32

ISSN 2407-5515

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ISSN 2407-5515

JURNAL GIZI ILMIAHJurnal Ilmiah Ilmu Gizi Klinik, Kesehatan Masyarakat dan Pangan

Volume 5 Nomor 8, Mei – Agustus 2018

________________________________________________________________________

DEWAN REDAKSI

Penanggung Jawab : DR. H. Abdul Azis harun, SKM.,M.Kes

Pemimpin Redaksi : Habib Ihsan M. S.Gz. M. Gizi

Wakil Pemimpin Redaksi : Desiderius Bela Dhesa, S.Gz.,M.Mkes

Sekretaris Redaksi : Ellyani Abadi, SKM

Redaktur Pelaksana : Evie Fitrah Pratiwi Jaya

Jenny Qlifianty D.,S.Gz

Reviewer : Fikki Prasetya, S.KM.,M.Kes

DR. Erwin Azizi Jayadipraja, SKM.,M.Kes

Alamat Redaksi :Kampus STIKes Karya Kesehatan Kendari

Jalan Jend. A.H. Nasution No.89 G, Kendari, Sulawesi Tenggara

Telp/Fax. (0401) 3190 775 Email : [email protected]

2018

EDITORIAL

Pertama-tama kami ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena

atas limpahan rahmat dan karunianya telah terbitlah Volume Kelima Nomor

Delapan Jurnal Gizi Ilmiah. Terimakasih kami sampaikan pada Kepala Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat serta Badan Pembina Yayasan Karya

Kesehatan Kendari dengan kerja samanya sehingga dapat memberikan bantuan

dalam penerbitan Jurnal Gizi Ilmiah ini. Terima kasih juga kepada Dewan

Redaksi yang telah berupaya maksimal, sehingga Jurnal Gizi Ilmiah ini dapat

diterbitkan.

Jurnal Gizi Ilmiah ini memuat tentang hasil penelitian yang melingkupi isu

kesehatan terkini dibidang Gizi, Kesehatan Masyarakat dan pangan. Sehingga

melalui jurnal ini dapat memberikan gambaran terkini tentang fenomena bidang

tersebut.

Banyaknya isu seputar Gizi ilmiah, Kesehatan Masyarakat dan Pangan,

menuntut civitas akademika agar lebih mendalami riset yang dilakukan pada

bidang ini. Apalagi dengan adanya program pemerintah melalui Kementerian

Kesehatan yakni Program 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), membuat

para peneliti berlomba dalam melakukan riset melalui isu terkini tersebut.

Jurnal Gizi Ilmiah ini sangat diharapkan dapat menjadi jembatan keilmuan

bagi masyarakat dalam hal ini sebagai pemerhati kesehatan, dalam melihat

perkembangan dunia kesehatan. Serta merangsang para peneliti untuk lebih

meningkatkan kualitas riset mereka kedepan.

Pada terbitan ini masih banyak dibutuhkan saran dan kritik untuk

penyempurnaan dalam penyusunan jurnal Gizi Ilmiah kedepannya. Untuk itu

kami mohon maaf bila terjadi kesalahan maupun kekurangan. Bila ada masukan

dapat dikirim kealamat korespondensi atau melalui email kami.

Terimakasih. Wassalamu’AlaikumWarrohmatullahiWabarakaatuuh.

PenyusunTIM REDAKSI

Vol. 5 No. 8 Mei – Agustus 2018 ISSN 2407-5515

JURNAL GIZI ILMIAHJurnal Ilmiah Ilmu Gizi Klinik, Kesehatan Masyarakat dan Pangan

Volume 5 Nomor 8 Mei – Agustus 2018

DAFTAR ISI

I. EditorialII. Artikel Halaman

1. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Bubur Kacang Hijaudan Program Pemerintah (Biskuit) terhadap Peningkatan StatusGizi Batita di Wilayah Kerja Puskesmas Mokoau dan PuskesmasBenu-Benua Kota Kendari Tahun 2018Oleh : Ertika Sekar Ningrum, Sunarsih, Sultan AkbarToruntju ………….…………………………………………………..

1 - 10

2. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian KankerPayudara di Poli Onkologi RSU Bahteramas Provinsi SulawesiTenggara Tahun 2018Oleh : Zalumin, Tasnim, Sultan Akbar Torundju……………

11 - 19

3. Faktor Risiko Status Gizi Wasting dalam Penerapan Full DaySchool pada Anak di Pendidikan Anak Usia Dini PesantrenUmmusabri KendariOleh : Abidin, Tasnim, Fatmawati…………………………….

20 - 28

Ningrum, E.S., Sunarsih, dan Toruntju, S.A :Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 1 - 10

1

PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BUBUR KACANGHIJAU DAN PROGRAM PEMERINTAH (BISKUIT) TERHADAP

PENINGKATAN STATUS GIZI BATITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMASMOKOAU DAN PUSKESMAS BENU-BENUA

KOTA KENDARI TAHUN 2018

Ertika Sekar Ningrum1 Sunarsih2 Sultan Akbar Toruntju3

AbstrakBatita merupakan salah satu golongan yang rentan masalah status gizi. Masa

batita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus kritis. Sebaliknya apabila batita pada masa initidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya maka, periode emas akan berubahmenjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang batita. Status gizi yangbaik yaitu status kesehatan yang dihasilkan dari keseimbangan intake dan kebutuhan.Parameter status gizi dapat dilakukan dengan pengukuran antropometri, pemeriksaanbiokimia, dan anamnesa riwayat gizi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode quasieksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah semua batita yang mengalami masalahgizi kurang dan gizi buruk yang berjumlah 109. Jumlah untuk sampel pada kelompokperlakuan bubur kacang hijau sebanyak 26 batita dan sampel pada kontrol biskuit adalah26 batita. Hasil uji paired t-test di ketahui bahwa P value 0,000 ada pengaruh pemberianbubur kacang hijau dan biskuit terhadap peningkatan status gizi anak batita.

Hasil uji regresi di ketahui bahwa ada hubungan antara sesudah perlakuan dansebelum perlakuan pada kelompok bubur kacang hijau dan biskuit. Hasil uji independentdi ketahui bahwa ada perbedaan antara berat badan dan panjang badan sebelum dansesudah perlakuan terhadap batita. Diharapkan kepada Puskesmas Mokoau danPuskesmas Benu-benua Kendari untuk dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagaiinformasi dan bahan pertimbangan dalam meningkatkan kepedulian terhadap batitadengan masalah status gizi.

Kata Kunci : Status gizi, Pemberian makanan tambahan, Gizi kurang dan giziburuk

Ningrum, E.S., Sunarsih, dan Toruntju, S.A :Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 1 - 10

2

PENDAHULUANMasa batita merupakan masa

pertumbuhan dan perkembangan yangpesat, sehingga kerap diistilahkan sebagaiperiode emas sekaligus periodekritis.Periode emas dapat diwujudkanapabila pada masa ini bayi dan anakmemperoleh asupan gizi yang sesuai untuktumbuh kembang optimal. Sebaliknyaapabila bayi dan anak pada masa ini tidakmemperoleh makanan sesuai kebutuhangizinya, maka periode emas akan berubahmenjadi periode kritis yangakanmengganggu tumbuh kembang bayidan anak, baik pada saat inimaupun masaselanjutnya (Depkes RI, 2006).

1000 Hari Pertama Kehidupan(HPK) atau the first thousand daysmerupakan suatu periode didalam prosespertumbuhan dan perkembangan yang dimulai sejak konsepsi sampai anak berusia 2tahun. Asupan makanan selama 1000 HPKmemberi konsekuensi kesehatan untukmasa depan agar anak tumbuh sehat dancerdas maka gizi sejak anak dini harusterpenuhi dengan tepat dan optimal(Husnah, 2017).

World Health Organization (WHO)menjelaskan bahwa permasalahan gizidapat ditunjukkan dengan besarnya angkakejadian gizi buruk di negara tersebut.DiIndonesia pada tahun 2015 pemantauanstatus gizi (PSG) menunjukkan hasil yanglebih baik dari tahunsebelumnya.Persentase balita dengan giziburuk mengalami penurunan. Status gizibalita menurut indeks berat badan menurutumur (BB/U) didapatkan hasil 79,9% gizibaik, 14,9% gizi kurang, 3,8% gizi burukdan 1,5% gizi lebih. Pada status gizi balitamenurut indeks tinggi badan menurut umur(TB/U) didapatkan hasil 71% normal,29,9% pendek dan sangat pendek.Sedangkan untuk status gizi balita menurutindeks berat badan menurut tinggi badan(BB/TB) didapatkan hasil 82,7% normal,

8,2% kurus, 5,3% gemuk dan 3,7% sangatkurus (Kemenkes, 2015).

Keadaan gizi masyarakat di wilayahKota Kendari pada tahun 2016 sampai 2017menunjukkan masih tingginya anak balitakurang gizi yaitu sebesar 30% pada tahun2016 dan mengalami penurunan pada tahun2017 sebesar 20%. Meskipun angkaprevalensi gizi cenderung mengalamipenurunan walaupun tidak secarasignifikan, namun masalah status gizi masihbanyak dijumpai di wilayah Kota Kendari.Dengan demikian Kota Kendarimemperlihatkan bahwa anak balita belummencapai target status gizi yang baik(DinkesProv, 2017).

Kejadian gizi buruk perlu dideteksisecara dini melalui intensifikasipemantauan tumbuh kembang anak balitadi posyandu, dilanjutkan dengan penentuanstatus gizi oleh bidan desa atau petugaskesehatan lainnya. Dari hasil data DinkesKota Kendari status gizi balita pada tahun2016 berjumlah 29.461 balita dan sebanyak291 balita yang mengalami gizi kurang dangizi buruk sebanyak 33 balita. Pada tahun2017 masalah status gizi pada balitamengalami penurunan. Dari jumlah balitapada tahun 2017 berjumlah 36.272 balita,yang mengalami gizi kurang sebanyak 244balita dan yang mengalami gizi buruksebanyak 8 balita. Sebagai penyebab kasusgizi buruk tersebut adalah adanya pola asuhorang tua yang salah (Dinkeskota, 2017).

Dari data puskesmas Benu-benuapada tiga tahun terakhir mengalamikenaikan tiap tahunnya.Pada tahun 2016jumlah balita 2.479 balita. Balita yangmengalami gizi baik berjumlah 2432 balita,yang mengalami gizi lebih berjumlah 4balita, yang mengalami gizi kurangberjumlah 40 balita, dan balita yangmengalami gizi buruk berjumlah 3 balita.Pada tahun 2017 jumlah balita di wilayahpuskesmas Benu-benua berjumlah 2.702balita. Yang mengalami gizi kurangsebanyak 50 balita dan yang mengalamigizi buruk sebanyak 3 balita, balita gizi baik

Ningrum, E.S., Sunarsih, dan Toruntju, S.A :Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 1 - 10

3

berjumlah 2.635, dan balita yangmengalami gizi lebih berjumlah 10 balita(PuskesmasBenu-benua, 2017).

Data status gizi Puskesmas Mokoaupada tahun 2015 mengalami pasang surut,kadang-kadang naik atausebaliknya.Berikut ini data mengenai statusgizi balita pada tahun 2015 sampai 2017.Data status gizi balita pada tahun 2015berjumlah 5 balita yang mengalami giziburuk, gizi kurang berjumlah 20 balita, gizibaik berjumlah 2680 balita dan gizi lebihberjumlah 16 balita. Pada tahun 2016 statusgizi di puskesmas Mokoau mengalamipenurunan. Balita yang mengalami giziburuk berjumlah 2 balita, gizi kurangberjumlah 10 balita, gizi baik berjumlah2699 dan gizi lebih berjumlah 10 balita.Pada tahun 2017 masalah status gizi balitadi wilayah kerja Puskesmas Mokoaumeningkat yaitu balita yang mengalami giziburuk sebanyak 3 orang, balita gizi kurangsebanyak 32 orang, balita gizi baiksebanyak 2674, dan gizi lebih sebanyak 5orang (PuskesmasMokoau, 2017).

