Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ISSN : 2338-0284
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF Fakutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo
Purworejo, 6 Mei 2017
“Peran Strategis Teknologi dan Pendidikan Kejuruan dalam
Pengembangan Tenaga Kerja untuk Bersaing di Era Global”
Reviewer:
Agus Budiman, M.Pd., M.T. Universitas Negeri Yogyakarta
Ahmad Roziqin, M.Pd. Universitas Negeri Semarang
Marsono, M.Pd. Universitas Negeri Malang
Farhan Yadi, S.T., M.Pd. Universitas Sriwijaya Palembang
Prof. Dr. S. Eko Widoyoko, M.Pd. Universitas Muhammadiyah Purworejo
Suyitno, M.Pd. Universitas Muhammadiyah Purworejo
Arif Susanto, M.Pd. Universitas Muhammadiyah Purworejo
Dr. Bambang Sudarsono, M.Pd. Universitas Muhammadiyah Purworejo
Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif
Fakutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
Seminar Nasional Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Muhammadiyah Purworejo
289
KONSEP LINK AND MATCH: FUNGSI PENDIDIKAN MENENGAH
KEJURUAN SEBAGAI PEMASOK TENAGA KERJA
Widiyatmoko Pendidikan Teknik Otomotif Universitas Muhammadiyah Purworejo
Abstrak
Tujuan pendidikan menegah kejuruan adalahmengutamakan penyiapan peserta didik atau
siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap professional.Namun tenaga
kerja yang dihasilkan sampai saat ini masih belum mampu menjawab permasalahan kebutuhan tenaga kerja yang memenuhi kualifikasi yang disyaratkan dunia kerja. Kalaupun terserat oleh
pasar kerja, tidak semua lulusan yang dapat terserap pada pasar kerja sesuai dengan
kompetensinya. Oleh karena itu diperlukan sebuah konsep atau pendekatan yang dapat menjembatani kepentingan kebutuhan antara dunia pendidikan (supply) dengan dunia usaha
atau indudtri (demand). Konsep Link and Match adalah sebuah konsep keterkaitan dan
kesepadanan antara dunia pendidikan dengan dunis usaha atau dunia indudtri (DUDI). konsep
Link and Match antara lembaga pendidikan dan dunia kerja dianggap ideal yang memungkinkan terjadi komunikasi dan kerjasama antara dunia pendidikan dengan DUDi
dalam menyiapkan lulusan dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi lulusan. Karena itu,
idealnya, ada tiga komponen yang harus bergerak simultan untuk menyukseskan program Link and Match yaitu dunia pendidikan, dunia kerja (perusahaan) dan pemerintah. Dunia
pendidikan dan dunia usaha atau industri saling menjalin hubungan kerjasama dalam
menyiapkan lulusan dan menyediakan lapangan pekerjaan, sementara pihak pemerintah membuat regulasi atau kebijakan yang dapat menjamin kerjasama antara dunia pendidikan
dengan dunia usaha atau industri yang saling menguntungkan.
Kata Kunci: Link and Match , Pendidikan menengah kejuruan, Tenaga Kerja
PENDAHULUAN
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Menengah, pada bab I tentang ketentuan umum pasal 1 ayat 3 menyebutkan
bahwa pendidikan menegah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah
yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan
tertentu. Sementara pada bab II pasal 3 ayat 2 menegaskan bahwa tujuan pendidikan
menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta
mengembangkan sikap profesional (PP RI Nomor 29 tahun 1990).
Esensi dari tujuan pendidikan kejuruan tingkat menengah (SMK) adalah
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu (Depdikbud,
2004: 1). SMK memegang peranan penting dalam penyediaan tenaga kerja, karena pranata
ekonomi membutuhkan tenaga kerja terdidik dan terlatih. Namun tenaga kerja yang
dihasilkan sampai saat ini masih belum mampu menjawab permasalahan kebutuhan tenaga
kerja yang memenuhi kualifikasi yang disyaratkan dunia kerja. Peluang kerja yang
ditawarkan pasar kerja masih banyak yang belum terisi, karena lulusan pendidikan yang ada
belum semuanya terserap pasar kerja. Kalaupun terserat oleh pasar kerja, tidak semua lulusan
SMK dapat terserap pada pasar kerja yang sesuai dengan kompetensi jurusannya.
6 Mei 2017 Peran Strategis Teknologi dan Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan Tenaga Kerja untuk Bersaing di Era Global
290
Paradigma pendidikan Kejuruan sangat berbeda dengan pendidikan umum. Pendidikan
kejuruan yaitu menekankan pada pendidikan yang menyesuaikan dengan permintaan pasar
(demand driven). Kebersambungan (link) diantara pengguna lulusan pendidikan dan
penyelenggara pendidikan dan kecocokan (match) diantara employee dengan employer
menjadi dasar penyelenggaraan dan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Untuk
mengetahui ukuran keberhasilan penyelenggaraan pendidikan dapat dilihat dari tingkat mutu
dan relevansi yaitu jumlah penyerapan lulusan dan kesesuaian bidang pekerjaan dengan
bidang keahlian yang dipilih dan ditekuninya.
Berdasarkan keadaan tersebut, penjelasan secara konseptual terhadap masalah-masalah
pengangguran tenaga terdidik yang dewasa ini banyak disoroti oleh masyarakat, sangat
diperlukan. Penjelasan yang bersifat konseptual diharapkan mampu mendudukkan
permasalahan pada proporsi yang sebenarnya, khususnya tentang fungsi dan kedudukan
sistem pendidikan dalam kaitannya dengan masalah ketenagakerjaan.Berangkat dari asumsi
bahwa bertambahnya tingkat pengangguran disebabkan karena kegagalan sistem pendidikan,
maka diperlukan adanya pendekatan-pendektan tertentu dalam pendidikan dan konsep Link
and Match perlu dihidupkan kembali dalam sistem pendidikan.
PEMBAHASAN
1. Konsep Link and Match.
Konsep Link and Match telah dikumandangkan sejak tahun 1990-an. Konsep
keterkaitan dan kesepadanan (Link and Match) antara dunia pendidikan dan dunia kerja yang
dicetuskan mantan Mendiknas Prof. Dr. Wardiman. Selanjutnya Soemarso, Ketua Dewan
Pembina Politeknik dan juga dosen UI mengatakan bahwa konsep Link and Match antara
lembaga pendidikan dan dunia kerja dianggap ideal. Jadi, ada keterkaitan antara pemasok
tenaga kerja dengan penggunanya. Contoh nyata Link and Match dengan program magang.
Perbaikan magang, dimaksudkan agar industri juga mendapatkan manfaat. Selama ini ada
kesan yang mendapatkan manfaat dari magang adalah dunia pendidikan, sedangkan industri
kebagian repotnya.
Karena itu, idealnya, ada tiga komponen yang harus bergerak simultan untuk
menyukseskan program Link and Match yaitu dunia pendidikan khsusunya sekolah
menengah kejuruan, dunia kerja atau industri (DUDI) dan pemerintah. Dari ketiga komponen
tersebut, peran masing-masing merupakan keharusan dan syarat terpenting. Kreativitas dan
kecerdasan pengelola sekolah kejuruan menjadi faktor penentu bagi sukses tidaknya program
tersebut.
Ada beberapa langkah penting yang harus dilakukan dunia pendidikan khususnya SMK
untuk menyukseskan program Link and Match. Dunia pendidikan dalam hal ini sekolah
menengah kejuruan atau SMK harus mau melakukan riset atau kerja sama dengan dengan
dunia usaha atau industri (DUDI). Tujuannya adalah untuk mengetahui kompentensi
(keahlian) apa yang paling dibutuhkan DUDI dan kompetensi apa yang paling banyak
dibutuhkan DUDI. Berdasarkan penelitian atau kajian yang dilakukan oleh dunia pendidikan,
akan diketahui keahlian (kompentensi) yang paling banyak dibutuhkan DUDI.
Selain itu, sekolah menengah kejuruan juga harus mampu memprediksi dan
mengantisipasi keahlian (kompetensi) dan teknologi apa yang diperlukan dunia usaha atau
dunia industri (DUDI). Jika program Link and Match berjalan baik, pemerintah juga
Seminar Nasional Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Muhammadiyah Purworejo
291
diuntungkan dengan berkurangnya beban pengangguran (terdidik). Karena itu, seyogyanya
pemerintah secara serius menjaga iklim keterkaitan dan mekanisme implementasi ilmu dari
dunia pendidikan khsususnya sekolah menengah kejuruan ke DUDI, sehingga diharapkan
program Link and Match ini berjalan semakin baik dan semakin mampu membawa manfaat
bagi semua pihak.
Manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan Link and Match besar. Karena itu,
diharapkan semua stake holders dunia pendidikan bersedia membuka mata dan diri dan mulai
bersungguh-sungguh menjalankannya. Dunia pendidikan harus lapang dada menerima bidang
keahlian (kompentensi) yang dibutuhkan dunia kerja (DUDI) sebagai materi pembelajaran
utama. Perusahaan juga harus membuka pintu selebar-lebarnya bagi pelajar atau mahasiswa
yang ingin magang (bekerja) di perusahaan tersebut. Sedangkan Pemerintah harus serius dan
tidak semata memandang program Link and Match (keterkaitan dan kesepadanan) sebagai
proyek belaka.
2. Pendekatan dalam Mewujudkan Link and Match.
a. PendekatanSosial
Pendekatan sosial merupakan pendekatan yang didasarkan atas keperluan
masyarakat pada saat ini. Pendekatan ini menitik beratkan pada tujuan pendidikan
dan pada pemerataan kesempatan dalam mendapatkan pendidikan (Husaini Usman,
2006: 56). Menurut A.W. Gurugen pendekatan sosial merupakan pendekatan
tradisional bagi pembangunan pendidikan dengan menyediakan lembaga-lembaga
dan fasilitas demi memenuhi tekanan tekanan untuk memasukan sekolah serta
memungkinkan pemberian kesempatan kepada murit dan orang tua secara bebas
(Djumberansyah Indar, 1995: 30). Sebagai contoh penerapan pendekatan ini adalah
diterapkannya sistem ganda melalui kebijakan Link and Match.
Selanjutnya dalam pendekatan sosial terdapat beberapa kelemahan, yaitu (1)
mengabaikan masalah alokasi dalam skala nasional, dan secara samar tidak
mempermasalahkan besarnya sumber daya pendidikan yang dibutuhkan karena
beranggapan bahwa penggunaan sumberdaya pendidikan yang terbaik adalah untuk
segenap rakyat Indonesia; (2)mengabaikan kebutuhan ketenagakerjaan (man power
planning) yang diperlukan dimasyarakat sehingga dapat menghasilkan lulusan yang
sebenarnya kurang dibutuhkan masyarakat; (3) cenderung menjawab pemerataan
pendidikan saja sehingga kuantitas lebih diutamakan dari pada kualitanya
(Syaefudin Sa‘ud, 2006: 236).
b. Pendekatan Ketenagakerjaan
Di dalam pendekatan ketenagakerjaan ini kegiatan-kegitan pendidikan
diarahkan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja pada
tahap permulaan pembangunan tentu saja memerlukan banyak tenaga kerja dari
segala tingkatan dan dalam berbagai jenis keahlian.Dalam keadaan ini kebanyakan
negara mengharapkan supaya pendidikan mempersiapkan dan menghasilkan tenaga
kerja yang terampil untuk pembangunan, baik dalam sektor pertanian, perdagangan,
industri dan sebagainya. Untuk itu perencana pendidikan harus mencoba membuat
perkiraan jumlah dan kualitas tenaga kerja dibutuhkan oleh setiap kegiatan
pembangunan nasional.
6 Mei 2017 Peran Strategis Teknologi dan Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan Tenaga Kerja untuk Bersaing di Era Global
292
Dalam teorinya pendekatan ini lebih mengutamakan keterkaitan lulusan sistem
pendidikan dengan tuntutan akan kebutuhan tenaga kerja, didalam pendekatan ini
juga mempunyai kelemahan, dimana ada tiga kelemahan yang paling utama, yaitu;
(1) Mempunyai peranan yang terbatas dalam perencanaan pendidikan, karena
pendekatan ini mengabaikan keberadaaan sekolah umum karena hanya akan
menghasilkan pengangguran saja, pendekatan ini lebih mengutamakan sekolah
menengah kejuruan untuk memenuhi kebutuhan kerja; (2) Menggunakan klasifikasi
rasio permintaan dan persediaan; (3) Tujuan dari pada pendekatan ini hanyalah
untuk memenuhan kebutuhan tenaga kerja, disisi lain tuntutan dunia kerja berubah
ubah sesuai dengan cepatnya perubahan zaman (Husaini Usman, 2006: 59).
3. Pendidikan dan Ketenagakerjaan.
Titik singgung antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi adalah produktivitas kerja,
dengan asumsi bahwa semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi produktivitas kerja,
semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat.
Anggapan ini mengacu pada teori Human Capital. Teori Human Capital menerangkan bahwa
pendidikan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena pendidikan berperan
di dalam meningkatkan produktivitas kerja.
Teori ini merasa yakin bahwa pertumbuhan suatu masyarakat harus dimulai dari
prodiktivitas individu. Jika setiap individu memiliki penghasilan yang tinggi karena
pendidikannya juga tinggi, pertumbuhan msyarakat dapat ditunjang karenanya. Teori Human
Capital ini menganggap bahwa pendidikan formal sebagai suatu investasi, baik bagi individu
maupun bagi masyarakat. Dari teori ini timbul beberapa model untuk mengukur keberhasilan
pendidikan bagi pertumbuhan ekonomi, misalnya dengan menggunakan teknik cost benefit
analysis, model pendidikan tenaga kerja dan lain sebagainya.
Teori Human Capital dianggap tidak berhasil, maka muncullah teori baru sebagai
koreksi terhadap teori sebelumya, yaitu teori kredensialisme. Teori ini mengungkapkan
bahwa strukrur masyarakat lebih ampuh dari pada individu dalam mendorong suatu
pertumbuhan dan perkembangan. Pendidikan formal hanya dianggap sebagai alat untuk
mempertahankan status quo dari para pemenang status sosial yang lebih tinggi.Menurut teori
ini perolehan pendidikan formal tidak lebih dari suatu lambang status (misalnya melalui
perolehan ‖ijazah‖ bukan karena produktivitas) yang mempengaruhi tingginya penghasilan.
Dua teori yang dikemukan diatas, masing-masing memiliki kaitan erat dengan fungsi
sistem pendidikan yang diungkap oleh Sayuti Hasibuan. Menurutnya, fungsi sistem
pendidikan dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan meliputi dua dimensi penting, yaitu: (1)
Dimensi kuantitatif yang meliputi fungsi sistem pendidikan dalam pemasok tenaga kerja
terdidik dan terampil sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja yang tersedia, (2) Dimensi
kualitatif yang menyangkut fungsinya sebagai penghasil tenaga terdidik dan terlatih yang
akan menjadi sumber penggerak pembangunan atau sebagai driving force (Sayuti Hasibuan,
1987).
Teori Kredensialisme merasa yakin bahwa pelatihan kerja merupakan media yang
strategis dalam menjembatani antara pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Jika ada
masalah ketidaksesuaian, hal ini dianggap sebagai ‖gejala persediaan‖ (supply phenomina),
yaitu ketidaksesuaian antara pendidikan dan lapangan kerja yang diungkapkan sebagai gejala
Seminar Nasional Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Muhammadiyah Purworejo
293
ketidakmampuan sistem pendidikan dalam menghasilkan lulusan yang mudah dilatih atau
yang dapat membelajarkan diri agar menjadi tenaga terampil sesuai dengan kebutuhan
pasar.Salah satu sebab kesenjangan supply dan demand pendidikan tinggi ialah kesenjangan
antara keinginan lulusan (dan dorongan orang tua serta persepsi masyarakat) dengan
kebutuhan akan tenaga kerja.
KESIMPULAN
Tujuan utama Pendidikan kejuruan adalah mencetak tenaga kerja siap pakai yang
terampil, kompeten dan dapat bersaing di dunia industry/ dunia usaha serta pasar global.
Dalam mewujudkan tujuan tersebut diperlukan kerjasama yang saling menguntungkan antara
pemerintah, masyarakat, DAN dudi (dunia usaha/ industri) dan pihak sekolah. Pemerintah
dalam hal ini sebagai penentu kebijakan kerjasama antara dunia pendidikan khususny sekolah
menegah kejuruan (SMK) dengan dunia usaha atau industri (DUDI).
Konsep Link and Match (keterkaitan dan kesepadanan) merupakan konsep keterkaitan
antara dunia pendidikan dengan dunia kerja, atau dengan kata lain Link and Match ini adalah
keterkaitan antara pemasok tenaga kerja (supply) dengan penggunanya (demand). Dengan
adanya keterkaitan ini maka pendidikan sebaagi pemasok tenaga kerja dapat mengadakan
hubunga-hubungan dengan dunia usaha/industri. Dengan demikian dunia pendidikan
khususnya sekolah menengah kejuruan atau SMK harus mau melakukan riset ke dunia kerja
untuk mengetahui kompentensi (keahlian) apa yang paling dibutuhkan dunia kerja dan
kompetensi apa yang paling banyak dibutuhkan dunia kerja.
Adapun pendekatan yang digunakan untuk mewujudkan Link and Match adalah
pendekatan sosial dan pendekatan ketenagakerjaan. Pendekatan sosial merupakan pendekatan
yang didasarkan atas keperluan masyarakat yang mana pendekatan ini menitik beratkan pada
tujuan pendidikan dan pemerataan kesempatan dalam mendapatkan pendidikan. pendekatan
sosial merupakan pendekatan tradisional bagi pembangunan pendidikan dengan menyediakan
lembaga-lembaga dan fasilitas demi memenuhi tekanan tekanan untuk memasukan sekolah
serta memungkinkan pemberian kesempatan kepada murid dan orang tua secara bebas.
Pendekatan ketenagakerjaan merupakan pendekatan yang mengutamakan kepada keterkaitan
luusan sistem pendidikan dengan tuntutan terhadap tenaga kerja pada berbagai sektor
pembangunan dengan tujuan yang akan dicapai adalah bahwa pendidikan itu diperlukan
untuk membantu lulusan memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik sehingga tingkat
kehidupannya dapat diperbaiki.
6 Mei 2017 Peran Strategis Teknologi dan Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan Tenaga Kerja untuk Bersaing di Era Global
294
DAFTAR PUSTAKA
Dedi Supriadi. (2002). Sejarah pendidikan teknologi dan kejuruan di Indonesia. Jakarta:
Depdiknas Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
Sa‘ud, Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun, 2006. Perencanaan Pendidikan Suatu
Pendekatan Komprehensif . Bandung: Remaja Rosdakarya
Suryadi, Ace dan H.A.R. Tilaar. 1993. Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatu Pengantar
Bandung: Rosdakarya
Usman, Husaini. 2006. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Wardiman Djojonegoro.(1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui SMK.
Jakarta: PT jayakarta Agung Offset.