Upload
others
View
6
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
SENYAWA FLAVONOID FRAKSI METANOL DAN FRAKSI ASETON
DAUN TANAMAN ADAM HAWA (Rhoeo discolor (L'Hér.) Hance)
DENGAN METODE 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl (DPPH)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Deriven Samurai Teweng
NIM : 138114046
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya persembahkan skripsi ini untuk Tuhan Yesus yang telah
membimbing setiap langkah hidup dan pekerjaan saya dan selalu berada di
manapun saya berada Papa, Mama, Kakak, Sahabat yang selalu mendukung saya
dari jauh. Teman-teman tercinta yang selalu memberikan motivasi, menjadi
tempatcurahan hati dalam senang ataupun sedih, dan selalu menemani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v PRAKATA ....................................................................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ viii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ x DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii ABSTRAK ....................................................................................................... xiii ABSTRACT ....................................................................................................... xiv PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 METODE PENELITIAN ................................................................................. 2 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 5 KESIMPULAN ................................................................................................ 13 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14 LAMPIRAN ..................................................................................................... 16 BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR TABEL
Tabel I. Nilai Rf yang dihasilkan pada KLTP............................................ ..........7
Tabel II. Identifikasi Senyawa Flavonoid Isolat Fraksi Metanol................. ..........8
Tabel III. Identifikasi Senyawa Flavonoid Isolat Fraksi Aseton................... ..........8
Tabel IV. Nilai IC50 antara Rutin, Fraksi Aseton dan Fraksi Metanol...................12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Dasar Antosianidin...................................................................8
Gambar 2. Struktur Antosianidin Memiliki Aktivitas Antioksidan.........................9
Gambar 3. Reaksi antara Senyawa Antosianidin dan DPPH...................................9
Gambar 4. Grafik Konsentrasi Rutin terhadap Persen Hambat (%IC)..................10
Gambar 5. Grafik Konsentrasi Fraksi Metanol terhadap Persen Hambat (%IC) ..11
Gambar 6. Grafik Konsentrasi Fraksi Aseton terhadap Persen Hambat (%IC).....11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Tanaman Adam Hawa ............................................................... ........16 Lampiran 2.Determinasi Tanaman Adam Hawa ........................................... ........17 Lampiran 3.Sampel Daun Adam Hawa ........................................................ ........18 Lampiran 4.Ekstrasi dan Fraksinasi .............................................................. ........18 Lampiran 5.Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid .............................. ........20 Lampiran 6.Uji Aktivitas Antioksidan (DPPH) ............................................ ........23 Lampiran 7.Hasil Uji Statistik....................................................................... ........35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
Abstrak
Senyawa antioksidan adalah senyawa yang dapat menstabilkan radikal bebas.
Daun adam hawa (Rhoeo discolor (L'Her.) Hance.) yang berwarna ungu diduga
mengandung senyawa flavonoid yaitu antosianidin sebagai senyawa antioksidan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis antosianidin dan aktivitas antioksidan
yang dinyatakan sebagai nilai IC50 pada fraksi metanol dan aseton ekstrak etanol
96% daun adam hawa. Serbuk simplisia daun adam hawa dimaserasi dengan
etanol 96% dan diremaserasi hingga hasil filtrat jernih. Ekstrak etanol 96%
difraksinasi dengan metode dekantasi menggunakan pelarut n-heksan, aseton dan
metanol. Fraksi aseton dan metanol yang diperoleh diisolasi dengan KLT
preparatif dengan fase diam silika gel 60 F254 dan fase gerak n-butanol: asam
asetat : air (4:1:5). Isolat diidentifikasi senyawa antosianidin dengan pereaksi
geser dan diuji aktivitas antioksidan untuk mendapatkan nilai IC50 fraksi dengan
metode 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl (DPPH). Fraksi metanol diduga terdapat
senyawa antosianidin yaitu malvidin dengan nilai IC50 yaitu 827,805 ± 32,710
µg/mL sedangkan fraksi aseton diduga terdapat senyawa antosianidin yaitu
pelargonidin/peonidin dengan nilai IC50 yaitu 790,159 ± 29,623 µg/mL. Hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa fraksi metanol dan aseton ekstrak etanol 96%
daun adam hawa mengandung senyawa antosianidin dan memiliki aktivitas
antioksidan.
Kata Kunci : Adam Hawa, Rhoeo discolor (L'Hér.) Hance, antosianidin, DPPH,
IC50.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Abstract
Antioxidant compound is compound that can stabilize free radicals. Adam and eve
(Rhoeo discolor (L'Her.) Hance.) leaf has purple colour which it contain flavonoid
compound that are anthocyanidin as an antioxidant compound. This study aims to
determine the type of anthocyanidin and antioxidant activity expressed as IC50
value in methanol and acetone fraction at 96% ethanol extract of the leaves Adam
and eve. It’s simplicia powder leaves macerated with 96% ethanol and
remaserated until a clear filtrate result. 96% ethanol extract was fracted with
solvent n-hexane, acetone and methanol. Acetone and methanol fraction obtained
was isolated by preparative TLC with silica gel 60 F254 stationary phase and n-
butanol: acetic acid: water (4: 1: 5) mobile phase. Isolates were identified
compounds with reagents and tested the antioxidant activity of fractions to obtain
IC50 value by 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl (DPPH) method. Methanol fraction
contain anthocyanidin compound which it estimated malvidin with IC50 value is
827.805 ± 32.710 µg/mL and acetone fraction anthocyanidin compound which it
estimated pelargonidin / peonidin with IC50 value is 790.159 ± 29.623 µg/mL.
The results showed that methanol and acetone fraction 96% ethanol extract of the
leaves adam and eve contain anthocyanidin compound have antioxidant activity.
Keywords: Adam and eve, Rhoeo discolor (L'Her.) Hance, anthocyanidin, DPPH,
IC50.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Perubahan yang terjadi pada kondisi lingkungan dan pola hidup masyarakat,
terutama pola makan dan kebiasaan buruk di kota-kota besar pada negara berkembang
seperti Indonesia menjadikan tubuh lebih mudah terkena berbagai jenis penyakit,
khususnya penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas. Radikal bebas tersebut dapat
menyebabkan timbulnya penyakit degenertif seperti kanker, penyakit kardiovaskular,
kerusakan hati dan penuaan dini (Musaforah, 2015).
Senyawa yang dapat menstabilkan radikal bebas tersebut ialah senyawa
antioksidan. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai sumber antioksidan ialah
adam hawa (Rhoeo discolor (L'Hér.) Hance). Adam hawa termasuk dalam famili
Commelinaceae dan suku gawar-gawaran yang berasal dari Meksiko dan Hindia Barat.
Tanaman ini sering ditanam sebagai tanaman hias karena daunnya yang berwarna
keunguan dan dikenal juga digunakan sebagai etnobotani, yang mungkin dikaitkan dengan
antibakteri dan antioksidan (Tan et al.,2014).
Berdasarkan penelitian Avila et al. (2003), melakukan uji aktivitas antioksidan
DPPH ekstrak etanol 96% daun adam hawa dengan konsentrasi 1, 10, dan 100 µg/mL
dengan masing-masing persen hambat yaitu 67, 68, dan 79%. Penelitian Sitorus et al.
(2012) melakukan isolasi dengan KLT preparatif dan identifikasi senyawa flavonoid pada
ekstrak etanol 95% daun adam hawa serta senyawa flavonoid yang diperoleh adalah
antosianidin. Antosianidin merupakan aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin
dihidrolisis dengan asam. Antosianidin ini larut dalam metanol, etanol, aseton, atau
kloroform (Harborne, 1996).
