Issengko gg4

  • Upload
    rijn82

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/16/2019 Issengko gg4

    1/16

     Makalah Utama 90

    STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI NTB

    Dr. Ir. H. Mashur, MS.

    Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTB

    Visi dan Misi

    Visi

    Visi Pembangunan Pertanian Provinsi NTB adalah: Terwujudnya Pertanian Yang

    Modern, Tangguh dan Efisien.

    Misi

    Untuk mencapai visi   pembangunan pertanian Provinsi NTB jangka

    menengah tersebut, Dinas Pertanian mengemban Misi untuk : Pemberdayaan

    Pertanian Menuju Masyarakat Tani Yang Modern, Maju, Sejahtera, dan

    Berkeadilan, dengan tujuan untuk: meningkatkan taraf hidup petani,

    meningkatkan ketahanan pangan, meningkatkan produksi untuk mengisi pasar,

    menciptakan lapangan kerja menuju kemandirian petani.Strategi

    Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pertanian Provinsi NTB diarahkan untuk

    mencari solusi dari berbagai permasalahan pembangunan pertanian yang ada saat ini.

    Untuk itu, strategi yang ditempuh oleh Dinas Pertanian Provinsi NTB dalam mencapai dan

    mewujudkan Visi dan Misi tersebut di atas adalah:

    1. 

    Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal. 

    Sumber-sumber plasma nutfah asal NTB telah beradaptasi dengan kondisi

    agroklimat wilayah NTB. Sumberdaya lokal tersebut mendapatkan prioritas untuk

    dikembangkan di daerah ini. Manggis Lingsar, Durian Si Payuk, Rambutan Narmada,

    Pisang Ketip Gunungsari, Nangka Prabu, Leci Putri Mandalike, Mangga Dare Kande,

    Bawang Merah Keta Monca, Kangkung Aini dan Kangkung Gomong, dll. Varietas-

    varietas tanaman tersebut memiliki keunggulan khas NTB yang berbeda dengan tanaman

    serupa yang berasal dari daerah lain.

    2. 

    Diversifikasi Usahatani dan Produksi

    Diversifikasi usahatani merupakan salah satu strategi dalam mengurangi resiko

    usaha menghadapi berbagai gangguan alam, OPT, maupun ketidakpastian harga suatu

    komoditas. Diversifikasi juga dilakukan untuk memperoleh nilai tambah dari setiap

    komoditi dengan melakukan  prosesing atau pengolahan pada tingkat usahatani,

     penganekaragaman komoditi, mengidentifikasi JABALSIM (jalur benih antar musim),

    untuk menjamin ketersediaan benih.

    3. 

    Penerapan Teknologi Tepat Guna Spesifik LokasiPenerapan teknologi tepat guna yang sesuai dengan karakteristik daerah NTB

    terutama dimaksudkan untuk menekan biaya usahatani, meningkatkan produksi, serta

    mengurangi kehilangan hasil dalam proses pemanenan. Sumberdaya lokal berupa kearifan

    tradisional seperti pembangunan embung dan sistem bertanam secara gogorancah

    merupakan potensi sumberdaya lokal yang telah terbukti berhasil meningkatkan produksi

     pertanian khususnya padi dan palawija. Revitalisasi embung-embung tradisional dan

     pembangunan embung-embung baru merupakan salah satu prioritas pembangunan

    infrastruktur pertanian NTB.

    4. 

    Efisiensi Sistem Agribisnis

    Sistem agribisnis yang dikembangkan haruslah dapat dipertanggungjawabkan

    secara ekonomis. Efisiensi dapat tercapai dengan memperhitungkan waktu bertanamsecara cermat (mengurangi resiko kegagalan akibat ketidakpastian iklim), pompanisasi,

    Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008

  • 8/16/2019 Issengko gg4

    2/16

     Makalah Utama 91

    menekan biaya tenaga kerja (penerapan alat mekanisasi produksi maupun mekanisasi pra

    dan pasca panen), pembuatan jalan usahatani (JUT), perbaikan dan pembangunan saluran

    irigasi, serta mengurangi kehilangan hasil di lapangan. Efisiensi sistim agribisnis juga

     berarti memperpendek rantai pasar dengan mendekatkan produsen dan konsumen, serta

    melakukan pengolahan hasil pada tingkat usahatani. Dengan strategi tersebut diharapkanusahatani dapat menjadi usahatani yang menguntungkan dan menarik, terutama bagi

    generasi muda.

    5.  Revitalisasi Kelompok Tani dan Mendorong Pembentukan Gabungan Kelompok

    Tani

    Revitalisasi Kelompok Tani dan Pembentukan GAPOKTAN dimaksudkan untuk

    membentuk dan memperkuat atau mengaktifkan kembali kelembagaan petani yang telah

    ada. Dengan strategi ini diharapkan pembinaan pemerintah kepada petani akan semakin

    fokus dengan sasaran yang semakin jelas.

    Kelompok Tani dan GAPOKTAN merupakan entry point   yang sangat efektif

    dalam pelaksanaan berbagai program pembinaan dan penyebarluasan informasi dan

    teknologi. Pembinaan Kelompok Tani maupun GAPOKTAN diarahkan untuk mendorongkemandirian setiap POKTAN maupun GAPOKTAN. Untuk mencapai kemandirian

    tersebut selain ditempuh melalui pembinaan oleh Dinas Pertanian secara

     berkesinambungan, juga ditempuh melalui pendampingan. Tenaga Pendamping ini

     berperan sebagai manager sekaligus konsultan bagi POKTAN dan GAPOKTAN dan

     bekerjasama secara sinergis dengan penyuluh pertanian yang telah ada. GAPOKTAN yang

    telah mandiri dan berbadan hukum, selanjutnya diharapkan dapat memiliki manager dan

    konsultan yang dibiayai sendiri oleh anggaran POKTAN dan GAPOKTAN yang

     bersangkutan. Kemandirian POKTAN dan GAPOKTAN merupakan salah satu sisi kritis

    dalam upaya peningkatan SDM pertanian yang profesional.

