27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua organisme memerlukan suplai tetap zat-zat berenergi tinggi, yang dikenal sebagai makanan, untuk meyediakan bahan bakar bagi kebutuhan-kebutuhan fungsionalnya. Tumbuhan hijau merupakan autotrof (pembuat makanan sendiri) yang umum ditemukan. Tumbuhan tersebut mensintesis makanannya dari zat-zat anorganik sederhana, misalnya CO 2 dan H 2 O dengan bantuan sinar matahari. Fungi memperoleh makanannya dengan cara menyerap zat-zat langsung dari lingkungan di sekitarnya, dan demikian pula halnya denga bakteri nonfotosintetik. Akan tetapi, protozoa (sebuah filum dalam kingdom Protista) dan hewan (heterotrof multiseluler) umumnya menangkap zat makanan dalam jumlah yang relatif besar, berupa organisme utuh (mangsa) atau bagian-bagian organisme. Pemerolehan zat-zat makanan berukuran besar itu dikenali sebagai penagkapan bongkah (bulk capture). Biasanya terdapat aparatis rumit bagi pemecahan makanan secara mekanis, sebab ptongan-potongan yang lebih kecil lebih mudah diproses dan diasimilasi. Akan tetapi, tujuan yang sama dapat tercapai melalui cara-cara kimiawi. Makanan mengandung berbagai zat-zat kimiawi yang kita sebut nutrien. Nutrien menyediakan zat-zat untuk produksi energi, juga zat-zat stuktural untuk pertumbuhandan penjagaan sel. Nutrien-nutrien utama meliputi karbohidrat, protein, dan lipid. Vitamin dan mineral diperlukan dalam 1

Isi Sistem Pencernaan

  • Upload
    mala

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ureytrtyreetty

Citation preview

Page 1: Isi Sistem Pencernaan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Semua organisme memerlukan suplai tetap zat-zat berenergi tinggi, yang dikenal

sebagai makanan, untuk meyediakan bahan bakar bagi kebutuhan-kebutuhan

fungsionalnya. Tumbuhan hijau merupakan autotrof (pembuat makanan sendiri) yang

umum ditemukan. Tumbuhan tersebut mensintesis makanannya dari zat-zat anorganik

sederhana, misalnya CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari. Fungi memperoleh

makanannya dengan cara menyerap zat-zat langsung dari lingkungan di sekitarnya, dan

demikian pula halnya denga bakteri nonfotosintetik. Akan tetapi, protozoa (sebuah filum

dalam kingdom Protista) dan hewan (heterotrof multiseluler) umumnya menangkap zat

makanan dalam jumlah yang relatif besar, berupa organisme utuh (mangsa) atau bagian-

bagian organisme. Pemerolehan zat-zat makanan berukuran besar itu dikenali sebagai

penagkapan bongkah (bulk capture). Biasanya terdapat aparatis rumit bagi pemecahan

makanan secara mekanis, sebab ptongan-potongan yang lebih kecil lebih mudah diproses

dan diasimilasi. Akan tetapi, tujuan yang sama dapat tercapai melalui cara-cara kimiawi.

Makanan mengandung berbagai zat-zat kimiawi yang kita sebut nutrien. Nutrien

menyediakan zat-zat untuk produksi energi, juga zat-zat stuktural untuk pertumbuhandan

penjagaan sel. Nutrien-nutrien utama meliputi karbohidrat, protein, dan lipid. Vitamin

dan mineral diperlukan dalam jumlah yang lebih sedikit. Protein terutama sangat penting

sebagai zat struktural, khususnya karena esensialnya. Karbohidrat dan lipid merupakan

penyedia utama energi, tetapi juga memiliki peran struktural, terutama dalam perakitan

membran-membran.

Banyak hewan yang memakan tumbuhan saja, sehingga dikelompokkan sebagai

herbivora. Hewan-hewan lain disebut karnivora karena hanya memakan daging saja.

Ada pula hewan lain, misalnya manusia, yang memakan tumbuhan dan juga hewan.

Hewan semacam ini disebut omnivora. Semakin bervariasi makanannya, semakin

memungkinkan pemenuhan kebutuhan nutrisionalnya. Akan tetapi, ongkos energi untuk

memperoleh makanan-makanan tertentu harus pula dipertimbangkan.

Banyak hewan yang memiliki peralatan-peralatan rumit untuk menagkap dan

merobek-robek mangsanya. Peralatan-peralatan itu misalnya saja kecepatan lari ekstrim,

1

Page 2: Isi Sistem Pencernaan

kemampuan untuk meniru latar belakang area peburuan, gigi-gigi tajam pada rahang

yang kuat, dan tungkai depan berukuran besar. Organisme-organisme lain, terutama yang

bersifat parasitik dan hidup dalam jaringan-jaringan inang, hanya memiliki peralatan

memperoleh makanan yang rudimenter. Karena organisme-organisme itu dikelilingi oleh

zat-zat makanan sederhana yang terlarut, hanya dibutuhkan pemrosesan minimal.

