14
1 Isolasi dan Identifikasi Mikrofungi Epifit pada Daun Tua dan Daun Muda Mangrove (Rhizhopora sp.) di perairan Sei Ladi Kelurahan Kampung Bugis Dina Fatmasari 1 , Fadhliyah Idris 2 , Ita Karlina 3 [email protected] Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai yang terdiri dari beberapa jenis dan mampu berkembang pada area pasang surut yang masih di pengaruhi oleh asupan air tawar dari aliran sungai. Daun mangrove (Rhizhopora sp.) yang jatuh akan mengalami dekomposisi tidak terlepas dari peranan mikrofungi epifit untuk membantu proses dekomposisi daun. Pada jaringan daun mangrove Rhizhopora sp., jamur hidup sebagai epifit yang melekat pada permukaan daun. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi mikrofungi epifit pada daun tua dan daun muda mangrove (Rhizhopora sp.) di Perairan Sei Ladi Kelurahan Kampung Bugis. Penelitian ini dilakukan secara in-vitro. Daun mangrove diambil dengan cara dipetik dari pohonnya, kemudian di tanam pada media PDA, penggoresan dan disubkultur sampai di dapat 1 isolat jamur. pertumbuhan jamur akan diidentifikasi menggunakan identifkasi manual. Hasil penelitian mendapatkan mikrofungi epifit pada mangrove Rhizhopora sp., yaitu Aspergillus sp., Endophylicola sp., Penicillium sp., dan Trichoderma sp. Pada sampel daun muda komposisi tertinggi di peroleh jenis Penicillium sp. (50%). Dan pada sampel daun tua tertinggi yakni pada Aspergillus sp. (40%). Kata kunci : mangrove, epifit, daun, isolasi.

Isolasi dan Identifikasi Mikrofungi Epifit pada Daun Tua ...repository.umrah.ac.id/747/1/JURNAL DINA FATMASARI.pdf · mucronata, serta Rhizophora stylosa. ... memiliki bentuk lonjong

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Isolasi dan Identifikasi Mikrofungi Epifit pada Daun Tua ...repository.umrah.ac.id/747/1/JURNAL DINA FATMASARI.pdf · mucronata, serta Rhizophora stylosa. ... memiliki bentuk lonjong

1

Isolasi dan Identifikasi Mikrofungi Epifit pada Daun Tua dan Daun Muda

Mangrove (Rhizhopora sp.) di perairan Sei Ladi Kelurahan Kampung Bugis

Dina Fatmasari1, Fadhliyah Idris

2, Ita Karlina

3

[email protected]

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas

Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai yang terdiri dari beberapa

jenis dan mampu berkembang pada area pasang surut yang masih di pengaruhi

oleh asupan air tawar dari aliran sungai. Daun mangrove (Rhizhopora sp.) yang

jatuh akan mengalami dekomposisi tidak terlepas dari peranan mikrofungi epifit

untuk membantu proses dekomposisi daun. Pada jaringan daun mangrove

Rhizhopora sp., jamur hidup sebagai epifit yang melekat pada permukaan daun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi mikrofungi epifit

pada daun tua dan daun muda mangrove (Rhizhopora sp.) di Perairan Sei Ladi

Kelurahan Kampung Bugis. Penelitian ini dilakukan secara in-vitro. Daun

mangrove diambil dengan cara dipetik dari pohonnya, kemudian di tanam pada

media PDA, penggoresan dan disubkultur sampai di dapat 1 isolat jamur.

pertumbuhan jamur akan diidentifikasi menggunakan identifkasi manual. Hasil

penelitian mendapatkan mikrofungi epifit pada mangrove Rhizhopora sp., yaitu

Aspergillus sp., Endophylicola sp., Penicillium sp., dan Trichoderma sp. Pada

sampel daun muda komposisi tertinggi di peroleh jenis Penicillium sp. (50%).

Dan pada sampel daun tua tertinggi yakni pada Aspergillus sp. (40%).

Kata kunci : mangrove, epifit, daun, isolasi.

Page 2: Isolasi dan Identifikasi Mikrofungi Epifit pada Daun Tua ...repository.umrah.ac.id/747/1/JURNAL DINA FATMASARI.pdf · mucronata, serta Rhizophora stylosa. ... memiliki bentuk lonjong

2

PENDAHULUAN

Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai yang terdiri dari beberapa

jenis dan mampu berkembang pada area pasang surut yang masih di pengaruhi

oleh asupan air tawar dari aliran sungai. Menurut Mahmudi et al. (2011),

ekosistem mangrove merupakan ekosistem dengan tingkat kesuburan dan

produktivitas yang tinggi. Ekosistem mangrove memiliki peranan penting

terhadap kestabilan ekosistem. Ekosistem mangrove tersebar disepanjang perairan

Indonesia salah satunya di perairan Kota Tanjungpinang.

Salah satu kawasan di perairan Tanjungpinang yang ditumbuhi oleh vegetasi

mangrove yaitu perairan Sei Ladi. Sei Ladi merupakan salah satu Desa di

Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Tanjungpinang Kota yang terletak di Kota

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki keanekaragaman

ekosistem, salah satunya yakni ekosistem mangrove. Menurut Ichsan (2015),

mangrove adalah salah satu ekosistem yang terdapat di Desa Sei Ladi yang

didominasi oleh jenis Rhizhopora sp. Jenis (Rhizopora sp.) ini memiliki peranan

tingkat kesuburan yang tinggi pada area komunitasnya.

