20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini berasal dari keluarga prasejahtera yang berada di Desa Dramaga dan Babakan, Kecamatan Dramaga. Berdasarkan data Potensi Desa (2005) dalam Rachmawati (2010), Kecamatan Dramaga termasuk lima besar daerah yang memiliki penduduk miskin terbanyak di Kabupaten Bogor, yaitu mencapai 11.354 jiwa. Menurut Siswanto (2007), masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan diperkirakan mengalami kekurangan vitamin A dengan resiko mengkhawatirkan. Data keluarga prasejahtera diperoleh dari catatan di Kantor Desa kemudian dilakukan pemilihan responden secara acak dan berdasarkan kesediaan responden untuk mengikuti masa intervensi dengan mengonsumsi MSMn selama 2 bulan. Karakteristik responden dianalisis berdasarkan data hasil wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Wawancara dilakukan dengan pendekatan personal dan didampingi oleh kader yang bertugas di daerah setempat. Responden berasal dari 34 keluarga dengan jumlah anggota keluarga antara 3-6 orang. Berikut merupakan karakteristik responden yang dibagi berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan pendapatan perkapita/bulan. 4.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden dalam penelitian ini terdiri dari pria sebanyak 22 orang (31%) dan wanita sebanyak 48 orang (69%). Pada acara pertemuan massal yang dilakukan sebanyak 3 kali, kegiatannya lebih banyak difokuskan pada kegiatan rumah tangga seperti demo dan lomba memasak, sehingga dengan jumlah responden wanita yang lebih banyak dapat membantu menyukseskan kegiatan program. Selain itu, alasan pengambilan jumlah responden wanita lebih banyak berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ibu/wanita. Nutritional gate-keeper menggambarkan seseorang di dalam rumah tangga sebagai pembuat keputusan membeli hingga menyiapkan makanan untuk keluarga. Sebagaimana hasil penelitian Birch (2006) yang menunjukkan bahwa para ibu adalah gate-keepers bagi lingkungan makan anak-anaknya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

29  

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berasal dari keluarga prasejahtera yang

berada di Desa Dramaga dan Babakan, Kecamatan Dramaga. Berdasarkan data

Potensi Desa (2005) dalam Rachmawati (2010), Kecamatan Dramaga termasuk

lima besar daerah yang memiliki penduduk miskin terbanyak di Kabupaten

Bogor, yaitu mencapai 11.354 jiwa. Menurut Siswanto (2007), masyarakat yang

hidup di bawah garis kemiskinan diperkirakan mengalami kekurangan vitamin A

dengan resiko mengkhawatirkan.

Data keluarga prasejahtera diperoleh dari catatan di Kantor Desa kemudian

dilakukan pemilihan responden secara acak dan berdasarkan kesediaan responden

untuk mengikuti masa intervensi dengan mengonsumsi MSMn selama 2 bulan.

Karakteristik responden dianalisis berdasarkan data hasil wawancara dengan

menggunakan daftar pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Wawancara dilakukan

dengan pendekatan personal dan didampingi oleh kader yang bertugas di daerah

setempat. Responden berasal dari 34 keluarga dengan jumlah anggota keluarga

antara 3-6 orang. Berikut merupakan karakteristik responden yang dibagi

berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan

pendapatan perkapita/bulan.

4.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden dalam penelitian ini terdiri dari pria sebanyak 22 orang (31%)

dan wanita sebanyak 48 orang (69%). Pada acara pertemuan massal yang

dilakukan sebanyak 3 kali, kegiatannya lebih banyak difokuskan pada kegiatan

rumah tangga seperti demo dan lomba memasak, sehingga dengan jumlah

responden wanita yang lebih banyak dapat membantu menyukseskan kegiatan

program. Selain itu, alasan pengambilan jumlah responden wanita lebih banyak

berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh

ibu/wanita. Nutritional gate-keeper menggambarkan seseorang di dalam rumah

tangga sebagai pembuat keputusan membeli hingga menyiapkan makanan untuk

keluarga. Sebagaimana hasil penelitian Birch (2006) yang menunjukkan bahwa

para ibu adalah gate-keepers bagi lingkungan makan anak-anaknya.

Page 2: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

30  

4.1.2

anak

tahun

meru

yang

tenta

secar

produ

sosia

baik

4.1.3

dan k

tingk

muda

pemi

dan M

pelua

2. Karakter

Klasifika

k (5-12 tahu

n) (Zakaria

Gam

Dari Ga

upakan yan

g terpilih su

ang pentingn

ra individu

uk yang a

alisasi dan p

oleh respon

3. Karakter

Tingkat

keluasan pe

kat pendidik

ah. Tingka

ilihan panga

Madanijah

ang lebih b

ristik Respo

asi respond

un), remaja

et al. 2011)

mbar 10 Kla

ambar 10 da

g paling ba

udah dapat

nya kesehat

dapat mem

akan dikon

pemberian e

nden.

ristik Respo

pendidikan

engetahuan

kan maka

t pendidika

an keluarga

(2003), yai

besar untuk

onden Berd

den berdasar

(13-17 tahu

).

sifikasi resp

apat diketah

anyak (77%

berpikir se

tan. Menuru

mberikan pen

nsumsi sec

edukasi sel

onden Berd

n seseorang

untuk peny

respon pen

an orang tu

a seperti yan

tu tingginy

k mempero

Dewasa77%

Manula6%

dasarkan U

rkan usia m

un), dewasa

ponden (n =

hui bahwa

%). Hal ini

cara matan

ut Sastri (20

nilaian seca

cara baik.