    6.  Bantuan Benih Kepada Petani

    Penggunaan benih/bibit unggul bermutu di tingkat petani masih rendah. Hal

    ini disebabkan karena daya beli dan tingkat kesadaran petani dalam penggunaan

     benih bermutu masih relatif rendah. Strategi pemberian bantuan benih kepada

     petani dimaksudkan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas melalui

     penggunaan benih/bibit unggul bermutu bagi petani, mempermudah akses petani

    miskin terhadap benih/bibit unggul, serta memperluas penyebaran benih/bibit

    unggul pada daerah-daerah kantong kemiskinan, daerah rawan pangan, daerah

    terisolir dan lainnya. Upaya ini akan dapat menekan harga benih/bibit bermutu

    agar dapat diakses petani/peternak.

    7.  Penjaminan Kredit Pertanian

    Untuk membangun sistem  pembiayaan yang mudah diakses oleh petani/peternak, diperlukan skim pelayanan pembiayaan pertanian yang mudah

    diakses dan mampu memutar roda perekonomian di perdesaan. Untuk itu

     pemerintah perlu menyediakan dana dasar di perbankan sebagai premi penjaminan

    atas kredit yang disalurkan kepada petani sasaran oleh Bank Pelaksana. Program ini

    sebagai pemantapan dan perluasan dari kegiatan yang sudah dimulai tahun 2006

    dengan BPD NTB sebagai bank pelaksana.

    8. 

    Penyediaan dan Perbaikan Infrastruktur Pertanian

    Untuk menarik investor masuk ke sektor pertanian, mempermudah

    aksesibilitas, dan distribusi sarana produksi/output pertanian, maka diperlukan

    infrastruktur yang memadai. Selama ini investasi pemerintah di bidang

    infrastruktur sangat minim, sehingga banyak jalan usahatani, jalan produksi,

    Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008

  • 8/16/2019 Issengko gg4

    3/16

     Makalah Utama 92

     jaringan irigasi yang rusak. Untuk itu dilakukan kegiatan pembangunan dan atau

    rehabilitasi jalan usahatani, jalan produksi, jaringan irigasi tingkat usahatani,

     jaringan irigasi perdesaan, tata air mikro, irigasi tanah dangkal, sumur resapan,

    embung, waduk, dam, parit, terasering dan lainnya.

    9. 

    Penguatan Kelembagaan Ekonomi Petani melalui Penguatan Modal Usaha

    Kelompok (PMUK) dan Lembaga yang Mandiri dan Mengakar di Masyarakat

    (LM3)

    Untukmeningkatkan bargaining power   petani, pemberdayaan petani, dilakukan

     pendekatan kelompok agar mempermudah pembinaan dan pengembangan usahanya

    hingga mencapai skala ekonomi. Dalam rangka mengatasi permodalan petani, disalurkan

    stimulan penguatan modal usaha kelompok (PMUK) atau yang selama ini dikenal dengan

    nama Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Kegiatan PMUK ini disertai dengan

    kegiatan pengembangan kelembagaan petani, kemitraan, peningkatan akses terhadap

    sumberdaya, teknologi dan pasar serta peningkatan kualitas SDM petani. Dalam TA 2006,

    total dana PMUK yang disalurkan di seluruh wilayah NTB adalah sebesar: RP. 3.850.000.000, meliputi seluruh kabupaten se-Nusa Tenggara Barat. Selanjutnya pada TA

    2007, Provinsi NTB mendapat tambahan 5 paket dana PMUK senilai RP. 945.000.000.

    Di samping kelompok tani, di tingkat perdesaan terdapat pula lembaga yang

    selama ini tumbuh dan mengakar di masyarakat, atau yang dikenal dengan

    Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3). Sebagian besar LM3

    tersebut berbasis keagamaan: pondok pesantren, seminari, paroki, pasraman,

    vihara, pura, subak dan lainnya. Sebagian LM3 juga bergerak di bidang agribisnis.

    LM3 yang bergerak di bidang agribisnis ini dapat dijadikan sebagai percontohan

    dan pusat-pusat pengembangan agribisnis di lokasi setempat. Dalam TA 2007, 19

    (sembilan belas) Pondok Pesantren seluruh NTB mendapat bantuan dana untuk

     pengembangan berbagai komoditas tanaman pangan dengan alokasi dana rata-rataRP.100 juta setiap Pondok Pesantren. Dana tersebut digunakan untuk

    mengembangkan agrobisnis bekerjasama dengan Kelompok Tani yang ada di

    sekitar Ponpes yang bersangkutan.

    10. Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bio-Energi

    Kondisi agroklimat wilayah NTB yang didominasi lahan kering memiliki

    aneka ragam penghasil minyak nabati seperti kelapa, jarak pagar sebagai bahan

     baku minyak diesel (substitusi solar) dan minyak bakar (substitusi minyak tanah).

    Disamping itu, ubi kayu, sorgum, dan jagung juga dapat dijadikan sebagai bahan

     baku gasohol (substitusi premium) dan penghasil limbah organik (biomassa).

