Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI BAKTERI
ENDOFIT DAUN PEGAGAN (Centella asiatica L.) TERHADAP
Escherichia coli
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI
ADITYAWARMAN
I1011141061
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI BAKTERI
ENDOFIT DAUN PEGAGAN (Centella asiatica L.) TERHADAP
Escherichia coli
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
(S. Ked) pada Prgram Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura Pontianak
ADITYAWARMAN
I1011141061
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI BAKTERI
ENDOFIT DAUN PEGAGAN (Centella asiatica L.) TERHADAP
Escherichia coli
Adityawarman1; Mahyarudin2; Effiana3
Intisari
Latar Belakang: Di Indonesia diare masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Tanaman pegagan telah digunakan untuk pengobatan diare. Bakteri
endofit adalah bakteri yang hidup di dalam jaringan tanaman inang. Beberapa jenis
bakteri endofit mampu menghasilkan senyawa aktif yang bersifat antibiotik. Tujuan:
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antibakteri dari bakteri endofit daun
pegagan (C. asiatica L.) terhadap bakteri Escherichia coli. Metodologi: penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif-eksploratif. Isolasi bakteri endofit dari daun pegagan
(C.asiatica L.) menggunakan metode tanam langsung, potensi antibakteri diuji
dengan metode difusi cakram. Identifikasi bakteri endofit dilakukan dengan
pengamatan morfologi koloni, morfologi sel dan uji biokimia. Hasil: sebanyak 4 dari
42 isolat memiliki potensi sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri
Escherichia coli. Isolat 16 memiliki kemampuan tertinggi yaitu dengan zona hambat
6,5 mm. isolat 16 memiliki kemiripan dangan genus Pseudomonas. Kesimpulan:
Sebanyak 4 isolat bakteri endofit yang mempunyai potensi antibakteri terhadap
Escherichia coli
Kata Kunci: Centella asiatica L., Bakteri endofit, Escherichia coli, zona hambat.
1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas
Tanjungpura, Potianak, Kalimantan Barat.
2) Departemen Mikrobiologi, Fakultas kedokteran Universitas Tanjungpura,
Pontianak, Kalimantan Barat.
3) Departemen Imunologi, Fakultas kedokteran Universitas Tanjungpura,
Pontianak, Kalimantan Barat.
ISOLATION, IDENTIFICATION AND ANTIBACTERIA ACTIVITY OF
ENDOPHYTE BACTERIA FROM CENTELLA LEAF (Centella asiatica L.)
AGAINTS Escherichia coli
Adityawarman1; Mahyarudin2; Effiana3
Abstrack
Background: Diarrhea in indonesia has become one of main health social problem.
Centella has been used for the treatment of diarrhea. Endophytic bacteria are
bacteria that live in the tissues of host plants. Several types of endophytic bacteria
are known to produce active compounds that are antibiotics. Objective: This
research aims to determine the antibacterial effects of endophyte bacteria from
centella leaf (C. asiatica L.) against Escherichia coli. Method: This research was a
descriptive-explorative research. Isolation of endophyte bacteria from centella leaf
(C.asiatica L.) was done by direct cropping method, a potency of antibacterial tested
by disc diffusion method. Identification of endophytic bacteria was done by
observation of colony morphology, cell morphology and biochemical test. Results :
a total of 4 isolates from 42 isolates had antibacterial activity againts E.coli. the
isolate 16 had highest antibacterial activity againts E. Coli with 6.5 mm inhibition
zone, isolates 16 had similarities with the genus Pseudomonas. Conclusion: 4
isolates of endophytic bacteria have antibacterial potency againts E. coli
Keywords: Centella asiatica L., Endophyte bacteria, Escherichia coli, inhibition
zone.
1) Medical School, Faculty of Medicine, Tanjungpura University, Pontianak West
Kalimantan.
2) Department of Microbiology, Faculty of Medicine, Tanjungpura University,
Pontianak West Kalimantan.
3) Department of Immunology, Faculty of Medicine, Tanjungpura University,
Pontianak West Kalimantan.
Pendahuluan
Diare adalah buang air besar dengan feses yang berbentuk cair atau
setengah cair, kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24jam.1 Di Indonesia diare masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat. Menurut data dari Kemenkes RI pada tahun
2015 telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) di 11 provinsi dengan kasus
sebanyak 1.213 penderita dengan angka kematian diare sebanyak 2,47%.2
Provinsi Kalimantan Barat khususnya kota Pontianak pada tahun 2015,
dilaporkan bahwa angka kejadian diare sebanyak 13.532 kasus dan masih
termasuk 10 besar penyakit yang dilayani oleh puskesmas.3 Diare dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, parasit dan lain-lain. Di negara berkembang,
prevalensi diare akut akibat bakteri dan parasit lebih tinggi dibandingkan
akibat virus.4 Satu satu penyebab diare adalah Escherichia coli.1
Escherichia coli merupakan bakteri normal yang ada di usus. Bakteri
ini merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang. Escherichia coli
termasuk famili Enterobacteriaceae yang memiliki karakteristik tumbuh
secara anaerob maupun fakultatif anaerob.5 Diare akut yang terjadi,
umumnya karena tidak cukupnya ketersediaan air bersih dan higiene yang
buruk.6 Pengobatan untuk diare akut adalah dengan rehidrasi cairan, diet,
obat diare dan antibiotik.7 Antibiotik merupakan obat yang paling banyak
digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Intensitas penggunaan
antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan dan
merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri
terhadap antibiotik.8 Untuk mengatasi infeksi mikroorganisme yang telah
resisten terhadap antibiotik dapat menggunakan tanaman obat sebagai
pengobatan alternatif.9 Satu diantara tanaman obat tradisional yang memiliki
efek pengobatan yaitu tanaman pegagan.