Pada ekosistem mangrove terdapat beranekaragam komunitas flora dan fauna

serta kelompok mikroorganisme. Kelompok mikroorganisme yang terdapat pada

ekosistem mangrove salah satunya ialah komunitas fungi epifit. Komunitas fungi

adalah komponen penting pada ekosistem mangrove dan berkontribusi untuk

penguraian bahan organik yang terjadi pada jaringan tumbuhan mangrove

termasuk daun, (Suciatmih 2015).

Daun mangrove (Rhizhopora sp.) yang jatuh akan mengalami dekomposisi

yang tidak terlepas dari peranan mikrofungi epifit untuk membantu proses

dekomposisi daun. Pada jaringan daun mangrove Rhizhopora sp. fungi hidup

sebagai epifit yang melekat pada permukaan daun. Epifit adalah bagian dari

periphyton yang hanya menempel pada permukaan tumbuhan. Daun mangrove

yang jatuh diuraikan oleh fungi maupun bakteri dan menjadi bahan organik yang

dapat dimanfaatkan kembali oleh ekosistem mangrove.

Berdasarkan pemaparan di atas, mikrofungi epifit akan membantu proses

dekomposisi untuk menghasilkan unsur hara yang dapat dimanfaatkan bagi

komunitas mangrove itu sendiri. Dengan demikian, diperlukan penelitian untuk

melihat jenis-jenis mikrofungi pada daun mangrove (Rhizhopora sp.) di perairan

Sei Ladi.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Agustus 2017. Lokasi pengambilan

sampel dilakukan di Desa Sei Ladi, Kecamatan Kampung Bugis, Tanjungpinang

Kota. Proses isolasi dan identifikasi dilakukan di Laboratorium mikrobiologi

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Peta

lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 3: Isolasi dan Identifikasi Mikrofungi Epifit pada Daun Tua ...repository.umrah.ac.id/747/1/JURNAL DINA FATMASARI.pdf · mucronata, serta Rhizophora stylosa. ... memiliki bentuk lonjong

3

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara in-vitro, mengisolasi jamur dari daun tua dan

daun muda mangrove (Rhizophora sp.) yang dimulai dari pengumpulan daun tua

dan daun muda mangrove dengan cara dipetik dengan menggunakan pinset. Pada

daun berwarna hijau muda dan daun berwarna coklat tua. Sampel yang diambil

pada penelitian ini yaitu pada 3 titik berdasarkan bagian hulu, tengah, dan hilir.

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun mangrove (Rhizophora

sp.) yang terdapat di perairan Sei Ladi Kota.

Semua peralatan yang akan digunakan akan disterilkan terlebih dahulu.

Peralatan yang terbuat dari gelas, disterilkan dalam oven pada suhu 160˚C - 180˚C

selama 2 jam. Sedangkan alat – alat yang tidak tahan pada pemanasan dengan

suhu tinggi, disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121˚C dengan tekanan 15 psi

(per square inchi) selama 15 menit. Jarum ose disterilkan dengan cara pemanasan

langsung hingga memijar.

Pengambilan sampel daun tua dan daun muda dengan perbedaan warna yaitu

coklat tua dan hijau muda, diambil dengan cara dipetik langsung dari pohonnya,

dan pengambilan sampel daun tua bersamaan dengan pengambilan sampel daun

muda mangrove. Kantong sampel daun tua akan dipisah dengan kantong sampel

daun muda mangrove dengan masing-masing kantong sampel berisi 1 helai daun

setiap stasiun.

Cara pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar) dapat dilihat pada bagan

seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Bagan alir pembuatan media PDA

Page 4: Isolasi dan Identifikasi Mikrofungi Epifit pada Daun Tua ...repository.umrah.ac.id/747/1/JURNAL DINA FATMASARI.pdf · mucronata, serta Rhizophora stylosa. ... memiliki bentuk lonjong

4

Siapkan bahan PDA sebanyak 29 gram dan larutkan dalam 1000 mL akuades

steril. Masukkan bahan tersebut ke dalam labu erlenmeyer kemudian dipanaskan

dan diaduk sampai homogen. Masukan bahan ke dalam autoklaf selama 15 menit

pada suhu 121˚C dengan tekanan 15 psi. Tambahkan Tetracyclin sebagai

antibakteri pada media, kemudian larutan PDA dituangkan ke dalam cawan petri

dengan ketebalan ± 5 mL dengan kondisi tertutup, dan diamkan sampai membeku.

Penggunaan antibakteri 1 kapsul untuk 1L media. Sebelum digunakan, media

disimpan selama 24 jam dalam suhu kamar.

Jamur yang telah diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 25ºC tadi

diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologi dengan cara langsung melihat bentuk

dan warna koloni jamur. Sedangkan pengamatan ciri-ciri mikroskopis dengan

menggunakan mikroskop. Cara identifikasi isolat jamur mikrofungi epifit dapat

dilihat pada bagan seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Bagan alir identifikasi isolat jamur mikrofungi epifit

Ambil spora atau konidia dari biakan murni jamur menggunakan jarum ose.

Letakkan inokulum jamur di atas obyek glass. Kemudian obyek glass ditutup

dengan cover glass dan tekan perlahan. Morfologi jamur yang terbentuk di amati

dengan menggunakan mikroskopis binokular NIKON Eclipse E-100 dengan

perbesaran 400x, kemudian preparat jamur diidentifikasi dengan menggunakan

buku “Illustrated Genera of Imperfect Fungi” oleh Barnett dan Hunter (1970).

HASIL

Jenis – jenis mikrofungi epifit yang dijumpai pada jaringan daun muda dan

daun tua mangrove Rhizopora sp. terdiri atas 4 jenis yakni Aspergillus sp.

Trichoderma sp. Endophylicola sp. dan Penicillium sp. Lebih lanjut dapat dilihat

pada Gambar 4.

Page 5: Isolasi dan Identifikasi Mikrofungi Epifit pada Daun Tua ...repository.umrah.ac.id/747/1/JURNAL DINA FATMASARI.pdf · mucronata, serta Rhizophora stylosa. ... memiliki bentuk lonjong

5

(a) (b)

Class : Moniliales

Ordo : Helicospores

Family : Monoliaceae

Genus : Aspergillus sp. Keterangan : (a) = hasil identifikasi penelitian

(b) = identifikasi menurut Suciatmih (2015)

(a) (b) Class : Eurotiomycetes

Ordo : Eurotiales

Family : Trichocomaceae

Genus : Endophylicola sp.

Keterangan : (a) = hasil identifikasi penelitian

(b) = identifikasi menurut Suciatmih (2015)

Page 6: Isolasi dan Identifikasi Mikrofungi Epifit pada Daun Tua ...repository.umrah.ac.id/747/1/JURNAL DINA FATMASARI.pdf · mucronata, serta Rhizophora stylosa. ... memiliki bentuk lonjong

6

(a) (b)

Class : Moniliales

Ordo : Helicospores

Family : Monoliaceae

Genus : Penicillium sp.

Keterangan : (a) = hasil identifikasi penelitian

(b) = identifikasi menurut Suciatmih (2015)

(a) (b)

Class : Moniliales

Ordo : Helicospores

Family : Monoliaceae

Genus : Trichoderma sp.

Keterangan : (a) = hasil identifikasi penelitian

(b) = identifikasi menurut Suciatmih (2015)

Gambar 4. Jenis-jenis Mikrofungi epifit

Sebaran jenis mikrofungi epifit pada mangrove dibedakan atas bagian daun tua dan daun muda. Untuk komposisinya jenis mikrofungi epifitnya terjadi

kecenderungan perbedaan antara kedua sampel tersebut. Untuk lebih jelasnya

tersaji pada Tabel 1.

Page 7: Isolasi dan Identifikasi Mikrofungi Epifit pada Daun Tua ...repository.umrah.ac.id/747/1/JURNAL DINA FATMASARI.pdf · mucronata, serta Rhizophora stylosa. ... memiliki bentuk lonjong

7

Tabel 1. Jenis Mikrofungi Epifit pada daun tua dan daun muda mangrove

Rhizopora sp.

No. Jenis Mikrofungi

Sampel

Daun Tua Daun Muda

St. I St. II St. III St. I St. II St. III

1. Aspergillus sp. + + - - - -

2. Endophylicola sp. - - + - + -

3. Penicillium sp. + - - + - +

4. Trichoderma sp. + - - - - +

Keterangan : (+) dijumpai

(-) tidak dijumpai

Untuk melihat nilai komposisi jenis mikrofungi epifit secara lengkap disajikan

seperti pada Gambar 5.

(a) (b)

Gambar 5. Komposisi Mikrofungi (a) pada daun muda; (b) pada daun tua

PEMBAHASAN

Perairan Sei Ladi merupakan habitat tumbuh bagi jenis mangrove Rhizopora

sp. yang terdiri atas spesies mangrove jenis Rhizopora apicullata, Rhizophora

mucronata, serta Rhizophora stylosa. Akan tetapi, berdasarkan hasil pengamatan

visual secara umum jenis mangrove yang dominan yakni R. apicullata. Sehingga,

serasah yang gugur, lebih dominan oleh jenis R. apicullata.

Menurut Zamroni dan Rohyani (2008), mengatakan bahwa rata-rata laju

produksi serasah daun setiap jenis mangrove untuk R. apiculata sebesar 3.94

g/pohon/hari, R. mucronata sebesar 2,1 g/pohon/hari dan R. stylosa sebesar 1,67

g/pohon/hari. Faktor lingkungan, curah hujan mrupakan faktor yang

mempengaruhi laju produksi serasah mangrove. Dengan demikian dapat dilihat

bahwa nilai produksi serasah mangrove lebih besar dari jenis Rhizopora sp.

dibandingkan dengan jenis lainnya. Dengan demikian sangat memungkinkan

bahwa jenis R. apiculata menyumbang serasah tertinggi pada sampel yang

diisolasi dan diidentifikasi jenis mikrofunginya.

Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian terkait dengan jenis

mikrofungi epifit pada jenis mangrove Rhizopora sp. dijumpai sebanyak 4 jenis

mikrofungi yakni Aspergillus sp., Endophylicola sp., Penicillium sp., dan

Trichoderma sp. Masing-masing dari jenis mikrofungi epifit yang diambil yakni

Page 8: Isolasi dan Identifikasi Mikrofungi Epifit pada Daun Tua ...repository.umrah.ac.id/747/1/JURNAL DINA FATMASARI.pdf · mucronata, serta Rhizophora stylosa. ... memiliki bentuk lonjong

8

dari bagian daun tua dan daun muda. Berdasarkan hasil pengamatan morfologi

jenis fungi Aspergillus sp., dan Penicillium sp., umumnya memang memiliki

kesamaan dari tampilan morfologinya. Akan tetapi pada jenis fungi Aspergillus

sp., memiliki konidia (conidial head) atau bagian kepala yang lebih besar dan

berserat. Sedangkan pada jenis fungi Penicillium sp., memiliki conidial head lebih

kecil dan membulat licin. Sedangkan untuk fungi jenis Endophylicola sp.,

memiliki bentuk lonjong oval serta jenis Trichoderma sp., membentuk konidia

(conidial head) kecil dan menempel pada hifa (bagian fungi yang menyerupai

batang) seperti buah anggur.

