatkan
kemarahan dan ancamannya.
Tidak akan mudah memberikan injeksi intradermal kepada masing-
masing lembu. Aku berpaling kepada Frank.
"Kau bisa menangkap tuan-tuan besar itu?" tanyaku.
"Akan saya coba," jawabnya dengan tenang, sambil melemparkan kain
penutup dada ke atas bahunya. Sebelum memanjat masuk ke dalam gang,
tempat lembu besar berdesakan, ia dan adiknya menyulut rokok. Aku
mengikutinya, dan segera terbukti, bahwa ceritera-ceritera yang
kudengar tentang lembu Galloways tidak dilebih-lebihkan. Jika kau
mendekatinya dari depan, lembu itu menyerang dengan kepalanya yang
berjumbai. Jika aku mendekati dari belakang, binatang itu menyepakkan
kakinya sebagai peringatan.
Tapi aku kagum melihat ketangkasan Frank dan George. Mereka
menjatuhkan kain penutup dada ke atas kepala lembu. Kemudian mereka
memasukkan jari tangannya ke dalam hidung lembu. Tentu saja lembu itu
meronta-ronta ingin terlepas dari kain. Frank dan George diayunkan ke
sana ke mari seperti boneka, tapi tak mau melepaskan kepala lembu.
Kepala Frank dan George yang tampan itu, tampak aneh waktu muncul di
antara punggung-punggung lembu yang berwarna hitam. Dan yang
mengherankan, meskipun diayunkan ke sana ke mari dengan kasar,
rokoknya tidak pernah terlepas dari mulutnya.
Makin lama suhu dalam gedung itu makin panas seperti dalam tungku.
Dan lembu itu, karena perutnya penuh rumput yang sangat lumat,
menyemprotkan tahi coklat kehijau-hijauan seperti pancuran.
Aku merasa seperti sedang menonton pertandingan gulat, sambil
memberi semangat kepada pemain kesayanganku, "Nah, dia kena, Frank!
Jangan menyerah George!" Dalam keadaan terjepit, kedua kakak-
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
beradik itu memaki perlahan-lahan dan tidak marah, "Singkirkan
kakinya, ke sana sedikit." Jika wajahku kena cambuk ekor lembu yang
basah kuyup, mereka tertawa terbahak-bahak, penuh penghargaan
terhadap jerih payahku. Selingan yang juga menggembirakan ialah jika
aku sedang mengisi suntikan, dengan mengangkat tangan ke atas, seekor
sapi jantan yang ketakutan kain, membenturkan pantatnya yang keras
ke perutku. Aku lalu terbatuk-batuk, dan lembu itu ingin berputar di
gang sempit. Maka aku lalu tergencet seperti lalat terhimpit papan.
Mataku terasa seperti akan keluar, waktu lembu itu memutar tubuhnya
dengan paksa. Aku tidak tahu, apakah suara benda retak itu berasal
dari tulang rusukku atau dari kayu di belakangku.
Yang terakhir adalah menyuntik anak-anak lembu yang terkecil. Ini
hampir sama sulitnya dengan menyuntik lembu-lembu dewasa. Lembu-
lembu kecil yang berbulu kusut ini melawan, menyepak, melompat ke
atas, dan lari di antara kakiku, bahkan meluncur dengan cepat ke arah
tembok. Kerap kali Frank dan George harus menerkamnya, seperti
harimau menerkam kambing, dan menindihnya ke lantai, supaya dapat
kusuntik. Waktu merasa tertusuk jarum, anak lembu itu melengking
keras sekali. Di luar, induknya dengan cemas menjawabnya, dengan
melenguh bersama-sama.
Waktu aku terhuyung-huyung keluar dari bangunan itu, sudah tengah
hari. Rasanya sudah satu bulan di dalam gedung itu, karena panasnya
yang menyesakkan dada, karena gaduhnya yang terus-menerus, dan
karena berondongan tahinya.
Frank dan George mengambil ember berisi air, sikat, lalu membersihkan
tangan dan kakiku. Kemudian aku pulang. Satu mil dari peternakan itu,
aku berbelok memasuki jalan yang tak berpagar, keluar dari mobil, dan
menjatuhkan diri di lereng bukit yang sejuk. Sambil membentangkan
lenganku lebar-lebar, aku menggerak-gerakkan bahu dan bajuku yang
basah kuyup oleh keringat, lalu berbaring ke atas rumput yang kasar,
dan membiarkan tubuhku ditiup angin sepoi-sepoi yang lembut. Dengan
menentang sinar matahari dan sambil memicingkan mata, aku
memandang langit yang berwarna kebiru-biruan.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Tulang rusukku terasa sakit dan aku dapat merasakan luka memar pada
kaki, bekas sepakan-sepak-an lembu. Aku tahu, bauku tak sedap. Aku
menutup mataku dan tersenyum geli, waktu teringat mengapa aku
mengadakan pemeriksaan diagnostik untuk tuberkulose. Suatu cara yang
aneh untuk melakukan prosedur ilmiah. Dan sesungguhnya, suatu cara
yang aneh untuk mencari nafkah. Tapi kemudian terlintas dalam
pikiranku. Mungkin juga aku sedang duduk di sebuah kantor dengan
jendela-jendela yang tertutup rapat, jauh dari asap lampu minyak dan
kegaduhan lalu lintas. Sinar lampu itu menerangi sederetan angka, dan
topiku yang bundar tergantung di tembok.
Dengan malas aku membuka mataku kembali dan memandang ke arah
bayangan awan yang merayap di lereng bukit hijau menyeberangi
lembah. Tidak, tidak! Aku tidak mengeluh!
BAB 8
WAKTU mobilku berderak-derak di jalan di tengah-tengah padang,
untuk menjalankan tugasku, aku tidak merasa bahwa beberapa minggu
telah lewat. Daerah itu mulai jelas bagiku. Orang-orang mulai terasa
sebagai pribadi. Hampir tiap hari ban mobilku bocor. Karet ban itu telah
habis, yang tampak tinggal kanvasnya. Aku heran, bahwa mobil itu masih
bisa meluncur ke mana-mana.
Yang masih tampak agak baru hanyalah 'pelindung sinar matahari' yang
sudah karatan. Jika ditarik ke belakang, bunyinya berdecit-decit
menyedihkan. Tapi pada umumnya kubuka terus bersama semua jendela.
Dan aku mengemudikan mobil hanya dengan mengenakan baju berlengan,
sambil menikmati hembusan angin yang nyaman. Pada waktu hujan,
menutup pelindung itu hampir tidak ada gunanya, karena air hujan masuk
melalui sambungannya, menggenang di atas pangkuanku dan tempat
duduk.
Makin lama aku makin tangkas menghindari genangan-genangan air di
sepanjang jalan. Menerobos secara membabi buta adalah keliru, karena
air berlumpur itu menyembur ke atas melalui celah-celah lantai mobil.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Tapi waktu itu musim panas. Karena berhari-hari aku kena sinar
matahari, kulit tubuhku dapat menandingi warna kulit petani yang
kecoklat-coklat-an. Bahkan menambal ban di jalan-jalan tak berpagar di
dataran tinggi, tak merupakan siksaan lagi. Karena angin
menghembuskan harum bunga dan bau pepohonan dari lembah-lembah,
dan burung-burung melayang-layang berputar-putar menemaniku.
Kecuali itu, aku punya alasan untuk keluar dari mobil dan duduk di atas
rumput yang segar dan kering, sambil menikmati pemandangan yang luas
di atas Yorkshire. Benar-benar seperti memanfaatkan waktu. Waktu
untuk melihat perspektif hidupku dan untuk menilai kemajuanku.
Semuanya serba berlainan, hingga membingungkan. Dulu, selama
bertahun-tahun, aku hidup di antara jalan-jalan kota. Sekarang aku
hidup di daerah pegunungan, bebas dari ulangan, ujian, dan kuliah; punya
tugas sehari-hari besar tantangan-tantangannya. Dan kemudian
majikanku.
Siegfried Farnon menjalankan tugasnya dengan semangat besar. Ia
bekerja dari fajar hingga malam. Aku kerap kali bertanya dalam hati,
apakah yang mendorongnya. Jelas bukan uang, karena ia tampak acuh
tak acuh terhadap uang. Jika jerih payahnya dibayar, uang itu segera
dilemparkan ke dalam jambangan di atas rak. Jika membutuhkannya, ia
mengambilnya segenggam. Aku tidak pernah melihat dia membawa
dompet. Tapi sakunya menggembung penuh mata uang perak dan uang
kertas yang kusut. Jika ia mengambil termometer, uang itu jatuh
berhamburan.
Setelah bekerja terburu-buru selama satu atau dua minggu, kemudian
Farnon menghilang. Mungkin selama petang hari, mungkin satu malam,
dan kerap kali tanpa mengatakan ke mana perginya. Bu Hall lalu
menyiapkan makan untuk dua orang. Tapi jika melihat aku makan
sendirian, ia lalu menyingkirkan makan itu tanpa komentar.
Tiap pagi Siegfried Farnon membaca daftar petani yang harus
dikunjungi dengan begitu tergesa-gesa, sehingga aku kerap kali disuruh
ke rumah petani yang keliru, atau mengerjakan hal yang salah. Kalau aku
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
kemudian menceriterakan betapa maluku, ia hanya tertawa terbahak-
bahak.
Pada suatu ketika, dia mengalaminya sendiri. Aku baru saja mendapat
panggilan dari orang yang bernama Mr. Heaton di desa Bronsett,
tentang pemeriksaan domba mati.
"Kau harus ikut, James," kata Siegfried." Pagi ini Semua masih serba
tenang. Aku yakin mereka akan memberi pelajaran tentang cara
memeriksa mayat. Aku ingin melihat kau beraksi."
Kami naik mobil pergi ke desa Bronsett dan Siegfried tiba-tiba
membanting setir ke kiri masuk sebuah pintu gerbang.
"Mau ke mana kau?" tanyaku. "Rumah Heaton kan di ujung desa!"
"Tapi tadi kau berkata Seaton!"
"Tidak! Aku tak berkata begitu!"
"Ingat, James, waktu kau bicara dengan orang itu, aku tepat ada di
sampingmu! Dengan jelas aku mendengar, kau menyebut namanya!"
Aku membuka mulutku. Maksudku untuk melanjutkan perdebatan ini.
Tapi mobil meluncur dengan cepat dan Siegfried mengetatkan mulutnya.
Dia kubiarkan membuktikannya sendiri.
Kami tiba di luar rumah petani. Mobil dihentikan mendadak, diikuti bunyi
rem yang menjerit. Siegfried bangkit dari tempat duduknya, dan
mencari-cari di dalam sepatu botnya, sebelum mobil berhenti bergetar.
"Sialan!" teriaknya. "Pisauku ketinggalan! Tapi, tak apa. Aku mau pinjam
saja!" Ia membuka pintu mobil dengan kasar dan terburu-buru ke pintu
rumah petani.
Isteri petani keluar, dan wajah Siegfried berseri-seri. "Selamat pagi,
Mrs. Seaton. Apakah Ibu punya pisau tajam?"
Ibu itu mengangkat alis matanya. "Apa? Bapak tadi mengatakan apa?"
"Pisau tajam, Mrs. Seaton! Pisau pahat yang tajam!"
"Bapak membutuhkan pisau tajam?"
"Ya, betul, pisau tajam!" teriak Siegfried. Kesabarannya mulai habis.
"Dan harap agak cepat. Saya tergesa-gesa!"
Ibu yang kebingungan itu menghilang ke dalam dapur. Aku mendengar
dia berbisik-bisik dan menggerutu. Berganti-ganti kepala anak-anak
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
tersembul, karena ingin melihat sepintas tampang Siegfried, yang
sedang kesal menghentak-hentakkan kakinya di depan pintu. Beberapa
saat kemudian, salah satu anak perempuannya maju ke depan dengan
takut-takut, sambil mengulurkan sebuah pisau panjang yang
menyeramkan tampaknya.
Siegfried merebutnya dan memeriksa dengan ibu jarinya, berapa tajam
pisau itu. "Ini kurang tajam!" teriaknya dengan jengkel. "Apakah kau
tidak tahu? Aku membutuhkan pisau yang betul-betul tajam! Ambilkan
pisau dan baja!"
Anak itu lari kembali ke dapur dan terdengar gerutu beberapa suara.
Setelah agak lama, ada anak perempuan lain muncul ke pintu. Ia maju
perlahan-lahan ke arah Siegfried dan memberikan pisau dan baja
sepanjang lengannya, kemudian lari menyelamatkan diri.
Siegfried membanggakan diri karena merasa pandai mengasah pisau. Itu
memang kegemarannya. Waktu mengasah pisau di atas baja, ia
berbicara dengan semangat tentang pekerjaannya, dan akhirnya
menyanyi keras-keras. Tak terdengar suara dari dalam dapur. Hanya
suara pisau berdencing-dencing karena digosok-gosokkan pada baja, dan
diiringi nyanyian yang tak ada lagunya. Setiap kali ia memeriksa pisau
itu, sudah tajam atau belum, suasana jadi sunyi senyap. Kemudian
terdengar suara pisau diasah lagi.
Setelah selesai mengasah pisau ia merasa puas dan menjenguk ke dalam
rumah. "Di mana suami Ibu?" teriaknya.
Karena tak ada jawaban, ia masuk ke dalam dapur. Pisaunya berkilat-
kilat di depan dadanya. Aku mengikutinya dan melihat Mrs. Seaton dan
anak-anaknya gemetar di sebuah sudut, sambil memandang Siegfried.
Matanya terbelalak ketakutan.
Siegfried mengayunkan pisaunya ke arah mereka. "Nah, sekarang bisa
segera dimulai!"
"Dimulai apa?" bisik ibu itu, sambil memeluk anak-anaknya.
"Saya ingin memeriksa domba yang mati. Ibu punya domba mati, bukan?"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Pertanyaan itu lalu diikuti penjelasan dan permintaan maaf. Kemudian
Siegfried memprotesku dengan keras, karena aku memberikan alamat
yang salah.
"Lain kali kau harus lebih hati-hati, James!" katanya dengan serius.
"Kejadian seperti itu memberi kesan sangat buruk!"
Dalam hidupku yang baru, hal lain yang menarik hati adalah lalu lintas
wanita yang dengan teratur mengunjungi Rumah Skeldale. Mereka
semua dari kalangan tinggi, kebanyakan cantik, dan punya kepentingan
yang sama, ialah ingin tahu. Mereka datang untuk minum-minum, untuk
minum teh, untuk makan, tapi alasan sebenarnya untuk memandang
wajah Siegfried. Mereka seperti pelancong di padang pasir yang
kehausan dan ingin melihat oase.
Aku merasa harga diriku diinjak-injak, bila mata mereka lewat begitu
saja, tanpa melihat dan mengacuhkan diriku dan memandang Siegfried
seperti harimau kelaparan. Aku tidak cemburu, tapi aku kehabisan akal.
Dengan diam-diam aku mulai menyelidiki Siegfried, apakah rahasia daya
tariknya. Jaket yang tergantung pada bahunya yang kurus, sudah lusuh.
Kerah bajunya sudah kelihatan benang-benangnya yang terlepas.
Dasinya tak ber-bentuk lagi. Jika melihat ini semua, aku berkesimpulan,
bahwa rahasia daya tariknya tak terletak pada pakaiannya.
Memang ada yang menarik perhatian, ialah wajahnya yang panjang dan
bertulang. Matanya biru penuh humor. Tapi pada umumnya pipinya
begitu kurus dan cekung, sehingga aku heran, apakah dia tidak sakit.
Di antara wanita yang antri itu, aku kerap kali melihat Diana Brompton.
Tiap kali melihatnya, aku merasa seperti harus berjuang keras melawan
diriku, jangan sampai aku menjatuhkan diri dan merangkak ke bawah
sofa. Di waktu sore Diana tidak mudah dilihat, karena kecantikannya,
rambut dan kulitnya serba kuning. Ia terpesona memandang Siegfried,
mendengarkan apa yang dikatakannya, dan tertawa terkekeh-kekeh
seperti anak SD.
Kerap kali semangatku jadi beku, jika membayangkan mungkin Siegfried
akan memilih Diana dari deretan wanita itu dan mengawininya. Pikiran itu
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
menggelisahkan hatiku, karena aku tahu, bahwa aku harus segera
meninggalkan Darrowby. Padahal aku sudah mulai kerasan.
Tapi tak ada tanda yang menunjukkan bahwa Siegfried akan memilih
salah satu dari mereka. Dan pawai wanita itu berjalan terus dengan
penuh harapan. Akhirnya aku merasa biasa saja dan tak gelisah lagi.
Aku juga tak heran lagi, jika tingkah laku Siegfried tiba-tiba berubah.
Pada suatu pagi, Siegfried turun, karena ingin makan pagi. Dengan lesu
ia menggosok-gosok matanya yang masih merah.
"Pukul 4 pagi harus keluar!" keluhnya. Dengan acuh tak acuh, ia melumasi
roti panggangnya dengan mentega. "Sebetulnya aku tak suka
mengatakannya, James. Tapi semua ini kesalahanmu!"
"Kesalahanku?" tanyaku, terkejut.
"Ya, betul, kesalahanmu! Ini tentang lembu yang sakit perut itu. Selama
berhari-hari pemiliknya telah mengobatinya sendiri. Pada suatu hari
lembu itu diobati minyak setengah, liter. Hari berikutnya bikarb sedikit
dan jahe. Dan pukul empat pagi ia memutuskan untuk memanggil dokter
hewan. Waktu kutegaskan bahwa dia dapat menunggu beberapa jam lagi,
ia menjawab, 'Maaf Mr. Farnon, menurut Mr. Herriot, saya tak perlu
ragu-ragu menelepon Anda. Katanya, Anda akan keluar setiap saat baik
siang maupun malam'."
Ia mengetuk-ngetuk ujung telor yang dipegangnya, seolah-olah hal ini
terlalu berat baginya. "Yah, memang baik jadi orang penuh kesadaran.
Tapi jika petani itu bisa menunggu beberapa hari, mengapa dia tak bisa
menunggu hingga matahari terbit. Kau memanjakan orang ini, James!
Dan saya yang kena getahnya! Saya sudah muak dan bosan bangun pagi
hanya karena soal sepele!"
"Aku minta maaf sebesar-besarnya, Siegfried! Aku sungguh tidak
sengaja menjebakmu. Mungkin ini disebabkan karena aku belum
berpengalaman. Jika aku tidak berangkat, mungkin aku akan menyesal
karena binatang itu mati. Jika aku menundanya hingga matahari terbit
dan lembu itu mati, bagaimana perasaanku?"
"Itu betul," jawab Siegfried. "Memang satu-satunya hal yang paling
menyedihkan petani, jika ternaknya mati. Sesudah ternaknya mati,
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
mereka baru sadar, lalu bila ternak lainnya sakit, mereka segera
memanggil dokter."
Aku menelan kuliah ini dan bermaksud melaksanakannya. Seminggu
kemudian, Siegfried memanggilku.
"James, saya tahu, kau tidak akan berkeberatan jika saya mengatakan
ini. Sumner tua hari ini mengeluh. Katanya, ia meneleponmu beberapa
malam yang lalu, tapi kau tak mau datang untuk memeriksa lembunya.
Kau tahu, ia langganan yang baik, dan orang yang menyenangkan. Tapi ia
mudah marah. Saya tidak ingin kehilangan langganan seperti itu."
"Tapi itu hanya radang puting yang kronis," jawabku. "Susunya sedikit
mengental. Hanya itu. Dan telah diobati sendiri selama satu minggu,
dengan obat yang dibeli dari tukang obat. Selera makan lembu itu masih
baik. Oleh karena itu, menurut pendapat saya, bisa saya tunda hingga
hari berikutnya."
Siegfried memegang bahuku. Dari wajahnya tampak, bahwa dia
berusaha keras untuk bersikap sabar. Aku berusaha menahan diri. Aku
tidak menghiraukan kejengkelannya. Aku sudah biasa menghadapi
kekesalan hatinya. Tapi kesabaran yang dipaksakan seperti itu sukar
kuterima.
"James," katanya dengan suara lembut, "dalam pekerjaan kita ada
pedoman yang fundamental yang mengatasi segala tugas yang lain, ialah
KAU HARUS SELALU SIAP. Kata-kata ini harus kaupahat di dalam
jiwamu, dengan huruf-huruf yang terbuat dari api." Ia menggoyang-
goyangkan telunjuknya. "KAU HARUS SELALU SIAP! Camkan kata-kata
itu, James! Itu dasar segala-galanya. Bagaimanapun keadaannya, apakah
cuaca baik atau buruk, apakah siang atau malam, kalau ada langganan
memanggil, kau harus berangkat. Dan berangkatlah dengan gembira!
Tadi kaukatakan, kasus itu tidak mendesak. Padahal kau hanya
diberitahu oleh pemiliknya. Dan orang itu tak punya wewenang untuk
memutuskan, apakah kasus itu mendesak atau tidak. Tidak, James, aku
harus berangkat! Bahkan meskipun mereka telah mengobatinya sendiri.
Sebab hal itu mungkin malah berakibat buruk. Dan jangan lupa,"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
katanya, sambil mengayun-ayunkan jarinya dengan serius, "ternak itu
bisa mati."
"Tapi seingat saya, seminggu yang lalu kau berkata, bahwa ternak mati
menyadarkan petani!" bantahku.
"Apa katamu?" salak Siegfried karena sangat terkejut. "Jangan ambil
pusing kata-kata itu. Lupakan saja. Tapi ingat: KAU HARUS SELALU
SIAP!"
Kadang-kadang dia memberi nasihat bagaimana aku harus menghadapi
kesulitan hidup. Seperti misalnya jika ia melihatku sedang duduk
membungkuk di atas telepon yang baru saja kuletakkan dengan kasar.
Aku sedang memandang tembok, sambil memaki-maki diriku dengan
suara tidak begitu keras.
Siegfried tersenyum dengan aneh. "Ada apa, James?"
"Sepuluh menit yang lalu aku merasa jengkel terhadap Rolston. Anak-
anak lembunya terserang radang paru-paru. Aku berjam-jam sibuk
menyuntiknya dengan obat-obat mahal. Akibatnya tak ada yang mati.
Sekarang dia mengeluh tentang ongkosnya dan tidak mau mengucapkan
terima kasih sedikit pun! Brengsek! Tak mau menghargai jerih payahku!"
Siegfried menghampiriku dan memeluk bahuku. Ia berusaha keras
bersikap sabar. "James," lenguhnya. "Coba lihat dirimu sendiri.
Wajahmu merah dan tegang. Kau tidak boleh jengkel seperti itu. Kau
harus berusaha hidup dengan santai. Mengapa banyak orang penting
sakit jantung dan menderita borok usus? Menurut pendapatmu karena
apa? Karena mereka menghadapi soal-soal kecil dengan tegang, seperti
kau sekarang. Ya, ya, ya aku tahu, ini menjengkelkan. Tapi itu harus
kauhadapi dengan tenang. Tenang, James, tenang! Tak ada gunanya
menegangkan urat saraf. Seratus tahun lagi keadaannya akan tetap
begitu!"
Ia berkhotbah dengan tersenyum ramah, sambil menepuk-nepuk bahuku
supaya aku mau menerima nasihatnya, seperti dokter jiwa yang sedang
membujuk-bujuk pasiennya yang buas.
Beberapa hari kemudian aku sedang menulis etiket pada botol obat
merah. Tiba-tiba Siegfried masuk ke dalam kamar, seperti orang yang
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
baru saja terpelanting dari kendaraan. Rupanya pintu kamar
ditendangnya, sebab pintu itu terbuka dengan keras dan melanting
kembali hampir menghantam kepalanya. Ia terburu-buru ke tempat
dudukku, lalu memukul meja dengan keras. Matanya berapi-api dengan
buas, dan wajahnya merah padam.
"Saya baru dari rumah Holt si keparat itu!" teriaknya.
"Maksudmu Ned Holt?"
"Ya, betul, si bangsat itu!"
Aku heran. Mr. Holt adalah orang bertubuh pendek yang membuat jalan
raya untuk dewan daerah. Ia memelihara empat ekor lembu sebagai
kerja sambilan, dan sudah terkenal tidak pernah mau membayar dokter
hewan. Tapi dia orang yang selalu gembira. Dan selama bertahun-tahun
Siegfried dengan sukarela mau mengobati lembu-lembunya.
"Dia langganan kesayanganmu, bukan?!" tanyaku.
"Ya, dulu!" jawabnya cepat. "Aku baru saja mengobati lembu Muriel. Kau
tahu, lembu merah yang kedua dari kandang paling ujung. Telinganya
kambuh tympany. Tiap malam, jika pulang dari ladang dan tertiup angin
dengan keras, telinganya keluar air. Sudah saya obati dengan berbagai
cara. Tapi tak ada hasilnya. Kemudian, saya ingat, mungkin itu
actinobacillosis reticulum. Lembu itu kusuntik dengan sodium iodide, ke
dalam vena. Waktu aku memeriksanya hari ini, hasilnya luar biasa.
Lembu itu berdiri, sambil mengunyah rumput. Nafsu makannya sangat
besar. Saya baru saja akan menepuk-nepuk dada karena diagnosa saya
jitu. Tiba-tiba Holt mengatakan, lembu itu hari ini sembuh, karena tadi
malam ia beri garam Inggris seperempat kilo dan bubur kulit padi!
Itulah yang menyembuhkannya, bukan jerih payah saya!"
Siegfried mengambil beberapa bungkus rokok yang telah kosong dan
beberapa botol. Benda-benda itu dibantingnya dengan kejam ke dalam
keranjang sampah. Ia lalu berteriak lagi.
"Kau tahu, dua minggu lebih saya pusing dan gelisah memikirkan lembu
itu, bahkan sampai muncul dalam mimpi. Setelah saya menemukan sebab
penyakitnya, dan menggunakan obat paling mo-deren, lembu itu sembuh.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Dan apa yang terjadi? Apakah pemiliknya mengucapkan terima kasih
atas
Keakhlian saya? Apakah dia tidak...... brengsek?!
Semua pujian ditumpahkannya pada garam Inggris seperempat kilo itu!
Dan jerih payah saya tak dihargai sama sekali!"
Sekali lagi ia menghantam meja sekeras-kerasnya.
"Tapi ia ketakutan, James!" sambungnya. Matanya terbelalak. "Betul,
James, dia ketakutan sekali! Waktu dia menyebut-nyebut garam sialan
itu, dia saya bentak 'Kau setan!' dan dia saya pegang erat-erat. Bahkan
dia akan saya cekik lehernya, tapi dia lari secepat kilat ke dalam rumah
dan tak muncul-muncul lagi!"
Siegfried membantingkan dirinya ke atas kursi, dan mengaduk-aduk
rambutnya. "Garam Inggris!" keluhnya. "Oh, Tuhan! Garam itu
menyebabkan saya putus asa!"
Aku bermaksud mengingatkan dia, supaya hidup santai sesuai dengan
nasihatnya, bahwa hal semacam itu akan tetap berlangsung selama
seratus tahun lagi. Tapi dia masih memegang botol serum yang kosong.
Aku takut kalau botol itu dilemparkan ke kepalaku. Oleh karena itu, aku
membatalkan niatku.
* * *
Kemudian datang waktunya Siegfried memutuskan akan memperbaiki
mobilku. Mobil itu tiap hari menghabiskan oli satu liter. Tapi menurut
pendapatnya, ini hal biasa saja. Waktu sehari menghabiskan oli setengah
galon, ia baru merasa bahwa harus bertindak. Mungkin yang
menyebabkan dia lalu mengambil tindakan, laporan seorang petani. Pada
suatu hari, pada hari pasaran, seorang petani berkata kepada Siegfried,
bahwa dia selalu tahu, bahwa akan ada dokter hewan datang. Sebabnya,
dari jarak berpuluh kilometer, ia telah melihat asap mobilnya.
Waktu mobil Austin kecil itu kembali dari bengkel, Siegfried mondar-
mandir seperti ayam mau ber-telor. "Ke sini, James!" teriaknya. "Saya
ingin bicara!"
Aku melihat wajahnya lagi yang menahan kejengkelan. Dan aku bersiap-
siap untuk mempertahankan diri.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"James," katanya, sambil mondar-mandir sekeliling mobil reyot itu dan
menghapus kotoran pada cat mobil. "Kau melihat mobil ini?"
Aku menganggukkan kepala.
"Ingat, James, mobil ini baru saja diperbaiki, dan ongkosnya sangat
mahal. Dan itulah yang ingin saya bicarakan denganmu. Kau sekarang
memiliki mobil yang boleh dikatakan masih baru," katanya, sambil
membuka tutup mesin dengan susah payah. Tutup mesin itu terbuka
dengan bunyi berderak dan diikuti hujan kotoran dan debu karat. Ia
menunjuk ke arah mesin yang berwarna hitam dan berminyak. Mesin itu
penuh dengan kabel simpang siur dan pipa-pipa karet yang berantakan.
"Mesin ini masih bagus dan aku ingin supaya kau memperlakukannya
dengan sopan. Aku sering melihatmu melarikan mobil ini seperti orang
gila. Itu tidak boleh. Kau harus menjaga mesin ini selama belum
mencapai dua atau tiga ribu kilometer. Empat puluh kilo satu jam itu
sudah cukup berat. Saya kira itu suatu kejahatan, jika ada orang
menyalahgunakan mesin baru. Orang itu harus dimasukkan ke dalam sel.
Oleh karena itu, ingat, James, jangan ngebut! Awas, kalau sampai saya
tahu!"
Ia menutup kembali tutup mesin itu dengan hati-hati, dan menggosok-
gosok kaca depannya yang retak-retak dengan ujung lengan bajunya, lalu
pergi.
Kata-kata keras itu membekas dalam-dalam di hatiku, hingga tiap hari
aku terpaksa menjalankan mobil ke tempat tugas dengan perlahan-lahan
hampir secepat orang berjalan kaki.
Pada suatu malam, aku baru akan pergi tidur. Tiba-tiba Siegfried masuk.
Dia membawa dua orang petani, yang kedua-duanya tersenyum kecut.
Bau bir yang keras memenuhi seluruh ruangan.
Siegfried bicara dengan penuh wibawa, dan mengucapkan kata-katanya
dengan jelas. "James, sore tadi saya bertemu dengan bapak-bapak ini di
warung Banteng Hitam. Kami bertiga baru saja main domino dengan
gembira sekali. Tapi malang, bapak-bapak ini ketinggalan bis yang
terakhir. Tolong keluarkan mobil dari garasi dan bapak-bapak ini akan
saya antar pulang."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Aku mengambil mobil dan kuhentikan di depan rumah. Kedua petani itu
berdesakan masuk. Satu di depan, satu di belakang. Aku menyaksikan
Siegfried yang masuk ke dalam mobil sambil membungkuk. Ia duduk di
belakang kemudi. Gerak-geriknya agak terhuyung-huyung. Sedang aku
duduk di kursi belakang.
Kedua orang itu tinggal di daerah pertanian sebelah utara. Lima
kilometer dari kota. Kami meninggalkan jalan raya dan dari lampu mobil
aku dapat melihat jalan berliku-liku di lereng bukit yang gelap.
Siegfried terburu-buru. Kakinya menekan pedal gas. Suara mesinnya
meraung-raung seperti binatang yang sedang disiksa. Dan mobil itu
meluncur ke dalam kegelapan. Sambil berpegangan erat-erat, aku
menjulurkan badanku ke depan supaya aku dapat berteriak ke telinga
Siegfried. "Ingat, mobil ini baru saja diperbaiki!" Suaraku mengatasi
deru mobil.
Siegfried menengok ke belakang mobil tersenyum gembira. "Ya, ya, ya,
aku ingat, James! Apa yang kauributkan?" Waktu dia menjawab, mobil
melesat di atas jalan kemudian meronta-ronta di atas rumput dengan
kecepatan tujuh puluh lima kilometer per jam. Kami semua terbanting-
banting seperti gabus sampai mobil itu kembali meluncur di atas jalan
lagi. Tanpa menghiraukan itu semua Siegfried tetap mempertahankan
kecepatan mobil itu. Kedua petani itu tidak dapat tersenyum konyol lagi
dan duduk sambil berpegangan erat-erat, tanpa komentar sepatah kata
pun.
Setelah muatannya dibongkar di sebuah rumah yang sunyi, mobil itu lalu
mengadakan perjalanan pulang. Karena jalannya turun, Siegfried dapat
ngebut lebih cepat. Mobil itu melompat-lompat dan terbanting-banting
di atas permukaan yang tak datar. Mesinnya melengking-lingking seperti
ringkik kuda. Beberapa kali mobil itu terpelanting ke luar jalan, tapi
untunglah kami sampai di rumah.
Sebulan kemudian Siegfried memanggilku dan melemparkan kata-kata
ini, "James," katanya dengan sedih, "kau memang anak cerdas, tapi
minta ampun, kau kejam terhadap mobil! Lihat mobil ini. Mobil ini baru
saja diperbaiki beberapa minggu yang lalu. Tapi sekarang keadaannya
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
sudah tidak memuaskan sama sekali. Lihatlah sendiri, mobil ini
menghabiskan oli! Aku tidak tahu, telah kauapa-kan mobil ini! Kau
memang tak punya perasaan!"
BAB 9
YANG datang paling dulu, silakan masuk," seruku waktu aku menjenguk
ke dalam kamar tunggu. Di situ aku melihat seorang wanita tua
membawa kucing di dalam kotak karton, dua anak kecil yang sedang
berusaha memegang kelinci yang ingin terlepas, dan seseorang yang
mula-mula tak kukenal. Kemudian aku ingat. Orang itu Soames!
Waktu tiba gilirannya, dia masuk ke dalam kamar bedah. Tapi tingkah
lakunya sudah berlainan sama sekali. Senyumnya senyum seorang
penjilat. Kepalanya naik turun waktu dia bicara. Gaya bicaranya seperti
orang yang sedang merayu. Dan yang paling menarik perhatian adalah
matanya yang sebelah kanan. Mata itu bengkak dan terpejam. Daerah
sekitar mata berwarna hitam kebiru-biruan.
"Mr. Herriot, saya harap Bapak tidak berkeberatan menerima
kedatangan saya," katanya. "Sebenarnya saya telah keluar dari
perusahaan Lord Hulton, dan sedang mencari pekerjaan lain. Saya harap
Bapak dan Mr. Farnon tidak berkeberatan membantu saya mencarikan
lowongan pekerjaan."
Aku begitu heran melihat sikapnya beruban sama sekali, sehingga tak
bisa banyak bicara. Aku menjawab bahwa aku akan berusaha sedapat-
dapatnya dan Soames mengucapkan terima kasih panjang lebar serta
membungkuk dan minta diri.
Setelah dia pergi, aku berpaling pada Siegfried. "Nah, sekarang apa
pendapatmu?"
"Oh, saya sudah tahu segalanya." Siegfried memandangku dengan
senyum masam. "Kauingat apa yang telah saya katakan dulu? Dia curang,
menipu sana sini. Dia menjual beberapa karung gandum dan pupuk
beberapa kwintal. Makin lama, korupsinya makin berani. Tapi ini tak bisa
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
berlangsung lama. Ia agak lengah, sehingga ia dipecat, sebelum
menyadari apa yang telah terjadi."
"Tapi mengapa matanya bengkak seperti tomat busuk?"
"Itu hadiah dari Tommy. Kau tentu telah melihat Tommy waktu di sana.
Ia pemelihara kuda itu."
Ingatanku melayang kembali ke malam yang menjengkelkan itu, dan aku
teringat akan orang yang memegangi kepala kuda. "Ya, aku teringat.
Orang yang gemuk, besar, dan tenang itu!"
"Ya, betul. Dia bertubuh besar dan saya berusaha jangan sampai dia
meninju mata saya. Soames telah memperlakukan dia sewenang-wenang
dan waktu Tommy mendengar Soames dipecat, dia mengunjunginya dan
memberi hadiah tomat busuk itu."
* * *
Sekarang aku benar-benar kerasan tinggal di Rumah Skeldale. Mula-
mula aku heran, apakah kiranya Tristan dapat menyesuaikan diri.
Apakah ia sedang mendapat tugas mencari pengalaman, libur, bekerja
atau apa lagi? Tapi segera jadi jelas bahwa dia telah diangkat jadi
penyalur dan pengantar obat-obatan, pencuci mobil, dan penerima
telepon. Bahkan dalam keadaan terpaksa, dia menangani kasus!
Itulah sekurang-kurangnya yang terlihat oleh Siegfried. Siegfried
punya bermacam-macam cara untuk mencari kesalahan Tristan. Misalnya
pulang mendadak, atau masuk ke dalam kamar dengan tiba-tiba, dengan
harapan Tristan dapat tertangkap basah waktu sedang tidak
mengerjakan sesuatu. Siegfried tidak pernah sadar, bahwa liburan
kuliah telah habis dan Tristan seharusnya kembali ke kampus. Beberapa
bulan kemudian aku mengambil kesimpulan, bahwa Tristan tentu
mengadakan perjanjian yang luwes dengan para dosen, karena sebagai
mahasiswa ia menghamburkan waktu luar biasa banyaknya di rumah.
Tristan agak berlainan dengan Siegfried dalam menilai peranannya.
Selama tinggal di Darrowby, Tristan memutar otaknya secerdik mungkin
supaya dapat menganggur sebanyak mungkin. Memang sebagian
waktunya ia gunakan untuk tidur di sebuah kursi. Kalau ia tinggal
sendirian di rumah supaya mengatur obat, dan kami sedang keluar untuk
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
menjalankan tugas, seperti biasanya ia tidur di kursi. Ia mengisi botol
kecil dengan air, hingga mencapai separo, menambahnya dengan
chlorodyne dan epicacuanha sedikit, menyumbatnya dengan gabus, dan
membawanya ke kamar tengah, lalu meletakkannya di samping kursinya.
Kursi itu sungguh kursi yang mengagumkan untuk mencapai maksudnya,
karena kursi itu kursi kuno yang berpunggung tinggi dan sisinya
dilengkapi dengan sandaran kepala.
Ia lalu mengambil majalah Daily Mirror, menyulut rokok Woodbine dan
duduk di situ sampai jatuh tertidur. Jika tiba-tiba Siegfried masuk ke
kamar itu, Tristan cepat-cepat memegang botol dan mengocoknya
sekeras mungkin, sambil sebentar-sebentar memeriksa isinya. Kemudian
ia langsung pergi ke kamar obat, mengisi botol itu hingga penuh dan
memberinya etiket.
Itu memang akal bulus yang diperhitungkan masak-masak, tapi ada
kelemahannya. Ia tidak pernah tahu, siapa yang masuk, Siegfried atau
bukan, bila pintu dibuka. Kerap kali aku berjalan masuk dan melihat dia
sedang berbaring di atas kursinya. Ia tiba-tiba terkejut, matanya yang
mengantuk dibelalak-belalakkan, sambil mengguncang-guncang botolnya.
Tiap malam waktunya dihabiskannya di warung Drovers' Arms. Ia duduk
di kursi tinggi menghadapi meja, sambil mengobrol dengan santainya
dengan gadis pelayan warung. Lain kali ia pergi berjalan-jalan dengan
salah satu perawat rumah sakit setempat, yang ia pandang sebagai agen
penyalur wanita atau pacar. Demikianlah hidupnya sehari-hari. Pendek
kata, ia cukup sibuk! Sabtu malam, pukul 10.30, aku sedang mencatat
tugas-tugasku. Tiba-tiba telepon berdering. Aku memaki-maki,
memukul-mukulkan tinjuku dan mengangkat pesawat penerimanya.
"Halo, ini Herriot."
"O, Anda?" jawabnya. Suaranya keras menggeram, dengan logat
Yorkshire tulen. "Maaf, saya ingin bicara dengan Mr. Farnon."
"Maaf kembali! Mr. Farnon sedang keluar. Ada perlu apa?"
"Kalau tidak ada perlu, saya tidak menelepon. Tapi saya lebih suka Mr.
Farnon. Nama saya Sims, dari Beal Close."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
(Oh tak usah ya, malam Sabtu begini disuruh ke desa Beal Close!
Jauhnya bukan main, di atas bukit pula, jalannya jelek, harus melalui
delapan gerbang desa! Tak usah ya!), pikirku.
"Halo, Mr. Sims! Ada kesulitan apa?"
"Kalau tidak ada kesulitan, masakan saya menelepon! Saya punya kuda
balap besar. Usianya tujuh belas tahun. Kaki belakangnya, di atas lutut,
luka parah. Harap segera dijahit!"
(Astaga, di atas lutut! Alangkah berbahayanya menjahit kuda di tempat
itu! Kalau kuda itu tidak mau tenang, ini sungguh suatu perjalanan yang
mengesankan!), pikirku lagi.
"Berapa besar lukanya, Mr Sims?"
"Cukup besar, panjangnya kira-kira setengah meter. Dan berdarah
terus-menerus! Maaf, kuda ini sulit dikendalikan, selalu meronta-ronta
seperti belut! Ia bisa menyepak mata lalat! Tak ada orang yang bisa
mendekatinya! Jika melihat orang, kuda itu langsung menabraknya.
Baru-baru ini ia saya bawa ke tukang besi dan tukang besi itu ketakutan
bukan main. Memang kuda brengsek!"
(Kau yang brengsek, Mr. Sims! Mulutmu brengsek, dan kudamu paling
brengsek!)
"Ya, saya akan datang. Tapi saya minta disediakan beberapa orang yang
cukup cekatan. Kalau perlu, orang yang bisa melemparkan kuda itu ke
luar!"
"Apa? Melemparkan? Anda tak akan bisa melemparkan kuda ini! Bahkan
kuda ini akan menendang Anda lebih dulu! Tapi sayang, di sini tidak ada
orang. Jadi terserah, bagaimana Anda akan mengobatinya! Seharusnya
Anda tahu, bahwa Mr." Farnon tidak pernah membutuhkan bantuan
begitu banyak orang!"
(Oh, bagus, bagus! Ini akan kucatat dalam buku harianku!)
"Baik, Mr. Sims. Saya berangkat sekarang."
"Sebentar, ada yang terlupakan. Jalannya kemarin kebanjiran, jadi Anda
harus berjalan kaki sejauh dua setengah kilometer setelah hampir
sampai di tempat saya. Jadi harap segera berangkat dan jangan
membiarkan saya menunggu semalam suntuk!"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
(Ini agak kurang ajar!)
"Perhatikan, Mr. Sims, saya tidak suka cara bicara Anda. Saya memang
akan segera berangkat dan mencapai rumah Anda secepat mungkin!"
"Apa? Anda tak suka cara bicara saya? Kalau begitu, saya juga tidak
suka ada dokter hewan muda yang mencari pengalaman atau belajar
praktek, dengan mempergunakan kuda saya yang sehat! Oleh karena itu,
saya tidak akan gegabah mempercayakan kuda saya! Jelas, Anda tidak
cukup berwenang untuk menangani kuda saya!"
(Ini betul-betul kurang ajar!)
"Buka telingamu lebar-lebar, Sims! Kalau bukan demi kudamu, jangan
mengharap aku mau ke rumahmu! Pada sangkamu kau apa? Mulutmu
lancang! Kalau kau berani bicara seperti itu lagi....."
"Tenang, tenang, Jim, tenang! Kok ngotot! Sabar, Jim! Rilek dan santai!
Kok lalu darah tinggi! Apa ingin kepalamu meledak?!"
"Brengsek! Siapa kau....?"
"Kalem, Jim, kalem! Jangan marah-marah, nanti lekas keriput! Kau harus
hidup santai, 'kan?" "Tristan, sialan kau! Dari mana kau bicara?"
"Dari kios di luar Drovers. Aku baru saja menghabiskan bir dua
setengah liter! Dan kepalaku agak pusing, maka lalu meneleponmu!"
"Kurang ajar! Awas, jika kau berani memper-mainkanku sekali lagi,
kupotong lehermu! Tapi merugikan, karena sekarang aku merasa jadi
lebih tua tiga tahun! Kadang-kadang bergurau memang boleh. Tapi
minggu ini saja, kau telah memper-mainkanku tiga kali!"
"Yaaaa, tapi yang ketiga ini paling berhasil, 'kan?! Waktu kau ngotot
sampai ubun-ubunmu mau meletus, aku sungguh mau pingsan. Oh, Jim,
seandainya kau bisa mendengar suaramu sendiri!
Hahahahaha....." Dan ia tertawa terbahak-bahak
seperti pasien rumah sakit jiwa.
Karena ingin membalas dendam, aku lalu keluar dari rumah dan mencari
tempat telepon. Karena tidak biasa, aku gemetar. Dengan suara tekak
yang kubuat-buat, aku berkata,
"Apakah Anda adik Mr. Farnon? Nama saya Til-son dari Bukit Tinggi.
Harap segera datang ke rumah saya, karena lembu saya sakit...."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Ada apa, Jim? Suaramu kok seperti orang dicekik maling? Apa lidahmu
kejepit?! Hebat, Jim! Teruskan omelanmu! Memang menarik!"
* * *
Hanya sekali aku dapat mengadakan pembalasan yang setimpal. Waktu
itu hari Selasa, pukul 11.30. Aku baru bekerja setengah hari. Tiba-tiba
ada panggilan. Ada lembu mengeluarkan kandungannya. Di pegunungan,
ini merupakan suatu tugas yang berat, dan aku mulai merasa menggigil.
Kasus seperti ini terjadi, bila sesudah beranak, lembu terus-menerus
meregang menggeliat, hingga seluruh kandungan terdorong ke luar, dan
tergantung-gantung hampir sejauh lutut. Kandungan atau uterus adalah
alat tubuh yang besar dan sukar dikembalikan pada tempatnya.
Terutama karena lembu itu, sesudah berhasil mengeluarkan
kandungannya, tak menginginkan bahwa kandungan itu dimasukkan
kembali ke dalam perutnya. Dan dalam pertarungan langsung antara
manusia dan lembu, biasanya lembulah yang menang.
Supaya lembu tetap tenang, dokter-dokter yang sudah berpengalaman
bisa menggantung kaki belakang lembu. Dokter yang cerdik
menggunakan segala macam peralatan yang aneh, seperti misalnya koper
kandungan, yang dianggap dapat memadatkan kandungan itu. Tapi
hasilnya sama saja. Pekerjaan ini tetap merupakan pekerjaan yang bisa
mematahkan tulang punggung.
Dengan menggunakan epidural anaesthetic segalanya jadi mudah, karena
rasa sakit pada kandungan jadi lenyap, dan lembu berhenti meregang-
regang. Tapi 'tempat tidur anak lembu keluar' dan melewati perbatasan,
sudah pasti melenyapkan senyum dokter hewan pula.
Supaya dapat mendorong kandungan itu, aku mengajak Tristan, karena
mungkin aku membutuhkan tenaga kulinya. Ia mau ikut, tapi tak punya
gairah. Semangatnya runtuh, waktu di kandang ia melihat seekor lembu
betina bertanduk pendek, berbaring tenang, dan tak ambil pusing sama
sekali. Di belakangnya ada onggokan kandungan yang berdarah, uri, tahi,
dan jerami, yang melimpah ke parit.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Lembu itu sama sekali tak mau bangkit. Tapi setelah kami bentak-
bentak dan kami dorong-dorong bahunya, ia bangun dan berdiri dengan
lesu.
Ruang epidural sukar ditemukan di antara belitan lemak. Dan aku tidak
yakin, apakah aku sudah menyuntikkan semua anaesthetic ke tempat
yang betul.
Aku memindahkan uri, membersihkan kandungan, dan meletakkannya di
atas kain bersih yang dipegang petani dan adiknya.
Kedua orang itu tidak begitu kuat dan yang bisa dilakukannya hanyalah
menjaga supaya kain itu tetap datar. Aku tidak banyak mengharapkan
bantuan mereka.
Aku mengangguk ke arah Tristan. Kami melepaskan baju, mengikatkan
kantung-kantung bersih pada pinggang, dan mengumpulkan kandungan ke
atas lengan kami.
Kandungan itu sangat besar dan bengkak. Untuk memasukkannya,
membutuhkan waktu satu jam. Mula-mula kami merasa lama tersiksa,
waktu tak ada kemajuan sama sekali. Memasukkan kandungan yang
sangat besar ke dalam lubang kecil sungguh menggelikan, rasanya
seperti memasukkan sosis ke dalam lubang jarum. Pada saat tertentu
kami mengira telah menyelesaikan pekerjaan yang mengagumkan.
Padahal yang terjadi, kandungan itu tergelincir ke bawah melalui bagian
kain yang sobek. Aku teringat ceritera Siegfried. Ia pernah hampir
berhasil memasukkan kandungan seekor lembu. Tapi mendadak ia
bersedih hati, karena kandungan itu ternyata dimasukkan ke dalam
dubur lembu. Waktu kami sudah hampir putus asa, tiba-tiba datang saat
yang menggembirakan. Seluruh kandungan itu mulai terhisap ke dalam,
dan di luar dugaan, lenyap dari pandangan.
Setelah bergumul satu jam, aku dan Tristan lalu beristirahat. Kami
berdua berdiri, sambil terengah-engah. Wajah kami hampir
bersentuhan. Pada pipi Tristan terlihat sebuah lukisan indah, ialah
akibat semprotan darah dari urat nadi lembu. Aku memandang dalam-
dalam ke pusat matanya. Aku bisa membaca perasaannya. Ia sungguh
muak terhadap pekerjaan seperti ini.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Seluruh bahu dan punggungku terasa sakit. Sambil menyabun lengan, aku
mengamat-amati Tristan. Ia sedang mengenakan baju dengan susah
payah, seolah-olah semua tenaganya sudah lenyap. Sedang sang lembu,
sambil mengunyah jerami dengan puasnya, merasa telah bebas dari
segala penderitaan.
Di mobil, Tristan mengeluh, "Kukira, tugas seperti itu bukan bakatku.
Aku merasa seperti baru saja digilas mesin giling aspal. Alangkah
mengerikannya hidup ini kadang-kadang!"
Sesudah makan siang, aku berkata kepada Tristan, "Tris, sekarang, aku
akan pergi ke Brawton. Mudah-mudahan kau tak perlu berjumpa dengan
lembu itu lagi. Hal seperti itu biasanya terulang, dan kemungkinan besar
kandungan itu keluar lagi. Jika itu terjadi, ini tugasmu, karena Siegfried
baru pulang nanti sore. Dan tugasku siang ini, tak bisa ditunda-tunda
lagi."
Kegembiraan Tristan lenyap sama sekali. Ia jadi tampak kurus dan
cekung. Ia tampak jadi tua mendadak. "Oh, Tuhan!" serunya. "Hal itu
jangan kau-perbincangkan lagi! Aku sudah muak! Aku bisa mati, kalau
ada kasus seperti ini lagi! Dan jika aku harus bekerja sendiri, aku bisa
mati karena ngeri! Betul itu!"
"Kau tak perlu sedih. Mudah-mudahan itu tak terjadi."