Ekstrak yang diperoleh masih mengandung banyak senyawa didalamnya sehingga
perlu dilakukan pemisahan (fraksinasi). Oleh karena itu, ekstrak etanol 96% daun adam
hawa akan dilakukan fraksinasi dengan metode dekantasi menggunakan pelarut n-heksan,
aseton dan metanol. Setelah mendapat fraksi aseton dan metanol, dilakukan isolasi dengan
KLT preparatif. Hasil isolasi akan diidentifikasi menggunakan pereaksi geser dan diuji
aktivitas antioksidan pada fraksi yang mengandung antosianidin dengan metode DPPH.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis antosianidin dan aktivitas antioksidan
(IC50) fraksi aseton dan metanol ekstrak etanol 96% daun adam hawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun adam hawa (CV. Merapi
Farma Herbal) diambil pada bulan Agustus 2016 sebagai bahan utama, metanol pro
analisis (E.Merck), AlCl3 5% (E.Merck), NaOH 2M (E.Merck), dan HCl (E.Merck), etanol
96% (CV. General Labora), n-heksan teknis (CV. General Labora), aseton teknis (CV.
General Labora), alumunium foil, DPPH (Aldrich), lempeng KLT Silika Gel 60 F254
(E.Merck), rutin (Sigma), n-butanol (E.Merck), asam asetat (E.Merck), dan aquadest (CV.
General Labora).
Alat yang digunakan meliputi Shaker (Innova TM 2100), vortex (Janke &
Kunkel), spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UVmini-1240 single beam A10935105039
CD, mikropipet (20-200) µL (Acura 825, Socorex), UV cabinet (CAMAG), timbangan
analitik METTLER TOLEDO (max 3100 g, min 0,5 g), timbangan analitik OHAUS (max
210 g, min 0,0001 g), vakum penguap putar (vaccum rotary evaporator) (Buchi R-
210,Jerman), Oven (Memmert 30-1060), ayakan no. mesh 40, blender, sentrifugator (PLC-
03), waterbath, peralatan gelas.
Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman adam hawa menggunakan seluruh bagian tanaman (daun,
batang, akar, bunga dan buah) yang dilakukan secara benar berdasarkan buku acuan Flora
Untuk Sekolah di Indonesia Tahun 1992 yang terdapat di Laboratorium Kebun Obat
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, untuk proses determinasi
dibantu oleh tenaga ahli (determinator).
Pengumpulan Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan adalah daun tanaman adam hawa yang diperoleh dari
CV. Merapi Farma, Yogyakarta. Daun yang diambil yaitu daun tua (bukan daun kuning).
Daun dipetik satu persatu secara manual. Kriteria daun yang digunakan yaitu daun utuh,
segar, berbentuk pedang dengan panjang 15 - 30 cm dan lebar 2,5 - 5,5 cm, ujung daun
runcing, permukaan daun gundul serta warna daun di permukaan atas hijau dan di bagian
bawah berwarna merah ungu.
Pembuatan Simplisia
Daun adam hawa yang diperoleh dari CV. Merapi Herbal Farma, ditimbang
kurang lebih 1 kg kemudian disortasi basah. Hasil sortasi dicuci dan ditiriskan sampai sisa
air menghilang serta dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Daun adam hawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dikeringkan dalam oven dengan bantuan blower pada suhu 40ºC. Daun adam hawa
dikatakan kering jika daun dapat hancur ketika diremas dengan tangan. Daun adam hawa
yang telah dikeringkan kemudian diserbuk menggunakan blender, lalu diayak
menggunakan ayakan nomor mesh 40.
Ekstraksi Daun Tanaman Adam Hawa
Serbuk kering daun adam hawa ditimbang kurang lebih 50 g kemudian dimaserasi
dengan pelarut etanol 96% sebanyak 250 mL. Maserasi meliputi pengadukan selama 6 jam
dengan shaker, kemudian didiamkan selama 18 jam. Hasil maserat dan sisa serbuk
dipisahkan. Sisa serbuk dimaserasi kembali dengan pelarut etanol 96% hingga filtrat hasil
maserasi jernih. Hasil maserat digabung dan dipekatkan dengan vaccum rotary evaporator
pada suhu kurang lebih 40ºC. Kemudian ekstrak dipekatkan kembali dengan waterbath
hingga bobot tetap sehingga diperoleh ekstrak kental etanol 96% dan dihitung
rendemennya.
Fraksinasi Ekstrak Daun Tanaman Adam Hawa
Ekstrak etanol 96% kental ditimbang kurang lebih 5 g, ekstrak dibagi menjadi dua
dan masing-masing 2,5 g ekstrak ditambahkan dengan n-heksan sebanyak 50 mL,
kemudian dipisahkan antara yang larut dan tidak larut dalam n-heksan. Ekstrak yang tidak
larut dalam n-heksan ditambahkan 50 mL pelarut aseton, dipisahkan antara yang larut dan
tidak larut dalam aseton. Ekstrak yang larut dalam aseton disebut fraksi aseton. Ekstrak
yang tidak larut dalam aseton ditambahkan 50 mL metanol, dipisahkan antara yang larut
dan tidak larut dalam metanol. Ekstrak yang larut dalam metanol disebut fraksi metanol.
Masing-masing hasil fraksi aseton dan metanol digabung dan dipekatkan dengan vaccum
rotary evaporator pada suhu kurang lebih 40oC. Kemudian tiap fraksi dipekatkan kembali
dengan waterbath hingga bobot tetap dan dihitung rendemennya.
Isolasi Fraksi
Pada isolasi dengan KLT preparatif digunakan plat silika gel 60 F254 dengan
ukuran 10 cm x 20 cm. Plat KLT diaktifasi dengan cara dipanaskan pada suhu 100 ºC
selama 1 jam dalam oven. Masing-masing fraksi aseton dan fraksi metanol ditimbang 100
mg dilarutkan dengan 10 mL etanol 96%, kemudian larutan fraksi diinjeksikan 25,0 µL
dengan mikropipet sepanjang plat pada jarak 1 cm dari garis bawah dan 1 cm dari garis
tepi serta 1 cm antar spot. Selanjutnya dielusi dengan fase gerak n-butanol : asam asetat :
air (BAA) (4:1:5). Setelah fase gerak sampai pada garis batas, elusi dihentikan. Pita yang
terbentuk masing-masing diukur harga Rf nya. Pita-pita diperiksa di bawah sinar UV pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
254 nm dan 366 nm. Pita-pita yang diperoleh dari hasil KLT preparatif dikerok pada fase
diam yang telah dielusikan, lalu serbuk dilarutkan dengan metanol p.a. sebanyak 10 mL
dan disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 5000 rpm untuk mengendapkan fase
diamnya (silika gel), lalu supernatannya diambil sebagai isolat.
Identifikasi Senyawa Flavonoid Isolat
Isolat yang didapatkan dari masing-masing fraksi aseton dan fraksi metanol
diidentifikasi dengan spektrofotometer UV-Vis. Setiap isolat dari fraksi aseton dan fraksi
metanol diambil 1 - 2 mL, kemudian diukur pada panjang gelombang dengan rentang 200-
600 nm. Bila spektrum panjang gelombang menunjukkan spektrum khas flavonoid pada
pita II (240-285) nm dan pita I (300-550) nm (Harbone,1996), isolat ditambahkan larutan
pereaksi geser seperti AlCl3 5% (6 tetes)/HCl (3 tetes) dan NaOH 2M (3 tetes) secara
bergantian kemudian diukur panjang gelombangnya (λ).
Uji Aktivitas Antioksidan
Uji pendahuluan (penentuan panjang gelombang DPPH dan operating time (OT))
Larutan DPPH dibuat dengan konsentrasi 40 µg/mL, kemudian larutan DPPH
diukur spektrum serapan menggunakan spektrofotometer UV/Vis pada panjang gelombang
400 nm hingga 600 nm dan ditentukan panjang gelombang maksimalnya (λmaks).