BAHAN DAN METODEPenelitian ini menggunakan metode

penelitian kuantitatif dengan menggunakanmetode quasi eksperimen. Penelitian initelah dilaksanakan sejak tanggal 20 Aprilsampai dengan 20 Juni Tahun 2018.Populasi dalam penelitian ini adalah semuabatita yang mengalami masalah status gizikurang dan gizi buruk di wilayah kerjaPuskesmas Mokoau dan wilayah kerjaPuskesmas Benu-benua. Jumlah untukkelompok sampel bubur kacang hijausebanyak 26 batita dan sampel biskuitadalah 26 batita, sehingga total subyekpenelitian adalah 52 batita. Penentuansampel dengan menggunakan simplerandom sampling dengan matching jeniskelamin dan umur batita.HASIL

Pengumpulan data dilakukan pada 52responden dengan hasil sebagai berikut :Analisis Deskriptif

1. Pemberian makanan tambahanmenurut berat badan

Tabel 1Distribusi Responden Berdasarkan

Pemberian Makanan TambahanBubur Kacang Hijau dan Program

Pemerintah (Biskuit) MenurutBerat Badan Di Wilayah kerja

Puskesmas Mokoau dan PuskesmasBenu-benua Kota Kendari Tahun

2018

No Pemberian makanantambahan

BBSebelum

BBSesudah Jumlah

n n n

1. Bubur kacanghijau 10,30 11,47 21,77

2. Biskuit 9,86 11,28 21,14Total 20,16 22,75 42,91

Data tabel ini menunjukkanbahwa rata-rata berat badanresponden sebelum di beri buburkacang hijau adalah 10,30 kg, danrata-rata berat badan sesudah diberikan kacang hijau adalah 11,47kg. Sedangkan rata-rata berat badanresponden sebelum di berikanbiskuit adalah 9,86 kg dan rata-rataberat badan sesudah diberikanbiskuit adalah 11,28 kg.

2. Pemberian makanan tambahanmenurut panjang badan

Tabel 2Distribusi Responden Berdasarkan

Pemberian Makanan TambahanBubur Kacang Hijau dan Program

Pemerintah (Biskuit) MenurutPanjang Badan Di Wilayah Kerja

Puskesmas Mokoau dan PuskesmasBenu-benua Kota Kendari Tahun

2018No Pemberian makanan

tambahan

PBSebelum

PBSesudah Jumlah

n n n

1. Bubur kacanghijau 74 85 159

2. Biskuit 74 83 157Total 148 168 316Data tabel ini menunjukkan bahwa

rata-rata panjang badan respondensebelum di beri bubur kacang hijau

Ningrum, E.S., Sunarsih, dan Toruntju, S.A :Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 1 - 10

4

adalah 74 cm, dan rata-rata berat badansesudah di berikan kacang hijau adalah85 cm. Sedangkan rata-rata berat badanresponden sebelum di berikan biskuitadalah 74 cm dan rata-rata berat badansesudah diberikan biskuit adalah 83cm.

3. Status giziTabel 3

Distribusi Responden BerdasarkanStatus Gizi Batita Di WilayahKerja Puskesmas Mokoau danPuskesmas Benu-benua Kota

Kendari Tahun 2018No.

Status gizi Sebelum Sesudah Jumlah

n % n % n %

1. Bubur kacanghijau 26 50 15 57,

69 41 52,56

2. Biskuit 26 50 11 42,30 37 47,

43

Total 52 100

26 100

78 100

Dari 26 responden yangmengalami masalah gizi, diberikanperlakuan bubur kacang hijaudiketahui bahwa terdapat 15responden (57,69%) yangmengalami peningkatan status gizi.Dan 11 responden yang masihmengalami masalah gizi kurang(tidak signifikan). Sedangkan, padapemberian makanan programpemerintah (biskuit) di ketahuibahwa 11 responden yangmengalami peningkatan dan 15responden yang masih mengalamimasalah status gizi kurang.

a. Analisis Inferensial1. Uji paired t-test

Tabel 4PengaruhBubur Kacang Hijau

Terhadap Status Gizi Berat AnakBatita di Wilayah Kerja Puskesmas

Mokoau dan Benu-Benua KotaKendari

BuburKacangHijau

Status Gizi P value

Pre Test Post Test

0,000n % n %

Gizi Kurang 26 100 11 42,30Gizi Baik 0 0 15 57,69

Total 26 100 26 100Sumber : Data Primer diolah Juni2018

Tabel ini menunjukan bahwa dari26 batita yang berada di wilayah kerjaPuskesmas Mokoau terdapat 26 batitayang mengalami gizi kurang. Setelah diberi perlakuan berupa makanantambahan lokal bubur kacang hijaukemudian di ukur berat badannyakembali terdapat 15 (57,69%) batitayang mengalami gizi baik dan yangmasih mengalami gizi kurangberjumlah 11 (42,30%) batita.

Tabel 5PengaruhBikuit Terhadap Status

Gizi Anak Batita di Wilayah KerjaPuskesmas Mokoau dan Benu-Benua

Kota KendariBiskuit

Panjang badan Pvalue

Pre Test Post Test

0,000n % n %

Gizi Kurang 26 100 15 57,69Gizi Baik 0 0 11 42,30

Total 26 100 26 100Sumber : Data Primer diolah Juni 2018

Tabel ini menunjukan bahwa dari 26batita yang berada di wilayah kerjaPuskesmas Benu-benua terdapat 26batita yang mengalami gizi kurang.Setelah di control pemberian makanantambahannya melalui programpemerintah (biskuit)terdapat 15(57,69%) sedangkan, dari 26responden terdapat 11 (42,30%) yangmengalami peningkatan status gizinyamenjadi gizi baik.

Ningrum, E.S., Sunarsih, dan Toruntju, S.A :Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 1 - 10

5

2. Uji RegresiAnalisis uji regresi adalah sebuah

metode pendekatan untuk pemodelanhubungan antara satu variabeldependen dan satu variabelindependen. Dalam analisis regresisederhana, hubungan antara variabelbersifat linear, dimana perubahan padavariabel X akan di ikuti oleh perubahanpada variabel Y secara tetap.

Tabel 6Uji Regresi Berdasarkan Berat Badan

Pada Batita Yang Diberi PerlakuanBubur Kacang Hijau Dan ProgramPemerintah (Biskuit) Pada Batita DiWilayah Kerja Puskesmas Mokoau

Dan Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua Tahun 2018

Coefficientsa

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.BStd.

Error Beta1 (Constant) 2.910 .420 6.923 .000

Sebelum .627 .144 2.558 4.365 .000Sesudah -.631 .140 -2.644 -4.513 .000

a. Dependent Variable: Kelompok

Berdasarkan tabel 6 hasil uji regresiberat badan yang di beri perlakuan buburkacang hijau dan program pemerintah(biscuit) terdapat hubungan antara batitayang diberi perlakuan bubur kacang hijaudan program pemerintah terhadap beratbadan.

Tabel 7Uji Regresi Berdasarkan Panjang AtauTinggi Badan Pada Batita Yang DiberiPerlakuan Bubur Kacang Hijau DanProgram Pemerintah (Biskuit) PadaBatita Di Wilayah Kerja Puskesmas

Mokoau Dan Wilayah Kerja PuskesmasBenu-Benua Tahun 2018

Coefficientsa

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.BStd.

Error Beta1 (Constant) 2.127 .689 3.086 .003

Sebelum .054 .027 .878 2.043 .046Sesudah -.055 .026 -.929 -2.160 .036

a. Dependent Variable: Kelompok

Berdasarkan tabel 7 hasil uji regresipanjang/tinggi badan yang di beriperlakuan bubur kacang hijau danprogram pemerintah (biscuit) terdapathubungan antara batita yang diberiperlakuan bubur kacang hijau danprogram pemerintah terhadap beratbadan.

3. Uji t-test independent

Uji t-test independent untuk melihatperbedaan antara yang diberi perlakuanbubur kacang hijau dan programpemerintah (biscuit) terhadap peningkatanstatus gizi anak batita maka digunakan ujihipotesis dengan uji t dua sampel salingbebas (independent sample t test). Adapunhasil analisis dapat dilihat pada tabelberikut :

Tabel 8Perbedaan Berat Badan Pada Batita

Yang Diberi Perlakuan Bubur KacangHijau Dan Program Pemerintah

(Biskuit) Pada Batita Di Wilayah KerjaPuskesmas Mokoau dan Wil. KerjaPuskesmas Benu-Benua Th. 2018

Kelompok n Mean StandarDeviasi

Pvalue

Bubur kacanghijau

26 24.077 37.4080,000

Biskuit 26 19.500 35.805

Sumber : Data Primer diolah Juni 2018

Ningrum, E.S., Sunarsih, dan Toruntju, S.A :Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 1 - 10

6

Tabel ini menunjukan bahwa nilaikelompok bubur kacang hijau dengan beratbadan sesudah perlakuan sebanyak 24.077dengan standar deviasi 37.408 sedangkan,nilai kelompok batita yang sudah di beriperlakuan program Pemerintah (biskuit)sebanyak 19.500 dengan standar deviasi35.805.

Berdasarkan hasil t-test independentdiketahui p value bernilai 0,000. Karenanilai 0,000 < dari nilai α (0,05) maka dapatdisimpulkan bahwa “Ho ditolak dan Haditerima” artinya Ada perbedaan beratbadan antara bubur kacang hijau dan biscuitterhadap berat badan batita.

Tabel 9Perbedaan Tinggi Badan Atau Panjang

Badan Pada Batita Yang DiberiPerlakuan Bubur Kacang Hijau DanProgram Pemerintah (Biskuit) PadaBatita Di Wilayah Kerja Puskesmas

Mokoau Dan Wilayah Kerja PuskesmasBenu-Benua Tahun 2018

Kelompok N Mean StandarDeviasi

Pvalue

Bubur kacanghijau

26 11.0000 2.154070,000

Biskuit 26 9.4231 2.99564

Sumber : Data Primer diolah Juni 2018Tabel ini menunjukan bahwa nilai

kelompok bubur kacang hijau dengantinggi badan atau panjang badan sesudahperlakuan sebanyak 11.0000 denganstandar deviasi 2.15407 sedangkan, nilaikelompok batita yang sudah di beriperlakuan program Pemerintah (biscuit)sebanyak 9.4231 dengan standar deviasi2.99564.

Berdasarkan hasil t-test independentdiketahui p value bernilai 0,000. Karenanilai 0,000 < dari nilai α (0,05) maka dapatdisimpulkan bahwa “Ho ditolak dan Haditerima” artinya Ada perbedaan beratbadan antara bubur kacang hijau danbiscuit terhadap tinggi badan atau panjangbadan.

Pembahasan1. Pengaruh pemberian makanan

tambahan bubur kacang hijauterhadap peningkatan status gizibatita

Dari 26 responden yang di beriperlakuan berupa bubur kacang hijautiap harinya. Dimana hasilnyamenunjukkan bahwa dari 26 batita yangmengalami status gizi buruk dan gizikurang menunjukkan bahwa 15(57,92%) batita telah mencapai hasilstatus gizi yang normal, sedangkan 11(42,30%) batita masih berstatus gizikurang.

Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa pengaruhpemberian makanan tambahan lokalbubur kacang hijau terhadappeningkatan status gizi anak batita diwilayah kerja puskesmas Mokoauberpengaruh terhadap status gizi batitayang mengalami masalah gizi buruk dangizi kurang

Berdasarkan hasil penelitiandiperoleh bahwa terdapat pengaruhpemberian makanan tambahan lokalbubur kacang hijau terhadappeningkatan status gizi anak batita.Penelitian ini sejalan denganKH.Hosang (2017) tentang status gizianak batita yang menyatakan bahwa usia12-24 bulan berada pada masaperkembangan kritis terutama padaperkembangan otak, sehinggamembutuhkan yang baik namun, karenaberbagai masalah mengakibatkantimbulnya masalah gizi pada anak(Hosang et al., 2017).