Aku lalu berangkat ke Brawton. Setelah mobilku meluncur kira-kira
sejauh lima belas kilometer, aku melihat gerdu telepon. Seketika itu
juga aku mendapat akal. Mobil kuhentikan dan aku turun. "Akan kucoba,"
bisikku pada diri sendiri. "Mungkin kali ini berhasil."
Waktu memegang telepon, aku mendapat ilham bagus. Pesawat bicara
kubungkus sapu tangan. Aku memutar nomor. Waktu aku mendengar
suara Tristan, aku berteriak sekeras-kerasnya, "Apakah Anda pemuda
yang memasukkan kasur anak lembu saya tadi pagi?"
"Ya," jawabnya. Suaranya tegang. "Ada apa? Ada yang tidak beres?"
"Ada yang tidak beres!" teriakku lagi. "Bendanya keluar lagi!"
"Apa? Keluar lagi? Semuanya?" tanyanya, ham-pir menjerit.
"Ya, bahkan lebih besar lagi! Dua kali lebih besar daripada tadi pagi,
disertai darah berlimpah-limpah! Anda harus segera menolongnya!"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Lama tidak ada jawaban. Mungkin ia jatuh pingsan. Kemudian suaranya
terdengar lagi, parau tapi tegas. "Baik, aku akan segera datang!"
Sunyi sebentar. Lalu ia bicara lagi. Suaranya hampir tak terdengar.
"Apakah kandungan itu keluar seluruhnya?"
Aku tidak dapat menahan ketawa. Nada bicaranya menggelitik perutku.
Ia masih punya harapan tipis, mungkin pemilik lembu dianggapnya hanya
membesar-besarkan kasus, atau mungkin kandungan itu hanya keluar
sedikit sekali. Aku lalu tertawa. Padahal sebenarnya aku ingin
mempermainkannya sedikit lama lagi. Tapi itu tak mungkin. Aku tertawa
terbahak-bahak, makin lama makin keras. Dan sapu tangan penutup
pesawat bicara kulepaskan, supaya Tristan dapat mendengar suaraku.
Aku mendengar maki-makiannya sebentar, kemudian pesawat bicara
kuletakkan perlahan-lahan. Mungkin ini takkan terjadi lagi. Tapi bagiku,
pembalasan ini manis sekali, maniiis seperti madu!!
BAB 10
"ANDA membutuhkan Mr. Herriot? Tentu saja boleh. Sebentar, saya
panggilkan." Siegfried menutup pesawat bicara dengan tangannya. "Ke
sini, James. Ini ada orang lebih menyukaimu." Aku memandang Siegfried
sepintas. Tapi dia tersenyum. Ia gembira.
Sesudah selesai menjawab telepon, aku teringat akan ceritera-ceritera
yang telah kudengar tentang majikan jenis lain. Lain, tidak seperti
Farnon, yang suka melayani. Aku juga teringat akan perubahan yang
terjadi beberapa minggu yang lalu. Sikap para petani mulai berubah. Di
samping mengharapkan Farnon, mereka mulai memperhatikan dan meng-
hargaiku. Kalau mereka mengundangku makan siang, keramahan mereka
keramahan yang murni, bukan lagi basa-basi belaka.
Ini berarti, sesudah aku berjerih payah beberapa waktu, usahaku mulai
mendapat penghargaan. Penduduk Dales mulai menerima kehadiranku.
Mereka mulai mengerti arti persahabatan yang telah kami bina dengan
hati-hati. Makin tinggi daerah itu, makin kusukai penduduknya. Di
dataran rendah, di mana saja, sifat petani hampir serupa. Tapi makin ke
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
atas, sifat petani itu makin menarik. Pondok-pondok mereka berserakan.
Tanah pertanian mereka terletak di tempat yang terpencil, dekat
puncak yang putih. Petani-petani itu punya sifat paling istimewa. Mereka
sederhana, punya harga diri, bebas, dan ramah.
Minggu pagi ini, aku dipanggil Keluarga Beller-bys. Mereka tinggal di
Halden, sebuah lembah kecil cabang Dale. Waktu hampir sampai di
tempat, mobilku terbanting-banting dan berderak-derak satu setengah
kilometer di atas tanah. Tiap beberapa meter ada gundukan batu yang
cukup tinggi.
Setiba di tempat tujuan, aku keluar dari mobil. Tempat ini cukup tinggi.
Meskipun tadi kusebut lembah, tapi lembah di dataran tinggi. Kalau aku
melihat ke atas, masih ada perbukitan yang semua celah-celahnya
berbentuk, aneh, dengan lereng yang curam, ngarai dan jurang yang
dalam. Jurang ini dibuat oleh parit dan anak sungai yang tak terhitung
banyaknya, yang bermuara di Halden Beck dengan suara gemuruh.
Airnya terjun dan tumpah di dasar batu karang jauh di bawah. Di sana,
jauh di sebelah bawah tampak pohon-pohon dan ladang-ladang yang
diusahakan. Di belakangku tampak hutan belukar yang lebat, di sebuah
lekukan seperti waskom besar, tempat petani. Lereng-lerang perbukitan
itu sangat besar dan tampak sangat dekat, dengan nama-nama yang
aneh, misalnya Halsten Pike, Als-tang, dan Birnside
Di sini, di daerah pegunungan yang tinggi, pengaruh peradaban hampir
tidak ada. Semua bangunan terbuat dari batu yang usianya sudah
beratus-ratus tahun, tampak kokoh dan padat. Dan tujuannya pun
sederhana, ialah untuk melindungi hewan. Bangunan itu bangunan kuno,
tak berjendela dan tak bergenting kaca. Demikian pula kandang
lembunya, hampir tanpa jendela, berdinding tebal, dan agak gelap.
Lantainya pecah-pecah dan berlubang-lubang. Masing-masing lembu
dipisahkan oleh sekat kayu yang sudah lapuk.
Aku masuk, sambil mencari-cari jalan. Akhirnya mataku jadi biasa di
ruang yang remang-remang itu. Di dekat pintu tak ada orang, kecuali
seekor lembu berwarna abu-abu. Pada ekornya tergantung tulisan,
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
karena inilah cara yang mudah untuk memberi tahu dokter hewan.
Waktu ekornya kuangkat, terbaca: "Sedikit galak, sakit radang susu".
Aku mendorong dan memutar posisi dan mulai memeriksa puting susunya.
Waktu aku sedang mengeluarkan susunya, yang bentuknya seperti
serabut dan tidak berwarna, tiba-tiba ada orang menyapaku dari pintu,
"Oh, Anda, Mr. Herriot! Saya gembira sekali Anda datang pagi ini. Saya
ingin minta bantuan, jika Anda tidak berkeberatan."
Aku mengangkat kepala dan memandang Ruth. Ruth adalah anak
perempuan Pak Bellerby, seorang gadis dewasa yang berusia tiga
puluhan tahun. Wajahnya menarik, otaknya cerdas, ingin maju dan suka
menyelidiki sesuatu. Cita-citanya ingin jadi pembangun desa, hingga
nasib dan keadaan penduduk Dales jadi lebih baik.
"Jika mungkin, dengan senang hati saya bersedia membantu Nona. Nona
minta bantuan apa, Miss Ruth?"
"Begini persoalannya, Mr. Herriot. Nanti sore, di gereja Darrowby, akan
ada pagelaran musik The Messiah. Saya ingin sekali mendengarkannya.
Tapi naik kuda rasanya terlalu lama, dan lagi untuk mendapatkan kuda
yang larinya cepat, ternyata tidak mudah. Oleh karena itu, jika saya
boleh ikut mobil Anda, saya akan mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya. Tentang pulangnya, saya akan mencari kendaraan sendiri."
"Tentu saja Nona boleh ikut mobil saya," jawabku. "Bahkan dengan
senang hati. Sebab sebenarnya saya sendiri juga ingin
mendengarkannya. Di Darrowby jarang ada musik bermutu. Kesempatan
ini sayang kalau dilewatkan begitu saja."
Aku gembira dapat menolong orang-orang yang ramah di rumah ini.
Sejak perkenalan pertama, keluarga Bellerby memang kukagumi. Bagiku
mereka merupakan generasi abad yang lalu yang masih hidup. Dunia
mereka mempunyai nilai yang abadi. Mereka tidak pernah tergesa-gesa.
Mereka bangun sesudah matahari terbit. Mereka pergi tidur jika
merasa lelah, makan jika lapar, dan jarang melihat jam.
Sesudah selesai mengurus lembu, Ruth mengantarkanku ke dalam
rumah, sambil berkata, "Ayah, Ibu, dan saya, ingin mendengarkan musik
itu. Tapi Rob, adik saya, tidak tertarik The Messiah."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Aku agak terkejut waktu masuk ke dalam rumah. Keluarga itu baru saja
akan makan siang, dan masih memakai pakaian kerja. Aku dengan diam-
diam melihat arlojiku. Ternyata sudah pukul dua belas kurang
seperempat. Padahal musik itu akan mulai pukul dua siang. Mungkin
masih cukup waktu.
"Mari, Nak," kata Pak Bellerby yang bertubuh kecil. "Mari makan!"
Agak sukar menolak ajakan ini tanpa menyinggung perasaannya. Tapi
kepada mereka kujelaskan, bahwa setiba di rumah aku sudah disediakan
makan, kalau tidak kumakan, kasihan Bu Hall.
Mereka menerima alasan ini dan segera duduk mengelilingi meja dapur
yang bersih. Bu Bellerby mengambil bubur Yorkshire yang bentuknya
bundar dan besar, memberikannya kepada mereka masing-masing, dan
menuangkan kuah daging dari mangkuk porselen ke atas bubur itu.
Sepanjang pagi aku telah bekerja berat. Bau kuah lezat yang menyiram
bubur yang berwarna keemasan itu, menusuk-nusuk hidung dan
merupakan siksaan bagi perutku. Tapi aku merasa terhibur, karena
mengira mereka akan makan terburu-buru, karena aku kutunggu.
Tapi dugaanku meleset. Mereka makan dengan santai, tanpa bicara
sepatah kata pun, dan bubur itu habis. Kemudian Bob, seorang pemuda
berusia sekitar dua puluhan tahun, berhati ramah dan bertubuh kekar,
mendorong piringnya yang kosong ke depan. Ia tidak mengatakan apa-
apa. Tapi ibunya menjatuhkan sebungkah bubur kental lagi dan me-
nuanginya dengan kuah daging. Orang tua dan kakak perempuannya
memandangnya dengan penuh pengertian, waktu dia dengan sistematis
memindahkan gumpalan bubur padat yang lumat itu, ke dalam mulutnya.
Berikutnya muncul onggokan daging panggang dari tungku. Pak Bellerby
memotong dan menggergajinya, hingga semuanya mendapat setumpuk
irisan daging di atas piring masing-masing. Kemudian dari tempat yang
mirip waskom cuci, muncul gundukan kentang yang dilumatkan, diikuti
irisan lobak. Serbuan mulai lagi.
Mereka sama sekali tidak terburu-buru. Mereka makan dengan tenang
dan perlahan-lahan, dengan sabar dan santai, tanpa bicara sama sekali.
Yang paling cekatan menggugurkan gunung kentang adalah Bob.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Mereka tampak santai dan bahagia. Tapi aku merasa gelisah dan
tersiksa. Perutku terasa pedih dan melilit-lilit, karena lapar. Kecuali itu,
arlojiku berdetik lambat sekali tanpa ampun.
Agak lama kemudian, Bu Bellerby berdiri dan menghampiri tungku api di
sudut. Tungku itu sudah tua. Ia membuka tutupnya dan mengeluarkan
panci pipih berisi pastel apel yang masih berasap. Ia lalu memotong-
motong, membagikannya kepada mereka, dan menuanginya dengan kuah
kekuning-kuningan dari mangkuk porselen yang lain.
Keluarga itu sibuk lagi, seolah-olah baru saja mulai makan. Sekali lagi
kesunyian meliputi kelompok itu. Piring Bob segera bersih tanpa
kesulitan apa pun. Tanpa mengucapkan kata sepatah pun, piring
didorongnya ke tengah meja Ibunya sudah siap dengan pastel yang
besar berbentuk persegi empat, dan limpahan kuah yang disebut
custard.
Kukira ini akan merupakan penutupan makan, dan acara makan akan
berakhir. Mereka akan sadar, bahwa waktu tinggal sedikit, dan akan
berganti pakaian. Tapi aku mulai cemas. Bu Bellerby dengan perlahan-
lahan berjalan dan meletakkan ketel di atas api, sementara Pak Bellerby
dan Bob mendorong kursinya ke belakang, lalu menjulurkan kakinya.
Keduanya memakai celana corduroy, talinya terlepas, dan kakinya
memakai sepatu bot yang sangat besar, yang berpaku hob. Setelah
meraba-raba sakunya, Bob mengeluarkan sebungkus rokok yang telah
kumal, lalu berbaring di kursinya, seperti orang pingsan di atas pangkuan
pacarnya. Sedang ibunya menaruh secangkir teh di depannya. Pak
Bellerby mengeluarkan pisau lipat dan mulai memotong tembakau untuk
pipanya.
Waktu mereka mulai duduk lagi dengan teratur mengelilingi meja, dan
dengan perlahan-lahan menghirup tehnya yang masih panas, aku mulai
merasa adanya gejala klasik ketegangan jiwa. Nadiku berdenyut-denyut,
rahang mengetat rapat, dan kepalaku mulai pusing.
Sesudah cangkir kedua habis diminum, baru ada tanda-tanda makan
selesai. Pak Bellerby bangkit sambil mengeluh, menggaruk-garuk baju
depannya, dan menggeliat dengan nikmatnya. "Sabar, Nak! Kami akan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
mandi-mandi dulu dan berganti pakaian. Bob akan tetap duduk dan
menemani Anda, karena dia tak akan ikut."
Di ujung dapur ada bak mandi besar terbuat dari batu. Dari situ
terdengar kecepak-kecepuk suara air yang memercik waktu mereka
mandi. Kemudian mereka menghilang ke tingkat atas. Aku merasa sangat
lega, karena ternyata mereka berganti pakaian dengan cepat. Pak
Bellerby turun dengan segera. Tampangnya berubah. Ia mengenakan
celana dan baju dari kain kepar yang mengkilat dan tampak kaku.
Warnanya biru seperti seragam pelaut, dan agak kehijau-hijauan.
Ibu dan anaknya juga segera muncul. Mereka memakai rok katun yang
meriah dengan bunga berwarna-warni.
"Sudah selesai? Sudah siap? Kalau begitu, mari langsung, berangkat!
Silakan berjalan dulu!" seruku dengan ramah tapi agak histeris.
Tapi Ruth tidak beranjak. Ia sedang menarik-narik kaos tangan dan
memandang adiknya yang ter-lentang di kursi. "Bob, kau memang
keterlaluan dan memalukan!" bentaknya. "Lihat ini, aku, Ayah, Ibu,
semua mau berangkat untuk mendengarkan musik yang bermutu. Tapi
kau enak duduk di kursi, masih jorok, dan tak ambil pusing sama sekali!
Kau tidak mau menghargai seni sama sekali! Kau tidak ingin maju dan tak
ada bedanya dengan lembu-lembu di luar itu!"
Bob beranjak dengan gelisah, karena serangan mendadak ini. Tapi masih
ada tembakan lagi.
Ruth menghentakkan kakinya. "Darahku terasa mendidih melihatmu
seperti itu! Aku tahu, sebentar lagi kau tentu tertidur, mendengkur
seperti babi sampai petang!" Ruth dengan cepat memutar tubuhnya ke
arah ibunya. "Bu, dia tidak boleh begitu! Dia tidak boleh mendengkur di
sini! Dia harus ikut!"
Peluh mulai membasahi dahiku. Aku mulai mengomel. "Tapi bagaimana
menurut pendapat Anda. Mungkin...... kita bisa terlambat..... mulai pukul
dua.....saya belum makan siang...."
Tapi kata-kataku itu tak masuk ke telinganya sama sekali. Buktinya Ruth
lalu menggigit bibirnya, kemudian meledaklah granatnya, "Bob, berdiri!
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Mandi sekarang juga dan ganti pakaian!" Lalu mulut Ruth menutup
seketat-ketatnya dan rahang bawahnya terdorong ke depan.
Dalam pertempuran ini Bob kalah. Meskipun Bob juara makan, tapi
rupanya tak punya pendirian sendiri. Ia bersungut-sungut, dan dengan
malas menghampiri bak mandi. Ia melepaskan bajunya, dan mereka
semua duduk sambil menonton Bob menyabuni tubuhnya dengan sabun
besar mereka White Windsor. Ia menyemprot kepala dan lehernya
dengan selang di samping bak mandi. Kamar mandi itu hanya tertutup
bagian bawahnya saja.
Seluruh keluarga itu memandangnya dengan riang gembira, karena Bob
mau ikut, dan itu akan berguna baginya. Ruth memandang percikan air
dengan sinar mata penuh kasih sayang. Itu terus-menerus mengerling ke
arah saya, seolah-olah berkata, "Apakah itu tidak luar biasa?"
Padahal aku merasa sangat jengkel, seperti orang mau sinting.
Seandainya aku tidak sadar, seluruh rambut kepalaku pasti kucabut
hingga gundul. Aku merasa seperti ingin melompat, menginjak-injak
lantai hingga hancur, dan menjerit sekeras-kerasnya. Ini semua
menunjukkan bahwa kesabaranku hampir habis. Aku menahan perasaan
ini dengan menutup mataku. Tentu lama aku menutup mata itu, karena
waktu aku membukanya, Bob sudah berdiri di sampingku mengenakan
setelan presis setelan ayahnya.
Aku tak begitu banyak ingat tentang perjalananku ke Darrowby. Yang
masih kuingat samar-samar adalah mobilku, yang meluncur dengan
kecepatan enam puluh kilometer sejam menuruni jalan yang berbatu-
batu. Mataku memandang jauh ke depan dan rasanya seperti mau jatuh
ke luar. Sedangkan keluarga itu, meskipun berimpit-impitan, tampak
sangat gembira karena dapat naik mobil.
Namun Bu Hall, yang biasanya sangat tenang, tampak sedikit kesal.
Buktinya ia mengetatkan bibirnya, karena pukul dua kurang sepuluh aku
baru makan siang. Dan pukul dua tepat aku berangkat lagi, sesudah
menyikat masakannya yang enak.
Aku terlambat. Ketika aku merayap masuk ke dalam gereja, musik The
Messiah telah mulai. Semua mata memandangku dengan pandangan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
mencela. Waktu aku mengerling ke arah keluarga Bellerby, yang duduk
sangat tegak dalam satu deret, mereka pun tampak menyesal.
BAB 11
AKU melihat lagi ke kertas catatan tentang kun-jungan-kunjunganku.
'Dean 3, Thompson's Yard. Anjing tua sakit.'
Di Darrowby ada banyak yard seperti itu. Itu sebenarnya gang, seperti
gambar-gambar pada novel karya Dickens. Beberapa gang itu menuju ke
pasar. Banyak lagi yang berserakan di belakang jalan raya di bagian kota
yang lama. Dari luar hanya kelihatan gapuranya. Aku selalu bingung jika
mengikuti gang sempit, karena tiba-tiba sampai di deretan rumah kecil
yang tak teratur. Di sini tak ada rumah yang sama bentuknya, dan jarak
rumah satu dengan lainnya hanya satu setengah meter, sehingga dari
jendela masing-masing penghuninya dapat melihat ke dalam rumah
tetangganya. Gang sempit ini dialasi batu-batu bulat.
Di depan sementara rumah, tanahnya dicangkul dan ditanami bunga
marigold dan nasturtium, yang merambat di batu-batu kasar. Tapi di
ujung barisan, rumah itu mau roboh, sebagian tak ada penghuninya, dan
jendelanya tertutup.
Rumah nomor tiga pada ujung gang ini sudah miring, dan tampak seperti
tidak akan dapat bertahan lebih lama lagi.
Waktu aku mengetuk pintunya, catnya yang sudah mengelupas bergetar
seperti akan rontok, karena kayu pintu itu sudah lapuk. Tembok sebelah
atas sudah condong ke luar, tiap saat bisa runtuh, karena dinding kedua
sisi rumah sudah retak.
Seorang laki-laki bertubuh kecil, yang rambutnya sudah putih membuka
pintu. Wajahnya kurus dan keriput, tapi tampak cerah karena matanya
memancarkan kegembiraan. Ia memakai sandal dan celana cardigan yang
penuh jahitan dan tambalan.
"Saya ingin memeriksa anjing Bapa," kataku dan orang tua itu
tersenyum.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Oh, saya gembira Tuan datang," jawabnya. "Saya sedih memikirkan
sahabat saya itu. Silakan masuk!"
Aku diantarnya masuk ke dalam kamar tamu yang sempit. "Saya hidup
sendirian sekarang, Tuan. Setahun yang lalu istri saya meninggal.
Biasanya, dialah yang mengurus anjing tua itu."
Di tiap tempat menunjukkah bahwa orang itu sangat miskin. Lino yang
lusuh, perapian yang padam, bau yang pengap dan tempat yang lembab.
Kain penutup dinding tergantung dan terlepas dari tembok yang basah.
Di meja ada makanan untuk dia sendiri. Potongan daging babi yang
dikukus, beberapa butir kentang goreng, dan secangkir teh. Itulah
suasana di rumah tua ini.
Di sudut, di atas selimut, berbaring pasienku, seekor anjing labrador
bastar. Dulu anjing itu tentu besar dan kuat, tapi sekarang sudah tua,
karena bulu di sekitar mulutnya sudah putih. Demikian pula bagian dalam
matanya, tampak putih dan pucat. Anjing itu berbaring dengan tenang
dan memandang saya, tanpa menunjukkan rasa permusuhan.
"Ia masih lincah, Mr. Dean?"
"Ya, memang. Usianya sudah empat belas tahun, tapi masih selincah anak
anjing, dan suka berlari-larian. Namun, akhir-akhir ini ia tidur saja. Bob
memang anjing tua yang mengagumkan. Selama hidupnya ia belum pernah
menggigit orang. Ia suka bermain dengan anak-anak dan sekarang
merupakan teman saya satu-satunya. Saya harap Tuan dapat segera
menyembuhkannya."
"Apakah ia suka makan, Mr. Dean?"
"Ya, lahap sekali! Itulah yang mengherankan saya, karena dulu banyak
makan. Setiap saya makan, ia selalu menaruh kepalanya di atas lutut
saya. Tapi akhir-akhir ini tidak."
Waktu memandang anjing itu, aku merasa makin gelisah. Perutnya
sangat gembung dan dengan mudah dapat kuketahui, bahwa ia kesakitan.
Nafasnya tersendat-sendat, tepi bibirnya ditarik ke belakang. Matanya
tampak cemas dan gelisah.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Waktu Mr. Dean bicara, anjing itu memukulkan ekornya dua kali di atas
selimut. Matanya yang sudah putih memancarkan minat sekejap. Tapi
dengan cepat minat itu lenyap, dan sinar matanya kosong dan padam.
Dengan hati-hati aku meraba perutnya. Jelas perut itu berisi cairan
kental, hingga terasa keras. "Coba berguling, Bob!" perintahku. "Aku
ingin memeriksa sisi sebelahnya." Anjing itu menurut dengan patuh
waktu kugulingkan. Tapi ketika gerakan itu baru saja selesai, ia
mengaduh dan memandang sekitarnya. Dengan mudah sebab penyakitnya
dapat kuketahui.
Anjing itu ketepuk-tepuk perlahan-lahan. Melalui otot panggulnya aku
dapat merasakan adanya gumpalan keras yang bergelombang. Ini tentu
kanker hati yang sangat besar dan sama sekali tak dapat dioperasi. Aku
membelai-belai kepala anjing itu waktu aku berusaha menenangkan
pikiranku. Ini tidak mudah.
"Apakah sakitnya akan lama, Tuan?" tanya orang tua itu. Sekali lagi ekor
anjing itu memukul-mukul selimut, waktu mendengar suara majikannya.
"Dalam mengerjakan tugas sehari-hari, saya selalu ditemani Bob. Dan
jika sekarang Bob tidak akan dapat menemani lagi, ini sungguh
menyedihkan!"
"Maaf, Mr. Dean. Saya kira keadaannya sudah sangat gawat. Bapak
dapat melihat sendiri perut yang gembung ini. Ini disebabkan karena
ada alat tubuh yang tumbuh."
"Maksud Tuan.... kanker?" tanya orang tua itu dengan lesu.
"Ya, saya kira kanker. Dan sudah terlambat, hingga tak mungkin lagi
diobati. Saya ingin menolongnya, tapi tidak dapat."
Orang tua itu tampak bingung dan bibirnya gemetar. "Jadi anjing saya
akan mati?"
Dengan susah payah aku menelan ludah. "Ya, dan saya kira kita tidak
boleh menunggu hingga ia mati dengan sendirinya. Sebab ia sekarang
sedang kesakitan. Tapi sebentar lagi sakitnya akan makin payah.
Bagaimana menurut perasaan Bapak? Tidakkah lebih baik ia kita suruh
tidur saja? Ia sudah terlalu lama menderita!" Aku selalu bicara terus
terang, tapi anjuranku tidak mendapatkan sambutan yang cepat.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Orang tua itu diam, kemudian berkata, "Sebentar," dan perlahan-lahan
dengan susah payah berlutut di samping anjing. Ia tidak mengucapkan
kata sepatah pun. Tapi tangannya berkali-kali mengusap moncong dan
telinganya, sementara anjing itu memukul-mukulkan ekornya di atas
lantai.
Ia lama berlutut di situ, sementara aku berdiri di dalam kamar yang
muram. Mataku melayang ke gambar-gambar yang sudah pudar di
dinding, ke tirai yang suram dan lepas benang-benangnya, dan ke kursi
malas yang pernya sudah patah.
Akhirnya orang tua itu dengan susah payah berdiri dan menelan udara
satu dua kali. Tanpa memandangku dia berkata dengan serak, "Baik,
apakah Tuan akan melakukannya sekarang?"
Aku mengisi suntikan dan melontarkan kata-kata yang biasa kukatakan.
"Bapak tak perlu bersedih hati. Suntikan ini sama sekali tidak sakit.
Hanya untuk membius. Inilah cara yang paling baik untuk menidurkan
Bob."
Waktu jarum kutusukkan, anjing itu tidak bergerak. Ketika obat tidur
mulai mengalir dalam urat darahnya, kecemasan pada wajahnya lenyap,
dan ototnya mulai mengendur. Sebelum injeksi selesai, anjing itu sudah
tidak bernafas lagi.
"Ia sudah mati?" bisik orang tua itu.
"Ya, ia sudah mati," jawabku. "Ia sekarang sudah tidak menderita lagi."
Orang itu berdiri dan tidak bergerak. Tangannya berkali-kali
ditangkupkan dan dilepaskan. Waktu ia berpaling dan memandangku,
matanya bersinar-sinar. "Tuan betul! Kita tidak boleh membiarkannya
menderita. Dan saya merasa berterima kasih atas kebaikan Tuan. Lalu
sekarang, untuk membalas budi, Tuan minta apa?"
"Jangan repot-repot, Mr. Dean!" jawabku cepat. "Bapak tidak berhutang
budi sama sekali. Saya kebetulan lewat di sini. Dan itu soal mudah
sekali!"
Orang tua itu tercengang. "Tapi Tuan memerlukan biaya untuk membeli
obat, bukan?"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Tidak, Mr. Dean, terima kasih! Harap jangan memikirkan soal itu lagi.
Seperti yang saya katakan tadi, saya kebetulan lewat di sini." Aku minta
diri, keluar dari rumah, melalui gang dan masuk ke jalan raya. Di tengah
kesibukan dan sinar matahari yang cerah, ruang sempit yang muram itu
beserta orang tua dan anjingnya yang mati, masih terbayang jelas dalam
ingatanku.
Waktu berjalan menghampiri mobil, aku mendengar ada orang
memanggil. Orang itu, dengan terburu-buru dan sambil menyeret-nyeret
sandalnya, mengejarku. Pipinya coreng-coreng dan basah, tapi dia
tersenyum. Ia mengulurkan benda kecil berwarna coklat.
"Tuan, terimalah ini, sebagai tanda terima kasih saya, karena saya
merasa berhutang budi." Ia menunjukkan benda itu dan aku mengamat-
amati-nya. Benda itu sudah sobek-sobek, tapi masih bisa dikenal sebagai
peninggalan kejayaan masa lampaunya.
"Silakan ambil, ini untuk Tuan!" kata orang tua itu. "Silakan mengisap
cerutu!"
BAB 12
SELAMA beberapa waktu, suasana di Rumah Skeldale tenang. Bagiku,
suasana ini cukup menenteramkan hati. Tapi sayang, Siegfried pernah
punya gagasan menyerahkan pembukuan kepada Tristan, adiknya.
Selama hampir dua minggu tidak terdengar Siegfried membentak atau
marah-marah. Namun suatu ketika terjadi peristiwa yang kurang
menyenangkan. Waktu pulang, Siegfried melihat Tristan naik sepeda di
gang di dalam rumah. Siegfried membentak-bentak dan mengucapkan
kata-kata yang tidak mudah dimengerti. Asal mulanya begini: Tristan
disuruh menyiapkan makan. Tapi jarak dari dapur ke kamar makan cukup
jauh. Jadi cukup wajar kalau ia naik sepeda di dalam rumah!
Beberapa waktu kemudian, musim gugur tiba. Udara dingin sekali seperti
menembus ke tulang. Api di perapian melemparkan bayang-bayang yang
menari-nari di tembok sekitarnya, hingga ke langit-langit. Langit-langit
ini tinggi dan diukir. Api itu menyala dengan terangnya di kamar yang
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
besar itu. Sungguh nikmat bila sesudah bekerja sehari penuh, kami
bertiga dapat beristirahat di atas kursi malas yang jorok, sambil
menjulurkan kaki ke depan perapian.
Tiap malam Tristan sibuk mengisi teka-teki di harian Daily Telegraph.
Siegfried membaca dan aku mengantuk. Aku malu bila ditanya tentang
jawaban teka-teki. Sesudah berpikir sebentar, Siegfried biasanya
dapat langsung menjawab. Tapi sampai Tristan mengisi seluruh teka-
teki, aku belum dapat menemukan jawaban nomor pertama.
Permadani di depan kaki kami penuh anjing. Ada lima ekor. Anjing-anjing
itu saling membaringkan kepalanya di tubuh temannya, dan nafasnya
men-dengkur-dengkur bersahutan, sehingga menambah suasana damai
dan rukun.
Ketenangan itu jadi berantakan, waktu Siegfried tiba-tiba bicara.
"Besok hari pasaran, dan rekening baru saja saya keluarkan. Mereka
akan antri untuk menyerahkan uang. Oleh karena itu, Tristan, besok
sehari penuh kau kuberi tugas menerima uang itu. James dan aku banyak
pekerjaan, jadi kau harus mengurusnya sendiri. Yang harus kaulakukan
hanyalah menerima cek, memberikan tanda terima, dan mendaftar
namanya di buku tanda terima. Bagaimana pendapatmu, apakah kira-kira
kau dapat melaksanakannya hingga beres?"
Aku mengerdipkan mata. Ini adalah suatu nada yang sumbang, yang
mengganggu ketenangan selama ini, kalau tidak menghancurkannya.
"Kukira, aku cukup mampu," jawab Tristan dengan angkuh.
"Baik, kalau begitu mari kita tidur."
Tapi keesokan harinya mudah dilihat, bahwa Tristan tidak cukup mampu
menjalankan tugasnya. Ia duduk di belakang meja. Uang itu
digenggamnya saja. Ia bicara terus-menerus. Tapi bicaranya menurut
kebutuhan. Tiap orang diajak bicara menurut sifatnya masing-masing.
Dengan berlagak pandai mengatur segalanya, ia memisah-misahkan uang
itu. Ini uang dana, ini uang harga lembu, ini uang kegiatan yayasan desa.
Ia mengenakan peci kasar. Peci itu diletakkannya miring. Ia berceritera
sambil mengisap uap bir yang keras. Tiap kali ceritera berakhir, ia
menaruh uang di belakang amplop. Tapi jika berhadapan dengan tamu
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
wanita, dia berdiri setegak-tegaknya. Wanita-wanita itu sejak
permulaan ada di sampingnya, karena wajah Tristan seperti wajah
kanak-kanak, tampak jujur. Dan jika ia menumpahkan seluruh daya
tariknya pada mereka, wanita-wanita gunung itu menyerah sama sekali.
Aku heran mendengar ketawa terkekeh-kekeh yang berasal dari
belakang pintu. Aku gembira, karena Tristan dapat bekerja dengan baik.
Kali ini, semuanya beres.
Waktu makan siang, Tristan merasa puas dengan dirinya sendiri. Waktu
minum teh, ia merasa sangat bangga. Siegfried juga puas dengan
penghasilannya hari itu, yang berupa deretan angka yang rapi dan
dijumlah dengan teliti di dasar kertas. "Terima kasih, Tris! Kau memang
hebat!" Pujian ini kedengarannya sangat manis.
Petang harinya aku sedang di halaman, sambil melemparkan botol-botol
bekas. Botol itu botol bensin, karena waktu itu belum ada jerigen. Hari
ini sangat sibuk, sehingga aku terpaksa harus membawa botol lebih
banyak dari biasanya.
Tiba-tiba dengan terengah-engah, Tristan datang dari kebun. "Jim,
buku tanda terimanya hilang!"
"Kau selalu mengajak bergurau!" jawabku. "Mengapa kadang-kadang
barang sebentar kau tidak mau menghentikan bakat konyolmu?" Aku
tertawa terbahak-bahak sambil melemparkan botol obat ke botol lain,
hingga botol itu pecah berhamburan.
Tristan menarik lengan bajuku. "Aku tidak bergurau, Jim! Percayalah!
Buku tanda terima itu betul-betul hilang!" Kali ini darah dinginnya
lenyap. Matanya terbelalak, wajahnya pucat.
"Tapi tak mungkin hilang begitu saja," bantahku. "Pada suatu saat pasti
muncul kembali!"
"Tak mungkin muncul kembali!" tukas Tristan, sambil meremas-remas
tangannya dan mondar-mandir di jalan berbatu. "Kalau kau ingin tahu,
sudah dua jam aku mencarinya. Aku sudah mengobrak-abrik seluruh
rumah! Jelas hilang!"
"Tapi tak perlu dipusingkan, bukan? Tentunya semua itu telah
kaupindahkan ke buku kas induk."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Justru itu! Aku belum memindahkannya! Aku baru akan
memindahkannya nanti malam!"
"Jadi itu berarti, bahwa semua petani yang sudah menyerahkan uang
kepadamu hari ini, bulan depan akan kautarik rekening lagi?"
"Agaknya begitu, karena aku tidak ingat nama-nama mereka. Aku hanya
ingat dua atau tiga nama saja!"
Aku lalu duduk di atas bak batu. "Kalau demikian, mudah-mudahan Tuhan
berkenan menolong kita, lebih-lebih kau! Petani-petani Yorkshire tidak
suka kehilangan uang sampai dua kali. Dan kalau kau berani memintanya
sekali lagi, oh jangan mengharap apa akibatnya nanti....!"
Tiba-tiba timbul akalku untuk menyiksa hatinya dengan sedikit kejam.
"Dan bagaimana Siegfried? Apakah telah kauberi tahu?"
Wajah Tristan berubah, tampaknya agak cemas. "Belum, karena dia baru
saja datang. Tapi sekarang akan kuberi tahu " Ia membusungkan
dadanya dan pergi meninggalkan halaman.
Aku tidak ingin mengikutinya ke dalam rumah. Aku merasa tidak cukup
kuat menyaksikan adegan yang akan segera terjadi. Oleh karena itu,
melalui jalan belakang, aku pergi mengelilingi bagian belakang rumah dan
pergi ke pasar. Matahari sebentar lagi akan tersenyum. Lampu di gapura
Drovers' Arms telah dinyalakan.
Aku duduk di belakang sebuah pot. Tak lama kemudian Tristan menyusul.
Tampangnya seperti orang yang baru saja dikuras separo darahnya.
"Kau diapakan?" tanyaku.
"Oh, biasa saja. Hanya saja kali ini lebih keras. Tapi kau perlu tahu, Jim.
Aku tidak mengharapkan bulan depan!"
* * *
Buku tanda terima tidak pernah ditemukan. Sebulan kemudian, para
petani ditarik rekening lagi. Waktunya tepat seperti biasanya, ialah
pagi-pagi pada hari pasaran.
Pada hari itu aku tak punya banyak tugas, sehingga menjelang tengah
hari sudah selesai. Aku tidak masuk ke dalam rumah, karena melalui
jendela kamar tunggu, aku dapat melihat deretan petani, yang sedang
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
duduk di sekeliling tembok. Wajahnya menunjukkan bahwa mereka
merasa tidak bersalah dan merasa tersinggung.
Dengan diam-diam aku menyelinap ke pasar. Tiap kali punya waktu, aku
suka berjalan-jalan di antara kios-kios yang memenuhi lapangan kuno itu.
Kita dapat membeli buah-buahan, ikan, buku-buku bekas, keju, atau
pakaian. Pendek kata hampir segalanya. Tapi yang paling kusukai adalah
kios barang-barang porselen.
Kios itu milik seorang Yahudi. Dia berasal dari Leeds. Orangnya gemuk
percaya pada diri sendiri, berkeringat, dan memiliki teknik penjualan
yang memikat. Aku tidak pernah jemu menontonnya. Ia memang
memesonakan. Hari ini ia paling berhasil.
Ia berdiri di tempat terbuka dan dikelilingi setumpuk barang tembikar.
Ia dikerumuni istri-istri petani, yang mendengarkan pidatonya dengan
mulut ternganga.
"Saya tidak tampan," katanya. "Saya tidak pandai. Tapi berkat Tuhan,
saya bisa bicara. Bahkan saya bisa bicara tentang kaki belakang keledai!
Tapi, ibu-ibu! Harap melihat ke mari!" Ia memegang cangkir murah dan
mengangkatnya tinggi-tinggi. Tapi dengan lemah lembut ia memegangnya
di antara ibu jari dan jari telunjuk. Jari kelingkingnya dikembangkan.
"Cantik, bukan? Apakah ini tidak menarik hati?" Kemudian dengan
hormat ia meletakkan cangkir itu di atas telapak tangan dan
memperlihatkannya kepada penonton. "Nah, Ibu-ibu, kalian bisa membeli
satu setel teko bersama cangkirnya di toko besar dengan harga tiga
ribu tujuh ratus lima puluh rupiah. Saya tidak bergurau. Saya tidak
bercanda. Cangkir itu ada. Dan memang itu harganya. Tapi harga saya,
Ibu-ibu?" Di sini ia mengambil tongkat tua yang pangkalnya telah patah.
"Berapa harga teko dan cangkir saya?" Ia mengayunkan tongkat itu dan
memukulkannya pada teko dan cangkir itu. "Tiga ribu lima ratus rupiah,
siapa mau?" Prang! "Tiga ribu." Prang! "Dua ribu." Prang! "Seribu lima
ratus." Prang! Bagaimana? Belum mau? Masih terlalu mahal? Seribu."
Prang! Tak ada yang bergerak. "Baik, kalau begitu. Lebih baik saya
mengalah. Saya turunkan sejadi-jadinya. Saya obralkan saja. Tujuh
ratus lima puluh!" Dan ia memberikan pukulan terakhir yang paling keras.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Ibu-ibu saling mengangguk, saling memberi isyarat, dan meraba-raba ke
dalam tasnya. Seorang lelaki bertubuh kecil muncul dari belakang kios
dan membagi-bagikan teko beserta cangkir-cangkirnya. Upacara itu
dilakukan dengan rapi dan tiap orang merasa gembira.
Dengan sangat puas aku sedang menunggu acara berikutnya dari penjual
ulung itu. Tiba-tiba aku melihat orang bertubuh besar dan tegap,
bertopi check, dengan giat melambai-lambaikan tangannya ke arahku. Ia
sedang berdiri di belakang kerumunan orang banyak. Tangannya
dimasukkan ke dalam jaket, dan aku tahu apa yang sedang diambilnya.
Dengan segera aku menghindar dan bersembunyi di belakang kios bak
makan babi dan jaring kawat. Baru saja aku melangkah beberapa meter,
ada petani lain yang memanggilku dengan maksud tertentu. Ia melambai-
lambaikan amplop.
Aku merasa terjebak. Untunglah aku melihat jalan ke luar. Dengan cepat
aku menyusuri meja etalase pertama murahan. Aku masuk lewat gapura
Drovers' Arms, menghindari warung yang penuh petani, dan menyelinap
ke dalam kamar menejer. Aku merasa aman. Di tempat ini aku selalu
mendapat sambutan baik.
Menejer itu mengangkat kepalanya, tapi tidak tersenyum. "Lihat ini,"
katanya dengan tajam. "Beberapa waktu yang lalu aku membawa anjingku
ke rumahmu. Kemudian aku mendapat tagihan da-rimu." Dalam hati aku
merasa ngeri. "Tagihan itu langsung kubayar. Tapi aku heran, karena
pagi ini aku ditagih lagi. Ini tanda terimanya, ditandatangani oleh....."
Aku tak tahan lagi. "Maaf, Mr. Brooke. Memang ada kekhilafan. Saya
akan membereskannya. Sekali lagi saya minta maaf yang sebesar-
besarnya."
Beberapa hari berikutnya peristiwa semacam ini terulang lagi. Tapi yang
paling pahit adalah pengalaman Siegfried. Peristiwa itu terjadi di bar
kesayangannya, yang bernama Angsa Hitam. Ia diham-piri orang yang
telah banyak berjasa di Darrowby. Orang itu namanya Billy
Breckenridge, yang bertubuh kecil, lucu, dan ramah. "Hai, Siegfried!
Kau masih ingat uang yang kubayarkan kepadamu di kamar bedah itu?
Tiga ribu enam ratus! Tapi kenapa aku kautagih lagi?"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Siegfried minta maaf sehalus-halusnya. Ia banyak pekerjaan, katanya.
Lalu orang itu diajaknya minum, dan persoalannya beres dengan baik.
Yang menimbulkan rasa kasihan ialah karena Siegfried pelupa benar dan
tidak ingat akan hal ini. Sebulan kemudian di bar yang sama, Siegfried
lari menghampiri Billy Breckenridge lagi. Kali ini Billy tidak begitu
berminat melucu. "Siegfried, kau tentu masih ingat, aku sudah kautarik
rekening dua kali! Dan sekarang kautagih lagi?!"
Siegfried berusaha bersikap seramah mungkin. Tapi Billy tidak bisa
menerima sikapnya itu dan merasa tersinggung. "Nah, sekarang jelas,
kau tidak percaya bahwa aku telah membayar rekening. Aku sudah
punya tanda terimanya, tapi hilang." Ia berusaha mengesampingkan
pernyataan Siegfried. "Tidak, tidak! Hanya ada satu jalan supaya
perkara ini beres. Aku sudah membayar tiga ribu enam ratus. Dan kau
tidak percaya. Baik, kalau begitu. Kita undi saja!"
Dengan menyesal Siegfried berkeberatan. Tapi Billy tidak mau
mengubah pendiriannya. Ia mengeluarkan mata uang logam, dan dengan
penuh harga diri menimang-nimangnya di atas kuku ibu jari. "Coba tebak,
kaupilih mana, kepala atau angka?"
"Kepala," jawab Siegfried. Dan tebakannya tepat, gambar kepala ada di
atas. Siegfried menang. Wajah Billy tidak berubah. Dengan penuh harga
diri ia menyerahkan uang tiga ribu lima ratus kepada Siegfried. "Dengan
ini persoalan kita sudah beres!" Ia pergi keluar dari bar.
Memang benar ada beberapa jenis pelupa. Tapi Siegfried pelupa luar
biasa. Meskipun telah terulang tiga kali, ia lupa mencatat pembayaran
ini.
Pada akhir bulan, Billy Breckenridge menerima tagihan yang keempat,
sebanyak jumlah yang telah dibayarnya sampai dua kali! Kira-kira sejak
waktu itulah Siegfried tidak ke pergi ke bar itu lagi, dan pindah ke bar
Cross Keys.
BAB 13
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
WAKTU musim gugur berubah jadi musim dingin, puncak-puncak bukit
tertutup salju. Bekerja di Dales mulai terasa tidak enak.
Berjam-jam aku terpaksa harus mengemudikan mobil dengan kaki beku,
mendaki ke kandang di puncak bukit di tengah-tengah angin yang dingin
menyayat, sehingga rumput-rumput kurus pun meniarap sedatar tanah
karena kencangnya angin. Di bangunan yang banyak angin, aku tak putus-
putusnya terpaksa harus melepaskan pakaian, mencuci tangan dan dada
dengan air ember yang dingin, dengan menggunakan sabun keras, dan
sering kali harus menggunakan sepotong karung untuk handuk.
Aku tahu betul apa artinya tangan merekah. Jika banyak pekerjaan,
tanganku tidak pernah kering dan merekah-rekah berwarna merah,
hingga hampir sampai siku.
Pada saat seperti inilah mengobati binatang kecil merupakan berkat
yang melegakan. Aku dapat beristirahat sebentar dari tugas sehari-hari
yang berat dan kasar. Aku dapat berjalan dengan santai masuk ke kamar
tamu yang hangat dan bukan masuk ke dalam kandang. Di kamar tamu ini
aku dapat mengerjakan pekerjaan lebih ringan daripada mengobati kuda
atau lembu jantan. Dan di antara sekian banyak kamar tamu yang enak,
tidak ada yang begitu mengesankan seperti kamar tamu Nyonya
Pumphrey.
Nyonya Pumphrey adalah seorang janda tua. Mendiang suaminya,
pengusaha bir yang pabrik dan barnya tersebar luas di dataran rendah
Yorkshire, telah meninggalkan warisan besar sekali dan rumah indah di
perbatasan Darrowby. Di sini ia hidup bersama pembantu dan
pelayannya, tukang kebun, sopir, dan Tricki Woo. Tricki Woo adalah
anjing Peking dan merupakan anak emasnya.
Waktu aku berdiri di ambang pintu yang megah, dengan diam-diam aku
menggosok ujung sepatuku pada bagian belakang celanaku dan meniup
tanganku yang dingin. Aku dapat melihat kursi malas yang cekung, cukup
dekat dengan perapian yang nyalanya menjilat-jilat, dan cukup dekat
dengan baki berisi biskuit cocktail, serta botol anggur istimewa.
Karena anggur itu, aku selalu berusaha mengatur waktuku dengan
cermat, supaya bisa datang tepat setengah jam sebelum makan siang.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Seorang pelayan membukakan pintu. Wajahnya berseri-seri, karena
mendapat tamu terhormat dan mengantarkan aku ke kamar. Kamar itu
penuh sesak dengan perabot mahal, majalah yang dicetak dengan kertas
mengkilat, dan buku-buku novel terbaru. Nyonya Pumphrey yang sedang
duduk di kursi bersandaran tinggi di dekat perapian, meletakkan
bukunya, dan berteriak kegirangan. "Trick! Trick! Ke sini! Pamanmu
Herriot datang!" Aku telah diangkat jadi paman anjing terlalu pagi. Tapi
karena hubungan ini menguntungkan, aku tidak berkeberatan.
Tricki seperti biasa, melambung dari bantal, melompat ke sandaran
sofa, dan menaruh cakarnya di atas bahuku. Kemudian ia menjilati
mukaku, tapi segera berhenti karena kecapean. Tricki mudah lelah
karena makannya dua kali lipat anjing sebayanya. Dan makanan itu salah
pilih.
"Oh, Mr. Herriot," kata Mrs. Pumphrey, sambil memandang anjing
kesayangannya dengan cemas. "Saya sangat gembira karena Anda
segera datang. Tricki lari duduk lagi."
Penyakit ini tidak tertulis dalam buku pelajaran. Yang dimaksud lari
duduk adalah kelainan pada kelenjar dubur. Bila kelenjar itu penuh dan
membesar, Tricki merasa tidak enak. Untuk menghilangkan perasaan
tidak enak itu, waktu sedang berjalan, Tricki tiba-tiba duduk.
Majikannya tentu saja jadi sangat cemas, dan terburu-buru
meneleponku.
"Halo, Mr. Herriot! Harap cepat datang! Keponakan Anda lari duduk
lagi!"
Anjing kecil itu kuangkat ke atas meja. Dengan segumpal kapas,
duburnya ku tekan, hingga seluruh isi kelenjarnya keluar.
Yang mengherankan ialah bahwa Tricki selalu gembira sekali jika
melihatku. Anjing yang masih tetap suka kepada orang yang
menangkapnya dan memijit duburnya, setiap kali bertemu, tentu
mempunyai sifat mengampuni yang luar biasa. Tapi Tricki tidak pernah
menunjukkan rasa dendam. Memang dia seekor anjing kecil yang punya
sifat mantap luar biasa, sangat cerdas, dan betul-betul memikatku. Aku
senang jadi dokter pribadinya.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Setelah duburnya selesai kupijit, dia kuangkat dari meja. Ternyata
sekarang beratnya bertambah, karena ada lapisan daging tambahan
pada tulang rusuk.
"Mrs. Pumphrey, Nyonya memberi makan Tricki terlalu banyak.
Tidakkah Nyonya kuminta mengurangi semua kue dan memberinya
protein lebih banyak?"
"O, ya, Mr. Herriot," bantah Mrs. Pumphrey. "Tapi bagaimana? Ia tidak
mau makan daging ayam lagi."
Aku mengangkat bahu, karena tak ada harapan lagi. Aku diantar pelayan
ke kamar mandi yang sangat bagus. Di sini aku selalu melakukan upacara
cuci tangan sesudah operasi. Kamar ini besar sekali, berisi meja rias,
barang seni yang amat besar dan deretan rak gelas yang penuh dengan
alat-alat kecantikan. Handuk yang disediakan untukku tersampir dekat
tempat sabun.
Kemudian aku kembali ke kamar tamu. Gelas anggurku telah diisi penuh
dan aku duduk dekat api untuk mendengarkan Mrs. Pumphrey. Ini bukan
percakapan karena Mrs. Pumphrey bicara terus-menerus. Namun
menurut pendapatku, ada keuntungannya.
Mrs. Pumphrey adalah orang yang ramah. Ia sangat dermawan dan selalu
menolong orang yang mengalami kesulitan. Ia cerdas dan menyenangkan,
lucu dan disenangi orang. Tapi, seperti kebanyakan orang pula, Mrs.
Pumphrey punya kelemahan. Ia begitu mencintai Tricki, sehingga tidak
dapat lagi membedakan dirinya dengan Tricki. Ceritera-ceritera tentang
kekasihnya ini keterlaluan, hingga melampaui batas fantasinya. Tentu
saja aku menunggu dengan penuh gairah akan kelanjutan ceritera
bersambungnya.
"Oh, Mr. Herriot! Saya mendapat berita yang paling menggemparkan!
