9
ASKEP KLIEN DENGAN HAMBATAN INTERAKSI SOSIAL I. KONSEP DASAR PENYAKIT A. PENGERTIAN INTERAKSI SOCIAL Menurut H. Bonner dalam bukunya yang berjudul Sosial Psychology, mengemukakan bahwa : Interaksi social adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah dan memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Dengan demikian antara individu yang berinteraksi senantiasa merupakan hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi secara timbal balik pula. B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENDASARI BERLANGSUNGNYA INTERAKSI SOCIAL Interaksi dari : - Faktor imitasi - Faktor sugesti - Faktor identifikasi - Faktor simpati Kelangsungan interaksi social ini, sekalipun dalam bentuknya yang sederhana, ternyata merupakan proses yang kompleks, ternyata ada beberapa factor yang mendasari kelangsungan interaksi social. Adapun factor-faktor yang mendasarinya adalah sebagai berikut :

ISOS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

isos

Citation preview

Page 1: ISOS

ASKEP KLIEN DENGAN

HAMBATAN INTERAKSI SOSIAL

I. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. PENGERTIAN INTERAKSI SOCIAL

Menurut H. Bonner dalam bukunya yang berjudul Sosial Psychology,

mengemukakan bahwa : Interaksi social adalah suatu hubungan antara dua atau lebih

individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah dan

memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

Dengan demikian antara individu yang berinteraksi senantiasa merupakan hubungan

timbal balik dan saling mempengaruhi secara timbal balik pula.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENDASARI BERLANGSUNGNYA INTERAKSI

SOCIAL

Interaksi dari :

- Faktor imitasi

- Faktor sugesti

- Faktor identifikasi

- Faktor simpati

Kelangsungan interaksi social ini, sekalipun dalam bentuknya yang sederhana,

ternyata merupakan proses yang kompleks, ternyata ada beberapa factor yang

mendasari kelangsungan interaksi social.

Adapun factor-faktor yang mendasarinya adalah sebagai berikut :

1. Faktor Imitasi :

Pada mulanya seluruh kehidupan social berawal dari proses imitasi. Misalnya

saja kita amati bagaimana seorang anak belajar berbicara, mula-mula ia seakan-

akan mengimitasi dirinya sendiri, ia mengulang-ulang bunyi kata-kata seperti : ba-

ba-ba atau la-la-la yang bertujuan untuk melatih fungsi lidah dan mulutnya untuk

berbicara. Kemudian ia mengimitasi orang lain, biasanya dari orang yang terdekat

lebih dahulu yaitu ibunya, untuk mulai mengucapkan kata-kata dan kalimat yang

ia dengar dan ia mulai mengartikan kata-kata dan mengimitasinya dari orang lain.

Page 2: ISOS

Sebelum seseorang mengimitasi suatu hal terlebih dahulu haruslah terpenuhi

beberapa syarat, yaitu :

a. Minat perhatian yang cukup besar akan hal tersebut.

b. Sikap menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang diimitasi.

c. Dapat juga orang-orang mengimitasi suatu pandangan atau tingkah laku

karena hal itu mempunyai penghargaan social yang tinggi.

Jadi seseorang mungkin mengimitasi sesuatu karena ingin memperoleh

penghargaan social didalam lingkungannya. Jadi sebenarnya imitasi merupakan

suatu segi dari proses interaksi social yang menerangkan mengapa dan bagaimana

dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku.

2. Faktor sugesti

Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi social hampir

sama, bedanya ialah bahwa dalam imitasi seseorang mengikuti sesuatu diluar

dirinya, sedangkan pada sugesti adalah dimana seseorang memberikan pandangan

atau sikap dari dirinya lalu diterima pleh orang lain.

Rumusan sugesti dalam ilmu jiwa social adalah : proses dimana seorang

individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku

dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.

Persyaratan yang memudahkan sugesti terjadi pada seseorang yaitu :

a. Sugesti karena hambatan berfikir

Hal ini sering terjadi pada orang yang telah berfikir atau pada seseorang

yang sedang mengalami rangsangan-rangsangan emosional, sehingga proses

sugesti yang terjadi pada orang tersebut secara langsung menerima tanpa

mempertimbangkan terlebih dahulu segala pengaruh atau pandangan-

pandangan dari orang lain.

b. Sugesti karena pikiran terpecah-pecah {disosiasi}.

Sugesti mudah terjadi juga pada orang-orang yang sedang mengalami

pemikiran yang terpecah-pecah. Hal ini dapat terjadi, misalnya pada seseorang

yang mengalami kebingungan karena dihadapkan pada kesulitan-kesulitan

hidup yang terlalu komplek, sehingga ia lebih mudah terkena oleh sugesti

orang lain yang mengetahui jalan keluarnya dari kesulitan-kesulitan yang ia

hadapi tersebut.

Page 3: ISOS

c. Sugesti karena otoritas atau prestise.

Proses sugesti cendrung terjadi pada orang-orang yang sikapnya menerima

pandangan-pandangan tertentu dari seseorang yang memiliki keahlian tertentu,

sehingga dianggap otoritas dalam keahlian tersebut atau dari seseorang yang

mempunyai prestise social yang tinggi.

d. Sugeti karena mayoritas.