Dalam penelitian mengenaitentang pengaruh terhadap status gizibatita yang menganalisis umur anak,jenis kelamin, usia orang tua, pekerjaanorang tua, tingkat pendidikan orang tua,jumlah anggota keluarga dan lamanyamenyusui menunjukkan hasil bahwapendapatan orang tua merupakan halyang paling berpengaruh terhadap status

Ningrum, E.S., Sunarsih, dan Toruntju, S.A :Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 1 - 10

7

gizi anak balita. Gizi batita dikatakanbaik jika terdapat keseimbangan dankeserasian antara perkembangan fisikdan mental balita dimana keadaan statusgizi yang ditunjukkan batita di pengaruhioleh konsumsi makanan yang diterima.Pemberian Makanan Tambahan kepada26 anak batita yang dijadikan sampeldalam penelitian ini, semuanyadiberikan pemberian makanan tambahanlocal berupa bubur kacang hijau dimanahasilnya menunjukkan bahwa dari 26batitaterdapat 15 batita yang telahmencapai hasil status gizi yang normal,sedangkan 11batita masih berstatus gizikurang.

Hasil penelitian Devi (2012)yang menyataka bahwa status gizi padabalita sangat berpengaruh terhadappemberian makanan tambahan lokalyang di berikan oleh orangtuanya.Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minumanselain ASI yang diberikan kepada anakselama periode pemberian makananperalihan (complementary feeding) yaitupada saat makanan/minuman laindiberikan bersama pemberian ASI. MP-ASI penting ketika anak menginjak usia6 bulan, sebab pada masa ini ASI hanyamemenuhi kebutuhan energi sekitar 60-70%. Praktik menyusui dan pemberianMP-ASI yang tepat tidak hanyameningkatkan kesehatan dan gizi padamasa balita, tetapi juga memberikanmanfaat yang signifikan pada masaremaja dan dewasa. Hal ini karena masabalita merupakan masa kritis yangmenentukan kualitas manusia pada tahapselanjutnya. Golden age berada padausia 0-2 tahun, karena 80% pertumbuhanotak terjadi pada masa tersebut. Olehsebab itu, usia 2 tahun pertamamerupakan “window of opportunity”dalam meningkatkan gizi anak yangmana akan sulit mengembalikankeadaan bila terjadi kekurangan gizipada masa ini (Devi, 2012).

Dampak dari pola pemberianmakanan pendamping ASI yang tidakbaik jika tidak tertangani dengan cepatakan mengakibatkan banyaknya batitayang akan berstatus gizi kurang bahkanyang lebih fatalnya lagi dapatmengakibatkan balita berstatus giziburuk.

Hal tersebut didukung olehteori Almatser (2011) dalam penelitianMerryana (2013) yaitu masalah gizikurang umumnya disebabkan olehkemiskinan, kurangnya ketersediaanpangan, sanitasi lingkungan yang buruk,kurangnya pengetahuan masyarakattentang gizi menu seimbang dankesehatan penanggulangan masalah giziperlu dilakukan secara terpadu antardepartemen dan kelompok profesi,melalui upaya-upaya peningkatanpengadaan pangan, penganekaragamanproduksi dan konsumsi pangan,peningkatan status sosial ekonomi,pendidikan dan kesehatan masyarakat,serta meningkatkan teknologi pangan.Semua ini bertujuan memperolehperbaikan pola konsumsi panganmasyarakat yang beranekaragamseimbang dalam mutu gizi (Merryanaand Vita, 2013).

Rendahnya status gizi jelasberdampak pada kualitas sumber dayamanusia karena status gizimempengaruhi kecerdasan, daya tahantubuh terhadap penyakit, kematian bayidan lain-lain. kegiatan- kegiatan yangdilakukan oleh Puskesmas maupunkader- kader posyandu sudah cukup baiknamun ada baiknya perlu di tingkatkanlagi seperti: pemberian PMT (PemberianMakanan Tambahan) kepada balitadengan gizi kurang lebih ditingkatkanlagi frekuensi pemberiannya,pelaksanaan surveilans dan pembinaangizi masyarakat harus di tingkatkan lagiseperti: memberikan penyuluhan kepadaibu-ibu yang memiliki balita bahwawajib membawa balita mereka untuk

Ningrum, E.S., Sunarsih, dan Toruntju, S.A :Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 1 - 10

8

dilakukan penimbangan berkala diposyandu-posyandu rutin setiap satubulan agar status gizi balita dapat terusterpantau., memberikan penyuluhantentang gizi seimbang (Nilakesuma etal., 2015).

Hasil uji statistik diketahuibahwa rata-rata batita yang mengalamimasalah status gizi dan diberi perlakuanberupa bubur kacang hijau setiap harinyaselama 2 bulan mengalami pengaruhyang sangat signifikan terhadapperkembangan berat badan dan tinggibadan atau panjang badan.

2. Pengaruh pemberian programpemerintah (biskuit) terhadappeningkatan status gizi batita

Dari 26 responden yang berada diwilayah kerja Puskesmas Benu-benuayang di jadikan tempat penelitianmelalui kontrol pemberian makanantambahan berupa program pemerintah(biscuit) terdapat 26 batita yangmengalami masalah gizi. Setelah dilakukan kontrol melalui programpemerintah (biscuit) selama 2 bulanterdapat batita yang status gizinyameningkat menjadi gizi baik sebanyak11 (42,30%) batita dan yang masihberstatus gizi kurang sebanyak 15(57,69%) batita. Karena sebagian batitatidak terlalu menyukai biscuit yangdiberikan. Batita lebih menyukaimakanan local dari orangtuanya.

Berdasarkan penelitian inidiperolah bahwa terdapat pengaruhpemberian makanan tambahan berupaprogram pemerintah (biskuit) terhadappeningkatan status gizi anak batita diwilayah kerja puskesmas benu-benua.Penelitian ini sejalan dengan Poernomodan Anggraeni (2012) yang menyatakanbahwa pemberian makanan tambahanpada balita sangat penting untukmeningkatkan status gizi dan tujuanpemberian makanan tambahan pada bayiyaitu melengkapi zat gizi yang masih

kurang (Poernomo and Anggraeni,2012).

Dari hasil penelitian ini adanyapengaruh pemberian makanan tambahanprogram Pemerintah terhadap beratbadan dan tinggi badan atau panjangbadan. Walaupun masih terdapat batitayang masih mengalami masalah statusgizi.

Berdasarkan hasil analisismenunjukkan bahwa ada hubungan yangsignifikan antara umur pemberianmakanan program pemerintah (biskuit)dengan status gizi anakbatitaberdasarkan kategori berat badandan tinggi badan. Hal ini menunjukkanbahwa lebih banyak anak yang berstatusgizi buruk atau kurang yangmendapatkan makanan programpemerintah (biskuit) sebanyak 26batita.

Menurut Handayani (2008)pemberian makanan tambahan pada bayiguna untuk mengembangkankemampuan bayi untuk menerimabermacam-macam makanan denganberbagai rasa dan bentuk,mengembangkan kemampuan bayimengunyah dan menelan, mencobaadaptasi terhadap makanan yangmengandung kadar energi tinggi.Sehingga kebutuhan energy pada bayiterpenuhi dengan baik (Handayani et al.,2008).

Pada usia 7 bulan, selain ASIbayi mulai bisa diberi makananpendamping ASI, karena pada usia itubayi sudah mempunyai refleksmengunyah dengan pencernaan yanglebih kuat. Dalam pemberian makananbayi perlu diperhatikan ketepatan waktupemberian, frekuensi, jenis, jumlahbahan makanan, dan carapembuatannya. Adanya kebiasaanpemberian makanan bayi yang tidaktepat, antara lain : pemberian makananyang terlalu dini atau terlambat,makanan yang diberikan tidak cukup dan

Ningrum, E.S., Sunarsih, dan Toruntju, S.A :Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 1 - 10

9

frekuensi yang kurang (Maseko &Owaga, 2012).

SIMPULAN & SARANBerdasarkan hasil penelitian maka

yang menjadi kesimpulan dalam penelitianini adalah sebagai berikut :1. Dari hasi penelitianterdapat pengaruh

pemberian makanan tambahan lokal danprogram pemerintah (biskuit) terhadappeningkatan status gizi anak batita diwilayah kerja Puskesmas Mokoau danwilayah kerja Puskesmas Benu-benua

2. Dari hasil penelitian yang dilakukanbahwa terdapat pengaruh pemberianmakanan tambahan lokal dan programpemerintah (biskuit) terhadappeningkatan status gizi anak batita diwilayah kerja Puskesmas Benu-benuasebelum dan sesudah perlakuan melaluibubur kacang hijau dan programpemerintah (biskuit) dan terdapatperbedaan hasil terhadap kelompokbubur kacang hijau dan biskuit

3. Dari hasil penelitian terdapat perbedaanberat badan dan panjang atau tinggibadan antara sampel bubur kacang hijaudan program pemerintah (biskuit)

Berdasarkan hasil pembahasan dankesimpulan dalam penelitian ini maka dapatdisarankan sebagai berikut :1. Diharapkan Program Pemberian

Makanan tambahan lokal dan programpemerintah (biskuit) terus dilakukanuntuk menanggulangi masalah gizikurang dan gizi buruk untuk mengejarnilai normal dari anak-anak gizi kurang.

2. Sebaiknya diadakan penyuluhan akanpentingnya pemberian makanan empatsehat lima sempurna agar orang tuayang memiliki batita mengerti akanpentingnya makanan bergizi.

3. Diharapkan agar hasil penelitian inimenjadi informasi kepada masyarakatuntuk status gizi pada anak batitautamanya pada batita yang mengalamimasalah status gizi kurang dan giziburuk.

DAFTAR PUSTAKA1. Abunaindjumadias. 2008. Aplikasi

antropometri sebagai alat ukur statusgizi, puslitbang gizi: bogor.

2. Almatsier, S. 2006. Prinsip dasar ilmugizi, gramedia pustaka utama.

3. Damayanti, D. & Fatonah, S. 2017.Hubungan pola pemberian makananpendamping asi dengan status gizibalita usia 6-24 bulan padasalah satudesa di wilayah lampung timur. Jurnalkeperawatan, 12, 257-263.

4. Depkes. 2006. Petunjuk pelaksanaanpemberian makanan pendamping airsusu ibu (mp asi. Lokal. In: kesehatan, d.(ed.). Jakarta.

5. Depkes. 2008. Petunjuk pelaksanaanprogram kesehatan ibu dan anak. In:kesehatan, d. (ed.). Indonesia.

6. Depkes. 2010. Kebutuhan giziseimbang balita. In: kesehatan, d. (ed.).Indonesia.

7. Devi, M. 2012. Analisis faktor-faktoryang berpengaruh terhadap status gizibalita di pedesaan. Teknologi dankejuruan, 33.

8. Dinkeskota. 2017. Status gizi balita.Sulawesi tenggara.

9. Dinkesprov. 2017. Status gizi balita.Sulawesi tenggara.

10. Djauhari, T. 2017. Gizi dan 1000 hpk.Saintika medika, 13, 125-133.

11. Endang, N., Mulyana, M., Ekowati, V.I., Ekowati, V. I. & Avi, M. 2013.Inventarisasi makanan tradisional jawaserta alternatif pengembangannya.

12. Handayani, L., Mulasari, S. A. &Nurdianis, N. 2008. Evaluasi programpemberian makanan tambahan anakbalita. Jurnal manajemen pelayanankesehatan, 11, 21-26.

13. Hosang, K H., Umboh, A. & Lestari, h.2017. Hubungan pemberian makanantambahan terhadap perubahan statusgizi anak balita gizi kurang di kotamanado. E-clinic, 5.

Ningrum, E.S., Sunarsih, dan Toruntju, S.A :Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 1 - 10

10

14. Husnah, H. 2017. Nutrisi pada 1000hari pertama kehidupan. Jurnalkedokteran syiah kuala, 17, 179-183.

15. Kemenkes. 2015. Pemantau status gizi.Indonesia.

16. Kusumaningsih, T. P. 2012. Hubunganantara pemberian makanan pendampingasi dengan status gizi pada bayi usia 6–12 bulan di desa gogik kecamatanungaran barat. Jurnal komunikasikesehatan (edisi 4), 3.

17. Lestari, M. U., Lubis, G. & Pertiwi, D.2014. Hubungan pemberian makananpendamping asi (mp-asi) dengan statusgizi anak usia 1-3 tahun di kota padangtahun 2012. Jurnal kesehatan andalas,3.