Tricki mendapat kawan pena! Betul, dia menulis surat kepada redaksi
majalah Doggy World sambil menyertakan sumbangan. Tricki
mengatakan kepadanya, bahwa meskipun ia keturunan kaisar-kaisar Cina,
ia mau merendahkan diri dan bergaul bebas dengan anjing biasa. Ia
minta kepada redaksi itu, supaya mencarikan kawan pena, ialah anjing-
anjing kenalan redaksi Dengan demikian keduanya dapat saling
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
berkorespondensi dan saling mendapat keuntungan. Dan untuk maksud
ini, Tricki bermaksud berganti nama dengan nama baru, ialah Mr.
Utterbunkum. Dan Anda tahu, Mr. Herriot, Tricki menerima surat
jawaban dari redaksi itu! Surat itu sangat indah!" (Aku dapat menduga
sebelumnya, redaksi yang cerdik itu pasti mengharapkan sumber
keuangan yang besar ini.) "Redaksi itu mengatakan, akan
memperkenalkan Tricki kepada Bonzo Fothe-ringham, seekor anjing
Dalmatia yang kesepian, yang pasti suka berkawan pena dengan Tricki,
temannya yang baru dari Yorkshire!"
Aku menghirup anggur. Tricki mendengkur di atas pangkuanku. Mrs.
Pumphrey melanjutkan ceri-teranya.
"Tapi saya kecewa dengan villa saya yang baru. Anda tahu, saya
membelinya terutama untuk Tricki. Maksud saya, supaya kami berdua
dapat duduk-duduk bersama pada sore hari di musim panas. Rumah itu
begitu mungil, menyenangkan, dan tenang. Tapi Tricki sama sekali tidak
menyukainya. Bahkan muak, dan sama sekali tidak mau masuk ke dalam.
Seandainya Anda dapat melihat wajahnya waktu ia melihat rumah itu.
Dan tahukah Anda apa komentarnya kemarin? Oh, saya hampir tidak
berani mengatakannya!" Ia melihat sekitarnya, takut kalau ada Tricki,
mencondongkan badannya, dan berbisik, "Kata Tricki, rumah itu villa
keparat!"
Pelayan menambah bahan bakar pada perapian dan mengisi gelasku lagi.
Angin menghembuskan hujan dan salju ke jendela. Inilah hidup, pikirku.
Aku mendengarkan kelanjutan ceriteranya.
"Kecuali itu, Mr. Herriot, Tricki menang lagi kemarin. Saya yakin, dia
pasti mempelajari daftar perlombaan. Ia pandai sekali menebak bentuk.
Yah, ia menyuruhku menebak Canny Lad pada pukul tiga di Redcar
kemarin. Seperti biasanya, Tricki menang! Ia memasang seratus rupiah
tiap putaran dan mendapat sembilan ratus rupiah!"
Taruhan-taruhan ini selalu dipasang dengan nama Tricki Woo, dan aku
merasa belas kasihan terhadap reaksi bandar-bandar setempat. Para
akuntan Darrowby adalah sekelompok orang yang curang dan jadi
buronan polisi. Orang-orang ini muncul di ujung sebuah gang dan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
mendesak penduduk supaya memasang taruhan bersama Joe Downs.
Dengan demikian keamanannya akan terjamin. Selama beberapa bulan
Joe terpaksa hidup dalam bahaya. Sementara itu ia mencari akal untuk
menge-labuhi rakyat yang tidak bodoh. Tapi akhirnya selalu sama.
Beberapa jago menang berurutan dan Joe pada malam harinya terpaksa
melarikan diri, sambil mengajak teman-temannya. Seorang penduduk
pernah kutanyai, mengapa Joe menghilang dengan mendadak. Ia
menjawab biasa saja, "Oh, kita menang, dia bangkrut."
Bertaruh pada perlombaan anjing dan kalah terus-menerus, rupanya
merupakan beban hidup yang berat bagi orang-orang itu.
"Minggu yang lalu saya mengalami peristiwa yang mengerikan," sambung
Mrs. Pumphrey. "Saya yakin, saya harus memanggil Anda. Kasihan benar
Tricki! Ia lumpuh sama sekali!"
Dalam hati aku menghubungkan penyakit lari duduk ini dengan penyakit
baru pada anjing itu dan minta penjelasan lebih lanjut.
"Betul-betul mengerikan! Saya ketakutan! Tukang kebun melemparkan
gelang-gelang supaya diambil Tricki. Ia melakukan ini selama setengah
jam tiap hari." Saya telah menyaksikan tontonan ini beberapa kali.
Hodgkin, seorang Yorkshire yang sudah tua, berpunggung bongkok dan
tidak pernah tersenyum, membenci semua anjing, terutama Tricki. Tiap
hari ia harus keluar ke halaman, dan melemparkan gelang-gelang karet
berulang-ulang. Tricki melompat, mengejarnya, dan membawanya
kembali, sambil menyalak-nyalak. Hal ini dilakukan beberapa kali. Makin
lama wajah orang tua itu makin cemberut. Keriputnya makin dalam.
Bibirnya bergerak terus-menerus, sambil bersungut-sungut. Tapi aku
tak dapat mendengar apa yang dikatakannya."
Mrs. Pumphrey melanjutkan ceriteranya, "Ya, Tricki sedang bermain-
main. Ia sangat suka permainan itu. Tapi tiba-tiba, tanpa sebab yang
jelas, ia lumpuh. Ia lupa gelang-gelang itu, lalu lari berputar-putar,
sambil menyalak dan melolong-lolong, dengan cara yang aneh sekali.
Kemudian ia jatuh ke samping dan berbaring tenang seperti mati. Betul,
Mr. Herriot, saya kira dia sudah mati, karena tak bergerak sama sekali.
Yang paling menyakitkan hati adalah Hodgkin. Selama dua puluh empat
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
tahun ikut saya, dia tidak pernah tersenyum. Tiba-tiba waktu dia
melihat anjing kesayangan saya tak berkutik sama sekali, dia tertawa
terbahak-bahak sekeras-kerasnya seperti orang sinting. Peristiwa ini
bagi saya sungguh mengerikan. Saya baru saja akan lari untuk menelepon
Anda, tapi tiba-tiba Tricki bangkit dan berjalan. Ia tampak seperti
biasa lagi."
Menurut pendapatku Tricki histeris, karena salah makan dan terlalu
gembira. Aku meletakkan gelas dan memandang Mrs. Pumphrey dengan
tajam. "Mrs. Pumphrey, itulah yang saya sarankan tadi. Jika Nyonya
tetap memberikan sembarang makanan, kesehatan Tricki akan rusak.
Makanannya harus diatur dengan ketat. Sehari, berilah makan dua kali
saja. Berilah daging sedikit dan roti cokelat, atau biskuit. Juga sedikit
saja. Saat lainnya, jangan diberi makan."
Mrs. Pumphrey duduk lemas di kursinya. Dari wajahnya tampak bahwa ia
merasa bersalah dan malu. "Oh, maaf, Mr. Herriot! Saya minta dengan
hormat, harap Anda jangan bicara seperti itu! Saya sudah berusaha
keras supaya dapat mengatur makanannya. Tapi sangat sulit. Jika ia
merengek-rengek minta sisa makanan, saya tidak sampai hati
menolaknya." Ia menghapus air matanya dengan sapu tangan.
Tapi aku tak mau menyerah. "Baik Mrs. Pumphrey, terserah kepada
Nyonya! Tapi saya peringatkan sebelumnya. Jika Nyonya tidak
menghentikan kebiasaan itu, Tricki akan makin sering lumpuh!"
Aku meninggalkan rumah yang menyenangkan itu dengan berat hati. Aku
berhenti sebentar di jalan setapak yang terbuat dari batu-batu kecil.
Aku menengok ke belakang. Mrs. Pumphrey melambai-lambaikan
tangannya, dan Tricki seperti biasanya, berdiri pada jendela. Mulutnya
dibuka lebar-lebar, seolah-olah sedang tertawa terbahak-bahak.
Sambil meluncurkan mobil, aku merenungkan keuntungannya jadi paman
Tricki. Waktu dia pergi ke pantai, aku dikirimi sekotak daging ayam yang
di-asap. Waktu tomat di rumah kaca berbuah dan masak, tiap minggu
aku dikirimi setengah atau satu kilo. Tembakau dikirimkan dengan
teratur, kadang-kadang disertai foto dengan surat singkat yang
menyatakan kasih sayang.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Hari Natal aku mendapat kiriman keranjang dari Fortnum dan Mason.
Sejak waktu ini aku menyadari, bahwa hubunganku perlu kutingkatkan.
Sebab biasanya, aku hanya menelepon dan mengucapkan terima kasih
kepada Mrs. Pumphrey atas kado-kadonya. Jawabannya biasanya dingin,
sambil menegaskan yang mengirim kado adalah Tricki.
Dialah yang seharusnya mendapat ucapan terima kasih.
Karena kedatangan keranjang itu, aku lalu membuat kesalahan besar.
Aku membuat siasat yang keliru, karena menulis surat kepada Tricki.
Tentu saja kuusahakan, jangan sampai hal ini ketahuan Siegfried. Isi
surat itu menyatakan, bahwa aku berterima kasih sekali kepada
keponakanku atas kado dan semua kemurahan hatinya di masa lampau.
Aku mengharap dengan sangat, mudah-mudahan makanan pada pesta itu
tidak merusak usus halusnya, dan jika ia merasa tidak enak badan, harap
makan tepung hitam menurut resep hasil karya pamannya. Selama
menulis surat ini, aku sedikit merasa malu, karena mengomersialisasikan
jabatan dengan ikan ayam, tomat, dan keranjang. Surat itu kualamatkan
kepada Master Tricki Pumphrey, Barlby Grange, dan kumasukkan ke
dalam peti surat, sambil merasa sedikit bersalah.
Pada kunjungan berikutnya, Mrs. Pumphrey menarikku ke sampingnya.
"Mr. Herriot," bisiknya. "Tricki sangat gembira menerima surat Anda
dan bermaksud menyimpan surat itu. Tapi ada hal yang
mengecewakannya. Anda mengalamatkannya kepada Master Tricki.
Padahal ia ingin sekali dipanggil Mister Tricki. Mula-mula ia sangat
tersinggung. Tapi setelah ia tahu bahwa surat itu dari pamannya,
kemarahannya segera reda. Saya tidak mengerti mengapa dia punya
prasangka seperti itu. Mungkin karena dia hanya seekor anjing. Saya
memang berpendapat, bahwa anjing satu-satunya dalam sebuah rumah,
lebih cepat berprasangka daripada anjing yang punya saudara banyak."
Waktu memasuki Rumah Skeldale, aku merasa seperti sedang kembali
ke dunia yang lebih dingin. Siegfried menabrakku di gang. "Ha, siapa ini?
Ini tentu Paman Herriot tersayang! Dan apa yang baru saja kaulakukan,
Paman? Menjadi kuli di istana Barlby Grange tentunya? Kasihan, kau
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
tentu kelelahan! Apakah menurut pendapatmu itu pantas kaulakukan?
Bersusah payah menulis surat supaya dikirimi keranjang lagi?!"
BAB 14
JIKA melihat ke masa lampau, aku hampir tidak percaya, bahwa kami
bertiga, ialah Siegfried, Tristan, dan aku sendiri, menghabiskan
sebagian besar waktu kami untuk meramu obat. Tapi obat itu tidak
diberi etiket menurut pemiliknya, dan sebelum kami keluar ke jalan
raya, kami harus mengisi mobil dengan bermacam ragam obat yang
dicampur dengan teliti, tapi sebagian besar tidak ada gunanya.
Pada suatu pagi Siegfried menghampiriku. Aku sedang memegang botol
dua belas ons sejajar mata, sambil menuangkan sirup coccilina ke
dalamnya. Dengan cemberut Tristan sedang mencampur obat perut
dengan alat tumbuknya. Ia menumbuk makin cepat, ketika melihat
Siegfried sedang mengawasinya. Ia sedang berdiri di tengah-tengah
bungkusan obat dan tumpukan pesari yang disusun dengan teratur.
Pesari itu ia buat dengan jalan mengisi silinder kertas kaca dengan boric
acid.
Tristan tampak rajin. Sikunya menyodok-nyo-dok dengan hebatnya,
sewaktu ia menggilas amnion carb dan nux vomica. Siegfried tersenyum
dengan ramah.
Aku tersenyum juga. Aku merasakan adanya ketegangan waktu kedua
kakak-beradik itu bertengkar. Tapi kali ini dapat terlihat, bahwa pagi ini
akan merupakan pagi yang menggembirakan. Sejak Hari Natal, sejak
Tristan kadang-kadang kembali kuliah, rupanya tanpa belajar sedikit pun
ia ujian lagi dan lulus, suasana di Rumah Skeldale bertambah baik.
Kecuali itu, hari ini tampaknya hati Siegfried penuh dengan rasa puas,
seolah-olah ia sudah tahu dengan pasti, bahwa akan terjadi sesuatu
yang menggembirakan. Ia masuk dan menutup pintu.
"Jame, dan berita gembira!"
Aku menyumbat botol dengan gabus. "Apa, Farnon? Cepat katakan dan
jangan membuat sarafku tegang!"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Siegfried memandangku, kemudian memandang Tristan. Dengan sedikit
angkuh ia tersenyum dan bertanya, "Kau masih ingat waktu Tristan
mengurus pembukuan? Akibatnya kacau balau, bukan?"
Tristan mengalihkan pandangan dan mulai menggilas obat makin cepat.
Tapi Siegfried memegang bahunya dengan tersenyum ramah. "Jangan
sedih. Aku tidak akan menyuruhmu lagi. Dan sebenarnya, mulai saat ini
kau tak perlu mengerjakannya lagi, karena pekerjaan itu akan ditangani
oleh seorang ahli." Ia berhenti dan berdeham. "Kita akan punya
sekretaris!"
Waktu mataku dan mata Tristan memandang Siegfried dengan
terbelalak, ia melanjutkan. "Ya, dia saya pilih sendiri dan menurut
pertimbangan saya, dia sempurna!"
"Seperti apa orangnya?"
Siegfried mengerutkan bibirnya. "Sukar melukiskannya. Tapi coba
pertimbangkan. Apa yang kita inginkan di sini? Saya tidak menginginkan
ada gadis berkeliaran di rumah ini. Saya tidak membutuhkan si rambut
pirang yang genit duduk di belakang meja, sambil membedaki hidungnya
dan main mata dengan tiap orang."
"Bukan gadis?" sela Tristan, yang betul-betul tak mengerti.
"Ya, bukan gadis!" jawab Siegfried dengan tegas. "Kalau masih gadis,
tiap hari ia hanya akan melamunkan pacarnya terus-menerus. Kemudian
sesudah berpengalaman dan terlatih, lalu dia lari, kawin!"
Tristan masih tetap belum yakin, dan itu menjengkelkan Siegfried.
Muka Siegfried jadi merah. "Dan ada hal lain lagi. Bagaimana mungkin
kita punya karyawan masih gadis dan cantik, tinggal serumah dengan
orang semacam kau. Tak mungkin kau akan tinggal diam!"
Tristan tertusuk perasaannya dan menyalak. "Kalau kau akan tinggal
diam?!"
"Saya bicara tentang kau, bukan tentang saya!" bentak Siegfried. Aku
memejamkan mata. Perdamaian akan berantakan lagi. Aku segera
melerai. "Baik, ceriterakan tentang sekretaris itu!"
Dengan susah payah, Siegfried bisa menguasai emosinya. "Yah, dia
berusia sekitar lima puluhan-tahun, dan sudah berpengalaman tiga puluh
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
tahun di perusahaan Green dan Moulton di Bradford. Ia sudah pensiun
sekarang. Dulu bekas sekretaris, dan aku mendapat referensi paling
mengagumkan dari perusahaannya. Mereka mengatakan, bahwa dia
karyawan teladan yang sangat efisien. Dan justru itulah yang kita
butuhkan di rumah ini: efisiensi! Kita terlalu lamban. Ini suatu
keuntungan besar bagi kita, bahwa ia memutuskan untuk tinggal di
Darrowby. Kecuali itu, sebentar lagi kau bisa bertemu dengannya. Ia
akan datang pukul sepuluh pagi ini."
Waktu bel pintu berdering, jam berbunyi sepuluh kali. Siegfried
bergegas menyambutnya dan mengantar karyawan pujaannya ke kamar
dengan bangga. "Tuan-tuan, silakan memperkenalkan diri dengan Nona
Harbottle!"
Nona itu bertubuh besar, berdada tinggi, berwajah bulat dan sehat,
serta mengenakan kaca mata berbingkai emas. Rambutnya keriting dan
sangat hitam, tersembul dari bawah topinya. Mungkin rambut itu
disemir dan tidak sesuai dengan sepatu serta pakaiannya yang
sederhana. Aku tak perlu kuatir bahwa dia akan terburu-buru kawin.
Bukan karena tidak cantik, tapi dagunya menonjol ke depan dan rupanya
dia bisa memerintah orang dengan mudah, sehingga orang lelaki pun
akan lari terbirit-birit untuk selamanya.
Aku berjabatan tangan dengan Miss Harbottle itu, dan pegangannya
bukan main kerasnya. Kami berdua saling berpandangan dan aku
membalas meremas tangannya beberapa saat. Rupanya angkanya satu
lawan satu. Ia melepaskan tanganku dan berpaling ke arah lain. Tristan
sama sekali tidak siap tempur, dan waktu Miss Harbottle menjabat
tangannya, ia menyeringai kesakitan. Tangannya baru dilepaskan waktu
Tristan mau roboh.
Ia lalu bertamasya ke dalam kantor. Siegfried jadi penunjuk jalan,
sambil menggosok-gosok tangannya seperti penjaga toko dengan
langganan kesayangannya. Ia berhenti sebentar di meja, yang penuh
dengan tumpukan rekening keluar dan rekening masuk, formulir dari
Kementerian Pertanian, serta surat edaran dari perusahaan obat. Di
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
sana-sini berserakan kotak-kotak pil yang tersesat dan pipa minyak
ambing.
Sambil memegang-megang sampah meja dengan muak, ia menarik buku
kas induk yang lusuh dan memungutnya seperti memungut benda yang
menjijikkan. "Apa ini?"
Siegfried melompat ke depan. "Oh, itu buku kas induk. Berisi catatan
tentang kunjungan kami, yang berasal dari buku catatan harian, yang
mungkin juga ada di sini." Siegfried lalu membongkar-bongkar sampah
meja itu. "Nah, ini dia! Ini tentang catatan panggilan tugas."
Ia mempelajari kedua buah buku beberapa saat, sambil keheran-
heranan dan tersenyum kecut. "Jika saya disuruh mengurus ini semua,
Tuan-tuan harus belajar menulis. Tapi yang satu ini paling jelek dan
paling jorok. Tulisan siapa ini?"
Ia menunjuk sebuah catatan dengan garis panjang yang terputus-putus
dan kadang-kadang berombak-ombak.
"Itu tulisan saya!" jawab Siegfried, sambil menggeser kakinya. "Itu
tulisan waktu saya sangat sibuk!"
"Tapi semuanya seperti itu, Mr. Farnon. Lihat ini, itu, dan ini lagi. Semua
begitu, bukan?"
Siegfried lalu menggaruk-garuk punggungnya dan menundukkan kepala.
"Laci ini berisi apa? Alat tulis dan amplop?"
Miss Harbottle menarik laci meja itu. Apa isinya? Ternyata laci itu
berisi bungkusan biji-bijian yang sudah lama, kebanyakan sudah mulai
tumbuh. Beberapa butir kacang hijau dan biji boncis menggelinding dari
atas bungkusan. Laci berikutnya penuh sesak dengan tali penolong anak
lembu yang akan lahir. Tali itu sudah kotor karena lupa mencucinya.
Baunya sangat amis sehingga Miss Harbottle segera menutupnya
kembali. Tapi ia belum jera, dan menarik lagi yang ketiga. Waktu
terbuka, terdengar suara berdenting. Ia menjenguk isinya. Hanya
deretan botol bir kosong yang kotor. Ia perlahan-lahan berdiri tegak
dan bicara dengan sabar. "Kalau saya boleh bertanya, di mana tempat
menyimpan uang tunai?"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Saya taruh begitu saja. Itu, di sana!" Siegfried menunjuk jambangan di
sudut di atas rak. "Kami tidak punya tempat khusus untuk menyimpan
uang, seperti yang Nona maksudkan. Tapi jambangan ini sudah
memenuhf kebutuhan."
Miss Harbottle melihat jambangan itu dengan
ngeri. "Anda jejalkan begitu saja....." Dari mulut
jambangan itu terlihat cek dan uang kertas yang kusut dan kumal,
sebagian berjatuhan di lantai dekat perapian. "Jadi yang Anda maksud,
tiap hari uang itu Anda lemparkan begitu saja dan lalu Anda tinggalkan
pergi?"
"Saya kira tak pernah ada yang mengambil," jawab Siegfried.
"Dan bagaimana tentang uang kecil?"
Siegfried tertawa gelisah. "Semuanya di situ. Uang besar dan uang
kecil."
Tiba-tiba wajah Miss Harbottle yang merah jadi agak pucat. "Saya
berkata terus terang, Mr. Farnon. Ini keterlaluan. Saya tidak tahu,
bagaimana ini bisa berlangsung begitu lama. Saya sungguh tidak
mengerti. Namun, saya percaya, saya dapat membereskan semuanya
dengan segera. Jelas, bahwa keadaan kantor ini mudah diatur. Cukup
dengan sistem indek pembukuan. Dan tentang uang itu, akan saya
bereskan secepat-cepatnya," katanya sambil memandang jambangan
dengan heran.
"Bagus, Miss Harbottle, bagus!" Siegfried menggosok-gosok tangannya
lebih keras lagi. "Saya harap Nona datang Senin pagi."
"Pukul sembilan tepat, Mr. Farnon."
Sesudah Miss Harbottle pergi, suasana sunyi. Tristan gembira atas
kedatangannya dan tersenyum sambil memikirkan sesuatu. Tapi aku
sendiri merasa tak menentu.
"Kau tentu sudah tahu, Siegfried," kataku, "bahwa dia mungkin setan
efisiensi. Tapi apakah kau tidak merasa, bahwa dia agak keras?"
"Keras?" jawab Siegfried sambil tertawa terbahak-bahak. "Sama sekali
tidak! Serahkan pada saya. Saya pasti dapat mengendalikannya!"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
BAB 15
HANYA sedikit perabot rumah tangga dalam kamar makan itu, tapi
bentuknya yang anggun serta ukuran tempat itu pun sudah cukup
memberikan kesan manis pada bupet dinding yang panjang dan meja
sederhana dari kayu mahogani, di mana Tristan dan aku duduk sarapan.
Satu-satunya jendela yang besar, di bagian luarnya dilapisi embun beku
dan di jalan di luar, lang-kah-langkah kaki orang-orang yang lewat,
berbunyi dalam salju kering. Aku mengangkat mukaku dari telur
rebusku, waktu terdengar sebuah mobil berhenti. Terdengar hentakan
kaki di serambi muka, pintu luar terbanting tertutup dan Siegfried
menyerbu ke dalam kamar. Tanpa berkata sepatah pun dia langsung
pergi ke tungku pemanasan dan bersandar di situ, dengan menopangkan
sikunya pada alas tungku dari batu pualam kelabu. Dia terbung-kus sama
sekali, hampir-hampir sampai ke matanya dalam sebuah mantel besar
dan sebuah selendang, tapi mukanya yang tampak berwarna biru
keunguan.
Dia berpaling dan memandang ke meja dengan mata berair. "Ada demam
susu di tempat Pak tua Heseltine. Salah satu gedung-gedung yang tinggi
ini. Tuhanku, dingin benar di sana. Aku hampir tak bisa bernafas."
Sambil menarik sarung tangannya dan menggon-cang-goncang jari-
jarinya yang kaku di depan nyala api, dia mengerling pada saudara laki-
lakinya. Kursi Tristan memang yang terdekat pada api dan dia sedang
menikmati sarapannya, sebagaimana dia menikmati segala-galanya,
menghempaskan mentega ke atas roti bakarnya dengan senang dan
sambil bersiul-siul menaruh selai. Surat kabar Daily Mirror tersandar
pada poci kopi. Kita seakan bisa melihat gelombang perasaan senang dan
damai yang terpancar dari dirinya.
Siegfried menyeret dirinya dengan enggan dari api dan menghempaskan
diri ke sebuah kursi. "Aku minta secangkir kopi saja, James, Heseltine
baik hati sekali - mengajakku duduk dan sarapan dengan dia. Dia
memberikan sepotong besar lemak babi peliharaan sendiri - mungkin
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
agak terlalu berlemak, tapi bukan main sedapnya! Masih terasa-rasa
sekarang."
Diletakkannya cangkirnya dengan bunyi ge-merincing. "Kau tahu,
sebenarnya tak ada alasan kita selamanya harus pergi ke kedai untuk
membeli lemak babi dan telur. Di ujung kebun ini ada sebuah kandang
ayam yang masih baik sekali dan di halaman masih ada sebuah kandang
babi dengan sebuah ketel untuk memasak makanan babi. Semua sisa
makanan kita seisi rumah bisa dijadikan makanan babi. Dengan demikian
kita mungkin bisa terhemat."
Dia berpaling pada Tristan yang baru saja menyalakan rokok Woodbine
dan membuka Mirror-nya dengan cara mengibas-ngibaskannya dengan
sikap senang tak terperikan yang merupakan sifat khasnya. "Dan itu
akan merupakan suatu pekerjaan yang bermanfaat bagimu. Kau tidak
memberikan banyak hasil dengan duduk saja di sini seenakmu sepanjang
hari. Beternak sedikit akan baik bagi-mu.
Tristan meletakkan surat kabarnya, seolah-olah daya tariknya sudah
hilang. "Beternak? Tidakkah aku memeliharakan kuda betinamu?" Dia
tak senang memelihara kuda pemburu Siegfried yang baru, karena
setiap kali dia membawanya ke luar untuk minum di halaman, dia tentu
menendangnya sambil bergurau sambil lewat.
Siegfried melompat berdiri. "Aku tahu, tapi kan tidak makan waktu
sepanjang hari? Kau tidak akan mati kalau kau juga memelihara ayam
dan babi beberapa ekor."
"Babi beberapa ekor?" Tristan memandang terkejut. "Kusangka kau tadi
berkata babi saja?"
"Benar beberapa ekor babi. Terpikir olehku. Kalau kubeli seperinduk
anak-anak babi yang sudah lepas susu, kita pelihara seekor saja di
antaranya dan yang lain kita jual. Dengan cara demikian kita tak perlu
modal apa-apa."
"Dengan buruh cuma-cuma, tentu saja tak ada modal."
"Buruh? Buruh? Kau tak tahu apa artinya! Lihatlah kau itu, berbaring
saja dengan merokok tak sudah-sudahnya. Kau terlalu banyak merokok!"
"Kau juga!"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Jangan bicarakan aku! Aku sedang membicarakan tentang kau!" teriak
Siegfried.
Aku berdiri dari meja dengan mengeluh. Suatu hari telah mulai lagi.
Kalau Siegfried sudah punya gagasan, dia tak mau berlalai-lalai.
Semboyannya adalah: bertindaklah segera! Dalam jangka waktu empat
puluh delapan jam, sepuluh ekor babi kecil-kecil telah bermukim dalam
kandang dan dua belas ekor ayam jenis Light Sussex sedang mematuk-
matuk di balik kawat kandang ayam. Dia terutama senang sekali dengan
ayam itu. "Lihat ayam-ayam itu, James; te-pat sekali hampir waktu
bertelur dan keturunan yang bagus pula. Mula-mula memang sedikit
telurnya, tapi kalau ayam-ayam itu sudah mulai, kita akan dihujani
dengan telur. Tak ada yang lebih baik dari sebutir telur bagus yang
segar dan masih hangat karena baru dari sangkaknya."
Sejak semula sudah jelas bahwa Tristan tidak ikut antusias seperti
abangnya mengenai ayam-ayam itu. Aku sering melihatnya berkeliaran
saja di luar kandang ayam, dia kelihatan merasa bosan dan sekali-sekali
melemparkan remah roti ke balik kawat. Tak kelihatan bukti bahwa dia
memberinya makan secara teratur, serta aturan makanan yang
dinasehatkan oleh para ahli. Ayam-ayam itu tidak menarik baginya,
sebagaimana bagi seorang penghasil telur, tapi dia memang agak
tertarik pada ayam-ayam "itu sebagai pribadi. Suatu cara berkotek yang
lucu, suatu sikap tubuh yang aneh - hal-hal itu lucu baginya.
Tapi telur-telur tak juga ada dan dengan berlalunya minggu demi
minggu, Siegfried makin menjadi jengkel. "Tunggu kalau aku bertemu
orang yang menjual ayam-ayam itu padaku. Penipu sialan. Keturunan yang
banyak telurnya, aduhai!" Kasihan kita melihat dia setiap pagi
mengelilingi sang-kak-sangkak kosong itu dengan penuh harapan.
Pada suatu petang, aku sedang pergi menuju kebun, ketika Tristan
berseru padaku. "Mari sini, Jim. Ini ada suatu hal yang baru. Kurasa kau
tak pernah melihat sesuatu seperti ini." Dia menunjuk ke atas dan aku
melihat sekelompok burung-burung besar yang berwarna aneh
bertengger pada dahan pohon-pohon elm. Sedang pada pohon-pohon apel
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
kepunyaan tetangga, ada lebih banyak. Aku menatap terkejut. "Kau
benar. Aku memang belum pernah melihat yang begituan. Apa itu?"
"Alaa, cobalah," Tristan tertawa riang, "masakan tak ada sesuatu yang
kaukenali. Coba lihat la-gi."
Aku melihat ke atas lagi, "Tidak, aku tak pernah melihat burung-burung
sebesar itu apalagi dengan bulu-bulu yang setebal itu. Apa sih itu -
apakah suatu pindahan burung yang mengerikan?"
Tristan tertawa terbahak-bahak. "Itu kan ayam-ayam kita?"
"Bagaimana mereka sampai bisa naik ke sana?"
"Mereka lari dari rumah. Terbang saja."
"Tapi yang kulihat hanya tujuh ekor. Mana yang lain?"
"Hanya Tuhan yang tahu. Mari kita lihat ke balik dinding."
Lesung besar yang terdapat di antara batu-batu bata itu kami jadikan
tempat memanjat dan kami menjenguk ke kebun di sebelah. Kelima ayam
yang lain dan di situ, sedang mematuk-matuk dengan tenang di antara
beberapa pohon kol.
Lama benar kami baru berhasil mengumpulkannya kembali ke kandang
dan pekerjaan yang sulit itu harus diulangi beberapa kali setiap hari
sesudah itu. Karena ayam-ayam itu sudah jelas bosan hidup di bawah
Tristan dan memutuskan bahwa mereka akan hidup lebih senang kalau
bebas di luar. Ayam-ayam itu jadi tukang berkelana, berkeliaran makin
jauh ke ladang-ladang dalam mencari makanan.
Mula-mula para tetangga hanya tertawa saja. Mereka menelepon untuk
mengatakan bahwa anak-anak mereka mengejar-ngejar ayam-ayam itu
dan minta agar kami datang mengambilnya, tapi makin lama kesabaran
mereka makin berkurang. Akhirnya Siegfried harus mendengar laporan-
laporan yang menyakitkan hati. Dia diberi tahu bahwa ayam-ayamnya
merupakan pengganggu yang tak terperikan.
Setelah suatu pertengkaran yang benar-benar tak enak, Siegfried
memutuskan bahwa ayam-ayam itu harus dibawa pergi. Hal itu
merupakan pukulan yang hebat, dan sebagaimana biasa, kemarahannya
itu dilampiaskannya pada Tristan. "Aku dulu itu tentu gila menyangka
bahwa ayam yang kaupe-lihara akan mau bertelur. Tapi cobalah,
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
tidakkah itu keterlaluan. Kuberi kau pekerjaan mudah yang sederhana
ini dan orang tentu akan berpikir bahwa kau akan keterlaluan kalau itu
sampai tak beres. Tapi lihatlah keadaannya setelah hanya tiga minggu.
Tak ada barang satu pun telur yang kita lihat. Sedang ayam sialan itu
berkeliaran saja di seluruh daerah ini seperti burung dara. Kita terus-
menerus dijauhi para tetangga. Sungguh bagus benar hasil karyamu itu
ya?" Segala kekesalannya sebagai seorang penghasil telur yang gagal
meledak dalam nada bicaranya yang melengking.
Air muka Tristan menggambarkan perasaan tersinggung, dan dia
terburu nafsu dan mencoba membela dirinya. "Kau tahu, kurasa memang
ada sesuatu yang aneh tentang ayam-ayam itu sejak semula," gumamnya.
Hilanglah daya mengekang diri Siegfried yang sudah tinggal sedikit itu.
"Aneh!" pekiknya dengan geram. "Kaulah yang aneh, bukan ayam-ayam
sialan yang malang itu. Kaulah makhluk yang paling aneh di dunia ini.
Demi Tuhan, keluar - menghilanglah dari pandanganku!"
Tristan pergi dengan tenang.
Lama juga gema terakhir dari peristiwa ayam itu baru menghilang tapi
dua minggu kemudian, waktu duduk di meja makan lagi dengan Tristan,
aku merasa segala-galanya sudah dilupakan. Jadi aku sangat terkejut
dan heran waktu melihat Siegfried masuk ke dalam kamar makan dan
membungkuk dengan kejam sekali pada adiknya. "Kauingat ayam-ayam
itu? Kurasa kauingat," katanya hampir berbisik, "kau tentu ingat bahwa
aku telah memberikannya kepada Mrs. Dale, pensiunan tua yang tinggal
di Brown's Yard. Nah, aku baru saja berbicara dengan wanita itu. Dia
merasa puas sekali dengan ayam-ayam itu. Dia memberi ayam-ayam itu
makanan campuran siang dan malam dan dia mengumpulkan telur sepuluh
butir setiap hari." Suaranya nyaring hampir merupakan suatu teriakan.
"Sepuluh butir telur, kaudengar itu, sepuluh butir telur!"
Aku cepat-cepat meneguk bagian terakhir dari tehku, lalu cepat-cepat
minta diri. Aku berjalan sepanjang lorong rumah, keluar melalui pintu
belakang, lalu ke kebun dan ke mobilku. Dalam perjalananku aku melalui
kandang ayam yang kosong. Kandang itu tampak murung. Tempatnya jauh
dari kamar makan, namun aku masih bisa mendengar suara Siegfried.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
BAB 16
JIM! Coba ke mari dan lihat pengemis-pengemis kecil ini," kata Tristan
tertawa berkakakan, sambil bersandar pada pintu kandang babi. Aku
berjalan menyeberangi halaman. "Ada apa?" "Aku baru saja memberi
mereka makanan dan makanan itu agak panas. Coba lihat babi-babi itu!"
Babi-babi kecil itu menangkap makanan itu, melepasnya kembali dan
berjalan mengitarinya dengan curiga. Lalu mereka akan mendekat lagi
perlahan-lahan, menyentuh kentang-kentang yang panas itu dengan
moncongnya dan melompat mundur ketakutan. Tak kelihatan makanan
yang berleleran seperti yang terjadi pada waktu makan biasanya; yang
ada hanya semacam omelan keheranan.
Sejak semula Tristan memang sudah beranggapan bahwa babi-babi itu
lebih menarik daripada ayam-ayam itu; dan hal itu memang baik sebab
dia harus mengimbangi kesalahannya setelah bencana ayam dulu itu.
Banyak waktunya dihabiskannya di pekarangan, kadang-kadang memberi
makan atau menyapu kotoran babi, tapi lebih sering menopangkan
sikunya di atas pintu, memperhatikan binatang peliharaannya.
Seperti juga dengan ayam, dia lebih tertarik pada watak babi-babi itu
daripada kesanggupannya menghasilkan daging dan lemak. Setelah
dituangkannya makanannya ke dalam tempat makanan yang panjang dia
selalu memperhatikan, terpesona, melihat babi-babi itu berlari
berebutan menyerbu makanan. Dalam keadaan makan dengan rakus itu,
segera tampak kegelisahan. Binatang-binatang kecil itu mulai mengerling
kawannya, akhirnya keinginannya untuk mengetahui apakah temannya
makan lebih banyak, tak tertahan lagi, hingga mereka lalu mengubah
sikapnya cepat-cepat, ada yang saling memanjat punggung temannya
sampai-sampai jatuh ke dalam tempat makanan.
Pak tua Boardman adalah seorang yang baik yang mau bekerja sama, tapi
terutama dalam kesanggupannya memberi nasihat. Sebagaimana semua
orang desa, dia menganggap dirinya tahu semua tentang peternakan dan
penyakit-penyakit binatang dan ternyata babi adalah keistimewaannya.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Mereka sering mengadakan pertemuan lama-lama dalam kamar yang
gelap di bawah kotak-kotak karton Bairnsfather dan orang tua itu
asyiklah melukiskan tentang banyaknya binatang-binatang cantik yang
telah dipeliharanya dalam kandang yang sama itu.
Tristan selalu mendengarkan dengan rasa hormat, sebab dia punya bukti
nyata tentang keahlian Boardman, tentang cara dia menangani tempat
masak makanan binatang yang sudah tua dan terbuat dari batu bata
merah itu. Tristan memang bisa mengangkut barang itu, tapi barang itu
terbalik segera setelah dia membelakanginya; sedang dalam tangan
Boardman barang itu jinak benar. Aku sering melihat Tristan
mendengarkan dengan heran bunyi makanan yang mendidih itu sedang
laki-laki tua itu terus mengaduknya dan bau enak kentang makanan babi
itu dibawa angin dan tercium oleh mereka.
Tapi tak ada binatang lain yang mengubah makanan itu menjadi daging
lebih cepat daripada se-ekor babi dan setelah beberapa minggu berlalu,
makhluk-makhluk kecil itu yang berwarna merah muda berubah dengan
kecepatan yang luar biasa menjadi sepuluh ekor babi yang gendut-
gendut dan tegap-tegap. Watak mereka pun berubah menjadi makin
buruk pula. Daya tarik mereka hilang. Waktu-waktu makan sudah tidak
lucu lagi dan berubah menjadi pertempuran yang makin seru.
Aku bisa melihat bahwa hal itu memberi warna pada hidup Pak Tua
Boardman dan apa saja pun yang sedang dikerjakannya, dilepaskannya
kalau dia melihat Tristan menyendok makanan dari tempat masak-
makanan itu.
Kelihatannya dia suka memperhatikan perlombaan sehari-hari dari
tempat duduknya di atas tempat makanan yang dari batu itu. Tristan
yang me-nyelinap-nyelinap mencari jalan, mendengarkan pekik ribut
babi-babi itu waktu mendengar bunyi ember kayu; sambil memekikkan
teriakan-teriakan untuk menguatkan dirinya, lalu membuka palang pintu
dan masuk ke tengah-tengah babi-babi yang ribut dan berdesak-
desakan; moncong-moncong yang besar dan rakus yang berebut-rebut
masuk ke ember, telapak-telapak kaki yang tajam yang menginjak-injak
kakinya dan tubuh-tubuh yang berat yang menindih kakinya.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Mau tak mau aku tersenyum kalau kuingat betapa riangnya biasanya
permainan itu. Tapi kini tak ada tawa. Tristan akhirnya mengambil
tindakan dengan memukulkan tongkat yang berat ke babi-babi itu
sebelum dia berani masuk. Bila sudah di dalam, satu-satunya harapannya
untuk bisa tetap berdiri tegak adalah dengan melapangkan tempat
sedikit dengan cara memukul punggung-punggung babi itu Pada suatu
hari pekan, ketika babi-babi itu sudah mencapai timbangan yang banyak
lemaknya, kutemui Tristan berbaring bermalas-malasan di kursi yang
paling disukainya. Tapi ada sesuatu yang tidak bisa pada dirinya; dia
tidak tidur, tak ada botol obat, tak ada rokok Woodbines, tak ada Daily
Mirror. Tangannya tergantung lunglai di tepi kursi, matanya setengah
tertutup dan peluhnya berkilat di dahinya.
"Jim," bisiknya. "Petang ini aku telah mengalami pengalaman yang paling
buruk selama hidupku."
Aku jadi kuatir melihat rupanya. "Ada apa?"
"Babi-babi itu," katanya serak. "Mereka sudah melarikan diri hari ini."
"Lari! Bagaimana mereka sampai bisa lari?"
Tristan menarik-narik rambutnya. "Waktu aku sedang memberi makan
kuda. Aku sedang memberinya rumput kering dan aku berpikir sebaiknya
aku sekalian memberi makan babi-babi itu. Kau tahu bagaimana babi-
babi itu akhir-akhir ini - nah, hari ini mereka jadi gila-gilaan. Segera
setelah kubuka pintu, mereka mendesak ke luar sebagai suatu kelompok
rapat. Aku terlempar ke udara, lengkap dengan ember-emberku, lalu
mereka lari dengan menginjak-injak aku." Dia mengangkat bahunya dan
memandang padaku dengan mata terbelalak. "Dengarkan, Jim, waktu aku
terbaring di atas batu-batu kerikil itu, habis ditumpahi makanan babi
dan binatang-binatang itu menginjak-injak aku, kusangka aku sudah
mati. Tapi mereka tidak menggigit atau menyepakku. Mereka hanya
berlari ke luar melalui pintu halaman dengan kecepatan luar bia-sa.
"Terbukakah pintu halaman waktu itu?" "Sialnya, memang terbuka.
Entah mengapa justru hari ini aku membiarkannya terbuka."
Tristan duduk tegak dan menggosok-gosok tangannya. "Yah, kusangka
semula tak apa-apa. Sebab mereka memperlambat larinya waktu sampai
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
di jalan dan berjalan dengan tenang berkeliaran ke jalan depan dengan
Boardman sedang aku mati-matian mengejarkan. Mereka mengelompok
di sana. Kelihatannya tak tahu ke mana dia harus pergi lagi. Aku sudah
yakin bahwa kami bisa menggiringnya kembali, tapi tepat pada waktu itu
salah satu di antaranya menampak dirinya di kaca toko Robson."
Dia menirukan air muka seekor babi yang menatap pantulan bayangannya
- beberapa lamanya lalu kemudian melompat mundur dengan suara
mendengkur karena terkejut.
"Nah, itulah gara-garanya, Jim. Binatang sialan itu menjadi panik dan
lari melesat ke tengah pasar dengan kecepatan lebih kurang lima puluh
mil per-jam dan yang lain menyusul."
Aku terengah. Sepuluh ekor babi yang benar-benar lepas di antara
kedai-kedai yang amat berdekat-dekatan dan orang-orang yang begitu
banyak pada hari pekan itu, rasanya sulit dibayangkan.
"Oh Tuhan, maunya kau melihatnya tadi." Tristan terduduk lagi ke
kursinya dengan lemas. "Orang-orang perempuan dan anak-anak
berteriak-teriak. Pemilik kedai, polisi dan semua orang yang lain
mengumpatku. Kemudian terjadi pula kemacetan lalu lintas - bermil-mil
panjangnya deretan mobil membunyikan klaksonnya semau-mau-nya
sedang polisi yang bertugas asyik memandangku dengan dahi berkerut."
Dia menyeka dahinya. "Kau kan tahu pedagang di kedai Cina yang cepat
bicaranya itu - nah, hari ini kulihat dia tak bisa berkata-kata. Dia
sedang memegang sebuah cangkir di tapak tangannya dan dia berteriak
nyaring waktu salah satu babi itu menaruh kaki-kaki depannya ke
kedainya dan menatap mukanya tepat-tepat. Dia terhenti seolah-olah
dia ditembak. Dalam keadaan lain hal itu tentu lucu, tapi kupikir
binatang perusak itu akan membinasakan kedai itu. Meja tempat
membayar sudah mulai bergoyang, lalu babi itu berubah pikiran dan
lari."
"Bagaimana keadaannya sekarang?" tanyaku. "Sudahkah kau bisa
membawanya kembali?"
"Aku sudah berhasil mengembalikan sembilan ekor," sahut Tristan
sambil bersandar dan menutup matanya. "Dengan bantuan hampir semua
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
penduduk laki-laki di daerah ini, aku berhasil membawa kembali sembilan
ekor. Yang kesepuluh, yang terakhir, orang melihatnya sedang menuju
ke utara dalam jarak yang agak jauh. Hanya Tuhan yang tahu di mana dia
sekarang. Oh ya, aku lupa menceritakan - salah satu di antaranya masuk
ke kantor pos. Dan beberapa lamanya dia di situ." Ditutupnya mukanya
dengan tangannya. "Kali ini aku benar-benar sial, Jim. Nasibku akan ada
dalam tangan hukum, setelah kejadian ini. Tak bisa diragukan lagi."
Aku membungkuk dan menampar kakinya. "Alaa, tak usahlah disusahkan
benar. Kurasa tak ada kerusakan besar."
Tristan menyahut dengan mengerang. "Belum selesai, masih ada sesuatu
lagi. Waktu aku akhirnya menutup pintu setelah berhasil memasukkan
babi-babi itu ke dalam kandangnya, aku hampir saja pingsan. Aku sedang
bersandar pada dinding untuk mengumpulkan nafas ketika tampak
olehku bahwa kuda hilang pula. Ya, hilang. Aku langsung saja pergi
mengejar babi-babi dan lupa menutup pintu kandang kuda. Aku tak tahu
di mana dia. Boardman berkata bahwa dia akan melihat-lihat - aku sudah
tak kuat lagi."
Tristan menyalakan Woodbine dengan tangan gemetar. "Habislah aku
sekarang, Jim. Sekali ini Siegfried tidak akan kenal ampun."
Sedang dia berkata itu pintu terbuka bagai ditiup angin dan abangnya
menyerbu masuk. "Apa yang telah terjadi?" geramnya. "Aku baru saja
bercakap-cakap dengan pendeta daerah dan dia berkata bahwa kudaku
sedang makan bunga-bunga yang merambat di dindingnya. Dia
mengamuk-nga muk dan aku tidak menyalahkan dia. Berangkat setan
pemalas. Jangan berbaring saja di situ, pergi ke rumah pendeta itu
sekarang juga dan bawa dia kembali!"
Tristan tak bergerak. Dia berbaring diam, sambil memandang abangnya.
Bibirnya bergerak-gerak de-ngan berat.
"Tidak," katanya.
"Apa katamu?" teriak Siegfried tak percaya. "Keluar segera dari kursi
itu. Pergi dan ambil kembali kuda itu!"
"Tidak," sahut Tristan.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Terasa dingin badanku karena ngeri. Belum pernah terjadi perlawanan
seperti itu. Muka Siegfried menjadi merah padam dan aku menguatkan
diriku untuk menghadapi suatu ledakan; tapi Tristan-lah yang kemudian
berkata,
"Kalau kau memang menginginkan kudamu, ambillah sendiri." Suaranya
tenang tanpa ada nada menantang. Dia bersikap seperti seseorang yang
tak perduli akan masa depannya.
Siegfried sendiri pun melihat bahwa kali ini Tris-. tan pun sudah tak
tahan lagi. Setelah membelalakkan matanya pada adiknya beberapa
detik lamanya, dia berbalik dan pergi. Dia mengambil kudanya sendiri.
Tak pernah lagi dibicarakan tentang kejadian itu, tapi babi-babi itu
cepat-cepat dipindahkan ke pabrik perusahaan lemak babi dan tak
pernah dibeli babi baru lagi.
Maka berakhirlah proyek pemeliharaan ternak.
BAB 17
WAKTU aku masuk Miss Harbottle sedang duduk, menghadapi kotak
tempat uang yang kosong, dia kelihatannya kesal sekali. Kotak itu
merupakan kotak hitam berkilat dengan kata-kata 'uang kas kecil' yang
tercetak dalam huruf-huruf putih di atasnya. Di dalamnya terdapat
sebuah buku merah dengan catatan uang masuk dan uang keluar yang
tertulis dalam kolom-kolom rapi sekali. Tapi tak ada uang di dalamnya.
Pundak Miss Harbottle yang tegap itu lunglai. Dengan tak bernafsu
diangkatnya buku merah itu dengan jari-jari telunjuk dan ibu jarinya
dan satu-satunya mata uang sixpence berguling keluar dari celah-celah
halamannya dan jatuh berdenting dalam kotak. "Diambilnya lagi
rupanya," bisiknya.
Terdengar langkah kaki orang yang berjalan mencuri-curi di lorong. "Mr.
Farnon!" panggilnya. Dan pada saya dia berkata, "Sungguh memalukan
cara laki-laki itu selalu mencoba melewati pintu dengan diam."
Siegfried masuk dengan langkah terseret. Dia sedang membawa selang
perut dan pompa, botol-botol kalsium menonjol di saku jasnya sedang
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
sebuah alat pengebiri yang tak ada darahnya tergantung-gantung di
tangannya yang sebelah lagi. Dia tersenyum ceria tapi aku bisa melihat
bahwa dia merasa tak enak, bukan saja disebabkan oleh beban yang
sedang dibawanya, tapi juga karena dia merasa bersalah Miss Harbottle
telah menempatkan meja tulisnya menyerong di sudut kamar
berhadapan dengan pintu dan Siegfried harus menjalani se-panjang-
panjang alas lantai dari pintu untuk sampai ke tempat Miss Harbottle.
Dari sudut Miss Harbottle tempat itu benar-benar menguntungkan. Dari
sudutnya itu dia bisa melihat setiap inci dari kamar besar, sampai ke
lorong rumah kalau pintu kamar terbuka sedang dari jendela di sebelah
kirinya dia bisa melihat langsung ke jalan depan. Tak ada satu pun yang
luput dari pemandangannya - sungguh suatu kedudukan yang kuat.
Siegfried memandang ke tubuh lebar di balik meja tulis itu. "Selamat
pagi, Miss Harbottle, adakah yang bisa saya bantu?"
Mata kelabu itu berkilat di balik kaca mata berbingkai emas. "Memang
ada, Mr. Farnon. Anda harus menerangkan mengapa Anda sekali lagi
telah mengosongkan kotak tempat uang."
"Oh, maaf. Tadi malam aku tergesa-gesa harus pergi ke Brawton dan
aku kehabisan uang. Benar-benar tak ada tempat lain bagiku untuk
mendapatkan pinjaman."
"Tapi Mr. Farnon, selama saya dua bulan berada di sini, sudah dua belas
kali kita berkeadaan seperti ini. Apa gunanya saya mencoba mencatat
dengan baik-baik selalu uang hasil praktek kalau Anda terus-menerus
mencurinya dan menghasilkannya?"
"Yah, kurasa aku memang sejak dulu sudah punya kebiasaan untuk pergi
minum-minum pada hari-hari tertentu. Dan kurasa itu bukan suatu
kebiasaan yang sangat buruk."
"Itu sama sekali bukan suatu kebiasaan. Itu suatu pengacauan. Dengan
cara itu kita tidak bisa punya perusahaan. Hal itu sudah berulang kali
saya katakan pada Anda dan setiap kali pula Anda berjanji untuk
mengubah sikap Anda. Saya rasanya tidak tahu lagi akan berbuat apa."
