Upload
hoangduong
View
241
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAJ''5DTJNG 20 l J
LABORATORJLrM ILMll GUL'.v!A, JURUSAN Bl DlDA YA PERTANIA.N FA:\ULTA ·; PERTANIA.i."'\T UNPAD
DJ£DI \,VIDA v AT YA YAN SV1'IEKAR
UUlvl UM$YATJ
OLEH
l'EN-GAHUH :DOSI~ HEUBISJDA OXSIFL~1o·~'fiN (PE~ LMAC 2~f11:C) TERHAJJAP GULMA,
PERTUNIBUHAN DAN RASIL BA. Vt' A~TG rriER..\.H
/J LAPOll.AN AKIJ11..J,.
r
at, Ir., MP} 8603 1 003
Ketua Pelaksana
Mengetahui, W ak:il Dekan I, E tas Pertanian Unpad,
Bandung, November 2011
I. a. Judul Penelitian Pengaruh Herbisida Oksiflourfen terhadap Gulma, Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah
') Ketua Peneliti a. Nama Dr. Dedi Widayat, Ir., MP b. Jenis Kelamin Laki-Laki c. Pangkat/Golongan/NIP Penata TK I/ III d/19590613198603 1 003 d. Jabatan Lektor e. F akultas/J urusan Pertanian I Agroteknologi f Pusat Penelitian Lab. Ilmu Gulma Fak. Pertanian Unpad
3. Jumlah Anggota Peneliti 2(Satu) Orang a. Nama Anggota Peneliti I Dr. Uum Umiyati, SP., MP/ 19710902 2006042001
b. Nama Anggota Peneliti II Yayan Sumekar, SP.,MP/19700722 1999031002
. 4. Lokasi Penelitian SPLPP Cuiparay 5. Kerjasama dengan Institusi Lain -
a. Nama Institusi - b. Alamat - c. Telepon/Fax/email -
6. lama Pelaksanaan 4 Bulan 7. a Sumber Dana Mandiri
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
Laporan Akhir Pengaruh Pengaruh Dosis Herbisida Oksiflourfen terhadap Gulma, pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah. 1
1.1.. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk komoditas utama dalam
prioritas pengembangan sayuran dataran rendah di Indonesia, karena selain sudah
ratusan tahun lamanya dibudidayakan, sekaligus merupakan salah satu sumber
pendapatan petani maupun ekonomi negara. Meskipun harga pasar mengalami
fluktuasi yang cukup tajam, usaha tani bawang merah tetap menjadi andalan
petani, terutama di musim kemarau, dan menghasilkan keuntungan yang memadai
(Rukmana, 2000).
Pada tahun 2009 produksi bawang merah adalah 965 .164 ton dan meningkat pada tahun 2010 yaitu mencapai 1.048.228 ton (produktivitas 9,58
ton/ha). Sentra produksi utama bawang merah didominasi oleh Jawa (73%) yang
terdiri dari Jawa Barat (Kuningan, Cirebon); Jawa Tengah (Brebes, Tegal,
Pemalang); DI Yogjakarta (Bantul), dan Jawa Timur (Nganjuk, Probolinggo,
Pamekasan) Kebutuhan bawang merah di Indonesia tahun 2009 mencapai 936.103
ton dan meningkat pada tahun 2010 yaitu 976.284 ton. (BPS, 2011). di
bandingkan negara lain produktivitas bawang merah Indonesia masih tergolong.
Rendahnya produktivitas bawang merah diduga karena penggunaan bibit
yang kurang bermutu, penerapan teknologi budidaya tanaman yang belum tepat,
dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) belum kurang efektif.
Gulma merupakan salah satu kendala dalam budidaya bawang merah.
Keberadaan gulma yang tumbuh disekitar pertanaman bawang merah dan tidak
dikendalikan dapat menekan produksi 50 - 80% (Moenandir cit Maghfoer et al.,
1990). Penurunan pertumbuhan dan produksi ini disebabkanoleh adanya
kompetisi antara tanaman bawang merah dan gulma dalam hal pengambilan unsur
, air dan ruang, selain itu gulma tertentu dapat menjadi inang bagi hama dan
penyakit serta mengeluarkan senyawa allelopati (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).
Pengendalian gulma hendaknya dilakukan pada saat yang tepat yaitu
pada saat periode kritis tanaman. Hasil penelitian dari Laboratorium Gulma
Unibraw dalam Moenandir (1993) mencatat bahwa periode kritis bawang merah
yaitu 15-45 hari.
I. PENDAHULUAN