18. Merryana, A. & Vita, K. 2013. Polaasuh makan pada balita dengan statusgizi kurang di jawa timur, jawa tengahdan kalimantan tengah, tahun 2011(feeding pattern for under five childrenwith malnutrition status in east java,west java, and central kalimantan, year2011). Buletin penelitian sistemkesehatan, 16, 185-193.

19. Nilakesuma, A., Jurnalis, Y. D. &Rusjdi, S. R. 2015. Hubungan statusgizi bayi dengan pemberian asi ekslusif,tingkat pendidikan ibu dan statusekonomi keluarga di wilayah kerjapuskesmas padang pasir. Jurnalkesehatan andalas, 4.

20. Poernomo, D. I. S. H. & Anggraeni, S.2012. Pengaruh pemberian makanantambahan pemulihan (pmt-p) terhadappertumbuhan balita bawah garis merah(bgm) di puskesmas kota wilayahselatan kediri. Jurnal penelitian stikeskediri, 4, 1-7.

21. Hardiansyah, M. & i dewa nyomansupariasa, m. 2016. Ilmu gizi teori &aplikasi, jakarta, buku kedokteran egc.

22. Puskesmas benu-benua. 2017. Statusgizi balita. Kendari.

23. Puskesmas mokoau. 2017. Status gizibalita. Kendari.

24. Putri, R. F., Sulastri, D. & Lestari, Y.2015. Faktor-faktor yang berhubungandengan status gizi anak balita diwilayah kerja puskesmas nanggalopadang. Jurnal kesehatan andalas, 4.

25. Septikasari, M. Pengaruh faktor biologiterhadap gizi kurang anak usia 6-11bulan dikabupaten cilacap. Seminarnasional, 2016. 61-66.

26. Sugiyono. 2011. Metode penelitiankuantitatif dan kualitatif dan r dan d,bandung, alfabeta.

27. Supariasa. 2006. Penilaian status gizi,jakarta, egc.

28. Zulkarnaen, D. 2000. Pengetahuan gizi,jakarta.

Zalumin,Tasnim dan Torundju,S.A : Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 11 - 19

11

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIANKANKER PAYUDARA DI POLI ONKOLOGI RSU BAHTERAMAS

PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2018

Zalumin1 Tasnim2 Sultan Akbar Torundju3

Abstrak

Kanker payudara (Carcinoma mamae) adalah suatu penyakit neoplasmaganas yang berasal parenchyma. Setiap tahun sebanyak 12 juta orang di seluruhdunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia Karenakanker. Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu Provinsi di Indonesiayang tercatat tinggi kasus kanker payudara. Provinsi Sulawesi Tenggara 128kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungandengan keadian kanker payudara di Poli Onkologi Rumah Sakit UmumBahteramas Sulawesi Tenggara. .

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancanganpendekatan case control. Populasi kasus adalah semua penderita kanker payudaradi RSU Bahteramas Sultra berjumlah 26 kasus terhitung periode mei - juli tahun2018. jumlah untuk sampel kasus sebanyak 21 orang dan sampel kontrol adalah21 orang, tehnik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Ujianalisis yang digunakan adalah Chi odds ratio.

Hasil analisis dengan menggunakan uji Odds Ratio diperoleh perilku sadari(OR = 8,000), nilai Odds Ratio (OR) = 19,200, paparan informasi, nilai OddsRatio (OR) = 10,625 asupan makanan berlemak, nilai Odds Ratio (OR) = 16,095,Obesitas nilai Odds Ratio (OR) = 10,625,stres nilai Odds Ratio (OR) =16,095.

Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit Bahteramas khusunya PoliOnkologi untuk dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai informasi danbahan pertimbangan dalam memberikan pelayanan khususnya pada pasien kankerpayudara.

Kata Kunci : Kanker Payudara, Perilaku SADARI, Paparan Informasi,Asupan Makanan berlemak, Obesitas, Stres

Zalumin,Tasnim dan Torundju,S.A : Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 11 - 19

12

PENDAHULUANKanker payudara (Carcinoma

mamae) adalah suatu penyakit neoplasmaganas yang berasal parenchyma. Kankerpayudara adalah penyakit yang tidakmenular dan kanker yang paling seringterjadi pada wanita, dengan penyebabutama karena factor genetik, kankerpayudara merupakan penyebab utamakematian pada wanita, dan kankerpayudara adalah satu penyakit yang telahmenjadi masalah kesehatan masyarakat didunia. Setiap tahun sebanyak 12 jutaorang di seluruh dunia menderita kankerdan 7,6 juta di antaranya meninggal duniaKarena kanker .(Antonsson et al., 2012).

Kanker payudara merupakanpenyakit yang paling ditakuti oleh kaumwanita, yang bersumber dari sel-seldalam jaringan payudara yangberkembang dalam keadaan tidakterkendali. Menurut (Nurcahyo, 2010)kanker payudara atau istilah medisnyacarcinoma mammae adalah momokpembunuh kedua bagi kaum wanitaIndonesia setelah kanker rahim. Kankerpayudara terjadi karena terganggunyasistem pertumbuhan sel di dalam jaringanpayudara. Payudara tersusun atas kelenjarsusu,kantong penghasil susu, dan kelenjargetah bening. Sel abnormal bisa tumbuh diempat bagian tersebut, dan mengakibatkankerusakan yang lambat tetapi pastimenyerang payudara. Kanker payudaraadalah tumor ganas yang menyerangjaringan payudara. Jaringan payudaratersebut terdiri dari kelenjar susu (kelenjarpembuat air susu), saluran kelenjar (saluranair susu) dan jaringan penunjang payudara.Kanker payudara tidak menyerang kulitpayudara yang berfungsi sebagai sebagaipembungkus (Mardiana, 2009).

Menurut WHO (World HealthOrganization) (Harnianti and Saptaputra,2017) penyakit kanker payudaramerupakan penyebab kematian nomor 2

setelah penyakit kardiovaskuler, setiaptahun terdapat 7 juta penderita kankerpayudara dan 5 juta orang meninggal karnakanker payudara. Data menunjukkanbahwa 78% kanker payudara terjadi padawanita usia 50 tahun ke atas, sedangkan6% diantaranya kurang dari 40 tahun.(Hanifah, 2015) saat ini adakecenderungan kanker payudara dialamioleh perempuan dengan usia 15 sampai 20-an tahun. Kanker payudara menempatiurutan pertama jumlah kasus kankersekaligus menjadi penyebab kematianterbesar akibat kanker di dunia setiaptahunnya. Menurut WHO (2012)prevalensi kanker payudara sebesar1.677.000 kasus dimana kanker ini palingbanyak diderita oleh kaum wanita.Terdapat 794.000 kasus terjadi di negaraberkembang dan menyebabkan 324.000kematian akibat kanker payudara. Insidenpenyakit ini diperkirakan semakin tinggi diseluruh dunia. Globacan yang merupakansalah satu proyek dari InternationalAgency for Reasearch on Cancer (IARC)yang juga melaporkan pada tahun 2008,bahwa kanker payudara menempati urutanpertama, dengan kejadian rata-rata 1,7 jutawanita, dan sebesar 11,9 % per tahunmeninggal dunia akibat kanker payudarapada seluruh wanita di dunia.(Globocan,2012 ).

Sedangkan di Indonesia,prevalensi kanker payudara adalah12/100.000 wanita. Penyakit ini jugadapat diderita pada laki-laki denganfrekuensi sekitar 1%. Data Riskesdas tahun2016 menunjukkan prevalensi kankerpayudara di Indonesia adalah 61.682kasus. Prevalensi kanker payudaramenempati urutan kedua setelahprevalensi kanker serviks.

Angka kejadian atau prevalensikanker payudara akan selalu bertambahsetiap tahun.Setiap tahun lebih dari185.000 wanita didiagnosa menderita

Zalumin,Tasnim dan Torundju,S.A : Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 4 No. 2 Mei-Agustus 2017 Hal : 11 - 19

13

kanker payudara dan insiden kankerpayudara sangat bervariasi di seluruhdunia. Angka insiden tertinggi dapatditemukan pada daerah di AmerikaSerikat (mencapai diatas100/100.000,berarti ditemukan 100 penderita dari100.000 orang), The America CancerSociety memperkirakan bahwa padatahun 2020, 552.200 orang Amerika akanmeninggal akibat kanker, dan 40.800 atau7% di antaranya adalah perempuanpenderita kanker payudara, ini berarti 15%perempuan yang meninggal disebabkankanker payudara (Nurrachmawati et al.,2017). Kasus kanker payudara di negaraberkembang telah mencapai lebih dari580.000 kasus pada setiap tahunnya dankurang lebih 372.000 pasien atau 64% darijumlah kasus tersebut meninggal karenapenyakit ini.

Di Indonesia, insiden kankerpayudara tidak diketahui secara pasti.Ibrahim (2013) menyatakan bahwa, diIndonesia kanker payudara adalah jeniskanker yang menempati urutan keduasesudah kanker leher rahim pada wanita.Hasil penelitian membuktikan bahwaterdapat 26 kasus per 100.000 penduduksetiap tahunnya wanita yang mengalamikanker payudara. Banyaknya kasus kankerpayudara di Indonesia disebabkan karenalebih dari 70% penderita datang kedokter pada stadium yang sudahlanjut(Djatmiko et al., 2013).

Provinsi Sulawesi Tenggaramerupakan salah satu Provinsi diIndonesia yang tercatat tinggi kasuskanker payudara. Untuk di WilayahIndonesia Timur, pada tahun 2017 ProvinsiSulawesi selatan merupakan provinsi yangtertinggi kasus kanker payudaranya denganjumlah kasus 301 menyusul ProvinsiSulawesi Tenggara 128 kasus, SulawesiBarat 8 kasus, dan Sulawesi Utara 2 kasus.

Menurut (Ranggiasanka., 2010)kanker payudara ini mungkin disebabkan

antara lain oleh gaya hidup yang jauhberbeda, pola makan, polusi lingkungan,penggunaan insektisida, zat-zat pengawet,pewarna, penyedap makanan, serta stressyang berkepanjangan. Semuanya inimungkin turut mengambil andil dalamberkembangnya penyakit kanker.

Gaya hidup dan perkembanganzaman adalah faktor penting yang sangatmemengaruhi remaja dalam terkena risikokanker payudara. Pola makan dan makananjuga merupakan faktor penting yang dapatmemicu terkena kanker payudara. Dalamhal ini budaya makan makanan diIndonesia sangat memengaruhi resikoremaja Indonesia terkena kanker payudara,misalnya saja: gorengan (semua jenisgorengan), yang merupakan makananfavoritnya masyarakat Indonesia. Selain ituefek negatif yang didapat dari globalisasiyaitu masuknya tren makan makanan cepatsaji seperti buger, kentang goreng, dll (fastfood, junk food) yang kian merebak tidakhanya pada remaja tapi masyarakatIndonesia secara keseluruhan(Kusminarto., 2009).

Untuk mendeteksi secara diniadanya kelainan pada payudara, adaberbagai macam cara untuk mendeteksidiantaranya dengan thermography,mammography, ductography, biopsi danUSG payudara. Disamping itu ada jugacara yang lebih mudah dan efisien untukdapat mendeteksi kelainan payudara olehdiri sendiri yang dikenal denganpemeriksaan payudara sendiri.

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan

penelitian analitik survei dengan desainpenelitian case control Stady danpendekatan retrospektif. Pemilihankelompok kontrol tanpa melakukanpencocokan (unmatching). Dataresponden diambil dari data rekam medisRSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

Zalumin,Tasnim dan Torundju,S.A : Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 4 No. 2 Mei-Agustus 2017 Hal : 11 - 19

14

Tenggara, kemudian dilakukanpenelusuran data ke alamat rumahpenderita kanker payudara (kelompokkasus) dan bukan penderita kankerpayudara (kelompok kontrol) untukmemperoleh data primer dari responden.