Setelah didapatkan λmaks, larutan DPPH 3,8 mL dimasukkan dalam tabung
ditambah 0,2 ml larutan standar rutin dengan masing-masing pada tiga tingkat konsentrasi
yaitu tinggi, sedang dan rendah yaitu 10 ; 30 ; 50 µg/mL pada titik waktu 0; 5; 10; 15; 20;
25; 30; 35; 40; 45; 50; 55 dan 60 menit pada panjang gelombang maksimum yang telah
diperoleh serta ditentukan operating time yang menunjukkan penurunan absorbansi yang
tidak signifikan (stabil).
Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Metanol, Fraksi Aseton dan Rutin
Fraksi metanol ditimbang 100,0 mg dan dilarutkan dalam 10,0 mL metanol p.a
hingga homogen (konsentrasi 10.000 µg/mL). Larutan fraksi diambil masing-masing 0,2;
0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 mL dimasukkan kedalam labu ukur 10,0 mL dan ditambahkan
volumenya dengan metanol p.a hingga batas tanda (konsentrasi 200; 400; 600; 800; dan
1.000 µg/mL). Fraksi aseton ditimbang 60,0 mg dan dilarutkan dalam 10,0 mL metanol p.a
hingga homogen (konsentrasi 6000 µg/mL). Larutan fraksi diambil masing-masing 0,3;
0,6; 0,9; 1,2 dan 1,5 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 mL dan ditambahkan
volumenya dengan metanol p.a hingga batas tanda (konsentrasi 180; 360; 540; 720 dan 900
µg/mL).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Rutin digunakan sebagai baku pembanding, rutin ditimbang 10,0 mg dan dilarutkan
dalam 10 mL metanol p.a hingga homogen (konsentrasi 1.000 µg/mL). Larutan rutin
diambil masing-masing 0,2; 0,4; 0,6; 1; 1,4 mL, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur
10 mL dan ditambahkan volumenya dengan metanol p.a hingga batas tanda (konsentrasi
20; 40; 60; 80; dan 100 µg/mL). Dari masing-masing konsentrasi larutan uji tiap fraksi
diambil 0,2 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan 3,8 mL DPPH 0,02
mg/mL, divortex hingga homogen, didiamkan selama OT dan diukur serapannya pada
panjang gelombang yang telah ditentukan. Pembanding rutin dilakukan pengujian yang
sama seperti pada fraksi. Dilakukan replikasi tiga kali.
Tata Cara Analisis Hasil
Hasil Uji Aktivitas Antioksidan
Untuk mendapatkan nilai IC50 berdasarkan presentase hambat terhadap radikal DPPH dari
masing-masing konsentrasi larutan sampel dengan rumus :
% hambat = ((abs kontrol – abs sampel) / abs kontrol) x 100%
(Marinova and Batchvarov, 2011).
Keterangan :
Abs kontrol : absorbansi larutan kontrol
Abs sampel : absorbansi larutan uji fraksi atau absorbansi rutin
Kemudian nilai IC50 yang didapat akan dilakukan uji normalitas Shapiro-wilk
taraf kepercayaan 95% dan uji T tidak berpasangan (terdistribusi normal) menggunakan
aplikasi R 3.2.4 untuk menentukan signifikansi perbedaan nilai IC50 fraksi metanol dan
fraksi aseton daun adam hawa yang diperoleh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi dilakukan untuk menentukan jenis tanaman yang digunakan dalam
penelitian. Hal itu dikarenakan tanaman memiliki berbagai jenis varietas. Hasil determinasi
menyimpulkan bahwa tanaman adam hawa yang digunakan adalah benar tanaman adam
hawa dengan nama ilmiah Rhoeo discolor (L'Hér.) Hance. Daun adam hawa yang telah
dikumpulkan dan ditimbang sebanyak 1 kg, kemudian daun dilakukan sortasi basah
bertujuan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing yang melekat pada permukaan
daun. Kemudian daun dicuci dengan air bersih mengalir untuk menghilangkan kotoran atau
benda asing yang masih terdapat pada permukaan daun dan daun dipotong menjadi
beberapa bagian untuk mempercepat proses pengeringan. Proses pengeringan selama 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
hari menggunakan oven dengan bantuan blower untuk mengoptimalkan proses
pengeringan.
Setelah kering, daun adam hawa diserbuk dengan blender untuk memperkecil
ukuran serbuk kemudian diayak dengan ayakan mesh no.40 untuk menghomogenkan
ukuran serbuk. Dalam penelitian Sapri, Fitriani dan Narulita (2014), nomor mesh ayakan
yang digunakan mempengaruhi rendemen ekstrak yang diperoleh. Serbuk simplisia yang
diperoleh 49,49 g dengan rendemen sebesar 4,797 %b/b. Nilai rendemen serbuk kecil
diduga karena kandungan air yang tinggi dalam daun adam hawa.
Maserasi merupakan metode ekstraksi/ penyarian tidak menggunakan pemanasan
karena senyawa flavonoid tidak stabil pada suhu tinggi. Pelarut etanol 96% digunakan
untuk maserasi karena pelarut ini bersifat semipolar dan senyawa flavonoid larut dalam
etanol. Maserasi dibantu dengan shaker untuk meningkatkan kelarutan sehingga
mengoptimalkan proses ekstraksi. Remaserasi dilakukan untuk mendapatkan rendemen
ekstrak yang optimal. Maserat yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan vacuum
rotary evaporator. Keuntungan dari alat ini yaitu dapat mempercepat proses pemekatan
dengan panas yang tidak terlalu tinggi sehingga memperkecil kemungkinan rusaknya
senyawa flavonoid. Bobot ekstrak etanol 96% daun adam hawa yang diperoleh 7,7165 g
dengan rendemen sebesar 15,6075 %b/b.
Metode yang digunakan untuk memfraksinasi ekstrak adalah partisi padat-cair
(dekantasi). Prinsip metode dekantasi adalah pemisahan padatan dan cairan (pelarut)
berdasarkan bobot jenis (Saifudin, 2014). Ekstrak kental etanol 96% daun adam hawa
difraksinasi berturut-turut menggunakan pelarut berdasarkan tingkat kepolarannya yaitu n-
heksan (non polar), aseton (semi polar) dan metanol (polar). N-heksan digunakan untuk
menghilangkan senyawa-senyawa non polar seperti lemak dan klorofil. Pelarut aseton dan
metanol dipilih karena senyawa flavonoid terutama antosianin/antosianidin larut dalam
pelarut tersebut. Bobot fraksi metanol ekstrak etanol 96 % daun adam hawa dari dua kali
fraksinasi diperoleh 1,0944 g dengan rendemen sebesar 21,8871 %b/b. Bobot fraksi aseton
ekstrak etanol 96 % daun adam hawa dari dua kali fraksinasi diperoleh 0,3687 g dengan
rendemen sebesar 7,3737 %b/b. Hasil rendemen fraksi aseton kurang dari 10% atau lebih
kecil dari rendemen fraksi metanol diduga karena kemampuan aseton melarutkan ekstrak
etanol 96% daun adam hawa lebih rendah dari metanol.
Isolasi dilakukan dengan KLT preparatif yang bertujuan untuk memisahkan dan
memurnikan senyawa yang terdapat dalam fraksi metanol dan fraksi aseton ekstrak etanol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
96% daun adam hawa. Fase diam yang digunakan ialah plat silika gel 60 F254 yang bersifat
polar, sedangkan fase gerak yang digunakan n-butanol : asam asetat : air (4:1:5) sebagai
fase gerak bersifat sangat polar karena mengandung air. Plat KLT silika gel 60 F254
diaktifasi dengan cara di oven pada suhu 100 ºC selama 1 jam untuk menghilangkan air
yang terdapat pada plat KLT. Kepolaran fase diam dan fase gerak hampir sama, tetapi
masih lebih polar fase gerak sehingga senyawa flavonoid yang dipisahkan terangkat
mengikuti aliran fase gerak, karena senyawa flavonoid bersifat polar.