    Potensi tersebut terus dikembangkan dengan menyediakan bahan baku produksi

    tanaman penghasil bio-energi dan sarana pengolahannya. Kegiatan ini telahdirintis pada tahun 2006 dan ditingkatkan pada tahun-tahun selanjutnya. Dalam

    TA 2007, Dinas Pertanian Provinsi NTB telah mengundang sejumlah investor

    untuk menjajaki peluang investasi dalam pengembangan tanaman bahan baku

     bioenergi/bahan baku industri lainnya antara lain: Manajemen Kopi Bubuk Cap

    Kapal Api (Jagung), Management RIJK ZWAAN SEED COMPANY-Netherland

    (benih sayuran), YAYASAN LIKELIHOOD-Singapura (jarak pagar dan jagung).

    11. Penguatan Kelembagaan Perbenihan/Perbibitan

    Dalam rangka memperkuat dan memperlancar penyediaan benih/bibit

     pertanian diperlukan dukungan kelembagaan perbenihan/perbibitan yang memadai

     baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Untuk itu dibentuk pusat-pusat

     perbenihan tanaman pangan di wilayah berpotensi, dibarengi dengan kegiatan

    Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008

  • 8/16/2019 Issengko gg4

    4/16

     Makalah Utama 93

     penguatan lembaga perbenihan/perbibitan yang ada baik di provinsi dan

    kabupaten/kota dengan mengacu pada sistem perbenihan/ perbibitan

    12. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

    Sektor pertanian sering dilanda serangan wabah hama penyakit tanaman

    antara lain: wereng coklat, hama sexava, hama penggerek batang, hama lalat buahmangga, penyakit getah kuning manggis, penyakit busuk buah cabe dan lainnya.

    Untuk itu salah satu prioritas kegiatan pembangunan pertanian NTB diarahkan

    untuk pencegahan dan penanggulangan hama penyakit tanaman tersebut. Tindakan

     pencegahan dan penanggulangan serangan OPT tersebut dilaksanakan oleh petugas

    Pengamat Hama Penyakit Tanaman UPT BPTPH di Peninjauan Narmada

     bekerjasama dengan PPL dan Program Sekolah Lapang. 1) Pengamatan,

     peramalan, pelaporan OPT dan bencana alam. 2) Teknologi ramah lingkungan

    spesifik lokasi, tepat guna.  3) Pemberdayaan pelaku (SDM, Kelembagaan. 4)

    Pemantapan gerakan pengendalian OPT.

    13. 

    Pengembangan Kegiatan Magang Sekolah Lapang (SL) Pertanian

    Metode yang praktis dan mudah diikuti petani dalam alih teknologi adalahmetode Sekolah Lapang (SL) Pertanian. Disamping mudah diikuti metode ini juga

    menarik bagi petani karena dapat langsung diterapkan oleh petani saat mereka

    melakukan aktivitas usahanya. Untuk itu akan diperbanyak kegiatan-kegiatan SL

    Pertanian. Selanjutnya SL Pertanian tersebut akan diarahkan menjadi media

    training of trainers (TOT) dengan sasaran lebih berkembangnya SL Pertanian yang

    diinisiasi oleh lulusan TOT. Dengan demikian pada masa yang akan datang

     pemerintah akan lebih banyak mengarahkan kegiatan SL Pertanian ini, tidak lagi

     perlu membentuk SL-SL yang difasilitasi pemerintah.

    14. Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia Petani dan Revitalisasi

    Penyuluhan

    Saat ini terdapat kecenderungan terjadi transformasi tenaga kerja dari sektor

     pertanian ke non pertanian, dimana para pemuda/pemudi di perdesaan lebih tertarik

     bekerja sebagai buruh di sektor industri maupun di sektor informal, sehingga

     penduduk yang masih bekerja di sektor pertanian tinggal yang berumur tua. Untuk

    menarik minat para  pemuda /  pemudi kembali membangun pertanian di perdesaan,

    diperlukan langkah-langkah kegiatan antara lain melalui pendidikan, pelatihan,

    magang, studi banding dan lainnya.

    Disamping itu dalam rangka revitalisasi penyuluhan kegiatan diarahkan pada

     pengembangan dan pemantapan BPP yang ada, rekruitmen tenaga penyuluh,

     pelatihan dan pendampingan serta perbaikan metodologi penyuluhan yang

    disesuaikan dengan dinamika yang berkembang. Disamping itu di tingkat perdesaan akan dikembangkan Community Center for Agribusiness yang merupakan

    kelembagaan layanan informasi pertanian di tingkat desa untuk meningkatkan

    akses petani terhadap informasi dan teknologi.

    15. Pengembangan Kegiatan Pelatihan dan Pendidikan Pertanian

    Rendahnya kualitas sumberdaya manusia merupakan kendala yang serius

    dalam pembangunan pertanian. Tingkat pendidikan dan keterampilan petani yang

    masih rendah memerlukan latihan, khususnya pada aspek yang bersifat praktis dan

    langsung berhubungan dengan aktivitas usaha ekonomi petani. Untuk itu

    dikembangkan kegiatan berbagai pelatihan bagi petani yang materinya disesuaikan

    dengan kebutuhan dan permintaan petani.

    16. 

    Mekanisasi Kegiatan Produksi Komoditas Pertanian Primer (Pra Panen)

    Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008

  • 8/16/2019 Issengko gg4

    5/16

     Makalah Utama 94

    Dalam rangka mengatasi kebutuhan tenaga kerja, serta mengantisipasi

     perluasan areal pertanian yang telah diprogramkan, maka diperlukan teknologi

     produksi pertanian yang bisa menghemat pemakaian tenaga kerja manusia. Oleh

    karena itu mekanisasi pada kegiatan produksi (prapanen) mutlak dibutuhkan.

    Untuk itu mulai tahun 2007, introduksi teknologi mekanisasi pertanian menjadikegiatan terobosan dalam rangka mempercepat kegiatan proses produksi. Selain

    meningkatkan penggunaan alat-alat mekanisasi produksi yang telah berkembang

    saat ini, masih terus dilakukan pengembangan alat-alat mekanisasi dengan

     prototype yang semakin bervariasi.