Dalam hal ini orang banyak kerap kali cendrung akan menerima suatu

pandangan atau ucapan itu disokong oleh mayoritas oleh sebagian besar dari

golongannya, kelompoknya atau masyarakatnya. Mereka cenderung untuk

menerima pandangan itu tanpa pertimbangan lebih lanjut, karena kalau

kelompok atau golongan sudah berpendapat demikian, ia pun rela ikut

berpendapat demikian pula.

e. Sugesti karena “well to believe”

Yang terjadi dalam sugesti ini adalah diterima suatu sikap, pandangan

karena sikap atas pandangan itu sebenarnya sudah terdapat padanya, tetapi

dalam keadaan terpendam. Dalam hal ini isi dari sugesti akan diterima tanpa

pertimbangan lebih lanjut karena pada orang yang bersangkutan sudah

terdapat suatu kesediaan.Untuk lebih sadar dan yakin akan hal-hal yang

sebenarnya sudah terdapat padanya. 7D4E0207

3. Faktor Identifikasi

Identifikasi adalah sebuah istilah dari psikologi Sigmund Freud, diman

menjelaskan bahwa cara-cara seseorang anak belajar norma-norma social dari

orang tuanya. Hal tersebut mulai pada umur kurang lebih 5 tahun anak mulai

menyadari bahwa dalam kehidupan itu ada norma-norma dan peraturan-peraturan

yang harus dipenuhi, dan yang harus ia pelajari.

Pertama-tama ia mempelajarinya karena mendapat didikan dan arahan dari

orangtuanya, biasanya anak lelaki terhadap ayahnya dan anak perempuan kepada

ibunya. Identifikasi itu berarti kecenderungan atau keinginan dalam diri anak

untuk menjadi sama seperti kedua orang tuanya.

Proses terjadinya identifikasi :

- Berlangsung secara tak sadar {dengan sendirinya}.

- Secara irasional berdasarkan perasaan-perasaan.

- Berkembang bahwa identifikasi berguna untuk melengkapi system norma dan

cita-cita.

Page 4: ISOS

Setelah masa pubertas, paling banyak melakukan identifikasi dengan orang

lain dari pada orang tuanya, mulai melepaskan identifikasinya dengan orang tua

dan mencapai norma kehidupan sendiri. Tetapi pada manusia dewasa kerap kali

akan mengidentifikasinya dirinya dengan anak-anak {orang yang lebih muda}

sehingga terjadi suatu kondisi yang timbal balik, yang merupakan cirri khas dalam

interaksi social. Disini jelas bahwa interaksi hubungan social yang berlangsung

pada identifikasi itu lebih mendalam daripada hubungan yang berlangsung melalui

proses-proses sugesti maupun imitasi.

4. Faktor Simpati

Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang terhadap

orang lain yang timbul atas dasar penilaian perasaan. Pada simpati dorongan

utama adalah ingin mengerti dan ingin kerja sama dengan orang lain, sedangkan

pada identifikasi dorongan utamanya adalah ingin mengikuti, meniru jejak orang

lain yang dianggap ideal bagi dirinya.

Jenis-jenis situasi social.

Situasi social adalah suatu situasi dimana terdapat saling hubungan antara manusia

yang satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain tiap-tiap situasi social dimana terjadi

interaksi social disebut situasi social. Menurut seorang ahli bernama M. Sherif situasi

social itu dapat dibagi kedalam 2 golongan utama, yaitu :

1. Situasi kebersamaan.

2. Situasi kelompok social.

Faktor yang menentukan berlangsungnya interaksi social.

Salah satu cara seseorang melakukan interaksi social yaitu dengan menggunakan

komunikasi antar individu atau komunikasi secara interpersonal.

Adapun factor-faktor untuk menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik

adalah sebagai berikut :

1. Adanya rasa percaya

Faktor rasa percaya merupakan hal yang penting pengaruhnya terhadap

komunikasi interpersonal. Secara ilmiah percaya didefinisikan sebagai :

mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang

pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko.{Eiffin, 1967:224-

234}.

Definisi diatas menyebutkan tiga unsure percaya :

Page 5: ISOS

a. Ada situasi yang menimbulkan resiko.

b. Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari

bahwa akibat-akibatnya bergantung pada perilaku orang lain.

c. Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya.

Ada beberapa factor yang dapat menumbuhkan rasa percaya :

a.Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai

dan berusaha mengendalikan.

b. Empati adalah factor kedua yang menumbuhkan sikap percaya diri orang

lain.

c.Kejujuran adalah factor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya.

2. Sikap suportif.

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap melindungi diri dalam

komunikasi yang terjadi dalam interaksi social. Seorang ahli yang bernama Jack

R. Gibb mengemukakan 6 perilaku yang menimbulkan perilaku suportif. Hasil

penelitiannya bahwa sering orang menggunakan perilaku defensif, makin besar

kemungkinan komunikasi menjadi defensif.

Iklim Defensif antara lain adalah :

a. Evaluasi.

b. Kontrol.

c. Strategi.

d. Netralitas.

e. Superioritas.

f. Kepastian.

Iklim Suportif antara lain adalah :

a. Deskripsi.

b. Orintasi masalah.

c. Spontanitas.

d. Empati.

e. Persamaan.

f. Profesinalisme.

3. Sikap Terbuka

Sikap terbuka amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi

interpersonal yang efektif.

Perbedaan karakteristik orang yang terbuka dengan orang yang tertutup :

Page 6: ISOS

Sikap terbuka :

a. Menilai pesan secara objektif dengan menggunakan data dari keajegan

logika.

b. Membedakan dengan mudah melihat nuansa.

c. Berorintasi pada isi.

d. Mencari informasi dari berbagai sumber.

e. Lebih bersifat professional dan bersedia mengubah kepercayaannya.

Sikap tertutup :

a. Menilai pesan berdasarkan motif-motif pribadi.

b. Berfikir simplitis { berfikir hitam putih tanpa nuansa }

c. Bersandar lebih banyak pada sumber pesan daripada isi pesan.

d. Mencari informasi tentang kepercayaan orang dari sumbernya sendiri.

e. Secara kaku mempertahankan dan memegang teguh system kepercayaannya

f. Menolak, mengabaikan, menolak pesan yang tidak konsisten dengan system

kepercayaannya.