Fase gerak yang dipakai dalam KLT ialah fase gerak campuan n-butanol : asam
asetat : air (BAA) (4:1:5) yang mampu memberikan pemisahan untuk senyawa flavonoid.
Karena dari komposisinya, fase gerak tersebut bersifat sangat polar sehingga bisa
memisahkan senyawa-senyawa flavonoid yang juga bersifat polar. Pemisahan senyawa
ditandai dengan nilai Rf yang berbeda (Gandjar dan Rohman, 2007) dan berikut hasil KLT
preparatif yang disajikan pada Tabel I.
Tabel I. Nilai Rf yang dihasilkan pada KLTP
Fraksi Nilai Rf Warna Pita dengan
Sinar UV
Keterangan
Aseton
Rf1 = 0,63
Rf2 = 0,90
Rf3 = 0,98
254 nm 366 nm
-
Senyawa flavonoid
Klorofil
Abu-abu
-
Hitam
Abu-Abu
Merah
Lembayung
Merah jingga
Metanol Rf1 = 0,88
Rf2 = 0,98
-
Hitam
Biru
Merah jingga
Senyawa flavonoid
Klorofil *Ket : tanda “-“ menunjukkan pita tidak terlihat atau bukan pita
Berdasarkan Tabel I, fraksi aseton terdapat 3 pita dan fraksi metanol terdapat 2 pita.
Kemudian semua pita tiap fraksi diisolasi dan diukur panjang gelombang maksimum isolat.
Fraksi aseton isolat 1 diperoleh serapan pada 207 nm, ini diduga bukan senyawa flavonoid
karena tidak termasuk dalam spektrum khas flavonoid pada pita II (240-285) nm dan pita I
(300-550) nm. Fraksi aseton isolat 2 diperoleh serapan pada 537 nm dan 277,5 nm
sedangkan fraksi metanol isolat 1 diperoleh serapan pada 537 nm dan 275 nm, kedua isolat
ini diduga merupakan senyawa flavonoid. Fraksi aseton isolat 3 dan fraksi metanol isolat 2
memiliki nilai Rf yang sama diduga merupakan klorofil karena pita berwarna hijau tanpa
dipaparkan sinar UV. Maka senyawa flavonoid pada fraksi aseton isolat 2 dan fraksi
metanol isolat 1 diidentifikasi dengan pereaksi geser disajikan pada Tabel II dan III.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Tabel II. Identifikasi Senyawa Flavonoid Isolat Fraksi Metanol (Harbone, 1996)
Pereaksi
λ (nm) Mula-Mula Pergeseran λ
(nm) Keterangan
Pita I Pita II Pita I Pita
II
Metanol 537 275 Tetap Tetap Antosianidin/
antosianin
Metanol + NaOH 2N - - - - Nihil
Metanol + AlCl3 5% 537 - Tetap - Tidak ada o-diOH
Metanol + AlCl3 5% + HCl 537 - Tetap - Tidak ada o-diOH
Tabel III. Identifikasi Senyawa Flavonoid Isolat Fraksi Aseton (Harbone, 1996)
Pereaksi λ (nm) Mula-Mula
Pergeseran λ
(nm) Keterangan
Pita I Pita II Pita I Pita II
Metanol 537 277,5 Tetap Tetap Antosianidin/
antosianin
Metanol + NaOH 2N - 276,5 - -0,5 Nihil
Metanol + AlCl3 5% 536,5 274,5 -0,5 -3,5 Tidak ada o-diOH
Metanol + AlCl3 5% + HCl 536,5 - -0,5 - Tidak ada o-diOH
Gambar 1. Struktur Dasar Antosianidin (Miguel, 2011)
Menurut Miguel (2011), beberapa gugus pengganti yang terikat pada struktur
dasar antosianin membentuk stuktur antosianidin dan warnanya yaitu pelargonidin
(orange), sianidin (orange-merah), peonidin (orange-merah), delphinidin (biru-merah),
petunidin (biru-merah) dan malvidin (biru-merah). Dari Tabel II dan III, bahwa kedua
fraksi diduga mengandung jenis senyawa flavonoid adalah golongan antosianin/
antosianidin. Pada hasil penambahan basa NaOH 2N, panjang gelombang tidak terdeteksi
pada pita I karena antosianin/antosianidin terdegradasi atau tidak stabil pada pH basa
(Lima et al., 2011). Fraksi metanol isolat 1 diduga merupakan senyawa malvidin karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
warna pita berwarna biru (Aziz dan Djamil, 2013) dan tidak memiliki respon terhadap
AlCl3 sedangkan fraksi aseton isolat 2 diduga merupakan senyawa peonidin/ pelargonidin
karena warna pita berwarna merah lembayung dan tidak ada respon terhadap AlCl3
(Lestario et al. 2009).
Uji aktivitas antioksidan menggunakan DPPH sebagai radikal bebas reaktif yang
akan distabilkan oleh senyawa antioksidan dengan mendonorkan atom hidrogen. Senyawa
flavonoid yaitu antosianidin memiliki aktivitas antioksidan karena memiliki gugus fenolik
yang ditunjukkan pada Gambar 1. Senyawa antosianidin dapat mendonorkan atom
hidrogen ketika bereaksi dengan DPPH sehingga DPPH menjadi stabil ditunjukkan pada
Gambar 2. Aktivitas antioksidan senyawa flavonoid (antosianidin) ditandai dengan
perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning (Amic et al. 2003).
Gambar 2. Struktur Antosianidin Memiliki Aktivitas Antioksidan.
Gambar 3. Reaksi antara Senyawa Antosianidin dan DPPH.
Uji aktivitas antioksidan metode DPPH diawali dengan uji pendahuluan
menentukan panjang gelombang maksimum (λmaks) dan operating time. Panjang
gelombang maksimum digunakan karena menurut Gandjar dan Rohman (2007) pada
panjang gelombang tersebut perubahan sedikit konsentrasi akan menghasilkan perubahan
absorbansi yang signifikan sehingga pengukuran lebih peka atau sensitif. Penentuan λmaks
DPPH dengan konsentrasi 40 µg/ml didapatkan panjang gelombang maksimum sebesar
515 nm. Pada panjang gelombang tersebut DPPH memiliki serapan maksimal (Molyneux,
2004). Operating time (OT) atau waktu operasional digunakan untuk mengetahui waktu
yang dibutuhkan agar suatu reaksi berlangsung dengan optimal. Waktu operasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi
larutan DPPH setelah bereaksi dengan rutin. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali
dengan konsentrasi rutin 10, 30 dan 50 µg/mL menggunakan λmaks yaitu 515 nm.
Penggunaan tiga konsentrasi tersebut diharapkan dapat menggambarkan waktu operasional
dari konsentrasi yang berbeda. Dari data waktu operasional yang diperoleh adalah 25
menit, yang berarti penurunan absorbansi optimal DPPH setelah bereaksi dengan rutin
pada waktu 25 menit.
Rutin digunakan sebagai pembanding dalam uji aktivitas antioksidan karena rutin
termasuk dalam golongan senyawa flavonoid yang mempunyai gugus fenolik yang telah
terbukti memiliki aktivitas antioksidan sehingga dapat digunakan sebagai pembanding
(kontrol positif) dalam uji aktivitas antioksidan (Lima et al., 2011). Alasan lain digunakan
rutin adalah rutin lebih stabil dari antosianin/antosianidin (Herrero, Hernandez and Frutoz,
2015) dan antosianin/antosinidin memiliki banyak jenis di pasaran. Rutin, fraksi metanol
dan fraksi aseton dibuat dengan menyiapkan lima konsentrasi sebagai seri dan dilakukan
replikasi sebanyak tiga kali. Uji ini melihat kemampuan rutin, fraksi metanol dan aseton
ekstrak etanol 96% daun adam hawa dapat menghambat aktivitas radikal bebas DPPH
(aktivitas antioksidan) sehingga diperoleh persen hambat (%IC).
