Upload
as3syamut6492
View
17
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas portofolio intership
Citation preview
1
Topik: Infeksi saluran kemih
Tanggal (kasus): 8
Agustus 2015 Persenter: dr. Astrisia Dasayanti
Tangal presentasi: 12
Agustus 2015 Pendamping: dr. Satyaningtyas
Tempat presentasi: Ruang Komite Medik RS DIK PUSDIKES
Obyektif presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
neonatus bayi Anak
Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: wanita usia 25 tahun datang dengan keluhan nyeri perut bawah dan panas
saat BAK sejak 3 HSMRS
Tujuan: menegakkan diagnosis dan melakukan penatalaksanaan
Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara
membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos
Data pasien: Nama: Ny. SE Nomor Registrasi: 07.61.20
Nama klinik: Telp:- Terdaftar sejak: 2013
Data utama untuk bahan diskusi:
2
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bawah yang dirasakan terus menerus sejak 2
HSMRS, BAK terasa panas, serta gatal pada daerah selangkang. Demam dirasakan
pasien sejak 1 HSMRS, mual +, muntah -, pasien mengatakan sedang hamil dengan usia
kehamilan 6 minggu.
2. Riwayat pengobatan:
Pasien sudah mengkonsumsi paracetamol sebelumnya tetapi tidak ada perbaikan.
3. Riwayat kesehatan/ Penyakit:
Pasien tidak memiliki riwayat keluhan serupa sebelumnya.
4. Riwayat keluarga:
Suami pasien tidak memiliki keluhan serupa dengan pasien
5. Riwayat pekerjaan:
Pasien merupakan ibu rumah tangga
Daftar Pustaka:
a. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Internal Publishing. 2009:1008-1014
b.
Anonim. Urinary Tract Infections (Acute Urinary Tract Infection: Urethritis, Cystitis, and
Pyelonephritis). In Kasper, et all ed. Harrisons Manual of Medicine16th Edition.
Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing Division. 2005:724
c. Sukandar, E. Infeksi (non spesifik dan spesifik) Saluran Kemih dan Ginjal. In Sukandar E.
Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian Ilmu Penyakit
Dalam FK UNPAD. 2006: 29-72
Hasil pembelajaran:
1. Pengertian dan klasifikasi ISK
2. Penatalaksanaan ISK
3. Edukasi mengenai penatalaksaan non medikamentosa
4. Edukasi untuk pencegahan rekurensi
3
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:
1. Subyektif:
Pasien datang diantar oleh ibu dan keluarga dalam keadaan tidak sadar, dengan mata
medelik ke atas dan kekakuan pada tangan dan kaki pasien. Kejadian tersebut dikatan
keluarga berlangsung sejak 5 menit sebelum masuk rumah sakit.
Sebelumnya pasien dikeluhkan panas tinggi mendadak sejak 1 hari yang lalu. Panas
tidak turun dengan penurun panas.
Pasien juga dikeluhkan bab cair > 8 kali sejak pagi hari sebelum masuk Rumah Sakit.
Makan/minum menurun setelah sakit. BAK (+) normal.
Beberapa jam sebelumnya pasien sempat berobat ke IGD RS Pasar Rebo, dilakukan
pemeriksaan darah yang hasilnya normal dan diberi obat dalam bentuk puyer dan sirup.
Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat kejang dengan panas. keluarga pasien tidak
ada yang pernah menderita kejang dengan panas dan kejang.
2. Objektif:
Keadaan Umum: Compos mentis, tampak kesakitan
Tanda Vital
Nadi : 84 kali/menit, regular
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 37,2C TD : 110/70 mmHg
Pemeriksaan fisik:
Mata : Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-
Pulmo
Inspeksi : Simetris, pengembangan dada kanan = kiri,
Palpasi : pengembangan dada kanan = kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : SD Vesikuler (+/+), RBK (-/-), wheezing (-/-)
Cor:
BJ I II intensitas normal, reguler, bising jantung (-)
Abdomen : dinding perut sejajar dinding dada, supel, timpani, peristaltik (+)
normal, nyeri tekan (+) regio suprapubic.
Pemeriksaan penunjang: Lab: (7 Agustus 2015)
Darah Rutin :
Hb : 8,6 gr/dl
Leukosit : 13.500 /pul
Trombosit : 215.000 /pul
Hematokrit : 28 %
Urin rutin
Warna : kuning
Kekeruhan : jernih
pH : 5
4
Berat jenis : 1,020
Reduksi : negatif
Protein : negatif
Epithel : 1-3
Lekosit : 10-15
Erotrosit : 1-3
Kristal : negatif
Bakteri : ++
Silinder : negatif
Ragi : negatif
HCG : positif
3. Assessment:
Diagnosis ISK didasarkan dari anamnesa adanya nyeri perut bawah yang sifatnya terus
menerus, BAK terasa panas serta demam. Pemeriksaan klinis ditemukan adanya nyeri
tekan suprapubik.
Pemeriksaan urinalisis didapatkan adanya piuria. Dan dari pemeriksaan darah perifer
lengkap didapatkan anemia, leukositosis.
Pemeriksaan penunjang lain yang dibutuhkan berupa pemeriksaan USG abdomen
untuk menyingkirkan adanya kemungkinan batu saluran kemih serta untuk memastikan
adanya kehamilan pada pasien tersebut, dikarenakan pasien belum pernah melakukan
USG sejak dikatakan hamil.
4. Plan:
Diagnosis ISK Komplikata pada G1A0P0 Hamil 6mgg.
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering ditemukan dalam
masyarakat. Secara epidemiologis, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah mengalami ISK
selama hidupnya. Di Amerika Serikat, terdapat >7 juta kunjungan pasien dengan ISK di tempat
praktik umum.
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan bakteriuria
patogen dengan colony forming units per mL CFU/ ml urin > 105, dan lekositouria >10 per
lapangan pandang besar, disertai manifestasi klinik.
Sebagian besar kejadian infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri Escherichia coli
yang melakukan invasi secara asending ke saluran kemih dan menimbulkan reaksi peradangan.
Kejadian infeksi saluran kemih dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin,
kelainan pada saluran kemih, kateterisasi, penyakit diabetes, kehamilan, dan lain-lain. Ilmu
kesehatan modern saat ini telah memudahkan diagnosis dan terapi infeksi saluran kemih sehingga
5
dengan deteksi dini faktor predisposisi dan pengobatan yang adekuat dengan antibiotik yang
sesuai maka pasien dapat sembuh sempurna tanpa komplikasi.
Faktor predisposisi ISK
Litiasis
Obstruksi saluran kemih
Penyakit ginjal polikistik
Nekrosis papilar
DM pasca transplantasi ginjal
Nefropati analgesik
Penyakit Sickle-cell
Senggama
Kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesteron
Kateterisasi
Berdasarkan letak anatomi, ISK digolongkan menjadi:
Infeksi Saluran Kemih Atas
Infeksi saluran kemih atas terdiri dari pielonefritis dan pielitis. Pielonefritis terbagi menjadi
pielonefritis akut (PNA) dan pielonefritis kronik (PNK). Istilah pielonefritis lebih sering dipakai
dari pada pielitis, karena infeksi pielum (pielitis) yang berdiri sendiri tidak pernah ditemukan di
klinik.
Pielonefritis akut (PNA) adalah radang akut dari ginjal, ditandai primer oleh radang jaringan
interstitial sekunder mengenai tubulus dan akhirnya dapat mengenai kapiler glomerulus, disertai
manifestasi klinik dan bakteriuria tanpa ditemukan kelainan radiologik. PNA ditemukan pada
semua umur dan jenis kelamin walaupun lebih sering ditemukan pada wanita dan anak-anak. Pada
laki-laki usia lanjut, PNA biasanya disertai hipertrofi prostat.
Pielonefritis Kronik (PNK) adalah kelainan jaringan interstitial (primer) dan sekunder
mengenai tubulus dan glomerulus, mempunyai hubungan dengan infeksi bakteri (immediate atau
late effect) dengan atau tanpa bakteriuria dan selalu disertai kelainan-kelainan radiologi. PNK
yang tidak disertai bakteriuria disebut PNK fase inaktif. Diagnosis PNK harus mempunyai dua
kriteria yakni telah terbukti mempunyai kelainan-kelainan faal dan anatomi serta kelainan-
kelainan tersebut mempunyai hubungan dengan infeksi bakteri.
Infeksi Saluran Kemih Bawah
Infeksi saluran kemih bawah terdiri dari
Sistitis ( lebih sering terjadi pada wanita ) Prostatitis
6
Epidimitis Uretritis sindrom uretra
Sistitis
1. sistitis akut Sistitis akut adalah radang selaput mukosa kandung kemih yang timbul secara mendadak, ringan dan sembuh spontan (self-limited disease) atau berat disertai
penyulit ISKA (pielonefritis akut). Sistitis akut termasuk ISK tipe sederhana
(uncomplicated type).
2. sistitis kronik sistitis akut yang sering kambuh termasuk ISK tipe berkomplikasi (complicated type), dan dapat menyebabkan kelainan-kelainan atau penyulit dari saluran
kemih bagian atas dan ginjal. Sistitis kronik merupakan ISKB tipe berkomplikas, dan
memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari faktor predisposisi.
3. Sindrom uretra akut (SUA) presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis karena tidak dapat diisolasi mikroorganisme
penyebabnya. Penelitian terkini menunjukkan bahwa SUA disebabkan oleh
Mikroorganisme anaerob.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ISK (simtomatologi ISK) dibagi menjagi gejala-gejala lokal, sistemik dan
perubahan urinalisis. Dalam praktik sehari-hari gejala cardinal seperti disuria, polakisuria, dan
urgensi sering ditemukan pada hampr 90% pasien rawat jalan dengan ISK akut.
Lokal
Disuria
Polakisuria
Stranguria
Tenesmus
Nokturia
Enuresis nocturnal
Prostatismus
Inkontinesia
Nyeri uretra
Nyeri kandung kemih
Nyeri kolik
Nyeri ginjal
Sistemik
Panas badan sampai menggigil
Septicemia dan syok
Perubahan urinalisis
Hematuria
Piuria
Chylusuria
Pneumaturia
Pada pielonefritis akut (PNA), sering ditemukan panas tinggi (39.5C-40,5C), disertai menggigil
dan sakit pinggang. Pada pemeriksaan fisik diagnostik tampak sakit berat, panas intermiten
disertai menggigil dan takikardia. Frekuensi nadi pada infeksi E.coli biasanya 90 kali per menit,
sedangkan infeksi oleh kuman staphylococcus dan streptococcus dapat menyebabkan takikardia
lebih dari 140 kali per menit. Ginjal sulit teraba karena spasme otot-otot. Distensi abdomen sangat
nyata dan rebound tenderness mungkin juga ditemukan, hal ini menunjukkan adanya proses
dalam perut, intra peritoneal. Pada PNA tipe sederhana (uncomplicated) lebih sering pada wanita
usia subur dengan riwayat ISKB kronik disertai nyeri pinggang (flank pain), panas menggigil,
mual, dan muntah. Pada ISKA akut (PNA akut) tipe complicated seperti obastruksi, refluks vesiko
7
ureter, sisa urin banyak sering disertai komplikasi bakteriemia dan syok, kesadaran menurun,
gelisah, hipotensi hiperventilasi oleh karena alkalosis respiratorik kadang-kadang asidosis
metabolik.
Pada pielonefritis kronik (PNK), manifestasi kliniknya bervariasi dari keluhan-keluhan ringan
atau tanpa keluhan dan ditemukan kebetulan pada pemeriksaan urin rutin. Presentasi klinik PNK
dapat berupa proteinuria asimtomatik, infeksi eksaserbasi akut, hipertensi, dan gagal ginjal
kronik (GGK).
Manifestasi klinik pada sistitis akut dapat berupa keluhan-keluhan klasik seperti polakisuria,
nokturia, disuria, nyeri suprapubik, stranguria dan tidak jarang dengan hematuria. Keluhan
sistemik seperti panas menggigil jarang ditemukan, kecuali bila disertai penyulit PNA. Pada
wanita, keluhan biasanya terjadi 36-48 jam setelah melakukan senggama, dinamakan honeymoon
cystitis. Pada laki-laki, prostatitis yang terselubung setelah senggama atau minum alkohol dapat
menyebabkan sistitis sekunder.
Pada sistitis kronik, biasanya tanpa keluhan atau keluhan ringan karena rangsangan yang
berulang-ulang dan menetap. Pada pemeriksaan fisik mungkin ditemukan nyeri tekan di daerah
pinggang, atau teraba suatu massa tumor dari hidronefrosis dan distensi vesika urinaria.
Pemeriksaan Penunjang Diagnosis
Darah perifer Lengkap Analisis urin rutin Uji Biokimia Mikrobiologi Renal Imaging Procedures
Pemeriksaan yang dapat dilakukan di IGD berupa pemeriksaan darah lengkap serta urinalisis.
Pemeriksaan analisa urin rutin terdiri dari pH urin, proteinuria (albuminuria), dan pemeriksaan
mikroskopik urin. Urin normal mempunyai pH 4,3-8,0. Bila bahan urin masih segar dan pH >8
selalu menunjukkan adanya infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan mikroorganisme
pemecah urea (ureasplitting organism).
Pemeriksaan mikroskopik dengan pembesaran 400x ditemukan bakteriuria >105 CFU per ml.
Lekosituria (piuria) 10/LPB hanya ditemukan pada 60-85% dari pasien-pasien dengan bakteriuria
bermakna (CFU per ml >105). Kadang-kadang masih ditemukan 25% pasien tanpa bakteriuria.
Hanya 40% pasien-pasien dengan piuria mempunyai bakteriuria dengan CFU per ml >105.
Analisa ini menunjukkan bahwa piuria mempunyai nilai lemah untuk prediksi ISK.
Tes dipstick pada piuria untuk deteksi sel darah putih. Sensitivitas 100% untuk >50 leukosit per
HPF, 90% untuk 21-50 leukosit, 60% untuk 12-20 leukosit, 44 % untuk 6-12 leukosit.
Terapi
Prinsip pengobatan infeksi saluran kemih adalah memberantas (eradikasi) bakteri dengan
antibiotika.
8
Tujuan pengobatan :
Menghilangkan bakteri penyebab Infeksi saluran kemih. Menanggulangi keluhan (gejala). Mencegah kemungkinan gangguan organ ( terutama ginjal).
Tata cara pengobatan :
Menggunakan pengobatan dosis tunggal. Menggunakan pengobatan jangka pendek antara 10-14 hari. Menggunakan pengobatan jangka panjang antara 4-6 minggu. Menggunakan pengobatan pencegaham (profilaksis) dosis rendah. Menggunakan pengobatan supresif, jika pemberantasan (eradikasi) bakteri belum berhasil.
Prinsip Pengobatan ISK menggunakan antibiotika yang telah diseleksi terutama didasarkan pada
beratnya gejala penyakit
lokasi infeksi
komplikasi
efek samping, harga, serta perbandingan dengan terapi lain
toleransi dan terabsorbsi dengan baik, perolehan konsentrasi yang tinggi dalam urin
serta spectrum yang spesifik terhadap mikroba pathogen.
Antibiotika yang digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih terbagi dua, yaitu antibiotika
oral dan parenteral.
Antibiotik Oral Parenteral
Sulfonamid aminoglikosid
Trimetropim- sulfametoksazol penisilin
penisilin Sefalosporin
tetrasiklin Imipenem
ciprofloksazin Aztreonam
quinolone
nitroflurantoin
azitromisin
Infeksi saluran kemih atas (ISKA)
Pada umumnya pielonefritis akut (PNA) memerlukan rawat inap. Indikasi rawat inap pada PNA
antara lain kegagalan dalam mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antibiotik
oral, pasien sakit berat, kegagalan terapi antibiotik saat rawat jalan, diperlukan investigasi
9
lanjutan, faktor predisposisi ISK berkomplikasi, serta komorbiditas seperti kehamilan, diabetes
mellitus dan usia lanjut. The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga
alternative terapi antibiotic IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam, sebelum adanya hasil
kepekaan biakan yakni fluorokuinolon, amiglikosida dan sefalosporin spektrum luas dengan atau
tanpa aminoglikosida.
Infeksi saluran kemih bawah (ISKB)
Prinsip manajemen ISKB adalah dengan meningkatkan intake cairan, pemberian antibiotik yang
adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkanisasi urin dengan natrium bikarbonat 16-
20 gram per hari.
Sistitis akut antibiotika pilihan pertama antara lain nitrofurantoin, ampisilin, penisilin G, asam
nalidiksik dan tetrasiklin. Golongan sulfonamid cukup efektif tetapi tidak ekspansif. Pada sistitis
kronik dapat diberikan nitrofurantoin dan sulfonamid sebagai pengobatan permulaan sebelum
diketahui hasil bakteriogram.
Komplikasi
Komplikasi biasanya terjadi pada perempuan hamil dan pasien dengan diabetes mellitus. Selain
itu basiluria asimtomatik (BAS) merupakan risiko untuk pielonefritis diikuti penurun laju filtrasi
glomerulus (LFG). Abses perinefritik merupakan komplikasi ISK pada pasien DM (47%),
nefrolitiasis (41%), dan obstruksi ureter (20%).
Morbiditas ISK selama kehamilan
Kondisi Risiko Potensial
BAS tidak diobati
ISK trimester III
Pielonefritis
Bayi prematur
Anemia
Pregnancy-induced hypertension
Bayi mengalami retardasi mental
Pertumbuhan bayi lambat
Cerebral palsy
Fetal death
Prognosis
Prognosis pielonefritis akut umumnya baik dengan penyembuhan 100% secara klinik maupun
bakteriologi bila terapi antibiotika yang diberikan sesuai. Bila terdapat faktor predisposisi yang
tidak diketahui atau sulit dikoreksi maka 40% pasien PNA dapat menjadi kronik atau PNK. Pada
pasien Pielonefritis kronik (PNK) yang didiagnosis terlambat dan kedua ginjal telah mengisut,
pengobatan konservatif hanya semata-mata untuk mempertahankan faal jaringan ginjal yang
masih utuh. Dialisis dan transplantasi dapat merupakan pilihan utama.
10
Prognosis sistitis akut baik dan dapat sembuh sempurna, kecuali bila terdapat faktor-faktor
predisposisi yang lolos dari pengamatan. Bila terdapat infeksi yang sering kambuh, harus dicari
faktor-faktor predisposisi. Prognosis sistitis kronik baik bila diberikan antibiotik yang intensif
dan tepat serta faktor predisposisi mudah dikenal dan diberantas.
Obat yang di berikan kepada pasien saat di UGD:
- Supprofenid
- Co amoksiklav 3x 500
- Pasien direncanakan rawat inap dan dikonsulkan dr. Sp.OG
Edukasi dan konseling:
1. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kemih.
2. Bagi perempuan, membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH
balanced (seimbang) sebab membersihkan dengan air saja tidak cukup bersih.
3. Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Jika terpaksa menggunakan toilet duduk,
sebelum menggunakannya sebaiknya bersihkan dahulu pinggiran atau dudukan toilet.
4. Jangan membersihkan organ intim di toilet umum dari air yang ditampung di bak mandi
atau ember. Pakailah shower atau keran.
5. Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab.
6. Jangan sering menahan nahan untuk buang air kecil
7. Lebih banyak minum air putih 8 gelas/hari
8. Edukasi cara membersihkan kemaluan dari depan ke belakang
.
11