ama masa i

dasarkan T

g dapat mem

yelenggaraa

nerimaan te

ua merupak

ng dikemuk

a tingkat pe

oleh penget

Usia

meliputi bal

a (18-55 tah

= 70) berdas

responden

menunjukk

ng dan dapa

003), pada u

ara benar da

Oleh kare

intervensi d

Tingkat Pen

mpengaruhi

an kehidupa

erhadap inf

kan faktor

kakan oleh S

endidikan o

tahuan tenta

Balita11%

ita (0-5 tah

hun) dan ma

sarkan usia

yang berus

kan bahwa

at menerima

usia dewasa

an logis sert

ena itu, pe

dapat diterim

ndidikan

i tingkat ke

annya. Sema

formasi baru

yang mem

Schaffner et

orang tua m

ang gizi da

Anak‐Anak3%

Rem3%

hun), anak-

anula (>55

sia dewasa

responden

a masukan

konsumen

ta mengerti

elaksanaan

ma dengan

epemilikan

akin tinggi

u semakin

mpengaruhi

t al. (1998)

memberikan

an tentang

maja %

Page 3: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

 

makanan

penting ba

Gamb

Da

paling ban

(33%) da

pendidikan

yang masi

responden

informasi

cukup bes

materi pad

4.1.4. Kar

Jen

dan menen

penelitian

tangga (IR

bekerja te

dan tidak

dapat dilih

sehat bagi

agi mereka.

bar 11 Klasi

ari Gambar

nyak adalah

an Sekolah

nnya, menu

ih dapat me

n mempuny

yang diber

sar. Penyam

da saat perte

rakteristik

nis pekerjaa

ntukan jum

ini, sebagi

RT) sebesar

erdiri atas k

bekerja seb

hat pada Ga

keluarga, d

ifikasi respo

11 dapat di

h Sekolah D

h Menenga

unjukkan b

enerima inf

yai kemam

rikan. Selai

mpaian info

emuan mass

Responden

an respond

mlah pengha

an respond

r 47,14% da

kelompok b

banyak 5 ora

ambar 12.

SMP13%

SMA33%

PT0%

dimana atrib

onden (n = 7

ketahui bah

Dasar (40%

ah Pertama

bahwa resp

formasi baru

mpuan das

in itu, resp

ormasi dilak

sal dan mon

n Berdasar

den mempe

asilan untuk

en mengelo

an tidak bek

belum beker

ang dewasa

but gizi sua

70) berdasar

hwa tingkat

%), kemudia

a (13%).

onden term

u. Dengan t

ar untuk

ponden mem

kukan deng

nitoring.

rkan Jenis P

erlihatkan p

k memenuhi

ompok pada

kerja sebesa

rja, yaitu a

a. Klasifikas

SD40%

atu produk

rkan tingka

pendidikan

an Sekolah

Bila dilih

masuk ke d

tingkat pend

menerima

miliki rasa

gan diskusi

Pekerjaan

produktivita

i kebutuhan

a jenis peke

ar 21,43%.

anak-anak s

si jenis peke

Belum Sekolah14%

pangan me

at pendidika

n responden

Menengah

hat dari tin

dalam kelom

didikan ters

dan meny

ingin tahu

i dan pemb

asnya sehar

n hidupnya.

erjaan ibu ru

Kelompok

ebesar 10 o

erjaan respo

Tidak Sekolah0%

31

enjadi

an

n yang

Atas

ngkat

mpok

sebut,

yerap

yang

berian

ri-hari

Pada

umah

tidak

orang

onden

Page 4: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

32  

Gambar 12 Klasifikasi responden (n = 70) berdasarkan jenis pekerjaan

Kaum ibu di Indonesia, apapun statusnya, baik bekerja maupun tidak

bekerja, dapat dikatakan sebagai “gate keeper” untuk segala urusan rumah tangga,

termasuk penyediaan bahan pangan untuk keluarga (Waysima 2011). Sebagian

besar responden merupakan ibu rumah tangga, yang bertugas untuk menjaga dan

mengurus rumah dan anak. Introduksi minyak sawit mentah sebagai produk

pangan baru yang sasarannya untuk penggunaan memasak di rumah, yang paling

tepat adalah melalui ibu sebagai ibu rumah tangga.

4.1.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan per Keluarga/

Bulan

Pendapatan keluarga merupakan penentu penting dalam perilaku pola

makan keluarga. Harga bahan pangan sangat berpengaruh dalam penentuan

pilihan pangan. Menurut Soedikarijati (2001), pendapatan keluarga berhubungan

secara nyata dan positif dengan perilaku konsumsi pangan anggota keluarga.

Dari Gambar 13 dapat diketahui bahwa pendapatan per keluarga

responden setiap bulannya berkisar antara Rp 100.000,- sampai Rp 300.000,- dan

Rp 300.000,- sampai Rp 600.000,-. Jumlah pendapatan ini masih tergolong

rendah, karena tidak sesuai dengan penetapan penerimaan gaji/bulan atau lebih

dikenal dengan Upah Minimum Regional (UMR) yang ditetapkan di Kabupaten

Bogor, yaitu sebesar Rp 800.000,-. Responden tergolong ke dalam kelompok

masyarakat prasejahtera, sesuai dengan alasan pemilihan responden yang

diprioritaskan berasal dari keluarga prasejahtera. Rendahnya pendapatan keluarga

8,57%

1,43%5,71%

47,14%

2,86%

12,86%

21,43%

0

5

10

15

20

25

30

35

Buruh Guru Pelajar IRT Supir Pedagang Tidak Bekerja

JumlahRe

spon

den

Page 5: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

33  

responden ini membuat mereka tidak mampu membeli sumber vitamin A yang

beranekaragam selain buah-buahan dan sayuran yang harganya relatif murah

seperti wortel, pepaya dan tomat.

Gambar 13 Klasifikasi responden (n = 34) berdasarkan pendapatan per keluarga/

bulan

4.1.6. Pengetahuan Responden tentang Sumber Vitamin A dan Minyak Sawit Mentah (MSMn)

Pengetahuan mengenai sumber dan penggunaan vitamin A perlu diketahui

untuk dapat memperlihatkan bagaimana perilaku konsumsi responden terhadap

sumber vitamin A sebelum program berjalan. Informasi mengenai hal tersebut

dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan daftar

pertanyaan yang ada pada kuesioner 1 (Lampiran 6).

Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa sebanyak 54 responden

(77,1%) mengetahui tentang sumber vitamin A. Secara umum sumber vitamin A

yang responden ketahui adalah wortel. Hal tersebut menunjukkan bahwa

pengetahuan responden tentang sumber vitamin A hanya berasal dari wortel saja,

oleh karena itu perlu dilakukan pemberian informasi mengenai sumber-sumber

vitamin A alami lainnya, yaitu minyak sawit mentah, melalui sosialisasi dan

diskusi pada saat monitoring dan pertemuan massal.

Pengenalan dan pengetahuan responden tentang minyak sawit ditanyakan

sebanyak 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah masa intervensi selama 2 bulan. Hal

tersebut bertujuan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan responden

mengenai minyak sawit dan produk-produknya.

1 (4,17%)

12 (50%)

9 (37,5%)

2 (8,33%)

0%0

2

4

6

8

10

12

14

<100rb 100‐300rb 300‐600rb 600‐900rb >900rb

Jumlah Keluarga

Page 6: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

34  

Gambar 14 Pengetahuan responden tentang minyak sawit sebelum dan sesudah

penyuluhan pada masa intervensi

Dari Gambar 14 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang

mengetahui tentang minyak sawit dan produknya semakin meningkat setelah

dilakukan penyuluhan selama masa intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa

hampir semua responden mampu menyerap pengetahuan atau informasi yang

diberikan tentang produk minyak sawit yang berupa MSMn dan MSM serta

manfaat kesehatan yang dimiliki oleh produk tersebut. Penyuluhan yang

dilakukan berhasil memperkenalkan minyak sawit mentah yang merupakan

sumber provitamin A alami sehingga informasi tersebut dapat semakin dikenal

oleh masyarakat.

4.1.7. Kondisi Kesehatan Responden

Kondisi kesehatan responden ditanyakan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum

dan sesudah masa intervensi. Informasi mengenai kesehatan responden

didapatkan berdasarkan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang

ada di kuesioner 1 (Lampiran 6) dan kuesioner 5 (Lampiran 10).

Berdasarkan hasil pengamatan secara subjektif di lapangan, tempat tinggal

responden dekat dengan tempat pembuangan sampah serta kondisi sarana MCK

(mandi, cuci dan kakus) yang mereka miliki masih memprihatinkan sehingga

kemungkinan besar responden terpapar oleh cemaran yang dapat mengganggu

kesehatan mereka. Namun berdasarkan hasil wawancara, responden mengakui

bahwa kondisi kesehatan mereka cukup baik. Seluruh responden tidak ada yang

menderita penyakit menahun dan penyakit berat lainnya. Penyakit yang paling

100 %

94,29 %

100 %

98,57 %

98,57 %

100 %

62,86 %

0 %

40 %

0 %

0 %

0 %

0 20 40 60 80 100 120

Melihat & mengetahui pohon kelapa sawit

Mengenal CPO

Mengenal produk minyak sawit

Mengetahui Minyak Sawit Merah (MSM)

Mengetahui manfaat MSM

Pernah mencoba MSM

Sebelum penyuluhan Program SawitA Sesudah penyuluhan Program SawitA

Page 7: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

35  

sering dialami oleh responden adalah gangguan ISPA (batuk, pilek dan asma),

yang diderita oleh 15 orang responden. Setelah masa intervensi dengan minyak

sawit mentah selama 2 bulan, responden mengakui bahwa kondisi kesehatan yang

mereka rasakan meningkat menjadi baik. Ada beberapa responden yang

mengatakan pada awalnya mereka sering mengalami gangguan ISPA, dan setelah

mengonsumsi minyak sawit mentah, responden merasakan frekuensi gangguan

ISPAnya menjadi berkurang.

Perbaikan kesehatan secara umum dapat dilihat dari perubahan nafsu

makan, kesehatan tubuh dan penglihatan yang dirasakan oleh responden sesudah

konsumsi minyak sawit mentah.

Gambar 15 Perubahan status kesehatan responden (n = 70) sesudah konsumsi

minyak sawit mentah

Sebanyak 90% responden menyatakan bahwa nafsu makan yang mereka

rasakan meningkat, 88,6% responden menyatakan kesehatan tubuh terasa lebih

baik dan 67,1% responden menyatakan penglihatan terasa lebih baik (Gambar 15).

Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan kesehatan responden meningkat menjadi

lebih baik seiring dengan waktu pengkonsumsian minyak sawit mentah.

4.2. Kadar β-karoten dalam Minyak Sawit Mentah

Analisis kadar β-karoten minyak sawit mentah dilakukan dengan

menggunakan metode HPLC (High Performace Liquid Chromatography). Teknik

HPLC merupakan suatu teknik kromatografi cair-cair yang dapat digunakan untuk

keperluan pemisahan dan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dengan teknik

90% 88,6%

67,1%

10% 11,4%

32,9%

010203040506070

Nafsu makan Kesehatan tubuh Penglihatan

Jumlah Responden

Terasa lebih baik Tidak ada perubahan

Page 8: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

36  

HPLC didasarkan kepada pengukuran luas atau area puncak analit dalam

kromatogram, dibandingkan dengan luas atau area larutan standar. Kromatogram

β–karoten standar hasil pembacaan dengan HPLC dapat dilihat pada Lampiran 15.

Dari kurva standar β-karoten pada Lampiran 16 diperoleh persamaan y =

6144x + 19859 dengan koefisien korelasi (R2) = 0,9999. Koefisien korelasi yang

diperoleh menunjukkan hasil yang mendekati nilai 1. Hal ini menunjukkan adanya

hubungan yang proporsional antara luas area dengan konsentrasi larutan standar

yang diukur. Nilai koefisien korelasi merupakan indikator kualitas dari parameter

linieritas yang menggambarkan proporsionalitas respon analitik (luas area)

terhadap konsentrasi yang diukur.

Tabel 6 Perhitungan kadar β–karoten pada minyak sawit mentah

Ulangan Berat Sampel (g)

Faktor Pengenceran

Luas area (MAU*S)

ppm dari kurva

[β-karoten] µg/g sampel

1 1,0837 1 4444373 720,10 664,4828

2 1,1089 1 4409536 714,46 644,2961

3 1,0465 1 4416018 715,51 683,7171

Rata-Rata 664,1653

Pengukuran sampel diulang sebanyak 3 kali, dan didapatkan hasil analisis

kadar β-karoten minyak sawit mentah sebesar 664,17 ppm (Tabel 6). Hal ini

sesuai dengan Stuijvenberg dan Benade (2000) yang menyatakan bahwa

kandungan karotenoid minyak sawit mentah (CPO) antara 500-700 ppm, dimana

kandungan terbesarnya merupakan β-karoten yang berperan sebagai provitamin

A. Karoten dalam minyak sawit mentah terdapat dalam bentuk bebas, sedangkan

di dalam sayuran dan buah-buahan, karoten biasanya membentuk kompleks

dengan protein atau teresterifikasi dengan asam lemak sehingga karoten di dalam

minyak sawit mentah lebih mudah diserap oleh tubuh (Combs 1992).

4.3. Intervensi Responden dengan Minyak Sawit Mentah

Intervensi responden dilakukan selama 2 bulan (60 hari) dengan

membagikan minyak sawit mentah setiap seminggu satu kali. Untuk mendukung

kegiatan program, dilakukan pertemuan massal sebanyak 3 kali, yaitu di awal

program, setelah 1 bulan program berjalan dan di akhir program. Pertemuan

Page 9: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

37  

massal pertama bertujuan untuk pengenalan dan sosialisasi program, pengetahuan

umum tentang vitamin A dan minyak sawit mentah, pengenalan produk dan cara

penggunaan produk. Pertemuan massal kedua bertujuan untuk mengetahui

progress penggunaan produk oleh responden, pemberian materi yang lebih

mendalam tentang vitamin A dan minyak sawit mentah. Pertemuan massal ketiga

dilakukan untuk evaluasi program dan mengajak responden untuk terus

mengonsumsi minyak sawit mentah serta diadakan lomba memasak dan

pemberian kuis seputar pengetahuan vitamin A dan minyak sawit mentah sebagai

apresiasi keikutsertaan responden selama masa intervensi.

Pemakaian minyak sawit mentah oleh responden dikontrol dengan cara

melakukan monitoring, yaitu mengunjungi rumah-rumah responden secara

langsung setiap seminggu sekali dan melakukan pengecekan isi volume botol

minyak sawit mentah. Peranan kader desa sangat penting terutama dalam

membantu fasilitator untuk melakukan monitoring responden sehari-hari, karena

tempat tinggal kader yang berdekatan dengan tempat tinggal responden sehingga

kader dapat berinteraksi dan mengingatkan responden untuk terus mengonsumsi

minyak sawit mentah setiap hari. Dari hasil monitoring selama masa intervensi,

diperolah hasil bahwa 78,6% responden selalu mengonsumsi MSMn secara rutin,

20% responden pernah tidak mengonsumsi MSMn karena lupa dan 1,4%

responden kadang-kadang tidak mengonsumsi MSMn. Responden yang kadang-

kadang tidak mengonsumsi MSMn beralasan bahwa terkadang mereka tidak

memasak sehingga tidak menggunakan MSMn. Frekuensi konsumsi MSMn oleh

responden yang lupa lebih banyak bila dibandingkan dengan frekuensi konsumsi

MSMn oleh responden yang kadang-kadang tidak mengonsumsi karena tidak

memasak.

Selama masa intervensi 2 bulan, jumlah total MSMn yang dibagikan

kepada 70 orang responden adalah sebanyak 85 botol (@140 ml). Jika dirata-rata

maka masing-masing responden mendapatkan 1,21 botol MSMn, sehingga

diperkirakan responden mengonsumsi MSMn sebanyak 2,83 ml/ hari atau setara

dengan 1879,6 µg ekuivalen vitamin A per hari. Jumlah MSMn yang dikonsumsi

tersebut dapat memenuhi kebutuhan vitamin A responden per harinya. Menurut

Choo (1997), kandungan β-karoten di dalam minyak sawit mentah adalah 400 –

Page 10: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

38  

700 ppm. Jika diambil batas minimumnya, maka kandungan β-karoten dalam

minyak sawit sebesar 400 ppm. Kebutuhan vitamin A orang dewasa/hari adalah

sebesar 900 μg, sedangkan balita dan anak-anak sekitar 400 μg. Jadi kebutuhan

vitamin A harian dapat dipenuhi dengan mengonsumsi 2,5 g/ hari atau setara

dengan 2,5 ml minyak sawit mentah untuk orang dewasa dan 1 g/ hari atau setara

dengan 1 ml minyak sawit mentah untuk balita dan anak-anak.

Minyak sawit mentah merupakan jenis produk pangan baru yang berbasis

minyak makan. Oleh karena itu, perlu diketahui respon awal responden terhadap

minyak sawit mentah. Respon awal responden dianalisis berdasarkan hasil

wawancara pada hari ke 2-4 setelah konsumsi, dengan menggunakan pertanyaan

yang ada di dalam kuesioner 2 (Lampiran 7).

Tabel 7 Respon awal responden (n = 70) terhadap minyak sawit mentah

Atribut Biasa Saja (∑ Responden) Terganggu (∑ Responden)

Rasa 69 1

Aroma 70 0

Warna 68 2

Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa respon awal responden terhadap

minyak sawit mentah dapat diterima dengan baik. Karena hampir seluruh

responden menyatakan tidak terganggu (biasa saja) dengan atribut produk secara

keseluruhan. Menurut responden yang merasa terganggu dengan atribut rasa

menyatakan bahwa minyak sawit mentah memiliki rasa getir dan agak lengket.

Menurut Budhikarjono (2007), komponen nontrigliserida pada minyak sawit

mentah menimbulkan rasa dan aroma yang khas. Komponen nontrigilerida

tersebut diantaranya monogliserida, digliserida, fosfatida, karbohidrat, turunan

karbohidrat, protein dan bahan-bahan berlendir atau getah (gum).