Jenis-jenis mikrofungi epifit yang dijumpai merupakan jenis yang memang

umumnya dijumpai pada daun tua dan daun muda mangrove. penelitian ini

ditemui jenis fungi Aspergillus sp., Endophylicola sp., Penicillium sp., dan

Trichoderma sp. Jenis fungi endofit yang umumnya hidup pada tumbuhan

mangrove diantaranya; Aspergillus niger, Aspergillus, Colletotrichum, Fusarium,

Phyllosticta capitalensis, endophyllicola, endophyllicola, Pestalotiopsis,

Penicillium, Phomopsis, Penicillium, leycettanus dan Trichoderma harzianum,

(Suciatmih 2015). Menurut Nuramalia (2016), terkait dengan jenis mikrofungi

endofit pada mangrove Rhizhopora sp. Diantaranya yang ditemukan Rhizopus

sp., Aspergillus sp., Mucor sp., Trichoderma sp., Penicillium sp.

Pada stasiun 1 hanya dijumpai jenis mikrofungi epifit Penicillium sp. pada

stasiun 2 dijumpai jenis mikrofungi epifit Endophylicola sp., sedangkan pada

stasiun 3 dijumpai mikrofungi epifit terbanyak yakni Penicillium sp., dan

Trichoderma sp. Yang paling banyak dijumpai jenis mikrofungi epifit pada semua

stasiun yakni Penicillium sp. Dari Tabel 3 jenis mikrofungi epifit pada sampel

daun tua menunjukkan bahwa pada stasiun 1 hanya dijumpai jenis mikrofungi

epifit Aspergillus sp. Trichoderma sp. dan Penicillium sp. pada stasiun 2 dijumpai

jenis mikrofungi epifit pada mangrove Rhizopora sp. yakni Aspergillus sp.,

sedangkan pada stasiun 3 dijumpai mikrofungi epifit terbanyak yakni

Endophylicola sp. dan yang paling banyak dijumpai jenis mikrofungi epifit pada

semua stasiun yakni Penicillium sp.

pada sampel daun muda adanya kecenderungan dominansi jenis Penicillium sp.

dengan nilai komposisi mencapai 50%, sedangkan Endophylicola sp. dan

Trichoderma sp. komposisinya hanya sebesar 25%. Dengan demikian dikatakan

bahwa jenis Penicillium sp. merupakan jenis yang paling umum ditemukan pada

kelompok mikrofungi epifit pada daun muda mangrove Rhizhopora sp.

Sedangkan pada sampel daun tua adanya kecenderungan dominansi jenis

Aspergillus sp. dengan nilai komposisi mencapai 40%, sedangkan Endophylicola

sp., Penicillium sp. dan Trichoderma sp. komposisinya hanya sebesar 20%.

Dengan demikian dikatakan bahwa jenis Aspergillus sp. merupakan jenis yang

paling umum ditemukan pada kelompok mikrofungi epifit pada daun tua

mangrove Rhizhopora sp.

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa fungi jenis Aspergillus sp. tidak

dijumpai pada sampel daun muda, melainkan dijumpai pada sampel daun tua yang

telah gugur. Sesuai dengan fungsi dari fungi Aspergillus sp. yakni sebagai pelarut

fosfat yang penting dalam sistem kesuburan tanah, sangat memungkinkan fungi

jenis ini berkembang baik dan berperan setelah daun mengalami dekomposisi

(gugur). Daun yang gugur akan mengalami fase pengomposan yang akan menjadi

pupuk bagi organisme itu sendiri.

Page 9: Isolasi dan Identifikasi Mikrofungi Epifit pada Daun Tua ...repository.umrah.ac.id/747/1/JURNAL DINA FATMASARI.pdf · mucronata, serta Rhizophora stylosa. ... memiliki bentuk lonjong

9

Menurut Artha et al. (2013), bahwa jenis fungi Aspergillus sp. dan Penicililum

sp. termasuk ke dalam golongan fungi pelarut fosfat. fungi pelarut fosfat dapat

digunakan sebagai pupuk hayati atau biofertilizer yang merupakan hasil dari

rekayasa bioteknologi di bidang ilmu tanah. Lebih lanjut dikatakan bahwa jamur

Aspergillus sp. dan Penicililum sp. dapat meningkatkan ketersediaan fosfat pada

tanah masing-masing sebesar 12.23 ppm dan 12,14 ppm. Dengan demikian,

sangat menungkinkan jika fungi jenis Aspergillus sp. hanya dijumpai pada sampel

daun muda pada penelitian ini.

Menurut Subowo (2015), fungi Aspergillus sp. dan Penicililum sp. juga

berpotensi untuk menjadi pupuk bagi tumbuhan. Diperoleh dari hasil

penelitiannya, bahwa tumbuhan yang diberikan pupuk dengan tambahan fungi

Aspergillus sp. dan Penicililum sp. memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan tumbuhan tanpa pemberian jamur Aspergillus sp. dan

Penicililum sp. pada pupuknya. Dengan demikian, kedua jenis jamur ini memiliki

potensi terhadap keberlangsungan dan ketersediaan unsur hara dan pupuk alami

bagi struktur tumbuhan mangrove. fungi tersebut berpotensi untuk menjaga

kesehatan dan keberlangsungan hidup vegetasi mangrove.

Secara keseluruah mikrofungi epifit tetap dijumpai pada bagian daun muda dan

daun tua yang masih hidup. Pada jaringan hidup, umumnya mikrofungi epifit

berperan sebagai pelindung dan anti mikroba bagi organisme inangnya dalam hal

ini daun. Dari penjelasan tersebut, maka mikrofungi memiliki fungsi yang juga

cukup baik bagi pertumbuhan inang itu sendiri jika jumlahnya dalam kondisi yang

stabil (tidak blooming).

Pada daun tua komposisi jenis mikrofungi yang menghinggapinya sebagai

inang semakin banyak. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan

sebanyak 4 spesies dijumpai pada daun tua sedangkan pada daun muda hanya

dijumpai 3 jenis saja.

Dilihat dari tampilan morfologis jamur jenis Aspergillus sp. Memiliki ciri

warna dominan hijau-kuning dengan bentuk hifa bercabang. Pada bagian ujung

hifa terdapat kepala atau conidal head yang terselubung. Hasil yang didapat

menunjukkan bahwa mikrofungi yang mendominasi disebabkan oleh waktu

pertumbuhan mikrofungi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa mikrofungi

(Aspergillus sp.) pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan jenis lainnya.

Proses pertumbuhan jenis Aspergillus sp. berkisar antara 3-4 hari, rata-rata

pertumbuhan berhasil tumbuh sampai 1 warna dan dapat diidentifikasi.

Menurut Hartanti (2015), koloni Aspergillus sp. berbentuk circular, dengan

permukaan berwarna hitam, hingga berwarna hijau. Secara mikroskopik,

Aspergillus sp. tersebut memiliki conidial head yang bulat yang diselubungi oleh

conidiophora. Jamur Aspergillus sp. telah banyak diisolasi sebagai endofit dan

beberapa di antaranya memiliki aktivitas sebagai antimikroba.

Menurut Nuramalia (2016), bahwa koloni Aspergillus sp. pada agar tumbuh

dengan cepat dengan miselium yang berada di dalam, dibaliknya biasanya tanpa

warna, konidiofor halus, bersepta, kepala konidia hitam, bulat. Konidia bulat,

halus, kemudian berwarna.

Pada sampel penelitian isolat jamur Aspergillus sp. terlihat pada plate kultur

berwarna hitam mencirikan adanya perkembangan conidal head yang berlangsung

cepat. Peneliti meyakini bahwa jenis yang dijumpai adalah Aspergillus sp. dari

bentuk hifa yang bercabang, serta konidia yang membulat dan disebungi oleh

Page 10: Isolasi dan Identifikasi Mikrofungi Epifit pada Daun Tua ...repository.umrah.ac.id/747/1/JURNAL DINA FATMASARI.pdf · mucronata, serta Rhizophora stylosa. ... memiliki bentuk lonjong

10

conidiophora semacam penyelubung berbentuk bulu-bulu halus yang merupakan

ciri khusus dari jenis jamur Aspergillus sp.

Menurut Achmad dan Nurhayati (2004), Aspergillus sp. memiliki ciri-ciri

morfologis berwarna hijau tua bercampur biru muda, berserabut seperti lumut dan

berspora. Fungi ini tumbuh secara menyebar merata dan berwarna hijau muda

pada awal pertumbuhannya. Seperti yang ditemukan pada sampel isolat jamur

Aspergillus sp. dari daun mangrove pada penelitian ini yang memiliki dominan

warna hijau tua.

Menurut Haftari dan Asterina (2013), bahwa Aspergillus sp. merupakan salah

salah satu kapang yang berasal dari filum Ascomycota, dapat dikenali dengan

adanya struktur konidia yang berbentuk oval, semibulat, atau bulat. Konidia

melekat pada fialid dan fialid melekat pada bagian ujung konidiofor yang

mengalami pembengkakan atau disebut vesikel. Menurut Budiarti et al. (2013),

umumnya jenis jamur Aspergillus sp. bersifat mikotoksin yakni mudah

mengkontaminasi organisme khususnya biji-bijian sehingga umumnya juga dapat

dijumpai di industri pengolahan makanan. Selain itu, jenis fungi Aspergillus sp.

mampu juga hidup pada daun mangrove yang diteliti. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa jenis fungi Aspergillus sp. ini mampu hidup di berbagai jenis habitat.

Jenis fungi Aspergillus sp. pada penelitian ini diketahui paling banyak dijumpai

pada sampel daun tua. Kondisi ini disebabkan oleh adanya asupan nutrien yang

terkandung pada dasar substrat tempat serasah menempel. Selain asupan nutrisi,

pertumbuhan jamur Aspergillus sp. juga dipengaruhi oleh kondisi suhu. Jenis

Aspergillus sp. lebih cepat pertumbuhannya pada kisaran suhu antara 25-28oC.

Dari keterangan tersebut, bahwa kondisi perairan pada area mangrove pada

umumnya juga sangat mendukung pertumbuhan jenis jamur Aspergillus sp.,

Mizana et al. (2016).

Jenis fungi Endophyllicola sp. ini merupakan kelompok fungi tidak berkonidia,

bentuknya lebih menyerupai bakteri dengan bentuk tubuh oval. Kondisi tersebut

menjadi ciri utama dari jenis fungi Endophyllicola sp. Jenis ini hanya dijumpai

pada sampel daun muda tidak dijumpai pada sampel daun tua, berkisar antara 5-7

hari, rata-rata pertumbuhan berhasil tumbuh sampai 1 warna dan dapat

diidentifikasi.

Menurut Suciatmih (2015), jamur Endophyllicola sp. dilaporkan dari tumbuhan

mangrove Avicenia alba, A. officinalis, Bruguiera gymnorrhiza, Derris

thyrsiflora, Exocoecaria agallocha, Hibiscus tiliaceus, Rhizophora apiculata, R.

mucronata, Sesuvium portulacastrum, Sonneratia caseolaris dan Sonneratia sp.

Mengacu pada temuan tersebut, sesuai dengan lokasi penelitian yang umumnya

terlihat lebih dominan pada jenis mangrove Rhizopora apicullata jika dilihat

secara visual.