"Alaa, sudahlah, Miss Harbottle. Ambil saja suatu jumlah dari bank dan
masukkan ke kotak Anda itu. Bereskan." Siegfried menggulung gulungan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
selang perut yang sudah terurai dari lantai lalu ber-balik akan pergi,
tapi Miss Harbottle berdehem-de-hem sebagai peringatan.
"Ada satu atau dua hal lagi. Saya harap Anda mau memenuhi janji Anda
yang satu lagi, yaitu untuk mencatat semua kunjungan-kunjungan Anda
dan menuliskan banyaknya bayaran yang Anda terima dari orang-orang
itu. Sudah hampir seminggu ini Anda tidak menuliskan apa-apa dalam
buku itu. Bagaimana saya bisa mengeluarkan surat-surat penagihannya
pada awal bulan? Hal itu penting sekali, tapi bagaimana Anda bisa
mengharapkan saya berbuat demikian kalau Anda mempersulit saya
seperti itu?"
"Ya, ya, maafkan saya, tapi ada serangkaian panggilan menunggu saya.
Saya benar-benar harus pergi." Dia sudah sampai di tengah kamar dan
selang tadi sudah terurai lagi dari gulungannya, ketika Siegfried
mendengar deheman yang jelek bunyinya di belakangnya.
"Ada satu hal lagi, Mr. Farnon. Saya masih belum bisa membaca tulisan
Anda. Istilah-istilah pengobatan ini sudah cukup sulit, jadi tolonglah
supaya Anda lebih berhati-hati dan jangan men-coret-coretnya saja."
"Baiklah, Miss Harbottle" Siegfried mempercepat langkahnya melalui
pintu dan langsung ke lorong di mana, mungkin, dia merasa aman dan
senang. Dia sedang berjalan dengan rasa syukur di ubin ketika suara
gemuruh yang dikenalnya itu didengarnya. Miss Harbottle bisa
menjadikan agar bunyi itu bisa didengar dalam jarak yang mengherankan
jauhnya dengan memberinya suatu tekanan kuat, dan itu merupakan
panggilan yang harus dipatuhi. Aku bisa mendengar Siegfried
meletakkan selang-selang itu dan pompa itu dengan kesal ke lantai,
botol-botol kalsium tentunya telah menekan tulang-tulang rusuknya
sebab kudengar botol-botol itu pun diturunkan pula.
Siegfried mendatangi meja tulis lagi. Miss Harbottle menggoncang-
goncangkan telunjuknya pada Siegfried. "Sementara Anda ada di sini,
saya ingin menyebutkan satu hal lagi yang mengganggu saya. Lihat buku
harian ini. Adakah Anda lihat carikan carikan kertas yang terselip di
antara halaman-halaman ini? Carikan-carikan kertas ini semua
merupakan pertanyaan-pertanyaan - saya rasa ada dua puluhan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
banyaknya - dan saya tak bisa melanjutkan pekerjaan saya ini sebelum
semua Anda jelaskan pada saya. Kalau saya minta Anda menjelaskannya,
Anda tak pernah ada waktu. Bisakah Anda membahasnya dengan saya
sekarang?"
Siegfried cepat-cepat mundur. "Jangan, Jangan, jangan sekarang.
Seperti kata saya tadi, ada beberapa panggilan yang mendesak yang
menanti saya. Maafkan saya, tapi itu harus menunggu sampai lain kali.
Begitu saya mendapat kesempatan, saya akan datang dan berbicara
dengan Anda." Diraba-raba -nya pintu di belakangnya dan dengan
pandangan terakhir ke tokoh besar yang bersikap menegur di balik meja
tulis itu, dia berbalik lalu lari.
BAB 18
KINI aku bisa menoleh ke masa lalu selama enam bulan, penuh
pengalaman praktek yang berat. Aku sudah menangani sapi, kuda, babi,
anjing dan kucing, selama tujuh hari dalam seminggu; pagi hari, petang,
malam dan selama jam-jam orang sedang tidur. Aku sudah menolong sapi
beranak dan anak babi lahir sampai tanganku sakit dan kulitnya
terkupas. Aku pernah disepak sampai jatuh, diinjak-injak binatang dan
disiram banyak dengan kotoran binatang apa pun juga. Aku sudah
melihat penampang silang tentang penyakit-penyakit binatang. Namun
suatu suara halus mulai mengorek-ngorek dalam otak kecilku; suara itu
mengatakan bahwa aku tak tahu, tak tahu apa-apa.
Hal itu memang aneh, sebab praktek yang enam bulan itu telah
kujalankan berdasarkan lima tahun teori, suatu asimilasi dari beribu-
ribu kenyataan yang lambat dan sulit dan suatu pengumpulan bagian-
bagian dari pengetahuan seperti seekor tupai yang membawa buah
pinangnya. Mulai dengan mempelajari tumbuh-tumbuhan dan bentuk
kehidupan yang paling rendah, meningkat sampai ke pembedahan dalam
laboratorium anatomi dan ilmu faal serta bidang bahan pengobatan yang
amat luas dan tidak berjiwa itu. Kemudian patologi yang menurunkan
tirai kebodohanku dan untuk pertama kali memperlihatkan padaku
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
rahasia-rahasia yang dalam." Lalu parasitologi, dunia lain lagi yang amat
banyak penghuninya tentang cacing-cacing, serangga-serangga dan
kuman-kuman kudis. Akhirnya obat-obat dan pembedahan, yang
merupakan kristalisasi dari apa-apa yang kupelajari dan penggunaannya
pada kesulitan-kesulitan pada binatang-binatang sehari-hari.
Dan banyak lagi yang lain, seperti ilmu alam, ilmu kimia, ilmu kesehatan,
ilmu-ilmu itu rasanya tak ada kurangnya. Jadi mengapa aku harus merasa
bahwa aku tak tahu apa-apa? Mengapa aku mulai merasa sebagai
seorang ahli binatang yang melihat melalui teropong bintang ke suatu
kumpulan binatang-binatang yang tak dikenal? Perasaan bahwa aku
hanya meraba-raba saja pada tepi angkasa yang tak terbatas ini, sangat
menyedihkan. Hal itu lucu, karena semua orang lain kelihatan tahu
segala-galanya tentang binatang-binatang sakit. Anak muda yang
memegang ekor sapi, tetangga dari peternakan di sebelah, orang-orang
laki di rumah-rumah minuman, petugas-petugas di kebun, mereka semua
tahu dan selalu mau memberikan nasihatnya serta yakin akan
kebenarannya.
Kucoba memikirkan masa lalu hidupku. Pernahkah ada waktu di mana aku
merasa kepercayaan yang seagung ini dalam pengetahuanku. Kemudian
aku teringat.
Aku kembali berada di Skotlandia. Aku berumur tujuh belas dan aku
sedang berjalan di bawah langit-langit dari Sekolah Tinggi Ilmu
Kedokteran Hewan ke Jalan Montrose. Aku baru tiga hari menjadi
mahasiswa tapi baru petang inilah aku merasa kepanasan. Mengais-
mengais dengan ilmu tumbuh-tumbuhan dan ilmu hewan tidak apa-apa,
tapi petang ini terjadilah yang amat menyenangkan; aku mendapat
kuliahku yang pertama dalam pemeliharaan binatang.
Mata pelajarannya adalah tentang kuda. Profesor Grant telah
menggantungkan sebuah gambar kuda sebesar kuda hidup dan
membicarakannya mulai dari hidung sampai ke ekor, sambil menunjukkan
pundak kuda itu, sendi lutut belakangnya, tumit kaki belakangnya dan
kepalanya dan semua istilah-istilah tentang kuda yang banyak jumlahnya
itu. Dan profesor itu pandai, untuk menjadikan kuliahnya lebih menarik
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
dia sering menunjukkan hal-hal yang praktis seperti. 'Di sinilah kita
memasang tali kekang,' atau 'Di sinilah tempat memasang pakaian kuda.'
Dia berbicara pula tentang jenis-jenis kuda dan tulang iga, tentang
suban dan alat mengeluarkannya.
Kata-kata itu masih berputar-putar di kepalaku waktu aku berjalan
perlahan-lahan di sepanjang jalan yang melandai itu. Untuk inilah aku
datang. Aku merasa seolah-olah aku sudah menjalani suatu perpeloncoan
dan menjadi seorang anggota dari suatu klub khas yang istimewa. Aku
benar-benar tahu tentang kuda. Dan aku sedang memakai mantel kulit
untuk menunggang kuda yang benar-benar baru dengan segala macam
embel-embel dan gesper yang menampar-nampar kakiku waktu aku
menikung di sudut dari bukit ke jalan Newton yang ramai.
Aku hampir tak percaya betapa beruntungnya aku ketika kulihat kuda
itu. Kuda itu berdiri di luar perpustakaan di bawah Salib Queen seperti
suatu peninggalan dari abad yang lalu. Dia menunduk saja dengan murung
di antara kedua kuk sebuah gerobak pembawa batu bara; gerobak itu
berdiri sebagai sebuah pulau di tengah suatu arus mobil-mobil dan bis-
bis yang melingkar-lingkar. Orang-orang yang berjalan kaki lewat
dengan bergegas, tanpa peduli, namun aku punya perasaan bahwa nasib
baik sedang tersenyum padaku.
Seekor kuda. Bukan hanya gambarnya, melainkan benar-benar kuda
sungguhan. Kata-kata peninggalan dari kuliah-kuliah muncul dalam
pikiranku tentang tumitnya, tulang peluru, jambul dan semua ciri-ciri itu
- bagian putih di kepalanya, noda putih dekat bokongnya. Aku berdiri di
trotoar jalan dan memeriksa binatang itu dengan teliti.
Pikirku, tentulah istimewa bagi semua orang-orang yang lewat, bahwa di
sini ada seorang yang benar-benar ahli. Bukan hanya seorang penonton
yang ingin tahu, tapi seorang laki-laki yang tahu dan mengerti semuanya.
Aku merasa seakan-akan terbungkus dalam sinar suci yang jelas tentang
perku-daan.
Aku berjalan hilir-mudik beberapa langkah, tanganku dalam di dalam
saku mantelku untuk naik kuda yang baru itu, sedang mataku melihat
mencari-cari kalau-kalau ada kesalahan dalam memasang sepatu atau
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
luka di dagu atau penyakit kuda lainnya. Demikian telitinya aku
memeriksa hingga aku berputar ke sisi kuda di sebelah lain dan berdiri
di tempat yang berbahaya di antara lalu lintas yang melaju.
Aku menoleh ke belakang melihat orang-orang yang lewat bergegas.
Kelihatannya tak seorang pun yang peduli, bahkan kudanya pun tidak. Dia
kuda yang besar, sekurang-kurangnya tujuh belas telapak tangan, dan
dia memandang tak peduli ke jalan sambil mengistirahatkan kaki
belakangnya, berganti-ganti dengan cara yang membayangkan rasa
bosan. Aku sebenarnya tak suka meninggalkannya tapi aku sudah
menyelesaikan pemeriksaanku dan sudah waktuku untuk pergi. Tapi aku
merasa bahwa aku harus memberi tahu sebelum aku pergi; sesuatu yang
harus kusampaikan pada kuda itu, bahwa aku mengerti masalah-
masalahnya dan bahwa kami senasib. Dengan penuh keyakinan aku
melangkah maju dan menepuk-nepuk tengkuknya.
Secepat ular yang menyerang, kuda itu menyerang ke bawah dan
mencengkeram pundakku dengan giginya yang besar dan kuat. Telinganya
ditempelkannya ke belakang, memutar-mutarkan matanya dengan jahat
lalu mengangkatku, hingga kakiku hampir terangkat. Aku tergantung
saja tak berdaya, seperti boneka yang tergantung miring. Aku
menggeliat dan menyepak-nyepak tapi gigi-giginya tertanam tak
bergerak dalam bahan mantelku.
Kini tak dapat diragukan lagi perhatian dari orang-orang yang lewat.
Pemandangan yang luar biasa dari seorang laki-laki yang tergantung dari
mulut seekor kuda, tiba-tiba menyebabkan mereka terhenti dan
terjadilah suatu kumpulan yang terdiri dari orang banyak yang melihat
dari balik pundak orang-orang yang berdiri di depannya sedang yang lain
berebut-rebutan di belakang lagi untuk melihat apa yang terjadi.
Seorang wanita tua yang ketakutan berteriak, "A-duh kasihan anak yang
malang! Tolong dia!" Beberapa orang yang berani mencoba menarikku
tapi kuda itu bertahan dengan jahatnya dan tetap menggigit kuat-kuat.
Dari segala pihak yang memberikan bermacam-macam petunjuk. Kulihat
dua orang gadis menarik di barisan terdepan, tak dapat menahan dirinya
tertawa cekikikan.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Dikejutkan oleh keadaanku yang memalukan itu, aku mulai memukul-
mukul ke kiri kanan sem-barangan; leher kemejaku mencekik leherku;
suatu arus ludah kuda berleleran di bagian depan mantelku. Kurasa
diriku tercekik dan aku sudah putus asa ketika seorang laki-laki
mendesak masuk melalui orang-orang banyak itu.
Orangnya kecil sekali. Matanya yang marah mendelik di wajahnya yang
hitam oleh debu arang. Dua buah karung kosong tergantung pada
sebelah tangannya.
"Ada apa ini?" teriaknya. Terdengar selusin jawaban kacau balau di
udara.
"Mengapa kauusik kuda itu?" pekiknya di mukaku. Aku tak menyahut,
karena mataku rasanya sudah tersembul, setengah tercekik dan tak ada
niatku untuk bercakap-cakap.
Tukang arang itu mengalihkan amarahnya pada kuda. "Lepaskan dia,
binatang haram sialan! Ayo, lepaskan, lepaskan dia!"
Karena tidak mendapat tanggapan ditusuknya perut binatang itu dengan
kasar dengan ibu jarinya. Kuda itu segera menanggapi isarat itu dan
melepaskan aku seperti seekor anjing yang patuh melepaskan sepotong
tulang. Aku jatuh berlutut dan termangu-mangu di selokan sebentar
sampai aku bisa bernafas lebih longgar. Sedang dari jarak jauh aku
masih mendengar orang laki-laki kecil itu berteriak-teriak padaku.
Beberapa lamanya kemudian aku bangkit. Tukang arang itu masih
berteriak-teriak dan kumpulan orang banyak itu masih mendengarkan
dengan bersungguh-sungguh. "Kausangka apa yang kau-permainkan -
jangan kausentuh kudaku - kupanggil polisi untuk menangkapmu."
Aku melihat mantelku yang baru. Bahunya yang bekas gigitan tinggal
merupakan tumpukan basah. Aku merasa bahwa aku harus melarikan diri
dan mulai mencari jalan melalui kumpulan orang banyak. Tampak
beberapa orang yang mukanya menunjukkan kekuatiran tapi kebanyakan
tertawa. Segera setelah aku terlepas dari kumpulan orang banyak, aku
segera mulai berjalan cepat-cepat dan waktu aku membelok di tikungan
pekikan tukang arang itu yang terakhir masih kudengar samar-samar.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Jangan coba-coba mau campur tangan dalam pekerjaan yang kau tak
tahu!"
BAB 19
AKU melihat-lihat surat yang datang dengan malas-malasan. Seperti
biasa yang ada hanya tumpukan surat-surat penagihan, surat-surat
edaran, iklan-iklan berwarna cerah mengenai obat-obat baru; setelah
beberapa bulan selalu menerima yang sama saja, aku menjadi tidak
tertarik dan aku boleh dikatakan tidak memerlukan untuk membacanya.
Aku sudah hampir sampai pada dasar tumpukan itu ketika aku
menemukan sesuatu yang lain; sebuah amplop yang tampak mahal dan
yang kertasnya bertepi bergerigi, dialamatkan padaku pribadi. Aku
merobeknya dan kukeluarkan sebuah kartu berwarna air mas yang
kubaca sepintas cepat-cepat. Kurasa mukaku menjadi merah waktu
kumasukkan kartu itu ke dalam saku dalamku.
Siegfried baru selesai memberi tanda-tanda pada daftar kunjungan
yang sudah dilakukannya dan mengangkat mukanya. "Mengapa kau
memandang seperti orang bersalah saja, James? Apakah kau teringat
masa lampaumu? Ada apa sih - apa itu surat dari ibu yang ngamuk?"
"Nih," kataku malu, sambil mengeluarkan kartu tadi dan memberikannya
padanya, "tertawalah puas-puas. Kurasa kau pun nanti akan tahu juga."
Muka Siegfried tidak membayangkan perasaan apa-apa waktu dia
membaca kartu itu nyaring-nyaring. 'Tricky dengan senang hati
mengundang Paman Herriot untuk hadir pada hari Jum'at tanggal lima
Pebruari. Minum-minum dan dansa.' Dia mengangkat mukanya dan
berkata dengan serius. "Bukan main senangnya. Kau tahu, itu tentu satu
di antara anjing-anjing Pekingese di Inggris. Rupanya dia merasa tak
puas hanya mengirimi kau ikan salai, tomat dan rantang saja - dia
rupanya merasa perlu mengundangmu ke rumahnya untuk suatu pesta."
Kurebut kartu itu dan kuselipkan ke tempat yang tak kelihatan.
"Baiklah, baiklah, aku tahu. Tapi lalu aku harus berbuat apa?"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Berbuat apa? Yang harus kaulakukan tidak lain, langsung duduk dan
menulis sepucuk surat mengucapkan terima kasih banyak, dan bahwa kau
akan berada di sana pada tanggal lima Pebruari. Pesta-pesta Mrs.
Pumphrey itu terkenal sekali. Bergunung-gunung makanan yang sedap-
sedap dan sampanye yang mengalir terus. Bagaimanapun juga, jangan
sampai kau tak hadir."
"Akan banyakkah orang di sana?" tanyaku sambil menggeser-geserkan
kakiku.
Siegfried menamparkan telapak tangannya ke dahinya. "Tentu saja akan
banyak orang. Apa sangkamu? Apa kausangka hanya kau dan Tricki saja
yang akan ada? Apakah kau akan minum bir beberapa gelas lalu kau akan
dansa irama foxtrot yang lambat dengan dia? Orang-orang terkemuka
dari daerah akan hadir di sana dengan penuh kebesaran, tapi kurasa
tidak akan ada tamu yang lebih terhormat daripada Paman Herriot.
Mengapa? Karena yang lain itu diundang oleh Mrs. Pumphrey, tapi kau
diundang oleh Tricki."
"Oke, Oke," erangku. "Aku akan menyendiri dan aku tidak punya pakaian
malam yang pantas. Aku......"
Siegfried bangkit lalu meletakkan tangannya di pundakku. "Saudaraku,
tak usah bingung. Duduklah dan terimalah undangan itu dengan baik lalu
pergilah ke Brawton dan sewalah pakaian untuk malam. Kau tidak akan
lama perlu menyendiri - gadis-gadis remaja yang baru pertama kali
menghadiri pesta, akan berebut-rebutan minta dansa dengan kau."
Akhirnya ditepuknya lagi pundakku, sebelum dia berjalan ke pintu.
Sebelum pergi dia berpaling lagi dan air mukanya serius. "Dan ingatlah
demi keselamatanmu, jangan tujukan suratmu pada Mrs. Pumphrey.
Alamatkanlah pada si Tricky sendiri, kalau tidak kau akan gagal."
Perasaanku bercampur baur dalam diriku waktu aku memperkenalkan
diriku di rumah keluarga Pumphrey pada malam tanggal lima Pebruari.
Seorang pelayan mempersilakan aku masuk ke ruang depan dan aku bisa
melihat Mrs. Pumphrey sedang menyambut tamunya di pintu masuk ke
ruang dansa dan lebih jauh di dalam, berdirilah sekelompok orang-orang
yang berpakaian bagus-bagus memegang minuman. Terdengar dengung
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
suara bercakap-cakap antara orang baik-baik, suatu suasana umum
orang berpunya. Kuluruskan dasi pada pakaian sewaanku, menarik nafas
panjang dan menunggu.
Mrs. Pumphrey sedang tersenyum manis waktu dia bersalaman dengan
suami-isteri yang ada di depanku tapi waktu dia melihatku, wajahnya
jadi berseri-seri. "Oh Mr. Herriot, Anda baik sekali mau datang. Bukan
main senangnya Tricky menerima surat Anda - sebenarnya kita harus
langsung masuk dan melihatnya." Dia mendahuluiku berjalan
menyeberangi ruang depan.
"Dia ada di kamar-pagi," bisiknya. "Di antara kita saja, baginya pesta-
pesta ini membosankan, tapi dia akan benar-benar marah kalau saya
tidak membawa Anda masuk sebentar."
Tricky sedang berbaring melengkung di sebuah kursi di samping api yang
menyala besar. Ketika dilihatnya aku, dia melompat ke atas sandaran
kursi dan menyalak kesenangan, mulutnya yang besar dan tertawa itu,
seperti membelah dua mukanya. Aku mencoba mengelakkan usahanya
untuk menjilat mukaku, pada saat itulah terpandang olehku dua buah
baskom makanan yang besar-besar di atas permadani. Yang sebuah
berisi kira-kira satu pon ayam cincang, sedang yang lain seonggok kue
yang sudah dihancurkan.
"Mrs. Pumphrey!" kataku keras, sambil menunjuk baskom-baskom itu.
Wanita malang itu menutupkan tangannya ke mulutnya dan mundur
menjauhiku.
"Aduh, ampunilah saya," mohonnya, mukanya penuh rasa menyesal. "Itu
hanya merupakan jaminan khusus karena malam ini dia harus tinggal
sendiri. Dan udara dingin pula." Dia memperkatup-kan kedua belah
tangannya dan memandangku dengan kerendahan hati.
"Akan saya maafkan Anda," kataku tegas, "kalau Anda mau mengambil
setengah dari ayam itu dan semua kuenya."
Dengan gugup seperti seorang gadis kecil yang tertangkap basah telah
berbuat kenakalan, dia menjalankan perintah saya.
Dengan perasaan menyesal aku berpisah dari anjing Peke yang kecil itu.
Hari itu aku sibuk sekali dan aku mengantuk karena berjam-jam berada
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
dalam udara dingin yang menggigilkan. Kamar dengan apinya dan cahaya
lampu yang lembut, kelihatan lebih menyenangkan daripada kemilau di
ruang dansa yang ribut, dan aku sebenarnya akan lebih suka melengkung
di sini dengan Tricky di lutut saya selama sejam dua jam.
Mrs. Pumphrey menjadi tegas. "Sekarang Anda harus ikut dan
berkenalan dengan beberapa teman-teman saya." Kami masuk ke ruang
dansa di mana lampu-lampu menyorot terang dari tiga buah lampu
gantung dari kristal dan yang cahayanya dipantulkan oleh dinding-
dinding yang berwarna krem dan keemasan serta berkaca banyak,
hingga menyilaukan mata. Kami berjalan dari kelompok ke kelompok
sedang Mrs. Pumphrey memperkenal-kanku dan aku merasa mual karena
malu, karena aku dilukiskan sebagai 'paman si Tricky yang baik hati'.
Tapi entah karena mereka adalah orang-orang yang punya daya
penguasaan diri yang luar biasa, atau karena mereka sudah biasa olok-
olok busuk nyonya rumah itu, karena penjelasan itu diterima dengan
benar-benar serius.
Di sepanjang salah satu dinding sebuah kumpulan musik terdiri dari lima
alat, sedang mencocokkan nada; pelayan-pelayan berjas putih bergegas
di antara tamu-tamu dengan baki-baki berisi makanan dan minuman.
Mrs. Pumphrey menyuruh berhenti salah seorang pelayan. "Francois,
sedikit sampanye untuk bapak ini."
"Ya, Nyonya." Pelayan itu menyodorkan bakinya.
"Tidak, tidak, tidak bukan yang itu. Salah satu gelas yang besar."
Francois bergegas pergi dan kembali lagi membawa sesuatu sebesar
piring sup yang bergagang. Wadah itu penuh sampanye sampai ke
tepinya.
"Francois." "Ya, Nyonya."
"Ini Mr. Herriot. Kau harus memperhatikannya baik-baik."
Pelayan itu memandangku dengan sepasang mata sedih seperti mata
anjing dan seperti akan menelanku beberapa saat lamanya.
"Kau harus mengurus beliau. Jaga supaya gelasnya penuh selalu dan
supaya beliau dapat makanan banyak."
"Baik, Nyonya." Dia membungkuk lalu pergi.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Aku membenamkan mukaku dalam sampanye yang sedingin es itu dan
ketika aku mendongak, di hadapanku ada Francois yang menyodorkan
sebaki sandwich dengan ikan salem yang masih berasap.
Demikianlah keadaannya sepanjang malam. Francois seolah-olah selalu
ada dekatku, mengisi gelas yang amat besar itu atau menyodorkan
makanan kecil. Aku merasa senang; makanan kecil yang asin itu
menimbulkan rasa haus yang kuhilangkan dengan meneguk sampanye itu
dalam-dalam lalu aku makan makanan asin itu lagi yang membuatku haus
lagi dan Francois tak ayal muncul dengan botol besarnya.
Baru itulah aku mendapatkan kesempatan minum sampanye dengan gelas
besar dan itu merupakan pengalaman yang menguntungkan. Tak lama aku
sudah merasakan diriku enak dan ringan dan daya tanggapku meningkat.
Aku tidak lagi terlalu ketakutan dalam dunia yang baru ini dan mulai
menikmatinya. Aku dansa dengan siapa saja yang kelihatan - gadis-gadis
remaja cantik yang ramping-ramping, janda-janda bangsawan berumur
dan dua kali dengan Mrs. Pumphrey yang cekikikan.
Atau aku hanya bercakap-cakap. Dan percakapannya bersemangat;
berulang kali aku terkejut oleh kilatan cahaya dari diriku. Sekali aku
menangkap bayangan diriku di kaca - seorang tokoh terkemuka dengan
gelas di tangan, pakaian sewaanku tergantung pada tubuhku dengan
anggun. Nafasku jadi tertahan.
Sambil makan minum, bercakap-cakap, menari, berlalulah malam itu.
Ketika sudah tiba waktunya untuk pulang dan aku sudah memakai
mantelku dan sedang bersalaman dengan Mrs. Pumphrey di ruang depan,
muncullah Francois lagi dengan semangkuk sup panas. Dia kelihatannya
kuatir ka-lau-kalau aku pingsan dalam perjalanan pulang.
Setelah makan sup, Mrs. Pumphrey berkata, "Nah, sekarang Anda harus
ikut dan mengucapkan selamat tidur pada Tricky. Dia tidak akan pernah
memaafkan kalau Anda tidak berbuat demikian." Kami pergi ke kamar
itu dan anjing kecil itu menguap dari kursi yang besar serta
menggoyang-goyang ekornya. Mrs. Pumphrey meletakkan tangannya di
lengan bajuku. "Kebetulan Anda ada di sini, maukah kiranya Anda
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
berbaik hati untuk memeriksakan kuku-kukunya. Saya kuatir sekali
kalau-ka-lau terlalu panjang."
Kuangkat kakinya satu demi satu dan kuperhatikan baik-baik kuku-
kukunya seperti Tricky menjilat tanganku dengan malas. "Tidak, Anda
tak perlu kuatir, kuku-kukunya beres semua."
"Terima kasih banyak, saya merasa amat berterima kasih pada Anda.
Sekarang Anda harus mencuci tangan Anda."
Dalam kamar mandi yang sudah kukenal dengan bak air berwarna hijau
laut dan ikan-ikan yang berkilat berlapis pada dinding-dinding dan meja
hias serta botol-botol di atas rak kaca, aku melihat berkeliling
sementara air yang berasap mengalir dari kran. Dekat bak air pada
handukku sendiri dan potongan sabun baru seperti biasa - sabun yang
berbusa seketika dan mengeluarkan bau harum yang mahal. Itu
merupakan sentuhan obat gosok yang terakhir pada malam yang amat
menyenangkan itu. Itu merupakan jam-jam penuh kemewahan dan
kebenderangan dan aku membawa kenangan itu pulang ke Rumah
Skeldale.
Aku masuk ke tempat tidur, kumatikan lampu dan terbaring
menelentang memandangi kegelapan. Nada-nada musik masih terngiang-
ngiang di telingaku dan aku baru akan terbawa arus ke ruang dansa
kembali, ketika telepon berdering.
"Di sini Atkinson di Beck Cottage," terdengar suara dari jauh. "Babi
betina saya tak bisa beranak. Sudah sepanjang malam ini dia kesakitan.
Bisakah Anda datang?"
Aku melihat jam sambil meletakkan penerima telepon. Waktu itu pukul
dua subuh. Aku merasa lumpuh. Suatu pesalinan tepat setelah sampanye
dan ikan salem yang masih berasap dan biskuit kecil-kecil dengan
bertumpuk-tumpuk telur ikan ka-viar itu. Apalagi di Beck Cottage, satu
di antara tanah-tanah perkebunan yang paling primitif di daerah itu. Itu
tak adil.
Dengan mengantuk, aku membuka piyamaku dan mengenakan kemejaku.
Waktu aku menjangkau pakaian dari bahan cordoray yang kaku dan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
sudah tua yang selalu kupakai untuk bekerja, aku mencoba untuk tidak
melihat pakaian sewaan yang tergantung di sudut lemari pakaian.
Aku berjalan meraba-raba di kebun yang panjang ke garasi. Dalam
halaman yang gelap itu, aku menutup mataku dan bersinarlah lagi lampu-
lampu gantung yang besar, kaca berkilau dan musik bermain.
Beck Cottage hanya berjarak dua mil. Tempat itu terletak dalam sebuah
lekuk dan dalam musim salju tempat itu merupakan lautan lumpur.
Kutinggalkan mobilku dan berjalan dengan bersusah payah dalam gelap
ke pintu rumah. Waktu aku menge-tuk tak ada yang membukakan pintu
dan aku berjalan menyeberang ke kumpulan gedung-gedung di
seberangnya dan membuka pintu yang setengah terbuka masuk ke
kandang sapi. Bau sapi yang hangat dan enak menyambutku waktu aku
memandang ke cahaya lampu dan di ujungnya tampaklah samar-samar
sesosok tubuh yang sedang berdiri.
Aku masuk melalui sapi-sapi yang berdiri berderet-deret bersisi-sisian
dengan dipisahkan oleh pemisah-pemisah dari kayu yang sudah patah-
patah, melalui tumpukan-tumpukan kotoran sapi yang bertumpuk di
belakangnya. Mr. Atkinson rupanya berpendirian bahwa dia tak perlu
terlalu sering membuang kotoran itu.
Dengan tersandung-sandung pada lantai yang sudah rusak, dan melalui
bencah-bencah air kencing, sampailah aku ke ujung di mana sudah
disiapkan tempat khusus dengan cara membatasi suatu sudut dengan
sebuah pintu pagar. Samar-samar sekali aku melihat sesosok tubuh babi,
pucat dalam kesuraman lampu, terbaring miring. Tempatnya berbaring
adalah selapis tipis rumput kering dan dia berbaring diam sekali, kecuali
rusuknya yang gemetar. Waktu kuperhatikan, babi itu menahan nafasnya
dan menegang beberapa detik lamanya lalu ketegangan itu berulang lagi.
Mr. Atkinson menyambutku tanpa antusias. Orangnya setengah umur,
berjanggut yang sudah seminggu tak dicukur dan memakai topi tua yang
tepinya melekuk ke bawah menutup telinganya. Dia berdiri membungkuk
bersandar pada dinding, sebelah tangannya terbenam dalam di saku
yang compang-camping sedang yang sebelah memegang sebuah lampu
sepeda yang baterenya cepat habis.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Hanya inikah lampu yang ada?" tanyaku.
"Hanya ini," sahut Mr. Atkinson, seperti keheranan. Dia memandang dari
lampu ke diriku dengan air muka seolah berkata 'mau apa lagi dia?'
"Marilah kita coba." Kuarahkan cahaya yang lemah itu ke pasienku.
"Masih muda benar babi ini,
ya?"
"Memang. Ini anaknya yang pertama." Babi itu menegang lagi, menggigil
lalu berbaring diam.
"Kurasa ada yang tak beres," kataku. "Tolong bawakan seember air
panas, sabun sedikit dan sebuah handuk."
"Kami tak punya air panas. Apinya mati."
"Baiklah. Bawakan saja apa yang ada."
Peternak itu menjauh dengan alas kakinya yang berderak-derak keluar
dari kandang sapi itu membawa serta lampunya, dan dalam gelap itu
kembalilah musik terdengar. Lagunya adalah lagu waltz Strauss dan aku
dansa dengan Lady Franswick; dia muda dan putih sekali dan dia tertawa
waktu aku membawanya berputar. Aku bisa melihat pundaknya yang
putih dan berlian yang berkilauan di lehernya serta kaca di dinding yang
ikut berputar.
Mr. Atkinson kembali dengan langkah berat dan mengempaskan seember
air ke lantai. Kucelupkan jariku ke air itu, dingin seperti es. Sedang
embernya sudah tua sekali - aku akan harus berhati-hati dengan
tanganku karena tepinya sudah bergerigi.
Setelah membuka jas dan kemejaku cepat-cepat, aku menghirup
nafasku waktu kurasa angin jahat menghantam punggungku melalui suatu
celah.
"Minta sabun," kataku melalui gigi yang terkatup.
"Di dalam ember."
Kucelupkan lenganku ke dalam air, aku menggigil, dan aku meraba-raba
dengan tanganku dalam air itu hingga kutemukan suatu benda bulat kira-
kira sebesar bola golf. Kukeluarkan benda itu; sabun itu keras dan kasar
dan berbintik-bintik seperti sebutir kerikil di tepi pantai dan dengan
perasaan optimis, aku mulai menggosok-gosokkannya ke kedua belah
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
tangan dan lenganku, menunggu sampai keluar busanya. Tapi sabun itu
tak mempan, tak ada apa-apa yang keluar dari sabun itu.
Gagasan untuk minta lagi, kubatalkan saja, takut kalau itu akan dianggap
suatu keluhan lagi. Aku hanya meminjam lampu dan menjalani sepanjang
kandang lalu keluar ke halaman, dengan lumpur yang terasa mengisap
sepatu Wellington-ku dan terasa berdiri bulu roma di dadaku. Aku
mencari-cari di tempat barang di mobilku, sambil mendengarkan gigiku
gemeletak; akhirnya aku menemukan sebotol kecil krim pelumas
antiseptis.
Setelah aku kembali di tempat babi tadi, krim itu kulumaskan ke
lenganku, berlutut di belakang babi itu dan perlahan-lahan memasukkan
tanganku ke dalam kemaluannya. Kumasukkan tanganku lebih dalam dan
setelah pergelangan dan kemudian sikuku menghilang dalam tubuh babi
itu, aku ter-paksa berbaring miring. Lantainya dingin dan basah tapi aku
lupa rasa tak enak pada diriku ketika jari-jariku menyentuh sesuatu;
sebuah ekor kecil. Seekor anak babi yang gemuk yang hampir melintang
letaknya, tersembul seperti sebuah sumbat botol.
Dengan menggunakan sebuah jari, kudorong kembali kaki belakangnya
hingga aku bisa menggenggamnya dan menarik anak babi itu keluar.
"Yang inilah yang menjadi penghalang. Kurasa dia mati - karena terlalu
lama terjepit di dalam. Tapi mungkin masih ada beberapa yang hidup di
dalam. Coba kurasa dulu."
Kusemir lenganku dan berlutut lagi. Tepat dalam kandung peranakan,
yang letaknya hampir sepanjang lenganku di dalam, aku menemukan
seekor anak babi lagi dan waktu aku meraba-raba mukanya sederetan
gigi yang kecil-kecil tapi tajam sekali menggigit jariku.
Aku berteriak dan mendongak memandang si empunya babi dari
tempatku berbaring itu. "Yang ini pasti hidup. Akan segera
kukeluarkan."
Tapi anak babi itu punya gagasan lain. Dia tidak memperlihatkan
keinginan untuk meninggalkan surganya yang hangat, dan setiap kali aku
bisa menangkap kaki kecilnya yang licin dengan tanganku, dia menariknya
kembali. Setelah satu atau dua menit mengikuti permainan itu, aku
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
merasa tanganku kejang. Aku melemaskan diri dan berbaring, kepalaku
terletak di batu, lenganku masih di dalam babi. Kututup mataku dan aku
segera berada kembali di ruang dansa, dalam kehangatan dan cahaya
cemerlang. Aku sedang mengulurkan gelasku yang besar dan Francois
menuang dari botol besar; lalu aku dansa, kali ini dekat tempat orkes
dan pemimpinnya yang sedang memukul irama dengan tangan sebelah,
berpaling dan tersenyum padaku; tersenyum dan membungkuk seolah-
olah sudah selama hidupnya dia mencari aku.
Aku membalas senyum tapi muka pemimpin band itu hilang dan yang ada
hanya Mr. Atkinson yang memandangku dengan air muka polos,
rahangnya yang tidak dicukur dan alis matanya yang tebal merupakan
bayangan yang aneh dalam sinar lampu sepeda itu.
Aku bangun dan mengangkat pipiku dari lantai. Tak beres aku ini.
Tertidur sedang dalam pekerjaan, mungkin karena aku terlalu letih atau
pengaruh sampanye masih ada dalam diriku. Aku menjangkau lagi dan
menangkap kaki itu kuat-kuat dengan dua jariku dan meskipun dia
melawan, kali ini anak babi itu berhasil kutarik ke luar ke dalam dunia
ini. Begitu keluar, dia kelihatan menerima baik keadaan di sekitarnya
dan berjalan mengitari induknya mencari susunya.
"Dia sama sekali tak membantu," kataku. "Karena sudah terlalu lama dia
kehabisan tenaga. Aku akan memberinya suntikan."
Sekali lagi aku harus menjalani perjalanan yang rasanya melumpuhkan
karena dinginnya dan melalui lumpur ke mobil, suatu suntikan pituitrin di
paha babi betina itu dan dalam beberapa menit saja bekerjalah obat itu
merupakan kontraksi yang kuat pada peranakan. Tak ada lagi penghalang
sekarang, dan segeralah seekor anak berwarna merah muda yang
menggeliat-geliat tergeletak di rumput kering; kemudian cepat
berturut-turut seekor dan seekor lagi.
"Sekarang semua sudah lepas dari tempatnya berkumpul," kata Mr.
Atkinson hampir bersungut.
Delapan ekor anak babi yang lahir dan cahaya lampu itu sudah hampir
padam, ketika setumpuk gelap ari-ari keluar dari kemaluan babi betina
itu.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Aku menggosok-gosok lenganku yang dingin. "Nah, kurasa sudah keluar
semua sekarang." Tiba-tiba aku merasa dingin sekali; aku tak bisa
mengatakan berapa lama aku sudah berdiri di sana memandangi
keajaiban yang tak pernah basi bagiku; anak-anak babi itu berusaha
untuk berdiri dan tanpa dituntun mencari jalannya sendiri ke dua buah
deretan susunya yang panjang; induknya dengan anak-anaknya yang
pertama meletakkan tubuhnya demikian rupa, hingga bisa membuka
selebar mungkin susunya untuk mulut-mulut yang lapar itu.
Sebaiknya aku berpakaian cepat-cepat. Kucoba-kan lagi sabun yang
seperti batu pualam itu, tapi gagal seperti yang pertama kali tadi. Aku
jadi ter-tanya-tanya sudah berapa lama keluarga itu memakainya.
Seluruh badanku sebelah kanan, pipiku dan rusukku penuh dengan
kotoran dan lendir. Aku berusaha keras untuk membersihkan sedikit
dari kukuku, lalu aku membasuh diriku dengan air dalam ember itu.
"Adakah ada handuk di situ?" kataku terengah.
Tanpa berkata sepatah pun Mr. Atkinson memberikan sebuah karung
kepadaku. Ujung-ujungnya sudah kaku bekas kotoran sapi yang sudah
lama dan baunya tengik bekas makanan yang sudah lama tersimpan di
dalamnya. Aku menerimanya dan mulai menggosok dadaku dan waktu
butir gandum yang sudah masam membedaki kulitku, lenyaplah
gelembung-gelembung sampanye yang terakhir, menguap melalui lubang-
lubang di atas dan lenyap dengan sedih di kegelapan yang jauh.
Kutarik kemejaku melalui punggungku yang berpasir, sambil merasa
kembali ke duniaku sendiri. Kukancingkan jasku, kupungut alat suntikan
dan botol pituitrin dan memanjat keluar dari tempat bersalin itu. Aku
menoleh untuk terakhir kalinya sebelum aku pergi. Lampu sepeda itu
sedang memberikan cahaya yang samar terakhir dan aku harus
menjenguk melalui pintu pagar untuk melihat deretan babi-babi kecil itu
sibuk dan benar-benar asyik menyusu. Induknya mengubah sikapnya
dengan berhati-hati dan mendengkur. Suatu dengkur penuh rasa lega.
Ya aku sudah kembali dan hal itu baik sekali. Aku harus melalui lumpur
mendaki bukit, di mana aku harus keluar dari mobilku untuk membuka
pintu pagar sedang angin dingin yang mengandung bau rumput yang
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
membeku yang enak baunya memukul mukaku. Aku berdiri sebentar
memandang ke seberang padang, sambil berpikir bahwa malam sudah
berlalu kini. Pikiranku melayang lagi ke masa sekolahku dan seorang pria
tua yang waktu itu berbicara pada kami dalam kelas tentang karir.
Katanya, "Kalau kalian memutuskan untuk menjadi seorang ahli bedah
hewan, kalian tidak akan pernah menjadi kaya tapi hidup kalian akan
penuh dengan hal-hal yang menarik dan bervariasi."
Aku tertawa nyaring dalam gelap itu dan waktu aku masuk ke mobilku
aku masih tertawa kecil. Orang tua itu benar-benar tak bergurau.
Variasi. Itulah dia - variasi.
BAB 20
WAKTU aku memeriksa daftar panggilan-pang-gilanku, tampak olehku
bahwa Siegried kali ini, tidak lagi bersikap seperti seorang anak sekolah
waktu dia menghadapi Miss Harbottle. Satu di antaranya, dia tidak
langsung masuk dan berdiri di depan meja tulis; hal itu memang parah
benar, dia selalu kelihatan lesu sebelum dia masuk. Kali ini dia membelok
sebelum menempuh beberapa meter yang terakhir dan berhenti dengan
membelakangi jendela. Dengan cara demikian, Miss Harbottle harus
memalingkan kepalanya sedikit untuk menghadapinya dan kecuali itu
sinar matahari jatuh ke punggungnya.
Dibenamkannya tangannya ke dalam sakunya dan bersandar pada tepi
jendela. Dia memandang dengan tenang sekali, matanya ramah dan
mukanya disinari senyum yang cerah sekali. Miss Harbottle memicingkan
matanya.
"Aku ingin berbicara dengan Anda, Miss Harbottle. Ada satu atau dua
hal yang ingin kubicarakan. Pertama tentang kotak 'Uang Kas Kecil'
Anda itu. Kotak itu bagus dan saya rasa memang tepat Anda
menyimpannya, tapi kurasa Andalah orangnya yang pertama-tama
membenarkan bahwa guna sebuah kotak tempat uang adalah untuk
menyimpan uang kontan." Dia tertawa ringan. "Nah, tadi malam aku
menerima beberapa ekor anjing di tempat pemeriksaanku dan pemilik-
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
pemiliknya ingin membayar kontan. Aku tak punya uang kecil untuk
memberikan uang kembalinya dan pergi mencarinya dalam kotak Anda
itu - tapi kotak itu kosong. Aku terpaksa berkata bahwa aku akan
mengirimkan mereka kwitansi, padahal itu kan bukan cara berusaha yang
baik, Miss Harbottle? Aku malu waktu itu, jadi aku benar-benar minta
supaya Anda mau menyimpan sedikit uang kontan dalam kotak itu."
Mata Miss Harbottle terbelalak tak percaya. "Tapi Mr. Farnon, Anda
sendiri yang mengambil semua isinya untuk pergi ke pesta penutupan
perburuan di......"
Siegfried mengangkat tangannya dan senyumnya jadi aneh sekali.
"Dengar dulu sampai aku selesai. Ada suatu hal yang kecil sekali yang
kuingin agar mendapat perhatian Anda. Hari ini sudah tanggal sepuluh
dalam bulan ini dan perhitungan keuangan masih belum dikeluarkan. Nah,
keadaan begitu itu tentulah amat tak diingini lalu ada pula beberapa hal
yang harus dipertimbangkan di sini."
"Tapi Mr. Farnon.........!"
"Sebentar Miss Harbottle, tunggu sampai kujelaskan ini pada Anda.
Adalah suatu kenyataan yang kita ketahui bahwa peternak-peternak itu
lebih bersedia membayar tagihan kita bila surat tagihannya mereka
terima pada tanggal satu setiap bulan. Dan ada pula satu faktor yang
lebih penting." Senyum manis di wajahnya hilang dan digantikan oleh
pandangan kesungguhan yang menyedihkan. "Pernahkah Anda berhenti
sebentar untuk merenungkan berapa banyak bunga uang yang hilang dari
praktek kita ini, karena semua uang pada mereka itu terbengkalai saja
gara-gara terlambat dikirimkannya surat-surat tagihan itu."
"Mr. Farnon......"
"Aku hampir selesai, Miss Harbottle, tapi percayalah aku sebenarnya
merasa sedih terpaksa berkata begini. Tapi terus terang, aku tak bisa
sampai kehilangan uang dengan cara begini." Diren-tangkannya
tangannya dengan gerak yang menunjukkan kejujuran yang menarik.
"Jadi kalau soal kecil itu Anda beri perhatian, aku yakin keadaan akan
baik."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Tapi maukah Anda, memberi tahu saya bagaimana saya bisa
mengeluarkan surat-surat tagihan kalau Anda tak menuliskan........"
"Sebagai penutup, Miss Harbottle, akan kukatakan ini. Aku selalu
merasa puas dengan kemajuan pekerjaan Anda sejak Anda bekerja sama
dengan kami, dan aku yakin bahwa di waktu-waktu mendatang Anda akan
lebih memperhatikan soal-soal kecil yang baru saja kusematkan."
Senyumnya menjadi senyum nakal dan kepalanya dimiringkan sedikit.
Jari-jari Miss Harbottle yang kuat mencekam erat-erat sebuah
penggaris besar dari kayu arang.
"Efisiensi kerja," katanya dengan mengerutkan matanya. "Itu yang
harus kita jaga - efisiensi."
BAB 21
KULETAKKAN jarum jahitan luka itu ke kaki dan mundur untuk melihat
pekerjaanku yang sudah selesai. "Nah, bagus sekali kelihatannya,
meskipun aku sendiri yang mengatakannya."
Tristan membungkuk di atas anjing yang belum sadar itu dan memeriksa
bekas potongan yang rapi dengan jahitan yang rapi berderet-deret
halus. "Memang benar-benar bagus, Saudaraku. Aku sendiri pun tak bisa
mengerjakannya lebih baik."
Anjing labrador hitam yang besar itu terbaring dengan tenang di atas
meja, lidahnya terjulur ke luar, matanya suram dan tidak menampak
apa-apa.
Dia dibawa ke mari dengan sesuatu yang tumbuh di atas tulang-tulang
rusuknya dan kupastikan bahwa itu adalah sebuah daging tumbuh biasa,
tidak ganas tapi sudah harus dibedah. Dan ternyata memang demikian.
Tumor itu dengan amat mudahnya bisa diangkat, rasanya terlalu mudah,
bentuknya bulat, utuh dan berkilat seperti telur rebus yang sudah
dikupas. Tak ada perdarahan, tak perlu kuatir akan timbul kembali.
Benjolan yang tak sedap dipandang mata itu sudah diganti dengan bekas
luka yang rapi ini dan dalam beberapa minggu akan tak kelihatan lagi.
Aku merasa senang.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Sebaiknya kita biarkan saja di sini sampai dia sadar," kataku. "Bantu
aku mengangkat dan memindahkannya ke atas selimut-selimut ini." Kami
letakkan anjing itu demikian hingga dia berbaring dengan enak di depan
alat pemanas listrik dan aku berangkat untuk menjalankan tugas
kelilingku pagi itu.
Waktu kami sedang makan siang, kami pertama mendengar bunyi yang
aneh itu. Bunyi itu merupakan suatu bunyi antara suara erang dan suara
lolong, yang mulai dengan lembut sekali tapi meningkat sampai
melengking untuk kemudian menggetar kembali perlahan lalu diam.
Siegfried mengangkat mukanya dari supnya dengan terkejut. "Demi
Tuhan, apa itu?"
"Tentu anjing yang kubedah tadi pagi," sahutku. "Memang ada yang
bangun dari keadaan dibius seperti itu. Kurasa dia akan segera
berhenti."
Siegfried memandangku ragu. "Ya, kuharap saja demikian - aku bisa
segera bosan mendengarnya. Seram buluku."
Setelah makan sup kami pergi melihat anjing itu. Denyut nadi kuat,
pernafasan dalam dan teratur, selaput lendir bagus warnanya. Dia masih
terbujur, tak bergerak, dan satu-satunya tanda mulai kembalinya
kesadarannya adalah lolongnya yang lalu tetap berulang seperti suatu
kebiasaan setiap sepuluh detik sekali.
"Ya, keadaannya benar baik," kata Siegfried. "Tapi bukan main ributnya!
Ayolah kita keluar dari sini."
Kami cepat-cepat menghabiskan makan siang kami tanpa berkata apa-
apa karena mendengarkan lolong yang tak henti-hentinya di latar
belakang kami. Baru saja menghabiskan suapannya yang terakhir,
Siegfried sudah berdiri. "Aku harus berlari. Banyak pekerjaanku petang
ini. Tristan, kurasa lebih baik anjing itu dibawa ke ruang duduk dan
diletakkan dekat tungku pemanasan. Lalu kau bisa tinggal dekat dia dan
melihat-lihatnya."
Tristan terpana. "Maksudmu aku harus tinggal sekamar dengan suara
ribut itu sepanjang petang?"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Ya, memang itu maksudku. Kita tak bisa mengirimnya pulang dalam
keadaannya seperti itu dan aku tak mau ada apa-apa dengan dia. Dia
membutuhkan perawatan dan perhatian."
"Mungkin kau ingin aku terus menggenggam kaki atau mungkin
mendorongnya dalam kereta berkeliling pasar?"
"Jangan banyak cingcong. Kau tinggal dengan anjing itu, itu suatu
perintah!"
Tristan dan aku mengangkat binatang yang berat itu di sepanjang lorong
dengan memakai selimut sebagai tandu, kemudian aku pun harus pergi
untuk tugas keliling petang. Aku berhenti sebentar dan menoleh tubuh
hitam yang besar dekat api itu dan Tristan yang duduk melengkung di
kursi dengan jengkel. Suara ribut itu sangat mengganggu. Aku tergesa-
gesa menutup pintu.