Tanaman pegagan merupakan tanaman liar yang banyak tumbuh di
perkebunan, ladang, tepi jalan, pematangan sawah ataupun di ladang.10
Tanaman pegagan telah dilaporkan digunakan untuk pengobatan ulkus
lambung, asma, epilepsi, hepatitis, sifilis dan diare.11
Tanaman herbal ini sering digunakan oleh masyarakat baik dalam
bentuk segar, kering maupun dalam bentuk ramuan (jamu). Tanaman ini
mengandung berbagai bahan aktif seperti triterpenoid, saponin dan
kandungan kimia dari pegagan terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu
asam amino, flavonoid, terpenoid dan minyak atsiri.12 Flavonoid yang
terkandung pada tanaman pegagan memiliki bioaktivitas sebagai antikanker,
antivirus, antiperadangan dan antialergi.13 Fungsi lain dari pegagan antara
lain sebagai obat penenang, obat penghilang sakit, antidepressive dan
antimikroba.14 Hasil penelitian telah melaporkan bahwa ekstrak metanol dari
tanaman pegagan memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus, Shigella boydii, Pseudomonas aeruginosa dan
Escherichia coli.15 Pada tanaman terdapat mikroorganisme yang dapat
memproduksi metabolit sekunder dengan kemampuan sebagai antibakteri
yang disebut bakteri endofit.16
Bakteri endofit adalah bakteri yang hidup di dalam jaringan tanaman
inang tanpa menyebabkan gejala-gejala penyakit.17 Bakteri endofit hidup di
dalam jaringan vaskular tumbuhan tanpa menyebabkan efek negatif.
Hubungan simbiosis mutualisme antara bakteri dan tumbuhan
memungkinkan bakteri menghasilkan senyawa bioaktif yang sama seperti
terkandung di dalam tumbuhan inangnya.18 Mikroorganisme endofit dapat
ditemukan pada berbagai jaringan diantaranya biji, ovula buah, batang, akar,
umbi akar dan daun.19,20 Beberapa jenis bakteri endofit diketahui mampu
menghasilkan senyawa aktif yang bersifat antibiotik.21
Beberapa bakteri endofit mampu menghasilkan produk potensial yaitu
Streptomyces griseus dari tanaman Kandelia candel menghasilkan asam
p-aminoacetophenonic sebagai antimikroba.22 Streptomyces NRRL 30562
dari tanaman Kennedia nigriscans menghasilkan munumbicin (antibiotik) dan
munumbicin D (antimalaria). Serratia marcescens dari tanaman Rhyncholacis
penicillata menghasilkan oocydin A sebagai antifungal.23 Bakteri Endofit yang
diisolasi dari suatu tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder yang
sama dengan tanaman aslinya.24 Keuntungan lain yang diperoleh dari
pengembangan bakteri endofit adalah dapat menjaga kelestarian tanaman
obat, terutama jenis tanaman obat yang langka agar tidak digunakan secara
terus menerus sehingga tidak menurunkan jumlah populasi.25
Penelitian mengenai isolasi, identifikasi dan aktivitas bakteri endofit
dari daun pegagan terhadap bakteri E. coli hingga saat ini belum pernah
dilakukan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti bertujuan
untuk melakukan penelitian mengenai isolasi, identifikasi dan aktivitas bakteri
endofit dari daun pegagan (C. asiatica L.) terhadap E. Coli. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efek antibakteri bakteri endofit dari daun
pegagan (C. asiatica L.) terhadap bakteri E. coli.
METODE
ALAT PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, tabung
reaksi, rak tabung reaksi, batang pengaduk pipet volume, mikropipet, plastik
wrapping, erlenmeyer, penangas, ose, bunsen, vortex mixer, gelas objek,
penjepit gelas objek, preparat, spidol, jangka sorong, pinset, korek api,
Laminar Air Flow Cabinet, autoklaf, inkubator, neraca analitik, mikroskop
cahaya, gelas beaker, lemari pendingin, gelas ukur, gunting bedah steril,
pipet tetes dan hotplate.
BAHAN PENELITIAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun
pegagan (Centela asiatica L.), biakan murni bakteri Escherichia coli, kantong
plastik, kertas cakram, kertas timbang, plastik wrapping, tube mikropipet,
spiritus, handscoon, Media Nutrient Agar, Media Nutrient Broth, Media
Mueller Hinton Agar, aquades steril, alkohol 70%, larutan standar Mc Farland,
minyak emersi, kristal violet, alkohol 96%, safranin, nistatin 30%,
siprofloksasin, larutan NaOCL 1%, reagen tetrametil paraphenildiamin, media
MIO (Motility Indole Ornitin), media SIM (sulfida indol motility), H2O2 30%,
media glukosa, media sukrosa, media laktosa, media maltosa, media sorbitol,
media manitol, media inositol, media urea, media O-F 0,5-1% karbohidrat,
media Simmons Citrat Agar, media TSIA, NaCL steril larutan H2SO4 1% dan
larutan (BaCl2.2H2O) 1,175%.
PENGAMBILAN DAUN PEGAGAN
Sampel daun yang sehat diperoleh di jalan Khatulistiwa Kecamatan
Pontianak timur Kota Pontianak. Sampel yang terkumpul dibawa ke
Laboratorium Mikroskopik di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
kota pontianak
DETERMINASI DAUN PEGAGAN
Determinasi tanaman pegagan dilakukan di Laboratorium Biologi
fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas
Tanjungpura kota Pontianak provinsi Kalimantan Barat.
STERILISASI PERMUKAAN DAUN
Daun pegagan dicuci menggunakan air, kemudian permukaan daun
disterilisasi secara bertahap dengan cara merendam di alkohol 70% selama 1
menit, kemudian direndam di dalam larutan 1% sodium hypochlorite (NaOCl)
selama 5 menit, diikuti dengan merendam di alkohol 70 % selama 1 menit.
Pada tahap akhir sterilisasi daun, sampel dibilas 3 kali dengan aquades
steril.68
KONFIRMASI KEBERHASILAN STERILISASI DAUN
Aquades steril pada bilasan terakhir diambil sebanyak 100µL dan
diisolasikan pada media NA dengan dengan menggunakan metode cawan
sebar. Jika ditemukan pertumbuhan bakteri pada media, maka bakteri hasil
isolasi bukanlah bakteri endofit. Sedangkan pada media NA yang tidak
ditumbuhi bakteri, maka bakteri yang tumbuh hasil isolasi awal tersebut
adalah bakteri endofit.69
ISOLASI, PEMURNIAN DAN SUBKULTUR BAKTERI ENDOFIT
Daun yang telah disterilisasi kemudian dikeringkan di atas kertas
saring steril. Daun dipotong dengan menggunakan pisau bedah steril di
dalam Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) dan daun dipotong-potong menjadi
beberapa bagian dengan menggunakan prosedur aseptik. Bagian dari daun
tersebut diinokulasikan pada media nutrien agar (NA) kemudian ditambahkan
dengan agen antijamur yaitu nistatin pada konsentrasi 30 ug/mL. Setiap
cawan petri berisi tiga atau empat potongan daun. Cawan petri yang berisi
sampel daun disegel menggunakan pita paraffin dan diinkubasi pada 37°C
selama 24-48 jam.
Bakteri yang tumbuh pada media NA setelah 24-48 jam disubkultur
pada media agar nutrien dengan metode cawan gores (streak plate method).
Semua isolat bakteri endofit yang tumbuh dilakukan pemurnian dan
peremajaan isolat berdasarkan morfologi koloni.70 Setiap isolat bakteri endofit
dibuat dua pada media agar miring, masing-masing dipergunakan sebagai
working culture dan stock culture.
PEREMAJAAN DAN KONFIRMASI BAKTERI UJI ESCHERICHIA COLI
Satu koloni bakteri E. Coli diinokulasikan pada media NA dengan
metode cawan gores (streak plate method), setelah itu diinkubasi dalam
inkubator pada suhu 37oC selama 24 jam. Peremajaan ini dilakukan karena
dalam pengujian aktivitas antibakteri diperlukan koloni bakteri segar yang
berusia 24 jam.71
PEMBUATAN LARUTAN MC FARLAND
Pembuatan larutan Mc Farland dilakukan dengan cara mencampurkan
0,05 ml barium klorida 1,175% (BaCl2.2H2O) dan 9,95 ml asam sulfat 1%
(H2SO4).72
PEMBUATAN SUSPENSI BAKTERI UJI
Pembuatan suspensi bakteri dilakukan secara aseptis dengan cara
koloni bakteri uji pada media peremajaan yang berumur 24 jam diambil
dengan menggunakan jarum ose dan disuspensikan ke dalam tabung berisi 5
mL larutan NaCl steril 0,9%. Kekeruhan yang diperoleh kemudian
disetarakan dengan standar Mc farland 0,5% yaitu setara dengan jumlah
pertumbuhan 1,5x108 CFU/mL.73
KONTROL POSITIF DAN NEGATIF
Kontrol positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
siprofloksasin. Kontrol negatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
aquades
UJI SENSITIVITAS ANTIBIOTIK
Suspensi bakteri uji diambil 200 µL dan diratakan pada permukaan
media Mueller Hinton Agar (MHA). Permukaan media diberi kertas cakram 4
buah dan kertas cakram tersebut ditetesi suspesi isolat bakteri endofit
kemudian diinkubasi dalam inkubator dengan suhu 37°C selama 24 jam.
Zona bening pada daerah sekitar antibiotik menunjukkan adanya sensitivitas
terhadap bakteri uji.74 zona hambat antibiotik dijabarkan pada tabel 1
Tabel 1 Zona Hambat Antibiotik.75
Jenis Antibiotik
Konsentrasi
Cakram
Antibiotik
Konsentrasi Zona Hambat
Sensitif Intermediet Resisten
Siprofloksasin 5 µ𝑔
𝑚𝑙 ≥21 16-20 ≤15
PRODUKSI METABOLIT ANTIBAKTERI DARI BAKTERI ENDOFIT
Produksi metabolit antibakteri dilakukan dengan metode isolat bakteri
endofit yang tumbuh pada medium NA diinokulasikan pada media NB yang
bertujuan untuk memproduksi metabolit antibakteri dari bakteri endofit. Isolat
bakteri endofit diambil menggunakan jarum ose dan diinokulasikan kedalam
tabung tabung reaksi 10 mL yang berisi media cair NB. Tabung reaksi
kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 2-3 hari dalam kondisi stasioner
kemudian homogenisasi menggunakan vortex. Kemudian isolat diuji dengan
metode difusi cakram untuk uji terhadap bakteri patogen.76
SKRINING BAKTERI ENDOFIT YANG BERPOTENSI SEBAGAI
ANTIBAKTERI TERHADAP ESCHERICHIA COLI
Biakan murni bakteri endofit yang diperoleh diuji potensi
antibakterinya terhadap E. coli dengan metode Paper Disc Agar Diffusion
Technique. Suspensi bakteri uji yang telah diukur kepadatannya kemudian
disebar di permukaan media MHA dengan metode swab. Sebanyak 20 µL
suspensi bakteri endofit hasil homogenisasi diserapkan pada cakram steril
berdiamter 6 mm. Kemudian dilakukan inkubasi selama 24 jam pada suhu
37oC dan diamati ada atau tidaknya zona bening yang terbentuk.77 Cara
peletakan kertas cakram pada media uji dapat dilihat pada gambar 1 dan
Respon hambatan bakteri dilihat pada Tabel 2
Gambar 1 Skema Peletakan kertas cakram pada media uji.78
Tabel 2 Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri.79
Diameter Zona Hambat (mm) Interpretasi
0 Tidak memiliki efek antibakteri
1,4 – 6,2 Lemah
6,3 – 10,3 Sedang
10,4 – 26,8 Kuat
>26,8 Sangat kuat
PENGUKURAN ZONA HAMBAT
. Zona hambat yang terbentuk di sekitar cakram kertas saring diukur
menggunakan jangka sorong.80 Pengukuran zona hambat dapat dilihat pada
gambar 2
Gambar 2 Pengukuran diameter zona hambat.
1
3 4
2
DV
DH
Keterangan
A : Kertas cakram
B : Cawan petri
DC
2cm
B
3cm A
Keterangan :
: Zona hambat
DV : Diameter vertikal
DH : Diameter horisontal
DC : Diameter cakram
Diameter zona hambat diukur dengan rumus: (DV ̶ DC) + (DH ̶ DC)
IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOFIT
Bakteri murni yang memiliki efek aktivitas antibakteri tertinggi kemudian
dikarakterisasi dan diidentifikasi yang dilakukan secara biokimia dengan
mengacu pada Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. karakterisasi
yang dilakukan meliputi pengamatan morfologi koloni, morfologi sel dan
biokimia bakteri
Hasil
Determinasi Tumbuhan
Hasil Determinasi tumbuhan Pegagan dilakukan di Laboratorium
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Universitas Tanjungpura Kota Pontianak. Hasil determinasi menunjukkan
bahwa tumbuhan yang digunakan adalah tumbuhan dari famili Apiaceae
dengan nama spesies Centella asiatica L. genus Centella.
STERILISASI PERMUKAAN DAUN PEGAGAN
Hasil sterilisasi permukaan daun pegagan yaitu terdapat adanya
pertumbuhan bakteri di sekitar daun pada petri yang berisi daun dan tidak
adanya pertumbuhan bakteri pada cawan petri konfirmasi keberhasilan
sterilisasi daun.