Teknik sampling yang digunakanadalah purposive sampling.Purposive sampling adalah teknikpenentuan sampel dengan pertimbangantertentu (Sugiyono,2006). Sampeldalam penelitian ini berjumlah 60wanita menopause, yang terbagi dalam30 responden untuk kelompok kasus(penderita kanker payudara) dan 30responden untuk kelompok kontrol (tidakmenderita kanker payudara) yang keduakelompok ini merupakan pasien di RSPC.Pengumpulan data dilakukan denganpengisian kuesioner oleh responden.Analisis data yang digunakan dalampenelitian ini adalah uji Odds Ratiodilanjutkan dengan regresi logistic.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden

No KelompokUmur

(Tahun)

Kasus Kontrol Jumlah

n % n % n %1. 17-23 1 4,76 5 23,8 6 14,22. 24-29 7 33,33 4 24,3 11 26,13. 30-35 6 28,57 7 19,04 13 30,94. 36-40 3 14,28 2 9,52 5 11,95. 41-45 4 19.04 3 14,28 7 16,6Total 21 100 21 100 42 100

Sumber : Data primer diolah Juli2018

Tabel 1, menunjukkan bahwa dari 42responden kelompok umur terbanyakyaitu terdapat pada kategori umur 30-35tahun yang berjumlah 13 orang (61,9%)dan paling sedikit berada pada kelompokumur 36-40 tahun yang berjumlah 5 orang(23,8%)Jenis kelamin seluruh respondenkelompok kasus maupun kontrol yangdiikutsertakan dalam penelitian iniadalah wanita. Sebenarnya Sebenarnya

penyakit kanker payudara dapat terjadipada pria meskipun angkanya relatifkecil yakni hanya sekitar 1% dariseluruh insiden kanker payudara. Kankerpayudara pada pria harus diwaspadaisejak dini karena bisa jugamengakibatkan kematian sebagaimanayang terjadi pada wanita. Padapenelitian ini hanya mengikutsertakanresponden wanita karena penelitian iniingin melihat factor- faktor yangberhubungan dengan keadian kankerpayudara yang dialami oleh wanita.

Perilaku SADARITabel 1. Analisis Hubungan Perilakuu

SADARI dengan kejadian KankerPayudara di Poli Onkologi RSUBahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara

No PerilakuSADARI

Kanker payudara

Jumlah

OddsRatio

P-Value

Kasus Kontrol

n % n % N %

8,000

0,005

1. Kurang 15 71,4 5 23,8 20 47,6

2. Cukup 6 28,6 16 76,2 22 52,4

Total 21 100 21 100 42 100

Sumber : Data primer diolah Juli2018

Data hasil penelitian menunjukkanbahwa pada kelompok kasus, terdapat 15responden (71,4%) yang memilikiperilaku SADARI kurang dan 6 responden(28,6%) dengan perilaku SADARI cukup.Sedangkan pada kelompok kontrolterdapat 5 (23,8%) responden dengnperilaku SADARI kategori kurang dan 16responden (76,2%) dengan perilakuSADARI kategori cukup.

Hasil analisis dengan menggunakanuji Odds Ratio diperoleh nilai Odds Ratio(OR) = 8,000, hal ini berarti respondendengan perilaku sadari yang kurang, akanberisiko mengalami kanker payudarasebesar 8,0 kali lebih besar dibandingkan

Zalumin,Tasnim dan Torundju,S.A : Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 4 No. 2 Mei-Agustus 2017 Hal : 11 - 19

15

denggan responden dengan perilaku sadariyang cukup. Karena nilai OR (8,000) > 1,maka perilaku sadari merupakan faktoryang mempengaruhi terjadinya kankerpayudara di Poli Onkologi RSUBahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

paparan informasi

Tabel 2. Analisis Hubungan Paparaninformasi dengan kejadian kanker

payudara di Poli onkologi RSUBahteramas Provinsi Sulawesi

TenggaraNo Paparan

InformasiKanker payudara Jumlah O

ddsRatio

P-Valuekasus kontrol

n %n % n %

1 kurang 16 76,2 3 14,3 19 45,2 19,200

0,0002 baik 5 21,7 18 85,7 23 54,8

Total 21 100 21 100 42 100Sumber : Data primer diolah Juli 2018

Data hasil penelitian menunjukkanbahwa pada kelompok kasus, terdapat 16responden (76,2%) yang kurangmendapatkan paparan informasi dan 5responden (21,7%) mendapatkan paparaninformasi baik. Sedangkan padakelompok kontrol terdapat 3 responden(14,3%) dengn paparan informasikategori kurang dan 18 responden(85,7%) dengan paparan informasikategori baik.

Hasil analisis dengan menggunakanuji Odds Ratio diperoleh nilai Odds Ratio(OR) = 19,200, hal ini berarti respondendengan paparan informasi yang kurang,akan berisiko mengalami kankerpayudara sebesar 19,2 kali lebih besardibandingkan denggan responden denganpaparan informasi yang baik. Karena nilaiOR (19,200) > 1, maka paparan informasimerupakan faktor yang mempengaruhiterjadinya kanker payudara di PoliOnkologi RSU Bahteramas ProvinsiSulawesi Tenggara.

Asupan makanan berlemak.

Tabel 3. Analisis hubunganAsupan makanan berlemak

dengan kejadian KankerPayudara di Poli Onkologi RSUBahteramas Provinsi Sulawesi

TenggaraNo

AsupanMakananBerlemak

Kanker Payudara Jumlah OddsRatio

P -valuekasus kontrol

n % n % n %

1 Kurang 15 71,4 4 19,0 19 45,2 10,

6250,0022 Cukup 6 28,

6 17 81,0 23 54,8

Total 21 100 21 100 42 100

Sumber : Data primer diolah Juli 2018

Data hasil penelitian menunjukkanbahwa pada kelompok kasus, terdapat 15responden (71,4%) dengan asupanmakanan berlemak kurang dan 6responden (28,6%) dengan asupanmakanan berlemak cukup. Sedangkanpada kelompok kontrol terdapat 4responden (19,0%) dengn asupanmakanan berlemak kategori kurang dan 17responden (81,0%) dengan asupanmakanan berlemak kategori cukup.

Hasil analisis dengan menggunakanuji Odds Ratio diperoleh nilai Odds Ratio(OR) = 10,625, hal ini berarti respondendengan asupapan makanan berlemakkurang, akan berisiko mengalami kankerpayudara sebesar 10,625 kali lebih besardibandingkan denggan responden denganasupan makanan berlemak yang cukup.Karena nilai OR (10,625) > 1, makaasupan makanan berlemak merupakanfaktor yang mempengaruhi terjadinyakanker payudara di Poli Onkologi RSUBahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

Zalumin,Tasnim dan Torundju,S.A : Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 4 No. 2 Mei-Agustus 2017 Hal : 11 - 19

16

ObesitasTabel 4. Analisis hubungan Obesitasdengan Kejadian kanker payudaradi Poli Onkologi RSU Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara

No Obesitas

Kanker Payudara Jumlah OddsRatio

P -valuekasus kontrol

n % n % n %1 Beresiko 15 71,4 4 19,0 19 45,2

10,625

0,002

2 Tidkberesiko 6 28,6 17 81,0 23 54,8

Total 21 100 21 100 42 100Sumber : Data primer diolah Juli 2018

Data hasil penelitian menunjukkanbahwa pada kelompok kasus, terdapat 15responden (71,4%) dengan obesitasberesiko dan 6 responden (28,6%) denganobesitas tidak beresiko. Sedangkan padakelompok kontrol terdapat 4 responden(19,0%) dengn obesitas kategori beresikodan 17 responden (81,0%) denganobesitas kategoritidak beresiko.

Hasil analisis dengan menggunakanuji Odds Ratio diperoleh nilai Odds Ratio(OR) = 10,625, hal ini berarti respondendengan obesitas beresiko, akan berisikomengalami kanker payudara sebesar10,625 kali lebih besar dibandingkandenggan responden dengan obesitas tidakberesiko. Karena nilai OR (10,625) > 1,maka asupan makanan berlemakmerupakan faktor yang mempengaruhiterjadinya kanker payudara di PoliOnkologi RSU Bahteramas ProvinsiSulawesi Tenggara.

StresTabel 5. Analisis hubungan Stresdengan Kejadian kanker payudaradi Poli Onkologi RSU BahteramasProvinsi Sulawesi Tenggara

No Obesi

tas

Kanker Payudara Jumlah OddsRatio

P -valuekasus kontrol

n % n % n %1 Stres

berat 17 81,0 4 19,0 21 50,

0 16,095

0,0002 Stres

ringan 4 19,0 17 81,0 21 50,

0Total 21 100 21 10

0 42 100

Sumber : Data primer diolah Juli 2018

Data hasil penelitian menunjukkanbahwa pada kelompok kasus, terdapat 17responden (81,0%) dengan stres berat dan4 responden (19,0%) denganstres ringan.Sedangkan pada kelompok kontrolterdapat 4 responden (19,0%) dengn stresberat dan 17 responden (81,0%) dengankategori stres ringan.

Hasil analisis dengan menggunakanuji Odds Ratio diperoleh nilai Odds Ratio(OR) = 16,095, hal ini berarti respondendenganstres berat , akan berisikomengalami kanker payudara sebesar16,095 kali lebih besar dibandingkandenggan responden dengan asupanmakanan berlemak yang cukup. Karenanilai OR (16,095) > 1, maka stresmerupakan faktor yang mempengaruhiterjadinya kanker payudara di PoliOnkologi RSU Bahteramas ProvinsiSulawesi Tenggar.

Analisis MultivariatRekap hasil analisis Regresi linearmultiples(Ganda)

Analisisa Regresi adalah suatu carauntuk mencari hubungan antara variabelsatu dengan variabel lain yang di nyatakandalam bentuk persamaan matematik dalamhubungan yang fungsional.

Zalumin,Tasnim dan Torundju,S.A : Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 4 No. 2 Mei-Agustus 2017 Hal : 11 - 19

17

Tabel 6. Analisis Regresi linearmultiples(Ganda) dengan Kejadian

kanker payudara di Poli Onkologi RSUBahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

Variabel KoefisienRegresi

thitung

sig

koastanta -367Perilaku SADARI 0,213 2,080 0,045Paparan Informasi 0,192 1,511 0,140Asupan MakananBerlemak

0,279 2,698 0,011

Obesitas 0,217 1,941 0,060Stres 0,319 2,814 0,008

Sumber : Data primer diolah Juli 2018F t hitung : 15,112R2 : 0,823Sig : 0,00

Skor Variabel perilaku SADARI thitung = 2,080 dengan probabilitas =0,045 < 0,05, artinya ada hubungan yangsignifikan. Variabel paparan informasinilai t hitung = 1,511 dengan probabilitas= 0,140 > 0,05 yang berarti tidak adahubungan yang signifikan. Asupanmakanan berlemak t hitung = 2,698dengan probabilitas = 0,011 < 0,5 yangberarti ada hubungan yang signifikan.Variabel Obesitas nilai t hitung = 1,941dengan probabilitas = 0,060 > 0,05 yangberari tidak ada hubungan yg signifikan.Variabel Stres nilai t hitung = 2,814dengan probabilitas = 0,008 < 0,05berarti ada hubungan yang signifikan.

KesimpulanPerilaku SADARI merupakan faktor

resiko yang mempengaruhi terjadinyaKanker payudara di Poli Onkologi RSUBahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

Paparan informasi merupakan faktorrisiko yang mempengaruhi terjadinyaKanker payudara di Poli Onkologi RSUBahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

Asupan Makanan berlemakmerupakan faktor yang mempengaruhiterjadinya Kanker payudara di PoliOnkologi RSU Bahteramas ProvinsiSulawesi Tenggara.

Obesitas merupakan faktor yangmempengaruhi terjadinya Kankerpayudara di Poli Onkologi RSUBahteramas Provinsi SulawesiTenggara.Stres merupakan faktor yangmempengaruhi terjadinya Kankerpayudara di Poli Onkologi RSUBahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

SaranBagi RSU Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara hendaknyamemperhatikan aspek yang dapatmempengaruhi kejadianKanker payudara,kemudian melaporkan agar diberikanpenyuluhan tentang faktor penyebab sertapencegahannya.