Waktu aku kembali hari sudah gelap dan rumah tua itu terasa hitam dan
sepi dalam udara yang membeku dinginnya itu. Sepi, tentulah kecuali
suara lorong yang masih menggema di sepanjang lorong dan menembus
ke jalan yang sepi merupakan suara yang mengerikan.
Aku memandang arlojiku waktu aku membanting pintu mobilku. Hari
pukul enam sore, jadi Tristan sudah empat jam menjalankan tugasnya.
Aku berlari menaiki tangga dan di sepanjang lorong dan ketika kubuka
pintu kamar duduk suara itu rasanya memecahkan kepalaku. Tristan
sedang berdiri membelakangi aku, memandang ke kebun yang gelap
melalui jendela. Tangannya terbenam dalam sakunya; sedang di
telinganya tersembul gulungan-gulungan kapas.
"Nah, bagaimana keadaannya?" tanyaku.
Tak ada jawaban, jadi aku mendekatinya dan menepuk pundaknya.
Akibatnya sungguh menyo-lok. Tristan terlompat ke udara dan berputar
seperti sekerup. Mukanya kelabu dan dia gemetar hebat.
"Tuhan Mahakuasa, Jim, hampir mati aku olehmu. Aku tak bisa
mendengar apa pun juga gara-gara penyumbat telinga ini - kecuali suara
anjing itu tentu. Tak satu pun bisa mencegah suara itu."
Aku berlutut dekat anjing labrador itu dan memeriksanya. Keadaan
anjing itu baik sekali, tapi tak ada tanda-tanda bahwa kesadarannya
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
sudah kembali, kecuali adanya refleks sedikit di matanya. Dan selalu
saja terdengar lolong yang melengking dalam jangka waktu yang teratur.
"Lama benar dia baru sadar," kataku. "Apakah begini terus keadaannya
sepanjang petang?"
"Ya, begitulah. Tak ada perubahan sedikit pun. Dan kau tak perlu merasa
kasihan padanya, setan pelolong itu. Dia keenakan dekat api itu - dia tak
sadar apa-apa. Tapi bagaimana dengan aku? Syarafku rasanya akan
putus harus mendengarkan dia selama berjam-jam ini. Kalau lebih lama
harus begini, kau akan harus memberiku suntikan juga." Dia melicinkan
rambutnya dengan tangan gemetar dan pipinya kelihatan menegang.
Kupegang lengannya. "Nah, tinggalkanlah dia dan makanlah. Kau akan
merasa lebih baik setelah makan." Aku menuntunnya ke kamar makan
tanpa mendapat perlawanan.
Keadaan Siegfried baik sekali sesudah makan. Kelihatannya hatinya
gembira sekali dan dia bercakap-cakap terus-menerus tapi sekali pun
dia tidak menyebut-nyebut soal suara yang melengking dari kamar
sebelah itu. Tapi jelas Tristan masih mendengarnya.
Waktu mereka akan meninggalkan kamar, Siegfried meletakkan
tangannya di pundakku. "Ingat kita harus menghadiri pertemuan di
Brawton nanti malam, Jim. Pak tua Reeves yang akan memberikan
ceramah tentang penyakit-penyakit biri-biri - biasanya ceramahnya
bagus sekali. Sayang kau tak bisa ikut juga, Tristan, aku takut kau akan
terpaksa tinggal dengan anjing itu sampai dia sadar."
Tristan mundur seolah-olah dia telah ditampar. "Aduh, janganlah aku
disiksa dengan binatang setan itu lagi! Aku bisa jadi gila!"
"Aku kuatir tak ada jalan lain. Sebenarnya malam ini James dan aku bisa
menggantikan, tapi kami harus muncul dalam pertemuan itu. Tak enak
kalau kami tak hadir."
Tristan masuk dengan lunglai ke kamar itu dan aku mengenakan
mantelku. Setelah aku keluar di jalan, aku berhenti sebentar dan
memasang telinga. Anjing itu masih melolong.
Pertemuan itu berhasil baik. Pertemuan itu diadakan di salah satu hotel
Brawton yang sejuk, dan sebagaimana biasa yang terpenting adalah
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
pertemuan minum-minum antara para dokter hewan itu sendiri, di bar,
setelah pertemuan selesai. Rasanya kita terhibur sekali mendengar
masalah dan kesalahan-kesalahan orang lain - lebih-lebih kesalahan-
kesalahannya.
Aku senang melihat berkeliling dalam kamar yang penuh itu dan mencoba
menebak apa yang dibicarakan oleh kumpulan-kumpulan kecil orang-
orang itu. Pria yang di sana itu, yang membungkuk sampai tubuhnya
seperti dilipat dan mengacung-acungkan tangannya ke udara - dia pasti
sedang berceri-ta bahwa dia mengebiri seekor anak kuda jantan dalam
keadaan berdiri. Dan yang seorang yang lengannya terentang lurus,
sedang jari-jari sibuk bergerak-gerak tak menentu - hampir pasti
sedang menceritakan tentang pesalinan seekor kuda betina, mungkin
sambil memperbaiki persendian yang terkilir. Dan dia telah melakukan
dengan mudah sekali. Pengobatan hewan itu merupakan suatu hal yang
sederhana seperti permainan anak saja, kalau kita mendengar hal itu
diceritakan dalam bar yang hangat dan setelah kita minum beberapa
gelas.
Pukul sebelas malam, barulah kami semua masuk ke mobil kami dan
menuju ke rumah kami sendiri yang terpencil di Yorkshire - beberapa
orang kota-kota industri besar dari West Riding, beberapa orang lagi ke
tempat-tempat di tepi laut di pantai Timur sedang Siegfried dan aku
bergegas dengan rasa syukur kembali ke jalan sempit yang berbelit-
belit di antara dinding-dinding batunya ke Pennine Utara.
Beberapa jam lamanya aku sama sekali telah melupakan Tristan dan apa
yang harus dijaganya, pikirku dengan rasa bersalah. Namun anjing itu
pasti sudah lebih baik malam ini. Dia pasti sudah lebih tenang sekarang.
Tapi, waktu aku melompat dari mobil di Darrowby, aku terhenti seperti
membeku dalam melangkah karena terdengar suatu suara tangisan
lembut dari Rumah Skeldale. Rasanya tak dapat kupercayai; hari sudah
lewat tengah malam dan anjing itu masih saja bertingkah. Lalu
bagaimana nasib Tristan? Ngeri aku membayangkan bagaimana
keadaannya. Dengan rasa ngeri pula ku-putar gagang pintu kamar duduk.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Kursi Tristan merupakan sebuah pulau kecil di tengah-tengah botol-
botol bir yang kosong. Sebuah peti yang terbalik tersandar di dinding
dan Tristan sedang duduk tegak lurus dan kelihatan khidmat. Aku
berjalan dengan memilih di antara botol-botol kosong itu.
"Bagaimana, mengalami kesulitankah kau, Tris? Bagaimana perasaanmu
sekarang?"
"Bisa lebih buruk, Saudaraku, bisa lebih buruk. Segera setelah kalian
pergi, aku menyelinap pergi ke toko Drover untuk mengambil sepeti
minuman ini. Hal itu mengubah keadaan. Setelah minum tiga atau empat
botol, anjing itu tidak lagi merupakan gangguan bagiku - bahkan terus
terang, selama berjam-jam terakhir ini aku membalas lolongan-nya. Kami
telah menjalani malam yang menarik. Pokoknya, dia sudah akan sadar
sekarang. Lihatlah dia."
Anjing yang besar itu telah mengangkat kepalanya dan matanya sudah
kelihatan mengenal. Lolongnya sudah berhenti. Aku mendatanginya dan
menepuknya dan ekor panjangnya yang hitam menegang agaknya
berusaha akan mengibaskan-nya.
"Itu lebih baik, bujang," kataku. "Tapi sebaiknya kau berkelakuan manis
sekarang. Kau telah menyebabkan pamanmu Tristan menempuh hari yang
buruk, hari ini."
Anjing labrador itu segera memberikan reaksi dengan jalan berusaha
untuk berdiri. Dia mencoba dan terhuyung-huyung beberapa langkah
tapi kemudian jatuh di tengah-tengah botol-botol.
Siegfried muncul di pintu dan memandang tak senang pada Tristan, yang
masih duduk tegak lurus dengan air muka seperti orang yang menunggu
keputusan hakim, lalu dia memandang ke anjing yang sedang mencakar-
cakar di tengah-tengah botol-botol itu. "Berantakannya seperti dalam
neraka di sini! Mengapa kau tak bisa bekerja sedikit tanpa pesta pora
yang menyebabkan berantakan begini!"
Mendengar suaranya, anjing labrador itu berusaha berdiri lagi dan
dengan keyakinan yang lewat batas, dia mencoba berlari mengejarnya,
sambil mengibas-ngibaskan ekornya dengan gemetar. Tapi belum jauh
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
dia berjalan dia jatuh lagi, dan waktu dia jatuh itu sebuah botol kosong
terguling perlahan ke kaki Siegfried.
Siegfried membungkuk dan mengelus kepala yang hitam berkilat.
"Binatang ramah yang baik hati. Kurasa dia anjing yang hebat kalau dia
sedang dalam keadaan biasa. Besok pagi dia akan normal lagi, tapi
masalahnya sekarang adalah, harus kita apa-kan dia sekarang. Kita tak
bisa membiarkan dia terhuyung-huyung sepanjang" malam di sini, bisa-
bisa patah kakinya." Dia menoleh ke Tristan yang sama sekali tak
berubah air mukanya. Duduknya lebih tegak daripada biasa, kaku dan
bergerak seperti seorang perwira Prusia. "Kau tahu, kurasa yang
terbaik adalah kalau kau membawanya ke kamarmu malam ini. Karena
kita sekarang sudah berhasil dengan baik, baiknya kita jaga supaya dia
tak apa-apa lagi. Ya, itulah yang terbaik, dia bisa tidur dengan kau."
"Terima kasih, terima kasih banyak-banyak sekali," kata Tristan dengan
suara datar, sambil terus memandang lurus ke depan.
Siegfried memandang tajam padanya beberapa lamanya, lalu berbalik.
"Baiklah kalau begitu, bereskan semua sampah ini dan mari kita tidur."
Kamar tidurku dan kamar tidur Tristan dihubungkan oleh sebuah pintu.
Kamarku merupakan kamar utama, yang besar, luas, dengan langit-langit
yang tinggi, tungku pemanasan yang bertiang besar dan ada lekuk-lekuk
yang bagus di dinding seperti di lantai bawah. Kalau aku sedang
berbaring di kamar itu aku merasa seperti seorang pangeran.
Kamar Tristan semula adalah sebuah kamar pakaian dan kamar itu
panjang dan sempit dengan tempat tidurnya yang kecil terselip di salah
satu ujungnya seolah-olah mencoba untuk bersembunyi.
Di lantai kayu yang halus berpernis itu tak ada alas, jadi anjing itu
kuletakkan di atas setumpukan selimut-selimut dan bercakap-cakap
membujuk sambil melihat wajah Tristan yang pucat di bantal.
"Dia sudah tenang sekarang - dia tidur seperti bayi dan kelihatannya dia
akan begitu terus. Sekarang kau akan bisa beristirahat sebagaimana
mestinya."
Aku kembali ke kamarku sendiri, cepat-cepat membuka pakaianku dan
masuk ke tempat tidur. Aku segera tidur dan aku tak bisa berkata bila
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
tepatnya suara-suara ribut-ribut di kamar sebelah mulai, tapi aku tiba-
tiba sudah bangun karena mendengar pekik amarah. Kemudian terdengar
suara menggeser dan suatu benturan yang disusul oleh suatu pekik
Tristan yang kebingungan.
Aku mempertimbangkan gagasan untuk pergi ke kamar pakaian itu -
bagaimanapun aku tak bisa berbuat apa-apa - jadi aku lebih meringkuk
dalam selimutku dan mendengarkan. Berulang kali aku terlelap lalu
terbangun lagi, karena terdengar lagi benturan dan pekikan melalui
dinding.
Setelah kira-kira dua jam, suara-suara itu mulai berubah. Rupanya
anjing labrador itu sudah bisa menguasai kakinya dan berbaris hilir
mudik dalam kamar itu, tapak kakinya membuat bunyi yang teratur: tck
- a - tck, tck - a - tck, tck - a - tck di lantai kayu itu. Hal itu
berlangsung terus tanpa berhenti sebentar pun. Sekali-sekali terdengar
suara Tristan yang kini parau memerik. "Hentikan itu, demi Tuhan!
Duduklah, anjing sialan!"
Aku tentunya telah tertidur nyenyak karena ketika aku terbangun,
kamarku sudah kelabu oleh cahaya pagi yang dingin. Aku berguling
menelentang dan mendengarkan. Aku masih mendengar bunyi kakinya
tck - a - tck, tapi bunyi itu menjadi tak teratur lagi seolah-olah anjing
itu sudah berjalan-jalan seenaknya, dan bukannya berjalan sembarang-
an dari satu ujung ke ujung lain dalam kamar itu. Tidak terdengar suara
Tristan.
Aku keluar dari tempat tidur sambil menggigil karena dihantam oleh
udara yang sedingin es. Aku cepat-cepat mengenakan celana dan
kemejaku. Aku berjalan berjingkat-jingkat menyeberangi kamarku lalu
membuka pintu penghubung kamar kami; aku hampir saja jatuh
tertelentang waktu dua buah kaki yang besar-besar tertanam di dadaku.
Anjing labrador itu merasa senang melihat aku dan kelihatan benar-
benar merasa betah. Matanya yang bagus berwarna coklat, berseri
membayangkan kecerdasannya dan kesehatannya dan waktu dia tertawa
lebar dengan terengah-engah, dia memperlihatkan sederetan gigi yang
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
berkilat dan lidah yang merah dadu tak bercacat. Jauh di bawahnya,
ekornya dikibas-kibaskannya dengan bersemangat.
"Nah, kau sudah baik, sobat," kataku. "Coba lihat lukamu." Kulepaskan
kaki yang berbelulang itu dari dadaku dan memeriksa deretan jahitan di
rusuknya. Tak ada yang bengkak, tak ada rasa sakit dan sama sekali tak
ada reaksi buruk apa-apa.
"Bagus!" aku berseru. "Cantik. Kau seperti berganti kulit baru saja." Aku
memberikan tamparan gurauan di pantatnya yang menyebabkan dia
bertambah gembira. Dilompatinya aku, sambil mencakar dan menjilat-
jilatku.
Ketika aku sedang berjuang melepaskan diriku daripadanya, aku
mendengar suatu suara erang dari tempat tidur, Tristan kelihatan pucat
sekali dalam cahaya yang suram itu. Dia sedang berbaring tertelentang
dengan kedua belah tangannya mencengkam selimutnya sedang matanya
liar. "Tak sepi-cing pun aku tidur, Jim," bisiknya. "Sungguh sepi-cing pun
tidak. Memang abangku itu betul-betul punya perasaan humor yang
hebat, menyuruh aku tidur dengan binatang ini. Dia pasti gembira sekali
kalau dia mendengar apa yang telah kualami. Coba perhatikan saja dia
nanti - aku mau bertaruh apa saja dengan kau, dia pasti senang."
Kemudian, waktu Siegfried mendengar tentang penderitaan adiknya
sepanjang malam sampai soal-soal yang sekecil-kecilnya, sambil kami
sarapan, dia menunjukkan rasa kasihannya. Dia menyatakan rasa
kasihannya itu dan minta maaf karena dia telah mendapat kesusahan
dari anjing itu. Tapi Tristan benar juga. Dia memang kelihatan senang.
BAB 22
WAKTU aku masuk ke kamar pemeriksaan, kulihat Siegfried punya
pasien di atas meja. Sambil merenung-renung dia sedang mengusap-usap
kepala seekor anjing terrier dari perbatasan, yang sudah agak tua dan
kelihatannya sedih sekali.
"James," katanya, "kuminta kau membawa anjing kecil ini ke Grier?"
"Grier?"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Dokter hewan di Brawton. Dialah yang dulu mengobati penyakit anjing
ini sebelum pemiliknya pindah ke daerah kita. Sudah beberapa kali aku
melihatnya - batu dalam kandung kemihnya. Dia harus segera dibedah
dan kurasa sebaiknya kusuruh Grier melakukannya. Dia itu setan yang
mudah tersinggung dan aku tak ingin menyinggung perasaannya."
"O ya, aku sudah pernah mendengar tentang dia," kataku.
"Mungkin saja sudah. Seorang Aberdeen yang suka mencari
pertengkaran. Karena dia punya praktek di daerah terkemuka. Dia
mendapatkan agak banyak mahasiswa-mahasiswa dan mereka itu
ditindasnya mati-matian. Kejadian-kejadian seperti itu tentulah
tersiar." Diangkatnya anjing terrier itu dari meja lalu menyerahkannya
padaku. "Makin cepat selesai urusanmu di sana, makin baik. Kau boleh
melihat pembedahannya dan kalau sudah bawa kembali anjing itu ke
mari. Tapi jaga dirimu - jangan kau salah-salah terhadap dia, akan
dikata-katainya kau habis-habisan."
Waktu melihat Angus Grier untuk pertama kali, aku segera teringat
akan wiski. Umurnya kira-kira lima puluh tahun, dan tentu ada sesuatu
yang menyebabkan pipinya yang montok dan berbintik-bintik, mata yang
berair dan pola urat-uratnya yang ungu yang seolah-olah berkejar-
kejaran melalui hidungnya yang besar. Air mukanya selalu seperti orang
tersinggung.
Dia sama sekali tidak berbasa-basi padaku; dia hanya mengangguk dan
menggeram lalu langsung merebut anjing itu dari tanganku. Kemudian
ditusukkannya jarinya kepada seorang orang remaja bertubuh kecil dan
putih yang memakai pakaian dokter yang putih. "Ini Clinton - mahasiswa
tingkat terakhir. Tak pernahkah Anda menyangka bahwa bidang kita ini
akan dimasuki juga oleh orang-orang busuk yang rupanya seperti bunga
halus ini?"
Selama pembedahan berlangsung, dia terus saja mencari-cari kesalahan
anak muda itu, dan dalam usahaku untuk mengalihkan sedikit
pembicaraan, aku bertanya kapan anak muda itu akan kembali kuliah.
"Awal minggu depan," sahutnya.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Ya, tapi dia akan pulang besok," gerutu Grier. "Membuang-buang waktu
saja, padahal dia sebenarnya bisa mendapatkan pengalaman yang baik di
sini."
Merah muka mahasiswa itu. "Ya, tapi saya telah ikut praktek selama
sebulan lebih dan saya rasa saya harus juga berada bersama ibu saya
beberapa hari lamanya sebelum kuliah mulai."
"Oh, aku tahu, aku tahu. Kalian semua sama saja - tak bisa jauh dari
susu ibu."
Pembedahan itu berjalan lancar dan setelah Grier menusukkan jahitan
yang terakhir dia mengangkat kepalanya melihat padaku. "Jangan Anda
bawa anjing itu kembali sebelum dia sadar dari pembiusannya. Aku harus
pergi kunjungan ke pasienku - Anda boleh ikut untuk pelengah waktu."
Dalam mobil kami tidak bercakap-cakap sebagaimana layaknya.
Percakapan hanya merupakan kisah sepihak, yang merupakan rentetan
perlakuan-perlakuan buruk dari para langganan yang jahat dan para
rekan yang merampas pasien. Kisah yang paling kusukai adalah tentang
seorang pensiunan admiral yang telah minta Grier untuk memeriksa
kesehatan kudanya. Grier berkata bahwa binatang mempunyai jantung
yang tak kuat dan tak baik di-tunggang. Hal ini menjadikan admiral itu
ngamuk dan mencari seorang dokter hewan lain untuk memeriksa kuda
itu. Dokter hewan yang kedua itu berkata bahwa jantung binatang itu
tidak apa-apa dan menyatakan bahwa binatang itu sehat.
Admiral itu menulis sepucuk surat pada Grier yang menyatakan apa
pendapatnya tentang Grier dengan menggunakan kata-kata kasar yang
biasa dipakai para kelasi di geladak kapal. Setelah mengeluarkan isi
hatinya itu, admiral itu merasa puas lalu pergi ke luar naik kuda; dalam
perjalanan itu, sedang melangkah panjang, kuda itu jatuh dan langsung
mati, hingga admiral itu jatuh terguling yang mengakibatkan kakinya
patah di beberapa bagian dan panggul yang hancur.
"Aduh," kata Grier dengan amat bersungguh-sungguh. "Aduh, bukan
main senangnya aku."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Kami berhenti di sebuah halaman peternakan yang luar biasa kotornya
dan Grier berpaling padaku. "Aku harus mengerjakan pembersihan
seekor sapi di sini."
"Baiklah," kataku. Aku memperbaiki dudukku dan mengeluarkan pipaku.
Grier yang sudah setengah keluar dari mobilnya, berhenti. "Tidakkah
Anda akan ikut membantuku?"
Aku tidak mengerti orang itu. Yang dinamakan "Pembersihan" sapi,
hanya berarti mengeluarkan ari-ari yang masih ketinggalan, dan itu
merupakan pekerjaan satu orang.
"Bukankah tak ada yang perlu saya kerjakan?" kataku. "Apalagi sepatu
Wellington dan jas saya ada dalam mobilku. Saya tadi tak menyangkal
bahwa kita akan mengadakan kunjungan ke peternakan - aku takut nanti
akan mengganggu saja."
Aku segera tahu bahwa aku telah berkata salah. Pipi jelek yang berkulit
seperti kulit katak itu memerah dan menjadi lebih gelap dan dia
memandangku dengan pandangan jahat sekali sebelum ber-balik; tapi
setelah menempuh setengah perjalanan menyeberangi halaman itu dia
berhenti dan berdiri beberapa saat dan berpikir lalu kembali ke mobil.
"Aku baru ingat. Aku punya sesuatu di sini yang bisa Anda pakai.
Sebaiknya Anda ikut masuk dengan aku - Anda akan bisa memberikan
apa-apa yang kubutuhkan."
Aku sebenarnya sama sekali tidak tertarik, tapi aku keluar dari mobil
dan berjalan ke bagian belakangnya. Grier sedang mengeluarkan sebuah
kotak kayu besar dari tempat barangnya.
"Nah, ini bisa Anda pakai. Ini baju untuk menolong sapi beranak yang
kudapat belum lama ini. Aku tak sering memakainya karena kurasa
terlalu berat, tapi itu akan menjaga agar Anda tetap bersih."
Aku menjenguk ke dalam kotak itu dan melihat seperangkat pakaian dari
karet yang tebal, hitam dan berkilat. Kuangkat jasnya; jas itu penuh
dengan ritsleting dan kancing-kancing ketup dan beratnya seperti timah
hitam. Celananya bahkan lebih berat, dengan banyak jepit-jepitnya dan
rits. Keseluruhannya merupakan ciptaan yang sangat menonjol, jelas
bahwa itu direncanakan oleh seseorang yang belum pernah melihat
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
orang menolong sapi beranak dan keburukan pakaian itu ialah, bila orang
memakainya, orang akan benar-benar tak bisa bergerak.
Kuperhatikan wajah Grier sebentar, tapi mata yang berair itu polos
saja. Aku mulai menanggalkan jasku - memang gila-gilaan, tapi aku tak
mau menyinggung orang itu.
Dan terus terang, Grier kelihatannya ingin benar agar aku mengenakan
pakaian itu karena dia memegangnya untuk membantuku. Memang harus
berdua mengenakannya. Mula-mula celana yang berkilat itu yang
dikenakan dan dipasang ritsnya di depan dan di belakang, lalu giliran
jasnya, suatu hasil karya yang hebat, ketat benar di pinggang dan
berlengan pendek yang kira-kira enam inch panjangnya dengan elastik
yang kuat mencengkam lengan atasku.
Sebelum aku bisa mengenakannya, aku harus menggulung lengan
kemejaku sampai ke bahu, kemudian Grier dengan segala susah payah
memasangkannya. Kudengar rits dipasangnya, rits yang terakhir
terdapat di belakang tengkukku, menutup leher baju yang tinggi dan
kaku, hingga sikap kepalaku harus mendongak saja seperti orang
memohon dan daguku terangkat menunjuk langit.
Rupanya Grier bekerja dengan sepenuh hatinya, dan sebagai tindakan
terakhir dikeluarkannya sebuah tutup kepala hitam dari karet. Aku
mundur melihat benda itu dan mulai mengeluarkan protes sepanjang
yang dimungkinkan oleh leher bajuku, tapi Grier bersikeras. "Berdiri
diamlah sebentar saja. Baiknya kita selesaikan sekali pekerjaan ini."
Setelah dia selesai dia mundur dan memandang dengan kagum. Rupaku
tentu lucu sekali, terbungkus dalam pakaian hitam berkilat dari kepala
sampai ke kaki, lenganku telanjang sampai ke pundak dan menonjol di
tempat-tempat yang tepat. Kelihatannya Grier puas. "Nah, marilah
sudah waktunya kita mulai bekerja." Dia berbalik dan bergegas ke arah
kandang sapi; aku berjalan dengan bersu-sah payah menyusulnya seperti
manusia mesin.
Kedatangan kami di kandang sapi menimbulkan keributan. Yang hadir di
sana adalah pemilik peternakan itu, dua orang petugas dan seorang gadis
kecil. Orang-orang laki-laki yang semua akan memberi sambutan riang,
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
terdiam terkejut waktu tokoh yang mengerikan masuk perlahan-lahan.
Gadis kecil itu memekik menangis lalu lari ke luar.
'Pembersihan' merupakan suatu pekerjaan yang kotor dan berbau bagi
yang bekerja dan membosankan bagi yang menonton yang mungkin harus
berdiri saja selama dua puluh menit tanpa bisa melihat apa-apa. Tapi
kali ini yang menonton tidak merasa bosan. Grier sedang mengerjakan isi
perut sapi itu sambil bergumam tentang cuaca, tapi orang-orang laki-laki
itu tidak mendengarkannya, sekali pun mereka tidak melepaskan
pandangannya dari diriku selama aku berdiri tegak seperti baju besi
dekat dinding. Dengan terheran-heran mereka memperhatikan setiap
bagian dari pakaian secara bergiliran. Aku tahu apa yang sedang mereka
pikirkan. Dan aku pun tahu apa yang akan terjadi kalau apa yang hebat
dan asing ini mulai bertugas. Seseorang yang berpakaian seperti itu
tentulah harus menghadapi tugas yang hebat pula.
Tekanan leher baju yang kuat pada jakunku, menyebabkan aku sama
sekali tak bisa berbicara dan hal itu tentulah menambah sifat misterius
pada diriku. Aku mulai berpeluh dalam pakaian itu.
Gadis kecil tadi telah mengumpulkan keberaniannya dan membawa adik-
kakak laki-laki perempuan untuk melihat aku. Aku bisa melihat deretan
kepala yang mengintip di balik pintu dan memutar kepalaku meskipun
sakit rasanya, aku mencoba untuk tersenyum pada mereka supaya
mereka jangan takut, tapi kepala-kepala itu menghilang dan kudengar
kaki-kaki mereka berlari menyeberangi halaman.
Aku tak bisa mengatakan berapa lama aku berdiri di sana, tapi Grier
akhirnya selesai dengan pekerjaannya dan berseru, "Nah, aku sekarang
sudah siap untukmu." Tiba-tiba suasananya menjadi merangsang. Orang-
orang laki-laki itu menjadi tegang dan menatapku dengan mulut yang
sedikit terbuka. Inilah saat yang telah mereka nanti-nantikan.
Aku mendorong diriku dari dinding dan membelok dengan tepat
meskipun dengan amat bersu-sah payah, lalu menuju ke tempat kaleng
peralatan itu. Letaknya hanya beberapa meter dari tempatku tapi
rasanya jauh sekali jarak yang harus kutempuh sebelum aku tiba ke
tempat itu seperti robot, kepala terangkat, lengan lurus dan kaku di
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
sebelah menye-belah. Waktu aku tiba di tempat kaleng itu, aku menemui
kesulitan baru; aku tak bisa membungkuk. Setelah menggeliat-geliat
beberapa kali barulah aku berhasil memasukkan tanganku ke dalam
kaleng itu, lalu aku harus membuka bungkusan kertas alat itu dengan
sebelah tanganku, suatu kesulitan baru lagi. Orang-orang itu
memperhatikan dengan terpesona tanpa bisa berkata apa-apa. Setelah
membuka bungkusan kertasnya, aku berputar berhati-hati dan menjalani
sepanjang kandang itu dengan langkah penuh perhitungan. Setelah aku
tiba sejajar dengan sapi itu kuulurkan lenganku kaku ke Grier yang
mengambil alat itu dan memasukkannya ke dalam kandung peranakannya.
Kemudian aku kembali ke tempatku semula dekat dinding sedang
rekanku membersihkan dirinya. Aku mengerling memandang orang-orang
itu; air muka mereka berubah sama sekali betul-betul membayangkan
rasa tak percaya. Tugas manusia misterius itu seharusnya tentu lebih
berat daripada itu - dia tak perlu memakai pakaian itu hanya untuk
menyampaikan alat. Tapi ketika Grier mulai pekerjaan yang sulit untuk
membuka kancing-kancing dan melepaskan rits-rits, sadarlah mereka
bahwa pertunjukan itu benar-benar sudah selesai; dan setelah perasaan
kecewa mereka berlalu, mereka pun merasakan kelucuannya.
Waktu aku mencoba menggosok-gosok lenganku yang bengkak supaya
darahnya jalan lagi karena sudah begitu tercekam oleh lengan elastik
tadi, aku dikelilingi wajah-wajah yang tertawa lebar. Kurasa mereka
sudah tak sabar lagi untuk pergi ke bar setempat malam itu untuk
menceritakan kisah itu. Sambil mengumpulkan kembali rasa harga diriku
yang sudah hancur, kukenakan jasku dan masuk ke mobil. Grier masih
tinggal untuk mengatakan beberapa hal pada orang-orang itu, tapi dia
tak berhasil mendapatkan perhatian mereka; semuanya tertuju pada
diriku yang sudah meringkuk di tempat dudukku. Mereka tak bisa
percaya bahwa aku manusia biasa.
Setelah kembali ke tempat pembedahan tadi, anjing terrier tadi sudah
sadar dari pingsannya. Dia mengangkat kepalanya dan dengan gagah
mencoba mengibaskan ekornya waktu dia melihatku. Ku-bungkus anjing
dalam sehelai selimut, kugendong dan bersiap-siap akan pergi, ketika
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
kulihat Grier melalui pintu sebuah kamar gudang kecil yang terbuka
sedikit. Dia menghadapi peti kayu tadi yang kini ada di atas meja dan dia
sedang mengangkat baju itu; lelaki itu seolah-olah diserang semacam
gigil - tubuh menggetar-getar dan terangkat-angkat, muka yang
berbintik-bintik itu menceng-men-ceng dan terdengar suara seperti
setengah tangisan dari mulutnya.
Aku menatap keheranan. Aku bisa saja berkata bahwa itu tak mungkin,
namun hal itu terjadi di hadapan mataku sendiri. Tak ada sedikit pun
yang meragukan - Angus Grier sedang tertawa.
BAB 23
DEMAM susu adalah salah satu penyakit yang mudah diobati, tapi waktu
aku melihat ke sungai kecil dalam cahaya subuh yang suram itu, aku
menyadari bahwa yang ini merupakan jenis yang lebih sulit. Penyakit itu
telah menyerangnya segera setelah dia beranak dan sapi itu tergelincir
dari tebing yang berlumpur ke dalam sungai. Dia tak sadar waktu aku
tiba, dan bagian belakangnya terendam sama sekali sedang kepalanya
terletak di atas sebuah batu yang datar. Anaknya yang basah kuyup
dalam hujan yang bagai dicurahkan dari langit itu, ketakutan dan
menggigil di sampingnya.
Mata Dan Cooper membayangkan rasa kuatir sekali waktu kami turun ke
sungai. "Aku kuatir kita sudah terlambat. Dia sudah mati kan? Aku tak
melihatnya bernafas lagi."
"Aku kuatir memang sudah parah," sahutku, "tapi kurasa dia masih
hidup. Kalau aku bisa menyuntikkan kalsium ke dalam urat darahnya, dia
masih bisa sembuh."
"Aku benar-benar berharap demikian," geram Dan. "Dia adalah salah
satu sapiku yang paling banyak memberi susu. Penyakit selalu menyerang
yang terbaik."
"Penyakit demam susu memang begitu. Coba tolong pegangkan botol ini."
Kukeluarkan kotak tempat alat suntik dan memilih jarum yang berlubang
besar. Jari-jariku yang kaku karena kedinginan, kedinginan khas yang
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
kita rasakan awal-awal pagi hari karena peredaran darah kita masih
seret dan perut masih kosong, rasanya tak bisa memegang jarum itu.
Sungainya lebih dalam daripada dugaanku, dan airnya melewati bagian
atas sepatu Wel-lington-ku waktu aku mula-mula turun. Sambil
mendesah, aku menunduk dan membenamkan ibu jariku ke dalam lekuk di
dasar tengkuk. Urat darahnya keluar dan waktu kutusukkan jarumnya ke
dalam urat itu, mengalirlah darah hangat dan gelap di tanganku. Aku
meraba-raba mencari botol kecil berisi kalsium itu dalam sakuku, lalu
kutusukkan jarum ke ujungnya. Maka mengalirlah kalsium itu ke dalam
urat nadinya.
Dengan berdiri dalam sungai yang airnya sedingin es itu, sambil
mengangkat botol kalsium tinggi-tinggi dengan tangan yang berdarah-
darah serta merasakan air hujan mengalir dalam leherku, aku mencoba
menghilangkan pikiran jahatku; tentang semua orang yang sedang enak-
enak tidur dan baru akan bangun kalau jam alarm mereka berdering; lalu
mereka akan membaca koran-koran mereka sambil sarapan dan pergi ke
kantor-kantor bank atau kantor asuransi mereka yang nyaman itu
dengan mobil mereka. Mungkin aku sebaiknya menjadi dokter - mereka
mengobati pasien-pasiennya di kamar-kamar tidur yang bagus dan
hangat.
Kucabut jarumnya dari urat nadinya dan kulemparkan botol yang kosong
ke tebing sungai. Tak ada reaksi apa-apa atas suntikan itu. Kuambil
botol yang sebuah lagi dan mulai menyuntikkan kalsium lagi ke bawah
kulitnya. Mungkin bisa melalui gerakan-gerakan, meskipun kelihatannya
sia-sia. Waktu aku sedang menggosok-gosok bekas suntikan di bawah
kulit itu, aku melihat kelopak matanya bergerak.
Aku langsung merasa lega dan gembira sekali. Aku mendongak
memandang peternak itu dan tertawa. "Dia masih bernyawa, Dan."
Kusentil telinganya dan matanya terbuka lebar. "Akan kita tunggu
beberapa menit, lalu akan kita coba untuk menggulingkannya supaya dia
bisa menelungkup."
Dalam jangka waktu setengah jam dia mulai menggoyang kepalanya ke
kiri dan ke kanan dan tahulah aku bahwa waktunya telah tiba. Kutangkap
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
tanduknya dan kutarik, sementara Dan dan anak laki lakinya yang
jangkung mendorong dari pundaknya. Sulit sekali kami membuat
kemajuan dengan pekerjaan kami itu, tapi setelah mengangkat dengan
amat bersusah payah, sapi itu berusaha sendiri lalu berbaring
menelungkup. Segera segala-galanya tampak memberi harapan; bila
seekor sapi berbaring miring dia selalu kelihatan seperti mati.
Waktu itu aku yakin benar bahwa dia akan sembuh, tapi aku tak bisa
pergi dan meninggalkannya masih terbaring di sungai kecil itu. Sapi-sapi
yang menderita demam susu bisa sakit berhari-hari lamanya, tapi aku
punya perasaan bahwa yang ini akan bisa segera bangun. Maka
kuputuskan untuk menunggunya sebentar lagi.
Dia kelihatannya tak senang berada dalam air berlumpur itu dan mulai
berusaha dengan sekuat-kuatnya untuk bangkit, tapi baru setengah jam
kemudian dan gigiku sudah gemeletuk tak tertahankan, barulah dia
akhirnya berdiri terhuyung.
"Wah, beruntung benar!" kata Dan. "Tak kusangka bahwa dia akan
pernah bisa berdiri lagi. Tentunya obat yang bagus yang Anda berikan
itu."
"Kerjanya sedikit lebih cepat daripada pompa sepeda," aku tertawa.
Reaksi yang menyolok dari suntikan kalsium melalui urat nadi itu masih
merupakan sesuatu yang mengherankan aku. Selama beberapa
keturunan, sapi yang menderita demam susu pasti mati. Kemudian
pemompaan susunya telah bisa menyelamatkan banyak di antaranya; tapi
kalsiumlah obat yang paling tepat - kalau binatang-binatang itu bisa
bangun dalam jangka waktu satu jam seperti yang ini, aku selalu merasa
seperti seorang ahli sihir yang berhasil.
Kami menuntun sapi itu naik ke tebing sungai dan sesampainya di sana,
angin dan hujan yang amat keras menghantam kami. Rumah itu hanya
beberapa meter jauhnya dari situ dan kami berjuang untuk sampai ke
situ. Dan dan putranya berjalan di depan dengan membawa anak sapi
dalam karung yang mereka bawa berdua. Binatang kecil itu terayun-ayun
ke kiri dan ke kanan; dia memasang matanya tajam-tajam memandang
dunia yang keras ke mana dia telah lahir. Dekat di belakangnya,
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
menyusul induknya yang penuh kuatir, masih agak terhuyung-huyung tapi
berusaha kuat untuk memasukkan moncongnya ke karung. Aku berjalan
tercepuk-cepuk di belakangnya.
Kami tinggalkan sapi itu di kandang hangat yang beralas rumput kering
setinggi lutut, dia menjilat-jilat anaknya dengan asyiknya. Di serambi
rumah, orang-orang yang lain membuka sepatu Welling-ton-nya menurut
kebiasaan; aku pun berbuat demikian, sambil mengeluarkan air sungai
tadi dari setiap sepatu. Mrs. Cooper terkenal selalu berpegang teguh
pada peraturan-peraturan itu; tapi dari pengalaman-pengalamanku yang
terdahulu dengan dia aku mendapat kesan bahwa Dan menjalankan
semua itu dengan senang hati.
Gagasan itu timbul kembali waktu aku melihat wanita itu, bertubuh
besar tapi manis, sedang menjalin anak perempuannya bersiap-siap
untuk ke sekolah. Api kayu yang berderak-derak terbayang di tungku
pemanasan dari kuningan yang berkilat dan di samping bau nyaman
rumah peternakan itu, tercium bau lemak babi buatan sendiri yang
sedang digoreng.
Mrs. Cooper menyuruh Dan dan anaknya segera naik ke lantai atas dan
memandangku dengan tenang sedang aku berdiri basah kuyup di lantai
kayunya yang berkilat. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya seolah-olah
aku anak nakal.
"Ayo, buka kaus kakinya," perintahnya. "Juga mantel Anda dan gulunglah
celana Anda, lalu duduk di sini dan keringkan rambut Anda dengan ini."
Sebuah handuk bersih terlempar ke pangkuanku dan Mrs. Cooper
membungkuk di atasku. "Tak pernahkah terniat di hati Anda untuk
memakai topi?"
"Aku tak suka topi," gumamku, dan dia menggelengkan kepalanya lagi.
Dituangkannya air panas dari ketel ke dalam sebuah baskom besar lalu
dibubuhinya mustard dari sebuah kaleng berisi satu pon. "Nih, masukkan
kaki Anda ke dalam ini."
Aku mematuhi semua perintah-perintahnya dengan rela dan aku
memekik tak sadar waktu kakiku kumasukkan ke dalam campuran yang
mengge-lembung-gelembung itu. Mendengar itu, dia memandangku
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
dengan garang dan aku berusaha supaya kakiku tetap terendam dalam
baskom itu. Aku duduk dengan gigi terkatup rapat, terselubung dalam
uap, lalu dia memberikan secangkir besar teh panas.
Itu merupakan pertolongan cara lama, tapi bermanfaat sekali. Waktu
aku sudah menghabiskan setengah cangkir teh itu, aku merasa seolah-
olah aku diberi makan api. Rasa dingin di tebing sungai tadi seolah-olah
merupakan sebuah impian sirna sama sekali waktu Mrs. Cooper
menambah baskomku dengan air mendidih lagi dari ketel.
Kemudian, ditangkapnya kursi dan baskom dan memutar aku hingga aku
duduk menghadapi meja, dengan kakiku masih terendam dalam air. Dan
dan anak-anak sudah mulai sarapan dan di hadapanku ada sebuah piring
berisi dua butir telur, sepotong besar lemak babi dan beberapa buah
usus babi. Aku sudah cukup tahu tentang adat istiadat Dales supaya
tidak bercakap-cakap waktu makan. Waktu aku mula-mula datang ke
daerah ini kusangka bahwa sepantasnyalah aku mengadakan percakapan
ringan akan menyatakan terima kasihku atas keramah-tamahan mereka,
tapi pandangan-pandangan bertanya yang saling mereka lontarkan
segera menyuruhku menutup mulutku.
Jadi pagi ini, kuserang makanan itu tanpa kata-kata pendahuluan, tapi
suap yang pertama hampir saja menyebabkan aku melanggar peraturan
yang baru saja kupelajari. Waktu itu adalah pertama kalinya aku
merasakan sosis Yorkshire buatan sendiri dan aku harus menahan diriku
kuat-kuat untuk mencegah diriku mengucapkan puji-pujian, yang dalam
lingkungan-lingkungan lain merupakan suatu yang biasa saja. Tapi Mrs.
Cooper memperhatikan aku melalui sudut matanya dan dia tentunya
melihat air mukaku yang merasa enak. Dia bangkit seenaknya, kembali
membawa sebuah penggorengan lalu menggulingkan beberapa batang
sosis lagi ke piringku.
"Menyembelih babi minggu yang lalu," katanya, sambil membuka pintu
lemari makan. Aku bisa melihat piring-piring berisi bertumpuk-tumpuk
daging cincang, tulang rusuk, hati dan kue pastel yang berderet-deret
dengan selai yang berkilat-kilat di atas kuenya yang kuning keemasan.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Setelah selesai makan aku mengenakan kaus kaki tebal yang kupinjam
dari Dan dan sepatuku yang sudah kering. Waktu aku akan pergi, Mrs.
Cooper menyelipkan sebuah bungkusan ke bawah lenganku. Aku tahu
bahwa bungkusan itu berisi apa-apa yang kulihat dari lemari makan tadi,
tapi matanya melarang aku berkata apa-apa. Aku menggumamkan terima
kasih saja, lalu keluar ke mobilku.
Jam gereja sedang berbunyi, pukul sembilan lima belas menit ketika aku
berhenti di depan Rumah Skeldale. Aku merasa puas - hangat, kenyang
makan enak dan dengan kenangan yang memuaskan tentang sapi yang
cepat sembuh itu. Dan di tempat duduk di belakang ada bungkusanku,
memang selalu merupakan nasib baik kalau kita dipanggil ke sebuah
peternakan kalau mereka baru saja habis menyembelih babi dan
biasanya selalu ada hadiah dari peternak-peternak yang baik hati itu,
namun sosis-sosis ini tidak akan pernah kulupakan.
Kulompati saja tangga-tangga tempat pemeriksaan dan berjalan
langsung ke lorong, tapi waktu aku membelok di suatu sudut, aku
terhenti. Siegfried sedang berdiri di sana, tegang dan punggungnya
tersandar pada dinding. Pada bahunya tergantung sebuah probang dari
kulit yang panjang dan lembut. Di antara aku dan dia terdapat pintu
kantor yang setengah terbuka dan melalui pintu itu jelas kelihatan Miss
Harbottle yang duduk di meja tulis.
Aku melambai gembira.
Muka Siegfried menceng seperti tersiksa dan diangkatnya tangannya
memberi peringatan. Lalu dia mulai berjalan mengendap-endap melalui
pintu dengan menjijit-jinjit seperti pemain sirkus yang berjalan di tali.
Dia sudah melewati pintu dan ketegangan tubuhnya sudah mulai melemas
ketika ujung kuningan dari probang yang terayun-ayun itu berdentang
kena dinding, dan seperti suatu jawaban terdengarlah gemuruh suara
Miss Harbottle dari sudutnya. Siegfried memandangku dengan
pandangan putus asa, lalu dengan pundak terkulai, dia masuk perlahan-
lahan ke dalam kamar. Sambil memperhatikannya berjalan, aku berpikir-
pikir bagaimana persoalan-persoalan jadi berubah sejak kedatangan
sekretaris itu. Kini telah merupakan perang terbuka dan hal itu
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
memberikan kehidupan suatu-daya tarik baru untuk memperhatikan
siasat dari kedua belah pihak.
Mula-mula kelihatannya Siegfried-lah yang bisa menjadi pemenang
dengan mudah sekali. Dialah yang majikan, dialah yang memegang pucuk
pimpinan dan kelihatannya Miss Harbottle akan tak berdaya dalam
menghadapi siasatnya yang merusak itu. Tapi Miss Harbottle adalah
seorang pejuang dan yang banyak akal pula dan tidaklah mungkin untuk
tidak mengagumi caranya memanfaatkan senjata-senjata yang
dikuasainya.
Kenyataannya, setelah seminggu berlalu, kemenangan berada di pihak
Miss Harbottle. Dia mempermainkan Siegfried seperti seorang
pemancing yang ahli mempermainkan seekor ikan salem; berulang kali
menyuruh Siegfried menghadap ke meja kerjanya untuk
mempertanggungjawabkan per-buatan-perbuatannya. Kalau semula dia
hanya ber-dehem-dehem saja, kini ia sudah berani membentak-bentak
yang bisa menembusi sepanjang rumah. Apalagi dia punya senjata baru,
dia telah mulai dengan mencatat kesalahan-kesalahan tulis Siegfried
pada carikan-carikan kertas; salah eja, kesalahan menambahkan,
kesalahan dalam pembukuan - semuanya itu disalin dengan setia.
Miss Harbottle memakai carikan-carikan kertas itu sebagai senjata. Dia
tak pernah mengeluarkan catatan itu jika keadaan sedang tak
menguntungkan dan majikannya sedang sibuk dengan pemeriksaan.
Semuanya itu disimpannya sampai Siegfried dalam keadaan tertekan,
maka akan disodorkannya sebuah carikan itu dan berkata. "Bagaimana
ini?"
Dia selalu bermuka polos dalam keadaan demikian dan tak bisa kita
mengatakan betapa besar hatinya melihat Siegfried memandangnya
ketakutan seperti seekor binatang yang dilecut. Tapi kejadian-kejadian
demikian selalu berakhir dengan cara yang sama - penjelasan-penjelasan
yang digumamkan dan permintaan maaf dari Siegfired, dan Miss -
Harbottle memperbaiki pembukuan dengan sikap sok adil.
Aku memperhatikan melalui pintu yang setengah terbuka waktu
Siegfried masuk ke dalam kamar. Aku tahu bahwa aku harus
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
mengadakan pemeriksaan keliling pagi itu tapi diserang penyakit ingin
tahu benar. Miss Harbottle yang kelihatan tegas dan ingin berurusan,
sedang menunjuk-nunjuk suatu pembukuan dengan sebuah pena dalam
bukunya sedang Siegfried menggumamkan jawaban-jawabannya sambil
menggeser-geserkan kakinya. Setelah beberapa waktu berlalu kulihat
dia membuat usaha yang sia-sia untuk pergi dan aku bisa melihat bahwa
dia sudah hampir tak bisa menguasai dirinya. Giginya terkatup rapat dan
matanya sudah mulai menonjol, ke luar.
Telepon berdering dan sekretaris yang menerimanya. Majikannya cepat-
cepat menuju pintu, tapi Miss Harbottle berseru dengan gembira,
"Kolonel Brent ingin berbicara dengan Anda." Siegfried kembali seperti
orang dalam mimpi. Kolonel itu, seorang pemilik kuda pacuan, sudah lama
sangat tidak kami sukai karena banyaknya keluhan-keluhannya dan
banyaknya pertanyaan-pertanyaannya;
telepon dari dia selalu bisa menaikkan tekanan darah.
Kulihat demikian itulah keadaannya pagi ini. Menit-menit berdetik terus
dan kulihat muka Siegfried pun bertambah merah. Dia menyahut dengan
suara seperti orang tercekik yang akhirnya meningkat menjadi teriakan.
Akhirnya dihempaskannya alat penerima telepon itu dan bersandar ke
meja, dengan nafas berat.
Dan rasanya tak percaya aku waktu melihat Miss Harbottle membuka
laci mejanya di mana dia menyimpan carikan-carikan kertasnya.
Diambilnya selembar, mendehem lalu disodorkannya ke muka Siegfried.
"Bagaimana yang ini?" tanyanya.
Ingin aku menutup mataku, tapi kutahan dan menatap ngeri. Beberapa
detik lamanya tidak terjadi apa-apa dan ada saat-saat yang
menegangkan ketika Siegfried berdiri tak bergerak. Lalu mukanya
berubah dan sambil merampas carikan kertas itu dengan sikap menyapu
seperti sabit, dari tangan sekretaris itu, dia lalu merobek-robeknya
dengan geram. Dia tak berkata sepatah pun tapi dia bersandar pada
meja dan matanya yang membelalak makin lama makin mendekati Miss
Harbottle yang perlahan-lahan mengundurkan kursinya hingga akhirnya
kursi itu terjepit ke dinding.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Sungguh suatu pemandangan yang mengerikan. Miss Harbottle yang
mundur dengan tegang, mulutnya agak terbuka, rambut keritingnya yang
dicat naik ke atas karena ketakutan, dan Siegfried yang dengan muka
geram dan garangnya dekat sekali ke muka Miss Harbottle masih terus
merobek-robek kertas tadi sampai kecil-kecil. Adegan itu berakhir
ketika Siegfried melempar kertas yang sudah diro-bek-robeknya ke
dalam keranjang sampah dengan mengumpulkan seluruh tenaganya
seperti sikap seorang pelempar lembing. Sobekan-sobekan itu jatuh
menghunjam seperti carikan kertas aneka warna yang ditaburkan pada
pengantin, ada yang masuk ke keranjang, ada yang jatuh di luarnya, dan
Siegfried masih tetap membungkam, melilitkan probang itu ke tubuhnya
dan berjalan dengan langkah-langkah panjang ke luar kamar.
Di dapur Mrs. Hall membuka bungkusanku dan mengeluarkan sebuah kue
pastel, sepotong hati dan seikat sosis yang istimewa. Perempuan itu
memandangku dengan pandangan bertanya. "Anda kelihatan senang
sekali pagi ini, Mr. Herriot."
Aku menyandarkan punggungku pada bupet dari kayu oak. "Ya, Mrs. Hall.
Aku berpikir. Kelihatannya tentu senang menjadi pemimpin suatu
praktek tapi tahukah kau, menjadi asisten pun tidaklah buruk benar
keadaannya."