    17. Mekanisasi Kegiatan Pertanian Pasca Panen

    Untuk mengurangi kehilangan, meningkatkan mutu hasil dan nilai tambah

     produk pertanian serta penanganan pemasaran, dikembangkan berbagai sarana

     pasca panen seperti: (1) pengembangan sarana penyelamatan pasca panen

    (pengeringan melalui terpalisasi dan pengembangan sarana pengering surya), dan(2) sarana pergudangan.

    Dalam TA 2006-2007 Dinas Pertanian Provinsi NTB telah membangun 3

    unit silo jagung untuk mengoptimalkan penanganan pascapanen komoditas jagung,

    masing-masing di Kecamatan Sengkol (Kab. Lombok Tengah), Kecamatan

    Pringgabaya (Lombok Timur), dan Kecamatan Labangka (Sumbawa). Masing-

    masing silo tersebut memiliki kapasitas untuk pemipilan, pembersihan,

     pengeringan jagung rata-rata 30 ton per hari Pengelolaan dan pemanfaatan silo

    tersebut diserahkan sepenuhnya kepada Kelompok Tani di masing-masing lokasi.

    18. Revitalisasi Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan Kelompok UPJA

    (KUPJA)

    Penggunaan alsin pertanian telah dirasakan manfaatnya oleh petani

    khususnya tanaman pangan dalam mempercepat pengolahan tanah, pengendalian

    hama, panen dan perontokan khususnya di daerah intensifikasi. Namun demikian

     jumlah alsin pertanian masih sangat sedikit dibanding dengan luas lahan yang ada.

    Disamping itu, pemakaian alsin juga belum optimum khususnya dalam kegiatan

    Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan Kelompok Usaha Pelayanan Jasa

    Alsintan (KUPJA). Untuk itu salah satu kegiatan terobosan yang dilaksanakan

    adalah revitalisasi UPJA dan KUPJA. Berkaitan dengan hal ini perlu diupayakan

     penyediaan penguatan modal pengadaan alsintan bagi petani berupa pembayaran

    uang muka (down payment ).

    19. 

    Pengembangan Kegiatan Pemasaran Komoditas Pertanian

    Dalam rangka pengembangan pemasaran produk pertanian, perlu

    dikembangkan berbagai sarana dan sistem pemasaran. Kegiatan yang diperlukan

    dalam rangka pengembangan pemasaran ini adalah: (1) pengembangan grading dan

     packaging house yang dilengkapi dengan cold storage, 

    terutama untuk komoditas

    hortikultura, dan (2) pengembangan pasar dan pusat pelelangan. Di NTB kegiatan

    ini telah dirintis dengan pembangunan Terminal Agribisnis yang berlokasi di Pasar

    Induk Mandalika-Bertais.

    20. 

    Pengembangan Fasilitas Pelayanan Terpadu Agribisnis

    Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008

  • 8/16/2019 Issengko gg4

    6/16

     Makalah Utama 95

    Untuk mendorong investasi di bidang pertanian dibutuhkan fasilitasi

     berbagai pihak sesuai dengan fungsi, kompetensi dan kapasitas masing-masing.

    Fasilitas tersebut dapat diberikan oleh Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota,

    BUMN, BUMD, Perusahaan Swasta Nasional Besar dan Multinasional. Sinergi

    semua elemen sangat diperlukan, mengingat keberhasilan investasi tergantung padaketersediaan faktor pendorong rantai pasokan (supply chain)

     

    secara optimal.

    Pelaksanaan kegiatan ini di NTB dilaksanakan dalam bentuk penyaluran dana

    BLM-KIP (Bantuan Langsung Masyarakat-Kredit Investasi Pertanian) dengan

    BPD-NTB sebagai Bank Pelaksana.

    Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008

  • 8/16/2019 Issengko gg4

    7/16

     Makalah Utama 96

     

    21. Peningkatan Produksi dan Produktivitas Pertanian

    Produksi berbagai komoditas pertanian selama beberapa dekade ini telah

    menunjukkan peningkatan yang signifikan. Peningkatan produksi tersebut diperolehdari hasil peningkatan luas areal tanam atau peningkatan produktivitas. Fakta ini

    menunjukkan bahwa produktivitas berbagai komoditas pertanian masih jauh dari

     potensinya. Di lain pihak, walaupun komoditas tanaman pangan relatif lebih maju,

    namun pengembangan komoditas ini juga dihadapkan pada kendala keterbatasan

    sumberdaya lahan dan semakin tingginya opportunity cost  karena semakin tajamnya

    kompetisi penggunaan lahan dengan non pertanian. Keberhasilan peningkatan

     produktivitas sangat berkorelasi dengan inovasi teknologi (penggunaan varietas/klon

    unggul). Untuk itu peningkatan produksi berbagai komoditas pertanian akan

    dilakukan melalui perluasan areal tanam dengan mengoptimalkan potensi areal padi

    gogo, peningkatan produktivitas, serta peningkatan intensitas tanam di daerah irigasi

    teknis.

    22. Peningkatan Kegiatan Eksibisi, Perlombaan, dan Penghargaan

    Pertanian

    Dalam rangka penyebarluasan informasi, promosi, dan pemasyarakatan

     berbagai keberhasilan dan program-program pembangunan pertanian kepada publik,

    kegiatan-kegiatan berupa exibisi maupun berbagai "fair" semakin diperbanyak.

    Kegiatan eksebisi ini dilakukan berjenjang dari tingkat desa/kecamatan-Kabupaten-

    Propinsi sampai tingkat Nasional.