Bagi masyarakat disarankan untukmelaksanakan pola hidup sehat, lebihwaspada terhadap adanya faktor risikoterhadap kejadian kanker payudaraterutama bagi perempuan yang berumurdari 17 - 45 tahun, adanya keluhan yangmengarah ke penyakit kanker payudaraperlu diwaspadai.

Bagi masyarakat untuk teraturmelakukan kebiasaan pemeriksaanpayudara sendiri(SADARI), mencariinformasi tentang kanker payudara,mengkonsumsi makanan lemak yang baik,sering melakukan olah raga agar terhindardari obesitas, dan menghindari stres agarterhindar dari berbagai risiko penyakitsalah satunya penyakit kanker payudara.

Kepada peneliti selanjutnya untukmelakukan penelitian dengan variabellain yang lebih banyak untuk mengetahuilebih jelas tentang gambaran penyebabkejadian Kanker payudara.

DAFTAR PUSTAKAAntonsson, a., bialasiewicz, s., rockett, r. J.,

jacob, k., bennett, i. C. & sloots, t. P.2012. Exploring the prevalence often polyomaviruses and two herpesviruses in breast cancer. Plos one, 7,e39842.

Zalumin,Tasnim dan Torundju,S.A : Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 4 No. 2 Mei-Agustus 2017 Hal : 11 - 19

18

Djatmiko, a., octovionus, j. & fortunata, n.2013. Profil cancer delay pada kasuskanker payudara di rs onkologisurabaya. Indonesian journal ofcancer, 7.

Globocan 2012 estimatedcancer incidence,mortality,prevalence and disability-adjusted life years (dalys) worldwidein 2008. Iarc cancer base no. 11. .

Hanifah, a. N. 2015. Faktor-faktor yangberhubungan dengan perilakuwanita usia subur dalam melakukandeteksi dini kanker payudara metodesadari di wilayah kerja puskesmasnusukan surakarta. Universitasmuhammadiyah surakarta.

Harnianti, h. & saptaputra, s. 2017. Studiperilaku pemeriksaan payudarasendiri (sadari) pada mahasiswifakultas kesehatan masyarakatuniversitas halu oleo tahun 2016.Jurnal ilmiah mahasiswa kesehatanmasyarakat, 1.

Kusminarto. 2009. Deteksi sangat dinikanker payudara,jawaban untukmenghindar.

Mardiana, l. 2009. Mencegah dan mengobatikanker pada wanita dengan tanamanobat. Jakarta: penebar swadaya.

Nurcahyo, j. 2010. Awas!!! Bahaya kankerrahim dan kanker payudara(mengenal, mencegah, danmengobati sejak dini dua kankerpembunuh paling ditakuti wanita).Yogyakarta: wahana talita.

Nurrachmawati, d. D., suharti, s. &sriningsih, s. 2017. Asuhankebidanan continuity of care padany.W masa hamil sampaikeluargaberencana di bpm tukiyem wijayanti,amd. Keb. Health sciences journal,1, 82-95.

Ranggiasanka. 2010. Waspada kankerpayudara pada pria dan wanitayogyakarta: hanggar kreator

Smith, r. A., manassaram-baptiste, d.,brooks, d., cokkinides, v.,doroshenk, m., saslow, d., wender, r.C. & brawley, o. W. 2014. Cancerscreening in the united states, 2014:a review of current american cancersociety guidelines and current issuesin cancer screening. Ca: a cancerjournal for clinicians, 64, 30-51.

Soeharto, i. 2002. Kolesterol dan lemakjahat kolesterol dan lemak baik danproses terjadinya serangan jantungdan stroke, gramedia jakarta : , grahamedika.

Soekirman 2000. Ilmu gizi dan aplikasinyauntuk keluarga dan masyarakat.Direktorat jendral pendidikan tinggidepartemen pendidikan nasional

Sriati, a. 2008. Tinjauan tentang stres.Universitas padjadjaran fakultasilmu keperawatan: petunjukkeperawatan jiwa.

Stapleton et al 2010. Hypercholesterolemiaand microvascular dysfunction:interventional strategies. Journal ofinflamation., 7, 1-10.

Stopeck, a. T. 2015. Breast cancer. . (diakses24 september 2015).

Suardi, d. R. 2011. Peran dan dampak terapikomplementer/alternatif bagi pasienkanker. Cdk, 38, 548-550.

Sugiono 2016. Online monitoring andanalysis for autonomous continuousflow self-optimizing reactor systems.Reaction chemistry & engineering,1, 129-133.

Sulaiman. 2011. Opportunities for thetransfer of united kingdom bestpractices for the provision of publicresidential care facilities for theelderly to malaysia. University ofsalford: ph. D. Thesis

Sumanto, a. 2009. Tetap langsing dan sehatdengan terapi diet, agromedia.

Wade, c., & tavris, c. (2008. Psychology (9thed.). Upper saddle river, nj: pearson.

Zalumin,Tasnim dan Torundju,S.A : Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 4 No. 2 Mei-Agustus 2017 Hal : 11 - 19

19

White., o. D. 2011. Herbal therapy use bycancer patients: a literature review oncase report. Eur j cancer 47, 508-14.

Winichagoon 2007. . Does zinc deficiencyplay a role in stunting amongprimary school children in nethailand. Br j nut, 97, 167-175.

Wirakusumah 2005 :199. Fraksinasi dankarakterisasi senyawa aktifflavonoid dari ekstrak kasar metanolrimpang bangle (zingiber cassumarroxb.). Skripsi jurusan kimia, fmipa.Bogor: ipb.

Yusuf 2008. Psikologi perkembangan anakdan remaja. Bandung: pt. Remajarosdakarya.

Abidin, Tasnim dan Fatmawati : Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 20 - 28

20

FAKTOR RISIKO STATUS GIZI WASTING DALAM PENERAPAN FULLDAY SCHOOL PADA ANAK DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PESANTREN UMMUSABRI KENDARI

Abidin1 Tasnim2 Fatmawati3

AbstrakWasting adalah permasalahan kesehatan yang paling menonjol di Negara-negara

miskin dan Negara – Negara yang sedang berkembang yang dampaknya sangat besar.Pada tahun 2013, secara nasional prevalensi kurus pada anak balita masih 12,1 persen,yang artinya masalah kurus di Indonesia masih merupakan masalah kesehatanmasyarakat yang serius. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapanfull day school terhadap status gizi pada pendidikan anak usia dini di PesantrenUmmusabri Kendari. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancanganpendekatan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta tamankanak-kanak PAUD Pesantren Ummusabri tahun 2018 yang berjumlah 114. Jumlahuntuk sampel kasus sebanyak 26 orang dan sampel kontrol adalah 26 orang, Hasil ujiodds ratio menunjukkan bahwa pola makan merupakan faktor risiko status gizi wasting(OR =5,727. CI 95% 1,645-19,942 >1), kebersihan lingkungan bukan faktor risiko statusgizi wasting (OR = 0,494 CI 95% 0,125-1,949 <1), metode pembelajaran bukan faktorrisiko status gizi wasting (OR =3,068 CI 95% = 0,982-9,591 <1), peran keluargamerupakan faktor risiko status gizi wasting (OR = 3,889 CI 95% = 1,178 – 12,841 >1).Diharapkan kepada Paud Pesantren Ummusabri Kendari untuk dapat menggunakan hasilpenelitian ini sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam meningkatkankepedulian terhadap anak dengan masalah gizi kurang.Kata Kunci : Full Day School, Wasting, Pesantren Ummusabri

Abidin, Tasnim dan Fatmawati : Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 20 - 28

21

PENDAHULUANZat Gizi adalah pilar dasar kehidupan

manusia, kesehatan dan pembangunansepanjang kehidupan yang terpenting untukkelangsungan hidup sejak tahap awalperkembangan janin, pada saat lahir sampaiusia tua, status gizi yang baik sertapertumbuhan fisik, perkembangan mental,kinerja dan produktivitas, kesehatan dankesejahteraan. Status gizi adalah hasilinteraksi kompleks antara makanan yang kitamakan, kesehatan kita dan sekitarnya dimana kita hidup (Pan, 2007).

Masalah gizi adalah gangguan padabeberapa segi kesejahteraan perorangan danatau masyarakat yang disebabkan oleh tidakterpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yangdiperoleh dari makanan. Masalah gizitersebut dapat berupa masalah gizi makrodan masalah gizi mikro. Masalah gizi makrodapat berbentuk gizi kurang dan gizi lebih,Berdasarkan antropometri, status gizi dapatdikelompokan underweight (BB/U),Stunting/pendek (TB/U) danwasting/kekurusan (BB/TB) (Hendrayati,2013).

Wasting adalah permasalahankesehatan yang paling menonjol di Negara-negara miskin dan Negara – Negara yangsedang berkembang yang dampaknya sangatbesar. Wasting memberikan dampakpeningkatan risiko kesakitan pada anak –anak bahkan meningkatkan resiko kematiananak. Anak-anak yang wasting akan mudahterkena penyakit infeksi hal ini karena systemkekebalan tubuh anak yang menurun. JikaKondisi kurang gizi pada usia anak balitaterjadi dalam waktu yang lama, maka dapatmempengaruhi kondisi fisik dankesehatannya dimasa depannya (Putri andWahyono, 2013).

Status gizi kurus merupakangabungan dari kurus dan sangat kurus(wasting) adalah salah satu masalahkesehatan yang memerlukan penangananserius. World Health Organization (WHO)secara global memperkirakan prevalensibalita stunting sebesar 161 juta dan 51 juta

prevalensi balita wasting (Global NuritionReport, 2015). Di Indonesia, sesuai data dariRiskesdas, pada tahun 2007 prevalensiwasting mencapai 13,6% dan mengalamipenurunan sebanyak 0,3% pada tahun 2010menjadi 13,3% lalu mengalami penurunankembali pada tahun 2013 menjadi 12,1%.Penurunan prevalensi tersebut dinilai kurangpesat karena hanya mampu menurunkansebesar 1,5% dalam kurun waktu 6 tahunterakhir antara tahun 2007-2013. Pada tahun2013, prevalensi sangat kurus di Indonesiasebesar 5,3% dan prevalensi kurus sebesar6,8%. Prevalensi tersebut mengalamipenurunan jika dibandingkan denganprevalensi pada tahun 2007 (sangat kurus6,2% dan kurus 7,4%) dan tahun 2010(sangat kurus 6,0% dan kurus 7,3%) (InsaniHM, 2017).

Berdasarkan data Rikesda 2013menunjukkan bahwa secara nasionalprevalensi kurus (menurut TB/BB) padaanak umur Balita pada tahun 2007 adalahsebesar 13.6 persen sedangkan di tahun2013 mengalami penurunan menjadi 12,1persen sedangkan masalah kesehatanmasyarakat sudah dianggap serius apa bilaprevalensi kurus antara 10,0 14,0 persen, dandianggap kritis apa bila sama dengan 15,0persen (WHO 2010). Pada tahun 2013, secaranasional prevalensi kurus pada anak balitamasih 12,1 persen, yang artinya masalahkurus di Indonesia masih merupakan masalahkesehatan masyarakat yang serius. Diantara33 provinsi, terdapat 16 provinsi yang masukkategori serius, dan 4 provinsi termasukkategori kritis, yaitu Kalimantan Barat,Maluku, Aceh dan Riau.

Menurut data Riskesda ProvinsiSulawesi tenggara (2013) bahwa Persentasemasalah kurus pada anak usia Balita adalah13,5 persen di tahun 2010 sedangkan di tahun2013 mengalami penurunan menjadi 11,5persen. Walaupun mengalami penurunan daritahun 2010 namun prevalensi kurus sudahmenjadi masalah kesehatan Nasional karenadiatas 10 persen. Menurut data kesehatan diDinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Abidin, Tasnim dan Fatmawati : Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 20 - 28

22

Tenggara bahwa persentase wasting padaanak Balita di tahun 2016 sebesar 10,7 persensedangkan pada tahun 2017 mengalamipeningkatan menjadi 13,15 persen, hal inimenandakan masalah wasting di ProvinsiSulawesi Tenggara sudah berada di atas rata-rata nasional ditahun 2013 yaitu sebesar 12.1persen.

Anak wasting ditandai dengan badanyang kurus akibat kurangnya asupan zat gizisehingga massa tubuh tidak sesuai dengantinggi badan anak. Wasting merupakanmasalah gizi serius yang perlu diatasi diIndonesia. Dampak wasting pada anakadalah mengalami penurunan daya ekspolasiterhadap lingkungannya, peningkatanfrekuensi menangis, kurang bergaul dengansesamea anak, kurang perasaan gembira, dancenderung menjadi apatis. Dalam jangkapanjang, anak tersebut akan mengalamigangguan kognitif, penurunan prestasibelajar, gangguan tingkah laku, bahkanpeningkatan resiko kematian (Pramudya,2012). Dampak tersebut akan merugikanbangsa dan dapat menyebabkan lostgeneration jika dialami oleh banyak anak dantidak dilakukan penanggulangan terhadappenyakit tersebut. Di masa yang akan dating,anak tersebut akan memiliki produktivitasyang kurang serta meningkatkan morbiditasdan mortalitas anak di Indonesia (Insani HM,2017).

Salah satu kelompok masyarakatyang rentan terhadap kejadian wastingadalah anak usia 1–5 tahun karena pada usiaini anak sudah tidak mendapatkan ASIsedangkan makanan yang dikonsumsi belummencukupi kebutuhan gizi yang semakinmeningkat, belum lagi aktivitas anak yangsemakin pada dengan diberlakukannyapendidikan anak usia dini dengan sistem fullday school. Sistem pendidikan di Indonesiaterdapat dua program pendidikan sekolahyaitu full-day dan regular yang diterapkan dijenjang Sekolah Dasar. Jenjang SekolahDasar program full-day adalah SekolahDasar sepanjang hari atau pembelajarannyadilakukan dari selama 8 – 10 jam. Pendidikan

Sekolah Dasar sebagaimana yang dinyatakandalam Undang-undang RI nomor 20 Tahun2003 pasal 28 ayat 3 merupakan pendidikananak usia dini pada jalur pendidikan formalyang bertujuan membantu anak didikmengembangkan berbagai potensi untuk siapmemasuki Sekolah (Hakim andParameswari, 2015).

Full day school merupakan modelsekolah umum yang memadukan sistempengajaran agama secara intensif yaitudengan memberi tambahan waktu khususuntuk pendalaman agama siswa. Dengan jamtambahan dilaksanakan pada jam setelahsholat dhuhur sampai sholat ashar, praktisnya sekolah model ini masuk pukul 07:00WIB dan pulang pada pukul 15 : 30.

Berdasarkan data dari DinasKesehatan Provinsi Sulawesi Tenggaradiketahui bahwa pada tahun 2016 jumlahanak yang menderita wasting berjumlah10,7% dan kemudian meningkat pada tahun2017 sebesar 13,15%. Untuk data penderitawasting di Kota Kendari pada tahun 2017diketahui berjumlah 712 anak (12,64%), darijumlah anak usia prasekolah (TK, Paud) KotaKendari berjumlah 5.629. Sedangkan data diPesantren Ummusabri pada tahun 2017diketahui bahwa dari jumlah siswa sebanyak114 terdapat siswa yang mengalami wastingsebanyak 14 (12,3%). Dengan kata lainbahwa semenjak penerapan full day scholltelah terjadi kenaikan angka terjadinya anakyang menderita wasting. Atas dasar inilah,sehingga penulis tertarik untuk melakukanpenelitian melihat pengaruh penerapan fullday school terhadap status gizi padapendidikan anak usia dini di PesantrenUmmusabri Kendari.

BAHAN DAN METODEPenelitian ini menggunakan metode

penelitian kualitatif dengan menggunakanrancangan case control study. Penelitian initelah dilaksanakan sejak tanggal 2 Meisampai dengan 2 Juli Tahun 2018. Populasidalam penelitian ini adalah semua pesertataman kanak-kanak PAUD Pesantren

Abidin, Tasnim dan Fatmawati : Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 20 - 28

23

Ummusabri tahun 2018 yang berjumlah 114,Karena perbandingan kasus dan kontrol 1 : 1maka jumlah untuk sampel kasus sebanyak26 orang dan sampel kontrol adalah 26 orang,sehingga total subyek penelitian adalah 52orang. Penentuan sampel denganmenggunakan simple random sampling.

HASILPengumpulan data dilakukan pada 52

responden dengan hasil sebagai berikut :Analisis Deskriptif

Tabel 1.Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Pola Makan, KebersihanLingkungan, Metode Pembelajaran dan

Peran Keluarga pada Anak di PAUDPesantren Ummushabri Kendari

VariabelKejadian Wasting

TotalKasus Kontroln % n % n %

Pola MakanKurang 21 65,6 11 34,4 32 10

0,0Baik 5 25,0 15 75,0 20 10

0,0Kebersihan Lingkungan

Kurang 4 36,4 7 63,6 11 100,0

Baik 22 53,7 19 46,3 41 100,0

Metode PembelajaranKurang 18 62,1 11 37,9 29 10

0,0Baik 8 34,8 15 65,2 23 10

0,0Peran Keluarga

Kurang 20 62,5 12 37,5 32 100,0

Baik 6 30,0 14 70,0 20 100,0

Pada tabel 1 dapat dilihatbahwa pola makan yang kurang lebihbanyak ditemukan pada kelompok kasus(65,6%) dibandingkan pada kelompokkontrol (34,4%). Sedangkan padaresponden dengan pola makan baik lebihbanyak pada kelompok kontrol (75,0%)dibandingkan pada kelompok kontrol(25,0%). Kebersihan lingkungan yangkurang lebih sedikit ditemukan padakelompok kasus (36,4%) dibandingkanpada kelompok kontrol (63,6%).

Sedangkan pada responden dengankebersihan lingkungan baik lebihbanyak pada kelompok kasus (53,7%)dibandingkan pada kelompok kontrol(46,3%). Metode pembelajaran yangkurang lebih banyak ditemukan padakelompok kasus (62,1%) dibandingkanpada kelompok kontrol (37,9%).Sedangkan pada responden denganmetode pembelajaran baik lebih banyakpada kelompok kontrol (65,2%)dibandingkan pada kelompok kasus(34,8%). Peran keluarga yang kuranglebih banyak ditemukan pada kelompokkasus (62,5%) dibandingkan padakelompok kontrol (37,5%). Sedangkanpada responden dengan peran keluargayang baik lebih banyak pada kelompokkontrol (70,0%) dibandingkan padakelompok kasus (30,0%).

Analisis EpidemiologiTabel 2.

Analisis Faktor Risiko Pola Makan,Kebersihan Lingkungan, Metode

Pembelajaran dan Peran Keluargapada Anak di PAUD Pesantren

Ummushabri KendariFaktor Risiko OR 95%

CIP

value

Pola Makan 5,727 1,645-19,942

0,010

Kebersihan Lingkungan 0,494 0,125-1,949

0,497

Metode Pembelajaran 3,068 0,982-9,591

0,094

Peran Keluarga 3,981 1,178-12,841

0,046

Dari tabel 2 diketahui bahwaberdasarkan uji odds ratio diperolehpvalue =0,010 OR=5,727 inimenunjukkan bahwa anak dengan polamakan kurang berisiko untuk wastingsebesar 5,72 kali dibandingkan dengananak dengan pola makan baik. Untukkebersihan lingkungan OR=0,494,pvalue=0,497 ini menunjukkan bahwakebersihan lingkungan tidak berisikoterhadap wasting. Metode pembelajaran

Abidin, Tasnim dan Fatmawati : Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 20 - 28

24

berdasarkan Hasil penelitianmenunjukkan bahwa metodepembelajaran bukan faktor risiko (OR =3,068 CI 95% 0,982 – 9,591 < 1),terhadap status gizi wasting dalampenerapan full day school pada anak diPAUD Pesantren UmmusshabriKendari. Peran keluarga berdasarkan ujiodds ratio=3,981 dan pvalue=0,046 inimenunjukkan bahwa peran keluargayang kurang berisiko terhadap wasting3,9 kali dibandingkan dengan perankeluarga yang baik.

Pembahasan1. Analisis Faktor Risiko Pola Makan

Terhadap WastingHasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat 21 responden (40,4%)dengan pola makan yang kurang danmenderita status gizi wasting. Hal inidikarenakan anak usia sekolah merupakansalah satu kelompok rawan gizi.Dikatakan rawan gizi karena palingmudah menderita gangguan kesehatanatau kekurangan gizi. Anak yang memilikipola makan kurang akan rentan danberisiko mengalami wasting. Penelitianini juga menunjukkan bahwa terdapat 11responden (21,2%) dengan pola makanyang kurang namun bukan merupakanpenderita wasting. Hal ini diketahuimeskipun responden tersebut memilikipola makan yang kurang, namun karenaadanya peran dari orang tua yang baikdalam menunjang kebutuhan gizi sertakesehatan anak sehingga anak menjaditidak berisiko mengalami wasting.

Hasil penelitian menunjukkanbahwa pola makan berisiko terhadapkejadian status gizi wasting dalampenerapan full day school pada anak diPAUD Pesantren Ummusshabri kendari.Hal ini terjadi karena makanan berfungsisebagai sumber energi atau tenaga,penyokong pertumbuhan badan,memelihara jaringan tubuh sertamengganti jaringan yang rusak, sehingga

bagi anak yang mendapatkan makananyang diberikan sesuai dengan usia danmemenuhi kebutuhan nutrisi anak akanmenghindarkan dari risiko anakmengalami gizi kurang, dan hal ini akanterjadi sebaliknya pada anak yang tidakmemiliki pola makan yang seimbang dansesuai dengan usianya.

Hasil penelitian ini sejalandengan penelitian oleh Meitwati Kumala(2013) dengan judul hubungan polapemberian makan dengan status gizi anakusia toddler (1-3 tahun) di PosyanduKelurahan Sidomulyo Godean Sleman.Hasil penelitian menunjukkan bahwaterdapat hubungan yang bermakna antarapola pemberian makan dengan status gizianak usia toddler (1-3tahun) di PosyanduKelurahan Sidomulyo Godean Sleman.

Berdasarkan permasalahankekurangan gizi Sari (2011), menyatakanbahwa malnutrisi yang terjadi pada usiasekolah mempengaruhi kesehatan,kebugaran, dan daya tangkap anak padasaat sekolah. Status gizi yang kurang akanberkontribusi terhadap menurunnyaprestasi belajar anak. Penyebab malnutrisipada anak usia sekolah ialah kurangnyaasupan energi dan protein. Kondisi giziyang tidak seimbang, baik kekuranganatau kelebihan gizi, akan mempengaruhitumbuh kembang anak danpengembangan potensinya. Nutrisi yangberpengaruh terhadap perkembanganotak, antara lain, adalah energi, protein,karbohidrat, dan lemak, sedangkankelompok mikronutrien (vitamin danmineral) yang berpengaruh ialah zat besi,yodium, dan zink. Masalah kesehatan jugadipengaruhi oleh kecukupan asupanmakanan dan keadaan individu. Keduafaktor tersebut selain dipengaruhi olehmasalah ekonomi dan pelayanankesehatan, juga dipengaruhi pola asuhanak yang tidak memadai (Thaha, 2011).

Abidin, Tasnim dan Fatmawati : Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 20 - 28

25

2. Analisis Faktor Risiko KebersihanLingkungan Terhadap Wasting

Hasil penelitian menunjukkanbahwa kebersihan lingkungan tidakberisiko terhadap kejadian status giziwasting dalam penerapan full day schoolpada anak di PAUD PesantrenUmmushabri kendari. Dari hasilpenelitian yang dilakukan tidak adanyapengaruh antara sanitasi lingkungandengan status gizi hal ini dapatdikarenakan dari faktor lain yaitupengetahuan orang tua, sosial ekonomidan sebagainya yang dalam hal ini dapatdikatakan bahwa masih banyak faktoryang dapat mempengaruhi dalamterpenuhinya status gizi anak.