Gambar 4.Grafik Konsentrasi Rutin terhadap Persen Hambat (%IC).
20 µg/mL 40 µg/mL 60 µg/mL 80 µg/mL100
µg/mL
Replikasi 1 18,8862 33,0509 45,3995 55,0848 73,0024
Replikasi 2 16,3573 27,8422 40,9513 51,9722 67,4014
Replikasi 3 17,5991 29,7203 44,289 54,1958 72,3776
01020304050607080
%IC
r = 0,9960
r = 0,9985
r = 0,9964
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Gambar 5. Grafik Konsentrasi Fraksi Metanol terhadap Persen Hambat (%IC).
Gambar 6. Grafik Konsentrasi Fraksi Aseton terhadap Persen Hambat (%IC).
Pada Gambar grafik 1, 2 dan 3, dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi
yang digunakan, aktivitas antioksidan (%IC) yang ditimbulkan juga semakin besar. Hal ini
disebabkan karena semakin banyak pula pendonor atom untuk radikal DPPH sehingga
radikal DPPH menjadi lebih stabil.
200µg/mL
400µg/mL
600µg/mL
800µg/mL
1.000µg/mL
Replikasi 1 28,9948 33,7629 40,9794 47,8093 55,9278
Replikasi 2 27,2379 32,4808 41,9437 48,5934 60,4859
Replikasi 3 25,3298 32,8496 39,1821 46,1741 58,3113
0
10
20
30
40
50
60
70
%IC
180µg/mL
360µg/mL
540µg/mL
720µg/mL
900µg/mL
Replikasi 1 21,134 28,0928 36,9845 45,4897 54,1237
Replikasi 2 24,6803 31,9693 40,4092 46,8031 57,4169
Replikasi 3 20,7124 30,7388 38,6544 43,9314 56,3325
0
10
20
30
40
50
60
70
%IC
r = 0,9965
r = 0,9919
r = 0,9913
r = 0,9992
r = 0,9972
r = 0,9928
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Tabel IV. Nilai IC50 antara Rutin, Fraksi Aseton dan Fraksi Metanol
Rutin (Baku)
Replikasi IC50 (µg/mL) Rerata ± SD Intensitas
Antioksidan
1 67,550
70,484 ± 3,536 Kuat 2 74,410
3 69,492
Fraksi Metanol
Replikasi IC50 (µg/mL) Rerata ± SD Intensitas
Antioksidan
1 849, 382 827,805±
32,710 Lemah 2 790,169
3 843,864
Fraksi Aseton
Replikasi IC50 (µg/mL) Rerata ± SD Intensitas
Antioksidan
1 817,451 790,159 ±
29,623 Lemah 2 758,655
3 794,371
Dalam penelitian ini, uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH tidak
dilakukan validasi metode karena menggunakan metode standar (baku) dari metode blois
(Molyneux, 2004) sehingga hanya perlu verifikasi metode. Verifikasi metode dilakukan
dengan menetapkan presisi. Presisi dapat dilakukan dengan replikasi yang bertujuan untuk
melihat keterulangan hasil sehingga dapat menjamin mutu hasil uji (Gandjar dan Rohman,
2007). Nilai r menunjukan koefisien korelasi regresi linear antara konsentrasi dengan %IC,
dapat dilihat bahwa hubungan antara konsentrasi dengan %IC korelasinya berbanding
lurus, artinya semakin tinggi konsentrasi fraksi maupun baku maka %IC juga semakin
besar. Dilihat Gambar grafik 1, 2 dan 3, nilai r rutin, fraksi aseton dan fraksi metanol
mendekati 1, ini menunjukkan memiliki liniearitas yang baik. Persamaan regresi linear
yang didapatkan digunakan untuk menghitung IC50 sebagai parameter aktivitas
antioksidan.
IC50 adalah konsentrasi yang dapat menghambat 50% aktivitas radikal bebas
DPPH. Semakin kecil nilai IC50 yang didapat maka aktivitas antioksidan dari senyawa atau
fraksi tersebut semakin baik. Menurut Fidrianny, Darmawanti dan Sukrasno (2014),
tingkat aktivitas antioksidan dapat dikategorikan berdasarkan nilai IC50 yang yaitu sangat
kuat (150
µg/mL) sehingga dapat ditentukan intensitas antioksidan yang disajikan dalam Tabel IV.
Nilai IC50 fraksi metanol dan fraksi aseton sangat besar dibandingkan IC50 rutin, ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
menunjukkan bahwa fraksi metanol dan fraksi aseton memiliki aktivitas antioksidan lemah
dibandingkan rutin.
Penelitian Avila et al. (2003) melakukan uji aktivitas antioksidan DPPH pada
ekstrak etanol 96% daun adam hawa dengan konsentrasi 1, 10 dan 100 µg/mL dengan
masing-masing persen hambat yaitu 67, 68 dan 79%. Persen hambat yang diperoleh dari
fraksi metanol dan fraksi aseton lebih kecil dibandingkan ekstrak sehingga dapat dikatakan
aktivitas antioksidan fraksi lebih rendah dari ekstrak. Ini mungkin disebabkan karena pada
proses fraksinasi, senyawa antosianidin juga terlarut dalam pelarut non-polar (n-heksan)
sehingga kandungan antosianidin sebagai senyawa antioksidan dalam fraksi metanol dan
fraksi aseton sedikit.
Uji statistik dilakukan dengan aplikasi R 3.2.4 terhadap data yang diperoleh untuk
memastikan perbedaan yang bermakna antara nilai IC50 rutin, fraksi metanol dan fraksi
aseton ekstrak etanol 96% adam hawa. Pada uji normalitas, data yang didapatkan terbukti
terdistribusi normal apabila p-value >0,05. Hasil nilai p yang diperoleh ialah 0,5313
(rutin), 0,1613 (fraksi metanol) dan 0,7642 (fraksi aseton) terlihat p-value > 0,05, ini
menunjukkan bahwa rutin dan fraksi metanol, fraksi aseton ekstrak etanol 96% adam hawa
memiliki data yang terdistribusi normal dan dapat dilanjutkan untuk uji parametrik.
Uji statistik kedua yaitu uji parametrik (uji t tidak berpasangan). Uji ini bertujuan
untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara IC50 rutin dan fraksi metanol, IC50 rutin
dan fraksi aseton ekstrak etanol 96% adam hawa. Hasil p-value yang diperoleh yaitu
0,0005456 dan 0,0004805 dimana p-value
14
DAFTAR PUSTAKA
Amic, D., Amic, D.D., Beslo D., Trinajstic, N., 2003. Structure-Radical Scavenging
Activity Relationships of Flavonoids. Croatica Chemica Acta, 76 (1), 55-61.
Avilaa, M., Gonzalez, A., Arriaga, M., Garzaa, M., Carmen, M., 2003. Antigenotoxic,
Antimutagenic and ROS Scavenging Activities Of A Rhoeo discolor Ethanolic
Crude Extract. Toxicology in Vitro, 17, 77–83.
Aziz, Z., Djamil, R., 2013. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Dari Fase N-
Butanol Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix. DC). Seminar POKJANAS TOI ke-XLIV,
Palembang.
Fidrianny, I., Darmawanti, A., Sukrasno, 2014. Antioxidant Capacities From Different
Polarities Extracts of Cucurbitaceae Leaves Using Frap, DPPH Assays And
Correlation With Phenolic, Flavonoid, Carotenoid Content. International Journal of
Pharmacy nad Pharmaceutical Sciences, (6), 858-862.
Gandjar, I., G., Rohman, A., 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
252-256, 324, 354, 359, 480.
Global Biodiversity Information Facility, 2013. Rhoeo discolor (L'Hér.) Hance.
http://www.gbif.org/species/101345884, diakses pada tanggal 22 April 2016.
Harborne, J., 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Cetakan Ketiga, Penerjemah: Padmawinata, K. dan I. Soediro., Penerbit ITB,
Bandung, 71-80.
Herrero, J.A., Hernández, Frutos, M.J., 2015. Influence Of Rutin and Ascorbic Acid in
Colour, Plum Anthocyanins and Antioxidant Capacity Stability in Model Juices.
Food Chemistry, 173, 495-500.
Indrayudha, P., Wiyarti, D., Munawaroh, R., 2013. Aktivitas Antibakteri Fraksi Metanol
Ekstrak Etanol Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis (L.) O.K) terhadap Streptococcus
mutans dan Lactobacillus acidophilus serta Bioautografinya. Naskah Publikasi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 1-15.
Lestario, L.N., Lukito, D., Timotius, H., 2009. Kandungan Antosianin Dan Antosianidin
Dari Jantung Pisang Klutuk (Musa brachycarpa Back) Dan Pisang Ambon (Musa
acuminata Colla). J.Teknol dan Industri Pangan, 22 (2), 143-148.
Lima, A. D. J. B., Corrêa, A. D., Saczk, A. A., Martins, M. P., Castilho, R. O., 2011.
Anthocyanins, Pigment Stability And Antioxidant Activity In Jabuticaba (Myrciaria
cauliflora (Mart.) O. Berg). Rev. Bras. Frutic., Jaboticabal - SP, 33 (3), 877-887.
Marinova, G. and Batchvarov, V., 2011. Evaluation Of The Methods For Determination Of
The Free Radical Scavenging Activity By DPPH. Bulgarian Journal of Agricultural
Science, 17 (1), 11–24.
Miguel, M. G., 2011. Anthocyanins: Antioxidant and/or Anti-Inflammatory Activities.
Journal of Applied Pharmaceutical Science, 01(06), 7-15.
Molyneux, P., 2004. The Use of The Stable Free Radical DPPH for Estimating Antioxidant
Activity. Songklanakarin J. Sci. Technol., 26 (2), 211-219.
Musarofah, 2015. Tumbuhan Antioksidan. Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1 -
21.
Saifudin, A., 2014. Senyawa Alam Metabolit Sekunder: Teori, Konsep, dan Teknik
Pemurnian. Edisi 1, Deepublish, Yogyakarta, 35,49-50.
Sapri, A., Fitriani, Narulita, R., 2014. Pengaruh Ukuran Serbuk Simplisia terhadap
Rendemen Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata L.) dengan Metode
Maserasi. Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014, HKI Kaltim.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Sitorus, R. M. H., Wullur, A. C., Paulina, V.Y., Yam L., 2012. Isolasi Dan Identifikasi
Senyawa Flavanoid Pada Daun Adam Hawa (Rhoe discolor). Pharmacon, 1(1), 53-
57.
Steenis, V., Bloembergen, Eyma, P.J., 1992. FLORA Untuk Sekolah di Indonesia.
Percetakan Penebar Swadaya, Jakarta, 43-51,136-138.
Tan, J. B. L., Yap, W. J., Tan, S. Y., Lim, Y. Y., Lee, S. M., 2014. Antioxidant Content,
Antioxidant Activity, and Antibacterial Activity of Five Plants from the
Commelinaceae Family. Antioxidants, 3, 758-769.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Lampiran 1. Tanaman Adam Hawa
Gambar Tanaman Adam Hawa untuk Deteminasi Tanaman
Gambar Simplisia Daun Adam Hawa yang Telah Dikeringkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Lampiran 2. Determinasi Tanaman Adam Hawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Lampiran 3. Sampel Daun Adam Hawa
Data Penimbangan
Daun Adam Hawa
Berat Wadah (g) Berat Wadah +
Sampel (g)
Berat Wadah +
Sisa Sampel (g)
Berat Sampel (g)
349,59 1381,34 349,59 1031,75
Serbuk Simplisia Daun Adam Hawa
Berat Wadah (g) Berat Wadah +
Sampel (g)
Berat Wadah +
Sisa Sampel (g)
Berat Sampel (g)
357,11 406,60 357,11 49,49
Rendemen Serbuk
%rendemen = bobot serbuk daun adam ha a
bobot sampel daun adam ha a 00
%rendemen = 49,49 g
03 ,75 g x 100 % = 4,797 %b/b
Lampiran 4. Maserasi dan Fraksinasi
Sampel : Serbuk digunakan dalam maserasi
Berat Wadah (g) Berat Wadah +
Sampel (g)
Berat Wadah +
Sisa Sampel (g)
Berat Sampel (g)
1,419 50,952 1,511 49,441
Penimbangan Ekstrak
Sampel : Ekstrak Etanol 96%
Bobot Ekstrak (g)
Wadah 65,1005
Wadah + isi 72,8170
Isi 7,7165
Rendemen Ekstrak
%rendemen = bobot ekstrak etanol 96 daun adam ha a
bobot serbuk daun adam ha a x 100 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
%rendemen = 7,7 65 g
49,44 g x 100 % = 15,6075 %b/b
Fraksinasi
Penimbangan ekstrak untuk fraksinasi
Wadah I
(g)
Wadah II
(g)
Wadah
I + Isi
(g)
Wadah
II + Isi
(g)
Isi I
(g)
Isi II
(g)
Total
Ekstrak
(g)
64,3918 62,7236 66,8910 65,2246 2,4992 2,5010 5,0002
Penimbangan Fraksi Aseton
Bobot Fraksi (g)
Wadah 48,7934
Wadah + isi 49,1621
Isi 0,3687
Penimbangan Fraksi Metanol
Bobot Replikasi 2 (g)
Wadah 46,0354
Wadah + isi 47,1298
Isi 1,0944
Rendemen Fraksi
%rendemen = bobot fraksi ekstrak etanol 96 daun adam ha a
bobot ekstrak etanol 96 daun adam ha a x 100 %
Fraksi Aseton
%rendemen = 0,3687 g
5,000 g x 100 % = 7,3737 %b/b
Fraksi Metanol
%rendemen = ,0944 g
5,000 g x 100 % = 21,8871%b/b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Lampiran 5. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid
Penimbangan Fraksi Metanol (100 mg)
Wadah (g) Wadah + Isi (g) Isi (g)
46,6766 46,7769 0,1003
Penimbangan Fraksi Aseton (100 mg)
Wadah (g) Wadah + Isi (g) Isi (g)
62,1265 65,2272 0,1007
Gambar Hasil elusi KLTP Fraksi Aseton Ekstrak Etanol 96% Daun Tanaman Adam Hawa
pada UV 254 nm
Gambar Hasil elusi KLTP Fraksi Aseton Ekstrak Etanol 96% Daun Tanaman Adam Hawa
pada UV 366 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Gambar Hasil elusi KLTP Fraksi Metanol Ekstrak Etanol 96% Daun Tanaman Adam
Hawa pada UV 254 nm
Gambar Hasil elusi KLTP Fraksi Metanol Ekstrak Etanol 96% Daun Tanaman Adam
Hawa pada UV 366 nm
Gambar Spektra Fraksi Metanol Isolat 1 dalam Metanol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Gambar Spektra Fraksi Metanol Isolat 1 dalam Metanol + NaOH 2N
Gambar Spektra Fraksi Metanol Isolat 1 dalam Metanol + AlCL3 5% + HCL
Gambar Spektra Fraksi Aseton Isolat 2 dalam Metanol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Gambar Spektra Fraksi Aseton Isolat 2 dalam Metanol + NaOH 2N
Gambar Spektra Fraksi Aseton Isolat 2 dalam Metanol + AlCL3 5% + HCL
Lampiran 6. Uji Aktivitas Antioksidan (DPPH)
Penimbangan DPPH (10 mg)
Replikasi Wadah (g) Wadah + Isi (g) Isi (g)
1 50,3486 50,3586 0,0100
2 50,0332 50,0434 0,0100
3 62,5513 62,5612 0,0099
4 62,5484 62,5584 0,0100
Pengenceran
- Replikasi 1
a. Konsentrasi Stok DPPH (100 µg/mL)
10 mg/ 100 mL = 0,1 mg/ mL = 100
µg/mL
b. Konsentrasi Seri DPPH (40 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
100 µg/mL x V1 = 40 µg/mL x 100 mL
V1 = 40 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
- Replikasi 2
a. Konsentrasi Stok DPPH (100 µg/mL)
10 mg/ 100 mL = 0,1 mg/ mL = 100
µg/mL
b. Konsentrasi Seri DPPH (40 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
100 µg/mL x V1 = 40 µg/mL x 100 mL
V1 = 40 mL
-Replikasi 3
a. Konsentrasi Stok DPPH (99,0 µg/mL)
9,90 mg/ 100 mL = 0,0990 mg/ mL =
99,0 µg/mL
b. Konsentrasi Seri DPPH (40 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
99 µg/mL x V1 = 40 µg/mL x 100 mL
V1 = 40,40 mL
- Replikasi 4
a. Konsentrasi Stok DPPH (100 µg/mL)
10 mg/ 100 mL = 0,1 mg/ mL = 100
µg/mL
b. Konsentrasi Seri DPPH (40 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
100 µg/mL x V1 = 40 µg/mL x 100 mL
V1 = 40 mL
Penentuan Panjang Gelombang
Panjang gelombang maksimum yang didapat dengan konsentrasi DPPH 40 µg/mL adalah
515 nm
Gambar Spektra DPPH dengan Konsetrasi 40 µg/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Penentuan OT
Waktu
(menit)
Konsentrasi Rutin (µg/mL) Keterangan
10 30 50
5 0,777 0,615 0,463
10 0,778 0,610 0,445
15 0,785 0,606 0,439
20 0,790 0,601 0,434
25 0,787 0,601 0,431 OT
30 0,794 0,603 0,435
35 0,800 0,604 0,435
40 0,807 0,610 0,439
45 0,813 0,613 0,439
50 0,818 0,616 0,441
55 0,822 0,614 0,437
60 0,829 0,617 0,439
Konsentrasi Stok Rutin (1000 µg/mL)
10 mg/ 10 mL = 1 mg/ mL = 1000
µg/mL
b.Konsentrasi Seri Rutin
- Konsentrasi Seri (10 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
1000 µg/mL x V1 = 10 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,1 mL
- Konsentrasi Seri (30 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
1000 µg/mL x V1 = 30 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,3 mL
- Konsentrasi Seri (50 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
1000 µg/mL x V1 = 50 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,5 mL
Penimbangan Rutin (10 mg)
Replikasi Wadah (g) Wadah + Isi (g) Isi (g)
1 50,0590 50,0690 0,0100
2 64,6723 64,6823 0,0100
3 65,6337 65,6438 0,0101
Pengenceran
- Replikasi 1
a. Konsentrasi Stok Rutin (1000 µg/mL)
10 mg/ 10 mL = 1 mg/ mL = 1000
µg/mL
b.Konsentrasi Seri Rutin
- Konsentrasi Seri (20 µg/mL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
M1 x V1 = M2 x V2
1000 µg/mL x V1 = 20 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,2 mL
- Konsentrasi Seri (40 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
1000 µg/mL x V1 = 40 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,4 mL
- Konsentrasi Seri (60 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
1000 µg/mL x V1 = 60 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,6 mL
- Konsentrasi Seri (80 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
1000 µg/mL x V1 = 80 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,8 mL
Konsentrasi Seri (100 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
1000 µg/mL x V1 = 100 µg/mL x 10 mL
V1 = 1,0 mL
- Replikasi 2
a. Konsentrasi Stok Rutin (1000 µg/mL)
10 mg/ 10 mL = 1 mg/ mL = 1000
µg/mL
b.Konsentrasi Seri Rutin
- Konsentrasi Seri (20 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
1000 µg/mL x V1 = 20 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,2 mL
- Konsentrasi Seri (40 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
1000 µg/mL x V1 = 40 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,4 mL
- Konsentrasi Seri (60 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
1000 µg/mL x V1 = 60 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,6 mL
- Konsentrasi Seri (80 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
1000 µg/mL x V1 = 80 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,8 mL
Konsentrasi Seri (100 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
1000 µg/mL x V1 = 100 µg/mL x 10 mL
V1 = 1,0 mL
- Replikasi 3
a. Konsentrasi Stok Rutin (1010 µg/mL)
10 mg/ 10 mL = 1 mg/ mL = 1010
µg/mL
b.Konsentrasi Seri Rutin
- Konsentrasi Seri (20,2 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
1010 µg/mL x V1 = 20 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,199 mL
- Konsentrasi Seri (40 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
1010 µg/mL x V1 = 40 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,399 mL
- Konsentrasi Seri (60 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
1010 µg/mL x V1 = 60 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,599 mL
- Konsentrasi Seri (80 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
1010 µg/mL x V1 = 80 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,799 mL
Konsentrasi Seri (100 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
1010 µg/mL x V1 = 100 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,998 mL
y = -0,0053x + 0,7745
R² = 0,9933
r = 0,9966
Ablanko = 0,826
y = -0,0053x + 0,7745
R² = 0,9933 0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0 20 40 60 80 100 120
Ab
sorb
an
si
µg/mL
Grafik Replikasi 1 Konsentrasi Rutin Vs Absorbansi
Y-Values
Linear (Y-Values)
Konsentrasi
(µg/mL)
Absorbansi
20 0,670
40 0,553
60 0,451
80 0,371
100 0,223
Konsentrasi
(µg/mL)
%IC
20 18,8862
40 33,0509
60 45,3995
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
y = 0,6513x + 6,0048
50 = 0,6513x + 6,0048
x = (50 – 6,0048) / 0,6513
x = 67,5498 µg/mL = IC50
R² = 0,992
r = 0,9960
y = 0,6513x + 6,0048
R² = 0,992
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 20 40 60 80 100 120
%IC
µg/mL
Grafik Replikasi 1 Konsentrasi Rutin Vs %IC
Y-Values
Linear (Y-Values)
y = -0,0054x + 0,8358
R² = 0,9971 0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0 20 40 60 80 100 120
Ab
sorb
an
si
µg/mL
Grafik Replikasi 2 Konsentrasi Rutin Vs Absorbansi
Y-Values
Linear (Y-Values)
80 55,0848
100 73,0024
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
y = -0,0054x + 0,8358
R² = 0,9971
r = 0,9985
Ablanko = 0,862
y = 0,6311x + 3,0394
50 = 0,6311x + 3,0394
x = (50 -3,0394)/ 0,6311
X = 74,410 µg/mL = IC50
R² = 0,9971
r = 0,9985
y = 0,6311x + 3,0394
R² = 0,9971 010
20
30
40
50
60
70
80
0 20 40 60 80 100 120
%IC
µg/mL
Grafik Replikasi 2 Konsentrasi Rutin Vs %IC
Y-Values
Linear (Y-Values)
Konsentrasi
(µg/mL)
Absorbansi
20 0,721
40 0,622
60 0,509
80 0,414
100 0,281
Konsentrasi
(µg/mL)
%IC
20 16,3573
40 27,8422
60 40,9513
80 51,9722
100 67,4014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
y = -0,0058x + 0,8286
R² = 0,9928
r = 0,9964
Ablanko = 0,858
y = -0,0058x + 0,8286
R² = 0,9928
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0 20 40 60 80 100 120
Ab
sorb
an
si
µg/mL
Grafik Replikasi 3 Konsentrasi Rutin Vs Absorbansi
Y-Values
Linear (Y-Values)
y = 0,6702x + 3,4266
R² = 0,9928 0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 20 40 60 80 100 120
%IC
µg/mL
Grafik Replikasi 3 Konsentrasi Rutin Vs %IC
Y-Values
Linear (Y-Values)
Konsentrasi
(µg/mL)
Absorbansi
20 0,707
40 0,603
60 0,478
80 0,393
100 0,237
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
y = 0,6702x + 3,4266
50 = 0,6702x + 3,4266
x = (50 – 3,4266) / 0,6702
X = 69,492 µg/mL = IC50
R² = 0,9928
r = 0,9964
Baku Rutin
Replikasi Nilai IC50 (µg/mL)
Total
Nilai IC50
Rata-Rata
Nilai IC50 (µg/mL)
SD CV (%)
1 67,550
211,452 70,484 3,536 5,017 2 74,410
3 69,492
Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi
Peninbangan Fraksi
Penimbangan Fraksi Metanol Replikasi (100 mg)
Replikasi Wadah (g) Wadah + Isi (g) Isi (g)
1 61,1018 61,2018 0,1000
2 63,1681 63,2681 0,1000
3 60,6083 60,7083 0,1000
Penimbangan Fraksi Aseton Replikasi (60 mg)
Replikasi Wadah (g) Wadah + Isi (g) Isi (g)
1 44,5160 44,5760 0,0600
2 63,8779 63,9379 0,0600
3 61,3538 61,4138 0,0600
Konsentrasi
(µg/mL)
%IC
20 17,5991
40 29,7203
60 44,2890
80 54,1958
100 72,3776
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Pengenceran Fraksi Metanol
*Untuk Replikasi 1,2 dan 3
a. Konsentrasi Stok Fraksi Metanol
(10.000 µg/mL)
100 mg/ 10 mL = 10 mg/ mL = 10.000
µg/mL
b.Konsentrasi Fraksi Metanol
- Konsentrasi Seri (200 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
10.000 µg/mL x V1 = 200 µg/mL x 10
mL
V1 = 0,2 mL
- Konsentrasi Seri (400 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
10.000 µg/mL x V1 = 400 µg/mL x 10
mL
V1 = 0,4 mL
- Konsentrasi Seri (600 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
10.000 µg/mL x V1 = 600 µg/mL x 10
mL
V1 = 0,6 mL
- Konsentrasi Seri (800 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
10.000 µg/mL x V1 = 800 µg/mL x 10
mL
V1 = 0,8 mL
Konsentrasi Seri (1.000 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
10.000 µg/mL x V1 = 1.000 µg/mL x 10
mL
V1 = 1,0 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Metanol
Diketahui :
Replikasi 1 Akontrol = 0,776
Replikasi 2 Akontrol = 0,782
Replikasi 3 Akontrol = 0,758
Replikasi
Konsentrasi
Fraksi
(µg/mL)
Absorbansi %IC Persamaan
regresi
IC50
(µg/mL)
1
200
400
600
800
1000
0,551
0,514
0,458
0,405
0,342
28,9948
33,7629
40,9794
47,8093
55,9278
y = 0,034x +
21,121
R² = 0,9930
r =0,9965
849, 382
2
200
400
600
800
1000
0,569
0,528
0,454
0,402
0,309
27,2379
32,4808
41,9437
48,5934
60,4859
y = 0,0413x +
17,366
R² = 0,9838
r = 0,9919
790,169
3
200
400
600
800
1000
0,566
0,509
0,461
0,408
0,316
25,3298
32,8496
39,1821
46,1741
58,3113
y = 0,0396x +
16,583
R² = 0,9826
r = 0,9913
843,864
Total IC50 (µg/mL) 2483,415
Rata-Rata IC50 (µg/mL) 827,805
SD 32,710
CV (%) 3,951
Pengenceran Fraksi Aseton
*Untuk Replikasi 1,2 dan 3
a. Konsentrasi Fraksi Aseton (6.000
µg/mL)
60 mg/ 10 mL = 6,0 mg/ mL = 6.000
µg/mL
b.Konsentrasi Fraksi Aseton
- Konsentrasi Seri (180 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
6.000 µg/mL x V1 = 180 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,3 mL
- Konsentrasi Seri (360 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
6.000 µg/mL x V1 = 360 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,6 mL
- Konsentrasi Seri (540 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
6.000 µg/mL x V1 = 540 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,9 mL
- Konsentrasi Seri (720 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
6.000 µg/mL x V1 = 480 µg/mL x 10 mL
V1 = 1,2 mL
Konsentrasi Seri (900 µg/mL)
M1 x V1 = M2 x V2
6.000 µg/mL x V1 = 900 µg/mL x 10 mL
V1 = 1,5 mL
Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Aseton
Diketahui :
Replikasi 1 Akontrol = 0,776
Replikasi 2 Akontrol = 0,782
Replikasi 3 Akontrol = 0,758
Replikasi
Konsentrasi
Fraksi
(µg/mL)
Absorbansi %IC Persamaan
regresi
IC50
(µg/mL)
1
180
360
540
720
900
0,612
0,558
0,489
0,423
0,356
21,1340
28,0928
36,9845
45,4897
54,1237
y = 0,0463x +
12,152
R² = 0,9985
r =0,9992
817,451
2
180
360
540
720
900
0,589
0,532
0,446
0,416
0,333
24,6803
31,9693
40,4092
46,8031
57,4169
y = 0,0446x +
16,164
R² = 0,9942
r = 0,9971
758,655
3
180
360
540
720
900
0,601
0,525
0,465
0,425
0,331
20,7124
30,7388
38,6544
43,9314
56,3325
y = 0,0469x +
12,744
R² = 0,9857
r = 0,9928
794,371
Total IC50 (µg/mL) 2370,477
Rata-Rata IC50 (µg/mL) 790,159
SD 29,623
CV (%) 3,749
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Lampiran 7. Hasil Uji Statistik
Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Uji T tidak berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Isolasi, Identifikasi dan Uji
Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid Fraksi Metanol Dan
Fraksi Aseton Daun Tanaman Adam Hawa (Rhoeo discolor
(L'Hér.) Hance) dengan Metode 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl
(DPPH)” memiliki nama lengkap Deriven Samurai Teweng.
Dilahirkan di Palangkaraya pada tanggal 01 April 1995 dari
pasangan Bapak Samurai Teweng dan Ibu Maknawati. Penulis
telah menyelesaikan pendidikan SD Katolik Santo Don Bosco
Palangkaraya pada tahun 2007, lalu melanjutkan pendidikan di
SMP Katolik Santo Paulus Palangkaraya pada tahun 2007 hingga
2010. Penulis menempuh Sekolah Menengah Atas di SMA Negri
2 Palangkaraya pada tahun 2010 hingga 2013. Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2013 hingga 2016. Selama
menjadi mahasiswa di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, penulis cukup aktif
dalam kegiatan kemahasiswaan dan kepanitiaan di Universitas Sanata Dharma antara lain:
panitia Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan Anggota Koperasi Mahasiswa Universitas
Sanata Dharma (2014 dan 2015); Relawan Pengajar dalam Program USD Mengajar
(2015); Asisten Dosen Praktikum Botani Farmasi (2014), Asisten Dosen Praktikum
Mikrobiologi (2016), Asisten Dosen Praktikum Farmakognosi-Fitokimia dan Kimia
Analisis (2015 dan 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI