55
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data WHO tahun 2008 menunjukkan, Indonesia dinobatkan sebag negara dengan konsumsi rokok terbesar nomor 3 setelah China dan India. Diperkirakan saat ini sekitar ! juta penduduk Indonesia atau sekitar orang Indonesia menjadi perokok. Dari data statistik perokok di kalangan anak#anak dan remaja, sebesar 2$,%" anak atau remaja pria &ang merok dan $,0" anak atau remaja 'anita atau sebesar %3,!" anak ata Indonesia &ang merokok. (edangkan dari data statistik perokok dari kal de'asa, 3" pria de'asa dan $,!" 'anita de'asa adalah perokok sebesar 3$" adalah perokok de'asa )Wida&ati, 20%0*. +erdasarkan stud&pendahuluan &ang telah dilakukan oleh peneliti terhadap mahasis'a laki#laki akultas -edokteran ni/ersitas Isl 1hartahun ajaran 200 #20%0, didapatkan seban&ak $," merupakan perokok. Hal ini menunjukkan angka &ang ukup tinggi, karena setengah dari mahasis'a laki#laki adalah perokok. ngka kematian akibat merokok semakin meningkat. Dilaporkan bah'a laki#laki perokok mempun&ai angka kematian )mortalitas* 0" lebih ting daripada laki#laki &ang tidakmerokok &aitu menjadipen&ebabutama kematian termasuk kanker paru#paru dan pen&akit jantung koroner. Di merika (erikat diperkirakan %$0.000 orang pertahun mengalami kematia 1

isii 2003

Embed Size (px)

DESCRIPTION

isi

Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangData WHO tahun 2008 menunjukkan, Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan konsumsi rokok terbesar nomor 3 setelah China dan India. Diperkirakan saat ini sekitar 65 juta penduduk Indonesia atau sekitar 28% orang Indonesia menjadi perokok. Dari data statistik perokok di kalangan anak-anak dan remaja, sebesar 24,1% anak atau remaja pria yang merokok dan 4,0% anak atau remaja wanita atau sebesar 13,5% anak atau remaja Indonesia yang merokok. Sedangkan dari data statistik perokok dari kalangan dewasa, 63% pria dewasa dan 4,5% wanita dewasa adalah perokok atau sebesar 34% adalah perokok dewasa (Widayati, 2010).Berdasarkan study pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap mahasiswa laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar tahun ajaran 2007-2010, didapatkan sebanyak 46,6% merupakan perokok. Hal ini menunjukkan angka yang cukup tinggi, karena hampir setengah dari mahasiswa laki-laki adalah perokok.

Angka kematian akibat merokok semakin meningkat. Dilaporkan bahwa laki-laki perokok mempunyai angka kematian (mortalitas) 70% lebih tinggi daripada laki-laki yang tidak merokok yaitu menjadi penyebab utama kematian termasuk kanker paru-paru dan penyakit jantung koroner. Di Amerika Serikat diperkirakan 140.000 orang pertahun mengalami kematian akibat kanker paru-paru dan sekitar 85% diantaranya diakibatkan karena merokok. Perokok mempunyai peluang terkena jantung koroner 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok serta dapat meningkatkan risiko terserang stroke sekitar 70% (Hembing, 2008). Karena rokok memiliki pengaruh terhadap sistem pernafasan dan peredaran darah maka rokok dapat mempengaruhi kemampuan daya tahan kardiorespirasi seseorang. Pengukuran yang paling objektif untuk mengetahui daya tahan kardiorespirasi seseorang yaitu dengan menghitung ambilan maksimal O2 (VO2max) (Hasyim, 1983). Salah satu test sederhana yang dapat digunakan untuk menunjukkan kemampuan daya tahan kardiorespirasi seseorang adalah Harvard Step Test (Susantoda, 2009).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan penilaian daya tahan kardiorespirasi dengan Harvard step test pada mahasiswa laki-laki yang merokok dan tidak merokok di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar tahun ajaran 2007-2010.1.2. Rumusan MasalahAdakah perbedaan penilaian daya tahan kardiorespirasi dengan Harvard step test pada mahasiswa laki-laki yang merokok dan tidak merokok di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar tahun ajaran 2007-2010?

1.3. Tujuan1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan penilaian daya tahan kardiorespirasi dengan Harvard step test pada mahasiswa laki-laki yang merokok dan tidak merokok di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar tahun ajaran 2007-2010.1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi nilai Harvard step test pada responden perokok.2. Mengidentifikasi nilai Harvard step test pada responden bukan perokok. 3. Menganalisa perbedaan nilai Harvard step test pada responden perokok dan bukan perokok.1.4. Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dari penulisan Karya Tulis Ilmiah adalah :

1. Bagi penelitiUntuk mengetahui seberapa besar pengaruh kebiasaan merokok terhadap daya tahan jantung-paru seseorang yang dihitung melalui VO2max dengan Harvard step Test. 2. Bagi pendidikan

Agar lebih memperhatikan khususnya dalam dunia kesehatan bahwa efek samping rokok tersebut dapat mempengaruhi struktur sel paru, dan memberikan pengetahuan secara dini terhadap bahaya merokok. 3. Bagi masyarakat.

Agar masyarakat mengetahui seberapa besar efek buruk yang ditimbulkan oleh rokok sehingga diharapkan muncul sikap positif dan peran aktif masyarakat untuk menghentikan semaksimal mungkin konsumsi rokok sehingga dapat terhindar dari bahaya rokok.BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Daya Tahanan Kardiorespirasi2.1.1. Definisi

Daya tahan kardiorespirasi adalah kesanggupan jantung dan paru serta pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan latihan untuk mengambil oksigen dan mendistribusikannya ke jaringan yang aktif untuk digunakan pada proses metabolisme tubuh (Situmeang, 2005).

Daya tahan kardiorespirasi disebut juga aerobic capacity. Dalam laboratorium pengukuran yang paling objektif dilakukan dengan menghitung ambilan maksimal O2 (VO2max) (Hasyim, 1983).2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan kardiorespirasi

Daya tahan kardiorespirasi dipengaruhi beberapa faktor yakni genetik, umur dan jenis kelamin, aktivitas fisik, komposisi lemak tubuh dan kebiasaan merokok.2.1.2.1. Genetik

Daya tahan kardiovaskuler dipengaruhi oleh faktor genetik yakni sifat-sifat spesifik yang ada dalam tubuh seseorang sejak lahir. Baru-baru ini, Manila dan Bouchard (1991) telah memperkirakan bahwa herediter bertanggung jawab atas 25 40% dari perbedaan nilai VO2max dan Sundet, Magnus Tambs (1994) berpendapat bahwa lebih dari setengah perbedaan kekuatan maksimal aerobik dikarenakan oleh perbedaan genotype, dan faktor lingkungan (nutrisi) sebagai penyebab lainnya. Ini mendukung pendapat bahwa cara untuk menjadi atlet berdaya tahan tinggi adalah dengan memilih orang tua dengan teliti. Kita mewarisi banyak faktor yang memberikan konstribusi pada kebugaran aerobik, termasuk kapasitas maksimal sistem respiratory dan kardiovaskuler, jantung yang lebih besar, sel darah merah dan hemoglobin yang lebih banyak (Brian, 2003).

Pengaruh genetik pada kekuatan otot dan daya tahan otot pada umumnya berhubungan dengan komposisi serabut otot yang terdiri dari serat merah dan serat putih. Seseorang yang memiliki lebih banyak serat merah lebih tepat untuk melakukan kegitan bersifat aerobic, sedangkan yang lebih banyak memiliki serat otot rangka putih, lebih mampu melakukan kegiatan yang bersifat anaerobic. Demikian pula pengaruh keturunan terhadap komposisi tubuh, sering dihubungkan dengan tipe tubuh. Seseorang yang mempunyai tipe endomorf (bentuk tubuh bulat dan pendek) cenderung memiliki jaringan lemak yang lebih banyak bila dibandingkan dengan tipe otot ektomorf (bentuk tubuh kurus dan tinggi) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994).2.1.2.2. Umur

Umur mempengaruhi hampir semua komponen kesegaran jasmani. Daya tahan kardiovaskuler menunjukkan suatu tendensi meningkat pada masa anak-anak sampai sekitar dua puluh tahun dan mencapai maksimal di usia 20 sampai 30 tahun (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994). Daya tahun tersebut akan makin menurun sejalan dengan bertambahnya usia, dengan penurunan 8-10% perdekade untuk individu yang tidak aktif, sedangkan untuk individu yang aktif penurunan tersebut 4-5% perdekade (Brian, 2003).

Peningkatan kekuatan otot pria dan wanita sama sampai usia 12 tahun, selanjutnya setelah usia pubertas pria lebih banyak peningkatan kekuatan otot, maksimal dicapai pada usia 25 tahun yang secara berangsur-angsur menurun dan pada usia 65 tahun kekuatan otot hanya tinggal 65-70% dari kekuatan otot sewaktu berusia 20 sampai 25 tahun. Pengaruh umur terhadap kelenturan dan komposisi tubuh pada umumnya terjadi karena proses menua yang disebabkan oleh menurunnya elastisitas otot karena berkurangnya aktivitas dan timbulnya obes pada usia tua (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994).2.1.2.3. Jenis Kelamin

Kesegaran jasmani antara pria dan wanita berbeda karena adanya perbedaan ukuran tubuh yang terjadi setelah masa pubertas. Daya tahan kardiovaskuler pada usia anak-anak, antara pria dan wanita tidak jauh berbeda, namun setelah masa pubertas terdapat perbedaan. Rata-rata wanita muda memiliki kebugaran aerobik antara 15-25% lebih kecil dari pria muda dan ini tergantung pada tingkat aktivitas mereka. Tapi pada atlet remaja putri yang sering berlatih hanya berbeda 10% dibawah atlet putra dalam usia yang sama dalam hal VO2max. Perbedaan ini dikarenakan wanita memiliki jaringan lemak 27% dari komposisi tubuhnya lebih banyak dibanding pria 15% dari komposisi tubuhnya (William, 1981).

Perbedaan komposisi tersebut dikarenakan perbedaan endokrin antara pria dan wanita. Hormon testosterone yang disekresikan oleh testis pria memiliki efek anabolik yang kuat terhadap penyimpanan protein yang sangat besar, terutama di dalam otot. Bahkan pria yang sangat sedikit melakukan aktivitas olahraga tetapi, meskipun demikian memiliki testosterone yang banyak, akan memiliki otot yang akan tumbuh menjadi berukuran 40 % atau lebih besar daripada otot pasangan wanitanya dan disertai peningkatan kekuatan yang sesuai. Hormone esterogen yang dimiliki wanita dalam jumlah besar, diketahui meningkatkan penimbunan lemak pada wanita, terutama dalam beberapa jaringan khusus seperti payudara, paha, dan jaringan subkutan. Perbedaan masa otot ini sangat erat kaitannya dengan kekuatan otot, ventilasi paru, dan curah jantung antara pria dan wanita (Guyton, 1997).

Menurut Larry Gshaver (1981), satu gram hemoglobin dapat bersatu dengan 1,34 ml oksigen. Pada pria dalam keadaan istirahat terdapat sekitar 15-16 gr hemoglobin pada setiap 100 ml darah dan pada wanita rata-rata 14 gr pada setiap 100 ml darah. Keadaan ini menyebabkan wanita memiliki kapasitas aerobik lebih rendah dibanding pria. Selain itu ukuran jantung pada wanita rata-rata lebih kecil dibanding pria, sehingga jumlah darah yang ditampung lebih sedikit dan darah yang dipompakan juga lebih sedikit daripada pria. Pengambilan oksigen pada wanita 2,2 L lebih kecil daripada pria 3,2 L. Kapasitas vital paru wanita juga lebih kecil dibanding pria (Junusul, 1989). 2.1.2.4. Kegiatan FisikKegiatan fisik sangat mempengaruhi semua komponen kesegaran jasmani. Latihan yang bersifat aerobik yang dilakukan akan meningkatkan daya tahan kardiorespirasi dapat mengurangi lemak tubuh (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994).Menurut Bucher (1983) ada sejumlah keuntungan penting bagi organ tubuh vital akibat dari latihan yang teratur.1. Pengaruh latihan terhadap kesehatan umum otot jantung.

Bukti yang ada menunjukkan bahwa otot jantung ukurannya meningkat karena digunakan dengan tuntutan yang lebih besar diletakkan pada jantung sebagai akibat dari aktivitas jasmani, terjadi pembesaran jantung.2. Pengaruh latihan terhadap isi sedenyut

Hasil penelitian pada atlet, pada umumnya disepakati bahwa jumlah isi darah perdenyut jantung lebih besar dipompakan ke seluruh tubuh dari pada orang yang tidak terlatih.

Atlet terlatih dapat memompakan sebanyak 22 liter darah sedangkan individu yang tidak terlatih hanya 10,2 liter darah saja.3. Pengaruh latihan terhadap denyut jantung

Hasil tes dari atlet olimpiade, diperoleh bukti bahwa individu yang terlatih mempunyai denyut jantung yang tidak cepat bila dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih. Diperkirakan bahwa jantung manusia berdenyut 6 sampai 8 kali lebih sedikit bila seseorang terlatih. Pada kebanyakan atlet jantungnya berdenyut 10, 20 sampai 30 kali lebih sedikit dari pada denyut jantung yang tidak terlatih

4. Pengaruh latihan terhadap tekanan arteri

Banyak eksperimen menunjukkan bahawa peningkatan tekanan darah pada orang terlatih lebih sedikit dari pada orang yang tidak terlatih.