2
ISOLASI BAKTERI ENDOFIT DARI DAUN PEGAGAN
Telah diperoleh hasil pemurnian isolat bakteri endofit daun pegagan
yang berjumlah 42 isolat murni. Hasil isolasi dilihat pada tabel 3
Tabel 3 Hasil Isolasi Bakteri Endofit Daun Pegagan
No Nama Morfologi Koloni
Bentuk Permukaan Tepi Warna
1 Isolat 1 Bulat Cembung Utuh Kekuningan
2 Isolat 2 Iregular Datar Bergerigi Putih
3 Isolat 3 Iregular Cembung Bergelombang Putih
4 Isolat 4 Iregular Datar Bergerigi Putih
5 Isolat 5 Iregular Datar Bergelombang Kuning
6 Isolat 6 Iregular Cembung Bergerigi Putih
7 Isolat 7 Iregular Cembung Begerigi Kuning
8 Isolat 8 Iregular Datar Bergelombang Putih
9 Isolat 9 Iregular Datar Bergelombang Putih Kekuningan
10 Isolat 10 Iregular Cembung Berserabut Putih Kekuningan
11 Isolat 11 Bulat Cembung Utuh Putih
12 Isolat 12 Iregular Datar Bergerigi Putih Kekuningan
13 Isolat 13 Bulat Cembung Utuh Putih
14 Isolat 14 Iregular Datar Utuh Kuning
15 Isolat 15 Iregular Cembung Bergerigi Putih
16 Isolat 16 Iregular Datar Bergerigi Putih Kekuningan
17 Isolat 17 Iregular Datar Bergelombang Putih
18 Isolat 18 Iregular Datar Berserabut Putih
19 Isolat 19 Iregular Cembung Bergelombang Kuning
20 Isolat 20 Iregular Datar Bergelombang Putih Kekuningan
21 Isolat 21 Iregular Cambung Bergelombang Putih Kekuningan
22 Isolat 22 Iregular Cembung Bergerigi Putih
23 Isolat 23 Bulat Cembung Utuh Putih
24 Isolat 24 Iregular Cembung Penuh Putih Kekuningan
25 Isolat 25 Iregular Datar Bergelombang Putih Kekuningan
26 Isolat 26 Iregular Datar Bergerigi Putih Kekuningan
27 Isolat 27 Bulat Cembung Utuh Putih
28 Isolat 28 Bulat Cembung Utuh Kuning
29 Isolat 29 Iregular Cembung Bergerigi Putih
30 Isolat 30 Iregular Cembung Utuh Bening
31 Isolat 31 Iregular Datar Bergerigi Putih
32 Isolat 32 Iregular Datar Bergelombang Kuning
33 Isolat 33 Titik Cembung Penuh Putih
34 Isolat 34 Bulat Cembung Bergelombang Kuning
35 Isolat 35 Iregular Datar Bergelombang Putih Kekuningan
36 Isolat 36 Iregular Datar Bergelombang Kekuningan
37 Isolat 37 Bulat Datar Utuh Putih
38 Isolat 38 Iregular Datar Bergelombang Putih Kekuningan
39 Isolat 39 Iregular Cembung Bergerigi Putih Kekuningan
40 Isolat 40 Bulat Cembung Utuh Putih
41 Isolat 41 Iregular Cembung Bergelombang Putih
42 Isolat 42 Iregular Cembung Bergelombang Kuning
HASIL KONFIRMASI BAKTERI UJI
Hasil konfirmasi bakteri uji pada media NA menunjukkan koloni
berwarna putih kekuningan, sirkular dan tepian utuh. Hasil konfirmasi bakteri
uji dilanjutkan dengan metode pewarnaan gram. bakteri tesebut merupakan
gram negatif, berwarna merah dan berbentuk batang. Pada media EMBA
(Eosin Methylene Blue Agar) didapatkan pertumbuhan koloni berbentuk bulat
dan berwarna hijau metalik. Hasil konfirmasi bakteri uji dilihat pada gambar 2
Gambar 2 (A) media NA (B) Pewarnaan Gram(C) media EMBA
A B C
HASIL UJI AKTIVITAS BAKTERI ENDOFIT
. Hasil pengujian aktivitas bakteri endofit daun pegagan terhadap E. coli
didapatkan sebanyak 4 isolat bakteri endofit dari 42 isolat memiliki aktivitas
terhadap E. coli. Aktivitas isolat bakteri endofit berkisar antara 2 mm – 6,5
mm (aktivitas lemah-sedang) sedangkan kontrol positif sensitif terhadap
bakteri E. coli. Hasil dari pengukuran diameter zona hambat aktivitas bakteri
endofit terhadap bakteri E. coli ditunjukkan pada tabel 4 dan gambar 3
Tabel 4 Aktivitas Isolat Bakteri Endofit Terhadap Escherichia coli
Gambar 3 a) Isolat 16 b) Isolat 36. c) Isolat 26. d) Isolat 30.