BAB 24
HARI itu telah mulai dengan buruk. Tristan tertangkap basah oleh
abangnya, kembali dari 'Bellringer Outing' pukul empat subuh.
Peristiwa demikian terjadi setahun sekali; satu bis penuh pemuda-
pemuda yang biasa membunyikan lonceng-lonceng gereja di seluruh
daerah bertamasya ke Morecambe. Tapi mereka hanya sebentar sekali
di pantai, dan kalau mereka tidak berpindah-pindah tempat dari satu
rumah minum ke bar yang lain, mereka menyerang peti bir yang telah
mereka bawa serta.
Kalau mereka kembali ke Darrowby subuh-subuh, kebanyakan isi bis itu
sudah tak sadar. Tristan, seorang tamu terhormat, telah diturunkan di
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
jalan kecil di belakang Rumah Skeldale. Dia melambai lemah waktu bis
itu berangkat lagi, tapi sama sekali tidak mempedulikan muka-muka
orang yang tersembunyi di balik-balik jendela. Sambil menyelinap masuk
ke lorong kebun, dia merasa ngeri waktu melihat lampu di kamar
Siegfried. Dia tak mungkin bisa melarikan diri dan ketika dimintai
penjelasan dari mana dia, dia membuat bermacam-macam gerak tangan
untuk menyebutkan 'Bellringer Outing' namun tak berhasil.
Siegfried yang melihat bahwa dia membuang-buang waktu, menyimpan
caci makinya sampai waktu sarapan. Waktu itulah Tristan menceritakan
kisah itu padaku - yaitu sesaat sebelum abangnya masuk ke kamar
makan dan mulai ngamuk padanya.
Tapi sebagaimana biasa dia harus mendengar banyak dari Siegfried
yang berangkat berkeliling dengan muka masih masam dan suara yang
serak karena berteriak. Sepuluh menit setelah dia berangkat kudapati
Tristan berkurung dengan riang gembira dalam kamar kerja Boardman
yang kecil itu, Boardman mendengarkan kejadian-kejadian terbaru
sambil melihat-lihat bagian belakang dari amplop-amplop dan ikut
tertawa kecil sebagai penghormatan.
Orang tua itu menjadi senang sekali sejak Tristan pulang dan mereka
berdua menghabiskan banyak waktu berdua dalam kamar yang suram, di
mana sinar dari jendela yang kecil sekali menyinari alat-alat berkarat
yang berderet-deret, sedang kotak karton Bairnsfather tergantung
pada dinding. Tempat itu biasanya terkunci dan dia tidak menerima tamu
dengan senang hati, tapi Tristan selalu diterima dengan baik.
Sering kali bila aku lewat, aku hanya mengintip dan kulihat Tristan
dengan tenang menggulung-gulung rokok Woodbine-nya sedang
Boardman berceloteh terus. "Sudah enam minggu lamanya kami
bertempur. Orang-orang Perancis di sebelah kanan kami sedang orang-
orang Skot di sebelah kiri kami......" atau "Kasihan si Fred yang malang
itu -
baru satu menit dia masih berdiri di sampingku dan saat berikutnya dia
sudah tiada. Lalu tidak pernah mendapat tanda penghargaan apa-apa......"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Pagi ini Tristan menyambutku dengan riang dan penuh semangat dan aku
kagum melihat daya tahannya dan kemampuannya untuk menyesuaikan
diri dalam hal yang tak menyenangkan, seperti sebatang bambu yang
melengkung dalam oleh tiupan angin dan kemudian tegak kembali tanpa
bekas. Dia mengangkat dua buah karcis.
"Pesta dansa di desa malam ini, Jim, dan kuja-min menyenangkan.
Beberapa orang dari haremku di rumah sakit akan pergi, jadi akan
kuusahakan supaya kau senang. Dan bukan itu saja - lihat nih." Dia pergi
ke kamar tempat penyimpanan pelana -pelana, diangkatnya sebuah papan
lepas dan dikeluarkannya sebuah botol sherry. "Kita akan minum-minum
kalau tidak sedang dansa."
Aku tidak bertanya dari mana dia dapat karcis dan sherry itu. Aku suka
pesta-pesta dansa di desa itu. Bangsal yang penuh sesak yang di salah
satu ujungnya ada band yang beralat musik tiga macam - piano, biola dan
drum - sedang di ujung lain wanita-wanita berumur menjaga makanan-
makanan. Gelas-gelas susu, bertumpuk-tumpuk sandwich, daging babi
panggang, otot-otot babi yang dimasak sendiri dan kue-kue kecil yang
ditumpahi cream tinggi-tinggi.
Malam itu waktu aku pergi kunjungan terakhir, Tristan ikut aku dan
dalam mobil kami terus membicarakan pesta dansa. Penyakit yang harus
ku-obati sederhana saja - seekor sapi dengan mata yang radang - tapi
peternakannya terletak tinggi di atas lembah dan waktu kami selesai,
hari sudah gelap. Aku merasa senang dan segala-galanya kelihatan
menguntungkan, jelas dan penuh arti. Satu-satunya jalan yang berbatu
kelabu yang kini kosong, berkas cahaya matahari yang terakhir di langit
dan warna ungu tua dari hutan yang mengelilingi tempat itu. Tak ada
angin bertiup, tapi dari padang-pa-dang rumput yang sepi ada tiupan
halus, lembut dan segar dan penuh janji. Di antara rumah-rumah, di
mana tercium bau nyaman dari asap kayu.
Waktu kami tiba di tempat pemeriksaan, Siegfried sedang keluar, tapi.
ada surat pendek untuk Tristan yang terselip di atas tungku pemanasan.
Bunyinya hanya: 'Tristan. Pulang. Siegfried.'
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Ini sudah pernah terjadi sebelumnya, karena di Rumah Skeldale serba
kekurangan persediaan, terutama tempat tempat tidur dan selimut-
selimut. Kalau ada tamu yang tak diduga datang, maka Tristan disuruh
pergi semalam ke rumah ibu mereka di Brawton. Biasanya dia berangkat
saja naik kereta api tanpa komentar, tapi malam ini lain halnya.
"Tuhanku," katanya. "Tentu ada seseorang yang akan datang bermalam,
dan tentulah aku yang harus menghilang. Aku bisa berkata, bahwa itu
memang suatu kebiasaan yang bagus! Dan betapa menariknya surat itu!
Tak peduli apakah aku sudah ada rencana pribadi! Sama sekali tidak!
Tidak ditanyakan padaku apakah tidak menyusahkan kalau aku harus
pergi. Cukup dituliskan 'Tristan. Pulang.' Sopan dan penuh pertimbangan
bukan?"
Tidak biasa dia memberungut seperti itu. Aku mencoba membujuknya.
"Begini, Tris. Tidakkah lebih baik kalau kita batalkan saja pesta dansa
ini? Yang lain lain nanti tentu ada."
Tristan mengepalkan tinjunya. "Mengapa kubiarkan dia memerintahkan
seenaknya saja seperti ini?" katanya dengan marah sekali. "Aku ini kan
orang? Aku mau hidup dengan caraku sendiri, dan dengarkan aku, aku
tidak akan pergi ke Brawton malam ini. Aku sudah punya rencana untuk
ke pesta dansa dan demi setan aku akan pergi ke pesta dansa itu."
Itu merupakan kata-kata perang, tapi aku agak merasa kecut. "Tunggu
sebentar. Bagaimana dengan Siegfried? Apakah katanya nanti kalau dia
pulang dan mendapatkan kau masih di sini?"
"Persetan dengan Siegfried!" kata Tristan. Jadi aku diam saja.
Siegfried datang waktu kami sedang di lantai atas berganti pakaian. Aku
yang mula-mula turun dan mendapatkannya duduk dekat tungku
pemanasan, membaca. Aku tidak berkata apa-apa melainkan duduk dan
menantikan ledakannya.
Beberapa menit kemudian, Tristan masuk. Dia telah memilih baik-baik di
antara pakaiannya yang terbatas jumlahnya dan kelihatan berseri-seri
dalam pakaiannya yang berwarna abu-abu; mukanya berkilat karena
digosok bersih-bersih, rambutnya rapi dan dia memakai leher baju yang
bersih.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Muka Siegfried merah waktu dia mengangkat mukanya dari bukunya.
"Mau apa kau di sini? Kau kan kusuruh pergi ke Brawton. Joe Ramage
akan datang malam ini."
"Tak bisa pergi."
"Mengapa tidak?"
"Tak ada kereta api."
"Apa maksudmu tak ada kereta api?"
"Ya, hanya - tak ada kereta api."
Seperti biasa tanya jawab semacam itu, menimbulkan ketegangan dalam
diriku. Dan tanya jawab itu mulai mengikuti pola seperti biasa; Siegfried
jadi bermuka merah karena jengkel; sedang air muka adiknya polos saja,
menjawab dengan nada datar, berjuang dengan sikap mempertahankan
diri, yang sudah menjadi keahliannya karena sudah terlatih.
Siegfried bersandar di kursinya. Dia terdiam sebentar, tapi terus
memandangi adiknya dengan mata terpicing. Pakaian yang bagus, rambut
yang licin dan sepatu yang disemir, semuanya itu rupanya lebih
menjengkelkannya lagi.
"Baiklah," katanya tiba-tiba, "mungkin malah lebih baik kau tak pergi.
Aku ingin kau mengerjakan sesuatu untukku. Kau bisa memotong bisul di
telinga babi kepunyaan Charlie Dent."
Itulah yang merupakan bomnya. Telinga babi kepunyaan Charlie Dent
adalah sesuatu yang tidak kami bicarakan.
Beberapa minggu sebelum itu, Siegfried sendiri telah pergi ke tanah
peternakan sewaan di tepi kota untuk melihat seekor babi yang
telinganya bengkak. Bengkak itu merupakan bisul di telinga dan satu-
satunya pengobatannya adalah dengan memotongnya, tapi entah dengan
alasan apa, Siegfried tidak mengerjakannya sendiri tapi menyuruhku
mengerjakannya esok harinya.
Aku bertanya-tanya mengapa, tapi tak lama. Waktu aku menaiki kandang
babi, seekor babi betina yang terbesar yang pernah kulihat, bangkit
dari rumput kering, suara geramnya meledak dan berlari menyerangku
dengan mulutnya yang besar ternganga. Aku tidak berhenti untuk
berpikir lama. Aku lari ke dinding yang enam inci tingginya dan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
melompatinya langsung ke lorong. Di sana aku berdiri dan
mempertimbangkan keadaannya dan memperhatikan mata kecil yang
jahat merah itu sambil berpikir, juga ke mulut yang berbusa-busa
dengan gigi yang panjang-panjang dan kuning itu.
Aku biasanya tidak peduli kalau babi menyalak dan menggeram padaku,
tapi yang ini kelihatannya tak main-main. Waktu aku sedang berpikir-
pikir langkah apa yang harus kuambil berikutnya, babi itu mengaum
marah, mundur lalu berdiri pada kaki belakangnya, dan mencoba
memanjat dinding akan mengejarku. Aku cepat-cepat ambil keputusan.
"Aku kuatir tak punya alat untuk itu sekarang, Mr. Dent. Aku akan
datang lagi lain hari dan memotong bisul itu. Tak parah benar - hanya
pekerjaan kecil. Selamat tinggal."
Dengan demikian berakhirlah persoalan itu; tak seorang pun mau
membicarakannya sampai sekarang.
Tristan terperanjat. "Maksudmu aku harus pergi ke sana malam ini.
Malam Minggu ini? lain kali tentu bisa? Aku akan pergi ke pesta dansa."
Siegfried tersenyum pahit dari dalam kursinya. "Harus dikerjakan
sekarang. Itu perintahku. Sesudah itu kau bisa pergi ke pesta dansamu."
Tristan akan mengatakan sesuatu, tapi dia tahu dia telah
mempertaruhkan nasibnya terlalu jauh. "Baiklah," katanya, "aku akan
pergi dan mengerjakannya."
Ditinggalkannya kamar itu dengan sikap anggun, Siegfried menekuni
bukunya lagi, sedang aku menatap api sambil berpikir bagaimana Tristan
akan menangani binatang ini. Dia seorang pemuda yang banyak sekali
akalnya, tapi kali ini dia betul-betul akan diuji.
Dalam waktu sepuluh menit dia sudah kembali. Siegfried memandangnya
dengan curiga. "Sudah kaupotong bisul itu?"
"Belum." "Mengapa tidak?"
"Tak bisa menemukan tempatnya. Kau tentu memberikan alamat yang
salah. Nomor sembilan puluh delapan katamu."
"Nomor delapan puluh sembilan, kau tahu betul itu nomornya. Ayo
kembali dan jalankan tugasmu."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Tristan menutup pintu dan aku menunggu lagi. Lima belas menit
kemudian pintu itu terbuka lagi dan Tristan muncul lagi dan memandang
dengan sikap kemenangan. Abangnya mengangkat mukanya dari bukunya.
"Sudah?"
"Belum."
"Mengapa belum?"
"Seluruh keluarga sedang ke bioskop. Kau kan tahu ini malam Minggu."
"Aku sama sekali tak peduli ada di mana keluarga itu. Masuk saja ke
kandang itu lalu potong bisul-bisul itu. Ayo, keluar, dan sekali ini
pekerjaan itu harus dikerjakan."
Tristan keluar lagi dan aku mengawasi pintu lagi. Siegfried tidak
berkata apa-apa, tapi aku bisa merasakan ketegangan meningkat.
Setelah dua puluh menit berlalu, Tristan sudah kembali lagi bersama
kami.
"Sudahkah kaubedah bisul telinga itu?"
"Tidak."
"Mengapa tidak?"
"Gelap gulita di sana. Bagaimana aku harus bekerja? Aku hanya punya
dua tangan - sebelah untuk pisau dan sebelah lagi untuk senter.
Bagaimana aku bisa memegang telinga itu?"
Sejak tadi Siegfried menahan kesabarannya kuat-kuat, tapi kini
kesabarannya hilang. "Jangan berikan alasan-alasan sialanmu itu lagi,"
teriaknya, sambil melompat dari kursinya. "Aku tak peduli bagaimana
kau melakukannya, tapi Tuhanku, kau musti memotong bisul itu malam
ini, kalau tidak hilang kesabaranku terhadap kau. Ayo keluar dari sini
dan jangan kembali sebelum selesai!"
Aku kasihan sekali pada Tristan. Dia telah diperlakukan dengan buruk
sekali dan telah sanggup menyesuaikan dirinya dengan pandai sekali, tapi
dia tak berdaya sekarang. Dia berdiri diam di ambang pintu beberapa
saat, lalu dia berbalik lalu keluar.
Kini lama kami menunggu. Siegfried kelihatannya sedang menikmati
bukunya dan aku sendiri pun mencoba juga; tapi aku tak mengerti apa
yang kubaca dan kepalaku jadi pusing, duduk menatap huruf-huruf itu.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Sebenarnya akan lebih baik kalau aku bisa berjalan hilir-mudik di kamar,
tapi hal itu tentulah tak mungkin karena ada Siegfried. Aku baru saja
minta diri untuk keluar berjalan-jalan, ketika kudengar pintu luar
terbuka, lalu kudengar langkah-langkah Tristan di lorong.
Sebentar kemudian orang yang kutunggu-tunggu masuk tapi bau babi
yang menusuk hidung sudah masuk ke kamar mendahuluinya, dan waktu
dia berjalan ke dekat api, dia seperti diselubungi uap udara yang pedas.
Bajunya yang bagus penuh bercak-bercak kotoran babi, demikian pula
leher bajunya yang bersih, muka dan rambutnya.
Di bagian tempat duduk celananya ada kotoran tersapu lebar, tapi
meskipun rupanya acak-acakan begitu, sikapnya tetap anggun.
Siegfried cepat-cepat mendorong mundur kursinya tapi tidak mengubah
air mukanya.
"Sudahkah kaupotong bisul itu?" tanyanya dengan tenang.
"Sudah."
Siegfried meneruskan bacaannya tanpa komentar. Kelihatannya
persoalannya sudah selesai dan setelah menatap sebentar ke kepala
abangnya yang tertunduk, Tristan berbalik dan keluar dari kamar itu.
Tapi meskipun dia sudah pergi, bau kandang babi masih tergantung di
kamar itu seperti awan.
Kemudian waktu kami berada di bar Drover, aku memperhatikan Tristan
menghabiskan gelas besarnya yang ketiga. Dia sudah mengganti
pakaiannya lagi dan meskipun dia tidak kelihatan sebagus pada awal
malam tadi, dia sekurang-kurangnya bersih dan hampir tak berbau lagi.
Aku belum berkata apa-apa, tapi matanya sudah membayangkan sinarnya
lagi. Aku pergi ke bar untuk memesan minuman lagi, yang kedua bagiku
dan yang keempat bagi Tristan, lalu setelah kuletakkan gelas-gelas itu
di meja, kupikir kini sudah waktunya.
"Nah, apa yang telah terjadi?"
Tristan menghirup minumannya panjang-panjang dengan nikmat dan
menyalakan rokoknya. "Yah Jim, yang terpenting, pekerjaannya lancar
sekali, tapi aku akan mulai dari awal. Kau bisa membayangkan aku
seorang diri di luar kandang dalam gelap gulita sedang binatang setan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
yang besar itu menggeram dan mengaum di pihak lain dari dinding. Terus
terang aku takut.
"Kusorotkan senterku ke muka binatang itu dan dia melompat lalu
mengejarku, sambil bersuara seperti singa dan memperlihatkan semua
giginya yang kuning dan kotor itu. Hampir saja aku mengangkat barang-
barangku dan berlari pulang pada saat itu juga, tapi aku lalu teringat
akan dansa kita segala yang terdorong oleh pikiran itu, aku lompati
dinding itu.
"Dua detik kemudian, aku sudah tertelentang. Dia tentu menyerang akan
menggigitku, tapi tak bisa melihat dengan jelas untuk melihat tempat
yang akan digigit. Aku hanya mendengar suara melolong, lalu terasa
sesuatu yang berat menimpa kakiku dan aku jatuh.
"Yah, memang lucu, Jim. Kau kan tahu bahwa aku bukan orang
pemberani, tapi waktu aku berbaring di situ, lenyaplah semua rasa
takutku dan yang kurasakan hanyalah kebencian yang tak ter-perikan
terhadap binatang sialan itu. Aku melihat bahwa dialah penyebab semua
kesusahanku dan sebelum aku tahu apa yang kulakukan, aku sudah
bangkit lagi dan kukejar dia berkeliling kandang itu sambil memukul
pantatnya. Dan, tahukah kau, dia sama sekali tak memberikan
perlawanan. Babi itu sebenarnya berjiwa pengecut."
Aku masih tak mengerti. "Tapi telinganya - bagaimana kau bisa
memotong bisulnya?"
"Tak ada kesulitan, Jim. Bukan aku yang mengerjakannya."
"Maksudmu kau bukan...."
"Ya," kata Tristan, sambil memegang minumannya dan mengangkatnya ke
arah lampu dan memperhatikan sebuah tubuh kecil asing mengambang di
dalamnya. "Ya, sungguh-sungguh nasib baik. Dalam pertempuran hebat
dalam gelap itu, babi itu terbentur ke dinding dan dengan demikian
pecahlah bisul itu. Bagus benar hasilnya."
BAB 25
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
TIBA-TIBA sekali aku sadar bahwa musim semi telah tiba. Waktu itu
akhir bulan Maret dan aku baru saja memeriksa beberapa ekor domba
di sebuah lembah dekat bukit. Dalam perjalanan turun, dalam keteduhan
sebuah pohon jarum-jarum, aku menyandarkan punggungku ke sebuah
pohon dan tiba-tiba sadar akan sinar matahari di kelopak mataku yang
tertutup, suara nyanyian burung-burung serta tiupan angin laut yang
membisu di dahan-dahan yang tinggi-tinggi. Dan meskipun di sana sini
masih terdapat salju dan rumput masih mati dan berwarna kuning
karena musim salju, sudah terasa adanya perubahan, semacam rasa
pembebasan, karena tanpa kusadari, aku telah membungkus diriku dalam
semacam rumah siput terhadap bulan-bulan yang keras itu, karena
dingin yang tak tertahan.
Musim itu bukanlah musim semi yang hangat tapi kering dengan angin
yang tajam yang menjatuhkan bola-bola salju yang putih dan
membengkokkan kelompok-kelompok pohon-pohon bunga daffodil di
padang-padang rumput desa itu. Dalam bulan April tebing-tebing di tepi
jalan, cemerlang oleh bunga primrose yang kuning segar.
Dan bulan April tiba pula masanya domba-domba beranak. Masa itu tiba
dalam gelombang-gelombang besar, yang merupakan suasana yang paling
hidup dan paling menarik dalam pekerjaan dokter hewan selama setahun,
puncak dari lingkaran tahunan, dan seperti biasa datangnya waktu kami
sedang sibuk-sibuknya dengan pekerjaan kami yang lain.
Dalam musim semi itulah binatang-binatang ternak merasakan akibat
musim salju yang panjang. Sapi-sapi berbulan-bulan lamanya harus
tinggal dalam kandang yang hanya beberapa puluh sentimeter luasnya
dan merasakan benar kebutuhannya akan rumput yang hijau dan panas
matahari di punggungnya, sedang anak-anaknya punya daya tahan yang
sedikit sekali terhadap penyakit. Dan tepat waktu kami sibuk
memikirkan bagaimana kami bisa mengatasi segala macam batuk, pilek,
pneumonia dan acetonaemia itu, tibalah gelombang beranak itu.
Yang anehnya ialah bahwa selama kira-kira sepuluh bulan dalam setahun,
domba jarang sekali masuk dalam acara hidup kami. Domba-domba itu
hanya merupakan binatang-binatang berbulu wol di bukit-bukit saja.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Tapi selama dua bulan berikutnya, mereka mengalahkan segala sesuatu
yang lain.
Mula-mula datang kesulitan-kesulitan awal musim, keracunan kehamilan
dan keguguran-keguguran. Kemudian harus tergesa-gesa menolongnya
beranak yang disusul oleh kurangnya kalk, penyakit gangrenous mastitis,
pada waktu masa susunya menjadi hitam dan berubah kulit; belum lagi
penyakit-penyakit yang menyerang anak-anaknya sendiri - penyakit
kejang, ginjal yang hancur atau disentri. Kemudian gelombang penyakit
itu berkurang, tinggal satu-satu dam akhirnya menjelang bulan Mei
boleh dikatakan berlalu. Domba menjadi binatang-binatang yang banyak
lagi wolnya di bukit-bukit.
Tapi dalam tahun pertama ini aku telah menemukan suatu pesona dalam
pekerjaan ini yang tetap kukenang. Bagiku, menolong domba beranak
memberikan rasa senang dan menarik, tanpa harus bekerja keras
seperti menolong sapi beranak. Hal itu biasanya menimbulkan rasa tak
enak karena harus dijalankan di alam terbuka; mungkin di tempat-
tempat khusus yang berangin yang hanya dilindungi oleh tumpukan-
tumpukan rumput kering atau pintu pagar atau lebih sering di padang-
pa-dang rumput saja. Rupanya tak pernah terpikir oleh peternak-
peternak itu bahwa domba-domba betina itu mungkin lebih suka beranak
di tempat yang hangat atau bahwa bagi dokter hewan mungkin tak enak
untuk berlutut selama sejam dalam hujan dengan hanya memakai
kemeja.
Tapi pekerjaannya sendiri, semudah suatu permainan. Setelah
pengalaman-pengalamanku dalam memperbaiki letak bayi-bayi sapi
sebelum dilahirkan, rasanya menyenangkan sekali menangani makhluk-
makhluk yang lebih kecil itu. Anak-anak domba biasanya dilahirkan dua
atau tiga sekali dan kadang-kadang terjadi campuran-campurannya yang
mengagumkan; kekacauan-kekacauan antara kepala-kepala dan kaki-kaki
dari bayi-bayi itu yang berebutan akan keluar lebih dulu dan di sinilah
letak pekerjaan dokter hewan yaitu untuk memilih dan menentukan kaki
mana kepalanya yang mana. Itu pekerjaan yang amat menyenangkan
bagiku. Adalah suatu perubahan yang menyenangkan untuk sekali-sekali
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
merasa diri lebih kuat dan lebih besar daripada pasienku, tapi aku tidak
terlalu menekankan kesenangan itu; aku tak pernah mengubah pendirian
yang sudah kutetapkan, bahwa ada dua hal yang harus kuingat dalam
menolong domba beranak - kebersihan dan kelembutan.
Sedang anak dombanya sendiri. Semua anak binatang menarik tapi anak
domba telah diberi kelebihan daya tarik yang tak adil. Aku teringat lagi
saat-saat itu; waktu itu adalah malam yang bukan main dinginnya dan aku
sudah menolong seekor domba beranak kembar di sebuah lereng bukit
yang ditiup angin keras; anak-anak domba itu menggon-cang kepalanya
kuat-kuat. Dalam jangka waktu beberapa menit salah satu di antaranya
berjuang untuk berdiri dan dengan tertatih-tatih dan kadang-kadang
jatuh pada lututnya dia pergi ke susu induknya sedang yang seekor lagi
segera pula bangkit dan menyusul.
Gembala yang mukanya kasar oleh udara dan berwarna ungu kedinginan
meskipun hampir tersembunyi sama sekali oleh mantelnya yang berat
yang membungkusnya sampai ke telinganya, tertawa kecil. "Bagaimana
mereka itu tahu?"
Dia telah melihat kejadian semacam itu beribu-ribu kali, namun dia
masih ingin tahu. Demikian pula aku.
Dan ada suatu kenangan lain tentang dua ratus ekor anak domba dalam
sebuah kandang pada suatu petang yang hangat. Kami sedang
memberinya suntikan pencegahan terhadap penyakit ginjal hancur dan
kami tidak bercakap-cakap karena suara kacau balau melengking yang
merupakan protes anak-anak domba itu dan suara baaa yang dalam dan
tak kenal ampun dari hampir seratus ekor induknya yang berkeliaran
dengan kuatir di luar. Aku tak bisa membayangkan bagaimana induk-
induk itu akan pernah bisa memilih yang mana anaknya dari gerombolan
anak-anak makhluk kecil-kecil yang semuanya hampir serupa itu. Itu
tentu akan makan waktu berjam-jam.
Kenyataannya hal itu hanya makan waktu dua puluh lima detik. Setelah
kami selesai menyuntik, kami buka pintu-pintu kandang dan anak-anak
domba yang mengalir ke luar itu disambut oleh induk-induk mereka yang
kebingungan yang menyerbu serentak. Mula-mula keributan itu
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
memekakkan telinga, tapi segera suara itu menghilang dan tinggal suara
embik sekali-sekali waktu masih ada beberapa ekor yang sesat baru
diketemukan. Kemudian dengan berkelompok rapi keluarga masing-
masing, mereka pergi menuju padang rumput dengan tenang.
Selama bulan Mei dan awal Juni, duniaku menjadi lebih lembut dan lebih
hangat. Angin dingin tidak lagi bertiup dan udara yang segar seperti
laut, membawa tiupan lembut dari beribu-ribu bunga-bunga liar yang
meronai padang-padang rumput. Kadang-kadang aku merasa tak adil
bahwa aku harus dibayar untuk pekerjaanku ini; untuk keluar pagi-pagi
sekali menempuh padang-padang rumput yang berbinar-binar ditimpa
sinar matahari pagi yang masih pucat dan berkas-berkas kabut yang
masih tergantung di puncak-puncak yang tinggi.
Di rumah Skeldale pohon wistaria seakan-akan meledak menjadi bunga-
bunga yang berwarna biru keunguan yang menjorok masuk ke jendela-
jendela yang terbuka dan setiap pagi bila aku bercukur kuhirup bau yang
harum dari untaian bunga yang panjang-panjang yang tergantung dekat
kaca. Sungguh indah hidup ini.
Hanya ada satu nada sumbangnya; yaitu musim kuda. Dalam tahun-tahun
tiga puluhan masih banyak sekali kuda meskipun traktor sudah mulai
dipakai orang. Di tanah-tanah pertanian di Dale di mana terdapat
sejumlah besar tanah yang sudah dibajak, kandang-kandang kuda yang
berjajar-jajar itu setengahnya kosong, namun masih cukup banyak kuda
untuk menjadikan bulan-bulan Mei dan Juni, tidak menyenangkan. Dalam
bulan-bulan inilah dikerjakan pengebirian-pengebirian.
Sebelum itu adalah waktu kuda-kuda itu beranak dan adalah hal yang
biasa kita melihat seekor kuda betina dengan anaknya yang berjalan di
sampingnya atau seekor anak kuda terbaring di tanah sedang induknya
menggigit-gigit rumput. Jaman sekarang kalau aku terlihat seekor kuda
kereta dengan anaknya di padang rumput, aku akan menghentikan
mobilku untuk melihat sekali lagi.
Banyak pekerjaan yang berhubungan dengan kelahiran anak kuda;
membersihkan induknya, memotong ekor anaknya, mengobati bermacam-
macam penyakit anak yang baru lahir itu - sakit persendian, penyakit
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
meconium yang tahan lama. Hal itu sulit tapi menarik, tapi dengan
menjadi lebih panasnya udara, peternak-peternak itu mulai berpikir
untuk mengebiri anak-anak kuda yang berumur satu tahun.
Aku tidak suka pekerjaan itu dan karena mungkin akan mencapai seratus
ekor yang harus dikebiri, hal itu akan merupakan bayangan yang tak
menyenangkan pada musim semi ini dan musim-musim semi yang akan
menyusul. Selama berpuluh-puluh tahun pembedahan itu telah dijalankan
dengan cara menyangga anak kuda itu dan mengikatnya dengan kaki ke
atas hingga kelihatannya seperti ayam kodok. Pekerjaannya memang
agak sulit, tapi bintang itu benar-benar terikat dan kita betul-betul
bisa memusatkan perhatian pada pekerjaan itu; tapi menjelang aku akan
tamat belajar, pengebirian dalam keadaan berdiri makin banyak
dijalankan*. Pekerjaannya seolah-olah hanya merupakan menarik bibir
atas anak kuda itu, memberikan suntikan kekebalan setempat ke dua
belah buah kemaluannya dan langsung mengerjakan selanjutnya. Tak
dapat disangkal bahwa itu lebih cepat.
Yang jelas, keburukannya ialah bahwa kemungkinan orang yang
mengerjakannya dan pembantu-pembantunya untuk mendapatkan bahaya
ditendang kuda itu, sepuluh kali lebih besar, tapi meskipun demikian
cara itu makin menjadi populer. Seorang peternak setempat bernama
Kenny Bright yang menganggap dirinya seorang pemikir yang maju
mengambil langkah untuk memperkenalkannya ke daerah itu. Diupahnya
Major Farley, spesialis kuda untuk memberikan demonstrasi atas diri
salah satu anak kudanya, dan suatu kumpulan besar terdiri dari
peternak-peternak datang untuk menyaksikan. Kenny, seseorang yang
perlente dan merasa diri penting sedang memegang alat suntik dan
memandang berkeliling dengan berseri-seri pada kumpulan orang-orang
itu, sedang anak buahnya bersiap-siap untuk membersihkan dari kuman,
bagian yang akan dibedah, tapi begitu major itu menyentuh kemaluannya
dengan antiseptiknya, binatang-binatang itu mundur lalu menghantamkan
kaki depannya ke kepala Kenny. Dia dibawa pergi dengan pintu pagar
sebagai tandu, dengan tulang tengkorak yang retak dan lama di rumah
sakit. Peternak-peternak lain berminggu-minggu lamanya tak berhenti
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
tertawa tapi contoh itu tidak menyebabkan mereka mundur. Pengebirian
dengan sikap berdiri lalu digunakan orang.
Kukatakan cara itu lebih cepat. Maksudku, kalau segala sesuatu berjalan
lancar, tapi ada pula waktu di mana kuda itu menyepak atau menjatuhkan
dirinya di atas kami atau menjadi gila sama sekali. Dari sepuluh
pengebirian, yang sembilan kali akan mudah dan yang kesepuluh akan
merupakan suatu adu kekuatan dengan kuda. Aku tak tahu berapa besar
rasa takut yang ditimbulkan oleh keadaan seperti itu atas diri dari
hewan-hewan lainnya, tapi tak bisa dibantah bahwa aku sendiri benar-
benar tegang pada setiap pagi bila aku harus mengerjakan pengebirian.
Satu dari alasan-alasannya ialah bahwa aku baik dulu, sekarang maupun
di masa akan datang, tidak pernah merupakan seorang penunggang kuda.
Rasanya sulit untuk menjelaskannya, tapi aku yakin bahwa seorang
penunggang kuda itu atau berbakat sejak lahir atau memperoleh
bakatnya waktu masih kecil sekali. Aku tahu bahwa aku tak berhasil
ketika aku mencobakannya waktu aku berumur dua puluhan. Aku sudah
punya pengetahuan tentang penyakit-penyakit kuda dan aku merasa
bahwa aku punya kepandaian untuk mengobati kuda-kuda sakit dengan
efisien, tapi kemampuan yang dimiliki oleh seorang penunggang kuda
untuk membujuknya, memenangkannya dan menguasai mental binatang
itu tak dapat kumiliki. Aku bahkan tak mau mencoba untuk menipu
diriku.
Hal itu tidak menguntungkan, karena tak dapat disangkal bahwa kuda
tahu. Hal itu berbeda sekali dengan sapi, sapi-sapi tak peduli apa-apa;
kalau seekor sapi ingin menyepak kita, dia menyepak, dia tak peduli
sedikit pun apakah kau seorang ahli atau bukan. Tapi kuda tahu.
Jadi pada pagi-pagi demikian itu, kepercayaan diriku tak pernah tinggi,
kalau aku pergi dengan alat-alat bedahku berdentingan dan berguling-
guling di baki di tempat duduk belakang. Apakah dia akan tenang atau
buas? Berapakah besarnya dia? Aku pernah mendengar rekan-rekanku
berkata dengan mulut besar, bahwa mereka lebih suka kuda yang besar
- kuda-kuda yang berumur dua tahun jauh lebih mudah kata mereka,
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
kita akan bisa memegang batang kemaluannya lebih mudah. Tapi aku
sendiri tak pernah ragu. Aku suka yang kecil, makin kecil makin baik.
Pada suatu pagi waktu musim kuda itu sedang ramai-ramainya dan aku
sudah merasa bosan dengan bangsa kuda itu, Siegfried memanggilku
waktu dia akan keluar. "James, di peternakan Wilkinson di White Cross
ada seekor kuda dengan tumor dalam perutnya. Pergilah ke sana dan
keluarkan - kalau bisa hari ini, tapi kalau tak bisa atur sendiri; terserah
padamu."
Dengan perasaan agak kecewa akan nasib burukku yang memberiku
tugas lagi di samping tugas-tugas musimanku, akan merebus pisau
bedahku, sendok-sendok tumor dan alat suntik dan kuletakkan semuanya
itu di bakiku bersama alat bius setempat, yodium dan obat antitetanus.
Aku pergi bermobil ke peternakan itu dengan baki itu bergemelinting di
belakangku. Bunyi itu selalu mempunyai arti tambahan kegagalan bagiku.
Aku berpikir-pikir tentang kuda itu - mungkin dia baru berumur satu
tahun; pada umur sekian itu mereka memang kadang-kadang ditumbuhi
benda-benda itu - peternak-peternak itu menyebutnya buah nanberry.
Setelah menjalani enam mil aku berhasil menciptakan gambaran yang
menyenangkan tentang seekor kuda kecil bermata lembut dengan perut
yang benjolan merupakan bandulan jam dan rambutnya yang terlalu
panjang; mungkin selama musim salju yang lalu dia sakit-sakitan dan kini
mungkin penuh cacing - kakinya gemetar karena lemah.
Di peternakan Wilkinson keadaannya sepi-sepi saja. Pekarangannya
kosong, yang ada hanya seorang anak laki-laki yang berumur kira-kira
sepuluh tahun dan tak tahu di mana pemiliknya.
"Lalu di mana kudanya?" tanyaku.
Anak itu menunjuk ke kandang. "Dia ada di sana.
Aku masuk. Di salah satu ujungnya terdapat sebuah peti yang tinggi
yang tak bertutup, sedang di sebelah atas dinding peti itu dipasangi
batang-batang besi dan dari dalamnya kudengar bunyi ringkik yang
dalam dan dengkur yang disusul oleh sejumlah degup-degup yang kuat
pada sisi peti itu. Aku merasa ngeri. Itu bukan kuda kecil, di dalam itu.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Aku membuka pintu setengah yang di bagian atas dan disana dengan
memandang ke bawah pada diriku adalah seekor binatang yang besar
sekali; aku tak menyangka bahwa kuda akan bisa mencapai sebesar itu,
seekor kuda jantan berwarna coklat dengan tengkuk yang melengkung
dengan penuh kebanggaan dan tapak kaki yang besar-besar. Otot-otot
besar bertonjolan di pundaknya serta persen-dian-persendiannya.
Waktu dia melihat aku, telinganya ditempelkannya ke kepalanya,
memandangku dengan putih matanya saja dan mengham-tam dinding peti
dengan mengamuk. Sebilah kayu sepanjang tiga puluh sentimeter
melayang ke udara waktu sepatu kuda memecahkan kayunya.
"Tuhan Mahakuasa," desahku lalu cepat-cepat menutup pintu itu. Aku
menyandarkan punggungku pada pintu itu dan mendengarkan jantungku
yang berdegup-degup keras.
Aku berpaling pada anak laki-laki itu. "Berapa umur kuda itu?"
"Enam tahun lebih Pak."
Aku mencoba berpikir dengan tenang. Bagaimana caranya menangani
binatang pemakan manusia seperti ini. Aku tak pernah melihat kuda
seperti itu - beratnya ada satu ton lebih. Aku menyadarkan diriku; aku
bahkan belum melihat tumor yang harus kubuang. Kuangkat palang
pintunya, kubuka pintunya selebar dua inci, lalu mengintip ke dalam. Aku
bisa melihatnya dengan jelas tergantung pada perutnya; mungkin itu
sebuah papilloma, besarnya kira-kira sama dengan sebuah bola cricket,
permukaannya bergelombang hingga kelihatannya hampir seperti
kembang kol. Waktu kuda itu bergerak-gerak, benjolan itu terayun-ayun
perlahan-lahan ke kiri dan ke kanan.
Tidak akan ada kesulitannya membuangnya. Akan kutarik hingga
terdapat seperti lehernya, beberapa cc suntikan pembiusan setempat
maka bisalah aku dengan mudah mencopotnya dengan sendok-sendok
tumorku.
Tapi halangannya jelas sekali. Aku akan harus merangkak ke bawah
perut yang seperti tong bulat berkilat itu dan akan dekat sekali dengan
kaki yang begap-begap itu dan harus menusukkan jarumku ke kulit yang
beberapa inci tebalnya itu. Suatu pikiran yang tidak menyenangkan.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Tapi kukembalikan pikiranku pada hal-hal yang praktis,; seperti seember
air panas, sabun dan handuk. Dan aku akan membutuhkan seorang lelaki
kuat untuk membantuku. Aku berjalan menuju rumah.
Tak ada yang membukakan waktu aku mengetuk. Kucoba lagi - masih sia-
sia - tak ada orang di rumah itu. Kurasa amatlah masuk akal kalau pergi
saja dan kembali lain kali; tak ada masuk dalam akalku, gagasan untuk
mengelilingi bangunan-bangunan dan ladang-ladang itu sampai aku
bertemu dengan seseorang.
Aku boleh dikatakan berlari ke mobilku, mengundurkannya dengan ban
yang mencicit-cicit dan menderu ke luar pekarangan rumah itu.
Siegfried keheranan. "Tak ada seorang pun di sana? Aneh benar. Aku
boleh dikatakan yakin bahwa mereka mengharapkan kedatanganmu hari
ini. Tapi biarlah, itu urusanmu, James. Telepon saja mereka dan buat
saja perjanjian secepat mungkin."
Bukan main mudahnya rasanya melupakan kuda jantan itu dan setelah
beberapa hari dan minggu berikutnya; kecuali bila pertahananku sedang
lemah. Sekurang-kurangnya satu kali setiap malam, binatang itu
mengguruh dalam mimpiku dengan kuping hidung yang lebar dan rambut
yang melayang-layang dan aku jadi mendapatkan kebiasaan yang enak
yaitu bangun dan langsung duduk pada pukul lima subuh dan langsung
mulai membedah kuda itu dalam bayanganku. Rata-rata aku bisa
memotong tumor itu dua puluh menit sebelum sarapan setiap pagi.
Kukatakan pada diriku bahwa akan jauh lebih mudah untuk
menyelesaikan pekerjaan itu supaya beres. Apa sebenarnya yang
kutunggu? Apakah ada suatu harapan di bawah sadarku bahwa jika
pekerjaanku kuundur cukup lama, mungkin terjadi sesuatu yang
melepaskan aku dari tugas itu? Tumor itu mungkin tanggal dan
mengempis atau hilang begitu saja, atau kuda itu mungkin jatuh dan
langsung mati.
Aku bisa saja menyerahkan pekerjaan itu kembali pada Siegfried - dia
pandai dengan kuda - tapi tanpa berbuat begitupun kepercayaanku pada
diriku sudah cukup rendah.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Semua keraguanku lenyap ketika Mr. Wilkinson pada suatu pagi
menelepon sendiri. Dia sama sekali tak risau karena lamanya hal itu
ditunda, tapi dia menegaskan bahwa dia tak dapat menunggu lebih lama.
"Soalnya begini, Anak muda, saya akan menjual kuda itu, tapi saya kan
tak bisa menjualnya kalau kuda itu ada tumornya?"
Perjalananku ke perternakan Wilkinson tidak lagi diramaikan oleh bunyi
gemelinting baki seperti biasa di tempat duduk belakang; hal itu
mengingatkan aku pada waktu lalu ketika aku ingin tahu apa yang akan
terjadi atas diriku. Kali ini aku sudah tahu.
Waktu aku melangkah keluar dari mobil, aku merasa seolah-olah
tubuhku hilang. Rasanya aku seolah-olah berjalan beberapa inci di atas
tanah. Aku disambut oleh bunyi ribut yang menggema hebat -dari
kotaknya; terdengar lagi ringkik yang marah dan dinding kayu yang
pecah seperti yang kudengar dahulu. Kucoba melemaskan mukaku yang
kaku menjadi suatu senyum waktu peternak itu datang.
"Anak buahku sedang memasang kekang padanya," katanya, tapi kata-
katanya terhenti oleh suatu pekikan amukan dari peti itu serta dua buah
hantaman yang hebat atas dinding kayu itu. Kurasa mulutku jadi kering.
Bunyi ribut itu makin mendekat; lalu pintu kandang terbuka lebar dan
kuda yang besar itu bagai dilentingkan ke luar ke halaman, sambil
menyeret dua orang muda yang besar di ujung rantai pengekang. Batu-
batu kerikil terpancar-pancar api dari sepatu bot laki-laki itu waktu
mereka terseret kian ke mari, tapi mereka tak bisa menghentikan kuda
jantan mundur dan menjatuhkan dirinya itu. Kurasa aku bisa merasa
tanah bergetar di bawah kakiku waktu sepatu kuda itu menghantam.
Akhirnya, setelah berusaha sekuat-kuatnya, orang-orang laki-laki itu
berhasil memaksa kuda itu berdiri dengan sisinya yang sebelah kanan
menempel ke dinding kandang itu. Salah seorang di antaranya memegang
bibir atasnya lalu mengikatnya dengan cekatan, yang lain mencekam tali
pengikatnya yang dari kulit dan berpaling padaku. "Siap untuk pekerjaan
Anda sekarang, Pak."
Kutusuk penutup karet dari botol cocaine, kucabut pengisap dari alat
suntik dan kuperhatikan cairan bersih itu mengalir ke dalam botol kecil
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
kaca itu. Tujuh, delapan, sepuluh cc. Kalau aku bisa memasukkan itu ke
dalam tubuh kuda itu, selebihnya akan mudah, tapi tanganku gemetar.
Waktu berjalan mendekati kuda itu aku rasanya sedang menonton suatu
adegan dari film. Sebenarnya bukan aku yang mengerjakan ini semua -
semuanya ini tak sungguhan. Mata kuda itu berkedip dengan berbahaya
padaku waktu aku mengangkat tangan kiriku dan meraba otot
tengkuknya, lang-sung ke bokongnya yang lembut dan bergetar, me-
nyelusur perutnya, hingga aku bisa menangkap tumor itu. Kini aku sudah
menangkap benda itu, bentuk yang benjol-benjol itu terasa besar dan
keras dalam tanganku. Aku menarik benda itu ke bawah perlahan-lahan,
menarik kulit yang coklat yang menghubungkan benda tumbuh itu dengan
tubuh. Aku akan memasukkan suntikan pembiusan setempat itu. Tidak
akan terlalu sulit benar. Kuda itu menempelkan telinganya dan
memberikan peringatan dengan suatu gerak.
Aku berhati-hati menarik nafas panjang, kuambil alat suntik dengan
tangan kananku, kutem-patkan jarum itu ke dekat kulitnya lalu
kutusukkan.
Tendangannya demikian luar biasa cepatnya hingga mula-mula aku hanya
merasa heran bahwa binatang sebesar itu bisa bergerak secepat itu.
Tendangan itu merupakan tendangan keras ke samping yang secepat
kilat hingga aku bahkan tidak melihatnya dan sepatunya mengenai bagian
dalam dari paha kananku, aku terputar tak berdaya. Waktu aku
terbanting di tanah aku diam saja, aku hanya merasakan rasa kaku yang
aneh. Lalu aku mencoba bergerak dan rasa sakit menusuk kakiku.
Waktu kubuka mataku, Mr. Wilkinson datang membungkuk di atasku.
"Tak apa-apakah Anda, Mr. Herriot?" suaranya mengandung rasa kuatir.
"Kurasa kakiku luka." Aku heran akan ketegasan bunyi kata-kataku
sendiri; tapi lebih aneh lagi adalah perasaan tenang dalam diriku yang
baru kurasakan sejak berminggu-minggu ini. Aku tenang dan benar-
benar bisa menguasai keadaan.
"Kurasa aku tak bisa bangun, 'Mr. Wilkinson. Sebaiknya kembalikan saja
kuda itu ke dalam petinya sekarang - lain kali saja kita urus dia - dan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
tolong telepon Mr. Farnon supaya dia datang menjemputku. Kurasa aku
tak bisa menyetir sendiri."
Kakiku tidak patah tapi mengalami perdarahan di dalam gara-gara
dihantam kuat, kemudian seluruh kakiku itu berubah menjadi warna yang
rasanya tak dapat kupercayai, mulai dari Jingga muda sampai hitam
pekat. Dua minggu kemudian, aku masih terpincang-pincang seperti
seorang veteran perang Krim, ketika Siegfried dan aku dengan
serombongan penolong-penolong kembali ke sana dan mengikat kuda
jantan itu, kami bius sama sekali dia dan berhasil membuang barang
tumbuh itu.
Pada otot pahaku ada sebuah lubang akan mengingatkan diriku pada hari
itu, tapi kecelakaan itu ada baiknya juga. Aku menyadari bahwa rasa
takut kita lebih parah daripada kenyataannya dan sejak itu pekerjaan
dengan kuda tak pernah menyusahkan aku lagi.
BAB 26
AKU pertama kali melihat Phin Calvert dijalan di luar tempat
pemeriksaan waktu aku sedang bercakap-cakap dengan Brigadir Julian
Coutts-Braw-ne tentang anjing-anjing perburuannya. Brigadir itu boleh
dikatakan merupakan suatu contoh yang tepat tentang seorang ningrat
Inggris: jangkung sekali dengan roman muka serba bungkuk seperti
seekor burung rajawali dan hidung tinggi yang besar. Waktu dia sedang
bicara, dari celah bibirnya terhembus-hembus asap cari cerutu kecil.
Aku memalingkan kepalaku mendengar bunyi gemeretak sepatu bot di
trotoar. Sesosok tubuh yang gemuk pendek sedang melangkah dengan
cepat ke arah kami, tangannya dimasukkannya ke balik bre-telnya, jas
yang compang camping terbuka lebar hingga kelihatan kemeja garis
lekuk kemeja yang besar yang tidak berleher baju, sedang helaian-
helaian rambut yang kusut tersembunyi di bawah topi yang kotor. Dia
tersenyum lebar entah pada siapa dan dia asyik bersenandung sendiri.
Brigadir menoleh padanya. "Selamat pagi, Calvert," gumamnya dingin.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Phineas mengangkat kepalanya dengan riang karena mengenalinya. "Oh
kau, Charlie, apa kabar?" teriaknya.
Brigadir itu memandang seolah-olah dia telah meneguk segelas besar
cuka sekaligus. Dikeluarkannya cerutunya dengan tangan yang gemetar
dan menatap ke punggung yang sedang menjauh. "Setan tak tahu diri,"
gumamnya.
Kalau kita melihat Phin, kita tidak akan menyangka bahwa dia adalah
seorang peternak yang kaya. Aku dipanggil ke tempatnya seminggu
kemudian dan aku keheranan mendapatkan sebuah rumah mewah lengkap
dengan bangunan-bangunan lain dan ternak penghasil susu yang sedang
makan rumput di padang rumput.
Aku sudah bisa mendengar suaranya sebelum aku keluar dari mobil.
"Halo, Halo, halo! Siapa nih yang datang. Anak muda baru ya? Sekarang
kita tentu akan mempelajari sesuatu yang baru!" Tangannya masih
berada di balik bretelnya dan tertawa lebih besar lagi.
"Nama saya Herriot," kataku.
"Begitukah?" Phin memiringkan kepalanya dan mengamati diriku,
kemudian dia berpaling pada tiga orang laki-laki muda yang siap berdiri.
"Bukan main manisnya senyumnya ya, Anak-anak. Benar-benar seorang
Bujang Periang!"
Dia berpaling dan mulai menunjukkan jalan menyeberangi halaman.
"Marilah, kalau begitu, kita mau lihat bagaimana Anda. Kuharap Anda
tahu juga sedikit tentang anak sapi, karena aku ada beberapa ekor di
sini yang benar-benar buruk keadaannya."
Waktu dia mendahuluiku masuk ke kandang anak sapi, aku berharap agar
aku bisa berbuat sesuatu yang mengesankan - mungkin dengan
menggunakan obat-obat dan suntikan-suntikan baru yang kubawa di
mobil; harus ada sesuatu yang istimewa untuk bisa memberikan kesan
yang mendalam di sini.
Ada enam ekor binatang-binatang muda yang bagus tumbuhnya,
besarnya boleh dikatakan biasa-biasa saja, dan tiga di antaranya
berkelakuan aneh; mereka itu menggertak-gertakkan giginya, berbuih-
buih mulutnya dan berkeliaran sembarangan di tempatnya seolah-olah
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
mereka tak bisa melihat. Sedang aku mengamat-amati mereka, salah
satu di antaranya berjalan langsung ke dinding dan berdiri dengan
hidungnya terhimpit ke batu.