1.2    Batasan Masalah

Batasan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1.    Bahan makanan.

2.    Sistem pencernaan pada manusia.

3.    Organ-organ pencernaan pada manusia.

1.3    Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1.      Mengetahui kegunaan bahan makanan bagi tubuh manusia.

2.      Mengetahui sistem pencernaan manusia.

3.      Mengetahui organ-organ pencernaan pada manusia.

2

Page 3: Isi Sistem Pencernaan

BAB II

PEMBAHANSAN

2.1 Definisi Sistem Pencernaan

    Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ dalam hewan

multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energy dan nutrien, serta

mengeluarkan sisa proses tersebut. Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang

lainnya bisa sangat jauh berbeda. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam

tubuh manusia dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi

dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan

yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui

anus.

2.2 Bahan Makanan

Setiap makhluk hidup memerlukan makanan untuk dirinya, lebih-lebih pada

anak yang masih dalam pertumbuhan, sangat memerlukan banyak makanan yang bergizi.

Makanan diperlukan sebagai:

1. Bahan pembentuk tubuh yaitu untuk pembentukan dan pertumbuhan sel-sel baru,

menggantikan sel-sel yang rusak,

2. Bahan penambah cairan tubuh,

3. Bahan penghasil energi.

Jika makanan yang dimakn berlebih, sedang energi yang dikelurkan sedikit

maka kelebihan itu dapat disimpa dalam bentuk lemak, tempat penyimpannya antara lain

di bawah kulit, di dalam rongga perut dan di sela-sela usus. Agar dapat diserap oleh

darah, perlu di ubah menjadi sari makanan yang halus. Sisa makanan yang tidak dapap

diserap, dikeluarkan sebagai kotoran.  Makin banyak kita mengeluarkan energi, makin

banyak pula kita memerlukan makanan. Sebagian makanan yang masuk ke dalam tubuh

berguna sebagai bahan pembakar tubuh dalam kegiatan hidup manusia.

a.       Susunan makanan

Semua jenis bahan makanan setelah dicernakan, kemudian diserap oleh darah

berupa sari-sari makanan yang dapat digolongkan menjadi karbohidrat, protein,

lemak, garam mineral, vitamin dan air. Sebagai penghasil energi adalah karbohidrat

dari hasil tanaman, serta pengubahan protein dan lemak. Sebagai bahan pembentuk

3

Page 4: Isi Sistem Pencernaan

tubuh diperlukan protein, lemak, garam mineral, dan vitamin. Garam mineral dan

vitamin diperoleh dari bermacam-macam bahan makanan, sedangkan protein yang

diperlukan adalah protein yang berasal dari hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Air

diperlukan kebutuhan dalam setiap sel dan jaringan. Semua proses dalam tubuh

memerlukan air, sehingga air merupakan kebutuhan vital yang tidak dapat diabaikan.

Keperluan akan air sangat berbeda-beda untuk tiap-tiap jaringan. Sebagai zat pelarut,

air digunakan sebagai bahan pengangkut dari sel ke sel, juga dari jaringan ke

jaringan. Air diperoleh langsung dari minuman (air, teh, kopi) yang diminum atau

secara tidak lansung dari buah-buahan, serta makanan lainnya. Pengambilan

langsung dari minuman sejumlah 1 liter tiap hari, telah memenuhi kebutuhan

sepertiga jumlah air yang diperlukan. Pengaturan air di dalam tubuh dikendalikan

oleh hormon, sedangkan kelenjar-kelenjar hipofisis, tiroid dan anak ginjal mengatur

keseimbangan cairan darah dan cairan tubuh, serta mengatur penyerapan air oleh

usus dan kemudian dikeluarkan melalui ginjal. Makanan yang dimakan, belum dapat

dimanfaatkan oleh tubuh sebelum diserap oleh darah. Supaya bermanfaat maka

makanan itu perlu dimakan, dicerna, kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. Untuk

itu dibutuhkan alat-alat pencernaan serta alat transpor.

2.3    Sistem Pencernaan Makanan

Pencernaan makanan adalah aktivitas saluran makanan (tractus digectivus) dan

kelenjar-kelenjarnya dalam suaatu proses memersiapkan makanan untuk dapat diserap

oleh usus. Suatu kehidupan yang dihayati oleh organisme akan dapat dipertahankan bila

makanan dalam jumlah cukup dapat dipasok dan dapat digunakan bagi berlangsungnya

suatu reaksi oksidatif yang dapat menghsilkan energi dan juga bagi keperluan tubuh atau

bagian tubuh guna perbaikan, pertumbuhanm dan reproduksi.

Sebagian besar makanan yang digunakan primata (human and non-human

primate) dan vertebrata lainnya (baik yang menyusui maupun yang tidak menyusui)

mempunyai bentuk kompleks dan tidak larut, sehingga tidak mungkin untuk dapat

diserap oleh saluran pencernaan makanan begitu saja tanpa terlebih dahulu mengalami

perubahan melewati aktivitas pencernaan. Pada organisme peringkat rendah, seperti

protozoa, dapat memperoleh makananya melalui proses difusi atau fagosita dan

dilanjutkan dengan proses pencernaan di dalam selnya. Pada vetebrata terdapat sebuah

sistem dengan kekhususan untuk merubah makanan yang masuk ke dalam alat

pencernaan menjadi bentuk-bentuk kimia yang secara langsung dapat dicerna oleh usus

4

Page 5: Isi Sistem Pencernaan

dan limfe. Beberapa makanan yang telah mempunyai bentuk sederhana tidak

memerlukan lagi  proses penguraian dan dapat secara langsung bisa diserap oleh saluran

pencernaan makanan seperti glukosa, garam-garam yang dapat larut, air, dan beberapa

macam makanan lainnya.

Sistem pencernaan pada vertebrata terdiri dari bermacam struktur yang

mempunyai kemampuan untuk mencerna makanan sesuai dengan keperluannya setelah

melewati kurun waktu adaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi ini tercermin pada

sturktur sistem pencernaan vertebrata yang terkait dengan fungsinya sebagai penerima

makanan, mecernakannya dan akhirnya menyerapnya untuk kemudian ditransfer ke

dalam aliran darah untuk dikirim ke tempat tujuannya.

Rongga mulut dengan dibantu kelenjar yang terdapat di sekitarnya dan struktur

gigi dan lidah merupakan tempat untuk merubah bentuk makanan yang masuk kedalam

bentuk kimia dan fisik untuk memudahkan proses pencernaan selanjutnya. Penghayatan

akan adanya makanan dan keinginan untuk mengkonsumsinya dipengaruhi oleh

rangsangan sensoris yang sampai ke susunan syaraf pusat melalui beberapa jalur

diantaranya yang berkaitan dengan penglihatan, pembauan dan cita rasa. Lambung dapat

berfungsi sebagai pengumpulan makakan untuk sementara sampai makanan yang

dikonsumsi diubah dalam bentuk yang memungkinkan untuk proses pencernaan yang

akan berlangsung di dalam duodenum. Usus halus mempunyai kemampuan untuk

melaksanakan beragam proses pencernaan dengan bantuan beragam enzim sebagai

katalisator yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan zat-zat lain yang dihasilkan  oleh

sel-sel usus itu sendiri. Di dalam usus halus juga terjadi proses emulsifikasi lemak

sehingga bahan ini mudah dicerna oleh enzim tertentu dan lebih mudah diserap oleh

usus. Usus besar mempunyai kemampuan untuk melakukan konservasi air, berfungsi

sebagai pengumpul sementara hasil pencernaan dan dapat menyerap makanan dari usus

besar sangat terbatas. Usus besar juga berfungsi sebagai inkubator bagi beragam bakteri

yang berkemampuan untuk mensintesis faktor-faktor nutrisi tertentu yang pada akhirnya

memegang peranan dalam status gizi individu yang bersangkutan. Jadi, sistem

pencernaan merupakan proses perubahan atau pemecahan zat makanan dari molekul

kompleks menjadi molekul yang lebih sederhara dengan menggunkan enzim dan organ-

organ pencernaan.

Pencernaan  makanan di dalam tubuh manusia melalui 6 tahap yaitu:

1. Ingesti : pemasukan makanan ke dalam tubuh melalui mulut.

2. Mastikasi: proses mengunyah makanan oleh gigi.

5

Page 6: Isi Sistem Pencernaan

3. Deglutisi: proses menelan makanan di kerongkongan.

4. Digesti: pengubahan makanan menjadi molekul yang lebih sederhana dengan

bantuan enzim, trdapat di lambung.

5. Absorbsi: proses penyerapan, terjadi di usus halus.

6. Defekasi: pengeluaran sisa makanan yang sudah tidak berguna untuk tubuh melalui

anus.

Sistem pencernaan pada manusia terdiri dari:

1. Saluran pencernaan (organ pencernaan yang dilewati oleh bahan makanan), yaitu

mulut,  kerongkongan, lambung, usus halus, dan usus besar.

2. Kelenjar pencernaan (organ pencernaan yang berfungsi menghasilkan getah/enzim

pencernaan), yaitu mulut, lambung, usus halus, hati, dan pankreas.

Berdasarkan prosesnya, pencernaan dibagi menjadi:

1. Pencernaan mekanis, yaitu pencernaan yang menyebabkan perubahan bentuk

dan ukuran makanan, contohnya pencernaan oleh gigi.

2. Pencernaan kimiawai, perubahan zat makanan dari senyawa kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim (senyawa kimia).

2.4    Organ-Organ Pencernaan

1.    Mulut

Memiliki bagian: bibir, gigi, lidah dan kelenjar ludah. Rongga mulut dilapisi oleh

tunica mucosa yang mengandung epitel berlapis menanduk dan mengelupas. Dibawah

lapisan epitel terdapat lamina propria, yang membentuk banyak lekuk atau papilla seperti

halnya pada kulit.

a.    Bibir

Terdiri dari dua daerah, bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar sama

seperti kulit di daerah lain wajah. Epidermis terdiri atas jaringan epitel berlapis banyak,

menanduk dan mengelupas, ditumbuhi bulu dan berkelenjar peluh. Di bagian dermis

terdapat akar bulu, kelenjar dan kelenjar minyak bulu.

Bagian dalam mengandung tunica mucosa yang mengandung jaringan epitel

berlapis dan mengelupas, tetapi tidak menanduk. Pada lamila propria terdapat banyak

kelenjar lendir, yang salurannya bermuara ke rongga mulut. Di bawah lapisan lendir

terdapat lapisan otot.

Tepat pada batas kulit luar dengan lendir bibir bagian dalam terdapat daerah

merah, karena banyak mengandung pembuluh kapiler.

6

Page 7: Isi Sistem Pencernaan

Histologi rongga mulut sama seperti bibir bagian dalam. Lapisan dekat

permukaan terdiri dari tunica mucosa, di bawahnya tunica submucosa. Pada lapisan

submucosa terdapat kelenjar lendir. Sekitar kelenjar itu terdapat lamina propria tunica

mucosa oleh jaringan rapat serat elastis.

Didaerah langit-langit tak ada tunica submucosa. Di daerah langit-langit

lunak, di bawah tunica mucosa terdapat lapisan otot lurik dan jaringan ikat fibrosa. Di

daerah langit-langit lunak dekat rongga hidung, jaringan epitel tunica mucosa terdiri

dari sel batang berlapis semu, yang lapisan luarnya bersilia, menumpu pada lamina

basalis yang tebal.

b.    Gigi

Gigi baru tumbuh sesudah bayi berusia 6 bulan, gigi pertama disebut gigi susu

atau gigi sementara.

Susunan gigi sementara pada anak-anak, berjumlah 20 buah, yaitu gigi seri

berjumlah 8 buah gunanya unutk memotong makanan, gigi taring sebanyak 4 buah

digunakan untuk mencabik-cabik makanan serta 8 buah gerahan kecil untuk

mengunyah makanan. Orang dewasa mempunyai gigi sebanyak 32 buah, terdiri dari

atas 8 buah gigi seri 4 gigi taring, 8 buah geraham muka serta 12 buah geraham

belakang. Separuh dari gigi-gigi tersebut berada di rahang bawah dan lainnya dirahang

atas. Pada beberapa orang jumlah gigi kurang dari 32 buah hal ini biasanya disebabkan

geraham bungsu tidak tumbuh, setalah berumur antara 18 - 45 tahun.

Rumus gigi:

7

Page 8: Isi Sistem Pencernaan

Keterangan: 

I : Insisivus (gigi seri)

C : Caninus (gigi taring)

P : Premolare (gigi geraham depan)

M : Molare (gigi geraham belakang)

Gigi tertanam pada soket yang berada pada tiap alveolus tulang rahang.

Tonjolan alveoli rang disalut oleh gusi. Gusi adalah penerusan dari tunica mucisa dari

mulut yang banyak mengandung pembuluh darah, dan ditunjang oleh jaringan ikat

fibrosa. Jaringan ikat ini melekat rapat ke lapisan periosteum tulang rahang di

bawahnya.

Tiap gigi terdiri dari tiga bagian:

1.    Mahkota (corona)

2.    Leher (cervix)

3.    Akar (radix)

Mahkota menonjol di atas gusi (gingiva), sebelah luar terdiri dari lapisa email

(enamel). Leher menghubungkan mahkota dengan akar, berada dalam lapisan gusi.

Sedangkan akar berada dalam soket rahang. Bagian dalam gigi, mulai dari mahkota

sampai ke akar terdiri dari tulang gigi (dentin). Pada akar, sebelah luar dentin disalut

oleh lapisan tipis semen (cementum). Di bagian luar lapisan semem ada membran

periodont/. Lapisan semen terdiri dari jaringan ikat  yang mengapur (kalsifikasi).

Lapisan periodont terdiri dari jaringan fibrosa, yang mengandung pembuluh darah,

pembuluh limfa, dan urat saraf. Lapisan periodont itu melekatkan gigi dengan kukuh

pada soket rahang.

8

Page 9: Isi Sistem Pencernaan

Akar, dan sebagian mahkota, memiliki bagian dalam yang lunak, disebut pulpa.

Pulpa berisi jaringan ikat renggang yang di masuki oleh pembuluh darah, pembuluh

limfa dan urat saraf.

1. Email

adalah lapisan gigi yang paling keras, paling banyak mengandung garam

dapur.

Kandung (matriks) lapisan ini terdiri dari serat kolagen. Kandung dihasilkan

oleh ameloblast, yaitu sel gigi yang terdapat pada masa pertumbuhan gigi. Pada

kandung terdapat bangunan bentuk batang yang ramping, berderet rapat dan tegak

lurus tehadap permukaan gigi, disebut prisma email. Prisma diikat bersama oleh

bahan interprisma. Bahan yang membuna interprisma sama dengan bahan yang

membina prisma sendiri, tapi arah letak batangnya berbeda. Tiap batang disalut

oleh organis yang disebut salut email.

Prisma dibina atas kristal apatit dan bahan organik. Jika lapisan email diiris

melintang tampak batang prisma itu berbentuk setengah lingkaran seperti sisik.

Jika keseluruhan mahkota diiris melintang, tampak lapisan email itu dibina

atas garis-garis melingkat, sehingga sari dalam sampai ke permukaan tampak email

itu dibina atas garis-garis melingkar, mirip lingkaran tahun pada batang pohon

Dikotil. Garis-garis itu disebut garis Retzuis.

Paling luar email ada dua lapis, disebut kutikula email. Lapisa ini terdiri dari

bahan tanduk (keratin).

2. Dentin

terdiri atas bahan organik (20%) yang sebagian besar merupakan serat

kalogen, dan bahan anorganik (80%) dalam  bentuk kristal hidroksiapatit. Lapisan

ini terdiri dari satu deretan tabuli (saluran) dentin yang rapat sekali. Seperti halnya

prisma email, tabuli dentin juga dekat ke pinggiran jadi agak sempit. Berbeda

dengan prosma email, tabuli dentin dekat pinggir membentuk percabanganm dan

percabangan itu bertemu kembali (anastomosis). Di antara tabuli ada serat kalogen,

yang susunan mirip dengan kalogen tegak lurus terhadap tabuli: ada juga beberapa

yang letaknya miring.

Dekat ertemuan lapisan dentin dengan lapisan semen pada akar ada lapisan

berbutiran (granula) halus, yang disebut lapisan Tomes. Butiran itu terdiri atas

bahan tanduk.

9

Page 10: Isi Sistem Pencernaan

Sesungguhnya pada gigi segar tubuli berisi tonjolan sitoplasma odontoblast,

yaitu sel yang menggetahkan bahan organik dentin. Sel ini berjejer pada lapisan

luar pulpa yang berbatasan dengan dentin. Sel ini berjejer pada lapisan luar pulpa

yang berbatasan dengan dentin. Odontoblast aktif terus selama gig itu masih hidup,

sampai orangnya jadi tua.

Cementm adalah lapisan tipis antara dentin dan membran periodont pada

akar gigi. Cementum menghubungkan dan menyemenkan gigi ke membran

periodont, dan berarti juga ke tulang rahang. Bahan nutrisi bagi lapisan ini

berdifusi dari membran periodont, dan dalam membran terdapat pembuluh darah.

Lapisan ini adalah jaringan pengikat yang mengalami penulangan. Sehingga

komponennya sama seperti tulang. Bahan lapisan ini digetahkan oleh sel tulang

khusus, yang disebut sementosit. Sel ini berada dalam lacuna, seperti halnya

osteosit. Bedanya denga tulang, tidak memiliki saluran Havers, meskipun ada

lempeng-lempeng lamellae yang bersusun konsentris menyalut akar gigi.

Membran periodont mengisi celah antara cementum dan soket tulang

rahang. Terdiri dari jaringan pengikat fibrosa, dan mengandung pembuluh darah,

pembuluh limfa, urat saraf, fibroslast, dan histiosit. Sifat lapisan ini semcam

bantalan bagi gigi ketika mengunyah dan menggigit. Serat kolagen yang menjadi

komponen utama lapisan ini bersusun ke berbagai arah, sesuai dengan leaknya

sekeliling gigi. Ada ygn letaknya miring, ada pula yang horizontal. Di antara serat

terkandung bahan glikosaminoglikans.

Menghubungkan lapisan semen dan membran periodont ada daerah

perantaraan, disebut precementum.

3. Pulpa

berisi jaringan ikta. Dalam bagian ini pula tumbuh pembuluh darah,

pembuluh limfe, dan urat saraf masuk gigi dan bercabang-cabang disitu.

Mengandung banyak serat kalogen yang halus, yang arahnya tak teratur. Pada

lapisan dekat dentin berderet odontoblast, seperti telah diulas didepan.

10

Page 11: Isi Sistem Pencernaan

c.    Lidah

Terdiri atas otot lurik yang letaknya menurut tiga arah dan tegak lurus

sesama. Lapisan otot diselaputi oleh tunica mucosa. Di bagian atas lidah tidak

terdapat tunica submucosa, hanya dibagian bawah.

Permukaan lidah bagian atas memiliki tonjolan yang disebut papillae. Ada

4 macam papillae, yaitu:

1. Filiform (terdapat di daerah belakang lidah),

2. Fungiform (tersebar di antara filiform dan ternayak berada di ujung lidah),

3. Circumvallate (jumlahnya sedikit, terdapat dalam satu barisan melintang pada

pangkal lidah), dan

4. Foliate (terdapat di daerah pinggiran pangkal lidah).

Pada umumnya papilla mengandung kuncup rasa (taste bud). Tiap kuncup

rasa mengandung dua macam sel yang utama, yaitu sel penyokong dansel epitel

saraf. Kedua macam sel memiliki mikrovili yang umumnya bergabung mengacu ke

arah lobang rasa, yang pada periode pra-ME (mikroskop elektron) disebut bulu

rasa. Cabang saraf vagus masuk lidah dan bercabang halus mencapai setiap

kuncup rasa.

Tonsil liah kecil-kecil dan banyak, terletak di dasar lidah dan diselaputi

oleh epitel berlapis yang menelupas. Tiap tonsil memiliki ceruk, dan sepanjang

pinggir ceruk itu tertanam nodul-nodul limfa.

Lidah berfungsi membantu mengatur penempatan makanan hingga dapat

digilas oleh geraham, dalam hal ini dapat dikatakan makanan mengalami

pencernaan secara mekanik.

11

Page 12: Isi Sistem Pencernaan

d.    Kelenjar ludah

Kelenjar ludah berguna untuk memudahkan menelan dan mencerna. Ada

dua macam ludah yang dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar, yaitu kelenjar parotis,

kelenjar ludah bawah rahang (glandula submaxilaris) dan kelenjar bawah lidah

(glandula sublingualis). Glandula parotis menghasilkan ludah berbentuk air, infeksi

pada parotis disebut parotitis (penyakit gondong). Glandula sub-maxilaris dan

glandula lingualis keduannya menghasilkan getah yang mengandung air dan lendir,

selain itu berguna sebagai pelindung selaput mulut terhadap panas, dingin, asam

dan basa. 

Keterangan Gambar:

1)   Kelenjar Parotis

2)   Kelenjar Submaxilaris

3)   Kelenjar submandibularis

Setiap kelenjar yang besar di atas terdiri atas unit-unit alveoli yang disebut adenomer.

Ada dua macam alveoli tampak pada sedian yang diwarnai dengan HE

(hematoxylin-eosin):

1. Alveoli mucosa, tampak terang dan terletak pada tunica mucosa. Inti sel alveoli

mucosa adalah gepeng dan letaknya dekat ke membran basalis.

2. Alveoli serosa, tampak gelap dan terletak pada tunica serosa. Inti sel alveoli

serosa agak bundar dengan sitoplasma yang berwarna merah karena banyak

mengisap zat warna eosin.

Kelenjar bawah teling hampir seuna terdiri dari alveoli serosa, kelenjar bawah 

rahang campuran kedua macam, dengan lebih banyak serosa, sedangkan kelenjar

bawah lidah hampir semua terdiri dari alveoli mucosa. Jika seuatu kelenjar

12

Page 13: Isi Sistem Pencernaan

mengandung kedua macam alveoli, sering kali serosa membentuk tinjilan bentuk sabit

di samping yang mucosa. Sekitar alveoli biasa ditemukan jaringan lemak.

Ludah mengandung enzim yang disebut amilase atau dikenal dengan nama

ptialin, enzim ini dapat mencernakan zat tepung menjadi gula.

2.  Kerongkongan (oesophagus)

Kerongkongan disebut juga oesophagus, dari kata oiso = bawa, dan phagelon =

mekanan.

Menghubungkan mulut dengan lambung. Terdiri dari 4 lapisan:

1. Tunica mucosa

Terdiri ataskaringan epitel, yang terdiri dari sel-sel berlapis banyak dan

mengelupas, tetapi tidak menanduk. Di beawah lamina propria ada lapisan

tambahan, disebut tunica muscularis-mucosa, terdiri atas serat-serat otot polos

yang letak-letaknya memanjang dan melingkar. Lamina propria membentuk

tonjolan-tonjolan rendah, sehingga tuniac ini jadi bergelombang. Jika makanan

lewat gelombang itu hilang dan umen membuka besar.

2. Tunica submukosa

Terdiri dari jaringan ikat dengan serat kolagen dan elastis, dengan banyak

pembuluh darah serta urat saraf.

3. Tunica muscularis

Terdiri dari dua lapisan otot polos: bagian luar berupa serat otot

memanjang, bagian dalam berupa serat otot melingkar. Kedua lapisan otot ini pada

beberapa tempat tidak kentara bedanya. Serat itu 1/3 bagian dari anterior (pangkal)

kerongkongan sebagin besar terdiri atas oto lurik, di bagian tengah gabungan otot

lurik dan otot polos, dan 1/3 bagian posterior (ujung) terdiri semata-mata dari otot

polos.

4. Tunica serosa

Terdiri dari jaringan ikat renggang yang mengandung banyak jaringan

lemak, pembuluh drah dan urat saraf. Lapisan ini relatif tebal jika dibandingkan

dengan saluran pencernaan yang di posteriornya.

Dalam kerongkangan terdapat dua kelenjar:

a.       Kelenjar oesophagus

13

Page 14: Isi Sistem Pencernaan

Terdapat sepanjang kerongkongan, pada lapisan submucosa, dibawah

tunica muscularis-mucosa. Terdiri dari jenis tubulo-alveolar yang bercabang

banyak.

b.      Kelenjar cardia

Terdapat pada bagan ujung kerongongan. Berasal dari kelenjar

lambung, terletak pada lamina propria tunica mucosa, dari kenis tubuler yang

bercabang-cabang.

Bergeraknya bolus dari mulut ke lambung melalui kerongkongan

disebabkan adanya gerak peristaltik pada otot dinding kerongkongan. Gerak

ini mendorong dengan cepat gumpalan makanan ke lambung kurang lebih

selama 6 detik. Gerak peristaltik dapat terjadi karena adanya kontraksi otot

secara bergantian pada lapisan otot yang tersusun secara memanjang dan

melingkar. Proses gerak bolus di dalam kerongkongan menuju lambung dapat

diamati pada Gambar berikut.

3. Lambung (ventrikulus)

Lambung (ventrikulus), merupakan kantung besar dibawah kiri rusuk terakhir,

terdiri atas tiga bagian, bagian atas yang berdekatan dengan hati disebut kardiak, di

tengah membulat disebut fundus, dan bagian bawah dekat usus disebut pilorus. Seluruh

bagian dalam lambung menghasilkan asam chlorida. Akibat gerak peristaltik makanan

diubah menjadi seperti bubur getah lambung dinamakan chym.

Lingkungan asam dalam lambung dapat membunuh kuman-kuman yang turut

masuk ke dalam, sihingga menggiatkan kerja getah lambung. Getah lambung

14

Page 15: Isi Sistem Pencernaan

mengandung pepsinongen yang belum aktif bekerja, oleh asam cholrida pepsinogen

tersebut diaktifkan menjadi pepsin. Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah

protein menjadi molekul-molekul yang lebih kecil disebut peptor. Selain itu berfungsi

mengatur pengeluaran makanan dari lambung masuk ke dalam usus. Pengturan

dimungkinkan oleh kedua bagian otot pilorus.

Otot pilorus bagian lambung akan mengendur apabila kena rangsangan asam,

berarti protein telah dicernakan. Otot pilorus bagian usus dua belas jari akan mengerut

bila kena asam sebaliknya mengendur apabila kena rangsang basa. Dengan demikian

makanan dapat masuk ke usus dua belas jari sedikit demi sedikit.

4. Usus halus (intestinum tenue)

Panjangnya kira-kira 8,5 meter terdiri dari tiga bagian usus dua belas jari,

(duodenum) panjangnya ± 25 cm , yoyenum (intestinum yoyenum) atau pangkal usus

halus panjangnya ± 7 m dan ileum (interstimun ileum), atau ujung usus halus

panjangnya ± 1 m. Makanan masuk kedalam usus melalui pilorus, dangan demikian

HCl ikut masuk dan merangsang kelenjar di diding sel usus untuk menghasilkan

sekretin yang merupakan suatu hormon yang merangsang pankreas untuk

mengeluarkan getahnya. Di dalam dinding usus yang terdapat muara dari dua saluran,

yaitu saluran  yang berasal  dari kandungan empedu, dan saluran yang berasal dari

pankreas.

Selanjutnya HCl merangsang pula dinding usus halus untuk mengeluarkan

hormon kolesistokinin agar kandungan empedu mengeluarkan empedu yang berguna

mengemulsikan lemak. Empedu tidak mengandung enzim tetapi mengandung zat warna

empedu (bilirubin) dan garam empedu. Mula-mula empedu berwarna merah, kemudian

mengalami oksidasi sehingga warnanya berubah menjadi hijau. Pankreas menghasilkan

cairan (getah) pankreas yang mengandung enzim lipase, amilase dan tripsinogen yang

belum aktif. Enzim amilase berguna untuk mengubah amilum menjadi gula (maltosa),

lipase mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol, sedang tripsinogen

merupakan enzim  yang belum aktif, dibantu oleh entrokinase, menjadi enzim tripsin

yang mengubah protein dan pepton menjadi asam amino dan peptida.

Enzim-enzim tersebut diatas mempunyai peranan yang penting untuk mengubah

zat makanan sehingga menjadi bentuk yang dapat diserap oleh usus. Di dalam usus

halus terjadi pelumatan dan penyerapan sari makanan, dinding usus ini berlipat-lipat

dan berjonjot, sari makanan menembus dinding jonjot sampai ke penbuluh darah.

15

Page 16: Isi Sistem Pencernaan

Penyerapan sari makanan oleh sel-sel dinding usus halus dinamakan absorbsi, sari

makanan diedarkan melalui pembuluh-pembuluh darah dan pembuluh lainnya, asam

lemak dan gliserol diedarkan melalui pembuluh limpa yang ujung-ujungnya terbuka.

Air limpa mengangkut zat tersebut ke pembuluh darah untuk diedarkan. Asam amino,

larutan gula, vitamin dan mineral serta air diedarkan keseluruh tubuh melalui pembuluh

darah. Di dalam dinding usus halus terdapat jonjot-jonjot usus (villi) yang berguna

untuk memperluas permukaan bidang penyerapan dan di dalam jonjot terdapat

pembuluh chyl (kil) berisis cairan limpa. Pembuluh-pembuluh limpa pada akhirnya

bermuara di pembuluh darah.

5. Usus besar (intestinum crassum)

Didalam usus tebal (kolon) sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna, bersama

dengan lendir dan sisa-sisa sel mati dari dinding usus dibusukkan menjadi feses.

Perjalanan makanan dari mulut ke usus halus berlangsung kira-kira 4,5 jam, tetapi

disimpan di dalam kolon sampai kira-kira 24 jam, selama itu bakteri-bakteri pengurai

akan membusukkannya. Awal usus tebal, pendek dan disebut usus buntu (coecum)

mempunyai bagian yang berlebih seperti cacing dinamakan appendix atau umbai

cacing. Suatu radang pada appendix dinamakan appendisitis. Pada operasi usus buntu,

yang dipotong adalah bagian appendix, bukan usus buntunya.

Setelah dari usus buntu, makanan sampai ke usus besar, yaitu usus besar naik,

usus besar lintang, usus besar turun, dan usus besar kait kerangkai. Fungsi usus tebal

terutama adalah untuk mengatur kadar air dari sisa makanan. Bila kadar air dalam sisa

makanan berlebihan, air akan diserap oleh usus besar, jika kadar air kurang, maka air

diberikan kembali kepada sisa makanan. Sebelum sisa makanan dikeluarkan melalui

pelepasan, ia akan melalui bagian terakhir dari usus besar yang disebut dengan rectum

(poros usus), sedang muara dari rectum disebut anus. Anus mempunyai dua otot gelang,

yaitu otot sadar, sedang yang lainnya berupa otot tak sadar.

Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian rektum akibat

suatu rangsang yang disebut refleks gastrokolik. Kemudian akibat adanya aktivitas

kontraksi rektum dan otot sfinkter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya

defekasi. Di dalam usus besar ini semua proses pencernaan telah selesai dengan

sempurna.

16

Page 17: Isi Sistem Pencernaan

 BAB III

KESIMPULAN

3.1    Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulakan Setiap makhluk hidup memerlukan

makanan untuk dirinya, lebih-lebih pada anak yang masih dalam pertumbuhan, sangat

memerlukan banyak makanan yang bergizi. Makanan diperlukan sebagai:

1. Bahan pembentuk tubuh yaitu untuk pembentukan dan pertumbuhan sel-sel baru,

menggantikan sel-sel yang rusak,

2. Bahan penambah cairan tubuh,

3. Bahan penghasil energi.

Pencernaan makanan adalah aktivitas saluran makanan (tractus digectivus) dan

kelenjar-kelenjarnya dalam sauatu proses memersiakan makanan untuk dapat diserap

oleh usus.

Dan organ-organ tersebut adalah:

1.    Mulut

2.    Kerongkongan

3.    Lambung

4.    Usus halus

5.    Usus besar

17

Page 18: Isi Sistem Pencernaan

DAFTAR PUSTAKA

Fried, Goerge H. 2005. Schaum’s Outlines Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Nana, dkk. 2009. Buku Sakti. Yogyakarta: Kendi Mas Media.

Piliang, Wiranda G. 2006. Fisiologi Nutrisi Volume 1. Bogor: IPB Press.

Winatasasmita, Djamhur. 1992. MATERI Pokok Biologi Umum. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Yatim, wildan. 1996. Histologi biologi modern. Bandung: Tarsito.

18