    Pada bulan Agustus 2007, Provinsi NTB mendapat kesempatan sebagai tuan

    rumah Penyelenggaraan Pekan Florikultura Tingkat Nasional yang berlokasi di

    Ruang Sidang Utama dan Halaman Kantor DPRD Provinsi NTB. Selama 5 hari

     penyelenggaraan, transaksi aneka jenis tanaman hias tercatat senilai satu miliar

    rupiah. Dampak langsung maupun tidak langsung penyelenggaraan Pekan

    Florikultura tersebut sangat nyata dengan semakin tingginya animo masyarakat

    dalam agribisnis tanaman hias, khususnya di Kota Mataram.

    23. Pengembangan dan Diseminasi Inovasi Teknologi Mendukung Pembangunan

    Pertanian

    Pembangunan pertanian perlu didukung oleh teknologi, sehingga dapat

    dipercepat dan memberikan hasil yang optimal. Untuk keperluan ini, upaya

     percepatan penemuan inovasi dan alih teknologi sangat dibutuhkan. Upaya

     pengembangan dan diseminasi teknologi akan dilaksanakan bekerjasama dengan

    unit-unit penelitian yang ada di lingkup Departemen Pertanian, Perguruan Tinggi,

    dan Lembaga Penelitian Nasional maupun International, antara lain dengan

    Balitpa, Balithor, Balitkabi, Balitro, Balitpasca, BPTP, dan ACIAR.

    24. Penerapan dan Pemantapan Prinsip Good Governance, Kebijakan dan Regulasi.

    Dalam rangka memperlancar pelaksanaan pembangunan pertanian,

    sinkronisasi antar subsektor dan lintas sektor, serta koordinasi antara pusat dan

    daerah, dikembangkan manajemen yang terpadu yang mencakup aspek

     perencanaan, implementasi, pengendalian, pemantauan, evaluasi, pelaporan dan

     pengawasan yang sesuai dengan prinsip good governance. Salah satu implementasi

    Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008

  • 8/16/2019 Issengko gg4

    8/16

     Makalah Utama 97

    sinkronisasi lintas sektor yang dilaksanakan Dinas Pertanian adalah Pengembangan

    Kawasan Agropolitan di Kabupaten Dompu, Sumbawa, Lombok Tengah, Lombok Timur.

    PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NTB

    Beberapa hal yang menjadi masalah dalam pelaksanaaan pembangunan pertanian

    khususnya dalam memfasilitasi petani sebagai pelaku utama dan pelaku usaha untuk

    mengembangkan usaha taninya di masing-masing sub sektor pertanian sebagai berikut :

    1. Sub Sektor Tanaman Pangan

    Masalah di sub sektor tanaman pangan yang berkaitan dengan penyuluhan

     pertanian dalam memfasilitasi petani dan pelaku usaha pertanian lainnya sebagai berikut :

    a. Kurangnya pengetahuan mengenai kebijakan pemerintah berkaitan dengan

     pengembangan usahanya, antara lain : kurangnya sosialisai Inpres No. 13 tahun

    2005 mengenai kebijakan perberasan.

     b. Masih rendahnya: (a) penggunaan benih bermutu varietas unggul di tingkat petani

    (b) penerapan pupuk berimbang; (c) penerapan PHT; (d) pemanfaatanketersediaan air.

    c. Peran dan Fungsi kelembagaan P3A belum optimal.

    d. Masih rendahnya (a) Kesadaran petani dalam berkelompok/GAPOKTAN; (b)

    kurangnya minat pemuda tani di bidang pertanian/agribisnis; (c) pengetahuan

    tentang berorganisasi dan berorientasi keuntungan (profit); (d) Kemampuan petani

    dalam menyususn RDK/RDKK; (e) partisipasi petani dalam pembiayaan dan

    oprasional serta pemeliharaan irigasi tingkat usaha tani dalam irigasi pedesaan; (f)

    mendapat harga layak pada saat panen bagi petani, dan (g) penyusunan proposal

    usaha.

    e. Kurangnya pemahaman petani dalam (a) Pemanfaatan teknologi tepat guna; (b)

    Akses petani terhadap permodalan usaha.

    f. Masih rendahnya pengetahuan petani tentang (a) Pasca panen; (b) Kerusakan

     produk tanaman pangan; (c) keterampilan dalam penggunaan alat pasca panen; (d)

    Informasi teknologi pasca panen; (e) Unit Pengelolaan Pasca Panen dan

    Pemasaran Hasil Pertanian UP3HP; (f) Jaringan usaha antara UKM dengan Pasar;

    (g) Penanganan hama penyakit secara terpadu.

    g. Rendahnya desiminasi hasil-hasil penelitian ditingkat petani

    h. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang: (a). Pola konsumsi pangan beragam,

     bergizi seimbang dan aman (b) pemanfaatan sumber pangan lokal (c) pemanfaatan

    lahan pekarangan (d) perlunya cadangan pangan pada masa paceklik.

    2. 

    Sub Sektor HortikulturaBerbagai masalah pada sub sektor hortikultura yang berkaitan dengan penyuluhan

     pertanian dalam menfasilitasi petani dan pelaku usaha pertanian lainnya sebagai

     berikut:

    a.  Usaha hortikultura masih dalam skala usaha kecil (sambilan) belum menerapkan pola tanam dan pola produksi secara optimal dan pada umumnya belum

    menerapkan teknologi maju sehingga kualitas produksinya belum memenuhi

    standar.

     b.  Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pra panen serta pasca panen belum optimal.

    c.  Kemitraan usaha hortikultura antara petani dengan pengusaha masih terbatas.

    d.  Posisi tawar petani rendah karena manajemen usahatani belum diterapkan secaraoptimal sehingga pengaturan suplai dan distribusi produk belum berjalan baik.

    Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008

  • 8/16/2019 Issengko gg4

    9/16

     Makalah Utama 98

    3.  Penyuluhan Pertanian dalam memfasilitasi petani dan pelaku usaha lainnya

    sebagai berikut :

    a.  Ketenagaan

    1.  Penyebaran tenaga penyuluh pertanian masih terkonsentrasi kepada sub sektor pangan.

    2.  Banyak terjadi alih status penyuluh pertanian dari jabatan fungsional ke jabatanstruktural, baik di provinsi atau di kabupaten/kota se-NTB.

    3.  Peningkatan kompetensi penyuluh pertanian masih kurang dilakukan /belumoptimal (latihan, magang).

    4.  Usia penyuluh pertanian sebagian di atas 50 tahun.5.  Penyuluh pertanian swadaya dan swasta belum berkembang dengan baik.

    b. 

    Kelembagaan

    1.  Fungsi penyuluhan pertanian di provinsi belum berjalan optimal karena mandatuntuk melaksanakan penyuluhan pertanian belum jelas.

    2.  Bentuk, eselonering dan tupoksi kelembagaan penyuluhan pertanian di provinsidan di kabupaten/kota masih beragam sebagai dampak otonomi kabupaten.

    3.  Belum semua kecamatan di kabupaten/kota di NTB memiliki bangunan BPP danBPP yang ada sebagian masih belum berfungsi secara optimal.

    4.  Sebagian besar BPP belum memiliki lahan untuk percontohan usahatani.5.  BPP banyak yang dialih fungsikan dan masih ada yang tidak memiliki sarana dan

     prasarana untuk kegiatan penyuluhan.

    6.  Belum semua kelembagaan tani berfungsi secara optimal dalam meningkatkankemandirian petani.

    c.  Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian

    1.  Penyelenggaraan penyuluhan pertanian belum dilaksanakan sesuai prinsip- prinsip penyuluhan partisipatif.

    2.  Penyelenggaraan penyuluhan pertanian masih berorientasi keproyekan.3.  Kegiatan penyuluhan pertanian sementara masih bersifat parsial dan belum

    didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.

    4.  Materi dan metode penyuluhan pertanian belum sepenuhnya mendukung pengembangan agribisnis komoditas unggulan di daerah.

    5.  Sistem LAKU belum diterapkan secara optimal sesuai dengan Permentan Nomor 29 Tahun 2007.

    Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008

  • 8/16/2019 Issengko gg4

    10/16

     Makalah Utama 99

    PENUTUP

    Pembangunan pertanian merupakan pembangunan yang kompleks dan mencakup

     berbagai kegiatan seperti jaminan kesinambungan ketersediaan sarana produksi,

     pembangunan infrastruktur, pengembangan sistem distribusi dan konsumsi, dan pembangunan kelembagaan serta peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan pelaku

    agribisnis. Pencapaian tujuan dengan penerapan berbagai strategi yang akan terus

    dikembangkan akan sangat ditentukan oleh dukungan dan kerjasama sektor-sektor terkait

    lainnya. Penetapan berbagai program dan strategi pembangunan sektor pertanian harus

    dikawal dengan ketat dan tetap fokus pada tujuan akhir yaitu untuk meningkatkan taraf

    hidup dan kesejahteraan petani dan mempertahankan swasembada pangan dalam jangka

     panjang. Selain itu dampak negatif pelaksanaan otonomi daerah kabupaten bagi keserasian

    langkah dalam pembangunan sektor pertanian harus dapat ditekan hingga tahap minimal.

    Selanjutnya kondisi agroklimat wilayah Provinsi NTB yang khas haruslah

    dipandang sebagai kondisi potensial yang dapat digunakan untuk mengembangkan

    komoditas pertanian lokal spesifik yang tidak dimiliki daerah lain. Oleh karena itudukungan dan partisipasi seluruh stake holder dan institusi terkait, baik ditingkat provinsi

    maupun kabupaten sangat diperlukan untuk mencapai hasil pembangunan pertanian yang

    maksimal.

    Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008

  • 8/16/2019 Issengko gg4

    11/16

     Makalah Utama 100

    Tabel Lampiran 1. Keragaan kemampuan POKTAN per Kab./Kota

     Provinsi. NTB Tahun 2007.

    Kelas Kemampuan Kelompok

    No Kabupaten/Kota

    Pemula Lanjut Madya Utama

    Jumlah

    1. Mataram 38 23 33 17 111

    2. Lombok Barat 405 553 138 12 1108

    3. Lombok Tengah 102 791 367 25 1285

    4. Lombok Timur 51 494 442 80 1067

    5. Sumbawa 457 450 173 11 1091

    6. Sumbawa Barat 49 93 61 9 212

    7. Dompu 297 300 28 0 625

    8. Bima 292 448 153 8 901

    9. Kota Bima 84 46 67 12 209

      Total 1.775 3.198 1.462 174 6.609

     

    Tabel Lampiran 1a. Rekapitulasi Penumbuhan dan Pengembangan Gabungan

     POKTAN (GAPOKTAN) di NTB Tahun 2007

    JUMLAH PENUMBUHAN

    GAPOKTAN

    JENIS

    USAHA

    N

    o

    Kabupate

    n/

    Kota

    Sasar

    an

    (Desa

    )

    Dukun

    gan

    Dana

    GAPOK

    TAN

    Swadaya

    Juml

    ah

    GAP

    OKT

    AN

    Berba

    dan

    Huku

    m

    T

    P

    NA

    K

    BU

    N

    1 Mataram 50 5 1 6 5 6 -

    2

    Lombok

    Barat 123 41 - 41 15 29 8 4

    3

    Lombok

    Tengah 124 12 32 44 12 39 5 -

    4

    Lombok

    Timur 119 16 46 62 18 59 3 -

    5

    Sumbawa

    Barat 50 19 - 19 19 19 - -

    6 Sumbawa 152 16 40 56 9 56 - -

    7 Dompu 69 27 - 27 5 27 - -

    8 Bima 168 20 108 128 20

    12

    6 2 -

    9 Kota Bima 38 5 12 17 6

     1

    7 - -

    Jumlah 893 161 239 400 78378 18 4

    Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008

  • 8/16/2019 Issengko gg4

    12/16

     Makalah Utama 101

    Tabel Lampiran 1b. Nama-nama POKTAN Andalan Tahun 2007

    Nama POKTAN

    NoKabupaten/Kota

    Pertanian Peternakan

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    Kota Mataram

    Lombok Barat

    LombokTengah

    LombokTimur

    Sumbawa Barat

    Sumbawa

    Dompu

    Bima

    Kota Bima

    - Karya Makmur

    - Mambalan Timur

    - Patuh Angen

    -Tunggal Angen

    - Pade Demen

    - Tumenggung

    - Tunas Rejeki

    -

    - Telaga Dewa

    - Dam Sipi 

    - Wira Singa

    - Mule Jati

    - Makmur

    - Amanah

    - Harapan Bersama

    - Bunga Lestari

    - Kandang Madang

    - Pekerja Migran

    - Maris Gama

    - Santo Anara

    - No Rea

    - Senap Semu

    - Varias

    - Ingin Maju

    - Lembah Paji

    - Wadukajji

    - Harapan Makmur 

    Tabel Lampiran 1c. Keragaan Kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di

     NTB Tahun 2007

    P3A Kategori/Status

    NoKabupaten/

    KotaJml

    Klp.

    Jml

    Anggota BB B M

    P3A

    Status

    Bdn

    Hukum

    Luas

    Areal

    (Ha)

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    Kota Mataram

    Lombok Barat

    LombokTengah

    Lombok Timur

    Sumbawa

    Sumbawa Barat

    Dompu

    Bima

    Kota Bima

    13

    134

    229

    181

    227

    -

    74

    80

    -

    1.226

    30.686

    47.342

    74.960

    20.132

    -

    6.408

    21.036

    -

    13

    72

    17

    71

    37

    -

    4

    10

    -

    0

    61

    116

    56

    187

    -

    69

    70

    -

    0

    1

    96

    54

    3

    -

    1

    0

    -

    13

    134

    229

    181

    227

    -

    74

    80

    -

    1.527

    18.494

    36.763

    42.845

    2.530

    -

    9.277

    16.961

    -

    NTB 938 201.790 224 559 155 938 128.397

     Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008

  • 8/16/2019 Issengko gg4

    13/16

     Makalah Utama 102

    Keterangan : BB = Belum Berkembang, B = Berkembang, M = Maju

    Tabel Lampiran 3. Keragaan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian se-NTB

    Tahun. 2007.

    Jumlah BPP Jml

    No

    Kabupaten/

    Kota

    Instansi

    PenyuluhanBaik Rusak Jml

    BelumAda

    Bangun

    BPPKec

    Desa

    1. Kota Mataram BIPP 2 - 2 4 6 50

    2. Lombok Barat KIPP 2 6 8 7 15 123

    3. Lombok Tengah DINAS 9 - 9 3 12 124

    4. Lombok Timur BKPPP* 10 - 10 10 20 119

    5. Sumbawa Barat DINAS 4 1 5 3 8 50

    6. Sumbawa KIKP3 6 9 15 7 23 152

    7. Dompu KKPPP 3 2 5 3 8 69

    8. Bima BKPPPP 5 6 11 7 18 168

    9. Kota Bima BKPPP* 3 - 3 2 5 38

    Jumlah 44 24 68 46 115 893

    Ket : - *). Belum Aktif

    Tabel Lampiran 3a. Keragaan Tenaga Penyuluh Pertanian se NTB Tahun 2007

     No Kabupaten/Kota Jumlah Penyuluh

     PNS CPNS Honorer THL Jumlah

    1. Kota Mataram 25 - - 18 43

    2. Lombok Barat 142 - - 14 156

    3. Lombok Tengah 115 1 - 29 145

    4. Lombok Timur 169 - 3 34 206

    5. Sumbawa Barat 47 14 - 3 64

    6. Sumbawa 108 9 - 24 141

    7. Dompu 67 2 - 17 86

    8. Bima 91 8 39 34 172

    9. Kota Bima 25 - - 20 45

    10. Provinsi 21 - - - 21

    NTB 810 34 42 193 1.079

    Tabel Lampiran 4. Perkembangan luas tanam dan produksi komoditi Tanaman

    Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008

  • 8/16/2019 Issengko gg4

    14/16

     Makalah Utama 103

      Pangan Propinsi NTB Tahun 2007, berdasarkan Angka

     Ramalan III Daerah.

    No. KomoditiLuas Tanam

    (Ha)

    Luas Panen

    (Ha)

    Produktivitas

    (Ku/Ha)

    Produksi

    (Ton)

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    Padi

    Jagung

    Kedelai

    Kac.Tanah

    Kac.Hijau

    Ubi Kayu

    Ubi Jalar

    355.780

    50.509

    61.400

    26.659

    27.960

    7.332

    1.219

    327.791

    40.800

    55.805

    24.907

    44.415

    7.373

    1.081

    45,83

    27,99

    12,13

    12,82

    9,31

    117,86

    114,56

    1.502.720

    114.202

    67.682

    31.941

    41.331

    86.899

    12.384

    Tabel Lampiran 5a. Sasaran Indikatif Luas Tanam Komoditi Tanaman Pangan

     Melalui Program Intensifikasi dan Perluasan Areal Tanam MT

     2007 / 2008 dan MT 2008 Di Provinsi. NTBNo Komoditi MT. 2007/ 2008

    (Okt-Mar)

    MT. 2008

    (Apr-Sep)

    Total

    (Ha)

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    Padi

    Padi sawah

    Padi ladang

    Jagung

    Kedelai

    Kc. Tanah

    Kc. Hijau

    Ubi Kayu

    Ubi Jalar

    281.936

    233.643

    48.293

    42.362

    33.689

    15.341

    23.741

    7.348

    676

    75.538

    75.336

    -

    14.183

    66.603

    21.210

    26.898

    1.248

    1.746

    357.474

    121.351

    48.293

    55.545

    100.292

    36.551

    50.639

    8.632

    2.422

    Tabel Lampiran 5b. Sasaran Indikatif Luas Panen, Produktivitas dan Produksi

    Tanaman Pangan Tahun 2008 di Provinsi NTB

    No Komoditi Luas Panen

    ( Ha )

    Produktivitas

    (Ku/Ha)

    Produksi

    (Ton)

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.6.

    7.

    8.

    9.

    Padi

    Padi sawah

    Padi ladang

    Jagung

    KedelaiKc.Tanah

    Kc. Hijau

    Ubi kayu

    Ubi Jalar

    343.196

    295.039

    48.158

    53.412

    95.98534.860

    49.311

    8.340

    2.341

    50,07

    52,59

    34,59

    33,43

    12,9013,27

    8,45

    116,88

    115,08

    1.718.274

    1.551.704

    166.570

    178.577

    123.86046.250

    41.689

    97.481

    26.937

    Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008

  • 8/16/2019 Issengko gg4

    15/16

     Makalah Utama 104

    Tabel Lampiran 6. Keragaan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) per

     Kabupaten/Kota se Provinsi. NTB Tahun 2007

    No Kab/Kota Sumber dana pengadaan Alsintan

    SKR PKPN SPL APBN

    Murni

    APBN JUMLA

    H

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.9.

    Kota Mataram

    Lombok Barat

    Lombok Tengah

    Lombok Timur

    Sumbawa

    Sumbawa Barat

    Dompu

    BimaKota Bima

    0

    1

    7

    6

    3

    0

    5

    50

    2

    6

    26

    12

    6

    2

    28

    153

    0

    8

    12

    8

    24

    5

    18

    140

    0

    4

    1

    0

    2

    1

    1

    00

    0

    0

    0

    0

    1

    0

    0

    00

    2

    19

    46

    26

    36

    8

    52

    343

    NTB 27 100 89 9 1 226

    Sumber: Dinas Pertanian Provinsi NTB Tahun 2007

    Keterangan: SKR = Second Kennedy Round

    SPL = Sector Programe Loan

    PKPN = Proyek Ketahanan Pangan (Gema Palagung)

    APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    Tabel Lampiran 7. Dukungan Sektor Pertanian dalam Pengembangan Kawasan

     Agropolitan Provinsi Nusa Tenggara Barat.

    Dompu Sumbawa Lotim Loteng

    I. Bantuan Benih/bibit

    - Mangga 10.000 16.450 Phn*) - 3.450 Phn

    - Manggis - - - 4.000 Phn

    - Pisang - 3.300 Phn - 3.500 Phn

    - Durian - - - 4.250 Phn

    - Sawo - 600 Phn - -

    - Kc. Panjang 40 Kg 20 Kg - -

    - Kc. Hijau - 200 Kg - -

    - Cabe 950 Gr 375 Gr - -

    - Tomat 950 Gr 375 Gr - -

    II.

    - Mesin Pembuat tahu 1 Unit - - -

    - Mesin tepung beras - 2 Unit 4 Unit 1

    - Alat pencetak dodol - - 1 Unit -

    - Food Table Seller - - 1 Unit -

    - Alat Sablon (packing) - - - -

    III. - - 100 PersilSetifikasi Lahan

    Bentuk DukunganNo.Lokasi Agropolitan

    Bantuan Peralatan Pengolahan

    Hasil

     

    Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008

  • 8/16/2019 Issengko gg4

    16/16

     Makalah Utama 105

    Tabel Lampiran 8. Pembangunan infrastruktur dan sarana pendukung agribisnis

     dalam TA 2007

     No.

    PENGELOLAAN

    LAHAN Vol

    PENGELOLAAN

    AIR Vol

    PERLUASAN

    AREAL Vol

    1. Jalan Usahatani 29 kmPadat Karya Pemb.Embung

    13unit

    SID Pembukaanlahan utk Horti 210 ha

    2. Reklamasi lahan

    1200

    ha Pompa air

    14

    unit

    Konstruksi

     pembukaan lahan

    horti 210 ha

    3.

    Sertifakasi lahan

    & pembinaan

    5112

     persil Sprinkler

    8

    unit

    Saprodi pembukaan

    lahan horti 210 ha

    4.

    Saprodi

    optimalisasi lahan

    1016

    ha

    Irigasi air tanah

    dangkal

    20

    unit

    5.

    Saprodi reklamasi

    lahan

    1200

    ha

    Irigasi air tanah

    dalam

    2

    unit

    6.

    Denfarm

    Usahatani 1 giat

    Usahatani konservasi

    TPH

    10

    unit

    7.

    Konservasi

    Usahatani TPH 1 unit

    Pembangunan

    embung

    13

    unit

    8.

    Pemb/rehab

     jar.irigasi/JUT/gorong

    3

    unit

    9. Pemb. Check Dam

    1

    unit

    Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008