Phin, yang kelihatannya tidak merasa kuatir, bersenandung dengan
senangnya di sudut. Waktu aku mengeluarkan termometerku dari
kotaknya, meledaklah komentarnya. "Hey, mau apa dia itu? Nah, kita
mulai, ayo berdiri!"
Selama setengah menit waktu termometerku berada dalam alat
pelepasan binatang, biasanya pikiranku sibuk sekali. Tapi kali ini aku tak
butuh waktu untuk mengerjakan diagnosaku; kebutaan binatang-
binatang itu mempermudahnya. Aku mulai melihat berkeliling ke dinding-
dinding kandang itu; gelap sekali hingga aku harus mendekatkan mukaku
ke batu itu.
Phin berkata lagi, "Hey, ada apa? Anda sama saja dengan anak sapi itu,
mendengus-dengus saja di situ, seperti orang mengantuk. Apa benar
yang Anda cari itu?"
"Cat, Mr. Calvert. Aku hampir yakin bahwa anak-anak sapi Anda telah
menderita keracunan timah."
Phin mengatakan apa yang biasa dikatakan oleh semua peternak dalam
keadaan demikian. "Tak mungkin. Sudah tiga puluh tahun ini aku
memelihara anak sapi di sini dan mereka tak pernah mendapat apa-apa
dari tempat ini. Pokoknya, di sini tak ada cat."
"Lalu bagaimana dengan ini?" Aku memandang tajam ke sudut yang
paling gelap lalu menarik sekeping papan yang lepas.
"Ah, itu kan hanya sepotong kayu yang kupakukan di situ minggu yang
lalu untuk menutup sebuah lubang. Bekas di kandang ayam buruk."
Aku melihat ke cat yang sudah berumur dua puluh tahun yang sudah
lepas tapi masih bergantungan seperti serpih salju yang merupakan
godaan yang tak tertahankan oleh anak-anak sapi itu. "Inilah yang telah
mendatangkan mala petaka ini," kataku. "Lihat, Anda bisa melihat bekas
gigi di mana yang sudah digigitnya."
Phin mengamat-amati dengan teliti keping kayu itu dan menggerutu
dengan ragu. "Baiklah, lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Yang pertama-tama ialah membuang keping kayu yang bercat ini,
kemudian memberi semua anak-anak sapi ini garam Inggris. Adakah
Anda garam Inggris?"
Phin tertawa terbahak. "Ada, aku punya satu karung besar penuh, tapi
tak bisakah Anda berbuat lebih baik dari itu? Tidakkah Anda akan
menyuntiknya?"
Keadaannya jadi tak enak. Obat pelawan peracun logam yang tepat,
belum diketemukan dan satu-satunya yang kadang-kadang bisa sedikit
menolong adalah magnesium sulfat yang bisa menyebabkan pengendapan
sulfat timah yang tak bisa larut. Istilah harian untuk magnesium sulfat
tentulah, garam Inggris.
"Tidak," kataku. "Tak ada satu pun yang bisa saya suntikkan yang bisa
benar-benar menolong dan saya bahkan tak bisa menjamin bahwa garam
Inggris itu bisa menolong. Tapi saya harap Anda memberikan dua sendok
makan, penuh tiga kali sehari pada binatang-binatang itu."
"Ah persetan, Anda akan menyebabkan binatang malang itu buang-buang
air sampai mati!"
"Mungkin begitu, tapi tak ada pertolongan lain untuk itu," kataku.
Phin maju selangkah mendekatiku hingga mukanya yang berkulit coklat
yang berkerut dalam itu, dekat sekali dengan mukaku. Mata coklat yang
berbintik-bintik yang tiba-tiba jadi tajam itu memandangiku tanpa
berkedip beberapa detik lamanya, lalu dia berbalik cepat. "Baik,"
katanya. "Mari masuk, kita minum."
Phin berjalan berdegup-degup mendahuluiku ke dalam dapur peternakan
itu, mendongakkan kepalanya dan berteriak demikian kerasnya hingga
menggoncangkan jendela-jendela. "Bu! Ada orang minta bir nih! Mari
kenalkan si Bujang Periang!"
Mrs. Calvert muncul dengan kecepatan luar biasa dan meletakkan gelas-
gelas dan botol-botol. Aku melihat kertas-kertas merk "Smith's Nutty
Brown Ale', lalu kuisi gelasku. Saat itu adalah saat yang bersejarah,
meskipun pada saat itu aku belum tahu; itu adalah Nutty Brown yang
pertama dari serangkaian yang amat banyak yang akan kuminum di meja
itu.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Mrs. Calvert duduk sebentar, melipatkan tangannya di pangkuannya dan
tersenyum membesarkan hati. "Lalu, bisakah Anda berbuat sesuatu
untuk anak-anak sapi itu?" tanyanya.
Sebelum aku bisa menjawab, Phin sudah memotong. "Ah ya, tentu dia
bisa. Semua diberinya garam Inggris."
"Garam Inggris?"
"Benar, Bu. Waktu dia datang kukatakan bahwa kita akan mendapatkan
sesuatu yang benar-benar hebat dan yang merupakan penemuan baru.
Kita tak bisa menduga orang-orang baru dan gagasan-gagasan moderen
ini." Phin menghirup birnya dengan serius.
Setelah beberapa hari berikutnya, anak-anak sapi itu berangsur baik
keadaannya dan pada akhir minggu kedua semuanya sudah makan seperti
biasa. Yang terparah keadaannya masih memperlihatkan bekas-bekas
kebutaan, tapi aku yakin bahwa itu pun akan membaik.
Tak lama setelah itu aku bertemu Phin lagi. Wak-tu itu kami baru habis
makan siang dan aku berada di kantor bersama Siegfried, ketika pintu
luar terbanting dan di lorong terdengar gema detak besi sepatu.
Kudengar suara nyaring yang bernyanyi - ki - ti - tddy - rum - te - tum.
Phineas sekali lagi berada di tengah-tengah kami.
"Waduh, waduh!" serunya dengan ramah pada Miss Harbottle. "Flossie
rupanya! Lalu apa kerja anak manisku pada hari secerah ini?"
Tak ada sedikit pun perubahan pada air muka Miss Harbottle yang
seperti batu itu. Dia hanya memberikan tatapan dingin pada penyerbu
itu, tapi Phin berputar pada Siegfried dengan senyum lebar yang
menunjukkan gigi kuning. "Nah, Sahabat, bagaimana kabarnya?"
"Baik-baik saja semua, Mr. Calvert," sahut Siegfried. "Apa yang bisa
kami bantu?"
Phin menusukkan jarinya padaku. "Ini dia orangku. Aku minta supaya dia
ke tempatku sekarang ju-ga.
"Ada apa?" tanyaku. "Anak-anak sapi lagikah?"
"Bukan! Maunya ya. Sekarang ini sapi betina kesayanganku. Nafasnya
sampai terdengar seperti dia menguak - kelihatan seperti pneumonia,
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
tapi lebih buruk daripada yang kutahu. Keadaannya buruk sekali.
Kelihatannya seperti akan mati." Sesaat lamanya hilang kejenakaan Phin.
Aku sudah mendengar tentang sapi betina ini; keturunan tanduk pendek,
pemenang pameran dan asal-usul dari semua sapi-sapinya. "Saya akan
datang segera setelah Anda, Mr. Calvert. Saya akan menyusul."
"Bagus, Nak. Saya pergi dululah kalau begitu." Phineas berhenti di pintu,
seorang tokoh yang kasar, tak kenal lelah, berpakaian compang-camping;
celana yang kedodoran yang menggembung dari pinggangnya yang besar.
Dia berpaling lagi pada Miss Harbottle dan memencengkan roman
mukanya yang liat seperti kulit itu menjadi tarikan yang jelek sekali.
"Tara, Floss!" serunya, lalu menghilang.
Sesaat lamanya kamar itu seperti kosong dan sepi sekali, yang
terdengar hanya kata-kata Miss Harbottle yang masam. "Aduh, orang
itu! Brengsek! Brengsek benar!"
Agak lama aku baru sampai di peternakan itu dan kudapati Phin sudah
menunggu dengan ketiga orang anak laki-lakinya. Pemuda-pemuda itu
tampak muram, tapi Phin masih tetap tak tergoyahkan keriangannya.
"Ini dia!" teriaknya. "Si Bujang periang lagi. Sekarang kita akan
tertolong." Dia bahkan sempat menyenandungkan suatu lagu waktu kami
menyeberang ke tempat sapi itu, tapi waktu dia menjenguk dari atas
pintu, kepalanya terkulai ke dadanya dan tangannya masuk lebih jauh ke
balik bretelnya.
Sapi itu berdiri seperti terpaku di tengah-tengah tempat itu. Rongga
dadanya kembang kempis, merupakan pernafasan yang bukan main
sesaknya yang tak pernah kulihat. Mulutnya terbuka, gelembung-
gelembung busa tergantung di sekeliling bibirnya dan lubang hidungnya
yang mengembang; matanya yang menonjol seolah-olah akan-terlepas
dari kepalanya karena ketakutan, menatap saja ke dinding di
hadapannya. Ini bukan pneumonia, ini adalah pertempuran yang
mengerikan -untuk mendapatkan nafas; dan kelihatannya tak ada
harapan.
Dia tak bergerak waktu aku memasukkan termometerku dan meskipun
pikiranku bekerja keras, kurasa bahwa waktu yang setengah menit kali
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
ini tidak akan cukup lama. Aku sudah menduga bahwa aku akan
mendapati nafas yang terengah-engah tapi sama sekali tidak seperti ini.
"Kasihan si nenek tua," gumam Phin. "Dia telah memberiku anak-anak
sapi yang terbagus yang pernah kumiliki dan dia tenang sekali seperti
domba. Aku sering melihat cucu-cucuku berjalan di bawah perutnya dan
dia tak ambil peduli. Aku tak suka melihat dia menderita seperti ini.
Kalau Anda tak bisa berbuat apa-apa, segera katakan supaya kuambil
bedilku."
Kukeluarkan termometer dan kubaca. Seratus sepuluh Fahrenheit. Ini
tak masuk akal; kugoncang termometer itu kuat-kuat dan kutusukkan
kembali ke alat pengeluaran sapi itu.
Kali ini kubiarkan termometer itu hampir satu menit di dalam, supaya
aku punya cukup waktu untuk berpikir. Yang kedua kali ini seratus
sepuluh lagi dan aku mendapatkan keyakinan tak enak bahwa seandainya
termometer itu satu kaki panjangnya, air raksanya masih akan mendesak
terus sampai ke atas.
Demi Tuhan, apakah ini? Mungkin Anthra bisa juga..... namun..... Aku
melihat pada kepala-kepala yang berjajar di atas pintu separo itu;
mereka sedang menunggu aku mengatakan sesuatu dan keadaan mereka
yang bungkem itu lebih menekankan erang dan sesak nafas yang
menyiksa. Aku memandang ke atas kepala-kepala itu ke langit luas yang
biru tua dan awan yang bertumpuk-tumpuk kecil bergerak menyeberangi
matahari. Setelah awan itu lewat, seberkas sinar menyebabkan aku
menutup mataku dan berdentinglah suatu lonceng pemberitahuan kecil
dalam otakku.
"Keluarkah dia hari ini tadi?" tanyaku.
"Ya, dia keluar di rumput sepanjang hari, karena cuaca begitu bagus dan
panas."
Bunyi lonceng yang kecil tadi berubah menjadi bunyi gong yang nyaring.
"Bawa selang air ke mari cepat. Pasangkan di kran air di halaman itu."
"Selang air? Untuk apa.....?"
"Ya, secepat mungkin - dia kena sengat matahari."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Dalam waktu kurang dari semenit mereka selesai memasang selang.
Kusuruh buka krannya sehabis-habisnya, lalu aku mulai menyemprotkan
air ke tubuh yang besar itu - mukanya, tengkuknya, sepanjang rusuknya
dan turun naik ke kakinya. Pekerjaan itu kuteruskan lima menit lamanya,
tapi kelihatannya aku harus menunggu lebih lama lagi sebelum kelihatan
tanda-tanda perbaikan. Aku sudah mulai berpikir bahwa aku keliru,
ketika sapi jantan itu menghirup air itu sekali.
Itu suatu kemajuan - dia tadi tak bisa menelan liurnya sedang
memasukkan udara ke paru-parunya pun bukan main sulitnya; dan aku
benar-benar mulai melihat perubahan pada binatang yang besar itu. Dia
benar-benar kelihatan kurang menderita dan tidakkah nafasnya agak
lebih tenang?
Lalu sapi itu menggoncang-goncang tubuhnya, memalingkan kepalanya
dan memandang kami. Terdengar bisikan keheranan dari salah seorang
anak muda itu.
"Demi Tuhan, berhasil!"
Aku merasa senang sekali sesudah itu. Selama masa pekerjaanku,
rasanya aku tak bisa membayangkan saat yang lebih memberikan
kesenangan daripada saat aku berdiri di kandang sapi itu sambil
memancurkan semprotan air yang menyelamatkan itu dan
memperhatikan sapi itu merasa keenakan. Dia paling suka jika
dipancurkan di mukanya, dan kalau aku bekerja dari ekornya melalui
sepanjang punggungnya yang seperti beruap panasnya, dia akan
menadahkan hidungnya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya serta
berkedip-kedip keenakan.
'Dalam waktu setengah jam, dia kelihatan hampir normal. Dadanya
memang masih berkembang kempis dengan berat, tapi dia tidak merasa
sakit. Kucobakan lagi suhu badannya. Turun menjadi seratus lima.
"Dia akan baik sekarang," kataku, "tapi kurasa salah seorang di antara
kalian harus terus memancurkan air selama kira-kira dua puluh menit
lagi. Aku harus pergi sekarang."
"Tentu masih sempat minum," gumam Phin.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Di dapur rumahnya, pekik 'Bu' memanggil isteri-nya, kurang nyaringnya
daripada biasa. Dia mengempaskan dirinya ke sebuah kursi lalu menatap
gelas Nutty Brown. "Bujang," katanya "dengarkan kau benar-benar telah
membingungkan aku kali ini." Dia menarik nafas panjang lalu menggosok-
gosok dagunya dan nyata benar rasa sulitnya untuk percaya. "Aku
benar-benar tak tahu harus berkata apa padamu."
Tidak sering Phin kehilangan suaranya seperti itu, tapi dia cepat bisa
lagi berbicara pada pertemuan diskusi persatuan para peternak
berikutnya.
Seorang yang amat terpelajar dan bersungguh-sungguh, sedang
menekankan tentang kemajuan-kemajuan obat-obatan dalam ilmu
kedokteran hewan dan bagaimana peternak-peternak sekarang bisa
mengharapkan binatang ternaknya diobati sebagaimana para dokter
mengobati pasien-pasien manusianya, dengan obat-obat dan cara-cara
yang terbaru.
Phin tak bisa lagi menahan dirinya. Dia melompat berdiri lalu berseru,
"Saya rasa Anda banyak omong kosong saja. Ada seorang anak muda di
Darrowby yang belum lama keluar dari kuliah dan Anda boleh
menyebutnya entah apa, tapi yang dipakainya untuk pengobatan bukan
lain dari garam Inggris dan air dingin."
BAB 27
PADA suatu kali, Siegfried mengalami dorongan batin untuk bekerja
lebih efisien. 'Penyakit' itu biasanya muncul kalau dia habis membaca
tulisan tentang teknik atau kalau dia habis melihat film tentang
prosedur teknis yang baru. Semua orang terkena susahnya kalau dia
sedang mendapat 'penyakit' itu. Dia akan ngamuk-nga-muk pada seisi
rumah yang ketakutan, berteriak-teriak menyuruh kami bergerak dan
menjadi manusia-manusia yang lebih baik. Beberapa lamanya, dia akan
tersiksa sendiri karena tergila-gila akan kesempurnaan.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Pada salah satu keadaan yang demikian, sapi Kolonel Merrick termakan
sepotong kawat. Kolonel itu adalah sahabat pribadinya, maka
persoalannya makin tak enak.
"Kita harus bisa memperlihatkan cara-cara yang lebih baik pada
pembedahan-pembedahan begitu. Kuranglah baiknya kalau kita hanya
mengeluarkan alat-alat tua dari tas kita lalu mulai memotong binatang
itu begitu saja. Kita harus memperlihatkan kebersihan, kalau mungkin
keseterilan, serta teknik yang teratur."
Maka semangatnya pun berapi-apilah waktu dia mendiagnosa 'traumatic
reticulitis' yaitu suatu benda asing dalam lipatan perut kedua, pada sapi
kolonel itu.
"Kita betul-betul harus memperlihatkan sesuatu pada Pak tua Hubert.
Kita harus memberinya suatu pertunjukan pembedaan hewan yang tak
akan pernah dilupakannya."
Tristan dan aku dipaksa untuk bertugas sebagai asisten dan kedatangan
kami di peternakan itu memang benar-benar mengesankan. Siegfried
berjalan di depan sekali dengan jas dari bahan tweed yang baru sekali
dan yang amat dibanggakannya. Dia bersalaman dengan girang sekali
dengan sahabatnya itu.
Kolonelnya pun ramah tamah. "Kudengar kau akan membedah sapiku.
Mengeluarkan kawat ya? Aku ingin melihat kau mengerjakannya, kalau
boleh."
"Tentu saja, Hubert, lihatlah. Kau akan merasa tertarik sekali."
Dalam kandang, Tristan dan aku sibuk menjalankan perintah-
perintahnya. Kami mengatur meja-meja dekat sapi itu dan di atasnya
kami menempatkan perintah-perintahnya. Kami mengatur meja-meja
dekat sapi itu dan di atasnya kami menempatkan baki-baki logam baru
dengan sederetan alat-alat yang berkilat-kilat dan sudah disterilkan.
Pisau-pisau bedah, alat-alat penunjuk, alat-alat untuk menyelidiki
dalamnya luka, angkup-angkup nadi, alat-alat suntik, jarum-jarum
penjahit luka, tali penjahit luka dari usus binatang dan benang sutera
dalam botol-botol kaca, berbal-bal kapas dan beberapa botol spiritus
serta obat-obat antiseptik yang lain.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Siegfried sibuk kian ke mari, gembira seperti anak sekolah. Tangannya
memang cekatan dan sebagai seorang ahli bedah dia pantas ditonton.
Tanpa bersusah payah aku bisa membaca pikirannya. Ini akan hebat
sekali, pikirnya.
Setelah dia merasa puas dengan segala persiapan, dia menanggalkan
jasnya dan mengenakan pakaian kerja dokter yang putih bersih.
Diberikannya jasnya pada Tristan, tapi segera menghardik marah. "Hei,
jangan lemparkan seenakmu ke kaleng makanan itu! Sini, bawa ke mari.
Aku akan mendapatkan tempat yang aman untuk jas itu." Dibuangnya
debu di baju itu dengan halus lalu digantungkannya pada sebuah paku di
dinding.
Sementara itu aku selesai mencukur dan mende-sinfektir daerah yang
akan dibedah, yaitu perut bagian sisi dan segala-galanya sudah siap
untuk memberikan pembiusan setempat. Siegfried mengambil alat
suntiknya lalu cepat-cepat menusukkannya ke daerah itu. "Dari sinilah
kita akan masuk, Hubert. Kuharap kau tidak mual."
Kolonel itu berseri-seri waktu berkata, "Alaa, aku sudah biasa melihat
darah. Tak usah kuatir, aku tidak akan pingsan."
Dengan sikap yang berani dengan pisau bedahnya, Siegfried menggores
kulitnya, lalu ototnya dan akhirnya dengan amat berhati-hati selaput
perut yang berkilat. Maka kelihatanlah dinding yang halus dari lipatan
perut pertama.
Siegfried menjangkau pisau bedah yang lain lagi dan mencari tempat
yang paling baik untuk dipotong. Tapi selagi dia memperbaiki letak pisau
di tangannya, dinding perut yang pertama itu tiba-tiba menggembung
melalui torehan di kulit. "Tidak biasa," gumamnya. "Mungkin gas perut
nih." Tanpa merasa bingung dia perlahan-lahan mendorong kembali
gembungan itu dan bersiap-siap lagi untuk memotong-motong; tapi baru
saja dia menarik tangannya, perut itu ikut menggembung lagi, suatu
gelembung kemerahan yang lebih besar daripada bola sepak. Siegfried
mendorongnya lagi dan benda itu segera menonjol lagi, yang
menggembung yang besarnya mengejutkan. Kini dia bekerja
menggunakan kedua belah tangannya, mendorong dan menekan hingga
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
barang itu sekali lagi dipaksakannya hingga tak kelihatan. Sejenak dia
berdiri dengan tangannya di dalam perut sapi sambil bernafas dengan
berat. Dua tetes peluh menetes dari dahinya.
Pelan-pelan ditariknya tangannya. Tak terjadi apa-apa. Rupanya barang
itu telah tenang. Waktu dia sedang menjangkau pisaunya lagi, perut itu
melompat dan tersembul lagi seperti benda hidup. Kelihatannya seolah-
olah seluruh bagian tubuh itu telah keluar melalui torehan itu - suatu
onggokan yang berkilat yang tersembul dan membengkak terus sampai
sejajar dengan matanya.
Siegfried tak bisa tetap berpura-pura tenang lagi dan dia kini berjuang
dengan nekat, digenggamnya barang itu dengan kedua belah tangannya
dan ditekannya ke dalam dengan sekuat tenaga. Aku bergegas maju
untuk membantu dan waktu aku tiba ke dekatnya, dia berbisik dengan
parau "Apa-apaan sih ini?" Jelas bahwa dia sedang berpikir-pikir apakah
onggokan jaringan yang berdenyut itu merupakan bagian dari tubuh
binatang yang tak pernah didengarnya.
Tanpa berkata apa-apa kami berjuang menekan onggokan itu ke bawah
hingga rata dengan kulit. Kolonel itu memperhatikan dengan penuh
perhatian. Dia tidak menduga pembedahan itu akan begitu menarik. Alis
matanya agak ternaik.
"Ini tentu ulah gas," desah Siegfried. "Bawa ke mari pisau dan
mundurlah."
Ditusukkannya pisau itu ke dalam lapisan perut itu dan memotong ke
bawah dengan tajam. Aku senang aku tadi menjauh, karena dari
potongan itu memancurlah suatu semprotan yang merupakan isi perut
setengah cairan - suatu air mancur berwarna coklat kehijauan dan
berbau busuk sekali yang meledak dari dalam tubuh sapi itu seakan-akan
dari pompa yang tak kelihatan.
Yang kena langsung yang pertama adalah muka Siegfried. Dia tak bisa
melepaskan bagian perut itu karena takut kalau perut itu kembali ke
rongga perut dan mengotori selaput perut. Jadi dia terus memegang
benda itu, sedang curahan yang berbau busuk itu tercurah ke
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
rambutnya, mengalir ke lehernya dan habislah seluruh baju dokternya
yang putih bersih itu.
Kadang-kadang, aliran- yang tak henti-hentinya itu diselingi oleh
ledakan yang tiba-tiba yang me-mancurkan dengan tiba-tiba cairan yang
beragi, ke segala sesuatu dalam lingkungannya yang terdekat. Dalam
waktu satu menit, baki-baki dengan alat-alat yang berkilat itu sudah
dipenuhinya sama sekali. Deretan-deretan yang rapi dari kain-kain
kesat, berkas-berkas kapas yang seputih salju lenyap tanpa bekas, tapi
yang paling menyedihkan ialah waktu suatu semprotan yang terhebat
menyembur mengenai jas yang tergantung di dinding. Muka Siegfried
habis berlepotan hingga aku tak bisa melihat perubahan air mukanya
gara-gara bencana itu, namun aku bisa melihat kesusahan di matanya.
Kini alis mata Kolonel benar-benar naik setinggi-tingginya dan matanya
terbuka waktu dia memandang seperti tak percaya pada peristiwa kacau
itu. Siegfried yang masih tetap bertahan memegang perut itu dengan
bersungguh-sungguh, menjadi pusat peristiwa itu. Dia berada di tengah-
tengah bencah yang berbau busuk yang tingginya sampai setengah
sepatu bot Wellington-nya. Rupanya seperti pen-duduk asli Kepulauan
Fiji, dengan rambutnya yang kaku dan kusut serta matanya yang putih
berputar-putar di mukanya yang coklat.
Akhirnya banjir itu berkurang, tinggal sedikit-sedikit, lalu berhenti
sama sekali. Aku memegang tepi-tepi luka itu, sementara Siegfried
memasukkan lengannya dan meraba-raba dalam lipatan perut yang
kedua. Kuperhatikan dia meraba-raba dalam alat tubuh yang bersarang-
sarang itu yang tak kelihatan dari jauh, dekat sekat rongga badan
letaknya. Suatu gumam kepuasan menyatakan bahwa dia sudah
menemukan kawat yang masuk itu dan dalam beberapa detik saja dia
sudah bisa mengeluarkannya.
Tristan benar-benar memperlihatkan manfaat dirinya dengan mencucui
alat-alat untuk menjahit hingga potongan pada perut yang pertama itu
bisa dijahit segera. Ketabahan Siegfried yang terpuji itu tidaklah sia-
sia; tak ada terjadi pengotoran di selaput perut.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Tanpa berkata apa-apa ditutupnya kembali kulit dan ototnya dengan
jahitan yang rapi lalu menge-sat sekeliling luka itu. Segala-galanya
kelihatan sudah beres. Sapi kelihatan sama sekali tak merasa apa-apa;
karena dibius dia sama sekali tak sadar apa-apa tentang perjuangan
hebat dengan isi perutnya. Bahkan, karena sudah terlepas dari gangguan
dengan sudah dibuangnya kawat, dia sudah kelihatan merasa lebih enak.
Membereskannya makan waktu banyak, dan pekerjaan yang paling sulit
adalah membersihkan Siegfried supaya dia bisa kelihatan lagi. Kami
berusaha keras untuk membasuhnya dengan berem-ber-ember air,
sedang dia terus-menerus menyikat jasnya dengan sedih memakai
sebilah kayu datar. Hal itu tak banyak mengadakan perubahan.
Kolonel itu simpatik dan tak sudah-sudahnya memberi selamat. "Mari
kita masuk, Sahabat baik.
Mari masuk, kita minum-minum dulu." Namun undangan itu rasanya
bernada kosong dan dia menjaga dirinya dan berdiri sekurang-kurangnya
tiga ratus sentimeter dari sahabatnya itu.
Siegfried menyandangkan jasnya yang sudah berlumuran itu ke
pundaknya. "Terima kasih, Hubert, atas kebaikan hatimu itu, tapi kami
harus pergi." Dia langsung keluar dari kandang itu. "Kurasa dalam sehari
dua lagi kau akan melihat dia makan lagi. Dua minggu lagi aku akan
kembali untuk membuka jahitannya."
Dalam rongga mobil yang luas itu, Tristan dan aku tak bisa menjauhkan
diri dari Siegfried sejauh yang kami ingini. Kami mengulurkan kepala
kami ke luar jendela, namun dengan demikian pun masih juga tercium
bau busuk itu.
Setelah satu atau dua mil menyetir tanpa berkata apa-apa, Siegfried
dulu berpaling padaku dan dia tertawa. Tapi keras hatinya masih juga
tampak. "Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi dalam pekerjaan
kita ini, Saudara-saudaraku, tapi ingat saja ini - pembedahan tadi itu
berhasil."
BAB 28
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
KAMI bertiga di halaman itu, Isaac Cranford, Jeff Mallock dan aku;
kami semuanya murung. Yang kelihatan santai hanya Mallock dan itu
memang sepatutnya, karena dia, boleh dikatakan adalah tuan rumah.
Pemilik perusahaan yang membeli binatang-binatang yang tak berguna
lagi, untuk disembelih dan dijual bagian-bagian tubuhnya. Kini dia
memandang dengan ramah sedang kami melihat ke dalam mayat sapi
yang baru disembelihnya.
Di Darrowby nama Mallock merupakan lonceng kematian. Tempat itu
merupakan pekuburan binatang ternak, juga menjadi tempat
terkuburnya keinginan para peternak dan harapan para dokter hewan.
Jika ada seekor binatang yang sakit parah, seseorang akan berkata,
"Kurasa tak lama lagi dia akan harus dibawa ke tempat Mallock." Atau
"Jeff Mallock juga yang akhirnya mendapatkannya." Dan tempat ini
memang sesuai benar dengan manfaatnya; sekelompok bangunan-
bangunan yang buruk-buruk terbuat dari batu bata merah yang
dibangun beberapa jauh dari jalan dengan cerobong besar pendek yang
tak henti-hentinya mengepulkan asap hitam.
Janganlah hendaknya kita mendatangi tempat Mallock itu terlalu dekat
kalau kita tidak punya perut yang kuat, jadi tempat itu dihindari orang-
orang kota, tapi jika kita memberanikan diri memasuki lorong ke
halaman itu dan mengintai melalui pintu-pintu dari logam itu, kita bisa
melihat ke dunia yang mengerikan. Di mana-mana tergeletak binatang-
binatang mati. Kebanyakan di antaranya sudah tak lengkap lagi alat-alat
tubuhnya dan beronggok-gonggok besar daging tergantung pada
cantelan-cantelan, tapi di sana kelihatan juga domba yang sudah
menggembung badannya atau babi yang sudah bengkak dan berwarna
kehijau-hijauan yang Jeff sendiri pun tak tahan menyembelihnya.
Tengkorak dan tulang-tulang kering bertumpuk-tumpuk sampai ke atap
di sana sini dan tumpukan-tumpukan daging berwarna coklat terdapat di
sudut-sudut. Baunya selalu busuk, tapi kalau Jeff sedang merebus
kerangka tak tertahan lagi.
Rumah tempat tinggal keluarga Mallock berdiri di tengah-tengah
bangunan-bangunan itu dan bisa dimengerti kalau orang-orang baru akan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
menyangka bahwa yang tinggal di situ adalah sekumpulan orang-orang
kerdil jelek yang layu. Tapi Jeff adalah seorang laki-laki yang mukanya
selalu merah dan lucu yang berumur empat puluhan, isterinya gemuk,
suka tersenyum dan manis. Keluarganya terdiri dari anak-anak yang
berturut-turut mulai dari seorang gadis berumur sembilan belas tahun,
dan benar-benar cantik sampai kepada seorang anak - laki-laki berumur
lima tahun yang sehat. Ada delapan orang anak-anak Mallock dan
sepanjang umur mereka, mereka itu bermain-main di tengah-tengah
paru-paru binatang yang sakit tbc dan aneka ragam bakteri mulai dari
Salmonella sampai Anthrax. Namun mereka adalah anak-anak yang paling
sehat di daerah itu.
Di rumah-rumah minum diceritakan orang bahwa Jeff adalah salah
seorang yang terkaya di kota itu, tapi sedang mereka minum-minum bir,
orang-orang setempat itu harus mengakui bahwa uangnya didapatnya
secara halal. Pukul berapa pun dia mau saja pergi dengan gerobaknya
untuk mengambil sebuah bangkai, membawanya kembali ke tempatnya
dan menyembelihnya. Seorang pedagang makanan anjing datang dua kali
seminggu dari Brawton dengan sebuah gerobak dan membeli daging yang
baru. Sisa badannya dimasukkan Jeff ke dalam panci besar sekali dan
dimasak untuk dibuat campuran makanan babi dan ayam itik yang laku
sekali dijual. Tulang-tulangnya dijual pada pengusaha pembuat pupuk,
kulitnya untuk pengusaha penyamak serta bagian-bagian lainnya
dikumpulkan oleh seseorang yang bermata liar. Kadang-kadang dari
bermacam-macam bagian binatang itu, Jeff bisa membuat batang-
batangan sabun yang panjang dan berbau aneh, yang banyak sekali
pembelinya, untuk menggosok lantai toko. Ya, kata orang, Jeff memang
senang hidupnya, tapi demi Tuhan, dia bekerja keras untuk itu.
Aku agak sering berhubungan dengan Mallock. Perusahaan pembantai
memang merupakan tempat yang bermanfaat bagi seorang dokter
hewan. Tempat itu dapat dijadikan tempat pembendahan bangkai
darurat, di mana dia bisa menyelidiki benar tidaknya diagnosanya dalam
keadaan tak tertolong lagi, dan dalam keadaan di mana dia sama sekali
tak tahu, biasanya misterinya tersingkap oleh pisau Jeff.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Tentu saja sering juga terjadi, di mana peternak-peternak membawa
binatang yang baru habis ku-obati dan bertanya pada Jeff ada apa
dengan binatang itu, maka hal itu agak menimbulkan keretakan, karena
Jeff-lah yang berada dalam kedudukan yang kuat dan dia tak mau
mengalah. Meskipun dia buta huruf, dia adalah seorang yang bangga
akan pekerjaannya; dia tak suka disebut pembeli binatang-binatang
'bekas', tapi lebih suka dinamai 'pedagang kulit'. Dalam hatinya dia
menganggap bahwa setelah dua puluh tahun lamanya berpengalaman
menyembelih binatang-binatang yang sakit dia tahu lebih banyak
daripada dokter hewan mana pun juga, dan keadaan jadi tak enak karena
masyarakat peternakan tanpa ragu membenarkan dia.
Aku selalu jadi merasa tak senang sepanjang hari setiap kali ada
seorang peternak datang ke tempat pemeriksaan dan mengatakan
padaku bahwa sekali lagi, Jeff Mallock telah menyalahkan diagnosaku.
"Hei, ingatkah Anda sapi yang Anda periksa dan katakan kekurangan
magnesium? Dia tak sembuh-sembuh lalu kubawa pada Mallock. Lalu
tahukah Anda apa penyakitnya sebenarnya? Cacing di ekornya. Kata
Jeff kalau saja Anda potong ekornya waktu itu, dia tentu segera
sembuh." Tak ada gunanya membantah atau mengatakan bahwa tidak
ada penyakit namanya cacing di ekor itu. Jeff tahu - itu saja sudah
cukup.
Kalau saja Jeff mau menggunakan kesempatan-kesempatannya yang
selalu berharga itu untuk menambah pengetahuan yang masuk akal,
tidak akan terlalu buruk keadaannya. Tapi dia bahkan mencip-takan ilmu
penyakitnya yang aneh-aneh sendiri, dan yang didasarkan pada
pengobatan-pengobatan ilmu gaib yang dikumpulkannya dari masyarakat
peternakan. Ada empat penyakit-penyakit pokoknya yaitu paru-paru
yang macet, penyakit domba hitam, penyakit perut dan batu golf. Itulah
empat macam penyakit yang membuat para dokter hewan dalam daerah
yang meliputi beberapa mil bergidik.
Ada lagi sesuatu yang tak enak yang harus ditanggung oleh para dokter
hewan yaitu bakatnya yang istimewa yang memungkinkannya segera
mengatakan apa penyebab kematian seekor binatang hanya setelan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
melihat binatang itu sekali lintas saja di peternakan. Peternak-peternak
yang terpesona oleh kepandaiannya itu, selalu bertanya padaku mengapa
aku tak bisa berbuat demikian.
Tapi aku tak bisa membenci laki-laki itu. Sebagai manusia, adalah lumrah
bahwa dia tak bisa menolak kesempatan untuk dianggap orang penting,
apalagi tak ada sikap ingin mencelakakan pada dirinya. Namun kadang-
kadang timbul juga hal-hal yang tak menyenangkan, dan aku suka berada
di tempat waktu dia sedang menyembelih setiap kali ada kesempatan.
Lebih-lebih kalau menyangkut Isaac Cranford.
Cranford adalah seorang yang keras, seorang yang telah memasukkan
dirinya ke dalam pola hidup sederhana yang keras sekali. Seorang yang
tajam perhitungannya, seorang tokoh yang ingin menang biar dengan
cara apa pun juga, dan termasuk orang yang kikir. Dia bertani di tanah
pertanian yang terbaik di Lembah Dale, sapi jenis Shorthorns-nya selalu
memenangkan hadiah dalam pameran-pameran, tapi dia tak punya
sahabat. Mr. Bateson, tetangganya di sebelah utara tanah pertaniannya,
menyimpulkannya sebagai berikut, "Kulit seekor kutu pun berharga bagi
laki-laki itu." Mr. Dickon yang bertani di sebelah selatannya,
menyatakannya dengan cara yang lain, "Kalau selember mata uang sudah
ada dalam tangannya, tidak akan keluar lagi."
Pertemuan kami pagi ini terjadi gara-gara kejadian sehari sebelumnya.
Mr. Cranford menelepon tengah hari. "Sapiku disambar petir. Sekarang
mati di ladang."
Aku keheranan. "Petir? Yakinkah Anda? Bukankah tak ada badai hari
ini?"
"Mungkin di sana tidak, tapi di sini ada."
"Mmm, baiklah, aku akan datang dan memeriksanya."
Sambil bermobil ke peternakan itu aku tak bisa memaksa diriku untuk
merasa antusias dalam menghadapi tanya jawab yang harus kuhadapi.
Urusan petir ini mungkin akan menjadi hal yang memusingkan kepala
saja. Semua peternak mengasuransikan ternaknya terhadap sambaran
petir - itu biasanya merupakan bagian dari asuransi kebakarannya - dan
sesudah suatu badai hebat, sudah menjadi kebiasaan kalau telepon para
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
dokter hewan mulai berdering dengan pemintaan untuk memeriksa
binatang-binatang yang mati.
Perusahaan-perusahaan asuransi biasanya tidak banyak rewel dalam hal
itu. Asal mereka menerima surat keterangan dari dokter hewan yang
menyatakan bahwa berdasarkan pemeriksaannya memang petirlah
penyebab kematian itu, mereka biasa mau saja membayar tanpa banyak
ribut. Seandainya timbul keraguan mereka akan minta pembedahan
mayat atau pendapat lain dari seorang dokter lain. Kesulitannya adalah
karena tak ada diagnosa pembedahan mayat yang dapat dilanjutkan;
paling-paling hanya adanya jaringan di bawah kulit yang memar, dan
boleh dikatakan tidak ada lagi yang lain. Keadaan yang paling
menyenangkan adalah bila terdapat ciri yang paling mengesankan pada
binatang itu, yaitu hangus mulai dari telinga sampai ke kaki terus ke
tanahnya sekali. Sering kali pula binatang itu ditemukan di bawah
sebatang pohon yang sudah terang-terang terbakar dan hangus oleh
petir itu. Dalam hal itu, mudah saja memberikan diagnosanya.
Sembilan puluh sembilan persen dari para peternak tentulah mencari
setiap kesempatan yang baik yang sekecil-kecilnya sekalipun dan kalau
dokter hewannya menemukan penyebab kematian yang lain, mereka akan
menerima keputusan itu dengan tenang, meskipun kurang senang. Tapi
tak ada di antaranya yang menyulitkan.
Aku pernah mendengar Siegfried menceritakan tentang seorang laki-
laki tua yang telah memanggilnya untuk membuktikan suatu kematian
oleh petir. Bekas-bekas hangus yang panjang pada bangkai binatang itu
benar-benar mengesankan dan setelah Siegfried memeriksanya, hampir
saja percaya. "Bagus, Charlie, betul-betul bagus, aku tak pernah melihat
bekas yang lebih mengesankan. Tapi ada satu hal." Dia merangkulkan
lengannya ke pundak laki-laki tua itu. "Sayang sekali kau telah
membiarkan bekas tetesan lilin itu di kulitnya."
Laki-laki itu melihat lebih teliti lalu menghantamkan tinjunya ke telapak
tangannya. "Sialan, Anda benar, Tuan! Aku sudah berhati-hati sekali
mengerjakannya. Dan aku sudah berusaha keras - hampir sejam lamanya
aku mengerjakannya." Dia pergi sambil menggumam. Dia tidak
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
memperlihatkan rasa malu, hanya kesal dan kekurangan teknik kerjanya
sendiri.
Tapi pikirku, waktu mobilku melewati dinding batu peternakannya, akan
lain sekali keadaannya. Cranford punya kebiasaan mendapatkan apa yang
diinginkannya, benar atau salah, dan kalau kali ini keinginannya tidak
didapatnya, akan ada kesulitan.
Aku melewati pintu pagar peternakan dan sepanjang jalan beraspal yang
rapi lalu melalui satu-satunya padang. Mr. Cranford sedang berdiri
tanpa bergerak di tengah-tengah halaman dan bukan untuk pertama
kalinya aku mendapat kesan, kesamaan laki-laki itu dengan seekor
burung besar yang kelaparan. Bahu sempit yang membungkuk, muka yang
dagunya terdorong ke depan seperti paruh tajam, mantel hitam yang
tergantung longgar di tubuhnya yang kerempeng. Aku tidak akan
tercengang seandainya dia membuka sayapnya dan mengepak-ngepak
terbang ke atap kandang. Tapi dia hanya mengangguk tak sabar padaku
dan bergegas berjalan dengan langkah-langkah pendek ke padang di
belakang rumah.
Padang itu luas dan sapi yang mati tergeletak boleh dikatakan di
tengah-tengahnya. Di padang itu tak ada pohon-pohon, tak ada pagar
bahkan tak ada semak-semak. Harapanku untuk menemukan bangkainya
di bawah sebatang pohon yang hangus, segera sirna, tinggallah rasa
kuatir.
Kami berhenti dekat sapi itu dan Mr. Cranford-lah yang mula-mula
bicara. "Pasti karena petir. Tak mungkin sebab lain. Badai hebat, lalu
binatang, yang baik ini jatuh langsung mati."
Aku melihat rumput di sekeliling sapi Shorthorn itu. Rumputnya sudah
teraduk dan tercabut, hingga tinggallah bercak-bercak tanah gundul.
"Tapi dia tidak jatuh dan mati mendadak, kan? Dia mati setelah
mengalami kekejangan-kekejangan - kita bisa melihat bekas-bekas
kakinya mengais-ngais rumput."
"Baiklah, dia memang kejang-kejang, tapi petirlah yang
menyebabkannya." Mata Mr. Cronford kecil tapi galak dan mata itu
memandang berpindah-pindah dari leher bajuku, ke ikat pinggang jasku
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
dan sepatu Wellington-ku. Dia tak pernah bisa melihat seseorang tepat
di matanya.
"Aku ragu, Mr. Cranford. Salah satu tanda dari sambaran petir adalah
bahwa binatang itu mati tanpa perjuangan. Bahkan ada di antaranya
yang mulutnya masih berisi rumput."
"Oh, aku tahu semua itu," bentak Cranford, mukanya yang kecil
memerah. "Aku sudah setengah abad mengurus binatang ternak dan ini
bukanlah pertama kali aku melihat yang disambar. Cara matinya tentu
tak sama."
"Oh, saya mengerti, tapi kuatir ini bisa disebabkan oleh banyak hal."
"Hal-hal apa umpamanya?"
"Yah, umpamanya Anthrax, atau kekurangan megnesium atau sakit
jantung - ada lagi sederetan nama. Kurasa kita harus mengadakan
pembedahan mayat, supaya yakin."
"Eh dengarkan, apakah Anda mau mengatakan bahwa aku mencoba
berbuat sesuatu yang terlarang?"
"Sama sekali tidak. Aku hanya berkata bahwa kita harus mencari bukti
yang meyakinkan sebelum aku memberi surat keterangan. Kita akan
membawanya ke tempat Mallock dan melihat Mallock membedahnya, dan
percayalah jika ternyata tak ada sebab lain dari kematiannya, Anda
akan mendapatkan keuntungan dari keraguan ini. Orang asuransi baik
dalam hal itu."
Muka Mr. Cranford yang berpotongan perampok itu seperti masuk
benar-benar ke dalam leher mantelnya. Dengan geram dia membenamkan
tangannya ke dalam sakunya. "Aku sudah sering minta bantuan dokter
hewan sebelum ini. Dokter-dokter hewan yang layak dan
berpengalaman." Mata yang kecil itu berkilat ke telingaku yang kiri.
"Mereka tak pernah ribut-ribut seperti ini. Untuk apa bersusah payah
begitu? Mengapa Anda harus membuat keistimewaan?"
Yah, mengapa, pikirku. Mengapa harus menjadikan laki-laki ini musuhku?
Dia punya pengaruh besar di daerah ini. Terkemuka dalam persatuan
peternak setempat, seorang anggota dari setiap badan pertanian dalam
daerah bermil-mil jauhnya. Dia seorang laki-laki kaya dan berhasil, dan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
meskipun orang tak suka padanya, mereka menghormati pengetahuannya
dan mendengarkan kata-katanya. Dia bisa mempersulit kedudukan
seorang dokter hewan muda. Mengapa tidak ditulis saja keterangan itu,
lalu pulang? Cukup kalau ditulis, 'Dengan ini diterangkan bahwa saya
sudah memeriksa binatang tersebut di atas dan menurut pendapat saya,
sambaran kilat adalah penyebab kematiannya.' Itu akan mudah, dan
Cranford akan puas. Dengan demikian segala-galanya akan berlalu.
Mengapa harus melawan tokoh berbahaya ini, padahal percuma saja?
Mungkin bagaimanapun juga dia memang disambar petir.
Aku memalingkan mukaku ke Mr. Cranford, mencoba keras memandang
matanya, tapi gagal, karena mata kecil itu beralih ke lain pada saat
terakhir. "Sayang, tapi kurasa kita harus melihat bagian dalam dari sapi
ini. Aku akan menelepon Mallock dan memintanya untuk mengambilnya
dan besok kita bisa melihat dia memotongnya. Akan kujumpai Anda pukul
sepuluh di sana. Baiklah begitu?"
"Yah, kalau memang harus," sembur Cranford. "Sebenarnya ini urusan
omong kosong saja, tapi kurasa aku harus menyenangkan hati Anda. Tapi
baiknya kuperingatkan Anda - sapi ini bagus, bernilai delapan puluh
pound. Aku tak rela kehilangan uang sebanyak itu. Aku minta hakku."
"Aku yakin Anda akan mendapatkan hak Anda, Mr. Cranford. Dan
sebelum dia diangkat, aku sebaiknya, mengambil darahnya sedikit untuk
memeriksa apakah dia ada penyakit Anthrax."
Peternak itu berada dalam tekanan yang bertumpuk-tumpuk. Sebagai
seorang penegak kapel agama methodist, pilihan kata-katanya terbatas,
oleh karenanya dia melampiaskan perasaan amarahnya dengan menyepak
bangkai itu kuat-kuat. Jari-jari kakinya kena tulang punggung yang tak
bergerak dan dia terlompat-lompat berkeliling pada sebelah kaki
beberapa detik lamanya. Lalu dia berjalan dengan terpincang-pincang ke
rumahnya.
Aku tinggal seorang diri dan aku melukai telinga binatang mati itu
dengan pisauku lalu menyapukan seoles darah ke beberapa potong kaca.
Pertemuan itu merupakan pertemuan yang tidak menyenangkan dan
pertemuan esok harinya pun tidak pula menjanjikan keadaan yang
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
menyenangkan. Selaput darah itu kumasukkan berhati-hati ke dalam
sebuah kotak karton dan pulang ke Rumah Skeldale untuk memeriksanya
di bawah mikroskop.
Jadi bukanlah suatu rombongan yang riang benar yang berkumpul di
tempat pemotongan binatang-binatang pagi berikutnya. Bahkan Jeff
yang seperti biasa tetap berair muka seperti Buddha, sebenarnya amat
tersinggung. Waktu aku tiba terlebih dahulu di pekarangan itu, Jeff
telah menceritakan kejadian kemarinnya secara singkat, tapi aku bisa
merangkumkan kejadiannya.
Jeff melompat dari kereta pengangkutnya di tempat Cranford dan
setelah memandang bangkai itu tajam-tajam sepintas, lalu seperti biasa
memberikan diagnosa setempatnya. "Paru-parunya macet. Aku sudah
bisa memastikan melihat matanya dan letak rambutnya di punggungnya."
Lalu dia menantikan desah-desah kagum dan kata-kata ucapan selamat
yang biasanya menyusul pernyataannya itu.
Tapi Mr. Cranford yang hampir seperti orang menari karena marahnya
berkata, "Tutup mulut besarmu yang bodoh itu Mallock, kau tak tahu
apa-apa! Sapi ini disambar petir, ingat itu."
Dan kini, sedang aku menundukkan kepalaku di atas bangkai itu, aku
tetap tak bisa menemukan bukti. Tak ada tanda memar setelah kulitnya
diangkat, sedang alat-alat perutnya bersih dan normal.
Aku meluruskan tubuhku dan menyapukan tanganku ke rambutku.
Tempat merebus binatang menggelegak perlahan, dengan mengeluarkan
berkas-berkas uap yang sedap baunya ke dalam suasana yang sudah
padat ini. Dua ekor anjing menjilat dengan asyiknya ke setumpuk daging
yang sudah dimasak.
Kemudian aku diserang rasa ngeri. Anjing-anjing itu mendapatkan
saingan. Seorang anak laki-laki yang berambut - kriting mencelupkan
jari telunjuknya ke tumpukan itu, memasukkan jari itu ke dalam
mulutnya dan mengisapnya dengan nikmat
"Lihatlah itu!" kataku gemetar.
Muka laki-laki pembeli binatang bekas itu bersinar-sinar karena rasa
bangga seorang ayah. "Memang," katanya senang. "Bukan hanya yang
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
berkaki empat saja yang suka masakanku. Makanan yang hebat itu -
penuh zat-zat makanan!"
Setelah rasa senangnya benar-benar pulih, dia menyalakan sebatang
korek api lalu kemudian dengan enak mengisap sebuah pipa pendek yang
sudah memperlihatkan bukti-bukti banyaknya digunakan.
Aku mengembalikan perhatianku ke pekerjaan yang sedang kami lakukan.
"Tolong potong jantungnya, Jim," kataku
Dengan cekatan Jim memotong alat tubuh yang besar itu dari atas ke
bawah, dan aku segera tahu bahwa apa yang kucari sudah bertemu. Baik
urat besar yang memompakan darah keluar maupun yang memasukkan
darah ke jantung hampir seluruhnya tertutup oleh suatu benda seperti
bunga kol yang tumbuh di klep jantung. Penyakit itu namanya Verrucose
endocarditis, biasa pada babi tapi jarang pada sapi.
"Itu, yang membunuh sapi Anda, Mr. Cranfrod," katanya.
Cranford seperti akan memasukkan hidungnya ke jantung itu. "Demi
Tuhan! Kau kan tidak akan menceritakan kepadaku bahwa benda sekecil
itu bisa membunuh binatang sebesar ini."
"Artinya tidak kecil. Dia cukup besar untuk menghentikan aliran darah.
Sayang, tapi tak dapat diragukan lagi - sapi Anda mati karena serangan
jantung."
"Lalu bagaimana dengan petir?"
"Tidak ada tanda-tandanya sama sekali. Anda bisa melihatnya sendiri."
"Lalu bagaimana dengan uangku yang delapan puluh pound itu?"
"Sayang sekali, tapi hal itu tak bisa mengubah kenyataan."
"Kenyataan! Kenyataan apa? Aku sudah datang pagi ini dan Anda sudah
memperlihatkan padaku, tapi Anda tak bisa mengubah pendapatku."