Dari data yang diperoleh di laboratorium, bahwa jenis fungi Penicillium sp. ini

memiliki ciri khusus dengan bagian-bagian membulat seperti buah yang

menempel pada ranting-ranting hifa, dengan konidia yang lebih kecil dan

membulat. Konidia tidak diselubungi oleh conidiophora seperti pada jenis

Aspergilus sp., kondisi tersebut merupakan ciri khusus dari jenis ini. Rata-rata

pertumbuhan antara 5-7 hari, berhasil tumbuh sampai 1 warna dan dapat

diidentifikasi jenisnya.

Menurut Nuramalia (2016), bahwa koloni Penicillium sp. dengan tipe

mengkerut, pertama berwarna hijau kebiruan kemudian hijau abu-abu, baliknya

Page 11: Isolasi dan Identifikasi Mikrofungi Epifit pada Daun Tua ...repository.umrah.ac.id/747/1/JURNAL DINA FATMASARI.pdf · mucronata, serta Rhizophora stylosa. ... memiliki bentuk lonjong

11

berwarna kuning pucat. Konidia terbentuk dalam kolom-kolom, berbentuk bulat

hingga semibulat, berdinding halus kadang-kadang sedikit kasar, berwarna hialin

hingga kehijauan. Selain dari jenis Aspergillus sp. jenis Penicillium sp. juga

memiliki pertumbuhan yang cepat tersebar pada cawan kultur. Penicillium sp.

menunjukkan koloni yang tumbuh dengan cepat, berwarna biru kehijauan dengan

lingkaran putih disebelah luar. Penicillium sp. telah banyak dilaporkan sebagai

mikrofungi yang memiliki bioaktivitas sebagai antimikroba dan bersifat

sitotoksik, (Hartanti 2015).

Untuk jenis fungi Penicillium sp. pada penelitian ini dominan dijumpai pada

jaringan daun muda mangrove. Jenis fungi ini memiliki fungsi yang sangat

penting dalam pertumbuhan organisme yang menjadi inangnya.

Menurut Achmad dan Nurhayati (2004), Penicillium sp. lazimnya berwarna

hijau kebiruan sehingga sering disebut juga sebagai kapang hijau-biru. Secara

ekonomis Penicillium sp. penting didalam fermentasi, produksi antibiotik,

pembuatan keju, dan dalam beberapa hal lain yang bermanfaat. Meskipun

demikian fungi ini juga dapat merugikan karena dapat membusukkan makanan.

Genus ini menghasilkan antibiotik penisilin yang penting perannya di bidang

kesehatan. Fungi Penicililum sp. memiliki kemampuan untuk membunuh larva

serangga Spodoptera litura sehingga keberaan jamur Penicililum sp. dapat

dijadikan sebagai penstabil populasi dari larva serangga tersebut pada jaringan

tumbuhan, (Sanjaya et al. 2010).

Tampak morfologis secara umum jenis ini mirip dengan jenis Penicillium sp.

akan tetapi pada jenis Trichoderma sp. ukuran hifanya lebih besar dan melebar

dengan Conical head yang lebih sedikit dibandingkan dengan Penicillium sp.

bentuk hifa yang lebih besar tersebut, merupakan ciri khusus dari jenis fungi

Trichoderma sp. dan sebagai pembeda dari jenis-jenis yang lainya. Warna pada

plat petri pada saat penelitian yakni hitam keabu-abuan. Proses pertumbuhan jenis

Trichoderma sp. berkisar antara 4-5 hari, pertumbuhan berhasil tumbuh sampai 1

warna dan dapat diidentifikasi.

Menurut Nuramalia (2016), koloni Trichoderma sp. pada nutrien agar tumbuh

dengan cepat memproduksi miselium berwarna putih. Mengacu dari pernyataan

Achmad dan Nurhayati (2004) bahwa Trichoderma sp. memiliki ciri-ciri

morfologis antara lain berwarna putih kekuningan berspora pada awal

pertumbuhannya, ada juga yang berwarna hijau tua berkerak.

Menurut Berlian et al. (2013), jamur Trichoderma sp. memang umumnya

dijumpai pada jaringan tanaman. Jenis fungi ini memiliki peranan dalam

penstabil/penghambat pertumbuhan patogen rigidoporus microporus yakni

patogen penghasil zat yang mengakibatkan penyakit fungi akar putih pada

tanaman. Antibiotik yang dimiliki oleh Trichoderma sp., mempunyai peran

penting dalam proses pengendalian patogen dan mikoparasitisme. Mengacu dari

pendapat tersebut, bahwa jenis jamur Trichoderma sp. sangat dibutuhkan oleh

tumbuhan mangrove sebagai kontrol pertumbuhan organisme parasit yang dapat

merusak jaringan mangrove. Pada hasil penelitian ini, jenis jamur Trichoderma

sp, dijumpai pada jaringan daun tua dan jaringan daun muda.

Pentingnya jamur Trichoderma sp. pada jaringan tanaman juga dikemukakan

oleh Adriansyah, et al. (2015), Trichoderma sp. memiliki potensi untuk

memproduksi metabolit sekunder yang bersifat antibiotik yaitu viridin dan

trikomidin. Viridin dan trikomidin dapat menghambat pertumbuhan atau bahkan

Page 12: Isolasi dan Identifikasi Mikrofungi Epifit pada Daun Tua ...repository.umrah.ac.id/747/1/JURNAL DINA FATMASARI.pdf · mucronata, serta Rhizophora stylosa. ... memiliki bentuk lonjong

12

mematikan fungi yang lain. Metabolit sekunder Trichoderma sp. sebagai salah

satu sumber senyawa penting untuk pengembangan senyawa antimikroba. Dengan

demikian, jenis fungi Trichoderma sp. yang terkandung pada jaringan daun tua

dan daun muda mangrove merupakan fungi alami yang berfungsi untuk

menghambat mikroba yang dapat menghambat pertumbuhan mangrove. Sehingga

keberadaan fungi jenis Trichoderma sp, sangat penting dalam jaringan mengrove.

Menurut penelitian Arfizal et al. (2013), bahwa Trichoderma sp. dapat

menghambat pertumbuhan jenis-jenis cendawan patogen yakni C. capsici,

Fusarium sp., dan S. rolfsii yang berpotensi merusak jaringan tumbuhan. Jenis

fungi Trichoderma sp. pada penelitian ini dijumpai pada sampel isolat daun tua

dan daun muda mangrove, membuktikan jenis ini merupakan fungi yang memiliki

habitat hidup cukup luas pada jaringan tumbuhan.

Menurut Gusnawaty et al. (2014), fungi Trichoderma sp. merupakan

mikroorganisme tanah bersifat saprofit yang secara alami menyerang fungi

patogen dan bersifat menguntungkan bagi tanaman. Fungi Trichoderma sp.

merupakan salah satu jenis fungi yang banyak dijumpai hampir pada semua jenis

tanah dan pada berbagai habitat yang merupakan salah satu jenis fungi yang dapat

dimanfaatkan sebagai agen hayati pengendali patogen tanah. Fungi yang terdapat

pada jaringan tumbuhan mangrove memiliki kemampuan zona hambat sebagai

antibakteri terhadap S. aureus dan bakteri E. coli, (Nawea et al. 2017).

KESIMPULAN

Jenis mikrofungi epifit pada mangrove Rhizopora sp. diantaranya yang adalah

Aspergillus sp., Endophylicola sp., Penicillium sp., dan Trichoderma sp. Pada

sampel daun muda komposisi tertinggi terjadi pada jenis Penicillium sp.

Sedangkan pada sampel daun tua tertinggi yakni pada Aspergillus sp.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Nurhayati, P.W. 2004. Genus Fungi pada Tanah Hutan Mangrove

Tercemar Logam Berat di Muara Angke DKI Jakarta. Jurnal Manajemen Hutan

Tropika 10(2):14-21.

Adriansyah. A, Arri. M, Hamawi. M, Ikhwan. A., 2015. Uji Metabolit Sekunder

Trichoderma sp. Sebagai Antimikrobia Patogen Tanaman Pseudomonas

Solanacearum Secara In Vitro. Jurnal Gontor Agrotech Science 2(1):19-30.

Aida, G.R., Wardiatno, Y., Fahrudin, A., Kamal, M.M., 2014. Produksi Serasah

Mangrove di Pesisir Tangerang, Banten. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia

19(2):91-97.

Alfizar, Marlina, Susanti, F. 2013. Kemampuan Antagonis Trichoderma sp.

terhadap Beberapa Jamur Patogen In Vitro. Jurnal Floratek 8:45-51.

Artha, P.J., Guchi, H., Marbun, P., 2013. Efektivitas Aspergillus niger dan

Penicillium sp. dalam Meningkatkan Ketersediaan Fosfat dan Pertumbuhan

Tanaman Jagung Pada Tanah Andisol. Jurnal Online Agroekoteknologi

1(4):2277-2287.

Page 13: Isolasi dan Identifikasi Mikrofungi Epifit pada Daun Tua ...repository.umrah.ac.id/747/1/JURNAL DINA FATMASARI.pdf · mucronata, serta Rhizophora stylosa. ... memiliki bentuk lonjong

13

Aryantha, I.N.P., Widayanti, S., Yuanita. 2004. Eksplorasi Fungi Deuteromycetes

(Aspergillus sp. dan Penicillium sp.) Penghasil Senyawa Anti Kolesterol

Lovastatin. Laporan Akhir Penelitian Dasar. Institut Teknologi Bandung 1-32.

Bengen, D.G. 2004. Pedoman teknis: Pengenalan dan pengelolaan ekosistem

mangrove. PKSPL-IPB. Bogor.

Berlian, I., Setyawan, B., Hadi, H., 2013. Mekanisme Antagonisme Trichoderma

sp. Terhadap Beberapa Patogen Tular Tanah. Jurnal Warta Perkaretan

32(1):74-82.

Budiarti. S. W, Purwaningsih. H, Suwarti., 2013. Kontaminasi Fungi Aspergillus

sp. Pada Biji Jagung Ditempat Penyimpanan Dengan Kadar Air Yang Berbeda.

Seminar Nasional Serealia 482-487.

Gandjar I, dan Wellyzar S. 2006, Mikologi Dasar dan Terapan, Jakarta.

Gusnawaty. H.S, Taufik. M, Triana. L, Asniah., 2014. Karakterisasi Morfologis

Trichoderma spp. Indigenus Sulawesi Tenggara. Jurnal Agroteknos 4 (2) : 87-

93.

Hafsari. A.R, dan Astrina. I., 2013. Isolasi Dan Identifikasi Kapang Endofit Dari

Tanaman Obat Surian (Toona Sinensis). Jurnal Bio Science. 7 (2) : 175-191.

Hartanti, D. 2015. Isolasi Dan Identifikasi Primer Jamur Endofit Dari Tumbuhan

Obat Nagasari (Mesua ferrea). Jurnal Pharmacy. 12 (1) : 21-24.

Ichsan Y. 2015. Kelimpahan dan Pola Sebaran Mangrove Perairan Sungai Ladi

Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Tanjungpinang Kota. [Skripsi].

Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang.

Kasi. Y. A, Posangi. J, Mowor. P. M, Bara. R., 2015. Uji Efek Antibakteri Jamur

Endofit Daun Mangrove Avicennia Marina Terhadap Bakteri Uji

Staphylococcus Aureus dan Shigella Dysenteriae. Jurnal e-biomedik. 3 (1) :

112-117.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51., 2004. Kriteria Baku dan

Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove.

Mahmudi. M, Soemarno, Marsoedi, Arfiati. D., 2011. Produksi Dan Dekomposisi

Serasah Rhizophora Mucronata Serta Kontribusinya Terhadap Nutrien Di

Hutan Mangrove Reboisasi, Nguling Pasuruan. Jurnal Penelitian Hayati.

16(c):19-24.

Mangkay, S., Harahab, N., Polli, B., Soemarno. 2012. Analisis Strategi

Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan Di Kecamatan Tatapaan,

Minahasa Selatan, Indonesia. Jurnal PAL. 3(1):8-18.

Meiliawati. D, dan Kuswytasari. N. D., 2013. Isolasi dan Identifikasi Jamur Kayu

Lignolitik dari Vegetasi Mangrove Wonorejo. Jurnal Sains dan Seni Pomits.

2(1):16-19.

Mizana. D. K, Suharti. N, dan Amir. A., 2016. Identifikasi Pertumbuhan Jamur

Aspergillus sp. pada Roti Tawar yang Dijual di Kota Padang Berdasarkan Suhu

dan Lama Penyimpanan. Jurnal Kesehatan Andalas. 5(2): 355-360.

Mulyani. Y, Bactiar. E, dan Kurnia. U., 2013. Peranan Senyawa Metabolit

Sekunder Tumbuhan Mangrove Terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas

Hydrophila Pada Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.). Jurnal Akuatika. 4(1):1-9.

Nawea. Y, Mangindaan. R. E. P, Bara. R. A., 2017. Uji Antibakteri Jamur Endofit

Dari Tumbuhan Mangrove Sonneratia Alba Yang Tumbuh Di Perairan Pantai

Tanawangko. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. 1(1):24-35.

Page 14: Isolasi dan Identifikasi Mikrofungi Epifit pada Daun Tua ...repository.umrah.ac.id/747/1/JURNAL DINA FATMASARI.pdf · mucronata, serta Rhizophora stylosa. ... memiliki bentuk lonjong

14

Noor, Y.S, Khazali, M., Suryadiputra, I.N.N., 2006. Panduan Pengenalan

Mangrove di Indonesia. Bogor: Wetlands International Indonesia Programme

Nuramalia. 2016. Isolasi dan Identifikasi Mikrofungi Endofit Pada Serasah dan

Daun Mangrove (Rhizopora sp.) di Perairan Sei Ladi Kota Tanjungpinang.

[Skripsi]. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tangjungpinang .

Petra. J.L, Sastrawibawa, S, Riyantini, I., 2012. Pengaruh Kerapatan Mangrove

Terhadap Laju Sedimen Transpor di Pantai Karangsong Kabupaten Indramayu.

Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(3):329-337.

Sanjaya. Y, Nurhaeni, H., Halima, M., 2010. Isolasi, Identifikasi, dan

Karakterisasi Jamur Entomopatogen Dari Larva Spodoptera Litura (Fabricius).

Jurnal Bionatura Ilmu-Ilmu Hayati dan Fisik. 12(3):136-141.

Suciatmih., 2015. Diversitas jamur endofit pada tumbuhan mangrove di Pantai

Sampiran dan Pulau Bunaken, Sulawesi Utara. Jurnal Biodiversitas Indonesia.

1(2):177-183.

Subowo, Y.B., 2015. Pengujian aktifitas jamur Penicillium sp. R7.5 dan

Aspergillus niger NK pada media tumbuh untuk mendukung pertumbuhan

tanaman padi di lahan salin. Jurnal Biodiversitas Indonesia. 1(5):1136-1141.

Wardhani. M. K., 2011. Kawasan Konservasi Mangrove: Suatu Potensi

Ekowisata. Jurnal Kelautan. 4(1):60-76.

Widhiatama, S. Puromo, W. P, dan Suryato. W., 2016. Produksi dan Laju

Dekomposisi Serasah Mangrove Berdasarkan Tingkat Kerapatannya Di Delta

Sungai Wulan, Demak, Jawa Tengah. Manejemen of aquatic resources. 5(4)

:311-319.

Widowati. T., Bustanussalam, Sukiman, H., Simanjuntak, P., 2016. Isolasi dan

Identifikasi Kapang Endofit dari Tanaman Kunyit (Curcuma longa L.) Sebagai

Penghasil Antioksidan. Jurnal Biopropal Industri. 7(1):9-16.

Yulma, Ihsan, B., Sunarti, Malasari, E., Wahyuni, N., Mursyban. 2017.

Identifikasi Bakteri pada Serasah Daun Mangrove yang Terdekomposisi di

Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) Kota Tarakan. Jurnal

Tropical Biodiversity and Biotechnology. 2(1):28-33.

Yunafsi, Suryanto, D., 2008. Jenis-Jenis Fungi yang Terlibat dalam Proses

Dekomposisi Serasah Daun Avicennia Marina pada Berbagai Tingkat Salinitas.

Jurnal Penelitian MIPA. 2(1):17-21.

Zamroni, Y., Rohyani, I.S. 2008. Produksi Serasah Hutan Mangrove di Perairan

Pantai Teluk Sepi, Lombok Barat. Jurnal Biodiversitas. 9(4):284-287.