Pada atribut warna, ada 2 orang responden yang merasa terganggu dengan

warna minyak sawit mentah, karena terlalu mencolok (merah cerah). Sedangkan

untuk atribut aroma, tidak ada responden yang merasa terganggu. Warna merah

pada minyak sawit mentah disebabkabn karena kandungan karotenoid yang sangat

tinggi. Semua senyawa yang menimbulkan flavor yang tidak enak pada minyak

Page 11: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

39  

berasal dari senyawa minor yang mempunyai nilai fungsional bagi tubuh dan

senyawa ini harus dipertahankan.

Minyak sawit mentah dikemas dalam botol plastik transparan dengan

volume sebanyak 140 ml. Sebesar 100% responden menyatakan bahwa mereka

menyukai jenis kemasan yang dipakai karena penggunaannya mudah dan praktis.

Evaluasi penerimaan responden terhadap minyak sawit mentah dilakukan

setelah responden mengonsumsi produk selama 2 minggu, 1 bulan dan 2 bulan.

Menurut Pilgrim (1956), penerimaan pangan (food acceptability) menunjukkan

perilaku makan yang disertai dengan kesenangan. Oleh karena itu, penerimaan

konsumen terhadap suatu produk pangan menjadi suatu faktor penting untuk

menentukan apakah produk pangan tersebut disukai atau tidak. Penerimaan

responden terhadap minyak sawit mentah dianalisis berdasarkan hasil wawancara

dengan menggunakan pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner 3 - 5 (Lampiran

8 - 10).

Tabel 8 Penerimaan responden (n = 70) terhadap minyak sawit mentah

Penerimaan 2 minggu 1 bulan 2 bulan

Rasa Aroma Warna Rasa Aroma Warna Rasa Aroma Warna

Mau 70 70 69 68 68 68 70 70 70

Agak mau 0 0 0 2 2 2 0 0 0

Agak menolak 0 0 1 0 0 0 0 0 0

Menolak 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa secara umum responden dapat

menerima produk dengan baik. Setelah mengonsumsi minyak sawit mentah

selama 2 bulan, responden dapat menerima dengan baik seluruh atribut produk,

baik rasa, aroma maupun warna. Hal ini dikarenakan dalam masa 2 bulan tersebut

telah terjadi proses adaptasi terhadap atribut produk, karena responden

mengonsumsi produk setiap hari sehingga pada akhirnya mereka menjadi terbiasa

dan dapat menerima produk dengan baik. Menurut Sulivan dan Birch 1994),

penerimaan terhadap suatu produk pangan baru tidak terjadi begitu saja, namun

membutuhkan pengulangan berkali-kali untuk mengonsumsi produk pangan

tersebut, sehingga akan terjadi peningkatan kesukaan.

Page 12: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

40  

Setelah 2 bulan masa intervensi, diketahui bahwa sebanyak 22,86%

responden menyatakan tetap mau melanjutkan konsumsi minyak sawit mentah,

74,28% responden mau melanjutkan konsumsi asalkan harga jual minyak sawit

mentah terjangkau, dan 2,86% responden ragu-ragu untuk terus mengonsumsi

minyak sawit mentah. Responden yang menyatakan mau untuk melanjutkan

konsumsi beranggapan bahwa mereka dapat merasakan manfaat setelah

mengonsumsi minyak sawit mentah, yaitu berupa perbaikan status kesehatan yang

mereka rasakan serta adanya peningkatan nafsu makan.

Tabel 9 Kelanjutan konsumsi minyak sawit mentah oleh responden (n = 70)

Sikap ∑ Responden Persentase (%)

Mau 16 22,86 Mau asal harga terjangkau 52 74,28 Ragu-ragu 2 2,86 Tidak mau 0 0

4.4. Kondisi Sel Limfosit

Dari total 70 responden, dilakukan pengambilan darah pada 16 responden

ibu usia produktif. Pemilihan responden ibu usia produktif untuk diambil

darahnya dikarenakan kelompok responden ini dinilai lebih mudah diawasi dan

dikontrol. Kelompok responden ini merupakan ibu rumah tangga yang setiap hari

memasak dan memakan masakannya di rumah sehingga kemungkinan mereka

mengonsumsi minyak sawit mentah setiap harinya lebih besar bila dibandingkan

dengan kelompok responden yang lainnya.

Pengambilan darah dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum intervensi

dan setelah intervensi selama 2 bulan. Pengambilan darah dilakukan oleh tenaga

medis di Puskesmas setempat. Sebelum dilakukan pengambilan darah, responden

terpilih diperiksa berat badan dan tekanan darahnya. Darah sebanyak 20 ml

diambil dengan menggunakan venoject dan vacutainer yang berisi EDTA. EDTA

merupakan antikoagulan yang akan mencegah terjadinya pembekuan darah,

sehingga akan diperoleh bagian darah berupa plasma. Fibrinogen yang merupakan

penyebab terjadinya pembekuan darah akan mengendap sehingga sel-sel limfosit

tidak akan terperangkap pada fibrinogen dan dapat diisolasi dengan mudah.

Page 13: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

41  

Tahapan isolasi limfosit dilakukan secara aseptis. Limfosit yang sudah

berhasil diisolasi (Gambar 16) selanjutnya disimpan pada freezer yang bersuhu

sekitar -20°C. Penyimpanan pada suhu rendah bertujuan untuk melisiskan sel

limfosit. Flowers et al. (1977) dan Kim et al. (2009) menyatakan bahwa sel dapat

mengalami lisis jika diberi perlakuan suhu rendah, karena suhu rendah dapat

merusak struktur dari membran sel sehingga unsur-unsur di dalam sel seperti

DNA, RNA dan protein akan keluar dari sel. Oleh karena itu, pengukuran kadar

protein limfosit dari sel limfosit yang telah lisis pada analisis selanjutnya dapat

diukur dengan mudah. Pada penelitian Garcia et al. (2003) juga dilakukan

penyimpanan limfosit pada suhu -20°C.

Gambar 16 Isolat limfosit darah manusia

4.5. Kadar Protein Limfosit

Analisis kadar protein limfosit dilakukan dengan menggunakan metode

Bradford (1976). Tujuan dilakukannya analisis ini adalah untuk mengetahui kadar

protein limfosit masing-masing responden, sehingga pada analisis selanjutnya,

yaitu analisis CD4 dan CD8 dengan ELISA, dapat digunakan limfosit dengan

jumlah kadar protein yang sama. Dari beberapa seri pengenceran protein standar

(bovine serum albumine) diperoleh kurva standar yang memiliki persamaan garis

y = 0,0007x + 0,0002 dengan R2 = 0,9919 (Gambar 17). Dari persamaan garis

tersebut dapat diperoleh kadar protein limfosit. Contoh perhitungan kadar protein

limfosit dapat dilihat pada Lampiran 12.

Kadar protein limfosit yang digunakan untuk analisis CD4 dan CD8

adalah sebesar 50 µg. Volume maksimal lubang sumur mikroplate adalah 300-350

Page 14: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

42  

µl, oleh karena itu volume suspensi limfosit yang digunakan disesuaikan dengan

volume lubang sumur mikroplate. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa kadar

protein limfosit sebesar 50 µg merupakan yang paling sesuai. Sampel limfosit

yang memiliki konsentrasi protein sangat rendah membutuhkan volume

pengambilan yang lebih banyak sehingga untuk menyiasatinya dilakukan

penempelan sampel (coating) pada mikroplate sebanyak 2 kali. Perhitungan

volume suspensi yang harus diambil pada saat coating dapat dilihat pada

Lampiran 13.

Gambar 17 Kurva standar protein BSA

4.6. Analisis Perubahan Kadar Protein CD4 dan CD8 pada Limfosit

Analisis kadar protein CD4 dan CD8 dilakukan dengan menggunakan

teknik ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay). Limfosit dengan volume

tertentu pada konsentrasi protein yang sama dimasukkan ke dalam mikroplate.

Protein CD4 dan CD8 pada limfosit akan berikatan secara spesifik dengan

antibodi primer yaitu antibodi anti-CD4 manusia atau anti-CD8 manusia.

Kompleks antigen-antibodi tersebut dapat dideteksi dengan terbentuknya

intensitas warna sebagai akibat dari penambahan antibodi sekunder yang berlabel

enzim HRP (Horse Radish Peroxidase) yang kemudian akan berinteraksi dengan

substrat ABTS. Intensitas warna yang terbentuk dapat dibaca dengan

menggunakan ELISA reader pada panjang gelombang 450 nm. Semakin besar

nilai OD (optical density) atau absorban yang terbaca oleh ELISA reader, maka

semakin banyak kadar protein CD4 dan CD8 di dalam limfosit.

Dari Gambar 18 dapat diketahui bahwa rata-rata kadar protein CD4 pada

limfosit responden lebih tinggi pada perlakuan setelah mengonsumsi minyak

y = 0,0007x + 0,0002R² = 0,9919

00.10.20.30.40.50.60.7

0 200 400 600 800 1000 1200

Absorban

Konsentrasi (ppm)

Page 15: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

 

sawit men

protein CD

dan 10.

Gambar 1

Da

mengguna

bermakna

menyataka

meningkat

Tabel 10 A

Kelompo

Responden

Respondennya naik (Keteranga

CD

limfosit se

1998). Pa

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

OD

Pro

tein

ntah walau

D4 setelah m

8 Kadar pro

ari Tabel

akan uji t

, sehingga

an bahwa

tkan kadar p

Analisis stat

ok Respond

n total (n=1

n yang Cn=13)

an: * signifi ** signif

D4 merupak

erta pada m

ada penguku

0

5

5

2

5

1 2 3

upun ada 3

mengonsum

otein CD4 rm

10 dapat

berpasanga

a dapat m

dengan

protein CD4

tistik kadar

den Rer

(sekon

16) 0,095

CD4- 0,093

fikan pada tafikan pada t

kan moleku

monosit dan

uran kadar

4 5 6

R

3 responden

msi minyak

responden (nminyak sawit

t diketahu

an menunju

memperkuat

mengonsu

4 dalam lim

protein CD

ata ± Sd ebelum nsumsi)

5 ± 0,012

3 ± 0,012

araf 5% araf 1% dan

ul yang ter

n makrofag

CD4 deng

7 8 9 1

Responden

n yang me

sawit ment

n = 16) sebet mentah

i bahwa

ukkan hasil

hipotesis

msi miny

mfosit respon

D4

Rerata ± S(sesudah

konsums

0,117 ± 0,0

0,124 ± 0,0

n 5%

rdapat pada

(Cruse dan

gan menggu

10 11 12 13

n ke-

engalami p

tah, yaitu re

elum dan se

analisis s

l yang berb

dan hasil

ak sawit

nden.

Sd h si)

T tab

037 2,131(

037 2,179(3,055(

a permukaa

n Lewis 20

unakan EL

3 14 15 16

penurunan k

esponden ke

esudah kons

statistik de

beda nyata

l analisis

mentah

bel T hitun

(5%) 2,521*

(5%) (1%)

3,582*

an sel T h

004; Ajani

LISA, CD4

Sebelumkonsum

Sesudahkonsum

 Turun

43

kadar

e-2, 4

sumsi

engan

atau

yang

dapat

ng

*

**

helper

et al.

yang

m msi

h msi

n

Page 16: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

44  

terukur benar-benar hanya berasal dari sel Th saja, bukan berasal dari monosit

maupun makrofag atau dengan kata lain tidak ada kesalahan positif. Makrofag

merupakan sel fagosit yang berada di jaringan bukan di sirkulasi darah, sehingga

pada saat proses pengambilan darah, makrofag tidak akan ikut terambil.

Sedangkan monosit sudah hilang akibat proses pencucian dengan media RPMI

yang dilakukan sebanyak 2 kali, sehingga yang terisolasi adalah benar-benar isolat

limfosit saja.

Sel Th berperan untuk mengaktivasi makrofag dan produksi antibodi

(Cruse dan Lewis 2004). Aktivasi makrofag akan menstimulasi makrofag untuk

menghancurkan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Antibodi

merupakan sistem pertahanan tubuh yang dapat melawan infeksi ektraseluler virus

dan bakteri serta menetralisir toksinnya (Baratawidjaja 2000). Mekanisme kerja

antibodi adalah dengan cara mempercepat penghancuran dan penyingkiran

antigen dengan netralisasi, presipitasi, aglutinasi, serta lisis (Guyton dan Hall

2007).

Garcia et al. (2003) telah melakukan penelitian pemberian β-karoten

dengan dosis 300 mg/berat badan pada mencit selama 21 hari, hasilnya

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah CD4 bila dibandingkan dengan

kelompok kontrol. Murata et al. (1994) melakukan penelitian pada 10 responden

yang diberikan suplemen β-karoten 60 mg/hari selama 44 minggu, hasilnya dapat

meningkatkan persentase CD4 sebanyak 27%. Penelitian lain juga telah dilakukan

oleh Alexander et al. (1985) dengan memberikan suplemen β-karoten (180

mg/hari) selama 2 minggu, hasilnya dapat meningkatkan jumlah CD4. Minyak

sawit mentah mengandung kadar β-karoten yang tinggi dan bila dikonsumsi dapat

diserap oleh tubuh dengan mudah, sehingga dengan mengonsumsi minyak sawit

mentah dapat meningkatkan kadar protein CD4. Peningkatan kadar protein CD4

diduga karena jumlah sel Th juga meningkat.

CD4 merupakan molekul yang juga berperan sebagai reseptor protein

gp120 yang dihasilkan oleh virus HIV sehingga invasi virus ini pada manusia

menyebabkan penyakit AIDS. Penderita HIV-AIDS memiliki protein CD4 dengan

jumlah yang sangat rendah, karena virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh

melalui invasinya pada pelekatan dengan protein CD4 (Patrick 1999). Omen et al.

Page 17: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

 

(1996) m

limfosit da

pemberian

dan memp

Co

kali/hari k

terjadi pen

β-karoten

terhadap 7

selama 4

(1992) ter

bulan, ha

secara sta

keringat b

Og

merah unt

mengenai

komponen

Gambar 1

Da

limfosit re

0.000

0.020

0.040

0.060

0.080

0.100

0.120

OD

Pro

tein

menyatakan

ari kerusaka

n suplemen

pertahankan

oodley et al

kepada 21 r

ningkatan C

dapat men

7 responden

minggu. Pe

rhadap 9 p

silnya dapa

atistik tidak

berlebih dan

guntibeju e

tuk penderi

manfaat mi

n bioktif lain

9 Kadar pro

ari Gambar

esponden m

0

0

0

0

0

0

0

1 2 3

bahwa β-k

an akibat pe

β-karoten k

n jumlah CD

l. (1993) tel

responden p

CD4 sebany

ningkatkan

n penderita H

enelitian ya

enderita HI

at meningk

k signifikan

n demam pad

t al. (2010

ita AIDS s

inyak sawit

nnya.

otein CD8 rm

19 dapat d

memiliki se

4 5 6

Re

karoten dal

eroksidasi p

kepada pen

D4 sudah ba

lah member

penderita H

yak 17%. Fr

CD4 sebes

HIV-AIDS

ang lain jug

IV-AIDS y

katkan CD4

n, namun s

da penderita

0) merekom

setelah mela

t merah yan

responden (nminyak sawit

diketahui ba

lisih yang

7 8 9 10

esponden k

lam darah

pada membr

nderita HIV-

anyak dilaku

rikan β-kar

HIV-AIDS, s

ryburg et al

sar 43% set

yang diberi

ga telah dil

yang diberik

4 sebesar 1

secara klini

a HIV-AID

mendasikan

akukan pen

ng mengand

n = 16) sebet mentah

ahwa rata-ra

rendah anta

0 11 12 13

ke-

dapat men

ran sel. Pen

-AIDS untu

ukan.

roten dengan

setelah 4 m

l. (1995) me

telah melak

ikan β-karot

lakukan ole

kan β-karot

11,5%. Wa

is dapat me

S.

pemanfata

nelusuran b

dung antioks

elum dan se

ata kadar pr

ara perlaku

14 15 16

njaga CD4

nelitian men

uk meningk

n dosis 60

minggu kons

elaporkan b

kukan pene

ten (60 mg/

eh Bianchi

ten selama

alaupun has

engurangi d

an minyak

berbagai lite

sidan tinggi

esudah kons

rotein CD8

uan sebelum

SebelumkonsumSesudahkonsum

    Turun Tetap 

45

pada

ngenai

katkan

mg 3

sumsi

bahwa

elitian

/ hari)

et al.

6-21

silnya

diare,

sawit

eratur

i serta

sumsi

pada

m dan

m msih

msi

n p

Page 18: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

46  

sesudah konsumsi minyak sawit mentah. Sebanyak 3 orang responden yang

mengalami penurunan kadar protein CD8 setelah konsumsi minyak sawit mentah,

yaitu responden ke-2, 4 dan 15, serta ada 4 responden yang kadar protein CD8-

nya tetap, yaitu responden ke-1, 5, 9 dan 10.

Tabel 11 Analisis statistik kadar protein CD8

Kelompok Responden Rerata ± Sd

(sebelum konsumsi)

Rerata ± Sd (sesudah

konsumsi) T tabel T hitung

Responden total (n=16) 0,078 ± 0,008 0,079 ± 0,007 2,131(5%) 0,963

Responden yang CD8-nya naik (n=9)

0,077 ± 0,008 0,083 ± 0,008 2,306(5%)3,355(1%)

13,880**

Keterangan: ** signifikan pada taraf 1% dan 5%

Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa peningkatan rerata kadar protein

CD8 pada 16 responden antara sebelum dan sesudah konsumsi MSMn hanya

sebesar 0,001 dan tidak signifikan secara statistik. Namun jika responden yang

mengalami kenaikan kadar protein CD8 dikelompokkan kembali (9 responden)

dan dihitung secara statistik, maka peningkatan kadar protein CD8 yang terjadi

signifikan baik pada taraf 5% maupun 1%.

Setiawati (1982) menyatakan bahwa semua hasil analisis yang dinyatakan

tidak bermakna bukan berarti bahwa hasilnya tidak ada atau tidak bermanfaat,

karena hasil yang tidak bermakna hanya berarti bahwa hasilnya tidak cukup kuat

untuk menolak hipotesis nol. Oleh karena itu, hasil yang tidak bermakna tersebut

sebaiknya dianggap tidak konklusif dan diperlukan pengumpulan data lebih lanjut.

Selain itu, kemaknaan statistik tidak identik dengan kemaknaan klinik, karena

seringkali pada perhitungan menunjukkan hasil yang tidak bermakna (tidak

berbeda nyata), namun secara klinis justru berdampak nyata yaitu manfaatnya

dapat dirasakan oleh responden.

Responden yang mengalami penurunan kadar protein CD8 adalah

responden ke-2, 4 dan 15. Responden ke-2 dan 4 juga mengalami penurunan

kadar protein CD4. Setelah dilakukan kroscek data hasil wawancara didapatkan

bahwa responden ke-2 dan 4 kadang-kadang tidak mengonsumsi minyak sawit

mentah dengan alasan bahwa mereka tidak memasak pada hari-hari tertentu.

Sedangkan responden ke-15 pernah tidak mengonsumsi karena lupa. Berdasarkan

Page 19: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

47  

Zakaria et al. (2011) mengenai pengaruh konsumsi minyak sawit mentah terhadap

kadar β-karoten pada plasma darah, diperoleh hasil bahwa responden ke-4 dan 15

mengalami penurunan kadar β-karoten setelah konsumsi minyak sawit mentah.

Selain itu, responden ke-2, 4 dan 15 juga mengalami penurunan kadar retinol pada

plasma setelah konsumsi minyak sawit mentah. Menurut Ullrich et al. (1994)

jumlah CD4 dan CD8 berkorelasi dengan konsentrasi karoten dan retinol dalam

plasma darah yang berperan sebagai antioksidan sehingga dapat melindungi

permukaan sel limfosit dari kerusakan akibat peroksidasi. Jika konsentrasi karoten

dan retinol pada plasma darah jumlahnya tinggi maka jumlah CD4 dan CD8 pun

tinggi.

Berdasarkan pengukuran kadar protein CD8 responden ke-2, 4 dan 15

walaupun mengalami penurunan setelah konsumsi minyak sawit mentah, namun

berdasarkan hasil wawancara ketiga responden tersebut menyatakan bahwa

mereka merasakan adanya perbaikan kesehatan. Pada Tabel 12 dapat dilihat hasil

wawancara mengenai perbaikan kesehatan yang dirasakan responden.

Tabel 12 Perbaikan kesehatan responden yang mengalami penurunan kadar protein CD8 setelah konsumsi minyak sawit mentah

Responden ke- Perbaikan Kesehatan 2 4

15

Nafsu makan, kondisi kesehatan dan penglihatan responden terasa lebih baik Responden pada awalnya mempunyai gangguan ISPA dengan frekuensi lebih dari 4 kali sebulan, namun setelah mengonsumsi minyak sawit mentah, gangguan ISPA menjadi berkurang frekuensinya Nafsu makan, kondisi kesehatan dan penglihatan responden terasa lebih baik

Oleh karena itu, walaupun peningkatan kadar protein CD8 setelah

mengonsumsi minyak sawit mentah cukup rendah dan tidak signifikan secara

statistik, namun manfaat kesehatan yang dirasakan responden meningkat setelah

mengonsumsi minyak sawit mentah.

CD8 merupakan molekul glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel

Tc dan Ts. Sel Tc berperan dalam membunuh sel-sel tubuh yang telah terinveksi

virus dan sel-sel termutasi (sel tumor dan kanker) (Cruse dan Lewis 2004).

Page 20: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden · berkaitan dengan penentu menu makananan di rumah masih didominasi oleh ... al dan mon Berdasar en mempe silan untuk en mengelo

48  

Sedangkan sel Ts (T-suppresor), yaitu sel penekan, berperan untuk mengakhiri

tanggapan kekebalan atau proses inflamasi. Untuk membedakan pengukuran

antara protein CD8 sel Tc dengan protein CD8 sel Ts sulit dilakukan karena

protein CD8 merupakan marker spesifik untuk kedua jenis sel tersebut.

Sistem imun yang berguna untuk melawan kanker adalah sistem imun

seluler yaitu sel Tc (Abbas et al. 2000; Male et al. 1996; Baratawidjaja dan

Rengganis 2009). Fungsi utama sel CD8+ adalah menyingkirkan sel terinfeksi

virus, menghancurkan sel ganas dan sel histoin kompatibel yang menimbulkan

penolakan pada transplantasi. Sel CD8+ menimbulkan sitolisis melalui

perforin/granzim, FasL/Fas (apoptosis), TNF-β dan memacu produksi sitokin.

Produksi sel CD8+ ini dipengaruhi oleh pelepasan sitokin IL-2 dan IFN-γ yang

dikeluarkan oleh sel CD4+ (sel Th-1) serta IL-12 yang dikeluarkan oleh sel

makrofag dan sel dendritik (Baratawidjaja dan Rengganis 2009).

Murata et al. (1994) menyatakan bahwa mekanisme β-karoten yang dapat

meningkatkan protein imun belum diketahui secara pasti. Menurut Moriguchi et

al. (1996), β-karoten dapat menstimulasi proliferasi sel limfosit dan menurut

Garcia et al. (2003) vitamin A memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan

diferensiasi sel. Dari pernyataan tersebut dapat dihubungkan bahwa dengan

mengonsumsi MSMn yang mengandung β-karoten sebagai provitamin A, akan

meningkatkan jumlah sel limfosit. Semakin meningkatnya jumlah sel limfosit,

maka protein penanda pada sel limfosit pun akan meningkat. Oleh karena itu,

dengan mengonsumsi CPO yang mengandung β-karoten tinggi dapat

meningkatkan kadar protein CD4 dan CD8 dalam limfosit.