"Yah, tak ada lagi yang dapat kukatakan. Perkaranya sudah jelas."
Mr. Cranford. menjadi tegang dalam sikapnya yang seperti bertengger
itu. Tangannya diletakkannya di bagian depan bajunya dan jarinya terus-
menerus digeser-geserkannya dengan ibu jarinya, seolah-olah
mengusap-usap uang kertas yang dicintainya yang sedang meluncur
menjauhinya. Mukanya yang terbenam lebih dalam di leher bajunya
kelihatan lebih tajam garisnya.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Kemudian dia berpaling padaku dan tersenyum jelek sekali. Dan matanya
yang tertancap pada kerah bajuku, mencoba dengan berani naik seinci
demi seinci. Sebentar sekali mata itu membalas pandanganku, tapi
kemudian terkedip-kedip memandang ke tempat lain lagi dengan
ketakutan.
Ditariknya aku ke samping lalu berbicara sambil menatap jakunku. Dalam
bisikannya yang parau terdengar nada membujuk.
"Coba pikir, Mr. Herriot, kita berdua adalah manusia biasa. Kita sama-
sama tahu bahwa perusahaan asuransi itu lebih mampu menanggung
kerugian ini daripada aku. Jadi mengapa tak bisa Anda katakan saja
bahwa itu petir?"
"Meskipun aku tahu bahwa itu bukan disebabkan oleh petir?"
"Apa sih artinya? Anda bisa saja mengatakannya, bukan? Tak seorang
pun yang akan tahu."
Aku menggaruk kepalaku. "Tapi yang menyusahkan aku, Mr. Cranford
ialah, bahwa aku yang akan tahu."
"Anda akan tahu?" Peternak itu tak mengerti.
"Benar. Dan itu tak baik - aku tak bisa memberi Anda surat keterangan
untuk sapi ini, habis perkara."
Air muka Mr. Cranford mula-mula membayangkan putus asa, kemudian
tak percaya akhirnya frus-tasi. "Yah, kalau begitu dengarkan. Aku tidak
akan membiarkan perkara ini sampai di sini. Aku akan menjumpai majikan
Anda mengenai Anda." Dia berputar lalu menunjuk sapi itu. "Sama sekali
tak ada tanda penyakit di situ. Mau mencoba padaku bahwa kematian itu
hanya disebabkan oleh barang kecil dalam jantung. Anda tak ahli dalam
pekerjaan Anda - Anda bahkan tak tahu benda apa itu!"
Jeff Mallock mengeluarkan pipa yang menghalanginya bicara dari
mulutnya. "Tapi aku tahu. Itu seperti - yang kukatakan. Paru-paru yang
macet yang disebabkan oleh susu dari urat susu yang kembali ke dalam
tubuh. Akhirnya dia masuk ke jantung dan habislah ceritanya. Yang
Anda lihat itu adalah gumpalan-gumpalan susu."
Cranford berputar ke arahnya. "Tutup mulutmu, Pembual besar! Kau
sama saja jahatnya dengan anak muda ini. Petir yang membunuh sapiku!
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Petir!" Dia boleh dikatakan berteriak. Kemudian dia menguasai dirinya
dan berbicara dengan tenang padaku. "Anda akan masih mendengar
tentang perkara ini, Tuan Kepandaian, dan satu hal lagi akan kukatakan.
Anda tidak akan pernah menginjakkan kaki ke peternakanku lagi." Dia
berbalik dan bergegas pergi dengan sikap jalannya yang cepat itu.
Aku mengucapkan selamat pagi pada Jeff lalu masuk ke mobilku dengan
lemah. Yah, segala-galanya telah berakhir dengan baik. Sekiranya
kedokteran hewan hanya terdiri dari pengobatan binatang-binatang
sakit. Tapi kenyataannya tidak demikian. Banyak hal-hal lain. Kuhidupkan
mesin dan akan pergi.
BAB 29
MR. CRANFORD tidak menunggu lama dalam memenuhi ancamannya. Dia
datang ke tempat pemeriksaan tak lama setelah makan siang esok
harinya waktu Siegfried dan aku sedang menikmati rokok kami sehabis
makan di kamar duduk. Kami mendengar lonceng depan dibunyikan orang,
tapi kami tidak bangkit, karena kebanyakan peternak langsung masuk
setelah membunyikan lonceng.
Tapi anjing menjalankan tugasnya. Mereka sudah puas berlari-lari di
padang rumput pagi itu dan baru saja habis menjilati mangkuk-mangkuk
tempat makannya. Karena letih dan kekenyangan, mereka terbaring dan
mulai mendengkur di kaki Siegfried. Tiada lain yang lebih mereka ingini
daripada waktu istirahat selama sepuluh menit itu, tapi mereka amat
tahu kewajiban sebagai pengawal rumah yang galak yang mereka
tugaskan pada diri mereka sendiri. Maka tanpa ragu-ragu mereka
melompat dari permadani dan sambil menyalak menyerbu ke lorong
rumah.
Orang-orang sering ingin tahu mengapa Siegfried memelihara lima ekor
anjing. Bukan hanya memeliharanya tapi membawanya ke mana pun dia
pergi. Kalau dia berkeliling ke tempat binatang-binatang yang harus
diperiksanya, dalam mobilnya, sulit melihatnya di antara kepala-kepala
yang berbulu dan ekor yang terkibas-kibas itu; dan siapa pun yang
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
mendekati mobil itu akan mundur ketakutan karena salak yang garang
dan gigi-gigi yang diperlihatkannya serta mata yang mendelik di jendela-
jendela mobil.
"Aku sama sekali tak mengerti," Siegfried menyatakan sambil
menghantamkan tinjunya ke lututnya, "mengapa orang suka memelihara
anjing sebagai binatang pangkuan. Anjing seharusnya diberi fungsi yang
berguna. Biarkan dia dimanfaatkan untuk pekerjaan pertanian, untuk
perburuan, untuk penunjuk jalan, tapi mengapa orang suka
memeliharanya untuk menganggur saja enak-enakan, aku tak mengerti."
Pernyataan itu sering dikeluarkannya, sering kali dari balik telinga yang
terkibas atau lidah yang terjulur kalau dia duduk di mobilnya.
Pendengarnya akan memandangnya tak mengerti dari anjing greyhound
yang besar kepada anjing terrier yang kecil, dari spaniel ke whippet lalu
ke Scottie; namun tak seorang pun yang bertanya pada Siegfried
mengapa dia memelihara anjing-anjingnya sendiri.
Kurasa rombongan anjing itu menyerang Mr. Cranford kira-kira di
tikungan lorong dan banyak orang kurang kuat akan melarikan diri; tapi
aku bisa mendengar dia berjuang untuk terus berkeras masuk. Waktu
dia memasuki pintu kamar duduk, dia sudah membuka topinya dan
memukulkannya pada binatang-binatang itu untuk mengusirnya. Itu
suatu perbuatan bodoh dan salak anjing makin meningkat. Mata laki-laki
itu menatap saja dan mulutnya komat-kamit, tapi tidak terdengar
sesuatu pun dari mulutnya itu.
Siegfried yang hormat seperti biasanya, bangkit dan menunjuk sebuah
kursi. Juga bibirnya bergerak, pasti dia mengucapkan beberapa kata
basa-basi. Mr. Cranford mengibaskan mantel hitamnya, mengambil sikap
menukik lalu bertengger di kursi. Anjing-anjing duduk pula
mengelilinginya dan menyalak ke arah mukanya. Biasanya mereka itu
terus tergeletak sesudah perbuatan mereka yang meletihkan itu, tapi
ada sesuatu pada muka atau bau Mr. Cranford yang tidak mereka sukai.
Siegfried bersandar pada kursinya, mempertemukan jari-jarinya dan air
mukanya polos saja. Kadang-kadang dia memicingkan matanya dan
mengangguk menunjukkan pengertian. Boleh dikatakan tidak terdengar
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
apa-apa dari Mr. Cranford kecuali sekali-sekali sepatah kata atau
kalimat pendek yang terputus-putus.
".....harus menyampaikan pengaduan....."
".....tidak ahli dalam pekerjaannya ......"
".....tak mampu.....bukan orang kaya ......"
"..... ah, anjing-anjing sialan ini....."
".....tak mau memakainya lagi......"
".....pergi anjing, lari....."
".....sama saja dengan perampokan....."
Siegfried yang benar-benar santai dan kelihatan tak ambil pusing segala
keributan itu, mendengarkan dengan penuh perhatian, tapi setelah
beberapa menit berlalu kulihat muka Mr. Cranford mulai tegang.
Matanya seperti akan keluar dari rongganya dan urat-uratnya menonjol
seperti tali di lehernya yang kurus kering, waktu dia mencoba
menyampaikan pengaduannya itu. Akhirnya dia tak-tahan lagi lalu
melompat dan langsung ke pintu. Terakhir dia masih teriak lagi, lalu
mengibas lagi dengan topinya dan menghilang.
Beberapa minggu kemudian waktu aku membuka pintu kamar obat,
kudapati majikanku sedang mengaduk-ngaduk obat. Dia sedang bekerja
berhati-hati sekali, membalik-balik bahan yang li-kat itu di sekeping
batu marmer.
"Apa kerjamu?" tanyaku.
Siegfried melemparkan sendok pengaduknya dan meluruskan
pinggangnya. "Obat luar untuk seekor babi."
Dia memandang melewati diriku pada Tristan yang baru masuk. "Aku tak
tahu mengapa harus mengerjakannya kalau ada orang yang duduk
menganggur." Dia menunjuk sendok pengaduknya. "Tepat, Tristan, kau
boleh meneruskannya. Kalau kau sudah menghabiskan rokokmu tentu
maksudku."
Air mukanya menjadi lembut waktu Tristan cepat-cepat menjentikkan
rokok Woodbine-nya dan mulai bekerja di papan marmer itu. "Suatu
adonan yang liat. Harus dicampur baik-baik," kata Siegfried dengan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
puas sambil melihat ke kepala adiknya yang tertunduk. "Tengkukku
sudah mulai sakit dibuatnya."
Dia berpaling padaku. "Ngomong-ngomong, barangkali akan menarik
bagimu kalau kaudengar bahwa itu untuk babi kepunyaan sahabat baikmu
Cranford. Babinya yang mendapat hadiah itu. Di punggungnya ada luka
besar dan dia susah setengah mati. Babi itu selalu mendapatkan hadiah
uang untuknya dan noda di situ akan merupakan bencana."
"Jadi Cranford masih datang pada kita."
"Ya, lucu ya, tapi kita tak bisa terlepas dari dia. Aku tak suka kehilangan
langganan, tapi dengan senang hati aku memberikan keistimewaan pada
laki-laki ini. Dia tak mau kau mendekati tempatnya setelah urusan petir
itu, dan dikatakannya dengan terus terang pula bahwa dia tidak pula
terlalu mengharap banyak dari aku. Dikatakannya bahwa aku tak pernah
berbuat pada binatang-binatangnya - katanya akan lebih baik kalau dia
tak pernah memanggilku. Dan mengeluh setengah mati waktu menerima
surat tagihan. Dia lebih banyak menyusahkan daripada menguntungkan
dan lebih-lebih lagi aku agak takut padanya. Tapi dia tak mau pergi -
benar-benar tak mau."
"Dia tahu apa yang menguntungkan dirinya," kataku. "Dia mendapat
pelajaran yang baik sekali dan erang keluhannya itu hanya salah satu
usahanya supaya kita tetap menekan surat tagihannya rendah-rendah."
"Mungkin kau benar, tapi aku berharap ada jalan yang sederhana untuk
menjauhkannya dari kita." Dia menepuk pundak Tristan. "Bagus, tapi tak
perlu sampai menegangkan urat-uratmu. Cukuplah. Masukkan ke dalam
kotak obat ini dan beri label dengan tulisan: 'Gosokkan banyak-banyak
ke punggung babi tiga kali sehari sambil memijit-mijit dengan jari
supaya meresap.' Lalu kirimkan pada Mr. Cranford melalui pos. Dan
sekalian, kirimkan juga contoh kotoran ini ke laboratorium di Leeds
untuk mentes penyakit Johne." Diulurkannya sebuah kaleng bekas
setrup yang penuh dengan kotoran binatang yang cair dan berbau busuk.
"Mungkin kau benar, tapi aku berharap ada jalan yang sederhana untuk
menjauhkannya dari kita." Dia menepuk pundak Tristan. "Bagus, tapi tak
perlu sampai menegangkan urat-uratmu. Cukuplah. Masukkan ke dalam
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
kotak obat ini dan beri label dengan tulisan: 'Gosokkan banyak-banyak
ke punggung babi tiga kali sehari, sambil memijit-mijit dengan jari
supaya meresap.' Lalu kirimkan pada Mr. Cranford melalui pos. Dan
sekalian, kirimkan juga contoh kotoran ini ke laboratorium di Leeds
untuk mentes penyakit Johne." Diulurkannya sebuah kaleng bekas
setrup yang penuh dengan kotoran binatang yang cair dan berbau busuk.
Adalah suatu hal yang bisa mengumpulkan contoh-contoh semacam itu
dan mengirimkannya untuk tes Johne, cacing dan sebagainya, dan
contoh-contoh itu selalu punya satu persamaan - contoh-contoh itu
selalu besar jumlahnya. Yang diperlukan untuk tes itu hanya beberapa
sendok teh, tapi peternak-peternak itu selalu memberikan banyak-
banyak. Mereka rupanya heran mengapa dokter hewan hanya
membutuhkan begitu sedikit dari kotoran yang begitu banyak; maka
ditinggalkannya sifat hati-hatinya yang biasa dimilikinya dan disendok-
kannya barang itu banyak-banyak dengan sekopnya ke dalam wadah yang
sebesar-besarnya yang bisa mereka ketemukan. Mereka tidak
mempedu-likan segala macam bantahan; mereka selalu bersikap 'ambil
saja banyak-banyak, kami punya banyak.'
Tristan memegang kaleng itu dengan berhati-hati sekali dan mencari-
cari di papan-papan rak. "Kita tak punya botol-botol kaca untuk contoh
itu la-gi."
"Benar, kita sudah kehabisan," kata Siegfried. "Aku baru bermaksud
untuk memesannya. Tapi biarlah - pasang saja tutup kaleng itu lalu tekan
kuat-kuat, kemudian bungkus baik-baik dalam kertas coklat. Itu tentu
akan sampai dengan baik ke laboratorium."
Hanya tiga hari kemudian nama Mr. Cranford muncul lagi. Siegfried
sedang membuka surat-surat yang datang pagi, menyingkirkan surat-
surat edaran dan menumpuk-numpuk surat-surat tagihan dan surat-
surat tanda terima, ketika dia tiba-tiba terdiam. Dia seperti membeku
dengan sepucuk surat pada kertas surat biru dan dia duduk seperti
patung waktu membaca surat itu sampai habis. Akhirnya diangkatnya
kepalanya, air mukanya polos. "James, inilah surat yang paling tajam
yang pernah kubaca. Dari Cranford. Dia menyatakan berpatah arang
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
dengan kita dan bahkan sedang berencana untuk mengambil tindakan
yang sah untuk melawan kita."
"Apa salah kita kali ini?" tanyaku.
"Dia menuduh kita telah terang-terangan menghinanya dan
membahayakan kesehatan babinya. Katanya kita telah mengirimkan
padanya sekaleng penuh kotoran sapi dengan petunjuk untuk
menggosokkannya ke punggung babinya tiga kali sehari."
Tristan yang sejak tadi duduk dengan mata setengah tertutup, menjadi
betul-betul sadar dan terbelalak. Dia bangkit dengan tenang dan
berjalan ke arah pintu. Tangannya sudah memegang pintu waktu suara
abangnya menggelegar.
"Tristan! Kembali ke mari kau! Duduk - ada sesuatu yang harus kita
bicarakan."
Tristan mendadak mendongak, menunggu badai meledak, tapi tanpa
diduga, Siegfried tenang. Suaranya lembut.
"Jadi rupanya telah terulang lagi. Kapan aku akan menyadari bahwa aku
tak bisa mempercayakan suatu tugas yang semudah-mudahnya sekalipun
padamu. Rasanya tak banyak aku minta. Hanya memasukkan dua buah
bungkusan kecil ke pos - sama sekali bukan tugas yang pelik. Tapi masih
juga salah kau menjalankannya. Kau salah memasang labelnya ya?"
Tristan menggeliat di kursinya. "Maafkan aku, aku tak ingat
bagaimana....."
Siegfried mengangkat tangannya. "Sudahlah, tak perlu susah. Seperti
biasa, nasib baikmu telah menyelamatkan dirimu. Seandainya terjadi
atas diri orang lain, ketololan itu akan berarti bencana besar tapi
dengan Cranford hal itu merupakan pertolongan Tuhan yang
menguntungkan." Dia berhenti sebentar dan merenung. "Seingatku, pada
label tertulis supaya mengurut-ngurutkannya dengan jari-jari. Dan kata
Mr. Cranford dia membuka bungkusan itu waktu mereka sedang
sarapan..... Ya, Tristan, kurasa kau telah mendapatkan jalan keluar yang
baik. Aku yakin bahwa hal ini benar-benar menghabisinya."
"Lalu bagaimana dengan tindakan sah yang dikatakannya itu?" kataku.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Ah. kurasa itu bisa kita lupakan, Mr. Cranford punya rasa harga diri
yang tinggi. Pikir saja bagaimana bunyi pengaduannya nanti di
pengadilan." Diremukkannya surat itu lalu dilemparkannya ke keranjang
sampah. "Ayolah kita mengerjakan pekerjaan lain saja."
Dia mendahului berjalan dan sesampai di lorong, mendadak berhenti. Dia
berpaling menghadapi kami, "Tentu ada hal lain. Aku ingin tahu
bagaimana reaksi di lab, dimintai mentes obat gosok untuk penyakit
Johne?"
BAB 30
KALI ini aku betul-betul kuatir mengenai diri Tricki. Aku baru saja
menghentikan mobilku, ketika kulihat dia di jalan dengan pemiliknya dan
aku terkejut sekali melihat rupanya. Dia telah jadi gemuk sekali, seperti
sosis yang bengkak yang berkaki di setiap sudutnya. Matanya yang
merah darah dan sayu, menatap ke depan saja terus dan lidahnya
terjulus ke luar.
Mrs. Pumphrey cepat-cepat menjelaskan. "Dia tak berdaya sama sekali,
Mr. Herriot. Dia seperti tak punya tenaga. Kupikir dia menderita
kekurangan makan, jadi kuberi dia makanan ekstra di samping
makanannya yang biasa, untuk menguatkannya. Sedikit bubur dari kaki
anak sapi dan jelai dan minyak ikan dan semangkuk makanan Horlick
malam hari supaya dia bisa tidur - sebenarnya tak banyak."
"Dan adakah Anda kurangi makanan manisnya seperti yang saya
nasihatkan?"
"O ya, kukurangi sedikit, tapi dia kelihatan begitu lemah. Aku terpaksa
mengalah. Dia suka sekali kue cream dan coklat. Aku tak sanggup
menolaknya."
Kulihat lagi anjing kecil itu. Itulah kesulitannya. Satu-satunya cacat
Tricki adalah serakah. Tak pernah kita mendengar dia menolak makanan;
makanan apa saja dihantamnya kapan saja siang dan malam. Dan aku
teringat semua makanan yang tak disebutkan Mrs. Pumphrey, seperti
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
biskuit, coklat lembut dan makanan kecil yang enak-enak - semua itu
amat disukai Tricki.
"Adakah Anda beri dia cukup gerak badan?"
"Yah, dia kadang-kadang berjalan-jalan sedikit dengan saya, seperti
sekarang ini, tapi si Hodgkin sakit pinggang, hingga akhir-akhir ini tak
bisa melatihnya melompati lingkaran."
Aku mencoba berbicara dengan nada keras. "Sekarang saya bersungguh
nih. Kalau Anda tidak betul-betul mengurangi makanannya benar-benar,
dan Dan tidak memberinya cukup latihan, dia akan benar-benar sakit.
Anda harus menguatkan hati Anda dan dengan keras mengurangi
makanannya."
Mrs. Pumphrey meremas-remaskan tangannya. "Ya, baiklah Mr. Herriot.
Aku yakin Anda benar, tapi sulit sekali rasanya." Dia pergi lagi dengan
kepala tertunduk, seolah-olah sudah berketetapan hati akan segera
mengulangi perbuatannya lagi.
Kuperhatikan mereka pergi dengan rasa kuatir yang makin meningkat.
Tricki berjalan dengan langkah berat dengan memakai mantelnya dari
bahan tweed, dia memang selalu memakai mantel-mantel yang
bermacam-macam - mantel-mantel hangat dari bahan tweed dan bahan
Skot untuk hari-hari dingin dan jas hujan kalau hari hujan. Dia berjuang
terus dengan berjalan terbongkok-bong-kok dalam bajunya itu. Kupikir,
tak berapa lama lagi aku pasti mendengar berita dari Mrs. Pumphrey.
Panggilan yang memang sudah kuharapkan itu tiba beberapa hari
kemudian. Mrs. Pumphrey susah sekali. Tricki tak mau makan apa-apa
lagi. Makanan-makanan kesukaannya sekalipun ditolaknya; terkecuali itu,
dia juga muntah-muntah. Dia hanya berbaring saja di tikar kecil,
nafasnya terengah-engah. Tidak pergi berjalan-jalan, tak mau lagi
berbuat apa-apa.
Aku sudah membuat rencanaku sebelumnya. Satu-satunya jalan ialah
membawa Tricki keluar dari rumahnya untuk beberapa lamanya.
Kuanjurkan supaya dia dimasukkan ke rumah sakit selama kira-kira dua
minggu untuk observasi.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Wanita malang itu hampir pingsan waktu mendengar hal itu. Dia belum
pernah berpisah dari kekasihnya; dia yakin bahwa kesayangan itu pasti
akan menderita dan mati jika dia tidak melihatnya tiap hari.
Tapi aku bersikap tegas. Tricki sakit keras dan inilah satu-satunya jalan
untuk menyelamatkannya; aku sebenarnya bahkan berpikir sebaiknya
kubawa dia tanpa menunda, dan dengan disertai ratap tangis Mrs.
Pumphrey, aku keluar ke mobil sambil menggendong anjing kecil itu
terbungkus dalam selembar selimut.
Seluruh Staf rumah tangga dikerahkan dan pelayan-pelayan berlari-lari
keluar masuk, ada yang membawa tempat tidur siangnya ada yang
membawa tempat tidur malamnya, bantal-bantal kesayangannya,
permainan-permainan dan lingkaran-lingkaran karet, mangkuk sarapan,
mangkuk makan siang dan mangkuk makan malam. Karena menyadari
bahwa mobilku tidak akan muat semua barang-barang itu, aku cepat-
cepat berangkat. Waktu mobil mulai bergerak, Mrs. Pumphrey masih
sempat melemparkan segumpal mantel-mantel kecil lewat jendela sambil
berteriak putus asa. Sebelum aku membelok, aku melihat ke kaca spion
dan terlihat bahwa semuanya berurai air mata.
Setelah tiba di jalan, aku melirik ke binatang kecil yang sedih yang
terengah-engah di tempat duduk di sampingku. Kutepuk-tepuk kepalanya
dan Tricki melakukan usaha yang berani, mengibaskan ekornya. "Bujang
tua yang malang," kataku. "Kau sudah tak punya kekuatan lagi, tapi aku
tahu obat untukmu."
Di tempat pemeriksaan, anjing-anjing di rumah mengelilingiku. Tricki
memandang ke rombongan yang ribut itu dengan mata lesu dan ketika
diletakkan, tergolek tak bergerak di permadani. Setelah anjing-anjing
yang lain mendengus-dengus di sekeliling beberapa lamanya, kemudian
memutuskan bahwa dia tak menarik lalu tidak mempedulikan-nya.
Aku membuatkannya sebuah tempat tidur hangat dari kotak bekas,
dekat kotak tempat anjing-anjing yang lain tidur. Selama dua hari dia
kuawasi terus, aku tidak memberinya makanan apa-apa kecuali air
banyak-banyak. Setelah dua hari berlalu dia mulai menaruh perhatian
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
pada keadaan sekelilingnya dan pada hari ketiga dia mulai berkedip-
kedip kalau mendengar anjing-anjing lain di halaman.
Waktu aku membuka pintu, Tricki berjalan ke luar dan segera dikelilingi
oleh Joe si anjing gry-hound dan kawan-kawannya. Setelah
menggulingkannya dan memeriksanya dengan teliti, anjing-anjing itu
pergi ke kebun. Tricki menyusul mereka, tampak masih mengalami
kesulitan dengan lemaknya yang berlebihan, tapi jelas tertarik.
Siang harinya aku hadir pada waktu mereka diberi makan. Kuperhatikan
waktu Tristan menuangkan makanan ke dalam mangkuk. Seperti biasa
terjadi penyerbuan terhadap makanan itu yang disusul oleh makan
dengan kecepatan tinggi; setiap anjing tahu bahwa kalau dia sampai
terbelakang dari yang lain-lain dia pasti akan harus berebutan
mendapatkan sisa makanan.
Ketika mereka selesai, Tricki berjalan ke mangkuk-mangkuk yang
berkilat itu lalu menjilati bagian dalamnya dengan seenaknya. Esok hari
sebuah mangkuk tersendiri disediakan untuknya dan aku senang melihat
dia ikut berdesak-desak mendatangi mangkuknya.
Sejak itu kemajuannya cepat sekali. Dia tidak mendapatkan perawatan
dengan obat apa-apa, tapi sepanjang hari dia berkejar-kejaran dengan
anjing-anjing yang lain dan ikut dalam pergulatan pura-pura mereka. Dia
merasa senang dilemparkan, diinjak dan terjepit setiap beberapa menit.
Dia menjadi anggota rombongan yang diterima baik, suatu benda yang
bukan main kecilnya dan halusnya di tengah-tengah gerombolan yang
besar-besar, dia ikut berjuang seperti harimau untuk mendapatkan
makanan pada waktu makan dan memburu tikus-tikus di kandang ayam
tua malam hari. Dia tak pernah menjalani hidup yang demikian.
Dan selama itu, Mrs. Pumphrey berkeliaran saja di halaman belakang
atau menelepon berbelas kali sehari untuk mendengar berita terakhir.
Aku mengelakkan pertanyaan-pertanyaannya mengenai, apakah
bantalnya dibalikkan secara teratur atau apakah mantel yang tepat yang
dikenakan sesuai dengan cuaca; tapi aku bisa melaporkan dengan pasti
bahwa anjing kecilnya sudah terlepas dari bahaya yang kesehatannya
maju dengan cepat.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Istilah 'kesehatannya maju' rupanya diartikan lain oleh Mrs. Pumphrey.
Dia mulai membawakan telur-telur baru, setiap kali dua lusin, katanya
untuk memulihkan kembali kekuatan Tricki. Beberapa lamanya kami
senang dan kami masing-masing mendapat dua butir telur untuk sarapan,
tapi waktu minuman sherry mulai datang pula, seisi rumah mulai
mengerti apa maksudnya.
Minuman itu adalah minuman yang enak sekali yang kukenal dengan baik
dan dikatakan bahwa itu diberikannya untuk menambah darah Tricki.
Makan siang kami menjadi suatu peristiwa berupa acara dengan
didahului oleh dua gelas sherry dan beberapa gelas sementara makan.
Siegfried dan Tristan bergiliran mengangkat gelas dengan mendoakan
kesehatan Tricki dan kata-kata yang diucapkan dalam pidato untuk itu,
makin hari makin meningkat. Sebagai sponsor Tricki akulah yang harus
memberikan pidato balasan.
Kami rasanya tak bisa percaya ketika brendi pula yang datang. Dua botol
yang bermerek Cordon Bleu, yang maksudnya sebagai bantuan terakhir
terhadap keadaan Tricki. Siegfried mengeluarkan beberapa gelas
minuman kepunyaan ibunya. Aku tak pernah melihat gelas-gelas itu
sebelumnya, tapi selama beberapa malam gelas-gelas itu mendapat
penghargaan karena selalu digunakan untuk diisi minuman yang sedap
itu, yang dihirup dan diminum dengan rasa penghargaan.
Hari-hari itu benar-benar merupakan hari-hari yang menyenangkan,
dimulai dengan baik dengan adanya makanan ekstra telur pagi hari,
ditambah dan ditingkatkan kesenangan itu di siang hari dengan minum
sherry dan ditutup dengan mewah dengan minum-minum brendi sambil
mengelilingi tungku pemanasan.
Rasanya timbul keinginan untuk tetap memelihara Tricki sebagai tamu
abadi, tapi aku tahu bahwa Mrs. Pumphrey menderita dan setelah dua
minggu, aku merasa terpaksa menelepon dan mengatakan padanya bahwa
anjing kecil itu telah sembuh dan menunggu penjemputan.
Dalam jangka waktu tiga puluh menit, sesuatu yang terbuat dari logam
berwarna hitam berkilat dan panjangnya kira-kira sembilan ratus
sentimeter, berhenti di luar tempat pemeriksaan. Sopirnya membukakan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
pintunya dan tubuh Mrs. Pumphrey boleh dikatakan tenggelam dalam
bagian dalamnya. Tangannya terkatup erat di depannya; bibirnya
gemetar. "Aduh, Mr. Herriot, tolonglah katakan yang sebenarnya.
Benar-benar sudah sembuhkah dia?"
"Ya, dia sudah sehat. Anda tak perlu keluar dari mobil - biar kuambilkan
dia."
Aku berjalan melalui rumah langsung ke kebun. Suatu kelompok anjing-
anjing sedang bergumul berputar-putar di rumput dan di tengah-
tengahnya terdapat tubuh kecil keemasan Tricki, yang telinganya
terkepak-kepak dan ekornya melambai-lambai. Dalam waktu dua minggu
dia sudah berubah menjadi seekor binatang yang lincah dan berotot
keras; dia bisa menyesuaikan dirinya dengan yang lain-lain, mengulurkan
tubuh-tubuhnya jauh-jauh hingga dadanya hampir kena tanah.
Kugendong dia melalui lorong ke depan rumah. Sopir mobil masih tetap
memegang pintu mobil dan waktu Tricki melihat pemiliknya dia
memberontak melepaskan dirinya dari tanganku dengan suatu lompatan
besar dan tiba di pangkuan Mrs. Phum-prey Wanita itu terkejut dan
hanya bisa berteriak, "Oooh!" lalu kemudian dia harus melindungi dirinya
waktu Tricki memeluknya sambil menjilat-jilat mukanya dan menyalak.
Sementara kegaduhan itu terjadi, kubantu sopir membawa ke luar,
tempat-tempat tidur, permainan-permainan, bantal-bantal, mantel-
mantel dan mangkuk-mangkuk, yang kesemuanya tak pernah dipakai.
Waktu mobil mulai bergerak, Mrs. Pumphrey menjenguk ke luar jendela.
Air matanya berlinang. Bibirnya gemetar.
"Aduh, Mr. Herriot" tangisnya. "Bagaimanakah saya dapat
menyampaikan terima kasih pada Anda? Ini adalah suatu hasil
perawatan yang gemilang!"
Aku terbangun tiba-tiba dan tersentak, jantungku berdegup dan
berdebar kuat oleh dering telepon yang tak henti-hentinya. Telepon-
telepon yang bisa ditaruh di samping tempat tidur ini benar-benar suatu
kemajuan dari sistem lama yang mengharuskan kita berlari turun ke
tingkat bawah dan berdiri menggigil dengan kaki telanjang di ubin
lorong; tapi bunyi yang merupakan ledakan dalam jarak yang hanya
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
beberapa inci dari telinga pada jam sesubuh ini pada waktu tubuh kita
sedang lemah dan daya tahan sedang rendah, sungguh-sungguh
menghancurkan rasanya. Aku merasa telepon itu tak baik bagiku.
Suara di ujung yang lain benar-benar ceria. "Aku punya kuda yang akan
beranak. Tapi dia mengalami kesulitan. Kurasa anaknya salah letak -
bisakah Anda datang menolong?"
Perutku rasa berkerut menjadi sebuah bola yang terik. Ini rasanya agak
keterlaluan; kalau hanya sekali harus keluar dari tempat tidur di tengah
malam buta sudah cukup tidak menyenangkan, tapi dua kali rasanya tak
adil, bahkan merupakan suatu kekejaman. Aku sudah bekerja keras
sepanjang hari dan merasa senang bisa merangkak tidur tengah malam.
Pukul satu malam aku diminta bangun untuk menolong sapi yang sukar
sekali beranak dan hampir pukul tiga baru kembali. Pukul berapa
sekarang? Pukul tiga lima belas menit. Tuhanku, aku baru beberapa
menit tidur. Dan kuda beranak pula! Biasanya dua kali lebih sulit
daripada sapi beranak. Hidup apa ini! Hidup yang benar-benar malang!
"Baik, Mr. Dixon, aku akan segera datang," gumamku di alat penerima,
lalu berjalan terseok-seok ke seberang kamar sambil menguap dan
merenggangkan tubuh, merasakan sakit di pundak dan lenganku. Aku
memandangi pakaian yang tertumpuk di kursi; pakain itu tadi sudah
kutanggalkan, lalu kukenakan lagi, dan menanggalkannya lagi tadi, kini
dalam diriku memberontak tak mau mengenakannya lagi. Dengan
bersungut-sungut lemah, kuambil mantelku dari balik pintu dan
kupasangkan saja di luar piyamaku, turun ke tingkat bawah mencari
tempat sepatu Willington-ku di luar pintu kamar obat dan kumasukkan
saja kakiku ke dalamnya. Malam itu malam yang hangat, jadi tak ada
gunanya untuk berpakaian benar-benar; aku pasti akan membuka segala-
galanya saja di peternakan nanti.
Kubuka pintu belakang dan menggagap-gagap perlahan-lahan di kebun
yang panjang itu. Pikiranku yang letih, hanya samar-samar saja
menangkap bau harum dalam gelap itu. Aku sampai di ujung halaman,
kubuka pintu rangkap ke jalan lalu kukeluarkan mobil dari garasi. Di kota
yang sepi itu, bangunan-bangunan memancar putih waktu lampu mobil
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
menyorot bagian depan toko-toko yang tertutup rapat dan tirai-tirai
yang terkatup pula. Semua orang tidur. Semua orang kecuali aku, James
Herriot, yang merayap dengan rasa sakit dan kehabisan tenaga menuju
tempat yang menjanjikan kerja keras lagi. Mengapa benar aku dulu
memutuskan untuk menjadi seorang dokter hewan di desa? Aku gila dulu
itu memilih pekerjaan di mana kita bekerja tujuh hari dalam seminggu
sampai-sampai tengah malam pula. Kadang-kadang aku merasa seolah-
olah tempat praktek itu merupakan suatu wujud hidup yang jahat yang
mentes diriku, mengujiku; terus-menerus menambah tekanan atau
melihat kapan dan pada saat mana aku akan jatuh dan langsung mati.
Suatu reaksi di luar kesadaranku mengangkatku dari kancah menangisi
nasibku itu, dan aku mulai menanggapi waktu yang akan kuhadapi ini
dengan optimisme yang memang merupakan sifat-sifatku. Pertama-tama,
tempat Dixon itu terletak di ujung Dale tak jauh dari jalan raya dan
mereka punya kemewahan yang tak biasa yaitu listrik dalam bangunan-
bangunan mereka. Dan aku pun tidak pula letih setengah mati; bukankah
aku berumur dua puluh empat dan kesehatanku tak pernah terganggu?
Masih sulit mematikan diriku.
Aku tersenyum sendiri dan tenggelam ke dalam keadaan gembira yang
agak tertunda yang sebenarnya merupakan kebiasaanku dalam keadaan
ini; suatu selaput kantuk yang membungkus semua kesadaran kecuali
kesadaran yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaanku. Dalam
bulan-bulan terakhir ini aku sering-sering bangun tengah malam,
bermobil sampai jauh ke desa, mengerjakan pekerjaanku dengan hasil
yang baik dan kembali tidur lagi, tanpa merasa betul-betul bangun.
Aku tak keliru mengenai Dixon. Kuda betina Clydesdale yang manis
berada dalam sebuah tempat yang baik penerangannya dan kuletakkan
tali-tali dan instrumen-instrumenku dengan perasaan syukur yang dalam.
Sambil menuangkan obat anti ha-ma ke dalam ember yang berisi air
panas, kuperhatikan kuda yang sedang kejang dan mendayung-dayung
kaki-kakinya itu. Usaha itu tidak menghasilkan apa-apa, tiada kaki yang
terjulur dari kemaluannya. Kali ini pasti ada kelainan dalam kelahiran.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Sambil tetap berpikir keras, aku menanggalkan mantelku dan terbangun
dari renunganku oleh pekik tertawa dari peternak itu. "Tuhan
Mahakuasa, apa-apaan ini?"
Aku memandang ke piyamaku yang berwarna biru muda dengan bertepi
lebar. "Ini adalah pakaian tidur saya, Mr. Dixon," sahutku
mempertahankan harga diri. "Saya tak sempat berganti pakaian."
"O begitu," Mata peternak itu berkilat nakal. "Maafkan aku sesaat tadi
kusangka bahwa Anda adalah orang lain. Tahun yang lalu, aku ada
melihat seorang pemuda seperti Anda benar di Blackpool - pakaiannya
sama benar tapi dia memakai topi dan tongkat juga. Dia pandai sekali
menari."
"Sayang, aku tak dapat memenuhi keinginan itu," kataku tersenyum
masam. "Aku sedang tak punya keinginan untuk itu."
Aku membuka pakaianku, sambil memandang luka yang masih merah
bekas gigi anak sapi beberapa jam yang lalu. Gigi-gigi itu setajam pisau
cukur yang mengelupas kulitku, setiap kali aku memasukkan tanganku ke
dalam mulutnya.
Kuda betina itu gemetar waktu aku memasukkan tanganku ke dalam
tubuhnya. Tak ada apa-apa, tak ada, kemudian hanya ekornya dan tulang
panggulnya dan tubuhnya serta kaki belakangnya yang menghilang,
terlepas dari jangkauanku. Kelahiran sungsang; pada sapi kelahiran itu
mudah bagi orang yang sudah berpengalaman, tapi pada kuda sulit
karena panjangnya kaki bayi kuda itu.
Setengah jam lamanya aku harus bekerja keras bercucuran peluh,
dengan menggunakan tali dan sebuah pengait tumpul yang dipasang di
ujung rotan yang lembut, untuk mengeluarkan kaki yang pertama. Kaki
yang kedua lebih mudah keluar, dan induknya kini seolah-olah tahu
bahwa tak ada lagi kesulitan. Dia memberikan dorongan yang kuat dan
bayi itu terpancar ke luar ke rumput kering bersama-sama diriku yang
terlempar sambil memeluk bayi itu. Aku senang sekali karena kurasa
tubuh kecil itu meronta dan meregang; waktu aku bekerja meraba-raba
tadi, aku tidak merasa adanya gerak dan aku memastikan bahwa bayi itu
mati, tapi ternyata dia hidup; dia menggelengkan kepalanya dan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
mendengus mengeluarkan air ketuban yang telah terhisap olehnya
karena lamanya perjalanan keluarnya.
Setelah aku selesai menyeka tubuhku aku berpaling dan melihat
peternak itu mengulurkan mantelku yang sudah berwarna aneka ragam
dan muka yang tegang sekali seperti seorang pelayan pribadi. "Silakan,
Tuan," katanya dengan serius.
"Oke, Oke," aku tertawa, "lain kali aku akan datang dengan berpakaian
pantas." Sedang aku memasukkan barang-barangku ke tempat bagasi
mobil, peternak itu dengan seenaknya melemparkan sebuah bungkusan
ke tempat duduk di belakang.
"Mentega sedikit," gumamnya. Waktu aku menghidupkan mesin dia
membungkuk menjenguk di jendela. "Aku tadi kuatir sekali akan keadaan
induk kuda itu dan aku ingin sekali anak dari dia. Terima kasih, Anak
muda, terima kasih banyak."
Dia melambai waktu mobilku mulai bergerak dan kudengar suara
perpisahannya. "Anda tepat sekali kalau menjadi penyanyi pengembara
Kentucky!"
Aku menjalankan mobil sambil bersandar di tempat dudukku dan
memandang melalui kelopak mata yang gelap ke jalan yang kosong yang
mulai kelihatan jelas di sinar pagi yang masih suram. Matahari sudah
mulai terbit - merupakan sebuah bola Jingga tua yang tergantung
rendah di atas padang-padang yang berkabut. Aku benar-benar merasa
damai, senang mengenang bayi kuda tadi, yang mencoba berjuang untuk
berdiri, dengan kaki yang bukan main panjangnya yang masih belum
kokoh. Aku puas bahwa binatang kecil itu ternyata hidup - aku selalu
merasa tak senang kalau membantu melahirkan makhluk yang sudah tak
bernyawa.
Peternakan Dixon itu terletak di tanah rendah di mana daerah Dale
melebar dan berakhir di tanah dataran York yang luas. Aku harus
menyeberangi suatu lingkaran jalan ramai yang menghubungkan daerah
West Riding dengan daerah perindustrian, North East. Suatu lingkaran
asap tipis mengepul dari cerobong asap rumah minum yang buka
sepanjang malam yang ada di tikungan itu dan waktu aku mengurangi
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
kecepatan akan membelok, suatu bau masakan yang menusuk hidung,
masuk ke mobilku; timbul bayangan yang jelas dari sosis goreng dan
kacang dan tomat dan kentang goreng.
Tuhanku, aku lapar sekali. Aku melihat arlojiku; pukul lima lima belas
menit, masih lama aku baru akan sarapan. Aku membelok masuk ke
tengah-tengah truk di jalan beraspal yang lebar.
Sambil berjalan bergegas ke gedung yang masih berlampu itu, aku
memutuskan untuk tidak makan terlalu banyak. Aku tak berniat untuk
makan yang hebat-hebat, hanya sandwich yang enak. Aku sudah pernah
ke mari beberapa kali sebelumnya dan sandwich-nya memang enak; dan
aku memang pantas makan sesuatu setelah bekerja begitu keras
sepanjang malam.
Aku masuk ke dalam suatu ruangan yang hangat, di mana beberapa
kelompok sopir truk duduk menghadapi piring-piring yang berisi
makanan yang bertumpuk tinggi; tapi baru saja aku melangkah masuk,
terhentilah bunyi gemerincing sendok garpu dan keadaan jadi sepi
tegang. Seorang laki-laki gendut yang memakai jaket kulit duduk
tertegun dengan sebuah garpu yang ada makanannya tak jadi
dimasukkannya ke mulutnya, sedang yang duduk di sampingnya, yang
sedang mencengkam sebuah gelas yang besar dan tinggi dengan
tangannya yang berminyak-minyak, menatapku dengan mata melotot.
Aku baru sadar bahwa piyama yang bergaris-garis merah cerah dan
sepatu bot Wellington-ku mungkin kelihatan tak wajar di lingkungan itu
dan aku buru-buru mengancingkan mantelku yang terombang-ambing di
belakangku. Setelah terkancing pun mantel itu ternyata terlalu pendek,
hingga kaki piyamaku masih tersembul di atas sepatu botku.
Aku berjalan ke meja tempat penjualan dengan langkah-langkah tetap.
Sebuah kepala yang berambut pirang yang tersembul dari baju overall
putih yang sudah kotor dan yang di saku bajunya dicantumkan nama
"Dora", memandangiku dengan muka polos.
"Satu sandwich pakai ham dan semangkuk kaldu," kataku parau. Waktu
si pirang memasukkan sesendok bubuk kaldu ke dalam mangkuk dan
kemudian mengisinya dengan air panas yang masih berbunyi mendesis,
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
aku merasa tak enak karena merasa di belakangku sunyi sepi dan aku
merasa bahwa serangkaian mata tertuju pada kakiku. Di sebelah kanan
aku tepat dapat melihat laki-laki yang berjaket kulit tadi. Diisinya
mulutnya dan mengunyah sambil merenung beberapa lamanya.
"Macam-macam saja, ya Ernest," katanya dengan tegas.
"Memang, Kenneth, memang," sahut sahabatnya.
"Apakah kau tahu, Ernest, apakah ini yang dipakai oleh kaum pria daerah
Yorkshire dalam musim semi ini?"
"Mungkin, Kenneth, mungkin saja."
Setelah mendengar celoteh dari belakangku itu, aku berkesimpulan
bahwa orang yang berdua ini adalah pembanyol yang sudah diakui di
rumah minum itu. Sebaiknya aku cepat-cepat saja menghabiskan
makananku dan keluar. Dore menyodorkan sandwich yang berisi daging
tebal dan berkata seperti orang yang mengigau. "Satu shilling."
Kuselipkan tanganku ke dalam mantelku dan sadar bahwa piyama
flanelku itu tak bersaku. Ya Tuhanku, uangku ada dalam saku celanaku
yang tinggal di Darrowby! Aku terserang rasa panik waktu aku mulai
meraba-raba mantelku dengan gugup.
Aku memandang kalap pada gadis pirang itu dan kulihat dia memasukkan
kembali sandwich-nya ke bawah meja penjualan. "Dengarkan," kataku,
"aku rupanya tak membawa uang. Aku sudah pernah ke mari - kaukenal
aku kan?"
Dora hanya menggeleng tegas.
"Ya, sudahlah," gagapku, "aku akan kembali dengan membawa uang bila
aku kebetulan lewat di sini."
Air muka Dora tidak berubah tapi dia mengangkat alis matanya sebelah
sebentar, dan dia tidak bergerak sedikit pun untuk mengeluarkan
kembali sandwich itu dari tempat persembunyiannya.
Kepalaku hanya dipenuhi oleh satu rencana, cepat-cepat lari. Dengan
rasa putus asa kuhirup cairan yang panas sekali itu.
Kenneth menjauhkan piringnya lalu mulai menusuk-nusuk giginya dengan
puntung korek api. "Ernest," katanya seolah-olah baru saja mengambil
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
suatu keputusan. "Menurut pendapatku, kaum pria di daerah ini
eksentrik."
"Eksentrik?" kata Ernest sambil tertawa terkekeh-kekeh. "Kalau
menurut aku lebih tepat disebut bebal."
"Tapi tidak terlalu bebal, Ernest. Tidak cukup untuk membayar apa yang
dilahapnya."
"Kau tepat, Kenneth. Tepat sekali."
"Memang aku tak keliru. Bukan main enaknya dia menikmati semangkuk
kaldu. Sayang tak tepat waktunya meraba-raba pakaiannya tadi, kalau
tidak dia pasti sudah menyerbu sandwich-nya juga. Dora rupanya lebih
cepat daripadanya - lima detik saja lagi, habislah ham itu."
"Benar, benar," gumam Ernest, yang rupanya merasa puas dengan
peranannya sebagai orang jujur.
Kenneth melemparkan puntung korek apinya, mengecap-ngecap giginya
nyaring-nyaring lalu bersandar. "Ada satu kemungkinan lain yang belum
kita pertimbangkan. Dia mungkin orang buronan."
"Narapidana yang melarikan diri, maksudmu Kenneth?"
"Ya, Ernest."
"Tapi orang-orang itu selalu ada cap anak panah di pakaian seragamnya."
"Memang ada beberapa penjara yang memakai itu. Tapi aku pernah
mendengar bahwa sekarang ada beberapa penjara dan memakaikan
pakaian seragam bergaris-garis."
Aku sudah benar-benar tak tahan lagi. Setelah menuangkan tetes-tetes
yang terakhir dari kaldu itu ke leherku, aku langsung berlari ke pintu.
Waktu aku melangkah ke luar ke sinar matahari pagi, masih terdengar
olehku pernyataan Kenneth yang terakhir tentang diriku.
"Barangkali dia melarikan diri dari rombongan pekerja. Lihat saja sepatu
bot Wellington-nya itu."
* * *
PENUTUP
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Aku ingat suatu petang waktu matahari memancar terang. Anjing-anjing
Siegfried kumasukkan ke mobilku, lalu pergi ke tempat di mana saja
jalan tikus yang hijau menarik menuju ke sebuah tambang, di lereng
jurang yang curam. Kami berjalan semil dua di tanah yang lembut, lalu
membelok dan menuju lurus ke lereng bukit melewati suatu tempat yang
berbau tak enak dan kumbang men-dengung-dengung, terus ke
puncaknya di mana anginnya nyaman dan kita dapat melihat hampir
seluruh daerah Dale terbentang di bawah; hampir seluruhnya, mulai dari
bagian yang terdekat di mana terdapat bukit-bukit besar yang gundul
yang bertepi semak-semak liar, sampai melandai ke bawah ke dataran
rendah yang luas, terus ke kakinya yang samar-samar yang hampir
kelihatan berkotak-kotak.
Aku sedang duduk di rumput dengan anjing-anjing yang mengelilingiku
dengan penuh harapan, ketika angin lembut menghembuskan bau dari
Dale, dan harum rumput yang terbentang bermil-mil luasnya dan bunga-
bungaan yang seperti malu-malu di padang-padang. Bau yang sama itu
telah pula tercium olehku waktu aku turun dari bis di Darrowby setahun
yang lalu. Dan aku sadar bahwa selama itu aku telah bekerja keras
terus: masa pertama yang ajaib itu telah kulalui.
Dan semuanya itu terjadi di bawah sana itu. Banyak di antara
peternakan yang termasuk daerah pemeriksaan kami kelihatan dari
tempatku duduk; di sana sini kelihatan batu kelabu dengan binatang-
binatang ternaknya, yang dari jarak, jauh ini kelihatan seperti bintik-
bintik tak bergerak, terserak di padang-padang di sekitarnya. Aku tak
dapat membayangkan daerah itu sebagai medan pertempuranku selama
tahun yang lalu ini, peristiwa-peristiwa perjuanganku yang pertama, di
mana segala-galanya telah terjadi, mulai dari sukses yang memuncak
sampai pada kegagalan yang amat memalukan.
Ada orang-orang di bawah sana itu menganggapku seorang dokter hewan
yang cukup baik, ada beberapa yang menganggapku sebagai orang bebal
yang baik hati, ada pula yang yakin bahwa aku adalah seorang luar biasa,
bahkan satu atau dua orang mau melepaskan anjingnya untuk
mengejarku bila aku berani menginjakkan kaki ke dalam batas pagarnya.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Semua ini dalam setahun. Bagaimana keadaannya dalam tiga puluh
tahun? Yah, kalau melihat tanda-tandanya, akan sama saja. Lalu
bagaimana dengan binatang-binatang yang di sekitar hidupnya drama ini
berputar? Sayang
binatang-binatang itu tak bisa berbicara, karena akan menarik sekali
mendengar pendapat binatang-binatang itu. Ada beberapa hal yang ingin
kuketahui. Bagaimana pandangan mereka tentang hidup mereka yang
beraneka ragam itu? Apa pendapat mereka tentang kita manusia? Dan
apakah mereka bisa tertawa tentang hal itu?
* * *
TAMAT
Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia