Analisis Pengaruh Tipe Dukungan Emosion al Terhadap Tingkat Post- T raumatic Stress Disorder (PTSD) Pada Penyintas Bencana Letusan Gunung Merapi (Stu di Kasus 200 Penyin tas Di Desa Balerante Kecama tan Kemala ng Kabupaten Klaten) WIWIEN YULIANI 1308 030 057 Tugas Akhir Dosen Pembimbing : Ir. Arie Kismanto, M.Sc
Analisis Pengaruh Tipe Dukungan
Emosional Terhadap Tingkat Post-
Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Pada Penyintas Bencana Letusan
Gunung Merapi (Studi Kasus 200 Penyintas Di Desa Balerante
Kecamatan Kemalang
Kabupaten Klaten)
WIWIEN YULIANI
Bagaimana pengaruh tipe dukungan emosional terhadap tingkat
Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada penyintas bencana
letusan Gunung Merapi ?
mengalami gangguan Post-Traumatic Stress
emosional terhadap tingkat Post-Traumatic
bencana letusan Gunung Merapi
Statistika ITS mengenai dampak-dampak dari bencana
alam, serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya
memberikan dukungan emosional untuk mengurangi
tingkat PTSD pada para penyintas bencana
penyintas bencana letusan Gunung Merapi
yang diduga terkena Post-Traumatic Stress
Disorder (PTSD) yang berada di wilayah Desa
Balerante Kecamatan Kemalang Kabupaten
sebanyak lima macam
membandingkan dugaan βdengan penduga standar errornya.
H0 :
H1 :
Statistik :
Hipotesis :
Dengan Statistik :
seseorang untuk mengatasi trauma tersebut.
Menurut Depkes RI (1993), yang termasuk dalam PTSD
adalah :
kilas balik)
marah dan waspada yang berlebihan
3. Tidak mau mendengar atau menghindari situasi yang mirip
dengan trauma yang dialami
Dukungan emosional merupakan salah satu bentuk dari dukungan
sosial yang memiliki peran terpenting dibandingkan dengan
dukungan lainnya.
Dukungan emosional merupakan ekspresi dari afeksi, kepercayaan,
perhatian, dan perasaan didengarkan
• Dukungan emosional mencakup ungkapan kasih sayang, pemberian
perhatian, ungkapan rasa simpati, penghargaan dan
keberhasilan
Kabupaten Klaten yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
bencana Merapi
berlebihan terkait dengan bencana Merapi
• Selalu menghindari situasi yang mirip dengan trauma
yang dialami terkait dengan bencana Merapi
2. Wanita
2. Janda/duda
1. Kepala Keluarga
5 Pendidikan (D5)
1.Pelaajar
1. <1.000.000
2 Terbangun pagi-pagi sekali 1 2 3 4
3 Terbangun dengan keringat dingin 1 2 3 4
4 Merasa lelah walaupun tidur semalaman 1 2 3 4
5 Mimpi buruk dan berulang 1 2 3 4
6 Sulit dan lambat dalam mengambil keputusan 1 2 3 4
7 Sulit konsentrasi 1 2 3 4
8 Sulit membuat rencana tentang hal sederhana 1 2 3 4
9 Banyak memikirkan masalah-masalah kecil 1 2 3 4
10 Mudah curiga dan perasaan selalu disakiti 1 2 3 4
11 Ada ide untuk bunuh diri 1 2 3 4
12 Teringat kembali pda kejadian traumatis (melihat,
mencium atau mendengar sesuatu) 1 2 3 4
13 Sedih dan putus asa 1 2 3 4
14 Mudah tersinggung dan cemas 1 2 3 4
15 Kemarahan dan rasa bersalah 1 2 3 4
16 Merasa orang lain tidak akan dapat mengerti
penderitaannya 1 2 3 4
17 Perasaan takut mengalami kembali kejadian traumatis
tersebut 1 2 3 4
18 Perasaan kehilangan dan kebingungan 1 2 3 4
19 Perasaan ditinggalkan 1 2 3 4
20 Emosi yang naik turun 1 2 3 4
21 Mudah mengalami kecelakaan dan penyakit 1 2 3 4
22 Meningkatnya masalh perkawinan dan pergaulan 1 2 3 4
3 Ungkapan rasa simpati (X3) 1 2 3 4
4 Penghargaan (X4) 1 2 3 4
5 Keberhasilan (X5) 1 2 3 4
Variabel untuk mengetahui pengaruh tipe dukungan
emosional terhadap PTSD
0 = Ringan (interval nilai ≤ 50% dari nilai tertinggi)
1 = Berat (interval nilai > 50% dari nilai tertinggi)
Variabel prediktor (X) = Tipe dukungan emosional
X1 = Kasih sayang
X2 = Pemberian perhatian
pemilihan subjek sesuai dengan tujuan penelitian
berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang
telah ditentukan
Pengambilan data dilakukan pada bulan April- Mei 2011
2
2
2
d
n = jumlah sampel
p = proporsi responden yang di diagnosa mengalami gangguan
PTSD ringan (0.5)
q = proporsi responden yang di diagnosa mengalami gangguan PTSD
berat (0.5)
d = derajat kekeliruan yang ditoleransi (7%)
= 5 %α
adalah 196, dalam penelitian ini menggunakan 200
responen
H1: Pertanyaan mengukur aspek yang diinginkan
Daerah kritis : Tolak H0 jika r > r tabel
−
−
−
=
∑∑∑∑
∑∑∑
====
===
X1 0.706
konsisten
konsisten
k r
Disorder (PTSD) 0.907 Reliabel
gangguan Post-Traumatic Stress Disorder
Disorder (PTSD) pada penyintas bencana letusan
Gunung Merapi
Gunung Merapi
wanita
Total
PTSD
TotalRinga
janda/dud
a
belum
nikah
Gunung Merapi
PTSD Total
Ringan Berat
Gunung Merapi
PTSD Total
ringan Berat
Bencana Letusan Gunung Merapi
Variabel Chi-square Keputusan Keterangan
Stress Disorder (PTSD)
Ungkapan Penghargaan Terhadap Tingkat Post-Traumatic
Stress Disorder (PTSD)
* Tidak signifikan pada α = 5%
* Tidak signifikan pada α = 5%
Variabel B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
X3(1) 3.562 0.662 28.902 1 0.000 35.219
X3(2) 3.343 0.621 28.953 1 0.000 28.308
X3(3) 2.953 0.662 19.915 1 0.000 19.167
Constant -1.749 0.542 10.426 1 0.001
Variabel B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
X4(1) 4.640 0.921 25.389 1 0.000 103.500
X4(2) 3.632 0.836 18.869 1 0.000 37.800
X4(3) 1.061 0.835 1.614 1 0.204* 2.889
Constant -1.792 0.764 5.504 1 0.019
Stress Disorder (PTSD)
* Tidak signifikan pada α = 5%
Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
X5(1) 3.742 0.883 17.964 1 0.000 42.167
X5(2) 4.178 0.864 23.401 1 0.000 65.214
X5(3) 1.110 0.829 1.791 1 0.181* 3.034
Constant -1.705 0.769 4.919 1 0.027
Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
X1 12.154 3 0.007
X3 9.566 3 0.023
X5 23.328 3 0.000
Constant -5.985 1.592 14.134 1 0.000
2.062X3(2) + 2.529X3(3) + 2.790X5(1) + 3.389X5(2)
tolak H0 yang berarti bahwa variabel yang masuk
dalam model sudah signifikan
kecenderungan penyintas yang diduga mengalami gangguan PTSD berat
akibat tidak pernah mendapatkan
dukungan kasih sayang (X1(1)) sebesar 74.195 kali dibandingkan
dengan yang selalu mendapatkan dukungan
kasih sayang, akibat jarang mendapatkan dukungan kasih sayang (X
1(2)) sebesar 18.925 kali dibandingkan
dengan yang selalu mendapatkan dukungan kasih sayang dan akibat
sering mendapatkan dukungan kasih sayang
(X1(3)) sebesar 33.637 kali dibandingkan dengan yang selalu
mendapatkan dukungan kasih sayang.
Kecenderungan penyintas yang diduga mengalami gangguan PTSD berat
tidak pernah mendapatkan perhatian
(X3(1)) sebesar 5.137 kali dibandingkan dengan yang selalu
mendapatkan perhatian, akibat jarang mendapatkan
perhatian (X3(2)) sebesar 7.862 kali dibandingkan dengan yang
selalu mendapatkan perhatian dan akibat sering
mendapatkan perhatian (X3(3)) sebesar 12.546 kali dibandingkan
dengan yang selalu mendapatkan perhatian.
Kecenderungan penyintas yang diduga mengalami gangguan PTSD berat
akibat tidak pernah mendapatkan
dukungan keberhasilan (X5(2)) sebesar 16.289 kali dibandingkan
dengan yang selalu mendapatkan dukungan
keberhasilan dan kecenderungan penyintas yang diduga mengalami
gangguan PTSD berat akibat jarang
mendapatkan dukungan keberhasilan (X 5(2)) sebesar 29.634 kali
dibandingkan dengan yang selalu mendapatkan
dukungan keberhasilan.
Variabel Exp(B)
Rasa Simpati_X3
berat 5 142 96.6
KESIMPULAN
1. Dari 200 penyintas bencana yang diteliti menunjukkan bahwa
terdapat 53 penyintas diduga
mengalami gangguan PTSD ringan dan 147 responden diduga mengalami
gangguan PTSD berat
dengan karakteristik yang berbeda-beda berdasarkan usia, jenis
kelamin, staus pernikahan, status
dalam keluarga, pendidikan, profesi dan pengeluaran per
bulan.