No Isolat Zona hambat (dalam mm) Keterangan
1 16 6,5 sedang
2 36 4,5 lemah
3 26 2 lemah
4 30 2 lemah
A B
C D
HASIL IDENTIFIKASI ISOLAT BAKTERI ENDOFIT
Isolat bakteri endofit yang memiliki zona hambat terbesar yaitu isolat
nomor 16. Isolat bakteri endofit paling potensial yang berhasil di isolasi dari
daun pegagan memiliki karakter morfologi sel berbentuk bulat dan
termasuk kedalam golongan bakteri gram negatif. Hasil pewarnaan gram
isolat 16 dilihat pada gambar 4
Gambar 4 Pewarnaan Gram Bakteri Endofit Isolat 16
Uji biokimia bakteri endofit dilakukan di ULK (Unit Laboratorium
Kesehatan) Dinas Kesehatan Provinsi. Hasil uji biokimia isolat bakteri
endofit yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan E. coli yang
paling potensial menunjukkan bahwa isolat bakteri endofit nomor 16
merupakan bakteri fakultatif anaerob, bakteri tidak motil, fermentasi
karbohidrat negatif, indol negatif, H2S negatif, urease negatif, simon sitrat
negatif, katalase positif dan fermentatif glukosa OF
Hasil identifikasi isolat bakteri endofit mengacu pada Bergey’s
Manual of Determinative Bacteriology. Bakteri endofit memiliki kemiripan
karakterisitik morfologi sel dan biokimia yang sama dengan genus
Pseudomonas. Hasil identifikasi dilihat pada tabel 5
Tabel 5 Hasil identifikasi isolat 16 dengan genus Pseudomonas
No Identifikasi isolat Isolat 16 Pseudomonas
1 Morfologi sel : Batang, Gram negatif Batang
2 H2S - +/-
3 Oksidase - +/-
4 Katalase + +
5 Fermentasi
Karbohidrat
- -
6 Urease - -
7 Indol - -
8 Simon sitrat - +/-
9 Motilitas - +/-
10 Glukosa OF F F
11 Kebutuhan O2 Fakultatif Fakultatif
12 Daun + +
Pembahasan
Bakteri endofit adalah bakteri yang hidup dalam jaringan tanaman
yang dapat diisolasi melalui sterilisasi permukaan jaringan.81 Jumlah bakteri
endofit di dalam tanaman tidak dapat ditentukan secara pasti, namun bakteri
ini dapat dideteksi dengan mengisolasi pada media agar.82 Penggunaan
media NA lebih cocok untuk isolasi bakteri endofit dan ditambahkan nistatin
sebagai antifungi.83,84 Bakteri endofit yang tumbuh pada media NA yang
secara makroskopis berbeda dianggap merupakan isolat yang berbeda,
namun jika koloni bakteri endofit yang tumbuh di media pertumbuhan yang
secara makroskopis sama dianggap isolat yang sama. Bakteri endofit yang
berbeda kemudian dilakukan pemurnian. Tujuan pemurnian isolat bakteri
endofit adalah untuk memisahkan hasil inokulasi yang terdiri dari banyak
koloni yang berlainan jenis sehingga didapatkan koloni murni pada setiap
cawan petri.52 Dari hasil setiap bakteri yang dimurnikan didapatkan 42 isolat
bakteri endofit. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari didapatkan 3
isolat aktinomiset endofit dari daun pegagan sebagai antihipertensi.85
Sebanyak 4 dari 42 isolat Isolat bakteri endofit memberikan efek zona
hambat/bening terhadap bakteri Escherichia coli. Berdasarkan tabel 4.2
terdapat 4 isolat akitf yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji.
Masing masing isolat memiliki zona hambat, isolat 16 memiliki zona hambat
sebesar 6,5 mm, isolat 36 memiliki zona hambat sebsear 4,5 mm, isolat 26
dan 30 memeiliki zona hambat sebesar 2 mm. hal ini menunjukkan bahwa
bakteri endofit dari daun pegagan mampu menghasilkan metabolit sekunder
sebagai antibakteri dikarenakan bakteri endofit tersebut memiliki metabolit
sekunder yang sama dengan tanaman inangnya.86 Terdapat 38 isolat yang
tidak menghasilkan zona hambat pada isolat bakteri endofit nomor 1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29,
31, 32, 33, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 41 dan 42. Sedangkan kontrol positif pada
penelitian memiliki zona hambat sebesar 39 mm. Faktor yang mempengaruhi
ukuran daerah penghambatan yaitu tingkat sensitifitas dari organisme uji,
medium kultur dan kondisi inkubasi.51 Terbentuknya zona hambat juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan bakteri uji yang berlebihan.87 Semakin
tinggi konsentrasi antibakteri yang dihasilkan maka semakin tinggi pula daya
hambatnya yang ditunjukkan oleh kecilnya pertumbuhan koloni bakteri
patogen.88
Setiap tanaman dapat mengandung beberapa bakteri endofit yang
mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder yang di duga
sebagai akibat koevolusi atau transfer genetik dari tanaman inangnya
kedalam bakteri endofit.89
Identifikasi bakteri endofit dilakukan berdasarkan hasil morfologi koloni
dan morfologi sel serta aktivitas biokimia. Identifikasi mengacu pada pada
Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. Berdasarkan buku Bergey’s
Manual Of Determinative Bacteriology bakteri yang memiliki potensi sebagai
antibakteri tersebut merupakan bakteri genus Pseudomonas dikarenakan
memiliki karakterisitik morfologi sel dan morfologi sel yang sama serta
aktivitas biokimia yang sama. Pseudomonas dapat ditemukan di tanah, air,
tumbuh tumbuhan dan manusia. Dari beberapa penelitian ditemukan adanya
bakteri endofit Pseudomnas sp endofit dari tanaman yang memiliki efek baik
yaitu senyawa metabolit Pseudomonas sp endofit dari jagung mampu
menghambat Fusarium sp.90 kemudian 2 isolat bakteri endofit dari tanaman
dahlia yaitu Pseudomonas stutzeri LBKURCC44 dan Pseudomonas cepacia
LBKURCC47 yang menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus.91 Hasil Uji fitokimia yang telah dilakukan oleh
Halim, menunjukan bahwa Pseudomonas sp. positif mengandung saponin
dan terpenoid.92 Saponin merupakan senyawa glikosilat yang terdapat dalam
sel tanaman sebagai prekursor tidak aktif tetapi siap diubah menjadi senyawa
bioaktif antibiotik oleh enzim apabila diserang oleh patogen.93 Mekanisme
terpenoid sebagai antibakteri adalah bereaksi dengan porin (protein
transmembran) pada membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan
polimer yang kuat sehingga mengakibatkan rusaknya porin.94
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa :Hasil identifikasi menunjukan bahwa isolat 16
memiliki kemiripan dengan genus Pseudomonas dan Isolat 16 memiliki
aktivitas zona hambat yang paling tinggi dengan membentuk zona hambat
sebesar 6,5 mm serta Siprofloksasin yang digunakan sensitif terhadap bakteri
Escherichia coli dengan membentuk zona hambat sebesar 39 mm
Saran
Berdasarkan penenlitian yang telah dilakukan maka peneliti memberikan
beberapa saran yaitu Perlu dilakukan uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri
patogen penyebab diare lainnya seperti Vibrio cholerae dan uji kualitatif
senyawa metabolit sekunder dari Pseudomonas sp endofit dari daun
pegagan (Centella asiatica L.) dan isolasi senyawa metabolit sekunder dari
Pseudomonas sp endofit dari daun pegagan (Centella asiatica L.) serta
isolasi dan identifikasi molekular bakteri endofit dari daun pegagan (Centella
asiatica L.)
Daftar Pustaka
1. Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscaizo J, et
al. Harrison’s Internal Medicine. 19th Edition. USA. McGraw – Hill; 2015.
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Profil data
kesehatan Indonesia tahun 2015. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI;
2016.
3. Profil Dinas Kesehatan Kota Pontianak. Kasus Diare, Seksi Pengendalian
Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Pontianak. Pontianak; 2015.
4. Farthing M, Lindberg G, Dite P, Khelif I, Lindo ES, Ramakrishna BS, et al.
Acute diarrhea. World Gastroenterology Organisation Practice
Guideline.2012[cited 2016 Des 23]. Available From :
http://www.worldgastro enterology.org.
5. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Jawetz, Melnick & Adelberg's Medical
Microbiology. 27th ed. USA: The McGraw-Hill; 2016.
6. Qadri F, Svennerholm AM, Faruque AS, Sack RB. Enterotoxigenic
Escherichia coli in developing countries: epidemiology, microbiology,
clinical features, treatment, and prevention. Clin Microbiol Rev.
2005;18:465-83.
7. Kitaoka M, Miyata ST, Unterweger D, Pukatzki S. Antibiotic resistance
mechanisms of vibrio cholerae. J of Med Microbiol. 2011;60(4):297-407.
8. Permenkes RI. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik, Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta; 2011.
9. Akbar M, Budiarti LY, Edyson. Perbandingan efektivitas antibakteri antara
ekstrak metanol kulit batang kasturi dengan ampisilin terhadap
Staphylococcus aureus in Vitro. Jurnal Berkala Kedokteran, 2016;12(1): 1-
9.
10. Lusiana, Dhafir F, Masrianih. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun
Pegagan (centella asiatica) terhadap Mortilitas Spermatozoa Mencit (Mus
musculus) Galur Ddy. E-jipbiol, 2013;2:24-29.
11. Brinkhaus B, Lindner M, Schuppan D, Hahn EG. Chemical,
pharmacological and clinical profile of the East Asian medical plant
Centella asiatica. Phytomedicine. Erlangen-Nuremberg. 2000;7(5):427-
488.
12. Dalimartha, S. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 2. Jakarta: Trubus
Agriwidya; 2008.(cited 2016 Des 23)Availablefrom; https://books.Google
.co.id/books?id=vmrbQE4jfYcC&printsec=frontcove&hl=id&source=gbs_
ge _summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false.
13. Sundaryono, A. Penggunaan batang tanaman betadin ( Jatropha
multifida L.) untuk meningkatkan jumlah Trombosit pada Mus Musculus.
Artikel asli Media Medika Indoesiana. 2011;45(2):1-5.
14. Brinkhaus B, Lindner M, Schuppan D, Hahn EG. Chemical,
pharmacological and clinical profile of the East Asian medical plant
Centella asiatica. Phytomedicine. Erlangen-Nuremberg. 2000;7(5):427-
488.
15. Panthi,MP, Chaudhary,RP Antibacterial activity of some selected folklore
medicinal plants from West Nepal. Scientific world. 2006;4(4):16-21.
16. Pratiwi BE. Isolasi dan skrining fitokimia Bakteri Endofit dari daun
Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Yang Berpotensi Sebagai
Antibakteri [skripsi]. Jakarta. UIN; 2015.
17. Bhore SJ, Sathisha G. Screening of endophytic colonizing bacteria for
cytokinin-like compounds: crude cell-free broth of endophytic colonizing
bacteria is unsuitable in cucumber cotyledon bioassay. World J. Agric.
Sci. 2010;6(4):345-352.
18. Barbara JES, Christine JCB. 2006. What are Endophytes. In Microbial
Root Endophytes (Eds: Thomas N. Sieber). Springer-Verlag, Berlin.
19. Altahi, AD. Plasmid profiles, antibiotic and heavy metal resistance
incidence of endhophytic bacteria isplaterd from grapevine ( Vitis vinivera
L. ), African J. of Biotech. 2009;8(21):5873-5882.
20. Vega FE, Ripoll M, Posada F, Buyer JS. Endophytic bacteria in Coffea
Arabica L. J. Basic. Microbiol, 2005;45:371-380.
21. Castillo U, et al. Kakadumycins, novel antibiotics from Streptomyces
sp.NRRL 30566, an endophyte of Grevillea pteridifolia. FEMS
Microbiology Letters. 2003;224:180-190.
22. Guan SH, Sattler I, Lin WH, Guo DA, Grabley S. p-Aminoacetophenonic
acids produced by a mangroveendophyte: Streptomyces griseus
subspecies. J Nat Prod. 2005;68:1198–200.
23. Ryan RP, Germaine K, Franks A, Ryan DJ, Dowling DN. Bacterial
endophytes: recent developments and applications Mini Review. FEMS
Microbiol Lett. 2008;(278):1–9.
24. Nursulistyarini F. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Endofit Penghasil
Antibakteri dari daun Tanaman Binahong (Anredera ccordifolia (Ten.)
steenis) [Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Negeri Sunan Kalijaga; 2014.
25. Besung, INK. Pegagan (Centella aisatica) sebagai alternative
Pencegahan Infeksi pada ternak. Buletin veteriner udayana. 2009;61-
67:2.
26. Lulasto, Aprillia Karolin. Karakterisasi dan uji aktivitas antimikroba dari
fungi endofit akar tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) urban.)
terhadap escherichia coli dan staphylococcus aureus. [Skripsi]. Surabaya
: Widya Mandala Catholic University Surabaya; 2015.
27. Rachmawati, F, Nuria MC. Uji aktivitas antibakteri fraksi kloroform ekstrak
etanol pegagan (Centella asiatica (L) Urb) serta identifikasi Senyawa
aktifnya. e-Publikasi Ilmiah Fakultas Farmasi Unwahas Semarang. 2011;
7-13.
28. Yusran, ilyas A, Saleh, HA. Bioaktivitas ekstrak metanol daun pegagan
(Centella Asiatica L.) terhadap pertumbuhan bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Al-Kimia. 2016;4(1): 1-8.
29. Roni, Muhammad Adil. Formulasi Minuman Herbal Instan Antioksidan
dari Campuran Teh Hijau (Camellia Sinensis), Pegagan (Centella
Asiatica), dan Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix). Bogor: Institut Pertanian
Bogor; 2008.
30. ITIS Report Taxonomic Hierarchy Centella asiatica L. Urban. L. Urb,
Taxonomic Serial,No:29612(internet). 2017 (Updated 2016 Des 6; Cited
2016Des6.Availablefrom:http://www.itis.govservlet/SingleRpt/SingleRpt?s
earch_ topic=TSN&searchvalue= 29612
31. Aziz. Z.A, Davey MR, Power JB, Anthony P, Smith RM, Lowe KC et al..
Production of asiatikosida and madekasosida in Centella asitica in vitro
and in vivo. Biologia Plantarum. 2007;51(1): 34-42.
32. Direktorat Obat Asli Indonesia, Serial data ilmiah terkini tumbuhan obat
pegagan Centella asiatica (L.) Urban. Badan Pengawas Obat dan
Makanan. 2010: 23.
33. Seevaratnam V, Banumathi P, Premalatha MR, Sundaram SP,
Arumugam, T et al. Functional properties of Centella asiatica (L.): A
review. Int J Pharm Pharm Sci. 2012;4(5): 8-14.
34. Singh S, Gautam A, Sharma A, Batra A. Centella asiatica (L.): a plant
with immense medicinal potential but threatened. Intl J of Pharma Sci Rev
and Res. 2010;4(2):1-9.
35. Rohyani IS, Aryanti E, Suripto. Kandungan fitokimia beberapa jenis
tumbuhan lokal yang sering dimanfaatkan sebagai bahan baku obat di
Pulau Lombok. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 2015;1(2):388-391.
36. Juliantina F, Citra DA, Nirwani B, Nurmasitoh T, Bowo ET. Manfaat sirih
(Piper crocatum) sebagai agen antibakterial terhadap Gram positif dan
Gram negatif. JKKI. 2009;1(1):5.
37. Chusnie TPT, Lamb AJ. Review Antimicrobial activity of Flavonoids, Int J
of Antimicrob Agents. 2005;26(1):343-56.
38. Kurniawan B; Aryana WF. Binahong (cassia alata l) as inhibitor of
Escherichia coli growth. J Majority. 2015;4(4):100-4.
39. Bangham AD, Horne RW. Action of Saponins on Biological Cell
Membrane. Nature. 2006;196:952-3.
40. Darsana IGO, Besung INK, Mahatmi H. Potensi Daun Binahong
(Anredera Cordifolia (Tenore) Steenis) dalam Menghambat Pertumbuhan
Bakteri Escherichia coli secara In Vitro. Indonesia Medicus Veterinus.
2012;1(3):337-351.
41. Poeloengan M, Praptiwi. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.). Media Litbang Kesehatan.
2010;20(2): 65-69.
42. Handini, Zhenita Vinda Tri, and Abdjad Asih Nawangsih. "Keefektifan
bakteri endofit dan bakteri perakaran pemacu pertumbuhan tanaman
dalam menekan penyakit layu bakteri pada Tomat. Jurnal Fitopatologi
Indonesia. 2014;10(2): 61-67.
43. Budiman A. Isolasi dan penapisan isolat-isolat bakteri endofit sebagai
penghasil senyawa antibakteri asal tanaman sambiloto (Andrographis
paniculata Ness.) [skripsi]. Bogor: Universitas Pakuan; 2009.
44. Desriani, Bintang M, Akhmad R, Puspita L, Safira UM. Isolasi dan
Karakterisasi Bakteri Endofit dari Tanaman Binahong dan Katepeng
China. Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(2):89-93.
45. Rang HP, Dale MM, Ritter JM, Flower RJ, Henderson G. Rang & Dale's
Pharmacology: With Student Consult Online Access. 8th edition. USA:
Elsevier Health Sciences; 2015.
46. Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Basic & Clinical Pharmacology. 13th
edition. USA: The McGraw-Hill Companies Inc; 2014.
47. Adriani. Aktivitas Antibakterial fungi endofit Caulerpa racemosa terhadap
bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Prosiding Seminar
Biologi; 29 januari 2015; Makasar. UIN: 2015.
48. Firmansyah R. Potensi endofit dan filopenia asal daun Mucuna pruriens
Linn. dalam memacu pertumbuhan Tanaman dan menekan penyakit
bercak daun Cercospora sp. pada tanaman Kacang tanah (Arachis
hypogaea L Mer).[Skripsi] Bandung: Fakultas Pertanian, Universitas
Padjajaran; 2012.
49. Leonita S. Isolation and Identification of Endophytic Bacteria from Ficus
variegata Blume as Antibacterial Compounds Producer. Current
Biochemistry. 2016; 2(3): 116-128.
50. Indarti S. Biopeptisida Berbahan Aktif Mikroba Kitinolitik untuk
Pengendalian Nematoda Parasit (Pratylenchus coffeae) pada Tanaman
Kopi. Sirinov. 2008; 1(3):117-122.
51. Prescott LM, Harley JP. Laboratory Exercises In Microbiology. McGraw-
Hill Science 2002.
52. Pelczar, Michael J, Chan ECS. Dasar-dasar Mikrobiologi jilid I. Jakarta:
UI Press; 2008. .
53. Hadioetomo RS. Mikrobiologi dasar dalam praktek teknik dan prosedur
dasar laboratorium. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. 1993.
54. Deasywaty. Aktivitas antimikroba dan identifikasi komponen aktif rimpang
temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) [Tesis]. Depok: Program
Pascasarjana Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Indonesia; 2011.
55. Songer JG, Post KW. Veterinary Microbiology: Bacterial and fungal
agents of animal disease. Elsevier Saunders: Missouri; 2005.
56. Tortora G, Funke BR, Case CL. Introduction to Microbiology. 2007.
57. Manning, Shannon D, Hilary B. Escherichia coli infections. New York:
Infobase Publishing; 2010.
58. Parija, SC. Textbook of microbiology& immunology. India: Elsevier; 2009.
59. Dubreuil, J.D . Escherichia coli STb enterotoxin. Microbiology. 1997:
143;1783–1795.
60. Donnenberg MS, Whittam TS. Pathogenesis and evolution of virulence in
enteropathogenic and enterohemorrhagic Escherichia coli, J. Clin. Invest.
2011: 107(5);539–548.
61. Parsot C. Shigella spp. and enteroinvasive E. coli pathogenicity factors,
FEMS Microbiol. Lett. 2005:252;8–11.
62. Karch, H. The role of virulence factors in enterohemorrhagic Escherichia
coli (EHEC) associated hemolytic uremic syndrome, Semin. Thromb.
Hemost. 2001:27(3);207–214.
63. Eslava, C, García FN, Czeczulin JR, Henderson IR, Cravioto A, Nataro
JP et al. Pet. An autotransporter enterotoxin from enteroaggregative
Escherichia coli, Infect. Immun. 2009;66(7):3155–3163.
64. Khan GJ, Khan RA, Majeed I, Siddiqui FA. Ciprofloxacin; The Frequent
Use In Poultry And Its Consequences On Human Health. Professional
Medical Journal. 2015;22(1).
65. Whalen K. Lippincott’s illustrated reviews: Pharmacology. Philadelphia:
Wolters Kluwer; 2015.
66. Jorgensen JH, Ferraro MJ. Antimicrobial susceptibility testing: a review of
general principles and contemporary practices. Clin Infect Dis. 2009 Dec;
49(11):1749-55.
67. Schwalbe R, Steele ML, Goodwin, Avery C. Antimicrobial susceptibility
testing protocols. US: Crc Press; 2007; p. 53-91.
68. Primanita M, Wahyudi AT, Lestari Y. 16S rRNA-based Metagenomic
Analysis of Endophytic Actinomycetes Diversity from Tinospora crispa L.
Miers. Microbiol Ind, 2015;9.1:25.
69. Coombs JT, Franco CMM. Isolation and Identification of Actinobacteria
from Surface Sterilized Wheat Roots. Appl Environ Microbiol.
2003;69(9):5603-8.
70. Anjum N, Chandra R. Endophytic bacteria optimizaton of isolation
procedure from various medicinal plants and their preliminary
characterization. Asian J of Pharm and Clin Res. 2015;8(4):233-8.
71. Faisal, M. uji kepekaan bakteri yang diisolasi dan diidentifikasi dari
sputum penderita bronkhitis di Rsup Prof Dr. Rd Kandou Manado
terhadap antibiotik golongan sefalosporin (sefiksim), penisilin
(amoksisilin) dan tetrasiklin (tetrasiklin).Pharmacon. 2015;4(3):88-95.
72. Andrews JM. Determination of minimum inhibitory concentrations. J
antimicrob Chemo. 2001;48:5-16.
73. ICMR. Detection of antimicrobial resistance in comon gram negative and
gram positive bacteria encountered in infectious disease-an update.
ICMR Bulletin. 2009; 39(1):1-20.
74. Elliott T, Worthington T. Buku Mikrobiologi Kedokteran dan Infeksi. Edisi
4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;2013.
75. Clinical and Laboratory Standars Institute (CLSI). Performance standards
for antimicrobial susceptibility testing. Approved Standards-Twelfth
Edition. CLSI document M02-A11.Wayne, PA: CLSI; 2016.
76. Priyanto Simarmata, Rumella, Sylvia L, Harmastini S. Isolasi mikroba
endofitik dari tanaman obat sambung nyawa (Gynura procumbens) dan
analisis potensinya sebagai antimikroba. Berk Penel Hayati. 2007; 13: 85-
90.
77. Priharta AAYD. Isolasi dan identifikasi bakteri endofit dalam batang
tanaman Artemisia annua L. yang diuji potensi antibakterinya terhadap
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.[Skripsi] Yogyakarta. USD;
2008.
78. Waluyo L. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah;
2004
79. Tchaou WS, et al. Inhibition of pure cultures of oral bacteria by root canal
filling materials. Pediatric Dentistry. 1996;18(7): 444-449.
80. Toy TSS, Lampus BS, Hutagalung BSP. Uji Daya Hambat Ekstrak
Rumput Laut Gracilaria Sp Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus Aureus. E-GigI. 2015;3(1):1-7.
81. Hallmannn J, Quadt-Hallmannn A, Mahaffee WF, Kloepper JW.. Bacterial
endophytes in agricultural crops. Can J Microbiol. 1997; 43:895-914
82. Bacon CW, Hinton DM.. Bacterial endophytes: the endophytic niche, its
occupants, and its utility. Di dalam: Gnanamanickam SS, editor, Plant-
Associated Bacteria. Netherland : Springer. 2006
83. Sulistiyani TR. Keragaman bakteri endofit tanaman kunyit putih (Curcuma
zedoaria) dan toksisitasnya terhadap embrio ikan zebra. [Tesis]. Bogor:
Institut Pertanian Bogor. 2014
84. Kumala S, Siswanto EB. Isolation and screening of endophytic microbes
from Morinda citrifolia and their ubility to produce antimicrobial subtances.
Microbiology Indonesia. 2007;1: 145-148
85. Sari WE. Aktivitas antihipertensi aktinomiset endofit asal tanaman
pegagan dan belimbing wuluh [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, 2011.
86. Radji, M. Peranan bioteknologi dan mikroba endofit dalam
pengembangan obat herbal. Pharmaceutical Sciences and Research,
2012; 2(3):113-126
87. Strobel, GA. Microbial gifts from rain forests. Canadian Journal of Plant
Pathology, 2002; 24(1):4-20.
88. Sunariasih, Linda NP, Suada IK, Suniti NW. Identifikasi jamur endofit dari
biji padi dan uji daya hambatnya terhadap Pyricularia oryzae Cav.
Denpasar. E-jurnal ageoteknologi tropika 2014;3(2).
89. Tan RX, Zou WX.. Endophtyes: a rich source of functional metabolites.
Nat Prod Rep; 2001;18: 4483459
90. Hanif, Andini, Bonny P, Wahyu S, Munif A. Seleksi Bakteri Endofit
Penghasil Senyawa Metabolit untuk Pengendalian Cendawan Patogen
Terbawa Benih Jagung. Jurnal Fitopatologi Indonesia. 2017;12(5)149
91. Elita A, Saryono S, Jose C. Penentuan waktu optimum produksi
antimikroba dan uji fitokimia ekstrak kasar fermentasi bakteri endofit
Pseudomonas sp. dari umbi tanaman dahlia (Dahlia variabilis). Jurnal
Indonesian Chemia Acta, 2013;3(2):56-62.
92. Halim, Jasril, Saryono. Optimalisasi produksi senyawa metabolit
sekunder dari pseudomonas sp. Endofit tanaman dahlia (Dahlia
variabilis). Jurnal indonesian chemia acta, 2014, 5.1: 8-14.
93. Turk FM. Saponins versus plant fungal pathogens, Journal of Cell and
Molecular Biology. 2006; 5:13-17.
94. Cowan M. Plant products as antimicrobial agents, Clinical microbiology
reviews. 1999;12(4) 564‐82