5. Pengaruh latihan terhadap pernafasan

a. Dada bertambah luas. Hal ini terjadi semasa pertumbuhan, tetapi tidak pada masa dewasa.

b. Jumlah pernafasan permenit berkurang. Orang terlatih bernafas 6 sampai 8 kali permenit, sedangkan pada orang yang tidak terlatih sebanyak 18 sampai 20 kali permenit.

c. Pernafasan lebih dalam dengan diafragma. Pada orang yang tidak terlatihdiafragma bergerak sedikit sekali.

d. Dalam mengerjakan pekerjaan yang sama, individu yang terlatih menghirup udara dalam jumlah yang lebih kecil, dan mengambil oksigen lebih besar dari pada individu yang tidak terlatih. Ada keyakinan bahwa peningkatan jumlah kapiler dalam paru-paru, menyebabkan jumlah darah yang berhubungan dengan udara lebih besar yang mengakibatkan ekonomi dalam pernafasan.

6. Pengaruh latihan terhadap sistem otot.

Beberapa keuntungan dari akibat latihan terhadap otot-otot diantaranya adalah :a. Sarkoma dari serabut otot menjadi lebih tebal dan kuat.

b. Ukuran otot bertambah.

c. Kekuatan otot meningkat.

d. Daya tahan otot meningkat.

e. Terjadi penambahan jumlah kapiler.

Hal ini ini menyebabkan peredaran darah ke otot lebih baik (Arma, 1994).2.1.2.5. Kebiasan Merokok

Sudah lama diketahui efek jelek rokok terhadap paru-paru, antara lain adalah penyakit paru obstruktif menahun yang dikenal dengan COPD (Djamil, 1989).

Pada asap tembakau terdapat 4% karbon monoksida (CO). Afinitas CO pada hemoglobin 200-300 kali lebih kuat dari pada oksigen, ini berarti CO tersebut lebih cepat mengikat hemoglobin dari pada oksigen. Hemoglobin dalam tubuh berfungsi sebagai alat pengangkutan oksigen untuk diedarkan ke jaringan tubuh yang memerlukannya. Bila seseorang merokok 10-20 batang sehari di dalam hemoglobin mengandung 4,9% CO maka kadar oksigen yang diedarkan ke jaringan akan menurun sekitar 5% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994).

Selain itu dalam rokok mengandung NO dan NO2, merupakan substansia yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas yang berlebihan yang menyebabkan terbentuknya lipid peroksida yang lebih lanjut merusak dinding sel. Beberapa sel tubuh telah terbukti mengalami proses degeneratif antara lain membran sel endotel, pembuluh darah, epitel paru, lensa mata dan neuron (Yunwati, 2002). 2.2. Konsumsi Oksigen Maksimal (VO2 max)2.2.1. Definisi

VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi kelelahan. Karena VO2max ini dapat membatasi kapasitas kardiovaskuler seseorang, maka VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobic.

VO2max juga dapat diartikan sebagai kemampuan maksimal seseorang untuk mengkonsumsi oksigen selama aktivitas fisik pada ketinggian yang setara dengan permukaan laut. VO2max merefleksikan keadaan paru, kardiovaskuler, dan hematologik dalam pengantaran oksigen, serta mekanisme oksidatif dari otot yang melakukan aktivitas. Selama menit-menit pertama latihan, konsumsi oksigen meningkat hingga akhirnya tercapai keadaan steady state di mana konsumsi oksigen sesuai dengan kebutuhan latihan. Bersamaan dengan keadaan steady state ini terjadi pula adaptasi ventilasi paru, denyut jantung, dan cardiac output.

Keadaan di mana konsumsi oksigen telah mencapai nilai maksimal tanpa bisa naik lagi meski dengan penambahan intensitas latihan inilah yang disebut VO2max. Konsumsi oksigen lalu turun secara bertahap bersamaan dengan penghentian latihan karena kebutuhan oksigen pun berkurang.

Secara teori, nilai VO2max dibatasi oleh cardiac output, kemampuan sistem respirasi untuk mengantarkan oksigen ke darah, atau kemampuan otot untuk menggunakan oksigen. Dengan begitu, VO2max pun menjadi batasan kemampuan aerobik, dan oleh sebab itu dianggap sebagai parameter terbaik untuk mengukur kemampuan aerobik (atau kardiorespirasi) seseorang (Uliyandari, 2009).2.2.2. Faktor-faktor yang menentukan nilai VO2max2.2.2.1. Fungsi paru

Pada saat melakukan aktivitas fisik yang intens, terjadi peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot yang sedang bekerja. Kebutuhan oksigen ini didapat dari ventilasi dan pertukaran oksigen dalam paru-paru. Ventilasi merupakan proses mekanik untuk memasukkan atau mengeluarkan udara dari dalam paru. Proses ini berlanjut dengan pertukaran oksigen dalam alveoli paru dengan cara difusi. Oksigen yang terdifusi masuk dalam kapiler paru untuk selanjutnya diedarkan melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh. Untuk dapat memasok kebutuhan oksigen yang adekuat, dibutuhkan paru-paru yang berfungsi dengan baik, termasuk juga kapiler dan pembuluh pulmonalnya. Pada seorang atlet yang terlatih dengan baik, konsumsi oksigen dan ventilasi paru total meningkat sekitar 20 kali pada saat ia melakukan latihan dengan intensitas maksimal.

Dalam fungsi paru, dikenal juga istilah perbedaan oksigen arteri-vena (A-VO2diff). Selama aktivitas fisik yang intens, A-V O2 akan meningkat karena oksigen darah lebih banyak dilepas ke otot yang sedang bekerja, sehingga oksigen darah vena berkurang. Hal ini menyebabkan pengiriman oksigen ke jaringan naik hingga tiga kali lipat daripada kondisi biasa. Peningkatan A-V O2diff terjadi serentak dengan peningkatan cardiac output dan pertukaran udara sebagai respon terhadap olah raga berat(Uliyandari, 2009).2.2.2.2. Fungsi kardiovaskuler

Respon kardiovaskuler yang paling utama terhadap aktivitas fisik adalah peningkatan cardiac output. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan isi sekuncup jantung maupun heart rate yang dapat mencapai sekitar 95% dari tingkat maksimalnya. Karena pemakaian oksigen oleh tubuh tidak dapat lebih dari kecepatan sistem kardiovaskuler menghantarkan oksigen ke jaringan, maka dapat dikatakan bahwa sistem kardiovaskuler dapat membatasi nilai VO2max (Uliyandari, 2009).2.2.2.3. Sel darah merah (Hemoglobin)

Karena dalam darah oksigen berikatan dengan hemoglobin, maka kadar oksigen dalam darah juga ditentukan oleh kadar hemoglobin yang tersedia. Jika kadar hemoglobin berada di bawah normal, misalnya pada anemia, maka jumlah oksigen dalam darah juga lebih rendah. Sebaliknya, bila kadar hemoglobin lebih tinggi dari normal, seperti pada keadaan polisitemia, maka kadar oksigen dalam darah akan meningkat. Hal ini juga bisa terjadi sebagai respon adaptasi pada orang-orang yang hidup di tempat tinggi.

Kadar hemoglobin rupanya juga dipengaruhi oleh hormon androgen melalui peningkatan pembentukan sel darah merah. Laki-laki memiliki kadar hemoglobin sekitar 1-2 gr per 100 ml lebih tinggi dibanding wanita (Uliyandari, 2009).

2.2.2.4. Komposisi tubuhJaringan lemak menambah berat badan, tapi tidak mendukung kemampuan untuk secara langsung menggunakan oksigen selama olah raga berat. Maka, jika VO2max dinyatakan relatif terhadap berat badan, berat lemak cenderung menaikkan angka penyebut tanpa menimbulkan akibat pada pembilang VO2;

Jadi, kegemukan cenderung mengurangi VO2max wanita (Uliyandari, 2009).2.2.3. Pengukuran VO2max

Untuk mengukur VO2max, ada beberapa tes yang lazim digunakan. Tes-tes ini haruslah dapat diukur dan mudah dilaksanakan, serta tidak membutuhkan ketrampilan khusus untuk melakukannya. Tes ergometer sepeda dan treadmill adalah dua cara yang paling sering digunakan untuk menghasilkan beban kerja. Meskipun begitu, step test ataupun field test juga dapat dilakukan untuk kepentingan yang sama (Uliyandari, 2009).

2.2.3.1. Ergometer Sepeda

Dilakukan dengan menggunakan sepeda statis yang dikayuh untuk mendapatkan beban kerja. Beban kerja dapat diberikan secara kontinyu atau intermiten. Ergometer sepeda ini dapat mekanik atau elektrik, serta dapat digunakan dalam posisi tegak lurus maupun supinasi. Dipasang EKG untuk merekam beban kerja, serta dilakukan pengukuran tekanan darah probandus pada permulaan dan akhir pembebanan. Nilai VO2max bisa didapat dengan menggunakan nomogram Astrand, khususnya menggunakan skala beban kerja. Beban kerja dapat dinyatakan dalam unit standar, sehingga hasil tes dapat dibandingkan satu sama lain (Uliyandari, 2009).2.2.3.2. Treadmill

Beberapa protokol yang dapat digunakan dalam pemeriksaan dengan treadmill adalah : (1) Metode Mitchell, Sproule, dan Chapman, (2) Metode Saltin-Astrand, dan (3) Metode OSU. Keuntungan menggunakan treadmill meliputi nilai beban kerja yang konstan, kemudahan mengatur beban kerja pada level yang diinginkan, serta mudah dilakukan karena hampir semua orang terbiasa dengan keahlian yang dibutuhkan (berjalandan berlari). Meskipun demikian, karena alatnya mahal dan berat, tes ini tidak praktis dilakukan di tempat kerja (Uliyandari, 2009).

2.2.3.3. Field Test

Tes ini sangat mudah dilakukan, karena tidak membutuhkan alat khusus. Probandus diminta berlari berdasarkan jarak atau waktu tertentu. Beberapa variasi dari tes ini adalah : (1) 12 minute run, (2)1,5 mile run, dan (3) 2,4 km run test (Uliyandari, 2009).

2.2.3.4. Step Test

Banyak variasi dari tes ini sehubungan dengan jumlah langkah permenit dan tinggi bangku yang digunakan untuk menghasilkan beban kerja. Probandus melakukan gerakan naik turun bangku bergantian kaki dengan irama yang sudah diatur dengan metronome. Walaupun mudah dilakukan dan tidak butuh biaya besar, beban kerja yang tepat sulit didapat dengan tes ini karena kelelahan yang mungkin timbul saat melakukan tes dapat mempengaruhi akurasi beban kerja dan titik gravitasi. Nilai VO2max bisa didapat dengan normogram Astrand berdasarkan denyut dan berat badan atau mengggunakan perhitungan rumus. Rumus yang tersedia pun bervariasi, dengan standar nilai VO2max yang bervariasi pula. Data yang dibutuhkan untuk menghitung VO2max adalah denyut jantung pemulihan. Beberapa variasi tersebut misalnya : (1) Harvard Step Test, (2) Queens College Step Test, (3) Tuttle Step Test, (4) Ohio Step Test, (5) YMCA Step test, dan (6) Tecumseh Step Test (Uliyandari, 2009).2.3. Harvard Step Test2.3.1. Definisi

Tes ini adalah pengukuran yang paling tua untuk mengetahui kemampuan aerobik yang dibuat oleh Brouha pada tahun 1943. Ada beberapa istilah seperti kemampuan jantung-paru, daya tahan jantung-paru, aerobic power, cardiovascular endurance, cardiorespiration endurance, dan kebugaran aerobik yang mempunyai arti yang kira-kira sama. Penelitian ini dilakukan di Universitas Harvard, USA, jadi nama tes ini dimulai dengan nama Harvard. Inti dari pelaksanaan tes ini adalah dengan cara naik turun bangku selama 5 (lima) menit (Gunawan, 2010).2.3.2. Peralatan yang dibutuhkan Bangku, setinggi 19 inchi untuk laki-laki dan 17 inchi perempuan

Stopwatch

Metronom

Stetoskop, bila perlu

Alat tulis untuk mencatat hasil (Susantoda, 2009).2.3.3. Cara pelaksanaan Peserta melakukan pemanasan.

Peserta tes berdiri tegak menghadap bangku, melakukan uji coba naik-turun bangku terlebih dahulu untuk menyesuaikan irama metronom.

Peserta tes melakukan gerakan naik turun bangku dengan irama metronom 120 kali per menit (30 langkah permenit), selama 5 menit.

Pada bunyi metronom ke 1 salah satu kaki naik ke atas bangku, pada bunyi ke 2 kaki yang lain naik ke atas bangku, pada bunyi ke 3 salah satu kaki turun ke lantai, dan pada bunyi ke 4 kaki yang lain turun ke lantai sehingga peserta tes berdiri tegak di lantai.

Bila belum mencapai waktu 5 menit peserta tes sudah merasa lelah dan tidak dapat mengikuti irama metronom, tes dihentikan dan waktu dicatat.

Peserta tes duduk segera setelah berhenti.

Setelah satu menit istirahat, denyut nadi dihitung dan dicatat pada menit pertama, kedua, dan ketiga masing-masing selama 30 detik.

(Susantoda, 2009).2.3.4. Hasil dan Penilaian

a. Cara Lambat:

1. Jumlahkan denyut nadi selama 30 detik pada menit pertama, kedua, dan ketiga setelah istirahat.

2. Masukkan ke dalam rumus :

3. Hasil penghitungan dibandingkan dengan kriteria sbb:Tabel 2.1 Kategori harvard step test dengan penghitungan cara lambatSkorNilaiKategori

> 90

80 89

65 79

50 64

< 50 5

4

3

2

1Baik Sekali

Baik

Cukup

Kurang

Kurang Sekali

(Susantoda, 2009).b. Cara Cepat:

1. Hasil pencatatan denyut nadi selama 30 detik setelah menit pertama istirahat.

2. Masukkan ke dalam rumus sbb:

3. Hasil penghitungan dibandingkan dengan kriteria sbb:Tabel 2.2 Kategori harvard step test dengan penghitungan cara cepat

SkorNilaiKategori

> 80

50 80

< 505

3

1Baik

Cukup

Kurang

(Susantoda, 2009).2.4. Merokok2.4.1. Definisi

Merokok adalah suatu kata kerja yang berarti melakukan kegiatan atau aktifitas menghisap rokok, sedangkan perokok adalah orang yang suka merokok (Tim Redaksi KBBI.2002).2.4.2. Klasifikasi

Menurut kriteria Doll tahun 1976.

a. Perokok

: orang yang merokok sedikitnya satu batang sehari selama sekurang-kurangnya satu tahunb. Bekas perokok: orang yang telah merokok sedikitnya satu batang sehari sekurang-kurangnya satu tahun, namun sekarang tidak merokok lagi.c. Bukan perokok: orang yang tidak pernah merokok sebanyak satu batang sehari selama satu tahun.

Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu : a. Perokok RinganDisebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang per hari. b. Perokok SedangDisebut perokok sedang jika menghisap 10 20 batang per hari. c. Perokok BeratDisebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang (Bustan, 2000).

Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap rokok maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu bungkus) perhari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan (Mangku, 1997).2.4.3. Zat yang terkandung dalam rokok

Bahan dasar rokok mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Dalam satu batang rokok terdapat lebih kurang 4.000 jenis bahan kima, 40 persen di antaranya beracun. Rokok menimbulkan efek kecanduan pada orang-orang yang mengonsumsinya. Rokok memiliki efek yang sama dengan morfin, yaitu efek adiksi (ketagihan) dan habituasi (ketergantungan). Bahan kimia yang paling berbahaya terutama nikotin, tar, hidrokarbon, karbon monoksida, dan logam berat dalam asap rokok (Lia, 2009).

Gambar 2.1 Kandungan dalam rokokTabel 2.3 Daftar Bahan Kimia Yang Terdapat Dalam Asap Rokok Yang Dihisap

NoBagian PartikelBagian Gas

1

2

3

4

5Tar

Indol

Nikotin

Karbolzol

Kresol

Catatan:

Keseluruhan bersifat karsinogen dan iritan serta bersifat toksik yang lainKarbon monoksida

Amoniak

Asam hydrocyanat

Nitrogen oksida

Formaldehid

Catatan:

Keseluruhan zat ini bersifat karsinogen, mengiritasi, racun bulu getar alat pernapasan, dan sifat racun yang lain.

Sumber: Mangku, 1997.2.4.3.1. Nikotin

Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok, nikotin bersifat toksik terhadap saraf dengan stimulasi atau depresi. Nikotin merupakan aikaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi beracun. Zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi otak/susunan saraf. Dalam jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin yang adiktif inivdibuktikan dengan jarang adanya jumlah perokok yang ingin berhenti merokok dan jumlah yang berhasil berhenti.

Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang sintesisnya bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni syaraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya. Jumlah nikotin yang dihisap dipengaruhi oleh berbagai faktor kualitas rokok, jumlah tembakau setiap batang rokok, dalamnya isapan , lamanya isapan, dan menggunakan filter rokok atau tidak (Suheini, 2007). Nikotin mempunyai efek paling banyak ,yakni :1. Meningkatkan detak jantung, peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dalam keadaan istirahat, sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen juga meningkat. Peningkatan ini terjadi karena adanya zat noreinefrine yang akan merangsang katekolamine di dalam darah. Bahan kimia ini akan merangsang reseptor kimia pada pembuluh darah yang akan mengakibatkan peningkatan sistolik dan diastolik, yang selanjutnya akan mempengaruhi kerja jantung.

2. Menyebabkan penyempitan pembuluh darah perifer yang akan memberikan risiko terjadinya ateriosklerosis, selain juga meningkatkan tekanan darah.

3. Menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dan meningkatkan kadar kolesterol buruk (LDL) dalam darah sehingga menyebabkan gangguan metabolisme lemak, walaupun belum ada penelitian khusus yang bisa menjelaskan bagaimana mekanisme penurunan HDL oleh rokok. Pada orang-orang yang merokok, ditemukan kadar HDL-nya rendah. Itu artinya, pembentukan kolesterol baik yang bertugas membawa lemak dari jaringan ke hati menjadi terganggu. Sementara kadar LDL-nya meningkat. Itu berarti lemak dari hati justru dibawa kembali ke jaringan tubuh. Intinya, transportasi lemak menuju ke hati menjadi terganggu (Lia, 2009).2.4.3.2. Karbon Monoksida

Karbon monoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan menyebabkan keracunan CO, sebab pengaruh CO yang dihirup oleh perokok dengan sedikit demi sedikit, dengan lamban namun pasti akan berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2%-6% pada saat merokok, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16% (Mangku, 1997).2.4.3.3. Tar

Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap air diasingkan, beberapa komponen zat kimianya karsinogenik (pembentukan kanker). Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan bahan kimia yang beracun sebagian dapat merusak sel paru dan menyebabkan berbagai macam penyakit. Selain itu tar dapat menempel pada jalan nafas sehingga dapat menyebabkan kanker. Tar merupakan kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun rokok diberi filter, efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru, ketika pada saat merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah rokok yang digunakan bertambah banyak (Mangku, 1997). 2.4.3.4. Timah Hitam (Pb) Merupakan Partikel Asap Rokok. Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 mikro gram. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari menghasilkan 10 mikro gram. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh antara 20 mikro gram per hari. Bisa dibayangkan bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok perhari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh. (Mangku, 1997).2.5. Hubungan Merokok dengan Harvard Step TestBahan dasar rokok mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Dalam satu batang rokok terdapat lebih kurang 4.000 jenis bahan kima, 40 persen di antaranya beracun. Bahan kimia yang paling berbahaya terutama nikotin, tar, dan karbon monoksida. Ketiga zat tersebut dapat mengganggu kerja dari system kardiorespirasi.Dalam 1 2 tahun merokok, seorang perokok muda akan terjadi perubahan inflamasi / reaksi peradangan pada jalur pernafasan kecil, hingga terjadi sumbatan saluran nafas khronis. Dan akan kembali normal setelah berhenti merokok selama 1 2 tahun lagi (Chafid, 2010). Namun rokok akan memberikan efek permanen jika orang tersebut mengkonsumsi rokok selam 5 tahun (Brodish, 1998).Apabila seseorang tengah merokok, maka kandungan gas CO yang ada di dalam rokok tersebut akan ikut terhisap ke dalam paru-paru. Kemudian gas CO tersebut akan ikut dalam aliran darah termasuk aliran darah jantung. Darah banyak mengandung hemoglobin, suatu zat yang penting bagi tubuh untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Bila di dalam darah terdapat gas CO, maka hemoglobin akan lebih banyak terikat dengan CO, karena daya ikat CO dengan hemoglobin 200-250 kali lebih kuat dari daya ikat oksigen dengan hemoglobin. Bila terdapat kadar CO yang berlebihan dalam darah, maka pada akhirnya kadar oksigen dalam darah akan turun dengan drastis Nikotin dalam rokok dapat menyebabkan peningkatkan detak jantung,peningkatan LDL yang dapat memicu timbulnya plaque pada pembuluh darah dan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang berujung pada peningkatan tekanan darah dalam keadaan istirahat, sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen juga meningkat dan suplay darah kejaringan akan terganggu.Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan bahan kimia yang beracun sebagian dapat merusak sel paru dan menyebabkan berbagai macam penyakit, terutama pada saluran pernafasan (Lia, 2009).Ketiga zat inilah yang nantinya akan menyebabkan gangguan paru, jantung dan system sirkulasi yang akan mempengaruhi pengambilan dan pengiriman oksigen dari paru-paru ke jaringan (Brodish , 1998). Jika terjadi gangguan pada ketiga system tersebut maka nilai VO2 seorang perokok akan menurun karena seperti yang kita ketahui nilai VO2 max dipengaruhi oleh fungsi paru, kardiovaskuler, dan hemoglobin orang tersebut.Salah satu test yang dapat digunakan untuk mengukur nilai VO2 max adalah harvard step test (Uliyandari, 2009). Hal ini berarti jika dilakukan pengukuran harvard step test pada seorang perokok maka akan menunjukkan penurunan nilai dari harvard step test tersebut.2.6. Kerangka Teori2.7. Kerangka Konsep

2.8. HipotesisHo: Tidak terdapat perbedaan penilaian daya tahan kardiorespirasi dengan Harvard step test pada mahasiswa laki-laki yang merokok dan tidak merokok di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar tahun ajaran 2007-2010.H1: Terdapat perbedaan penilaian daya tahan kardiorespirasi dengan Harvard step test pada mahasiswa laki-laki yang merokok dan tidak merokok di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar tahun ajaran 2007-2010.BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1. Jenis PenelitianMetode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik observasional dengan desain studi cross sectional dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat, kata satu saat disini bukan berarti semua subjek diamati tepat pada saat yang sama, tetapi artinya tiap subjek hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut. (Sastroasmoro, 1995)3.2. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di Universitas Islam Al-Azhar Mataram pada bulan Maret 2011.3.3. Variabel dan Definisi Operasional3.3.1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

Variabel dependen: daya tahan kardiorespirasi Variabel independen: kebiasaan merokok3.3.2. Definisi Oprasional

1. Daya tahan kardiorespirasiMerupakan kesanggupan jantung dan paru serta pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan latihan untuk mengambil oksigen dan mendistribusikannya ke jaringan yang aktif untuk digunakan pada proses metabolisme tubuh (Situmeang, 2005).2. Harvard Step TestMerupakan test yang digunakan untuk mengukur daya tahan kardiorespirasi seseorang yang dilakukan dengan cara naik turun bangku setinggi 19 inchi maksimal selama 5 menit. Kemudian responden istirahat selama satu menit,setelah itu dilakukan pengukuran nadi dalam 30 detik, yang kemudian dimasukkan dalam rumus untuk mendapatkan nilai dari harvard step test sehingga dapat dayahan kardiorespirasi orang tersebut dapat dikategorikan (Susantoda, 2009).Rumus

Kategori

Table 3.1 Kategori Harvard step test responden

SkorNilaiKategori

> 80

50 80

< 505

3

1Baik

Cukup

Kurang

(Susantoda, 2009).3. Kebiasaan MerokokMerokok adalah suatu kata kerja yang berarti melakukan kegiatan atau aktifitas menghisap rokok. Perokok adalah orang yang merokok sedikitnya satu batang sehari selama sekurang-kurangnya satu tahun. Adapun atribut dari kebiasaan merokok itu adalah: Bukan perokok adalah orang yang tidak pernah merokok sebanyak satu batang sehari selama satu tahun. Perokok Ringan, apabila merokok kurang dari 10 batang per hari. Perokok Sedang, jika menghisap 10 20 batang per hari. Perokok Berat, jika menghisap lebih dari 20 batang (Bustan, 2000)3.4. Populasi3.4.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar tahun ajaran 2007-2010 berjenis kelamin laki-laki yang total berjumlah 88 orang. Total populasi tersebut digunakan sebagi subjek penelitian.Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa kedoketran Universitas Islam Al-Azhar yang memenuhi kriteria sebagai berikut:1. Kriteria Inklusia. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar angkatan 2007-2010 yang berjenis kelamin laki-laki berumur 19-30 tahun.b. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar angkatan 2007-2010 yang berjenis kelamin laki-laki yang tidak merokok dan merokok 1 tahun.

c. Dalam kondisi sehat, tidak memiliki penyakit atau masalah dengan kesehatan jantung, paru, pembuluh darah dan ekstrimitas bawah (dengan Anamnesa secara umum).

2. Kriteria Eksklusi

a. Pingsan saat melakukan testb. Terjadi kondisi-kondisi yang tidak memungkinkan untuk diteruskan melakukan testc. Tidak hadir saat pelaksanaan testd. Tidak dapat mengikuti aturan pelaksanaan test3.5. Instrumen PenelitianInstrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner/Panduan Pertanyaan

Untuk mendapatkan data mengenai kebiasaan merokok responden. Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara peneliti menanyakan pertanyaan yang ada dalam kuesioner kepada responden.2. Peralatan harvard step test. Bangku, setinggi 19 inchi Stopwatch, merk One Med

Gambar 3.1 Stopwatch yang digunakan dalam penelitian Metronom, merk Yamaha

Gambar 3.2 Metronom yang digunakan dalam penelitian

Alat tulis untuk mencatat hasil 3.6. Cara Penelitian3.6.1. Alur Penelitian

3.7. Analisis HasilAnalisa data merupakan bagian penting dari suatu penelitian. Dimana tujuan dari analisis ini adalah agar diperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti. Data yang telah terkumpul akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer. Adapun langkah-langkah pengolahan data meliputi:

1. Editing adalah pekerjaan memeriksa validitas data yang masuk, seperti memeriksa kelengkapan menjawab kuesioner dan kejelasan jawaban antara lain nomer urut responden, umur responden, sataus kebiasaan merokok responden, waktu test responden, nadi responden, nilai Harvard step test responden, dan kriteria Harvard step test responden.2. Coding adalah suatu kegiatan memberi tanda / kode tertentu terhadap data yang telah diedit dengan tujuan mempermudah pembuatan table.dalam hal ini yang perlu dilakukan coding adalah:a. Status kebiasaan merokok responden:

1. Bukan perokok

2. Perokok ringan

3. Perokok sedang

4. Perokok berat

b. Kriteria nilai Harvard step test:

1. Kurang

2. Cukup

3. Baik 3. Entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah didapat ke dalam program komputer yang ditetapkan (SPSS 17)Analisis dalam penelitian ini dengan menggunakana. Analisis Univariat Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel, baik variabel bebas, dan variabel terikat. Adapun variabel yang dianalisis meliputi jumlah perokok dan yang tidak merokok, kriteria perokok, dan nilai harvard step test.b. Analisis BivariatAnalisis digunakan untuk mengetahui perbedaan pada Variable dependen yang dipengaruhi oleh variable independen yaitu nilai harvard step test yang dipengaruhi oleh kebiasaan merokok.Karena rancangan penelitian ini adalah cross sectional, hubungan antara variabel independent dengan varibael dependent digunakan ditampilkan dalam table 2x2 dan juga dilakukan perhitungan Rasio prevalens (RP), untuk mengetahui estimasi resiko relatif, dengan cara membagi prevalens efek pada kelompok dengan faktor resiko, dengan prevalens efek pada kelompok tanpa faktor resiko. Adapun tampilan table 2x2 dan perhitunga rasio prevalens sebagai berikut:

Table 3.7.1 Tabel silang 2x2

Status Kebiasaan MerokokKriteria Harvard Step TestTOTAL

NormalKuang

Bukan PerokokABA+B

PerokokCDC+D

TOTALA+CB+DA+B+C+D

RP = A/(A+B) : C/(C+D)Dalam penelitian ini juga digunakan uji statistik Chi-Square dengan bantuan computer untuk mengetahui perbedaan antara nilai Harvard step test pada mahasiswa yang merokok dan tidak merokok. Taraf signifikasi yang digunakan adalah 95 % / taraf kesalahan 0,05 %.Rumus dari Chi-Square adalah:

Keterangan:

r = jumlah baris,

c = jumlah kolom,

i = baris ke i

j=baris ke j

Oij = frekuensi observasi pada baris i kolom j

Eij = frekuensi yang diharapkan pada baris i kolom j Langkah-langkah analisis Chi-Square dalam SPSS Dari menu utama SPSS pilih menu Anlyze kemudia pilih Descriptive statistic kemudian pilih crosstab, dan akan muncul tampilan seperti dibawah ini

Gambar3.3 Tampilan analisa crosstab chi square Isi bagian Row dan Column dengan kategori yang sesuai.

Kemudian pilih statistics, dan akan muncul tampilan seperti ini

Gambar 3.4 Tampilan analisa crosstab statistic chi square Beri tanda centang atau aktifkan Chi_square kemudian klik continue di lanjutkan dengan Ok, maka hasil analisa yang diinginkan akan muncul.Kriteria hubungan berdasarkan p value (probabilitas) yang dihasilkan dengan nilai kemaknaan yang dipilih, dengan kriteria sebagai berikut:

Jika p value > 0,05 maka Ho diterima (tidak ada perbedaan)

Jika p value 0,05 maka Ho ditolak (ada perbedaan)

Sedangkan Untuk melihat adanya perubahan nilai Harvard step test berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi, maka dilakukan analisis korelasi kendalls tau. Adapun rumus dan langkah-langkahnya sebagai berikut:

Rumus:

S = skor nyata (aktual)N = Jumlah sampelUntuk Rumus uji signifikansi korelasi kendals tau menggunakan rumus nilai Z yaitu:

Langkah-langkah uji korelasi kendals tau dengan SPSS

Dari menu utama SPSS pilih menu Anlyze kemudia pilih Descriptive statistic kemudian pilih crosstab, dan akan muncul tampilan seperti dibawah ini

Gambar3.5 Tampilan analisa crosstab uji korelasi Isi bagian Row dan Column dengan kategori yang sesuai.

Kemudian pilih statistics, dan akan muncul tampilan seperti ini

Gambar 3.6 Tampilan analisa crosstab statistic korelasi Beri tanda centang atau aktifkan correlations kemudian aktifkan options kendalls tau lalu klik continue di lanjutkan dengan Ok, maka hasil analisa yang diinginkan akan muncul.

3.8. Etika PenelitianDalam peneltian ini, peneliti tetap mengedepankan masalah etika yaitu:1. Lembar persetujuan menjadi respondenLembar persetujuan dibagikan kepada seluruh subyek penelitian. Tujuannya agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta kesediaan subyek untuk menjadi responden penelitian. Jika subyek bersedia menjadi responden, maka subyek harus bersedia di observasi dan di wawancara, dan peneliti akan tetap menghormati hak-hak responden.2. AnonimityNama pasien yang menjadi responden tidak perlu dicantumkan pada lembar pengumpulan data, hal ini untuk menjaga obyektifitas data. Untuk mengetahui partisipasi dan peran serta responden, peneliti cukup menuliskan nomor kode pasien pada masing-masing lembar persetujuan.3. ConfidentialityKerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dan dijumpai pada pasien, dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan benar-benar digunakan untuk tujuan penelitian.BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN4.1. Karakteristik PenelitianPenelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 8 Januari 2011 tanggal sampai dengan 26 Maret 2011 di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram. Sampel yang diambil mahasiswa laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar angkatan 2007-2010 yang berjumlah 88 orang. Berdasarkan kriteria inklusi dalam penelitian ini, didapatkan 64 orang responden.

4.2. Analisa Univariat4.2.1. Status Kebiasaan Merokok RespondenBerdasarkan status kebiasaan merokok responden didapatkan data sebagai berikut:Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan MerokokKebiasaan MerokokFrekuensi (f)Persentase (%)

Bukan Perokok3148,4

Perokok Ringan1421,9

Perokok Sedang1625,0

Perokok Berat34,7

TOTAL64100

Sumber: Data primer yang diolah

Gambar4.1 Diagram kebiasaan merokok respondenBerdasarkan tabel 4.1 dan diagram diatas dapat diketahui bahwa sebesar 48.4 % responden bukanlah perokok dan sebesar 51.6% responden merupakan perokok dengan rincian sebesar 21.9 % merupakan perokok ringan, sebesar 25% merupakan perokok sedang, dan sebesar 4,7% merupakan perokok berat. Dari tabel dan uraian diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden merupakan perokok sedang, yaitu perokok yang dalam sehari menghabiskan 10-20 batang rokok dan hanya sebagian kecil saja yang tergolong dalam perokok berat, yaitu perokok yang menghabisakan lebih dari 20 batang rokok dalam sehari.4.2.2. Kriteria Nilai Harvard Step Test RespondenBerdasarkan Kriteria Nilai Harvard Step Test responden didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kriteria Nilai Harvard Step Test Responden

Kriteria Harvard Frekuensi (f)Persentase (%)

Baik1421,9

Cukup2742,2

Kurang2335,9

TOTAL64100

Sumber: Data primer yang diolah

Gambar 4.2 Diagram kriteria Harvard step test responden

Berdasarkan tabel 4.2 dan diagram diatas dapat diketahui bahwa kriteria Harvard Step Test terbanyak adalah kategori cukup yaitu sebesar 42,2 %, sisanya sebesar 35,9% tergolong kriteria kurang, dan sebesar 21,9% tergolong kategori baik. 4.3. Analisa Bivariat4.3.1. Distribusi status kebiasaan merokok dengan kriteria Harvard Step TestUntuk mengetahui rincian data distribusi antara status kebiasan merokok dengan nilai Harvard step test maka dapat dilihat dalam table berikut.Tabel 4.3 Distribusi Status Kebiasan Merokok Dengan Kriteria Harvard Step Test Responden

Status Kebiasaan MerokokKriteria Harvard Step TestTotal

KurangCukupBaik

f%f%f%f%

Bukan Perokok412,91651,61135,531100

Perokok1957,51133,339,133100

Total2335,92742,21421,964100

Sumber: Data primer yang diolah

Gambar 4.3 Diagram perbandingan persentase kriteria harvard step test pada perokok dan bukan perokokBerdasarkan tabel 4.3 dan diagram diatas dapat diketahui bahwa pada responden bukan perokok sebesar 12,9% memiliki kriteria nilai Harvard step test kurang, 51,6% cukup dan 35,5% baik. Dari hasil tersebut kebanyakan seseorang yang tidak merokok memiliki kriteria nilai Harvard step test lebih baik, namun terdapat beberapa responden yang memiliki kriteria Harvard step test kurang, hal ini desebabkan karena banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan kardiorespirasi seseorang yang diukur melalui Harvard step test seperti factor genetik, berat badan, kebiasaan berolah raga dan kualitas dari olahraganya (Arma, 1994; Brian, Sharkey. 2003; Uliyandari, 2009 ).Sedangkan pada responden perokok sebesar 57,5% memiliki kriteria Harvard step test kurang, 33,3% cukup dan 9,1% baik. Adapun rincian berdasarkan klasifikasi jumlah rokok yang dihisap dapat dilihat pada table berikutTabel 4.4 Distribusi Klasifikasi Kebiasan Merokok Berdasarkan Jumlah Rokok Yang Dihisap Dengan Kriteria Harvard Step Test Responden Status Kebiasaan MerokokKriteria Harvard Step TestTotal

KurangCukupBaik

f%f%f%f%

Perokok Ringan535,7750214,314100

Perokok Sedang1168,842516,316100

Perokok Berat310000003100

Total2335,92742,21421,964100

Sumber: Data primer yang diolah

Gambar 4.4 Diagram perbandingan persentase kriteria harvard step test berdasarkan jumlah rokok yang dihisap.Dari tabel 4.4 dan diagram diatas didapatkan bahwa pada perokok ringan sebesar 35,7% responden memiliki kriteria nilai Harvard step test kurang, 50% cukup dan 14,3 baik. Pada perokok sedang sebesar 68,8% responden memiliki kriteria nilai Harvard step test kurang, 24% cukup dan 6,3% baik. Sedangkan pada perokok berat sebesar 100% responden memiliki kriteria nilai Harvard step test buruk. Sesuai dengan teori yang diutarakan oleh Mangku (1997) bahwa beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan.

Semakin banyak orang tersebut menghisap batang rokok perharinya maka zat-zat dalam rokok tersebut akan terakumulasi dan tentunya akan menimbulkan efek, khusunya pada daya tahan kardiorespirasi orang tersebut. Semakin banyak batang rokok yang dihisap oleh seseorang maka karbon monoksida yang berikatan dengan Hb akan semakin banyak sehingga kandungan oksigen yang dibawa oleh Hb dalam sel darah merah juga berkurang. Selain itu zat nikotin dan tar yang terakumulasi dalam tubuh juga akan member efek terhadap sistem pengambilan dan pengiriman kebutuhan oksigen yang dibutuhkan tubuh. Hal-hal inilah yang menyebabkan menurunnya nilai Harvard step test seseorang.

4.3.2. Perbedaan nilai Harvard step test pada masaiswa laki-laki yang merokok dan tidak merokok.Untuk mengetahui perbedaan harvard step test terhadap kebiasaan merokok maka digunakan uji Chi-Square. Berdasarkan uji Chi-square pada lampiran hasil analisis, maka hasil pengujian dapat disajikan dalam bentuk tabel sederhana sebagai berikut:Tabel 4.5 Tabel Uji Chi-square

UjiValueSignifikansi (P-Value)

Chi- Square21,4730,002

Sumber: Data primer yang diolahBerdasarkan hasil uji chi-square pada tabel 4.5 diperoleh nilai signifikansi atau P value sebesar 0,002 yang lebih kecil dari alpha 0,05 (=5%), sehingga Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan penilaian daya tahan kardiorespirasi dengan Harvard step test pada mahasiswa laki-laki yang merokok dan tidak merokok di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar tahun ajaran 2007-2010, dengan resiko kesalahan yang sangat kecil hingga dibawah 1% (p1), yang dalam hal ini berarti merokok merupakan faktor resiko yang menyebabkan penurunan nilai Harvard step test, dimana seorang perokok memiliki resiko 3 kali lipat untuk mengalami penurunan nilai Harvard step test dari pada bukan perokok.5.2. Saran1. Melihat ada perbedaan nilai Harvard step test pada seorang perokok dan bukan perokok, hal ini meunjukkan bahwa rokok dapat mempengaruhi daya tahan kardiorespirasi seseorang dan juga memiliki pengaruh buruk bagi kesehatan, untuk itu diharapkan bagi masyarakat untuk mengurang atau bahkan menghindari untuk mengkonsumsi rokok.2. Tenaga kesehatan yang telah mengetahui efek buruk rokok, diharapkan menginformasikan kepada masyarakat tentang efek buruk rokok tersebut.

3. Sebagai bahan pertimbangan penelitian selanjutnya, peneliti sebaiknya juga meneliti faktor-faktor yang belum diteliti oleh peneliti seperti faktor genetik, berat badan yang tidak terlalu tinggi, kebiasaan dan kualitas olahraga dan juga paparan asap rokok yang lebih dikenal dengan perokok pasif. Peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan study kohort dan uji parametric agar hasil yang diperoleh lebih valid.4. Untuk mengurangi efek buruk dari merokok, sebaiknya para perokok melakukan olahraga secara teratur, mengkonsumsi makanan bergizi dan tetap mengurangi konsumsi rokok.Genetic

Jenis kelamin

Umur

Kegitan fisik

Berat badan

: variabel yang tidak diteliti

Rokok

Suplay darah kejaringan terganggu.

Nikotin

Karbon monoksida

Tar

Substansi hidrokarbon yang bersifat lengket

Hemoglobin akan lebih banyak terikat dengan CO

Peningkatkan detak jantung,peningkatan LDL yang dapat memicu timbulnya plaque pada pembuluh darah dan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah

Kadar oksigen dalam darah turun

Menempel pada sal. pernafasan

Hypertrophy sel-sel mukosa, hyperplasia kel. Mucus.

Daya tahan kardiorespirasi menurun

Nilai VO2 max

Nilai harvard step test

Pengambilan dan pengiriman oksigen dari paru-paru ke jaringan terganggu

Daya Tahan Kardiorespirasi

Kebiasaan Merokok

Mahasiswa yang merokok

Mahasiswa yang tidak merokok

Harvard Step Test

Harvard Step Test

Menganalisis Perbedaan nilai harvard step test pada kedua kelompok

1

_1368599118.unknown