Hasil penelitian ini sejalandengan penelitian yang dilakukan olehNatalia Puspitawati (2013) dengan judulsanitasi lingkungan yang tidak baikmempengaruhi status gizi pada balita.Data dikumpulkan dengan menggunakankuesioner dan wawancara, kemudiandianalisis dengan menggunakan regresilinier dengan tingkat signifikansi a = 0,05regresi linier p =0,111, dimana p>a yangberarti Ho diterima, Ha ditolak. Dengandemikian dapat disimpulkan bahwa tidakada verifikasi negatif status lingkungansanitasi yang buruk terhadap status gizibalita di RW VI Kelurahan Bangsal.

Sanitasi lingkungan merupakansalah satu faktor yang mempengaruhistatus gizi. Gizi kurang dan infeksi kedua– duanya bermula dari kemiskinan danlingkungan yang tidak sehat dengansanitasi buruk. Keadaan gizi kurangtingkat berat pada masa bayi dan balitaditandai dengan dua macam sindrom yangjelas yaitu kwashiorkor, karena kurangkonsumsi protein dan marasmus karenakurang konsumsi energi dan protein. Agaranak tidak mengalami status gizi yangburuk maka perlu didukung denganpeningkatan kebersihan lingkungan, yaitudengan pemeliharaan lingkungan air sertapengelolaan sampah perlu diperhatikan

dengan lebih seksama, khususnya balitadengan keadaan gizi yang kurang sepertikekurangan vitamin A, B, dan C(Suhardjo, 2003)

3. Analisis Faktor Risiko MetodePembelajaran Terhadap Wasting

Hasil penelitian menunjukkanbahwa terdapat 18 orang (34,6%) denganpenilaian bahwa metode pembelajaran diPAUD Pesantren Ummusshabri Kendarikurang baik dan menderita wasting. Halini menurut orang tua responden karenalamanya waktu yang harus dihabiskananak untuk berada di sekolah. Sehinggaanak tidak mempunyai waktu yang cukupuntuk beristrahat dan mengakibatkan anakmudah kelelahan dan malas untuk makan.Penelitian ini juga menunjukkan bahwaterdapat 11 orang (21,2%) denganpenilaian bahwa metode pembelajaran diPAUD Pesantren Ummusshabri Kendarikurang baik namun tidak menderitawasting. Hal ini diketahui meskipunpenilaian terhadap metode pembelajarankategori kurang namun karena adanyaperhatian dan peran keluarga yang baikuntuk menunjang gizi anak makamemungkinkan anak untuk tidakmengalami wasting.

Hasil penelitian menunjukkanbahwa metode pembelajaran tidakberisiko, terhadap status gizi wastingdalam penerapan full day school padaanak di PAUD Pesantren Ummusshabrikendari. Penelitian ini, penulis berfokuspada status gizi dan karakteristik keluargapada siswa PAUD program full dayschool. Sistem full day di PAUDPesantren Ummusshabri, dilaksanakanmelalui pendekatan integrated curriculumdan integrated activity dengan pendekatanini, maka seluruh program dan aktivitasanak di sekolah mulai dari belajar,bermain, makan dan ibadah dikemasdalam suatu sistem pendidikan. Sistem inidiharapkan mampu memberikan nilai-nilai kehidupan yang islami pada anak

Abidin, Tasnim dan Fatmawati : Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 20 - 28

26

didik secara utuh dan terintegrasi dalamtujuan pendidikan.

Hasil penelitian ini sejalandengan penelitian yang dilakukan olehUmma Puteri Hasyari (2013) Uji statistikmenggunakan uji peredaan independen T-test Berdasarkan uji perbedaan denganmenggunaka T-test menyatakan tidak adaperbedaan antara status gizi antara anakyang bersekolah di SD program full dayschool dan non full day school.

Konsep pendidikan full dayschool adalah konsep "effective school,"yaitu bagaimana menciptakan lingkunganyang efektif bagi anak didik.Konsekuensinya, anak-anak diberi waktulebih banyak di lingkungan sekolah.Perpanjangan waktu inilah yangkemudian disebut full day school (sekolahsepanjang hari), karena siswamenghabiskan waktunya di sekolahhampir sepanjang hari diharapkan bahwalingkungan luar sekolah tidakmempengaruhi peserta didik.

4. Analisis Faktor Risiko Peran KeluargaTerhadap Wasting

Hasil penelitian menunjukkanbahwa terdapat 20 orang (38,5%) denganperan keluarga yang kurang dan menderitawasting. Hal ini karena keluarga memilikiperan yang sangat penting dalampertumbuhan dan perkembangan anak,karena dilingkungan keluarga, anak akanmendapatkan kebutuhan kebutuhan yangdiperlukan oleh anak, mulai darikebutuhan jasmani seperti sandang,pangan dan papan hingga kebutuhanrohani seperti bimbingan pendidikan dankasih sayang dari orang tua. Penelitian inijuga menunjukkan bahwa terdapat 12orang (23,1%) dengan peran keluargayang kurang dan tidak menderita wasting.Hal ini diketahui meskipun peran keluargakategori kurang namun karena anakmenjadi aktif dalam melakukan aktivitasfisik disekolah, mempunyai nafsu makanyang baik sehingga peran keluarga yang

kurang tidak menjadi faktor risiko bagi 12orang anak tersebut.

Hasil penelitian menunjukkanbahwa peran keluarga berisiko, terhadapstatus gizi wasting dalam penerapan fullday school pada anak di PAUD PesantrenUmmusshabri Kendari. Dalampenanganan status gizi anak, keluargamemiliki peran yang sangat penting hal inidikarenakan di dalam lingkungankeluarga menjadi tempat bagi anak untukmemaksimalkan tumbuh kembangnya,serta memenuhi gizinya. Keluarga yangmemiliki fungsi keluarga yang baik danmemiliki ikatan emosional yang baikdapat menunnjang pertumbuhan danperkembangan. Orang tua dalammemberikan asupan makanan kepadaanaknya, disitulah terjadi ikatanemosional antara orang tua dan anak, yaiturasa kepedulian orang tua terhadap anakdan yang terakhir yaitu Kebersamaan(Resolve) yang mencakup waktu bersamakeluarga. Orang tua membagi waktubersama anaknya dengan cara makanbersama, misalnya : sarapan atau makanmalam, disaat orang tua makan bersamadengan anaknya, orang tua bisamemperhatikan dan memberi nasehatmengenai makanan – makanan yang baikdikonsumsi oleh anak.

Hasil penelitian ini sejalandengan penelitian sebelumnya yangdilakukan oleh Khasanah (2012) yangmengenai pola asuh keluarga dan statusgizi, dikatakan disana bahwa pola asuhkeluarga yang baik memiliki kaitan yangerat dengan status gizi anak karena orangtua akan memberikan perlindungan,pendidikan, dan akan merawat dengananaknya dengan penuh kasih sayang, olehkarena itu dibutuhkan sosialisasi akanpentingnya peran keluarga bagipertumbuhan dan perkembangan anak,selain itu pula dikatakan juga bahwatingkat pendidikan orang tua menunjangorang tua dalam mendapatkan berbagai

Abidin, Tasnim dan Fatmawati : Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 20 - 28

27

macam pengetahan mengenai informasigizi yang dibutuhkan anak.

Keluarga memiliki peran yangsangat penting dalam pertumbuhan sertaperkembangan anak, karena di lingkungankeluarga, anak akan mendapatkankebutuhan kebutuhan yang diperlukanoleh anak, mulai dari kebutuhan jasmaniseperti sandang, pangan dan papan hinggakebutuhan rohani seperti bimbingan,pendidikan, dan kasih sayang dari orangtua. Sejak manusia masih di dalamkandungan hingga dilahirkan, anak sudahmerasakan cinta dan kasih saying dariorang tuanya (Soetjiningsih, 2012).

KESIMPULAN & SARANPola makan berisiko terhadap

kejadian status gizi wasting dalam penerapanfull day school pada anak di PAUD PesantrenUmmusshabri kendari, Peran keluargaberisiko terhadap kejadian status gizi wastingdalam penerapan full day school pada anak diPAUD Pesantren Ummusshabri kendari,Kebersihan lingkungan tidak berisikoterhadap kejadian status gizi wasting dalampenerapan full day school pada anak diPAUD Pesantren Ummusshabri kendari,Peran keluarga berisiko terhadap kejadianstatus gizi wasting dalam penerapan full dayschool pada anak di PAUD PesantrenUmmusshabri kendari. Adapun yang menjadisaran dalam penelitian ini adalah Bagi pihakPaud Pesantren Ummusshabri Kendari untukdapat menggunakan hasil penelitian inisebagai informasi dan bahan pertimbangandalam meningkatkan kepedulian terhadapanak dengan masalah gizi kurang.

DAFTAR PUSTAKA1. Achmadi. 2008. Manajemen Penyakit

Berbasis Wilayah. Jakarta : universitasindonesia. 2008

2. Arikunto. 2010. Prosedur penelitian:suatu pendekatan praktek, jakarta,rineka cipta.

3. Banstola, S. & Acharya, B. 2015.Nutritional status of primary school

children in pumdi bhumdi village ofkaski district, nepal. Internationaljournal of health sciences and research(ijhsr), 5, 339-346.

4. De assis, m., rolland-cachera, m. F.,grosseman, s., de vasconcelos, f., luna,m. E. P., calvo, m., barros, m., pires, m.& bellisle, f. 2005. Obesity, overweightand thinness in schoolchildren of the cityof florianopolis, southern brazil.European journal of clinical nutrition,59, 1015-1021.

5. Depkes ri 2002. Keputusan menterikesehatan ri, no:920/ menkes/ sk/ viii/2002 tentang klasifikasi status gizi anak.In: kesehatan, d. (ed.). Jakarta.

6. Hakim, s. N. & parameswari, a. 2015.Studi komparasi prestasi belajar siswakelas satu sekolah dasar program full-day yang berasal dari taman kanak-kanak program full-day dan reguler.Proseding seminarpsikologi &kemanusiaan, 363-367.

7. Hendrayati 2013. Faktor yangmempengaruhi kejadian wasting padaanak balita di kecamatan marioriwawokabupaten soppeng. Media gizi pangan,vol. Xv, 56-61.

8. Insani hm 2017. Indonesia sehat tanpawasting. Bogor: institut pertanian bogor.

9. Nursalam 2013. Metodologi penelitian :pendekatan praktis (edisi 3). , jakarta,salemba medika.

10. Pan, k.-m. 2007. Children and themillennium development goals: progresstowards a world fit for children, unicef.

11. Permendikbud 2017. Peraturan menteripendidikan dan kebudayaan republikindonesia nomor 23 tahun 2017tentang hari sekolah. Jakarta: kementrianpendidikan dan kebudayaan.

12. Pramudya, a. E., & bardosono, s 2012.Prevalensi anak beresiko wasting danfaktor-faktor yang berhubungan: studicross sectional pada anak usia 3-9 tahundi pesantren tapak sunan. Jakarta.

13. putri, d. S. K. & wahyono, t. Y. M. 2013.Faktor langsung dan tidak langsung yang

Abidin, Tasnim dan Fatmawati : Jurnal Gizi Ilmiah Vol. 5 No. 8 Mei-Agustus 2018 Hal : 20 - 28

28

berhubungan dengan kejadian wastingpada anak umur 6–59 bulan di indonesiatahun 2010. Media penelitian danpengembangan kesehatan, 23, 110-121.

14. Sarma, m., wijesinghe, d. &sivananthawerl, t. 2015. The effects ofnutritional status on educationalperformance of primary school childrenin the plantation sector in nuwara eliyaeducational zone. Tropical agriculturalresearch, 24.

15. Siswanto s, s., suyanto 2016. Metodologipenelitian kesehatan dan kedokteran..Edisi i, yogjakarta, bursa ilmu.

16. Soekirman 2000. Lmu gizi danaplikasinya, jakrta, penerbit pt gramediapustaka utama.

17. Sugiyono 2013. Metode penelitiankombinasi (mixed methods), bandung,alfabeta.

18. Suyanto 2011. Metodologi dan aplikasipenelitian keperawatan cetakan i,yogyakarta, nuha medika.

19. Wolde, m., berhan, y. & chala, a. 2015.Determinants of underweight, stuntingand wasting among schoolchildren. Bmcpublic health, 15, 8.