2. Tipe dukungan emosional yang sangat mempengaruhi
tingkatPost-Traumatic Stress Disorder
(PTSD) pada 200 penyintas bencana letusan Gunung Merapi dalam
penelitian ini adalah variabel
pemberian kasih sayang, ungkapan rasa simpati dan
keberhasilan. Dengan kecenderungan
penyintas yang diduga mengalami gangguan PTSD berat akibat
tidak pernah mendapatkan
dukungan kasih sayang sebesar 74.195 kali dibandingkan dengan yang
selalu mendapatkan
dukungan kasih sayang, akibat jarang mendapatkan dukungan kasih
sayang sebesar 18.925 kali
dibandingkan dengan yang selalu mendapatkan dukungan kasih sayang
dan akibat sering
mendapatkan dukungan kasih sayang sebesar 33.637 kali’ dibandingkan
dengan yang selalu
mendapatkan dukungan kasih sayang. Kecenderungan penyintas yang
diduga mengalami
gangguan PTSD berat tidak pernah mendapatkan perhatian sebesar
5.137 kali dibandingkan
dengan yang selalu mendapatkan perhatian, akibat jarang mendapatkan
perhatian sebesar 7.862
kali dibandingkan dengan yang selalu mendapatkan perhatian dan
akibat sering mendapatkan
perhatian sebesar 12.546 kali dibandingkan dengan yang selalu
mendapatkan perhatian.
Kecenderungan penyintas yang diduga mengalami gangguan PTSD berat
akibat tidak pernah
mendapatkan dukungan keberhasilan sebesar 16.289 kali dibandingkan
dengan yang selalu
mendapatkan dukungan keberhasilan dan kecenderungan penyintas yang
diduga mengalami
gangguan PTSD berat akibat jarang mendapatkan dukungan keberhasilan
sebesar 29.634 kali
dibandingkan dengan yang selalu mendapatkan dukungan
keberhasilan.
bantuan tidak harus berupa materi, karena ternyata
dukungan emosional lebih dibutuhkan untuk menjaga
kestabilan jiwa para korban selamat.
2. Kepada pemerintah diharapkan agar segera memberikan
dukungan emosional setelah terjadi bencana kepada para
penyintas untuk mengurangi tingkat PTSD.
3. Disarankan ada koordinasi antara pemerintah dan
sukarelawan supaya pemberian dukungan emosional bisa
terjadwal dengan teratur, sehingga para penyintas bisa
mendapatkan dukungan emosional secara merata.
DAFTAR PUSTAKA • Afriati, E. (2007). Post-Traumatic Stress Disorder
(PTSD) Pada Korban Bom Bali II . Malang : Psikologi UMM.
• Azwar, S., (1997). Reliabilitas dan Validitas Edisi Ketiga.
Pustaka Pelajar Offset : Yogyakarta.
• Flannery, R.B. (1999) . Psychological trauma and post traumatic
stress Disorder: review, International Journal of
Emergency Mental Health.
• Grinage, B.D. (2003). Diagnosis and Management of Post Traumatic
Stress Disorder, American Family Physician, vol
68, no 12, Desember, ,p: 2401-2408
• Hosmer,D.L., dan Lameshlow. S., (1989). Applied Logistic
Regression, New York : John Willey and Sons.
• Indrijati, H. (2009). Perkembangan Psikologi (fisik/motorik,
afeksi/Emosi dan Sosial) Anak-anak Korban Lumpur
Lapindo Porong-Jawa Timur . Surabaya : Psikologi
Universitas Airlangga.
• Lestari, K. (2007). Hubungan Antara Bentuk-Bentuk Dukungan
Social Dengan Tingkat Resiliensi Penyintas Gempa Di
Desa Canan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. Semarang :
PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO.
• Smet, Bart. (1999). Psikologi Kesehatan. Jakarta :
Grasindo.
• Supratiknya, A. (2005). Peninggian dan Perendahan Diri Sebuah
Temuan Awal dari Jawa. Jurnal Psikologi. Vol.15. hal
51-67.
• Taylor, S. E. Peplau, L. A., Sears, D. O. (1997). Social
Psychology. 9th edition. New Jersey: Prentice Hall
International
Editions.
Bireuen dan Aceh Utara. Banda Aceh : International
Organization for Migration (IOM).
• Walizer, H.M & Paul I.W. (1991). Metode dan Analisis
Penelitian Mencari Hubungan Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
• Walpole, R.E & Raymond H. Myers (1995). “ Ilmu Peluang
dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan“ : Edisi Ke-4,
terjemahan RK Sembiring. Bandung : penerbit ITB.
•
http://www.mediaindonesia.com/read/2010/10/10/177256/124/101/Jateng-Siap
Evakuasi-Daerah-Rawan-Merapi di